• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis UUD 1945

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis UUD 1945"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

1 UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK

INDONESIA TAHUN 1945 (NASKAH ASLI)

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

(SETELAH AMANDEMEN)

BAB I

BENTUK DAN KEDAULATAN

Pasal 1

(1) Negara Indonesia Ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik.

(2) Kedaulatan adalah di tangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.

Identifikasi: (1) Tetap.

Menetapkan bentuk Negara Kesatuan dan republik, mengandung isi pokok pikiran rakyat.

(2) Sebelum amandemen, MPR adalah lembaga tertinggi negara dibawah UUD 1945, sehingga MPR memiliki kekuasaan dan wewenang lebih terhadap jalannya pemerintahan.

Hal ini menyebabkan setiap pengambilan keputusan yang dilakukan oleh MPR bersifat otoriter dan tidak sungguh-sungguh karena sepenuhnya dilakukan oleh MPR.

BAB I

BENTUK DAN KEDAULATAN

Pasal 1

(1) Negara Indonesia Ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik.

(2) Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. ***)

(3) Negara Indonesia adalah negara hukum. ***)

Identifikasi: (1) Tetap.

(2) Setelah amandemen, pelaksanaan kedaulatan rakyat tidak diserahkan kepada badan atau lembaga mana pun, tetapi langsung dilaksanakan oleh rakyat itu sendiri melalui pemilu.

Perubahan tersebut menetapkan bahwa kedaulatan sepenuhnya berada ditangan rakyat, dari rakyat, dan oleh rakyat, sehingga bersifat demokrasi.

(2)
(3)

3 BAB II

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT

Pasal 2

(1) Majelis Permusyarawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat, ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan, menurut aturan yang ditetapkan undang-undang.

(2) Majelis Permusyawaratan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibukota negara.

(3) Segala putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat ditetapkan dengan suara yang terbanyak.

Identifikasi:

(1) Anggota-anggota DPR sebelum adanya perubahan UUD 1945 adalah golongan-golongan masyarakat tertentu termasuk di dalamnya fraksi TNI, Polri, dan ABRI. Hal ini menyebabkan DPR yang condong kearah politik masih dicampuri tangan oleh pihak militer dan menyebabkan pemerintahan menjadi tidak bersih, otoriter, dan tidak adanya transparasi dalam perekrutan anggota MPR serta timbulnya kecemburuan sosial.

(2) Tetap.

MPR bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun, namun juga dibolehkan lebih dari sekali dengan

BAB II

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT

Pasal 2

(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan undang-undang. ****)

(2) Majelis Permusyawaratan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibukota negara.

(3) Segala putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat ditetapkan dengan suara yang terbanyak.

Identifikasi:

(1) Anggota DPR dan DPD dipilih oleh rakyat melalui pemilu yang demokratis, yang bersifat LUBERJURDIL dengan harapan bahwa rakyat benar-benar memilih wakil-wakilnya sesuai dengan kriteria yang diharapkan dan dapat menjadi penyalur aspirasi mereka.

Perubahan ini juga untuk mengoptimalkan pelaksanaan kedaulatan rakyat.

(2) Tetap.

(4)

4 mengadakan persidangan istimewa.

(3) Tetap.

Dengan suara terbanyak berarti keputusan yang diambil berdasarkan mayoritas.

Pasal 3

Majelis Permusyawaratan Rakyat menetapkan Undang-Undang Dasar dan garis-garis besar daripada haluan negara.

Identifikasi:

MPR sebagai lembaga tertinggi negara memiliki kekuasaan tidak terbatas sehingga MPR akan memperhatikan segala yang telah terjadi dan menentukan haluan-haluan apa yang hendaknya dipakai untuk dikemudian hari.

Pasal 3

(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar. ***)

(2) Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden. ***/****)

(3) Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut Undang-Undang Dasar. ***/****)

Identifikasi:

(1) Setelah amandemen, MPR tidak lagi menjadi lembaga tertinggi negara, kedudukan MPR sejajar dengan Presiden dan lembaga-lembaga negara lainnya. MPR tidak lagi menetapkan garis-garis besar haluan negara, karena sebagai lembaga legislatif MPR memiliki wewenang yang baru.

