• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan ekonomi Islam terhadap usaha bisnis busana muslim (studi pada CV. Azka Syahrani Collection)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan ekonomi Islam terhadap usaha bisnis busana muslim (studi pada CV. Azka Syahrani Collection)"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

USAHA BISNIS BUSANA MUSLIM

(Studi Pada CV. Azka Syahrani Collection)

Skripsi

Ini Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (Se.Sy)

Oleh

Ly Fairuzah Aisyah Nim: 106046101650

KONSENTRASI PERBANKAN SYARI’AH

PROGRAM STUDY MUAMALAT ( EKONOMI ISLAM )

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

TERHADAP USAHA BISNIS BUSANA MUSLIM

(Studi Pada CV. Azka Syahrani Collection)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh :

LY FAIRUZAH AISYAH

NIM: 106046101650

Di Bawah Bimbingan:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd Sri Hidayati, M. Ag

NIP. 195607121981031003 NIP.197102151997032002

K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H

PROGRAM STUDI MUAMALAT ( EKONOMI ISLAM )

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

Skripsi yang berjudul “TINJAUAN SISTEM EKONOMI ISLAM TERHADAP

USAHA BISNIS BUSANA MUSLIM (STUDI PADA AZKASYAH COLLECTION)”

telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 21 September 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).

Jakarta, 21 September 2011

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum,

Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH., MA., MM.

NIP: 195505051982031012

Panitia Ujian Munaqasyah

1. Ketua : Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH.,

MA., MM

NIP. 197107011998032002 2. Sekretaris : Mu’min Rauf, S.Ag., M.A.

NIP. 150281979

3. Pembimbing I : Dr. H. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd NIP. 195607121981031003

4. Pembimbing II : Sri Hidayati, M. Ag

NIP: 197102151997032002 5. Penguji I : Dr. Mamat S.Burhanuddin, MA.

NIP: 197006051998031005 6. Penguji II : Dr. Syahrul A’dam, M.Ag.

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 23 Syawal 1432 H 21 September 2011 M

(5)

vi

Tak ada kata yang tepat yang dapat diuntaikan Penulis, selain mengucapkan “Alhamdulillah”, Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah

memberikan cahaya ilmu-Nya. Atas berkat Rahmatnya pulalah, Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dialah sang Motivator sejati yang selalu mendorong Penulis untuk terus berusaha menuntaskan kewajiban dan tanggung jawab mulia ini. Serta shalawat dan salam semoga selalu tercurah ke hadirat Rasul pembawa cahaya, Muhammad SAW. Di balik terselesaikannya skripsi dengan judul Tinjauan Sistem Ekonomi Islam Terhadap Usaha Bisnis Busana Muslim

(Studi Pada Azkasyah Collection), maka penulis ingin mengucapkan terima kasih terutama kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H.M. Amin Suma, SH, MA, MM., Selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu DR. Euis Amalia, M.Ag, dan Bapak H. Ah. Azharudin Lathif, M.Ag, MH,

Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Dr. H. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd dan Sri Hidayati, M. Ag, Dosen

(6)

vii

didapat oleh penulis dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

5. Kepada Ibu Hj. Leony Anwar, Bpk. Hilman Istijadi dan segenap karyawan terima kasih atas jasa-jasa dan waktu luang yang telah diberikan kepada Penulis untuk dapat memperoleh data, semoga bisnis yang ibu jalankan dapat berkembang, success selalu dan mendapatkan barakah dari Allah swt.

6. Ayahanda tercinta Hasan Luthfy At-Tamimy, M. Ag, dan Ibunda tersayang Haimah Tus’Sadiah, karena doa, kesabaran, kasih sayang dan motivasi yang

diberikan kepada penulis, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini hingga akhir.

7. Teruntuk kakakku yang sangat penulis cintai, yaitu K’ Abdi Al-Motivator, terima kasih atas dukungannya baik moril maupun materil. Adik-adikku yang mewarnai duniaku, Fanny Yati El-Mawaddah dan Tamim Falaky Dhuha, terima kasih atas dukungannya yang diberikan kepada penulis selama penyelesaian skripsi ini.

8. Sahabat-sahabatku di kampus UIN Juli, Neneng, Liana, Iim, Mimi, Mumu, Azhar, Uqoh, Inayah, Rizal, Irwan, Irfan, Lina, Nova, Nilna, Nadia, Nailus, Lia, Murni, Roni, Wiwi, Saman, Jazuli, Sukron, Lilis, Dini, Mujib, Defri, M. Ismail, Ismail yang selama 4 tahun bersama menjalani studi.

(7)

viii

10.Teman-teman di Program Studi Muamalat Perbankan Syariah angkatan 2006, yang telah menemani penulis selama menimba ilmu di perkuliahan.

11.Semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian skripsi ini baik moril maupun materil yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Jazakumullahu Khairul Jaza.

Ciputat, 23 Syawal 1432 H 21 September 2011 M

(8)

ix

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Review Studi Terdahulu ... 7

E. Metode Penelitian ... 8

F. Subjek Penelitian ... 10

G. Sistematika Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Sistem, Nilai dan Tujuan Ekonomi Islam ... 13

1. Pengertian antara Ilmu Ekonomi dengan Sistem Ekonomi ... 13

2. Nilai-Nilai Dasar Ekonomi Islam ... 15

3. Nilai-Nilai Instrumen Ekonomi Islam ... 19

4. Tujuan Ekonomi Islam ... 26

B. Bisnis Dalam Islam ... 27

1. Pengertian Bisnis Islami ... 27

2. Teori Produksi Dalam Islam ... 29

3. Teori Distribusi Dalam perspektif Islam ... 32

(9)

x

B. Sejarah Pendirian dan Perkembangan ... 39

C. Visi, Misi dan Tujuan ... 41

D. Program-Program Perusahaan ... 42

F. Jenis-Jenis Produk ... 44

G. Pangsa Pasar ... 45

H. Prestasi yang telah diraih ... 45

I. Pameran-Pameran yang diselenggarakan ... 46

J. Aspek Teknis Produksi ... 46

K. Sistem Distribusi ... 48

L. Aspek Keuangan ... 50

BAB IV ANALISA USAHA BISNIS BERDASARKAN TINJAUAN SISTEM EKONOMI ISLAM A. Analisis Mengenai Proses Produksi Berdasarkan Sistem Ekonomi Islam ... 53

B. Analisis Distribusi Berdasarkan Sistem Ekonomi Islam ... 65

C. Analisis Manajemen Keuangan Berdasarkan Sistem Ekonomi Islam .... 69

BAB V PENUTUP Kesimpulan ... 72

Saran-saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(10)

1

A. Latar Belakang Masalah

Agama Islam merupakan agama yang diturunkan oleh Allah SWT kemuka bumi untuk menjadi rahmatan lil alamin (rahmat bagi seluruh alam), Islam tidak hanya sekedar mengatur masalah ibadah seseorang hamba kepada Tuhan-Nya, tetapi juga mampu menjawab berbagai macam bentuk tantangan pada setiap zaman, termasuk dalam persoalan ekonomi, yang dikenal pada saat ini dengan istilah Ekonomi Islam.

Kemunculan ekonomi Islam dipandang sebagai sebuah gerakan baru yang disertai dengan misi dekonstrutif atas kegagalan sistem ekonomi dunia dominan selama ini.1

Ekonomi Islam diikat oleh seperangkat nilai iman, akhlak dan moral etik bagi setiap aktivitas ekonominya baik dalam posisinya sebagai konsumen, produsen, distributor dan lain-lain dalam melakukan usahanya serta menciptakan hartanya.2

Aktivitas perdagangan merupakan salah satu dari aspek kehidupan yang bersifat horizontal (hablum minannas), yang juga mendapatkan penekanan khusus dalam ekonomi Islam, karena keterkaitannya secara langsung dengan sektor rill, sistem ekonomi Islam memang lebih mengutamakan sektor riil

1

Muhammad, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam, (yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 1

2

(11)

dibandingkan dengan sektor moneter, dan transaksi jual beli memastikan keterkaitan kedua sektor tersebut.3

Dalam sistem ekonomi Islam yang menekankan pada sektor riil seperti ini, pertumbuhan bukanlah merupakan ukuran utama dalam melihat perkembangan ekonomi yang terjadi, tetapi lebih pada aspek pemerataan dan pengurangan jumlah kemiskinan, kondisi seperti ini lebih memungkinkan dengan pengembangan setor riil yang dapat menyerap tenaga kerja. Kemudian melalui pemerataan, kekayaan suatu negara tidak akan terkonsentrasi atau dikuasai oleh sekelompok orang tertentu, tetapi terdisribusikan secara lebih merata pada anggota masyarakat yang lebih luas.4

Dalam aktivitas perdagangan atau dikenal dalam istilah berbisnis pada era modern ini, mencari keuntungan merupakan tujuan utamanya, serta praktik-praktik haram, kerap kali dilakukan untuk mendapatkan tujuan tersebut, seperti mengurangi timbangan, penjualan dua kali lipat dari harga aslinya yang jatuhnya adalah riba.

