RESENSI BUKU
NAMA : NUR ASYIYAH
NIM : 111 11 157
PORGDI : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
MAKUL : METODOLOGI STUDY ISLAM
A. IDENTITAS BUKU
Judul buku : Study Islam Pendekatan dan Metode
Penulis : Zakiyuddin Baidhawy
Penerbit : Insane Madani
Tanggal terbit : Juli 2011
Jumlah halaman : 317
B. ISI BUKU
1. BAB I
Islam selain sebagai agama dan kepercayaan umat muslim, juga merupakan objek
kajian dan penelitian para ilmuwan baik ilmuwan muslim maupun ilmuwan barat. Hal ini
disebabkan karena Islam sangat berkaitan erat dengan kebudayaan. Sebagaimana tercatat
dalam buku-buku sejarah, ajaran-ajaran islam mampu mempengaruhi peradaban umat
manusia pada masa itu. Di dalam buku ini, akan di jelaskan bagaimana Islam dan
ajarannya mampu mempengaruhi peradaban dunia.
Keberhasilan Islam dalam mempengaruhi budaya dunia, menjadi magnet
tersendiri bagi para ilmuwan. Ketertarikan para ilmuwan ini, kemudian memunculkan
istilah”Islamic Studies” atau Study Islam. Di dalam buki ini, khusus pada bab pertama,
membahas mengenai pengertian dari Studi Islam. Hal-hal yang berkaitan dengan kata
sifat ”Islami” betapapun semua itu telah di istilahkan dengan ