Lampiran 1
RIWAYAT HIDUP PENELITI
Nama : Imela Sari
Tempat/ tanggal lahir : Medan, Sumatera Utara, Indonesia / 14 Juni 1991 Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Islam
Alamat : Jalan Aswad No.16 Gedung Johor, Medan, Sumatera Utara,Indonesia.
Nomor Telepon : 081375973977
Orang Tua : - Ayah : Asrul, SH - Ibu : Rosnida
Riwayat Pendidikan : TK Swasta Harapan Medan (1995 – 1997) SD Swasta Harapan I Medan (1997 – 2003) SMP Swasta Harapan I Medan (2003 – 2006) SMA Negeri 1 Medan (2006 – 2009)
Universitas Sumatera Utara (2009 – sekarang) Riwayat Organisasi : 1. Sekretaris OSIS SMP
2. Ketua Paduan Suara SMP 3. Ketua Divisi Akting Teater SMA
Medan, 11 Juli 2012
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
NIP :
Alamat :
telah mendapat keterangan secukupnya serta menyadari manfaat dari penelitian yang berjudul FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN DIARE PADA ANAK DI BEBERAPA SD KECAMATAN MEDAN DELI 2012 dan saya menyatakan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini dan memberi izin kepada anak yang berada dibawah tanggung jawab saya untuk menjadi responden tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.
Medan, 2012
Peneliti Pembuat Pernyataan
Lampiran 3
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD DI KECAMATAN MEDAN DELI TAHUN 2012 Nomor Responden : ……….
A. Identitas Responden
1. Nama anak :………
B. Keadaan lingkungan
a. Apa sumber air bersih yang adik gunakan dirumah? 1. Sumur gali
2. Air ledeng 3. Air galon/botol
4. Sumber lain, sebutkan...
b. Apakah air tersebut disimpan dahulu atau langsung digunakan? 1. Disimpan dulu 2. Langsung dimasak
c. Jika disimpan, apakah tempat penyimpanan ditutup? 1. Ya 2. Tidak
d. Apakah air tersebut dimasak dahulu sebelum diminum? 1. Ya 2. Tidak
e. Apakah keluarga adik memiliki kamar mandi di rumah?
1. Ya 2. Tidak
f. Jika tidak memiliki dimanakah Adik buang air besar?
C. Karakteristik individu
a. Apakah Adik selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum makan ?
1. Ya 2. Tidak
b. Apakah adik mencuci tangan dengan sabun setelah selesai buang air?
1. Ya 2. Tidak
c. Berapa kali adik memotong kuku dalam sebulan? 1. 1 kali 3. Lebih dari 4 kali
2. 2-3 kali
d. Apakah adik memakai alas kaki /sandal saat bermain di luar?
1. Ya 2. Tidak
e. Apakah adik sering minum air langsung tanpa dimasak?
1. Ya 2. Tidak
f. Apakah adik dibawakan bekal dari rumah untuk dimakan di sekolah oleh ibu?
1. Ya 2. Tidak
g. Apakah Adik sering jajan?
1. Ya 2. Tidak
h. Berapa uang jajan harian adik?
1. Kurang dari Rp 5.000 2.Lebih dari Rp 5.000 i. Jajanan apa yang sering Adik konsumsi?
1. Es 4.Permen
2. Ciki
3. Bakso 5. Dan lain-lain,sebutkan...
b. Jika ya, berapa lama adik mengalami diare
1. Kurang dari 7 hari 3. Lebih dari 14 hari
2. 7-14 hari E. Karakteristik Ibu
a. Apa pekerjaan ibu sehari-hari
1. Ibu rumah tangga 4. Pegawai Negri 2. Buruh 5. Petani
3. Pedagang/jasa 6. Sebutkan... b. Apa pendidikan / ijazah terakhir ibu ?
1. SD 3.SMA
2. SMP 4.Kuliah
F. Pendapatan Keluarga 1. <Rp 1.500.000
Resp Uang jajan Jenis Jajanan Diare Pekerjaan ibu Pendidikan
Ibu Pendapatan Keluarga 1 < Rp 5.000,00 Es Tidak Ibu Rumah Tangga SLTP < Rp 1.500.000,00
2 < Rp 5.000,00 Es >14 Hari Buruh SLTA < Rp 1.500.000,00 3 < Rp 5.000,00 Bakso < 7 Hari Ibu Rumah Tangga SLTA < Rp 1.500.000,00
4 < Rp 5.000,00 Bakso < 7 Hari Ibu Rumah Tangga SLTP Rp 3.000.000,00-Rp 5.000.000,00 5 < Rp 5.000,00 Bakso Tidak Ibu Rumah Tangga SLTP Rp 1.500.000,00-Rp 3.000.000 6 < Rp 5.000,00 Makanan Ringan Tidak Ibu Rumah Tangga SLTA < Rp 1.500.000,00
7 < Rp 5.000,00 Makanan Ringan < 7 Hari Ibu Rumah Tangga SLTA < Rp 1.500.000,00 8 < Rp 5.000,00 Es < 7 Hari Ibu Rumah Tangga SLTA < Rp 1.500.000,00
9 < Rp 5.000,00 Es Tidak PNS SLTA Rp 1.500.000,00-Rp 3.000.000
10 < Rp 5.000,00 Makanan Ringan Tidak Ibu Rumah Tangga SLTA Rp 1.500.000,00-Rp 3.000.000 11 < Rp 5.000,00 Makanan Ringan Tidak Ibu Rumah Tangga SLTA > Rp 5.000.000,00
12 < Rp 5.000,00 Bakso < 7 Hari Ibu Rumah Tangga SLTA < Rp 1.500.000,00 13 < Rp 5.000,00 Bakso < 7 Hari Ibu Rumah Tangga SLTA < Rp 1.500.000,00 14 < Rp 5.000,00 Permen Tidak Ibu Rumah Tangga SD < Rp 1.500.000,00 15 < Rp 5.000,00 Makanan Ringan Tidak Ibu Rumah Tangga SLTA < Rp 1.500.000,00 16 < Rp 5.000,00 Makanan Ringan Tidak Ibu Rumah Tangga SLTA < Rp 1.500.000,00
17 < Rp 5.000,00 Permen 7-14 Hari Ibu Rumah Tangga SLTA Rp 1.500.000,00-Rp 3.000.000 18 < Rp 5.000,00 Permen < 7 Hari Buruh SLTA < Rp 1.500.000,00
19 < Rp 5.000,00 Es >14 Hari Ibu Rumah Tangga SLTA Rp 3.000.000,00-Rp 5.000.000,00 20 < Rp 5.000,00 Makanan Ringan < 7 Hari Ibu Rumah Tangga SLTP Rp 1.500.000,00-Rp 3.000.000 21 < Rp 5.000,00 Makanan Ringan < 7 Hari Ibu Rumah Tangga SLTP < Rp 1.500.000,00
Resp Sex TTl BB Sumber Air Penyimapanan Dimasak Jamban Cuci & makan Cuci WC Kuku Kaki Alas Mentah
Resp Uang jajan Jenis Jajanan Diare Pekerjaan ibu Pendidikan
Ibu Pendapatan Keluarga 28 < Rp 5.000,00 Makanan Ringan Tidak Swasta SLTA Rp 1.500.000,00-Rp 3.000.000 29 < Rp 5.000,00 Makanan Ringan Tidak Buruh SLTA < Rp 1.500.000,00
30 < Rp 5.000,00 Makanan Ringan Tidak Pedagang/Jasa SLTA Rp 1.500.000,00-Rp 3.000.000 31 < Rp 5.000,00 Makanan Ringan Tidak Ibu Rumah Tangga SLTA < Rp 1.500.000,00
32 < Rp 5.000,00 Makanan Ringan Tidak Ibu Rumah Tangga SLTA < Rp 1.500.000,00 33 > Rp 5.000,00 Makanan Ringan Tidak Pedagang/Jasa SLTA < Rp 1.500.000,00 34 < Rp 5.000,00 Permen < 7 Hari Ibu Rumah Tangga SD < Rp 1.500.000,00 35 < Rp 5.000,00 Makanan Ringan < 7 Hari Ibu Rumah Tangga SLTP < Rp 1.500.000,00 36 < Rp 5.000,00 Makanan Ringan < 7 Hari Ibu Rumah Tangga SLTA < Rp 1.500.000,00
37 < Rp 5.000,00 Es < 7 Hari Pedagang/Jasa SLTP Rp 1.500.000,00-Rp 3.000.000 38 < Rp 5.000,00 Es Tidak Ibu Rumah Tangga SLTA < Rp 1.500.000,00
39 > Rp 5.000,00 Permen Tidak Pedagang/Jasa SLTA < Rp 1.500.000,00 40 > Rp 5.000,00 Makanan Ringan Tidak Ibu Rumah Tangga SLTA < Rp 1.500.000,00 41 > Rp 5.000,00 Es Tidak Ibu Rumah Tangga SLTP < Rp 1.500.000,00
42 > Rp 5.000,00 Es Tidak Buruh SLTA > Rp 5.000.000,00
43 > Rp 5.000,00 Makanan Ringan Tidak Buruh SLTA < Rp 1.500.000,00 44 < Rp 5.000,00 Makanan Ringan Tidak Ibu Rumah Tangga SLTA < Rp 1.500.000,00
45 < Rp 5.000,00 Makanan Ringan Tidak Ibu Rumah Tangga SLTA Rp 1.500.000,00-Rp 3.000.000 46 < Rp 5.000,00 Bakso 7-14 Hari Ibu Rumah Tangga SLTA < Rp 1.500.000,00
Resp Sex TTl BB Sumber Air Penyimapanan Dimasak Jamban Cuci makan
Cuci
WC Kuku
Alas
Resp Uang jajan Jenis Jajanan Diare Pekerjaan ibu
Pendidikan
Ibu Pendapatan Keluarga
53 > Rp 5.000,00 Es Tidak Buruh SLTA Rp 1.500.000,00-Rp 3.000.000
54 < Rp 5.000,00 Makanan Ringan Tidak Pedagang/Jasa SLTA Rp 1.500.000,00-Rp 3.000.000 55 < Rp 5.000,00 Makanan Ringan Tidak Ibu Rumah Tangga SLTA < Rp 1.500.000,00
56 < Rp 5.000,00 Makanan Ringan < 7 Hari Ibu Rumah Tangga SLTA < Rp 1.500.000,00
57 < Rp 5.000,00 Makanan Ringan 7-14 Hari Buruh SLTA Rp 1.500.000,00-Rp 3.000.000 58 < Rp 5.000,00 Makanan Ringan < 7 Hari lain SD < Rp 1.500.000,00
59 < Rp 5.000,00 Permen < 7 Hari Swasta PT Rp 1.500.000,00-Rp 3.000.000 60 < Rp 5.000,00 Bakso < 7 Hari Buruh SLTP < Rp 1.500.000,00
Lampiran 8
Continuity Correctionb 5.532 1 .019
Likelihood Ratio 8.091 1 .004
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,23.