Tujuan dan semua praktik-praktik tersebut dalam ekonomi Islam adalah suatu hal yang dilarang. ekonomi Islam memandang mencari keuntungan adalah suatu hal yang fitrah, yang dapat menimbulkan semangat berinovasi, dan bersaing. Perhatian utama ekonomi Islam adalah upaya bagaimana manusia meningkatkan kesejahtraan materialnya yang sekaligus akan meningkatkan kesejahtraan spiritualnya, karena aspek spiritual harus hadir

3 Jusmaliani, Bisnis Berbasis Syariah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 8

4

(12)

bersamaan dengan target material, maka diperlukan sarana penopang utama, yaitu moralitas pelaku ekonomi.

Perjanjian perdagangan pasar bebas antara enam negara anggota ASEAN (Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina dan Brunei Darussalam) dengan Cina, yang disebut dengan ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) membawa pro dan kontra bagi pendapat kalangan pelaku bisnis. Bagi golongan pro, imbas perdagangan China ke Indonesia hanya sebesar 20% saja, sedangkan keuntungan yang diharapkan lebih dari itu, Indonesia dapat dengan leluasa memasuki perdagangan ke negara China. Namun untuk golongan yang kontra bahwa keberadaan perjanjian perdagangan pasar bebas dengan negara China dapat berdampak negative. Produksi China sebelum adanya perjanjian ini, mengalir seperti seperti air bah. Apalagi dengan keadaaan negara Indonesia yang dianggap sebagai negara berkembang, tidak seperti China yang perindustriannya sudah maju, maka Indonesia dianggap kalah bersaing.5

Salah satu pelaku bisnis baju busana muslim di Indonesia mengatakan, bahwa industri yang belum terlalu bersaingan dan pangsa pasarnya cukup dianggap baik dan maju di negara Indonesia adalah bisnis baju busana muslim, persaingan pasar global tidak terlalu berdampak besar terhadap bisnis ini.6 maka dari hal tersebutlah industri ini harus perlu diperhatikan.

5

Kompas, “Acfta –Pasar Bebas 2010: “Bunuh Diri Ekonomi Indonesia”, artikel diakses pada 12

Januari 2010 dari http://hizbut-tahrir.or.id/2010/01/12/acfta-pasar-bebas-2010-bunuh-diri-ekonomi-Indonesia/.

6 Wawancara dengan BapakTeguh, (Salah satu pendistributor bisnis busana muslim), Jakarta, 25

(13)

Dan melihat kaum mayoritas di Indonesia yang sebagian besar beragama Islam, maka dipastikan pangsa pasar bisnis busana muslim akan semakin baik kedepannya. Namun apakah bisnis ini sesuai dengan anjuran Islam yaitu sebagai busana penutup aurat bagi umat Islam?, maka ekonomi yang dijalankannyapun tidak bertentangan dengan ekonomi Islam, seperti riba, mengambil hak orang lain, penipuan dan sebagainya. Karena banyak diera modern ini bisnis-bisnis yang dilakukan hanya sekedar memperkaya individualismenya sendiri, seperti aliran ekonomi yang dipergunakan oleh kaum kapitalisme, yang menganut asas laissez fair, hak kepemilikan perorangan adalah absolute tanpa batas, terjaminnya kebebasan memasuki segala macam kegiatan ekonomi dan transaksi menurut persaingan bebas dan norma-norma individual ditarik dari individulisme dan utilitarisme, dimana setiap komoditi itu dianggap baik secara moral dan ekonomi sepanjang itu dapat dijual.7

Begitu juga banyak diantaranya usaha bisnis yang tidak mengedepankan keadilan, yaitu aliran ekonomi sosialisme/marxisme, hak milik yang hanya untuk kaum proletar (kaum buruh) yang diwakili oleh kepemimpinan diktator, distribusi faktor-faktor produksi dan apa yang harus diproduksi ditetapkan oleh negara, bagaimana dan untuk siapa produksi yang diatur secara pusat pula, pendapat kolektif dan distribusi yang kolektif adalah norma

7 Ahmad M. Saefuddin, Studi Nilai-Nilai Sistem Ekonomi Islam, (Jakarta Pusat : Media Da’wah dan

(14)

utama, sedangkan hubungan-hubungan ekonomi dalam transaksi secara perorangan sangat dibatasi.8

CV. AzkaSyah Collection adalah salah satu usaha bisnis busana muslim, yang dijalankan oleh seorang eunterpreuner bernama Hj.Leony, mendapatkan penghargaan sebagai Young Entrepreneur Award 2009, versi harian bisnis Indonesia, karena pembinaan terhadap segmen tenaga kerja yang melibatkan ibu-ibu rumah tangga dan remaja putus sekolah, sebanyak 540 orang karyawan dan 91%nya adalah wanita.9

Selain membina secara teknik dan manajemen, inovasi melebar ke pembinaan sosial. dengan mengembangkan sisi bisnis, usaha inipun mengelola Corporate Social Responsibility (CSR). Programnya meliputi berbagai bantuan untuk lingkungan sekitar yaitu menyantuni dhuafa, yatim, jompo, perbaikan infrastruktur, membina UKM informal, dan mencarikan beasiswa. 10

Dari gambaran diatas, maka penulis berkeinginan melakukan penelitian yang berkaitan dengan bisnis busana muslim yang tidak terlalu besar pengaruhnya terhadap persaingan pasar global yang memungkinkan pertumbuhan dan pemasaran bisnis di Indonesia begitu banyak diminati. Apakah pengelolaan bisnis ini selaras dengan Ekonomi Islam?

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

8

Ibid, h. 42

9Rosita, “

Leony Agus Setiawati dan Keluarga, Syiar Islam Lewat Sulam Tangan,

http://ummi-online.com/artikel-46-leony-agus-setiawati-dan-keluarga-syiar-Islam-lewat-sulam-tangan.html

10Rosita, “

Leony Agus Setiawati dan Keluarga, Syiar Islam Lewat Sulam Tangan,

(15)

Untuk lebih memfokuskan dalam menyusun skripsi ini, Penulis membatasi persoalan masalah yang dimunculkan mencangkup :

a. Aspek umum mengenai proses usaha produksi, distribusi serta manajemen keuangan di CV. Azkasyah Collection.

b. Aplikasi atau pelaksanaan dilapangan yang digunakan CV. Azkasyah Collection dalam menjalankan usaha bisnisnya.

c. Tinjauan Ekonomi Islam terhadap Usaha Bisnis Busana Muslim pada CV. Azkasyah Collection

2. Perumusan Masalah .

Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep Ekonomi Islam terhadap proses produksi pada usaha bisnis busana muslim CV. AzkaSyah Collection?

2. Bagaimana konsep Ekonomi Islam terhadap sistem pendistribusian pada usaha bisnis busana muslim CV. AzkaSyah Collection? 3. Bagaimana mekanisme pengelolaan sistem manajemen keuangan di

CV. AzkaSyah Collection ditinjau dari sistem Ekonomi Islam?

C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan Penelitian

(16)

b. Untuk mengetahui bagaimana konsep Ekonomi Islam terhadap sistem pendistribusian pada usaha bisnis busana muslim CV. AzkaSyah Collection?

c. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme pengelolaan sistem manajemen keuangan di CV. AzkaSyah Collection ditinjau dari Sistem Ekonomi Islam?

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Peneliti untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Tinjauan Sistem Ekonomi Islam dalam usaha bisnis busana muslim.

b. Bagi institusi sebagai bahan pertimbangan dalam rangka memperbaiki dan penyempurnaan sistem yang telah dilakukan. c. Bagi Perpustakaan diharapkan dipergunakakan untuk memperkaya

koleksi dalam ruang lingkup karya-karya penulisan lapangan. d. Bagi masyarakat memberikan informasi tentang usaha bisnis

busana muslim sebagai alternatif pilihan yang diharapkan dapat membantu perekonomian mereka.

