• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan ekonomi Islam terhadap program penguatan model lembaga usaha ekonomi pedesaan (DPM-LUEP) (studi pada dinas tanaman pangan dan hortikultural Lampung Selatan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan ekonomi Islam terhadap program penguatan model lembaga usaha ekonomi pedesaan (DPM-LUEP) (studi pada dinas tanaman pangan dan hortikultural Lampung Selatan)"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

LEMBAGA USAHA EKONOMI PEDESAAN (DPM-LUEP)

(Studi pada Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Lampung Selatan)

Disusun oleh : ARIE MARDHIKA

203046101780

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

ii

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian... 4

D. Metodologi Penelitian ... 5

E. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG PEMBIAYAAN DALAM EKONOMI ISLAM ISLAM A. Pengertian Pembiayaan Ekonomi Islam... 13

B. Prinsip-Prinsip Pembiayaan Ekonomi Islam ... 15

C. Tujuan Pembiayaan Ekonomi Islam... 19

D. Pembiayaan dalam Ekonomi Islam; Ar-Rahn ... 19

BAB III DANA PENGUATAN MODAL LEMBAGA USAHA EKONOMI PEDESAAN LAMPUNG SELATAN. A. Gambaran umum wilayah Lampung Selatan ... 26

B. Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan ... 29

(3)

ii

3. Tujuan Pembiayaan... 34 4. Organisasi Pelaksanaan ... 36 C. Prosedur Pelaksana dan Pendamping Dana Penguatan Modal

Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan ... 40 1. Prosedur Pelaksanaan DPM-LUEP ... 40 2. Pendamping Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan ... 47

BAB IV ANALISIS DANA PENGUATAN MODAL LEMBAGA USAHA EKONOMI PEDESAAN DI LAMPUNG SELATAN A. Tinjauan Ekonomi Islam terhadap praktek Dana Penguatan

Modal Lembaga Ekonomi Pedesaan (DPM-LUEP) ... 49 B. Tinjauan Ekonomi Islam terhadap praktek Dana Penguatan

Modal Lembaga Ekonomi Pedesaan (DPM-LUEP) ... 55

BAB V PENUTUP

(4)

1 A. Latar Belakang Masalah.

Kebahagiaan manusia telah menjadi tujuan utama dari semua masyarakat manusia. Namun terdapat perbedaan mengenai apa yang membentuk kebahagian hidup manusia tersebut dapat terealisasikan. Di dunia meskipun materi bukanlah satu-satunya isi dari kebahagiaan itu, akan tetapi materi tersebut dapat terwujud apabila tujuan-tujuan materi dapat terealisasikan. Adapun tujuan-tujuan materi tersebut antara lain adalah pengentasan kemiskinan, pemenuhan kebutuhan hidup, dan tersedianya peluang bagi setiap manusia untuk hidup terhormat serta distribusi pendapatan dan kekayaan yang merata.1

Masalah kemiskinan memang merupakan suatu masalah panjang yang terus menerus dihadapi dan dirasakan oleh masyarakat dari dahulu sampai sekarang. Keberadaannya disebabkan oleh faktor yang sangat kompleks. Salah satunya adalah kurangnya peluang atau kesempatan masyarakat yang sebagian umat Islam untuk berusaha. Hal ini disebabkan baik oleh monopoli, maupun sulitnya para pengusaha untuk mendapatkan modal.

Negara Republik Indonesia yang susunan kehidupan rakyat dan perekonomiannya bersifat agraris, sehingga mayoritas penduduk Indonesia bekerja sebagai petani. Karena dalam perkembangannya usaha gabah banyak

(5)

mengalami kendala terutama di sektor permodalan. Sementara untuk mendapatkan pinjaman modal dari lembaga resmi (Perbankan) mengalami kesulitan dan dihadapkan dengan bunga yang cukup tinggi.

Dalam situasi seperti ini, masyarakat terpaksa meminjam modal kepada rentenir atau lintah darat dengan syarat adanya jaminan/agunan yang lebih besar dari pada pinjaman. Kondisi ini sungguh sangat tidak menguntungkan bagi pengusaha gabah, karena mereka akan semakin terpuruk dengan beban lilitan hutang dan bunga jaminan yang sangat besar.

Di dalam Islam, masalah jaminan pemberian modal dinamakan dengan Ar-rahn, yang berarti tsubud dan dawam (tetap dan lestari). Akad Rahn menurut syara' adalah menahan sesuatu dengan cara yang dibenarkan yang memungkinkan untuk ditarik kembali, yaitu menjadikan barang yang mempunyai nilai harta benda menurut syara' sebagai jaminan hutang hinga orang yang bersangkutan boleh mengambil hutang semuanya/sebagianya. Ar-rahn juga termasuk transaksi yang mengunakan surat berharga (sebagai jaminan) dengan barang.

Para pengikut mazhab syafi'i mendefinisikan bahwa rahn adalah menjadikan nilai jaminan sebagai ganti utang tatkala tidak bisa melunasinya, penekanan pada “nilai” menunjukan pada tidak bolehnya rahn manfaat (sesuatu yang memberikan manfaat), Karna manfaat itu bisa hilang tanpa jaminan.

(6)

gabah. Mereka merasa kurang mendapat kesempatan dan ketersediannya modal sebagai biaya untuk membeli kembali gabah yang selalu mengalami fluktuasi.

Adapun di Lampung terdapat sebuah wadah yang dapat mengatasi masalah yang dihadapi oleh para pengusaha gabah tersebut, melalui Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Lampung Selatan. Dengan adanya program pemerintah Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan, para pengusaha tidak akan mengalami kesulitan dalam mendapatkan modal usaha dengan adanya jaminan/agunan didalamnya dan hal ini jika dilihat dari rumusan pinjaman modal dalam Islam maka ia sama dengan konsep Ar-rahn, di mana

untuk memperoleh modal usaha pengusaha gabah harus menyerahkan barang sebagai agunan kepada Dana Penguantan Modal (pemerintah), yang mana agunan tersebut harus lebih besar dari modal usaha yang mereka pinjam dan memenuhi segala administrasi yang dibutuhkan, dan pengembelian hanya sejumlah modal tersebut tanpa ada bunga di dalamnya.

(7)

Oleh karenanya, berdasarkan pemaparan latar belakang di atas maka timbulah masalah apakah proses yang dilakukan dana penguatan modal tersebut sesuai dengan ekonomi Islam atau tidak, oleh karena itu melalui tulisan ini, penulis mencoba untuk mengkaji lebih dalam yang diterapkan oleh Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Lampung Selatan tersebut dengan judul, “Tinjauan Ekonomi Islam Terhadap Program Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (DPM-LUEP) (Studi pada Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Lampung Selatan)”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah di atas, maka dapatlah dirumuskan pokok masalahnya yakni;

1. Bagaimana Program dan Pelaksana Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedasaan terhadap para pengusaha gabah di Lampung Selatan? 2. Apakah Program Dana Penguatan Modal Ekonomi Pedesaan sudah sesuai

dengan Ekonomi Islam?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian.

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

(8)

b. Untuk mengetahui Program Dana Penguatan Modal Lembaga Ekonomi Pedesaan sudah sesuai dengan Ekonomi Islam?

2. Kegunaan Penilitian.

a. Secara teoritis penelitian ini digunakan untuk memberikan wawasan keilmuan umat Islam tentang teori dan praktek pemberian modal yang baik dan sesuai dengan ekonomi Islam.

b. Secara praktis, penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan tentang perkembangan pemikiran Ekonomi Islam.

D. Metode Penelitian

Mengingat pentingnya metode dalam penelitian, maka dalam usaha menyusun skripsi ini digunakan cara-cara berfikir dalam rangka membahas pokok-pokok permasalahan yang dirumuskan agar penelitian ini dapat terlaksana secara obyektif ilmiah dan mencapai hasil yang optimal. Untuk itu perlu diperhatikan beberapa hal yaitu:

1. Jenis dan Sifat Penelitian.

Apabila dilihat dari jenisnya, penelitian ini termasuk dalam penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang bertujuan untuk mempelajari

secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan sesuatu kelompok sosial, individu, lembaga, badan atau masyarakat.2

2 Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, Bumi Aksara, Jakarta, 1997, hlm.

(9)

Apabila dilihat dari sifatnya penelitian ini termasuk dalam penelitian “deskriptif normatif” yakni suatu penelitian yang bertujuan untuk

menggambarkan secermat mungkin mengenai suatu yang menjadi objek, gejala/kelompok tertentu. Dalam hal ini ingin menggambarkan apa adanya mengenai Tinjauan Ekonomi Islam terhadap Program Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (LUEP) dan Tinjauan Ekonomi Islam terhadap Agunan apakah sesuai dengan ekonomi Islam atau tidak.

2. Jenis dan Sumber Data.

Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu: data primer dan data sekunder. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Lampung Selatan ( Kalianda ).Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari refrensi dan bacaan lain yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.3

3. Populasi dan Sampel. a. Populasi.

Populasi adalah “Semua individu untuk siapa kenyataan yang diperoleh dari sampel itu hendak digeneralisasikan.”4 Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh pegawai dinas tanaman pangan dan hortikurtura, penerima dana penguatan modal dan pendamping lembaga

3

Ibid., hlm. 125

4 Sutrisno Hadi, Metodolagi Research I, Yayasan Penerbitan Fakultas UGM, Yogyakarta,

(10)

usaha ekonomi pedesaaan kabupaten Lampung Selatan, yang berjumlah 135 jiwa serta para pihak yang terkait dalam permasalahan skripsi ini. b. Sampel.