(5)

5 Presiden dan/atau Wakil Presiden yang sudah terpilih.

(6)

6 BAB III

KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA

Pasal 4

(1) Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar.

(2) Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang Wakil Presiden.

Identifikasi: Tetap.

Presiden adalah kepala eksekutif oleh karena itu Presiden memegang kekuasaan pemerintahan.

Pasal 5

(1) Presiden memegang kekuasaan membentuk undang-undang dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

(2) Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya.

Identifikasi:

(1) Presiden sebagai kepala eksekutif mempunyai kekuasaan untuk menetapkan peraturan pemerintah. Namun, karena Presiden memegang kekuasaan penuh atas pembentukan undang-undang, hal ini menyebabkan kurang maksimalnya rancangan undang-undang yang telah dibuat oleh Presiden.

BAB III

KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA

Pasal 4

(1) Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar.

(2) Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang Wakil Presiden.

Identifikasi: Tetap.

Pasal 5

(1) Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat. *)

(2) Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya.

Identifikasi:

(1) Ayat ini menjelaskan bahwa DPR mempunyai fungsi pengawasan, hak menyatakan pendapat (menyampaikan usul), serta hak mengajukan pertanyaan atas rancangan undang-undang yang diajukan oleh Presiden, karena DPR adalah lembaga legislatif yang memegang kekuasaan legislatif.

(7)

7 (2) Tetap.

Presiden sebagai kepala eksekutif mempunyai kekuasaan menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang.

Pasal 6

(1) Presiden ialah orang Indonesia asli.

(2) Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan suara terbanyak.

Identifikasi:

(1) Pernyataan bahwa Presiden adalah orang Indonesia “asli” kurang jelas. Hal ini menyebabkan salah penafsiran. Selain itu, tidak dijelaskan syarat-syarat mengenai Wakil Presiden dan syarat-syarat khusus mengenai pencalonan Presiden dan Wakil Presiden.

(2) Fungsi kedaulatan rakyat kurang berfungsi dengan baik, karena rakyat tidak memilih langsung Presiden dan Wakil Presiden mereka.

benar-benar sesuai dengan keadaan yang ada dan isinya merupakan hasil pemikiran bersama.

(2) Tetap. Pasal 6

(1) Calon Presiden dan calon Wakil Presiden harus seorang warga negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri, tidak pernah mengkhianati negara, serta mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Presiden dan Wakil Presiden. ***)

(2) Syarat-syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden diatur lebih lanjut dengan undang-undang. ***)

Identifikasi:

(1) Ayat ini menjelaskan bahwa dalam pemilihan Presiden dan Wakil Presiden terdapat syarat umum dan syarat khusus dengan harapan bahwa siapapun yang terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal.

(2) Ayat ini membantu memberikan informasi tambahan akan kemungkinan ketidakpahaman terhadap ayat 1. Pasal 6A

(8)

8 (2) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum. ***)

(3) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang mendapatkan suara lebih dari lima puluh persen dari jumlah suara dalam pemilihan umum dengan sedikitnya dua puluh persen suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia, dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden. ***)

(4) Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih, dua pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum dipilih oleh rakyat secara langsung dan pasangan yang memperoleh suara terbanyak dilantik sebagai Presiden dan wakil Presiden. ****)

(5) Tata cara pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden lebih lanjut diatur dalam undang-undang. ***)

Identifikasi:

(9)

9 Pasal 7

Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama masa lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali.

Identifikasi:

Dalam ayat ini menimbulkan adanya penafsiran yang beragam mengenai masa jabatan Presiden dan wakil Presiden, yaitu

dan misi yang sama.

(2) Diusulkan oleh partai politik dimaksudkan untuk menyempurnakan visi dan misi partai politik itu sendiri sebagai pemersatu bangsa yang memperjuangkan aspirasi rakyat.

