• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan pembelajaran aktif metode permainan bingo untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa kelas III SDN Tunas Mekar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan pembelajaran aktif metode permainan bingo untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa kelas III SDN Tunas Mekar"

Copied!
171
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PEMBELAJARAN AKTIF METODE PERMAINAN BINGO UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA

SISWA KELAS III SDN TUNAS MEKAR

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Pencapaian Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

RESTU PERTIWI 1110018300031

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

Tunas Nlekar", disusun oleh Restu Pertirvi,

NIM

1110018300031, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah lbtidaiyah; Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinvatakan lulus dalam LIjran Munaqasah pada tanggal l6 Januan 2015 dihadapan dervan penguji. Karena itu. penulis berhak memDeroleh gelar sarjana

Sl

(S.Pd) dalam bidang P.endidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI).

Jakarta, l6 Januari 2015

Panitia Ujian Munaqasah Ketua Panitia (Ketua Jurusan)

Dr. Fauzan. MA

MP. 19761107 200701 I 013 Sekretaris (Sekretaris Jurusan) Asep Ediana Latip. M.Pd NIP. 19810623 200912 I 003 Penguji I

Dra. Afidah Mas'ud

MP. 196t0926 198603 2 004 Penguji Il

Firdausi.SSi.MPd

NIP 19690629 200,s01 I 003

Tanggal

!?/e:r::t

*/*

*u*

29/

bls

/04

Tanda Tangan

,rO{uur

W

,W

"91,r-ot-{

't "

""' '"''

Mengetahui,

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Hrdayatullah Jakarta

(3)

PENERAPAN PEMBELAJARAN AKTIF METODE PERIT{AINAN BINGO T]NTI'K MEI\IINGKATKAI\i AKTTVITAS BELAJAR MATEMATIKA

SIS1VA KELAS

III

SDN TUNAS MEKAR

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Saiah Satu Syamt Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: Restu Pertiwi NIM. I110018300031

Dibawah Bimbingan

JURUS$I PENDIDIKAN GURU MADRASAII IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBTYA}I I}AI\I KEGURUAN UNIYERSITAS ISLAM NEGERI SYARIT HIDAYATULLAII

JAKARTA 20r5

(4)

Nama NIM

Jurusan

Angkatan Tahun Alamat

bimbingan dosen: Nama

NIP

Dosen Jurusan

: Restu Pertiwi : 11 10018300031

: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah :2010

: Kp. Jarnpang Pulo RT. 003/003 Kec. Kemang Kab. Bogor

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul Penerapan Pembelajaran

Aktif

Metode Permainan Bingo untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa Kelas

III

SIIN Tunas Mekar

adalah benar hasil karya sendiri

di

bawah

: Dr. Gelar Dwirahayu, M.Pd : 19790601 20A604 2 004 : Pendidikan Matematika

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya

siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakafia,05 Januari 2015 Yang Menyatakan,

ffiremzu

IffiMPEL

ffi;*;;;;;

(5)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul "Penerapsn Pembelajaran

Aktif

Metode Permainan

Bingo untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa Kelas III sDN Tunas Mekar" disusun oleh Restu Pertiwi, NIM. l t 10019300031, jurusan Pendidikan Guru Madrasah IbJidaiyah, Universitas Islam Negeri Jakarta. Telah melakukan bimbingan dan dinyatakan syah sebagai karya ilmiatr yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan fakultas.

Jakart4 05 Januari 2015

Yang Mengesahkan,

Pembimbing

Dr. Gelar lhivirahavu. M.Pd

(6)

i

Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui 1) Peningkatan aktivitas belajar matematika melalui penerapan pembelajaran aktif metode permainan Bingo. 2) Respon siswa terhadap penerapan pembelajaran aktif metode permainan Bingo pada pembelajaran matematika. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Tunas Mekar tahun ajaran 2014/2015.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dua siklus dan tiap siklusnya terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi aktivitas, tes hasil belajar, pedoman wawancara, dan dokumentasi.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa 1) Aktivitas belajar matematika siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran aktif metode permainan Bingo mengalami peningkatan. Pada siklus I rata-rata persentase aktivitas belajar matematika siswa sebesar 66% dan meningkat pada siklus II menjadi 85,20%. 2) Pembelajaran matematika dengan menggunakan metode permainan bingo dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan karena belajar matematika jadi tidak membosankan tetapi justru menyenangkan dan menantang, dimana matematika menjadi permainan bukan pekerjaan atau tugas. Siswa juga jadi lebih tertarik karena dengan permainan siswa dapat termotivasi untuk bersaing sehat terhadap teman-temannya. Kesimpulan penelitian ini adalah pembelajaran aktif metode permainan Bingo dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa.

(7)

ii ABSTRACT

Restu Pertiwi (1110013800031). “Implementation of Active Learning with Bingo Games to Improve Students’ Activities in Learning of Mathematics at 3rd grade State Elementary Schools Tunas Mekar”. A Thesis, Primary School Teachers’ Education Departement, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

The purpose of this study was to determine 1) Increased activity of learning mathematics through the application of active learning methods Bingo game. 2) The student response to the application of active learning methods Bingo games on mathematics learning. The research was conducted in SDN Tunas Mekar 2014/2015 academic year.

The method used in this research is the Classroom Action Research (CAR) two cycles and each cycle consists of four stages of planning, action, observation, dan reflection. The research instrument used is the observation sheet activity, achievement test, interview sheet, and documentation.

Results of the study revealed that 1) Students' mathematics learning activities in the learning process by applying active learning methods Bingo game. In the first cycle the average percentage of students' mathematics learning activity by 66% and increased in the second cycle into 85.20%. 2) Learning mathematics using bingo games can create a fun learning environment for learning mathematics so not boring but rather fun and challenging, where mathematics becomes a game instead of a job or task. Students also become more interested because the games students can be motivated to compete well against his friends. The conclusion of this study is an active learning method Bingo games can improve students' mathematics learning activities.

(8)

iii

yang menggenggam setiap kejadian, penyempurna setiap kebahagiaan, tempatku bersandar dan bersyukur atas seluruh nikmat tanpa batas bilangan. Shalawat serta salam senantiasa menyelimuti Rasullah SAW tercinta beserta seluruh keluarga, sahabat, dan para pengikutnya sampai akhir zaman.

Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak

sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, berkat kerja keras, do’a,

dan kesungguhan hati serta dukungan dari berbagai pihak untuk penyelesaian skripsi ini., semua dapat teratasi. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dra. Nurlena, MA.,Ph.D selaku dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Fauzan, MA., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Asep Ediana Latip, M.Pd. Sekretaris Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Gelar Dwirahayu, M.Pd., Dosen Pembimbing yang dengan penuh kesabaran dan perhatian telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, dan nasehat bagi penulis.

5. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT. 6. Kepala SDN Tunas Mekar, Bapak Bambang Suherman, S.Pd beserta guru

(9)

iv

7. Teristimewa untuk kedua orang tuaku ayahanda Herdi Suryadi dan ibunda Nengsih yang selalu penulis banggakan. Mereka tak henti-hentinya mendoakan, melimpahkan kasih sayang, dan memberikan dukungan moril maupun materiil kepadaku. Hanya Allah SWT yang dapat membalasnya, semoga penulis dapat memberikan yang terbaik untuk kalian.

8. Sahabat-sahabatku Roro, Nc, Erien, Fika, Hilma, Vina, Wilky, Nufus, Zizah, Fitri, Ai, Lina, Aila, dan teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah angkatan 2010 kelas A dan B yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas kebersamaannya dalam berjuang melewati hari-hari kuliah yang penuh suka duka, semoga persahabatan kita abadi.

9. Kakak-kakak kelas Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah angkatan 2009 dan 2008, terimakasih atas ketersediaannya dalam memberikan dukungan, kasih sayang, serta perhatian kepada penulis.

