• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh kondisi ekonomi, tingkat pendidikan, persaingan usaha dan pendidikan agama terhadap pelaksanaan etika bisnis islam: studi kasus pada pedagang tradisional Kreo Tangerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh kondisi ekonomi, tingkat pendidikan, persaingan usaha dan pendidikan agama terhadap pelaksanaan etika bisnis islam: studi kasus pada pedagang tradisional Kreo Tangerang"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KONDISI EKONOMI, TINGKAT PENDIDIKAN, PERSAINGAN USAHA DAN PENDIDIKAN AGAMA TERHADAP PELAKSANAAN ETIKA BISNIS ISLAM

(STUDI KASUS PADA PEDAGANG TRADISIONAL KREO TANGERANG)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

NURMALA HAYATI NIM : 109046100027

KONSENTRASI PERBANKAN SYARI’AH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

NURMALA HAYATI. NIM: 109046100027. Pengaruh Kondisi Ekonomi,

Tingkat Pendidikan, Persaingan Usaha Dan Pendidikan Agama terhadap Pelaksanaan Etika Bisnis Islam (Studi Kasus pada Pedagang Pasar Tradisional Kreo, Tangerang) . Strata Satu (1), Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2014.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kondisi ekonomi, tingkat pendidikan, persaingan usaha dan pendidikan agama terhadap pelaksanaan etika bisnis Islam pedagang di Pasar Kreo, Tangerang. Yang menjadi objek dari penelitian ini adalah pedagang yang berjualan di Pasar Kreo, Tangerang.

Metode analisis data yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor persaingan usaha memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pelaksanaan etika bisnis Islam pedagang, pendidikan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pelaksanaan etika bisnis Islam pedagang, dan kondisi ekonomi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pelaksanaan etika bisnis Islam pedagang.

Kata Kunci : Kondisi Ekonomi, Tingkat Pendidikan, Persaingan Usaha,

Pendidikan Agama, Pasar Tradisional, Etika Bisnis Islam

Pembimbing : Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si.

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi

Muhammad SAW, yang telah membawa umat Islam dari zaman kegelapan menuju

zaman yang terang benderang seperti saat ini.

Alhamdulillah, penelitian yang berjudul “PENGARUH KONDISI

EKONOMI, TINGKAT PENDIDIKAN, PERSAINGAN USAHA DAN PENDIDIKAN AGAMA TERHADAP PELAKSANAAN ETIKA BISNIS ISLAM (STUDI KASUS PADA PEDAGANG TRADISIONAL KREO TANGERANG)” telah penulis selesaikan. Penulisan karya ilmiah dalam bentuk skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi strata satu (S1)

guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis tidak terlepas dari segala macam

bantuan serta dukungan dari semua pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

izinkanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. Phil. JM Muslimin, MA. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum;

2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag., selaku Ketua Prodi Muamalat Fakultas Syariah dan

Hukum;

3. Bapak Mu’min Rouf, S.Ag.,MA., sebagai Sekretaris Prodi Muamalat Fakultas

Syariah dan Hukum;

4. Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si.,sebagai Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktunya untuk membimbing penulis, dari mulai awal penelitian

hingga terselesaikannya skripsi ini, terima kasih untuk seluruh arahan dan

masukan yang telah Bapak berikan; Sehat dan bahagia selalu untuk Bapak dan

(7)

iii

5. Segenap dosen dan staff akademik Fakultas Syariah dan Hukum yang telah

memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat serta bantuan bagi penulis.

6. Seluruh Responden (Pedagang di Pasar Kreo Tangerang), yang telah bersedia

mengisi kuesioner yang penulis ajukan;

7. Kedua Orang Tuaku (Ayahanda Fathul Arifin dan Ibunda Nani) dan Adik-adikku

(Hilman Hidayat, Ummu Humaidah, Ahmad Bahroni, fachrul Azhari dan Rizqina

Khairiyyah) yang selalu memberikan doa, semangat, serta dukungan moril yang

sangat berarti bagi penulis, kalian adalah motivasi terbesar dalam hidup.

8. Sahabatku, Keluarga Besar PS-A 2009, sahabat-sahabat terbaikku untuk sekarang

dan seterusnya. Terima kasih atas kebersamaan, canda tawa, dan pelajaran yang

selalu kalian berikan. Semoga Allah selalu menjaga persahabatan kita. Sukses

untuk kita semua!

9. Seluruh Keluarga Besar Kahfi BBC khususnya Om Bagus dan Mbak wi,

terimakasih atas semua motivasi dan ilmu yang telah diberikan selama ini.

10. Sahabat Kahfi, terimakasih selalu memotivasi , membantu dan mendukung

penulis untuk segera menyelesaikan tugas akhir ini speciall thanks too: My

Lovely Teachers Kak Ibnu, Kak Ab, Kak Lina, Kak Icha Villa Andreass. My

besties too: Azka, Pia,Dimas, Kak Umam, Kak Ridho Mufti, Arifin, Kak Lukman,

kak Lingga, Herman, Fajar, salby dan seluruh team FRAME 12 Production

House. Sukses untuk kita semua!

11. Speciall thanks too: Sahabat seperjuangan seangkatan (2009): Dina Raisa&Idea

Sukma, Syafaat&Zahra serta Farhan Rabbani. Semoga keberkahan selalu

(8)

iv

12. Serta Seluruh Pihak yang telah berjasa namun belum mampu penulis sebutkan

satu persatu.

Semoga Allah SWT dengan Ridho-Nya membalas segala kebaikan dengan

pahala yang berlipat ganda. Akhir kata, Penulis menyadari sepenuhnya bahwa

dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat

memberikan manfaat di kemudian hari. Semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi semua pihak yang membacanya. Amiin. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 12 Mei 2014

(9)

v

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Etika Bisnis islam 20

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Etika Bisnis 33

1. Faktor Internal 20

(10)

vi

5. Operasional dan Pengukuran Variabel 31

BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 36

1. Tempat dan Waktu Penelitian 36

2. Karakteristik Profil Responden 37

(11)

vii

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

3.1 Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha 27

3.2 Variabel, Indikator dan Butir Pertanyaan Kuesioner 34

4.1 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 37

4.2 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan

terakhir 38

4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan jenis dagangan 39

4.4 Hasil Uji Statistik Deskriptif 40

4.5 Hasil Uji Validitas Persaingan Usaha 41

4.6 Hasil Uji Validitas Pelaksanaan Etika Bisnis Islam 42

4.7 Hasil Uji Reliabilitas Kondisi ekonomi 42

4.8 Hasil Uji Reliabilitas Tingkat Pendidikan 43

4.9 Hasil Uji Reliabilitas Persaingan Usaha 44

4.10 Hasil Uji Reliabilitas Pendidikan Agama 44

4.11 Hasil Uji Reliabilitas Pelaksanaan Etika Bisnis Islam 43

4.12 Hasil Uji Multikolonieritas 46

4.13 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) 50

(12)

viii

4.15 Hasil Uji Statistik t 52

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

4.1 Gambar Hasil Uji Normalitas 58

(13)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

1 Surat Penelitian

2 Kuesioner Penelitian

3 Output Hasil Pengujian Data

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ekonomi Islam hadir sebagai bagian dari totalitas kesempurnaan Islam itu

sendiri. Islam harus dipeluk secara kaffah oleh umatnya, maka konsekuensinya umat

Islam harus mewujudkan keislamannya dalam segala aspek kehidupan, termasuk

kehidupan ekonomi. Karena sesungguhnya umat Islam telah memiliki system ekonomi

tersendiri dimana garis-garis besarnya telah digambarkan secara utuh dalam al-Qur’an

dan as-Sunah.

Haruslah diakui perkembangan peradaban hingga saat ini sangatlah luar biasa.

Demikian pula pola kehidupan sangatlah kompleks. Sehingga umat Islam pada umumnya

dan ilmuwan muslim pada khususnya perlu amat sangat proaktif dalam upaya melakukan

revitalisasi konsep-konsep muamalah, melalui penggalian nilai-nilai yang ada dalam

al-Qur’an dan as-Sunah.