D. Review Studi Terdahulu

1. Siti Romlah, Sistem Penggajian Karyawan Pt. Hitachi Contruction

Machinery Indonesia (Hcmi) Kota Bekasi Dalam Perspektif Ekonomi

(17)

Membahas mengenai masalah sistem penggajian karyawan di PT. Hitachi Contruction Machinery Indonesia (Hcmi) Kota Bekasi dengan melihat dari sudut Ekonomi Syariah.

2. Muchamad Mujahidin, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Etika Bisnis Pada Home Industri Roti Goreng Medan di Karet Kuningan

Jakarta Selatan, Fakultas Syariah dan Hukum, Tahun 2007.

Skripsi ini lebih membahas masalah konsep etika bisnis dalam hukum syariah pada usaha roti goreng,

3. Eka Pratama, Strategi Pemasaran CV. Pasir Gumapak Raya Ditinjau Dari Perspektif Islam, Fakultas Syariah Dan Hukum, Tahun 2007.

Skripsi ini membahas masalah analisis terhadap pelaksanaan pemasaran CV. Pasir gumapak raya ditinjau dari persfektif syariah. 4. Devi Puspa Pita Sari, Analisis Biaya Pada Penetapan Harga

Produksi CV. Alike Dalam Perspektif Ekonomi Islam, Fakultas Syariah

Dan Hukum, Tahun 2007, skripsi ini membahas masalah analisis biaya produksi yang ditinjau dalam perspektif ekonomi syariah.

Perbedaan dengan masalah yang penulis angkat adalah bahwa penulis meneliti mengenai sistem produksi, distribusi dan manajemen keuangan dari usaha busana muslim CV. AzkaSyah Collection dengan melihat apakah penerapan sistem Ekonomi Islam terdapat pada usaha bisnis busana muslim di CV. AzkaSyah Collection tersebut.

E. Metode Penelitian

(18)

Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang menggambarkan data dan informasi dilapangan berdasarkan fakta yang diperoleh dilapangan secara mendalam.11

Dalam metode ini penelitian yang dimaksudkan untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi/kejadian-kejadian.12

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan empiris, yaitu subjek kajian dengan melakukan pengamatan langsung kelapangan.13

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu sebagai berikut:

a. Wawancara, merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi. Tujuan wawancara adalah untuk memperoleh informasi data yang valid dan akurat dari pihak-pihak yang dijadikan sebagai informasi. Dalam wawancara ini menggunakan alat wawancara interview guide (panduan wawancara).

b. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan berarti melakukan penelusuran kepustakaan dan menelaahnya. Sumber berupa buku, majalah, Koran, internet, dan lain-lain, selain itu juga berupa dokumen dari CV. AzkaSyah Collection

3. Teknik Pengelolaan Data

11

Suharmi Arikunto, Managemen Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993), Cet Kedua, h. 309

12

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2004), Cet Keenam

(19)

Dalam pengolahan data yang telah diperoleh, penulis mengklasifikasikan data tersebut, kemudian melengkapinya dengan interpretasi-interpretasi, dengan menggunakan metode analisa data sebagai berikut.

Metode induktif, yaitu suatu cara menganalisa data yang bertitik tolak dari data yang bersifat khusus, kemudian ditarik atau diambil kesimpulan yang bersifat umum. Metode deduktif, yaitu suatu logika yang beritik tolak dari pengetahuan yang bersifat umum, kemudian dijadikan titik tolak dalam menilai suatu fakta yang bersifat khusus.

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif analitis yaitu sebuah studi untuk menemukan fakta dan interpretasi yang tepat dan menganalisis lebih dalam tentang hubungan-hubungannya.

F. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini bersumber dari beberapa data, yaitu: data primer, wawancara langsung kepada pengelola operasional usaha bisnis busana muslim CV. AzkaSyah Collection dan beberapa pihak yang berkompeten dalam penelitian ini, data primer ini juga bersumber dari jurnal.

Data sekunder, sumber data pendukung dan pelengkap data penelitian berupa buku, majalah, jurnal tentang hal-hal yang berkaitan dengan tema skripsi ini, dan lain-lain.

(20)

Jakarta Fakultas Syariah Dan Hukum” Tahun 2007 yang diterbitkan oleh Jakarta Press.

G. Sistematika Penulisan

Penulis mengklasifikasikan skripsi ini kedalam beberapa bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I : Menyajikan Pendahuluan, yang memaparkan latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Pengertian antara ilmu dan sistem ekonomi Islam, nilai-nilai dasar ekonomi Islam, nilai-nilai istrumental ekonomi Islam, tujuan ekonomi Islam, pengertian bisnis Islami, teori produksi dalam Islam, teori distribusi dalam persfektif Islam, manajemen keuangan Islam.

BAB III : Gambaran umum, pada bab ini membahas tentang sejarah singkat usaha bisnis busana muslim CV. Azka Syahrani Collection, kegiatan dan jenis produk, visi, misi dan tujuan pendirian, struktur organisasi dan tata kerja, jumlah agen/network, prestasi serta analisa data tentang pemberian data dari perusahaan.

(21)
(22)

13

A. Sistem, Nilai dan Tujuan Ekonomi Islam

1. Pengertian antara Ilmu Ekonomi dengan Sistem Ekonomi Islam

Secara etimologi kata ekonomi berasal dari bahasa oikononemia (Greek atau Yunani), terdiri dari dua kata : oicos yang berarti rumah dan nomos yang berarti aturan. Jadi ekonomi ialah aturan-aturan untuk menyelenggarakan kebutuhan hidup manusia dalam rumah tangga, baik rumah tangga rakyat (volkshuishouding), maupun rumah tangga negara (staathuishouding), yang dalam bahasa inggris disebutnya sebagai economics.1

Sedangkan pengertian ekonomi Islam menurut istilah (terminologi) terdapat pengertian menurut beberapa ahli ekonomi Islam sebagai berikut : a. Yusuf Qardhawi memberikan pengertian ekonomi Islam adalah ekonomi

yang berdasarkan ketuhanan. Sistem ini bertitik tolak dari Allah, bertujuan akhir kepada Allah, dan menggunakan sarana yang tidak lepas dari syari’at Allah.2

1

Abdullah Zaky Al-Kaaf, Ekonomi dalam Perspektif Islam, (Bandung, PT. Pustaka Setia

Pertama Maret 2002), Cet. Ke-1, h.18.

2

Surya Pos, “Pengertian Ekonomi Islam”, Artikel di akses pada tanggal 29 Mei 2011 dari

(23)

b. M. Syauqi Al-Faujani memberikan pengertian ekonomi Islam dengan segala aktivitas perekonomian beserta aturan-aturannya yang didasarkan kepada pokok-pokok ajaran Islam tentang ekonomi.3

c. Monzer Kahf memberikan pengertian ekonomi Islam dengan kajian tentang proses dan penangguhan kegiatan manusia yang berkaitan dengan produksi, distribusi dan konsumsi dalam masyarakat muslim.4

Masih banyak lagi para ahli yang memberikan definisi tentang apa itu ekonomi Islam. Sehingga ekonomi Islam dapat didefinisikan sebagai suatu prilaku individu muslim dalam setiap aktivitas ekonomi syariahnya harus sesuai dengan tuntunan syariat Islam dalam rangka mewujudkan dan menjaga maqashid syariah (agama, jiwa, akal, nasab, dan harta).5

Islam membedakan antara ilmu ekonomi dan sistem ekonomi. Dalam definisi umum, sistem merupakan keseluruhan yang kompleks, yakni suatu susunan hal atau bagian yang saling berhubungan, sedangkan ilmu adalah pengetahuan yang dirumuskan secara sistematis. Jadi sistem dapat didefinisikan sebagai setiap peraturan yang lahir dari pandangan dunia atau akidah tertentu yang berfungsi untuk memecahkan dan mengatasi problema hidup manusia, menjelaskan bagaimana cara pemecahan, memelihara serta mengembangkannya.6

3

Ibid 4

Ibid

5

Manajemen Dakwah, “Pengertian Ekonomi Islam” Artikel diakses pada tanggal 29 Mei 2011

dari http://md-uin.blogspot.com/2009/07/pengertian-ekonomi-islam.html

6

M. Ismail Yusanto Dan M. Arif Yunus, Pengantar Ekonomi Islam, (Bogor : Al-Azhar Press,

(24)

Kesimpulan perbedaan antara ilmu ekonomi dan sistem ekonomi muncul karena ada dua fakta berbeda, yaitu :

1) Dalam pemenuhan urusan masyarakat dari segi pemenuhan harta kekayaan (barang dan jasa) melalui teknik produksi.