b. Computed only for a 2x2 table
Disimpan * KejDiare Crosstabulation
Continuity Correctionb .421 1 .516
Likelihood Ratio .916 1 .338
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,58.
Dimasak * KejDiare Crosstabulation Count
KejDiare
Total Diare
Tidak Diare
Dimasak Ya 20 32 52
Tidak 11 3 14
Total 31 35 66
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 7.124a 1 .008
Continuity Correctionb 5.605 1 .018
Likelihood Ratio 7.412 1 .006
Fisher's Exact Test .014 .008
Linear-by-Linear Association
7.016 1 .008
N of Valid Cases 66
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,58.
Jamban * KejDiare Crosstabulation Count
KejDiare
Total Diare
Tidak Diare
Jamban Ada 26 33 59
Tidak 5 2 7
Total 31 35 66
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 1.881a 1 .170
Continuity Correctionb .943 1 .332
Likelihood Ratio 1.918 1 .166
Fisher's Exact Test .240 .166
Linear-by-Linear Association
1.852 1 .174
N of Valid Cases 66
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,29.
Interpretasi Gizi * KejDiare Crosstabulation
Continuity Correctionb .168 1 .681
Likelihood Ratio .437 1 .508
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,68.
Cuci Sebelum Makan * KejDiare Crosstabulation
Continuity Correctionb .038 1 .845
Likelihood Ratio .308 1 .579
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,23.
Cuci Setelah Buang AIr * KejDiare Crosstabulation
Continuity Correctionb 7.998 1 .005
Likelihood Ratio 13.349 1 .000
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,76.
Memotong Kuku * KejDiare Crosstabulation
Continuity Correctionb 4.998 1 .025
Likelihood Ratio 6.269 1 .012
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,03.
Alas Kaki * KejDiare Crosstabulation
Continuity Correctionb .733 1 .392
Likelihood Ratio 1.325 1 .250
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,05.
Minum Air Mentah * KejDiare Crosstabulation
Continuity Correctionb 2.204 1 .138
Likelihood Ratio 3.267 1 .071
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,11.
Uang Jajan * KejDiare Crosstabulation
Continuity Correctionb 4.836 1 .028
Likelihood Ratio 7.405 1 .007
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,70.
Kelompok Jajanan * KejDiare Crosstabulation
Continuity Correctionb 4.752 1 .029
Likelihood Ratio 6.049 1 .014
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,33.
Pendidikan Ibu * KejDiare Crosstabulation
Continuity Correctionb 1.969 1 .161
Likelihood Ratio 2.823 1 .093
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,92.
Pekerjaan Ibu * KejDiare Crosstabulation
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .017 1 .896
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,74.
Pendapatan Keluarga * KejDiare Crosstabulation
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .017 1 .896
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,74.
DAFTAR PUSTAKA
Abba,Katherine,. Sinfield,Rebecca,. Hart,C.Anthony,. Garner,Paul,. 2009, Antimicrobial Drugs for Persistent Diarrhoea of Unknown or Non-Specific Cause in Children Under Six in Low and Middle Income Countries: Systematic Review of Randomized Controlled Trials:BioMed Central Infectious Disease:Liverpool
Ahoyo, TA., Fatombi, KJ., Boco, M., Aminnou, T., Dramane, KL., 2011. Impact of water quality and environmental sanitation on the health of school children in a suburban area of Benin: findings in the Savalou-Banté and Dassa-Glazoué sanitary districts. Med Trop: Benin
Aremu,Olatunde,. Lawoko,Stephen,. Moradi,Tahereh,. Dalal, Koustuv,. 2011. Socio-economic Determinants in Selecting Childhood Diarrhoea Treatment Options in Sub-Sharan Africa : A multilevel Model. Italian Journal of Pediatrics 2011.
Arnold, Benjamin., Arana, Byroon., Ma¨usezahl, Daniel., Hubbard, Alan., Colford, John.M.Jr., 2009. Evaluation of a pre-existing, 3-year household water treatment and handwashing intervention in rural Guatemala. Int J Epidemiol: US
Arvelo, W., Kim, A., Creek, T., et al. 2010. Case-control Study to Determine Risk Factors for Diarrhea Among Children During Large Outbreak in a Country with a High Prevalence of HIV Infection. Int J Infect Dis. Elsevier
Badan Pusat Statistik Medan,2011. Kecamatan Medan Deli dalam Angka 2011.Badan Pusat Statistik:Medan
Banda, K., Sarkar, R., Gopal, S., et al, 2007. Water handling, sanitation and defecation practices in rural southern India: a knowledge, attitudes and practices study.Trans R Soc Trop Med Hyg: India
Bowen, Anna., Ma, Huilai., Ou, Jiangming., Billhimer, Ward., et al., 2007. A Cluster-Randomized Controlled Trial Evaluating The Effect of A
Handwashing-Promotion Program in Chinesse Primary School. Am J Trop Med: US
Caruso,Bethany,. Stephenson,Rob,. Leon,Juan.S,. 2010. Maternal Behavior and Experience, Care Access, and Agency as Determinants of Child Diarrhea in Bolivia. Rev Panam Salud Publica 2010 December; 28(6);429-439
Clasen, TF., Bostoen, K., Schmidt, WP., et al, 2010. Intervention to Improve Disposal of Human Excreta for Preventing Diarrhoea. Cochrane Database Syst Rev: UK
Curtis.V., Cairncross S., 2003. Effect of washing hands with soap on diarrhoea risk in the community: a systematic review. Lancet Infect Dis 3: 275–281.
Davila, EP., Trepka, MJ., Newman, FL., Huffman, FG., Dixon, Z., 2009. Diarrheal Illness Among Women, Infants, and Children (WIC) Program Participants in Miami, Florida: Implications for Nutrition Education. J Nutr Educ Behav:Miami
Denno, Donna,. 2011. Global Child Health. Pediatrics in Review Vol.32 No.2 2011; e 24-39; American Academy of Pediatrics
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1999. Rencana Pembangunan Bidang Kesehatan Tahun 2010. Departemen Kesehatan Republik Indonesia:Jakarta
Departemen Kesehatan Indonesia. 2007. Profil Kesehatan Indonesia 2006. Departemen Kesehatan Republik Indonesia:Jakarta
Dewey,Kathryn.G,. Mayers,Daniel.R,. 2011. Early Child Growth: How Do Nutrition and Infection Interact? Blackwell Publishing 129-142
Dewi,M.I,. 2011. Gambaran Faktor yang Dapat Meningkatkan Terjadinya Diare pada Anak Usia Sekolah (5-12 tahun) di RW 06 Kelurahan Wonokromo.
