MD38571 Medan 11/26/2013 83.10142342 9.534423049 7.364153533 MD38571 Medan 11/27/2013 81.75421945 10.92838561 7.317394937
MD32987 Medan 11/24/2013 87.69366876 8.411974539 3.894356701 MD32987 Medan 11/25/2013 87.4487475 8.610734249 3.940518255 MD32987 Medan 11/26/2013 87.67114994 8.599918493 3.728931565 MD32987 Medan 11/27/2013 85.68574791 9.44588429 4.868367796
DAFTAR PUSTAKA
1. Akawa, Yoshihiko. 1997. Introduction to Digital Mobile Communication.. United States: Wiley Interscience.
2. Freeman, Roger L. 1998. “Telecommunication Transmission Handbook”. Fourth Edition-John Wiley .
3. Lee, William C.Y,1995. “Mobile Cellular Telecommunications . Analog and Digital System”. Second Edition-Mc Graw Hill Inc, .
4. Puspita Dewi, Riana. 2011 . Analisis Optimalisasi Kapasitas Trafik Dengan Multi Band Cell (MBC) pada Jaringan GSM PT. XL Axiata,Tbk Purwekkerto.
5. Rappaport, Theodore S.. 1996. Wireless Communication, Principle and Practice, New Jersey, Prentice Hall Inc.,.
6. Redl, Siegmund M., Weber, Mathias K., Oliphant, Malcolm W, 2007, GSM Barton J.R., I. Issaias, E.I. Stentiford..
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menganalisa data yang didapat dari Huawei Services PT. XL AXIATA,Tbk MEDAN pada tiga sel yang berbeda.
Nama-nama sel dapat dilihat dari Tabel 3.1. Tabel 3.1 Cell Id dan Wilayahnya
Cell Id BSC Site ID Cell Region
MD38571 BMDN21 MC2223857 Doktor Mansyur Selayang MD32987 BMDN22 222C298 Amplas Sisingamangaraja MD25905 BMDN23 2918 Tanjung Morawa 3
Wilayah dari cell id MD38571 dapat dilihat pada Gambar 3.1
Gambar 3.2 Peta lokasi Cell ID MD32987 Wilayah dari cell id MD25905 dapat dilihat pada Gambar 3.3.
Gambar 3.3 Peta lokasi Cell Id MD25905
3.2 Waktu Pengambilan Data
Traffic Channel dan Speech Quality Indicator pada tiga kondisi kanal trafik yang berbeda. Berikut adalah kondisi kanal trafiknya:
1. Kanal trafik dengan kecepatan full rate 13 kbps. 2. Kanal trafik dengan kecepaatan half rate 6.5 kbps.
3. Kanal trafik dengan mengatur parameter Dynamic Half Allocation (DHA) dengan nilai parameter yang berbeda pada setiap sel yang dizmzti.
3.3.
Pengaturan Nilai Parameter Dynamic Half Alocation (DHA)
Pengaturan nilai parameter DHA berfungsi untuk mengaktifkan kanal half rate. Pada perangkat Huawei, ada tiga parameter DHA yang diatur nilainya yaitu :
1. TCH Busy Threshold, merupakan beban ambang batas untuk menetapkan kanal half rate bekerja jika besar trafik lebih besar dari rasio ambang batas yang ditetapkan.
2. AMR (Adaptive Multi Rate) TCH/H Prior Allow, merupakan fitur yang berfungsi untuk menetapkan apakah kanal half rate dapat berfungsi atau tidak.
Nilai parameter DHA untuk kondisi kanal full rate dan half rate pada tiga cell id yang diamati yaitu MD38571, MD32987, dan MD25905 dapat dilihat pada
Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Nilai Parameter DHA untuk kondisi kanal full rate dan half rate
Tanggal
Setelah itu dari tanggal 13 November 2013 sampai 27 November 2013 dilakukan pengaturan nilai DHA pada setiap cell id seperti yang dapat dilihat pada Tabel 3.3.
MD32987 45 ON 44 MD25905 30 ON 29
3.4.
Membandingkan Data dengan Key Performance Indicator (KPI)
Data-data yang didapatkan selanjutnya dibandingkan dengan performansi standar yang digunakan. Standar kinerja Jaringan GSM menurut Key Performance Indicator dan standar dari perusahaan dapat dilihat pada Tabel 3.4. [4]
Tabel 3.4 Key Performance Indicator GSM dan XL
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengambilan Data
Data penelitian terdiri atas dua jenis data untuk setiap cell id yang diamati, yaitu parameter TCH dan parameter SQI. Pengambilan data dilakukan dari 14 Oktober 2013 sampai dengan 27 November 2013. Data penelitian dapat dilihat di lampiran tugas akhir.
4.2 Analisa Data
4.2.1 Analisa Parameter Traffic Channel
Data parameter TCH yaitu : TCH total traffic, TCH availability, TCH drop, dan TCH congestion.
1. TCH Total traffic
TCH Total traffic adalah besarnya total trafik yang dilayani oleh kanal cell
id selama satu hari pengamatan. Berikut adalah TCH total traffic dari ketiga cell id yang diamati pada Gambar 4.1, Gambar 4.2, dan Gambar 4.3.
Pada Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa besar TCH total traffic dari sel bersifat acak selama pengamatan. Pada tanggal 29 Oktober 2013 diaktifkan kanal half rate sampai tanggal 12 November 2013, namun pengubahan jenis kanal ini tidak mempengaruhi besarnya TCH total traffic yang bersifat acak tidak meskipun tipe kanal diubah. Dari tanggal 13 November 2013 sampai 27 November 2013 parameter DHA diatur pada sel ini yaitu besar Busy Threshold 15 %, namun besar total traffic masih bersifat acak tidak dipengaruhi oleh perubahan seluruh jenis
kanal full rate menjadi kanal half rate maupun dengan mengatur besar ambang batas pengaktifan kanal half rate.
Gambar 4.2 Grafik Total Trafik Cell Id MD32987
perubahan seluruh jenis kanal full rate menjadi kanal half rate maupun dengan mengatur besar ambang batas pengaktifan kanal half rate.
Gambar 4.3 Grafik Total Trafik Cell Id MD25905
Pada Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa besar TCH total traffic dari sel bersifat acak selama pengamatan. Pada tanggal 29 Oktober 2013 diaktifkan kanal half rate sampai tanggal 12 November 2013, namun pengubahan jenis kanal ini tidak mempengaruhi besarnya TCH total traffic yang bersifat acak tidak meskipun tipe kanal diubah. Pada tanggal 13 November 2013 sampai 27 November 2013 parameter DHA diatur pada sel ini yaitu besar Busy Threshold 30 %, namun besar TCH total traffic masih bersifat acak tidak dipengaruhi oleh perubahan seluruh jenis kanal full rate menjadi kanal half rate maupun dengan mengatur besar ambang batas pengaktifan kanal half rate.
Gambar 4.4 Grafik Total Trafik ketiga Cell Id
2. TCH availability rate adalah suatu parameter yang menunjukan persentase kapasitas kanal TCH yang tersedia. Grafik TCH availability rate dari ketiga cell id yang diamati dapat dilihat pada Gambar 4.5, Gambar 4.6, dan Gambar 4.7.
Gambar 4.5 Grafik TCH availability rate cell id MD38571
dimana kondisi kanal nya adalah kanal full rate. Setelah kanal diubah menjadi kanal half rate, kondisi TCH availability rate cendrung stabil dimana hanya dua gangguan yaitu pada tanggal 29 Oktober 2013 dan 9 November 2013. Dari tanggal 13 November 2013, kondisi kanal diatur berdasarkan parameter DHA perusahaan. Kondisi kanal cendrung stabil, namun pada 15 November 2013 nilai TCH availability rate turun agak tajam menunjukan adanya gangguan pada TRX pada cell id MD3857.