2) Dalam pengaturan urusan masyarakat dari segi cara memperoleh, memanfaatkan, dan mendistribusikan kekayaan.

Pembahasan pertama lebih banyak berkaitan dengan kegiatan teknik memperbanyak jumlah barang dan jasa serta bagaimana cara menjaga pengadaannya (produksi), pembahasan ini lebih tepat dikatagorikan dalam ilmu ekonomi. Pembahasan kedua sama sekali tidak dipengaruhi oleh banyak dan sedikitnya kekayaan, tetapi hanya berhubungan dengan tatakerja (mekanisme) pendistribusiannya. Dan ini lebih tepat dikatagorikan sistem ekonomi.7

Dengan demikian, sistem ekonomi merupakan bagian dari sistem penataan kehidupan masyarakat yang terkait dengan cara pandang atau ideologi tertentu. Berbeda dengan ilmu ekonomi bersifat universal, tidak terkait dengan ideology tertentu.8

2. Nilai-Nilai Dasar Ekonomi Islam

Nilai-nilai dasar ekonomi Islam adalah seperangkat nilai yang telah diyakini dengan segenap keimanan, dimana ia akan menjadi landasan paradigma ekonomi Islam. Nilai-nilai dasar ini baik nilai filosofis, instrumental maupun institusional didasarkan atas Al-Qur’an dan Hadist

7

Ibid, h. 13-14

(25)

yang merupakan dua sumber normative tertinggi dalam agama Islam. Inilah hal utama yang membedakan ekonomi Islam dengan ekonomi konvensional, yaitu ditempatkannya sumber ajaran agama sebagai sumber utama ilmu ekonomi. Tentu saja, Al-Qur’an dan Hadist bukanlah merupakan suatu sumber yang secara instan menjadi ilmu pengetahuan. Untuk mengubah nilai dan etika Islam menjadi suatu peralatan operasional yang berupa analisis ilmiah, maka suatu filsafat etika harus disusutkan (diperas) menjadi sekumpulan aksioma yang kemudian dapat berlaku sebagai suatu titik mula pembuat kesimpulan logis mengenai kaidah-kaidah sosial dan perilaku ekonomi yang Islami, inilah yang dimaksud dengan nilai dasar ekonomi Islam dalam pembahasan ini, yang sesungguhnya merupakan derivatif dari ajaran Islam dalam bentuk yang lebih fokus.

Menurut Ahmad Saefuddin, ada beberapa nilai yang menjadi sumber dari dasar sistem ekonomi Islam, antara lain:

a. Kepemilikan

Nilai dasar pemilikan dalam sistem Ekonomi Islam

1. Pemilikan terletak pada kepemilikan pemanfaatannya dan bukan menguasai secara mutlak terhadap sumber-sumber ekonomi.

(26)

3. Pemilikan perorangan tidak dibolehkan terhadap sumber-sumber yang menyangkut kepentingan umum atau menjadi hajat hidup orang banyak.9

b. Keseimbangan

Merupakan nilai dasar yang pengaruhnya terlihat pada berbagai aspek tingkah laku ekonomi muslim, misal kesederhanaan (moderation), berhemat (parsimony), dan menjauhi pemborosan (extravagance).

Konsep nilai kesederhanaan berlaku dalam tingkah laku ekonomi, terutama dalam menjauhi konsumerisme, dan menjauhi pemborosan berlaku tidak hanya untuk pembelanjaan yang diharamkan saja, tetapi juga pembelanjaan dan sedekah yang berlebihan.

QS. Al-Furqon: (25): 67

                     

Artinya : “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian”

Nilai dasar keseimbangan ini selain mengutamakan kepentingan dunia dan kepentingan akhirat, juga mengutamakan kepentingan perorangan dan kepentingan umum, dengan dipeliharanya keseimbangan antara hak dan kewajiban.10

c. Keadilan

9

Ahmad M. Saefuddin, Studi Nilai-Nilai Sistem Ekonomi Islam, (Jakarta Pusat : Media Da’wah

dan LIPPM), h. 43-49

10

(27)

Secara garis besar keadilan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana terdapat kesamaan perlakuan di mata hukum, kesamaan hak kompensasi, hak hidup secara layak, dan hak menikmati pembangunan.11 Berdasarkan muatan kata adil yang ada dalam Al-Qur’an.

1. Keadilan berarti kebebasan yang bersyarat akhlak Islam. QS Al-Hasyr (59) : 7

                                                                        

Artinya : “Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya”

2. Keadilan harus ditetapkan disemua fase kegiatan ekonomi, baik kaitannya dengan produksi maupun konsumsi, yaitu dengan aransemen efisiensi dan memberantas keborosan ke dalam keadilan distribusi ialah penilaian yang tepat terhadap faktor-faktor produksi dan kebijaksanaan harga hasilnya sesuai dengan takaran yang wajar dan ukuran yang tepat atau kadar sebenarnya.

11

(28)

QS Ar-Rahman (55) : 9            

Artinya : “Dan Tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu”

3. Keadilan berarti kebijaksanaan mengalokasikan sejumlah hasil tertentu dari kegiatan ekonomi bagi mereka yang tidak mampu memasuki pasar atau tidak sanggup membelinya menurut kekuatan pasar, yaitu kebijaksanaan melalui zakat, infaq dan shodaqoh.12

QS Asy-Syu’araa (26) : 182-183

                      

Artinya : “Dan timbanglah dengan timbangan yang lurus, dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan;

Dengan demikian yang dimaksud dengan adl’ didefinisikan sebagai “tidak menzalimi dan tidak dizalimi” implikasi dari ekonomi dari nilai ini

adalah bahwa pelaku ekonomi tidak dibolehkan untuk mengejar keuntungan pribadi bila hal itu merugikan orang lain atau merusak alam.13

1. Nilai-Nilai Instrumental Ekonomi Islam

12

Saefuddin, Studi Nilai-Nilai Islami Sistem Ekonomi Islam, h. 59-65

13

Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007),

(29)

Ada lima nilai instrumental yang sangat mempengaruhi pada tingkah laku ekonomi manusia dan masyarakat serta pembangunan ekonomi umumnya, sebagai berikut :

a. Zakat

Zakat adalah kewajiban financial dari harta kekayaan menurut ketentuan Islam, yang didistribusikan kepada delapan kelompok sasaran, yaitu :

QS At-Taubah (9) : 60

                                         Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang-orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”

Menurut Qardhawi (1997: 416), zakat memainkan peranan penting dan signifikan dalam distribusi pendapatan dan kekayaan, dan berpengaruh besar pada konsumsi umat.14

Pengaruh dari zakat pada aspek sosial ekonomi memberikan dampak terciptanya keamanan masyarakat dan menghilangan

14

Qardhawi sebagaimana dikutip oleh Muhammad, Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam,

(30)

pertentangan kelas yang diakibatkan oleh ketajaman perbedaan pendapatan. Pelaksanaan zakat oleh Negara menunjang terbentuknya keadaan ekonomi, yakni peningkatan produktivitas yang dibarengi dengan pemerataan pendapatan serta peningkatan lapangan kerja bagi masyarakat serta dapat menciptakan redistribusi yang merata, disamping dapat pula membantu mengekang laju inflasi serta terciptanya keseimbangan tata ekonomi yang diinginkan.15

b. Pelarangan Riba

Pelarangan riba dalam Islam pada hakikatnya berarti penolakan terhadap resiko financial tambahan yang ditetapkan dalam transaksi uang atau modal maupun jual beli yang dibebankan kepada satu pihak saja sedangkan pihak lainnya dijamin keuntungannya. Bunga pinjaman uang, modal dan barang dalam segala bentuk dan macamnya, baik untuk tujuan produktif atau konsumtif dengan tingkat bunga tinggi atau rendah, dan dalam jangka waktu panjang maupun pendek, adalah termasuk riba.16

QS Al-Baqarah (2): 275

                                                            15

Muhammad A. Mannan, Ekonomi Islam Ekonomi Teori dan Praktek, (Yogyakarta: PT.

Dana Bhakti Wakaf, 1995).

