Lampiran 3. Distribusi Sarana Produksi Usahatani Jambu Biji Yang Sudah Lama
Pupuk Obat-Obatan Plastik
Lampiran 4. Distribusi Sarana Produksi Usahatani Jambu Biji Yang Baru Menghasilkan No
Sampel
Bibit (Batang)
Pupuk Obat-Obatan Plastik
Lampiran 5. Distribusi Biaya Produksi Usahatani Jambu Biji Yang Sudah Lama Menghasilkan
No
Sampel Bibit (Rp)
Pupuk Obat-Obatan Plastik
Lampiran 6. Distribusi Biaya Produksi Usahatani Jambu Biji Yang Baru Menghasilkan No
Sampel Bibit (Rp)
Pupuk Obat-Obatan Plastik
Lampiran 9. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Jambu Biji Sudah Lama Menghasilkan 11 450000 900000 10500000 10500000 9000000 9000000 0 3600000 43950000 12 900000 900000 12600000 12600000 9000000 9000000 0 3600000 48600000 13 450000 0 6300000 0 9000000 0 0 2400000 18150000
Lampiran 10. Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Jambu Biji Yang Baru Menghasilkan 13 900000 450000 10500000 10500000 9000000 9000000 0 3600000 43950000
14 450000 0 1050000 0 9000000 0 0 3600000 14100000 30 900000 1350000 14700000 14700000 9000000 9000000 0 3600000 53250000
Total 22500000 10350000 155400000 86100000 234000000 54000000 0 80400000 642750000
Lanjutan Lampiran 11.
No Sampel
Gunting Pangkas Alat Semprot
Total
Penyusutan Unit Nilai (Rp)
Lampiran 12. Biaya Penyusutan Alat Usahatani Jambu Biji Yang Baru Menghasilkan
Lanjutan Lampiran 12.
No Sampel
Gunting Pangkas Alat Semprot
Total (Rp)
Lampiran 13. Total Penerimaan Usahatani Jambu Biji Yang Sudah Lama Menghasilkan No Sampel Umur Tanaman
(tahun) Produksi (kg) Harga Jual (Rp) Penerimaan (Rp)
1 8 64000 2500 160000000
Total 269 1470000 75000 3675000000
Lampiran 14. Total Penerimaan Usahatani Jambu Biji Yang Baru Menghasilkan No Sampel Umur Tanaman
(tahun) Produksi (kg) Harga Jual (Rp) Penerimaan (Rp)
1 3 21000 2500 52500000
Total 131 1226500 75000 3066250000
Lampiran 15. Total Pendapatan Usahatani Jambu Biji Yang Sudah Lama Menghasilkan
Penerimaan (Rp) Biaya Produksi (Rp) Pendapatan (Rp)
1 8 160000000 41576300 118423700
15 10 225000000 60307620 164692380
16 8 230000000 61038620 168961380
26 11 145000000 31205140 113794860
27 8 205000000 53936460 151063540
28 12 50000000 18779320 31220680
29 10 95000000 25368480 69631520
30 8 100000000 31821730 68178270
Total 269 3675000000 1030461530 2644538470
Lampiran 16. Total Pendapatan Usahatani Jambu Biji Yang Baru Menghasilkan
Penerimaan (Rp) Biaya Produksi (Rp) Pendapatan (Rp)
1 3 52500000 20953820 31546180
Total 131 3066250000 868456220 2197793780
Rataan 4.37 102208333,3 28948540,7 73259792,7
Lampiran 17. Pengaruh Input Terhadap Output Usahatani Jambu Biji Yang
a Predictors: (Constant), peralatan, bibit, tenagakerja, pupuk, pestisida b Dependent Variable: pendapatan
ANOVA(b)
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 10526029 24873141 00.000
5 21052058497
462830.000 25.476 .000(a) Residual 19832317
a Predictors: (Constant), peralatan, bibit, tenagakerja, pupuk, pestisida b Dependent Variable: pendapatan
Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF B Std. Error 1 (Constant) 31689756
.380
43924186
Lampiran 18. Pengaruh Input Terhadap Output Usahatani Jambu Biji Yang Baru
a Predictors: (Constant), peralatan, bibit, tenagakerja, pupuk, pestisida b Dependent Variable: pendapatan
ANOVA(b)
1 Regression 90236875 79227040
a Predictors: (Constant), peralatan, pupuk, pestisida, tenagakerja, bibit b Dependent Variable: pendapatan
Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
B
Lampiran 19. Hasil Uji Mann Whithney Perbedaan Karakteristik Petani Jambu Biji Yang Baru Menghasilkan dan Yang Sudah Lama Menghasilkan
Ranks
baru lama N Mean Rank Sum of Ranks
umur petani .00 30 23.77 713.00
1.00
30 37.23 1117.00
Total 60
Test Statistics(a)
umur petani
Mann-Whitney U 248.000
Wilcoxon W 713.000
Z -2.992
Lanjutan 19.
Ranks
baru lama N
Mean Rank
Sum of Ranks
Pengalaman Bertani .00 30 22,92 687,50
1.00 30 38,08 1142,50
Total 60
Test Statistics(a)
pengalaman bertani
Mann-Whitney U 222,500
Wilcoxon W 687,500
Z -3,377
Asymp. Sig. (2-tailed) ,001
Lanjutan 19.
Ranks
baru lama N Mean Rank Sum of Ranks
umur tanaman .00
30 15.50 465.00
1.00
30 45.50 1365.00
Total
60
Test Statistics(a)
umur tanaman
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 465.000
Z -6.729
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Lanjutan 19.
Ranks
baru lama N Mean Rank Sum of Ranks
pendidikan .00
30 33.93 1018.00
1.00
30 27.07 812.00
Total
60
Test Statistics(a)
pendidikan
Mann-Whitney U 347.000
Wilcoxon W 812.000
Z -1.626
Asymp. Sig. (2-tailed) .104
Lanjutan 19.
Ranks
baru lama N Mean Rank Sum of Ranks
jumlah tanggungan .00
30 29.48 884.50
1.00
30 31.52 945.50
Total
60
Test Statistics(a)
jumlah tanggungan
Mann-Whitney U 419.500
Wilcoxon W 884.500
Z -.461
Lanjutan 19.
Ranks
baru lama N Mean Rank Sum of Ranks
luas lahan .00
30 27.83 835.00
1.00
30 33.17 995.00
Total
60
Test Statistics(a)
luas lahan
Mann-Whitney U 370.000
Wilcoxon W 835.000
Z -1.204
Asymp. Sig. (2-tailed) .229
Lampiran 20. Hasil Uji Mann Whithney Perbedaan Pendapatan Petani Jambu Biji Yang Baru Menghasilkan dan Yang Sudah Lama Menghasilkan
Ranks
baru lama N Mean Rank Sum of Ranks
pendapatan .00
30 28.00 840.00
1.00
30 33.00 990.00
Total
60
Test Statistics(a)
pendapatan
Mann-Whitney U 375.000
Wilcoxon W 840.000
Z -1.109
Lampiran 21. Analisis Kelayakan IRR (Internal Rate Of Return) Usahatani Jambu Biji Yang Baru Menghasilkan
NPV
IRR = i + ( i’ – i ) NPV - NPV’
348.341.294
= 18% + x ( 49% – 18%) 348. 341.294 – 223.529.419
= 37,8%
Tahun B C NB
DF
18% NPV 1
DF
49% NPV 2
0 102.208.333,3 28.948.540,7 73.259.792,6 1 73.259.792,6 1 73.259.792,6 1 109.362.916,6 30.974.938,5 78.387.978,08 0,847 66.394.617,44 0,671 52.598.333,29 2 117.018.320,8 33.143.184,2 83.875.136,55 0,718 60.222.348,04 0,45 37.743.811,45 3 125.209.603,3 35.463.207,1 89.746.396,11 0,609 54.655.555,23 0,302 27.103.411,62 4 133.974.275,5 37.945.631,6 96.028.643,83 0,516 49.550.780,22 0,203 19.493.814,7 5 143.352.474,8 40.601.825,9 102.750.648,9 0,437 44.902.033,57 0,136 13.974.088,25
PV 348.985.127,1 224.173.251,9
Investasi 643.833,33 643.833,33
Lampiran 22. Analisis Kelayakan IRR (Internal Rate Of Return) Usahatani Jambu Biji Yang Sudah Lama Menghasilkan
Tahun B C NB DF 18% NPV 1 DF 49% NPV 2
0 122.500.000 34.348.717,7 88.151.282,3 1 88.151.282,3 1 88.151.282,3 1 127.400.000 35.722.666,41 91.677.333,59 0,847 77.650.701,55 0,671 61.515.490,84 2 132.496.000 37.151.573,06 95.344.426,94 0,718 68.457.298,54 0,45 42.904.992,12 3 137.795.840 38.637.635,99 99.158.204,01 0,609 60.387.346,24 0,302 29.945.777,61 4 143.307.673,6 40.183.141,43 103.124.532,2 0,516 53.212.258,6 0,203 20.934.280,03 5 149.039.980,5 41.790.467,08 107.249.513,5 0,437 46.868.037,38 0,136 14.585.933,83
PV 394.726.924,6 258.037.756,7
Investasi 539.500 539.500
NPV 394.187.425 257.498.257
NPV
IRR = i + ( i’ – i ) NPV - NPV’
394.187.425
= 18% + x ( 49% – 18%) 394.187.425 – 257.498.257
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, dkk. 2001. Ilmu Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta
Emma. S. Wirakusumah. 1994. Buah dan Sayur untuk Terapi. Jakarta: Penebar Swadaya
Hasyim, Hasman. 2006. Analisis Hubungan Karakteristik Petani Kopi Terhadap Pendapatan ( Studi kasus Desa Dolok Seribu Kecamatan Paguran
Kabupaten Tapanuli Utara). Jurnal Komunikasi Penelitian Lembaga
Penelitian Universitas Sumatera Utara. Medan
Kartasapoetra, A. G. 1994. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta
Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran (Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol). Edisi 9.
Maruli Tumpal. 2010. Analisis Finansial Usahatani Jambu Biji di Desa Sembahe Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang. Skripsi Online.
Universitas Sumatera Utara. Medan
Prentice-Hall. New Jersey
Mubyarto. 1986. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta Prawirokusumo, Soeharto. 1990. Ilmu Usahatani. BPFE. Yogyakarta
Rahyu. T. Puji, 2007. Pembudidayaan Jambu Biji, Buah Multi Manfaat. Semarang: CV Aneka Ilmu
Rismunindar. 1989. Tanaman Jambu Biji. Sinar Baru, Bandung
Sajogyo. 1999. Sosiologi Pedesaan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Septiani, R. 2009. Analisis Kelayakan Usaha Dan Optimalisasi Produksi
Pengolahan Jambu Biji (Psidium guajava L) (Kasus Gapoktan KUAT,
Sobir dan Mega. 2011. Bertanam 20 Buah Koleksi Eksklusif. Penebar Swadaya. Jakarta
Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta ---. 1999. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada.
Jakarta
---. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Sudaryanto, T dan D. K. S. Swastika. 2007. Ekonomi Kedelai di Indonesia Forum Agro Ekonomi (FAE)
Supriana, Tavi. 2013. Metode Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Hal 29. Medan USU Press
---. 2010. Statistik Nonparametrik. Hal 61. Medan USU Press Suratiyah, K. 2008. Ilmu Usahatani. Cet-2 Penebar Swadaya. Jakarta
Tjiptoherijanto, Prijono, 1996. Sumber Daya Manusia dalam Pembangunan Nasional. Lembaga Penerbit FEUI. Jakarta
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ini ditentukan secara purposive sampling atau secara sengaja, yaitu metode pengambilan sampel berdasarkan kriteria atau tujuan tertentu. Pertimbangan ini didasarkan karena Kabupaten Deli Serdang merupakan daerah perkembangan jambu biji tertinggi di Sumatera Utara. Kecamatan Sunggal dipilih karena merupakan salah satu daerah sentra produksi jambu biji di Kabupaten Deli Serdang, dan belum ada penelitian sebelumnya di daerah ini, ini berbeda dengan Kecamatan Pancur Batu dan Percut Sei Tuan, karena sudah ada penelitian sebelumnya antara lain seperti penelitian Maruli Tumpal.
Tabel 4. Produksi Per Triwulan, Total Produksi Jambu Biji Per Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang 2012
No Kecamatan
Produksi (Ton) Total
produksi
Kecamatan sunggal terdiri dari 17 desa, tetapi sekarang hanya 6 desa yang mengusahakan jambu biji. Yaitu desa Sei Mencirim, Suka Maju, Sei Semayang, Serba Jadi, Sei Beras Sekata, dan Telaga Sari.
Tabel 5. Data Jumlah Petani Tahun 2013
No Desa Jumlah Petani
(KK)
1 Serba Jadi 30
2 Sei Semayang 105
3 Sei Beras Sekata 42
4 Sei Mencirim 145
5 Suka Maju 50
6 Telaga Sari 35
Jumlah 407
Sumber : Gapoktan 2014
3.2 Metode Penentuan Sampel
sampling yaitu dengan menggolongkan populasi dalam golongan atau strata
menurut kriteria tertentu (Supriana, 2013). Pembagian strata ini ditetapkan dengan terlebih dahulu membagi petani atas 2 strata berdasarkan umur tanaman yang baru menghasilkan dengan umur tanaman < 8 tahun dan yang sudah lama menghasilkan dengan umur tanaman ≥ 8 tahun. Dari jumlah populasi akan diambil sampel sebanyak 60 orang, dimana sampel tanaman jambu biji yang baru menghasilkan sebanyak 30 orang, dan sampel tanaman jambu biji yang sudah lama menghasilkan sebanyak 30 orang. Karena dengan sampel tersebut sudah cukup untuk mengetahui tingkat perbandingan antara tanaman jambu biji yang baru menghasilkan dan tanaman jambu biji yang sudah lama menghasilkan. Jumlah sampel yang diambil dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut :
Tabel 6. Penentuan Pengambilan Sampel Penelitian
No Umur Tanaman
(Tahun) Pengambilan Sampel 1 Baru Menghasilkan < 8 30
2 Lama Menghasilkan ≥ 8 30
Total 60
3.3 Metode Pengambilan Data
Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, Badan Pusat Statistik Sumatera Utara dan instansi terkait lainnya.
3.4 Metode Analisis Data
Untuk Hipotesis 1 dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif yaitu dengan mengamati perkembangan usahatani jambu biji selama 5 tahun terakhir.
Untuk Hipotesis 2 dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif yaitu dengan mengamati karakteristik petani jambu biji yang meliputi umur, umur tanaman, pendidikan, pengalaman bertani dan jumlah tanggungan keluarga.
Untuk Hipotesis 3 dianalisis dengan regresi, dimana yang dianalisis adalah faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jambu biji, diuji pengaruh penggunaan (biaya bibit, biaya pupuk, biaya pestisida, biaya tenaga kerja, dan peralatan) antara usahatani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan. Secara sistematis dapat ditulis :
Y = a + b₁X₁ + b₂X₂ + ……….+ b₅X₅ + e
Dimana : Y = Output a = Konstanta
X₄ = Biaya Tenaga Kerja (HKP) X₅ = Biaya Peralatan (Tahun)
Untuk Hipotesis 4 dianalisis dengan menggunakan metode analisis pendapatan dari usahatani jambu biji, secara sistematis ditulis :
Pd = TR – TC
Dimana Pd = Pendapatan Usahatani Jambu Biji
TR = Total Penerimaan ; seluruh penerimaan dari usahatani jambu biji
TC = Total Biaya Produksi ; seluruh biaya yang dikeluarkan dalam usahtani jambu biji
TR = y x Py Dimana TR = Total Penerimaan
Y = Jumlah Produksi Py = Harga Jual
Untuk Hipotesis 5 dianalisis dengan metode analisis IRR (Internal Rate Of Return) yang secara sistematis dapat ditulis :
Dimana : IRR = Internal Rate of Return i1 = Suku bunga percobaan pertama
i2
NVP1 = Nilai sekarang percobaan pertama = Suku bunga percobaan kedua
Kriteria yang dipakai adalah apabila IRR ≥ suku bunga berlaku maka usaha dikatakan layak, tetapi sebaliknya apabila IRR ≤ suku bunga berlaku maka usaha dikatakan tidak layak.