10. Adik-adik kelas Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah angkatan 2011, terimakasih atas ketersediaannya dalam memberikan dukungan, kasih sayang, serta perhatian kepada penulis.

Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu,

mudah-mudahan bantuan, bimbingan, dukungan, semangat, dan do’a yang telah diberikan

menjadi pintu datangnya ridho dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan akhirat. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi khazanah ilmu pengetahuan umumnya. Aamiin Yaa Rabbal ‘Alalamiin.

Jakarta, Januari 2015

(10)

v

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ... 4

C. Pembatasan Fokus Penelitian ... 4

D. Perumusan Masalah Penelitian ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Deskripsi Teoritik ... 6

1. Aktivitas Belajar ... 6

a. Pengertian Aktivitas Belajar ... 6

b. Jenis-jenis Aktivitas Belajar ... 7

c. Nilai Aktivitas dalam Pengajaran ... 10

2. Pembelajaran Aktif Metode Permainan Bingo ... 11

a. Pembelajaran Aktif ... 11

b. Metode Permainan ... 14

c. Metode Permainan Bingo ... 17

3. Operasi Hitung Bilangan ... 20

a. Penulisan Bilangan dalam Bentuk Panjang ... 20

b. Operasi Penjumlahan ... 21

c. Operasi Pengurangan ... 23

(11)

vi

4. Penerapan Metode Permainan Bingo dapat Meningkatkan

Aktivitas Belajar Matematika ... 26

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 28

C. Kerangka Berpikir ... 29

D. Hipotesis Penelitian ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

B. Metode dan Rancangan Siklus Penelitian ... 33

C. Subjek Penelitian ... 36

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 36

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 36

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 39

G. Data dan Sumber Data ... 39

H. Instrumen Pengumpulan Data ... 40

I. Teknik Pengumpulan Data ... 48

J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan ... 48

K. Analisis Interpretasi Data ... 49

L. Pengembangan dan Perencanaan Tindakan ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pelaksaan Penelitian ... 51

B. Interpretasi Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 72

C. Keabsahan Data ... 77

D. Keterbatasan Penelitian ... 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 79

B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 80

(12)

vii Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes Siklus I Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Tes Siklus II Tabel 3.4 Kriteria Koefisien Reliabilitas Tabel 3.5 Interpretasi Tingkat Kesukaran Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda

Tabel 3.7 Kisi-kisi Instrumen Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa Tabel 4.1 Rekapitulasi Persentase Aktivitas Belajar Matematika Siswa Pada

Pembelajaran Siklus I

Tabel 4.2 Deskriptif Nilai Tes Hasil Belajar Matematika Siklus I Tabel 4.3 Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Siklus I Tabel 4.4 Refleksi Tindakan Pembelajaran pada Siklus I

Tabel 4.5 Rekapitulasi Persentase Aktivitas Belajar Matematika Siswa Pada Pembelajaran Siklus II

Tabel 4.6 Deskriptif Nilai Tes Hasil Belajar Matematika Siklus II Tabel 4.7 Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Siklus II Tabel 4.8 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa Tabel 4.9 Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa

(13)

viii

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Papan Permainan Bingo

Gambar 2.2 Ilustrasi pembagian kelompok Gambar 2.3 Kerangka Konseptual

Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas Gambar 3.2 Tahapan dalam Penelitian

Gambar 4.1 Aktivitas Siswa Mengerjakan LKS secara Individu pada Pertemuan ke-1

Gambar 4.2 Aktivitas Siswa saat Melakukan Tanya Jawab

Gambar 4.3 Aktivitas Siswa pada saat Melakukan Permainan Bingo Gambar 4.4 Aktivitas Siswa pada Pelaksanaan Tes Akhir Siklus I Gambar 4.5 Aktivitas Siswa Mengerjakan Soal di Papan Tulis Gambar 4.6 Aktivitas Siswa Melakukan Permainan Bingo

Gambar 4.7 Aktivitas Siswa pada Pelaksanaan Tes Akhir Siklus II

Diagram 4.1 Perbandingan Persentase Aktivitas Belajar Matematika Siswa pada Siklus I dan Siklus II

(14)

ix

Lampiran 3 Soal dan Kunci Jawaban Bingo Babak Penyisihan Siklus I 95 Lampiran 4 Soal dan Kunci Jawaban Bingo Babak Final Siklus I 99

Lampiran 5 Uji Instrumen Siklus I 102

Lampiran 6 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Siklus I 106 Lampiran 7 Soal Tes Hasil Belajar Matematika Siklus I 107 Lampiran 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 108

Lampiran 9 Lembar Kerja Siswa Siklus II 122

Lampiran 10 Soal dan Kunci Jawaban Bingo Babak Penyisihan Siklus II 128 Lampiran 11 Soal dan Kunci Jawaban Bingo Babak Final Siklus II 131

Lampiran 12 Uji Instrumen Siklus II 134

Lampiran 13 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Siklus II 138 Lampiran 14 Soal Tes Hasil Belajar Matematika Siklus II 138 Lampiran 15 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa 141 Lampiran 16 Rekapitulasi Persentase Aktivitas Belajar Matematika Siswa

Siklus I dan Siklus II 144

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mengalami dinamika yang semakin lama semakin berkembang dan berusaha beradaptasi dengan gerak perkembangan yang dinamis tersebut. Oleh karenanya pendidikan yang diterapkan pada waktu sekarang tidak akan sama dengan pendidikan pada masa yang lalu ataupun masa yang akan datang. Sehingga akan selalu ada perubahan yang mengarah pada kemajuan pendidikan yang lebih baik. Hal ini seharusnya diikuti keberhasilan kegiatan pembelajaran, baik berupa peningkatan prestasi, motivasi, kreativitas, dan aktivitas peserta didik. Sesuai dengan Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Fungsi Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang berbunyi:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi dalam mewujudkan tujuan tersebut. Salah satunya faktor guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran merupakan proses belajar antara guru dan siswa, hubungan interaksi antara guru dan siswa terlihat jelas dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Kegiatan pembelajaran akan berhasil apabila terjadi perubahan tingkah laku pada peserta didik dan sesuai dengan tujuan yang akan di capai. Perubahan tingkah laku pada anak terjadi apabila dalam proses pembelajaran siswa melakukan aktivitas.

1Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang SISDIKNAS 2003, (Jakarta: Sinar

(16)

Namun untuk mewujudkan fungsi pendidikan nasional tersebut masih mendapatkan berbagai macam persoalan, salah satunya yaitu masih rendahnya aktivitas siswa dalam pembelajaran, khususnya dalam mata pelajaran matematika. Matematika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan, sebagai mata pelajaran yang diajarkan pada semua tingkat pendidikan dasar hingga jenjang pendidikan tinggi. Dari masing-masing jenjang tersebut, banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika sehingga wajar jika matematika termasuk dalam nominasi mata pelajaran yang tidak disenangi bahkan ditakuti oleh sebagian peserta didik.

Pembelajaran matematika di kelas pada umumnya lebih mengutamakan pada penyampaian informasi bukan penekanan proses pembelajaran. Pembelajaran seperti itu kemudian akan melahirkan model pembelajaran pasif dan tidak demokratis, karena peran inti di tangan guru dan bahkan guru seringkali bersikap otoriter. Peserta didik selama ini hanya dianggap anak-anak yang dapat dikembangkan secara mekanik. Dengan sikap guru yang demikian memperkuat daya tekan yang dapat mematikan aspek positif yang semestinya dimiliki siswa. Akibatnya siswa tidak dapat melakukan aktivitas belajar secara optimal, kehilangan kemampuan mandiri (self-reliance), toleransi terhadap perbedaan pendapat, dan mengambil keputusan yang bertanggung jawab.

