• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi bahaya dan gambaran perilaku penggunaan alat pelindung diri pada pekerja Laundry di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Identifikasi bahaya dan gambaran perilaku penggunaan alat pelindung diri pada pekerja Laundry di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta Tahun 2013"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

ALAT PELINDUNG DIRI PADA PEKERJA LAUNDRY

DI RUMAH SAKIT ANAK DAN BUNDA HARAPAN KITA

JAKARTA TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan guna memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Disusun Oleh: DESI NURTRIKA SARI

NIM : 109101000013

PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)

Skripsi, Maret-April 2013

Desi Nurtrika Sari, NIM: 109101000013

IDENTIFIKASI BAHAYADAN GAMBARANPERILAKU PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PEKERJA LAUNDRYDI RUMAH SAKIT ANAK DAN BUNDA HARAPAN KITAJAKARTA TAHUN 2013

108 halaman + tabel + gambar + lampiran ABSTRAK

Identifikasi bahaya untuk menjawab apa saja potensi bahaya yang dapat terjadi. Pengendalian bahayaberguna agar terjadinya incident, accident, penyakit akibat kerja ataupun penyakit akibat hubungan kerja di tempat kerja berkurang atau tidak terjadi kembali. Bahayadari linen-linen dikumpulkan menjadi satu di dalam laundry berasal dari pasien yang menderita berbagai penyakit, penggunaan alat pelindung diri yang benar dan tepat adalah salah satu cara untuk mengendalikan hal tersebut.Dari hasil studi pendahuluan perilaku pekerjalaundry tidak menggunakan alat pelindung diri lebih banyak daripada yang menggunakanalatpelindungdiri. Dari 22 pekerja terdapat 15 pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri.

Penelitianinibersifatkualitatifuntukidentifikasi bahaya, gambaran perilaku penggunaan alat pelindung diri pada pekerja laundry di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta.Penelitiandilakukanmulaidaribulan April hingga Mei 2013.Analisis datadengancontent analysis.Untukmendapatkankeabsahan data, makadigunakanlahtriangulasiteknikdantriangulasisumber.Hasilpenelitianmenunjukka nbahwaterdapatbahayakimiadanbiologisehinggapekerjaharusmenggunakanalatpelindu ngdiri.Perilakupenggunaanalatpelindungdiridarihasilpenelitianinikebanyakanpekerjati dakmenggunakanpelindungdirisecaralengkap.

Untukitudisarankanpihakrumahsakithendaknyamengadakanpenyuluhanterkait potensialbahaya yang terdapat di bagianlaundry. Agar dapatmeningkatkankesadaranakanpentingnyaalatpelindungdiri.

Laluperluadanyakomitmen yang kuatsejakawaluntuksemuapekerjalaundry agar mematuhiperaturanyang dibuat.Jikaterdapatpekerja yang tidakmematuhimakaakandikenakansanksidarikomitmentersebutterutamaterhadappeng gunaanalatpelindungdiri.

(4)

Undergraduate Thesis, March-April 2013

Desi Nurtrika Sari, NIM: 109101000013

HAZARD IDENTIFICATION AND DESCRIPTION OF BEHAVIOR USE PERSONAL PROTECTIVE EQUIPMENT IN LAUNDRY WORKER AT MOM AND CHILDREN HOSPITAL HARAPAN KITA JAKARTA 2013

108Pages + tables + pictures + attachments ABSTRACT

Hazard identification answer any potential hazard that could happen. Hazard control useful incident, accident, occupational disease at work less or not happen again. Hazard of linens be colleted at laundry form patients various diseases, so use the personal protective equipment is true to control hazard. Preliminary study of the behavior of laundry worker do not use personal protective equipment more than use personal protective equipment. There are 15 of 22 workers not use personal protective equipment.

This is qualitative research for hazard identification and description of behavior use personal protective equipment in laundry worker at mom and children hospital harapankita Jakarta 2013.Data analysis with content analysis.To obtain the validity of the data, it isused triangulation methods and person triangulation. Result be in a place chemical and biological hazard so use personal protective equipment. Workers do not use personal protective equipment in full.

Is recommended for the hospital let provide potential hazards related espionage section. To increase awareness of the importance of personal protective equipment.And than early commitment for all laundry workers made to comply with the rules.If any workers do not sequacious will be liable to sanction.

(5)
(6)
(7)

Nama : Desi Nurtrika Sari

TTL : Jakarta, 30 Desember 1990 Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Belum Menikah Agama : Islam

No. HP : 0838-908-19-113

Alamat : Jalan Nuri RT 003 RW 04 Cipadu Jaya Larangan Tangerang Banten E-mail : desi_nurtrika@yahoo.com

PENDIDIKAN FORMAL

2009 – Sekarang : Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Program Studi Kesehatan Masyarakat Falkutas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

2006 – 2009 : SMA Negeri 90 Jakarta 2003 – 2006 : SMP Negeri 110 Jakarta

1997 – 2003 : SD Negeri Kreo 01 Pagi Banten

PENGALAMAN ORGANISASI

2008 – 2009 : Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Kelas SMA Negeri 90 Jakarta

(8)

LembarPersembahan

Tulisaniniakansayapersembahkanuntukanda

yangmembutuhkannya,berbagisedikitpengetahuan.

(9)

AssalammualaikumWr. Wb.

Denganmenyebutnama Allah Yang MahaPengasihLagiMahaPenyayang, pujidansyukursayaucapkankepadaIllahi Rabbi yang selalumemberikankenikmatan yang takterhinggakepadakitasemua. Denganmemanjat rasa syukuratassegalanikmatdanrahmat-Nyahinggaskripsi yang berjudul “IDENTIFIKASI BAHAYA DAN GAMBARAN PERILAKU PENGGUNAANALAT PELINDUNG DIRI PADA PEKERJA LAUNDRYDI RUMAH SAKIT ANAK DAN BUNDA HARAPAN KITAJAKARTA TAHUN 2013” inidapattersusundenganbaik. SholawatdansalamselalutercurahkepadabagindabesarNabi Muhammad SAW yang telahmenuntunumatnyadarizamankegelapankezamanterangbenderangsepertisaatini.

Penuliskesempatan kali ini, penulisinginmengucapkanterimakasihkepada :

1. TerimaKasihkepadakedua orang tua yang

telahmemberikanperhatiandankasihsayangnyasertadoa yang sangatluarbiasakepadasaya, dankakak-kakakkutersayang Mas BarataSutrisnobesertaIstri Mba Indra Prahasti, Mas AgungYudoSantoso. 2. IbuFebriantiM,siselakukepala program studikesehatanmasyarakat yang

(10)

senantiasamembimbing. Terimakasihataskesabarandanwaktu yang telahdiberikan.

4. Bapak Ahmad Ghozali yang selalumembantusayaapabilaterdapatkesulitan, terimakasihbanyakya PakGho.

5. Direkturutamaserta staff administratifRumahSakitAnakdanBundaHarapan Kita Jakarta yang telahmengizinkansayauntukmelakukanpenelitian di

tempatBapak-BapakdanIbu-Ibupimpin.TerutamauntukBapakUdartoselakuKepala CSSD terimakasihbanyak Pak.

6. BapakdanIbuPekerja di bagianlaundry RumahSakitAnakdanBundaHarapan Kita Jakarta yang telahmengizinkansayauntukmelakukanpenelitian.

7. Mas Hery B.K. yang telahmemberikanmotivasi yang luarbiasasehinggasayatetapsemangat.

Terimakasihatasdukungannyasertadoasetiapsaat.

8. Untukteman-temanKesehatanmasyarakatangkatan 2009, khususnyaK3yang telahmemberidukungandanmasukanterhadappenulisanskripsiini.

Denganmemanjatkandoakepada Allah SWT, penulisberharapsemuakebaikan yang telahdiberikanmendapatbalasandari Allah SWT. Amin.Semogaskripsiinibermanfaatbagipenulisdanpembacapadaumumnya.

