ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI
PENGOLAHAN JUS BUAH DENGAN PENDEKATAN ACTIVITY
BASED COSTING
(Studi Kasus: CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul Depok-
Jawa Barat)
Mega Friyanti
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI PENGOLAHAN JUS BUAH DENGAN PENDEKATAN ACTIVITY BASED COSTING
(Studi Kasus: CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul Depok-Jawa Barat)
Mega Friyanti
NIM: 105092002956
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Program Studi Agribisnis
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
PENGESAHAN UJIAN
Skripsi yang berjudul ” Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Pengolahan Jus Buah Dengan Pendekatan Activity Based Costing (Studi Kasus: CV.Winner Perkasa
Indonesia Unggul Depok-Jawa Barat), yang ditulis oleh Mega Friyanti NIM 105092002956. Telah diuji dan dinyatakan lulus dalam Sidang Munaqosyah
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Jum’at Tanggal 30 Juli 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis.
Menyetujui,
Penguji I Penguji II
Dr. Ir. Edmon Daris, MS Ir. Siti Rochaeni, M.S
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Acep Muhib, MM Masrul Huda, SE, M.Si
Mengetahui,
Dekan Ketua
Fakultas Sains dan Teknologi Program Studi Agribisnis
SURAT PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI
BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, 30 Juli 2010
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Mega Friyanti
Alamat : Kp. Parung Bingung RT 02/10 no.75 Kel. Rangkapan Jaya Baru Kec. Pancoran Mas Depok 16434
Tempat Tanggal Lahir : Bogor, 11 Februari 1986 Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Belum Menikah
e-mail : megamendung9991@yahoo.co.id
PENDIDIKAN
1992-1998 : MI Sirajul Athfal YKS 1998-2001 : MTs. Al-Ittihad
SURAT KETERANGAN MELAKSANAKAN PENELITIAN SKRIPSI
Saya yang bertanda-tangan di bawah ini selaku pimpinan dan pemilik CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul, yang beralamatkan di Sawangan-Depok menyatakan bahwa mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta berikut,
Nama Mahasiswa : Mega Friyanti Nomor Pokok Mahasiswa : 105092002956
Judul Penelitian Skripsi : Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi
Pengolahan Jus Buah Dengan Pendekatan Activity Based Costing (Studi Kasus CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul Depok-Jawa Barat).
Adalah BENAR telah melaksanakan penelitian skripsi di perusahaan yang saya pimpin, dengan waktu pelaksanaan mulai bulan Maret sampai April 2010 .
Demikian surat keterangan ini dibuat agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Terima kasih.
Depok, 25 April 2010
RINGKASAN
MEGA FRIYANTI, Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Pengolahan Jus Buah Dengan Pendekatan Activity Based Costing (Studi Kasus: CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul Depok – Jawa Barat). (Di bawah bimbingan ACEP MUHIB dan MASRUL HUDA).
Proses produksi suatu produk, memerlukan pengorbanan sumber ekonomi yang disebut biaya. Dalam suatu proses produksi, biaya-biaya tersebut meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Biaya-biaya ini harus dicatat, diklasifikasikan dan diolah secara cermat sesuai dengan jenis dan sifat biaya tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah perusahaan mengetahui jumlah biaya yang sebenarnya, agar perusahaan dapat menentukan harga pokok produksi. Harga pokok produksi dalam perusahaan merupakan masalah intern yang sangat membutuhkan perhatian. Harga pokok produksi biasanya merupakan bagian yang paling besar dari seluruh biaya yang dikeluarkan. Kesalahan dalam perhitungan harga pokok produksi akan mengakibatkan ketidak tepatan dalam penyajian informasi akuntansi, dan pada akhirnya akan mempengaruhi keputusan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang menggunakan informasi akuntansi tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana perhitungan harga
pokok produksi pengolahan jus buah yang dilakukan CV. WPIU selama ini. 2. Menganalisa apakah penghitungan harga pokok produksi pengolahan jus buah pada
CV. WPIU dengan menggunakan Activity Based Costing dapat dijadikan dasar bagi penetapan harga pokok produksi yang efisien.
Penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu pada CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul (WPIU) yang beralamatkan di Sawangan, Depok 16511, Jawa Barat, karena perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan perseorangan yang berskala kecil namun melakukan diversifikasi dalam produknya dan memiliki potensi perkembangan yang baik pada masa yang akan datang. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Untuk menganalisis harga pokok produksi menggunakan metode yang dipakai oleh perusahaan selama ini yaitu metode konvensional (full costing)
yang kemudian dibandingkan dengan metode yang diteliti yaitu dengan menggunakan metode activity based costing (ABC).
Dari hasil perhitungan HPP yang dilakukan perusahaan dengan metode konvensional (full costing) dan metode ABC yang diteliti, dapat diketahui bahwa perbandingan HPP pada jenis produk jus belimbing dan jus jambu dengan metode ABC lebih rendah dibandingkan dengan metode full costing, namun selisihnya tidak telalu besar. Harga pokok produksi dengan metode ABC pada jenis produk jus belimbing dan jus jambu masing-masing sebesar Rp.1.262/botol dan Rp.1.381/botol, atau menjadi lebih rendah masing-masing sebesar 36 % dan 24 % , jika dibandingkan dengan metode full costing, dikarenakan penggunaan sumberdaya pada kadua jenis jus tersebut telah efisien terhadap aktivitas produksi dan jumlah produk yang dihasilkan. Sedangkan untuk jenis jus wornas mengalami kenaikan sebesar Rp.1.771, atau naik 15 % apabila menggunakan metode ABC
Dari hasil perhitungan HPP yang dilakukan oleh perusahaan dengan metode full costing dan metode ABC yang diteliti, diketahui perbandingan selisih laba harga jual terhadap HPP masing-masing pada ketiga jenis jus buah tersebut, lebih tinggi apabila menggunakan metode ABC. Laba produk jus belimbing, jus jambu, dan jus wornas apabila menggunsksn metode ABC masing-masing adalah sebesar Rp.1.488/botol, Rp.1.369/botol dan Rp.1.039/botol, atau menjadi lebih tinggi masing-masing sebesar 29%, 25%, dan 3%, dibandingkan mengunakan metode full costing.
Metode ABC sangat baik diterapkan, mengingat metode ABC malakukan usaha yang lebih besar untuk menyeimbangkan pemakaian sumberdaya, biaya, aktivitas dan produk. Beberapa cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk mengurangi biaya melalui pengolahan aktivitas untuk meningkatkan efisiensi di dalam produksinya sehingga menghasilkan keluaran atau produk yang efisien.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahim
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi pengolahan Jus Buah Dengan Pendekatan
Activity Based Costing Studi Kasus Pada CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul Depok-Jawa Barat ”. Selawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammnad SAW, keluarga, sahabat dan semoga sampai kepada kita yang mengikuti jejak langkahnya.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan banyak terimakasih, karena penulis tidak akan bisa menyelasaikan skripsi ini tanpa dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik dukungan moril maupun materil. Perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Papa dan mama tersayang, terimakasih atas do’a, kasih sayang, kesabaran dan dukungan baik moril maupun materil, yang diberikan sampai saat ini. semoga Allah SWT selalu melimpahkan segala karunianya kapeda papa dan mama.
2. Drs. Acep Muhib, MM dan Masrul Huda, SE, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membantu mengarahkan dan membimbing dengan baik hingga selesainya skripsi ini.
3. Dr.Ir. Edmon Daris, MS dan Ir. Siti Rochaeni, M.Si sebagai dosen penguji yang telah mengoreksi dengan baik sehingga skripsi ini mendapat banyak masukan untuk lebih baik.
4. Ir. Lilis Imamah Ichadayati, M.Si dan Achmad Tjahja Nugraha, SP, MP selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Agribisnis.
5. Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Ibu Maria
kadang2 membuat jengkel dan marah tetapi kalian tetep ade2 ku yang manis n imut.
8. Seluruh dosen Agribisnis fakultas sain dan teknologi yang telah memberikan masukan-masukan dan ilmunya kepada penulis.
9. Bu Warti n ka Dewi yang slalu membantu penulis dalam surat menyurat 10.Teman2 seperjuangan Agribisnis angkatan 05 yang selalu memberi
semangat agar laporan ini cepat selesai, walaupun jumlah kita sedikit mudah2an kita tetap menjadi satu keluarga besar di dalam jurusan yang kita cintai ini.
