BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Aquakultur merupakan sektor paling produktif saat ini dan terus berkembang. Produktivitasnya yang tinggi serta mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan pangan manusia. Komoditas aquakultur yang menjanjikan saat ini adalah udang vannamei (Litopenaeus vannamei). Bisnis ini banyak diminati oleh masyarakat perairan pesisir pantai di Indonesia terutama pertambakan udang yang sudah sebagian besar merambah pada bidang aquakultur. Udang vannamei merupakan usaha pertambakan dari mulai pengembang biakan benur hingga layak dikonsumsi.
Khusus pada pertambakan Indonesia kesuburan tambak dapat
ditingkatkan dengan cara pemupukan dan pengelolahan air yang lebih
baik, sehingga pemeliharaan udang pada tambak dapat dilakukan
secara maksimal. Banyaknya air yang terkandung dalam hitungan
persentase dapat diistilahkan dengan kadar air yang merupakan salah
satu bagian terpenting, sebab dapat mempengaruhi penampakan,
tekstur, dan kesegaran daya awet bahan pangan.
yang dewasa. Saat ini hama dalam pertambakan vannamei adalah golongan ikan pemangsa yang biasa disebut hewan predator, yaitu secara langsung dapat memasuki area pertambakan melalui celah - celah atau gorong - gorong pipa penyaringan pada tambak. Mereka mampu merusak pematang, tanah dasar, bahkan pintu air area pertambakan, sehingga ikan golongan predator tersebut seperti ikan kuro, bandeng dapat dengan leluasa memangsa udang vannamei ditambak.
Selama masa pemeliharaan udang, tidak jarang kita menghadapi timbulnya udang- udang yang mati karena terkena wabah penyakit dalam area pertambakan, bahkan sering menimbulkan kematian yang tidak sedikit. Penyakit udang dapat disebabkan beberapa faktor diantaranya terdapat Protozoa, bakteri, atau virus tambak yang biasanya terdapat pada air laut yang kurang sehat. Sekali udang terserang penyakit sulit disembuhkan kembali. Apalagi dalam jumlah yang berton – ton pada tambak. Jamur yang terdapat pada tambak juga berpengaruh besar terhadap kesehatan vannamei. Sedangkan jamur tersebut hanya terdapat pada air tambak dan juga dapat terlihat di bawah mikroskop. Partikel- partikel kotoran yang terdapat pada air tambak juga menjadi dampak udang terserang penyakit.
sangat berbahaya serta bebasnya pemangsa predator memasuki wilayah pembudidayaan vannamei. Beberapa upaya selalu dilakukan petani untuk menghindari hama predator yang melanda seperti salah satunya menggunakan bahan - bahan beracun berupa pestisida yang tidak mudah terurai diarea pertambakan atau dengan cara pemberian tepung biji teh atau sisa tembakau. Namun hal tersebut masih saja menjadi kendala bagi para petani tambak, sebab hewan predator dalam tambak tak kunjung berhenti. Hal tersebut terjadi dikarenakan tidak adanya informasi berupa media cetak sebagai salah satu penyampaian pesan dalam pemberantasan hama udang vannamei.
1.2. Identifikasi Masalah
hewan predator yang berkeliaran pada area pertambakan sulit diatasi secara keseluruhan. Dan bagaimana merancang suatu media informasi mengenai pemberantasan hama pada udang Vannamei agar dapat dengan mudah dipahami oleh kalangan para petani tambak.
1.4. Tujuan Perancangan
BAB II
PERANCANGAN MEDIA INFORMASI PEMBERANTASAN HAMA PADA UDANG VANNAMEI
2.1. Pembudidayaan
2.1.1. Budidaya Ekstensif
Pemeliharaan hewan laut dikolam dengan kepadatan rendah
yang dapat dilakukan oleh beberapa orang yang bersangkutan secara
sederhana untuk menghasilkan hasil yang maksimal. (Hassan, Fuad.
Balai Pustaka. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi dua, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia)).
2.1.2. Jenis budidaya udang laut
1. Udang Rostris
Udang rostris memiliki nama ilmiah Litopenaeus stylirostris.
Udang jenis ini dapat dibudidayakan pada sistem tertutup pada kelas
pembesaran secara intensif. Udang rostris memiliki tubuh berwarna
biru, mempunyai rostrum bergigi 7 di bagian dorsal dan 1 gigi lunak di
bagian ventral, duri kecil ditemukan pada tepi posterior segmen
abdomen kelima. Daerah budidaya udang rostris terdapat di provinsi
Sumber : http://www.liveaquaria.com
2. Udang Api - Api
Udang api - api termasuk salah satu jenis udang yang sudah
dapat dilakukan pembudidayaannya.Udang jenis ini memiliki ukuran
tubuh yang tidak besar. Udang api - api memiliki nilai ekonomis penting
dan mempunyai peranan penting dalam siklus rantai makanan dan
transfer energi. Sentra budidaya udang api - api terletak di provinsi
jawa barat, jawa tengah, jawa timur dan provinsi sulawesi selatan.
Gambar 2.2. Udang api- api Sumber :http://www.liveaquaria.com
3. Udang Windu
Windu adalah jenis udang yang memiliki nilai ekonomis cukup
tinggi. Udang windu memiliki nama ilmiah Penaeus Monodon.
Walaupun sempat ambruk akibata serangan hama penyakit. Udang
windu perlahan bangkit dan saat ini mulai berkembang sangat baik di
berbagai daerah di Indonesia. Budidaya udang windu terdapat hampir
Gambar 2.3. Udang Windu Sumber : http://www.liveaquaria.com
4. Udang Vannamei
Udang vannamei adalah jenis udang yang pada awal
kemunculannya di Indonesia dikenal sebagai udang yang dapat
dibudidayakan dengan tingkat ketahanan yang tinggi terhadap
serangan hama penyakit. Namun sejak tahun akhir 2008, udang
vannamei juga terkena serangan hama penyakit yang menyebabkan
jatuhnya produksi udang secara nasional. Udang vannamei yang
memiliki nama ilmiah Litopenaeus vannamei ini sentra lokasi
budidayanya terdapat pada provinsi Lampung, Jawa Timur, Nusa
Gambar 2.4. Udang Vannamei Sumber : http://www.liveaquaria.com
2.2. Tambak
Budidaya udang di tambak ialah kegiatan usaha pemeliharaan/
pembesaran udang di tambak mulai dari ukuran benih (benur) sampai
menjadi ukuran yang layak untuk dikonsumsi. Kesuburan tambak dapat
ditingkatkan dengan cara pemupukan dan pengelolaan air yang lebih baik,
sehingga daya dukung untuk memelihara udang lebih besar. Pemberantasan
hama lebih diintensifkan.