(11)
(12)

LEMBAR PERNYATAAN………..i

ABSTRAK………ii

PESETUJUAN PEMBIMBING………...………...iv

PENGESAHAN PENGUJI……….…....v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP………...……....vi

PERSEMBAHAN………..vii KATA PENGANTAR………..viii

DAFTAR ISI………..……….ix

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1LatarBelakang………...………...1

1.2 RumusanMasalah………..…………..………..6

1.3Pertanyaanpenelitian...7

1.4Tujuan...7

1.5Manfaat...8

1.6RuangLingkup...9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...10

2.1.Identifikasi Bahaya……......10

2.2. PengendalianRisiko…...……..………..……..15

2.3. PengertianAlatPelindungDiri……….....17

2.4. Perilaku……..………...47

2.5. PengertianKecelakaanKerja………….……….…...……….…....52

2.6. PenyakitAkibatKerja……….52

2.7. PenyakitAkibatHubunganPekerjaan………...………...52

BAB III KERANGKA BERFIKIR DAN DEFINISI ISTILAH...57

3.1.Kerangka Berfikir...57

3.2.Definisi Istilah...59

(13)

4.3.Informan Penelitian...60

4.4.Instrumen Penelitian...62

4.5.Sumber Data...63

4.6.Pengumpulan Data...64

4.7.Keabsahan Data...66

4.8.Pengolahan Data...66

4.9.Analisis Data...67

4.10. Penyajian Data...68

BAB VHASIL PENELITIAN………….....69

5.1.Informan………...…69

5.2.Langkah-LangkahPekerjaanLaundry RSAB Harapan Kita Jakarta…...……...69

5.3.IdentifikasiBahaya Di Laundry RSAB Harapan Kita Jakarta…..……..……....77

5.4.KetersediaanAlatPelindungDiri RSAB Harapan Kita Jakarta…..…………...82

5.5.PerilakuPenggunaanAlatPelindungDiri RSAB Harapan Kita Jakarta…...86

BAB VI PEMBAHASAN………..93

6.1.KeterbatasanPenelitian………..………..93

6.2.PembahasanLangkah-LangkahPekerjaanLaundry RSAB Harapan Kita Jakarta………...93

6.3.PembahasanIdentifikasiBahaya Di Laundry RSAB Harapan Kita Jakarta…...95

6.4.PembahasanKetersediaanAlatPelindungDiri RSAB Harapan Kita Jakarta....99

6.5.PembahasanPerilakuPenggunaanAlatPelindungDiri RSAB Harapan Kita Jakarta………..………....101

BAB KESIMPULAN DAN SARAN……….……..106

7.1.Kesimpulan………...………...106 7.2.Saran………...………...……….……….107 DAFTAR PUSTAKA

(14)

1.1Latar Belakang

Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari penyakit akibat kerja, yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja (Tresnaningsih, 2012). Tahapan untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan dapat dilakukan identifikasi bahaya lalu menerapkan pengendalian bahaya.

Identifikasi bahaya untuk menjawab apa saja potensi bahaya yang dapat terjadi. Elemen pertama dari proses manajemen risiko keselamatan dan kesehatan kerja dimulai dengan melakukan identifikasi bahaya. Keberhasilan suatu proses manajemen risiko keselamatan dan kesehatan kerja sangat ditentukan oleh kemampuan dalam menentukan atau mengidentifikasi semua bahaya yang ada dalam kegiatan. Jika semua bahaya berhasil diidentifikasi dengan lengkap berarti akan dapat melakukan pengelolaan secara komprehensif (Ramli, 2010). Identifikasi bahaya tidak dilakukan akan menyebabkan pengendalian yang salah sehingga tidak tepat. Apabila kaitannya hanya membutuhkan beberapa alat pelindung diri seperti earplug maka tidak perlu untuk membeli earmuff (Ferdi, 2011).

(15)

tidak terjadi kembali. Menurut Budiono, dkk (2003) hirarki pengendalian bahaya yang pertama adalah eliminasi, selanjutnya substitusi, lalu engineering control, kemudian administrative control dan yang terakhir penggunaan alat pelindung diri. Penggunaan alat pelindung diri sebagai pengendalian bahaya terakhir apabila pengendalian bahaya dengan eliminasi, substitusi, engineering control dan administrative control sudah dilaksanakan tetapi belum bisa mengendalikan bahaya yang ada.

Pemerintah mengeluarkan undang-undang Keselamatan Kerja No. 1 tahun 1970. Undang-undang ini memberikan perlindungan hukum kepada tenaga kerja yang bekerja agar tempat dan peralatan produksi senantiasa berada dalam keadaan selamat dan aman bagi pekerja

Menurut undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja terdiri XI Bab dan 18 Pasal. Pada pasal 12 mengatur mengenai hak dan kewajiban tenaga kerja untuk memakai alat pelindung diri. Pada pasal 14 menyebutkan bahwa pengusaha wajib menyediakan secara cuma-cuma semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan.

(16)

faktor manusia dalam terjadinya kecelakaan akibat kerja. Beberapa penelitian juga mengatakan bahwa 80%-85% kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia (unsafe action). Unsafe action tersebut salah satunya dikarenakan oleh tidak menggunakan alat pelindung diri (Anizar, 2009).

Penelitian yang dilakukan oleh Safety News Alert terhadap 290 orang pekerja Safety Officer di Amerika mengenai berbagai alasan pekerja yang tidak memakai alat pelindung diri saat bekerja didapatkan hasil sebagai berikut: karena alat pelindung diri tidak nyaman (30%), karyawan tidak tahu bahwa harus menggunakan alat pelindung diri (10%), karyawan merasa menggunakan alat pelindung diri hanya menghabiskan waktu (18%), karyawan merasa tidak akan celaka (8%), dan karyawan lupa untuk menggunakan alat pelindung diri (34%) (Himawari,2011). Penelitian tersebut memperlihatkan bahwa orang memiliki perilaku berdasarkan faktor predisposisi yang salah mengenai faktor risiko pada pekerjaan mereka, karena setiap pekerjaan pasti memiliki tingkat risikonya masing-masing.

(17)

Menurut Kartika (2000) beberapa tempat di Rumah Sakit memiliki potensi terjadi risiko bahaya akibat kerja terhadap pekerjanya, hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu dari alat, tempat kerja ataupun pekerja itu sendiri. Penelitian yang dilakukan oleh Sugianti (2005) yang berjudul study pengelolaan linen di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Purbalingga dihasilkan angka kuman pada linen diperoleh angka kuman tertinggi 5,7 x 1010. Sedangkan terendah 1,6 x 1010 rerata angka kuman tertinggi 2,7 x 1010. Berdasarkan dirjen PPM dan PLP tentang Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia bahwa linen bersih setelah keluar dari semua proses pengelolaan linen tidak mengandung 6 x 10 bakteri. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pentingnya menggunakan alat pelindung diri.

Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 355 tempat tidur. 355 tempat tidur terdiri dari kamar perawatan anak (VIP, utama, kelas I, kelas II dan kelas III), kamar perawatan bunda (super VIP, VIP, kelas I, kelas II, kelas III), kamar perawatan sehari, perawatan intensif (Pediatric Intensive Care Unit (PICU), Neonatal Intensive Care Unit (NICU), Intensive Care Unit Bagi Bunda). Pasien yang dirawat selama menjalani perawatan diharuskan untuk memakai pakaian yang disediakan oleh pihak Rumah Sakit (Profil Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta, 2012). Pengelolaan linen tersebut ditangani sendiri oleh rumah sakit dimana dalam pelaksanaannya semua linen dari setiap ruangan dikumpulkan menjadi satu yaitu di laundry.

(18)

bagian laundry merupakan bagian dari rumah sakit yang mempunyai bahaya potensial fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial pada pekerjanya. Bahaya potensial fisik seperti kebisingan, lalu bahaya potensial kimia seperti penggunaan detergen atau bahan kimia lainnya untuk mencuci, kemudian bahaya potensial biologi seperti infeksi dari baju yang telah digunakan oleh pasien penderita penyakit infeksi, selanjutnya bahaya ergonomi seperti pekerjaan yang dilakukan dengan postur yang salah dalam melakukan pekerjaannya, dan yang terakhir bahaya psikososial seperti beban kerja yang berlebihan.

(19)

Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk mengidentifikasi bahaya, mengetahui gambaran perilaku penggunaan alat pelindung diri pada pekerja laundry di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta tahun 2013.

1.2Rumusan Masalah

Bagian laundry merupakan bagian dari rumah sakit yang mempunyai bahaya potensial fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial pada pekerjanya. Bahaya potensial fisik seperti kebisingan. Akan tetapi bahaya potensial fisik seperti kebisingan tidak signifikan dari hasil studi pendahuluan didapatkan 70dB selama tiga jam. Bahaya potensial kimia seperti penggunaan detergen atau bahan kimia lainnya untuk mencuci. Bahaya potensial biologi seperti infeksi dari baju yang telah digunakan oleh pasien penderita penyakit infeksi. Bahaya ergonomi seperti pekerjaan yang dilakukan dengan postur yang salah dalam melakukan pekerjaannya. Bahaya psikososial seperti beban kerja yang berlebihan. Pekerja di unit kerja laundry mempunyai risiko yang cukup tinggi untuk mengalami kecelakaan maupun penyakit akibat kerja.