Gambar 4.6 Grafik TCH availability rate cell id MD32987
Gambar 4.7 Grafik TCH availability rate cell id MD25905
Pada Gambar 4.7, TCH availability rate di kanal full rate maksimal di awal pengamatan, namun pada tanggal 19 dan 20 Oktober 2013 nilainya turun. Hal ini terjadi karena adanya gangguan pada perangkat TRX. Nilai TCH availability rate kembali normal dan cendrung stabil pada hari berikutnya meskipun dengan nilai yang tidak maksimal setiap hari. Pada tipe kanal half rate, TCH availability rate cendrung stabil. Pada tipe kanal penngaturan TCH Busy Threshold, TCH availability rate cendrung stabil. Namun pada tanggal 17-19 November 2013 terjadi penurunan nilai TCH availability rate yang cukup tajam. Hal ini menunjukan bahwa adanya kerusakan pada perangkat TRX di BTS sel tersebut. Pada hari berikutnya TCH availability rate kembali maksimal menunjukan bahwa perangkat telah diperbaiki.
Gambar 4.8 Grafik TCH Availability Rate
3. TCH Drop Rate adalah suatu parameter yang menunjukan persentase tingkat kegagalan user dalam melakukan panggilan setelah berhasil menduduki kanal TCH tanpa ada pemutusan panggilan secara normal. Grafik TCH drop rate dari ketiga cell id yang diamati dapat dilihat pada Gambar 4.9, Gambar 4.10, dan Gambar 4.11
Gambar 4.9 Grafik TCH Drop Rate cell id MD38571
tinggi. Pada tipe kanal pengaturan DHA, TCH drop rate masih cendrung tinggi. Hal ini disebabkan oleh RF (Radio Frequency) loss yang terjadi karena coverage antena yang kurang maksimal, overlap atau tumpang tindih cakupan coverage, dan pergerakan user. Penurunan level sinyal pemancar juga dapat menyebabkan TCH drop rate meningkat. Penurunan level sinyal disebabkan oleh adanya intervensi atau fading sehingga level sinyal Rx berada di bawah level minimum akses sinyal Rx dan menyebabkan panggilan yang tersambung menjadi terputus.
Gambar 4.10 Grafik TCH Drop Rate cell id MD32987
perusahaan perlu diadakan optimasi dengan mengukur kualitas dan level sinyal yang dipancarkan melalui drive test.
Gambar 4.11 Grafik TCH Drop Rate cell id MD25905
Pada Gambar 4.11, TCH drop rate pada tipe kanal full rate sesuai standar KPI perusahaan. Setelah kanal diubah dari full rate menjadi half rate, nilai TCH drop rate juga sesuai standar KPI perusahaan. Pada pengaturan TCH busy threshold 30 %, TCH drop rate sesuai standar KPI perusahaan. Hal ini
menunjukan bahwa coverage antena sudah baik sehingga belum diperlukan pengecekan melalui drive test di sel tersebut.
Grafik TCH drop rate dari ketiga cell id dapat dilihat pada Gambar 4.12.
4. TCH congestion rate adalah persentase kegagalan panggilan karena tidak mendapatkan kanal TCH. Grafik TCH availability rate dari ketiga cell id yang diamati dapat dilihat pada Gambar 4.13, Gambar 4.14, dan Gambar 4.15.
5.
Gambar 4.13 Grafik TCH Congestion Rate cell id MD38571
Pada Gambar 4.13, TCH congestion rate tidak sesuai standar KPI perusahaan selama pengamatan pada tipe kanal full rate dengan rata-rata TCH congestion rate 3,5026 %. Tingginya TCH congestion rate disebabkan karena
kapasitas kanal yang tidak mampu melayani besar trafik yang datang, sehingga banyak panggilan yang diblok karena kanal yang sudah penuh. Semua BTS sel yang diamati memiliki 3 sektor antena dengan kapasitas 4 TRX untuk masing-masing sektor. Pada TRX terdapat 8 timeslot (TS) yang digunakan sebagai kanal/saluran. Jadi pada setiap sektor memiliki 4 x 8 = 32 TS, sehingga ada 32 x 3 = 96 TS pada setiap sel. Pada tipe kanal half rate, TCH congestion rate turun dengan rata-rata 0,0953 % dan sesuai standar KPI perusahaan. TCH congestion rate turun disebabkan kapasitas kanal yang meningkat dua kali lipat dari kapasitas
dapat dilayani. Pada tipe kanal pengaturan DHA diatur TCH busy threshold 15 %. Panggilan yang masuk akan dilayani oleh kanal full rate, apabila kanal full rate mencapai ambang batas 15 % dari kapasitas kanal maka sisa kanal yang tersedia menjadi tipe kanal half rate dan panggilan yang masuk berikutnya akan dilayani oleh kanal half rate. Kapasitas kanal pada sector menjadi 15 % x 32 = 4,8 TS dibulatkan menjadi 5 TS, (32 – 5) x 2 = 54 sehingga jumlah saluran pada setiap sektor 5 + 54 = 59 saluran. Jumlah saluran pada sel menjadi 59 x 3 = 177 saluran. TCH congestion rate sesuai standar KPI perusahaan dengan rata-rata 0,3146 %. Nilai ini meningkat dari TCH congestion rate pada tipe kanal half rate disebabkan tidak semua kanal full rate diubah menjadi kanal half rate sehingga kapasitas kanalnya tidak sebesar tipe kanal half rate, namun trafik yang masuk dapat dilayani sehingga TCH congestion rate sesuai standar KPI perusahaan.
Gambar 4.14 Grafik TCH Congestion Rate cell id MD32987
Pada Gambar 4.14, TCH congestion rate tidak sesuai standar KPI perusahaan selama pengamatan pada tipe kanal full rate dengan rata-rata TCH congestion rate 1,4133 %. Tingginya TCH congestion rate disebabkan karena
yang diamati memiliki 3 sektor antena dengan kapasitas 4 TRX untuk masing-masing sektor. Pada TRX terdapat 8 timeslot (TS) yang digunakan sebagai kanal/saluran. Jadi pada setiap sektor memiliki 4 x 8 = 32 TS, sehingga ada 32 x 3 = 96 TS pada setiap sel. Pada tipe kanal half rate, TCH congestion rate turun dengan rata-rata 0,002 % dan sesuai standar KPI perusahaan. TCH congestion rate turun disebabkan kapasitas kanal yang meningkat dua kali lipat dari kapasitas sebelumnya yaitu 96 x 2 = 192 saluran sehingga hampir semua trafik yang masuk dapat dilayani. Pada tipe kanal pengaturan DHA diatur TCH busy threshold 45 %. Panggilan yang masuk akan dilayani oleh kanal full rate, apabila kanal full rate mencapai ambang batas 45 % dari kapasitas kanal maka sisa kanal yang tersedia menjadi tipe kanal half rate dan panggilan yang masuk berikutnya akan dilayani oleh kanal half rate., TCH congestion rate sesuai standar KPI perusahaan dengan rata-rata 0,002 %. Nilai ini sama dengan TCH congestion rate pada tipe kanal half rate meskipun kapasitas kanalnya tidak sebesar tipe kanal half rate, hal ini disebabkan trafik yang tidak terlalu besar pada sel sehingga hampir semua trafik dapat dilayani oleh kanal yang tersedia.
Pada Gambar 4.15, TCH congestion rate tidak sesuai standar KPI perusahaan selama pengamatan pada tipe kanal full rate dengan rata-rata TCH congestion rate 2,9146 %. Tingginya TCH congestion rate disebabkan karena kapasitas kanal yang tidak mampu melayani besar trafik yang datang, sehingga banyak panggilan yang diblok karena kanal yang sudah penuh. Pada tipe kanal half rate, TCH congestion turun dengan rata-rata 0,0093 % dan berada sesuai standar KPI perusahaan. TCH congestion turun disebabkan kapasitas kanal yang meningkat dua kali lipat dari kapasitas sebelumnya sehingga hampir semua trafik yang masuk dapat dilayani. Pada tipe kanal pengaturan DHA, TCH congestion rate sesuai standar KPI perusahaan dengan rata-rata 0,1953 %. Nilai ini
meningkat dari TCH congestion rate pada tipe kanal half rate disebabkan tidak semua kanal full rate diubah menjadi kanal half rate sehingga kapasitas kanalnya tidak sebesar tipe kanal half rate, namun trafik yang masuk dapat dilayani sehingga TCH congestion rate sesuai standar KPI perusahaan.