Yang dimaksud dengan sampel adalah “sebagian populasi atau seluruh populasi yang di selidiki.”5 Penulis dalam menetapkan sampelnya menggunakan sampel non random sampling, artinya tidak semua individu yang penulis jadikan sample.6 Namun penulis akan mengambil orang-orang tertentu saja yang dijadikan sampel yang berjumlah 9 orang-orang, yakni pihak pegawai yang berjumlah 1 orang, yaitu Bapak Puadi, SP. Para pihak penerima dana penguatan modal yang berjumlah 6 orang, yaitu Bapak Sugio, Bapak Hasbuna, Bapak Suyatno, Bapak M. Irwanto, Bapak Rohiyin, Bapak Ridwan. Pendamping lembaganya adalah 2 orang, yakni Bapak Akmal dan Ruri Ardilawati. Dengan sample di atas maka penulis dapat mengetahui secara jelas tentang program dan pelaksanaan pemberian dana penguatan modal usaha ekonomi pedesaan di Kabupaten Lampung Selatan. Dengan demikian sampel ini dapat membantu penulis mendapatkan data yang berkaitan dengan pelaksanaan pemberian dana penguatan modal usaha.

5 Hodari Nawawi, Metode Logi penelitian Bidang Sosial, Gajah Mada Universitas Press,

Yogyakarta, 1991, hlm. 31

(11)

4. Teknik Pengumpul Data.

Adapun teknik Pengumpulan Data yang dilakukan sebagai berikut : a. Data Primer dengan menggunakan metode interview.

Metode interview, yakni “suatu proses tanya jawab lisan pada dua orang

atau lebih berhadapan dengan fisik yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengarkan dengan telinganya sendiri”. Metode interview

digunakan untuk mendapatkan data dan informasi tentang Program DPM-LUEP pada Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura. Hal ini dilakukan dengan cara tanya jawab secara langsung dengan pihak-pihak yang terkait dan benar-benar mengetahui tentang permasalahan dalam penelitian ini dengan bentuk interview bebas terpimpin. Artinya, penginterview di dalam mengajukan pertanyaan kepada responden secara bebas menurut irama dan kebijaksanaan interview, namun masih dipimpin oleh garis besar kerangka pertanyaan yang telah dipersiapkan secara seksama oleh

interviewer.

b. Data Sekunder dengan menggunakan.

(12)

2) Observasi, yakni “pengamatan dan pencatatan fenomena-fenomena yang diselidiki”. Jadi obsevasi merupakan alat pengumpul data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan dengan cara yang sistematis terhadap hal yang ditelitinya. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode non partisipan, yaitu penulis tidak melibatkan diri dalam objek penelitian.

5. Metode Pengolahan Data.

Pengolahan data dilakukan dengan cara;

a. Pemeriksaan data (editing) di mana data yang terkumpul di koreksi apakah

sudah cukup lengkap, sudah relevan dengan masalah.

b. Penandaan data (coding) yaitu memberi catatan atau tanda yang

menyatakan jenis sumber data.

c. Rekontruksi data (reconstructing) yaitu menyusun ulang data secara

teratur, berurutan, logis sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan. d. Sistematisasi data (sistematizing) yaitu menempatkan data menurut

kerangka sistematika bahasan berdasarkan urutan masalah.7 6. Metode Analisa Data.

a. Teknik Berpikir.

Dari semua data yang telah terkumpul diolah secara sistematis dengan menggunakan pola berfikir:

(13)

1) Induktif.

Yaitu menarik kesimpulan, berawal dari yang khusus, lalu pada yang umum, atau mengemukakan ciri-ciri yang ada pada masalah hingga dapat dikelompokan ke dalam nash. Metode induktif ini juga

digunakan dalam mengolah data hasil penelitian lapangan yang berangkat dari pendapat perorangan kemudian dijadikan pendapat dan pengetahuan yang bersifat umum. Kemudian penulis mengadakan perbandingan antara teori yang ada dengan kenyataan yang terjadi di lapangan guna mengambil kesimpulan.

2) Deduktif.

Yaitu menguraikan masalah-masalah yang umum hingga yang khusus, atau menguraikan nash yang bersifat umum dan menafsirkannya hingga masalah yang dijumpai.8 Metode ini digunakan untuk memperoleh gambaran umum mengenai proses pemberian dana penguatan modal pada lembaga usaha ekonomi pedesaan Kabupaten Lampung Selatan, melalui penelaahan berbagai literatur. Dari gambaran umum tersebut, kemudaian ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.

b. Metode Analisa Data.

Berdasarkan teori-teori di atas, maka sesungguhnya penelitian yang dilakukan oleh penulis ini pada dasarnya menggunakan metode analisa deskriftif-kualitatif, yaitu suatu metode yang prosedur penilaiannya dapat

[image:13.595.112.514.187.565.2]
(14)

menggambarkan data-data yang berupa kata-kata tertulis atau berupa lisan dari orang atau prilaku yang diamati.

E. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, untuk mempermudah memahami dari isi skripsi, maka penulis membagi isi skripsi ini terdiri dari lima bab, tiap bab yang didalamnya terdiri dari beberapa sub bab, Adapun sistematika sebagai berikut: BAB I: Bagian pendahuluan sebagai abtraksi isi skripsi, memuat latar

belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II: Mengenai landasan teori Pembiayaan dalam Ekonomi Islam yang berisikan bahasan umum tentang pengertian pembiayaan ekonomi islam, prinsip-prinsip pembiayaan ekonomi islam, tujuan pembiayaan ekonomi islam dan akad ar-rahn dalam pembiayaan ekonomi islam. BAB III: Pada bab ketiga ini akan dijelaskan gambaran umum kabupaten

(15)

BAB IV: Bab ini merupakan inti dan fokus dari skripsi yaitu dengan menganalisa data-data yang telah dikumpulkan pada pembahasan sebelumnya.

BAB V : Bab kelima merupakan penutup dari tahap akhir penulisan skripsi, yang berisi kesimpulan dan saran-saran seputar persoalan yang diangkat dengan uraian kupas tuntas.

(16)

13 A. Pengertian Pembiayaan Ekonomi Islam.

Pada awal Islam, dunia bisnis Islam yang paling populer dan langsung dipraktekkan oleh Nabi Muhammad saw. adalah perdagangan dengan sistem

mudârabah-nya.1 Namun setelah wafatnya beliau, dunia semakin berubah dan

berkembang, termasuk dengan masalah ekonomi, sehingga memunculkan konsep-konsep baru yang kemudian banyak tersebar hampir di seluruh negara di dunia ini. Achyar Eldine menjelaskan, setidaknya dalam praktik ada lima sistem ekonomi yang dikenal masyarakat dunia, yakni kapitalisme, sosialisme, fasisme,

komunisme, dan yang terahir adalah ekonomi Islam.2

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa "Ekonomi Islam" bukanlah wacana baru dalam dunia sosial dan ilmiah. Ia merupakan suatu realitas yang terus menghadirkan kesempurnaan dirinya di tengah-tengah beragamnya sistem sosial dan ekonomi konvensional yang berbasis pada materialisme sekunder. Ekonomi Islam juga merupakan realitas ilmiah yang senantiasa menampakkan jati dirinya di antara konstelasi ilmu-ilmu sosial yang berbasis pada sekulerisme bahkan atheisme.

1 Agustianto, “

Bisnis Rasulullah saw”, dalam http://www.bisnis.com, 18 April 2007

2 Achyar Eldine, “Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam”, dalam http://www.ekonomi.com. 18 April

(17)

Di dalam kedua arus tersebut di atas, ekonomi Islam mewakili sebuah kekuatan baru yang sedang membentuk dirinya untuk menjadi sebuah sistem dan diskursus yang matang serta mandiri dalam penalaran ilmiah. Kehadirannya bukan saja menjadi sebuah jawaban dari ketidakadilan sistem sosio-ekonomi kontemporer, melainkan juga sebagai kristalisasi usaha intelektual yang telah berlangsung sangat panjang dalam kurun sejarah kaum Muslimin.

Terdapat banyak definisi dari para ahli tentang apa yang dimaksud dengan ekonomi Islam (Islamic economics). Berbagai definisi ini meskipun saling

berbeda formulasi kalimatnya, namun mengandung pengertian dasar yang sama. Dan pada intinya, ekonomi Islam adalah suatu ilmu pengetahuan yang berupaya untuk memandang, meninjau, meneliti, dan akhirnya menyelesaikan permasalahan-permasalahan ekonomi dengan cara-cara yang Islami. Adan yang dimaksudkan cara-cara Islami disini adalah cara-cara yang didasarkan atas ajaran

Islam.3

Menurut MA. Manan ekonomi Islam merupakan “Ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai

Islam".4 Sedangkan menurut Umer Chapra seperti yang dikutip oleh Hendrie Anto, ekonomi Islam dapat didefinisikan sebagai cabang ilmu yang membantu

3 Hendrie Anto, Pengantar Ekonomi Mikro Islam, Ekonisia, Fak. Ekonomi UII, Yogyakarta,

2003, hlm. 10

4 Muhammad Abdul Manan, Islamic Economics, Theori and Practice, Diterjemahkan oleh

M.Nastangin, Teori dan Praktek Ekonomi Islam (Dasar-dasar Ekonomi Islam), PT. Dana Bhakti

(18)

merealisasikan kesejahteraan manusia melalui alokasi dan distribusi sumber daya yang langka, yang sejalan dengan ajaran Islam, tanpa membatasi kebebasab

individu ataupun menciptakan ketidakseimbangan makro dan ekologis.5

Dari beberapa definisi tentang ekonomi Islam di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan ekonomi Islam adalah ilmu yang mempelajari perilaku Ekonomi dari masyarakat atau negara muslim dimana nilai-nilai ajaran Islam dapat diterapkan dan Bagaimana Islam memberikan pandangan dan atas berbagai persoalan ekonomi yang dihadapi umat manusia secara umum sehingga dapat membantu merealisasikan kesejahteraan manusia melalui alokasi dana dan distribusi sumber daya yang langka, yang sejalan dengan ajaran Islam.