2.2.1. Tambak Ekstensif (tradisional)
Tambak udang yang dibuat pada pinggir pantai yang sifatnya
dapat menjangkau secara luas, namun menggunakan peralatan
tradisional atau peralatan seadanya tapi pengairannya diperlukan air
Hassan, Fuad. Balai Pustaka. Kamus Besar Bahasa Indonesia( Edisi
dua, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia)).
2.3. Hama
Menurut kamus bahasa Indonesia hama merupakan makhluk hidup
atau sesuatu yang hidup dan dapat merusak lingkungan sekitarnya. Hama
dapat merugikan bagi para pembudidaya terutama petani yang hidup
dipesisir pantai.
( Hassan, Fuad. Balai Pustaka. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi dua,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia)).
Hama dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam, yaitu ;
2.3.1. Hama Pemangsa (Predator)
Predator adalah hewan yang secara langsung membunuh dan
memakan spesies yang di pelihara sehingga jumlah udang dalam
petakan menjadi kurang. Di samping jumlah memakan spesies yang di
pelihara berkurang, juga menimbulkan dampak lain seperti persaingan
dalam pemanfaatan oksigen, mengurangi ruang lingkup bagi
memakan spesies yang di pelihara, di samping itu jatah makanan yang
seharusnya untuk hewan budi daya, akan di makan juga oleh hewan
pemangsa sehingga pertumbuhan udang menjadi terhambat. Jenis-jenis
hewan termasuk dalam golongan predator sangat banyak, mulai dari
seperti lingsang. (Suyanto, Rachmatun.,& Mujiman Ahmad. (1989).
Budidaya udang. Cetakan V. Bogor: Penebar Swadaya.).
2.3.1.1. Hama Ikan Kuro
Ikan kuro dapat dikenal juga dengan sebutan kuru
(Jakarta). Ikan ini biasa hidup diperairan air pantai yang dangkal
dengan kondisi dasar berlumpur. Makanan hewan tersebut
adalah ikan- ikan kecil dan juga udang. Hal ini berarti ikan kuro
yang merupakan pemangsa terhadap udang- udang muda saat
vannamei sebelum dewasa sehingga dapat merugikan petani
budidaya disekitar. (Suyanto, Rachmatun.,& Mujiman Ahmad.
(1989). Budidaya udang. Cetakan V. Bogor: Penebar Swadaya.).
Gambar 2.5. Ikan Kuro
Sumber : http://www.liveaquaria.com
2.3.1.2. Hama Ikan Lundu
Ikan lundu merupakan salah satu predator liar yang
hidup di dasar berlumpur serta dapat hidup di perairan laut
sebutan ikan duri (Jakarta), namun dari nama asalnya predator
tersebut berada didaerah Pontianak. Keberadaannya didalam
tambak harus dibasmi sebab predator tersebut tak hanya
memakan hewan kecil seperti udang ataupun ikan- ikan kecil
namun dapat merusak tanah dasar berlumpur bila berada
didaerah tambak sehingga mengakibatkan erosi tanah pada
tambak dan membuat udang strees karena kekurangan oksigen
dengan sendirinya. (Suyanto, Rachmatun.,& Mujiman Ahmad.
(1989). Budidaya udang. Cetakan V. Bogor: Penebar Swadaya).
Gambar 2.6. Ikan Lundu Sumber : http://www.liveaquaria.com
2.3.1.3. Hama Ikan Bandeng
Bandeng merupakan ikan campuran antara air asin
dan air tawar atau payau. Ikan ini dapat hidup sampai
kepinggiran dan tengah laut kemudian secara kontinyu dapat
kembali ke perairan dangkal atau tepi pantai. Hewan ini
termasuk golongan predator yang lincah dibanding dengan ikan
yang mulai membusuk dalam laut. (Suyanto, Rachmatun.,&
Mujiman Ahmad.(1989). Budidaya udang. Cetakan V. Bogor:
Penebar Swadaya).
Gambar 2.7. Ikan Bandeng
Sumber : http://www.liveaquaria.com
2.4. Pengendalian Hama
Pengendalian hama ialah upaya/ tindakan dalam melakukan
pencegahan agar tidak terdapat masalah yang terjadi didalam area suatu
budidaya. Beberapa cara dapat dilakukan dalam pengendalian hama dalam
tambak antara lain ;
Cara Fisik
1. Perbaikan Pematang
Lubang - lubang pada pematang sebaiknya diperbaiki, jika terdapat
lubang dapat dilakukan penyumbatan. Cara lain adalah dengan melapisi
tanggul dengan plastik. (Suyanto, Rachmatun.,& Mujiman Ahmad.(1989).
2. Mekanik (Penangkapan langsung)
Dilakukan dengan menangkapi udang liar, ikan, kepiting dan ular.Cara
ini sangat efektif jika dilakukan teratur sehingga menghemat biaya
pembelian pestisida.(Suyanto, Rachmatun.,& Mujiman Ahmad.(1989).
Budidaya udang. Cetakan V. Bogor: Penebar Swadaya).
3. Penyaringan Air yang Masuk
Air yang ke dalam tambak harus disaring terlebih dahulu, misalnya
dengan ijuk atau dengan saringan yang berukuran halus agar
hewan-hewan liar tidak dapat masuk kedalam petakan tambak. (Suyanto,
Rachmatun.,& Mujiman Ahmad.(1989). Budidaya udang. Cetakan V.