Dikutip dari :
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Dirjen PPPK). 2008. Profil PPPK 2008,. Bakti Husada:Jakarta
Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit Kesehatan (PPPPK),. 2011. Buku Pedoman Pengendalian Penyakit Diare. Bakti Husada:Jakarta
Ejemot.R., Ehiri.J., Meremikwu.M., Critchley.J., 2008. Hand washing for preventing diarrhoea. Cochrane Database Syst Rev 23:CD004265
Ferrer,S.R., Strina,Agustino., Jesus,S.R., et all,. A Hierarchical Model for Studying Risk Factors for Childhood Diarrhoea : A Case Control Study in A Middle Income Country. International Journal of Epidemiologys 2008;37:805-815
2005. Water, sanitation, and hygiene interventions to reduce diarrhoea in less developed countries: a systematic review and meta-analysis. Lancet Infect Dis: UK
Fisher, S., Kabir, B., Lahiff. E., Maclachlan, M., 2011. Knowledge, Attitudes, Practices and Implications of Safe Water Management and Good Hygiene in Rural Bangadesh: Assessing The Impact and Scope of The BRAC WASH Programme. J Water Health: Ireland
Genser,Bernd,. Strina,Agostino., Dos Santos., Lenaldo.A., et all. 2008. Impact of a City-wide Sanitation Intervention in a Large Urban Centre on Social, Environtmental and Behavioural Determinants of Chillhood Diarrhoea: Analysis of Two Cohort Studies. International Journal of Epidemiology 2008;37:831-840
Gillespie,Stephen & Kathleen Bamford., 2009. At A Glance: Mikrobiologi Medis dan Infeksi Ed.3. Erlangga:Jakarta
Ginanjar,Reza., 2008. Hubungan Sumbr Air Bersih dan Kondisi Fisik Air Bersih dengan Kejadian Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Sukmjaya Tahun 2008. UI Press:Jakarta
Guntur, 2008. Tesis:Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare Rotavirus Akut. USU eRepositori:Medan
Gurpreet,K., Tee,G.H., Amal,N.M., et all. 2011. Incidence and Determinants of Acue Diarrhoea in Malaysia: A Population-based Study. Jhealth Popul Nutr 29(2); 103-112
Hasler,W.L., Owyang, C., Dalam: Harrison,T.R. eds, 2005. Harrison’s Principles of Internal Medicine 16th ed. McGraw-Hill:USA
Hendriks,K.M., Duggen,C., Walker,W.A., 2000. Mannual of Pediatric Nutrition third edition. Hamilton:Canada
Hübner, Nils-Olaf., Hübner, Claudia., Wodny, Michael., Kampf, Günter., Kramel, Axel., 2010. Effectiveness of alcohol-based hand disinfectants in a public administration: Impact on health and work performance related to acute respiratory symptoms and diarrhoea. BMC Infectious Disease 2010. Germany.
Iannotti, LL., Zavaleta, Nelly., Leon, Zulema., Caufield, LE., 2010. Growth and Body Composition of Peruvian Infants in Periurban Setting. Food Nutr Bull: USA
Irwanto. 2002. Diare Akut Pada Anak Dalam: Soegijanto, Soegeng. Ilmu Penyakit Anak Diagnosa Dan Pelaksanaan. Salemba Medika:Jakarta
Japardi, Iskandar., 2002. Sindroma Guillain-Barre. USU Library:Medan
Kadri, A., 2009. Kimia-Medik. USU Press:Medan
Kanani, S., Popat, K., 2012. Growing Normally in An Urban Environment: Positive Deviance Among Slum Children of Vadodara, India.Indian J Pediatr: India
Karen, S., Michael, T., 2007. Pediatric Treatment Guidelines. California:Clinical Startegies Publishing
Kariuki, JG., Magambo, KJ., Njeruh, MF., 2012. Changing Mother’s Hygiene and Sanitation Practice in ReSource Constrained Communities:Case Study of Turkana District, Kenya. J Community Health: Kenya Kementrian Kesehatan RI. 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2010. Bakti Husada:Jakarta
Kotch, JB., Isbell, P., Weber, DJ., et al, 2007. Hand-washing and Diapering Equipment Reduce Disease Among Children in Out-of-home Child Care Canter. Pediatrics J:USA
Kumar, S., Vollmer, S., 2012. Does Access to Improved Sanitation Reduce Childhood Diarrhea in Rural India. Dikutip dari:
[Diakses 27 November
2012]
Kusuma,Aria., Eryandi,Tris., Susanna,Dewi., 2012. E.coli on babies’s Food-Serving Untensil. WHO South-East Asia Journal of Public Health 2012;1(1);20-27
Lee.G.M., Salomon.J.A., Friedman,J.F., et al. Illness transmission in the home: a possible role for alcohol-based hand gels. Pediatrics. 2005;115:852–860
Lim, YA., Mahdy, AK., Surin, J., Wan, KL., et al, 2008. Risk Factors for Endemic Giardiasis: Highlighting The Possible Assosiation of
Contaminated Water and Food. Trans R Soc Trop Med Hyg : Malaysia
Luby, Stephen P., Halder, AK., Huda, T., 2011. The Effect of Handwashing at Recommanded Times with Water Alone and With Soap on Child Diarrhea in Rural Bangladesh: An Observational Sudy. PloS Med. Bangladesh.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia., 2010. Permenkes RI No
492/Menkes/Per/IV/2010. Dikutip dari:
Migele, John., Ombeki, Sam., Ayalo, Mary., Biggerstaff, Matthew., 2007. Quick, Robert., Short Report: Diarrhea Prevention in A Kenyan School Through The Use of A Simple Safe Water and Hygiene Intervention. Am J.Trop. Med Hyg 2007 p 351-353.
Mukhtar,Zulfikri., Haryuna,Siti Hajar., Effendy,Elmeida,. et al, 2011. Desain Penelitian Klinis dan Statistika Kedokteran Ed.I. USU Press:Medan
Nundy,Shantanu., Gilman,R.H., Xiao,Lihua., et all. 2011. Wealth and Its Associations with Enteric Parasitic Infections in Low-Income Community in Peru:Use of Principal Componen Analysis. Am.J.Trop.Med.Hyg,84(1); 38-42
Water and hygiene interventions to reduce diarrhoea in rural Afghanistan: a randomized controlled study. J Water Health :USA
Osumanu, IK., 2008. ReducingChildhood Diarrhea Morbidity: Does Behaviour Change Matter? A Case Study from Nothern Ghana. World Health Popul: Ghana
Pakpahan, Rom Aida. 2010. Pemeriksaan Mikrobiologi pada Air Minum
Kemasan Isi Ulang yang Dipasarkan di Kota Medan Tahun 2003. USU e-Repository:Medan. Dikutip dari
Parashar,U.D., Hummelman,E.G., Breese,Miller,M.A., Glass RI, 2006. Global Illness and Death Caused by Rotavirus Disease in Children. Emerging Infection Disease. 2006;9:565-572
Patel, MK., Harris, JR., P, Juliao., et al. 2012. Impact of a Hygiene Curriculum and The Installation of Simple Handwashing and Drinking Watr Stations in Rural Kenyan Primary Schools on Student Health and Hygiene Practice. Am J Trop Med Hyg: USA
Peletz, Rachel., Simmuyandi, Michelo., Sarenje, Kelvin., Baisley, Katty., Fiteau, Suzanne., Clase, Thomas., 2011. Drinking Water Quality, Feeding Practice, and Diarrhea among Children under 2 Years of HIV-Positive Mother in Peri-Urban Zambia. AM J Trop Med Hyg : America
Peletz, Rachel., Simmuyandi, Michelo., Sarenje, Kelvin., Baisley, Katty., Fiteau, Suzanne., Clase, Thomas., Kelly, P., 2012. Assessing Water Filtration and Safe Storage in Households with Young Children of HIV-Positive Mothers: A Randomized, Controlled Trial in Zambia. PloS One : UK
Pickering,L.K., Snyder,J.D., Gastroenteritis. Dalam: Richard.E., Behrman, Robert.M., Kliegman eds. Nelson Textbook of Pediatrics 17th ed. Saunders.2004.1272-6
Prüss-Üstün, Annette., Bonjour, Sophie., Corvalán, Carlos., 2008. The Impact of the environment on Health by Country: A Meta-Syntesis. BioMed
Central:Environtmental Health. Switzerland
Rahmah, Siti, 2010. Hubungan Perilaku Ibu yang Memiliki Anak Balita Usia 2-5Tahun terhadap Kejadaian Diare di Kecamatan Suka Makmur Kabupaten Aceh Besar Tahun 2006. USU eRepositori:Medan
Sandora,T.J., Taveras,E.M., Shih,M.C., et all. 2005. A Randomized, Controlled Trial of Multifaceted Intervention Including Alcohol-Based Hand Sanitizer and Hand-Hygiene Education to Reduce Illness Transmission in the Home. American Academy of Pediatrics
Santoso,Urip., 2010. Kualitas dan Kuantitas Air Bersih untuk Pemenuhan
Kebutuhan Manusia dikutip dari
Schmidt, Wolf-Peter., Genser, Bernard., Luby, Stephen P., et al 2011. Estimating The Effect of Recurrent Infectious Disease on Nutritional Status: Sampling Frequency, Sample Size and Bias. J Health Popul Nutr: UK
Semenza,J.C., Robert,L., Henderson,A., et all 1998. Water distribution System
and Diarrheal Disease Transmission dikutip dari
Setiawan,Ebta.2010. Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline Versi 1.1. Pusat Bahasa.
Sherwood, Lauren,. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem .ECG:Jakarta
Siswanto,Hadi,dr,MPH., 2010. Pendidikan Kesehatan Anak Usia Dini. Pustaka Rihama:Yogyakarta
Sitinjak, Lely Herlina. 2011. Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan Kejadian Diare di Desa Pardede Onan Kecamatan Balige Tahun 2011. USU e-Repository:Medan.
Stina, A., Ferrer, SR., Jesus, SR.,Carlos, HC.,Cairncross, S.,Rodrigues, LC., et al 2008. A hierarchical model for studying risk factors for childhood
Sutadi, Sri Maryani., 2003. Diare Kronik. USU Press:Medan
Sutanto,Inge., Ismid,I.S., Sjarifuddin,P.K., Sungkar,S., 2008. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran Edisi Keempat, FK UI:Jakarta
Susilowati., Kusharisupeni., Fikawati,S., Achmad,K., 2010. Breast-feeding Duration and Children’s Nutritional Status at Age 12-24 Months. Pediatrica Indonesia Vol 50 January 2010 ;56-61
Sonnemann,J.C., 2009. GTZ SISKES & HRD in Nusa Tenggara, 2006 - 2009: Lessons Learnt working in the Indonesian Health Sector in the West & East Nusa Tenggara Province,Indonesia :Germany;93-6
Takanashi,K., Chonan,Y., Quyen,D.T., et all,. 2009. Survey of Food-Hygiene Practices at Home and Childhood Diarrhea in Hanoi, Viet Nam . International Centre For diarrhoeal Disease : Bangladesh.