(3) Perhitungan tersebut dilakukan untuk menghormati kemajemukan bangsa Indonesia yang tiap-tiap provinsi memiliki jumlah penduduk, suku, ras, agama, serta budaya yang berbeda. Dengan demikian Presiden dan Wakil Presiden adalah mayoritas pilihan rakyat Indonesia.

(4) Ayat ini berfungsi untuk melengkapi ayat 3 untuk mengantisipasi jika tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang memenuhi perolehan yang disyaratkan.

(5) Ayat ini membantu memberikan informasi tambahan akan kemungkinan ketidakpahaman terhadap ayat-ayat sebelumnya.

Pasal 7

Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan. *)

Identifikasi:

(10)

10 Presiden beserta Wakil Presiden boleh menjabat berulang kali

(seperti yang terjadi pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, yaitu Presiden seumur hidup) atau hanya menjabat dua kali.

jabatan. Jadi Presiden dan Wakil Presiden maksimal dapat menjabat dua kali masa jabatan.

Hal ini dapat memberikan kesempatan kepada rakyat Indonesia yang lain untuk turut serta berpartisipasi dalam pemerintahan negara.

Pasal 7A

Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatannya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul Dewan Perwakialn Rakyat, baik apabilan terbukti telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden. ***)

Identifikasi: Pasal baru.

Pasal ini memberikan keterangan mengenai alasan pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya.

Presiden dan/atau Wakil Presiden hanya dapat diberhentikan dalam masa jabatannya hanya atas alasan yang tercantum pada pasal 7A saja.

Itu pun hanya dapat dilakukan setelah mendapat keputusan dari MK.

Pasal 7B

(11)

11 Konstitusi untuk memeriksa, mengadili, dan memutus pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela; dan/atau pendapat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden. ***)

(2) Pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum tersebut ataupun telah tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden adalah dalam rangka pelaksanaan fungsi pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat. ***)

(3) Pengajuan permintaan Dewan Perwakilan Rakyat kepada mahkamah Konstitusi hanya dapat dilakukan dengan dukungan sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang hadir dalam sidang paripurna yang dihadiri oleh sekurang-kurangya 2/3 dari jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat. ***)

(4) Mahkamah Konstitusi wajib memeriksa, mengadili, dan memutus dengan seadil-adilnya tehadap pendapat Dewan Perwakilan Rakyat tersebut paling lama sembilan puluh hari setelah permintaan Dewan Perwakilan Rakyat itu diterima oleh Mahkamah Konstitusi. ***)

(12)

12 Presiden dan/atau Wakil Presiden terbukti melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela; dan/atau terbukti bahwa Presiden dan/atau wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat menyelenggrakan sidang paripurna untuk meneruskan usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat. ***)

(6) Majelis Permusyawaratan Rakyat wajib menyelenggarakan sidang untuk memutuskan usul Dewan Perwakilan Rakyat tersebut paling lambat tiga puluh hari sejak Majelis Permusyawaratan Rakyat menerima usul tersebut. ***)

(7) Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden harus diambil dalam rapat paripurna Majelis Permusyswaratan Rakyat yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya ¾ dari jumlah anggota dan disetujui oleh sekurang-kurangya 2/3 dari dari jumlah anggota yang hadir, setelah Presiden dan/atau Wakil Presiden diberi kesempatan menyampaikan penjelasan dalam rapat paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat. ***)

Identifikasi: Pasal baru.

(13)

13 mengawasi dan saling membimbing antar lembaga. Dalam hal ini DPR bertugas terhadap pemberhentian Presiden dan/atau Presiden, serta MK bertugas menjalankan proses hukum dengan cara memeriksa, mengadili dan memutus pendapat DPR.

(2) Ketentuan tersebut ditujukan untuk saling mengawasi dan saling membimbing antar lembaga negara karena DPR dan Presiden berada pada kedudukan sejajar/seimbang.