Cara menghitung usulan investasi dengan metode IRR dilakukan dengan trial and error atas discount rate yang mendekati nilai IRR, yaitu I dan I’. kemudian dengan I dan I’ tersebut digunakan untuk menghitung NPV dan NPV’ sedapat mungkin selisih antara I dan I’ antara 1-5%.
Soekartawi (1999) mengemukakan bahwa Net Present Value sering diterjemahkan sebagai nilai bersih sekarang. Keuntungan dari suatu proyek adalah besarnya penerimaan dikurangi pembiayaan yang dikeluarkan. Proyek yang memberikan keuntungan adalah proyek yang memberikan nilai positif atau NPV > 0, artinya manfaat yang diterima proyek lebih besar dari semua biaya total yang dikeluarkan. NPV < 0, berarti rugi karena biaya total yang dikeluarkan lebih besar dari manfaat yang diperoleh. Secara matematis NPV dirumuskan sebagai berikut:
Dimana : NVP = Net Present Value Bt = Benefit
Ct = Cost
∑
= +−= n
t i t
Ct Bt NPV
Supriana, Tavi (2010) mengemukakan bahwa untuk menguji hipotesis komperatif digunakan Uji Mann Whitney, yang secara sistematis ditulis :
�1 =�1�2+�1(�1+ 1)
2 − �1
�2 = �1�2+�2(�2+ 1)
2 − �2
Dimana : �1 = jumlah sampel pertama �2 = jumlah sampel kedua
�1 = jumlah rangking pada sampel �1 �2 = jumlah rangking pada sampel �2
3.5 Definisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami penelitian ini, maka dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut :
3.5.1 Definisi
1. Usahatani jambu biji adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan penghasilan dengan cara melakukan budidaya jambu biji pada sebidang lahan untuk menghasilkan buah jambu biji yang akan dijual ke konsumen.
2. Petani adalah orang yang melakukan usahatani sebagai pekerjaan utama maupun sampingan.
4. Biaya tetap (Fixed Cost) adalah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani, dimana besar kecilnya tidak dipengaruhi dengan besar kecilnya output yang diperoleh per satu kali musim tanam dengan satuan rupiah (Rp). 5. Biaya tidak tetap (Variabel Cost) adalah biaya yang dikeluarkan dalam
kegiatan usahatani yang besar kecilnya dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilkan per satu kali musim tanam dengan satuan rupiah (Rp).
6. Umur adalah umur dari petani yang menjadi responden.
7. Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal yang diterima petani.
8. Pengalaman bertani adalah lamanya petani tersebut bergelut dibidang pertanian.
9. Tenaga kerja adalah orang yang mengelola usahatani pada sebidang pada sebidang tanah yang merupakan tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dan tenaga kerja luar keluarga (TKLK).
10.Total penerimaan adalah hasil perkalian antara jumlah produksi dengan harga jual dengan satuan rupiah (Rp).
11.Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan selama proses pemeliharaan usahatani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah menghasilkan dengan satuan rupiah (Rp).
3.5.2 Batasan Operasional
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
4.1 Letak dan Keadaan Geografis
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan Sunggal terletak 3º35´- 5º00´ LU dan 98º35´ - 98º50´ BT. Adapun daerah yang dipilih adalah Desa Sei Semayang. Daerah penelitian merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian 24 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan rata-rata pertahun 1500 mm. Daerah ini beriklim tropis dengan suhu berkisar antara 23°C – 34°C. Jarak daerah penelitian ke ibukota kecamatan 3 km, sementara jarak ibukota kabupaten 40 km.
Adapun batas-batas wilayah daerah penelitian adalah sebagai berikut : • Sebelah Utara berbatasan dengan Medan Binjai
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sei Mencirim dan Medan Krio • Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Puji Mulyo
• Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tunggorono, Binjai Timur
4.2Keadaan Penduduk
a. Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Penduduk Desa Sei Semayang berjumlah 26.866 orang yang tinggal dipemukiman yang tersebar di Desa Sei Semayang. Distribusi penduduk Desa Sei Semayang berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut :
Tabel 7. Penduduk Menurut Jenis Kelamin Desa Sei Semayang 2013 Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)
Laki-laki 13.168 49,01
Perempuan 13.698 50,99
Jumlah 26.866 100
Sumber : Kantor Kepala Desa 2014
Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Desa Sei Semayang pada tahun 2014 sebesar 26.866 orang meliputi 13.168 orang (49,01%) laki-laki dan 13.698 orang (50,99%) perempuan. Jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk berjenis kelamin laki-laki.
b. Penduduk Menurut Kelompok Umur
Penduduk Desa Sei Semayang berjumlah 26.866 orang dengan rumah tangga yang tersebar di setiap dusun. Berdasarkan golongan umur, penduduk Desa Sei Semayang dapat dikelompokkan sebagai berikut :
Tabel 8. Penduduk Menurut Kelompok Umur Desa Sei Semayang 2013 No Kelompok Umur Jumlah (orang) Persentase (%)
1 0- 14 7.180 26,7
2 15- 54 16.977 63,2
keseluruhan. Usia produktif merupakan usia dimana seseorang memiliki nilai ekonomi tinggi sehingga dapat menghasilkan barang dan jasa dengan efektif.
c. Penduduk Menurut Agama
Penduduk Desa Sei Semayang yang berjumlah 26.866 orang menganut agama yang berbeda-beda. Agama yang dianut oleh penduduk terdiri dari sebagai berikut:
Tabel 9. Penduduk Menurut Agama Desa Sei Semayang 2013
No Agama yang Dianut Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 Islam 17.555 65
2 Kristen Katholik 7.963 30
3 Kristen Protestan 458 1,7
4 Hindu 367 1,4
5 Buddha 523 1,9
Jumlah 26.866 100
Sumber : Kantor Kepala Desa 2014
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa penduduk Desa Sei Semayang didominasi oleh penduduk beragama Islam dengan jumlah 17.555 orang (65%), kemudian penduduk beragama Kristen Katholik 7.963 orang (30%), Kristen Protestan 458 orang (1,7%), Hindu 367 orang (1,4%), dan Buddha 523 orang (1,9%).
d. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Tabel 10. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Desa Sei Semayang 2013 No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Jumlah (%)
1 Tidak/Belum Tamat SD 1.469 5,47
2 SD 2.685 9,99
3 SMP 10.028 37,3
4 SMA 12.022 44,7
5 Perguruan Tinggi 662 2,46
Jumlah 26.866 100
Sumber : Kantor Kepala Desa 2014
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di Desa Sei Semayang tingkat pendidikannya adalah SMA sebesar 12.022 orang (44,7%). Selanjutnya diikuti oleh tingkat pendidikan SMP (37,3%), SD (9,99%), dan Perguruan Tinggi (2,46%). Tingkat pendidikan penduduk Desa Sei Semayang didominasi oleh tingkat pendidikan tamat SMA serta sudah banyak penduduk Desa Sei Semayang yang mengecap pendidikan sampai perguruan tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan penduduk Desa Sei Semayang tergolong tinggi, hal ini akan mempermudah dalam pembangunan dan pengembangan desa tersebut karena tingkat pendidikan yang tinggi akan berpengaruh terhadap tingkat adopsi teknologi yang tinggi pula.
