• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan media informasi pemberantasan hama pada udang Vannamei

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan media informasi pemberantasan hama pada udang Vannamei"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Aquakultur merupakan sektor paling produktif saat ini dan terus berkembang. Produktivitasnya yang tinggi serta mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan pangan manusia. Komoditas aquakultur yang menjanjikan saat ini adalah udang vannamei (Litopenaeus vannamei). Bisnis ini banyak diminati oleh masyarakat perairan pesisir pantai di Indonesia terutama pertambakan udang yang sudah sebagian besar merambah pada bidang aquakultur. Udang vannamei merupakan usaha pertambakan dari mulai pengembang biakan benur hingga layak dikonsumsi.

Khusus pada pertambakan Indonesia kesuburan tambak dapat

ditingkatkan dengan cara pemupukan dan pengelolahan air yang lebih

baik, sehingga pemeliharaan udang pada tambak dapat dilakukan

secara maksimal. Banyaknya air yang terkandung dalam hitungan

persentase dapat diistilahkan dengan kadar air yang merupakan salah

satu bagian terpenting, sebab dapat mempengaruhi penampakan,

tekstur, dan kesegaran daya awet bahan pangan.

(2)

yang dewasa. Saat ini hama dalam pertambakan vannamei adalah golongan ikan pemangsa yang biasa disebut hewan predator, yaitu secara langsung dapat memasuki area pertambakan melalui celah - celah atau gorong - gorong pipa penyaringan pada tambak. Mereka mampu merusak pematang, tanah dasar, bahkan pintu air area pertambakan, sehingga ikan golongan predator tersebut seperti ikan kuro, bandeng dapat dengan leluasa memangsa udang vannamei ditambak.

Selama masa pemeliharaan udang, tidak jarang kita menghadapi timbulnya udang- udang yang mati karena terkena wabah penyakit dalam area pertambakan, bahkan sering menimbulkan kematian yang tidak sedikit. Penyakit udang dapat disebabkan beberapa faktor diantaranya terdapat Protozoa, bakteri, atau virus tambak yang biasanya terdapat pada air laut yang kurang sehat. Sekali udang terserang penyakit sulit disembuhkan kembali. Apalagi dalam jumlah yang berton – ton pada tambak. Jamur yang terdapat pada tambak juga berpengaruh besar terhadap kesehatan vannamei. Sedangkan jamur tersebut hanya terdapat pada air tambak dan juga dapat terlihat di bawah mikroskop. Partikel- partikel kotoran yang terdapat pada air tambak juga menjadi dampak udang terserang penyakit.

(3)

sangat berbahaya serta bebasnya pemangsa predator memasuki wilayah pembudidayaan vannamei. Beberapa upaya selalu dilakukan petani untuk menghindari hama predator yang melanda seperti salah satunya menggunakan bahan - bahan beracun berupa pestisida yang tidak mudah terurai diarea pertambakan atau dengan cara pemberian tepung biji teh atau sisa tembakau. Namun hal tersebut masih saja menjadi kendala bagi para petani tambak, sebab hewan predator dalam tambak tak kunjung berhenti. Hal tersebut terjadi dikarenakan tidak adanya informasi berupa media cetak sebagai salah satu penyampaian pesan dalam pemberantasan hama udang vannamei.

1.2. Identifikasi Masalah

(4)

hewan predator yang berkeliaran pada area pertambakan sulit diatasi secara keseluruhan. Dan bagaimana merancang suatu media informasi mengenai pemberantasan hama pada udang Vannamei agar dapat dengan mudah dipahami oleh kalangan para petani tambak.

1.4. Tujuan Perancangan

(5)

BAB II

PERANCANGAN MEDIA INFORMASI PEMBERANTASAN HAMA PADA UDANG VANNAMEI

2.1. Pembudidayaan

2.1.1. Budidaya Ekstensif

Pemeliharaan hewan laut dikolam dengan kepadatan rendah

yang dapat dilakukan oleh beberapa orang yang bersangkutan secara

sederhana untuk menghasilkan hasil yang maksimal. (Hassan, Fuad.

Balai Pustaka. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi dua, Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia)).

2.1.2. Jenis budidaya udang laut

1. Udang Rostris

Udang rostris memiliki nama ilmiah Litopenaeus stylirostris.

Udang jenis ini dapat dibudidayakan pada sistem tertutup pada kelas

pembesaran secara intensif. Udang rostris memiliki tubuh berwarna

biru, mempunyai rostrum bergigi 7 di bagian dorsal dan 1 gigi lunak di

bagian ventral, duri kecil ditemukan pada tepi posterior segmen

abdomen kelima. Daerah budidaya udang rostris terdapat di provinsi

(6)

Sumber : http://www.liveaquaria.com

2. Udang Api - Api

Udang api - api termasuk salah satu jenis udang yang sudah

dapat dilakukan pembudidayaannya.Udang jenis ini memiliki ukuran

tubuh yang tidak besar. Udang api - api memiliki nilai ekonomis penting

dan mempunyai peranan penting dalam siklus rantai makanan dan

transfer energi. Sentra budidaya udang api - api terletak di provinsi

jawa barat, jawa tengah, jawa timur dan provinsi sulawesi selatan.

Gambar 2.2. Udang api- api Sumber :http://www.liveaquaria.com

3. Udang Windu

Windu adalah jenis udang yang memiliki nilai ekonomis cukup

tinggi. Udang windu memiliki nama ilmiah Penaeus Monodon.

Walaupun sempat ambruk akibata serangan hama penyakit. Udang

windu perlahan bangkit dan saat ini mulai berkembang sangat baik di

berbagai daerah di Indonesia. Budidaya udang windu terdapat hampir

(7)

Gambar 2.3. Udang Windu Sumber : http://www.liveaquaria.com

4. Udang Vannamei

Udang vannamei adalah jenis udang yang pada awal

kemunculannya di Indonesia dikenal sebagai udang yang dapat

dibudidayakan dengan tingkat ketahanan yang tinggi terhadap

serangan hama penyakit. Namun sejak tahun akhir 2008, udang

vannamei juga terkena serangan hama penyakit yang menyebabkan

jatuhnya produksi udang secara nasional. Udang vannamei yang

memiliki nama ilmiah Litopenaeus vannamei ini sentra lokasi

budidayanya terdapat pada provinsi Lampung, Jawa Timur, Nusa

(8)

Gambar 2.4. Udang Vannamei Sumber : http://www.liveaquaria.com

2.2. Tambak

Budidaya udang di tambak ialah kegiatan usaha pemeliharaan/

pembesaran udang di tambak mulai dari ukuran benih (benur) sampai

menjadi ukuran yang layak untuk dikonsumsi. Kesuburan tambak dapat

ditingkatkan dengan cara pemupukan dan pengelolaan air yang lebih baik,

sehingga daya dukung untuk memelihara udang lebih besar. Pemberantasan

hama lebih diintensifkan.

