• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Tingkat Depresi pada Lansia di Unit Pelayanan Terpadu Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita wilayah Binjai dan Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Tingkat Depresi pada Lansia di Unit Pelayanan Terpadu Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita wilayah Binjai dan Medan"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

i

GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI UNIT

PELAYANAN TERPADU SOSIAL LANJUT

USIA DAN ANAK BALITA WILAYAH

BINJAI DAN MEDAN 2013

SKRIPSI

oleh

Merry C. N Siahaan 121121028

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

i

HALAMAN PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Merry C.N Siahaan NIM : 121121028

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul: Gambaran Tingkat Depresi pada Lansia di Unit Pelayanan Terpadu Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali jika dalam pengutipan substansi disebutkan sumbernya, dan belum pernah diajukan kepada institusi manapun, serta bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan kaidah ilmiah yang harus dijungjung tinggi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya tekanan dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika ternyata dikemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Medan, Februari 2014 Yang menyatakan,

(4)

i

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, berkat, bimbingan, dan anugrahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsil yang berjudul “Gambaran Tingkat Depresi Pada Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan Tahun 2013 ”.

Skripsi ini tidak akan terlaksana penulisannya tanpa ada dukungan, doa, kasih sayang, semangat dan motivasi setiap saat oleh kedua orang tua tercinta Bapak B. Siahaan dan H. Sihombing yang telah mendidik, menyayangi, dan memberikan dukungan penuh baik secara material dan non material. Penulis juga telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Bapak

2. Ibu Erniyati, SKp., MNS selaku pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Evi Karota Bukit, SKp,.MNS selaku pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

(5)

ii

5. Bapak Mula Tarigan, S. Kp, M. Kes selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Roxanna Devi Tumanggor, S. Kep., Ns. M. Nurse selaku penguji I 7. Ibu Mahnum Lailan Nasution, S. Kep. Ns. M. Kep selaku penguji II

8. Buat teman-teman S1 Keperawatan Ekstensi angkatan 2012 yang memberikan masukan, dan semangat selama proses pengerjaan skripsi.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membacanya.

Medan, 27 Januari 2014 Penulis,

(6)

iii

Bab II. Tinjauan Pustaka ... 7

2.1 Depresi ... 7

Bab III. Kerangka Konsep dan Definisi Oprasional ... 17

3.1 Kerangka Konsep ... 17

3.2 Definisi Oprasional ... 18

Bab IV. Metodologi Penelitian ... 19

(7)

iv

Bab V. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 28

5.1 Karakteristik Responden ... 28 tinggal di panti dan status pernikahan ... 32

5.3 Pembahasan ... 34

5.3.1 Tingkat depresi dan karakteristik ... 34

Bab VI. Kesimpulan dan Saran ... 39

6.1 Kesimpulan ... 39

6. Surat izin penelitian dari Universitas 7. Surat izin penelitian dari Dinas Sosial 8. Surat izin penelitian dari Balitbang

9. Surat izin dari Unit Pelayanan Terpadu Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita wilayah Binjai dan Medan.

(8)

v

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Oprasional ... 21 Tabel 5.2.1 Karakteristik Jenis kelamin, Umur, Agama ... 30 Tabel 5.2.2 Karakteristik Keluhan utama medis, Lama tinggal di panti

dan Status pernikahan ... 31 Tabel 5.3 Distribusi Tingkat Depresi ... 33 Tabel 5.3.2 Tingkat Depresi berdasarkan Jenis kelamin dan Umur ... 33 Tabel 5.3.3 Tingkat Depresi berdasarkan Keluhan utama medis,

(9)

vi

DAFTAR SKEMA

(10)

vii

Judul : Gambaran Tingkat Depresi pada Lansia di Unit Pelayanan Terpadu Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita wilayah Binjai dan Medan

Peneliti : Merry C.N Siahaan

Nim : 121121028

Program Studi : Keperawatan

Tahun : 2014

ABSTRAK

Angka usia harapan hidup semakin tinggi dalam beberapa tahun terakhir, kemungkinan akan terjadi peningkatan lansia yang akan semakin besar. Depresi merupakan salah satu gangguan kesehatan mental yang sering ditemui pada lanjut usia (lansia). Depresi merupakan masa terganggunya fungsi perasaan pada manusia yang sedih dan murung dan disertai dengan beberapa gejala. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran tingkat depresi pada lansia di Unit Pelayanan Terpadu Pelayanan Sosial Lajut Usia dan Anak Balita wilayah Binjai dan Medan. Design yang digunakan adalah deskriptif. Metode pengambilan sampel dengan cara purposive sampling. Instrument yang digunakan adalah Geriatric Depression Scale (GDS) dengan 15-item. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia yang tidak mengalami depresi 35% (43 orang) dan yang mengalami depresi 65% (70 orang). Dilihat dari tingkatannya ditemukan yaitu depresi normal 35% (43 orang), ringan 30,9% (38 orang), sedang 25,2% (31 orang) dan depresi berat 8,9% (11 orang). Hasil penelitian menyarankan agar pihak panti memberikan bekal ilmu kapada para petugas dipanti untuk menangani depresi lansia dipanti.

(11)

viii

Title : Description of the depression levels in the elderly in Unit Pelayanan Terpadu Pelayanan Sosial Lajut Usia dan Anak Balita Binjai and Medan areas.

Observer : Merry C.N Siahaan

Nim : 121121028

Program : Bachelor of nursing

Year : 2014

ABSTRAK

Recently, the figure of life expectancy is higher, and likely there will be an increase in the elderly that will be even greater. Depression is a mental health disorder that is often found in the elderly (seniors ). Depression is a disruption period of the human feelings of sadness and melancholy, and accompanied by several symptoms This study aims to identify the description of the depression levels in the elderly in Unit Pelayanan Terpadu Pelayanan Sosial Lajut Usia dan Anak Balita Binjai and Medan areas. The design is descriptive. The sampling method is done by using purposive sampling. Instrument used is the Geriatric Depression Scale ( GDS ) with 15 - items. The Results showed that the elderly who are not depressed is 35 % ( 43 people ) and 65 % with depression ( 70 ). Seen from the level of depression, there are 35% (43 people) in a normal level of depression, mild 30.9 % ( 38 people ) , were 25.2 % ( 31 people ) and major depression 8.9 % ( 11 people ). The results of the study suggest the institution to provide basic knowledge to the institution workers to handle the elderly depression.

(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, pengelihatan semakin memburuk, gerakan lambat dan figure tubuh yang tidak proporsional (Nugroho, 2012).

Secara sederhana lansia adalah fase dimana organisme telah mencapai kematangan dan telah mengalami tahap akhir perkembangan dari daur kehidupan manusia dalam ukuran fungsi dan ukuran waktu. Lansia adalah masa dimana proses produktivitas berfikir, mengingat, menangkap dan merespon sesuatu sudah mulai mengalami penurunan secara berkala (Muhammad, 2010).