Tarr.P.I.,Bass,D.M., Hecht,G.A., Dalam: Yamada, Tadataka. eds, 2009. Textbook of Gastroenterology 5th ed. Blackwell Pub: Sussex
Tornheim, JA., Morland, KB., Landrigan, PJ., Cifuentes, E., 2009. Water privatization, water source, and pediatric diarrhea in Bolivia:
epidemiologic analysis of a social experiment. Int J Occup Environ Health: USA
Touré, O., Coulibaly, S., Arby, A., Maiga, f., Cairncross, S., 2012. Piloting an intervention to improve microbiological food safety in Peri-Urban Mali. Int J Hyg Environ Health:Mali
United Nations Water, GLASS., 2012. Risk of Sanitation and Water Supply Service Slipping Behind Additional and Targeted Resources Required. Press Release: www.unwater.org
UNICEF. 2002. Children and Water:Global Statistic. Dikutip dari:
UNICEF. 2009. Water Sanitation and Hygiene. WHO Press: Mozambique
UNICEF. 2012. Progress on Drinking Water and Sanitation 2012.WHO press: USA
White.C., Kolble.R., Carlson.R., et al. 2003. The effect of hand hygiene on illness rate among students in university residence halls. Am J Infect Control.2003;31:364–370
WHO. 2009. Diarrhoeal disease: Fact Sheet April 2012]
Widayana,I.W., Gandi., 2003. Konsistensi pelaksanaan program serta morbiditas dan mortalitas diare di era otonom dan krisis. Kumpulan Makalah Kongres Nasional II BKGAI Bandung.2003;45-96
Xue, J., Mhango, Z., Hoffman, IF., et al, 2010. Use of nutritional and water hygiene packages for diarrhoeal prevention among HIV-exposed infants in Lilongwe, Malawi: an evaluation of a pilot prevention of mother-to-child transmission post-natal care service. Trop Med Int Health:USA doi: 10.1111/j.1365-3156.2010.02595.x
Yilgwan, CS., Yilgwan, G., Abok, Il., 2010. Domestic Water Sourcing and The Risk of Diarrhoea: A Cross-Sectional Survey of a Peri-urban Community in Jos, Niger. Niger J Meds:Nigeria
Yurman. 2009. Pengaruh Kadar Klorida pada Air Sumur Gali. Dikutip dari
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Kejadian Diare Pada Anak Usia 10-15 tahun di SD di Kecamaatn
Medan Deli Medan 2012
Sumber air
Jamban
Kebersihan diri
• Kebiasaan cuci tangan • Kebiasaan potong
kuku
• Memakai alas kaki Kebiasaan Jajan
Pendidikan & Pekerjaan ibu
Tabel 3.1. Variabel, Definisi Operasional, Alat Ukur, Cara Ukur, Hasil Ukur, dan Skala Ukur
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Status Gizi
Berat badan adalah berat anak yang diukur pada saat pengisian kuesiner.
Berdasarkan perhitungan dari tanggal lahir menjadi staus gizi baik,
sedang, buruk.
Ordinal
Sumber Air
Sumber air adalah sumber yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air untuk keperluan hidup sehari-hari. Apakah diolah dahulu, jika disimpan bagaimana wadah penyimpananya
Ruangan tertutup dengan jendela dan pintu tempat dimana anak dan keluarga biasa buang air. Jika tidak
memiliki dimana buang air. Kuesioner Kuesioner
Memiliki jamban
Kegiatan yang dilakukan anak untuk membersihkan tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah keluar
dari jamban. Kuesioner Kuesioner
Mencuci tangan sebelum makan dan setelah BAB -Ya -Tidak
Nominal Berat Badan
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Kebiasaan
Potong Kuku
Kegiatan memendekkan kuku untuk mencegah tertumpuknya kotoran tanpa disadari di sela kuku yang
dilakukan Kuesioner Kuesioner
-Sekali sebulan -2-3 kali sebulan
-Kurag dari 4 kali dalam sebulan
Nominal
Kebiasaan memakai alas kaki
Kegiatan melindungi kaki dari kontaminasi berbahaya
dengan sendal/sepatu pada saat bermain diluar Kuesioner Kuesioner
-menggunakan
-tidak menggunakan Nominal
Kebiasaan jajan
Apakah anak makan dari bekal atau tidak
Kegiatan yang dilakukan anak untuk membeli makanan atau minuman dengan dana dalam jumlah tertentu untuk memuaskan keinginan anak. Dan hal ini dilakukan secara rutin minimal 5 kali seminggu.
Berapa dana yang diberikan orang tua kepada anak. Lebih atau kurang dari lima ribu rupiah
Jenis Makanan dan Minuman yang dibeli anak dengan dana tersebut
Kuesioner Kuesioner
Membawa bekal atau tidak -Biasa Jajan
- Tidak biasa jajan
<Rp 5000
ibu Status pekerjaan ibu yang tercantum dalam arsip sekolah
Kuesioner dan data sekunders
Kuesioner
Variabel
Definisisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Pendidikan ibu
Pendidikan terakhir ibu yang tercantum dalam arsip sekolah.
Pendapatan bulanan rata-rata keluarga yang tercantum dalam arsip sekolah
Berapa lama dan berapa kali anak tersebut mengalami defekasi lebih dari tiga kali yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang melembek
sampai mencair dalam enam bulan terakhir. Kuesioner Kuesioner
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1Jenis Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode deskriptif analitik yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu fenomena yang ditemukan secara obyektif kemudian dianalisa untuk mencari hubungan antara dua variabel.
Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan pengukuran, wawancara, dan kuesioner dengan rancangan penelitian cross sectional yakni suatu penelitian dimana variabel-variabel yang termasuk faktor resiko dan variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi atau pengamatan variabel bebas dan terikat dilakukan pada waktu yang sama.
Pengambilan sampel diambil dengan metode Simple Stratified Sampling. Dimana dari Dinas Pendidikan Kota Medan sekolah SD dibagi menjadi tiga kelompok yakni sekolah tingkat A, B, dan C. Peneliti akan mengambil sampel dari ketiga strata tersebut tanpa melihat proporsinya.
4.2Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD di Kecamatan Medan Deli. Penelitian ini direncanakan untuk dilakukan mulai April sampai dengan September 2012, dari penelusuran pustaka, survei awal, pengumpulan data sampai pada pengolahan data hingga penulisan Karya Tulis Ilmiah
4.3Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi Target
4.3.2 Kriteria Inklusi
• Anak kelas 6 yang berusia antara 10-15 tahun.
• Terdaftar sebagai siswa di SD di Kecamatan Medan Deli
4.3.3 Kriteria Ekslusi
• Tidak bersedia menjadi responden • Tidak hadir pada saat pengambilan data
4.3.2 Sampel yang diambil dalam penelitian
Sampel adalah sebagian anak SD yang ada di kawasan tersebut
n =
z = standar deviasi normal 1,96 dengan CL 90%
d = derajat ketepatan yang digunakan adalah 95% = 0,05 p = proporsi target populasi digunakan 50 % atau 0,5 q = proporsi tanpa atribut p – 1 = 0,5
Maka jumlah sampel yang diambil adalah 66 orang
Teknik pengambilan sampelnya dengan menggunakan teknik Simple
Stratified Sampling
4.4Teknik Pengumpulan Data Data Primer
Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari dinas atau instansi terkait yang diperlukan dalam menunjang penelitian ini yang berasal dari pihak sekolah dan dinas pendidikan
4.5Pengolahan dan Analisis Data
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Deskripsi Lokasi
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Deli yang merupakan salah satu kecamatan di Sumatera Utara dengan angka kejadian diare yang cukup tinggi dan memiliki 49 SD dari berbagai tingkat akreditasi. Sampel diambil dari tiga SD di wilayah Kecamatan Medan Deli Medan dengan tingkat akreditasi yang berbeda sesuai ketetapan pengambilan sampel yang antara lain SDN 060947 di Jl. K.L.Yos Sudarso Km 6,9 Tanjung Mulia, SDN 064995 di Kompleks Barakuda Tanjung Mulia Hilir, dan SD Swasta PUTRA NEGERI di Jl. K.L. Yos Sudarso Km 9,5 Mabar. Ketiga sekolah tersebut merupakan SD yang terdiri dari kelas 1 sampai kelas 6.
5.2 Hasil Penelitian
5.2.1 Karakteristik Lingkungan
Untuk mengetahui dan menilai karakteristik lingkungan diajukan 6 pertanyaan tanpa menetapkan benar dan salah, karena ini merupakan pertanyaan tentang perilaku individu untuk menilai sumber air, penyimpanan, pengolahan, dan jamban responden. Berikut adalah hasil distribusi frekuensi dari data responden terkait dengan karakteristik lingkungannya.
hanya 46 yang menyatakan tempat penyimpanan airnya tertutup. Terdapat 14 anak yang mengatakan langsung menggunakan airnya tanpa disimpan baik dari air ledeng ataupun sumber lain. Dan dari data menyatakan bahwa terdapat 14 anak yang menyatakan bahwa mereka dirumah tidak memasak dahulu airnya sebelum digunakan sementara sisanya mengaku selalu memasak air minumnya terlebih dahulu.