Grafik TCH congestion rate dari ketiga Cell Id dapat dilihat pada Gambar 4.16
Gambar 4.16 Grafik TCH Congestion Rate
4.2.2. Analisa Parameter Speech Quality Indicator (SQI)
Speech Quality Indicator (SQI) adalah suatu indikasi yang menyatakan
kualitas suara saat terhubung anatar satu pengguna dengan pengguna lainnya, rentang nilai indikasi yang digunakan adalah -20 sampai dengan 30. Ada tiga kategori indikasi kualitas suara pada jaringan GSM yaitu : SQI good rate, SQI accepted rate, dan SQI bad rate. Standar yang ditetapkan oleh perusahaan adalah hanya untuk SQI good rate dengan nilai lebih besar dari 80 %. SQI accepted rate dan SQI bad rate, perusahaan tidak menggunakan standar untuk mengetahui performansinya.
1. SQI Good rate adalah suatu indikasi kualitas suara dimana pada dengan nilai indikasi 18 sampai dengan 30. Grafik SQI Good rate dari ketiga cell id yang diamati dapat dilihat pada Gambar 4.17, Gambar 4.18, dan Gambar 4.19.
Gambar 4.17 Grafik SQI Good Rate cell id MD38571
ditetapkan perusahaan dengan rata-rata SQI good rate 67,6327 %. Penurunan SQI good rate terjadi karena pada kanal half rate mempunyai bit rate 6,5 kbps untuk
setiap kanal yang akan digunakan. Suara dikompresikan sesuai dengan bit rate yang lebih kecil dari tipe kanal full rate sehingga kualitas suara tidak sebaik tipe kanal full rate yang memiliki bit rate lebih besar yaitu 13 kbps. Untuk meningkatkan kualitas suara, maka dibuat ambang batas untuk mengaktifkan kanal half rate dengan mengatur parameter DHA sesuai ketetapan perusahaan dengan nilai TCH Busy Threshold (ambang batas untuk mengaktifkan kanal half rate) sebesar 15 %. Rata-rata SQI good rate setelah parameter DHA diatur menjadi 82,8039 % dan sesuai dengan standar yang ditetapkan perusahaan. Peningkatan ini terjadi karena tidak semua kanal dengan tipe half rate. Panggilan yang masuk akan dilayani oleh kanal full rate, apabila kanal full rate mencapai ambang batas 15 % dari kapasitas kanal maka sisa kanal yang tersedia menjadi tipe kanal half rate dan panggilan yang masuk berikutnya akan dilayani oleh kanal half rate. Pada saat panggilan di kanal full rate telah selesai, maka panggilan di
kanal half rate akan dipindahkan ke kanal full rate yang kosong sehingga dengan cara ini kualitas suara dapat terjaga.
Pada Gambar 4.18, SQI good rate selama tipe kanal full rate berada sesuai standar dari perusahaan yaitu lebih besar dari 80 % dengan rata-rata SQI good rate 97,4704 %. Namun ketika tipe kanal diubah menjadi half rate untuk memperbanyak kapasitas kanal, SQI good rate turun dan tidak sesuai standar yang ditetapkan perusahaan dengan rata-rata SQI good rate 72,0442 %. Penurunan SQI good rate terjadi karena pada kanal half rate mempunyai bit rate 6,5 kbps pada setiap kanal yang akan digunakan. Suara dikompresikan sesuai dengan bit rate yang lebih kecil dari tipe kanal full rate sehingga kualitas suara tidak sebaik tipe kanal full rate yang memiliki bit rate lebih besar yaitu 13 kbps. Untuk meningkatkan kualitas suara, maka dibuat ambang batas untuk mengaktifkan kanal half rate dengan mengatur parameter DHA sesuai ketetapan perusahaan dengan nilai TCH Busy Threshold (ambang batas untuk mengaktifkan kanal half rate) sebesar 45 %. Rata-rata SQI good rate setelah parameter DHA diatur menjadi 87,6327 % dan sesuai dengan standar yang ditetapkan perusahaan. Peningkatan ini terjadi karena tidak semua kanal dengan tipe half rate. Panggilan yang masuk akan dilayani oleh kanal full rate, apabila kanal full rate mencapai ambang batas 45 % dari kapasitas kanal maka sisa kanal yang tersedia menjadi tipe kanal half rate dan panggilan yang masuk berikutnya akan dilayani kanal half rate. Pada saat panggilan di kanal full rate telah selesai, maka panggilan di kanal half rate akan dialihkan ke kanal full rate yang kosong sehingga dengan cara ini
Gambar 4.19 Grafik SQI Good Rate cell id MD25905
Pada Gambar 4.19, SQI good rate selama tipe kanal full rate berada sesuai standar dari perusahaan yaitu lebih besar dari 80 % dengan rata-rata SQI good rate 98,807 %. Namun ketika tipe kanal diubah menjadi half rate untuk memperbanyak kapasitas kanal, SQI good rate turun dan tidak sesuai standar yang ditetapkan perusahaan dengan rata-rata SQI good rate 70,8616 %. Penurunan SQI good rate terjadi karena pada kanal half rate mempunyai bit rate 6,5 kbps pada
tipe kanal half rate dan panggilan yang masuk berikutnya akan dilayani kanal half rate. Pada saat panggilan di kanal full rate telah selesai, maka panggilan di kanal
half rate akan di over ke kanal full rate yang kosong sehingga dengan cara ini kualitas suara dapat terjaga.
Grafik gabungan SQI good rate dari ketiga cell id dapat dilihat pada Gambar 4.20.
Gambar 4.20 Grafik SQI Good Rate
2. SQI accepted rate adalah suatu indikasi kualitas suara dimana pada dengan nilai indikasi 0 sampai dengan 18. Grafik SQI accepted rate dari ketiga cell id yang diamati dapat dilihat pada Gambar 4.21, Gambar 4.22, dan Gambar 4.23.
Pada Gambar 4.21, SQI accepted rate cendrung tidak stabil pada tipe kanal full rate. Pada tipe kanal half rate SQI accepted rate meningkat dan masih tetap dengan nilai yang cendrung tidak stabil. SQI accepted rate yang tidak stabil disebabkan oleh besarnya trafik pada cell id MD38571. Peningkatan nilai SQI accepted rate terjadi untuk menyesuaikan SQI good rate yang turun saat tipe
kanal berubah. Perubahan tipe kanal dari full rate menjadi half rate membuat kualitas suara yang tadiya pada level kualitas SQI good rate menjadi accepted rate. Setelah tipe kanal diubah sesuai dengan parameter DHA dari perusahaan, SQI accepted rate turun untuk menyesuaikan dengan SQI good rate yang naik, hal ini terjadi karena tidak semua kanal yang dipakai adalah kanal half rate. Terdapat beberapa kanal full rate yang digunakan untuk kegiatan percakapan sehingga SQI accepted rate sebagian menjadi SQI good rate. Tidak ada standar untuk membandingkan kinerja dari SQI accepted rate.
Gambar 4.22 Grafik SQI Accepted Rate cell id MD32987
half rate membuat kualitas suara yang tadiya pada level kualitas SQI good rate menjadi accepted rate. Setelah tipe kanal diubah sesuai dengan parameter DHA dari perusahaan, terdapat beberapa kanal full rate yang digunakan untuk kegiatan percakapan sehingga SQI accepted rate sebagian menjadi SQI good rate. Tidak ada standar untuk membandingkan kinerja dari SQI accepted rate.