(13)

yang dianggap penting, merupakan faktor yang signifikan untuk menjadi depresi (Sundberg dkk, 2007).

Sampai sekarang ini penduduk di 11 negara anggota WHO kawasan Asia Tenggara yang berusia diatas 60 tahun berjumlah 124 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat sehingga tiga kali lipat di tahun 2050. Pada hari kesehatan sedunia tanggal 3 April 2012, WHO mengajak negara-negara untuk menjadikan penuaan sebagai prioritas penting mulai dari sekarang rata- rata usia harapan hidup di negara-negara kawasan Asia Tenggara adala 70 tahun sedangkan usia harapan hidup di Indonesia sendiri cukup tinggi yaitu 71 tahun, berdasarkan profil data kesehatan Indonesia tahun 2011 (WHO, 2012).

Indonesia adalah termasuk Negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia atau Aging Struktured Population Karena jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,18%. Jumlah penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2006 sebesar ± 19 jt dengan usia harapan hidup 66,2 tahun. Pada tahun 2010 jumlah lansia sebanyak 14. 439.967 jiwa (7,18%) dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 23.992.553 jiwa (9,77%) sementara tahun 2011 jumlah lansia sebesar 20 juta jiwa (9,51%) dengan usia lansia harapan hidup 67,4 tahun dan pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 28,8 juta (11,34%) dengan usia harapan hidup 71 tahun (Depkes, 2012)

(14)

3

Menurut UUD No. 13 1998 tentang kesejahteraan usia lanjut menyebutkan bahwa perlu diberikan kemudahan dalam kesehatan usia lanjut (Depkes R.I, 2003).

Menurut data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, jumlah lansia yang memperoleh pelayanan kesehatan sebanyak 380.730 orang (49,68%) dari seluruh populasi lansia sebanyak 766.422 orang (Profil Kesehatan Sumatera Utara, 2010).

Tingkat angka usia harapan semakin tinggi tersebut, kemungkinan terjadinya peningkatan jumlah lansia suatu saat akan semakin besar. Dengan demikian, peningkatan jumlah lansia tersebut juga harus diiringi dengan peningkatan kesehatan diri agar tetap sehat dan produktif di usia tua. Jika semua lansia dapat lebih produktif di usia tuanya, masalah kesehatan terkait degan penumpukan jumlah lansia yang sakit-sakitan akan berkurang. Saat ini sudah banyak berdiri panti sosial Werdha yang bertujuan untuk menampung lansia. Lansia yang tinggal dipanti diberikan pelayanan kesehatan dan kebutuhan sandang pangan. Karthryn, 2009 (dalam penelitian Sari, 2012) mengatakan kehidupan dipanti berbeda dengan kehidupan di tengah keluarga. Kehilangan dukungan sosial akibat di lembagakan (tinggal dipanti) cenderung menimbulkan depresi pada lansia.

(15)

dapat terjadi karena gangguan lebih sering muncul dengan keluhan somatik pada kelompok usia yang sudah tua dibanding dengan kelompok usia yang lebih muda. Lebih jauh lagi, diskriminasi terhadap usia dapat mempengaruhi dan membuat mereka lebih menerima gejala depresif sebagai hal yang normal pada pasien lanjut usia (Kaplan & Sadock, 2010).

Depresi merupakan masalah kesehatan jiwa yang utama dewasa ini. Hal ini sangat penting karena orang dengan depresi produktivitasnya akan menurun. Depresi adalah salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan (affective/mood disorder) yang ditandai dengan kemurungan kelesuan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna dan putus asa (Hawari, 2011).

Nevid dkk, 2003 bahwa resiko depresi mayor menurun seiring dengan penurunan usia, depresi merupakan masalah utama yang dihadapi oleh banyak orang lansia (Karel & Hinrichsen, 2000; Unutzer dkk., 1997). Pada sejumlah kasus depresi merupakan kelanjutan dari pola yang berlanngsung seumur hidup; pada kasus lain depresi pertama kali muncul pada kehidupan lanjut. Antara 8%-20% orang usia lanjut mengalami beberapa sintom depresi (USDHHS, 1999a), dengan sekitar 3% dari mereka menderita depresi mayor (Rimer, 1999; Steffens dkk., 2000).

(16)

5

bahwa prevalensi dipanti Werdha Magelang yang mengalami depresi 38,5% dari 52 orang lansia yaitu 26,9 % depresi ringan, 9,6 % depresi sedang dan 1,9 % depresi berat). Hasil penelitian Sari, 2012 tingkat depresi lansia di Panti Sosial Werdha Budhi Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur sebesar 40,6%, depresi ringan 25,9% dan depresi berat 14,5%. Penelitian yang dilakukan oleh Marta, 2012 depresi pada lansia di Panti Werdha Sosial Tresna Budi Mulia 4, Jakarta Selatan 41,3% dar 26 orang.

Hasil dari data diatas membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Panti Sosial Werdha Binjai, Sumatera Utara untuk mengetahui gambaran depresi pada lansia.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimanakah gambaran tingkat depresi pada lansia di Unit Pelayanan Terpadu Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan tahun 2013.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengidentifikasi gambaran tingkat depresi pada lansia di Unit Pelayanan Terpadu Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan tahun 2013.

1.3.2 Tujuan Khusus

(17)

Pelayanan Terpadu Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan tahun 2013

1.3.2.2 Mengidentifikasi gambaran tingkat depresi pada lansia berdasarkan karakteristik yaitu keluhan utama medis, lama tinggal dipanti daan status pernikahanan di Unit Pelayana Terpadu Sosial Lanjut Usia dan Anak BalitaWilayah Binjai dan Medan tahun 2013

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai referensi tentang gambaran tingkat depresi pada lansia.

1.4.2 Bagi Lembaga di Unit Pelayanan Terpadu Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan 2013

Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai data untuk pertimbangan dalam memberikan program yang tepat pada lansia terkait tentang depresi sehingga dapat menurunkan angka kesakitan pada lansia.

1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya.

(18)

7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Depresi

2.1.1 Pengertian Depresi

Depresi adalah perasaan sedih, ketidakberdayaan dan pesimis yang berhubungan dengan suatu penderitaan. Dapat berupa serangan yang ditujukan kepada diri sendiri atau perasaan marah yang dalam (Nugroho, 2012). Depresi merupakan kondisi emosional yang biasanya ditandai dengan kesedihan yang amat sangat mendalam, perasaan tidak berarti dan bersalah, menarik diri dari orang lain dan tidak dapat tidur, kehilangan selera makan, hasrat seksual dan minat serta kesenangan dalam aktivitas yang biasa dilakukan (Davison dkk, 2006). Depresi merupakan gangguan suasana hati atau mood yang dalam edisi DMS (Dignostic and Statistical Manual of Mental Disorders) yang dikenal sebagai gangguan afektif (Kaplan & Sadock, 2010). Depresif adalah salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan (affective/mood disorder), yang diatandai dengan kemurungan, kelesuan, ketidak gairahan hidup, perasaan tidak berguna, dan putus asa (Hawari, 2010).