Berdasarkan hasil observasi awal yang telah dilakukan di kelas III-A Sekolah Dasar Negeri Tunas Mekar Bogor, terdapat beberapa masalah yang muncul, khususnya dalam proses pembelajaran matematika. Kegiatan pra penelitian ini dilakukan selama kurang lebih dua minggu dan setiap minggunya terdapat dua kali pertemuan untuk pelaksanaan proses pembelajaran matematika. Pembelajaran yang terlihat saat itu ialah pembelajaran konvensional yang hanya terpusat pada guru semata (teacher centered). Disisi lain keberanian dan inisiatif siswa untuk bertanya pun masih sangat rendah. Sehingga aktivitas siswa belum nampak pada saat pembelajaran.

(17)

3

menciptakan proses pembelajaran yang terpusat pada siswa. Dengan kata lain, guru dapat menerapkan strategi pembelajaran yang memandang siswa sebagai subjek belajar yang dinamis, sedangkan guru hanya bertindak sebagai fasilitator. Selain itu, selama proses pembelajaran berlangsung, guru juga hendaknya mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga terjadi interaksi antara guru dan siswa. Salah satu strategi pembelajaran yang dianggap tepat untuk memecahkan masalah tersebut adalah dengan penerapan pembelajaran aktif metode permainan bingo.

Dengan menerapkan metode permainan diharapkan siswa menjadi aktif berpartisipasi, tidak hanya sebagian siswa tetapi semua siswa yang hadir pembelajaran. Selain itu diharapkan agar komunikasi siswa dengan siswa lain dan guru dapat terjalin dengan baik sehingga pesan yang disampaikan guru sama dengan pesan yang diterima siswa.

Ada beberapa jenis metode permainan, salah satunya adalah metode permainan bingo. Permainan ini berupa tabel bernomor, dimana apabila siswa dapat menyelesaikan soal dengan benar dalam deretan secara horisontal, vertikal, maupun diagonal, maka akan mendapatkan poin yang akan berpengaruh terhadap nilai kelompoknya. Dengan bermain, siswa lebih mudah dalam belajar dan termotivasi yang pada akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dan aktivitas siswa. Selain itu dengan metode ini, diharapkan proses pembelajaran dapat mewadahi siswa untuk bekerja sama, toleransi, saling menghargai, mampu mengendalikan emosi, berkomunikasi serta bersifat kreatif dalam pembelajaran, sehingga lebih mudah menguasai materi pelajaran matematika.

(18)

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat di identifikasikan beberapa masalah yang timbul, antara lain:

1. Rendahnya aktivitas siswa dalam pembelajaran, khususnya dalam mata pelajaran matematika.

2. Matematika merupakan mata pelajaran yang tidak disenangi bahkan ditakuti oleh sebagian peserta didik.

3. Pembelajaran matematika di kelas pada umumnya lebih mengutamakan pada penyampaian informasi bukan penekanan proses pembelajaran.

4. Pembelajaran di SD/MI saat ini masih banyak menggunakan pembelajaran konvensional yang hanya terpusat pada guru semata (teacher centered). 5. Keberanian dan inisiatif siswa untuk bertanya khususnya dalam pelajaran

matematika masih sangat rendah.

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Agar penelitian ini lebih terfokus dan terarah, diperlukan adanya pembatasan

fokus penelitian. Adapun hal-hal yang dibatasi dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Metode pembelajaran yang diterapkan adalah metode permainan bingo. Metode

tersebut merupakan salah satu metode yang terdapat dalam pembelajaran aktif.

2. Aktivitas siswa dibatasi pada kegiatan yang dilakukan sehari-hari dalam kelas atau dalam istilah proses belajar mengajar. Aktivitas dalam belajar dilakukan apabila ada guru dan siswa. Aktivitas tersebut berupa memperhatikan, diskusi, mengajukan dan menanggapi pertanyaan, memecahkan masalah, membuat keputusan, menulis serta minat dan antusias siswa dalam proses pembelajaran matematika.

D. Perumusan Masalah Penelitian

(19)

5

1. Apakah penerapan pembelajaran aktif metode permainan bingo dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa?

2. Apakah penerapan pembelajaran aktif metode permainan bingo dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa?

3. Bagaimana respon siswa terhadap penerapan pembelajaran aktif metode permainan bingo pada pembelajaran matematika?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar matematika melalui penerapan pembelajaran aktif metode permainan bingo.

2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika melalui penerapan pembelajaran aktif metode permainan bingo.

3. Untuk mengetahui respon siswa terhadap penerapan pembelajaran aktif metode permainan bingo pada pembelajaran matematika.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian terkait penerapan pembelajaran aktif metode permainan bingo terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa ini diharapkan memberikan manfaat, antara lain:

1. Siswa menjadi lebih aktif dan termotivasi dalam kegiatan pembelajaran

2. Siswa berani dalam mengungkapkan pendapat, dan mengajukan pertanyaan, sehingga siswa mendapatkan pengalaman dalam belajar, khususnya dalam pembelajaran matematika.

(20)

6 BAB II

KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN

A. Deskripsi Teoritik 1. Aktivitas Belajar

a. Pengertian Aktivitas Belajar

Dalam proses pembelajaran, keaktifan peserta didik merupakan hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan oleh guru sehingga proses pembelajaran yang ditempuh benar-benar memperoleh hasil yang optimal. Keaktifan tersebut dapat terlihat dalam aktivitas belajar siswa.

Menurut Mulyono, aktivitas artinya kegiatan atau keaktifan. Segala kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktivitas.1 Menurut Slameto dalam Desi Sumiati, dalam proses pembelajaran guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja tetapi dipikirkan diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda, atau siswa akan bertanya, mengajukan pendapat, menimbulkan diskusi dengan guru. Dalam berbuat siswa dapat menjalankan perintah, melaksanakan tugas, membuat grafik, diagram, inti sari dari pelajaran yang disajikan oleh guru, bila siswa menjadi partisipasi yang aktif maka ia memiliki ilmu pengetahuan itu dengan baik. Dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara guru dengan peserta didik. Interaksi tersebut menimbulkan aktivitas.2

Membahas mengenai belajar, Sardiman menyebutkan bahwa belajar dalam pengertian luas dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar

1

Anton M. Mulyono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2000), h. 26.

2

(21)

7

dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.3 Belajar memerlukan proses dan tahapan serta kematangan diri para siswa. Belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Baik dilakukan di sekolah secara formal maupun dilakukan di alam sekitar. Sesuai dengan pendapat Masitoh dan Laksmi Dewi yang menjelaskan bahwa belajar merupakan suatu proses atau kegiatan yang dilakukan sehingga membuat suatu perubahan perilaku yang berbentuk kognitif, afektif, maupun psikomotorik4

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas belajar adalah seluruh kegiatan siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai psikis yang tergolong dalam kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif. Aktivitas yang timbul dari siswa diharapkan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan hasil maupun prestasi belajar peserta didik.

b. Jenis-Jenis Aktivitas dalam Belajar

Keinginan untuk mempelajari matematika dapat dilihat dari aktivitas belajar siswa. Aktivitas merupakan hal penting dalam pembelajaran, tanpa adanya aktivitas maka proses belajar tidak akan berlangsung dengan baik. Aktivitas siswa tidak hanya dinilai dari partisipasi dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru. Aktivitas siswa juga dapat dilihat dari kemampuan siswa berpikir kritis dan kreatif.

Hal demikian dapat terjadi dalam sekolah, karena sekolah adalah salah satu pusat kegiatan belajar. Sekolah merupakan arena untuk mengembangkan

3

Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), Cet. Ke-19, h. 20-21.

4

(22)

aktivitas. Oleh karena itu, banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Untuk melihat adanya aktivitas siswa dalam pembelajaran, Paul D. Diedrich membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa, antara lain dapat digolongkan sebagai berikut:5

1) Visual activities, seperti: membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, interupsi. 3) Listening activities, seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi,

music, pidato.

4) Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket, menyalin.

5) Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6) Motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi,

model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya.