(3) Dijelaskan tentang ketentuan jumlah minimal dukungan anggota DPR yang artinya pendapat tersebut mendapat dukungan dari mayoritas anggota DPR.

(4) Dijelaskan secara tegas mengenai batas waktu pemeriksaan oleh MK agar masalah tersebut tidak berlarut-larut dan menimbulkan masalah yang berkelanjutan.

(5) Ketentuan itu menjelaskan fungsi MK karena dengan keputusan MK tersebut DPR dapat melakukan upaya pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden melalui penyelenggaraan sidang paripurna.

(6) Dijelaskan dengan tegas mengenai batas waktu mengenai penyelenggaraan sidang guna membahas usulan DPR.

(14)

14 Pasal 8

Jika Presiden mangkat, berhenti, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya, ia diganti oleh Wakil Presiden sampai habis waktunya.

Presiden dan/atau Wakil Presiden diberi kesempatan untuk menyampaikan penjelasan dan melalui rapat tersebut MPR dapat memutuskan untuk memberhentikan atau tidak diberhentikan dari jabatannya.

Pasal 7C

Presiden tidak dapat membekukan dan/atau membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat. ***)

Identifikasi: Pasal baru.

Ketentuan ini dimaksudkan untuk melindungi DPR sebagai lembaga kedaulatan rakyat. Ketentuan ini juga dimaksudkan untuk mewujudkan keseimbangan politis bahwa DPR tidak dapat memberhentikan Preside, kecuali sesuai pasal 7A, begitu pula Presiden tidak dapat membekukan DPR.

Pasal 8

(1) Jika Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya, ia digantikan oleh Wakil Presiden sampai habis masa jabatannya. ***)

(2) Dalam hal terjadi kekosongan Wakil Presiden, selambat-lambatnya dalam enam puluh hari, Majelis Permusyawaratan Rakyat menyelenggarakan sidang untuk memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diusulkan oleh Presiden. ***)

(15)

15 Identifikasi:

Pernyataan tersebut kurang tepat karena menimbulkan penafsiran bahwa pengunduran diri Presiden dan/atau Wakil Presiden dari jabatannya hanya atas prakarsa diri sendiri. Seharusnya presiden diberhentikan oleh lembaga negara (DPR, MK dan MPR)

dalam masa jabatannya secara bersamaan, pelaksana tugas kepresidenan adalah Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Pertahanan secara bersama-sama. Selambat-lambatnya tiga puluh hari setelah itu, Majelis Permusyawaratan Rakyat menyelenggarakan sidang untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden dari dua pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai poltik yang pasangan calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya, sampai berakhir masa jabatannya. ****)

Identifikasi:

(1) Pernyataan tersebut tepat karena terdapat penambahan faktor penyebab penggantian Presiden dan Wakil Presiden dalam masa jabatannya dari rumusan pasal 8 sebelum dibuat yaitu, diberhentikan. Keputusan tersebut muncul dari luar diri Presiden dan/atau Wakil Presiden yaitu oleh lembaga negara (DPR, MK dan DPR).

(2) Dijelaskan mengenai pengisian Wakil Presiden yang kosong oleh MPR dengan memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diusulkan Presiden. Hal ini sebagai konsekuensi bahwa Presiden dan Wakil Presiden adalah pasangan.

(16)

16 Pasal 9

Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama, atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat sebagai berikut:

Sumpah Presiden (Wakil Presiden):

“Demi Allah, saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa”.

Janji Presiden (Wakil Presiden):

“Saya berjanji dengan sungguh-sungguh akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa”

diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya krisis ketatanegaraan yang berkepanjangan.

Pasal 9

(1) Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama, atau berjanji dengan sungguh-sungguh dihadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat sebagi berikut:

Sumpah Presiden (Wakil Presiden):

“Demi Allah, saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa”.

Janji Presiden (Wakil Presiden):

“Saya berjanji dengan sungguh-sungguh akan

memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa”. *)

(17)

17 Identifikasi:

Tetap.