11.Semua pihak yang penulis tidak sebutkan satu persatu namun penulis berarharap semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kalian semua.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah mereka berikan, apabila penulis mempunyai kesalahan, kekhilafan yang disengaja ataupun tidak disengaja mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya.
Penulis menyadari dalam laporan PKL ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu setiap saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan. Semoga laporan PKL ini dapat bermanfaat bagi penulis dan kita semua. Amin ya Allah ya Rabbal Allamin.
Depok Juli 2009
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26
5.1 Proses Produksi Jus Buah Pada CV. Winner Perkasa indonesia Unggul (WPIU) ... 39
5.2 Biaya Produksi ... 46
5.2.1 Penggunaan Biaya Langsung ... 46
5.2.2 Penggunaan Biaya Tidak Langsung... 48
5.3 Penetapan Harga Pokok Produksi (HPP) ... 53
5.3.1 Penetapan Harga Pokok Produksi Yang Biasa Digunakan Oleh Perusahaan Dengan Metode full Costing ... 54
5.3.2 Penetapan Harga Pokok Produksi Dengan Pendekatan Metode Acivity Based Costing (ABC) ... 54
5.4 Peruhitungan Harga pokok Produksi Jus Buah Pada CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul (WPIU) ... 55
5.5 Penetapan Harga Pokok Produksi Dengan Metode Activity Based Costing (ABC) ... 57
5.5.1 Penetapan Harga Pokok Produksi (HPP) Jenis Produk Jus Belimbing... 58
5.3.3 Penetapan Harga Pokok Produksi (HPP) Jenis Produk
Jus Wornas ... 70
5.6 Analisis Perbandingan HPP Antara Metode Konvensional ... 76
Dengan Metode ABC Untuk Jenis-Jenis Produk Jus Belimbing, Jus Jambu, jus Wornas ... 84
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 82
6.1 Kesimpulan ... 82
6.2 Saran... 84
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Biaya Bahan Baku untuk Masing-Masing Jenis Jus Buah Pada CV.WPIU
tahun 2009 ... 47 2. Biaya Bahan Tambahan untuk Masing-Masing Produk Jus Buah Pada
CV.WPIU tahun 2009 ... 49 3. Biaya Penggunaan Tenaga Listrik dan Gas Pada CV.WPIU tahun 2009 ... 52 4. Biaya Overhead Bersama Produk Jus Buah Pada CV.WPIU tahun 2009 ... 53 5. Jumlah Produksi dan Persentase Untuk Masing-Masing Produk
Jus Buah pada CV.WPIU Tahun 2009... 45 6. Total Biaya Produksi Dengan Menggunakan Metode Full Costing dan
Metode ABC Pada Perhitungan HPP Dari Masing-Masing Jenis Jus yang
Diproduksi Oleh CV.WPIU Tahun 2009... 76 7. Persentase Selisih HPP Antara Metode Konvensional dengan Metode ABC .. 77 8. Laba Terhadap Harga Penjualan Pada Masing-Masing Jenis Jus
Dengan HPP Antara Metode Full Costing dan Metode ABC ... 79
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Diagram Alir Pengolahan Sari Buah ... 10
2. Bagan Kerangka Pemikiran ... 25
3. Bagan Aktivitas Proses Produksi Pengolahan Jus Buah Pada CV.WPIU ... 31
4. Struktur Organisasi CV.WPIU... 34
5. Saluran Tataniaga Jus Buah Pada CV.WPIU... 35
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Dasar Alokasi Penggunaan Listrik Air Tiap-Tiap Jenis Jus Pada
CV.WPIU tahun 2009 ... 87
2. Total Biaya Kemasan Botol dan Karton Pada CV.WPIU Untuk Masing- Masing Jenis Jus Buah Tahun 2009... 88
3. Biaya Penyusutan Fasilitas dan Peralatan Produksi Jus Buah Pada CV.WPIU Tahun 2009 ... 89
4. Perhitungan Harga Pokok Produksi Jus Belimbing, Jus Jambu dan Jus wornas dengan Metode Konvensional Pada CV.WPIU Tahun 2009... 90
5 Ikhtisar Aktivitas dan Biaya atas Aktivita Produksi Jenis Jus Belimbing Tahun 2009 ... 91
6. Dasar Alokasi Cost Drivers Menurut Aktivitas Produk Jus Belimbing ... 92
7. Ringkasan Aktivitas Produksi Jus Belimbing Metode ABC Tahun 2009 ... 93
8. Perhitungan HPP Jenis Jus Belimbing Dengan Metode ABC ... 94
9. Ikhtisar Aktivitas dan Biaya atas Aktivita Produksi Jenis Jus Jambu Tahun 2009 ... 95
10. Dasar Alokasi Cost Drivers Menurut Aktivitas Produk Jus Jambu... 96
11. Ringkasan Aktivitas Produksi Jus Jambu Metode ABC Tahun 2009………. 97
12. Perhitungan HPP Jenis Jus Jambu Dengan Metode ABC... 98
13. Ikhtisar Aktivitas dan Biaya atas Aktivita Produksi Jenis Jus Wornas Tahun 2009 ... 99
14. Dasar Alokasi Cost Drivers Menurut Aktivitas Produk Jus Wornas... 100
15. Ringkasan Aktivitas Produksi Jus Wornas Metode ABC Tahun 2009... 101
16. Perhitungan HPP Jenis Jus Wornas Dengan Metode ABC………. 102
55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66
67 68 69 70 71 72 73 74
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kelancaran operasional suatu perusahaan tergantung pada kemampuan
manajemen dalam mengambil keputusan. Operasional perusahaan dapat berjalan
dengan baik, apabila informasi yang tersedia dapat dipercaya sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan. Sejalan dengan semakin berkembangnya volume
perusahaan, menuntut manajemen semakin efektif dalam mengatasi berbagai
masalah yang dihadapi.
Perkembangan suatu perusahaan akan diiringi kompleksnya aktivitas yang
dijalankan, hal itu menuntut adanya pelaksanaan aktivitas yang efektif dan efisien.
Dilain pihak manajer tidak dapat lagi memonitor secara langsung aktivitas yang
dijalankan oleh para bawahannya, namun perusahaan harus tetap mampu
menghasilkan produk yang berkualitas baik dengan harga yang wajar.
Agar produk yang dihasilkan dapat bersaing dipasaran, maka perusahaan
harus membuat suatu perencanaan yang matang dan sumber daya yang
dimilikinya dapat dimanfaatkan seefektif dan seefisien mungkin untuk mencapai
tujuan perusahaan, yaitu mendapatkan laba atau meminimalkan kerugian.
Proses produksi suatu produk, memerlukan pengorbanan sumber ekonomi
yang disebut biaya. Dalam suatu proses produksi, biaya-biaya tersebut meliputi
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
perusahaan mengetahui jumlah biaya yang sebenarnya, agar perusahaan dapat
menentukan harga pokok produksi.
Harga pokok produksi dalam perusahaan merupakan masalah intern yang
sangat membutuhkan perhatian. Harga pokok produksi biasanya
merupakan bagian yang paling besar dari seluruh biaya yang dikeluarkan.
Kesalahan dalam perhitungan harga pokok produksi akan mengakibatkan
ketidaktepatan dalam penyajian informasi akuntansi, yang pada akhirnya akan
mempengaruhi keputusan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang
menggunakan informasi akuntansi tersebut.
CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul (WPIU) adalah salah satu CV atau
perusahaan yang berada di kota Depok yang bergerak dibidang pengolahan jus
buah. Untuk menghasilkan harga jual yang bersaing dengan perusahaan
pengolahan sejenis, diperlukan adanya manajemen biaya yang bertujuan untuk
membuat biaya menjadi lebih efisien agar diperoleh harga jual yang bersaing dan
tidak memberatkan konsumen namun perusahaan tetap memperoleh keuntungan
tertentu dengan sewajarnya.
Dalam pengamatan peneliti selama ini, CV. WPIU menggunakan metode
konvensional (Full Costing), seiring dengan diversifikasi produk yang diproduksi
diperlukan perhitungan harga pokok produksi yang lebih akurat. Untuk itu peneliti
melakukan penelitian dengan judul ”Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi
Pengolahan Jus Buah Dengan Pendekatan Activity Based Costing (Studi
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana perhitungan harga pokok produksi pengolahan jus buah yang
dilakukan oleh CV. WPIU selama ini?
