• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Metode Activity-Based Costing dalam Penentuan Harga Pokok Produksi yang Akurat pada CV. "X".

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Metode Activity-Based Costing dalam Penentuan Harga Pokok Produksi yang Akurat pada CV. "X"."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

viii ABSTRACT

In this era of globalization, the world industry in Indonesia began to grow rapidly, not least for the garment industry. Determination of the cost of production is very important in making management decisions to be able to survive in the competitive world of industry. In addition, the process of allocating cost have an important role in the process of determining the cost of production, so that it takes the right method in determining the cost of production. The method is Activity-Based Costing (ABC) method which can provide more accurate information because this method imposes costs in accordance with the activity of the product consumed. The object of this research is the Activity-Based Costing method in relation to the determination of the Cost of Production (HPP). The purpose of this study was to determine the classification of costs into activity and to determine the application of the ABC method in determining HPP. The method that used by the writer is descriptive method with observation and interviews as data collection teqhnique. The results showed that the calculation of the cost of production in the garment industry more precisely using Activity-Based Costing for loading overhead by the ABC method is more accurate by using more than one cost driver, is the number of production units, kwh, the hours of inspection, hours of making pattern, factory building area, number of employees, and engine hours.

(2)

ix ABSTRAK

Di era globalisasi ini, dunia industri di Indonesia mulai berkembang pesat, tidak terkecuali bagi industri garmen. Penetapan harga pokok produksi menjadi sangat penting dalam pembuatan keputusan manajemen untuk dapat survive di tengah persaingan dunia industri. Di samping itu, proses pengalokasian biaya memiliki peran yang penting dalam proses penentuan harga pokok produksi, sehingga dibutuhkan metode yang tepat dalam menetapkan harga pokok produksi. Metode tersebut adalah metode Activity-Based Costing (ABC) yang dapat memberikan informasi yang lebih akurat sebab metode ini membebankan biaya-biaya sesuai dengan aktivitas yang dikonsumsi produk tersebut. Objek dalam penelitian ini adalah metode Activity-Based Costing dalam kaitannya dengan penetapan Harga Pokok Produksi (HPP). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengklasifikasian biaya ke dalam aktivitas dan untuk mengetahui penerapan metode ABC dalam menentukan HPP. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data observasi dan wawancara. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perhitungan harga pokok produksi di industri garmen lebih tepat menggunakan metode Activity-Based Costing karena pembebanan biaya overhead dengan metode ABC lebih akurat dengan menggunakan lebih dari satu pemicu biaya, yaitu jumlah unit produksi, kwh, jam inspeksi, jam kerja pembuatan pola, luas bangunan pabrik, jumlah karyawan, dan jam mesin.

(3)

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...

i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN

………….

iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRACT ... viii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ...

1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ...

8

(4)

xi

2.1.2.1. Pengertian Harga Pokok Produksi ... 20

2.1.2.2. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi ... 21

2.1.3. Activity-Based Costing

...

23

2.1.3.1. Pengertian Activity-Based Costing ... 23

2.1.3.2. Tahap-tahap mengembangkan sistem ABC .... 26

2.1.3.3. Hirarki Biaya Aktivitas ... 28

2.1.3.4. Manfaat Activity-Based Costing ... 33

2.1.3.5. Keunggulan ABC System dalam Penentuan Kos Produk/Jasa ... 34

2.1.3.6. Keterbatasan Sistem Activity-Based Costing .. 35

2.1.4. Sistem Biaya Tradisional ... 36

2.1.4.1. Kelemahan Sistem Biaya Tradisional ... 36

2.1.5. Perbandingan Metode Traditional Costing dan Activity-Based Costing

...

37

(5)

xii

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 48

3.4. Jenis Data ... 49

3.5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...

51

4.1. Hasil Penelitian ... 51

4.1.7. Perhitungan Harga Pokok Produksi CV X dengan Menggunakan Traditional Costing ... 58

4.1.8. Perhitungan Harga Pokok Produksi CV X dengan Menggunakan Activity-Based Costing ... 60

4.1.8.1. Mengidentifikasi dan Mendefinisikan Biaya Sumber Daya dan Aktivitas ... 61

4.1.8.2. Membebankan Biaya Sumber Daya ke dalam Berbagai Aktivitas ... 64

(6)

xiii

4.4. Pembahasan ... 70

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...