Bogor: Penebar Swadaya).
Cara Kimiawi
Jika cara fisik mengalami hambatan maka cara kimiawi dapat digunakan
tetapi tetap harus hati-hati dalam pemilihan jenis maupun dosis yang
digunakan. Cara kimiawi lebih menguntungkan dalam hal tenaga dan waktu,
seperti penggunaan pestisida dan sebagainya. (Suyanto, Rachmatun.,&
Mujiman Ahmad.(1989). Budidaya udang. Cetakan V. Bogor: Penebar
Swadaya).
Udang Vannamei (Litopenaeus Vannamei) memiliki nama umum yaitu vannamei pacific white shrimp (inggris). Udang laut ini menyukai hidup habitat berair dan dasar berlumpur yang merupakan
salah satu varietas jenis udang yang ada, dan merupakan alternative
baru yang diharapkan dapat bersaing dengan udang lainnya.
Disamping tahan terhadap lingkungan selama masa pemeliharaan,
benihnya pun ternyata cukup tahan lama terhadap lingkungan selama
dalam penampungan pengembangbiakan budidaya. Udang memiliki
karakteristik yang sama seperti komoditas hasil perikanan lainnya,
yaitu mudah rusak.
Udang vannamei tergolong mudah dibudidayakan, dan sangat toleran terhadap kepadatan yang tinggi, dan membutuhkan biaya
pakan yang relatif lebih murah. Udang adalah salah satu Famili
Penaeidae, Genus Penaeus.Dengan kulit agak keras, tetapi tidak kaku.
Namun informasi mengenai segala aspek yang menyangkut teknik,
peluang, serta risiko pembudidayaannya masih amat minim dan belum
tersebar ke masyarakat secara lengkap dan utuh.
Tubuh udang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian
kepala dan bagian badan.Bagian kepala menyatu dengan bagian dada
yang terdiri dari 13 ruas, yaitu 5 ruas di bagian kepala dan 8 ruas di
bagian dada.Bagian badan dan abdomen terdiri dari 6 ruas, tiap-tiap
ruas (segmen) mempunyai sepasang anggota badan (kaki renang)
Anggota famili ini menetaskan telurnya di luar tubuh setelah
telur dikeluarkan oleh udang betina. Udang Penaeid dapat dibedakan
dengan jenis lainnya dari bentuk dan jumlah gigi pada
rostrumnya.Penaeid vannamei memiliki 2 gigi pada tepi rostrum
bagian ventral dan 8 - 9 gigi pada tepi rostrum bagian dorsal. Dan
memiliki karakteristik kultur yang unggul. Berat udang ini dapat
bertambah lebih dari 3 gram tiap minggu dalam kultur dengan
densitas tinggi (100 udang/m2). (Amri, Khairul.,& kanna,
Iskandar.(2008). Budi Daya Udang Vaname Secara Intensif, Semi
Intensif, dan Tradisional.
2.5.2. Siklus Hidup Vannamei
Udang biasa kawin di daerah lepas pantai yang dangkal. Proses
kawin udang meliputi pemindahan spermatophore dari udang jantan
ke udang betina. Peneluran bertempat pada daerah lepas pantai
yang lebih dalam area pertambakan. Telur - telur dikeluarkan dan
difertilisasi secara eksternal di dalam air. Seekor udang betina mampu
menghasilkan setengah sampai satu juta telur setiap bertelur. Dalam
waktu 13-14 jam, telur kecil tersebut berkembang menjadi larva
berukuran mikroskopik yang biasa disebut nauplii/ nauplius.
Tahap postlarva adalah tahap saat udang masih kecil tapi sudah
mulai memiliki karakteristik udang dewasa. Keseluruhan proses dari
Karakteristik induk udang baik yang lain adalah udang jantan
dan betina memiliki karakteristik reproduksi yang sangat bagus.
Spermatophore jantan berkembang baik dan berwarna putih mutiara.
Udang betina matang secara seksual dan menunjukkan
perkembangan ovarium yang alami. Berat udang jantan dan betina
sekitar 40 gram dan berumur 12 bulan.
Sistem reproduksi vannamei betina terdiri dari sepasang
ovarium, oviduk, lubang genital, dan thelycum. Oogonia diproduksi
secara mitosis dari epitelium germinal selama kehidupan reproduktif
dari udang betina. Berdiferensiasi menjadi oosit, dan menjadi
dikelilingi oleh sel-sel folikel. Oosit yang dihasilkan akan menyerap
material kuning telur dari darah induk melalui sel-sel tubuh udang.
Peneluran terjadi saat udang betina mengeluarkan telurnya yang
sudah matang. Proses tersebut berlangsung kurang lebih selama dua
menit. Vannamei biasa bertelur di malam hari atau beberapa jam
setelah kawin. Udang betina tersebut harus dikondisikan sendirian
agar perilaku kawin alami muncul.(Amri, Khairul.,& kanna, Iskandar.
(2008). Budi Daya Udang Vaname Secara Intensif, Semi Intensif, dan
Tradisional.
2.5.3. Pakan Udang
Pakan adalah makanan/ asupan yang diberikan kepada hewan
merupakan sumber energi dan materi bagi pertumbuhan dan dan
kehidupan makhluk hidup. Zat yang terpenting dalam pakan adalah
protein. Pakan berkualitas adalah pakan yang kandungan protein,
lemak, karbohidrat, mineral dan vitaminnya seimbang. ((Amri,
Khairul.,& kanna, Iskandar. (2008). Budi Daya Udang Vaname Secara
Intensif, Semi Intensif, dan Tradisional ).
Pakan Udang Buatan
Pakan Buatan merupakan komposisi atau pencampuran
beberapa macam bahan pakan yang memiliki nilai gizi tertentu
seperti nutrisi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.
Bahan pakan buatan terdiri dari bahan dasar hewan dan
tanaman. Contoh pakan buatan seperti, dedak, pellet, tepung.
((Amri, Khairul.,& kanna, Iskandar. (2008). Budi Daya Udang
Vaname Secara Intensif, Semi Intensif, dan Tradisional ).