Islam tidak hanya mengatur perihal shalat di masjid (ibadah) dengan berbagai

bentuknya; akan tetapi juga memberikan pedoman yang jelas dan nyata tentang tata

aturan muamalah dalam konteksnya yang sangat luas dan sekalipun luwes. Aturan

muamalah ini di dalamnya termasuk dalam bidang ekonomi-bisnis dan keuangan yang

menjadi salah satu pilar bagi kehidupan umat manusia. 1

11

(15)

Bisnis berjalan sebagai proses yang telah menjadi kegiatan manusia sebagai

individu atau masyarakat untuk mencari keuntungan dan memenuhi keinginan dan

kebutuhan hidupnya. Namun saat ini, hanya konsep-konsep materialistiknya saja yang

mendominasi kebanyakan orang, khususnya para pelaku bisnis. Kebanyakan mereka

melupakan nilai-nilai moral dan perilaku yang sehat dalam berbisnis. Banyak

kecurangan-kecurangan yang dilakukan guna mendapatkan keuntungan semata, mulai

dari mengurangi atau mengakali timbangan untuk penjualan barang dagangannya,

berbohong mengenai kualitas barang, melakukan penawaran atau permintaan palsu

(bai’ul Najasy), bersaing secara tidak sehat dengan pedagang lain dan sebagainya.

Keserakahan dan pola pikir yang negatif semakin mendominasi pebisnis dalam

berperilaku. Karena itulah, setiap saat masalah bisnis seringkali bertambah, sedangkan

keberkahan dalam berusaha menjadi berkurang.

Dalam islam, segala kegiatan bisnis atau perdagangan tidak dapat dipisahkan dari

etika atau nilai-nilai moralitas. Perdagangan mempunyai peranan yang sangat penting

dalam kehidupan ekonomi dan sosial bagi semua orang di seluruh Negara dan pada

semua lapisan masyarakat. Sejak awal lahirnya, Islam mengizinkan adanya perdagangan,

karena Rasulullah sendiri juga melakukan kegiatan bisnis/perdangangan dalam jangka

waktu yang cukup lama.

Etos kerja dan moralitas yang baik sudah seharusnya dimiliki oleh setiap pebisnis

atau pedagang, mencakup pebisnis professional mau pun pedagang tradisional. Untuk

pebisnis professional yang notabene rata-rata berpendidikan tinggi saja masih banyak

yang minim dalam hal etos kerja dan moralitas dalam bersaing dengan lawan bisnisnya,

(16)

yang negative, terutama yang diterapkan para pedagang tradisional, menjadi salah satu

masalah yang ada dalam masyarakat Indonesia. Bahkan, masalah ini seringkali

menimbulkan kekhawatiran.

Banyak hal yang mungkin bisa dijadikan alasan seorang pebisnis atau pedagang

melanggar etika dalam berbisnis, mulai dari keinginan untuk mendapatkan keuntungan

yang sebesar-besarnya tanpa memikirkan dampak buruk yang nantinya akan terjadi, atau

merasa tidak ingin kalah dengan kompetitor baru dengan produknya yang lebih menarik,

ingin menguasai pasar, kurangnya pendidikan, pemahaman tentang ilmu agama atau

pengetahuan mengenai etika itu sendiri dalam berbisnis, atau mereka banyak mengalami

kegagalan dalam usaha yang membuatnya cenderung untuk melakukan

kecurangan-kecurangan, atau memang kurang adanya ketegasan dalam penegakan hukum yang bisa

secara tegas memberikan sanksi atau hukuman kepada pelakunya.

Melihat hal ini, penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut kedalam

penelitian skripsi dengan judul “Pengaruh Kondisi Ekonomi, Tingkat Pendidikan, Persaingan Usaha dan Pendidikan Agama Terhadap Pelaksanaan Etika Bisnis Islam (Studi Kasus pada Pedagang Pasar Tradisional Kreo Tangerang)”.

B. Identifikasi Masalah

Beberapa masalah yang dapat penulis identifikasi adalah sebagai berikut:

 Dalam berbisnis, mencari keuntungan adalah point utama yang menjadi alasan

seseorang dalam berbisnis, ada pula yang memang berniat untuk mencari keberkahan

(17)

pelanggaran dalam berbisnis yang membuat keberkahan dalam mencari rezeki

berkurang. Apakah yang salah dengan pola pikir masyarakat saat ini?

 Banyak sekali faktor yang melatarbelakangi seorang pebisnis atau pedagang

melanggar etika dalam berbisnis, mulai dari keinginan untuk mendapatkan

keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa memikirkan dampak buruk yang nantinya

akan terjadi, atau merasa tidak ingin kalah dengan kompetitor baru dengan produknya

yang lebih menarik, ingin menguasai pasar, kurangnya pendidikan atau pengetahuan

mengenai etika itu sendiri dalam berbisnis, atau mereka banyak mengalami kegagalan

dalam usaha yang membuatnya cenderung untuk melakukan kecurangan-kecurangan,

atau memang kurang adanya ketegasan dalam penegakan hukum yang bisa secara

tegas memberikan sanksi atau hukuman kepada pelakunya.

 Pelanggaran-pelanggaran etika dalam berbisnis ini menjadi suatu permasalahan besar

yang ada dalam masyarakat Indonesia. Namun penyelesaian dan solusinya belum

juga secara tegas diterapkan. Padahal sudah jelas, dalam Islam, segala macam etika

dalam berbisnis sudah dijelaskan dan ada aturan yang mengaturnya, apakah tuntunan

agama sendiri masih belum bisa dijadikan pengingat dan pengendali akhlak dalam

berbisnis?

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Ada banyak factor yang menyebabkan pelaku usaha dalam bisnis atau

perdagangan melakukan kecurangan-kecurangan atau penyimpanganan dalam

(18)

Agar pembahasan skripsi ini terarah, maka penulis hanya membatasi penelitian

ini pada pengaruh faktor kondisi ekonomi, tingkat pendidikan, persaingan usaha dan

pendidikan agama terhadap perilaku pedagang dalam menjalankan kegiatan

usahanya. Berikut adalah rumusan masalahnya:

a) Apakah kondisi ekonomi, tingkat pendidikan, persaingan usaha dan pendidikan

agama berpengaruh terhadap pelaksanaan etika bisnis Islam pedagang di Pasar

Tradisional Kreo Tangerang?

b) Manakah diantara kondisi ekonomi, tingkat pendidikan, persaingan usaha dan

pendidikan agama yang sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan etika bisnis

Islam pedagang di Pasar Tradisional Kreo Tangerang?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendapat bukti empiris mengenai

pengaruh faktor kondisi ekonomi, pendidikan, persaingan usaha dan pendidikan

agama terhadap etika bisnis pedagang pasar tradisional Kreo kota Tangerang.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini disamping memberian dan menambah pengetahuan penulis

tentang etika bisnis Islam, juga merupakan apresiasi terhadap teori-teori yang

pernah penulis dapatkan selama menempuh pendidikan program strata satu di

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, memberikan dan

(19)

keuntungan bagi kelangsungan kegiatan perdagangan mereka, dan dapat menjadi

sumber dan menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi kalangan akademisi

dalam menunjang akademisnya.

E. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika dalam penulisan skripsi ini, penulis membagi pembahasan

menjadi lima bab, dan tiap-tiap bab terdiri dari sub bab. Untuk menjadikan

pembahasan ini lebih terarah dan mudah dipahami, adapun sistematika penulisan

sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi

masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Dalam bab ini terdiri dari tiga sub bab. Sub bab yang pertama

menjelaskan tentang pasar terlebih dahulu, yang didalamnya

terdapat penjabaran mengenai definisi pasar dan mekanisme pasar.

Sub bab yang kedua menjelaskan tentang etika bisnis Islam yang di

dalamnya terdapat penjabaran mengenai definisi etika bisnis islam

(20)

faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan etika bisnis, yang di

dalamnya menjabarkan faktor secara internal dan eksternal.