(20)

1.3Pertanyaan Penelitian

1.3.1. Apa saja langkah-langkah pekerjaan yang terdapat di laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta tahun 2013?

1.3.2. Apa saja bahaya yang terdapat di laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta tahun 2013?

1.3.3. Apa saja ketersediaan alat pelindung diri yang sesuai dengan bahaya di laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta tahun 2013? 1.3.4. Bagaimana gambaran perilaku penggunaan alat pelindung diri pada

pekerja di laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta tahun 2013?

1.4Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran identifikasi bahaya dan perilaku penggunaan alat pelindung diri pada pekerja laundry di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta tahun 2013.

1.4.2 Tujuan Khusus

1.4.2.1 Mengetahui langkah-langkah pekerjaan yang terdapat di laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta tahun 2013. 1.4.2.2 Mengetahui bahaya yang terdapat di laundry Rumah Sakit Anak

dan Bunda Harapan Kita Jakarta tahun 2013.

(21)

1.4.2.4 Mengetahui gambaran perilaku penggunaan alat pelindung diri pada pekerja di laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta tahun 2013.

1.5Manfaat

1.5.1. Bagi Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita

1.5.1.1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita mengenai identifikasi bahaya dan gambaran perilaku penggunaan alat pelindung diri pada pekerja laundry.

1.5.1.2 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada pekerja di Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita khususnya di Bagian laundry tentang identifikasi bahaya dan gambaran perilaku penggunaan alat pelindung diri pada pekerja laundry.

1.5.1.3 Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita dalam menangani masalah ketidakpatuhan pekerja laundry dalam penggunaan alat pelindung diri.

1.5.2. Bagi Peneliti

(22)

1.5.2.2. Dengan penelitian ini dapat menambah wawasan serta kemampuan untuk mengaplikasikan ilmu tentang keselamatan dan kesehatan kerja.

1.6. Ruang Lingkup

Penelitian dilakukan oleh mahasiswa program studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta karena ingin mengetahui identifikasi bahaya dan gambaran perilaku penggunaan alat pelindung diri pada pekerja laundry di Rumah Sakit Anak dan Bunda Jakarta tahun 2013. Penelitian dilakukan pada April-Mei 2013. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Informan utama penelitian ini adalah pekerja lapangan di bagian laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Identifikasi Bahaya

Menurut Ramli (2010) identifikasi bahaya merupakan langkah awal dalam mengembangkan manajemen risiko keselamatan dan kesehatan kerja. Identifikasi bahaya, adalah upaya sistematis untuk mengetahui adanya bahaya dalam aktivitas organisasi. Identifikasi bahaya merupakan landasan dari manajemen risiko. Tanpa melakukan identifikasi bahaya tidak mungkin melakukan pengelolaan risiko dengan baik.

2.1.1. Tujuan Identifikasi Bahaya Menurut Ramli (2010)

Identifikasi bahaya merupakan landasan dari program pencegahan kecelakaan atau pengendalian risiko. Tanpa mengenal bahaya, maka risiko tidak dapat ditentukan sehingga upaya pencegahan dan pengendalian risiko tidak dapat dijalankan.

Identifikasi bahaya memberikan berbagai manfaat antara lain :

2.1.1.1. Mengurangi peluang kecelakaan. Identifikasi bahaya dapat mengurangi peluang terjadinya kecelakaan, karena identifikasi bahaya berkaitan dengan faktor penyebab kecelakaan.

(24)

2.1.1.3. Sebagai landasan sekaligus masukan untuk menentukan strategi pencegahan dan pengamanan yang tepat dan efektif. Dengan mengenal bahaya yang ada, manajemen dapat menentukan skala prioritas penanganannya sesuai dengan tingkat risikonya sehingga diharapkan hasilnya akan lebih efektif.

2.1.1.4. Memberikan informasi yang terdokumentasi mengenai sumber bahaya dalam perusahaan kepada semua pihak khususnya pemangku kepentingan. Dengan demikian mereka dapat memperoleh gambaran mengenai risiko suatu usaha yang akan dilakukan (Ramli, 2010).

2.1.2. Persyaratan Identifikasi Bahaya

Identifikasi bahaya harus dilakukan secara terencana dan komprehensif. Banyak perusahaan yang telah melakukan identifikasi bahaya, tetapi ternyata angka kecelakaan masih dinilai tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa proses identikasi bahaya yang dilakukan belum berjalan dengan efektif (Ramli, 2010).

Ada beberapa hal yang mendukung keberhasilan program identifikasi bahaya antara lain

(25)

tidak perlu melakukan identifikasi bahaya dengan teknik yang sangat komprehensif misalnya teknik kuantitatif.

2.1.2.2. Identifikasi bahaya harus dinamis dan selalu mempertimbangkan adanya teknologi dan ilmu terbaru. Banyak bahaya yang sebelumnya belum dikenal tetapi saat ini menjadi suatu potensi besar. Karena itu, dalam melakukan identifikasi bahaya mesti selalu mempertimbangkan kemungkinan adanya teknik baru atau sistem pencegahan yang telah dikembangkan.

2.1.2.3. Keterlibatan semua pihak terkait dalam proses identifikasi bahaya. Proses identifikasi bahaya harus melibatkan atau dilakukan melalui konsultasi dengan pihak terkait misalnya dengan pekerja. Mereka paling mengetahui adanya bahaya di lingkungan kerjanya masing-masing. Mereka juga berkepentingan dengan pengendalian bahaya di tempat kerjanya. Identifikasi bahaya juga berdasarkan masukan dari pihak lain misalnya konsumen atau masyarakat sekitar. Konsumen biasanya mengetahui berbagai kelemahan dan kondisi berbahaya yang ada dalam jasa atau produk yang dihasilkan perusahaan.

(26)

2.1.2.5. Akses terhadap regulasi yang berkaitan dengan aktivitas perusahaan termasuk juga pedoman industri dan data seperti MSDS (Material Safety Data Sheet) (Ramli, 2010).

2.1.3. Jenis Bahaya

Bahaya dalam kehidupan sangat banyak ragam dan jenisnya. Lihatlah di sekitar kita, tanpa disadari terdapat berbagai jenis bahaya. Jenis bahaya dapat diklasifikasikan menjadi bahaya mekanis, bahaya listrik, bahaya fisis, bahaya biologis, dan bahaya kimia (Ramli, 2010).

2.1.4. Teknik Identifikasi Bahaya

Identifikasi bahaya adalah upaya sistematis untuk mengetahui potensi bahaya yang ada di lingkungan kerja. Dengan mengetahui sifat dan karakteristik bahaya, kita dapat lebih berhati-hati, waspada dan melakukan langkah-langkah pengamanan agar tidak terkena bahaya. Namun demikian, tidak semua bahaya dapat dikenali dengan mudah, seperti mengenal bahaya api (Ramli, 2010).

Identifikasi bahaya adalah suatu teknik komprehensif untuk mengetahui potensi bahaya dari suatu bahan, alat, atau sistem. Teknik identifikasi bahaya ada berbagai macam yang dapat diklasifikasikan menjadi metoda pasif, metoda semiproaktif dan metoda aktif (Ramli, 2010).

(27)

2.1.4.2. Teknik semi proaktif merupakan teknik belajar dari pengalaman orang lain jadi mengetahui adanya bahaya yang tidak dialami diri sendiri tetapi orang lain.

2.1.4.3. Metoda proaktif merupakan metoda terbaik untuk mengidentifikasi bahaya atau mencari bahaya sebelum bahaya tersebut menimbulkan akibat atau dampak yang merugikan. Tindakan proaktif memiliki kelebihan :

2.1.4.3.1. Bersifat preventif karena bahaya dikendalikan sebelum menimbulkan kecelakaan atau cedera.

2.1.4.3.2. Bersifat peningkatan berkelanjutan (continual improvement) karena dengan mengenal bahaya dapat dilakukan upaya-upaya perbaikan.

2.1.4.3.3. Meningkatkan kepedulian (awareness) semua pekerja setelah mengetahui dan mengenal adanya bahaya disekitar tempat kerjanya.