2. Apakah penghitungan harga pokok produksi pengolahan jus buah pada
CV.WPIU dengan menggunakan Activity Based Costing dapat dijadikan
dasar bagi penetapan harga pokok produksi yang efisien?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana perhitungan harga pokok produksi
pengolahan jus buah yang dilakukan CV. WPIU selama ini.
2. Menganalisa apakah penghitungan harga pokok produksi pengolahan jus
buah pada CV. WPIU dengan menggunakan Activity Based Costing
dapat dijadikan dasar bagi penetapan harga pokok produksi yang efisien.
1.4. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini hanya mengamati dan mendeskripsikan pelaksanaan proses
peroduksi dan menganalisis Penetapan Harga Pokok Produksi (HPP) pada
beberapa jenis produk jus, yaitu jus belimbing, jus jambu, dan jus wornas (wortel
dan nanas). Hal ini dikarenakan ketiga jus tersebut yang produktif diproduksi
setiap hari. Dianalisis secara kuntitatif dan kualitatif, analisis kuantitatif dilakukan
kedua jenis perhitungan HPP. Batasan ini dilakukan karena keterbatasan yang
dimiliki oleh peneliti dalam hal waktu, biaya, dan tenaga.
1.5. Manfaat Penelitian
Dari rumusan masalah dan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini
dapat diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi perusahaan, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dalam menentukan kebijakan material harga pokok produksi
2. Bagi penulis, dapat dijadikan pengalaman berharga dalam menerapkan ilmu
yang didapat di bangku kuliah dalam kehidupan sehari-hari khususnya untuk
memperoleh pengetahuan tentang harga pokok produksi.
3. Bagi pihak lain, yang berminat dapat dijadikan referensi oleh peneliti lain
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Jus
Dalam buku Pujimulyani (2009:117), sari buah dapat diartikan sebagai
cairan yang diambil atau diperas dari bagian buah yang dapat dimakan (edible
portion) dengan pengepresan atau cara mekanis yang lain. Sari buah keruh mengandung komponen sel dalam suspensi koloid dengan sejumlah hancuran
jaringan.
2.2. Cara Pengolahan Jus atau Sari Buah
Pengolahan sari buah pada dasarnya merupakan suatu proses yang
sederhana. Menurut Pujimulyani (2009:117), terdapat dua jenis pengolahan sari
buah, yaitu sari buah jernih (clarified juice) dan sari buah keruh (unclarified
juice). Proses pengolahan sari buah yang harus dilakukan adalah: 1. Sortasi, pengupasan dan pencucian
Buah disortasi dan dipilih yang matang dan bebas dari kerusakan
(biologis maupun mekanis). Setelah disortasi buah dikupas dan dicuci untuk
menghilangkan kulit dan kotoran-kotoran, noda, debu serta kotoran lain yang
tidak dikehendaki.
2. Pemotongan dan penghilangan biji
Setelah bahan bersih, pemotongan bahan menjadi bagian yang lebih
kecil dengan ukuran lima sentimeter, tujuannya adalah untuk meningkatkan
3. Blanching
Buah yang telah dibelah diberi perlakukan blanching (perendaman
pada air panas) pada suhu kurang lebih 85o C selama kurang lebih 10 menit.
Pengukuran suhu dilakukan dengan mengukur suhu uap (steam) menggunakan
thermometer. 4. Ekstraksi
Ekstraksi buah dimaksudkan untuk mengeluarkan air dalam buah
tersebut. Buah dihancurkan sampai menjadi bubur kemudian disaring. Untuk
mendapatkan ekstrak lebih banyak, biasanya dilakukan dengan alat press.
5. Penyaringan
Bubur buah hasil ekstraksi dilakukan penyaringan dengan kain saring
yang menghasilkan sari buah segar.
6. Penjernihan
Sari buah yang baru dipress mengandung hancuran sel dan bahan
koloid, senyawa pektat, gum, protein serta komponen lain. Sistem tersebut
distabilkan dengan hidrasi pertikel dan muatan listrik atau ion-ion yang
terserap oleh adanya pektin yang larut. Penjernihan spontan terjadi akibat
pembentukan kompleks protein-protein, pektat tidak larut atau
perubahan-perubahan berganda yang menghasilkan endapan yang mengandung bahan
tersuspensi dan komponen sari buah lainnya.
Penjernihan spontan atau alami biasanya berjalan lambat sehingga jika
diinginkan sari buah yang jernih maka proses penjernihan harus dipercepat.
karena adanya pektin maka sari buah viscous (pengendapan) dan penyaringan
lambat. Proses penjernihan dapat dipercepat dengan menambah suatu senyawa
yang dapat bereaksi dengan komponen sari buah. Penambahan senyawa
tersebut merangsang pembentukan endapan dengan membawa bahan-bahan
lain dalam suspensi. Bahan yang biasa ditambahkan yaitu gelatin yang akan
dikombinasi dengan fenolat membentuk kompleks yang tidak larut, tetapi
apabila jumlah berlebihan maka akan menstabilkan sistem koloidnya.
Efektivitas penambahan bahan tersebut tergantung pada faktor suhu, pH dan
konsentrasi ion-ion lain, misal oin ferri.
7. Stabilisasi
Sari buah merupakan sistem dispersi, yaitu suatu sistem yang terdiri
dari dua fase, fase satu sebagai pertikel yang harus tersebar merata dalam fase
yang lain, jika fase terdispersi merupakan bahan padat dan medium
pendispersinya cair maka disebut fase emulsi. Penampakan keruh pada sari
buah keruh dipengaruhi oleh kestabilan suspensinya. Kestabilan suspensi
merupakan suatu keadaan padatan terdispersi merata dalam medium
pendispersinya dan tidak terjadi penggabungan pertikel manjadi berukuran
besar yang mengakibatkan terjadinya pengendapan. Upaya untuk
mempertahankan sistem dispersi tersebut dengan menambah zat penstabil
yang bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan kecenderungan
penggabungan pertikel dan pengendapan. Zat penstabil yang dapat
Semakin tinggi konsentrasi CMC yang ditambahkan, maka stabilitas
suspensi sari buah yang dihasilkan semakin tinggi. Hal ini karena gugus CMC
yang bersifat hidrofilik akan menyerap air dan membentuk jaringan tiga
dimensi, sehingga air yang sebelumnya berada di luar granula bergerak bebas,
tidak dapat lagi bergerak bebas. Penambahan hidrokoloid bersifat melindungi
koloid yang dapat melapisi seluruh pertikel padatan sehingga mencegah
terjadinya penggabungan pertikel-partikel yang terdispersi, sehingga
suspensinya stabil. Pada sari buah keruh perlu dilakukan pencegahan proses
penjernihan secara spontan.
Penyaringan pada sari buah keruh dilakukan apabila bahan-bahan
tersuspensi dihilangkan dengan proses finning. Pada beberapa jenis sari buah
penghilangan protein dengan penambahan bentonit lebih efektif.
8. Pasteurisasi
Pamanasan sebagai tahap pengawetan dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya kerusakan pada sari buah. Seperti diketahui sari buah cukup baik
untuk pertumbuhan mikroorganisme yang tidak dikehendaki terutama yeast
dan masih memungkinkan adanya bau dan aroma khas dari buah. Pasteurisasi
dilakukan pada suhu 80o C selama 20 menit.
9. Pembotolan dan penghilangan udara (exhausting)
Sari buah yang telah dipasteurisasi dimasukkan ke dalam botol yang
telah disterilkan dengan kapasitas 250 ml. Air buah yang dimasukkan masih
dalam keadaan panas, hal ini dimaksudkan untuk meminimalkan kontaminan
dalam botol dihilangkan dengan jalan pemanasan dalam air mendidih selama
kurang lebih lima menit.
10.Penutupan
Setelah exhausting maka tahap selanjutnya adalah penutupan yang merupakan proses finishing dari pembuatan sari buah. Diagram alir alir
Buah matang
Sortasi, pengupasan, pencucian
keterangan: (CMC, gum arab, bahan hirrokoloid)
Pemotongan dan penghilangan biji
2.3. Harga
Harga dapat diartikan sebagai jumlah uang (satuan moneter) dan atau
aspek (non moneter) yang mengandung utilitas atau kegunaan tertentu yang
diperlukan untuk mendapatkan suatu produk (Tjiptono dkk, 2008: 465).
Sedangkan menutur Kotler dan Armstrong (2003: 430), harga adalah sejumlah
uang yang harus dibayarkan atas barang atau jasa.