4.3Sarana dan Prasarana
No Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)
1 TK 7
2 PAUD 3
3 SD/MI 12
4 SMP/MTs 5
5 SMA/MA 4
6 Puskemas 1
7 Pustu 5
8 Puskesdes 3
9 Masjid 8
10 Mushalla 21
11 Gereja 12
12 Vihara 2
Sumber : Kantor Kepala Desa 2014
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Perkembangan Usahatani Jambu Biji di Kabupaten Deli Serdang
Perkembangan usahatani jambu biji di daerah penelitian selama 5 tahun terakhir (2008-2012) ditentukan berdasarkan jumlah produksi jambu biji yang terdapat di Kabupaten Deli Serdang.
Tabel 12. Jumlah Produksi Jambu Biji di Kabupaten Deli Serdang No Tahun Jumlah Produksi (Ton)
1 2008 15.320
Dari tabel di atas, perkembangan jumlah produksi jambu biji di Kabupaten Deli Serdang dapat digambarkan dalam grafik sebagai berikut :
Grafik 1. Perkembangan Produksi Jambu Biji Tahun 2008-2012 Kabupaten Deli Serdang
Perkembangan Produksi Jambu Biji Tahun 2008-2012
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa perkembangan jumlah produksi usahatani jambu biji mengalami peningkatan setiap tahunnya di Kabupaten Deli Serdang selama 5 tahun terakhir berkembang sebesar 5,2% atau sekitar 1,04% pertahunnya. Ini diperoleh dari hasil perkurangan produksi jambu tahun 2012 dengan 2008, kemudian dibagi tahun 2008 dan dikali 100 persen.
5.2 Perbedaan Karakteristik Petani Jambu Biji Yang Baru Menghasilkan dan Yang Sudah Lama Menghasilkan
Petani jambu biji yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 60 orang yang terdiri dari 30 orang petani jambu biji yang baru menghasilkan dan 30 orang petani jambu biji yang sudah lama menghasilkan. Gambaran umum responden yang meliputi umur, umur tanaman, luas lahan, pendidikan, pengalaman bertani, dan jumlah tanggungan akan diuraikan sebagai berikut :
5.2.1 Umur Petani
Komposisi umur responden petani jambu biji yaitu antara 30 – 71 tahun, yang dapat disajikan melalui tabel sebagai berikut :
Tabel 13. Komposisi Umur Petani Jambu Biji Yang Baru Menghasilkan dan Yang Sudah Lama Menghasilkan
No Umur
Tanaman Baru Tanaman Lama Jumlah
Sumber : Analisis Data primer
tahun, hal ini menunjukkan bahwa petani jambu biji di daerah ini masih produktif untuk mengelola usahatani jambu biji di daerah penelitian ini. Adapun rerata umur petani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan adalah 43 tahun dan 49 tahun.
Untuk melihat ada tidaknya perbedaan antara umur petani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan maka dilakukan Uji Mann Whitney dengan nilai signifikansi adalah 0,003. Nilai yang diperoleh lebih kecil daripada probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H1 diterima, artinya ada perbedaan antara
umur petani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan.
5.2.2 Umur Tanaman
Komposisi umur tanaman petani jambu biji yaitu antara 3-12 tahun, dimana tanaman jambu biji yang baru menghasilkan dengan umur tanaman < 7 tahun dan tanaman jambu biji yang sudah menghasilkan dengan umur tanaman ≥ 7 tahun yang dapat disajikan melalui tabel sebagai berikut :
Tabel 14. Komposisi Umur Tanaman Petani Jambu Biji Yang Baru Menghasilkan dan Yang Sudah Lama Menghasilkan
Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata jambu biji yang baru menghasilkan memiliki umur tanaman 2- 7 tahun dan rata-rata jambu biji yang sudah lama menghasilkan memiliki umur tanaman 8-12 tahun. Adapun rerata umur tanaman jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan adalah 4 tahun dan 8 tahun.
Untuk melihat ada tidaknya perbedaan antara umur tanaman petani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan maka dilakukan Uji Mann Whitney dengan nilai signifikansinya adalah 0,000. Nilai yang diperoleh lebih kecil daripada probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05.
Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H1 diterima, artinya ada perbedaan
antara umur tanaman petani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan.
5.2.3 Luas Lahan
Komposisi pengalaman bertani petani jambu biji yaitu antara 3 – 35 tahun, yang dapat disajikan melalui tabel sebagai berikut :
Tabel 15. Komposisi Luas Lahan Petani Jambu Biji Yang Baru Menghasilkan dan Yang Sudah Lama Menghasilkan
No Luas Lahan
Tanaman Baru Tanaman Lama Jumlah
Tabel di atas menunjukkan bahwa 80% petani jambu biji yang baru menghasilkan dan 66,7% petani jambu biji yang sudah lama menghasilkan memiliki luas lahan antara 0,1-0,4 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa luas lahan petani masih terbatas untuk mengelola usahatani jambu biji di daerah ini. Adapun rerata luas lahan jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan adalah 0,3 Ha.
Untuk melihat ada tidaknya perbedaan luas lahan antara petani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan maka dilakukan Uji Mann Whitney dengan nilai signifikansinya adalah 0,229. Nilai yang diperoleh lebih besar daripada probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa Ho diterima atau H1 ditolak, artinya tidak ada perbedaan
antara luas lahan petani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan.
5.2.4 Pengalaman Bertani
Komposisi pengalaman bertani petani jambu biji yaitu antara 3 – 35 tahun, yang dapat disajikan melalui tabel sebagai berikut :
Tabel 16. Komposisi Pengalaman Bertani Petani Jambu Bii Yang Baru Menghasilkan dan Yang Sudah Lama menghasilkan
No Pengalaman Beternak
Tanaman Baru Tanaman Lama
Tabel di atas menunjukkan bahwa 50% petani jambu biji yang baru menghasilkan dan 40% petani jambu biji yang sudah lama menghasilkan memiliki pengalaman bertani selama 11-20 tahun, hal ini menunjukkan bahwa petani jambu biji di daerah ini sudah cukup berpengalaman dalam mengelola usahatani jambu biji di daerah penelitian ini. Adapun rerata pengalaman petani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan adalah 15 tahun dan 17 tahun.
Untuk melihat ada tidaknya perbedaan antara pengalaman bertani petani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan dilakukan Uji Mann Whitney dengan nilai signifikansinya adalah 0,001. Nilai yang diperoleh lebih kecil daripada probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05.
Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H1 diterima, artinya ada perbedaan
antara pengalaman bertani antara petani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan.
5.2.4 Tingkat Pendidikan
Komposisi tingkat pendidikan petani jambu biji yaitu antara 6 – 12 tahun, yang dapat disajikan melalui tabel sebagai berikut :
Tabel 17. Komposisi Tingkat Pendidikan Petani Jambu Biji Yang Baru Menghasilkan dan Yang Sudah Lama Menghasilkan
No Tingkat Pendidikan
Tanaman Baru Tanaman Lama
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan bahwa 46,7% petani jambu biji yang baru menghasilkan dan 36,7% petani jambu biji yang sudah lama menghasilkan telah menempuh pendidikan selama 12 tahun (SMA), hal ini menunjukkan bahwa petani jambu biji di daerah ini telah cukup terdidik sehingga dapat mengelola usahatani jambu biji di daerah penelitian ini. Adapun rerata pendidikan petani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan adalah 10 tahun dan 9 tahun.
Untuk melihat ada tidaknya perbedaan antara pendidikan petani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan maka dilakukan Uji Mann Whitney dengan nilai signifikansinya adalah 0,104. Nilai yang diperoleh lebih besar daripada probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima atau H1 ditolak, artinya tidak ada perbedaan
antara pendidikan petani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan.
5.2.5 Jumlah Tanggungan
Tabel 18. Komposisi Jumlah Tanggungan Petani Jambu Biji Yang Baru Menghasilkan dan Yang Sudah Lama Menghasilkan
No Jumlah
Tanggungan
Tanaman Baru Tanaman Lama Jumlah
Sumber : Analisis Data Primer
Tabel di atas menunjukkan bahwa 36,7% petani jambu biji yang baru menghasilkan memiliki tanggungan sebanyak 3 orang dan 23,3% petani jambu biji yang sudah lama menghasilkan juga memiliki tanggungan sebanyak 3 orang. Hal ini menunjukkan bahwa samanya jumlah tanggungan petani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan. Adapun rerata jumlah tanggungan petani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan adalah 3 orang.