Namun, belum ada penjelasan tentang MPR dan DPR apabila tidak dapat menyelenggarakan sidang, sehingga dapat memicu timbulnya problem ketatanegaraan.

Pasal 10

Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara.

Identifikasi: Tetap.

Ayat ini menjelaskan tentang konsekuensi dan kedudukan Presiden sebagai kepala Negara.

Presiden membawahi langsung Angkatan Darat, angkatan Laut, dan Angkatan Udara yang berperan sebagai alat pertahanan negara.

Pasal 11

Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain.

Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama, atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan disaksikan oleh pimpinan Mahkamah Agung. *)

Identifikasi:

(1) Tetap, namun hanya berubah penomoran menjadi ayat 1.

(2) Ayat ini dimaksudkan untuk menghindari masalah apabila MPR dan DPR tidak dapat menyelenggrakan sidang karena suatu hal.

Pasal 10

Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara.

Identifikasi: Tetap.

Pasal 11

(1) Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain. ****)

(18)

18 Identifikasi:

Tetap.

Pasal 12

Presiden menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dan akibatnya keadaan bahaya ditetapkan dengan undang-undang.

Identifikasi: Tetap.

kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara, dan/atau mengharuskan perubahan atau pembentukan undang-undang harus dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. ***)

(3) Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasional diatur dengan undang-undang. ***)

Identifikasi: (1) Tetap.

Hanya berubah penomoran ayatnya.

(2) Dalam setiap mengambil keputusan yang menimbulkan akibat bagi rakyat, Presiden harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari DPR sebagai lembaga penyalur kepentingan dan aspirasi masyarakat.

Hal ini dimaksudkan agar Presiden tidak mengambil keputusan berdasarkan keinginannya sendiri, melainkan atas kepentingan rakyat sehingga tidak membawa dampak buruk terhadap rakyat pula.

(3) Ayat ini membantu memberikan informasi tambahan akan kemungkinan ketidakpahaman terhadap ayat 1 dan 2.

Pasal 12

Presiden menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dan akibatnya keadaan bahaya ditetapkan dengan undang-undang.

(19)

19 Ada kalanya negara dikatakan dalam keadaan tidak aman dan

tentram, terjadi kerusuhan yang dapat menganggu keamanan dan ketertiban masyarakat dalam berbagai bentuk baik peperangan, pemberontakan, dan sebagainya. Berhubungan dengan itu, pemerintah harus diberi kewenangan mengatasi segala macam bentuk malapetaka yang bersifat menganggu kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara tanpa mengabaikan perlindungan terhadap HAM.

Pasal 13

(1) Presiden mengangkat duta dan konsul.

(2) Presiden menerima duta negara lain.

Identifikasi: (1) Tetap.

Dalam pengangkatan duta dan konsul Presiden mempunyai wewenang menentukan duta dan konsul sendiri tanpa pertimbangan lembaga lain

(2) Presiden menentukan sendiri untuk menerima duta dari negara lain tanpa meminta pertimbangan DPR. Jadi jika terjadi kesalahan maka pemerintah akan disalahkan.

Pasal 13

(1) Presiden mengangkat duta dan konsul.

(2) Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat. *)

(3) Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat. *)

Identifikasi: (1) Tetap.

(2) Pengangkatan duta berasal dari keputusan bersama mengingat duta besar memiliki peranan yang sangat penting dengan presiden mendapat masukan dan pertimbangan dari DPR maka keputusan yang diambil diharapkan lebih baik.

(20)

20 Pasal 14

Presiden memberi grasi, amnesti, abolisi dan rehabilitasi.

Identifikasi:

Sebelum amandemen, dalam pemberian grasi dan rehabilitasi Presiden tidak mendapat masukan dari siapapun. Sehingga keputusan hanya berasal dari 1 pihak saja yaitu Presiden.

Pasal 15

Presiden memberi gelaran, tanda jasa dan lain-lain tanda kehormatan.