2.1.4.3.4. Mencegah pemborosan yang tidak diinginkan, karena adanya bahaya dapat menimbulkan kerugian (Ramli, 2010).

Identifikasi bahaya yang bersifat proaktif antara lain :

2.1.4.3.1. Daftar periksa dan audit atau inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja.

(28)

2.1.4.3.4. Analisa what if (what if analysis)

2.1.4.3.5. Analisa moda kegagalan dan efek (failure mode and effect analysis)

2.1.4.3.6. Hazops (Hazards and operabolity study)

2.1.4.3.7. Analisa keselamatan pekerjaan (job safety analysis) 2.1.4.3.8. Analisa risiko pekerjaan (job safety analysis)

Penerapan teknik identifikasi bahaya ini dapat dilakukan sepanjang daur hidup perusahaan mulai dari tahap pengembangan sampai ke operasi (Ramli, 2010).

2.2. Pengendalian Risiko

Pengendalian risiko menurut Ramli (2010) merupakan langkah penting dan menentukan dalam keseluruhan manajemen risiko. Jika pada tahapan sebelumnya lebih banyak bersifat konsep dan perencanaan, maka pada tahap ini sudah merupakan realisasi dari upaya pengelolaan risiko dalam perusahaan. Risiko yang telah diketahui besar dan potensi akibatnya harus dikelola dengan tepat, efektif dan sesuai dengan kemampuan dan kondisi perusahaan. Pengendalian risiko dapat dilakukan dengan berbagai pilihan, misalnya dengan dihindarkan, dialihkan kepada pihak lain, atau dikelola dengan baik.

Proses pengendalian risiko menurut AS/NZS 4360 adalah sebagai berikut. 2.2.1. Berdasarkan hasil analisa dan evaluasi risiko dapat ditentukan apakah

(29)

operasi. Misalnya perusahaan telah memilih menerima risiko penggunaan suatu peralatan mekanis dalam proses produksinya.

2.2.2. Dalam peringkat risiko, dikategorikan sebagai risiko sedang (medium) sehingga dapat diterima perusahaan. Karena itu tidak perlu dilakukan tindakan pengendalian lebih lanjut. Perusahaan cukup melakukan pemantauan berkala baik di tempat kerja maupun terhadap tenaga kerja untuk mengetahui apakah ada efek yang tidak diinginkan. Sebaliknya jika tingkat kebisingan mencapai 100-110 dB, maka risiko ini tidak dapat diterima karena mengandung risiko tinggi terhadap pendengaran dan kesehatan pekerja. Karena itu harus dilakukan tindakan pengendalian. 2.2.3. Jika risiko berada di atas batas yang dapat diterima maka perlu dilakukan

pengendalian lebih lanjut untuk menekan risiko dengan beberapa pilihan yaitu :

2.2.3.1. Mengurangi kemungkinan (reduce likelihood) 2.2.3.2. Mengurangi keparahan (reduce consequence) 2.2.3.3. Alihkan sebagian atau seluruhnya

2.2.3.4. Hindari (avoid)

Menurut OHSAS 18001 memberikan pedoman pengendalian risiko yang lebih spesifik untuk bahaya keselamatan dan kesehatan kerja dengan pendekatan sebagai berikut.

2.2.3.1. Eliminasi 2.2.3.2. Substitusi

(30)

2.2.3.4. Pengendalian administrative

2.2.3.5. Penggunaan alat pelindung diri (APD).

Lebih lanjut sub bab ini lebih dispesifikan pengendalian risiko dengan penggunaan alat pelindung diri.

2.3. Pengertian Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri adalah seperangkat alat yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja. Alat pelindung diri dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi pekerja apabila engineering dan administrative tidak dapat dilakukan dengan baik. Namun pemakaian alat pelindung diri bukanlah pengganti dari kedua usaha tersebut, namun sebagai usaha akhir.

Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Association, personal protective equipment atau alat pelindung diri didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya.

Alat Pelindung Diri dipakai setelah usaha rekayasa (engineering) dan cara kerja yang aman (work practice) telah maksimum. Namun pemakaian alat pelindung diri bukanlah pengganti dari kedua usaha tersebut tetapi sebagai usaha terakhir dalam upaya melindungi tenaga kerja (Nedved, 1991).

2.3.1. Standar Occupational Safety and Health Association (OSHA)

(31)

Untuk meningkatkan perlindungan diri dari bahaya-bahaya yang ada di tempat kerja maka OSHA (Occupational Safety and Health Association) membuat peraturan alat pelindung diri sebagai berikut :

2.3.1.1. Memeriksa sekeliling tempat kerja untuk menentukan apakah ada bahaya-bahaya yang dapat terjadi sewaktu kerja.

2.3.1.2. Memilih dan mempersiapkan alat pelindung diri yang benar-benar cocok untuk masing-masing pekerja (sesuai dengan lingkup pekerjaanya).

2.3.1.3. Melatih bagaimana cara menggunakan atau memakai alat pelindung diri secara benar untuk mencegah dari bahaya-bahaya yang dapat mengancam bagian tubuh seperti kepala, muka, mata, telinga, sistem pernafasan, tangan, kaki dan lain-lain.

(32)

2.3.2. Peraturan Perundang-Undangan Terkait Dengan Alat Pelindung Diri

Peraturan Pemerintah atau perundang-undangan yang terkait dengan penggunaan alat pelindung diri antara lain :

2.3.2.1. Undang-Undang No. 1 tahun 1970

2.3.2.2. Instruksi Menteri Tenaga Kerja No.1ns.02/M/BW/BK/1984 tentang pengesahan Alat Pelindung Diri

2.3.2.3. Surat Edaran Dirjen Biawas No.SE/06/BW/1997 tentang Pendaftaran Alat Pelindung Diri.

2.3.3. Pemilihan Alat Pelindung Diri

Kebutuhan alat pelindung diri didasarkan pada bahaya dan resiko yang ada di tempat kerja yang menyangkut tipe bahaya dan resiko, efek atau dampak yang ditimbulkan, kecelakaan yang sering terjadi dan lain-lain.

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dan diperhitungkan dalam pemilihan Alat Pelindung Diri agar tujuan untuk mengurangi resiko, dan agar tujuan penggunaan alat pelindung diri lebih efektif ditentukan juga oleh sikap, mental dan keadaan pemakai. Penggunaan alat pelindung diri tidak hanya menyangkut permasalahan penyediaan dan seluruh pekerja memakainya, tetapi ada beberapa langkah penting sebelum penyediaan alat pelindung diri, yaitu :

(33)

dahulu tentukan jenis bahaya apa saja yang terdapat dalam pekerjaan dan bagaimana kondisi kerja yang ada serta mengacu pada peraturan dan bagaimana kondisi kerja yang ada serta mengacu pada peraturan mana. Dalam menganalisa kebutuhan akan alat pelindung diri, statistik kecelakaan juga sangat membantu, misalnya pekerjaan apa dan ruangan mana kecelakaan sering terjadi serta bagian tubuh mana yang sering mendapat cidera saat kecelakaan kemudian pada waktu inspeksi ke tempat kerja perlu diperhatikan jenis pekerjaan yang membahayakan, dimana letak sumber bahaya serta sejauh mana sumber bahaya tersebut dapat dikendalikan.

2.3.3.2. Pemilihan alat pelindung diri berdasarkan analisa kebutuhan, dapat ditentukan jenis alat apa saja yang diperlukan, selain itu sampai sejauh mana perlindungan yang diperlukan, selain itu sampai sejauh mana perlindungan yang diperlukan dari alat tersebut yang standar yang berlaku. Alat pelindung diri harus sudah melalui pengujian apakah sudah memenuhi standar atau tidak, kegagalan pemakaian dapat menyebabkan tenaga kerja kembali kepada kebiasaan semula bekerja tanpa alat pelindung diri, disinilah perlu tindakan disiplin.

(34)

lewat papan pengumuman. Perlu pula ditanamkan pengertian akan pentingnya peranan alat pelindung diri, dalam mencegah cidera atau mengurangi akibat suatu kecelakaan dan meningkatkan minat dan akhirnya kebutuhan akan pemakaian alat pelindung diri.

2.3.3.4. Latihan perlu dilakukan agar tenaga kerja mengetahui dalam keadaan apa alat ini harus digunakan sebagaimana mestinya latihan ini dapat diberikan secara khusus atau mungkin saja secara khusus atau mungkin saja secara tidak formal. Dalam periode latihan tenaga kerja harus bisa menggunakan alat pelindung diri secara benar dan tepat, harus diberitahukan cara menyesuaikan alat pelindung diri serta bagaimana memeliharanya.

(35)

pelanggaran akan dikenakan hukuman, seperti teguran atau peringatan keras dan tindakan disiplin lainnya.