2.2.1. Tambak Ekstensif (tradisional)

Tambak udang yang dibuat pada pinggir pantai yang sifatnya

dapat menjangkau secara luas, namun menggunakan peralatan

tradisional atau peralatan seadanya tapi pengairannya diperlukan air

(9)

Hassan, Fuad. Balai Pustaka. Kamus Besar Bahasa Indonesia( Edisi

dua, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia)).

2.3. Hama

Menurut kamus bahasa Indonesia hama merupakan makhluk hidup

atau sesuatu yang hidup dan dapat merusak lingkungan sekitarnya. Hama

dapat merugikan bagi para pembudidaya terutama petani yang hidup

dipesisir pantai.

( Hassan, Fuad. Balai Pustaka. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi dua,

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia)).

Hama dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam, yaitu ;

2.3.1. Hama Pemangsa (Predator)

Predator adalah hewan yang secara langsung membunuh dan

memakan spesies yang di pelihara sehingga jumlah udang dalam

petakan menjadi kurang. Di samping jumlah memakan spesies yang di

pelihara berkurang, juga menimbulkan dampak lain seperti persaingan

dalam pemanfaatan oksigen, mengurangi ruang lingkup bagi

memakan spesies yang di pelihara, di samping itu jatah makanan yang

seharusnya untuk hewan budi daya, akan di makan juga oleh hewan

pemangsa sehingga pertumbuhan udang menjadi terhambat. Jenis-jenis

hewan termasuk dalam golongan predator sangat banyak, mulai dari

(10)

seperti lingsang. (Suyanto, Rachmatun.,& Mujiman Ahmad. (1989).

Budidaya udang. Cetakan V. Bogor: Penebar Swadaya.).

2.3.1.1. Hama Ikan Kuro

Ikan kuro dapat dikenal juga dengan sebutan kuru

(Jakarta). Ikan ini biasa hidup diperairan air pantai yang dangkal

dengan kondisi dasar berlumpur. Makanan hewan tersebut

adalah ikan- ikan kecil dan juga udang. Hal ini berarti ikan kuro

yang merupakan pemangsa terhadap udang- udang muda saat

vannamei sebelum dewasa sehingga dapat merugikan petani

budidaya disekitar. (Suyanto, Rachmatun.,& Mujiman Ahmad.

(1989). Budidaya udang. Cetakan V. Bogor: Penebar Swadaya.).

Gambar 2.5. Ikan Kuro

Sumber : http://www.liveaquaria.com

2.3.1.2. Hama Ikan Lundu

Ikan lundu merupakan salah satu predator liar yang

hidup di dasar berlumpur serta dapat hidup di perairan laut

(11)

sebutan ikan duri (Jakarta), namun dari nama asalnya predator

tersebut berada didaerah Pontianak. Keberadaannya didalam

tambak harus dibasmi sebab predator tersebut tak hanya

memakan hewan kecil seperti udang ataupun ikan- ikan kecil

namun dapat merusak tanah dasar berlumpur bila berada

didaerah tambak sehingga mengakibatkan erosi tanah pada

tambak dan membuat udang strees karena kekurangan oksigen

dengan sendirinya. (Suyanto, Rachmatun.,& Mujiman Ahmad.

(1989). Budidaya udang. Cetakan V. Bogor: Penebar Swadaya).

Gambar 2.6. Ikan Lundu Sumber : http://www.liveaquaria.com

2.3.1.3. Hama Ikan Bandeng

Bandeng merupakan ikan campuran antara air asin

dan air tawar atau payau. Ikan ini dapat hidup sampai

kepinggiran dan tengah laut kemudian secara kontinyu dapat

kembali ke perairan dangkal atau tepi pantai. Hewan ini

termasuk golongan predator yang lincah dibanding dengan ikan

(12)

yang mulai membusuk dalam laut. (Suyanto, Rachmatun.,&

Mujiman Ahmad.(1989). Budidaya udang. Cetakan V. Bogor:

Penebar Swadaya).

Gambar 2.7. Ikan Bandeng

Sumber : http://www.liveaquaria.com

2.4. Pengendalian Hama

Pengendalian hama ialah upaya/ tindakan dalam melakukan

pencegahan agar tidak terdapat masalah yang terjadi didalam area suatu

budidaya. Beberapa cara dapat dilakukan dalam pengendalian hama dalam

tambak antara lain ;

 Cara Fisik

1. Perbaikan Pematang

Lubang - lubang pada pematang sebaiknya diperbaiki, jika terdapat

lubang dapat dilakukan penyumbatan. Cara lain adalah dengan melapisi

tanggul dengan plastik. (Suyanto, Rachmatun.,& Mujiman Ahmad.(1989).

(13)

2. Mekanik (Penangkapan langsung)

Dilakukan dengan menangkapi udang liar, ikan, kepiting dan ular.Cara

ini sangat efektif jika dilakukan teratur sehingga menghemat biaya

pembelian pestisida.(Suyanto, Rachmatun.,& Mujiman Ahmad.(1989).

Budidaya udang. Cetakan V. Bogor: Penebar Swadaya).

3. Penyaringan Air yang Masuk

Air yang ke dalam tambak harus disaring terlebih dahulu, misalnya

dengan ijuk atau dengan saringan yang berukuran halus agar

hewan-hewan liar tidak dapat masuk kedalam petakan tambak. (Suyanto,

Rachmatun.,& Mujiman Ahmad.(1989). Budidaya udang. Cetakan V.

Bogor: Penebar Swadaya).