7) Mental activities, seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8) Emosional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup.

Jadi, dengan klasifikasi seperti diuraikan diatas, menunjukkan bahwa aktivitas disekolah cukup kompleks dan bervariasi. Jika berbagai macam kegiatan tersebut dapat diciptakan disekolah, tentu pembelajaran disekolah akan lebih dinamis, tidak membosankan dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar yang maksimal.

5

(23)

9

Selain itu keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti:6

1) Sering bertanya kepada guru atau siswa lain 2) Mau mengerjakan tugas yang diberikan guru 3) Mampu menjawab pertanyaan

4) Senang diberi tugas belajar

5) Berani maju ke depan kelas tanpa disuruh oleh guru

6) Siswa berbuat sesuatu untuk memahami materi pembelajaran 7) Pengetahuan dipelajari, dialami, dan ditemukan oleh siswa 8) Mencoba sendiri konsep-konsep

9) Siswa mengomunikasikan hasil pemikirannya.

Lebih lanjut dapat dijelaskan indikator keaktifan siswa dalam proses pembelajaran adalah:

1. Siswa tidak hanya menerima informasi tetapi lebih banyak mencari dan memberikan informasi.

2. Siswa banyak mengajukan pertanyaan baik kepada guru maupun kepada siswa lainnya.

3. Siswa lebih banyak mengajukan pendapat terhadap informasi yang disampaikan oleh guru atau siswa lain.

4. Siswa memberikan respon yang nyata terhadap stimulus belajar yang dilakukan guru.

5. Siswa berkesempatan melakukan penilaian sendiri terhadap hasil pekerjaannya, sekaligus memperbaiki dan menyempurnakan hasil pekerjaan yang belum sempurna.

6. Siswa membuat kesimpulan pelajaran dengan bahasanya sendiri.

6

Wasik Islamiyah, Aktivitas Belajar, diakses dari

(24)

7. Siswa memanfaatkan sumber belajar atau lingkungan belajar yang ada disekitarnya secara optimal.

Dari ciri-ciri diatas, perlu diperhatikan bahwa peserta didik belajar dengan gaya belajar masing-masing. Sehingga kepekaan dan keahlian guru dalam menentukan strategi dan metode pembelajaran sangatlah penting agar aktivitas belajar siswa lebih optimal. Prinsip aktivitas yang diuraikan di atas didasarkan pada pandangan psikologis bahwa segala pengetahuan harus diperoleh melalui pengamatan (mendengar, melihat, meraba, dan sebagainya) sendiri dan pengalaman sendiri.

c. Nilai Aktivitas dalam Pengajaran

Aktivitas siswa merupakan salah satu aspek yang penting diperhatikan untuk mencapai tujuan yang diinginkan pada proses pembelajaran. Sehingga, suatu aktivitas memiliki beberapa nilai bagi pengajaran. Cucu Suhana menjelaskan bahwa aktivitas dalam belajar memberikan nilai tambah (added value) bagi peserta didik, antara lain:7

1) Peserta didik memiliki kesadaran (awareness) untuk belajar sebagai wujud adanya motivasi internal atau driving force untuk belajar sejati.

2) Peserta didik mencari pengalaman dan langsung mengalami sendiri, yang dapat memberikan dampak terhadap pembentukan pribadi yang integral. 3) Menumbuhkembangkan sikap disiplin dan suasana belajar yang

demokratis dikalangan peserta didik.

4) Pembelajaran dilaksanakan secara kongkrit sehingga dapat menumbuhkembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme.

5) Menumbuhkembangkan sikap kooperatif di kalangan peserta didik, sehingga sekolah menjadi hidup, sejalan, serasi dengan kehidupan masyarakat disekitarnya.

7

(25)

11

Nilai-nilai aktivitas tersebut diatas menegaskan kembali bahwa pelajaran tidak berpusat pada guru saja, melainkan siswa dituntut aktif dalam proses belajar. Dengan demikian, pengajaran yang menjadikan aktivitas sebagai acuannya dapat berdampak positif bagi siswa.

2. Pembelajaran Aktif Metode Permainan Bingo a. Pembelajaran Aktif

Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Selanjutnya, Kunandar menjelaskan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.8 Dalam pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik.

Disisi lain, menurut Mohammad Surya pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.9

Corey pun menyebutkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu. Pembelajaran merupakan subjek khusus dari pendidikan.10

Mencermati beberapa konsep pembelajaran sebagaimana yang dikemukakan diatas, dapat dimaknai bahwa didalam pembelajaran terdapat interaksi antara peserta didik dan pendidik, melibatkan unsur-unsur yang

8

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2007), h. 287.

9

Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009), h. 8.

10

(26)

saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan atau kompetensi yang diharapkan.

Belajar aktif menuntut siswa untuk bersemangat, gesit, menyenangkan, dan penuh gairah, bahkan siswa sering meninggalkan tempat duduk untuk bergerak leluasa dan berfikir keras (moving around and thinking aloud). Selama proses belajar siswa dapat beraktivitas, bergerak dan melakukan sesuatu dengan aktif. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Pat Hollingsworth dan Gina Lewis, yang menjelaskan bahwa siswa belajar aktif ketika mereka secara terus menerus terlibat, baik secara mental ataupun fisik. Pembelajaran aktif itu penuh semangat, hidup, giat, berkesinambung, kuat, dan efektif. Pembelajaran aktif melibatkan pembelajaran yang terjadi ketika siswa bersemangat, siap secara mental, dan bisa memahami pengalaman yang dialami.11

Belajar aktif adalah salah satu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian menyimpannya dalam otak. Faktor kelemahan otak manusia untuk menyimpannya informasi baru cepat dilupakan, sebagaimana terdapat dalam konsep belajar aktif menurut Confusius filosof kenamaan dari Cina, mengatakan:

Apa yang saya dengar, saya lupa Apa yang saya lihat, saya ingat Apa yang saya lakukan, saya pahami.

Dalam pembelajaran aktif, cara belajar dengan mendengar saja akan cepat lupa, dengan mendengar dan melihat akan ingat sedikit, dengan mendenggar dan melihat akan ingat sedikit, dengan mendengar, melihat, dan mendiskusikan dengan siswa lain akan paham, dengan cara mendengar, melihat, diskusi, dan melakukan akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan.

Melvin L. Silberman telah memodifikasi dan memperluas pernyataan Confisius tersebut menjadi apa yang ia sebut paham belajar aktif,

11

(27)

13

Yang saya dengar, saya lupa.

Yang saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat.

Yang saya dengar, lihat, dan pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai pahami.

Dari yang saya dengar, lihat, bahas, dan terapkan, saya dapatkan pengetahuan dan keterampilan.

Yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai.12

Ada beberapa alasan yang dikemukakan mengenai penyebab kebanyakan orang cenderung melupakan apa yang mereka dengar. Salah satu jawaban yang menarik adalah karena adanya perbedaan antara kecepatan berbicara guru dengan tingkat kemampuan siswa terhadap apa yang disampaikan guru. Mel Silberman menjelaskan bahwa pada umumnya guru berbicara dengan kecepatan 100-200 kata per menit, sementara anak didik hanya mampu mendengarkan dengan penuh perhatian terhadap 50-100 kata per menitnya, karena siswa mendengarkan pembicaraan guru sambil berfikir.13

Jadi dari definisi terkait belajar aktif yang telah dipaparkan, maka dalam pembelajaran aktif, proses pembelajaran haruslah menumbuhkan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang proses aktif bagi siswa untuk membangun proses pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima ceramah guru dari materi yang diajarkan. Seperti yang diungkapkan oleh Dimyati, bahwa sekolah yang melakukan pembelajaran aktif dengan baik harus mempunyai karakteristik, yaitu pembelajaran berpusat pada siswa, guru membimbing dalam terjadinya pengalaman pembelajaran, tujuan kegiatan tidak hanya sekedar mengejar standar akademis, pengelolaan kegiatan pembelajaran, dan penilaian.14

12

Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Jakarta: Nuansa, 2012), cet. VI, h. 23.