BAB III : METODE PENELITIAN

Dalam bab ini dibahas metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini.. Sub bab yang pertama menjelaskan tentang ruang

lingkup penelitian, sub bab yang kedua menjelaskan tentang

metode pengumpulan data, sub bab yang ketiga menjelaskan

tentang metode analisis data, sub bab yang keempat menjelaskan

tentang uji hipotesis, dan sub bab yang kelima menjelaskan tentang

operasional dan pengukuran variabel.

BAB IV : PEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang hasil penelitian. Bab ini terdiri dari dua

sub bab. Sub bab pertama tentang gambaran umum objek

penelitian dan sub bab kedua tentang hasil uji instrumen penelitian.

BAB V : PENUTUP

Bab ini merupakan bagian akhir yang terdiri dari dua sub bab. Sub

bab pertama yaitu kesimpulan, sub bab kedua berisi tentang

implikasi, sub bab ketiga berisi tentang keterbatasan penelitian,

dan sub bab keempat tentang saran. Bab ini juga disertai dengan

(21)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pasar

1. Pengertian Pasar

Pasar adalah tempat atau keadaan yang mempertemukan antara permintaan

(pembeli) atau penawaran (penjual) untuk setiap jenis barang, jasa atau sumber daya.2

Dalam ilmu ekonomi, pengertian pasar lebih luas daripada hanya sekadar tempat

pertemuan antara penjual dan pembeli untuk mengadakan transaksi jual-beli barang/jasa.

Pasar mencakup keseluruhan permintaan dan penawaran, seluruh kontak atau interaksi

antara penjual dan pembeli untuk mempertukarkan barang dan jasa. Setiap barang yang

diperjualbelikan ada pasarnya; ada pasar ikan, pasar rokok kretek, pasar tekstil, pasar

modal, dan pasar tenaga kerja.3

Berdasarkan segi fisiknya, pasar diklasifikasikan menjadi:

a. Pasar Tradisional

Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta

ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada

proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan

dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Kebanyakan

2

Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islami. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007. Edisi ketiga, hlm. 6.

3

(22)

menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah,

sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain.

Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. Pasar seperti

ini masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat kawasan

perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar.

b. Pasar Raya

Pasar raya disebut juga dengan toko serba ada atau Toserba, dalam bahasa

Inggris disebut dengan Department Store, yaitu suatu bentuk toko swalayan yang

menjual barang dagangan eceran. Pada umumnya Toserba lebih besar dari

supermarket. Suatu Toserba terdiri dari supermarket,department store, food court

serta sarana hiburan (game station) yang biasanya terdapat pada lantai yang terpisah.

c. Pasar Abstrak

Pasar Abstrak adalah pasar yang lokasinya tidak dapat dilihat dengan kasat

mata. Konsumen dan produsen tidak bertemu secara langsung. Biasanya dapat

melalui internet, pemesanan telepon dan lain-lain. Barang yang diperjual belikan

tidak dapat dilihat dengan kasat mata, tapi pada umumnya melalui brosur,

rekomendasi dan lain-lain. Kita juga tidak dapat melihat konsumen dan produsen

bersamaan, atau bisa dikatakan sulit membedakan produsen dan konsumen sekaligus.

d. Pasar Swalayan

pasar swalayan atau supermarket adalah sebuah toko yang menjual segala

(23)

artinya adalah pasar yang besar. Barang barang yang dijual di supermarket biasanya

adalah barang barang kebutuhan sehari hari. Seperti bahan makanan, minuman, dan

barang kebutuhan seperti tissue dan lain sebagainya.Selain supermarket dikenal pula

minimarket, midimarket, dan hypermarket.

Perbedaan istilah minimarket, supermarket dan hypermarket adalah di format,

ukuran dan fasilitas yang diberikan. Contohnya

 Minimarket berukuran kecil (100m2 s/d 999m2)

 Supermarket berukuran sedang (1.000m2 s/d 4.999m2)

 Hypermarket berukuran besar (5.000m2 ke atas)

 Grosir berukuran besar (5.000m2 ke atas)

2. Mekanisme Pasar

Mekanisme pasar adalah terjadinya interaksi antara permintaan dan

penawaran yang akan menentukan tingkat harga tertentu. Sehingga dengan adanya

transaksi tersebut akan mengakibatkan terjadinya proses transfer barang dan jasa yang

dimiliki oleh setiap objek ekonomi tersebut. Dengan kata lain, adanya transaksi

pertukaran yang kemudian disebut sebagai perdagangan adalah satu syarat utama dari

berjalannya mekanisme pasar.4

Konsep penentuan harga dalam Islam dilakukan oleh kekuatan-kekuatan

pasar, yaitu kekuatan permintaan dan kekuatan penawaran, pertemuan permintaan

4

(24)

dengan penawaran tersebut haruslah terjadi secara rela sama rela, tidak ada pihak

yang merasa terpaksa untuk melakukan transaksi pasar tingkat harga tersebut.5

Islam mengatur agar persaingan di pasar dilakukan dengan adil. Setiap bentuk

yang dapat menimbulkan ketidakadilan dilarang.6

1. Talaqqi rukban dilarang karena pedagang yang menyongsong di

pinggir kota mendapat keuntungan dari ketidaktahuan penjual dari

kampong akan harga yang berlaku dikota. Mencegah masuknya

pedagang desa ke kota ini (entry barrier) akan menimbulkan pasar

yang tidak kompetitif.

2. Mengurangi timbangan dilarang karena barang dijual dengan harga

yang sama untuk jumlah yang lebih sedikit.

3. Menyembunyikan barang cacat dilarang karena penjual

mendapatkan harga yang baik untuk kualitas yang buruk.

4. Menukar kurma kering dengan kurma basah dilarang karena

takaran kurma basah ketika kering bisa jadi tidak sama dengan

kurma kering yang ditukar.

5. Menukar satu takar kurma kualitas bagus dengan dua takar kurma

kualitas sedang dilarang karena setiap kualitas kurma mempunyai

harga pasarnya.

5 Allah berfirman, “Hai orang

-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu denga jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu” (QS 4:29)

6

(25)

6. Transaksi Najasy dilarang karena si penjual menyuruh orang lain

memuji barangnya atau menawar dengan harga tinggi agar orang

lain tertarik.

7. Ikhtikar dilarang, yaitu mengambil keuntungan di atas keuntungan

normal dengan menjual lebih sedikit barang untuk harga yang

lebih tinggi.

8. Ghaban faa-hisy (besar) dilarang yaitu menjual diatas harga pasar.

B. Etika Bisnis Islam

1. Definisi Etika Bisnis Islam

Istilah etika berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu ethos. Kata ethos

merupakan kata berbentuk tunggal mempunyai arti: tempat tinggal yang biasa; padang

rumput; kandang; kebiasaan; adat; akhlak; watak; perasaan; sikap; cara berpikir.7

Bentuk jamak kata ethos adalah ta etha. Kata inilah yang menjadi latar belakang

bagi terbentuknya istilah etika. Jadi, secara etimologis etika berarti ilmu tentang apa yang

biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.8

Namun pengertian etimologis itu saja belum cukup untuk memahami istilah etika.

Karena itu, kita perlu mencari pengertian etika yang sesungguhnya. Dalam bahasa

Indonesia ada yang membedakan antara etik dan etika. Etik berarti kumpulan asas atau

nilai yang berkenaan dengan akhlak atau nilai mengenai benar dan salah yang dianut oleh

7

Sudirman Tebba, Berbisnis dengan Hati Nurani, Bisnis & Tasawuf. Yogyakarta: Penerit Scripta Perennia, 2005. Hal. 7.

8

(26)

suatu golongan atau masyarakat. Sedangkan etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan

apa yang buruk, dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).9

Adapun dalam kaitan dengan penggunaan istilah, di Indonesia studi tentang

masalah etis dalam bidang ekonomi dan bisnis sudah akrab dengan nama “etika bisnis”,

sejalan dengan kebiasaan umum dalam istilah bahasa inggris yaitu “Business Ethics”.