Dalam pemilihan alat pelindung diri harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

2.3.3.1. Nyaman dipakai pada kondisi pekerjaan yang sesuai dengan Desain alat tersebut.

2.3.3.2. Tidak mengganggu kerja dalam arti alat pelindung diri tersebut harus sesuai dengan besar tubuh pemakainya dan tidak menyulitkan gerak pengguna.

2.3.3.3. Memberikan perlindungan yang efektif terhadap bahaya yang khusus sebagaimana alat pelindung diri tersebut didesain. 2.3.3.4. Alat-alat pelindung diri harus tahan lama.Alat-alat pelindung

diri tersebut mudah dibersihkan dan dirawat oleh pekerja. 2.3.3.5. Harus ada Desain, konstruksi, pengujian dan penggunaan alat

pelindung diri sesuai dengan standar. (Suma’mur, 1984) 2.3.4. Bahaya-Bahaya yang Membutuhkan Penggunaan Alat Pelindung

Diri

Beberapa kemungkinan bahaya yang dapat ditemui di lingkungan pekerjaan seperti berikut ini :

2.3.4.1. Bahaya Kimia

(36)

saat penggunaan bahan kimia tersebut atau secara tidak sengaja dapat menyebabkan kerusakan pada kulit.

2.3.4.2. Partikel-Partikel

Banyak pekerjaan yang dapat menyebabkan timbulnya debu atau kotoran yang dapat membahayakan mata, selain itu jikka debu atau kotoran tersebut terhirup maka akan membahayakan paru-paru dan system pernafasan.

2.3.4.3. Panas dan Temperatur Tinggi

Tanpa alat pelindung diri yang benar-benar sesuai dan tepat pemakaiannya maka dalam pelaksanaan proses atau pekerjaan yang menimbulkan panas dapat mencederai atau membakar kulit dan melukai mata.

2.3.4.4. Radiasi Cahaya

Bahaya radiasi seperti dapur api, intensitas cahaya yang tinggi dari api pengelasan, pemotongan yang menggunakan panas tinggi dan pekerjaan yang menimbulkan radisai cahaya yang dapat merusak mata atau menggunakan radio aktif yang bisa menyebabkan cidera bagi pekerja.

2.3.4.5. Pemindahan bagian dari suatu peralatan

(37)

memindahkan ataupun memperbaiki mesin, lupa untuk memasanganya kembali.

2.3.4.6. Kejatuhan suatu barang

Jika barang-barang ditempatkan pada ketinggian secara tidak benar atau membawa alat-alat dan kurang hati-hati pada pada saat naik, maka barang tersebut bisa lepas dan jatuh yang menyebabkan bahaya bagi orang yang ada dibawahnya dan bisa mencederai bagian tubuh atau bagian kepala dan kaki.

2.3.4.7. Barang-barang tajam/runcing

Perkakas atau barang-barang yang tajam/runcing dapat membahayakan tangan, kaki dan bagian tubuh lainnya bila tidak memakai alat pelindung diri.

2.3.4.8. Keadaan atau kondisi tempat kerja

Bahaya juga dapat diakibatkan oleh keadaan tempat kerja atau cara pekerja berdiri dan bergerak ketika mereka sedang melakukan aktifitas pekerjaannya.

2.3.4.9. Jatuh dari ketinggian

Pekerja harus dilindungi dari bahaya jatuh pada saat bekerja di tempat ketinggian, pekerja diharuskan memakai ALAT PELINDUNG DIRI.

(38)

Berbagai macam alat pelindung diri seperti Surat Edaran No.SE.06/BW/1997, yang dikeluarkan olehDirektorat Jendral Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Keternagakerjaan antara lain :

2.3.5.1. Alat Pelindung Kepala

Pemakaian alat pelindung ini bertujuan untuk melindungi kepala dari terbentur dan terpukul yang dapat menyababkan luka juga melindungi kepala dari panas, radiasi, api dan bahan-bahan kimia berbahaya serta melindungi agar rambut tidak terjerat dalam mesin yang berputar. Berdasarkan fungsinya, Pelindung kepala dapat dibagi menjadi 3 bagian :

2.3.5.1.1. Topi pengaman (safety helmet) untuk melindungi kepala dari benturan atau pukulan benda-benda.

Gambar 2.1 Sefety Helmet Sumber : arktrading, 2010

2.3.5.1.2. Topi tudung

(39)

kepala dari zat-zat kimia, iklim yang berubah-ubah, api dan lain-lain.

2.3.5.1.3. Tutup kepala

Untuk menjaga kebersihan kepala dan rambut atau mencegah lilitan rambut dari mesin dan lain-lain. Biasanya terbuat dari katun atau bahan yang mudah dicuci.

Berdasarkan susunannya pelindung kepala dibagi atas 3 bagian. Outersheels (bagian luar yang keras).. Untuk melindungi benturan keras dari luar. Shock absorbing suspensions (headband and straps). Sebagai penahan benturan antara outersheels dengan kepala. Chin straps (tali pengikat di dagu). Untuk menjaga agar pelindung kepala tidak terlepas oleh tiupan angin atau gerakan badan

2.3.5.2. Alat Pelindung Wajah atau Mata

Kaca mata pengaman diperlukan untuk melindungi mata dari kemungkinan kontak bahaya karena percikan atau kemasukan debu, gas, uap, cairan korosif, partikel melayang, atau terkena radasi gelombang elektromagnetik. Pelindung mata (safety glasses) mempunyai beberapa kriteria, yakni :

(40)

2.3.5.1.2. Label peringatan untuk mengindikasi bahwa lensa hanya dapat menahan basic impact saja. 2.3.5.1.3. Frame harus melalui beberapa tes seperti

high-mass dan high velocity impact. Frame harus memiliki kemampuan untuk menahan 2.0 mm high impact dari lensa.

2.3.5.1.4. Sideshields harus lebih memberikan perlindungan di sisi samping.

Macam-macam alat pelindung mata dan muka, yaitu :

2.3.5.1.1. Safety spectacles

Gambar 2.2

Safety Spectacles

Sumber : buildfix, tahun 2010

(41)

2.3.5.1.2. Impact-resistant spectacles

Gambar 2.2

Impact-Resistant Spectacles Sumber :sigma-tek, tahun 2010

Dapat digunakan untuk akibat sedang dari partikel yang dihasilkan oleh beberapa pekerjaan, seperti perkayuan pekerjaan tukang kayu, grinding dan scaling.

2.3.5.1.3. Side shields

Gambar 2.3

Side Shields

Sumber : .safetyoffice, tahun 2010

(42)

2.3.5.1.4. Goggles

Gambar 2.4

Goggles

Gambar : dryeyepain, tahun 2010

Pada umumnya, goggles melindungi mata, rongga mata, dan area wajah sekitar dari dampak, debu dan percikan. Beberapa goggles dilengkapi dengan lensa.

2.3.5.1.5. Welding shields

Gambar 2.5

Welding Shields

Sumber indiamart, tahun 2010

(43)

chips yang dihasilkan selama pengelasan, brazing, penyolderan dan pemotongan.

2.3.5.1.5. Laser safety goggles

Gambar 2.6

Laser Safety Goggles

Sumber : offenhaeuser, tahun 2010

Laser safety goggles memberikan perlindungan terhadap cahaya berkonsentrasi tinggi yang dihasilkan oleh laser. Tipe laser safety goggles yang dipilih tergantung pada peralatan dan kondisi operasi di tempat kerja.

2.3.5.1.6. Face shields

Gambar 2.7

Face Shields

Sumber : labsafety, tahun 2010

(44)

Bagi pekerja yang memakai kacamata dianjurkan memakai safety goggles yang sesuai dan enak dipakai tanpa mengganggu aktifitas pekerjaannya.

2.3.5.2. Alat Pelindung Telinga

Penggunaan alat pelindung telinga sangat penting bagi pekerja yang berada di daerah yang tingkat kebisingannya sangat tinggi, karena dalam jangka waktu yang panjang akan merusak pendengaran seseorang. Pengklasifikasian dari pelindung telinga didasarkan pada tingkat kebisingan pada frekuensi tertentu. Ada 3 tipe dasar untuk alat pelindung telinga:

2.3.5.2.1. Ear plug

Gambar 2.8

Ear Plug

Sumber : casafety, tahun 2010

(45)

2.3.5.2.2. Ear muff

Gambar 2.9

Ear Muff

Sumber : lewiscontractorsales, tahun 2010

Ear muff merupakan pelindung telinga yang terbaik,bentuknya menutupi seluruh daun telinga dengan ikat kepala (headband). Masing-masing ear cups ditutupi oleh bantalan luar yang lunak. Digunakan di tempat kerja yang mempunyai intensitas kebisingan 95-110 dB. Pada frekuensi 2800-4000 Hz kemampuan atenuasinya 35-45 dB.