Untuk melihat ada tidaknya perbedaan antara jumlah tanggungan petani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan maka dilakukan Uji Mann Whitney dengan nilai signifikansinya adalah 0,645. Nilai yang diperoleh lebih besar daripada probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima atau H1 ditolak, artinya tidak
5.3 Perbedaan Pengaruh Input Dan Output Antara Usahatani Jambu Biji Yang Baru Menghasilkan Dan Yang Sudah Lama Menghasilkan
5.3.1 Perbedaan Pengaruh Input Terhadap Output Usahatani Jambu Biji Yang Baru Menghasilkan
Dengan menggunakan persamaan linear berganda, dibentuk fungsi persamaan pendapatan petani jambu biji yang baru menghasilkan. Variabel-variabel yang dianggap berpengaruh terhadap pendapatan petani jambu biji yang baru menghasilkan adalah : bibit, tenaga kerja, pupuk, pestisida dan peralatan. Seluruh variabel tersebut secara serentak dimasukkan dalam persamaan linier berganda sebagai berikut :
Y= –7E+007 + 78,949 X1 – 2,454 X2 + 23,552 X3 + 30,407 X4 + 677,749 X5 Tabel 19. Pengaruh Input Terhadap Output Dalam Usahatani Jambu Biji Yang
Baru Menghasilkan
Variabel Koefisien t Hitung Signifikan
Konstanta -7E+007 -1,423 0,165
Bibit 78,949 2,718 0,012
Tenaga Kerja -2,454 -2,124 0,046
Pupuk 23,552 2,562 0,017
Pestisida 30,407 0,548 0,589
Peralatan 677,749 0,974 0,340
R2 0,860
Uji F 0,000
F Hitung 29,370
F Tabel 2,621
T Tabel 2,492
pendapatan petani jambu biji yang baru menghasilkan dipengaruhi oleh faktor bibit, tenaga kerja, pupuk, pestisida dan peralatan yang digunakan dalam usahataninya. Sedangkan 14% sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dapat dijelaskan dalam model ini.
Hasil uji pengaruh variabel secara serempak dengan menggunakan uji F menunjukkan bahwa nilai signifikansi F adalah sebesar (0,000*). Nilai yang diperoleh lebih kecil dari probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu sebesar α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H1 diterima, yaitu bibit
(X1), tenaga kerja (X2), pupuk (X3), pestisida (X4), dan peralatan (X5) secara
serempak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani jambu biji yang baru menghasilkan (Y).
Dengan pengujian simultan di atas telah diketahui bahwa seluruh variabel bebas secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Namun perlu diketahui pula variabel bebas mana yang memiliki pengaruh yang lebih signifikan terhadap pendapatan petani jambu biji yang baru menghasilkan, apakah bibit, tenaga kerja, pupuk, pestisida dan peralatan. Untuk melihat itu, maka perlu dilakukan pengujian parsial (Uji t).
a. Bibit (X1)
Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel bibit memiliki nilai signifikansi t sebesar (0,012). Nilai yang diperoleh lebih kecil daripada probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H1
diterima, artinya variabel bibit (X1) secara parsial berpengaruh nyata terhadap
b. Tenaga Kerja (X2)
Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel tenaga kerja memiliki nilai signifikansi t sebesar (0,046). Nilai yang diperoleh lebih kecil daripada probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau
H1 diterima, artinya variabel tenaga kerja (X2) secara parsial berpengaruh nyata
terhadap pendapatan usahatani jambu biji yang baru menghasilkan (Y).
c. Pupuk (X3)
Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel pupuk memiliki nilai signifikansi t sebesar (0,017). Nilai yang diperoleh lebih kecil daripada probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H1
diterima, artinya variabel pupuk (X3) secara parsial berpengaruh nyata terhadap
pendapatan usahatani jambu biji yang baru menghasilkan (Y).
d. Pestisida (X4)
Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel pestisida memiliki nilai signifikansi t sebesar (0,589). Nilai yang diperoleh lebih besar daripada probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima atau
H1 ditolak, artinya variabel pestisida (X4) secara parsial tidak berpengaruh nyata
yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima atau H1 ditolak, artinya variabel peralatan (X5) secara parsial tidak berpengaruh nyata
terhadap pendapatan usahatani jambu biji yang baru menghasilkan (Y).
5.3.2 Perbedaan Pengaruh Input Terhadap Output Usahatani Jambu Biji Yang Sudah Lama Menghasilkan
Dengan menggunakan persamaan linear berganda, dibentuk fungsi persamaan pendapatan petani usahatani jambu yang sudah lama menghasilkan. Variabel-variabel yang dianggap berpengaruh terhadap pendapatan petani jambu biji yang sudah lama menghasilkan adalah : bibit, tenaga kerja, pupuk, pestisida dan peralatan. Seluruh variabel tersebut secara serentak dimasukkan dalam persamaan linier berganda sebagai berikut :
Y= 3E+007 + 25,044 X1 + 2,598 X2 + 33,250 X3 – 46,206 X4 – 1723,714 X5 Tabel 20. Pengaruh Input Terhadap Output Dalam Usahatani Jambu Biji Yang
Sudah Lama Menghasilkan
Variabel Koefisien t Hitung Signifikan
Konstanta 3E+007 0,74 0,478
Sumber : Analisis Data Primer
koefisien determinasi untuk model ini adalah 0,841. Artinya bahwa 84,1% pendapatan petani jambu biji yang sudah lama menghasilkan dipengaruhi oleh faktor bibit, tenaga kerja, pupuk, pestisida dan peralatan yang digunakan dalam usahataninya. Sedangkan 15,9% sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dapat dijelaskan dalam model ini.
Hasil uji pengaruh variabel secara serempak dengan menggunakan uji F menunjukkan bahwa nilai signifikansi F adalah sebesar (0,000*). Nilai yang diperoleh lebih kecil dari probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu sebesar α 5%
atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H1 diterima, yaitu bibit
(X1), tenaga kerja (X2), pupuk (X3), pestisida (X4), dan peralatan (X5) secara
serempak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani jambu biji yang sudah lama menghasilkan (Y).
Dengan pengujian simultan di atas telah diketahui bahwa seluruh variabel bebas secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Namun perlu diketahui pula variabel bebas mana yang memiliki pengaruh yang lebih signifikan terhadap pendapatan petani jambu biji yang sudah lama menghasilkan, apakah bibit, tenaga kerja, pupuk, pestisida dan peralatan. Untuk melihat itu, maka perlu dilakukan pengujian parsial (Uji t).
ditolak, artinya variabel bibit (X1) secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap
pendapatan usahatani jambu biji yang sudah lama menghasilkan (Y).
b. Tenaga Kerja (X2)
Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel tenaga kerja memiliki nilai signifikansi t sebesar (0,002). Nilai yang diperoleh lebih kecil daripada probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau
H1 diterima, artinya variabel tenaga kerja (X2) secara parsial berpengaruh nyata
terhadap pendapatan usahatani jambu biji yang sudah lama menghasilkan (Y).
c. Pupuk (X3)
Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel pupuk memiliki nilai signifikansi t sebesar (0,000). Nilai yang diperoleh lebih kecil daripada probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H1
diterima, artinya variabel pupuk (X3) secara parsial berpengaruh nyata terhadap
pendapatan usahatani jambu biji yang sudah lama menghasilkan (Y).
d. Pestisida (X4)
Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel pestisida memiliki nilai signifikansi t sebesar (0,427). Nilai yang diperoleh lebih besar daripada probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima atau
H1 ditolak, artinya variabel pestisida (X4) secara parsial tidak berpengaruh nyata
terhadap pendapatan usahatani jambu biji yang sudah lama menghasilkan (Y)
e. Peralatan (X5)
Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel peralatan memiliki nilai signifikansi t sebesar (0,011). Nilai yang diperoleh lebih kecil daripada probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau
H1 diterima, artinya variabel peralatan (X5) secara parsial berpengaruh nyata
terhadap pendapatan usahatani jambu biji yang sudah lama menghasilkan (Y).