16

(31)

                    

Artinya : “Orang-orang yang makan (mengambil) riba, tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang Telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang Telah diambilnya dahulu, (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”.

1) Jenis-Jenis Riba a) Riba Qardh

Suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang disyaratkan terhadap yang berutang (muqtaridh).

b) Riba Jahiliyyah

Utang dibayar lebih dari pokoknya karena sipeminjam tidak mampu membayar utangnya pada waktu yang ditetapkan.

c) Riba Fadhl

Pertukaran antar barang sejenis dengan kadar atau takaran yang berbeda, sedangkan barang yang ditukarkannya itu termasuk jenis barang ribawi.

(32)

Penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang ribawi yang ditukarkan dengan jenis barang ribawi lainnya, riba ini muncul karena adanya perbedaan, perubahan, atau tambahan antara yang diserahkan saat ini dan diserahkan kemudian.17

2) Dampak Negatif Riba

Dampak riba di tengah-tengah masyarakat tidak saja berpengaruh dalam kehidupan ekonomi, tetapi dalam seluruh aspek kehidupan manusia, yaitu dapat membuat proses kemiskinan struktural terjadi, contoh paling nyata adalah utang negara-negara berkembang kepada negara-negara maju yang terus-menerus terjadi, dengan rendahnya tingkat peminjaman dan tingginya biaya bunga, akan menjadikan peminjam tidak pernah keluar dari ketergantungan.18 maka hal ini menjadikan negara-negara peminjam akan terus menjadi miskin karena terlilitnya hutang yang tidak dapat dikembalikan. Selain itu rakyatpun menjadi korban dari tingginya tingkat kebutuhan hidup, dan ini dinamakan dampak inflantoir, yang diakibatkan oleh bunga sebagai biaya uang, ini terjadi karena salah satu elemen penentuan harga adalah suku bunga, semakin tinggi suku bunga maka, semakin tinggi harga yang ditetapkan.19

c. Kerjasama Ekonomi

17

Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek, (Jakarta; Gema Insani Press, 2001), Cet. 1, hal. 41

18

Ibid, h. 67

19

(33)

Dalam rangka untuk mengganti transaksi bunga, ekonomi Islam

memberikan insentif memobilisasi sumber daya kedalam usaha

produktif yang diperbolehkan melalui partisipasi dan perluasan

kerjasama antar agen dan proyek-proyek ekonomi, diversifikasi efektif

produksi, investasi dan risiko yang dicapai. Dengan demikian harga

resiko dalam makna tingkat suku bunga digantikan oleh expected rate

of returns (tingkat pengembalian yang diharapkan). Pengembalian sektor riil dibagi oleh para peserta dalam korperasi. kompetisi

Marginal antara sektor moneter dan sektor riil, antara pemilik modal

dan tenaga kerja, serta antara orang kaya dan miskin yang disebabkan

oleh prevalensi suku bunga, semuanya digantikan oleh usaha

partisipatif. Dengan cara ini, mobilisasi sumber daya melalui profit

sharing terkait langsung dengan komplementaritas antara kegiatan

ekonomi dan pelaku ekonomi.20

Dengan demikian kerja sama (Cooperative) merupakan karakter dalam masyarakat Ekonomi Islam versus kompetisi bebas dari masyarakat kapitalis dan kediktatoran ekonomi marxisme.21

Dokrin kerja sama dalam Ekonomi Islam seperti diatas dapat menciptakan kerja produktif sehari-hari dari masyarakat, meningkatkan kesejahteraan dan mencegah kesengsaraan sosial, mencegah penindasan ekonomi dan distribusi kekayaan yang tidak merata, dan melindungi kepentingan ekonomi lemah.22

d. Jaminan Sosial

20

Ekonomi Islam Online, “Struktur Ekonomi Islam:Prespekif Komparasi Terhadap

Pasar, Etika dan Ekonomi”, artikel diakses pada tanggal 10 Augustus 2010, dari

http://www.ekisonline.com/index.php?option=com_content&view=article&id=59:struktur- ekonomi-islamprespekif-komparasi-terhadap-pasar-etika-dan-ekonomi&catid=34:ekonomi-mikro

21 Muhammad, Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam, Cet. 1. h. 92

22

(34)

Komponen-komponen nilai instrumental jaminan atau pengeluaran sosial yang Islami ialah sebagai berikut :

1) Keuntungan dan beban adalah sebanding dengan manfaat. Tidak ada kewajiban yang dibebankan tanpa diimbangi dengan pemberian hak yang sehubungan dengan kewajiban orang tersebut.

2) Tidak ada saling membebankan kerusakan atau biaya-biaya eksternal.

3) Manfaat dari sumber-sumber harus dinikmati oleh semua makhluk.

4) Pemerintah harus menyediakan uang untuk menjamin kesejahteraan sosial dan pertumbuhan ekonomi.

5) Pengeluaran adalah hak yang syah dari orang miskin dan malang.

6) Kesearahan arus pengeluaran sosial dari pihak yang kaya kepada pihak yang miskin.

7) Kesanggupan membayar sesuai kemampuan untuk tujuan-tujuan yang bermanfaat.

8) Prioritas untuk memenuhi tujuan yang bermanfaat dan penting bagi masyarakat.

(35)

10) Makin besar surplus makin tinggi angka pertambahan marginal dari pengeluaran sosial.

11) Mengeluarkan tenaga dan modal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat adalah alasan hidup seorang muslim 12) Mengorbankan jiwa dan tenaga untuk tujuan sosial sebagai

pengganti pengorbanan uang.

Seperti yang disebutkan diatas bahwa nilai instrumental jaminan sosial dapat membuat manusia dekat kepada Allah dan karunia-Nya, dan dapat membuat mereka bersih dan berkembang, menghilangkan sifat tamak, sifat mementingkan diri sendiri dan hambatan-hambatan terhadap stabilitas dan pertumbuhan sosial ekonomi.23

2. Tujuan Ekonomi Islam

Menurut As-Shatibi tujuan utama syariat Islam adalah mencapai kesejahteraan manusia yang terletak pada perlindungan terhadap lima ke-mashlahah-an, yaitu keimanan (ad-dien), ilmu (al-„ilm), kehidupan (an-nafs), harta (al-maal), dan kelangsungan keturunan (an-nasl).24

Mashlahah dicapai hanya jika kehidupan manusia hidup dalam

keseimbangan, diantaranya mencakup keseimbangan antara moral dan spiritual sehingga terciptanya kesejahteraan yang hakiki.

Tujuan ekonomi Islam lainnya menggunakan pendekatan antara lain : (a) konsumsi manusia dibatasi sampai pada tingkat yang dibutuhkan dan bermanfaat bagi kehidupan manusia, (b) alat pemuas kebutuhan manusia

23

Saefuddin, Studi Nilai-Nilai Sistem Ekonomi Islam, h.79-104

24

(36)

seimbang dengan tingkat kualitas manusia agar ia mampu meningkatkan kecerdasan dan kemampuan teknologinya guna menggali sumber-sumber yang masih terpendam, (c) dalam pengaturan distribusi dan sirkulasi barang dan jasa, nilai-nilai moral harus diterapkan, (d) pemerataan pendapatan dilakukan dengan mengingat sumber kekayaan seseorang yang diperoleh dari usaha halal, maka zakat sebagai sarana distribusi pendapatan merupakan sarana yang ampuh.25

Secara umum tujuan ekonomi dalam Islam adalah untuk menciptakan al-falah atau kemenangan, keselamatan dan kebahagian dunia dan akhirat.