72

5.1. Simpulan ... 72

5.2. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ...

74

LAMPIRAN ... 76

(7)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas ... 24

(8)

xv

Tabel III Unit Produksi yang Berkelanjutan Tahun 2013 ... 58

Tabel IV Biaya Bahan Baku Langsung Produk yang Berkelanjutan

Tahun 2013 ... 58

Tabel V Biaya Tenaga Kerja Langsung Produk yang Berkelanjutan

Tahun 2013 ... 59

Tabel VI Biaya Overhead Produk yang Berkelanjutan Tahun 2013 ... 59

Tabel VII Perhitungan Harga Pokok Produksi CV X dengan Metode Traditional

Costing Tahun 2013

...

60

Tabel VIII Pembebanan Biaya Atas Aktivitas... 66

Tabel XVI Perhitungan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Metode Activity-

Based Costing

...

70

Tabel XVII Keakuratan Metode Activity-Based Costing Dibandingkan Traditional

(9)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada era globalisasi saat ini, setiap jenis perusahaan dituntut untuk dapat bersaing dengan perusahaan lainnya dan untuk menghasilkan value terbaik bagi

customer. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan value bagi customer ini

merupakan faktor penentu keberhasilan perusahaan untuk bertahan hidup dan bertumbuh dalam lingkungan bisnis yang global dan kompetitif ini. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang telah dilakukan Hariadi (2005:150) yang mengungkapkan bahwa lingkungan organisasi mengalami perubahan luar biasa dari waktu ke waktu. Perubahan eksternal tersebut memaksa manajemen organisasi untuk terus menerus melakukan berbagai upaya demi menyesuaikan dengan lingkungan bisnis yang dihadapi agar tetap survive dan berkembang sesuai tuntutan pasar. Tekanan kompetisi dan globalisasi ekonomi sebagai akibat dari perkembangan komunikasi, teknologi dan transportasi telah memicu munculnya teknik-teknik produksi dan manajemen baru.

(11)

Bab I Pendahuluan 2

utama bagi industri manufaktur agar menghasilkan harga yang dapat bersaing di pasar. Di samping itu, proses pengalokasian biaya memiliki peran yang penting dalam proses penentuan harga pokok produksi yang akurat. Menurut Rotikan (2013), pengalokasian biaya dan penentuan harga produk dalam perusahaan merupakan hal yang penting, agar tidak terjadi overcosting atau undercosting dalam penentuan harga pokok.

Karena aktivitas utama dalam perusahaan industri adalah mengolah bahan mentah atau bahan baku menjadi bahan jadi yang siap diolah lebih lanjut untuk dapat dikonsumsi masyarakat, maka dalam proses ini memerlukan pengorbanan sumber ekonomi yang disebut biaya. Menurut Martusa, Darma, dan Carolina (2010), dalam kaitannya dengan proses produksi, biaya dikategorikan dalam dua kelompok besar, yaitu biaya utama dan biaya overhead. Biaya utama adalah biaya yang timbul sebagai akibat dilakukannya proses yang terkait langsung dengan produk yang dibuat. Umumnya biaya ini dikelompokkan dalam biaya tenaga kerja langsung dan biaya bahan baku. Sedangkan biaya overhead merupakan biaya yang tidak terlibat secara langsung dalam proses produksi, namun diperlukan untuk kelancaran proses produksi tersebut. Biaya ini biasanya memiliki sifat sebagai biaya tetap. Oleh karena itu, proporsi biaya overhead dalam elemen Cost of Goods

Manufactured akan menempati porsi yang lebih besar sehingga diperlukan

kalkulasi dan pembebanannya kepada Cost of Goods Manufactured sesuai dengan proporsi aktivitas yang dikonsumsi.

(12)

Bab I Pendahuluan 3

(1) menentukan harga jual

(2) mempertimbangkan menolak atau menerima suatu pesanan (3) memantau realisasi biaya

(4) menghitung laba rugi tiap pesanan

(5) menentukan Cost of Goods Manufactured persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang akan disajikan dalam neraca.