Namun dalam kawasan lain seringkali digunakan istilah yang lain, misalnya dalam

bahasa belanda pada umumnya dipakai nama bedrijfsethiek (etika perusahaan) dan dalam

bahasa Jerman unterbehmensethik (etika usaha). Dalam bahasa Inggris kadang-kadang

dipakai istilah corporate ethics (etikaa korporasi). Variasi lain adalah “etika ekonomis”

atau “etika ekonomi”. Selain itu ditemukan juga nama management ethics atau

managerial ethics (etika manajemen), disamping nama organization ethics (etika

organisasi). Namun demikian, pada dasarnya semua nama ini menunjuk kepada studi

tentang aspek-aspek moral dari kegiatan ekonomi dan bisnis.10

Bisnis berasal dari kata inggris, business (biznes), artinya: perusahaan atau usaha,

seperti dalam ungkapan: “the grocery business” = perusahaan sayur-sayuran, dan

ungkapan: “this store is going out of business” = toko ini akan menghentikan usahanya.11

Dalam bahasa Indonesia, bisnis diartikan dengan: “Usaha komersil dalam dunia

perdagangan; bidang usaha; usaha dagang.”12

9

Departmen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), hal. 271.

10

Muhammad Djakfar, Etika Bisnis dalam Perspektif Islam. Malang: UIN-Malang press, 2007. Hal 9-10.

11

Jhon M. Echols and Hasan Shadily, Kamus Inggris – Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia, 1984), hlm. 90.

12

(27)

Selanjutnya kita dapat mendefinisikan etika bisnis sebagai seperangkat nilai

tentang baik, buruk, benar, dan salah dalam dunia bisnis berdasarkan pada prinsip-prinsip

moralitas. Dalam arti lain etika bisnis berarti seperangkat prinsip dan norma di mana para

pelaku bisnis harus komit padanya dalam bertransaksi, berperilaku, dan berelasi guna

mencapai tujuan-tujuan bisnisnya dengan selamat.

Sedangkan titik sentral dari etika bisnis Islam adalah menentukan kebebasan

manusia untuk bertindak dan bertanggung jawab sesuai dengan prinsip-prinsip dalam

Al-Qur’an, antara ekonomi dan akhlak yang islami tidak akan pernah terpisah sama sekali

seperti halnya tidak pernah terpisah antara ilmu dan akhlak, antara politik dan akhlak, dan

antara perang dan akhlak. Akhlak adalah daging dan urat nadi kehidupan Islami.13

Hubungan tasawuf, akhlak dan bisnis melahirkan etika bisnis dalam Islam. Hal ini terlihat

pada penerapan ajaran akhlak dalam kegiatan-kegiatan bisnis, seperti investasi, produksi,

distribusi, promosi, konsumsi dan juga hubungan karyawan dengan perusahaan tempat

mereka bekerja harus berpegang kepada etika, yaitu mengamalkan akhlak yang terpuji

dan menjauhi akhlak yang tercela.14

2. Dasar-dasar Hukum Etika Bisnis Islam

Islam memiliki pedoman yang harus dipatuhi oleh pengikutnya, Pedoman

inilah yang dijadikan petunjuk dan arahan untuk umatnya dalam melaksanakan

setiap aktifitas/amalan. Pedoman tersebut adalah Al-Qur’an dan Hadits. Sebagai

sumber ajaran islam, setidaknya dapat menawarkan nilai-nilai dasar atau

prinsip-prinsip umum yang penerapannya dalam bisnis disesuaikan dengan perkembangan

13

Yusuf Qardhawi, Peran Nilai Moral dalam Perekonomian Islam, 2001 (Jakarta: Robbani Press), hlm. 56.

14

(28)

zaman dan mempertimbangkan dimensi ruang dalam waktu. Islam seringkali

dijadikan sebagai model tatanan kehidupan. Hal ini tentunya dapat dipakai untuk

pengembangan lebih lanjut atas suatu tatanan kehidupan tersebut, termasuk

tatanan kehidupan bisnis.

Al-Qur’an dalam mengajak manusia untuk mempercayai dan

mengamalkan tuntutan-tuntutannya dalam segala aspek kehidupan seringkali

menggunakan istilah-istilah yang dikenal dalam dunia bisnis, seperti jual-beli,

untung-rugi, dan sebagainya. Dalam konteks ini al-Qur’an menjanjikan dalam

surat At Taubah ayat 111 yang artinya:

“Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin harta dan jiwa mereka

dan sebagai imbalannya mereka memperoleh surga. Siapakah yang lebih menepati

janjinya (selain) Allah maka bergembiralah dengan Jual-Beli yang kamu lakukan itu.

Itulah kemenangan yang besar”.(QS At-Taubah :111)

Dan teradapat juga dalam surat Al Jumu’ah : 9 – 10 yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sembahyang

pada hari jum’at. Maka bergegaslah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkan jual

-beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah

ditunaikan sembahyang maka bertebaranlah di muka bumi dan carilah karunia Allah

dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”. (QS Al-Jumu’ah:9-10)

Ayat tersebut memberi pengertian agar berbisnis dilakukan setelah melakukan

shalat dan dalam pengertian tidak mengesampingkan tujuan keuntungan yang hakiki

(29)

melakukan kerja keras termasuk dalam berbisnis, Al-Qur’an menggaris bawahi bahwa

dorongan yang seharusnya lebih besar bagi dorongan bisnis adalah memperoleh apa yang

berada di sisi Allah.

Bisnis merupakan kegiatan muamalah. Bisnis yang sehat adalah bisnis yang

berlandaskan pada etika. Oleh karena itu, pelaku bisnis muslim hendaknya memiliki

kerangka etika bisnis yang kuat, sehingga dapat mengantarkan aktivitas bisnis yang

nyaman dan berkah. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam berbisnis, yaitu

penerapan-penerapan ajaran akhlak dalam kegiatan yang berkaitan dengan bisnis, seperti

investasi, produksi, distribusi, promosi, dan konsumsi.

a. Investasi

Investasi berarti pemupukan dan pendayagunaan dana dan sumber daya

hari ini demi keuntungan hari esok15 Menurut Islam pada prinsipnya investasi

dalam bisnis apa saja boleh, kecuali tidak untuk beberapa hal, yaitu bisnis daging

babi dan barang konsumsi yang mengandung daging babi, bisnis minuman keras,

perjudian dan seks.

Berinvestasi itu bagi orang yang memiliki modal. Sedang orang yang

hanya memiliki tenaga tentu bekerja dengan tenaganya, seperti menjadi pegawai.

Namun baik bagi orang yang melakukan investasi atau menjadi pegawai

sama-sama bekerja, dan bekerja itu hukumnya wajib.16 Allah berfirman:

“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia berada dalam susah

payah”.(al-Balad:4)

15

Panitia Istilah Manajemen Lembaga PPM, Kamus Istilah Manajemen (Jakarta: Taka Binaman Pressindo, 1994), hlm. 72.

16

(30)

Ayat tersebut menyiratkan bahwa manusia memiliki konsekuensi sebagai

makhluk Allah yang ditakdirkan sebagai makhluk yang mulia. Kemuliaan ini

hanya dapat dicapai dengan ketekunan dan kerja keras.

b. Produksi

Produksi dapat dilihat dari dua segi, yaitu aspek teknis ekonomis dan

normatif, yakni mengenai dorongan dan tujuan produksi.17

Pandangan Islam tentang produksi adalah menyangkut aspek normative.

Dalam Islam, sebagaimana terlihat dalam Al-Qur’an, terdapat ajaran tentang

dorongan dan tujuan produksi, yaitu:

“Dan karena rahmat-Nya Dia jadikan untukmu malam dan siang supaya

kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari

karunia-Nya (pada siang hari)”. (al-Qashash:73).

Ayat tersebut mendorong umat manusia, khususnya umat Islam, untuk

bekerja dan memproduksi segala hal keperluan hidup mereka agar bisa hidup

makmur, bukannya miskin dan melarat. Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa

rezeki adalah karunia Allah yang harus diusahakan dengan cara produksi.

c. Distribusi

Distribusi meliputi distribusi barang dan kekayaan. Distribusi barang ialah

proses penyebaran barang dari tempat produsen ke pemakai terakhir, yang

mencakup semua pemasaran dan penjualan.18 Barang yang telah diproduksi harus

segera didistribusikan agar keperluan masyarakat tetap tersedia di pasar.