 Cara Kimiawi

Jika cara fisik mengalami hambatan maka cara kimiawi dapat digunakan

tetapi tetap harus hati-hati dalam pemilihan jenis maupun dosis yang

digunakan. Cara kimiawi lebih menguntungkan dalam hal tenaga dan waktu,

seperti penggunaan pestisida dan sebagainya. (Suyanto, Rachmatun.,&

Mujiman Ahmad.(1989). Budidaya udang. Cetakan V. Bogor: Penebar

Swadaya).

(14)

Udang Vannamei (Litopenaeus Vannamei) memiliki nama umum yaitu vannamei pacific white shrimp (inggris). Udang laut ini menyukai hidup habitat berair dan dasar berlumpur yang merupakan

salah satu varietas jenis udang yang ada, dan merupakan alternative

baru yang diharapkan dapat bersaing dengan udang lainnya.

Disamping tahan terhadap lingkungan selama masa pemeliharaan,

benihnya pun ternyata cukup tahan lama terhadap lingkungan selama

dalam penampungan pengembangbiakan budidaya. Udang memiliki

karakteristik yang sama seperti komoditas hasil perikanan lainnya,

yaitu mudah rusak.

Udang vannamei tergolong mudah dibudidayakan, dan sangat toleran terhadap kepadatan yang tinggi, dan membutuhkan biaya

pakan yang relatif lebih murah. Udang adalah salah satu Famili

Penaeidae, Genus Penaeus.Dengan kulit agak keras, tetapi tidak kaku.

Namun informasi mengenai segala aspek yang menyangkut teknik,

peluang, serta risiko pembudidayaannya masih amat minim dan belum

tersebar ke masyarakat secara lengkap dan utuh.

Tubuh udang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian

kepala dan bagian badan.Bagian kepala menyatu dengan bagian dada

yang terdiri dari 13 ruas, yaitu 5 ruas di bagian kepala dan 8 ruas di

bagian dada.Bagian badan dan abdomen terdiri dari 6 ruas, tiap-tiap

ruas (segmen) mempunyai sepasang anggota badan (kaki renang)

(15)

Anggota famili ini menetaskan telurnya di luar tubuh setelah

telur dikeluarkan oleh udang betina. Udang Penaeid dapat dibedakan

dengan jenis lainnya dari bentuk dan jumlah gigi pada

rostrumnya.Penaeid vannamei memiliki 2 gigi pada tepi rostrum

bagian ventral dan 8 - 9 gigi pada tepi rostrum bagian dorsal. Dan

memiliki karakteristik kultur yang unggul. Berat udang ini dapat

bertambah lebih dari 3 gram tiap minggu dalam kultur dengan

densitas tinggi (100 udang/m2). (Amri, Khairul.,& kanna,

Iskandar.(2008). Budi Daya Udang Vaname Secara Intensif, Semi

Intensif, dan Tradisional.

2.5.2. Siklus Hidup Vannamei

Udang biasa kawin di daerah lepas pantai yang dangkal. Proses

kawin udang meliputi pemindahan spermatophore dari udang jantan

ke udang betina. Peneluran bertempat pada daerah lepas pantai

yang lebih dalam area pertambakan. Telur - telur dikeluarkan dan

difertilisasi secara eksternal di dalam air. Seekor udang betina mampu

menghasilkan setengah sampai satu juta telur setiap bertelur. Dalam

waktu 13-14 jam, telur kecil tersebut berkembang menjadi larva

berukuran mikroskopik yang biasa disebut nauplii/ nauplius.

Tahap postlarva adalah tahap saat udang masih kecil tapi sudah

mulai memiliki karakteristik udang dewasa. Keseluruhan proses dari

(16)

Karakteristik induk udang baik yang lain adalah udang jantan

dan betina memiliki karakteristik reproduksi yang sangat bagus.

Spermatophore jantan berkembang baik dan berwarna putih mutiara.

Udang betina matang secara seksual dan menunjukkan

perkembangan ovarium yang alami. Berat udang jantan dan betina

sekitar 40 gram dan berumur 12 bulan.

Sistem reproduksi vannamei betina terdiri dari sepasang

ovarium, oviduk, lubang genital, dan thelycum. Oogonia diproduksi

secara mitosis dari epitelium germinal selama kehidupan reproduktif

dari udang betina. Berdiferensiasi menjadi oosit, dan menjadi

dikelilingi oleh sel-sel folikel. Oosit yang dihasilkan akan menyerap

material kuning telur dari darah induk melalui sel-sel tubuh udang.

Peneluran terjadi saat udang betina mengeluarkan telurnya yang

sudah matang. Proses tersebut berlangsung kurang lebih selama dua

menit. Vannamei biasa bertelur di malam hari atau beberapa jam

setelah kawin. Udang betina tersebut harus dikondisikan sendirian

agar perilaku kawin alami muncul.(Amri, Khairul.,& kanna, Iskandar.

(2008). Budi Daya Udang Vaname Secara Intensif, Semi Intensif, dan

Tradisional.

2.5.3. Pakan Udang

Pakan adalah makanan/ asupan yang diberikan kepada hewan

(17)

merupakan sumber energi dan materi bagi pertumbuhan dan dan

kehidupan makhluk hidup. Zat yang terpenting dalam pakan adalah

protein. Pakan berkualitas adalah pakan yang kandungan protein,

lemak, karbohidrat, mineral dan vitaminnya seimbang. ((Amri,

Khairul.,& kanna, Iskandar. (2008). Budi Daya Udang Vaname Secara

Intensif, Semi Intensif, dan Tradisional ).

 Pakan Udang Buatan

Pakan Buatan merupakan komposisi atau pencampuran

beberapa macam bahan pakan yang memiliki nilai gizi tertentu

seperti nutrisi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.

Bahan pakan buatan terdiri dari bahan dasar hewan dan

tanaman. Contoh pakan buatan seperti, dedak, pellet, tepung.

((Amri, Khairul.,& kanna, Iskandar. (2008). Budi Daya Udang

Vaname Secara Intensif, Semi Intensif, dan Tradisional ).

 Pakan Udang Alami

Pakan alami adalah organisme hidup baik tumbuhan

ataupun hewan yang dapat dikonsumsi oleh udang. Pakan

alami biasanya adalah organisme yang menghuni perairan

seperti rawa, kolam, sungai situ, danau dan lain lain. Pakan

alami makin banyak jenisnya mulai dari plangton, hewan kecil,

serangga, larva serangga, larva ikan dan lain lain. Pakan alami

(18)

alam terbuka.Hasil tangkapan pakan alami dari alam sangat

bergantung dengan musim dan kualitasnya sangat beragam.