2.2 Tanda dan Gejala Depresi

(19)

Gejala utama meliputi :

1. Perasaan depresif atau perasaan tertekan 2. Kehilangan minat dan semangat

3. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah. Gejala lain meliputi :

1. Konsentrasi dan perhatian berkurang 2. Perasaan bersalah dan tidak berguna 3. Tidur terganggu

4. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

5. Perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri 6. Pesimistik

7. Nafsu makan berkurang

2.3 Tingkat Depresi

Kriteria diagnostik untuk tingkat gangguan depresi mayor menurut DSM- IV dibagi dua yaitu gangguan depresi mayor dengan psikotik dan nonpsikotik serta gangguan mayor dalam remisi parsial dan gangguan parsial dalam revisi penuh. Gangguan depresi mayor meliputi gangguan depresi ringan, sedang dan berat tanpa ciri psikotik yang dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Ringan, jika ada beberapa gejala yang melebihi dari yang diperlukan untuk membuat diagnosis dan gejala hanya menyebabkan gangguan ringan dalam fungsi pekerjaan atau dalam aktivitas yang biasa dilakukan.

(20)

9

3. Berat, tanpa ciri psikotik, beberapa gejala melabihi dari yang diperlukan untuk membuat diagnosis dan gejala dengan jelas mengganggu fungsi pekerjaan atau aktivitas sosial yang biasa dilakukan.

Berpedoman pada PPDGJ III dalam penelitian Trisnapati 2011 dijelaskan bahwa, depresi digolongkan ke dalam depresi berat, sedang dan ringan sesuai dengan banyk dan beratnya gejala serta dampaknya terhadap fungsi kehidupan seseorang. Gejala tersebut terdiri atas gejala utama dan gejala lainnya yaitu :

1. Ringan, sekurang-kurangnya harus ada dua dari tiga gejala depresi ditambah dua dari gejala di atas ditambah dua dari gejala lainnya namun tidak boleh ada gejala berat diantaranya. Lama periode depresi sekurang- kurangnya selama dua minggu. Hanya sedikit kesulitan kegiatan sosial yang umum dilakukan.

2. Sedang, sekurang-kurangnya harus ada dua dari tiga gejala utama depresi seperti pada episode depresi ringan ditambah tiga atau empat dari gejala lainnya. Lama episode depresi minimum dua minggu serta menghadaapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial.

(21)

Faktor yang mempengaruhi depresi seperti psikodinamik, psikososial, dan biologis semuanya berperan penting dalam pengendalian impuls (Kaplan & Sadock, 2010).

2.4 Etiologi Depresi

Dalam Kaplan & Sadock, 2010 penyebab terjadinya depresi adalah :

2.4.1 Faktor Biologis

Banyak penelitian melaporkan abnormalitas metabolit amin biogenic- seperti asam 5-hidroksiindolasetat (5-HIAA), asam homovanilat (HVA) dan 3 metoksi-4-hdroksifenilglikol (MHPG)- di dalam darah, urine dan cairan serebrospinalis pasien dengan gangguan mood. Laporan data ini paling konsisten dengan hipotesisi bahwa gangguan mood disebabkan oleh disregulasi heterogen amin biogenic.

2.4.2 Faktor Neurokimia

(22)

11

bukti yang baru muncul bahwa obat yang menjadi antagonis reseptor NMDA memiliki efek antidepresan.

2.4.3 Faktor Genetik

Data genetik dengan kuat menunjukkan bahwa faktor genetik yang signifikan terlibat dalam timbulnya gangguan mood tetapi pola pewarisan genetik terjadi melalui mekanisme yang kompleks. Tidak hanya menyingkirkan pengaruh psikososial tetapi faktor nongenetik mungkin memiliki peranan kausatif didalam timbulnya gangguan mood pada beberapa orang. Komponen genetik memiliki peranan yang bermakna didalam gangguan bipolar I daripada gangguan depresi berat.

2.4.4 Faktor Psikososial

(23)

Sejumlah klinis bahwa peristiwa hidup memegang peranan utama dalam depresi. Klinisi lain menunjukkan bahwa peristiwa hidup hanya memegang peranan terbatas dalam awitan dan waktu depresi. Data yang paling meyakinkan menunjukkan bahwa peristiwa hidup yang paling sering menyebabkan timbulnya depresi dikemudian hari pada seseorang adalah kehilangan orang tua sebelum usia 11 tahun. Stresor lingkungan yang paling sering menyebabkan timbulnya awitan depresi adalah kematian pasangan. Factor ressiko lain adalah PHK- seseorang yang keluar dari pekerjaan sebanyak tiga kali lebih cenderung memberikan laporan gejala episode depresif berat daripada orang yang bekerja.

2.4.5 Faktor Kepribadian

(24)

13

2.4.6 Faktor Psikodinamik Depresi

Pemahaman psikodinamik depresi yang dijelaskan oleh Sigmund freud dan dikembangkan Karl Abraham dikenal dengan pandangan klasik mengenai depresi. Teori ini memiliki 4 poin penting : (1) gangguan hubungan ibu-bayi selama fase oral (10-18 bulanpertama kehidupan) menjadi predisposisi kerentanan selanjutnya terhadap depresi; (2) depresi dapat terkait dengan kehilangan objek yang nyata atau khayalan; (3) introyeksi objek yang meninggal adalah mekanisme pertahanan yang dilakukan untuk menghadapi penderitaan akibat kehilangan objek; (4) kehilangan objek dianggap sebagai campuran cinta dan benci sehingga rasa marah diarahkan kedalam diri sendiri.

2.5 Geriatric Depression Scale

Pentingnya mendeteksi depresi semakin di sadari apalagi depresi yang terjdi pada lansia sulit diketahui. Untuk itu alat pendeteksi depresi dibuat untuk memudahkan profesional kesehatan mendeteksi gejala depresi. Nama instrumen pendeteksi ini adalah Geriatric Depression Scale (short form) yang terdiri dari 15 pertanyaan untuk melihat screning oleh Sherry A. Greenberg, PhD(c), MSN, GNP-BC, Harthford Institute for Geriatric Nursing, NYU College of Nursing. Skala GDS ini awalnya sudah di uji dan digunakan secara intensiv oleh populasi sebelumnya oleh Yessevage et. All.

2.6 Lanjut Usia

2.6.1 Defenisi Lanjut usia

(25)

dalam ukuran fungsi dan ukuran waktu. Lansia adalah masa dimana proses produktivitas berfikir, mengingat, menangkap dan merespon sesuatu sudah mulai mengalami penurunan secara berkala (Muhammad, 2010).

Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia enam puluh tahun ke atas dan menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses menua dan disebut sebagai lansia (UU No. 13 Tahun 1998).

2.6.2 Pengelompokan Lanjut usia

Menurut WHO 2010 lanjut usia dibagi dalam yaitu : 1. Lanjut usia atau Elderly age (60-74 tahun) 2. Lanjut usia tua atau Old age (75-90 tahun) 3. Usia sangat tua atau very old (diatas 90 tahun)

2.6.3 Ciri – ciri yang dijumpai pada usia lanjut

1. Fisik

- Penglihatan dan pendengaran menurun - Kulit tampak mengendur

- Aktivitas tubuh mengendur

- Penumpukan lemak di bagian perut dan panggul 2. Psikologis

- Merasa kurang percaya diri - Sering merasa kesepian

(26)

15

2.6.4 Persoalan dan keluhan lansia

Pada hasil ASEAN Teaching Seminar on Psychogeriatric Problems yang dikutip dari Yaumil Agoes Achir dari Fakultas Psikologi UI, persoalan dan keluhan yang terjadi pada lansia adalah :

1. Organo-biologic, misalnya : dementia, gangguan fungsi afektif, sulit tidur, diabetes militus, hipertensi dan lain-lain.

2. Psiko-edukatif, seperti perasaan kesepian, kehilangan, ditolak dan tidal (disenangi, hubungan yang tegang dengan sanak saudara, apatis dan lainnya).

3. Sosio-ekonomik dan budaya, misalnya ; kesulitan keuangan, kesulitan mendapatkan pekerjaan, tidak punya rumah menetap dan lainnya (Dwi & Fitrah, 2010).

2.6.5 Perubahan yang terjadi pada lansia

Perubahan yang terjadi pada lansia menurut Dwi & Fitrah, 2010 adalah : 1. Fisik

(27)

2. Psikologis dan hubungan sosial

Dilihat dari segi kejiwaan, individu yang menginjak lanjut usia biasanya labil apabila mendapat penolakan, penghinaan atau rasa kasihan yang tidak sesuai dengan keadaannya, oleh karena itu biasanya para lansia meginginkan untuk tidak tergantung dengan orang lain dengan usaha mereka sendiri walaupun biasa tidak menjadi jaminan untuk dia mampu memenuhi kebutuhannya. Hal tersebut dilakukan karena dia ingin dihargai, dicintai, dan diinginkan kehadirannya dan ingin hidup lebih bermakna dan bermanfaat bagi orang lain dimasa tuanya. Seseorang yang sudah menginjak masa lansianya biasanya muncul sikap yang tidak disadari oleh dirinya sendiri seperti cerewet, pelupa, sering mengeluh, bersikap egois. Biasanya lansia akan merasa diterima bila anak cucu (keluarganya) menerima segala kekurangannya, lebih memperhatikan dan dimengerti walaupun mungkin itu sulit diterima bagi semua keluarga akan tetapi dengan pemahaman bahwa setiap orang nanti kelak ketika dia menginjak lanjut usia akan menunjukkan sikap yang sama.

3. Segi agama

(28)

17

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

3.1 Kerangka Penelitian

Pada bab ini akan menjelaskan kerangka konsep dan defenisi operasional yang dapat memberikan arah pada pelaksanaan penelitian. Dalam penelitian ini akan digambarkan variabel yang berupa karakteristik lansia berupa: jenis kelamin, umur, agama, lama tinggal dipanti, dan keluhan medis serta tingkat depresi pada lansia yang di ukur menggunakan GDS (Geriatric Depression Scale).

Skema 3.1

Kerangka Konsep Penelitian

Deteksi Depresi Pada Lansia

Tingkat Depresi pada lansia :

(29)

3.2 Defenisi Operasional

Tabel 3.1 Defenisi Operasional

(30)

19

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan variabel yang diteliti. Pada penelitian ini yang ingin diketahui oleh peneliti adalah gambaran depresi pada lansia di Unit Pelayanan Terpadu Pelayanan Sosial Lajut Usia dan Anak Balita wilayah Binjai dan Medan 2013.

4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi Penelitian

Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh lansia di Unit Pelayanan Terpadu Pelayanan Sosial Lajut Usia dan Anak Balita wilayah Binjai dan Medan 2013 yang berjumlah 180 orang.

4.2.2 Sampel Penelitian

Pengambilan sampel ini secara Purposive sample didasarkan pada pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti berdasarkan ciri atau sifat populasi yang sudah diamati sebelumnya. Dalam menentukan sampel, peneliti memakai teori Darley W. Morgan. Maka sampel yang didapat adalah sebesar 123 dari 180 orang. Dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

s = �2��(1− �) ÷�2(� −1) +�2�(1− �)

Keterangan : s = Ukuran contoh yang diberikan

(31)

N = Ukuran populasi

P = Proporsi populasi (dengan ketetapan 0,50)

d = Derajat kesaksamaan menyatakan sebagai proporsi ( dengan ketetapan 0.05)

Jadi besar sampel yang didapatkan sebesar 123 dari 180 populasi yang berada di UPT Pelayanan Sosial Lajut Usia dan Anak Balita wilayah Binjai dan Medan 2013.

Adapun yang menjadi kriteria Inklusi sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a) Pasien lansia yang tinggal dipanti werdha

b) Pasien yang dapat berkomunikasi dan sehat jasmani, rohani

c) Mampu di wawancarai walaupun ada keterbatasan dalam mobilisasi d) Bersedia untuk diwawancarai yang dinyatakan secara tertulis dan

menandatangani inform consent.

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Unit Pelayanan Terpadu Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita wilayah Binjai dan Medan 2013 pada bulan November-Desember 2013.

4.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini menggunakan alat ukur kuesioner dengan skala GDS (Geriatric Depression Scale) untuk menjadi screening awal deteksi dini gejala

(32)

21

penanganan tindak lanjut sedangkan hasil penelitian hanya digunakan untuk merujuk klien jika diperlukan. Kuesioner ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian pertama data “Demografi” yang terdiri dari umur, jenis kelamin, agama, lama tinggal di panti, status sudah menikah/belum dan penyakit yang di derita. Bagian kedua berupa kuisioner GDS (geriatric depression scale) yang terdiri dari 15 pertanyaan yaitu 10 pertanyaan dengan pernyataan positif pada nomor 2, 3, 4, 6, 8, 9, 10, 12, 14, 15 yang akan diberi skor 1 apabila menjawab“ Ya” dan untuk jawaban “tidak” diberi skor 0 sedangkan untuk 5 pertanyaan dengan pernyataan negative pada nomor 1, 5, 7, 11, dan 13, untuk setiap jawaban “ tidak” diberi skor 1, untuk skor jawaban “Ya” diberi skor 0. Untuk jumlah Skor 0-4 dikatakan normal, untuk jumlah skor 5-8 dikatakan ringan, untuk jumlah skor 9-11 dikatakan sedang, dan untuk jumlah skor 12-15 dikatakan berat. Instrumen ini diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.