Pakan Udang Alami
Pakan alami adalah organisme hidup baik tumbuhan
ataupun hewan yang dapat dikonsumsi oleh udang. Pakan
alami biasanya adalah organisme yang menghuni perairan
seperti rawa, kolam, sungai situ, danau dan lain lain. Pakan
alami makin banyak jenisnya mulai dari plangton, hewan kecil,
serangga, larva serangga, larva ikan dan lain lain. Pakan alami
alam terbuka.Hasil tangkapan pakan alami dari alam sangat
bergantung dengan musim dan kualitasnya sangat beragam.
Karena itulah pakan alami perlu di Budidayakan.
2.6. Daerah/ Lokasi Pertambakan
2.6.1. Subang
Wilayah Kabupaten Subang terbagi menjadi 3 bagian wilayah,
yakni wilayah selatan, wilayah tengah dan wilayah utara. Bagian
selatan wilayah Kabupaten Subang terdiri atas dataran tinggi/
pegunungan, bagian tengah wilayah kabupaten Subang berupa
dataran, sedangkan bagian Utara merupakan dataran rendah yang
mengarah langsung ke Laut Jawa. Sebagian besar wilayah pada bagian
selatan Kabupaten Subang berupa perkebunan, baik perkebunan
Negara maupun perkebunan Rakyat, hutan dan lokasi pariwisata. Pada
bagian tengah wilayah Kabupaten Subang berkembang perkebunan
karet, tebu dan buah - buahan dibidang pertanian dan pabrik-pabrik
dibidang Industri, selain perumahan dan pusat pemerintahan serta
instalasi militer. Kemudian pada bagian utara wilayah kabupaten
Subang berupa sawah berpengairan teknis dan tambak berpengairan
air pantai. (http://www.subang.go.id/ pada pukul 09.40 [ 31 desember
2011 ] hari sabtu).
Kabupaten Subang dilewati jalur utama pada wilayah
Utaranya dan dimanfaatkan juga sebagai jalur alternatif untuk
ke Bandung, Cirebon atau Tasikmalaya. Lintas Subang -
Bandung melalui Kalijati semakin diminati para pengemudi
karena jalannya yang halus dan bebas hambatan apalagi
setelah dibukanya Gerbang Tol Keluar di daerah Sadang.
Persimpangan Jalancagak merupakan persimpangan strategis
karena dari persimpangan tersebut dapat menjangkau
Bandung - Sumedang - Sadang melalui Wanayasa dan Kota
Subang sendiri. Bila dilihat dari pola jaringan jalan yang ada,
aksesibilitas jaringan jalan di kabupaten subang bersifat
sentris, dimana pergerakan antar wilayah yang berseberangan
akan melewati kota kabupaten subang yang berada pada pusat
wilayah kabupaten subang secara keseluruhan.
2. Penduduk
Kabuapten Subang berpenduduk 1.397.352 orang, yang
terdiri atas 693.565 orang laki-laki dan 703.787 orang
perempuan. Bila dilihat dari struktur umur, penduduk
kabupaten Subang terdiri atas 27,41 anak-anak yang berumur
penduduk yang berumur 20 sampai dengan 39 tahun dan
30,74 % penduduk berusia tua dan atau Lansia. Mayoritas
penduduk Kabupaten Subang terdiri atas Suku Sunda, yang
sebagian besar beragama Islam.
3. Perekonomian
Karena sebagian besar penduduknya masih berpenghasilan
utama sebagai petani dan buruh perkebunan, maka
perekonomian Subang masih banyak ditunjang dari sektor
pertanian. Subang wilayah Selatan banyak terdapat area
perkebunan, seperti karet pada bagian Barat Laut dan kebun
Tehnya yang sangat luas. Subang terkenal sebagai salah satu
daerah penghasil buah nanas yang umumnya kita kenal dengan
nama Nanas Madu. Nanas Madu dapat kita temui di sepanjang
Jalan cagak yang merupakan persimpangan antara Wanayasa -
Bandung - Sumedang dan Kota Subang sendiri. Dodol nanas,
keripik singkong dan selai yang merupakan hasil home industry
yang dapat dijadikan makanan oleh-oleh.
4. Pendidikan
Kabupaten Subang sebagian besar penduduknya yang telah
beruasia di atas 40 tahun hanya mengenyam pendidikan
Sekolah Dasar, sehingga untuk menggerakan perekonomian
rakyat perlu ditunjang dengan keterampilan. Untuk
generasi dibawah 40 tahun. 10 % warga Subang berada diluar
subang untuk sekolah dan bekerja. Kondisi ini memberikan
kontribusi negatif terhadap kota Subang sendiri, disebabkan
masyarakat subang yang masih dalam kategori usia produkif
lebih memilih sekolah dan bekerja ke luar kawasan subang.
2.6.2. Kehidupan pesisir pantai subang
Masyarakat pesisir senantiasa diidentikkan dengan kehidupan
masyarakat kumuh dan kurang teratur.Banyak fenomena yang
menyebabkan kecenderungan pemikiran tersebut terbukti
kebenarannya.Kebenaran ini tidak lepas dari adanya fenomena
tentang adanya ketertarikan dan kerelaan masyarakat pesisir untuk
berbagi space dengan masyarakat pesisir lainnya dan tinggal saling
berdekatan.
Bagi masyarakat pesisir, hidup di dekat pantai merupakan hal
yang paling mudah dilakukan mengingat segenap aspek kemudahan
dapat mereka peroleh dalam berbagai aktivitas kesehariannya. Dua
contoh sederhana dari kemudahan-kemudahan tersebut diantaranya:
Pertama, bahwa kemudahan aksesibilitas dari dan ke sumber mata
pencaharian lebih terjamin, mengingat sebagian masyarakat pesisir
menggantungkan kehidupannya pada pemanfaatan potensi perikanan
dan laut yang terdapat di sekitarnya, seperti penangkapan ikan,
pengumpulan atau budidaya rumput laut, udang dan sebagainya.