Gambar 4.23 Gambar 4.21 Grafik SQI Accepted Rate cell id MD25905 Pada Gambar 4.23, SQI accepted rate stabil pada tipe kanal full rate. Pada tipe kanal half rate SQI accepted rate meningkat dan dengan nilai yang stabil. Peningkatan nilai SQI accepted rate terjadi untuk menyesuaikan SQI good rate yang turun saat tipe kanal berubah dari tipe kanal full rate menjadi kanal half rate. Setelah tipe kanal diubah sesuai dengan parameter DHA dari perusahaan, SQI accepted rate turun untuk menyesuaikan dengan SQI good rate yang naik, karena
tidak semua kanal yang melayani merupakan kanal half rate. Terdapat beberapa kanal full rate yang melayani proses komunikasi.
Gambar 4.24 Grafik SQI Accepted Rate
3. SQI bad rate adalah suatu indikasi kualitas suara dimana pada dengan nilai indikasi -20 sampai dengan 0. SQI bad rate tidak memiliki standar sehingga kinerjanya tidak dapat dikatakan baik atau tidak. Nilai SQI bad rate cendrung menyesuaikan kepada nilai SQI accepted rate yang levelnya turun karena perubahan tipe kanal. Grafik SQI bad rate dari ketiga cell id yang diamati dapat dilihat pada Gambar 4.25, Gambar 4.26, dan Gambar 4.27.
Gambar 4.25 Grafik SQI Bad Rate cell id MD28571
kanal berubah. Setelah tipe kanal diubah sesuai dengan parameter DHA dari perusahaan, SQI bad rate turun untuk menyesuaikan dengan SQI good rate yang naik. tidak ada standar yang digunakan untuk membandingkan SQI bad rate.
Gambar 4.26 Gambar 4.21 Grafik SQI Bad Rate cell id MD32987 Pada Gambar 4.26, SQI bad rate stabil pada tipe kanal full rate. Pada tipe kanal half rate SQI bad rate meningkat dan dengan nilai yang stabil. Peningkatan nilai
SQI bad rate terjadi untuk menyesuaikan SQI good rate yang turun saat tipe kanal berubah. Setelah tipe kanal diubah sesuai dengan parameter DHA dari perusahaan, SQI bad rate turun untuk menyesuaikan dengan SQI good rate yang naik. tidak ada standar yang digunakan untuk membandingkan SQI bad rate.
Pada Gambar 4.27, SQI bad rate stabil pada tipe kanal full rate. Pada tipe kanal half rate SQI bad rate meningkat dan dengan nilai yang stabil. Peningkatan nilai SQI bad rate terjadi untuk menyesuaikan SQI good rate yang turun saat tipe kanal berubah. Setelah tipe kanal diubah sesuai dengan parameter DHA dari perusahaan, SQI bad rate turun untuk menyesuaikan dengan SQI good rate yang naik. tidak ada standar yang digunakan untuk membandingkan SQI bad rate. Grafik dari ketiga cell id dapat dilihat pada Gambar 4.28.
Gambar 4.28 Grafik SQI Bad Rate
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa, dapat dihasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Pada tipe kanal fullrate, TCH congestion rate di ketiga sel tidak sesuai
standar perusahaan disebabkan kurangnya kanal yang melayani trafik. 2. Mengubah tipe kanal dari full rate menjadi half rate, meningkatkan
kapasitas kanal.
3. Kapasitas kanal half rate yang besar dapat melayani hampir semua trafik yang masuk, sehingga TCH congestion rate turun.
4. Pada tipe kanal half rate, kualitas suara pada ketiga sel tidak sesuai standar yang ditetapkan perusahaan sehingga dilakukan pengaturan nilai untuk mengaktifkan kanal half rate.
5. Semakin besar trafik yang masuk, biasanya pengaturan ambang batas pengaktifan kanal half rate semakin kecil.
6. Untuk mempertahankan kualitas suara supaya sesuai standar dandapat menjaga TCH congestion rate rendah, maka parameter DHA diatur.
5.2 Saran
1. Pemantauan dilakukan pada daerah dengan trafik lebih padat sehingga dapat mengetahui bagaimana kondisi parameter TCH dan SQI pada saat half rate dan full rate dengan trafik yang lebih besar
BAB II
SISTEM KOMUNIASI BERGERAK
2.1 Sistem GSM
GSM adalah sebuah sistem telekomunikasi terbuka dan berkembang secara pesat dan konstan. Keunggulan utamanya adalah kemampuannya untuk internasional roaming.. Dengan GSM satelit roaming, pelayanan juga dapat mencapai daerah-daerah yang terpencil.
GSM merupakan sistem yang sangat modern karena disamping sarat akan teknologi ternyata sistem ini bekerja dengan mengaplikasikan sistem elektronika secara maksimal. Hal ini bisa diindikasikan dengan kemampuan sistem ini untuk membagi suatu kawassan dalam beberapa sel/wilayah yang kecil. Hal ini yang digunakan untuk memastikan bahwa frekuensi dapat meluas sehingga mencapai kesemua bagian pada kawasan tertentu sehingga beberapa pengguna dapat menggunakan telepon seluler mereka secara bersama tanpa adanya jeda pada saat berbicara yang membuat suara menjadi terputus-putus. [3]
Gambar 2.1 Perbandingan penggambaran heksagonal dan lingkaran
Jika sel digambarkan dalam bentuk lingkaran dan lainnya maka penggambaran sel yang satu dengan yang lainnya tidak akan dapat saling bersinggungan dengan sempurna. Pada sistem sel GSM ini, semua daerah dapat dicakup tanpa adanya batas sel yang satu dengan yang lainnya, sehingga kurva heksagonal lebih mewakili karena cakupan area dapat tergambarkan dengan rapi serta mencakup keseluruhan area. Setiap sel terbagi dalam beberapa sektor atau area individu untuk efisiensi cakupan area secara keseluruhan sehingga tidak terjadi adanya blank spot.
Sistem GSM berbeda dengan generasi pertama dalam sistem tanpa kabel, karena GSM memakai teknologi digital dan metode transmisi Time Division Multiple Access (TDMA). Voice atau suara di encode secara digital melalui sebuah encoder unik, yang kemudian mengemulasi karakteristik dari pembicaraan manusia. Metode transmisi ini membuat rasio data/informasi sangat efisien.
GSM 1900. Jalur pengembangan ke teknologi 3G (Third Generation) sudah sangat jelas yaitu membawa kemungkinan-kemungkinan penggunaan data dan multimedia secara canggih. Standar GSM akan terus berkembang dengan system wireless, satellite dan cordless yang menawarkan jasa pelayanan yang lebih banyak, seperti kecepatan tinggi dalam transmisi, jasa transmisi data multimedia dan integrasi dengan internet. Di Indonesia frekuensi yang digunakan oleh provider-provider jaringan adalah 900 Mhz dan 1800 Mhz. Alokasi frekuensi GSM dapat dilihat pada Tabel 2.1.[5]
Tabel 2.1 Alokasi Frekuensi pada GSM
Frekuensi pada Up-link digunakan pada sinyal yang dipancarkan dari Mobile Station (MS) ke Base Tranceiver Station (BTS), dan Down-link digunakan
pada sinyal yang diierima dari Base Tranceiver Station (BTS) ke Mobile Station (MS). Satu kanal frekuensi digunakan untuk satu sektor atau cell pada BTS, dan jarak perkanal sebesar 200 Khz. Penggunaan kanal tersebut biasa disebut dengan Frecuency Carriers. Sedangkan perangkat pada BTS untuk memancarkan dan menerima sinyal pada setiap kanal GSM (Uplink - Downlink) disebut dengan Tranceivers (TRx). [6]
Services Uplink Downlink
2.1. Arsitektur GSM
Dengan semakin meningkatnya permintaan pelayanan telepon bergerak serta tingkat kepadatan pelayanan per-area yang tinggi, teknologi. Hal ini merupakan gambaran tinggi dan pesatnya kebutuhan jasa telekomunikasi seluler. Kecenderungan ini harus dapat diatasi dengan cepat oleh para operator seluler di Indonesia. Upaya yang harus dilakukan adalah meningkatkan kualitas dan meningkatkan kapasitas dan kualitas network. Arsitektur jaringan seluler terdiri atas perangkat yang saling mendukung diantaranya area BSS, area NSS, dan area OSS. [7]
Dalam area Base Station System (BSS) terdapat beberapa komponen,
diantaranya :
1. Mobile Station (MS)
Perangkat yang digunakan oleh pelanggan untuk dapat memperoleh
layanan komunikasi bergerak. MS dilengkapi dengan sebuah smart
card yang dikenal dengan SIM (Subscriber Identity Module) card yang
berisi nomor identitas pelanggan..