B. Prinsip Pembiayaan Ekonomi Islam

Arfin Hamid menyebutkan bahwa prinsip-prinsip dari ekonomi Islam itu ada lima, yakni:

1. Prinsip ketuhanan (Ilahiah);

Nilai Ilahiah (ketuhanan) esensinya adalah harus mengejawantah ke dalam

segala dimensi prilaku manusia.6

5 Hendrie Anto,

op.cit., hlm. 11

6 Arfin Hamid, Hukum Ekonomi Islam (Ekonomi Syariah) di Indonesia; Aplikasi dan

(19)

2. Prinsip kepemimpinan (Khilafah);

Dalam hal ini, diilustrasikan bahwa Allah swt yang melegitimasi tugas manusi (sebagai pemilik) dan manusia itu adalah chief executive officer-nya, maka ia

hanya berfungsi sebagai pemegang mandat.7 3. Prinsip keseimbangan (Tawazun);

Maksud dari keseimbangan di sini adalah, bukan hanya berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan duniawi dan ukhrawi, tetapi juga berkaitan dengan keseimbangan antara pemenuhan kepentingan individu dengan kepentingan

kolektif, juga keseimbangan antara lahir dan batin.8 4. Prinsip keadilan ('Adalah);

Dalam hal ini, yang dimaksud dengan adil adalah "la tazlimuna wa la

tuzlamuna" tidak menzalimi dan tidak juga dizalimi.9

5. Prinsip kemaslahatan (Mashlahah).

Prinsip terakhir ini memiliki makna dengan menempatkan pertimbangan kepentingan umum sebagai dasar teori dalam pembentukan hukum.10

Sedangkan Yusuf al-Qaradhawi menyebutkan bahwa prinsip dari ekonomi Islam adalah :

(20)

1. Prinsip bercirikan ketuhanan;

Prinsip ini bertitik tolak dari Allah, bertujuan akhir kepada Allah dan

menggunakan sarana yang tidak lepas dari syari'at Allah.11 2. Prinsip berlandaskan etika;

Yang membedakan Islam dengan materialisme adalah, bahwa Islam tidak pernah memisahkan ilmu dengan akhlak, politik dengan etika, perang dengan etika dan kerabat sedarah sedaging dengan kehidupan Islam. Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah melalui Rasulullah saw untuk membenahi akhlak manusia.12

3. Prinsip bercirikan kemanusiaan;

Maksudnya adalah, bahwa ekonomi Islam tersebut menciptakan kehidupan

manusia yang aman dan sejahtera.13

4. Prinsip yang bersifat pertengahan (moderat/keseimbangan).14

Adapun menurut Ahmad Azhar Basjir prinsip-prinsip ekonomi Islam (mu'amalat) dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Pada dasarnya segala bentuk mu'amalat adalah mubah, kecuali yang

ditentukan lain oleh al-Qur’an dan sunnah Rasul.

11 Yusuf al-Qaradhawi, Daur al-Qiyam wa al-Akhlaq fi al-Iqtishad al-Islami, Alih Bahasa

oleh Zainul Arifin dan Dahlia Husin menjadi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, Gema Insani Press,

Jakarta, 1997, hlm. 31

(21)

2. Mu'amalat didasarkan atas dasar suka rela, tanpa mengandung unsur-unsur paksaan.

Mu'amalat dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan manfaat dan Menghindarkan mudharat dalam hidup masyarakat.

3. Mu'amalat dilaksanakan dengan memelihara nilai keadilan, menghindarkan

dari unsur-unsur pengembalian kesempatan dalam kesempitan.15

Adapun landasan normatif dari ekonomi Islam di Indonesia sebagaimana adalah:

1. Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 Tentang Peradilan Agama.

Pada Pasal 49 disebutkan; Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara

orang-orang yang beragama Islam di bidang :16 a. Perkawinan;

b. waris; c. wasiat; d. hibah; e. wakaf; f. zakat; g. infaq;

h. shadaqah; dan i. ekonomi syari’ah.

15 Ahmad Azhar Basjir,

Asas-asas Hukum Mu'amalat (Hukum Perdata Islam), Perpustakaan

Fak.Hukum UII, Yogyakarta, 1990, hlm. 10

16 Kompilasi Perundang-Undangan Tentang Ekonomi Syariah, Gaung Persada Press, Jakarta,

(22)

2. Keputusan Dewas Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 01 Tahun 2000 Tentang Pedoman Dasar Dewas Syari’ah Nasional-Majelis Ulama Indonesia.17

C. Tujuan Pembiayaan Ekonomi Islam.

Islam berorientasi pada tujuan (goal oriented), prinsip-prinsip yang

mengarahkan pengorganisasian bertujuan secara menyeluruh dalam tata sosial islam. Secara umum tujuan-tujuan itu dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Menyediakan dan menciptakan peluang yang sama dan luas bagi semua orang untuk berperan serta dalam kegiatan ekonomi baik individu maupun kolektif.

2. Memberantas kemiskinan absolut dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar bagi semua individu masyarakat, kemiskinan bukan hanya sebagai penyakit ekonomi, tetapi juga mempengaruhi spiritualisme individu.

3. Mempertahankan stabilitas ekonomi dan pertumbuhan serta meningkatkan kesejahteraan ekonomi.

D. Pembiayaan Dalam Ekonomi Islam; Ar-Rahn 1. Pengertian Ar-Rahn.

Ar-hahn ialah jaminan barang yang dapat dijual sebagai jaminan

hutang, dan kelak (nantinya) dapat dijual membayar hutang, jika yang berhutang tidak mampu membayar hutangnya karena kesulitan. Karna itu

17 Keputusan Dewas Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 01 Tahun 2000 Tentang

(23)

tidak boleh mengadaikan barang wakaf. Ar-Rahn bertujuan untuk membantu

nasabah dalam pembiayaan kegiatan multi guna. Kontrak Rahn dipakai dalam

perbankan dalam dua hal berikut

a. Sebagai prinsip, artinya sebagai akad tambahan terhadap produk lain seperti mudharabah. Bank harus menahan barang nasabah sebagai

konsekuensi dari akad ini.

b. Sebagai produk pinjaman, artinya bank tidak memperoleh apa-apa kecuali imbalan atas penyimpanan, pemeliharaan, asuransi dan administrasi barang yang digadaikan. Oleh karna itu produk ini biasanya diterapkan untuk keperluan sosial, seperti pendidikan dan kesehatan.

Barang yang digadaikan wajib memenuhi criteria: a. Milik nasabah sendiri

Jelas ukuran, sifat, jumlah, dan nilainya ditentukan berdasarkan nilai riil pasar.

b. Dapat dikuasai namun tidak boleh dimanfaatkan oleh bank.18

Secara harfiah, Rahn berarti tsubud dan dawam (tetap dan lestari),

seperti dakatakan maaun raahim (air tetap/diam) dan haalatun raahinan

(keadaan tetap konstan) juga berarti al-habsu dan al-luzam (penahanan dan

(24)

Ialah “tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang diperbuatnya”. Akan Rahn menurut syara' ialah menahan sesuatu dengan cara yang dibenarkan yang memungkinkan untuk ditarik kembali, yaitu menjadikan barang yang mempunyai nilai harta benda menurut Syara' sebagai jaminan

hutang hinga orang yang bersangkutan boleh mengambil hutang semuanya/sebagianya. Ar-rahn juga termasuk transaksi yang mengunakan surat berharga (sebagai jaminan) dengan barang.

Para pengikut mazhab Syafi'i mendefinisikan bahwa rahn adalah menjadikan nilai jaminan sebagai ganti utang tatkala tidak bisa melunasinya, penekanan pada “nilai” menunjukan pada tidak bolehnya rahn manfaat (sesuatu yang memberikan manfaat), karna manfaat itu bisa hilang tanpa jaminan.

Penggikut mazhab Hambali mendefinisikan bahwa Rahn adalah barang yang dijadikan jaminan hutang, Dimana harga barang itu sebagai ganti utang ketika tidak sangup untuk melunasinya.

2. Sifat dan Aspek Hukum Ar-rahn

Sifat Rahn secara umum adalah salah satu jenis transaksi tabarru, karena apa yang diberikan Rahn untuk murtadin bukan atas imbalan akan sesuatu, ia termasuk transaksi (uqud) ainiyah, dimana tidak diangap sempurna

kecuali bila sudah diterima ain al-ma'qud. Dan akad transaksi jenis ini ada 5

(25)

Adapun sebab diisyaratkanya al-qabdh sebagai syarat kesempurnaanya akad-akad ini adalah jenis tabarru', sesuai dengan kaidah yang berbunyi “tidak sempurna tabarru' itu kecuali dengan gabah” sehinga transaksi diangap tidak

ada pengaruhnya sebelum qabdh, sedangkan pelaksanan terjadi setelah ada akadnya.