Karena itulah pakan alami perlu di Budidayakan.

2.6. Daerah/ Lokasi Pertambakan

2.6.1. Subang

Wilayah Kabupaten Subang terbagi menjadi 3 bagian wilayah,

yakni wilayah selatan, wilayah tengah dan wilayah utara. Bagian

selatan wilayah Kabupaten Subang terdiri atas dataran tinggi/

pegunungan, bagian tengah wilayah kabupaten Subang berupa

dataran, sedangkan bagian Utara merupakan dataran rendah yang

mengarah langsung ke Laut Jawa. Sebagian besar wilayah pada bagian

selatan Kabupaten Subang berupa perkebunan, baik perkebunan

Negara maupun perkebunan Rakyat, hutan dan lokasi pariwisata. Pada

bagian tengah wilayah Kabupaten Subang berkembang perkebunan

karet, tebu dan buah - buahan dibidang pertanian dan pabrik-pabrik

dibidang Industri, selain perumahan dan pusat pemerintahan serta

instalasi militer. Kemudian pada bagian utara wilayah kabupaten

Subang berupa sawah berpengairan teknis dan tambak berpengairan

air pantai. (http://www.subang.go.id/ pada pukul 09.40 [ 31 desember

2011 ] hari sabtu).

(19)

Kabupaten Subang dilewati jalur utama pada wilayah

Utaranya dan dimanfaatkan juga sebagai jalur alternatif untuk

ke Bandung, Cirebon atau Tasikmalaya. Lintas Subang -

Bandung melalui Kalijati semakin diminati para pengemudi

karena jalannya yang halus dan bebas hambatan apalagi

setelah dibukanya Gerbang Tol Keluar di daerah Sadang.

Persimpangan Jalancagak merupakan persimpangan strategis

karena dari persimpangan tersebut dapat menjangkau

Bandung - Sumedang - Sadang melalui Wanayasa dan Kota

Subang sendiri. Bila dilihat dari pola jaringan jalan yang ada,

aksesibilitas jaringan jalan di kabupaten subang bersifat

sentris, dimana pergerakan antar wilayah yang berseberangan

akan melewati kota kabupaten subang yang berada pada pusat

wilayah kabupaten subang secara keseluruhan.

2. Penduduk

Kabuapten Subang berpenduduk 1.397.352 orang, yang

terdiri atas 693.565 orang laki-laki dan 703.787 orang

perempuan. Bila dilihat dari struktur umur, penduduk

kabupaten Subang terdiri atas 27,41 anak-anak yang berumur

(20)

penduduk yang berumur 20 sampai dengan 39 tahun dan

30,74 % penduduk berusia tua dan atau Lansia. Mayoritas

penduduk Kabupaten Subang terdiri atas Suku Sunda, yang

sebagian besar beragama Islam.

3. Perekonomian

Karena sebagian besar penduduknya masih berpenghasilan

utama sebagai petani dan buruh perkebunan, maka

perekonomian Subang masih banyak ditunjang dari sektor

pertanian. Subang wilayah Selatan banyak terdapat area

perkebunan, seperti karet pada bagian Barat Laut dan kebun

Tehnya yang sangat luas. Subang terkenal sebagai salah satu

daerah penghasil buah nanas yang umumnya kita kenal dengan

nama Nanas Madu. Nanas Madu dapat kita temui di sepanjang

Jalan cagak yang merupakan persimpangan antara Wanayasa -

Bandung - Sumedang dan Kota Subang sendiri. Dodol nanas,

keripik singkong dan selai yang merupakan hasil home industry

yang dapat dijadikan makanan oleh-oleh.

4. Pendidikan

Kabupaten Subang sebagian besar penduduknya yang telah

beruasia di atas 40 tahun hanya mengenyam pendidikan

Sekolah Dasar, sehingga untuk menggerakan perekonomian

rakyat perlu ditunjang dengan keterampilan. Untuk

(21)

generasi dibawah 40 tahun. 10 % warga Subang berada diluar

subang untuk sekolah dan bekerja. Kondisi ini memberikan

kontribusi negatif terhadap kota Subang sendiri, disebabkan

masyarakat subang yang masih dalam kategori usia produkif

lebih memilih sekolah dan bekerja ke luar kawasan subang.

2.6.2. Kehidupan pesisir pantai subang

Masyarakat pesisir senantiasa diidentikkan dengan kehidupan

masyarakat kumuh dan kurang teratur.Banyak fenomena yang

menyebabkan kecenderungan pemikiran tersebut terbukti

kebenarannya.Kebenaran ini tidak lepas dari adanya fenomena

tentang adanya ketertarikan dan kerelaan masyarakat pesisir untuk

berbagi space dengan masyarakat pesisir lainnya dan tinggal saling

berdekatan.

Bagi masyarakat pesisir, hidup di dekat pantai merupakan hal

yang paling mudah dilakukan mengingat segenap aspek kemudahan

dapat mereka peroleh dalam berbagai aktivitas kesehariannya. Dua

contoh sederhana dari kemudahan-kemudahan tersebut diantaranya:

Pertama, bahwa kemudahan aksesibilitas dari dan ke sumber mata

pencaharian lebih terjamin, mengingat sebagian masyarakat pesisir

menggantungkan kehidupannya pada pemanfaatan potensi perikanan

dan laut yang terdapat di sekitarnya, seperti penangkapan ikan,

pengumpulan atau budidaya rumput laut, udang dan sebagainya.

(22)

MCK (mandi, cuci dan kakus), dimana mereka dapat serta merta

menceburkan dirinya untuk membersihkan tubuhnya; mencuci

segenap peralatan dan perlengkapan rumah tangga, seperti pakaian,

gelas dan piring; bahkan mereka lebih mudah membuang air (besar

maupun kecil).

Contoh kemudahan kedua tersebut mempunyai dampak negatif

bagi penduduk pesisir sendiri maupun sumberdaya yang berada di

wilayah pesisir dan laut. Dampak negatif yang diperoleh masyarakat

adalah munculnya kerawanan kesehatan yang disebabkan oleh kurang

higienisnya air dan lingkungan sekitar pantai. Sedangkan dampak

negatif bagi sumber daya adalah munculnya kerawanan terhadap

berkurangnya nilai estetika dan bertambahnya tekanan sedimentasi

berupa limbah rumah tangga baik organik maupun anorganik.