2.3.5.2.3. Canal caps

Gambar 2.10

Canal Caps

Sumber : apgea, tahun 2010

(46)

tempat kerja yang mempunyai intensitas kebisingan lebih dari 110 dB.

2.3.5.3. Alat Pelindung Pernafasan

Alat pelindung pernafasan berfungsi memberikan perlindungan terhadap sumber-sumber bahaya di udara tempat kerja seperti kekurangan oksigen, pencemaran oleh partikel atau uap dan pencemaran oleh gas atau uap. Macam-macam alat pelindung diri pernafasan yaitu:

2.3.5.3.1. Masker

Gambar 2.11 Masker

Sumber : blogspot, tahun 2010

Umumnya terbuat dari kain kasa atau busa yang didesinfektan terlebih dahulu. Pada umumnya measker digunakan untuk mengurangi masuknya debu ke saluran pernapasan.

2.3.5.3.2. Respirator

(47)

a. Air Purifying Respirator

Air Purifying Respirator Adalah alat pernafasan dengan pemurnian udara, digunakan jika udara mengandung cukup oksigen tetapi mengandung pencemaran (kontaminasi) yang berbahaya. Jenis-jenis air purifying respirator :

a) Masker gas (gas mask)

Gambar 2.12

Gas Mask

Sumber : approvedgasmasks, tahun 2010

Masker gas terdiri dari topeng (masker) yang dihubungkan ke tabung (canister). Udara yang terkontaminasi akan dimurnikan oleh bahan-bahan kimia yang ada di dalam canister.

b) Chemical cartridge respirators

Gambar 2.13

Chemical Cartridge Respirators Sumber : safetyonline,

(48)

Chemical cartridge respirators terdiri dari topeng penutup dan mulut yang dihubungkan langsung ke cartridge se. Jenis ini umumnya digunakan untuk menangani pekerjaan dimana konsentrasi gas/uap tidak terlaku tinggi.

c) Self-Consumed Breathing Apparatus (SCBA)

Gambar 2.14

Self-Consumed Breathing Apparatus Sumber : .dcis.ca, tahun 2010

Umumnya digunakan oleh pekerja pada atmosfir berbahaya untuk kehidupan. Selaun itu juga digunakan apabila disertai adanya bahan iritasi pada kulit atau mata. Respirator ini dilengkapi denganpakaian khusus dan compressed oxygen breathing apparatus.

2.3.5.4. Alat Pelindung Tangan

(49)

diharuskan memakai sarung tangan (safety gloves). Sarung tangan terbuat dari bahan bahan seperti :

2.3.5.4.1. Jala logam (metal mesh), kulit atau kanvas Sarung tangan yang kokoh terbuat dari metal mesh, kulit atau kanvas memberikan perlindungan dari terpotong, terbakar dan panas.

a) Leather gloves

Gambar 2.15

Leather Gloves

Sumber : indiamart, tahun 2010

Leather gloves digunakan melindungi dari percikan, panas yang sedang, pukulan, chip dan benda tajam.

b) Aluminized gloves

Gambar 2.16

(50)

Aluminized gloves biasanya digunakan untuk pengelasan, pemanasan dan pekerjaan pengecoran logam karena memberikan perlindungan terhadap panas. Dibuat dari material sintetik yang melindungi dari panas dan dingin.

c) Aramid fiber gloves

Gambar 2.17

Aramid Fiber Gloves Sumber : houseput, tahun 2010

Aramid adalah material sintetik yang melindungi dari panas dan dingin yang dapat dibuat menjadi sarung tangan yang resisten terhadap pemotongan dan abrasif.

2.3.5.4.2. Fabric and coated fabric gloves

(51)

a) Fabric gloves

Gambar 2.18

Fabric Gloves

Sumber : allproducts, tahun 2010

Dapat melindungi dari kotoran, karat, gosokan dan lecet. Sarung tangan ini tidak memberikan perlindungan yang cukup untuk digunakan dengan material yang kasar, tajam dan berat. b) Coated fabric gloves

Gambar 2.19

Coated Fabric Gloves Sumber : .tradekorea, tahun 2010

Sarung tangan jenis ini biasanya dibuat oleh manufaktur dari bahan katun halus dengan napping pada salah satu sisi.

2.3.5.4.3. Gloves yang resisten terhadap bahan dan cairan kimia

(52)

melindungi pekerja dari pembakaran, iritasi dan dermatitis yang disebabkan oleh kontak dengan minyak, lemak, solven dan bahan kimia lain.

a) Butyl rubber gloves

Gambar 2.20

Butyl Rubber Gloves Sumber : uvex, tahun 2010

Melindungi dari asam nitrat, asam sulfur, asam hydrofluoric, red furnace nitric acid, bahan bakar roket dan peroksida. Daya tahan tembus yang tinggi untuk gas, bahan kimia, uap air, butyl rubber. Resisten terhadap oksidasi, korosi ozon, abrasi dan lentur pada temperature rendah. b) Natural latex or rubber gloves

Gambar 2.21

Natural Latex Gloves

(53)

Sarung tangan ini melindungi tangan pekerja dari asam, alkali, garam dan keton. Latekx gloves dapat menyebabkan alergi pada beberapa orang. Hypoallergenic gloves, glove liners dan powderless gloves mungkin tidak dapat digunakan pada individu yang alergi terhadap latexgloves.

c) Neoprene gloves

Gambar 2.22

Neoprene Gloves

Sumber : fairfielduniform, tahun 2010 Neoprene gloves memiliki kelenturan yang bagus, finger dexterity, densitas tinggi dan resisten terhadap cairan hydraulic, gasoline, alcohol, asam organik dan alkali.

d) Nitrile rubber gloves

Gambar 2.23

(54)

Sumber : practicon, tahun 2010

Nitrile rubber gloves memberikan perlindungan terhadap solven klorin seperti trychoroethylene dan perchoroethylene. Sarung tangan ini resisten terhadap abrasi, kebocoran, snags dan tears. 2.3.5.4.4. Insulasi karet

a) Leather (kulit)

Gambar 2.24 Insulasi Leather Gloves

Sumber : lewiscontractorsales, tahun 2010 Leather Gloves berfungsi untuk melindungi dari benda-benda yang kasar, panas dan potongan-potongan logam.

b) Cotton fabric (katun)

Gambar 2.25

Cotton Fabric

(55)

Cotton fabric berguna untuk melindungi dari kotoran-kotoran dan benda-benda yang licin. c) Rubber, neoprene, vinyl atau tipe lain

Gambar 2.26

Vinyl Gloves

Sumber : newyorksafetyequipment, tahun 2010

Sarung tangan ini dapat melindungi dari bahaya zat kimia. Untuk itu diperlukan Material Safety Data Sheet (MSDS)yang menjelaskan bahaya dan cara penangananya.

d) Metal mesh (butiran logam)

Gambar 2.27

Metal Mesh

Sumber : chefknifes, tahun 2010

(56)

2.3.5.5. Alat Pelindung Kaki

Kaki harus dilindungi jika terdapat bahaya di tempat kerja yang berbahaya bagi bagian tubuh ini. Dalam pelindung kaki terdapat reinforced safety toe yang dapat menahan benturan dari kejatuhan benda yang berat di atas jari kaki. Macam-macam pelindung kaki adalah :

2.3.5.5.1. Leggings

Gambar 2.28

Legging

Sumber: toolsandequipment, tahun 2010

Leggings berfungsi untuk melindungi kaki bagian bawah dari bahaya panas, seperti molten metal atau percikan welding.

2.3.5.5.2. Metatarsal guards

Gambar 2.29

Metatarsal Guards

(57)

Metatarsal guards terbuat dari aluminium, baja, serat atau plastik yang diikat ke bagian luar sepatu untuk melindungi bagian dalam dari bahaya tekanan.

2.3.5.5.3. Toe guards

Gambar 2.30

Toe Guards

Sumber : mensboots.guidestobuy, tahun 2010

Toe guards dapat dibuat dari baja, aluminium atau plastik. Diletakkan di atas jari kaki dari sepatu reguler. Perlindungan ini hanya melindungi jari kaki dari dampak dan bahaya tekanan.

2.3.5.5.4. Combination foot and shin guards

Gambar 2.31

(58)

Perlindungan ini dapat digunakan sebagai kombinasi dengan toe guards ketika memerlukan perlindungan yang terbaik.