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lingkungan pada Responden
Jumlah Persentase
Untuk menilai karakteristik individu dalam penelitian ini diajukan sembilan pertanyaan yang bertujuan untuk mengetahui dan menilai karakteristik dan kebiasaan individu antara lain status gizi, kebiasaan cuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar, memakai sandal, memotong kuku, meminum air mentah dan kebiasaan jajan.
berada di persentil 10 sampai 90. Sedangkan umumnya atau 54,5% berada di status gizi normal dan terdapat 4,5% dalam kategori over.
Dapat dilihat dari tabel bahwa hanya delapan orang anak yang menyatakan tidak mencuci tangan setelah buang air. Sedangkan didapatkan sembilan orang anak yang tidak menerapkan kebiasaan cuci tangan sebelum makan. Dan sisanya menyatakan selalu mencuci tangan setelah buang air dan sebelum makan.
Kebiasaan potong kuku yang didapatkan di kalangan anak-anak responden mengatakan 32 orang menyatakan memotong kuku setiap minggu. Sisanya menyatakan sering lupa untuk memotong/ membersihkan kuku.
Dari data tentang karakteristik individu, dikumpulkan data bahwa hanya 51 orang atau 77,3% responden yang menyatakan selalu menggunakan alas kaki jika bermain dluar atau bersentuhan dengan tanah.
Data responden penelitian ini menunjukkan terdapat 53 anak yang mengaku tidak meminum air langsung dari sumbernya tanpa diolah atau hampir 20% atau 13 anak masih meminum air mentah tanpa diolah.
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Individu pada Responden
Jumlah Persentase Status Gizi
Kurang 27 40,9%
Baik 36 54,3%
Lebih 3 4,5%
Cuci Tangan Sebelum Makan
Ya 57 86,40%
Tidak 9 13,60%
Cuci Tangan Setelah Buang Air
Ya 63 95,50%
Tidak 3 4,50%
Kebiasaan Potong Kuku
< 4 kali/bulan 34 52,50%
Makanan Tertutup 44 66,66%
Makanan Terbuka 10 15,15%
Uang Jajan
< Rp 5.000,00 56 84,80%
> Rp 5.000,00 10 15,20%
5.2.3 Karakteristik Orang Tua
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Orang Tua pada Responden
Jumlah Persentase Pekerjaan Ibu
Ibu Rumah Tangga 41 62,10%
Buruh 16 24,40%
Pedagang/Jasa 6 9%
PNS 1 1,50%
Swasta 2 3%
Pendidikan Ibu
SD 5 7,60%
SLTP 14 21,20%
SLTA 45 68,20%
Perguruan Tinggi 2 3%
Pendapatan Keluarga
< Rp 1.500.000,00 41 62,10% Rp 1.500.000-Rp
3.000.000 19 28,80%
Rp 3.000.000-Rp
5.000.000 3 4,50%
>Rp 5.000.000,00 3 4,50%
Ibu responden bekerja sebagai ibu rumah tangga sampai 62,1% dan sisanya bekerja diluar rumah dengan pembagian buruh, pedagang, PNS, swasta.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pendidikan ibu yang sampai SLTP adalah 14 orang dan yang melanjutkan SLTP berjumlah 45 orang.
Pendapatan dari keluarga responden berada di kisaran kurang dari Rp 1.500.000,00 yakni berjumlah 41 orang atau 62,1 % dan sisanya memiliki pendapatan yang lebih dari nominal tersebut.
Dari 66 orang responden didapatkan data bahwa 31 orang menderita diare dalam enam bulan terakhir ini atau sekitar 47% yang umumnya menderita diare akut. Dan sisanya menyatakan tidak pernah atau tidak merasa mendapatkan diare dalam waktu tersebut. Dan dari kejadian diare tersebut didapati sebagian besar merupakan jenis diare akut.
5.3 Pembahasan
5.3.1 Karakteristik Lingkungan
Dikatakan bahwa sekitar 13-37% beban penyakit negara-negara dunia dapat dicegah dengan memperbaiki lingkungan yang termasuk diantaranya air, sanitasi dan higiene untuk diare (Prüss-Üstün et al, 2008).
Dalam penelitian ini dari sampel didapatkan bahwa sumber air anak sebagian besar berasal dari air ledeng yakni sebesar 45,5%, diikuti air yang dibeli serta masih didapati masih ada anak yang menggunakan sumber air sumur sebesar 9%. Padahal dikatakan bahwa sumber bersama dan sumber air tanah memberikan kontribusi terhadap diare yang persentasenya semakin besar (Gundry et al, 2009).
Proporsi ini menunjukkan sudah mulai banyaknya warga yang mendapat akses kepada air pipa. Namun meskipun air pipa dianggap aman, sebuah studi yang diadakan universitas Bristol, UK di daerah Afrika mendapatkan bahwa air yang disalurkan melalui pipa pun memiliki potensi untuk menyebabkan diare (Gundry et al, 2009).
Tetapi yang mengejutkan adalah minat warga akan penggunaan air yang dibeli dari sumber lain. Dimana dikatakan sebuah evaluasi lapangan menunjukkan bahwa program air bersih dapat menurunkan resiko diare 25-85% (Curtis & Cairncross, 2003).
Dari penelitian lain dikemukakan bahwa walaupun memilki kejadian diare lebih banyak pada mereka yang memiliki akses ke sumber air dengan kualitas buruk, tetapi kejadian diare anak dan akses kepada sumber air tercemar tidak memiliki asosiasi signifikan (Peletz et al, 2011).
Dari hasil disebutkan bahwa dari 9 orang yang meminum air sumur 8 (delapan) orang menderita diare. Dan dari 57 orang yang memiliki sumber air lain selain sumur angka kejadian diare hanya 31 atau 54,3% -nya.
Dan dari perhitungan analitik dalam penelitian ini dengan menggunakan Fisher Exact Test pada penelitian ini didapati angka p value 0,01, yang berarti sumber air memiliki pengaruh terhadap kejadian diare pada anak. Hal ini sesuai dengan berbagai teori dan penelitian yang tersebut diatas.
prevalensi kejadian diare yang tinggi. Begitupun halnya dengan tidak memperlakukan air dengan baik dalam hal menyimpan dan mengolahnya.
Banyak orang yang meremehkan penyimpanan bahkan sumber air karena menganggap bahwa semua masalah akan selesai hanya dengan memasak air tersebut. Banyak yang tidak tahu bahwa untuk mematikan bakteri memerlukan suhu tertentu dalam waktu tertentu yang berarti jika mereka memasak kurang mendidih ataupun kurang lama maka mikroorganisme penyebab diare masih akan hidup dan viable di dalam media (Gillespie & Kathleen, 2009).
Dalam masyarakat dengan resiko tinggi (penderita diare), mendapatkan sumber yang baik dengan filtrasi, dan penyimpanan air yang aman sangat efektif memperbaiki kualitas air minum dan protektif terhadap diare ( Peletz et al, 2012).
Dari data penelitian tentang penyimpanan air dapat dilihat bahwa masih terdapat keluarga yang tidak memperhatikan penyimpanan airnya padahal dari suatu penelitian menunjukkan pentingnya penyimpanan air dalam insiden diare pada anak (Osumanu, 2008).
Dan setelah melakukan pegujian statistik dengan chi-square terhadap data tersebut didapatkan bahwa hal tersebut tidak signifikan mempengaruhi kejadian diare pada populasi penelitian dengan nilai p = 0,342. Hal ini mungkin terjadi karena faktor lain seperti kebiasaan memasak air dalam keluarga responden.
Hal ini berbeda dengan penelitian Arvelo et al, 2010, menyatakan bahwa penggunaan air yang disimpan memiliki odds ratio sekitar 3,9%.
Dan terdapat penelitian lain yang menyatakan bahwa bahkan tidak terdapat hubungan antar penyediaan air bersih dan kejadian diare pada anak (Rahmah, 2006).
masih mungkin tercemar seperti didapatkan dari penelitian Gundry et al, 2009 didapatkan bahwa terdapat pencemaran di air ledeng dan dari Pakpahan, 2010, terdapat E.coli dari 20% sampel air minum yang dibeli dari sumber lain.
Dan setelah perhitungan dengan Fisher Exact Test didapat nilai kemaknaannya sebesar 0,014 yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara memasak air dengan kejadian diare pada anak. Memasak sendiri dianggap cukup untuk membunuh kuman jika dilakukan dengan tata cara yang sesuai dan hasil ini sesuai dengan berbagai studi yang menyatakan bahwa kualitas air yang tidak tercemar mempengaruhi kejadian diare.
Penelitian lain menyebutkan bahwa air yang bersih, sanitasi, higiene, dan makanan yang baik secara bersama dapat menurunkan motalitas negara dengan pendapatan rendah hingga 25% (Prüss-Ustün et al, 2008).
Tetapi dari suatu penelitian lain juga didapatkan bahwa implementasi higiene dan perlakuan air yang baik tidak menurunkan angka kejadian diare akut yang signifikan secara statistik (Patel et al, 2012).
Dalam hal kepemilikan jamban didapat 10,6% responden yang menyatakan bahwa mereka tidak memiliki jamban seperti yang dideskripsikan dalam definisi operasional. Setelah ditelusuri dan ditanya lebih lanjut mereka mengatakan jamban mereka berupa jamban yang digunakan secara bersama atau umum bersama beberapa tetangga dan orang sekitar.
Hal ini didukung juga dari penelitian case control lain yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara pembuangan tinja dan kejadian diare anak (Rahmah, 2006).