Secara umum kondisi sosial ekonomi masyarakat pesisir di

Kabupaten Subang hampir serupa dengan masyarakat pesisir di

wilayah pesisir lainnya di pantai Jawa Barat bagian utara, dimana

setiap tahun diadakan upacara persembahan yang sering disebut

"Nadran/ sedekah laut".

Rata-rata pendapatan per hari dari masyarakat pesisir Subang

yang dapat diperoleh dari hasil melaut berdasarkan hasil penelitian

lapangan, terhitung sekitar Rp.23.500,00 per hari.

2.7. Analisa Masalah

(23)

Tambak Produktivitas udang dalam tambak

Hama Cara petani sekitar membasmi hama

Predator

Solusi dalam pemberantasan hama melalui media informasi

Gambar 2.8. Skema Berfikir

Budidaya udang sangat diminati banyak pengusaha, khususnya para

petani tambak yang sebagian besar hidup pada daerah pesisir pantai

terutama daerah Blanakan, Kabupaten Subang. Produktivitasnya yang tinggi

serta mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan pangan manusia.

Menjadikan pembudidayaan udang vannamei dengan kondisi ketahanan

hidup di air laut atau payau sangat sulit untuk dipelihara oleh karena adanya

macam- macam golongan hama, antara lain golongan perusak, penyaing dan

golongan predator. Petani tambak sulit mengatasi hama khususnya pada

golongan predator diantaranya ikan bandeng yang sering ditemui disekitar

tambak. Sebelumnya sudah dilakukan beberapa upaya pemberantasan hama

(24)

hama dengan menggunakan jaring dan umpan makanan hama agar muncul

kepermukaan, namun tak kunjung berhasil, malah hama terus berdatangan.

Dari permasalahan tersebut dapat ditemukan solusi bagi para

petambak udang dengan memberikan informasi singkat mudah diserap

melalui metode 3 Langkah yang menitik beratkan dalam “berantas hama”.

Solusi ini yang nantinya menjadi informasi petani atau petambak udang

sekitar daerah blanakan- subang, Jawa Barat untuk mudah memahami

pemberantasan hama udang vannamei dengan media informasi.

2.8. Segmentasi

Target audiens dalam perancangan kampanye adalah masyarakat

sekitar area pertambakan. Sedangkan segmentasinya adalah kalangan petani

tambak yang rata-rata di dominasi oleh remaja dan orang tua, Uraian dari

segmentasinya adalah sebagai berikut :

 Segmentasi

1. Target Primer : Petani tambak udang vannamei.

2. Target Sekunder : Masyarakat pesisir pantai daerah

(25)

7. Ekonomi : Menengah ke Bawah

 Geografis : Blanakan- Kab. Subang ( Jawa Barat )

 Psikografis

8. Psikologis : kehidupan yang sangat

sederhana dan hanya bergantung pada tambak serta

penghasilan tambahan lain yang dapat diperoleh dengan

aktifitas sekitar pesisir pantai, hanya berfikir mencari uang

untuk hari ini, dan esok difikirkan besok.

9. Budaya : Adat sunda asli dan perantauan

10.Minat : Melaut mencari plankton atau

hewan kecil serta merawat area pertambakan untuk

mencari penghasilan sehari- hari.

11.Tangung Jawab : Diri sendiri, orang tua, keluarga

12.Gaya Hidup : Menghabiskan waktu luang

dengan mencari hama predator di dalam tambak, pergi ke

laut mencari plankton untuk pakan udang pada tambak.

2.9. Media Informasi

2.9.1. Definisi Media Informasi

Media informasi sangat penting sekali di zaman modern saat

ini, karena melalui media informasi manusia dapat mengetahui

informasiyang sedang berkembang, selain itu manusia juga bisa saling

(26)

pesan dapat tersampaikan dengan baik jika media yang dibuat tepat

kepada sasaran dan informasi yang disampaikan bermanfaat

bagipembuat dan target.Menurut Sobur (2006) media informasi

adalah “alat-alat grafis, fotografis atau elektronis untuk menagkap,

memproses, dan menyusun kembali informasi visual”. Dengankatalain

media adalah suatu alat untuk memberi informasi kepada orang lain

agar orang mengerti arah dan tujuan yang akan disampaikan.

2.9.2. Jenis- Jenis Media Informasi

Media informasi dapat dibagi menjadi menjadi beberapa

kelompok, Yaitu:

 Media Lini Atas

Merupakan media yang tidak langsung bersentuhan

dengantarget audiens dan jumlahnya terbatas, seperti billboard,

iklantelevis, iklan radio, dan lain-lain.

 Media Lini Bawah

Suatu media iklan yang tidak disampaikan atau

disiarkanmelalui media massa, seperti brosur. Poster, flyer, dan

lain- lain.

 Media Cetak

Media cetak dapat berupa brosur, Koran, majalah,

(27)

 Media Elektronik

Media ini dapat disampaikan melalui radio, kaset,

kamera,handphone, dan internet.

2.9.3. Buku

Buku merupakan suatu media informasi yang sangat efektif

karenadapat dijumpai di mana saja dan kapan saja. Ada banyak sekali

berbagai macam buku, diantaranya adalah buku cerita anak, novel,

komik, kamus, buku saku. Selain harganya yang ekonomis buku juga

mudah dibawa kemana-mana karena ukurannya yang tidak terlalu

besar dan ringan. Melalui buku saku manusia dapat mengetahui

informasi yang sangat luar biasa karena biasanya isi dari buku

tersebut adalah pengalaman pribadi seseorang atau dapat juga dapat

memotifasi orang lain agar bisa hidup lebih maju dan bermanfaat.