Menurut Swastha (1998: 241), harga adalah jumlah uang (ditambah
beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah
kombinasi dari barang beserta pelayanannya. Dari beberapa pengertian harga di
atas, maka harga dapat diartikan sebagai nilai pertukaran yang ditetapkan oleh
penjual dan pembeli untuk memperoleh suatu produk atau jasa yang diukur
dengan sejumlah uang yang dikeluarkan oleh pembeli untuk mendapatkan
sejumlah kombinasi dari barang atau jasa berikut pelayanannya.
2.4. Harga Pokok Produksi
Menurut Mulyadi (2005: 17) harga pokok produksi merupakan
biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk, sedangkan
menurut Hansen dan Mowen (2009: 60), harga pokok produksi adalah total biaya
barang yang diselesaikan selama periode berjalan.
Menurut Krismiadji (2002: 41), harga pokok produksi adalah proses
pembebanan biaya manufaktur (produksi) kepada produk yang dibuat. Mulyadi
(2005: 65) menambahkan bahwa informasi harga pokok mempunyai manfaat
1. Menentukan harga jual produk
2. Memantau realisasi biaya produksi
3. Menghitung laba atau rugi periodik
4. menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses
yang disajikan dalam neraca.
2.5. Metode Penetapan Harga Pokok Produksi
Menurut Mulyadi (2005: 17), dalam memperhitungkan biaya-biaya ke
dalam harga pokok produksi terdapat dua pendekatan yaitu: full costing dan
variable costing. Metode full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi baik yang bersifat
variabel maupun tetap. Harga pokok produksi yang dihitung dengan
menggunakan metode full costing terdiri dari unsur harga pokok produksi (biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik, dan biaya
overhead pabrik tetap), kemudian ditambah dengan biaya non produksi ( biaya
pemasaran, dan biaya administrasi dan umum).
Sedangkan metode varibel costing merupakan metode penentuan harga
pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang bersifat
variabel. Harga pokok produksi yang dihitung dengan menggunakan metode
variable costing dari harga pokok variabel (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel). Kemudian ditambah dengan biaya
non produksi variabel (biaya pemasaran variabel, biaya administarasi dan umum
variabel), dan biaya periode (biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap,
Metode full costing baik digunakan karena dapat membantu manajemen dalam mambuat keputusan jangka panjang. Selain itu metode full costing
mempunyai keunggulan dibandingkan dengan metode variabel costing karena
dapat mengidentifikasi dengan lebih cermat setiap jenis biaya yang dikeluarkan
oleh perusahaan. Sedangkan metode variabel costing baik digunakan hanya untuk
mengambil keputusan jangka pendek. Metode ini kurang tepat digunakan utnuk
mengidentifikasi setiap biaya yang dikeluarkan secara cermat karena hanya
memperhitungkan biaya variabel saja. Dari pengertian di atas dapat dikatakan
bahwa keduanya merupakan metode konvensional yang berdasarkan metode
volume based costing, dan yang sering dugunakan oleh perusahaan adalah metode full costing.
Kelebihan dari metode konvensional adalah mudah diterapkan, mudah
diaudit dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum. Sistem ini
tidak banyak menggunakan cost drivers (pemicu biaya) dalam mengalokasikan
biaya overhead, sehingga hal ini memudahkan bagi manajemen perusahaan dan auditor untuk malakukan perhitungan dan proses audit. Selain itu sistem ini telah
lama diterapkan sehingga tidak terlalu sulit untuk mengadakan penyesuaian
terhadap sistem ini.
Kelemahan dari metode konvensional adalah secara potensial mendistorsi
biaya produk. Hal ini terjadi karena biaya dialokasikan secara tidak langsung
kepada produk dengan menggunakan suatu dasar yang tidak sempurna dengan
suatu biaya produk senantiasa terus meningkat, dimana pada saat persentase biaya
overhead semakin besar maka distorsi biaya juga semakin besar.
Menurut Horngren dan Carles (1994: 56), metode perhitungan harga
pokok terdiri dari dua metode, yaitu:
1. Volume Based Costing System
Volume based costing system dikenal dengan sistem akuntansi biaya
tradisional, dalam metode ini pola konsumsi input, jumlah overhead serta
overhead per unit produk dialokasikan pada masing-masing produk berdasarkan volume dan unit. Alokasi ini kurang mencerminkan biaya
aktivitas penanganan produk sesungguhnya. Hal ini mengakibatkan produk
dengan volume produksi besar mendapatkan alokasi biaya yang besar dan
produksi dengan volume produksi kecil dibebani biaya produksi yang relatif
kecil pula.
2. Activity Based Costing System
Activity based costing system merupakan suatu metode penentuan harga pokok yang menelusuri biaya atas dasar aktivitas dan kemudian ke produk.
Alokasi ini berhubungan dengan konsumsi aktivitas dan penanganan produk
sesungguhnya. Konsep seperti ini mendorong adanya penggolongan aktivitas
penambah nilai dan aktivitas bukan penambah nilai, sehingga memungkinkan
untuk mengurangi aktivitas bukan penambah nilai bahkan menghilangkannya
sama sekali. Data yang dibutuhkan dalam menggunakan metode ini lebih
akurat.
2.6. Biaya dan Klasifikasinya
Menurut Hansen dan Mowen (2006: 40), biaya adalah kas atau nilai
ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang
diharapkan memberi manfaat saat ini atau dimasa yang akan datang bagi
perusahaan. Biaya sebagai suatu nilai tukar, pengeluaran atau pengorbanan yang
dilakukan untuk menjamin perolehan manfaat (Carter, 2009:30). Sedangkan
menurut Krismiadji (2002: 18), biaya atau cost adalah kas atau ekuivalen kas yang dikorbankan untuk membeli barang atau jasa yang diharapkan akan memberikan
manfaat bagi perusahaan saat sekarang atau untuk periode mendatang.
Menurut Bustami dan Nurlela (2009:5), biaya adalah pengorbanan sumber
ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan
terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Prawironegoro dan
Durwanti (2009: 19) biaya adalah kas dan setara kas yang dikorbankan untuk
memproduksi atau memperoleh barang atau jasa yang diharapkan akan
memperoleh manfaat atau keuntungan dimasa mendatang.
Menurut Mulyadi (2005: 8), biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi
yang diukur dalam satuan uang, yang telah tejadi atau yang mungkin akan terjadi
untuk tujuan tertentu. Sehingga dapat disimpulkan menjadi empat pokok dalam
definisi biaya tersebut:
1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi
2. Diukur dalam satuan uang
Menurut Mulyadi (2005: 14-17), biaya dapat diklasifikasikan berdasarkan:
1. Objek Pengeluaran
Dalam objek ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar
penggolongan biaya, misalnya nama obyek pengeluaran adalah bahan bakar,
maka pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya bahan
bakar.
2. Fungsi pokok dalam perusahaan
Dalam fungsi pokok biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok, yaitu:
a. Biaya produksi
Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku
menjadi produk jadi yang siap untuk dijual, menurut obyek pengeluarannya
secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi: biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
b. Biaya pemasaran
Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan
pemasaran produk, contohnya adalah: iklan, promosi, biaya angkutan dari
gudang perusahaan ke gudang pembeli, gaji karyawan bagian pemasaran.
c. Biaya administrasi dan umum
Merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi
dan pemasaran produk, contohnya adalah: gaji karyawan bagian keuangan,
akuntan dan biaya foto kopi. Jumlah biaya pemasaran dan biaya
administrasi dan umum sering pula disebut dengan istilah biaya komersial.
3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayainya
Biaya ini dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu:
a. Biaya langsung
Adalah biaya yang terjadi, di mana penyebab satu-satunya adalah
karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tersebut
tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. Biaya produksi
langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
b. Biaya tidak langsung
Adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu
yang dibiayai, biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk
disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead
pabrik, contohnya adalah gaji mandor dan biaya listrik.
4. Perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan
Dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan biaya dapat
digolongkan menjadi:
a. Biaya variabel
Adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan
perubahan volume kegiatan, contohnya adalah biaya bahan baku dan biaya
b. Biaya semi variabel
Adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan
volume kegiatan, biaya semi variabel mengandung unsur biaya tetap dan
unsur biaya variabel.
c. Biaya semi fixed
Adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan
berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.
d. Biaya tetap
Adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume
kegiatan tertentu, contohnya adalah gaji direktur produksi.