Untuk mencapai hal demikian maka manusia harus bekerja keras mencari rezeki dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya baik yang bersifat materi maupun non material (rohaniah), serta berbuat baik dengan harta yang dimilikinya dengan memperhatikan nilai-nilai dan norma-norma ajaran Islam, berupa pelaksanaan perintahnya dan menjauhkan larangannya agar tercipta kemashlahatan yang sesungguhnya baik untuk dirinya sendiri dan orang lain.26

B. Bisnis Dalam Islam

1. Pengertian Bisnis Islami

Asal kata “bisnis” berasal dari bahasa Inggris “business” yang berarti : perusahaan, urusan atau usaha. Bisnis dapat diartikan sebagai suatu kegiatan usaha individu yang terorganisir untuk menghasilkan dan menjual

25

Halide, Majalah, Mimbar Ummi, 1982, hlm 15

26

(37)

barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

Pendapat lain menyatakan bahwa bisnis adalah sejumlah total usaha yang meliputi pertanian, produksi, konstruksi, distribusi, transportasi, komunikasi, usaha jasa yang bergerak dalam bidang membuat dan memasarkan barang dan jasa konsumen.27

Dalam kaitannya dengan bisnis sebenarnya manusia telah banyak dianugrahi berbagai macam fasilitas untuk mendapatkan rezeki diantaranya yaitu bumi, dengan segala isinya, semua itu di instruksikan untuk dikelola dan dikembangkan dalam upaya peningkatan kehidupan manusia Namun semua itu harus melalui kode etik halalan-thayyiban mulai dari cara memperolehnya sampai kepada pendayagunaannya, sebagaimana diungkap oleh Allah dalam surat An-Nisa (4) : 29 Allah berfirman :

                                         

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

Dengan demikian, maka bisnis menurut Islam dapat diartikan serangkaian aktivitas bisnis dalam berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah (kuantitas) kepemilikan hartanya (barang/jasa) termasuk profitnya,

27

(38)

namun dibatasi dalam cara dan perolehan dan pendayagunaan hartanya (aturan halal dan haram).

Dengan kendali syari’at, bisnis bertujuan untuk mencapai empat hal

yakni target hasil (profit materi dan benerfit non materi), pertumbuhan artinya terus meningkat, keberlangsungan dalam kurun waktu selama mungkin dan keberkahan keridhaan Allah SWT28

2. Teori Produksi Dalam Ekonomi Islami

Menurut para ahli ekonom, produksi didefinisikan sebagai “menciptakan kekayaan melalui eksploitasi manusia terhadap sumber -sumber kekayaan”.29

Imam Al-Ghazali seperti di kutip oleh Adiwarman, menggunakan kata kasab dan islah dalam hal produksi, yang berarti usaha fisik yang dikerahkan manusia dan yang kedua adalah upaya manusia untuk mengelola dan mengubah sumber-sumber daya yang tersedia agar mempunyai manfaat yang lebih tinggi.30

Ada dua jenis sistem produksi menurut proses penghasilan outputnya, yaitu:

a. Proses produksi kontinyu (Continuous Process)

Proses produksi yang dilakukan secara terus-menerus dengan tidak memerlukan waktu set up yang lama.

28

Ismail Yusanto Dan Karebet Widjajakusuma, Menggagas Bisnis Islam, (Jakarta, Gema Insane Press, 2002), H. 18)

29

Yusuf Qardhawi, Peran Nilai Dan Moral Dalam Perekonomian Islam, (Jakarta: Robbani Press, 1997), cet. 1, h. 138

30

Adiwarman A.Karim, Ekonomi Mikro Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007),

(39)

b. Proses produksi terputus (Intermittent Process/Discrete System) Proses memproduksi berbagai jenis spesifikasi barang yang sesuai dengan pesanan, dengan memerlukan waktu set up yang lebih lama.31

Dalam konteks manufaktur, proses produksi terputus disebut juga sistem job shop, yaitu merupakan bentuk proses konversi dimana unit-unit untuk pesanan yang berbeda akan mengikuti urutan yang berbeda pula dengan melalui pusat-pusat kerja yang dikelompokan berdasarkan fungsinya, volume produksi tiap jenis produksi sedikit, variasi produknya banyak, lama proses produksnya tiap jenis produk agak panjang dan tidak ada lintasan produksi khusus. Kebutuhan job shop memerlukan adanya sumber-sumber daya manusia yang terampil/keterampilannya tinggi, mesin-mesin general purpose yang dikelompokan berdasarkan fungsi harus dapat menyesuaikan dengan kebutuhan khusus untuk pesanan yang berbeda.32

Berkenaan dengan teori produksi, tujuan prilaku produsen dalam pandangan ekonomi konvensional adalah memaksimalkan keuntungan serta bagaimana mengoptimalkan efesiensi produksinya. Berbeda dalam pandangan ekonomi Islam motivasi produsen selain mencari keuntungan serta efensiensi terhadap faktor produksinya, konsep meraih mashlahah juga harus terwujud agar tercapai falah (kedamaian dan kesejahteraan dunia dan akhirat).

31

Arman Hakim Nasution, Manajemen Indutri, (Yogyakarta: ANDI OFFSET, 2008), Ed. 1, h. 230-231

32

(40)

M = TR – TC – BC

Konsep mashlahah terdiri dari dua komponen, yaitu manfaat (fisik dan nonfisik) berupa keuntungan material (maal) merupakan selisih antara pendapatan total/total revenue (TR) dengan biaya total/total cost (TC),

. dan berkah merupakan kompensasi yang secara tidak langsung diterima oleh produsen atau berkah revenue (BR) dikurangi dengan biaya untuk mendapatkan berkah tersebut atau berkah cost (BC),

B = BR – BC = -BC, maka konsep mashlahah dapat dirumuskan menjadi.33

Adanya biaya untuk mencari berkah (BC) tentu saja akan membawa implikasi terhadap harga barang dan jasa yang dihasilkan produsen. Harga jual produk adalah harga yang telah mengakomodasi pengeluarkan tersebut, yaitu : BP = P + BC, sehingga rumus mashlahah menjadi M = BTR – TC- BC, dan rumus mashlahah yang digunakan produsen untuk memaksimumkan mashlahah atau Optimum Mashlahah Condition (OMC) yaitu: BP dQ = dTC + dBC, jadi Optimum Mashlahah Condition menyatakan bahwanya Mashlahah akan maksimum jika dan hanya jika nilai dari unit terakhir yang diproduksi (BP dQ) masih lebih besar dari pengeluarannya, dTC + dBC, maka produsen akan mempunyai dorongan (Incentive) untuk menambah jumlah produksi lagi, hanya jika nilai unit terakhir hanya pas untuk membayar kompensasi yang dikeluarkan dalam rangka memproduksi unit tersebut, dTC + dBC, maka tidak akan ada lagi

33

(41)

dorongan bagi produsen untuk menambah unit lagi. Dalam kondisi tersebut produsen dikatakan mengalami kondisi seimbang.34

Dengan demikian teori produksi dalam pandangan ekonomi Islam adalah mashlahah maximize, mencari keuntungan melalui produksi dan kegiatan bisnis lain tidak dilarang sepanjang berada dalam bingkai dan tujuan hukum Islam.

3. Teori Distribusi Dalam Perspektif Islam

Dalam kamus bahasa Indonesia, distribusi menurut bahasa adalah : pembagian, pengiriman barang-barang kepada orang-orang banyak atau ke beberapa tempat.35

Dalam dunia bisnis, kegiatan distribusi dapat diartikan sebagai usaha melancarkan penyebaran sumber daya sehingga kesejahteraan dapat dengan merata dirasakan. Artinya, distribusi terjadi karena aktivitas ekonomi, seperti kegiatan jual beli dan dunia kerja. Fungsi distribusi dalam aktivitas ekonomi pada hakekatnya mempertemukan kepentingan produsen dengan konsumen dengan tujuan kemashlatan umat.36

Ada 3 alternatif untuk ditempatkan sebagai perantara pada tingkat perdagangan besar atau pedagangan eceran, yaitu; distribusi intensif, distribusi selektif, dan distribusi eksklusif.

34

Ibid, h. 246

35

Muhammad Ali, Kamus Bahasa Indonesia Modern, (Jakarta : Pustaka Amani), h.84

36

(42)

1. Distribusi intensif, merupakan suatu strategi yang digunakan oleh produsen dengan menggunakan sebanyak mungkin penyaluran (terutama pengecer) untuk mencapai konsumen.

2. Distribusi selektif, merupakan strategi yang digunakan oleh produsen dengan menggunakan sejumlah pedagang besar dan atau pengecer yang terbatas dalam daerah geografis tertentu. Dalam hal ini produsen berusaha memilih penyaluran yang betul-betul baik dan mampu melaksanakan fungsinya.

3. Distribusi ekslusif, merupakan strategi yang digunakan oleh produsen dengan hanya menggunakan satu pedagang besar atau pengecer didaerah tertentu. Jadi, produsen hanya menjual barangnya kepada satu pedangan besar atau pengecer saja.37

Berkenaan dengan ditribusi dalam arti penyebaran dan penukaran hasil produksi ini, Islam telah memberikan tuntutan yang wajib diikuti oleh para pelaku ekonomi, pemerintah maupun masyarakat luas. Tuntutan tersebut secara hukum normative tertuang dalam fiqh al-mu’amalah.