Sanyoto (2005) mengatakan bahwa “Buku diartikan sebagai kumpulan

kertas tercetak dan terjilid berisi informasi yang dapat dijadikan salah

(28)

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

3.1. Strategi Perancangan

Untuk mempengaruhi dan mengubah cara lama pemberantasan hama oleh para petani didaerah Blanakan, Kabupaten Subang sebelumnya dibutuhkan suatu bentuk komunikasi yang mampu menyampaikan suatu informasi atau pesan yang dapat dengan mudah dimengerti dan dipahami oleh komunikan. Dalam hal ini penulis memberikan solusi berupa media informasi bagi para petani tambak di Pesisir pantai utara daerah Blanakan - Kabupaten Subang. Strategi perancangan terbagi menjadi empat (4) pendekatan komunikasi yaitu:

3.1.1. Strategi Komunikasi

(29)

 Tujuan Komunikasi

Dengan memberikan informasi tentang bagaimana tiga langkah berantas hama digunakan dalam pemberantasan hama tambak vannamei. Media yang dapat dikemas dalam bentuk media informasi sekiranya agar dapat membantu untuk mengubah prilaku para petani sebelumnya dengan menyamakan perawatan udang jenis lain dengan vannamei. Memberikan informasi dan pengalaman baru kepada para petani tambak sekitar.

 Pesan Utama Komunikasi

Para petani mengerti cara pemberantasan hama tambak yang baik dan benar dengan menggunakan metode tiga langkah berantas hama yaitu sebagai berikut :

1. Pemberian Pestisida :

Semua zat kimia dan bahan lain berupa racun bagi hama yang dipergunakan untuk tambak agar ikan predator tidak mudah dengan leluasa memasuki area pembudidayaan tambak yang dapat mengakibatkan banyak kematian pada udang vannamei.

2. Pembersihan air tambak

(30)

langsung tambak udang dengan menggunakan mata telanjang.

3. Pengecekan pipa saluran air

Tambak yang sudah kotor dapat di bedakan dengan cara penilaian warna air menjadi keruh, terdapat busa berwarna putih di pinggir tambak atau menempel pada tanah dipinggir tambak dan juga daerah sekitar pertambakan. Pengecakan pipa penting dilakukan agar apabila terdapat kebocoran pipa yang mudah dimasuki hama dapat cepat dihindari.

 Materi Komunikasi

Berdasarkan pemikiran dan tujuan perancangan komunikasi bagi kebutuhan petani tambak dalam informasi pentingnya pemberantasan hama, maka dirumuskan materi komunikasi dengan metode tiga langkah berantas hama yang akan menjadi sumber inspirasi gagasan visual dalam perancangan sebuah buku saku.

3.2. Strategi Kreatif

(31)

dari itu perlu dirancang suatu media cetak agar pesan-pesan yang akan disampaikan dapat langsung diterima oleh target sasaran. Melalui konsep mengenai cara menyampaikan pesan untuk para petani vannamei mampu mengikuti metode atau cara tiga langkah berantas hama yang diberikan ke setiap target petani udang melalui media informasi. Melalui penggunaan desain huruf, ilustrasi, layout dan beberapa fotography yang dipakai menjadikan media yang digunakan dapat mudah dipahami oleh sasaran utama yaitu para petani tambak.

3.3. Strategi media

Saat ini perkembangan media cetak digital, sudah terbilang sangat banyak, mulai dari cetak manual, cetak manual dengan bantuan alat cetak foto modern, ataupun digital printing. Media yang digunakan dalam merancang suatu pembahasan seperti studi kasus budidaya vannamei di daerah Blanakan-Kabupaten Subang akan di kemas dalam buku saku tentang tiga langkah berantas hama dalam pembudidayaan vannamei dan beberapa foto yang mencerminkan akibat kerugian budidaya vannamei terhadap hama predator menyerang kondisi tambak dan juga di tambah pesan ringkas sebagai penegas visual yang ada.

3.4. Media Utama

(32)

dari informasi buku tersebut dalam tiga langkah berantas hama pada vannamei. Sehingga target audiens dapat mengerti betapa pentingnya

pemberantasan hama yang ada untuk kelangsungan budidaya vannamei.

3.5. Media Pendukung

Sebagai pendukung media utama, maka media pendukung yang akan digunakan seperti :

1. Poster

Poster merupakan media salah satu media yang cara penyampaian pesan mempunyai jangkauan luas. Media informasi ini menggunakan media poster karena dapat ditempelkan di tempat-tempat yang strategis sesuai dengan lingkungan target audiens, misalnya di sekitar pos kamling penduduk Blankan- Kabupaten Subang, sebab sering dilewati masyarakat sekitar pesisir pantai, puskesmas dan tempat umum lainnya.

2. Spanduk

Media spanduk akan di gunakan ditempat yang strategis sesuai target audiens, seperti di depan area pertambakan, puskesmas/ pasar dan persimpangan jalan.

3. Gantungan kunci

(33)

4. Stiker

Stiker merupakan salah satu media Below The Line. Stiker yang digunakan dalam media informasi ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu stiker yang ditempel pada tempat umum seperti pada angkutan umum, kaca jendela rumah penduduk dan fasilitas umum yang lainnya. Selain itu ada pula stiker khusus untuk dibagikan kepada petani udang khususnya petambak vannamei pada yang sedang berada di pasar tradisional.

6. T-Shirt

T- Shirt pada media informasi ini dibuat untuk memberikan sebuah pengingat pada target audiens.

7. Mug

Media informasi yang di berikan menggunakan gimmick mug dapat memberikan pesan pengingat hampir setiap hari disaat audience memakai media tersebut.

8. Trash Bag

Media informasi yang di berikan menggunakan trash bag dapat memberikan pesan pengingat hampir setiap hari disaat audience memakai media tersebut terutama saat mereka menggunakan perahu atau keperluan lain disekitar pesisir pantai.

9. Celemek

(34)

memakai media tersebut terutama saat mereka sedang berada ditempat pelelangan udang.

10. Jam dinding

Media informasi yang di berikan menggunakan jam dinding dapat memberikan pesan pengingat hampir setiap hari disaat audience memakai media tersebut terutama saat ibu- ibu sekitar daerah blanakan - kabupaten subang sedang berada ditempat pelelangan udang ataupun pasar tradisional.

3.6. Format Desain

1. Media Utama

Format desain yang digunakan adalah bentuk melebar (landscape), format

desain memiliki ukuran yang lebih lebar pada satu sisi lainnya, baik dari sisi

horizontal maupun vertikal.

(35)

1. Media Pendukung

Format desain yang digunakan adalah bentuk memanjang (potrait) serta

dilengkapi maskot pada beberapa media informasi budidaya udang vannamei.