17Monzer Kahf, “The Thoery Of Production" dalam Rahman, sayyid Tahir, Aidit Ghazali, dan Syed Omar syed

Agil, ed., Reading in Microeconomicus: An Islamic Perspective (Kuala Lumpur: Longman Malaysia, 1992), hlm. 113.

18

(31)

Menimbun barang dengan tujuan agar barang itu langka di pasar hukumnya

haram, sebab hal ini merugikan konsumen. Rasulullah bersabda:

“Barangsiapa yang menimbun barang adalah orang yang bersalah

(berdosa)”. (HR. Muslim).

d. Promosi

Promosi dapat berarti naik pangkat atau jabatan. Sedang dalam kehidupan

bisnis promosi berarti pemasaran melalui periklanan dan penjualan berupa

pemotongan harga, hadiah dan pajangan toko.

Promosi yang dimaksudkan disini adalah periklanan. Periklanan

merupakan satu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam bisnis atau pasar.

Ekonomi pasar bebas ditandai dengan kompetisi yang kuat dalam persaingan

pasar. Setiap perusahaan bersaing dalam menawarkan produknya kepada

konsumen.

Menurut Sudirman Tebba, dalam bukunya yang berjudul Berbisnis dengan

Hati Nurani (Bisnis dan Tasawuf), seringkali periklanan itu memamerkan pola

hidup yang konsumeristis, hedonistis dan materialistis, sehingga dianggap tidak

mendidik. Di lihat dari segi Islam pola hidup seperti ini dapat dikategorikan

sebagai israf atau berlebih-lebihan dan tabzir, dan hal ini dilarang.

Dalam Islam, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam hal

promosi, diantaranya:

1. Promosi atau periklanan tidak boleh mengumbar aurat, teruma aurat

(32)

2. Promosi atau periklanan tidak boleh mengiklankan barang dan jasa

yang diharamkan, seperti makanan yang mengandung unsur babi,

minuman keras, perjudian dan prostitusi.

3. Promosi atau periklanan tidak berlebih-lebihan.

e. Konsumsi

Konsumsi adalah jumlah pembelanjaan dan perekonomian atas barang

dan jasa yang digunakan pada periode tertentu, biasanya dalam jangka pendek.

Pembelanjaan konsumsi ini tidak hanya meliputi barang-barang konsumsi saja,

tetapi juga bahan baku yang dipergunakan dalam proses produksi. Konsumsi juga

berarti proses fisik factual pemakaian barang dan jasa.19

Mengenai hal konsumsi ini Islam menentukan bahwa dalam melakukan

kegiatan konsumsi hendaknya dilakukan untuk sesuatu yang halal dan baik, serta

dilakukan secara wajar, tidak berlebihan dan tidak bakhil atau kikir, sebagaimana

dengan firman Allah dalam surat Al-Furqan: 67 yang artinya:

“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta) mereka tidak

berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di

tengah-tengah antara yang demikian”.

Ketentuan-ketentuan dalam melakukan kegiatan konsumsi ini juga

terdapat pada Surat Al-Araaf: 31 yang artinya:

“Makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah

tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”.

19

(33)

f. Hubungan Antara Pedagang

Manusia adalah makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri, dalam

menjalankan kehidupan manusia menjalin hubungan baik dengan pencipta-Nya

maupun dengan sesamanya. Hubungan manusia dalam berbisnis tidak hanya

terhadap konsumen tetapi juga terhadap sesama pengusaha mereka menjalin

hubungan. Hubungan yang harmonis antar sesama pedagang dalam berkompetisi

perlu ditumbuhkan, dijaga dan dipelihara.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Etika Bisnis Islam.

Dalam perkembangannya, etika bisnis dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu internal

(dalam diri manusia) daneksternal (di luar diri manusia). Faktor internal diantaranya adalah

agama (ketuhanan) serta tingkat pendidikan lalu faktor eksternal diantaranya adalah kondisi

ekonomi, dan persaingan usaha.

1. Faktor Internal

a. Agama

Perdagangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan

ekonomi dan sosial bagi semua orang di seluruh negara dan pada semua lapisan

masyarakat. Pelaku bisnis yang Muslim tidak boleh berpendirian bahwa bisnis itu

amoral atau tidak berkaitan dengan moral, sebab moralitas merupakan bagian dari

(34)

Pendidikan agama merupakan pondasi yang utama dalam setiap kegiatan

bermuamalah. Demikian pula, pendidikan agama sangat berpengaruh terhadap

perilaku pedagang.20

b. Pendidikan

Dalam proses produksi sebagai suatu struktur dasar aktivitas

perekonomian, tenaga kerja merupakan faktor yang sangat penting, karena tenaga

kerja tersebut bertindak sebagai pelaku ekonomi, berbeda dengan faktor produksi

lainnya yang bersifat pasif (seperti : modal, bahan baku, mesin, dan tanah).

Tenaga kerja berkemampuan bertindak aktif, mampu mempengaruhi dan

melakukan manajemen terhadap faktor produksi lainnya yang terlibat dalam

proses produksi (Sonny Sumarsono, 2003).21

Dalam bisnis yang baik, seorang pengusaha yang berkemampuan

bertindak aktif, mampu mempengaruhi dan melakukan manajemen merupakan

faktor penentu keberhasilan dari kegiatan bisnis dengan jalan yang benar dan

baik. Salah satu faktor yang membentuk kemampuan bertindak aktif tersebut

adalah pendidikan. Pendidikan punya peranan sangat penting dalam Innovation

Driven Economy, yaitu tempat munculnya talenta-talenta yang akan memicu

20

Ahmad Faiz, “Pengaruh Tingkat Keagamaan terhadap Perilaku Pedagang Pasar Kebayoran Lama Jakarta Selatan”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negri Syarif hidayatullah Jakarta, 2009).

21 Satrio Adi Setiawan, “Pengaruh Umur, Pendidikan, Pendapatan, Pengalaman Kerja, dan Jenis Kelamin

(35)

munculnya inovasi dalam bisnis.22 Adanya inovasi-inovasi di dalam bisnis

tersebut, tentunya akan mengurangi bahkan menghilangkan segala macam

kecurangan-kecurangan dalam persaingan usaha.

2. Faktor Eksternal a. Ekonomi

Perekonomian yang sifatnya terbuka saat ini disamping memberikan

manfaat positif bagi perkembangan dunia usaha, sebaliknya dapat memberikan

pengaruh yang negatif. Pengaruh negatif ini dalam banyak hal, berupa ancaman dan

dampak yang merugikan pada para pedagang, terutama pedagang tradisional yang

belum siap menghadapi persaingan global dalam berbagai hal salah satunya kualitas

etos kerja yang mereka lakukan. Tentunya, kondisi ekonomi, baik secara makro

ataupun mikro, dan khususnya kondisi ekonomi pedagang sendiri, memiliki

keberpengaruhan terhadap pelaksanaan etika bisnisnya. 23

b. Sosial

Faktor sosial merupakan salah satu bagian dari dimensi eksternal dalam

kegiatan usaha atau berbisnis. Dimensi sosial yang mempengaruhi etika bisnis

meliputi berbagai hal, yaitu perilaku etnis dan adat istiadat, pola gaya hidup

22Sandiago Uno, “

Entrepreneurship in Indonesia-Financial Club”, artikel diakses pada 25 november 2013 dari http://sandiaga-uno.com/enterpreneurship-in-indonesia-financial-club/

23

(36)

masyarakat, perubahan persepsi dan pola pembelian konsumen, lokasi geografi,

agama, dan persaingan antar pedagang itu sendiri.24

Dalam penulisan ini,kami membagi bagian dimensi eksternal ini kedalam

dimensi persaingan usaha. Yakni mengenai kebersaingan antar pedagang.

Bagaimana pedagang bersikap dan bagaimana pola pikirnya mengenai persaingan

yang sehat tersebut.

24

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini didesain sebagai penelitian survey dengan pendekatan kuantitatif.