Dalil-dalil Rahn umumnya dari Al-Quran, as-sunah, dan Ijma'. Adapun dalam Al-Quran al-baqarah (2):289





Artinya: Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang.

(26)

3. Rukun Rahn dan Unsur-unsurnya

Unsur-unsur Rahn ada empat; Rahn (pemlik barang), Murtahin

(pemegang barang), Marhun atau Rahn (barang gadaian) dan Marhun bih

(utang)

Adapun rukun Rahn menurut mazhab hanafi adalah; Ijab qabuldari

Rahn dan Murtahin, sebagaimana disetiap transaksi yang lain. Akan tetapi tidak sempurnanya dan terlaksana kecuali dengan qabdh, yaitu perpindahan barang gadai atau utang, misalnya Rahin berkata “saya gadaikan barang ini dengan apa yang anda miliki sebagai utang (saya)”, dan murtahin berkata “saya terima, atau saya ridha”, dsb. Dan tidak diisyaratkan lafiz Rahn (gadai). Dan seandainya membeli sesuatu kemudian menyerahkan kepada pembeli barang (tertentu) kemudian berkata “pegang ini sampai kuberikan (kubayar) harganya, dibolehkan, karena al-ibrah fi al-‘uqud lil ma’aniy.

Menurut mazhab lain selain hanafi, Rukun Rahn ada empat yakni: sighat, pelaku transaksi, marhun, dan marhun bih.

(27)

kecuali adanya hal tersebut. Apakah hal itu bagian sesuatu atau bukan, makanya pelaku adalah rukun,sehinga tidak terbayangkan terjadinya akadtanpa pelakunya, walaupun tidak termasuk bagiannya.

Keadaan Rahn ada tiga yaitu;

a. Terjadinya bersamaan dengan hutang. Misalnya pedagang mensyaratkan pada pembeli dengan tsaman muajal sampai waktu tertentu, kemudian

diserahkan Rahn bersama harga barang (dagangan). Ini dibolehkan menurut semua mazhab karena kebutuhan yang menuntut hal tersebut. b. Terjadi setelah hutang dan ini diperbolehkan karena hutangnya sudah

jelas dan tetap, sehinga butuh jaminan untuk itu. Sebagian halnya dhaman atau kafalah. Dan ayat “farihaanun maqbuudhah” mengisyaratkan ke

arah itu, karena rahn adalah penganti tulisan, dan tulisan terjadi setelah kejadian.

(28)

4. Hukum Ar-Rahn

Hukum Rahn menurut Syara’ adalah Jaiz (boleh). Tidak wajib

menurut kesepakan ulama karena ia adalah jaminan hutang, maka tidak wajib. Sebagaimana dalam kafalah, adapun firman Allah dalam surat Al-baqarah (2):283 “farihaanun maqbuudhah” adalah arahan buat orang-orang mu’min,

bukan perintah wajib untuk mereka, kemudian ayat berikutnya Allah memerintahkanya ketika tidak adanya penulis, pada hal penulisan bukanlah hal yang diwajibkan berdasarkan firman-Nya “fain amina...” begitu juga yang

mengantikanya (rahn) tidak wajib.19

19

Dr. Wahbah Zulhalli, Fiqih Muamalah, Kapita Selekta Al Fiqhu Al Islam wa Adillahtuhi,

(29)

26

PEDESAAN LAMPUNG SELATAN

A. Gambaran Umum Lampung Selatan.1 1. Secara Geografis

Provinsi Lampung terletak antara 3045' Lintang Selatan dan 103050' – 105050 Bujur Timur dengan luas wilayah 35,376,50 km2.

Batas – batas daerah Provinsi Lampung adalah :

­ Sebelah Utara dengan Provinsi Sumatera Selatan,

­ Sebelah Selatan dengan Selat Sunda,

­ Sebelah Timur dengan Laut Jawa,

­ Sebelah Barat dengan Samudra Indonesia .

Provinsi Lampung sejak tahun 1999, terdiri dari 8 Kabupaten, 2 Kota , 82 kecamatan, dan 2.024 desa.

2. Iklim

Lampung beriklim tropis dengan angin laut lembab yang bertiup dari samudera Indonesia dengan 2 musim angin setiap tahunnya, yaitu: angin bertiup dari arah barat dan barat laut pada bulan November sampai Maret,

(30)

Angin bertiup dari arah timur dan tenggara pada bulan Juli–Agustus, rata–rata kecepatan angin ialah 5,83 km/jam. Curah hujan di Provinsi Lampung pada tahun 1995–1999 berkisar antara 1,293 mm 3,130 mm pertahun. Curah hujan bulanan rata–rata terendah ialah bulan Juni dan Agustus 75,0 mm, dan tertinggi ialah bulan Maret yaitu 345,4 mm. Banyaknya hari hujan tiap bulan berkisar antara 2–27 hari. Temperatur di Provinsi Lampung berkisar antara 22,50C-32,80C dengan kelembaban berkisar antara 80%-88%.

3. Geologi dan Tanah

(31)

4. Pengolahan Lahan

Areal hutan di wilayah Provinsi Lampung pada tahun 1998 masih merupakan areal yang dominan yaitu 985.085 ha walaupun luas hutan terus menerus mengalami penurunan yang diakibatkan oleh perambah hutan. Luas hutan terbesar berada di Kabupaten Lampung Barat sekitar 32.19 % dari seluruh areal hutan Provinsi Lampung. Penggunaan areal hutan yaitu sebagai hutan lindung (HLN), hutan suaka alam (HAS), hutan produksi terbatas (HPT), hutan produksi biasa (HPB), hutan produksi yang dapat di konversi (HPK) dan areas penggunaan lain (APL).

(32)

Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung Selatan. Penggunaan tanah untuk perkebunan dan tegalan/ladang masing–masing 20.65% dan 19.13% dari luas penggunaan tanah di Provinsi Lampung.

B. Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedasaan.

1. Pengertian Dana Penguatan Modal Lembaga Ekonomi Pedesaan

Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (DPM-LUEP) merupakan salah satu kegiatan pembangunan yang membantu petani memperoleh harga serendah-rendahnya sesuai harga pembeliaan pemerintah (HPP). Definisi Dana penguatan modal adalah dana talangan yang bersumber dari alokasi APBN yang digunakan untuk membeli gabah/beras pada saat panen raya. Dana talangan tersebut disalurkan melalui propinsi sebagai dana dekonsentarasi untuk dipinjamkan kepada lembaga usaha ekonomi pedesaan.2

Lembaga usaha ekonomi pedesaan merupakan lembaga yang berbadan hukum atau lembaga yang berbadan usaha di pedesaaan yang bergerak di bidang pembeliaan, pengolahan, pengemasan, dan pemasaran gabah/beras. Lembaga yang berbadan hukum tersebut dapat berupa koperasi tani atau koperasi unit desa. Lembaga yang berbadan usaha dapat berupa usaha milik perorangan atau kolektif yang berintegrasi dengan kelompok tani/gabungan

2 Puadi, Kepala Seksi Kewaspadaan dan Distribusi Pangan Lampung Selatan,Wawancara, 30

(33)

kelompok tani, usaha milik kelompok tani atau usaha milik gabungan kelompok tani.

Adapun bantuan dana tersebut dibarengi dengan adanya agunan di dalamnya. Agunan adalah Jaminan tambahan diserahkan nasabah debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kreditur.3 Agunan dalam kontruksi ini merupakan jaminan tambahan. Tujuan agunan adalah untuk mendapatkan fasilitas dari pemerintah. Jaminan ini diserahkan oleh debitur kepada bank. Sedangkan unsur-unsur agunan yaitu:

­ Jaminan tambahan;

­ Diserahkan oleh kreditur;

­ Untuk mendapatkan fasilitas kredit atau pembiayaan.4

Adapun jaminan adalah “Menjamin dipenuhinya kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan hukum. Oleh karena itu, hukum jaminan erat dengan hukum benda”. Kemudian berdasarkan penjelasan di atas, agunan dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:

­ Agunan materiil (kebendaan), yaitu jaminan kebendaan dan;

­ Agunan imateriil (perorangan), yaitu jaminan perorangan.

Agunan kebendaan mempunyai ciri-ciri “kebendaan” dalam arti memberikan hak mendahului di atas benda-benda tertentu dan mempunyai sifat melekat dan mengikuti benda yang bersangkutan. Sedangkan agunan

3

Undang-Undang Perbankan Nomor. 10 Tahun. 1998, Sinar Grafika, Jakarta, 2002, hlm. 12

4 Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta,

(34)

perorangan tidak memberikan hak mendahului atas benda-benda tertentu, tetapi hanya dijamin oleh harta kekayaan seseorang lewat orang yang menjamin pemenuhan perikatan yang bersangkutan.

Agunan materiil adalah agunan yang berupa hak mutlak atas suatu benda, yang mempunyai hubungan langsung atas benda tertentu, dapat dipertahankan terhadap siapapun, selalu mengikuti bendanya dan dapat dialihkan. Sedangkan agunan imateriil adalah agunan yang menimbulkan hubungan langsung pada perorangan tertentu, hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu, terhadap harta kekayaan debitur umumnya.