Gambar 3.2. Tata Letak Poster

3.6.1. Font

(36)

tertentu dapat menciptakan kesan atau karakteristik sebuah objek dalam suatu desain.

Pada perancangan media informasi budidaya udang vannamei ini digunakan jenis tipografi verdana sebagai font dominan dan jenis font pristina sebagai font utama. Alasan penulis menggunakan font tersebut karena jenis tersebut sangat sesuai dengan target audiens. Selain itu sesuai dengan konsep visual yang diinginkan yaitu ingin ada kesan kuat dalam pembuatan visual - visual untuk kegiatan media informasi ini.

Verdana

A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z

a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z

1 2 3 4 5 6 7 8 9 0.~!@#$%^&*()_

+”:?

Pristina

A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z

a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z

(37)

3.6.2 Warna

Warna merupakan salah satu unsur desain yang mempengaruhi pesan.Pemilihan warna dalam konsep ini berdasarkan kepada kesan yang ingin disampaikan dan kepada siapa pesan ini ditujukan. Penulis memilih warna - warna yang natural yang disesuaikan untuk segmentasi informasinya.

Warna merah melambangkan keadaan psikologi

Warna yang mengartikan keberanian para petani

tambak dalam membudidayakan dan menjaga udang

dari hama.

Warna orange melambangkan keadaan geografis

Daerah Blanakan, Subang yang memiliki sifat daerah

bersuhu panas dan jalan yang memiliki rintangan

sulit untuk dilalui.

Warna hitam melambangkan penduduk Blanakan-

Subang yang disana kehidupannya sangat

memprihatinkan didalam kesederhanaan dari

penghasilan, pendidikan, kesejahteraan minim.

Gambar 3.3. Warna

3.6.3. Ilustrasi

(38)

Gambar 3.4. Ilustrasi

1. Bentuk jari diambil melalui photo digital tangan.

2. Bentuk sungut udang diambil melalui gambar udang vannamei.

3. Bentuk lekukan kedua tangan jari manis dan kelingking diambil melalui gambar udang matang vannamei.

3.7. Jadwal Penyebaran Media

(39)

BAB IV

TEKNIS PRODUKSI MEDIA 4.1. Teknis Media

Proses pembuatan media informasi dilakukan dengan melalui beberapa tahapan, yaitu :

A. Tahap Sketsa Awal

Tahapan ini dilakukan untuk mencari bentuk awal dari visualisasi media yang akan digunakan, tahapan ini juga berfungsi untuk mempermudah eksekusi media yang akan dibuat.

B. Tahap Eksekusi Visual

Proses eksekusi visual merupakan tahapan pembuatan objek utama yang akan diaplikasikan kedalam media informasi, proses ini diawali dengan pembuatan sketsa gambar yang kemudian akan diolah kembali secara digital.

C. Tahap Perancangan

Tahapan ini berfungsi untuk merancang media-media yang akan digunakan sesuai dengan konsep awal yang telah di buat sebelumnya. Termasuk dalam tahapan ini adalah proses pembuatan layout media dan memasukan informasi yang akan disampaikan. D. Tahap Akhir adalah sebagai berikut :

1. Buku Saku

(40)

Buku saku merupakan media yang memuat informasi tentang tiga langkah berantas hama. Buku saku ini dapat dibaca kapanpun dan dimanapun. Buku saku digunakan sebagai media utama, alasan pemilihan media ini adalah karena buku saku dapat dibagikan langsung kepada masyarakat dan dapat berfungsi sebagai media pengingat.

(41)

2. Poster

Ukuran media : A3 (42,0 cm x 29,7 cm) Teknis Produksi : Cetak Sparasi

Material : Art paper 120 Gr

Poster merupakan media yang cukup efektif untuk menarik perhatian, selain karena biaya yang cukup rendah poster juga dapat ditempatkan dimana saja sehingga jangkauannya luas.

Gambar 4.2. Poster A3

(42)

3. Stiker

Ukuran media : 8 x 8 cm Teknis Produksi : Digital Printing Material : Stiker Poly Poster

Media ini merupakan media pendukung yang dapat dibagikan kepada audiens, yang dapat dengan mudah difungsikan sebagai media pendukung dan sebagai pengingat.

Gambar 4.3. Stiker

4. T-shirt

Ukuran media : All Size Teknis Produksi : Sablon Material : Cotton 30s

(43)

Gambar 4.4. T- Shirt

5. Topi

Ukuran media : All Size Teknis Produksi : Bordir Material : Drill

Topi dipakai para petani daerah Blanakan- Kabupaten Subang, juga menjadi merchandise. Media ini juga cukup efektif sebagai pengingat dan mendukung

media utama, karena bisa dipakai audiens sehingga penyebarannya bisa meluas.

(44)

6. Spanduk

Ukuran media : 100 cm x 80 cm Teknis Produksi : Cetak offset Material : Flexi front lite

Spanduk merupakan media pendukung dari buku saku yang dapat ditempatkan di luar ruangan (outdoor) atau didalam ruangan (indoor). Spanduk sendiri mempunyai fungsi sebagai media penyampaian informasi yang isinya relatif lebih singkat dan mencakup keseluruhan dari pesan atau informasi yang akan disampaikan.

Gambar 4.6. Spanduk

7. Mug

Ukuran media : diameter lingkaran atas mug 7. 2 cm, bawah mug 5 cm Teknis Produksi : Teknik Printing

Material : Mug

(45)

informasi yang isinya relatif lebih singkat dan mencakup keseluruhan dari pesan atau informasi yang akan disampaikan dan mudah dibawa- bawa.

Gambar 4.7. Mug

8. Gantungan kunci

Ukuran media : diameter lingkaran 5 cm Teknis Produksi : Pressing alumunium

Material : Alumunium dan stiker poly texture

(46)

Gambar 4.8. Gantungan kunci

9. Celemek

Ukuran Media : All Size Teknis Produksi : Sablon Material : Plastic

Celemek di berikan secara gratis Media ini juga cukup efektif sebagai pendukung media utama, karena bisa dipakai audiens disaat tertentu sehingga penyebarannya bisa meluas.

(47)

10. Trash Bag

Ukuran Media : 150 cm x 85 cm

Teknis Produksi : Digital Printing, stiker poly poster

Bag trash di berikan secara gratis Media ini juga cukup efektif sebagai pendukung media utama, karena bisa dipakai audiens sehingga penyebarannya bisa meluas.