5. Jangka Waktu Manfaatnya
Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Pengeluaran modal
Adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode
akuntansi (biasanya satu periode akuntansi adalah satu tahun). Contohnya
adalah pengeluaran untuk pembelian aktiva tetap, untuk promosi
besar-besaran dan pengeluaran-pengeluaran riset dan pengembangan suatu
produk.
b. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures)
Adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode
akuntasi terjadinya pengeluaran tersebut, contohnya adalah biaya iklan dan
biaya tenaga kerja.
2.7. Definisi Activity Based Costing (ABC)
Para ahli manajemen dan akuntansi mendefinisikan ABC sebagai berikut:
Carter (2009: 528), ABC didefinisikan sebagai suatu sistem perhitungan biaya
dimana tempat penampungan biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu di
alokasikan menggunakan dasar yang mencakup satu atau lebih faktor yang tidak
barkaitan dengan volume (non-volume related factor).
Witjaksono (2006: 208), mendefinisikan ABC adalah suatu metode
akuntansi biaya di mana pembebanan harga pokok produksi merupakan
penjumlahan seluruh biaya aktivitas yang menghasilkan (produksi) barang atau
jasa. Aktivitas atau transaksi yang menyebabkan terjadinya biaya produk barang
atau jasa disebut sebagai cost driver. Menurut Garrison dan Brewer (2006: 440),
mendefinisikan ABC sebagai metode costing yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk keputusan stratejik dan keputusan lainnya
yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas dan juga biaya tetap.
ABC adalah suatu pendekatan penentuan biaya produksi yang
membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi sumber daya yang
disebabkan karena aktivitas (Komarudin, 2005: 15). Sedangkan menurut Mulyadi
(2003: 53), ABC adalah sistem informasi biaya berbasis aktivitas yang didesain
untuk memotivasi personel dalam melakukan pengurangan biaya dalam jangka
panjang melalui pengolahan aktivitas. ABC didesain dengan keyakinan dasar
bahwa biaya hanya dapat dikurangi secara signifikan melalui pengelolaan
ditujukan untuk mengarahkan seluruh aktivitas organisasi kepenyediaan produk
atau jasa bagi kepentingan pemuasan kebutuhan konsumen.
2.7.1. Kelebihan Sistem ABC
Menurut Maher dan Deakin (1997:48) kelebihan sistem ABC adalah:
1. Kalkulasi biaya berdasarkan aktivitas memberikan ukuran biaya yang lebih
rinci daripada metode alokasi menyeluruh atau departemen.
2. Kalkulasi biaya berdasarkan kegiatan dapat membantu pihak pemasaran
dengan memberikan angka biaya produk yang lebih akurat untuk digunakan
dalam pengambilan keputusan tentang penetapan harga.
3. Bagian produksi juga mendapat manfaat karena kalkulasi biaya berdasarkan
kegiatan memberikan informasi yang lebih baik tentang berapa biaya setiap
kagiatan. Dengan metode kalkulasi biaya berdasarkan kegiatan pula dapat
mengidentifikasi penggerak biaya (cost driver) yaitu kegiatan yang menimbulkan biaya yang sebelumnya tidak diketahui.
2.7.2. Kelemahan Sistem ABC
Kelemahan sistem ABC menurut Garrison dan Brewer(2006: 472) adalah:
1. ABC adalah proyek besar yang membutuhkan sumber daya yang besar dan
mahal.
2. ABC menghasilkan angka yang berbeda dengan angka yang dihasilkan oleh
sistem tradisional, tetapi manajer terbiasa menggunakan sistem perhitungan
main perusahaan, perubahan dalam organisasi khususnya yang mengubah aturan
main cenderung mendapat perlawanan dari karyawan.
3. Data ABC dapat dengan mudah disalah artikan dan harus digunakan dengan
hati-hati ketika mengambil keputusan. Biaya yang dibebankan kepada produk,
pelanggan dan obyek biaya lainnya hanya dilakukan bila secara potensial
relevan. Sebelum membuat keputusan yang signifikan dengan menggunakan
data ABC, manajer harus mengidentifikasi biaya mana yang betul-betul relevan
dengan keputusan saat itu.
2.7.3. Perbedaan ABC Dengan Sistem Akuntasi Tradisional
Menurut Mulyadi (1993: 187), perbedaan ABC dengan sistem Full Costing adalah sebgai berikut:
1. ABC menitikberatkan pertanggungjawaban aktivitas bukan
pertanggungjawaban biaya. Biaya terjadi sebagai akibat adanya aktivitas, oleh
karena itu fokus pengendalian biaya diubah dari yang semula dipusatkan
terhadap biaya, sekarang di pusatkan terhadap penyebab terjadinya biaya yaitu
aktivitas. Karena aktivitas tidak dibatasi oleh pusat pertanggungjawaban
seperti departemen, maka ABC bersifat menyeluruh dan merupakan
pendekatan menyeluruh dalam pengendalian biaya.
2. Sistem akuntansi pertanggung jawaban full costing memfokuskan
pengendalian terhadap biaya dengan cara menghubungkan biaya dengan
manajer yang memiliki wewenang atas terjadinya biaya. Sedangkan dalam
aktivitas penambah dan bukan penambah nilai, sehingga dapat merencanakan
program pengelolaan aktivitas dan memantau dampak program tersebut
terhadap pengurangan biaya.
2.8. Penelitian Terdahulu
Rahany (2003) yang meneliti tentang penetapan harga pokok produksi
dengan metode Activity Based Costing pada PT. Surabraja Food Industry Cirebon,
Jawa Barat, menyimpulkan bahwa dari hasil perhitungan dengan menggunakan
metode ABC dapat dilihat bahwa harga pokok produksi untuk kelompok produk
yang bervolume besar akan mengalami penurunan jika dibandingkan dengan
perhitungan menggunakan metode konvensional yang digunakan oleh perusahaan.
Hal ini disebabkan kerena dalam ABC, aktivitas yang diperhitungkan adalah
aktivitas penambah nilai dan menghilangkan aktivitas yang tidak perlu, sehingga
penelitian ini merekomendasikan metode ABC untuk digunakan dalam
perhitungan harga pokok produksi bagi perusahaan.
2.9. Kerangka Pemikiran
Tujuan dari didirikannya suatu usaha adalah untuk mendapatkan
keuntungan guna menjaga kelangsungan hidup perusahaannya, disamping tujuan
lain yang bersifat sosial seperti memberikan kesempatan kerja atau memenuhi
suatu kebutuhan tertentu. Perencanaan keuntungan tersebut bukanlah suatu hal
yang mudah karena penetapannya harus didasarkan pertimbangan baik dari intern
maupun dari ekstern yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi
Persaingan yang semakin ketat dalam industri minuman jus buah, terutama
dalam persaingan harga jual membuat perusahaan harus jeli dalam menetapkan
harga jualnya. Penetapan suatu harga jual tidak lepas dari penetapan harga pokok
produksi, kerena dalam menentukan harga jual perlu dipertimbangkan harga
pokok produksi disamping biaya pemasaran, administrasi dan umum.
Dalam penetapan keuntungan yang diperoleh selama jangka waktu
tertentu, maka perusahaan perlu mengetahui berapa hasil yang diperoleh dari
penjualan produksi dan biaya-biaya yang harus diperhitungkan dalam rangka
penjualan produksi yang dimaksud. Perusahaan perlu menetapkan suatu harga
pokok yang tepat dalam memasarkan produknya agar mampu bersaing di pasaran.
Terdapat beberapa metode dalam penetapan harga pokok produksi,
umumnya perusahaan menggunakan metode konvensional (full costing) dalam penetapan harga pokok produksinya. Metode ini mudah diaplikasikan namun
kurang mencerminkan biaya-biaya aktivitas penanganan produk yang
sesungguhnya, sehingga penentuan harga pokok produksi kurang tepat. Untuk itu
dilakukan suatu alternatif perhitungan harga pokok produksi dengan
menggunakan metode ABC yang mendistribusikan biaya-biaya yang berkaitan
dengan aktivitas pembentukan produk secara terkoordinasi. Dengan metode ABC
yang berbasis aktivitas, perusahaan lebih mudah mengendalikan kegiatan produksi
dengan penekanan hanya pada aktivitas yang berhubungan dengan penciptaan
nilai tambah.
menguntungkan dua pihak, baik perusahaan ataupun konsumen, sehingga
perusahaan mampu bersaing di pasaran dengan harga yang terjangkau oleh
konsumen. Untuk lebih jelasnya bagan kerangka pemikiran disajikan pada
CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul
Proses produksi perusahaan
Biaya Produksi
1.biaya langsung, 2. biaya tidak langsung
Metode penetapan harga pokok produksi
Penetapan harga pokok produksi perusahaan (konvensional)
Hasil analisis
Penetapan harga pokok produksi dengan metode ABC
Metode Penetapan harga pokok produksi yang direkomendasikan bagi perusahaan
Metode ABC
Kelebihan: mencerminkan konsumsi sumberdaya yang sesungguhnya pada setiap aktivitas dalam pembuatan suatu produk.