Penelitian ini dilakukan di Pasar Kreo, Tangerang, dengan objek penelitian yaitu

pedagang muslim di pasar tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

variable independen (kondisi ekonomi, tingkat pendidikan, dan persaingan usaha)

terhadap variable dependen (pelaksanaan etika bisnis Islam pedagang) di Pasar Kreo,

Tangerang.

B. Metode Pengumpulan Data 1. Teknik Penentuan Sampel

Dalam penelitian ini, penentuan sampel menggunakan Purposive Sampling,

yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu yakni

sumber data dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan, sehingga mempermudah

peneliti menjelajahi objek atau situasi sosial yang sedang diteliti.25

Penulis meneliti pedagang pasar tradisional Kreo Tangerang, yang terdaftar di

Kantor Pemasaran Kios Pasar Kreo Tangerang, yaitu sejumlah 100 peserta. Kemudian

dari 100 peserta tersebut diambil 80 peserta yang beragama Islam untuk dijadikan

sampel pada penelitian ini, hal tersebut dilakukan karena penelitian ini berfokus

25

(38)

terhadap pelaksanaan etika bisnis Islam yang dilakukan oleh pedagang Muslim, jadi

diharapkan data-data yang didapatkan bisa lebih terarah.

2. Jenis Data dan Sumber Data

Dalam penelitian ini jenis dan sumber data dibagi dalam dua kategori, yaitu:

a. Data primer, merupakan data yang diperoleh langsung dari responden

melalui kuesioner dan wawancara dengan para pedagang yang beragama

Islam dan para pihak lainnya yang dapat membantu penelitian ini.

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari buku-buku, jurnal, dan

sumber bacaan lain yang memiliki relevansi dengan objek yang diteliti.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan, peneliti menggunakan instrumen

berupa kuesioner yang dijadikan instrumen pengumpulan data. Pengumpulan data

dilakukan dengan teknik personally administrated questionnaries, yaitu kuesioner

disampaikan dan dikumpulkan secara langsung oleh peneliti.

Model jawaban dalam kuesioner menggunakan skala likert yang merupakan

metode untuk mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau ketidaksetujuan

terhadap subjek, objek atau kejadian tertentu. Skala likert menggunakan lima angka

penilaian dari gradasi sangat positif sampai sangat negative atau sebaliknya. Adapun

pemberian skor dari setiap pernyataan yang digunakan dalam peneltian ini ditentukan

sebagai berikut:

a. Sangat tidak setuju skornya satu

(39)

c. Ragu-ragu skornya tiga

d. Setuju skornya empat

e. Sangat setuju skornya lima

C. Metode Analisis Data 1. Statistik Deskriptif

Statistik Deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat

dari nilai rata-rata, standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtois,

dan skewness (kemencengan distribusi).26

2. Uji Kualitas Data

Untuk melakukan uji kualitas data atas data primer dalam penelitian ini, dilakukan

uji validitas dan uji reliabilitas.

a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu

untuk mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuesioner tersebut.27 Uji validitas

digunakan dengan menggunakan Person Correlation dengan cara menghitung

korelasi antara nilai masing-masing butir pertanyaan dengan total nilai, dinyatakan

valid jika signifikan > 0,05.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan

indikator dari variable atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal

26

Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2011), h. 19

27

(40)

jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten dari waktu ke waktu.

Hasil uji reliabilitas dengan bantuan SPSS 16 akan menghasilkan Cronbach Alpha,

yaitu di ukur berdasarkan skala tersebut dan dikelompokkan ke dalam lima kelas dan

range yang sama, maka ukuran kemantapan alpha dapat diinterpretasikan seperti table

berikut:

Uji normalitas bertujuan untuk mengukur apakah di dalam model regresi

variable independen dan dependen keduanya mempunyai distribusi normal atau

mendekati normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau

mendekati normal. Uji normalitas data yang dilakukan dalam penelitian ini

menggunakan uji statistic. Uji statisktik yang digunakan untuk menguji normalitas

(41)

dengan arti signifikansi > 0,05 berarti data yang akan diuji mempunyai perbedaan

signifikansi dengan data normal baku, berarti data tersebut tidak normal.28

b. Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk mengkaji apakah model regresi

berganda ditemukan adanya korelasi antara variable bebas (independen) (Ghozali,

2011). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variable

bebas (independen). Multikolonieritas dapat dideteksi dengan menganalisis nilai

tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Nilai cut off yang umum

dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieriats adalah tolerance < 0,10 atau

sama dengan nilai VIF > 10.29

c. Heteroskedestisitas

Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan varian dari residual/pengamatan ke pengamatan lainnya. Salah

satu cara mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas adalah dengan melihat

grafik plot antara nilai prediksi varibel terikat (dependen) yaitu ZPERD dengan

(42)

4. Uji Hipotesis

Uji hipotesis ini menggunakan model empiris yaitu metode statistik regresi

berganda (multiple regression) dengan persamaan sebagai berikut:31

Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4+e

Dimana:

Y = Pelaksanaan Etika Bisnis Islam

a = Konstanta (tetapan)

b1 – b4 = Koefisien Regresi

x1 = Kondisi Ekonomi

x2 = Tingkat Pendidikan

x3 = Persaingan Usaha

x4 = Pendidikan Agama

e = Error

a. Uji Koefisien Determinasi

Uji Koefisien Determinasi untuk menentukan seberapa besar variabel

independen dapat menjelaskan variabel dependen, maka perlu diketahui R2(koefisien

determinasi). Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Jika R2adalah

sebesar 1, berarti fluktuasi variabel dependen seluruhnya dapat dijelaskan oleh

variabel independen.32

31

Ibid., h. 99

32

(43)

b. Uji Statistik t

Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau

independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen dan

digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel

independen secara individual terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat

signifikansi 0,05.33

Dasar pengambilan keputusan dalam uji statistik t ini adalah sebagai berikut:

1) Jika nilai probabilitas signifikansi di bawah 0,05, maka variabel independen

secara individual berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen sehingga

hipotesis alternatifnya (Ha) diterima.

2) Jika nilai probabilitas signifikansi di atas 0,05, maka variabel independen secara

individual tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen sehingga

hipotesis alternatifnya (Ha) ditolak.

c. Uji Statistik F

Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen yang

dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap

variabel dependen. Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua

variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-sama

terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0,05.34

Dasar pengambilan keputusan dalam uji statistik F ini adalah sebagai berikut:

33

Ibid., h. 98

34

(44)

1) Jika nilai probabilitas di bawah 0,05, maka semua variabel independen

mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen sehingga

hipotesis alternatifnya (Ha) diterima.

2) Jika nilai probabilitas di atas 0,05, maka semua variabel independen tidak

mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen sehingga

hipotesis alternatifnya (Ha) ditolak.

5. Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional variabel adalah bagaimana menemukan dan mengukur

variabel-variabel tersebut di lapangan dengan merumuskan secara singkat dan jelas,

serta tidak menimbulkan berbagai tafsiran. Pertanyaan atau pernyataan dalam kuesioner

untuk masing-masing variabel dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala

Likert. Skala Likert yaitu suatu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat,

persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Jawaban dari

responden bersifat kualitatif dikuantitatifkan, dimana jawaban diberi skor dengan

menggunakan 5 (lima) poin skala Likert, yaitu: nilai 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak

setuju, 3 = ragu-ragu, 4 = setuju, 5 = sangat setuju.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada lima variabel yaitu kondisi

ekonomi, tingkat pendidikan, persaingan usaha dan pelaksanaan etika bisnis islam.

Dimana faktor kondisi ekonomi, tingkat pendidikan dan persaingan usaha sebagai

variabel independen sedangkan pelaksanaan etika bisnis Islam pedagang sebagai variabel

(45)

a. Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini ada empat, yaitu faktor kondisi

ekonomi, tingkat pendidikan, persaingan usaha dan pendidikan agama. Variabel yang

pertama, yaitu kondisi ekonomi. Faktor kondisi ekonomi yang mempengaruhi etika

bisnis meliputi berbagai hal, yaitu kepemilikan harta dan benda, mengenai modal

awal dan modal sekarang dan lain sebagainya.