4.5 Validitas dan Reliabelitas 4.5.1 Uji Validitas

Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoadmodjo, 2010).

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah GDS (geriatric depression scale), uji validitas tidak dilakukan karena diadopsi dari instrument

(33)

4.5.2 Uji Reliabelitas

Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengkuran dapat di percaya atau diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asan (ajeg) bila dilakukan dua kali pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmotdjo, 2010).

Instrumen yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya/ benar sesuai dengan kenyataannya sehingga walaupun data diambil berulang- ulang hasilnya akan tetap sama. Kuisioner penelitian ini akan diuji dengan reliabelitas internal yang diperoleh dengan cara menaganalisa data dari satu kali pengetasan. Uji reliabelitas dilakukan sebelum pengumpulan data kepada responden yang memenuhi kriteria sebanyak 20 orang. Hal pertama yang dilakukan adalah memperkenalkan diri lalu memberikan inform consent bukti bahwa bersedia menjadi responden. Apabila responden setuju, lalu peneliti membagikan lembar kuisioner kepada responden (lansia) dipanti.

Uji reliabelitas pada kuisioner tentang tingkat depresi pada lansia menggunakan rumus Kuder Richardson 20 (KR 20). Uji reabilitas untuk instrumen ini dalam bentuk litotomi dan diolah secara manual. Suatu instrument dikatakan reliabel bila nilai reliabelitasnya lebih besar dari 0.632 (Arikunto, 2006). Hasil reliabelitas yang didapatkan dengan tingkat kemaknaan 5% adalah 0,72731.

4.6 Metode Pengumpulan Data

(34)

23

fakultas terlebih dahulu untuk diajukan ke Dinas Sosial Medan. Surat izin penelitian dari fakultas diproses selama 1 minggu oleh Dinas Sosial Medan. Lalu Dinas Sosial mengeluarkan surat izin penelitian ke Balitbang. Lalu pihak Balitbang mengeluarkan surat izin penelitian. Surat izin dari Dinas Sosial ini diberikan kepada pihak panti. Setelah memperlihatkan berkas tersebut kepada pihak panti, secara resmi mahasiswa dapat melakukan penelitian di panti yaitu di UPT Pelayanan Sosial Lajut Usia dan Anak Balita wilayah Binjai dan Medan 2013.

(35)

Pada penelitian ini, jumlah lansia yang menjadi responden ada sebanyak 123 orang. Secara umum, penelitian ini menggambarkan tingkat depresi pada lansi di panti dan beberapa karakteristik lansia yang tiggal dipanti. Karakteristik tersebut adalah persebaran jenis kelamin, umur, alasan masuk ke panti, lama tinggal di panti, dan keluhan medis yang dirasakan saat ini.

Kendala yang didapatkan oleh peneliti adalah pada saat pengisian kuesioner sebagian responden kurang mengerti dengan maksud dari pertanyaan kuesioner yang dibagikan. Peneliti akhirnya menjelaskan kembali maksud dari pertanyaan kuesioner dengan bahasa yang lebih sederhana agar mudah dimengerti oleh responden (lansia). Sebagian juga ada responden sulit untuk membaca kuesioner akibat penglihatan yang sudah tidak baik lagi (kabur) sehingga peneliti membacakan setiap pertanyaan kuesioner kepada responden (lansia). Bahkan ada responden yang kurang pendengaran sehingga peneliti harus bertanya dengan jarak dekat dan suara yang kuat agar responden (lansia) mendengar dan menjawab pertanyaan yang di lontarkan. Dari sisi lain, kendala yang dirasakan oleh peneliti adalah jarak panti yang cukup jauh dari tempat tinggal peneliti. Sehingga peneliti harus datang pagi hari agar bertemu responden (lansia) dengan jumlah yang banyak. Jika peneliti datang siang hari, responden (lansia) jarang bisa ditemui karna jadwal istirah dan berkegiatan kembali dengan aktivitas masing-masing.

4.7 Etika Penelitian

(36)

25

peneliti menjelaskan identitas diri, berkenalan dengan calon responden, tujuan datang ke panti, bagaimana cara mengambil data, lama proses wawancara dan menanyakan kesediaan calon responden. Jika lansia setuju lalu dilakukan wawancara.

Lansia bebas untuk ikut menentukan, waktu, cara dan alat yang akan digunakan dalam mengisi kuisioner maka peneliti harus menyetujui selama tidak bertentangan dengan hukum dan agama apapun. Lansia yang menjadi responden dapat memberi informasi yang dia mau dengan bebas baik semuanya maupun sebagian saja dari informasi yang diperlukan oleh peneliti untuk kepentingan penelitian.

Peneliti melindungi lansia dari rasa tidak nyaman baik terhadap isi kuisioner yang diajukan oleh peneliti. Lansia yang tidak mau melanjutkan pengisian kuisioner akibat pertanyaan peneliti yang tidak dapat diterima (tidak mengerti, marah, tersinggung dan tidak berminat) tidak dipaksa untuk mengisi kuisioner sampai selesai. Peneliti juga melindungi lansia dari ketidaknyamanan terkait kondisi kesehatan pada lansia. Jika kondisi lansia tidak memungkinkan (tidur setelah minum obat, waktu istirahat siang, waktu makan, waktu beribadah, dan lain-lainnya). Maka lansia tidak dipaksa untuk mengikuti wawancara dengan peneliti.

(37)

Setiap lansia akan mendapat selembar kertas Informed Consent. Ini diberikan kepada lansia sebagai lembar persetuajuan antara peneliti dengan lansia responden. Lansia yang setuju akan menandatangani Informed Consent yang telah disediakan.

4.8 Pengolahan dan Analisa Data 4.8.1 Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2002), dalam suatu penelitian pengolahan data merupakan salah satu langkah yang penting. Hal ini disebabkan data yang diperolah langsung dari penelitian masih mentah, belum siap untuk disajikan. Untuk memperoleh penyajian data sebagai hasil yang berarti dan kesimpulan yang baik, diperlukan pengolahan data.

Data yang telah terkumpul selanjutnya diolah secara manual dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Editing

Pada tahap pengeditan data ini dilakukan dengan mengecek kelengkapan data yang terkumpul untuk memastikan bahwa tidak ada data yang tidak terisi.

b. Coding

Memberikan tanda atau kode pada setiap data yang telah terkumpul untuk mempermudah analisa data ke dalam tabel.

c. Tabulating

(38)

27

4.9 Analisa Data

(39)

28

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk mengetahui gambaran tingkat depresi pada lansia di Unit Pelayanan Terpadu Pelayanan Sosial Lajut Usia dan Anak Balita wilayah Binjai dan Medan. Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan pengajuan proposal penelitian. Proses pembuatan perbaikan proposal dan skripsi berlangsung dari bulan September sampai Desember 2013.