Kalemahan:rumit dalam perhitungan HPP Metode Full Costing
Kelebihan: mudah diterapkan
Kelemahan: tidak mencerminkan konsumsi sumberdaya yang sesungguhnya dalam pembuatan produk
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penentuan tempat penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu pada CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul (WPIU) yang beralamatkan di
Sawangan, Depok 16511, Jawa Barat. Waktu penelitian dilakukan pada bulan
Maret sampai April 2010. Perusahaan ini dipilih atas dasar pertimbangan bahwa
perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan perseorangan yang berskala kecil
namun melakukan diversifikasi dalam produknya dan memiliki potensi
perkembangan yang baik pada masa yang akan datang, selain itu adanya
transparansi data-data yang dapat memudahkan peneliti untuk melakukan
penelitiannya di perusahaan tersebut.
3.2. Sumber Data
Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer didapat melalui pengamatan langsung dan wawancara
langsung dengan pihak perusahaan, serta data-data atau dokumen-dokumen
perusahaan. Data sekunder melangkapi data primer dan diperoleh dari
literatur-literatur berupa buku teks, skripsi, maupun literatur-literatur lainnya yang dianggap relevan
dengan penelitian ini.
3.3. Metode Pengumpulan Data
1. Wawancara
Wawancara yang dilakukan oleh peneliti dimaksudkan untuk
mendapatkan informasi mengenai jenis jus apa saja yang diproduksi oleh
CV.WPIU, biaya-biaya apa saja yang dikeluarkan untuk memproduksi jus
buah, bahan-bahan apa saja yang dibutuhakan dalam memproduksi jus
buah, peralatan apa saja yang dibutuhkan untuk memproduksi jus buah,
dan gambaran umum tentang perusahaan. Wawancara dilakukan dengan
pemilik sekaligus manajer CV.WPIU.
2. Observasi
Observasi dilakukan melalui pengamatan langsung terhadap
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan proses produksi serta
informasi-informasi lain yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
Variabel-variabel yang akan diamati adalah kegiatan atau aktivitas yang
berlangsung pada saat proses produksi.
3. Studi Pustaka
Studi pustaka yang dilakukan mengacu pada literatur-literatur yang
dianggap relevan dengan penelitain ini.
3.4. Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah analisis data kuantitatif dan analisis
data kualitatif.
3.4.1. Analisis Kualitatif
3.4.2. Analisis Kuantitatif
Metode analisis data yang digunakan untuk data kuantitatif harga pokok
produksi adalah melalui pendekatan perhitungan yang dilakukan oleh CV.WPUI
yaitu dengan metode full costing dan dengan metode yang akan diteliti yaitu
dengan metode activty based costing (ABC). Pengolahan data kuantitatif ini menggunakan alat bantu kalkulator.
3.3.2.1 Perhitungan Harga Pokok Produksi Pada CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul
Sebelum dilakukan perhitungan harga pokok produksi dengan metode
ABC, terlebih dahulu dilakukan perhitungan harga pokok produksi yang sudah
biasa dilakukan oleh perusahaan, kemudian kedua metode ini dibandingkan.
Perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan perusahaan adalah perhitungan
harga pokok produksi dengan metode full costing.
Perhitungan harga pokok produksi dengan metode full costing diperoleh dengan menjumlahkan biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik (BOP). Metode ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Harga Pokok Produksi (HPP) = Biaya Bahan Baku (BBB) + Biaya Tenaga Kerja
Langsung (BTKL) + Biaya Overhead Pabrik (BOP)
3.3.2.2. Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Metode Activity Based
Costing (ABC).
Dalam metode ABC, aktivitas yang akan diidentifikasi dari proses
pengolahan adalah pada kegiatan awal produksi hingga pengemasan jus.
1. Biaya utama: mencakup biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung
2. Biaya overhead bersama: mencakup biaya listrik, biaya depresiasi mesin dan peralatan, biaya depresiasi bangunan, biaya bahan penolong, biaya bahan
bakar, dan biaya kemasan.
Perhitungan harga pokok produksi dengan metode ABC dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut:
1. Menentukan aktivitas produksi, pada tahap ini yang dilakukan adalah
menentukan aktivitas-aktivitas sesungguhnya yang dilakukan pada saat proses
produksi berlangsung.
2. Menggolongkan jenis biaya atas aktivitas, pada tahap ini yang dilakukan
adalah menggolongkan biaya-biaya produksi yang terjadi berdasarkan
aktivitas produksi yang sudah ditentukan.
3. Menentukan cost drivers dan nilainya, dimana perhitungannya terdiri atas: 1. Biaya listrik dengan cost drivers lama pemakaian.
2. Depresiasi mesin dan peralatan dengan cost drivers jam mesin dan jam peralatan.
3. Depresiasi bangunan dengan cost drivers alokasi luas lantai.
4. Biaya gas dengan cost drivers jam mesin.
4. Menghitung nilai tarif/aktivitas, nilai tarif/aktivitas dihitung dengan cara
membagi jumlah total biaya atas aktivitas dengan nilai cost drivers atas aktivitasnya.
5. Menghitung nilai biaya/aktivitas/produk, produksi jus memiliki nilai aktivitas
yang didasarkan pada besarnya persentase konsumsi aktivitas terhadap nilai
pemicu biayanya (cost drivers). Nilai biaya/aktivitas/produk dihitung dengan
mengalikan nilai tarif/aktivitas dengan nilai aktivitas yang membentuk
produk.
6. Perhitungan harga pokok produksi, tahap terakhir adalah menghitung harga
pokok produksi yang dihitung dengan cara membagi total biaya produksi
dengan jumlah produk yang dihasilkan. Biaya produksi yang dihitung terdiri
dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead
pabrik.
3.4.3. Aktivitas Proses Produksi
Dalam metode ABC, aktivitas yang akan diidentifikasi dari proses
pengolahan adalah pada kegiatan awal produksi hingga pengemasan jus. Adapun
Penimbangan
Pengupasan dan Pencucian
Blancingdan Penirisan
Penghancuran atau Penghalusan
Filtrasi Pertama
Pemasakan
Filtrasi ke dua
pengemasan
Gambar 3. Bagan Aktivitas Proses Produksi Pengolahan Jus Buah Pada CV.WPIU
3.4. Definisi Oprasional
1. Bahan baku yang dimaksud adalah bahan baku dalam membuat produk
jus, biaya bahan baku adalah biaya bahan baku yang dipakai selama
periode 2009.
2. Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan
untuk mengupah tenaga kerja langsung, di mana jasa yang diberikan
3. BOP sesungguhnya yang terjadi pada saat proses produksi yang terdiri
atas biaya listrik mesin, biaya depresiasi peralatan, biaya depresiasi
bangunan, biaya bahan pembantu, biaya bahan bakar, dan biaya
kemasan.
4. Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya yang dikeluarkan
perusahaan untuk mengupah tenaga kerja tidak langsung atau tenaga
kerja yang bekerja bukan pada proses produksi, di mana jasa yang
diberikan dapat dihitung langsung dalam pembuatan produk, biaya ini
meliputi upah, bonus, tunjangan dan kesejahteraan.
5. Depresiasi bangunan yang digunakan adalah besarnya luas lantai yang
digunakan dan biaya depresiasi mesin dialokasikan berdasarkan
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1. Sejarah Umum Perusahaan
Awal berdirinya CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul (WPIU) adalah
kelompok kerja yang bergerak pada bidang pengolahan buah menjadi aneka
macam produk olahan seperti jus, sirup, selai dan instan. Seiring berjalannya
waktu, maka kelompok kerja tersebut masing-masing membuat usaha sendiri.