13

Melvin L. Silberman, Ibid., h. 24.

14

(28)

Siswa berperan aktif dalam mengembangkan cara-cara belajar mandiri dan guru bukan satu-satunya sumber informasi dalam proses pembelajaran, guru hanya membimbing siswa, memotivasi siswa untuk memperoleh pengetahuan keterampilannya melalui usaha mereka sendiri sehingga proses belajar lebih bermakna untuk siswa.

Pembelajaran aktif mengacu kepada bagaimana menciptakan proses pembelajaran yang memperbanyak aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dari berbagai sumber, untuk dibahas dalam proses pembelajaran dalam kelas, sehingga memperoleh berbagai pengalaman yang tidak saja menambah pengetahuan, tapi juga kemampuan analisis dan sintesis.

Secara umum pembelajaran aktif memungkinkan diperolehnya beberapa hal. Pertama, penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh pengajar melainkan pada pengembangan ketrampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas. Kedua, peserta didik tidak hanya mendengarkan materi secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Ketiga, penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan materi pembelajaran, selain itu peserta didik lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisa, dan melakukan evaluasi, sehingga umpan-balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.

b. Metode Permainan

Metode mengajar dapat diartikan sebagai cara yang digunakan oleh guru dalam mengadakan interaksi dengan siswa pada saat berlangsungnya proses pembelajaran, hal tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar metode perlu diperlukan oleh guru, penggunaan bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir.

(29)

15

pendidikan.15 Maka, metode didefinisikan sebagai seperangkat cara ataupun jalan yang digunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran agar peserta didik mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi tertentu yang dirumuskan dalam perencanaan pembelajaran.

Sedangkan membahas mengenai permainan, kebanyakan orang menganggap bahwa permainan atau bermain hanyalah sebagai kegiatan yang tidak memiliki manfaat dan hanya dianggap sebagai kegiatan yang dilakukan oleh anak untuk mengisi waktu luang. Sejalan dengan perkembangannya, ilmu pengetahuan dan para ahli pun mulai mengemukakan pendapat mengenai manfaat bermain sebagai nilai praktis yang mendukung perkembangan anak, para ilmuan telah menunjukkan bahwa bermain merupakan pengalaman belajar yang berharga. Maka bermain tidak lagi dianggap sebagai kegiatan yang membuang-buang waktu. Sedangkan definisi khusus mengenai permainan ialah setiap kontes antara para pemain yang berinteraksi satu sama lain dengan mengkuti aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pula.16

Menurut Ruslin Badru, bermain merupakan cara bagi anak untuk memperoleh pengetahuan tentang segala sesuatu. Bermain akan menumbuhkan anak untuk melakukan eksplorasi, melatih pertumbuhan fisik serta imajinasi, serta memberikan peluang yang luas untuk berinteraksi dengan orang dewasa dan ternan lainnya, mengembangkan kemampuan berbahasa dan menambah kata-kata, serta membuat belajar yang dilakukan sebagai belajar yang sangat menyenangkan.17

Selain itu, Frobel lebih menekankan pentingnya bermain dalam belajar karena berdasarkan pengalamannya sebagai guru, dia menyadari bahwa

15

Ali Hamzah dan Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014) h. 257.

16

Arief S. Sadiman dkk., Media Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2007), h. 75.

17

(30)

kegiatan bermain maupun mainan yang dinikmati anak dapat digunakan untuk menarik perhatian serta mengembangkan pengetahuan mereka.18

Permainan sebagai metode pembelajaran juga memiliki beberapa kelebihan, yaitu:

1. Permainan adalah sesuatu yang menyenangkan untuk dilakukan, sesuatu yang menyenangkan (menghibur)

2. Permainan memungkinkan adanya partisipatif aktif dari siswa untuk belajar

3. Permainan dapat memberikan umpan balik langsung

4. Permainan bersifat luwes, yaitu permainan yang dapat dipakai untuk berbagai tujuan pendidikan dengan mengubah sedikit alat, aturan, maupun persoalannya

5. Permainan dapat dengan mudah dibuat dan diperbanyak.19

Melihat dari sisi kelebihan permainan sebagai metode pembelajaran, maka metode permainan ini dapat bermanfaat bagi siswa, karena dengan permainan ini dapat membuat siswa menjadi lebih aktif, berfikir kritis, dan kreatif. Siswa juga akan termotivasi untuk belajar berhitung dan semangat saat belajar melalui permainan yang menyenangkan dan menantang tersebut. Dengan demikian nampak bahwa metode permainan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.

Dan apabila dikaitkan dalam pembelajaran, maka metode permainan merupakan salah satu cara untuk menyajikan bahan pengajaran dengan memposisikan siswa sebagai pemain yang dapat berinteraksi satu sama lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu dan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pula. Tujuan yang dimaksud dapat berupa tujuan instruksional matematika yang menyangkut aspek kognitif, psikomotorik, ataupun afektif.

18

Mayke S. Tedjasaputra, Bermain, Mainan, dan Permainan (Jakarta: Grasindo 2006), h. 1-2.

19

(31)

17

c. Metode Permainan Bingo

Metode permainan yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika tidaklah sedikit. Salah satu metode permainan tersebut adalah metode permainan bingo, metode ini diadopsi dari pembelajaran aktif yang dikembangkan oleh Melvin L. Silberman. Ia, menyebutkan bahwa metode ini membantu mengingatkan kembali akan istilah-istilah yang telah siswa pelajari selama menempuh mata pelajaran, dengan menggunakan format permainan bingo.20 Selain itu Melvin L. Silberman juga menyebutkan terkait prosedur dan variasi metode permainan bingo, diantaranya:21

1) Prosedur Permainan Bingo

Metode permainan bingo dapat diterapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Susunlah sejumlah 24 atau 25 pertanyan tentang materi pelajaran anda yang bisa dijawab dengan istilah baku yang digunakan dalam mata pelajaran anda. Berikut adalah beberapa contoh istilahnya: Angka penyebut yang paling sedikit, Hieroglifik, Inflasi, Otokrasi, Database, Hokum humurabi, Byte, dan lain-lain.

b) Sortirlah pertanyaan menjadi lima tumpukan. Labeli tiap tumpukan dengan huruf B-I-N-G-O…… kartu Bingo untuk tiap siswa. Kartu ini mesti mirip betul dengan kartu Bingo biasa, dengan nomor-nomor dalam tiap 24 celah dalam matrik 5 x 5 (celah tengah “Kosong”).

c) Bacalah sebuah pertanyaan dengan angka yang terkait. Jika seorang siswa memiliki angkanya dan dia dapat menuliskan jawabannya dengan benar, maka dia dapat mengisi celah tersebut.

d) Bila seorang siswa mencapai lima jawaban benar dalam sebuah deretan (baik vertikal, horizontal, maupun diagonal), siswa tersebut boleh

meneriakkan “Bingo”. Permainan dapat diteruskan hingga ke 25 celah

tersebut terisi.

20

Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Jakarta: Nuansa, 2012), cet. VI, h. 265.

21

(32)
(33)

19

[image:33.595.111.519.199.529.2]

kelompok pemenang dari tiap grup akan di adu kembali dalam babak final dan didapatkan sebuah kelompok sebagai pemenang. Pembagian kelompok dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.2

Ilustrasi pembagian kelompok

Para pemain memilih angka yang terdapat dalam papan bingo dan dapat beradu strategi untuk mencapai lima jawaban benar dalam sebuah deretan baik secara horizontal, vertikal, maupun diagonal. Namun apabila kesempatan tersebut tidak dapat dilakukan atau dengan kata lain jawabannya salah, maka strategi lain yang dapat dilakukan adalah dengan menutup jalan (memilih angka) agar kelompok lawan pun tidak dapat membuat deretan angka secara horizontal, vertikal, maupun diagonal. Bagi kelompok yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar akan menempelkan simbol kelompok diatas papan bingo hingga membuat deretan secara horizontal, vertikal, atau diagonal, kemudian berteriak “BINGO” dan kelompok tersebut dinyatakan sebagai pemenang.