2. Base Transceiver Station (BTS)
Perangkat pemancar (Transceiver) dan penerima (Receiver) yang
memberikan pelayanan radio kepada Mobile Station (MS). Alat ini
berfungsi sebagai interkoneksi antara infrastruktur sistem seluler
dengan Out Station. BTS harus selalu memonitor Out Station yang
masuk atuapun yang keluar dari sel BTS tersebut. Luas jangkauan dari
gedung tinggi. BTS sangat berperan dalam menjaga kualitas GSM,
terutama dalam hal frekuensi hopping dan antena diversity.
3. Base Station Controller (BSC)
Perangkat yang membawahi beberapa BTS dan mengatur trafik yang
datang dan pergi dari BSC menuju MSC atau BTS. BSC sangat
diperlukan untuk mengatur perpindahan Out Station dari satu BTS ke
BTS lainnya. Perpindahan area ditentukan oleh beda kekuatan sinyal
antara dua BTS overlapping.
Arsitektur BSS GSM dapat dilihat pada Gambar 2.2
Gambar 2.2 Arsitektur GSM Base Station Subsystem
Network Switching System (NSS) berfungsi sebagai switching pada
jaringan seluler, memanajemen jaringan, dan sebagai interface dengan jaringan
1. Mobile Switching Center (MSC), yaitu merupakan unit pusat pada
NSS yang mengontrol trafik semua BSC. MSC merupakan inti dari
jaringan seluler, dan berperan untuk interkoneksi pembicaraan, baik
antar pelanggan seluler maupun antar seluler dengan jaringan telepon
kabel, atau dengan jaringan data.
2. Home Location Register (HLR), yaitu merupakan database yang
digunakan untuk menyimpan data-data pelanggan. HLR bertindak
sebagai pusat informasi pelanggan yang setiap waktu akan diperlukan
oleh VLR untuk merealisasi terjadinya komunikasi pembicaraan, VLR
selalu berhubungan dengan HLR dan memberikan informasi posisi
pelanggan berada.
3. Authentication Center (AuC), yaitu unit yang menyediakan parameter
autentikasi yang memeriksa identitas pemakai dan memastikan
kemantapan dari setiap call. Disamping itu AuC berfungsi untuk
menghindarkan adanya pihak ketiga yang secara tidak sah mencoba
untuk menyadap pembicaraan. Dengan fasilitas ini maka kerugian
yang dialami pelanggan sistem seluler analog saat ini akibat banyaknya
usaha memparalel tidak mungkin terjadi lagi pada GSM. Sebelum
proses penyambungan switching dilaksanakan, sistem akan memeriksa
terlebih dahulu untuk pelanggan yang akan melakukan panggilan
adalah pelanggan yang sah atau bukan. Karena fungsinya yang sangat
penting maka Operator seluler harus dapat menjaga keamanannya agar
4. Visitor Location Register (VLR), yaitu merupakan database yang
memiliki informasi pelanggan sementara yang diperlukan oleh MSC
untuk melayani pelanggan yang berkunjung dari area lain. Adanya
informasi mengenai pelanggan dalam VLR memungkinkan MSC
untuk melakukan hubungan baik panggilan masuk ataupun panggilan
keluar. VLR bertindak sebagai basis data pelanggan yang bersifat
dinamis, karena selalu berubah setiap waktu menyesuaikan dengan
pelanggan yang memasuki atau berpindah MSC. Data yang tersimpan
dalam VLR secara otomatis akan selalu berubah mengikuti pergerakan
pelanggan. Dengan demikian akan dapat dimonitor secara terus
menerus posisi pelanggan, dalam hal ini akan memungkinkan MSC
untuk melakukan interkoneksi pembicaraan dengan pembicara yang
lain, VLR selalu berhubungan secara intensif dengan HLR yang
berfungsi sebagai sumber data pelanggan.
Komponen-komponen BSS dan NSS terhubung seperti ditunjukan pada Gambar
Gambar 2.3 Arsitektur GSM Network Switching System
Operation and Support System (OSS) terdiri dari beberapa OMC (Operation
Maintenance Centers). Kemudian OSS itu sendiri memiliki tiga fungsi utama,
yaitu :
1. Memelihara semua perangkat telekomunikasi dan operasi jaringan.
2. Memanajemen semua prosedur billing.
3. Memanajemen semua perangkat mobile dalam sistem.
Gambar 2.4 Arsitektur GSM Operation and Support System
2.2 Konsep Kanal GSM
Tiap slot waktu pada frame TDMA disebut physical channel. Karena itu ada 8 kanal fisik tiap frekuensi pembawa dalam GSM. Kanal fisik dapat mengakomodasi pembicaraan, data, atau informasi pensinyalan. Kanal fisik dapat membawa informasi berbeda, tergantung dari informasi yang baru dikirimkan. Informasi tersebut disebut sebagai logical channel. Kanal logika terdiri atas 2 kanal utama yaitu control channellel (CCH) dan traffic channel (TCH).
2.2.1 Control Channel (CCH)
Control Channel (CCH) berfungsi sebagai kanal – kanal yang
signaling Channel terdiri atas 3 jenis, yaitu Broadcast Control Channel (BCCH), Common Control Channel (CCCH), dan Dedicated Control Channel (DCCH). 2.2.1.1 Broadcast Control Channel (BCCH)
BCCH ini digunakan untuk sinkronisasi, mengirimkan specific data dari BTS ke MS yang bekerja pada Down Link (signaling dari BTS ke MS), dan berfungsi mengendalikan hubungan saat MS idle atau dalam keadaan standby. BCCH berisi informasi penting untuk MS termasuk identitas local area, informasi sinkronisasi, dan identitas jaringan. BCCH terdiri dari 3 jenis kanal yang memiliki fungsi spesifikasi, yaitu : Frequency Correction Channel (FCCH), Syncrhronization Channel (SCH), Broadcast Control Channel (BCCH), dan Cell
Broadcast Channel (CBCH).
1. FCCH (Frequency Correction Channel)
Arahnya downlink, point to multipoin. Pada BTS memancarkan frekuensi pembawa. Pada MS mengidentifikasi frekuensi pembawa BCCH dengan frekuensi pembawa dan sinkronisasi denganfrekuensi. Bertugas pula untuk mengawasi ketepatan frekuensi agar dapat berkomunikasi dengan MS.
2. SCH (Synchronization Channel)
Arahnya downlink, point to multipoin. pada BTS memancarkan informasi tentang strutur frame TDMA pada sel dan Base Station Identity Code (BSIC). Pada MS mensinkronisasi dengan struktur frame dan mendekodekan mengenali BSIC.
Arahnya downlink, poin to multipoin. pada BTS memancarkan informasi sel umum, seperti : location area identity (LAI). Daya keluaran maksimum yang diperbolehkan di sel, dan identitas frekuensi pembawa BCCH pada sel tetangga. Pada MS menerima LAI, Mengeset daya keluarannya, dan menerima data frekuensi pembawa BCCH sel tetangga untuk persiapan handover. Berisi informasi dimana MS membutuhkan referensi untuk cell mana akan ditempatkan.
4. CBCH (Cell Broadcast Channel)
Memiliki arah downlink. Pada BTS menggunakan kanal logika untuk mengirim SMS cell broadcast. Pada MS menerima pesan call broadcast tersebut.