Salah satu kelompok yang memisahkan diri tersebut adalah CV.WPIU
Ada komitmen dari masing-masing kelompok untuk mengatur jenis
produksi olahan buah menjadi jus, sirup, selai dan instan sebagai produk
utamanya. Namun bukan berarti tidak boleh memproduksi jenis olahan yang lain,
maka CV.WPIU yang sebenarnya memproduksi jus tetapi juga produk olahan
lainnya seperti sirup dan selai, meskipun belum diproduksi secara kontinu setiap
hari dan hanya diproduksi bila ada pesanan saja atau untuk pameran. Pada bulan
september 2005 berdirilah CV.Winner Perkasa Indnesia Unggul dengan Ibu Maria
Gigih Sandy sebagai pemiliknya.
Merek dagang Winner Perkasa Indonesia Unggul, digunakan oleh
pemiliknya agar CV ini menjadi pemenang di dalam industri pengolahan buah,
baik di dalam negri maupun di manca negara. Penggunaan kata Indonesia agar
Indonesia tidak selalu dilecehkan oleh bangsa lain dan mereka mengetahui bahwa
Indonesia memiliki sumberdaya alam dan sumber daya manusia yang unggul.
mencintai produk Indonesia. Target ini dijadikan sebagai misi yang harus dicapai
oleh CV.WPIU ke depannya. Adapun visi CV.WPIU adalah mensejahterakan
masyarakat sekitar melalui pemberdayaan lingkungan guna menciptakan lapangan
kerja bagi warga terutama ibu-ibu rumah tangga dan anak-anak yang putus
sekolah yang telah menginjak usia kerja.
Sebenarnya CV.WPIU belum memiliki struktur organisasi yang
seharusnya diterapkan didalam suatu perusahaan. Kekuasaan tertinggi dimiliki
oleh Ibu Maria selaku pemilik, yang juga merangkap sebagai pengawas pada
setiap proses produksi dan pemasaran. Apabila Ibu Maria berhalangan, maka
tugas tersebut dialihkan kepada anaknya yang juga mempunyai saham dalam CV
tersebut. Tanaga kerja yang bertugas pada masing-masing bagian langsung di
bawah pemilik. Adapun struktur organisasi perusahaan CV.WPIU dijelaskan pada
gambar di bawah ini.
--- Manajer
Staf memasak Staf pengemasan
Staf administrasi komanditer
Gambar 4. Struktur Organisasi CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul
Jumlah tenaga kerja tetap CV.WPIU saat ini berjumlah enam orang,
perusahaan belum dapat menambah jumlah tenaga kerja dikarenakan alasan
tertentu pemiliknya. Namun demikian, untuk mencapai visi perusahaan pemilik
pada bulan Ramadhan, perusahaan dapat merekrut 18 tenaga kerja tambahan
mengantisipasi permintaan produk yang meningkat.
Bahan baku buah belimbing diperoleh dari pusat koprasi belimbing dewa
atau petani belimbing yang berada di sekitar perusahaan, sedangkan bahan baku
buah jambu diperoleh dari petani jambu yang berada di sekitar perusahaan. Dan
untuk bahan baku nanas serta wortel diperoleh dari pasar tradisonal.
Bahan tambahan makanan diperoleh dari toko yang menjual perlengkapan
bahan-bahan pembuatan kue sehingga aman untuk dikonsumsi, untuk kemasan
CV.WPIU mambelinya pada toko khusus yang menyediakan kemasan plastik
untuk makanan. Karton kemasan dipesan secara khusus pada percetakan karton.
Untuk saluran distribusi CV.WPIU memasarkan produknya melalui
agen-agen yang menjual kepada konsumen akhir. Namun tidak jarang pihak CV.WPIU
memasarkannya secara langsung ke koperasi-koperasi di sekolah atau dinas
pemerintahaan yang berada di kota Depok. Pasar yang dituju begitu beragam
mulai dari ibu-ibu PKK, pekerja kantoran atau dinas pemerintahan termasuk
kepada anak-anak sekolah, bahkan tidak jarang ada permintaan dari luar kota
seperti dari Riau. Alur pemasaran produk CV.WPIU dapat digambarkan sebagai
berikut:
CV. WPIU Agen
Koperasi Konsumen akhir Koprasi
CV.WPIU
4.2. Peralatan Produksi Pada CV.WPIU
Peralatan yang dibutuhkan dan digunakan selama pembuatan jus buah
belimbing cukup sederhana, dan bisa kita temukan sehari-hari di rumah sebagai
peralatan dapur. Adapun peralalatan-peralatan tersebut adalah:
1. Keranjang plastik
Keranjang plastik digunakan sebagai wadah atau tempat untuk
meletakkan buah yang diterima dari suplier atau buah yang telah dibeli di pasar. 2. Timbangan
Timbangan adalah salah satu alat penting yang digunakan dalam proses
penerimaan bahan baku. Timbangan yang digunakan adalah timbangan manual.
Timbangan manual digunakan untuk menimbang buah yang akan digunakan
sebelum dilakukan proses selanjutnya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
seberapa banyak bahan baku buah yang akan diolah selanjutnya.
3. Pisau tahan karat (stainless steel)
Pisau berfungsi untuk membersihkan dan mengupas buah. Trimming
(pemangkasan) yaitu proses pembuangan bagian buah yang tidak berguna (tidak
dapat dimakan).
4. Blender
Blender berfungsi untuk menghancurkan buah setelah dilakukan
5. Bak plastik
Bak plastik digunakan untuk menempatkan buah yang telah selesai
dibersihan. Bak plastik juga digunakan dalam melakukan pencelupan buah ke
dalam air panas sebelum buah dihancurkan.
6. Penyaring atau saringan
Penyaring atau saringan adalah alat yang digunakan untuk menyaring hasil
penghancuran buah. Alat ini juga digunakan untuk menyaring hasil akhir
pengolahan jus agar dihasilkan jus buah yang jernih.
7. Kompor
Kompor adalah alat yang digunakan sebagai pemanas selama proses
pemasakan dan pencampuran bahan baku utama dan bahan baku tambahan.
8. Panci stainless steel
Panci stainless steel digunakan sebagai wadah atau tempat pemasakan dan pencampuran semua bahan baku yang dibutuhkan dalam pengolahan jus buah.
9. Pengaduk
Pengaduk adalah alat yang digunakan untuk mengaduk semua bahan baku
yang telah dicampur dalam panci stainless steel selama proses pemasakan diatas kompor.
10. Pengemas Water Dispenser
Pengemas water dispenser adalah suatu alat yang berupa wadah tertutup yang digunakan sebagai alat untuk mengemas hasil olahan jus buah ke dalam
11. Krat Botol
Krat botol digunakan untuk menempatkan kemasan jus buah yang telah
selesai dikemas dalam botol plastik kemasan. Jus buah tersebut disusun dalam
krat botol untuk didinginkan dengan menggunakan air dingin.
12. Lemari Pendingin
Lemari pendingin adalah salah satu perlengkapan yang dibutuhkan untuk
menyimpan produk akhir jus buah yang telah selesai dikemas. Biasanya lemari
pendingin hanya digunakan untuk menyimpan jus buah yang tidak lolos uji visual
yaitu kemasan botol plastik berkerut yang disebabkan karena jus buah yang masih
terlalu panas sudah dikemas.
13. Botol Plastik dan Label
Kemasan botol plastik yang digunakan adalah dengan ukuran berat bersih
(netto) 250 ml. Kemudian penutup botol yang digunakan sebagai penutup kemasan botol plastik adalah dari jenis plastik. Adapun bahan label yang
digunakan adalah berupa kertas label yang berfungsi sebagai identitas produk
(brand image) dan selain itu juga untuk memperindah penampakan atau daya
tarik.
14. Karton
Karton yang digunakan sebagai wadah pengepak adalah berbentuk persegi
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Proses Produksi Jus Buah Pada CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul (WPIU).
Dari hasil penelitian diketahui bahwa CV.Winner Perkasa Indonesia
Unggul (WPIU) memproduksi jus buah belimbing, jus buah jambu biji merah dan
jus buah wortel dan nanas (Wornas), selain tiga produk tersebut CV.WPIU juga
memproduksi jus buah seperti jus mangga dan jus buah yang lain sesuai
musimnya. Selain memproduksi jenis jus buah CV.WPIU juga memproduksi
sirup buah, dan selai buah.