Persepsi responden terhadap indikator tersebut diukur dengan 5 point skala

likert, 1) Sangat tidak setuju, 2) Tidak setuju, 3) Ragu-ragu, 4) Setuju, 5) Sangat

Setuju.

Variabel independen yang kedua yakni tingkat pendidikan. Pendidikan

diidentifikasi dengan kemampuan para pedagang untuk melakukan Innovation Driven

Economy, yaitu tempat munculnya talenta-talenta yang akan memicu munculnya

inovasi dalam bisnis.35 Dengan munculnya inovasi-inovasi ini, maka pelaku bisnis

tidak perlu lagi untuk melakukan cara-cara kotor demi memajukan bisnisnya, mereka

hanya perlu melakukan inovasi yang tepat untuk dapat bersaing dengan rivalnya.

Tentunya untuk mencapai inovasi-inovasi tersebut dibutuhkan pengalaman dan juga

pendidikan. dalam penulisan ini, pendidikan pedagang diukur dari tingkat pendidikan

yang telah dilalui, baik tingkat pendidikan secara formal maupun informal pedagang.

Persepsi responden terhadap indikator tersebut diukur dengan 5 point skala

likert, 1) Sangat tidak setuju, 2) Tidak setuju, 3) Netral, 4) Setuju, 5) Sangat Setuju.

35 Sandiago Uno, “

(46)

Variabel independen yang ketiga adalah persaingan usaha. Faktor persaingan

usaha yang mempengaruhi etika bisnis meliputi berbagai hal diantaranya adalah

mengenai teknik pemasaran, pelayanan, kejujuran pedagang dalam melayani dan

bersaing dengan pedagang lainnya di pasar tersebut.

Variabel independen yang empat adalah pendidikan agama. Faktor pendidikan

agama yang mempengaruhi etika bisnis meliputi berbagai hal diantaranya adalah

mengenai pendidikan keagamaan yang telah didapatkan baik dari sekolah formal

maupun kegiatan informal seperti mengaji, pesantren dan lain sebagainya.

Persepsi responden terhadap indikator tersebut diukur dengan 5 point skala

likert, 1) Sangat tidak setuju, 2) Tidak setuju, 3) Ragu-ragu, 4) Setuju, 5) Sangat

Setuju.

Persepsi responden terhadap indikator tersebut diukur dengan 5 point skala

likert, 1) Sangat tidak setuju, 2) Tidak setuju, 3) Ragu-ragu, 4) Setuju, 5) Sangat

Setuju.

b. Variabel Dependen

Variabel dependen diwakili oleh pelaksanaan etika bisnis Islam. Yang

dimaksud dengan etika bisnis islam atau etika bisnis dalam Islam, ialah ilmu yang

membahas perihal usaha ekonomi khususnya perdagangan dari sudut pandang baik

dan buruk serta salah dan benar menurut standar akhlak Islam.36

36

(47)

Persepsi responden terhadap indikator tersebut diukur dengan 5 point skala

likert, 1) Sangat tidak setuju, 2) Tidak setuju, 3) Ragu-ragu, 4) Setuju, 5) Sangat

Setuju

Tabel 3.2

Variabel, Indikator, dan Butir Pertanyaan untuk Kuesioner

Variabel Indikator Butir pertanyaan

Kondisi

 Perasaan dan pola pikir mengenai modal

yang sedikit

 Seberapa cukup keuntungan yang didapat

untuk memenuhi kebutuhan

 Seberapa banyak aset yang dimiliki

Tingkat

 Jenjang pendidikan yang telah diselesaikan

 Database lain mengenai informasi yang

telah didapat

 Pemahaman mengenai jual-beli yang baik

dan benar

 Pola pikir mengenai pembeli yang

berdagang di toko lain

 Strategi dalam bersaing dengan pedagang

lain

 Pemahaman dan pengaplikasian sistem

diskon untuk menarik pelanggan

 Pelayanan terhadap pembeli atas sebuah

komplain

 Pelayanan yang ramah, sopan, dan akrab

(48)

Pendidikan

 Pernah menjadi santri di pondok pesantre  Mengikuti pengajian atau organisasi

keagamaan

 Pemahaman dan aplikasi mengenai sholat

dan berzakat

 tidak menjual barang yang kotor,

memabukkan dan haram

 menjaga hubungan baik dengan pelanggan

ataupun pedagang lain

 tidak menjual barang yang belum jelas

kualitas dan kuantitasnya

 tidak melakukan ikhtikar (penimbunan

barang;untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya)

 tidak pernah menipu pembeli dengan

menyuruh orang untuk berpura-pura membeli agar dagangan terlihat bagus atau lebih murah.

 Pola pikir mengenai keberkahan yang

(49)

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di pasar tradisional Kreo, Tangerang, Banten.

Pasar Kreo dikelola oleh badan swasta. Pemilik Pasar Kreo ini adalah Bapak H. Mastur.

Terdapat 100 kios pedagang yang tercatat di Kantor Pemasaran Kios Pasar Kreo,

Tangerang..

Pedagang yang berpartisipasi dalam penelitian ini meliputi pedagang

sayur-mayur, pedagang buah, pedagang sembako, pedagang pakaian, pedagang tahu-tempe,

pedagang daging, pedagang emas dan perhiasan, pedagang elektronik, pedagang ikan dan

pedagang kosmetik.

Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner penelitian secara

langsung seperti dengan cara mendatangi responden, yaitu pedagang yang terdaftar di

Pasar Kreo, Tangerang. Penyebaran kuesioner dilaksanakan mulai tanggal 16 Maret 2014

hingga 23 Maret 2014.

Peneliti mengambil sampel sebanyak 80 pedagang dari 100 pedagang yang ada.

Sampel pada penelitian tersebut adalah pedagang yang beragama Islam. Kuesioner yang

disebarkan berjumlah 80 buah dan jumlah kuesioner yang kembali adalah sebanyak 80

(50)

2. Karakteristik Profil Responden

Responden dalam penelitian ini adalah pedagang yang berdagang di Pasar Kreo,

Tangerang. Berikut ini adalah deskripsi mengenai identitas responden penelitian yang

terdiri dari jenis kelamin, pendidikan terakhir, dan jenis barang dagangan.

a. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 4.1 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi responden berdasarkan

jenis kelamin.

Tabel 4.1

Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Persentase

Pria 46,2%

Wanita 53,8%

Total 100%

Sumber: Data primer yang diolah

Data tersebut menunjukkan bahwa sekitar 43 orang atau 53,8% responden

didominasi oleh jenis kelamin perempuan dan sisanya sebanyak 37 orang atau 46,2%

(51)

b. Deskripsi responden berdasarkan pendidikan terakhir

Tabel 4.2 menyajikan hasil uji deskripsi responden berdasarkan pendidikan

terakhir.

Tabel 4.2

Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Sumber: Data primer yang diolah

Berdasarkan data dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

berpendidikan terakhir SMP sebanyak 46,2%, dan sebanyak 38,8% responden

berpendidikan terakhir SMA, 12,5% responden berpendidikan terakhir SD, dan

sisanya sebanyak 2,5% responden adalah lulusan Perguruan Tinggi.

c. Deksripsi responden berdasarkan jenis dagangannya

Tabel 4.3 menyajikan hasil uji deskripsi responden berdasarkan jenis

dagangannya.