MCK (mandi, cuci dan kakus), dimana mereka dapat serta merta
menceburkan dirinya untuk membersihkan tubuhnya; mencuci
segenap peralatan dan perlengkapan rumah tangga, seperti pakaian,
gelas dan piring; bahkan mereka lebih mudah membuang air (besar
maupun kecil).
Contoh kemudahan kedua tersebut mempunyai dampak negatif
bagi penduduk pesisir sendiri maupun sumberdaya yang berada di
wilayah pesisir dan laut. Dampak negatif yang diperoleh masyarakat
adalah munculnya kerawanan kesehatan yang disebabkan oleh kurang
higienisnya air dan lingkungan sekitar pantai. Sedangkan dampak
negatif bagi sumber daya adalah munculnya kerawanan terhadap
berkurangnya nilai estetika dan bertambahnya tekanan sedimentasi
berupa limbah rumah tangga baik organik maupun anorganik.
Secara umum kondisi sosial ekonomi masyarakat pesisir di
Kabupaten Subang hampir serupa dengan masyarakat pesisir di
wilayah pesisir lainnya di pantai Jawa Barat bagian utara, dimana
setiap tahun diadakan upacara persembahan yang sering disebut
"Nadran/ sedekah laut".
Rata-rata pendapatan per hari dari masyarakat pesisir Subang
yang dapat diperoleh dari hasil melaut berdasarkan hasil penelitian
lapangan, terhitung sekitar Rp.23.500,00 per hari.
2.7. Analisa Masalah
Tambak Produktivitas udang dalam tambak
Hama Cara petani sekitar membasmi hama
Predator
Solusi dalam pemberantasan hama melalui media informasi
Gambar 2.8. Skema Berfikir
Budidaya udang sangat diminati banyak pengusaha, khususnya para
petani tambak yang sebagian besar hidup pada daerah pesisir pantai
terutama daerah Blanakan, Kabupaten Subang. Produktivitasnya yang tinggi
serta mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan pangan manusia.
Menjadikan pembudidayaan udang vannamei dengan kondisi ketahanan
hidup di air laut atau payau sangat sulit untuk dipelihara oleh karena adanya
macam- macam golongan hama, antara lain golongan perusak, penyaing dan
golongan predator. Petani tambak sulit mengatasi hama khususnya pada
golongan predator diantaranya ikan bandeng yang sering ditemui disekitar
tambak. Sebelumnya sudah dilakukan beberapa upaya pemberantasan hama
hama dengan menggunakan jaring dan umpan makanan hama agar muncul
kepermukaan, namun tak kunjung berhasil, malah hama terus berdatangan.
Dari permasalahan tersebut dapat ditemukan solusi bagi para
petambak udang dengan memberikan informasi singkat mudah diserap
melalui metode 3 Langkah yang menitik beratkan dalam “berantas hama”.
Solusi ini yang nantinya menjadi informasi petani atau petambak udang
sekitar daerah blanakan- subang, Jawa Barat untuk mudah memahami
pemberantasan hama udang vannamei dengan media informasi.
2.8. Segmentasi
Target audiens dalam perancangan kampanye adalah masyarakat
sekitar area pertambakan. Sedangkan segmentasinya adalah kalangan petani
tambak yang rata-rata di dominasi oleh remaja dan orang tua, Uraian dari
segmentasinya adalah sebagai berikut :
Segmentasi
1. Target Primer : Petani tambak udang vannamei.
2. Target Sekunder : Masyarakat pesisir pantai daerah
7. Ekonomi : Menengah ke Bawah
Geografis : Blanakan- Kab. Subang ( Jawa Barat )
Psikografis
8. Psikologis : kehidupan yang sangat
sederhana dan hanya bergantung pada tambak serta
penghasilan tambahan lain yang dapat diperoleh dengan
aktifitas sekitar pesisir pantai, hanya berfikir mencari uang
untuk hari ini, dan esok difikirkan besok.
9. Budaya : Adat sunda asli dan perantauan
10.Minat : Melaut mencari plankton atau
hewan kecil serta merawat area pertambakan untuk
mencari penghasilan sehari- hari.
11.Tangung Jawab : Diri sendiri, orang tua, keluarga
12.Gaya Hidup : Menghabiskan waktu luang
dengan mencari hama predator di dalam tambak, pergi ke
laut mencari plankton untuk pakan udang pada tambak.
2.9. Media Informasi
2.9.1. Definisi Media Informasi
Media informasi sangat penting sekali di zaman modern saat
ini, karena melalui media informasi manusia dapat mengetahui
informasiyang sedang berkembang, selain itu manusia juga bisa saling
pesan dapat tersampaikan dengan baik jika media yang dibuat tepat
kepada sasaran dan informasi yang disampaikan bermanfaat
bagipembuat dan target.Menurut Sobur (2006) media informasi
adalah “alat-alat grafis, fotografis atau elektronis untuk menagkap,
memproses, dan menyusun kembali informasi visual”. Dengankatalain
media adalah suatu alat untuk memberi informasi kepada orang lain
agar orang mengerti arah dan tujuan yang akan disampaikan.
2.9.2. Jenis- Jenis Media Informasi
Media informasi dapat dibagi menjadi menjadi beberapa
kelompok, Yaitu:
Media Lini Atas
Merupakan media yang tidak langsung bersentuhan
dengantarget audiens dan jumlahnya terbatas, seperti billboard,
iklantelevis, iklan radio, dan lain-lain.
Media Lini Bawah
Suatu media iklan yang tidak disampaikan atau
disiarkanmelalui media massa, seperti brosur. Poster, flyer, dan
lain- lain.
Media Cetak
Media cetak dapat berupa brosur, Koran, majalah,
Media Elektronik
Media ini dapat disampaikan melalui radio, kaset,
kamera,handphone, dan internet.