Selain itu, dengan adanya pertimbangan DPR dalam menerima penempatan duta negara lain, maka presiden tidak sendiri dalam mengambil keputusan. Selain itu, Apabila ada kesalahan ataupun penolakan penempatan duta negara lain pemerintah tidak disalahkan karena telah ada pertimbangan DPR.

Pasal 14

(1) Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung. *)

(2) Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat. *)

Identifikasi:

(1) Presiden dalam memberi grasi dan rehabilitasi tidak sendiri dalam pengambilan keputusan dan mendapat masukan serta pertimbangan dari Makhamah Agung sebagai lembaga pelaksana fungsi yudikatif.

(2) Pemberian Amnesti dan abolisi memerlukan adanya pertimbangan politik sehingga DPR sebagai lembaga perwakilan rakyat atau lembaga politik kenegaraan dirasa paling tepat untuk membantu memberikan pertimbangan kepada presiden. Dengan demikian akan terjadi pengawasan antar lembaga kenegaraan.

Pasal 15

(21)

21 Identifikasi:

Tidak adanya spesifikasi khusus untuk pemberian gelar dan tanda jasa. Hal itu memungkinkan pemberian tanda jasa tidak bersifat objektif.

Identifikasi:

Dengan adanya undang undang sebagai dasar pemberian gelar, tanda jasa dan lain lain, sehingga pemberian tanda-tanda kehormatan tersebut akan lebih transparan dan objektif.

Pasal 16

Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden, yang selanjutnya diatur dalam undang-undang. ****)

Identifikasi: Pasal baru.

Presiden diberi kuasa untuk membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden dan berkedudukan dibawah Presiden.

(22)

22 BAB IV

DEWAN PERTIMBANGAN AGUNG

Pasal 16

(1) Susunan Dewan Pertimbangan Agung ditetapkan dengan undang-undang.

(2) Dewan ini berkewajiban memberi jawab atas pertanyaan Presiden dan berhak memajukan usul kepada pemerintah.

Identifikasi:

Kewenangan DPA dalam memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden dalam kedudukan sejajar, namun Presiden tidak terikat dengan nasihat dan pertimbangan tersebut menyebabkan DPA sebagai lembaga negara setingkat Presiden tidak efektif dan efisien.

BAB IV

DEWAN PERTIMBANGAN AGUNG

Dihapus. ****)

Identifikasi:

(23)

23 BAB V

KEMENTERIAN NEGARA

Pasal 17

(1) Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara.

(2) Menteri-menteri itu diangkat dan diperhentikan oleh Presiden.

(3) Menteri-menteri itu memimpin departemen pemerintahan.

Identifikasi: (1) Tetap.

Untuk menjalankan kewajibannya sebagai Presiden maka dibantu oleh menteri-menteri agar semua kegiatan Negara tidak bertumpu kepada Presiden saja.

(2) Huruf “p” pada kata “diperhentikan” tidak sesuai dengan perkembangan bahasa Indonesia, maka harus di ubah.

(3) Masih belum disesuaikan dengan praktik ketatanegaraan, karena ada menteri yang memimpin departemen dan ada yang tidak.

BAB V

KEMENTERIAN NEGARA

Pasal 17

(1) Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara.

(2) Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. *)

(3) Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan. *)

(4) Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara diatur dalam undang-undang. ***)

Identifikasi: (1) Tetap.

(2) Agar sesuai dengan perkembangan bahasa Indonesia huruf “p” pada kata “diperhentikan” diganti dengan huruf “b” sehingga menjadi kata “diberhentikan”.

(3) Sesuai dengan praktik ketatanegaraan bahwa setiap menteri tidak memimpin departemen, karena ada yang memimpin departemen ada yang tidak.

(24)
(25)

25 BAB VI

PEMERINTAHAN DAERAH

Pasal 18

Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang, dengan memandang dan mengingati dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara, dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa.