2. Sasaran dan tujuan Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan.

Untuk dapat merealisasikan dana talangan ini, maka DPM harus mempunyai sasaran dalam mewujudkan tujuannya. Adapun yang menjadi sasaran DPM-LUEP antara lain:5

a. Sasaran Umum.

1) Terlaksananya pembelian gabah/beras oleh LUEP serendah-rendahnya sesuai harga pembelian pemerintah (HPP).

2) Meningkatkan kemampuan permodalan unit usaha milik kelompok tani/gabungan kelompok tani, koperasi tani, atau KUD untuk mengembangkan usaha di bidang pembelian, pengolahan dan pemasaran gabah/beras.

5 Puadi, Kepala Seksi Kewaspadaan dan Distribusi Pangan Lampung Selatan,Wawancara, 30

(35)

3) Meningkatkan kemampuan kelembagaan petani dalam beroganisasi dan mengembangkan usaha bersama yntuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya.

b. Sasaran Kegiatan.

1) Petani dalam Poktan (Kelompok Tani) yang bergabung dalam Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) atau petani anggota Koptan (Koperasi Tani) atau KUD (Koperasi Unit Desa).

2) Penerima DPM, LUEP/unit usaha dalam Gapoktan, Koptan atau KUD yang memanfaatkan DPM untuk membeli gabah/beras dalam poktan; serta mengembalikan DPM secara tepat waktu dan jumlah.

3) Provinsi pelaksana kegiatan DPM-LUEP di 27 provinsi/kabupaten sentra produksi yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, Riau, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara dan Papua.

Berdasarkan sasaran-sasaran di atas, maka untuk mengukur keberhasilan kegiatan Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan, digunakan beberapa indikator kinerja, yaitu:

a. Indikator Input.

(36)

2) Jumlah alokasi Dana Penguatan Modal per Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan yang ditetapkan.

3) Jumlah poktan dalam Gapoktan yang berintegrasi dengan Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan, petani anggota Koptan/KUD sesuai kontrak.

4) Jumlah gabah/beras yang akan dibeli oleh Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan.

b. Indikator Output.

1) Jumlah Dana Penguatan Modal yang dicairkan oleh Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan secara tepat waktu, jumlah, dan sasaran;

2) Jumlah Dana Penguatan Modal yang dimanfaatkan oleh Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan untuk pembelian gabah/beras dalam poktan;

3) Harga pembelian Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan untuk gabah/beras serendah-rendahnya sesuai harga pembelian pemerintah.

4) Putaran pembelian oleh Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan serendah-rendahnya dua kali.

5) Jumlah pengembalian Dana Penguatan Modal lunas dan tepat waktu. c. Indikator Outcome.

(37)

d. Indikator Benefit.

Meningkatnya penyerapan surplus gabah/beras saat panen pada wilayah kegiatan DPM-LUEP

e. Indikator Dampak.

Stabilnya harga gabah/beras saat panen pada wilayah kegiatan DPM-LUEP pada kisaran harga sesuai HPP untuk gabah/beras.

3. Tujuan Pembiayaan.

Tujuan pembiayaan adalah bahwa Dinas pembinaan pangan dan Hortikultur Lampung Selatan merupakan salah satu lembaga atau dinas pemerintahan yang berupa untuk meningkatkan perekonomian masyarakat khususnya terhadap pengusaha gabah/beras. Sebagaimana dikemukakan oleh bapak Puadi bahwa Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultur Lampung Selatan memberikan layanan kepada masyarakat yang memiliki usaha khususnya pengusaha gabah/beras dan membutuhkan modal untuk usaha berupa pinjaman modal untuk pengembangan usahanya. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa tujuan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultur Lampung Selatan mengadakan pembiayaan ini antara lain:6

a. Menjaga stabilitas harga gabah/beras produksi petani agar tidak jatuh pada saat panen raya.

6 Puadi, Kepala Seksi Kewaspadaan dan Distribusi Pangan Lampung Selatan,Wawancara, 30

(38)

b. Memfasilitasi pengembangan ekonomi di pedesaan melalui usaha pembelian, pengolahan, dan pemasaran gabah/beras.

c. Memperkuat kelembagaan petani sebagi sarana kerja sama untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya.

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa upaya Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultur Lampung Selatan dalam menjaga stabilitas harga gabah, memfasilitasi pengembangan ekonomi, dan memperkuat kelembagaan petani melalui pembiayaan berupa pinjaman modal usaha telah memberikan solusi bagi pengusaha gabah dalam upaya mengembangkan usaha.

Disebabkan sulitnya memperoleh pinjaman dari Bank dan disertai dengan bunga yang cukup tinggi dan angunan lebih dari pinjaman. Alasan klasik dari pengusaha enggan memanfaatkan kredit dari Bank diantaranya adalah birokrasi, lamban dalam menyalurkan kredit, dan minta jaminan lebih mahal dari kredit yang diberikan. Sugyo misalnya, meskipun kini usahanya telah berjalan, namun usahanya tersebut tidak dikembangkan dengan menggunakan kredit dari Bank.

Senada dengan Sugyo, pengusaha asal dari desa palembang, Bapak Hasbunah mengemukakan hal yang sama. Untuk mendapatkan kredit, harus punya nomor pokok wajib pajak (NPWP), setelah NPWP didapat, proses proses perolehan kredit yang dirasakan rumit ini membuat Hasbunah enggan untukl mendapatkan pembiayaan dari Bank.

(39)

pilar ekonomi yang tetap eksis ditengah krisis ekonomi itu samai saat ini belum terpenuhi karena sektor pertanaian masih terbentur masalah izin dan berokrasi.

4. Organisasi Pelaksanaan.

Penyelenggaraan kegiatan DPM-LUEP sebagai berikut:7

a. Menteri pertanian melalui Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian mengalokasikan anggaran kegiatan DPM-LUEP ke 27 provinsi untuk gabah/beras.

b. Menteri Keuangan melalui Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara menerbitkan Surat Edaran/Peraturan mengenai prosedur pencairan DPM-LUEP.

c. Kepala Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian menetapkan pedoman umum pelaksanaan DPM-LUEP tahun 2007 dan melakukan koordinasi teknis dengan instansi terkait di tingkat pusat dan daerah.

d. Tim pengendali pusat yang ditetapkan Menteri pertanian dengan anggota dari berbagai instansi pemerintah dan koordinasikan oleh Kepala Badan Ketahanan Pangan, melaksanakan dan bertanggung jawab dalam pembinaan, pemantauan, evaluasi, dan pengendalian kegiatan DPM-LUEP.

e. Gubernur membuat kesepakatan dengan Bupati/Walikota terhadap pengelolaan DPM-LUEP untuk pembeliaan gabah/beras serta bertanggung jawab terhadap keberhasilan kegiatan DPM-LUEP di daerahnya

7 Puadi, Kepala Seksi Kewaspadaan dan Distribusi Pangan Lampung Selata, Wawancara, 30

(40)

f. Kepala Badan/Dinas/Kantor/Unit kerja yang menangani ketahanan pangan provinsi selaku ketua tim teknis provinsi dan kuasa pengguna anggaran (KPA) yang ditetapkan Gubernur, melaksanakan:

1) Koordinasi kegiatan DPM-LUEP di provinsi dan menetapkan LUEP 2) Pemantauan, evaluasi, pengawasan, pengendalian, dan pelaporan

pelaksanaan kegiatan DPM-LUEP

3) Penetapan pejabat pembuat komitmen (PPK) untuk melaksanakan pengelolaan anggaran, baik administarsi keuangan realisasi fisik kegiatan DPM-LUEP

4) Pembuatan kontrak, penyaluran DPM kepada LUEP , dan pengembalian DPM ke rekening kas negara

5) Penyerahan agunan pinjaman DPM-LUEP beserat nilai tunggakan LUEP kepada KP2LN setelah 50 hari jatuh tempo pengembalian DPM, dengan bukti berita acara.

g. Bendaharawan pengeluaran provinsi bertanggung jawab terhadap administrasi pembukuan untuk pencairan dan penyaluran DPM kepada LUEP sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

h. Bendaharawan penerima provinsi bertanggung jawab terhadap pengembalian DPM-LUEP, dalam hal :

1) Penerimaan pengembalian DPM dari LUEP dan KP2LN

(41)

3) Pengiriman fotocopy/salinan bukti surat setoran pengembalian belanja(SSPB) ke Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian serta ke Biro Keuangan dan Perlengkapan Sekretariat Jenderal Departemen Pertanian

4) Administrasi pembukuan untuk penerimaan pengembalian dan penyetoran pengembalian DPM sesuai ketentuan yang berlaku.

i. Kepala kantor pelayanan piutang dan lelang negara (KP2LN) melakukan proses pelelangan terhadap agunan LUEP yang menunggak dan telah melewati jatuh tempo pengembalian DPM, serta menyerahkan pengembalian DPM kepada bendahara penerina pada Badan/Dinas/Kantao/Unit kerja yang menangani Ketahanan Pangan Provinsi.

j. Tim teknis provinsi dengan anggota dari berbagai instansi terkait di Pemerintah Daerah Provinsi yang ditetapkan Gubernur, melaksanakan dan bertanggung jawab dalam verifikasi, pembinaan, pemantaun, evaluasi, pelaporan, pengendalian dan pengawasan pelaksanaan kegiatan DPM-LUEP serta penagihan pengembalian DPM oleh LUEP.

k. Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam pengelolaan kegiatan DPM-LUEP mencakup penerimaan, penyaluran, penggunaan, dan pengembalian DPM oleh LUEP

(42)

1) Koordinasi kegiatan DPM-LUEP.