5.1 Karakteristik Responden

5.1.1 Jenis kelamin, umur, agama lansia di panti.

(40)

29

Berdasarkan tabel distribusi 5.1 di atas bahwa dari 123 orang lansia didapatkan mayoritas lansia dipanti adalah perempuan dengan 77,2% (98 orang). Dari segi umur, mayoritas lansia yang tergolong Elderly Age (60-74 tahun) yaitu 67,5% (83 orang) . Sedangkan dari segi agama mayoritas lansia yang didapatkan adalah agama islam 94,3% (116 orang).

5.1.2 Keluhan utama kesehatan, Lama tinggal di panti dan status pernikahan lansia lainnya.

Table 5.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Keluhan Utama Medis, Lama dipanti, dan Status Pernikahan lansia di UPT

(41)

karakteristik lansia lama tinggal dipanti dari 123 orang yitu 1-5 tahun 52,0% (64 orang) dan karakteristik lansia lainnya dari segi status perkawinan yaitu yang berstatus janda atau duda sebanyak 89,4% (110 orang).

5.2 Tingkat Depresi Lansia

Table 5.3 Distribusi Tingkat Depresi Responden di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita wilayah Binjai dan Medan 2013 (n=123)

Tingkat Depresi Jumlah Persentase

Normal 43 35,0

Ringan 38 30,9

Sedang 31 25,2

Berat 11 8,9

Dari tabel distribusi 5.3 diatas bahwa jumlah lansia dipanti yang mengalami depresi dari 123 orang yaitu mayoritas dengan kategori normal 35,0% (43 orang).

Lansia yang dikatakan menderita depresi ringan (minor) ketika hanya memiliki gejala-gejala depresi yang lebih sedikit daripada penderita depresi berat (mayor) dalam dua minggu terakhir. Sedangkan lansia yang masuk kedalam kategori depresi berat adalah jika mereka memiliki semua tanda dan gejala yang telah ditetapkan sebagai manifestasi klinis depresi berat sesuai dengan criteria DSM-IV.

(42)

31

sendiri) sebagian besar pergi dengan bercocok tanam/ ke lading, SOL sepatu ke pajak, menjual jam tangan, mencari botot. Sebagian besar lansia melakukan kegiatan yang tidak bermakna ada juga hanya duduk-duduk di wisma serambi tidur-tidur sambil nonton TV, mondar-mandir dari kamar ke luar lalu ke kamar kembali. Selain itu ada beberapa lansia yang pasif (mengalami gangguan mobilisasi) dan hanya melakukan kegiatan di tempat tidur saja. Para panti membantu para lansia untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka melalui pengasuh. Pengasuh membantu mengantarkan makanan ke tempat tidur, memberikan obat dan memandikan mereka. Secara umum lingkungan panti bersih dan rapi. Namun ada beberapa wisma lansia yang gangguan mobilisasi, tercium bau yang kurang sedap. Hal ini bisa menyebabkan ketidaknyamanan para lansia yang ada di wisma itu.

5.2.1 Tingkat depresi berdasarkan jenis kelamin dan umur

(43)

Berdasarkan tabel distribusi 5.4 diatas bahwa dari 123 orang lansia terdapat lansia yang depresi dari kriteria jenis kelamin yaitu laki-laki normal 17,8% (5 orang), ringan 53,5% (15 orang), sedang 17,9% (5 orang) dan berat 10,7 % (3 orang). karakteristik dilihat dari segi umur yaitu elderly age normal 40% (32 orang), ringan 24,21% (23 orang), sedang 27,36% (19 orang) dan berat 8,42% (9 orang).

5.2.2 Tingkat depresi lansia berdasarkan keluhan utama medis, lama tinggal di panti dan status pernikahan.

(44)

33

Berdasarkan tabel distribusi 5.5 diatas lansia yang mengalami depresi dengan keluhan utama medis yaitu untuk keluhan nyeri sendi yaitu, normal 47,3% (9 orang), ringan 36,8% (7 orang), sedang 5,26% (1 orang), berat 10,7% (2 orang). Keluhan kesemutan yaitu, normal 31,8% (13 orang), ringan 26,8% (11 orang), sedang 39,0% (16 orang), berat 2,43% (1 orang). Keluhan dengan sesak yaitu, normal 20,0% (3 orang), ringan 33,3% (5 orang), sedang 33,3% (5 orang), berat 13,3% (2 orang). Keluhan pusing yaitu, normal 11,2% (1 orang), ringan 50,0% (1 orang), sedang 11,1% (1 orang), berat 22,3% (2 orang). Keluhan tidak nafsu makan yaitu, normal 0% (0 orang), ringan 50% (9 orang), sedang 0% (0 orang), berat 50% (1 orang). Keluhan susah lainnya (stroke, hypertensi, hypotensi, mata kabur yaitu, normal 45,9% (17 orang), ringan 24,3% (9 orang), sedang 21,7% (8 orang), berat 8,10 ( 3 orang).

(45)

Kriteria untuk status pernikahan yang mengalami depresi yaitu, lansia denagn status menikah dengan kategori normal 25% (3 orang), ringan 41,8% (5 orang), sedang 16,6% (2 orang), berat 16,6% (2 orang). lansia yang belum menikah dengan kategori normal 0% (0 orang), ringan 1% (1 orang), sedang 0% (0 orang), berat 0% ( 0orang) dan lansia yang sudah janda/duda dengan kategori normal 36,3% ( 40 orang), ringan 29,0% (32 orang), sedang 26,25% (29 orang), berat 8,18% (9 orang).

5.3 Pembahasan

Bab pembahasan ini akan menguraikan hasil penelitian terkait gambaran karakteristik berupa jenis kelamin, umur, agama, keluhan utama medis, lama tinggal dipanti dan status pernikahan. Selain itu dibahas juga gambaran tingkat depresi pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lajut Usia dan Anak Balita wilayah Binjai dan Medan 2013.