Pendidikan Terakhir Persentase

SD 12,5%

SMP 46,2%

SMA 38,8%

PT 2,5%

(52)

Tabel 4.3

Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Dagangan

Jenis Dagangan Frekuensi Absolut Persentase

Sayur-mayur 13 16,2%

Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa mayoritas responden yaitu

sebanyak 13 orang atau 16,25% merupakan pedagang sayur-mayur, dan sebanyak 13

orang juga atau 16,25% responden merupakan pedagang sembako, sebanyak 11 orang

atau 13,8 % responden merupakan pedagang ikan, dan sebanyak 10 orang atau 12,5%

responden merupakan pedagang tahu dan tempe, lalu sebanyak 9 orang atau 11,2 %

responden merupakan pedagang daging dan sebanyak 9 orang atau 11,2% juga

merupakan pedagang buah, sebanyak 6 orang atau 7,5% responden merupakan

pedagang pakaian, sebanyak 4 orang atau 5,0% responden merupakan pedagang

kosmetik, sebanyak 3 orang atau 3,8% responden merupakan pedaelektronik, dan

(53)

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yang meliputi faktor kondisi

ekonomi, tingkat pendidikan, persaingan usaha, dan pelaksanaan etika bisnis

Islam yang akan diuji secara statistik deskriptif seperti yang terlihat dalam tabel

dibawah ini:

Tabel 4.4

Hasil Uji Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

X1 (Kondisi Ekonomi) 80 1.00 4.000 2.74 0.694

X2 (Tingkat Pendidikan) 80 0.166 2.000 0.685 0.497

X3 (Persaingan Usaha 80 2.600 4.400 3.377 0.440

X4 (Pendidikan Agama) 80 0.000 2.000 0.80 0.366

Y (P. Etika Bisnis Islam) 80 0.000 5.000 4.404 0.424

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS

Tabel tersebut menjelaskan bahwa pada variable X1 (Kondisi Ekonomi) jawaban

minimum responden sebesar 1,00 dan maksimum sebesar 4,00, dengan rata-rata total

jawaban 2,74 dan standar deviasi sebesar 0,694. Variable X2 (Tingkat Pendidikan) ,

jawaban minimum responden sebesar 0,166 dan maksimum sebesar 2,00, dengan

rata-rata sebesar 0,497 dan standar deviasi 0,497. Variable X3 (Persaingan Usaha), jawaban

minimum sebesar 2,600 dan maksimum 4,400 dengan rata-rata sebesar 3,377 dan

standar deviasi sebesar 0,440. Variable X4 (Pendidikan Agama), jawaban minimum

responden sebesar 0,000 dan maksimum sebesar 5,000 dengan rata-rata sebesar 4,404

(54)

dan maksimum sebesar 5,000 dengan rata-rata total jawaban sebesar 4,404 dan standar

deviasi sebesar 0,424.

Nilai standar deviasi untuk tiap variabel lebih kecil dari nilai mean mengartikan

bahwa standar error dari penelitian ini rendah sehingga penentuan variabel yang

digunakan dalam penelitian ini baik untuk diteliti lebih lanjut.

2. Hasil Uji Kualitas Data

a. Hasil Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner.

Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Pearson Corelation, pedoman suatu model

dikatakan valid jika tingkat signifikansiya dibawah 0,05, maka butir pertanyaan tersebut

dapat dikatakan valid. Tabel berikut menunjukkan hasil uji validitas dari dua variabel

yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu persaingan usaha dan pelaksanaan etika

bisnis Islam, dengan sampel 30 responden.

Tabel 4.5

Hasil Uji Validitas Persaingan Usaha (X3) Nomor

E5 (Persaingan Usaha5) 0,580** 0,000 Valid

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS

Tabel di atas menunjukkan variabel persaingan usaha mempunyai kriteria valid

(55)

Tabel 4.6

Hasil Uji Validitas Pelaksanaan Etika Bisnis Islam (Y)

Nomor

F1 (Pelaksanaan Etika Bisnis Islam 1) 0,711** 0,000 Valid

F2 (Pelaksanaan Etika Bisnis Islam 2) 0,710** 0,000 Valid

F3 (Pelaksanaan Etika Bisnis Islam 3) 0,790** 0,000 Valid

F4 (Pelaksanaan Etika Bisnis Islam 4) 0,740** 0,000 Valid

F5 (Pelaksanaan Etika Bisnis Islam 5) 0,830** 0,000 Valid

F6 (Pelaksanaan Etika Bisnis Islam 6) 0,610** 0,000 Valid

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS

Tabel di atas menunjukkan variabel pelaksanaan etika bisnis Islam

mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi

lebih kecil dari 0,05.

b. Hasil Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk menilai konsistensi dari instrumen penelitian.

Suatu instrumen penelitian dapat dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha berada

diatas 0,6. Tabel-tabel berikut menunjukkan hasil uji reliabilitas untuk variabel

kondisi ekonomi (X1), variable tingkat pendidikan (X2), variable Persaingan usaha

(X3) dan variable pelaksanaan etika bisnis Islam (Y).

Tabel 4.7

Uji Reliabilitas Variable Kondisi Ekonomi (X1)

Variabel X1 Total korelasi Cronbach’s Alpha Keterangan

D1 (Kondisi Ekonomi 1) 0,526 0,469 Cukup Reliabel

D2 (Kondisi Ekonomi 2) 0,529 0,443 Cukup Reliabel

D3 (Kondisi Ekonomi 3) 0,349 0,744 Reliabel

(56)

Pada uji reabilitas variable kondisi ekonomi (X1), Cronbach’s Alpha pada butir

pertanyaan D1 yaitu menunujukkan angka 0,469, itu berarti bahwa variable tersebut

masuk kedalam kelas 0,40 s/d 0,60 dengan tingkat realibilitasnya yaitu cukup reliable.

butir pertanyaan D2 menunjukkan 0,443, memiliki tingkat reliabilitas yang sama dengan

D1 yaitu cukup reliable. Pada butir D3 menunjukkan 0,744, variable tersebut masuk

kedalam kelas 0,60 s/d 0,80 dengan tingkat realibilitasnya yaitu reliable. Itu berarti

bahwa variable kondisi ekonomi dalam instrument penelitian ini dikatakan reliable.

Tabel 4.8

Uji Reliabilitas Variable Tingkat Pendidikan (X2)

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS

Pada uji reabilitas variable tingkat pendidikan (X2) dalam setiap butir pertanyaan

menunjukkan nilai cronbach’s alpha berada di atas kelas 0,6 s/d 0,80. Pada butir

pertanyaan B1 yaitu menunjukkan angka 0,658. Butir pertanyaan B2 menunjukkan angka

0,687. Butir pertanyaan B3 menunjukkan angka 0,745. Butir B4 menunjukkan angka

B1 (Tingkat Pendidikan b.1) 0,430 0,658 Reliabel

B2 (Tingkat Pendidikan b.2) 0,752 0,687 Reliabel

B3 (Tingkat Pendidikan b.3) 0,548 0,745 Reliabel

B4 (Tingkat Pendidikan b.4) 0.532 0.639 Reliabel

Gambar

Gambar Hasil Uji Normalitas
Tabel 3.1 Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha
grafik plot antara nilai prediksi varibel terikat (dependen) yaitu ZPERD dengan
Tabel 3.2 Variabel, Indikator, dan Butir Pertanyaan untuk Kuesioner
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul Analisis Struktural dan Nilai Pendidikan dalam Naskah Drama Melik Nggendhong Lali Karya Udyn Upewe

Pertambahan bobot tertinggi terjadi pada ikan kerapu hibrid yang diberi perlakuan pakan dengan bakteri probiotik (237±0,04%) diikuti pakan dengan enzim

Balai tersebut hanya menggunakan pakan buatan sebagai pakan ikan sedangkan pakan alami belum pernah digunakan, oleh karena itu peneliti termotivasi untuk menggunakan pakan

Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan pemodelan serta prediksi jumlah penumpang pelabuhan Bakauheni selama periode Tsunami Selat Sunda menggunakan

Berdasarkan persepsi yang diberikan konsumen terhadap green marketing menunjukkan bahwa mereka mengerti bentuk promosi yang dilakukan untuk mengajak menggunakan

Leukosit janin dengan nilai hitung sel darah putih sekitar 18.00/mm 3 merupakan nilai normal saat bayi lahir.Jumlah leukosit janin, yang sebagian besar terdiri dari polimorf ini

Tabel 4.8 Perbandingan Peak yang Dihasilkan dari Pengujian XRD dengan Database Quartz low dan Cristobalite pada JCPDS-ICDD

Terkait dengan etika bisnis pedagang beras, buah, dan daging di Pasar Tradisional Roworejo seharusnya pedagang berlandaskan pada etika bisnis dalam Islam sehingga para