Dari suatu artikel meta analisis terhadap artikel RCT dan non-RCT didapatkan bahwa 11 dari 13 artikel mengatakan efek positif perbaikan terhadap pembuangan eksreta dan pencegahan kejadian diare, walaupun kualitas bukti yang dikemukakan kurang memuaskan karena heterogenisitas dari metodologi dan berbagai aspek lain dari semua penelitian tersebut (Clasen et al, 2010).
5.3.2 Karakteristik Individu
Status gizi responden dalam penelitian ini didapatkan hanya 42,4% yang berada dalam status gizi normal sedangkan 57,6 persen berada di kategori gizi kurang dan gizi lebih.
Setelah dianalisa dengan menggunakan chi-square ternyata didapatkan nilai p yang menunjukkan bahwa status gizi individu bukan termasuk faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada populasi.
Memang terdapat berbagai sumber yang menyatakan hubungan antara penyakit infeksi dan status nutrisi orang tersebut tetapi hal ini tampaknya tak semudah itu diuraikan, seperti suatu penelitin yang dilakukan Schmidt et al, 2011, yang menyatakan bahwa asosiasi antara penyakit infeksi dan kejadian penyakit menular memerlukan study mendalam tentang partisipan selain bukti kejadian infeksi dan nutrisi saat ini.
Dikatakan bahwa perbandingan anak dengan pertumbuhan tergolong Positive Deviant (Pertumbuhan Positif) vs Negative Deviants (Pertumbuhan Negatif)dengan kejadian diare adalah 26% : 83% (Kanani& Popat, 2012). Hal ini menunjukkan bahwa kejadian diare yang berulang memiliki kontribusi terhadap pertumbuhan anak.
Kebiasaan cuci tangan merupakan salah satu program yang paling efektif , mudah diterapkan dan universal dalam lingkup pencegahan diare. Dan didapatkan bahwa dari seluruh subjek suatu penelitian, 74% memiliki tangan yang kurang bersih dalam hal ini terkontaminasi, dan 30% menderita diare (Ahoyo et al, 2011).
Dalam penelitian ini dari data yang dikumpulkan didapat bahwa kebiasaan cuci tangan setelah buang air besar lebih dipahami dan banyak diterapkan oleh anak-anak SD daripada mencuci tangan sebelum makan. Menurut responden yang diwawancara mengatakan bahwa mereka merasa tangan mereka masih bersih dan tidak kotor, karena itu masih aman untuk digunakan makan.
Dari perhitungan dengan Fisher Exact Test didapat nilai p untuk kejadian diare dan mencuci tangan sebelum buang air 0,001 dan nilai p untuk mencuci tangan sebelum makan berada di angka 0,72 yang berati dalam populasi ini terlihat hubungan antara mencuci tangan setelah buang air dengan kejadian diare tetapi tidak terlihat hubungan antar mencuci tangan sebelum makan dengan kejadian diare.
Seperti dikatakan dalam sebuah studi meta-analisis dari 46 bahan studi didapatkan bahwa secara umum air, sanitasi dan higien memiliki pengaruh terhadap kejadian diare meskipun dalam rentang yang berbeda-beda (Fewtrell et al, 2005).
Di katakan dalam penelitian di daerah yang rentan infeksi, dengan prevalence HIV tinggi, mendapatkan bahwa kurangnya mencuci tangan setelah dari kamar mandi memiliki kecendrungan untuk menderita diare (Arvelo et al, 2010).
perlakuan air yang baik tidak menurunkan angka kejadian diare akut yang signifikan secara statistik (Patel et al, 2012)
Dari Guntur, 2008, yang mengatakan higiene dan sanitasi sama sekali tidak memiliki pengaruh signifikan bagi angka kejadian diare pada anak.
Penelitian ini memiliki hasil yang berbeda dari suatu penelitian menurut Luby et al, 2011, dimana mencuci tangan sebelum berurusan dengan makanan, dalam hal anak SD sebelum makan merupakan kesempatan besar untuk menurunkan diare, bahkan dikatakan mencuci tangan dengan air saja sudah dapat menurunkan diare. Menurut suatu meta analisis dari Randomized-Controlled Trial mendapatkan bahwa mencuci tangan dapat menurunkan angka kejadian diare hingga 30% (Ejemot et al, 2008), karena itu kebiasaan cuci tangan ini harus semakin disebarluaskan dan dibudayakan.
Meskipun begitu terdapat artikel lain dari Arnold et al, 2009 yang mendukung atau memiliki hasil yang serupa dan menjelaskan bahwa kejadian diare antara kelompok setelah edukasi tentang kualitas air dan kebiasaan cuci tangan dengan kontrol tidak terlihat perbedaan yang signifikan secara statistik dibandingkan kelompok kontrol.
Dalam artikel lain tentang suatu penelitian di daerah Brazil mengungkapkan bahwa air dan sanitasi memberikan pengaruh yang paling tidak signifikan dalam peningkatan resiko diare (Stina et al, 2008).
Hal diatas dikatakan dapat menurunkan kejadian diare dari 130 pada tahun 2002 menjadi 13 pada tahun 2004 (Matthew et al, 2007). Tetapi seperti halnya berbagai rencana preventif lain yang menitik beratkan pada perubahan perilaku hal ini memerlukan waktu yang tidak sebentar untuk menunjukkan hasil, tetapi perubahan perilaku yang sudah terjadi dan membudaya akan menajmin perbaikan yang tidak sebentar dan bertahan jauh lebih lama.
Karena alasan itulah kegiatan promosi kesehatan terutama mencuci tangan seharusnya dimulai sejak dini saat kebiasaan kesehatan baru terbentuk. Hal ini dibuktikan dengan suatu penelitian di 87 sekolah di China yang mendapatkan bahwa promosi cuci tangan dapat menurunkan angka kejadian diare dan angka kejadian dan angka kesakitan diare dan dapat ditingkatkan dengan program kerja yang lebih mendalam dan internsif (Bowen et al, 2007). Di dalamnya mereka juga mengutip artikel lain yang mendukung hasil penelitiannnya yang menyebutkan bahwa program cuci tangan berbasis komunitas dapat menurunkan angka kejadian diare hingga 47%.
Selain edukasi, penyedian sarana dan prasarana memegang peranan penting seperti diungkapkan dari penelitian Greene et al, 2012, ditemukan bahwa promosi higien dan air tidak menurunkan kontaminasi E.coli di tangan murid sekolah. Dan dinyatakan bahwa hal ini akan lebih berpengaruh jika diikuti dengan perubahan prilaku, penyediaan sabun dan air serta alat dan bahan pembersih.
Dan dari hasil analitik dengan Chi-square didapati nilai p 0,013 yang berarti memotong kuku memiliki pengaruh yang signifikan secara statistik terhadap kejadian diare anak.
Penelitian terkait masalah ini masih kurang dilakukan, dan memiliki prospek kedepannya untuk menjadi salah satu program pencegahan yang dapat menurunkan angka kejadian diare.
Kesadaran penggunaan alas kaki saat bermain di tanah masih kurang pada responden, sebagaimana didapatkan 15 anak atau sekitar 22,7% tidak menggunakan alas kaki saat bermain diluar yang langsung bersentuhan dengan tanah padahal hal ini memungkinkan terpaparnya kulit secara langsung dengan organisme penyebab diare. Tetapi hal ini tidak terbukti secara statistik berpengaruh terhadap kejadian diare dengan nilai p Chi-square 0,25.
Selanjutnya menurut Fisher, 2011, salah satu faktor yang memprediksi diare di tempat yang sudah mendapat program cuci tangan yang menjanjikan adalah kebiasaan anak mengkonsumsi air yang tidak bersih di dalam ataupun di luar rumah. Karenanya hal ini harus dimasukkan sebagai bahan pertimbangan dan diperlukan penekanan saat peluncuran program yang murah, mudah, tepat sasaran dan merangsang perilaku positif lain.
Data responden penelitian ini menunjukkan terdapat hampir 20% atau 13 anak masih meminum air mentah, yakni air dari sumber ledeng atau lainnya tanpa dimasak terlebih dahulu. Dari data terlihat bahwa anak yang minum air mentah lebih banyak terkena diare dan ini signifikan secara statistik analisis chi-square dengan nilai p sebesar 0,073. Hal ini memperkuat hasil senelumnya dimana dikatakan terdapat perbedaan kejadaian diare terkait pengolahan air.
penanganan, penyimpanan faktor lingkungan juga memegang peranan terhadap kontaminasi suatu makanan.
Anak SD masih sulit dipisahkan dengan kebiasaan jajan terbukti hanya 3 orang dari 66 orang yang mengatakan jajan kurang dari lima hari seminggu. Dengan uang jajan kurang dari Rp 5.000,00 dimiliki oleh sekitar 56 anak dan sisanya sekitar 10 orang memiliki uang jajan lebih dari nominal tersebut. Dan pilihan pangan yang dibeli anak SD berurutan semakin berkurang adalah makanan berbungkus seperti permen dan makanan ringan, minuman yang dibuatkan, dan makanan yang terbuka sebanyak 22 orang.
Dari analisis terhadap nominal uang jajan yang diterima anak didapatkan bahwa terdapat pengaruh antara besarnya nominal uang jajan dengan kejadian diare menggunakan Fisher Exact Test didapat nilai p 0,015 yang menunjukkan adanya hubungan antara keduanya. Hal ini mendukung pernyataan bahwa pengeluaran finansial personal dapat mempengaruhi pelaksanaan/ tindakan seseorang dari pengetahuannya (Fisher et al, 2011)
Sejalan dengan sebuah artikel oleh Touré et al, 2012, dikatakan dari studi-studi sebelumnya didapatkan kontaminasi fekal terbesar terdapat di makanan bukan di air minum penderita, karena itu makanan dari segala aspek juga harus mendapat perhatian dalam program pencegahan diare.