2.2.1.2. Common Control Channel (CCCH)
CCCH ini memiliki fungsi mengendalikan hubungan pada saat MS bersiap melakukan atau menerima panggilan (frequency up link dan down link). CCCH terdiri dari 4 jenis kanal yang memiliki fungsi spesifikasi, yaitu : Paging Channel (PCH), Notification Channel (NCH), Random Acces Channel (RACH), dan Access Grant Channel (AGCH).
1. PCH (Paging Channel)
nomor yang dipanggil adalah nomor MS tersebut, maka MS tersebut akan merespon.
2. NCH (Notification Channel)
Arahnya downlink. NCH ini mempunyai tugas untuk menotifikasi MS pada voice group dan voice broadcast call.
3. RACH (Random Access Channel)
Arahnya uplink. Pada BTS menerima permintaan kanal pensinyalan dari MS yang digunakan untuk call set up. Pada MS menjawab pesan paging dengan meminta kanal pensinyalan.
4. AGCH (Access Grant Channel)
Arahnya downlink. Pada BTS menugaskan Stand Alone Dedicate Control Channel (SDCCH) untuk MS. Pada MS menerima pesan
penugasan SDCCH.
2.2.1.2 Dedicate Control Channel (DCCH)
Mempunyai fungsi untuk mengendalikan hubungan pada saat MS melakukan atau mengendalikan hubungan pada saat MS melakukan atau menerima proses panggilan. DCCH terdiri atas 4 jenis kanal yang memiliki fungsi spesifikasi, yaitu : Stand Alone Dedicated Control Channel (SDCCH), Slow Associated Control Channel (SACCH), dan Fast Associated Control Channel
(FACCH).
1. SDCCH (Stand Alone Dedicated Control Channel )
SDCCH juga digunakan untuk mengirimkan SMS. Pada saat MS berpindah ke SDCCH, terjadi proses call set-up. MS menerima informasi TCH yang berupa time slot dan carrier. Authentication dan fungsi signaling juga dilakukan oleh channel ini.
2. SACCH (Slow Associated Control Channel)
memiliki arah uplink dan downlink. Pada BTS menugaskan MS daya pemancar yang digunakan dan memberikan instruksi tentang timing advance. Pada MS melakukan pengukuran daya BTS, dan BTS sekitarnya tentang kualitas sinyal, fungsi ini dilakukan terus menerus selama pembicaraan. Pada BTS, informasi spesifik network ditransmisikan menggunakan SACCH, menjaga MS agar selalu up to date pada tiap perubahan parameter cell.
3. FACCH (Fast Associated Control Channel)
Memiliki arah uplink dan down link. FACCH ini akan diaktifkan pada saat memerlukan penambahan signaling pada situasi mendesak, seperti pada saat handover. Pada BTS memancarkan informasi handover. Pada MS memancarkan informasi handover yang penting. 2.2.2 Traffic Channel (TCH)
Setelah prosedur call set up selesai pada kanal fisik kontrol, maka MS akan berpindah ke kanal fisik trafik. MS akan menggunakan kanal logika TCH. Ada dua tipe TCH :
2. TCH kecepatan menengah (half rate) yang memancarkan kecepatan 6,5 kbps. TCH kecepatan menengah, dapat berbagi satu buah kanal fisik dengan menggandakan kapasitas sel.
Sistem yang paling baik kapasitas ke suaranya, diantara kedua sistem di atas yaitu TCH dengan kecepatan penuh.
2.3 Coverage Area
Suatu antena akan mempunyai daya pancar yang terbatas dan mempunyai
daerah/kawasan tertentu. Coverage area merupakan suatu daerah atau area
geografis yang telah ditetapkan sebagai cakupan area layanan kepada pengguna
yang dapat dijangkau oleh antena untuk memancarkan dan menangkap suatu
sinyal.
Daerah ini dapat ditentukan oleh kekuatan daya pancar antena, semakin bagus
kualitas dan daya pancar antena maka coverage area semakin besar. Pada sistem
GSM jangkauan antena dapat digambarkan dengan sistem heksagonal, sehingga
secara global dapat tergambar seperti sarang lebah, hal ini yang akan menjadikan
dasar penyebaran Base Station. Untuk membuat daya pancar maksimal maka
posisi antena dibuat dengan jarak tertentu, hal ini dilakukan untuk mengurangi
interferensi diantara BTS. Setiap antena dibuat dengan sistem sebar 360°, ini
dimaksudkan untuk mengurangi daerah tanpa sinyal. Keterbatasan sinyal dan
coverage area yang sempit membuat pembicaraan melemah hal itu sering terjadi
pada tepi daerah dengan indikasi no-signal pada layar sebuah telepon seluler.
Batas akhir dari coverage area tergantung dari frekuensi yang digunakan dari
dan sebalikya frekuensi yang kecil akan memperluas area jangkauan signal.
Secara umum BTS menggunakan antena 3 sektor seperti pada Gambar 2.5. [3]
Gambar 2.5 Coverage area dengan BTS 3 sektor
2.4. Frekuensi Reuse
Terbatasnya spektrum frekuensi yang dapat digunakan pada system
komunikasi bergerak menyebabkan penggunaan spektrum frekuensi tersebut harus
seefisien mungkin. Oleh karena itu diterapkan konsep frekuensi reuse yaitu
penggunaan kembali frekuensi yang sama pada suatu sel atau pengulangan
frekuensi yang sama pada area yang berbeda di luar jangkauan interferensinya.
Beberapa hal yang mendasari atau melatar belakangi pola frekuensi reuse,
diantaranya :
1. Keterbatasan alokasi frekuensi
2. Keterbatasan area cakupan cell (coverage area).
3. Menaikkan jumlah kanal.
4. Membentuk cluster yang berisi beberapa cell.
Teknologi GSM sangat bergantung pada jaringan sel-sel yang terdistribusi.
Setiap sel site mempunyai antena sendiri dan peralatan radio yang lain dengan
menggunakan daya yang rendah dan berkomunikasi secara bergerak. Pada setiap sel digunakan frekuensi yang sama dan diatur pula untuk digunakan di sel yang lain, akan tetapi setiap sel yang mempunyai frekuensi sama tersebut diberikan jarak ruang yang jauh untuk mengurangi interferensi. Oleh karena itu pada sistem sel ini, frekuensi yang sama dapat digunakan beberapa kali.
Pada Gambar 2.6 dapat dilihat penggunaan ulang kanal frekuensi, pada Sel a yang menggunakan kanal radio f1 mempunyai radius R dapat digunakan ulang pada sel yang berbeda dengan jangkauan yang sama pada jarak D dari sel yang sebelumnya seperti pada Gambar 2.6.
Gambar 2.6 Konsep Frekuensi Reuse
Sedangkan jarak pemisah relatif terhadap radius sel dinyatakan dengan D/R dinyatakan pada persamaan 2.1.[3]
D/ R = (2.1)
Keterangan :
D = Jarak antara BS dengan BS yang lain R = Radius sel
Konsep frequency reuse dapat meningkatkan efisiensi pada penggunaan spektrum frekuensi, akan tetapi harus diikuti dengan pola tertentu dan teratur agar tidak terjadi interferensi kanal. Pada frequency reuse, penggunaan kanal tidak tergantung pada frekuensi pembawa yang sama untuk beberapa wilayah cakupan. Konsep frequency reuse dapat dilihat pada Gambar 2.7. [2]
.
. Gambar 2.7 Reuse Frequency
Setiap Base Station (BTS) akan mengatur daya keluaran untuk
memberikan kecukupan sinyal tenaga pada seluruh sirkuit dan mengatur untuk
tidak terlalu tinggi sehingga akan meluas pada sel yang lain. Setiap sel mewakili
pengaturan kanal yang berbeda-beda pada frekuensi yang sama. Pada sistem GSM
setiap sel akan dibagi pada sebuah kanal. Hal ini bertujuan untuk mengurangi
gangguan saat penggunaan frekuensi yang sama dalam sistem tersebut. Sel dapat
diperluas cakupannya dengan menambah sel baru dan mengatur arah sektornya.