Untuk produksi jus buah musiman, sirup buah, dan selai buah, tidak
dibahas dalam penelitian ini dikarenakan produk-produk tersebut merupakan
produk pesanan yang hanya diproduksi apabila ada pesanan saja atau sedang ada
pameran, sehingga tidak secara kontinu diproduksi setiap hari dan pada penelitian
ini tidak dibahas tentang penentuan harga pokok pesanan.
Pada dasarnya proses produksi jus buah yang dilakukan oleh CV,WPIU
adalah sama, baik itu dari alat yang digunakan maupun bahan pembantu yang
dipakai. Perbedaannya terletak pada bahan baku (buah), banyaknya bahan
pembantu yang dipakai serta beberapa jenis bahan pembantu yang dipakai
menurut jenis jusnya. Khusus untuk produk jus wornas menggunakan dua macam
bahan baku yang kemudian dicampur menjadi satu.
Adapun tahapan proses produksi jus buah yang dilakukan oleh CV.WPIU
1. Penimbangan
Kegiatan pertama yang dilakukan oleh CV. WPIU adalah penimbangan,
yaitu kegiatan untuk menimbang bahan baku utama yaitu buah belimbing, buah
jambu dan buah nanas serta wortel. Penimbangan ini dilakukan dengan
menggunakan timbangan manual. Tujuan dari penimbangan buah adalah untuk
mengetahui seberapa banyak bahan baku utama, yaitu buah segar yang dibutuhkan
sehingga takaran buah yang akan digunakan akan dapat disesuaikan dengan
penambahan bahan tambahan lainnya seperti takaran air dan bahan tambahan
makanan. Penimbangan juga dilakukan untuk menimbang seberapa banyak
jumlah bahan tambahan yang diperlukan, yaitu penggunaan natrium benzoate dan gula.
2. Pengupasan dan Pencucian
Pengupasan dan Pencucian adalah suatu kegiatan yang dilakukan
CV.WPIU untuk membersihkan buah-buahan yang akan digunakan untuk
membuat jus dari segala kotoran atau debu yang menempel. Selain itu dilakukan
juga pembuangan bagian buah yang tidak diperlukan, dan dilanjutkan dengan
pengupasan dan pencucian. Buah-buahan yang akan digunakan kemudian
ditiriskan dan diletakkan dalam bak plastik.
3. Blancing
Blancing atau yang biasa disebut dengan perendaman dengan menggunakan air panas adalah kegiatan selanjutnya yang dilakukan oleh CV.
mikroorganisme yang patogen, sehingga buah-buahan yang akan dugunakan
dalam proses pengolahan tidak tercemar, higienis, dan aman dikonsumsi. Tujuan
lain dilakukannya blancing adalah untuk memudahkan penghancuran. 4. Penirisan
Penirisan adalah mengeringkan buah-buahan setelah dilakukan blancing
memakai alat bak plastik selama 15 menit, dengan cara diangkat, ditiriskan, dan
dikeringkan di tempat yang telah disediakan sebelum dilakukan proses
penghancuran.
5. Penghancuran atau Penghalusan
Penghancuran atau penghalusan adalah kegiatan menghancurkan atau
menghaluskan buah yang telah selesai direndam dalam air panas. Penghancuran
buah dilakukan dengan menggunakan blender sampai menyerupai bubur. Tujuan dari dilakukannya proses penghancuran untuk mendapatkan cairan sari buah dan
mempermudah dalam proses pemasakan jus buah.
6. Filtrasi Pertama
Proses filtrasi atau penyaringan dilakukan dengan menggunakan alat
penyaring yang disebut filter. Filter ini berfungsi untuk menyaring ampas kasar
atau memisahkan ampas kasar dari cairan sari buah hasil penghancuran buah
tersebut. Filter yang digunakan oleh CV. WPIU adalah filter sederhana, yaitu
saringan. Hasil penghancuran buah menghasilkan cairan sari buah yang
bercampur dengan ampas atau serat kasar dari buah. Hasil penghancuran yang
7. Pemanasan Larutan Penstabil / pengental
Proses berikutnya adalah menyiapkan larutan penstabil yang terdiri dari
bahan penstabil Carboxy Methyl Cellulose (CMC) dan air matang. Cara penyiapan larutan penstabil yaitu bahan penstabil CMC dilarutkan di dalam air panas
kemudian dipanaskan dalam panci stainless steel di atas kompor sambil terus diaduk. Pengadukan ini bertujuan agar bahan penstabil CMC yang belum terlarut
dalam air tidak menempel pada dinding bagian dalam panci stainless steel, karena ini dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan akibat bahan penstabil CMC
mudah hangus.
8. Homogenisasi
Homogenisasi adalah proses pengenceran dan pencampuran cairan sari
buah yang telah diperoleh dari hasil filtrasi yang kemudian dilakukan pengenceran
dan pencampuran dengan air dan bahan pembantu yaitu CMC sebagai pengental
yang sudah dipanaskan dalam panci stainless steel.
9. Pemasakan
Proses selanjutnya adalah pemasakan, yaitu pencampuran sari buah yang
telah dihomogenisasi ke dalam larutan penstabil yang berada dalam panci
stainless steel di atas kompor dengan api sedang dengan suhu + 75o-90oC selama 30 menit. selama proses pemasakan dilakukan pengadukan agar semua bahan
yang dimasak tercampur dengan rata dan menghasilkan kualitas akhir pemasakan
yang baik dan bermutu. Jeda pengadukan tidak boleh terlalu lama agar jus buah
10. Penambahan Bahan-Bahan Pembantu Lainnya (bahan pemanis, bahan pengawet makanan, bahan pengatur keasaman, pewarna makanan).
Proses yang dilakukan selanjutnya adalah penambahan bahan pemanis
yaitu gula pasir, setelah jus mencapai setengah matang yang ditandai dengan
munculnya bintik-bintik air di sisi-sisi panci stainless steel namun belum
mendidih, kemudian ditambahkan gula pasir sebagai pemanis, natrium benzoat
sebagai bahan pengawet, citrun sebagai pengatur keasaman, pewarna makanan
yang sesuai dengan jus yang sedang diproduksi.
11. Filtrasi Kedua
Setelah proses pemasakan selesai maka proses selanjutnya yang harus
dilakukan adalah penyaringan atau filtrasi yang kedua, yaitu menyaring kembali
hasil olahan jus buah yang telah matang dengan alat penyaring yang diletakkan di
atas alat pengemas water dispenser. Proses ini bertujuan untuk mendapatkan hasil akhir olahan jus buah yang jernih tanpa ampas sehingga akan didapatkan tampilan
yang menarik ketika sudah dilakukan pengemasan.
12. Persiapan Pengemasan dan Pengemasan
Kegiatan yang selanjutnya dilakukan adalah mempersiapkan proses
pengemasan yaitu menyiapkan kemasan botol plastik sebagai pengemas dan
menyiapkan krat-krat botol yang sudah diisi air dingin untuk proses pendinginan,
maka proses selanjutnya adalah mengemas hasil olahan jus buah ke dalam
kemasan botol plastik berkapasitas 250 ml. Proses pengemasan dilakukan setelah
hasil olahan jus buah tersebut ditambahkan essense (penguat rasa buah), kemudian
Pengemasan dilakukan dengan cara mengeluarkan jus buah melalui kran
dispenser dan ditampung dalam kemasan botol plastik yang berada di bawahnya, kemudian langsung ditutup dengan penutup botol plastik untuk menghindari
kontak langsung dengan udara. Jus buah yang telah selesai dikemas dalam
botol-botol plastik dan langsung ditempatkan ke dalam krat-krat botol-botol yang telah diisi
dengan air dingin. Proses ini dinamakan dengan proses pendinginan. Proses
pendinginan ini dimaksudkan agar jus buah yang masih dalam keadaan hangat
tersebut cepat dingin agar secepatnya dapat dilakukan proses pelabelan. Untuk
lebih jelasnya diagram alir pengolahan sari buah pada CV.WPIU dapat dilihat
keterangan:
= bahan baku
= hasil olahan sementara/
bahan pelolong
= proses
= produk penimbangan
Blacing
Penambahan Bahan-Bahan Pembantu Lainnya (bahna pemanis, bahan pengawet makanan, banhan pengtur keasaman, pewarna makanan)
Homogenisasi
Pemanasan Larutan Penstabil Buah matang
Sari buah
dalam botol Sari buah
Pembotolan dan penutupan Filtrasi ke dua
Pemasakan Filtrasi Pertama
Penghancuran atau Penghalusan Pengupasan dan Pencucian