Menurut Penulis, dalam fiqh mu’amalah ditetapkan kaidah hukum bahwa hukum asal dalam mu’amalah, sebagai bentuk distribusi, itu boleh sebelum ada nash yang menyatakan keharamannya. Berbagai kegiatan ekonomi boleh dilakukan dalam upaya pendistribusian hasil produksi bila tidak ditemukan ketentuan nash yang melarangnya. Oleh karena itu,

37

(43)

distribusi dalam perspektif Islam sangat luas, kegiatan distribusi apapun boleh dilakukan sepanjang tidak ada larangan dari nash.

4. Manajemen Keuangan Islam

Pengertian Manajemen Keusangan mengalami perkembangan mulai dari pengertian manajemen yang hanya mengutamakan aktivitas memperoleh dana saja sampai yang mengutamakan aktivitas memperoleh dan menggunakan dana serta pengelolaan terhadap aktiva.

Beberapa definisi manajemen keuangan diberikan sebagai berikut: a. Liefman: usaha untuk menyediakan uang dan menggunakan uang

untuk mendapat atau memperoleh aktiva.

b. James Van Horne: segala aktivitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan dan pengelolaan aktiva dengan tujuan menyeluruh.

c. Bambang Riyanto: keseluruhan aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha mendapatkan dana yang diperlukan dengan biaya yang minimal dan syarat-syarat yang paling menguntungkan beserta usaha untuk menggunakan dana tersebut seefisien mungkin.38

Pengertian diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa manajemen keuangan berhubungan dengan tiga aktivitas (fungsi) utama.

38

(44)

1) Allocation of funds (aktivitas penggunaan dana) yaitu aktivitas untuk menginvestasikan dana pada berbagai aktiva. Alokasi dana berbentuk:

Financial assets (aktiva finansial) yaitu selembar kertas

berharga yang mempunyai nilai pasar karena mempunyai hak memperoleh penghasilan, misalnya: saham, sertif~kat deposito, atau obligasi.

Real assets (aktiva riil) yaitu aktiva nyata: tanah,

bangunan, peralatan.

2) Raising of funds (aktivitas perolehan dana) yaitu aktivitas untuk mendapatkan sumber dana baik dari sumber internal perusahaan maupun sumber eksternal perusahaan, termasuk juga politik dividen. Sumber dana pada perusahaan secara keseluruhan: 3) Manajemen assets (aktivitas pengelolaan aktiva) yaitu setelah

dana diperoleh dan dialokasikan dalam bentuk aktiva-aktiva harus dikelola seefisien mungkin.39

Analisis aspek keuangan suatu usaha perlu dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai pendapatan dan pengeluaran atau biaya, kemampuan melunasi kredit (jika usaha tersebut mendapatkan pendanaan secara kredit dari lembaga perbankan atau non bank), serta kelayakan usaha ditinjau dari beberapa kriteria kelayakan keuangan seperti

39 Bayutube86, “Makalah Manajemen Keuangan”, artikel diakses pada tanggal 2 Februari

(45)

Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Pay Back Period

(PBP) dan Net Benefit/Cost Ratio (Net B/C). Analisis keuangan suatu usaha terdiri dari proyeksi penerimaan dan proyeksi pengeluaran selama periode proyek.40

Dalam hukum keuangan Islam dibahas bahwa dalam mengelola atau menajemen keuangan harus dilandasi dengan eksplorasi nilai-nilai Islam, yang berpijak pada tujuan maqhasid syariah dengan mewujudkannya nilai keadilan dan kebenaran.

Point penting yang harus diingat, bahwa laba (keuntungan) dalam

bisnis syariah tidak selalu identik dengan materil, pertumbuhan aset atau harta. Laba dalam Islam memiliki dua orientasi yaitu Materil dan Non-materil. Aspek Materil dari laba dimaknai dengan penambahan harta yang halal dan bersih dari seorang pebisnis muslim. Sedang aspek Non-Materil, laba sangat erat kaitannya dengan : ketakwaan, kesabaran, bersyukur, mengikuti perintah Rasullullah SAW serta dipelihara dari kekikiran.41

Dampak dari implementasi konsep laba dalam Islam adalah semua pebisnis dalam menjalankan usaha akan selalu menjaga diri dari perbuatan tercela, tidak amanah, penipuan, peng-rusakan lingkungan, dan perbuatan tercela lainnya yang dilarang syariah. Keuntungan yang di dapat pun tidak akan ter-akumulasi pada diri mereka sendiri melainkan terdistribusi secara proporsional juga kepada masyarakat kurang mampu. Dalam jangka

40

Tim Penelitian Dan Pengembangan Perkreditan Dan UMKM, “Pola Pembiayaan Usaha Kecil (Industri Pakaian Jadi Muslim)”, Artikel diaskes pada tanggal 5 Februari 2010 Dari www.bi.go.Id

41

(46)

panjang, penerapan konsep laba ini akan mengarah pada terciptanya suatu tatanan kehidupan ekonomi yang sejahtera dan berkeadilan, tatanan kehidupan sosial yang saling menghargai, menghormati dan tolong menolong di antara seluruh masyarakat.

Berikut terdapat kalimat yang banyak mengandung hikmah terkait dengan konsep laba dalam bisnis syariah :

Waspadalah terhadap bisnis yang tidak menjadi amal, yang tidak

menjadi nama baik, yang tidak menjadi ilmu, yang memutuskan silaturami

dan yang mengecewakan orang lain. Karena semua itu bukan keuntungan,

tetapi bencana”42

42

Irham Fahreza Anas, “Hakikat Laba Dalam Bisnis Syariah”, Artikel diakses pada tanggal

(47)

38

[image:47.595.136.524.78.430.2]

BAB III

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Deskripsi Perusahaan CV. AzkaSyah (Azka Syahrani) Collection

1. Lokasi Usaha

Usaha ini, terletak di perumahan daerah Bogor, dekat dengan pasar dan tidak jauh dari perkotaan, berkedudukan di Perum Ciomas Permai Blok C16/No 23, Bogor. Jawa Barat 16610.

2. Profil Usaha

Industri pakaian jadi dalam penelitian ini, merupakan salah satu jenis industri yang berbentuk CV (Commanditaire Vennotschaap) atau persekutuan komanditer adalah suatu persekutuan yang didirikan oleh 2 kelompok atau lebih. Persekutuan komanditer mengenal 2 istilah yaitu : Sekutu aktif adalah kelompok yang memimpin/ menjalankan perusahaan dan bertanggung jawab penuh atas utang-utang perusahaan dan sekutu pasif / sekutu komanditer adalah kelompok yang hanya menanamkan modalnya kepada sekutu aktif dan tidak ikut campur dalam urusan operasional perusahaan. Sekutu pasif bertanggung jawab atas risiko yang terjadi sampai batas modal yang ditanam serta keuntungan yang diperoleh dari perusahaan dibagikan sesuai kesepakatan.1

1 Wikipedia Ensiklopedia Bebas, “

Badan Usaha”, Atikel Ini diakses Pada Tanggal 25

(48)

Mereka biasanya mengerjakan pesanan dengan melakukan proses produksi secara lengkap mulai dari merancang pakaian hingga menjualnya untuk dijual di dalam negeri atau diekspor ke negara Singapura.

Adapun jenis pakaian jadi yang dipilih adalah pakaian jadi muslim untuk wanita dewasa, laki-laki dewasa dan pakaian jadi muslim anak-anak.