Menurut Martusa, Darma, dan Carolina (2010), biaya overhead dialokasikan secara arbitrer kepada Cost of Goods Manufactured dalam sistem kalkulasi biaya tradisional. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Martusa dkk, hal ini akan menghasilkan Cost of Goods Manufactured yang tidak akurat atau terjadinya distorsi penentuan Cost of Goods Manufactured sehingga tidak bisa diandalkan dalam mengukur efisiensi dan produktivitas. Perhitungan biaya didasarkan asumsi bahwa produk individual menyebabkan timbulnya biaya. Dengan asumsi tersebut, sistem tradisional membebankan biaya ke produk berdasarkan konsumsi biaya yang berhubungan dengan jumlah unit yang diproduksi. Biaya overhead diasumsikan proporsional dengan jumlah unit yang diproduksi dalam sistem tradisional. Namun, pada kenyataannya banyak sumber daya, sumber data atau biaya-biaya yang timbul dari aktivitas-aktivitas yang tidak berhubungan dengan volume produksi. Oleh karena itu, sistem tradisional tidak lagi sesuai dengan kondisi perusahaan yang semakin berkembang dari waktu ke waktu.

(13)

Bab I Pendahuluan 4

jasa dan aktivitas yang memberikan kontribusi dalam jangka panjang. Sistem ABC telah dikembangkan dan diimplementasikan pada banyak perusahaan manufaktur di dunia, seperti General Motor, Data Technologies, Hewlett-Packard, Advances

Micro Devices, Avery International, Cal Electronic Circuits, General Electric, Siemens Electric Motor Works, John Deere Component Work, Merck, Amtrak,

Data Service, AT&T, Fireman’ Fund, Tekronik, Texas Instrument, Alexandria

Hospital, Union Pacific Railroad, American Express, dan Naval Supply System Command. ( http://akuntansibisnis.wordpress.com/2014/02/17activity-based-costing/).

Penerapan sistem ABC di perusahaan tersebut membantu perusahaan mengurangi distorsi yang disebabkan oleh sistem penentuan harga pokok tradisional, sehingga penggunaan sistem tradisional dalam perhitungan harga pokok produksi dirasakan sudah tidak memberikan perhitungan yang akurat.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rotikan (2013) pada PT Tropica Cocoprima, salah satu metode perhitungan harga pokok produksi adalah metode Activity-Based Costing. Metode ini dapat membantu manajemen dalam mengalokasikan biaya overhead secara akurat. Selain itu dapat menelusuri biaya-biaya secara lebih menyeluruh. Penggunaan metode ini akan mampu memberikan informasi harga pokok produksi yang lebih akurat. Metode Activity-Based Costing

(ABC) memiliki penerapan penelusuran biaya yang lebih menyeluruh dibanding

(14)

Bab I Pendahuluan 5

banyaknya jenis biaya dan aktivitas yang terjadi pada industri garmen, sehingga menuntut ketepatan pembebanan biaya overhead dalam penentuan harga pokok produksi. Activity-based costing dinilai dapat mengukur secara cermat biaya-biaya yang keluar dari setiap aktivitas. Hal ini disebabkan karena banyaknya cost driver yang digunakan dalam pembebanan biaya overhead sehingga dalam activity-based

costing dapat meningkatkan ketelitian dalam perincian biaya dan ketepatan

pembebanan biaya lebih akurat.

Dari latar belakang masalah di atas, penulis memilih menerapkan sistem

Activity-Based Costing dalam menentukan harga pokok produk, karena sistem ini

dinilai yang paling kompleks dan yang mempunyai perhatian terhadap aktivitas dibandingkan metode tradisional.

Perhitungan biaya produksi atas produk-produk tersebut harus tepat sesuai dengan konsumsinya, karena bila terdapat kesalahan dalam perhitungan biaya, akan mempengaruhi keputusan penetuan harga jual produk. Produk - produk tersebut dapat dijual dengan harga terlalu murah atau terlalu mahal dari harga sebenarnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada perusahaan yang belum menerapkan sistem Activity Based Costing dan mengambil judul: “Penerapan Metode Activity-Based Costing dalam Penentuan

Harga Pokok Produksi yang Akurat pada CV X”.

1.2 Rumusan Masalah

(15)

Bab I Pendahuluan 6

1. Apakah CV X telah menggunakan metode Activity-Based Costing dalam menentukan Harga Pokok Produksi (HPP) yang akurat di CV X?