5.4 Perbedaan Pendapatan Antara Usahatani Jambu Biji Yang Baru Menghasilkan Dan Yang Sudah Lama Menghasilkan
Didalam Pendapatan terdapat biaya produksi dan penerimaan. Dari hasil tersebut maka akan di uraikan biaya produksi serta penerimaan jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan. Nilai input usahatani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 21. Input Usahatani Jambu Biji Yang Baru Menghasilkan Dan Yang Sudah Lama Menghasilkan
No Jenis
Input
Tanaman Baru Tanaman Lama Nilai
(Rp/Tahun/Petani)
Nilai
(Rp/Tahun/Petani)
1 Bibit 990.416,67 936.916,67
2 Tenaga Kerja 21.425.000 25.760.000
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa input dari usahatani yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan memiliki perbedaan yaitu pada lebih besarnya biaya yang dikeluarkan oleh petani tanaman baru dalam menjalankan usahatani jambu biji. Rataan biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani tanaman baru yaitu sebesar Rp 28.948.328,- per petani/tahun. Sedangkan rataan biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani tanaman lama yaitu sebesar Rp 34.348.708,- per petani/tahun.
Perbedaan output usahatani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 22. Output Usahatani Jambu Biji Yang Baru Menghasilkan Dan Yang Sudah Lama Menghasilkan
No Jenis
Output
Tanaman Baru Tanaman Lama Nilai
(Rp/Tahun/Petani)
Nilai
(Rp/Tahun/Petani) 1 Penerimaan Jambu
Biji
102.208.333 122.500.000
Jumlah 102.208.333 122.500.000
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa rataan penerimaan dari penjualan jambu biji usahatani jambu biji yang baru menghasilkan adalah Rp 102.208.333,-per petani/tahun. Sedangkan rataan penerimaan dari penjualan jambu biji usahatani jambu biji yang sudah lama menghasilkan adalah Rp 122.500.000,-per petani/tahun,.
diperoleh rataan pendapatan untuk masing-masing jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan yang dapat dilihat dari tabel sebagai berikut :
Tabel 23. Perbedaan Pendapatan Usahatani Jambu Biji Yang Baru Menghasilkan dan Yang Sudah Lama Menghasilkan
No Keterangan Tanaman Baru
(Rp/Tahun/Petani)
Tanaman Lama (Rp/Tahun/Petani)) 1 Total Biaya Produksi 28.948.328 34.348.708
2 Total Penerimaan 102.208.333 122.500.000
3 Total Pendapatan 73.259.792 88.151.282
Sumber : Analisis Data Primer
besar daripada probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima atau H1 ditolak, artinya tidak ada perbedaan
antara pendapatan usahatani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan.
5.5 Perbedaan Kelayakan Antara Usahatani Jambu Biji Yang Baru Menghasilkan Dan Yang Sudah Lama Menghasilkan
Kelayakan usaha dapat dianalisis menggunakan kriteria investasi IRR (Internal Rate of Return). Teknik IRR digunakan dalam mengevaluasi usulan proyek
capital budgeting, maka keputusan diterima atau tidaknya proyek tersebut akan
tergantung pada berapa rate of return yang digunakan sebagai discount factor dalam menentukan present value dari cash inflow yang diterima. Perhitungan IRR dilakukan secara “trial and error” sampai diperoleh tingkat discount factor yang akan menyebabkan NPV sama dengan 0.
Tabel berikut ini menunjukkan nilai NPV dan IRR kelayakan usahatani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan.
Tabel 24. Nilai NPV dan IRR Kelayakan Usahatani Jambu Biji Yang Baru Menghasilkan Dan Yang Sudah Lama Menghasilkan
No Keterangan Tanaman Baru Tanaman Lama
1 NPV (Net Present Value) Rp 348.341.294 Rp 394.187.425
2 IRR (Internal Rate of Return) 37,8% 38,2%
Sumber : Analisis Data Primer
deposito dan bunga kredit yang berlaku yaitu 7% dan 13%. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H1 diterima, artinya usahatani jambu biji yang baru
menghasilkan layak untuk diusahakan.
Sedangkan total nilai NPV untuk usahatani jambu biji yang sudah lama menghasilkan adalah Rp 394.187.425 ,- dengan nilai IRR 38,2%. Nilai NPV bernilai positif dan nilai IRR lebih besar daripada tingkat suku bunga deposito dan bunga kredit yang berlaku yaitu 7% dan 13%. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H1 diterima, artinya usahatani jambu biji yang sudah lama
menghasilkan layak untuk diusahakan.
5.6 Kesulitan-Kesulitan Yang Dihadapi Petani Jambu Biji
Permasalahan usahatani di Indonesia pada umumnya disebabkan antara lain karena aspek teknologi yang belum memadai, kurangnya permodalan, perubahan iklim, luas kepemilikan lahan yang rata-rata sempit, infrastruktur, sarana prasarana lahan dan air yang kurang mendukung jalannya usahatani, harga jual petani yang rendah dan juga belum mantapnya sistem dan pelayanan penyuluhan.
(integrated farming system). Oleh karena itu persoalan membangun kelembagaan (institution) di bidang pertanian dalam pengertian yang luas menjadi semakin penting, agar petani mampu melaksanakan kegiatan yang tidak hanya menyangkut on farm bussiness saja, akan tetapi juga terkait erat dengan aspek-aspek off farm agribussinessnya (Tjiptoherijanto, 1996).
Dari pendapat di atas, adapun yang menjadi kesulitan-kesulitan para petani untuk usahatani jambu biji di Desa Sei Semayang, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang adalaha sebagai berikut :
1. Luas Lahan Yang Terbatas
Sajogyo (1999), lahan merupakan salah satu faktor penting yang menentukan status petani, apakah tergolong sebagai petani miskin atau petani yang lebih tinggi taraf hidupnya. Tingkat luasan usahatani menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat petani, semakin luas areal tani maka semakin tinggi tingkat produksi dan pendapatan yang diterima.
juga dikarenakan bahwa daerah ini sudah banyak dibangun perumahan serta gedung-gedung baru, sehingga lahan yang digunakan untuk bertani diganti dengan pemukiman yang ada oleh pemilik lahan itu sendiri.
2. Pemasaran
Faktor lain yang sangat berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh petani adalah pemasaran. Menurut Kotler (1997) pemasaran adalah suatu proses dan manajerial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan yang bernilai dengan pihak lain. Definisi pemasaran ini pada konsep intinya adalah kebutuhan (needs), keinginan (wants), dan permintaan (demands).
Dari penjelasan di atas, pemasaran juga merupakan kesulitan yang sering dihadapi oleh petani di Desa Sei Semayang, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Penyebab yang sering terjadi dalam hal pemasaran adalah pada waktu bulan puasa, karena berkurangnya konsumen untuk mengkonsumsi buah seperti jambu biji, dan ketika terjadi banjirnya produksi buah menyebabkan turunnya harga jual jambu biji dikalangan petani. Seperti biasa harga jual jambu biji adalah Rp. 3000,-/ kg, bahkan terkadang mencapai Rp. 5000,- 3000,-/ kg. Tetapi jika terjadi banjir buah
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Jumlah produksi jambu biji di, Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2008-2012 mengalami peningkatan sebesar 5,2% atau sekitar 1,04% pertahunnya. 2. Terdapat perbedaan karakteristik antara petani jambu biji yang baru
menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan. (a) Terdapat perbedaan umur antara petani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan. (b) Terdapat perbedaan umur tanaman petani antara jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan. (c) Tidak terdapat perbedaan luas lahan antara petani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan. (d) Terdapat perbedaan pengalaman bertani antara petani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan. (e) Tidak terdapat perbedaan tingkat pendidikan antara petani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan. (f) Tidak terdapat perbedaan jumlah tanggungan antara petani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan.
lama menghasilkan dipengaruhi oleh faktor bibit, tenaga kerja, pupuk, pestisida dan peralatan yang digunakan dalam usahataninya.