Berkompetisi Berkompetisi

Kelompok yang menang akan masuk final

A B C D

(34)
(35)

21

b. Operasi Penjumlahan

Ketika sudah mengenal bentuk panjang suatu bilangan. Bentuk panjang tersebut akan digunakan untuk menjumlahkan bilangan. Khususnya bilangan tiga

angka.

1) Menjumlahkan Tanpa Teknik Menyimpan

Menjumlahkan bilangan tiga angka, dapat dilakukan dengan cara bersusun

panjang dan pendek. Langkah-langkah penjumlahan bersusun panjang adalah

sebagai berikut:

a) Uraikan bilangan menjadi bentuk panjangnya.

b) Jumlahkan satuan dengan satuan; puluhan dengan puluhan; ratusan dengan ratusan.

c) Jumlahkan seluruh hasil yang diperoleh.

Sedangkan langkah-langkah penjumlahan bersusun pendek adalah sebagai

berikut:

a) Susunlah ke bawah bilangan-bilangan yang akan dijumlahkan.

b) Jumlahkan satuan dan satuan; puluhan dan puluhan; ratusan dan ratusan.

Agar lebih jelas, mari perhatikan contoh berikut!

Jawab:

(1) Cara bersusun panjang 273 = 200 + 70 +3 326 = 300 + 20 + 6 500 + 90 + 9 = 599

(2) Cara bersusun pendek 273

326 + 599

Jadi, 273 + 326 = 599

273 + 326 = ….

+

(36)

2) Menjumlahkan dengan Satu Kali Teknik Menyimpan

a) Menjumlahkan dua bilangan

Untuk menjumlahkan dua bilangan dengan teknik menyimpan, bisa

gunakan cara bersusun pendek. Agar lebih jelas, perhatikan contoh berikut!

368 + 25 Jawab: 1

368 25 + 393

Jadi, 368 + 25 = 393

b) Menjumlahkan tiga bilangan, dapat dilakukan dengan cara bertahap atau cara

langsung. Perhatikan contoh berikut!

27 + 49 + 601 = ….

Jawab:

Cara bertahap

Jumlahkan 27 + 49, kemudian hasilnya ditambah 601.

Langkah 1 Langkah 2

Cara langsung: 1

27 49 601 + 677

Jadi, 27 + 49 + 601 = 677

8 + 5 = 13, ditulis 3 simpan 1 1+ 6 + 2 = 9

1

27 49 + 76

76 601 + 677

(37)
(38)
(39)

25

d. Menjumlahkan dan Mengurangkan Tiga Bilangan atau Lebih

Bagaimanakah cara menghitung 438 + 275 – 321? Soal ini diselesaikan dengan langkah penjumlahan dan pengurangan sekaligus dengan aturan sebagai

berikut.

1) Jika penjumlahan di depan pengurangan, kerjakan dahulupenjumlahan.

2) Jika pengurangan di depan penjumlahan, kerjakan dahulu.

e. Menyelesaikan Soal Cerita

Dalam kehidupan sehari-hari, kita menemukan banyak persoalan

penjumlahan dan pengurangan. Tentunya, kita harus bisa menyelesaikannya.

Untuk itu, mari kita perhatikan contoh-contoh berikut!

Contoh:

Di suatu daerah jumlah penduduk laki-laki 372 orang dan perempuan 149 orang.

Jika yang ikut transmigrasi sebanyak 245 orang. Berapa orang penduduk daerah

tersebut sekarang?

Jawab:

Kalimat matematika penyelesaian di atas adalah:

372 + 149 –245 = ….

Kerjakan 372 + 149 dahulu, kemudian hasilnya dikurangi 245.

Langkah 1 Langkah 2

Dalam pe

Dalam penelitian ini, seluruh materi yang telah dijabarkan diatas akan dijelaskan oleh guru. Dan setelah itu permainan bingo pun akan dimulai. Permainan bingo ini akan mengemas pertanyaan sesuai materi yang telah dijelaskan, pertanyaan terdapat dalam kartu bingo. Angka yang telah dipilih pada papan bingo menunjukan amgka yang terdapat dalam kartu bingo, dan siswa atau kelompok yang memilih angka tersebut haruslah menjawab pertanyaan dengan benar demi mencapai sebuah deretan secara horizontal, diagonal, maupun vertikal.

1 1

3 7 2 1 4 9 + 5 2 1

4 11

(40)

4. Penerapan Metode Permainan Bingo dapat Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit untuk dipelajari oleh beberapa siswa disekolah, apalagi dengan rumus-rumus atau persoalan dalam matematika terlalu banyak dan sukar untuk dipahami. Selain itu siswa merasa bosan dengan pembelajaran matematika yang monoton, sehingga siswa pun cenderung tidak menyukai matematika.

Agar hal tersebut tidak terus berulang maka para guru senantiasa selalu mencoba dan terus berusaha mencari metode atau strategi yang tepat yang sesuai dengan materi dalam pelajaran matematika, sehingga proses belajar mengajar akan lebih efisien, efektif, dan bermakna. Para guru juga selalu berusaha kreatif mencari strategi pembelajaran yang menarik, menyenangkan dan bervariasi sehingga dapat menghidupkan aktivas siswa dan akhirnya menumbuhkan minat siswa untuk lebih menyenangi pelajaran matematika dan terus ingin belajar matematika agar dapat mencapai keberhasilan yang terus membaik dan dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran aktif metode permainan bingo merupakan salah satu strategi pembelajaran yang menyenangkan, rileks dan menarik yang diyakini dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, dapat membuat siswa menjadi lebih aktif, lebih berani dalam mengungkapkan gagasan, dan lebih rileks karena adanya doingmath dalam proses pembelajaran.

(41)

27

Ketika seorang siswa berpikir mengenai pemecahan masalah, maka siswa sedang melakukan aktivitas mental. Proses berlangsungnya aktivitas mental tersebut sulit untuk diamati secara langsung, namun peneliti merujuk pada teori Paul D. Dierich bahwa dampak dari aktivitas tersebut dapat dilihat dari jawaban yang dikemukakan siswa atau pertanyaan yang diajukan siswa sebagai bentuk kegiatan menanggapi permasalahan. Selain itu, kemampuan siswa dalam mengingat informasi dan memecahkan soal menurutnya juga dipandang sebagai hasil aktivitas mental siswa yang dapat diamati.

[image:41.595.111.512.289.697.2]

Berdasarkan kondisi tersebut, maka pada penelitian ini aktivitas yang diamati meliputi aktivitas fisik dan mental yang dijabarkan dalam klasifikasi aktivitas belajar menurut Paul D. Dierich. Kemudian, peneliti kembali membatasi klasifikasi aktivitas belajar tersebut berdasarkan indikator aktivitas belajar yang akan muncul dalam penerapan metode permainan bingo ini. Indikator aktivitas tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 2.1

Indikator Aktivitas Belajar Siswa

No. Jenis Aktivitas Indikator Aktivitas Belajar Siswa 1. Visual Activities (1) Memperhatikan penjelasan yang disampaikan

oleh guru.

(2) Memperhatikan pertanyaan atau tanggapan teman.

2. Oral Activities (1) Berdiskusi dalam kegiatan kelompok. (2) Mengajukan pertanyaan.

(3) Menanggapi penjelasan/menjawab pertanyaan guru atau teman.

3. Mental Activities (1) Memecahkan/menyelesaikan soal yang didapatkan.

(2) Mengambil keputusan atas keberagaman pendapat dan keinginan antar siswa.