2) Pengusulan LUEP calon penerima DPM yang telah mencatat persetujuan Bupati/Walikota kepada badan/dinas kerja yang menangani.

3) Pemantauan, evaluasi, pengawasan, pengendalian dan pelaporan pelaksanaan kegiatan DPM-LUEP.

4) Sosialisasi dan fasilitasi pembentukan serta pembinaan Gapoktan dan pembinaan LUEP.

5) Percepatan pengembalian DPM oleh LUEP.

m. Tim teknis kabupaten/kota dengan anggota berbagai instansi terkait di tingkat kabupaten/kota yang ditetapkan bupati/walikota, melaksanakan dan bertanggung jawab dalam identifikasi, fasilitasi pembentukan dan pembinaan Gapoktan/Koptan/KUD, pemberian rekomendasi, pemantauan, evaluasi, pelaporan, pengendalian, dan pengawasan pelaksanaan kegiatan oleh LUEP serta penagihan pengembalian DPM oleh LUEP.

n. LUEP yang ditetapkan bertanggung jawab dalam:

1) Pembelian gabah petani secara tunai, tepat jumlah, tepat waktu, dan tepat harga.

2) Pengembalian DPM kepada Bendaharawan penerima provinsi secara tepat jumlah dan tepat waktu.

(43)

C. Prosedur Pelaksanaan dan Pendamping Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan.

1. Prosedur Pelaksanaan DPM-LUEP. Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak sugyo seorang pengusaha

diketahui bahwa sistem pembiayaan yang diberikan oleh Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Lampung Selatan sangat membantu, terlebih dengan tanpa adanya bunga dan adanya jaminan yang lebih besar dari kredit yang kita pinjam. Tetapi karena jenis sawahnya tadah hujan yang panennya sekitar bulan maret-april, sementara pengeluaran dana sekitar bulan juni sehingga para pengusaha tidak dapat memanfaatkan hasil pinjamannya. Dan jangka waktu peminjaman hanya 1 Tahun setiap tanggal 15 Desember merupakan jatuh tempo peminjaman. Bagi pengusaha gabah yang mengembalikan setelah tanggal 15 Desembet, wajib membayar denda sebesar 1/1000 (satu per seribu) untuk tiap harinya dan maksimum 5% dari sisa tunggakan selain itu pula biaya administrasi semua pengusaha gabah yang harus membayar.

Penyelenggaraan kegiatan DPM –LUEP dilakukan melalui prosedur berikut:8

a. Penyediaan dan pencairan Dana.

Penyediaan dan pencairan DPM oleh LUEP untuk pembelian gabah atau beras, dilakukan melalui dana APBN dengan mekanisme DIPA

8 Puadi, Kepala Seksi Kewaspadaan dan Distribusi Pangan Lampung Selatan,Wawancara, 30

(44)

yang harus dikelolah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan tahapan sebagai berikut:

1) Menteri pertanian mengusulkan penerbitan surat edaran/peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Mengenai mekanisme pencaiaran DPM-LEUP.

2) Direktur Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan, Menerbitkan Surat Edaran/Peraturan menganai mekanisme pencairan DPM-LUEP untuk disampaikan kepada Kanwil Perbendaharaan dan Kantor Kelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) di 27 propinsi pelaksanaan kegiatan DPM-LUEP.

3) Menteri Pertanian menerbitkan peraturan tentang pelimpahan Wewenang Kepada Gubernur Dalam Pengelolahan dan Tanggung Jawab Dana Dekonsentrasi Departemen Pertanian Tahun Anggaran 2007.

4) Gubernur Menetapkan:

a) Badan/Dinas/Kantor/Unit Kerja yang menangani ketahanan pangan provinsi sebagai penanggung jawab pengelolahan DPM-LUEP.

b) KPA provinsi yang bertanggung jaeab sebagai pengelolah pelaksanaan kegiatan DPM-LUEP.

(45)

e) Pejabat Penguji dan Penerbit SPM Privinsi dan. f) Tim Teknis Provinsi.

5) Kepala Badan/Dinas/kantor/unit kerja yang menangani ketahanan pangan Provibsi menetapkan LUEP, serta selaku KPA menetapkan PPK

6) PPK membuat kontrak dengan LUEP san melalui bendahara pengeluaran mengajukan SPP-LS kepada pejabat pembuat SPM/Penguji SPP dengan melampirkan surat permintaan pembayaran LS oleh LUEP dan kuitansi yang ditandatangani oleh Kepala /Pimpinan LUEP, yang disetujui oleh KPA Provinsi dan Bendaharawan pengeluaran provinsi untuk diteruskan ke KPPN Provinsi.

7) KPPN Provinsi menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) dan mentransfer DPM ke rekening Giro 1 LUEP.

b. Penetapan LUEP.

Penetapan LUEP dilakukan melalui prosedur dengan tahapan sebagai berikut:

1) Gubernur menetapkan Kepala Badan/Dinas/Kantor/Unit Kerja yang menangani ketahanan pangan provinsi sebagai penanggung jawab kegiatan dan menetapkan Tim Teknis DPM-LUEP Provinsi.

(46)

Teknis Kabupaten/Kota, dan mengusulkan calon penerima DPM-LUEP kepada kepala Badan/Dinas/Kantor/Unit Kerja yang menangani ketahanan pangan provinsi.

3) Kepala Badan/Dinas/Kantor/Unit Kerja yang menangani ketahanan pangan provinsi menetapkan peserta kegiatan DPM-LUEP dengan proses penetapan sebagai berikut:

a) Tim Teknis Kabupaten/Kota melakukan identifikasi dan penilaian terhadap LUEP sebagai calon peserta kegiatan.

b) LUEP yang dinilai memenuhi persyaratan, membuat Surat Perjanjian Jual Beli Gabah/Beras, dari Petani dalam Poktan.

c) Atas dasar Surat Perjanjian Jual Beli Gabah/Beras. dari petani dalam poktan oleh LUEP dan hasil identifikasi Tim Teknis Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota mengusulkan: (a) calon LUEP; (b) Kebutuhan Modal Usaha LUEP; dan (c) Wilayah kerja LUEP kepada kepala Badan/Dinas/Kantor/Unit Kerja yang menagani ketahanan pangan provinsi.

d) Usulan dari Bupati/Wlikota terhadap LUEP diverifikasi oleh Tim Teknis Provinsi, yang hasilnya disampaikan kepada Kepala Badab/Dinas/Kantor/Unit Kerja yang menangani ketahanan pangan Provinsi.

(47)

menetapkan: (a) LUEP sebagai pelaksana kegiatan; (b) jumlah dana penguatan modal yang dialokasikan bagi masing-masing LUEP dan (c) jumlah gabah/beras, petani dalam poktan yang akan dibeli oleh LUEP.

c. Penyaluran dan Pengembalian Dana.

Penyaluran DPM kepada LUEP dan data pengembalian DPM dari LUEP dilakukan melalui prosedur berikut:

1) Gubernur bersama Bupati/Walikota menandatangani Surat Kesepakatan Kerjasama tentang penggunaan DPM-LUEP.

2) Dana yang telah diterima melalui Rekening Giro 1 LUEP di Bank pelaksana Kabupaten/Kota, dapat dicairkan oleh LUEP dengan tahapan dan mekanisme sebagai berikut:

a) LUEP mengajukan usulan penarikan DPM-LUEP ke Bank Pelaksana berdasarkan rekomendasi Tim Teknis Kabupaten/Kota. Untuk tahap pertama, usulan pengambilan dana oleh LUEP hanya iperkenankan maksimal 40 persen nilai kontrak;

(48)

c) Berdasarkan usulan penarikan dana oleh LUEP dan rekomendasi Tim Teknis kabupaten/Kota, Bank pelaksana mentransfer ke rekening Giro II LUEP;

d) LUEP dapat mencairkan DPM dari Rekening Giro II, untuk selanjutnya digunakan membeli gabah/beras petani dalam poktan sesuai dengan perjanjian kontrak jual beli.

e) LUEP wajib membeli gabah/beras petani dalam poktan pada wilayah kerja LUEP sesuai dengan kontrak yang disepakati. Untuk putaran pembelian kedua dan seterusnya diatur lebih lanjut dalam petunjuk pelaksanaan di masing-masing provinsi dengan tetap mengutamakan pembelian dari kelompok tani wilayah kerja LUEP.

3) Selambat-lambatnya pada tanggal 15 Desember, LUEP wajib mengembalikan DPM sebesar dana yang diterima ke rekening Bendaharawan penerima provinsi. Bagi LUEP yg mengmbalikan DPM setelah tanggal 15 Desember, wajib membayar denda sebesar satu permil per hari dan maksimum 5% dari sisa tunggakan selambat-lambatnya 50 hari setelah jatuh tempo.

(49)

operasional lainnya) dengan kode lembaga dan unuit organisasi 01811 (Badan Ketahanan Pangan).

5) KPA provinsi melalui PPK mengembalikan jaminan atau agunan LUEP yang telah melunasi DPM baik pokok maupun denda dan dinyatakan dengan berita acara serah terima agunan pinjaman DPM-LUEP.