Analisis terhadap jajanan anak dapat dilihat dalam tabel hasil penelitian karakteristik individu dengan menggunakan chi-square terhadap kelompok makanan jajanan anak dan didapat bahwa terdapat hubungan antar kelompok jajanan dan kejadian diare pada anak dengan nilai p 0,015.
Dari penelitian Kotch, 2007, yang meneliti mencuci tangan dan penyiapan makanan yang baik didapatkan bahwa dari dua kelompok kontrol dan intervensi terdapat perbedaan signifikan antara angka kejadian dan kesakitan diare dan lamanya hari yang terpakai
5.3.2 Karaktristik Orang Tua
Faktor sosiokultural juga memegang peranan selain terhadap penanganan diare secara langsung, juga terhadap pencegahan diare seperti praktek kebersihan diri, lingkungan, penanganan air, kotoran, dan yang utama penanganan makanan
Pengetahuan sangat mempengaruhi tindakan dan cendrung diikuti tindakan jika tanpa faktor perancu seperti finansial (Fisher, 2011). Di dapatkan dari penelitian Touré et al, 2012, bahwa penanganan makanan terbukti buruk dengan tingginya angka kontaminasi di makanan sebelum intervensi, dan hal ini menurun setelah diadakan edukasi tentang hal ini. Program pencegahan membutuhkan dana yang lebih sedikit sebagaimana dikatakan juga dalam Matthew et al, 2007, bahwa program perubahan periaku dan hygiene ini dapat menghemat $ 5,49 per anak per tahun. Hal ini jauh lebih menguntungkan dari segi ekonomi.
Menurut suatu penelitian di Brazil diungkapkan, sosioekonomi faktor memberikan kontribusi terbesar pada resiko diare di daerah tersebut diikuti kontak, penyiapan makanan, lingkungan, air dan sanitasi dengan pengaruh yang tidak signifikan (Stina et al, 2008).
Tetapi menurut S. Kumar dan S. Vollmer, 2012, dikatakan juga terdapat heterogenisitas dalam dampaknya seperti pada anak wanita dan anak dengan sosial ekonomi menengah kebawah, menandakan ada hal lain yang juga berpengaruh dalam peningkatan resikonya.
Dan dari data penelitian ini didapatkan bahwa pendidikan formal ibu memiliki dampak yang signifikan terhadap kejadian diare anak dengan nilai p = 0,094.
Hal ini dimungkinkan karena tingkat pendidikan formal tidak dapat sepenuhnya merangkum pengetahuan ibu terhadap faktor-faktor dan kejadian diare dengan banyaknya edukasi diluar pendidikan formal yang mungkin didapatkan ibu, ataupun pengetahuan yang tidak diikuti tindakan.
Dalam Kariuki et al, 2012, dikatakan bahwa terdapat penurunan kejadian diare yang signifikan dengan pengetahuan dan tindakan ibu dalam sanitasi dan higien. Pengetahuan orang tua dalam hal ini ibu menjadi determinan penting dalam meramalkan kejadian diare pada anak (Osumanu, 2008).
Dalam penelitian tesis lain mengatakan bahwa tidak ada hubungan pengetahuan ibu terhadap kebersihan dan kejadian diare anak (Rahmah, 2006).
Namun seperti yang dikatakan dalam Waheed, 2011, bahwa angka kejadian diare dalam pre and post test memiliki makna secara statistik.
Karenanya seperti disinggung diatas perlu dilakukan edukasi secara terus menerus diikuti pemantauan dan memberikan bantuan dalam bentuk alat dan bahan untuk menyukseskan program edukasi tersebut.
Ibu dari responden bekerja sebagai ibu rumah tangga sampai 62,1% dan sisanya bekerja diluar rumah dengan pembagian buruh, pedagang, PNS, swasta berurutan 15, 6, 1, 2, dan 2 orang.
Hal ini mungkin karena terdapat faktor-faktor lain yang mempunyai pengaruh lebih atau berperan sebagai faktor perancu.
Hasil serupa dikemukakan oleh Sitinjak, 2011, yang menyatakan bahwa pekerjaan ibu tidak memberikan pengaruh signifikan kepada kejadian diare anak.
Dalam hal pendapatan keluarga responden berada di kisaran kurang dari Rp 1.500.000,00 sampai 62,1 %, dengan hubungan yang tidak signifikan terhadap kejadian diare. Hal ini mungkin disebabkan faktor lain seperti pengetahuan dan kebiasaan hidup yang juga mempengaruhi responden, dan dalam populasi ini faktor ekonomi kurang memegang peranan atau pengaruh terhadap kejadian diare anak.
Namun dari penelitian Yilgwan, 2010, didapatkan bahwa terdapat hubungan bivariat antara sumber air bersih dirumah dan pendapatan keluarga. Dimana dikatakan juga bahwa ekonomi status yang lebih tinggi memiliki asosiasi yang tinggi dengan kejadian diare yang lebih sedikit (Opryszko et al, 2010). Banda et al, 2007, dalam penelitiannya mendapatkan bahwa selain kualitas air, status sosial ekonomi rendah merupakan faktor yang signifikan.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Faktor-faktor yang terbukti berpengaruh signifikan secara statistik terhadap angka kejadian diare anak pada Kecamatan Medan Deli adalah sumber air, pengolahan air, mencuci tangan setelah buang air, memotong kuku, kebiasaan jajan dan pemdidikan ibu.
2. Prevalensi kejadian diare di Kecamataan Medan Deli adalah 47%. 3. Terdapat perbedaan kejadian diare berdasarkan sumber air
4. Tidak terdapat perbedaan kejadian diare berdasarkan penyimpanan air 5. Terdapat perbedaan kejadian diare berdasarkan pengolahan
6. Tidak terdapat perbedaan kejadian diare berdasarkan jamban
7. Tidak terdapat perbedaan kejadian diare berdasarkan mencuci tangan sebelum makan
8. Terdapat perbedaan kejadian diare berdasarkan mencuci tangan setelah buang air
9. Terdapat perbedaan kejadian diare berdasarkan memotong kuku 10. Tidak terdapat perbedaan kejadian diare berdasarkan alas kaki 11. Terdapat perbedaan kejadian diare berdasarkan kebiasaan jajan 12. Tidak terdapat perbedaan kejadian diare berdasarkan status gizi 13. Terdapat perbedaan kejadian diare berdasarkan pendidikan ibu 14. Tidak terdapat perbedaan kejadian diare berdasarkan pekerjaan ibu 15. Tidak terdapat perbedaan kejadian diare berdasarkan pendapatan
keluarga
6.2 Saran
6.2. 2. Kepada Pihak Berwenang
a. Memperbanyak program untuk meningkatkan dan
mempertahankan kebiasaan serta hal-hal yang membantu mencegah terjadinya diare di masyarakat.
b. Mensosialisasikan pengetahuan dan kebiasaan tentang hal-hal yang mempengaruhi kejadian diare
c. Melakukan pemantauan dan menyediakan sarana untuk mempertahankan kebiasaan baik yang telah terbentuk.
6.2.3. Bagi Peneliti
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Diare
Diare adalah naiknya frekuensi pergerakan usus, naiknya kandungan cairan feses, rasa terdesak untuk BAB dengan atau tanpa inkontinensia fekal yang menyebabkan naiknya berat feses lebih dari 2000mg perhari (Sutadi, 2003) atau BAB lebih dari 3x sehari dengan atau tanpa disertai lendir atau darah (Zein et al, 2004).
Diare merupakan penyakit yang dapat ditularkan secara kontak personal, melalui makana, dan minuman (Siswanto, 2010). Hal-hal yang dapat menyebabkan diare adalah segala sesuatu yang menyebabkan (1) Menurunnya absorbsi dalam usus, (2) Meningkatnya sekresi elektrolit kedalam lumen intestinal, (3) Adanya absorbsi yang buruk secara osmosis larutan aktif di lumen usus, (4) Meningkatnya motilitas intestinal, (5) Penyakit Inflamasi yang menghasilkan darah,pus dan mucus (Sutadi, 2003).
2.1.1 Etiologi Diare
Sebab-sebab timbulnya diare :
a. Infeksi usus disebabkan bakteri, amoeba, cacing. Dikatakan bahwa ini masih merupakan penyebab paling sering di negara berkembang (Denno, 2011). Dikatakan dari sumber yang sama yang didukung Gillespie & Kathleen (2009) dan Subagyo et al (2011) beberapa yang sering tercatat menyebabkan diare adalah Escherichia coli,
Stafilococcus aureus, Shigella, Salmonella, Clostridium perfringens,
Vibrio cholera, Campylobakter, Giardia lamblia, Cyclospora, Entamoeba histolitica, dan Rotavirus.
f. Alergi terhadap makanan tertentu dan efek samping yang ditimbulkan oleh obat-obatan
2.1.2 Patogenesis Diare 2.1.2.1 Diare Sekretorik
Diare ini disebabkan oleh abnormalitas cairan dan trasport elektrolit (Dirjen PPPK, 2011) yang penyebabnya dapat berhubungan dengan sesuatu yang dimakan (Sutadi, 2003). Kerusakan ini bermula dengan peningkatan cAMP (Cyclic Adenine Mono Phosphat) yang pada gilirannya akan hanya menghambat penyerapan NaCl (Natrium Cloride) dan menstimulasi sekresi Cl. Peningkatan cGMP (Cyclic Guanine Mono Phosphat) dan kalsium di dalam sel juga meningkatkan sekresi. Kelainan vili usus juga mempengaruhi sekresi ini. Semua hal tersebut dapat disebabkan oleh toksin dari bakteri yang mengnfeksi usus (Subagyo et al, 2011).