4. Writing Activities (1) Menuliskan proses atau cara dalam menemukan jawaban.

5. Motor Activities (1) Menempelkan simbol kelompok kedalam papan bingo.

(42)

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar khususnya melalui penerapan metode permainan bingo dalam pembelajaran matematika ini. Dalam penerapan metode tersebut, peserta didik diajak untuk turut serta dan berperan aktif dalam semua proses pembelajaran hingga seluruh aktivitas yang diharapkan dapatlah terwujud. Berdasarkan uraian di atas maka dapat diasumsikan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran aktif metode permainan bingo dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penerapan permainan bingo ini telah di uji cobakan oleh Bety Rosidah dengan judul penelitian “Pengaruh Aktivitas Siswa dalam Pelaksanaan Model Pembelajaran Bingo terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS SMP

Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2012/2013”. Hasil penelitian dari aktivitas-aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran bingo yang diterapkan pada kelas VII termasuk dalam kriteria aktif dengan rata-rata skor aktivitas belajar siswa sebesar 41. Para siswa mulai menunjukkan keaktifan belajarnya sejak awal. Dimulai dari tahap pembagian kelompok belajar hingga tahap permainan merebutkan skor kelompok. Siswa juga dapat belajar secara individu, beraktivitas dalam kelompok, menyampaikan pendapat secara lisan, dan kemampuan berfikir dalam memecahkan masalah, serta andil dalam tim untuk menjadi yang pertama.

(43)

29

tersebut dapat melatih siswa menyelesaikan masalah-masalah yang ditemui dalam proses belajar dan menghargai waktu untuk belajar sehingga dapat memperoleh hasil belajar optimal.

C. Kerangka Berpikir

Matematika merupakan mata pelajaran yang mempunyai peranan penting, baik dalam kehidupan akademis maupun kehidupan sehari-hari. Namun sayangnya pembelajaran di SD/MI saat ini masih banyak menggunakan pembelajaran konvensional yang hanya terpusat pada guru semata (teacher centered). Pembelajaran ini masih sering diterapkan oleh guru dengan alasan pembelajaran ini adalah yang paling praktis dan tidak menyita waktu yang banyak, sehingga siswa tidak dapat melakukan aktivitas belajar secara optimal, siswa menjadi pasif, kehilangan kemampuan mandiri (self-reliance), kurangnya toleransi terhadap perbedaan pendapat, serta tidak berani mengambil keputusan yang bertanggung jawab. Disisi lain keberanian dan inisiatif siswa untuk bertanya pun masih sangat rendah. Sehingga aktivitas siswa belum nampak pada saat pembelajaran.

Dalam lembaga pendidikan formal, guru diharapkan dapat mengajar dan mendidik siswanya dengan tidak mengabaikan proses atau aktivitas yang terjadi dalam pembelajaran. Aktivitas dalam pembelajaran juga memiliki peranan yang penting demi terwujudnya tujuan pembelajaran yang diinginkan. Salah satu cara terbaik untuk menghidupkan aktivitas belajar tersebut ialah dengan memberikan kegiatan yang menantang, menyenangkan, serta menyediakan bahan pelajaran yang majemuk yang melibatkan siswa secara aktif. Hal tersebut dapat ditemukan dalam penerapan metode permainan. Secara psikologis dan pendagogis, ada nilai-nilai yang sangat berharga yang anak dapatkan dalam bermain, diantaranya:23

23

(44)

1. Anak memperoleh perasaan senang, puas, bangga

2. Anak dapat mengembangkan sikap percaya diri, tanggung jawab, dan kooperatif (bekerja sama)

3. Anak dapat mengembangkan daya fantasi, atau kreativitas

4. Anak dapat mengenal aturan, atau norma yang berlaku dalam kelompok serta belajar untuk menaatinya

5. Anak dapat memahami bahwa dirinya maupun orang lain, sama-sama mempunyai kelebihan dan kekurangan,

6. Anak dapat mengembangkan sikap sportif, tenggang rasa, atau toleran terhadap orang lain.

Salah satu metode permainan yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika adalah permainan bingo. Permainan bingo ini bermanfaat bagi siswa karena dapat merangsang berfikir siswa dalam memecahkan permasalahan terutama dalam berhitung, menumbuhkan sikap percaya diri sehingga mampu mengemukakan gagasan atau pertanyaan, berani mengambil keputusan, serta menumbuhkan sikap kooperatif dalam berdiskusi dan berkompetisi antar kelompok dalam pembelajaran.

(45)

31

[image:45.595.103.522.157.713.2]

Berdasarkan kerangka berfikir di atas dapat disimpulkan dengan bagan kerangka konseptual berikut:

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual

Teacher Centered

Siswa menjadi pasif

Kehilangan kemampuan mandiri (self-reliance) Kurangnya toleransi terhadap perbedaan pendapat Tidak berani mengambil keputusan yang bertanggung jawab Keberanian dan inisiatif siswa untuk bertanya masih sangat rendah.

Aktivitas siswa rendah

Metode Permainan Bingo

Visual Activities Oral Activities Mental Activities Writing Activities Emotional Activities

1. Merangsang berfikir siswa untuk memecahkan permasalahan

2. Menumbuhkan sikap percaya diri 3. Berani mengambil keputusan

4. Menumbuhkan sikap kooperatif dalam berdiskusi

5. Menumbuhkan sikap kompetisi antar kelompok dalam pembelajaran.

(46)

D. Hipotesis Penelitian

(47)

33 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

[image:47.595.109.518.213.645.2]

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Tunas Mekar yang berlokasi di jalan Jabon Mekar RT.02/05 Kecamatan Parung Kabupaten Bogor. Adapun waktu penelitian ini dimulai dari bulan September-Oktober 2014. Berikut merupakan rincian kegiatan penelitian:

Tabel 3.1

Rincian Kegiatan Penelitian

Kegiatan Apr Mei Jun Jul Agus Sep Okt Nov

Persiapan dan perencanaan √ √ √

Observasi √

Kegiatan Penelitian √

Analisis Data √ √

Laporan Penelitian √

B. Metode dan Rancangan Siklus Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK berusaha mengkaji dan merefleksi suatu pendekatan, strategi, model ataupun teknik pembelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan proses dan produk pelajaran di kelas. Peneliti memilih metode PTK karena pada saat observasi awal, ditemukan permasalahan pada pembelajaran di kelas yang pada umumnya lebih mengutamakan pada penyampaian informasi bukan penekanan proses pembelajaran. Pembelajaran seperti itu kemudian melahirkan model pembelajaran pasif, akibatnya siswa pun tidak dapat melakukan aktivitas belajar secara optimal.

(48)

adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.1

Penelitian ini diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan (Pra Penelitian) dan akan dilanjutkan dengan 2 siklus. Menurut Kunandar, dalam setiap siklus terdiri dari tahapan perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection).2 Adapun kerangka dari setiap tahapan yang akan menjadi gambaran dari proses penelitian ini meliputi:

1. Perencanaan (Planning)

Pada tahap ini, peneliti merencanakan tindakan berdasarkan tujuan penelitian. Selain itu, peneliti menyiapkan skenario pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), instrumen penelitian yang terdiri atas lembar kerja siswa (LKS), tes akhir siklus, lembar observasi, dan pedoman wawancara. 2. Tindakan (Action)

Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan kolaborasi dengan guru kelas yang mengajar matematika. Pelaku tindakan adalah peneliti, sedangkan observer adalah guru kelas yang mengajar matematika. Pada tahap ini digunakan rancangan metode dan RPP yang sudah disusun pada tahap perencanaan.