6) Setelah tanggal 15 desember KPA provinsi merekapitulasi data pengembalian per LUEP untuk kemudian di laporkan kepada Bupati, Gubernur dan Kepala Badan Ketahanan Pangan pada tanggal 1 dan 15 tiap bulannya.

7) Pada saat tidak ada pembeliaan gabah/beras LUEP wajib mengembalikan DPM yang diterimanya ke rekening 1 yang diatur lebih lanjut dalam petunjuk pelaksanaan masing-masing provinsi. d. Penyelesaian Tunggakan.

(50)

2) Penyerahan agunan dilakukuan 50 hari setelah jatuh tempo pengembalian, dengan melampirkan:

a) Data penyerahan kasus piutang.

b) Berkas agunan asli yang diteriam bendahara pengeluaran. c) Akta pemberian hak tanggungan (APHT) dan sertifikat fidusia. 3) Apabila nilai agunan yang dilelang lebih rendah dari nilai tunggakan

maka LUEP wajib melunasi kekurangannya.

4) KP2LN melaporkan perkembangan proses pelelangan kepada kepala Badan/Dinas/Unit kerja yang menangani ketahanan pangan provinsi. Selanjutnya direkapitulasi dan dilaporkan kepada Gubernur.

2. Pendamping Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan.

Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Lampung Selatan dalam merekrutmen pendamping LUEP dengan adanya syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh calon pendamping LUEP antara lain adalah, calon pendamping LUEP harus sarjana/diploma 3, dengan spesifikasi jurusan pertanian, ekonomi dan komputer.

Adapun tugas pokok dari pendamping LUEP adalah:9

a. Melaksanakan tugas bimbingan dan pendamping terhadap LUEP yang menjadi tanggung jawab di wilayah tugasnya.

9 Puadi, Kepala Seksi Kewaspadaan dan Distribusi Pangan Lampung Selatan,Wawancara, 30

(51)

b. Memantau/mengawasi harga pembelian gabah/beras yang dilakukan oleh LUEP kepada kelompok tani.

c. Melakukan pembinaan pembukuan menejemen keuangan LUEP.

[image:51.595.113.514.160.585.2]

d. Membuat laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan LUEP sebulan satu kali setiap tanggal 2 dan disampaikan melalui faximili kepada pusat pengembangan distribusi pangan Badan/Dinas ketahanan pangan Departemen Pertanian RI Jakarta dan di tembuskan kepada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Prpvinsi Lampung dan KabupateN Lampung Selatan.

TABEL 1

PENDAMPING LUEP LAMPUNG SELATAN

NO NAMA PENDIDIKAN

1 2 3 4

Akmal A Yance

Verdiana Dekawati Ruri Ardilawati

S1 Fisip Unila S1 Ekonomi Unila S1 Ekonomi Unila

(52)

49

LEMBAGA USAHA EKONOMI PEDESAAN DI LAMPUNG SELATAN

A. Tinjauan Ekonomi Islam Terhadap Praktek Dana Penguatan Modal Lembaga Ekonomi Pedesaan (DPM-LUEP)

Setelah penulis mengumpulkan data-data pustaka baik yang diperoleh dari dokumen Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan Lampung Selatan tentang Program Dana Penguatan Modal maupun karya pustaka orang lain yang membahas tentang pembiayaan dalam Islam yang kemudian dituangkan dalam menyusun pada bab-bab terdahulu, maka sebagai langkah selanjutnya penulis akan menganalisa data yang telah penulis kumpulkan itu, sebagai berikut.

(53)

Negara Republik Indonesia yang susunan kehidupan rakyat dan perekonomiannya bersifat agraris, sehingga mayoritas penduduk Indonesia bekerja sebagai petani. Untuk itu diperlukan adanya dukungan dari segala sektor baik dari pemerintah maupun lembaga lainnya. Karena dalam perkembangannya usaha gabah banyak mengalami kendala terutama di sektor permodalan. Sementara untuk mendapatkan pinjaman modal dari lembaga resmi (Perbankan) mengalami kesulitan dan dihadapkan dengan bunga yang cukup tinggi.

Dalam situasi seperti ini, masyarakat terpaksa meminjam modal kepada rentenir atau lintah darat. Kondisi ini sungguh sangat tidak menguntungkan bagi pengusaha gabah, karena mereka akan semakin terpuruk dengan beban lilitan hutang dan bunga yang sangat besar, untuk itu diperlukan suatu lembaga keuangan yang dapat menampung kebutuhan pengusaha gabah dalam permodalan yang didapat dengan mudah dan bebas bunga.

(54)

Dinas Tanaman Pangan dan Hotikultura Lampung Selatan merupakan salah satu Dinas Pemerintahan yang berupaya untuk menjaga stabilitas harga gabah/beras, memfasilitasi pengembangan ekonomi dipedesaan melalui usaha pembelian, pengolahan serta pemasaran gabah/beras dan memperkuat kelembagaan petani sebagai sarana kerja sama untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya.

Diantara tujuan dari pengadaan pembiayaan bagi lembaga usaha ekonomi pedesaan antara lain adalah: Pertama, Melakukan pembelian gabah petani dengan

harga serendah-rendahnya sesuai HPP. Kedua, Meningkatkan kemampuan para

pelaku usaha pertanian di pedesaan dalam mengakses modal untuk mengembangkan usaha di bidang pembelian, pengolahan dan pemasaran gabah.

Ketiga, Mengembangkan kelembagaan petani dalam berorganisasi dan usaha

bersama yang lebih komersil.

Adapun bantuan dana tersebut dibarengi dengan adanya agunan di dalamnya. Agunan adalah Jaminan tambahan diserahkan nasabah debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kreditur. Agunan dalam kontruksi ini merupakan jaminan tambahan. Tujuan agunan adalah untuk mendapatkan fasilitas dari pemerintah. Jaminan ini diserahkan oleh debitur kepada bank. Sedangkan unsur-unsur agunan yaitu:

1. Jaminan tambahan; 2. Diserahkan oleh kreditur;

(55)

Adapun jaminan adalah “Menjfamin dipenuhinya kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan hukum. Oleh karena itu, hukum jaminan erat dengan hukum benda”. Kemudian berdasarkan penjelasan di atas, agunan dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:

1. Agunan materiil (kebendaan), yaitu jaminan kebendaan dan; 2. Agunan imateriil (perorangan), yaitu jaminan perorangan.

Agunan kebendaan mempunyai ciri-ciri “kebendaan” dalam arti memberikan hak mendahului di atas benda-benda tertentu dan mempunyai sifat melekat dan mengikuti benda yang bersangkutan. Sedangkan agunan perorangan tidak memberikan hak mendahului atas benda-benda tertentu, tetapi hanya dijamin oleh harta kekayaan seseorang lewat orang yang menjamin pemenuhan perikatan yang bersangkutan.

Agunan materiil adalah agunan yang berupa hak mutlak atas suatu benda, yang mempunyai hubungan langsung atas benda tertentu, dapat dipertahankan terhadap siapapun, selalu mengikuti bendanya dan dapat dialihkan. Sedangkan agunan imateriil adalah agunan yang menimbulkan hubungan langsung pada perorangan tertentu, hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu, terhadap harta kekayaan debitur umumnya.

(56)

kepada Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan dengan pembiayaan ini ditetapkan adanya jaminan (agunan), yang harus Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan serahkan kepada pemerintah dengan syarat, misalnya pengusaha gabah meminjam modal Rp. 100 juta, berarti ia harus menyiapkan agunan sekitar Rp. 125 juta, dan mereka juga dikenakan biaya administrasi yang harus dipenuhi oleh pihak pengusaha, dan jika telah jatuh tempo yakni pada tanggal 15 Desember, maka mereka harus melunasi pinjamannya. Akan tetapi, jika telah jatuh tempo namun belum juga dapat melunasi pinjamannya, maka mereka dikenakan denda dengan perhitungan sebesar satu permil perhari dan maksimum 5% dari sisa tunggakan selambat-lambatnya 50 hari setelah jatuh tempo pembayaran. Dan jika setelah 50 hari belum juga dapat melunasi pinjamannya, maka agunan akan diserahkan ke KP2LN oleh pemerintah dan kemudian pemerintah melakukan lelang. Dan apabila nilai agunan yang dilelang lebih rendah dari nilai tunggakan (hutang), pengusaha gabah wajib melunasi kekuranganya, Dan apabila nilai agunan yang dilelang lebih tinggi dari pada nilai tunggakan (hutang), maka sisanya adalah keuntungan bagi LUEP.

(57)

Dalil bolehnya lelang adalah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa’i dan juga Ahmad.