2.1.2.2 Diare Osmotik
Hal ini terjadi jika penyerapan air terganggu akibat adanya tekanan osmotik yang menarik air di lumen usus (Dirjen PPPK, 2011). Ini disebabkan oleh peningkatan larutan yang sulit diabsorbsi secara sebagian atau keseluruhan. Peningkatan ini begitu tinggi sampai melebihi kapasitas absorbsi air usus besar.
Malabsorbsi adalah salah satu penyebab umum dari diare osmotik (Sutadi, 2003). Hal ini dapat terjadi akibat berkurangnya enzim pencernaan, berkurangnya luas daerah penyerapan, dan kurangnya transport (Hasler & Owyang, 2005).
Menurut IRSN (Indonesia Rotavirus Surveillance Network) dan Litbangkes (Penelitian Pembangunan Kesehatan) dalam Dirjen PPPK, pasien diare anak pada 6 rumah sakit umumnya (70%) disebabkan oleh rotavirus dan adenovirus. Rotavirus mengakibatkan berkurangnya produksi enzim laktase dan menyebabkan maladigesti laktosa.
Berbagai parasit dapat menyebabkan kelainan penyerapan lemak. Reseksi usus dapat mengurangi area penyerapan dan menimbulkan maladigestif (Hasler & Owyang, 2005).
2.1.2.3 Diare Inflamasi
Diare ini dapat menyebabkan diare dengan mekanisme yang mirip maladigestif dan sekresi, sebab proses inflamasi akan merusak mukosa, menaikkan produksi lendir dan menyebabkan eksudasi cairan ke dalam lumen usus (Dirjen PPPK, 2011). Diare tipe ini ditandai dengan demam, nyeri perut, feses berdarah, ditemukannya leukosit dan tanda inflamasi dari biopsi usus. Infeksi mikroorganisme dapat menyebabkan diare jenis ini (Irawan, 2002).
2.1.2.4 Diare akibat perubahan motilitas usus
Ini merupakan diare yang disebabkan akibat gangguan pergerakan saluran cerna yang umumnya tergolong pada IBS, Irritable Bowel Syndrome, (Dirjen PPPK, 2011). Perubahan motilitas ini dapat disebabkan oleh gangguan persyarafan baik dari syaraf itu sendiri, kontrol atau faktor lain yang mengganggunya sampai infeksi dan inflamasi
2.1.2.5 Diare factitia
2.1.2.6 Diare terkait penggunaan antibiotik
Diare ini terjadi dengan penggunaan antibiotik yang tidak sesuai selama 3-5 hari yang akan menyebabkan flora normal usus berkurang dan peningkatan flora patogen dalam hal ini umumnya Clostridium difficile. Angka kejadiannya sekitar 20-25% (Dirjen PPPK, 2011)
2.1.3 Klasifikasi Diare
Diare terbagi menjadi diare Akut dan Kronik. Diare akut berdurasi dua minggu atau kurang, sedangkan diare kronis lamanya lebih dari dua minggu (Zein et al, 2004).
2.1.3.1Diare Akut
Diare akut dapat disebabkan oleh infeksi ataupun non infeksi (Irwanto, 2002). Diare akut sering menjadi kejadian luar biasa. Namun diare akut sendiri umumnya bersifat self-limited sehingga yang perlu dilakukan adalah mencegah terjadinya komplikasi seperti terganggunya keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh (Pickering, 2004).
Pemeriksaan elektrolit feses diperlukan guna mendiferensiasikan antara diare osmotik atau diare sekretorik. Selain itu harus ditanyakan apakah terdapat penggunaan obat laksatif ataupun riwayat diare setelah makan-makanan tertentu. Dapat juga dilakukan pemeriksaan lain sesuai indikasi (Irwanto, 2002).
2.1.3.2Diare Kronik
Sebagian besar penyebab diare kronik adalah IBS. Penyebab lain dapat berupa penyakit sistemik atau penyakit pada saluran pencernaan (Sutadi, 2003).
Untuk menegakkan diagnosa diare kronik pertama singkirkan kemungkinan diare akut, intolerensi laktosa, riwayat intervensi bedah abdominal, infeksi parasit, penggunaan obat-obatan serta penyakit sistemik lain yang dapat bermanifestasi kepada diare (Hasler & Owyang, 2005).
Pemeriksaan tambahan yang dilakukan untuk mencari penyebab adalah pemeriksaan feses secara makroskopik dengan melihat tampilan, bau dan karakteristik feses ataupun mikroskopik dengan pemeriksaan parasit (keberadan telur sampai bentuk matur parasit itu sendiri), kultur bakteri, hitung leukosit, occult blood test, dan berbagai tes lain yang harus dilakukan sesuai indikasi. Untuk penyakit-penyakit tertentu harus dilakukan pemeriksaan radiologi, biopsi, dan skrining malabsorbsi (Sutadi, 2003).
2.1.4 Tatalaksana dan Komplikasi Diare
Dalam diare prinsip penatalaksanaan yang perlu dilakukan adalah rehidrasi, mengembalikan cairan tubuh yang hilang dan melanjutkan pemberian makanan. Rehidrasi dapat dilakukan dengan larutan gula dan garam yang dicampur sendiri atau larutan rehidrasi komersial di pasaran (Karen & Micheal, 2007). Terapi diare yang disebabkan infeksi dapat dilakukan dengan memberikan antimikroba empirik untuk selajutnya diganti dengan antimikroba spesifik sesuai hasil kultur (Irawan, 2002).
Salmonella typh (Zein et al, 2004). Jika penyebab diare adalah infeksi selain diatas maka pilihan utama yang diakukan adalah mencegah terjadinya kekurangan cairan yang dapat mengancam jiwa tanpa menggunakan antibiotik (Abba et al, 2009).
Seperti telah dikatakan diatas, hal yang dikhawatirkan dari diare adalah keadaan kekurangan cairan parah yang mungkin terjadi pada pasien. Pada orang dewasa kejadian diare akan menyebabkan dehidrasi dan jika tidak ditangani maka akan dapat menyebabkan Tubular Nekrosis Akut yang jika masih terus dibiarkan akan menyebabkan kegagalan multi organ (Tarr, 2009). Hal ini berbeda pada anak, karena pada anak persentase cairan tubuh mencapai 70% maka jika terjadi kehilangan cairan yang besar tanpa diganti maka akan berakibat lebih fatal langsung kepada syok hipovolemi (Pickering, 2004). Selain itu dapat terjadi gangguan keseimbangan elektrolit (Karen & Micheal, 2007).
Berikut adalah evaluasi klinis dari dehidrasi (Hendrick et al, 2000)
Dehidrasi ringan (3-5%) : Pulsasi meningkat, produksi turun, mau mimun Dehidrai sedang (7-10%): Takikardi, oligouri sampai anuri, irritable, mata
cekung, air mata berkurang, CRT >3’’, pucat, dingin, mau minum
Dehidrasi berat (10-15%): Pulsasi cepat dan lemah, hipotensi, anuria, mata sangat cekung, molted, air mata turun, kesadaran turun, tidak mau minum
Untuk mengetahui jumlah cairan yang kurang daat digunakan derajat dehidrasi dikali berat badan.
Komplikasi lain tergantung dari penyebabnya, misalnya pada C.jejuni akan meningkatkan resiko terjadi Guillain Barre syndrome yang menyebabkan kelemahan otot dan kelainan sensasi akibat kerusakan mielin yang menyelimuti syaraf (Japardi, 2002).
2.2 Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Diare
yang mungkin terjadi pada penderita. Maka selain usaha mengobati, para praktisi kesehatan mulai melirik dan menekankan pentingnya pencegahan. Usaha pencegahan dianggap membutuhkan dana yang lebih sedikit dan berdampak lebih luas.
Selain itu hal ini sesuai dengan Paradigma Sehat yang menganggap masalah kesehatan merupakan masalah multidimensi dan lebih memfokuskan kepada usaha pencegahan tingkat primer yakni upaya pencegahan/perlindungan spesifik dan peningkatan kesehatan (Siswanto, 2010).
Diare dapat ditularkan melalui kontaminasi makanan, air atau kontak langsung dengan segala sesuatu yang mengandung mikroba dan dapat menularkannya (Denno, 2011).
Berikut ini adalah beberapa hal yang mempengaruhi kejadian diare yang akan diteliti dalam penelitian ini:
2.2.1 Sumber air
Medan merupakan kota nomor tiga terbesar di Indonesia dengan jumlah penduduk di atas dua juta jiwa ditambah ± 566 ribu jiwa penduduk yang tidak tetap (BPS, 2011), dengan tingkat konsumsi air minum rata-rata 2,1-2,8 liter per orang per hari (Santoso, 2010) , maka dibutuhkan sebanyak 5,5-7,2 juta liter per hari. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk maka kebutuhan akan air khususnya air minum juga semakin meningkat. Berikut ini adalah berbagai sumber air yang dapat dimanfaatkan manusia (Santoso, 2010) :
a. Air tanah