BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Lansia merupakan tahap akhir dari perkembangan hidup manusia. Pada usia lanjut tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel yang
ada di dalam tubuh yang mengakibatkan penurunan fungsi tubuh sehingga kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur dan
fungsi normalnya menjadi berkurang sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Martono & Darmojo,2006).
Jumlah penduduk lansia setiap tahunnnya selalu mengalami peningkatan
khususnya di Indonesia. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2012) perkembangan proporsi penduduk lansia di Indonesia selalu mengalami peningkatan.
Diantaranya pada tahun 1980 proporsi penduduk lansia sebanyak (5, 45%), pada tahun 1990 (6,29%), tahun 2000 (7,18%), tahun 2010 (9,77%), dan diperkirakan tahun 2020 akan mencapai (11,34%), sedangkan Data Badan Pusat Statistik
Sumatera Utara menunjukkan bahwa lanjut usia dengan kelompok umur 60 tahun ke atas tahun 2015 sebesar 6,78% dari total jumlah penduduk 13.937.797 jiwa.
Diperkirakan tahun 2020 akan mengalami peningkatan menjadi 8,29% dari jumlah penduduk 14.703.532 jiwa.
Dilihat dari struktur kependudukannya, Indonesia merupakan salah satu
Hal ini menunjukkan angka umur harapan hidup semakin meningkat. Peningkatan umur harapan hidup merupakan indikator keberhasilan pembangunan terutama di
bidang kesehatan.
Peningkatan umur harapan hidup seharusnya seimbang dengan tingkat
kesejahteraan pada lansia itu sendiri, terutama dalam bidang kesehatan. Demografik menunjukkan bahwa kebanyakan lansia menderita sedikitnya satu penyakit kronis dan bahkan banyak diantaranya yang menderita lebih dari satu.
Angka pasti depresi, ansietas, alkoholisme dan bunuh diri yang terjadi bersamaan belum didokumentasikan, tetapi banyak terjadi dikalangan lansia dengan berbagai
ketidakmampuan fisik. Berduka, nyeri, dan kontrol kehilangan kendali mempengaruhi intergritas pribadi. Kehilangan adalah satu kata yang paling menyimpulkan tentang masalah-masalah usia tua, yang meliputi kehilangan
pekerjaan, waktu, harga diri, martabat pribadi kesehatan fisik, kontak sosial, peran, pendapatan, barang, ketajaman mental, energi, dan kehilangan kehidupan
itu sendiri yang tidak dapat dihindari. Pada lansia konsep kehilangan akan sangat merusak jika menyebabkan kehilangan arti hidup. Dampak dari proses penuaan ini memang tidak dapat dihindari, namun dapat diperlambat ataupun dicegah
dengan kehidupan spiritual yang kuat (Stanley & Beare, 2006).
Kesepian atau kehilangan dapat membawa lansia pada suatu perasaan
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sipayung (2014) menunjukkan spiritualitas lansia yang kehilangan pasangan hidup diketahui
sebanyak 14 orang (34,1%) responden spiritualitasnya rendah dikarenakan karena kehilangan pasangan hidupnya atau orang yang dicintainya yang dapat menjadi
pukulan yang sangat berat dan menghilangkan semangat hidup, khususnya bagi mereka yang kurang terlibat dalam kegiatan keagamaan. Kerapuhan akan meningkat jika lansia kekurangan keterampilan interpersonal, motivasi, kekuatan
spiritual, kontak sosial yang bermakna, keuangan yang adekuat, atau persepsi positif tentang kesehatan (Stanley & Beare, 2006).
Lansia yang mengalami krisis spiritual tentulah tidak bisa menjalani masa lansia dengan bahagia dan sejahtera serta tujuan lanjut usia yang disebut “menua
sehat” (healthy aging) tidak dapat dicapai. Menjalani lansia sehat sejahtera dan bahagia hanya dapat dicapai apabila lansia tersebut merasa sehat secara fisik, mental, spiritual dan sosial, merasa dibutuhkan, merasa dicintai, mempunyai
harga diri serta dapat berpartisipasi aktif dalam kehidupan sehari-hari. Seorang lansia dikatakan sehat secara spiritual apabila ia sadar akan siapa dirinya, apa makna dan tujuan hidupnya (Gaskamp, C, Sutter, R, Meraviglia, M, 2006).
Spiritualitas diyakini mampu mengatasi kehilangan yang terjadi sepanjang hidup dengan harapan akan masa depan yang lebih baik. Spiritualitas juga
digambarkan sebagi sumber kekuatan dan harapan yang menyatukan, memberi makna pada kehidupan dan terdiri dari nilai-nilai individu, persepsi dan kepercayaan juga ketertarikan di antara individu (Young 1993, dalam Young &
Spiritualitas merupakan dimensi kesejahteraan bagi lansia yang bisa mengurangi stress dan kecemasan, mempertahankan keberadaan diri sendiri untuk
menemukan makna dan tujuan hidup. Kesejahteraan spiritual adalah penegasan hidup dalm hubungan dengan Tuhan, diri sendiri, orang lain, serta memelihara
dan menjaga keutuhan lingkungan yang harmonis (Ellison, 1983 dalam Gaskamp, C, Sutter, R, Meraviglia, M, 2006). Agama sebagai sumber dukungan bagi seseorang yang mengalami kelemahan (sakit) dapat membangkitkan semangat
untuk sehat atau mempertahankan kesehatan untuk mencapai kesejahteraan. Keadaan spiritualitas yang rendah akan mendukung terjadinya distress spiritual.
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan merupakan panti sosial terbesar di Sumatera Utara dengan jumlah populasi 160 orang. Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti seluruhnya
lansia yang tinggal di panti adalah berusia 60 tahun ke atas dan semuanya sudah menderita penyakit kronis. Sebagian besar lansia diantar oleh keluarganya ke
panti dan mereka mengatakan bahwa mereka sudah tidak berperan aktif dalam kegiatan keluarga.
Maka untuk mengetahui tinggi rendahnya spiritualitas lansia yang tinggal di
UPT Pelayanan sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan,
2. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang di atas peneliti ingin mengetahui
bagaimanakah gambaran pemenuhan kebutuhan spiritualitas lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan?
3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran pemenuhan kebutuhan spiritualitas lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak
Balita Wilayah Binjai dan Medan
4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 4.1 Bagi Pendidikan Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi peningkatan kualitas
pendidikan baik keperawatan komunitas, gerontologi dan spiritualitas dalam hal Asuhan Keperawatan.
4.2 Bagi Keluarga, Masyarakat dan Pengelola UPT
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada keluarga dan masyarakat sehingga dapat dijadikan wacana bagi keluarga yang memiliki lanjut usia sebagai
pertimbangan dalam menempatkan lansia ke Panti Sosial. Kepada pengelola Panti Werdha diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat sehingga meningkatkan
4.3 Bagi Penelitian Selanjutnya
Dari hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dan sebagai sumber data bagi