Úóäú

ÃóäóÓö

Èúäö

ãóÇáößò

Ãóäøó

ÑóÌõáðÇ

ãöäú

ÇáúÃóäúÕóÇÑö

ÌóÇÁó

Åöáóì

ÇáäøóÈöíøö

Õóáøóì

Çááøóåõ

Úóáóíúåö

æóÓóáøóãó

íóÓúÃóáõåõ

ÝóÞóÇáó

áóßó

Ýöí

ÈóíúÊößó

ÔóíúÁñ

ÞóÇáó

Èóáóì

ÍöáúÓñ

äóáúÈóÓõ

ÈóÚúÖóåõ

æóäóÈúÓõØõ

ÈóÚúÖóåõ

æóÞóÏóÍñ

äóÔúÑóÈõ

Ýöíåö

ÇáúãóÇÁó

ÞóÇáó

ÇÆúÊöäöí

ÈöåöãóÇ

ÞóÇáó

ÝóÃóÊóÇåõ

ÈöåöãóÇ

ÝóÃóÎóÐóåõãóÇ

ÑóÓõæáõ

Çááøóåö

Õóáøóì

Çááøóåõ

Úóáóíúåö

æóÓóáøóãó

ÈöíóÏöåö

Ëõãøó

ÞóÇáó

ãóäú

íóÔúÊóÑöí

åóÐóíúäö

ÝóÞóÇáó

ÑóÌõáñ

ÃóäóÇ

ÂÎõÐõåõãóÇ

ÈöÏöÑúåóãò

ÞóÇáó

ãóäú

íóÒöíÏõ

Úóáóì

ÏöÑúåóãò

ãóÑøóÊóíúäö

Ãóæú

ËóáóÇËðÇ

ÞóÇáó

ÑóÌõáñ

ÃóäóÇ

ÂÎõÐõåõãóÇ

ÈöÏöÑúåóãóíúäö

ÝóÃóÚúØóÇåõãóÇ

ÅöíøóÇåõ

æóÃóÎóÐó

ÇáÏøöÑúåóãóíúäö

ÝóÃóÚúØóÇåõãóÇ

ÇáúÃóäúÕóÇÑöíøó

(58)

mau membelinya dengan harga satu dirham.” Nabi saw bertanya lagi,”Ada yang mau membelinya dengan harga lebih mahal?” Nabi saw menawarkannya hingga dua atau tiga kali.

Tiba-tiba salah seorang sahabat beliau berkata,”Aku mau membelinya dengan harga dua dirham.” Maka Nabi saw memberikan dua barang itu kepadanya dan beliau mengambil uang dua dirham itu dan memberikannya kepada lelaki Anshar tersebut… (HR Ahmad, Abu Dawud, an-Nasa`i, dan at-Tirmidzi)

B. Tinjauan Ekonomi Islam Terhadap Praktek Dana Penguatan Modal Lembaga Ekonomi Pedesaan (DPM-LUEP)

(59)

Berdasarkan pemaparan di atas, maka pengusaha gabah terasa sekali dirugikan oleh mereka, karena hampir 80% sawah petani di sana berjenis sawah tadah hujan, yang masa panennya sekitar bulan Maret atau April, sementara pemerintah baru mengeluarkan modal usaha pada bulan juni, sehingga pengusaha gabah tidak dapat memanfaatkan hasil pinjamannya.

Fakta di atas pada akhirnya mematahkan teori Ar-Rahn yang

sesungguhnya dapat dilabelkan pada kegiatan pembiayaan di atas. Hal ini dikarenakan, bahwa Ar-Rahn merupakan jaminan pembiayaan yang dapat

memberikan manfaat yang besar dan tidak pernah membawa kemudharatan kepada pengusaha kecil dalam membangun usahanya. Karena Ar-Rahn

merupakan aqad jaminan (hutang piutang) dengan membayar harta mitsil (harta

yang serupa) kepada orang lain supaya membayar harta yang sama kepadanya. Pengertian tersebut dapat dipahami bahwa aqad Ar-Rahn merupakan aqad

jaminan yang tidak mengharapkan imbalan sesuatu, dalam artian untuk mendapatkan sesuatu yang lebih banyak (keuntungan). Karena dalam aqad

Ar-Rahn ini, Rahin hanya dituntut untuk mengembalikan sesuai dengan nilai

agunan/pinjaman dengan apa yang telah ia pinjam, baik timbangan maupun jumlah (rupiah).

Lebih jelasnya adalah, bahwa Ar-Rahn merupakan jaminan yang diberikan

oleh pemilaik barang (Rahin) kepada pemegang barang (murtahin) berupa

(60)

apabila telah waktunya harus dikembalikan dengan barang yang serupa, baik nilainya, takarannya, jumlahnya waupun sifatnya.

Dalam ajaran agama Islam, setiap muslim diwajibkan untuk menepati janji yang telah dibuat dan disepakati bersama. Sebagaimana Allah swt berfirman “Hai

orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu…”. Dan di dalam ayat lain

Allah juga menegaskan “…dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti

diminta pertanggungan jawabnya.

Dari beberapa ayat di atas dapatlah penulis terangkan bahwa kita diharuskan menepati perjanjian dan tidak boleh mengingkarinya tanpa alasan yang dibenarkan syarak. Dalam hadits Rasulullah juga dijelaskan bahwa orang yang mengingkari janji tanpa alasan yang dibenarkan syarak termasuk ke dalam golongan munafik. “Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda; Tanda-tanda orang yang munafik itu ada tiga, yaitu ; jika berkata-kata ia berdusta, jika berjanji ia menyalahi janjinya, dan jika diberi amanat dia berkhianat.” (HR. Muslim)

Berdasarkan penjelasan di atas maka yang dimaksud dengan peminjam ingkar janji adalah seorang yang sudah berjanji kepada orang lain untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu tetapi dia tidak menepati atau melanggar perjanjian tersebut sesuai dengan ketentuan yang ada atau yang sudah disepakati.

(61)

tersebut melakukan cidera janji, yaitu tidak menepati kewajibannya terhadap seseorang atau instansi tertentu sesuai perjanjian maka ia dikatakan telah melakukan wanprestasi. Terhadap orang yang melakukan wanprestasi, bisa dilakukan tindakan sesuai dengan kondisi dan alasannya.

Akan tetapi, bagaimakah jika pinjaman tersebut tidak dapat dikembalikan karena rugi dari segi sistem yang tidak sehat yang diterapkan oleh LUEP tersebut, atau merugi karena kesalahan nature buakan karena human eror, maka dalam hal

ini penulis dapatkan bahwa dalam ekonomi Islam, bagi mereka yang meminjamkan dianjurkan untuk memberikan perpanjangan waktu terhadap pembayaran hutang, kalau perlu dilakukan pemutihan buku. Sebagaimana firman Allah swt: “Dan jika (orang berhutang) itu dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai ia kelapangan dan menyedekahkan sebahagian atau semuanya hutang itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”

(62)

Berdasarkan pemaparan di atas maka bagaimanakah sesunggunya tinjauan ekonomi Islam terhadap Program Dana Penguatan Modal Lembaga Ekonomi Pedesaan yang diterapkan oleh Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Lampung Selatan tersebut. Dalam hal ini, ekonomi Islam pada dasarnya membolehkan segala praktek bisnis yang dapat memberikan manfaat, hal ini didasarkan pada;

1. Kaidah ekonomi Islam yang menjelaskan tentang dasar pada setiap sesuatu pekerjaan adalah boleh sampai ada dalil yang yang mengaharamkannya. 2. Hadits Rasulullah saw yang menegaskan bahwa kaum muslimin bertransaksi

sesuai dengan syarat-syaratnya selama tidak mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.

Melalui penjelasan ini maka boleh keduanya (antara pemberi pinjaman dan yang meminjam) membuat perjanjian yang tata cara berpiutang, membayar hutang dan akibat hukum jika terjadi wanpretasi. Adapun yang menyalahi aturan agama di dalamnya, karena terjadi riba dalam praktek pengembaliannya ini, dengan artian seorang yang meminjam harus membayar lebih dari jumlah yang ia pinjam, dan ketika terjadi wanprestasi, kreditur meminta gantirugi kelalaian dengan bayaran dari sejumlah uang sebesar 5%.

Memang tidak dapat dipungkiri bahwa secara substansial, ekonomi Islam adalah bagian dari ekonomi positif Indonesia yang bersumber Qur’an, al-Hadits, dan al-ijtihad, terutama yang mengatur tentang al-‘aqdu (hukum

(63)

Gambar

gambaran umum tersebut, kemudaian ditarik
TABEL 1 PENDAMPING LUEP LAMPUNG SELATAN

Referensi

Dokumen terkait

Ada beberapa perbedaan pada sistem ini dibandingkan jika perusahaan menerapkan sistem rekrutmen tradisional, namun perbedaan tersebut bukanlah suatu masalah karena perusahaan

bambu tidak awet. Oleh karena itu rangka bangunan dari bambu, yang tidak diawetkan, hanya dipandang sebagai komponen bangun-an sementara yang hanya tahan tidak lebih dari 5

I ni bagi saya adalah petanda PAS akan menemui 'ajalnya' setelah terjebak dengan 'pakatan ahzab' bersama dengan Parti Keadilan Rakyat (PKR) dan DAP untuk menjatuhkan Kerajaan

Tujuan penelitian dan pengembangan untuk mengembangkan model latihan kombinasi dribbling, passing dan shooting untuk peserta ekstrakurikuler bolabasket SMP Negeri 2

Anak sangat memerlukan bantuan dari orang tua, khususnya dalam masalah belajar. Seorang anak mudah sekali putus asa karena dia masih labil, untuk itu orang tua perlu

Khaled berulangkali menjelaskan bahwa penggantian secara halus dan lebih-lebih jika dilakukan secara kasar, kekuasaan atau otoritas Tuhan (Author) oleh Pembaca

Kesimpulan penelitian ini adalah: (1) pengembangan modul berbasis pendekatan JAS pada materi Gerakan Bumi dan Bulan yang terintegrasi Budaya Jawa dilakukan

STS : Jika keadaan Anda Sangat Tidak Sesuai dengan pernyataan yang ada.. Jika Anda merasa bahwa jawaban yang Anda berikan salah dan Anda