2. Bagaimana pengklasifikasian biaya ke dalam aktivitas di CV X?

3. Bagaimana penerapan metode Activity-Based Costing dalam menentukan Harga Pokok Produksi (HPP) yang akurat di CV X?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui CV X telah menggunakan metode Activity-Based Costing dalam menentukan Harga Pokok Produksi (HPP) yang akurat.

2. Untuk mengetahui pengklasifikasian biaya ke dalam aktivitas di CV X.

3. Untuk mengetahui penerapan metode Activity-Based Costing dalam menentukan Harga Pokok Produksi (HPP) yang akurat di CV X.

1.4 Kegunaan Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Bagi perusahaan

 Hasil penelitian ini dapat diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran

tentang metode Activity Based Costing dalam menentukan Harga Pokok Produksi (HPP) yang akurat.

 Hasil Penelitian ini dapat menjadi usulan dan masukan yang baik dalam

(16)

Bab I Pendahuluan 7

2. Bagi penulis

 Sebagai perluasan wawasan ilmu akuntansi manajemen yang mendalam

khususnya tentang metode Activity Based Costing dalam menentukan Harga Pokok Produksi (HPP) yang akurat.

 Memperoleh pengetahuan mendalam tentang mengalokasikan biaya

overhead secara akurat.

 Memperoleh kesempatan mempraktikkan akuntansi manajemen sehingga

penulis mendapatkan gambaran serta pengalaman antara teori dan praktik.  Sebagai salah satu syarat menempuh ujian sarjana pada Jurusan-Akuntansi

Universitas Kristen Maranatha. 3. Bagi Masyarakat

 Memberikan sumbangan pikiran bagi masyarakat yang membutuhkan serta

dapat dijadikan pemikiran dalam melakukan penelitian selanjutnya.

Menambah pengetahuan mengenai metode Activity Based Costing dalam

(17)

72

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada Bab IV, maka penulis dapat membuat kesimpulan yang berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah dibuat pada bagian pendahuluan beserta beberapa saran yang mungkin dapat menjadi bahan pertimbangan bagi CV X.

5.1 Simpulan

1. CV X masih menggunakan metode traditional costing dalam menghitung harga pokok produksinya, sehingga pembebanan biaya overhead menggunakan satu pemicu biaya saja, yaitu jumlah unit produksi.

2. Pengklasifikasian biaya di CV X berdasarkan aktivitas, yaitu Unit Level

Activities (biaya bahan penolong dan biaya listrik), Batch Level Activities (biaya

inspeksi), Product Level Activity (biaya pembuatan pola), Facility Level

Activities (biaya pemeliharaan bangunan pabrik, biaya pemeliharaan kesehatan

karyawan, biaya penyusutan bangunan pabrik, biaya penyusutan mesin).

3. CV X lebih tepat menggunakan metode Acivity Based Costing dalam perhitungan harga pokok produksinya karena industri garmen yang memproduksi produknya lebih dari satu jenis (beraneka ragam), sehingga mengakibatkan banyaknya jenis biaya dan aktivitas yang terjadi. Keanekaragaman biaya dan aktivitas tersebut menuntut ketepatan pembebanan biaya overhead dalam penentuan harga pokok produksi.

(18)

Bab V Simpulan dan Saran 73

dari setiap aktivitas. Hal ini disebabkan karena banyaknya cost driver yang digunakan dalam pembebanan biaya overhead sehingga meningkatkan ketelitian dalam perincian biaya dan ketepatan pembebanan biaya lebih akurat.

Cost driver yang digunakan dalam pembebanan biaya overhead di CV X adalah

jumlah unit produksi, kwh, jam inspeksi, jam kerja pembuatan pola, luas bangunan pabrik, jumlah karyawan, dan jam mesin dan menghasilkan harga pokok produksi per unit yang diperoleh dengan metode ABC untuk Model STB 0828, Model STB 0829, Model STB 0830, Model STB 0831, dan Model STB 0832 adalah: Rp37.976,81, Rp38.204,92, Rp38.576,78, Rp38.305,36, Rp38.379,59.

5.2 Saran

1. Metode perhitungan harga pokok produksi yang diterapkan CV X, yaitu metode

traditional costing sebaiknya diperbaharui karena tidak tepat lagi digunakan

bagi industri yang menghasilkan banyak produk dengan berbagai aktivitas dan biaya. Metode traditional costing yang diterapkan oleh CV X dapat mengakibatkan terjadinya distorsi dalam penentuan harga pokok produksi dikarenakan metode traditional costing membebankan biaya ke produk berdasarkan konsumsi biaya yang berhubungan dengan jumlah unit yang diproduksi.