BAB VI

PEMERINTAHAN DAERAH

Pasal 18

(1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang. **)

(2) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. **)

(3) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum. **)

(4) Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis. **)

(5) Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat. **)

(26)

26 Identifikasi:

Sebelum amandemen, pemerintahan cenderung bersifat sentralistik, sehingga menjadi sangat dominan dalam mengatur dan mengendalikan negara.

otonomi dan tugas pembantuan. **)

(7) Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintah daerah diatur dalam undang-undang. **)

Identifikasi:

(1) Memperjelas pembagian daerah dalam NKRI, dan diharapkan lebih mempercepat kemajuan daerah dan kesejahteraan rakyat di daerah.

(2) Pemerintah daerah dapat dengan leluasa menetapkan peraturan sesuai dengan kondisi daerahnya masing-masing, kecuali untuk urusan yang diatur sebagai urusan pemerintah pusat.

(3) Hal ini dimaksudkan untuk mewujudkan demokrasi karena anggota pemerintahan adalah pilihan rakyat langsung.

(4) Pemilihan kepala pemerintah daerah juga dimaksudkan untuk mewujudkan demokrasi.

(5) Pelaksanaan otonomi dilakukan oleh daerah dengan terlebih dahulu melihat kebutuhan daerah masing-masing, kecuali untuk urusan yang ditetapkan oleh undang-undang sebagai urusan pemerintah pusat.

(27)

27 (7) Ayat ini membantu memberikan informasi tambahan akan kemungkinan ketidakpahaman terhadap ayat-ayat sebelumnya.

Pasal 18A

(1) Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi, kabupaten, kota, atau antara provinsi dan kabupaten dan kota diatur dengan undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah. **)

(2) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang. **)

Identifikasi:

(1) Ayat ini menerangkan bahwa daerah dalam mengatur sendiri urusan pemerintahannya berdasarkan pasal 4 ayat (1).

(2) Ayat ini menjelaskan bahwa pemerintah daerah tetap menjamin adanya prinsip keadilan, pembagian urusan daerah secara proporsional, dan memperhatikan daerah lain yang kekurangan.

Pasal 18B

(28)

28 (2) Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang. **)

Identifikasi:

(1) Ayat ini menjelaskan bahwa negara tetap mendukung dan mengakui daerah-daerah yang bersifat khusus atau istimewa. Contohnya yaitu DKI Jakarta, DI Yogyakarta, dan DI Nanggroe Aceh Darussalam.

(2) Kelompok masyarakat yang berbeda adatnya tetap harus diatur dalam peraturan yang ditetapkan oleh DPRD dengan tidak bertentangan pada prinsip negara kesatuan.

Keterangan:

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Selanjutnya berkas pemecahan dicatatkan dalam buku tanah yang telah ada di Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN), yang selanjutnya dilakukan pencetakan

Saran yang dapat disampaikan berdasarkan kesimpulan adalah a) Bagi mahasiswa, Mahasiswa dalam memanfaatkan internet untuk kegiatan akademik sudah cukup baik, mereka

Pasal tersebut bermakna bahwa dalam menjalankan ekspresi dan kebebasan sebuah organisasi kemasyarakatan harus berada pada jalur yang konstitusional berdasarkan

Terpeliharanya kondisi Tramtibum yang kondusif di Jawa Tengah 360 orang Terpeliharanya kondisi Tramtibum yang kondusif di Jawa Tengah 1.350 kader. Kelompok Sasaran Kegiatan : Aparat

Dengan tanggung jawab juga orang akan lebih memiliki simpati yang besar untuk kita, dengan sendirinya derajat dan kualitas kita dimata orang lain akan tinggi karena memiliki

Seiring dengan kemajuan teknologi saat ini, berbagai permasalahan yang ada dapat diselesaikan dengan memanfaatkan teknologi salah satunya dengan membangun aplikasi

Berdasarkan analisi variabel dependent, Keputusan Pembelian pada Tunas Daihatsu memperoleh nilai sebesar 76,06%, nilai tersebut masuk kedalam kategori “tinggi”

Restoran cepat saji McDonald’s Slamet Riyadi, Surakar ta mengoperasikan 2 buah server (kasir) dengan model antrian FCFS ( First Come First Served ) dengan parameter rata