3. Pengamatan (Observation)

Tahap ketiga dilakukan selama tahap pelaksanaan tindakan. Peneliti dengan dibantu seorang observer mengamati segala aktivitas dan respon siswa terhadap skenario pembelajaran yang telah dibuat peneliti dengan menggunakan lembar observasi. Observasi dimaksudkan sebagai kegiatan mengamati, mengenali, dan mendokumentasikan segala aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

1

Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Remaja Rosda Karya Offset, 2009), h. 11.

2

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi

(49)
(50)

C. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas III-B dengan jumlah siswa 20 orang, yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Alasan pemilihan subjek penelitian pada kelas III-B berdasarkan belum terlaksananya pembelajaran operasi penjumlahan dan pengurangan, selain itu pada saat observasi awal peneliti melihat terdapat permasalahan mengenai rendahnya aktivitas belajar siswa. Hal ini dikarenakan metode guru dalam mengajar yang bersifat teacher centered sehingga pembelajaran pun berlangsung pasif.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Peran peneliti dalam penelitian ini sebagai pengkaji permasalahan, mendiagnosis masalah, perencana tindakan, dan pelaksana tindakan. Dan berkolaborasi dengan guru matematika yang mengajar dikelas III, untuk bersama-sama meneliti dan menganalisis data yang diperoleh. Pada penelitian ini dibantu pula oleh seorang observer yang mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran sekaligus sebagai sumber data guna menguji keabsahan data.

Peneliti, guru kelas dan guru bidang studi, masing-masing memiliki kedudukan yang setara, artinya masing-masing mempunyai peran dan tanggung jawab yang saling membutuhkan satu sama lain dan saling melengkapi untuk mencapai tujuan.

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Sebelum penelitian tindakan kelas ini dilakukan, peneliti melakukan penelitian pendahuluan (pra penelitian), kemudian akan dilanjutkan dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap pengamatan atau observasi, dan tahap refleksi terhadap tindakan.

(51)

37

pelaksanaan tindakan, tahap pengamatan atau observasi, dan tahap refleksi terhadap tindakan dengan hasil dari siklus I sebagai acuannya.

Jika pada saat refleksi dari siklus II terdapat masalah dalam tindakan, dan indikator keberhasilan belum tercapai, maka dilakukan tindakan ulang melalui siklus III, dimana hasil refleksi siklus II sebagai acuannya. Tetapi, jika pada saat refleksi dari siklus II sudah tidak ditemukan masalah, dan indikator keberhasilan sudah tercapai, maka penelitian dicukupkan dan diberhentikan.

Adapun tahap penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan digambarkan sebagai berikut:

1. Penelitian Pendahuluan (Pra Penelitian)

Kegiatan Pendahuluan

a) Observasi di sekolah yang akan menjadi tempat pelaksanaan penelitian. b) Pembuatan surat izin penelitian.

c) Pembuatan instrumen penelitian.

d) Menghubungi kepala sekolah dan guru kelas yang akan menjadi kolaborator.

e) Mengobservasi proses belajar mengajar matematika di kelas. f) Menentukan kelas subjek penelitian.

g) Wawancara guru tentang aktivitas dan hasil belajar siswa.

h) Melakukan diagnosa mengenai timbulnya permasalan yang muncul. i) Mensosialisasikan hasil observasi kepada wali kelas.

2. Siklus I, dilakukan dengan susunan kegiatan sebagai berikut: Tahap Perencanaan

a) Merencanakan pembelajaran dengan membuat RPP menggunakan pembelajaran aktif metode permainan bingo.

b) Menyusun lembar kerja siswa (LKS). c) Menyiapkan media pembelajaran.

d) Membuat lembar observasi aktivitas siswa.

e) Menentukan indikator keberhasilan siklus bersama wali kelas. f) Menyiapkan dokumentasi kegiatan pembelajaran.

Tahap Pelaksanaan

a) Memastikan seluruh siswa siap untuk mengikuti pembelajaran. b) Menyampaikan materi sesuai dengan RPP yang dibuat.

c) Menerapkan pembelajaran aktif metode permainan bingo yang terbagi menjadi 2 babak yaitu babak penyisihan dan babak final.

(52)

Tahap Pengamatan

a) Mengamati dan mencatat proses yang terjadi selama pembelajaran siklus I berlangsung, dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh kolaborator. Dalam hal ini peneliti juga melakukan pengamatan secara langsung untuk melihat aktivitas belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran. b) Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran dan aktivitas belajar siswa

di kelas.

Tahap Refleksi

a) Peneliti bersama kolaborator mendiskusikan hasil pengamatan atau merefleksikan untuk menentukan keberhasilan serta dilakukan perbaikan-perbaikan dari tindakan tersebut.

b) Peneliti melakukan evalusi proses pembelajaran siklus I. Apabila indikator keberhasilan belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan ke siklus II dengan hasil evaluasi siklus I digunakan sebagai acuannya.

b. Siklus II, dilakukan dengan susunan kegiatan sebagai berikut: Tahap Perencanaan

a) Merencanakan pembelajaran dengan membuat RPP menggunakan metode permainan bingo yang telah diperbaiki berdasarkan pada siklus I. b) Menyusun lembar kerja siswa (LKS).

c) Menyiapkan media pembelajaran.

d) Membuat lembar observasi aktivitas siswa.

e) Menentukan indikator keberhasilan siklus bersama wali kelas.

Tahap Pelaksanaan

e) Memastikan seluruh siswa siap untuk mengikuti pembelajaran. f) Menyampaikan materi sesuai dengan RPP yang dibuat.

g) Menerapkan pembelajaran aktif metode permainan bingo yang terbagi menjadi 2 babak yaitu babak penyisihan dan babak final.

h) Memberikan tes akhir siklus II

(53)

39

Tahap Pengamatan

c) Mengamati dan mencatat proses yang terjadi selama pembelajaran siklus II berlangsung, dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh kolaborator. Dalam hal ini peneliti juga melakukan pengamatan secara langsung untuk melihat aktivitas belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran. d) Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran dan aktivitas belajar siswa

di kelas.

Tahap Refleksi

a) Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan dari hasil pengamatan untuk dilakukan perbaikan-perbaikan dari tindakan tersebut.

[image:53.595.115.515.106.600.2]

b) Setelah proses analisis dan evaluasi, peneliti dan guru membuat kesimpulan dari hasil penelitian.

Gambar 3.2

Tahapan dalam Penelitian F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Hasil intervensi tindakan yang diharapkan ialah sesuai dengan tujuan penelitian ini yakni meningkatkan aktivitas siswa melalui pembelajaran matematika dengan metode permainan bingo. Jika hasil yang diharapkan sudah tercapai maka penelitian ini dihentikan atau siklus berakhir. Penelitian ini berakhir atau dihentikan jika kedua indikator keberhasilan berikut ini telah tercapai, yaitu: 1. Persentase rata-rata aktivitas belajar matematika siswa setelah mengikuti

pembelajaran dengan metode permainan Bingo mencapai ≥ 70 %.

2. Seluruh siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pelajaran matematika yang telah ditetapkan yaitu ≥ 65.

G. Data dan Sumber Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah berupa data kualitatif dan data kuantitatif.

1. Data kualitatif

(54)

2. Data kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes belajar setiap akhir siklus ataupun hasil lembar kerja siswa (LKS). Sumber data penelitian ini diperoleh dari peneliti, siswa kelas III, dan guru kelas yang sekal

Gambar

Gambar 2.2 Ilustrasi pembagian kelompok
Tabel 2.1 Indikator Aktivitas Belajar Siswa
Gambar 2.3 Kerangka Konseptual
Tabel 3.1 Rincian Kegiatan Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklusnya terdapat empat tahapan yang terdiri dari perencanaan

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang yang terdiri dua siklus. Tiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, dan

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan,

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklusnya terdapat empat tahapan yang terdiri dari perencanaan

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK), yang dilaksanakan dalam dua siklus.Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan,

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Pada setiap siklusnya terdapat empat tahapan yang terdiri dari

Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Pelaksanaan dalam tiap siklus terdiri dari empat