2.3.5.5.5. Safety shoes

Gambar 2.32 Safety Shoes

Sumber : glodok-safety, tahun 2010

(59)

200 Joule dan mampu menahan beban hingga 20 kg yang jatuh dari ketinggian 1,5m. Bahan bagian atas : terbuat dari kulit. Bahan lapisan dalam : terbuat dari bahan yang lembut. General specification : sepatu harus tahan panas sampai dengan 150 0C serta nyaman dan fleksibel (lentur)

2.3.5.6. Pakaian Pelindung

Pakaian pelindung digunakan untuk melindungi anggota badan terhadap pengaruh pengaruh kebakaran, suhu tinggi, suhu dingin, bahan-bahan korosif/kimia, cairan minyak serta benturan-benturan benda. Bahan dapat terbuat dari kain drill, kulit, plastik, asbes atau kain yang dilapisi aluminium. Jenis-jenis pakaian pelindung yakni heat resistant clothing, acid resistant clothing dan pakaian kerja biasa.

2.3.6. Pemeliharaan Alat Pelindung Diri

Menurut Budiono, dkk (2003) secara umum pemeliharaan alat pelindung diri dapat dilakukan antara lain dengan:

2.3.6.1. Mencuci dengan air sabun, kemudian dibilas dengan air secukupnya.Terutama untuk helm, kacamata, earplug, dan sarung tangan kain/kulit/karet.

(60)

2.3.6.3. Mengganti filter atau catridgenya untuk respirator. 2.3.7. Penyimpanan Alat Pelindung Diri

Menurut Budiono, dkk (2003) untuk menjaga daya guna dari alat pelindung diri, hendaknya disimpan ditempat khusus sehingga terbebas dari debu, kotoran, gas beracun, dan gigitan serangga/binatang. Hendaknya tempat tersebut kering dan mudah dalam pengambilannya.

2.4. Perilaku

2.4.1. Definisi Perilaku

Perilaku menurut Jeremy Stranks (2007) didefinisikan sebagai bagaimana orang memperlakukan dirinya sendiri, sikap dan cara seorang individu dan tindakan yang diamati dari seseorang.

Geller (2001) mendefinisikan perilaku adalah tindakan individual yang dapat diamati oleh orang lain. Tes untuk menentukan definisi perilaku yang baik adalah apakah orang lain menggunakan definisi tersebut dapat secara akurat mengamati apakah perilaku target muncul atau terjadi. Kata yang digunakan untuk mendeskripsikan perilaku harus dipilih dengan jelas agar terhindar dari kesalahan pengertian, teliti agar sesuai dengan perilaku spesifik yang diamati, cepat agar tetap mudah, dan harus memiliki referensi yang jelas atas perilaku yang diamati.

(61)

(Stimulus-Organisme-Respon). Ada dua respon yang membentuk perilaku seseorang, yaitu :

2.4.1.1. Respondent responds atau reflexive

Respon yang timbul oleh adanya stimulus tertentu. Stimulus semacam ini disebut electing stimulation. Misalkan makanan yang lezat yang menimbulkan rasa lapar, cahaya terang yang menyebabkan mata tertutup dan sebagainya. Respondent respons juga mencakup perilaku emosional seperti sedih ketika mendengar musibah.

2.4.1.2. Operant responds atau instrumental responds

Respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer karena memperkuat respons. Misalnya pujian atasan yang diberikan pada pekerja yang telah bekerja dengan baik dapat meningkatkan motivasi pekerja tersebut.

Perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan. Dengan perkataan lain, perilaku kita pada umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan spesifik tersebut tidak selalu diketahui secara sadar oleh individu yang bersangkutan (Winardi, 2004).

Berikut merupakan definisi perilaku sebagai hasil dari konstruksi teori-teori dan riset, sebagai berikut:

2.4.1.1. Perilaku merupakan sesuatu yang disebabkan karena sesuatu hal

(62)

2.4.1.3. Perilaku yang dapat diobservasi dapat diukur

2.4.1.4. Perilaku yang tidak langsung dapat di observasi (contoh berpikir, melaksanakan persepsi) juga penting dalam rangka mencapai tujuan-tujuan

2.4.1.5. Perilaku dimotivasi

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

2.4.1.1. Perilaku tertutup, yaitu respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum diamati secara jelas oleh orang lain.

2.4.1.2. Perilaku terbuka, yaitu respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati dan dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo, 2003).

Berdasarkan penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2007), mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu :

(63)

2.4.1.2.Interest yaitu orang mulai tertarik kepada stimulus.

2.4.1.3.Evaluation yaitu orang mulai menimbang-nimbang yang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini bearti sikap responden sudah lebih baik lagi.

2.4.1.4.Trial yaitu telah mencoba perilaku yang baru.

2.4.1.5.Adoption yaitu subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap stimulus.

2.4.2. Perilaku Aman

(64)

Bagan 2.1 Proses Penerapan Perilaku Aman

(65)

2.5. Pengertian Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Biasanya kecelakaan menyebabkan, kerugian material dan penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang paling berat serta dapat menjadi penyakit akibat kerja ataupun penyakit akibat hubungan pekerjaan (Tresnaningsih, 2012)

2.6. Penyakit Akibat Kerja

Menurut Tresnaningsih (2012) Penyakit Akibat Kerja (PAK) biasanya sering terjadi pada pekerja yang sering mengabaikan safety, atau bisa pula karena manajemen perusahaan yang kesadaran akan safety rendah, di Indonesia telah diatur dalam Kepres Nomor 22 1993.

Berikut beberapa penyebab akibat kerja : 2.6.1. Golongan fisika

2.6.2. Golongan kimia 2.6.3. Golongan biologi

2.6.4. Golongan fisiologi (ergonomi) 2.6.5. Golongan mental psikologi 2.7. Penyakit Akibat Hubungan Pekerjaan

(66)

menuju tempat kerja dan pulang kerumah melalui jalan biasa atau wajar dilalui (Permenaker No. Per 03/Men/1994 mengenai Program JAMSOSTEK).

2.7.1. Faktor Terjadinya Kecelakaan Kerja

Terjadinya kecelakaan kerja disebabkan oleh dua faktor utama yakni faktor fisik dan faktor manusia. Kecelakaan kerja ini mencakup dua permasalahan pokok, yakni:

2.7.1.1.Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan

2.7.1.2.Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan Dalam perkembangan selanjutnya ruang lingkup kecelakaan ini diperluas lagi sehingga mencakup kecelakaan-kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada saat perjalanan atau transport ke dan dari tempat kerja. Dengan kata lain kecelakaan lalu lintas yang menimpa tenaga kerja dalam perjalanan ke dan dari tempat kerja atau dalam rangka menjalankan pekerjaannya juga termasuk kecelakaan kerja. Penyebab kecelakaan kerja pada umumnya digolongkan menjadi dua, yakni: 2.7.1.1.Faktor Fisik

Kondisi-kondisi lingkungan pekerjaan yang tidak aman atau unsafety condition misalnya lantai licin, pencahayaan kurang, silau, dan sebagainya.

2.7.1.2.Faktor Manusia

(67)

penelitian yang ada, 85 % dari kecelakaan yang terjadi disebabkan oleh faktor manusia.

2.7.2. Dampak Kecelakaan Kerja

Berikut ini merupakan penggolongan dampak dari kecelakaan kerja (Simanjuntak, 1994):

2.7.2.1. Meninggal dunia

Dalam hal ini termasuk kecelakaan yang paling fatal yang menyebabkan penderita meninggal dunia walaupun telah mendapatkan pertolongan dan perawatan sebelumnya.

2.7.2.2. Cacat permanen total

Merupakan cacat yang mengakibatkan penderita secara permanen tidak mampu lagi sepenuhnya melakukan pekerjaan produktif karena kehilangan atau tidak berfungsinya lagi bagian-bagian tubuh seperti: kedua mata, satu mata dan satu tangan atau satu lengan atau satu kaki. Dua bagian tubuh yang tidak terletak pada satu ruas tubuh. 2.7.2.3. Cacat permanen sebagian

Cacat yang mengakibatkan astu bagian tubuh hilang atau terpaksa dipotong atau sama sekali tidak berfungsi.

2.7.2.4. Tidak mampu bekerja sementara

(68)

sehingga ada hari-hari kerja hilang dalam arti yang bersangkutan tidak melakukan kerja produktif.

Kecelakaan kerja merupakan suatu hal yang sering terjadi dalam dunia kerja, terjadinya kecelakaan kerja ini dapat kita pelajari dan diupayakan pencegahannya.