5.3.1 Tingkat Depresi dan Karakteristik pada Lansia di panti Sosial Werdha

(46)

35

Persebaran lansia jika dilihat dari distribusi frekuensi ternyata lansia perempuan lebih banyak menderita depresi dari pada lansia laki-laki yaitu jika dilihat dari tingkatannya lansia perempuan yang mengalami depresi berat 8,42% (8 orang). Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Octavianti (2012) bahwa angka kejadian depresi pada lansia lebih tinggi pada perempuan yaitu 42,86% (3 orang) sedangkan laki-laki 36,84% (7 orang). Menurut Donna (2008), hal ini terjadi karena perempuan sering terpapar faktor-faktor yang menimbulkan depresi antara lain biologis, psikologis dan sosial ekonomi. faktor-faktor biologis yang berperan adalah perubahan hormonal, dimana pada tahap ini lansia perempuan sudah mengalami menopause dan terjadinya penurunan produksi hormonal estrogen dan progesterone. Penurunan produksi kedua hormone ini dapat menimbulkan berbagai keluhan contoh perubahan mood, penurunan gairah sex dan keluhan ini dapat membuat lansia perempuan merasa tidak menarik, tidak produktifitas dan kurang percaya diri sehingga hal-hal ini dapat memicu terjadinya depresi. Hal ini juga sama dengan teori Nugroho (2000) bahwa depresi merupakan salah satu gejala yang muncul pada masa menopause yang membuat kenapa wanita lebih sering mengalami depresi.

(47)

Kaplan Sadock, 2010 bahwa perbedaan dalam gaya koping juga dapat membantu menjelaskan mengenai besarnya kerentanan wanita untuk terkena depresi. Terlepas dari apakah faktor yang memicu depresi itu biologis, psikologis, atau sosial : respon koping sesorang menambah atau mengurangi keparahan dan durasi dari episode depresi. Pria lebih cenderung untuk mengalihkan pikiran saat depresi sementara wanita lebih cenderung memperbesar depresi dengan merenungkan, duduk diam dan berpikir.

Dilihat dari karakteristik umur, angka terbanyak menderita depresi adalah pada umur elderly age (60-74 tahun) yaitu depresi berat 10,8% (9 orang). Hal ini sama dengan penelitian Octavianti (2012), dimana lansia yang mengalami depresi terjadi pada tingkat elderly age yaitu depresi berat 40,91%. Pada masa ini banyak terjadi perubahan baik dari segi fisik, psikologis, ekonomi, sosial, dan spiritual yang mempengaruhi kualitas hidup lansia. Lansia mulai menghadapi berbagai perubahan yang tidak bisa dihindari, progresif dan tidak bisa diubah (Miller, 2004). Salah satu dampak negatif pada psikologis lansia tersebut adalah depresi. Sesuai dengan teori perkembangan Erikson 1963 dalam Miller (2004) bahwa tugas perkembangan pada tahap lansia adalah mampu mencapai ego yang terintegritas kepada keputusasaan. Dimana ego yang terintegritas adalah bisa menerima semua yang telah dilalui dalam hidup sebagai sesuatu yang harus terjadi. Sedangkan keputusasaan akan menjadi pemicu depresi bagi lansia apalagi ditambah lagi dengan faktor-faktor lainnya.

(48)

37

depresi berat yaitu 16,8% (4 orang). hal ini terjadi oleh sebab proses adaptasi pada tempat, lingkungan sosial dan gaya baru tinggal dipanti. Tidak selamanya lansia yang terjamin tempat tinggal dan makanya bisa nyaman di lingkungan dan teman yang baru. Dalam buku psikologis perkembangan oleh Sundberg dkk, (2007) mengatakan bahwa banyak lansia merasa kesepian dan bosan dalam waktu-waktu tertentu, meskipun tidak di diagnosa depresi. Ini terutama terjadi di kalangan lansia yang tinggal di suatu institusi, yang selalu tinggal di tempat tidur atau kursi roda dan di lingkungan yang kurang steril. Mereka mungkin juga merasa tidak berdaya. Telepon dan televisi yang membantu perasaan terasing ini.

(49)

Tingkat terjadinya depresi pada lansia sangat dipengaruhi oleh penurunan status kesehatan. Penyakit fisik bisa mengakibatkan menurunnya kemampuan fungsional seseorang, menghambat seseorang untuk bisa melakukan kegiatan yang menyenangkan dan keterbatasan ini mendorong terjadinya depresi (Kathryn, 2009). Di buku perkembangan juga mengatakan bahwa sakit fisik merupakan faktor resiko utama depresi. Kehilangan fungsi fisik, misalnya tidak mampu lagi mengurusi keperluan dasarnya (mandi, berpakaian, buang air). Jatuh sakit memang meningkatkan kemungkinan untuk kehilangan fungsi tetapi tidak semua lansia yang sakit kehilangan fungsinya dan yang hanya kehilangan fungsilah yang memiliki resiko lebih tinggi untuk menjadi depresi.

(50)

39

BAB 6

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

6.1 Kesimpulan

Terdapat beberapa karakteristik lansia yang diteliti yaitu jenis kelamin, umur, status pernikahan, agama, lama tinggal dipanti, dan keluhan medis saat ini. Tingkat depresi di UPT Pelayanan Sosial Lajut Usia dan Anak Balita wilayah Binjai dan Medan yaitu, terdiri dari

1. Lansia yang mengalami depresi 65% (70 orang) dan tidak mengalami depresi 35% (43 orang).

2. Angka kejadian Lansia yang mengalami depresi berat mayoritas pada perempuan 8,42% (8 orang).

3. Angka kejadian Lansia yang mengalami depresi berat dengan sebaran umur mayoritas pada umur Elderly (60-74) yaitu 10,8% (9 orang).

4. Angka kejadian depresi berat mayoritas terajadi pada lansia yang memiliki masalah kesehatan fisik mudah kesemutan 8,10% (3 orang).

5. Angka kejadian depresi berat juga terjadi pada lansia mayoritas yang tinggal dipanti <1 tahun 16,8% (4 orang)

(51)

6.2 Rekomendasi 6.2.1 Bagi Perawat

Bagi perawat di panti diharapkan melakukan dokumentasi dan evaluasi secara menyeluruh tentang depresi dan faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kejadian depresi di panti. Perawat yang berada dipanti diharapkan selalu mengontrol, memfasilitasi, bahkan memotivasi lansia yang depresi untuk meningkatkan status kesehatan mereka dari segi fisik maupun psikologis.

6.2.2 Bagi Lembaga Unit Pelayanan Terpadu Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan 2013

(52)

41

6.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta; Rineka Cipta.

Badan Pusat Statistik. Data Statistik Indonesia: Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin, Provinsi, dan Kabupaten/Kota. 2008. Available. From itemid1.

BPKP Republik Indonesia. (2001). Undang- undang Republik Indonesia nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia. http.//www.bpkp.go.id/unit/hokum/uu/1998/13-98-pdf

Departemen Kesehatan RI. (2012). Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta: Balitbaangkes Depkes RI.

Donna E, Steward MD, Enza G, Sherry L. Depression : differences between men and woman. University of Toronh ; 2008

Hawari. (2011). Manajemen Stres, Cemas dan Depresi., Jakarta

Kaplan dan Sadock. (2010). Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed. 2-Jakarta :EGC. Miller, C.A. (2004). Nursing for Wellness in Older Adult : theory and practice.