2.9.3. Buku
Buku merupakan suatu media informasi yang sangat efektif
karenadapat dijumpai di mana saja dan kapan saja. Ada banyak sekali
berbagai macam buku, diantaranya adalah buku cerita anak, novel,
komik, kamus, buku saku. Selain harganya yang ekonomis buku juga
mudah dibawa kemana-mana karena ukurannya yang tidak terlalu
besar dan ringan. Melalui buku saku manusia dapat mengetahui
informasi yang sangat luar biasa karena biasanya isi dari buku
tersebut adalah pengalaman pribadi seseorang atau dapat juga dapat
memotifasi orang lain agar bisa hidup lebih maju dan bermanfaat.
Sanyoto (2005) mengatakan bahwa “Buku diartikan sebagai kumpulan
kertas tercetak dan terjilid berisi informasi yang dapat dijadikan salah
BAB III
STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL
3.1. Strategi Perancangan
Untuk mempengaruhi dan mengubah cara lama pemberantasan hama oleh para petani didaerah Blanakan, Kabupaten Subang sebelumnya dibutuhkan suatu bentuk komunikasi yang mampu menyampaikan suatu informasi atau pesan yang dapat dengan mudah dimengerti dan dipahami oleh komunikan. Dalam hal ini penulis memberikan solusi berupa media informasi bagi para petani tambak di Pesisir pantai utara daerah Blanakan - Kabupaten Subang. Strategi perancangan terbagi menjadi empat (4) pendekatan komunikasi yaitu:
3.1.1. Strategi Komunikasi
Tujuan Komunikasi
Dengan memberikan informasi tentang bagaimana tiga langkah berantas hama digunakan dalam pemberantasan hama tambak vannamei. Media yang dapat dikemas dalam bentuk media informasi sekiranya agar dapat membantu untuk mengubah prilaku para petani sebelumnya dengan menyamakan perawatan udang jenis lain dengan vannamei. Memberikan informasi dan pengalaman baru kepada para petani tambak sekitar.
Pesan Utama Komunikasi
Para petani mengerti cara pemberantasan hama tambak yang baik dan benar dengan menggunakan metode tiga langkah berantas hama yaitu sebagai berikut :
1. Pemberian Pestisida :
Semua zat kimia dan bahan lain berupa racun bagi hama yang dipergunakan untuk tambak agar ikan predator tidak mudah dengan leluasa memasuki area pembudidayaan tambak yang dapat mengakibatkan banyak kematian pada udang vannamei.
2. Pembersihan air tambak
langsung tambak udang dengan menggunakan mata telanjang.
3. Pengecekan pipa saluran air
Tambak yang sudah kotor dapat di bedakan dengan cara penilaian warna air menjadi keruh, terdapat busa berwarna putih di pinggir tambak atau menempel pada tanah dipinggir tambak dan juga daerah sekitar pertambakan. Pengecakan pipa penting dilakukan agar apabila terdapat kebocoran pipa yang mudah dimasuki hama dapat cepat dihindari.
Materi Komunikasi
Berdasarkan pemikiran dan tujuan perancangan komunikasi bagi kebutuhan petani tambak dalam informasi pentingnya pemberantasan hama, maka dirumuskan materi komunikasi dengan metode tiga langkah berantas hama yang akan menjadi sumber inspirasi gagasan visual dalam perancangan sebuah buku saku.
3.2. Strategi Kreatif
dari itu perlu dirancang suatu media cetak agar pesan-pesan yang akan disampaikan dapat langsung diterima oleh target sasaran. Melalui konsep mengenai cara menyampaikan pesan untuk para petani vannamei mampu mengikuti metode atau cara tiga langkah berantas hama yang diberikan ke setiap target petani udang melalui media informasi. Melalui penggunaan desain huruf, ilustrasi, layout dan beberapa fotography yang dipakai menjadikan media yang digunakan dapat mudah dipahami oleh sasaran utama yaitu para petani tambak.
3.3. Strategi media
Saat ini perkembangan media cetak digital, sudah terbilang sangat banyak, mulai dari cetak manual, cetak manual dengan bantuan alat cetak foto modern, ataupun digital printing. Media yang digunakan dalam merancang suatu pembahasan seperti studi kasus budidaya vannamei di daerah Blanakan-Kabupaten Subang akan di kemas dalam buku saku tentang tiga langkah berantas hama dalam pembudidayaan vannamei dan beberapa foto yang mencerminkan akibat kerugian budidaya vannamei terhadap hama predator menyerang kondisi tambak dan juga di tambah pesan ringkas sebagai penegas visual yang ada.
3.4. Media Utama
dari informasi buku tersebut dalam tiga langkah berantas hama pada vannamei. Sehingga target audiens dapat mengerti betapa pentingnya
pemberantasan hama yang ada untuk kelangsungan budidaya vannamei.
3.5. Media Pendukung
Sebagai pendukung media utama, maka media pendukung yang akan digunakan seperti :
1. Poster
Poster merupakan media salah satu media yang cara penyampaian pesan mempunyai jangkauan luas. Media informasi ini menggunakan media poster karena dapat ditempelkan di tempat-tempat yang strategis sesuai dengan lingkungan target audiens, misalnya di sekitar pos kamling penduduk Blankan- Kabupaten Subang, sebab sering dilewati masyarakat sekitar pesisir pantai, puskesmas dan tempat umum lainnya.
2. Spanduk
Media spanduk akan di gunakan ditempat yang strategis sesuai target audiens, seperti di depan area pertambakan, puskesmas/ pasar dan persimpangan jalan.
3. Gantungan kunci
4. Stiker
Stiker merupakan salah satu media Below The Line. Stiker yang digunakan dalam media informasi ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu stiker yang ditempel pada tempat umum seperti pada angkutan umum, kaca jendela rumah penduduk dan fasilitas umum yang lainnya. Selain itu ada pula stiker khusus untuk dibagikan kepada petani udang khususnya petambak vannamei pada yang sedang berada di pasar tradisional.
6. T-Shirt
T- Shirt pada media informasi ini dibuat untuk memberikan sebuah pengingat pada target audiens.
7. Mug
Media informasi yang di berikan menggunakan gimmick mug dapat memberikan pesan pengingat hampir setiap hari disaat audience memakai media tersebut.