Sel terbagi lagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil atau disebut
dengan istilah split cell, akan tetapi membagi sel tidak berarti memecah
membutuhkan biaya yang relatif besar. Dengan adanya pembagian sel ini akan
menambah kapasitas jalur pada daerah yang mempunyai permintaan sinyal yang
tinggi seperti pada Gambar 2.8. [6]
Gambar 2.8 Split Cell area Urban/Perkotaan
Layanan jaringan GSM dicakup oleh beberapa sel-sel yang berukuran
kecil, cakupan sinyal dalam sel ini terdiri atas dua jenis :
1. Omnidirectional (azimuthally) yaitu satu site BTS terdapat satu antena.
2. Sectored yaitu dalam satu site BTS menggunakan 3 antena sektorial
dengan arah ideal per sektor 120°.
Setiap sektor mempunyai Radio Frequency (RF) sebagai frekuensi
pembawa informasi (Frequncy Carrier). Frequency carrier ini mengidentifikasi
dua buah frekuensi yang berlainan, yaitu downlink dan uplink. Kedua frekuensi ini
digunakan secara simultan. [3]
Handover merupakan suatu keadaan perpindahan sinyal dari sel yang satu ke sel yang lainnya pada suatu sistem seluler yang dilakukan secara otomatis. Hal ini merupakan unsur utama dalam jarinan nirkabel karea merupakan hal yang sangat penting dalam proses perpindahan sinyal demi kelancaran komunikasi. Proses handover dapat dilihat pada Gambar 2.9. [3]
Gambar 2.9 Proses terjadinya Handover/Hand off (use a call)
Base Station (BS) tersebut, sehingga kualitas sinyal akan lebih baik. Pemindahan ini dilakukan secara otomatis dan sangat cepat sehingga pengguna tidak merasa bahwa telah dilakukan pemindahan frekuensi ke Base station (BS) baru yang terdekat. [3]
Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya handover antara lain : 1. Kualitas penerimaan (Received quality)
2. Level penerimaan (Received level) 3. Jarak (MS – BTS distance)
4. Power Budget (Better cell)
Tiga penyebab yang pertama dikenal dengan Mandatory/Imperative Causes dalam arti jika salah satu dari tiga penyebab tersebut terjadi, maka handover sangat diperlukan untuk mempertahankan/menjaga hubungan. Hal ini mungkin terjadi karena Mobile Station (MS) bergerak meninggalkan coverage area dari sel yang melayani (intercell handover) atau karena adanya interferensi yang kuat dari sel lain yang menggunakan kanal frekuensi sama (intracell handover).
Faktor penyebab yang keempat adalah optional handover dalam arti jika kualitas link didalam serving cell masih cukup bagus namun cell tetangga mempunyai level terima yang lebih baik, maka akan terjadi handover ke sel yang lebih baik. Walaupun hal ini kurang penting, tetapi berguna untuk meningkatkan performansi jaringan secara keseluruhan.
1. Rescue handover adalah handover yang dilakukan untuk menghindari panggilan yang hilang saat Mobile Station (MS) meninggalkan daerah cakupan. Rescue handover dapat juga disebut emergency handover.
2. Confinement handover adalah handover yang berdasarkan kualitas sel tetangga yang lebih baik, walaupun kualitas sinyal hubungan saat itu masih memadai. Dapat juga disebut sebagai better cell handover.
3. Traffic handover adalah handover yang dilakukan karena sel setempat mengalami kepadatan yang tinggi sedangkan sel tetangga mempunyai banyak kanal bebas. Dengan traffic handover akan didapatkan keseimbangan trafik.
Intracell Handover yaitu pemindahan informasi yang dikirim dari satu kanal ke kanal yang lain pada sel yang sama karena terjadi gangguan interferensi. Intracell Handover dapat dilihat pada pada Gambar 2.10
Gambar 2.10 Intracell Handover
Gambar 2.11 Intra-BSS Handover
Intra – MSC Handover yaitu handover yang terjadi dalam sebuah MSC, BTS lama dan BTS baru berada dibawah sebuah MSC tapi dikendalikan oleh BSC yang berbeda seperti pada Gambar 2.12
Inter – MSC Handover yaitu handover antar dua MSC, BTS lama dan BTS baru berada pada MSC area yang berbeda seperti pada Gambar 2.13
Gambar 2.13 Inter-MSC Handover
2.6. Blocking
Blocking adalah suatu kemampuan sistem untuk menolak melayani
Gambar 2.14 Proses terjadinya Block Call
Blocking terjadi karena tingginya jumlah panggilan yang tidak sebanding dengan jumlah kanal yang tersedia. Terdapat 3 jenis blocking, diantaranya :
a. Blocking call setup, yaitu terjadinya banyak percobaan pengulangan melakukan panggilan
b. Blocking kanal suara, yaitu jika panggilan datang sebagian tidak dapat dilayani karena tidak mendapatkan kanal suara, evaluasi pada cell site. c. Blocking End-Office, yaitu trunk panggilan dari MSC ke end-office
mulai meningkat dan jumlah terhubung ke end-office menjadi tidak mencukupi.
2.7. Switching
Switching merupakan proses vital dalam sebuah sistem telekomunikasi.
setiap peralatan yang membutuhkan komunikasi akan disambungkan secara manual, seperti cordboard switch pada sistem tradisional. Proses switching pada jaringan seluler GSM adalah memerintahkan setiap sel yang kualitas sinyalnya paling baik untuk melakukan handover. Switching dikendalikan secara otomatis oleh setiap BSC dan MSC untuk masing-masing sel yang uplink maupun downlink sehingga proses handover bisa berjalan dengan lancar. [5]
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu masalah utama dalam komunikasi seluler adalah keterbatasan kanal trafik yang berfungsi untuk membawa informasi berupa suara, teks, dan data. Berbeda dengan terbatasnya kanal pembawa informasi, jumlah pelanggan yang menggunakan kanal cendrung meningkat setiap waktu. Jumlah pelanggan yang tidak sebanding dengan kanal pembawa informasi dapat membuat kanal hampir selalu penuh, sehingga mengakibatkan pelanggan lain yang ingin menggunakan kanal tidak dapat dilayani.[3]
Salah satu cara untuk memperbanyak kanal trafik pada jaringan 2G adalah kanal full rate yang dengan bit rate 13 kbps dibagi menjadi dua kanal half rate dengan bit rate 6,5 kbps. Dengan bertambahnya jumlah kanal maka jumlah pelanggan yang dilayani menjadi lebih banyak. Namun penggunaan kanal half rate secara penuh ini berpengaruh kepada kualitas suara yang diterima, sehingga
diperlukan pengaturan terhadap kanal half rate yang dipakai, dengan mengatur parameter Dynamic Half Allocation (DHA)
1.2 Tujuan
Adapun tujuan penulisan tugas akhir ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh half rate dan full rate terhadap parameter TCH. 2. Mengetahui pengaruh half rate dan full rate terhadap parameter SQI 3. Mengetahui pengaruh pengaturan penggunaan kanal half rate terhadap
SQI.
1.3 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam tugas akhir ini adalah: 1. Penelitian dilakukan di PT. XL AXIATA,Tbk Medan.
2. Data yang dianalisa hanya data untuk suara (voice) teknologi 2G 3. Parameter yang diamati adalah TCH availability, TCH total traffic,
TCH Congestion, TCH Drop Ratio, dan SQI good rate, SQI accepted rate, SQI bad rate.
4. Hanya membahas data yang diukur dari sisi uplink.
5. Tidak membahas jenis dan atau spesifikasi dari perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan oleh BTS sel.
6. Hanya membahas pengaruh perubahan tipe/jenis kanal TCH, kegiatan optimasi yang lain merupakan kewenangan dari perusahaan.
1.4 Metode Penulisan 1. Studi Pustaka
paten-paten, karya ilmiah dan browsing internet yang menunjang penelitian ini.