2.8. Kerangka Teori

Bagan 2.2 Kerangka Teori

Sumber : Ramli (2010) dan Skiner (1938)

Dari kerangka teori menurut Ramli (2010) bahaya yang terdapat disuatu tempat kerja pertama-tama harus mengetahui langkah-langkah pekerjaan dari awal hingga akhir secara sistematis. Setelah mengetahui langkah-langkah pekerjaannya maka dilakukan identifikasi bahaya. Lalu identifikasi bahaya yang didapat dapat menentukan pengendalian seperti eliminasi, apabila dengan pengendalian bahaya secara eliminasi tidak dapat dilakukan dapat melakukan substitusi, dan seterusnya.

Langkah-Perilaku Penggunaan

(69)
(70)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

3.1. Kerangka Berpikir

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui identifikasi bahaya dan gambaran perilaku penggunaan alat pelindung diri pada pekerja laundry di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta. Dalam penelitian ini yang diamati bahaya yang mungkin dapat terjadi dan gambaran perilaku penggunaan alat pelindung diri.

Penelitian ini diawali dengan mengetahui langkah-langkah pekerjaan di laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta kemudian dilakukan identifikasi bahayanya. Lalu pengendalian bahaya yang dispesifikasikan dengan ketersediaan alat pelindung diri di laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta selanjutnya dilihat gambaran perilaku penggunaan alat pelindung diri tersebut.

(71)

Pengendalian secara administrative control dari studi pendahuluan telat dilakukan rotasi kerja secara bergiliran dan menurut standar operasional prosedur di laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita (2012) terdapat dua shift pagi dan sore dengan setiap shift 7 jam perhari.

Pengendalian dengan menggunakan alat pelindung diri telah disediakan akan tetapi masih banyak pekerja yang tidak menggunakannya. Kesediaan ini termasuk dalam stimulus lalu menimbulkan respon sehingga berperilaku menggunakan alat pelindung diri atau tidak.

Kerangka berpikir dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bagan 3.1. Kerangka Berpikir Langkah-langkah

pekerjaan di Laundry RSAB

Identifikasi bahaya di Laundry RSAB

Katersediaan APD di Laundry

RSAB

(72)

3.2. Definisi Istilah

Tabel 3.1. Definisi Istilah

Istilah Definisi Cara Ukur Alat Ukur

(73)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif merupakan penelitian yang menggambarkan tentang seluruh yang terjadi dilapangan (Moleong, 1991). Pada penelitian ini untuk memberikan gambaran identifikasi bahaya dan gambaran perilaku penggunaan alat pelindung diri pada pekerja laundry di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta.

4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April– Mei 2013 di Rumah sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jalan Letjen Jendral S. Parman Kav. 87 Slipi, Jakarta.

4.3. Informan Penelitian

(74)

4.3.1. Informan Utama

Pekerja laundry yang terdiri dari pekerja yang bertugas mengambil linen kotor pada setiap bangsal/unit perawatan, pekerja bagian penimbangan, pekerja bagian penghitungan, pekerja bagian pencucian, pekerja bagian pengeringan, pekerja bagian melipat, pekerja bagian roll press, pekerja bagian plat press. Pekerja yang bertugas mengambil linen kotor pada setiap bangsal/unit perawatan terdiri hanya satu orang pekerja setiap harinya selama seminggu akan di rolling kebagian lainnya. Kemudian pekerja bagian penghitungan hanya terdiri dari dua orang setelah penghitungan selesai membantu pekerja yang di bagian lain kecuali pengambilan dan pencucian. Lalu pekerja bagian pencucian hanya satu orang pekerja setiap harinya selama seminggu akan di rolling kebagian lainnya. Selanjutnya pekerja bagian pengeringan hanya satu orang pekerja setiap harinya tetapi dibantu dengan pekerja lainnya. Pekerja bagian melipat, pekerja bagian roll press, pekerja bagian plat press terdiri dari pekerja yang kurang lebih sepuluh orang.

4.3.2. Informan Kunci

(75)

4.3.3. Informan Pendukung

Informan pendukung dalam penelitian ini adalah para pekerja yang sekaligus bekerja sebagai pengawas di laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda Jakarta. Pada pekerja yang sekaligus sebagai pengawas terdiri dari satu orang.

Tabel 4.1. Informan Penelitian

Jenis Informan Jumlah Bagian

Informan Utama -Satu Orang -Satu Orang (bahan atau kain) kotor. -Penimbangan dan Informan Kunci Satu Orang Kepala laundry

Informan Pendukung Satu Orang Pekerja bagian laundry sekaligus bekerja sebagai pengawas di Laundry.

4.4. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2009) instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri yaitu mahasiswi peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, karena peneliti sebagai pengumpul data yang mempengaruhi terhadap faktor instrumen. Untuk data yang diinginkan, peneliti menggunakan instrumen berupa :

(76)

4.4.2. Pedoman observasi dan wawancara identifikasi bahaya pekerjaan di laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta.

4.4.3. Pedoman observasi dan wawancara ketersediaan alat pelindung diri di laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta.

4.4.4. Pedoman observasi terhadap perilaku penggunaan alat pelindung diri di laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta.

4.4.5. Pedoman wawancara untuk mencari penyebab perilaku penggunaan alat pelindung diri pada pekerja laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta.

Serta alat bantu pengambilan data terdiri dari dokumen standar operasional prosedur di bagian laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta, alat perekam, kertas catatan, alat tulis, kamera dan laptop.

4.5. Sumber Data

4.5.1. Data Primer :

4.5.1.1. Mengenai identifikasi bahaya yang terdapat di pekerja laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta diperoleh dari wawancara mendalam.

4.5.1.2. Mengenai alat pelindung diri pada pekerja laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta diperoleh dari observasi lapangan dan wawancara mendalam.

(77)

Kita Jakarta diperoleh dari wawancara dengan informan dan observasi lapangan.

4.5.1.4. Pedoman wawancara dan observasi lapangan diadopsi dari penelitian sebelumnya yaitu Omeh 2007 dengan judul tinjauan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penggunaan alat pelindung diri di unit kerja laundry Rumah Sakit Umum Pasar Rebo.

4.5.2. Data Sekunder

Data sekunder mengenai standar operasional prosedur yang terdapat di laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta.

4.6. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi lapangan, wawancara mendalam, dan analisis dokumen standar operasional prosedur.

4.6.1. Observasi

(78)

yang mana keberadaan pengamat diketahui oleh subjek yang diteliti dan subjek memberikan kesempatan kepada pengamat untuk mengamati peristiwa yang terjadi dan subjek menyadari adanya orang yang mengamati apa yang subjek kerjakan.

Observasi dilakukan oleh peneliti untuk melihat penggunaan alat pelindung diri pada pekerja laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta secara langsung di lokasi kerja. Teknik ini juga akan digunakan untuk identifikasi bahaya, gambaran penggunaan alat pelindung diri, dan penyebab penggunaan alat pelindung diri pada pekerja laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta di lokasi kerja. Hasil observasi lapangan menjadi informasi yang penting bagi peneliti serta dapat mendukung keabsahan data.

4.6.2. Wawancara

Gambar

Gambar 2.1 Sefety Helmet
Gambar 2.2 Safety Spectacles
Gambar 2.2 Impact-Resistant Spectacles
Gambar 2.4 Goggles
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pensamos que la obra de Murakami Haruki no apunta a un lenguaje íntimo como podemos ver en la literatura latinoamericana sino a una esencialidad reflexionada, casi filosófica,

INTISARIPerkembangan Teknologi begitu pesat sehingga memiki banyak feature dan pilihan model yang yang ditawarkan.Notebook merupakan peralatan teknologi yang banyak

Tetapi kalau konsepsi siswa bertentangan dengan konsepsi para fisikawan, maka kita menggunakan istilah miskonsepsi ( misconception ). Banyak konsepsi dan miskonsepsi

semua elemen yang dibutuhkan seperti gambar, teks dan icon. –

Dalam penulisan ilmiah ini dibahas bagaimana cara membuat suatu objek menggunakan bahasa pemrograman VRML97, mulai dari pembuatan ukuran objek hingga penulisan coding

menulis belum dimulai. Kondisi tersebut diakibatkan oleh rendahnya kemampuan guru untuk menuangkan idenya dalam bahasa tertulis. Di sinilah peran strategis bimbingan

Az ammóniaemisszió 2009 óta tapasztalható növekedésének másik oka a műtrágya-felhasználás növekedése. A műtrágya nitrogéntartalmának nö- vekedésén túl a

dari itu, untuk menciptakan suatu karya arsitektur yang puitis, struktur harus.. bersifat jujur, dalam artian harus memiliki nilai estetisnya sendiri