4. Terdapat perbedaan pendapatan antara petani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan. Pendapatan petani jambu biji yang baru menghasilkan adalah Rp 73.259.792,- per petani/tahun sedangkan pendapatan petani jambu biji yang sudah lama menghasilkan adalah Rp 88.151.282,- per petani/tahun. Pendapatan petani jambu biji yang sudah lama menghasilkan daripada pendapatan petani jambu biji yang sudah lama menghasilkan.
5. Usahatani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan layak untuk diusahakan dengan nilai analisis kelayakan IRR (Internal Rate of Return) usahatani jambu biji yang baru menghasilkan adalah 37,8% dan nilai analisis kelayakan IRR (Internal Rate of Return) usahatani jambu biji yang sudah lama menghasilkan adalah 38,2%.
6.2 Saran
6.2.1 Kepada Petani
Agar menjaga dan meningkatkan kualitas dan kesegaran buah jambu biji saat pasca panen atau penyortiran buah jambu biji hingga sampai ke tangan konsumen. Agar membentuk kelompok tani dan koperasi agar petani bisa meningkatkan produksinya dan meminimumkan biaya produksi usahatani jambu biji.
6.2.2 Kepada Pemerintah
Perlunya peran pemerintah untuk memperbaiki dan menjaga kestabilitas harga di pasar tradisional maupun pasar internasional. Dan perlunya peran pemerintah untuk memberikan bantuan sarana maupun prasarana guna mendukung perkembangan usahatani jambu biji.
Agar pemerintah dapat memberikan bantuan seperti berikut :
a) Menyediakan sarana produksi yang bersubsidi dan lebih murah sehingga petani dapat memenuhi ketersediaan sarana produksinya dengan harga yang terjangkau dan efisien sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani.
b) Pemerintah seharusnya memberikan bantuan dengan sepenuh hati berupa bibit dan obat-obatan untuk usahatani jambu biji sehingga produksinya lebih berkualitas dan meningkat.
6.2.3 Kepada Peneliti Selanjutnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
Jambu biji disebut juga Jambu Klutuk (Bahasa Jawa), Jambu Siki, atau Jambu Batu yang dalam bahasa Latin disebut Psidium Guajava. Tanaman jambu biji merupakan tanaman yang mampu menghasilkan buah sepanjang tahun dan mampu tahan terhadap beberapa hama dan penyakit. Tanaman jambu biji telah dikembangkan dibanyak negara, seperti India, Malaysia, Brazil, Filipinha, Australia, Jepang, dan Taiwan. Negara dengan jumlah Ekspor jambu biji terbanyak adalah Thailand (Rahyu, 2007).
Produk utama jambu biji adalah buahnya. Buah jambu biji memiliki bentuk, ukuran, dan rasa yang beragam. Bentuknya ada yang bulat atau agak bulat dan bulat lonjong. Ada yang berukuran besar, sedang, dan kecil. Demikian pula rasanya, ada yang manis, agak manis, dan hambar tergantung dari varietasnya. Buah yang sudah masak enak dimakan sebagai buah segar, bahkan agak matang pun sudah enak dimakan (Cahyono, 2010).
Jambu biji merupakan tanaman perdu bercabang banyak dengan tinggi mencapai 3-10 m. Pada umumnya umur tanaman jambu biji hingga 30-40 tahun, dimana tanaman yang berasal dari biji relatif berumur lebih panjang dibandingkan hasil cangkokan atau okulasi. Batang jambu biji memiliki ciri khusus yaitu berkayu keras, liat, tidak mudah patah, kuat, dan padat. Sedangkan kulit kayunya halus dan mudah terkelupas. Daun jambu biji berbentuk bulat panjang, bulat langsing, atau bulat oval dengan ujung tumpul atau lancip. Panjang helai daun sekitar 5-15 cm dan panjang tangkai berkisar 3-7 mm (Septiani, 2009).
Jambu biji sebagai bahan makanan mengandung nutrisi yang lengkap dan memenuhi standar gizi untuk memenuhi kebutuhan gizi yang diperlukan tubuh untuk kesehatan. Jambu biji merupakan sumber vitamin C yang sangat baik untuk antioksidan. Kandungan nutrisi atau komposisi kimia jambu biji secara lengkap seperti disajikan pada tabel 2.1.
Tabel 3. Kandungan Nutrisi dalam Buah Jambu Biji Setiap 100 Gram Bahan yang Dapat Dimakan
No Jenis Zat Gizi Banyaknya Kandungan Gizi
1 Energi 49,00 kal
2 Protein 0,90 gram
3 Lemak 0,30 gram
4 Karbohidrat 12,20 gram
5 Kalsium 14,00 mg
6 Fosfor 28,00 mg
7 Serat 5,60 gram
Jambu biji dapat tumbuh ditanah-tanah yang banyak mengandung pasir hingga yang berat. Namun, tampak jelas bahwa jambu biji tumbuh lebih subur ditanah yang banyak mengandung bahan organik dan dapat menyerap air dengan baik. Jambu biji dapat tumbuh subur ditanah yang tanahnya berada 50-200 cm dibawah tanah. Di daerah Pasar Minggu yang tanahnya merah (tanah latosol) dan air tanahnya sedalam 10 m lebih, hasil jambu biji dari tahun ke tahun tetap memuaskan. Keadaan curah hujan yang tinggi (lebih dari 2000 mm pertahun) merupakan faktor yang dapat mengimbangi kedalaman air tersebut (Rismunindar, 1989).
Tanaman jambu biji merupakan tanaman daerah tropis dan dapat tumbuh didaerah sub-tropis dengan intensitas curah hujan yang diperlukan berkisar antara 1000-2000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun serta ketinggian antara 5-1200 m dpl. Dalam budidaya tanaman jambu biji angin berperan dalam penyerbukan, namun angin yang kencang dapat menyebabkan kerontokan pada bunga. Tanaman ini dapat tumbuh berkembang serta berbuah dengan optimal pada suhu sekitar 23-28°C disiang hari. Kekurangan sinar matahari dapat menyebabkan penurunan hasil atau kurang sempurna (kerdil), kondisi yang ideal adalah musim berbunga dan berbuah pada waktu musim kemarau yaitu sekitar bulan Juli-September sedangkan musim buahnya terjadi bulan November-Februari bersamaan dengan musim penghujan (Septiani, 2009).
digunakan diantaranya adalah urea, TSP/SP36, KCl, atau pupuk majemuk NPK. Selain pupuk, juga diperlukan obat-obatan kimia untuk memberantas hama dan penyakit yang muncul selama budidaya jambu biji. Obat-obatan kimia yang sering digunakan oleh petani diantaranya decis, antracol, curacron, dan dithane (Septiani, 2009).
2.2 Penelitian Terdahulu
Maruli Tumpal (2010) dalam penelitian yang berjudul Analisis Finansial Usaha Tani Jambu Biji di Desa Sembahe Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang menyimpulkan bahwa tingkat pendapatan petani jambu biji di daerah penelitian menguntungkan dan layak diusahakan dari segi analisis finansial.
2.3 Landasan Teori
manajemen adalah faktor produksi yang terpenting. Hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output) biasanya disebut dengan fungsi produksi.
Untuk menghasilkan produksi (output) diperlukan bantuan kerjasama beberapa faktor produksi sekaligus. Masalah ekonomi yang kita hadapi kini adalah bagaimana petani dapat mengkombinasikan faktor-faktor produksi tersebut agar tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya baik secara fisik maupun secara ekonomis (Mubyarto, 1986).