8. Trash Bag
Media informasi yang di berikan menggunakan trash bag dapat memberikan pesan pengingat hampir setiap hari disaat audience memakai media tersebut terutama saat mereka menggunakan perahu atau keperluan lain disekitar pesisir pantai.
9. Celemek
memakai media tersebut terutama saat mereka sedang berada ditempat pelelangan udang.
10. Jam dinding
Media informasi yang di berikan menggunakan jam dinding dapat memberikan pesan pengingat hampir setiap hari disaat audience memakai media tersebut terutama saat ibu- ibu sekitar daerah blanakan - kabupaten subang sedang berada ditempat pelelangan udang ataupun pasar tradisional.
3.6. Format Desain
1. Media Utama
Format desain yang digunakan adalah bentuk melebar (landscape), format
desain memiliki ukuran yang lebih lebar pada satu sisi lainnya, baik dari sisi
horizontal maupun vertikal.
1. Media Pendukung
Format desain yang digunakan adalah bentuk memanjang (potrait) serta
dilengkapi maskot pada beberapa media informasi budidaya udang vannamei.
Gambar 3.2. Tata Letak Poster
3.6.1. Font
tertentu dapat menciptakan kesan atau karakteristik sebuah objek dalam suatu desain.
Pada perancangan media informasi budidaya udang vannamei ini digunakan jenis tipografi verdana sebagai font dominan dan jenis font pristina sebagai font utama. Alasan penulis menggunakan font tersebut karena jenis tersebut sangat sesuai dengan target audiens. Selain itu sesuai dengan konsep visual yang diinginkan yaitu ingin ada kesan kuat dalam pembuatan visual - visual untuk kegiatan media informasi ini.
Verdana
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z
a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0.~!@#$%^&*()_
+”:?
Pristina
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z
a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z
3.6.2 Warna
Warna merupakan salah satu unsur desain yang mempengaruhi pesan.Pemilihan warna dalam konsep ini berdasarkan kepada kesan yang ingin disampaikan dan kepada siapa pesan ini ditujukan. Penulis memilih warna - warna yang natural yang disesuaikan untuk segmentasi informasinya.
Warna merah melambangkan keadaan psikologi
Warna yang mengartikan keberanian para petani
tambak dalam membudidayakan dan menjaga udang
dari hama.
Warna orange melambangkan keadaan geografis
Daerah Blanakan, Subang yang memiliki sifat daerah
bersuhu panas dan jalan yang memiliki rintangan
sulit untuk dilalui.
Warna hitam melambangkan penduduk Blanakan-
Subang yang disana kehidupannya sangat
memprihatinkan didalam kesederhanaan dari
penghasilan, pendidikan, kesejahteraan minim.
Gambar 3.3. Warna
3.6.3. Ilustrasi
Gambar 3.4. Ilustrasi
1. Bentuk jari diambil melalui photo digital tangan.
2. Bentuk sungut udang diambil melalui gambar udang vannamei.
3. Bentuk lekukan kedua tangan jari manis dan kelingking diambil melalui gambar udang matang vannamei.
3.7. Jadwal Penyebaran Media
BAB IV
TEKNIS PRODUKSI MEDIA 4.1. Teknis Media
Proses pembuatan media informasi dilakukan dengan melalui beberapa tahapan, yaitu :
A. Tahap Sketsa Awal
Tahapan ini dilakukan untuk mencari bentuk awal dari visualisasi media yang akan digunakan, tahapan ini juga berfungsi untuk mempermudah eksekusi media yang akan dibuat.
B. Tahap Eksekusi Visual
Proses eksekusi visual merupakan tahapan pembuatan objek utama yang akan diaplikasikan kedalam media informasi, proses ini diawali dengan pembuatan sketsa gambar yang kemudian akan diolah kembali secara digital.
C. Tahap Perancangan
Tahapan ini berfungsi untuk merancang media-media yang akan digunakan sesuai dengan konsep awal yang telah di buat sebelumnya. Termasuk dalam tahapan ini adalah proses pembuatan layout media dan memasukan informasi yang akan disampaikan. D. Tahap Akhir adalah sebagai berikut :
1. Buku Saku
Buku saku merupakan media yang memuat informasi tentang tiga langkah berantas hama. Buku saku ini dapat dibaca kapanpun dan dimanapun. Buku saku digunakan sebagai media utama, alasan pemilihan media ini adalah karena buku saku dapat dibagikan langsung kepada masyarakat dan dapat berfungsi sebagai media pengingat.
2. Poster
Ukuran media : A3 (42,0 cm x 29,7 cm) Teknis Produksi : Cetak Sparasi
Material : Art paper 120 Gr
Poster merupakan media yang cukup efektif untuk menarik perhatian, selain karena biaya yang cukup rendah poster juga dapat ditempatkan dimana saja sehingga jangkauannya luas.
Gambar 4.2. Poster A3
3. Stiker
Ukuran media : 8 x 8 cm Teknis Produksi : Digital Printing Material : Stiker Poly Poster
Media ini merupakan media pendukung yang dapat dibagikan kepada audiens, yang dapat dengan mudah difungsikan sebagai media pendukung dan sebagai pengingat.
Gambar 4.3. Stiker
4. T-shirt
Ukuran media : All Size Teknis Produksi : Sablon Material : Cotton 30s
Gambar 4.4. T- Shirt
5. Topi
Ukuran media : All Size Teknis Produksi : Bordir Material : Drill
Topi dipakai para petani daerah Blanakan- Kabupaten Subang, juga menjadi merchandise. Media ini juga cukup efektif sebagai pengingat dan mendukung
media utama, karena bisa dipakai audiens sehingga penyebarannya bisa meluas.
6. Spanduk
Ukuran media : 100 cm x 80 cm Teknis Produksi : Cetak offset Material : Flexi front lite
Spanduk merupakan media pendukung dari buku saku yang dapat ditempatkan di luar ruangan (outdoor) atau didalam ruangan (indoor). Spanduk sendiri mempunyai fungsi sebagai media penyampaian informasi yang isinya relatif lebih singkat dan mencakup keseluruhan dari pesan atau informasi yang akan disampaikan.
Gambar 4.6. Spanduk
7. Mug
Ukuran media : diameter lingkaran atas mug 7. 2 cm, bawah mug 5 cm Teknis Produksi : Teknik Printing
Material : Mug
informasi yang isinya relatif lebih singkat dan mencakup keseluruhan dari pesan atau informasi yang akan disampaikan dan mudah dibawa- bawa.
Gambar 4.7. Mug
8. Gantungan kunci
Ukuran media : diameter lingkaran 5 cm Teknis Produksi : Pressing alumunium
Material : Alumunium dan stiker poly texture
Gambar 4.8. Gantungan kunci
9. Celemek
Ukuran Media : All Size Teknis Produksi : Sablon Material : Plastic
Celemek di berikan secara gratis Media ini juga cukup efektif sebagai pendukung media utama, karena bisa dipakai audiens disaat tertentu sehingga penyebarannya bisa meluas.
10. Trash Bag
Ukuran Media : 150 cm x 85 cm
Teknis Produksi : Digital Printing, stiker poly poster
Bag trash di berikan secara gratis Media ini juga cukup efektif sebagai pendukung media utama, karena bisa dipakai audiens sehingga penyebarannya bisa meluas.
Gambar 4.10. Trash Bag
11. Jam dinding
Ukuran Media : 23.5 cm x 23.5 cm
Teknis Produksi : Digital Printing, stiker poly poster
Gambar 4.11. Jam dinding
4.2. Kesimpulan
Daftar Pustaka
Amri, Ir. Khairul dan Khairuman, A.Md. (2002). Membuat Pakan Ikan
Konsumsi. Bogor: Agro Media Pustaka
Amri, Khairul.,& kanna, Iskandar. (2008). Budi Daya Udang Vaname
Secara Intensif, Semi Intensif, dan Tradisional.
Hassan, Fuad. Balai Pustaka. Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Edisi dua, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia)
Suyanto, Rachmatun.,& Mujiman Ahmad. (1989). Budidaya udang.
Cetakan V. Bogor : Penebar Swadaya
http://www.13.itrademarket.com [ 10 Desember 2011 ] hari sabtu http://www.liveaquaria.com [ 10 Desember 2011 ] hari sabtu
www.sentra-edukasi.com/2011/06/ph-air.html [ 10 Desember 2011 ]
hari sabtu
http://www.sentra-edukasi.com [ 10 Desember 2011 ] hari sabtu
A. Lembar Bimbingan 1
Laporan Pengantar Tugas Akhir
PERANCANGAN MEDIA INFORMASI
PEMBERANTASAN HAMA PADA UDANG
VANNAMEI
DK 38315/Tugas Akhir Semester 1 2011/2012
Oleh:
Winand Edy Januar NIM:
51907087
Program Studi
Desain Komunikasi Visual
FAKULTAS DESAIN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
DAFTAR ISI
Bab II PERANCANGAN MEDIA INFORMASI PEMBERANTASAN HAMA PADA UDANG VANNAMEI 2.1. Pembudidayaan ..………..……….………. 5
2.2. Tambak ……….……….………….…… 8
2.3. Hama ……….………..………….….. 9
2.4. Pengendalian Hama ……… 12
2.5. Tinjauan umum udang vannamei………..……….….…. 13
2.6. Daerah/Lokasi pertambakan……….………..… 17
2.7. Analisa Masalah………..………. 22
2.8. Segmentasi ………..………. 23
Bab III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL
3.1. Strategi perancangan ..……….………. 27
3.2. Strategi kreatif ……….……….…….…… 29
3.3. Strategi media ……….………..………….….. 30
3.4. Media utama………..……….….………. 30
3.5. Media pendukung………..……….………..… 31
3.6. Format desain ……….. 33
3.7. Jadwal Penyebaran Media ……… 36
Bab IV TEKNIS PRODUKSI MEDIA 4.1. Teknis Media ..………..……….………. 37
4.2. Kesimpulan ……….………..……….….. 46
DAFTAR PUSTAKA……….……….. 47
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan pengantar tugas akhir. Maksud dari penulisan laporan ini adalah untuk melengkapi dan memenuhi syarat tugas akhir pada program studi Desain Komunikasi Visual Universitas Komputer Indonesia.
Judul laporan ini adalah : PERANCANGAN MEDIA INFORMASI PEMBERANTASAN HAMA PADA UDANG VANNAMEI (daerah Blanakan- Kabupaten Subang). Laporan mengambil judul ini karena penulis membuat media utama buku saku dengan beberapa media pendukung sebagai sarana informasi mengenai sebuah objek tentang pemberantasan hama udang vannamei.
Dalam penulisan laporan ini berharap dapat bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain yang membacanya sebagai bahan referensi. Dalam laporan ini telah disadari bahwa masih ada kekurangan, maka penulisan dimohon untuk dapat dikritik dan mendapat saran dari para pembaca untuk perbaikan masa yang akan datang.
- Bapak Drs. Hary Lubis, selaku Dekan Fakultas Desain.
- Bapak Taufan Hidayatullah, M.Ds, selaku ketua program studi Desain Komunikasi Visual, Universitas Komputer Indonesia.
- Ibu Rini Maulina, M. Sn., selaku pembimbing selama tugas akhir, yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan laporan dengan sebaik - baiknya.
- Bapak Rahmat Awai selaku salah satu pemilik tambak udang vannamei di daerah Blanakan- Kabupaten Subang yang banyak menyediakan waktunya untuk bersedia diwawancarai untuk mendapatkan informasi.
- Seluruh staf administrasi dan perpustakaan Universitas Komputer Indonesia. - Semua pihak yang telah turut membantu baik tenaga maupun pikiran dalam penyusunan laporan ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga segala kebaikan dan keikhlasan yang telah diberikan semua pihak mendapat balasan yang berlipat ganda dari Tuhan YME dan semoga laporan proyek pengantar tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan penulis sendiri pada khususnya.
Bandung, Februari 2012