2. Bimbingan dan Wawancara
Pada tahap ini dilakukan bimbingan kepada dosen pembimbing dan wawancara kepada teknisi PT. XL AXIATA, Tbk Medan.
3. Pengambilan Data
Pada tahap ini dilakukan pengambilan data berupa parameter TCH dan parameter SQI.
4. Analisis Data
Pada tahap ini dilakukan analisis yang dilakukan setelah dan mengacu pada data hasil pengamatan bagaimana sebenarnya pengaruh half rate dan full rate terhadap parameter TCH dan SQI.
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pemahaman pembaca, penulis membagi tugas akhir menjadi lima (5) bab, dan tiap bab terdiri dari sub bab yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan sehingga membentuk topik:
ABSTRAK
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : DASAR TEORI
Bab ini berisi teori-teori yang menunjang pelaksanaan penelitian, perhitungan dan pemecahan masalah yang berguna untuk analisa data yang telah diperoleh.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan metodologi dan proses pengambilan data yang akan dilakukan dalam penelitian.
BAB IV : DATA HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi data berupa tabel dan grafik, dan pembahasan dari hasil pengujian.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini akan membahas mengenai kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan.
ABSTRAK
Keterbatasan kanal telekomunikasi merupakan salah satu masalah dalam komunikasi seluler, sehingga untuk memperbanyak kanal maka digunakan kanal half rate 6,5 kbps. Operator dapat meningkatkan jumlah kanal sebanyak dua kali lipat dari kanal yang semula full rate 13 kbps, namun kualitas suara menjadi menurun dan tidak sesuai dengan standar SQI (Speeh Quality Indicator) good rate yang ditetapkan perusahaan (lebih dari 80 %). Kualitas suara diperbaiki dengan mengatur ambang batas pengaktifan kanal half rate yakni dengan mengatur parameter Dynamic Half Allocation (DHA). Setelah parameter DHA diatur, SQI good rate meningkat menjadi 82,8039 % pada cell id MD38571, pada cell id MD32987 menjadi 87,6327%, dan pada cell id MD25905 menjadi 91,1083 %. Nilai TCH (Traffic Channel) congestion rate juga sesuai standar perusahaan (kurang dari 1,1 %) dengan nilai 0,3146 pada cell id MD38571, pada cell id MD32987 0,002 %, dan pada cell id MD25905 0,1953 %.
Kata kunci : Full Rate, Half Rate, TCH congestion rate, Speech Quality Indicator(SQI), Dynamic Half Alocation (DHA).
TUGAS AKHIR
“ANALISIS PENGARUH HALF RATE DAN FULL RATE TERHADAP TRAFFIC CHANNEL DAN SPEECH QUALITY INDICATOR PADA
JARINGAN GSM PT.XL AXIATA MEDAN”
OLEH :
NAMA : MAY HENDRA PANJAITAN NIM : 080402094
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
“ANALISIS PENGARUH HALF RATE DAN FULL RATE TERHADAP TRAFFIC CHANNEL DAN SPEECH QUALITY INDICATOR PADA
JARINGAN GSM PT.XL AXIATA MEDAN” OLEH :
NIM: 080402094
MAY HENDRA PANJAITAN
Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing
NIP. 1964 0306 1991 031 003 Ir. Sihar Parlinggoman Panjaitan, MT
Diketahui oleh :
Ketua Departemen Teknik Elektro FT USU,
NIP : 1954 0531 1986 011 002 Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
ABSTRAK
Keterbatasan kanal telekomunikasi merupakan salah satu masalah dalam komunikasi seluler, sehingga untuk memperbanyak kanal maka digunakan kanal half rate 6,5 kbps. Operator dapat meningkatkan jumlah kanal sebanyak dua kali lipat dari kanal yang semula full rate 13 kbps, namun kualitas suara menjadi menurun dan tidak sesuai dengan standar SQI (Speeh Quality Indicator) good rate yang ditetapkan perusahaan (lebih dari 80 %). Kualitas suara diperbaiki dengan mengatur ambang batas pengaktifan kanal half rate yakni dengan mengatur parameter Dynamic Half Allocation (DHA). Setelah parameter DHA diatur, SQI good rate meningkat menjadi 82,8039 % pada cell id MD38571, pada cell id MD32987 menjadi 87,6327%, dan pada cell id MD25905 menjadi 91,1083 %. Nilai TCH (Traffic Channel) congestion rate juga sesuai standar perusahaan (kurang dari 1,1 %) dengan nilai 0,3146 pada cell id MD38571, pada cell id MD32987 0,002 %, dan pada cell id MD25905 0,1953 %.
Kata kunci : Full Rate, Half Rate, TCH congestion rate, Speech Quality Indicator(SQI), Dynamic Half Alocation (DHA).
KATA PENGANTAR
Terimakasih kepada kedua orang tua yang telah membesarkan dan merawat penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul :
“ANALISIS PENGARUH HALF RATE DAN FULL RATE TERHADAP TRAFFIC CHANNEL DAN SPEECH QUALITY INDICATOR PADA JARINGAN GSM PT. XL AXIATA MEDAN”
Penulisan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Teknik di Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Selama masa kuliah sampai penyelesaian Tugas Akhir ini, penulis juga banyak mendapat dukungan, bimbingan, maupun bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Tuhan yang telah memberikan berkat dan anugrah.
2. Bapak Ir. Sihar Parlinggoman Panjaitan, MT selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir yang telah banyak meluangkan waktu dan tempat untuk membimbing dan membantu Penulis menyelesaikan Tugas Akhir ini.
3. Bapak Ir. Satria Ginting (Alm) selaku Dosen Wali Penulis selama menyelesaikan pendidikan di Universitas Sumatera Utara yang juga banyak memberi masukan kepada penulis dalam menyelesaikan studi di Departemen Teknik Elektro FT-USU.
4. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si selaku Ketua Departemen Teknik Elektro, FT-USU.
5. Bapak Rahmat Fauzi, ST, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Elektro, FT-USU.
ilmu, pengetahuan, nasehat, dan kritikan kepada kami mahasiswa demi membangun karakter diri.
7. Manajer H uawei Services, Bapak Harry Januarsa Simangunsong yang telah memberikan ide, izin, dan ilmu selama proses pengambilan dan pengerjaan data. 8. Tim dan teknisi optim Huawei Services yang telah rela meluangkan waktu dan
tenaga dalam membantu penulis mendapatkan data.
9. Semua rekan-rekan 2008 di Fakultas Teknik Elektro USU dari semua konsentrasi yang telah banyak membantu dan mendukung penulis.
10.Teman-teman Band of Brothers : Ferdolin, Arigato, dan Gabriel yang telah member kecerahan di kehidupan yang suram ini .
11.Teman-teman “the ARCATSUKI”, dapid (ucok dan bolon), mbut, andar, albert, dan siapa lagi?
12.Semua orang yang tidak dapat disebutkan satu persatu, Penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan isi dan analisa yang disajikan. Akhir kata, semoga tulisan ini bermanfaat bagi Pembaca.
Medan, Januari 2014
DAFTAR ISI
Abstrak ... i
Kata Pengantar ... ii
Daftar Isi ... v
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang ... 1
I.2 Tujuan dan Manfaat ... 2
I.3 Batasan Masalah ... 3
I.4 Metode Penulisan ... 3
I.5 Sistematika Penulisan ... 4
BAB II SISTEM TELEKOMUNIKASI BERGERAK II.1 Sistem GSM... 5
II.2 Arsitektur GSM ... 8
II.3 Konsep Kanal GSM ... 12
II.4 Coverage Area ... 17
II.5. Frekuensi Reuse ... 18
II.6. Handover ... 22
II.7. Blocking ... 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Lokasi Penelitian ... 29
III.2 Waktu Pengambilan Data ... 30
III.3 Pengaturan Nilai Parameter Dynamic Half Alocation ... 31
BAB IV DATA HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN
IV.1 Pengambilan Data ... 34 IV.2 Analisa Data ... 34
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan ... 57 V.2 Saran ... 58