IRR (Internal Rate of Return) merupakan sebuah tingkat pengembalian yang dinyatakan dalam persen yang identik dengan ongkos investasi. Dapat disebut sebagai nilai discount rate (i) yang membuat NPV dari suatu proyek sama dengan nol. Jadi bila IRR > discount factor proyek dikatakan layak, dan sebaliknya IRR < discout factor proyek dikatakan tidak layak (Prawirokusumo, 1990).
Karakteristik dari petani dalam usahatani yaitu sebagai berikut :
1. Umur
Umur dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang dalam bekerja. Bilamana dalam kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal (Hasyim, 2006).
2. Pendidikan
Tingkat pendidikan manusia pada umumnya menunjukkan daya kreativitas manusia dalam berpikir dan bertindak. Pendidikan rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan dalam memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia. Usaha-usaha penduduk berakibat hanya mampu menghasilkan pendapatan rendah (Kartasapoetra, 1994).
3. Pengalaman Bertani
Pengalaman seseorang dalam berusaha berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar. Bagi yang mempunyai pengalaman yang sudah cukup lama akan lebih mudah menerapkan inovasi daripada pemula (Soekartawi, 1999).
4. Jumlah Tanggungan
Menurut Hasyim (2006) jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu factor yang perlu diperhatikan dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi kebutuhannya. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan mendorong petani untuk melakukan banyak aktivitas dalam mencari dan menambah pendapatan keluarganya.
5. Luas Lahan
Sudaryanto dkk (2003) menjelaskan secara sosiologis, luas lahan yang dimiliki seseorang menunjukkan tingkatan struktur sosial seseorang dalam masyarakatnya. Sajogyo (1999) lahan merupakan salah satu faktor penting yang menentukan status petani, apakah tergolong sebagai petani miskin atau petani yang lebih tinggi taraf hidupnya. Tingkat luasan usahatani menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat petani, semakin luas areal tani maka semakin tinggi tingkat produksi dan pendapatan yang diterima.
2.4 Kerangka Pemikiran
Skema 1. Kerangka Pemikiran Menyatakan Hubungan
Pendapatan Pendapatan
Output Output
Input Input
USAHATANI JAMBU BIJI
Tidak Layak Layak
Tanaman Yang Sudah Lama Menghasilkan Tanaman Yang Baru
Menghasilkan
Untuk lebih memperjelas pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produksi dalam usahatani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan maka akan digambarkan dalam kerangka pemikiran sebagai berikut:
ss
Skema 2. Kerangka Pemikiran Tanaman Yang Baru
Menghasilkan
Tanaman Yang Sudah Lama Menghasilkan
Bibit
Tenaga Kerja Pestisida Pupuk
Tenaga Kerja Pestisida
Pupuk Bibit
Y = Output
--- = Pengaruh
2.5 Hipotesis Penelitian
1. Ada perkembangan usahatani jambu biji 5 tahun terakhir di daerah penelitian.
2. Ada perbedaan karakteristik petani usahatani jambu biji di daerah penelitian.
3. Ada perbedaan pengaruh faktor –faktor produksi terhadap produksi antara usahatani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian.
4. Ada perbedaan pendapatan antara usahatani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian.
5. Ada perbedaan kelayakan antara usahatani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada umumnya, isi kebun di Indonesia adalah berupa tanaman buah-buahan, tanaman sayuran, tanaman hias dan wangi-wangian, tanaman bumbu masak, tanaman obat-obatan, dan tanaman penghasil rempah. Sementara itu, dinegara-negara maju budidaya tanaman hortikultura sudah merupakan suatu usahatani berpola komersial, yakni di usahakan secara monokultur di ladang produksi yang luas ; misalnya perkebunan apel, anggur, tomat dan pear (pyrus communis) di Amerika, perkebunan mangga dan kelengkeng di Queensland Australia, serta perkebunan tomat hidroponik di New Zealand (Zulkarnain, 2010).
Seiring dengan semakin pentingnya kedudukan hortikultura dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber berbagai vitamin dan mineral, di samping sebagai bahan baku berbagai produk olahan, pengusahaan hortikultura, khususnya buah-buahan, di Indonesia kini mulai dilakukan secara monokultur dan dikelola dengan pola agribisnis. Sebagai contoh, hal ini dapat dilihat pada usaha perkebunan apel di Batu, Malang ; perkebunan jeruk di Sungai Abang, Kabupaten Tebo, Jambi ; usaha agribisnis stoberi di Ciwidey, Jawa Barat.
ASEAN, Thailand merupakan salah satu negara pengembang jambu biji yang memprioritaskan menjadi komoditas komersial, menyusul kemudian Taiwan dan Malaysia. Sementara itu, di Indonesia pembudidayaan jambu biji umumnya masih terbatas dalam bentuk usaha pekarangan dan tidak bersifat komersial. Umumnya tanaman ini hanya difungsikan sebagai tanaman peneduh dan pemeliharaannya juga kurang diperhatikan. Sebagian besar pohon jambu biji yang ditanam oleh masyarakat Indonesia varietasnya didatangkan dari Thailand. Padahal sebenarnya jambu biji bila dibudidayakan secara komersial dapat memberi keuntungan yang besar karena harga jambu biji cukup tinggi dan stabil. Di pasaran misalnya, jambu biji varietas getas merah harganya dapat mencapai Rp. 6.000,00/kg–Rp. 10.000,00/kg, tergantung kualitasnya. Jambu biji kualitas utama (bobot buah 500– 1.000 gram/buah) di pasaran harganya mencapai Rp. 10.000,00/kg.
Berikut data produksi buah-buahan (tabel 1.1) menurut jenis tanaman tahun 2008-2012 di Provinsi Sumatera Utara.
Tabel 1. Produksi Buah-Buahan Menurut Jenis Tanaman 2008-2012 (Ton) Jenis Tanaman
Type of Plant 2008 2009 2010 2011 2012
1. Alpukat/ Avocado 9 093 7 481 7 644 8 083 7 954 2. Mangga/ Mangoes 27 402 21 971 28 131 31 742 35 470
3. Jambu Biji/ Guava 22 782 24 682 35 261 20 716 19 861
4. Sawo/ Saoodilas 10 721 13 833 6 711 7 543 9 397
5. Pepaya/ Papayas 23 287 27 659 29 040 36 057 31 658 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara 2013
Dalam data pada tabel 1.1 terlihat bahwa setiap tahunnya Sumatera Utara mengalami fluktuasi produksi jambu biji. Pada tahun 2010, Sumatera Utara mencapai produksi jambu biji tertinggi yaitu sebesar 35261 ton. Tetapi untuk tahun selanjutnya terus mengalami penurunan produksi yang cenderung tajam.
Tabel 2. Luas Lahan, Produktivitas, dan Produksi Jambu Biji Per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara 2013
No Kabupaten/Kota Luas Lahan (Ha)
tersebut, maka menjadi suatu hal yang menarik untuk menganalisis usahatani jambu biji di Kabupaten Deli Serdang.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana perkembangan usahatani jambu biji 5 tahun terakhir di daerah penelitian ?
2. Bagaimana karakteristik petani usahatani jambu biji di daerah penelitian ? 3. Bagaimana perbandingan pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produksi
antara usahatani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian ?
4. Bagaimana perbandingan pendapatan antara usahatani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian?
5. Bagaimana perbandingan kelayakan antara usahatani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian?
6. Apa saja yang menjadi kesulitan bagi petani jambu biji di daerah penelitian?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui perkembangan usahatani jambu biji 5 tahun terakhir di daerah penelitian.
3. Untuk menganalisis perbandingan pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produksi antara jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian.
4. Untuk mengetahui perbandingan pendapatan antara usahatani jambu yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan biji di daerah penelitian.
5. Untuk menganalisis perbandingan kelayakan antara usahatani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian. 6. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi kesulitan petani jambu biji di daerah
penelitian.
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai bahan informasi bagi petani jambu biji dalam melakukan usahatani jambu biji.
2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan untuk petani jambu biji.