Segmen pasar yang dituju oleh pengusaha adalah kalangan menengah ke bawah dan mencoba beranjak ke segmen menengah ke atas. motivasi pengusaha mendirikan usaha industri pakaian jadi adalah karena ingin memberdayakan ummat serta memberikan nilai-nilai spiritual sehingga dapat memberi keberkahan, baik bagi produsen, pemasar hingga pengguna akhir produk Azka Sulam Etnik.2

B. Sejarah dan Perkembangan CV. Azkasyah Collection

Mulai Januari 2011 perusahaan ini berubah nama yang bermula dari Azka menjadi Azkasyah, karena perubahan ini mengikuti hasil final lembaga HAKI setelah sebelumnya proses pendaftaran nama dilakukan.3

CV. Azkasyah Collection merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang produksi fashion busana muslim dengan spesialisasi hasil rajutan sulaman tangan / handmade yang kombinasinya mengangkat khasanah etnik nusantara seperti batik lawas, lurik ATBM klaten, sasirangan, banjar masin, jumputan Palembang dll. dengan No. Surat Izin Usaha Kecil

2

Ketentuan Umum Keagenan CV. Azka Sulam Etnik, Bogor 2010

3 Butik Azka, Dari Azka Sulam Etnik menjadi Azkasyah, Artikel diakses Pada Tanggal 20 Maret

(49)

20/PK/XI/2006, No Tanda Daftar Perusahaan 10,20,5,52,10949, serta No. NPWP 01.300.992.3-051.000.4

Perjalanan usaha dimulai sejak tahun 2001 didirikan oleh Hj. Leony Agus Setiawati SP, seorang wanita muda S1 dari lulusan IPB jurusan Sosial Ekonomi Agrobisnis, yang lahir di Bandung, tanggal 6 Agustus 1976 dan mempunyai dua orang anak Azka Salsabila (11 th) & Aqila Syahrani (7 th), usaha ini juga dibantu beserta sang suami H. Anwar Sanusi, SE., yang awalnya sebatas pembukaan toko yang menjual pakaian busana muslim di daerah Tajur, Bogor. dengan hanya mempekerjakan 2 orang karyawan yang menggunakan sistem penjualan secara konvensional.5

Tak puas dengan membuka toko di Tajur. Hj. Leony, akhirnya membuka toko di rumahnya. Dari situlah ia mencoba untuk memproduksi sendiri barang dagangannya, namun sejak 2002-2003, Hj. Leony mengubahnya menjadi butik yang menyediakan jasa jahit dan bordir. Tak tanggung-tanggung tujuh karyawan sekaligus direkrut untuk membantu mengelola usahanya., selang setahun kemudian pada Tahun 2004 mulai transisi ke konveksi, hasil produksinya ditawarkan ke toko, namun usaha ini mengalami kebangkrutan yang disebabkan oleh minimnya modal yang dimiliki serta penerapan sistem manajemen yang kurang baik.6

Hingga pada tahun 2005, usaha ini, bangkit kembali dengan mencoba memanfaatkan fasilitas yang ada, Garasi rumah disulapnya menjadi ruang

4

Dokumen, CV. Azka Collection yang diberikan Ibu Hj. Leony Setiawati SP, pada tanggal 16 Februari 2011

5

Wawancara Pribadi dengan Hj. Leony Anwar. Bogor, 16 Februari 2011

6

(50)

konveksi kecil-kecilan. Upaya bangkit untuk meraih sukses diperolehnya setelah giat mengikuti berbagai seminar dan pelatihan kewirausahaan dan dibantu oleh seorang penjahit dan tiga orang penyulam, sistem penjualan yang dilakukan adalah sistem konsinyasi (penitipan barang dagangan kepada orang untuk dijualkan dengan pembayaran kemudian).7 Tahun 2006 bisnis ini mulai mengembangkan sayapnya dengan merintis sistem penjualan keagenan (direct selling) dengan sistem pembayaran cash dan carry hingga sekarang bisnis usahanya berkembang dan berhasil meraih penghargaan dan pengakuan dari lembaga nasional seperti Komite Akreditasi Nasional (KAN), ISO 9001:2000, dan ISO 9001 No : BQSS-08-2007.8

Kini, di Tahun 2010, perusahaan yang berada didaerah perumahan Ciomas Permai, Bogor, mampu mempekerjakan karyawannya hingga sebanyak 638 pekerja, 91% adalah wanita, dan segmen tenaga kerja utamanya adalah tenaga kerja yang tidak terserap oleh perusahaan-perusahaan besar seperti ibu-ibu rumah tangga dan remaja putus sekolah.9

C. Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan

Visi adalah Menjadi perusahaan multinasional di bidang produk tekstil dengan memberdayakan ummat.

Misi adalah Menghasilkan & menjual produk tekstil dengan kualitas terbaik dan inovatif, dengan melibatkan umat sebanyak-banyaknya yang

7

Www.Azkafashion.Net

8

Dokumen CV. Azka Collection yang diberikan Ibu Hj. Leony Setiawati SP pada tanggal 16 Februari 2011

9

(51)

didukung dengan sistem manajemen terpadu. Serta membuka jaringan pemasaran yang luas dengan sistem pemasaran yang tangguh.

Adapun tujuan CV. Azka Syahrini mengeluti bidang fashion, sebagai antara lain sebagai berikut :

1. Membuat produk busana muslim dengan model unik, inovatif dan berkualitas.

2. Memberdayakan masyarakat sekitar yang sebelumnya tidak produktif menjadi produktif

3. Membangun sentra produk sulam di Ciomas, Bogor dan sekitarnya 4. Meningkatkan kesejahteraan bersama antara owner (pemilik usaha),

pekerja, ummat sekitar dan mitra bisnis.10

D. Program-Program Perusahaan

1. Program yang Sudah Berjalan

Selain pembinaan perusahaan secara teknik dan manajemen, inovasi usaha ini melebar ke pembinaan sosial Corporate Social Responsibility (CSR), Programnya yang telah terlaksana meliputi berbagai bantuan untuk lingkungan sekitar yaitu :

a. Ketahanan Pangan

yaitu program pemberian sembako gratis diperuntukan kepada jompo, janda miskin, yatim dan dhuafa, pemberian ini diberikan setiap 3 bulan sekali dalam setahun.

b. Pinjaman Ghorimin (Untuk usaha Mikro & Keluarga)

10

(52)

Pemberian pinjaman ke segmen-segmen usaha informal seperti pedagang keliling, penjual jamu gendong, warung jajanan, dan usaha-usaha lain yang sebatas pada usaha-usaha kecil-kecilan. Serta pinjaman untuk keluarga. Pinjaman-pinjaman tersebut diberikan tanpa bunga dan tanpa agunan. karena melihat diwiliyah terdekat perusahaan mempunyai 4 perusahaan yang diduga adalah perusahaan renternir.

c. Perbaikan Sarana Lingkungan dan Ibadah

Program yang bertujuan membantu memperbaiki sarana lingkungan dan ibadah yang berada di desa-desa pelosok wilayah sekitar pedalaman Bogor, tidak jauh dari perkotaan, seperti perbaikan MCK atau Mandi Cuci Kakus, perbaikan jalan, jembatan, musholla, dan sarana fisik lainnya.

d. Pemberian Bea Siswa

Diberikan untuk siswa-siswa dhuafa berprestasi & Guru tahsin, serta ibu-ibu rumah tangga yang ingin belajar mengaji, pemberian ini dengan mendata orang-orang yang terkait dengan karyawan dan diluar lingkungan karyawan yang berprofesi sebagai guru tahsin serta masyarakat atau ibu-ibu yang mempunyai atau berkeinginan belajar tahsin bisa difasilitasi untuk berlajar tahsin

e. Sunatan Massal (Untuk anak yatim/piatu & dhuafa)

(53)

telah ditentukan, maka anak tersebut akan didaftarkan untuk tahun depan.

f. Biaya Nikah Gratis

Pemberian bantuan nikah gratis yang diperuntukan khusus untuk para karyawan CV. Azka Syahrani. dengan alasan agar menjaga para karyawan dari pergaulan bebas. Nikah grat

Gambar

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
Tabel III.1 Beberapa Fasilitas Produksi dan Peralatan
Gambar III.2
Gambar III.3
+4

Referensi

Dokumen terkait

Undang-Undang Perbankan Nomor.. perorangan tidak memberikan hak mendahului atas benda-benda tertentu, tetapi hanya dijamin oleh harta kekayaan seseorang lewat orang yang

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor persaingan usaha memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pelaksanaan etika bisnis Islam pedagang, pendidikan memiliki

Pengaruh Motif Rasional dan Motif Emosional terhadap Keputusan Nasabah Memilih Produk Tabungan BRISyariah di Lampung, dalam http://digilib.unila.ac.id diakses pada 1

Keputusan pembelian adalah tindakan dari konsumen untuk mau membeli atau tidak terhadap suatu produk tertentu. Adapun indikator dari keputusan pembeian yaitu:.. 1)

1) Kualitas produk, yaitu pelanggan akan merasa puas bila hasil mereka menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas. 2) Kualitas pelayanan atau jasa, yaitu

Mengingat pentingnya norma subyektif, sikap positif, dan citra diri terhadap minat beli atau kemauan dalam pembelian produk, maka penulis bermaksud