Gambar 4.10. Trash Bag

11. Jam dinding

Ukuran Media : 23.5 cm x 23.5 cm

Teknis Produksi : Digital Printing, stiker poly poster

(48)

Gambar 4.11. Jam dinding

4.2. Kesimpulan

(49)

Daftar Pustaka

 Amri, Ir. Khairul dan Khairuman, A.Md. (2002). Membuat Pakan Ikan

Konsumsi. Bogor: Agro Media Pustaka

 Amri, Khairul.,& kanna, Iskandar. (2008). Budi Daya Udang Vaname

Secara Intensif, Semi Intensif, dan Tradisional.

 Hassan, Fuad. Balai Pustaka. Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Edisi dua, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia)

 Suyanto, Rachmatun.,& Mujiman Ahmad. (1989). Budidaya udang.

Cetakan V. Bogor : Penebar Swadaya

 http://www.13.itrademarket.com [ 10 Desember 2011 ] hari sabtu  http://www.liveaquaria.com [ 10 Desember 2011 ] hari sabtu

 www.sentra-edukasi.com/2011/06/ph-air.html [ 10 Desember 2011 ]

hari sabtu

 http://www.sentra-edukasi.com [ 10 Desember 2011 ] hari sabtu

(50)
(51)

A. Lembar Bimbingan 1

(52)
(53)
(54)
(55)
(56)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN MEDIA INFORMASI

PEMBERANTASAN HAMA PADA UDANG

VANNAMEI

DK 38315/Tugas Akhir Semester 1 2011/2012

Oleh:

Winand Edy Januar NIM:

51907087

Program Studi

Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(57)

DAFTAR ISI

Bab II PERANCANGAN MEDIA INFORMASI PEMBERANTASAN HAMA PADA UDANG VANNAMEI 2.1. Pembudidayaan ..………..……….………. 5

2.2. Tambak ……….……….………….…… 8

2.3. Hama ……….………..………….….. 9

2.4. Pengendalian Hama ……… 12

2.5. Tinjauan umum udang vannamei………..……….….…. 13

2.6. Daerah/Lokasi pertambakan……….………..… 17

2.7. Analisa Masalah………..………. 22

2.8. Segmentasi ………..………. 23

(58)

Bab III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

3.1. Strategi perancangan ..……….………. 27

3.2. Strategi kreatif ……….……….…….…… 29

3.3. Strategi media ……….………..………….….. 30

3.4. Media utama………..……….….………. 30

3.5. Media pendukung………..……….………..… 31

3.6. Format desain ……….. 33

3.7. Jadwal Penyebaran Media ……… 36

Bab IV TEKNIS PRODUKSI MEDIA 4.1. Teknis Media ..………..……….………. 37

4.2. Kesimpulan ……….………..……….….. 46

DAFTAR PUSTAKA……….……….. 47

(59)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan pengantar tugas akhir. Maksud dari penulisan laporan ini adalah untuk melengkapi dan memenuhi syarat tugas akhir pada program studi Desain Komunikasi Visual Universitas Komputer Indonesia.

Judul laporan ini adalah : PERANCANGAN MEDIA INFORMASI PEMBERANTASAN HAMA PADA UDANG VANNAMEI (daerah Blanakan- Kabupaten Subang). Laporan mengambil judul ini karena penulis membuat media utama buku saku dengan beberapa media pendukung sebagai sarana informasi mengenai sebuah objek tentang pemberantasan hama udang vannamei.

Dalam penulisan laporan ini berharap dapat bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain yang membacanya sebagai bahan referensi. Dalam laporan ini telah disadari bahwa masih ada kekurangan, maka penulisan dimohon untuk dapat dikritik dan mendapat saran dari para pembaca untuk perbaikan masa yang akan datang.

(60)

- Bapak Drs. Hary Lubis, selaku Dekan Fakultas Desain.

- Bapak Taufan Hidayatullah, M.Ds, selaku ketua program studi Desain Komunikasi Visual, Universitas Komputer Indonesia.

- Ibu Rini Maulina, M. Sn., selaku pembimbing selama tugas akhir, yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan laporan dengan sebaik - baiknya.

- Bapak Rahmat Awai selaku salah satu pemilik tambak udang vannamei di daerah Blanakan- Kabupaten Subang yang banyak menyediakan waktunya untuk bersedia diwawancarai untuk mendapatkan informasi.

- Seluruh staf administrasi dan perpustakaan Universitas Komputer Indonesia. - Semua pihak yang telah turut membantu baik tenaga maupun pikiran dalam penyusunan laporan ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga segala kebaikan dan keikhlasan yang telah diberikan semua pihak mendapat balasan yang berlipat ganda dari Tuhan YME dan semoga laporan proyek pengantar tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan penulis sendiri pada khususnya.

Bandung, Februari 2012

(61)

Gambar

Gambar 2.1. Udang Rostris
Gambar 2.2. Udang api- api Sumber :http://www.liveaquaria.com
Gambar 2.5. Ikan Kuro
Gambar 2.7. Ikan Bandeng
+7

Referensi

Dokumen terkait

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik observasi, wawancara (interview), dan dokumentasi. Teknik validitas data yang digunakan dalam penelitian

Judul “PENGARUH ENVIRONMENTAL DISCLOSURE TERHADAP EARNING RESPONSE COEFFICIENT ( ERC) (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Industri Dasar Kimia dan Perusahaan

Hubungan industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/buruh,

Subruang wisata dengan tingkat tantangan rendah (agrowisata) terbagi menjadi (1) ruang budidaya ikan dengan jaring terapung, dimana wisatawan dapat berkeliling area tersebut

Judul :Analisis Pendapatan Petani Tambak Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)Secara Tradisional (Studi Kasus di Kecamatan Duduksampeyan Kabupaten

Dalam metode ini, data primer diperoleh langsung dari Hakim di Pengadilan Negeri Surakarta dan para pihak yang berperkara, data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen hukum

7 Perhitungan kadar protein terjerap pada elektroda 21 8 Potensial dan arus oksidasi terhadap variasi pH 22 9 Potensial dan arus oksidasi terhadap pengaruh suhu 22 10

Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif artinya penelitian yang dilakukan adalah menekankan analisanya pada