(19)

74

DAFTAR PUSTAKA

Blocher, E.J., Chen, K.H., Cokins, G., Lin, T.W. (2007). Biaya: Penekanan

Strategis. Edisi Ketiga, Buku Satu. Penerjemah: Tim Penerjemah

Penerbit Salemba. Salemba Empat. Jakarta.

Blocher, E.J., Stout, D.E., Cokins, G. (2011). Manajemen Biaya: Penekanan

Strategis. Edisi Kelima. Penerjemah: David Wijaya. Salemba Empat.

Jakarta.

Carter, W.K. (2009). Akuntansi Biaya. Edisi Keempat Belas, Buku Satu. Penerjemah: Krista. Salemba Empat. Jakarta.

Garrison, R.H, Noreen, E.W., Brewer, P.C. (2006). Akuntansi Manajerial. Edisi Kesebelas, Buku Satu. Penerjemah: Nuri Hinduan. Salemba Empat. Jakarta.

Hansen, D. R. dan Mowen, M.M. (2006). Akuntansi Manajemen. Edisi Ketujuh, Buku Satu. Penerjemah: Dewi Fitriasari, M.Si. dan Deny Arnos Kwary, M. Hum. Salemba Empat. Jakarta.

Hansen, D. R. dan Mowen, M.M. (2009). Cost Management: Accounting and

Control. 7th Edition. South-Western Publishing Co. Cincinati.

Hilton, R.W. (2009). Managerial Accounting: Creating Value in A Dynamic

Business Environment. 8th Edition. McGraw-Hill Companies, Inc. New York.

Horngren, C. T., Datar, S.M., Foster, G. (2008). Akuntansi Biaya: Penekanan

Manajerial. Edisi Kesebelas, Jilid Satu, PT INDEKS.

Horngren, C. T., Datar, S.M., Foster, G., Rajan, M., dan Ittner, C. (2009). Cost

Accounting: A Managerial Emphasis. 13th Edition. Pearson Education, Inc. New Jersey.

Jogiyanto. (2013). Metodologi Penelitian Bisnis Salah Kaprah dan

Pengalaman-pengalaman. Edisi Kelima, Cetakan Pertama, BPFE, Yogyakarta.

Mulyadi. (2007). Activity-Based Cost System. Edisi Keenam, Cetakan Kedua, UPP STIM YKPN YOGYAKARTA, Yogyakarta.

Mulyadi. (2009). Akutansi Biaya. Edisi Kelima, Cetakan Kesembilan, UPP STIM YKPN YOGYAKARTA, Yogyakarta.

(20)

75

Daftar Pustaka

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitaitf, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed

Methods). Cetakan Kedua, Alfabeta, Bandung.

Martusa, R., Darma, S.R., Carolina, V. (2010). Peranan Metode Activity Based

Costing Dalam Menentukan Cost of Goods Manufactured. Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi, (2).

Referensi

Dokumen terkait

2.2 Penjelasan data terkait tindak pidana pencucian uang pemberantasan narkotika dalam 5 (lima) tahun terakhir. Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri

It can involve electronic funds transfer, supply chain management, e- marketing, online marketing, online transaction processing, electronic data interchange (EDI),

Sebagaimana telah diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka Daerah diberi kewenangan untuk menuntut 5 (lima)

Budidaya jagung manis pada tanah PMK yang diberi bahan organik yang cukup dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi, pemberian bahan organik harus diiringi

Importance Performance Analysis (IPA) digunakan untuk untuk mengetahui atribut yang paling sesuai dengan harapan konsumen teh celup merek Sariwangi dan Customer

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana dampak mengenai adanya ketidakpastian penggusuran terhadap kehidupan sosial responden (PKL) dan untuk

Rapat-rapat yang diadakan misalnya rapat pimpinan dan Senat seringkali hanya sebuah ritual atau simbolik karena seringkali keputusan dari hasil rapat tersebut

Pendekatan seperti ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa jika ukuran lubang telah didefinisikan terlebih dahulu dan ukurannya tetap, maka akan dapat diketahui kemampuan