Philadelphia : Lippincott Williams and Wilkin

Nadjamuddin, M. (2010). Kesehatan Harian untuk Lansia, Jogja, Tunas Publishing.

Nasir, A dan Muhlith, A. (2011). Dasar-dasar Keperawatan Jiwa. Pengantar dan Teori. Jakarta : Salemba Medika.

Nevid., Spencer, AR., dan Greene, B. 2003. Psikologi Abnormal Edisi ke lima Jilid I. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Niven, N. (2000). Psikologi Kesehatan : Pengantar untuk Perawat dan Profesional Kesehatan lain. Jakarta : EGC.

Nugroho, W, 2012. Manfaat Olahraga bagi Lanjut Usia, Avaibable From URL http :// tutorial kuliah . blog spot. Com/2009/05/ tentang – senam lansia. Html .

Nugroho, W. (2000). Keperawatan Gerontik. (Ed.ke- 2). Jakarta: EGC

(54)

43

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Nowel, R & Gourney, K. (2000). Mental Health Nursing. China : Elselver

Octavianti, (2012). Gambaran Depresi pada Lansia Sosial Tresna Werdha Dharman Kabupaten Kubu Raya. Universitas Tanjung Pura, Pontianak- Skripsi.

Sari. (2012). Gambaran Tingkat Depresi Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur. UNPAD- Skripsi.

Stanley, M. & Beare, P.G. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. (Netty Juniarti, Sari Kurnianingsih, Penerjemah). (Ed. Ke-2). Jakarta : EGC

Sundberg, ND., Winebarger, AA., dan Taplin, JR. 2007. Psikologi Klinik : Perkembangan Teori, Praktik, dan Penelitian Edisi ke empat. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Trisnapati. (2011). Keefektifan pelatihan kebermaknaan hidup terhadap panurunan tingkat depresi pada lansia dip anti werdha dharma bakti. Universitas Sebelas Maret, Surakarta- Skripsi

Wong. D. L. (2008) Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong, (Agus Sutama, Neti Juniarti & Kuncara, Penerjemah). Ed ke-6. Jakarta, EGC

World Health Organization. (2012).

Wulandari. (2011). Kejadian dan Tingkat Depresi pada Lanjut usia: studi perbandingan dipanti werdha dan komunitas,S emarang: Universitas Diponegoro- Skripsi

(55)

Lampiran 1

Lembar Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian

(inform Consent)

Saya yang bernama Merry C.N Siahaan adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilaksanankan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini untuk melihat Gambaran Tingkat Depresi pada Lansia di Panti Werdha Binjai.

Saya mengharapkan jawaban/tanggapan yang saudara berikan sesuai dengan pendapat saudara sendiri tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya menjamin kerahasian identitas saudara. Informasi yang saudara berikan hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud lain.

Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat bebas untuk ikut menjadi peserta penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Jika saudara bersedia menjadi peserta penelitian ini, silahkan saudara menandatangani kolom di bawah ini.Terima kasih atas pertisipasi bapak/ibu dalam penelitian ini :

Medan, November 2013

Peneliti, Responden

(56)

45

Lampiran 2

LEMBAR KUISIONER DEMOGRAFI

I. Profil Responden

Nama Lansia : Panti/ Wisma : Tanggal Pemeriksaan :

Petunjuk pengisian : Beri tanda (x) pada jawaban pilihan

1. Jenis Kelamin : ( ) Laki- laki ( ) Perempuan 2. Usia : ( ) 75- 90 tahun

( ) 60- 74 tahun ( ) diatas 90 tahun

3. Agama : ( ) Islam ( ) Hindu ( ) Katolik ( ) Budha

( ) Protestan

4. Keluhan utama : ( ) Nyeri Sendi ( ) Mudah Kesemutan ( ) Sesak ( ) Pusing

( ) Tidak nafsu makan ( ) Sulit BAB ( ) lainnya……….

5. Lama tinggal di Panti : ( ) < 1 tahun ( ) 1- 5 tahun ( ) >5 tahun

(57)

B. KUISIONER GERIATRIC DEPRESSION SCALE

Beri tanda cheklist (ѵ) di Kolom yang telah diberikan YA TIDAK

1. Apakah Anda puas dengan kehidupan Anda? 2. Apakah Anda mengurangi banyak aktivitas maupun

hobi Anda?

3. Apakah Anda merasa kehidupan anda terasa hampa?

4. Apakah Anda sering merasa bosan? 5. Apakah Anda bersemangat setiap waktu?

6. Apakah Anda takut tentang sesuatu yang buruk akan menimpa Anda?

7. Apakah Anda selalu merasa bahagia? 8. Apakah anda sering merasa tidak berdaya?

9. Apakah Anda memilih untuk tinggal diam dirumah daripada mengerjakan banyak hal di luar rumah? 10.Apakah Anda merasa mempunyai banyak masalah

dengan daya ingat Anda dibandingkan dengan orang lain?

11.Apakah Anda berfikir bahwa luar biasa Anda diberikan kehidupan sampai sekarang? 12.Apakah Anda bersyukur dengan umur anda

sekarang?

(58)

47

14.Apakah Anda merasa tidak ada harapan dalam hidup anda sekarang?

(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Merry CN Siahaan

Tempat Tanggal Lahir : Salak, 25 Desember 1990

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Riwayat pendidikan

1. TK (1994-1995) : Pertiwi, Langsa 2. SD (1995-2000) : Timbul Jaya 2, Medan 3. SMP (2001-2004) : Swasta HKBP, Sidikalang 4. SMA (2005-2008) : Negeri 1 Sidikalang

Gambar

Tabel 3.1 Defenisi Operasional
Table 5.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin,
Table 5.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Keluhan Utama
Table 5.3 Distribusi Tingkat Depresi Responden di UPT Pelayanan Sosial
+2

Referensi

Dokumen terkait

menyatakan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul: “ Gambaran Tingkat Depresi Terhadap Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Kabupaten Jember ” adalah benar-benar

Gambaran tingkat depresi pada lansia di unit pelayanan terpadu sosial lanjut usia dan anak balita wilayah binjai dan medan 2013.. Stanley

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat spiritual terhadap aktivitas ritual keagamaan lansia di UPT Pelayanan Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah

Judul Penelitian : Hubungan Tingkat Spiritual terhadap Aktivitas Ritual Keagamaan lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan..

UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan merupakan panti sosial terbesar di Sumatera Utara dengan jumlah populasi 160 orang. Berdasarkan

Diri Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan ” sebagai Tugas Akhir guna meraih Sarjana Keperawatan Program Studi

Judul : Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Tidur Pada Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan Nama

Tujuan dari penelitian ini adalah mengidenifikasi kualitas tidur dan gangguan tidur pada lansia di Unit Pelaksanan Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah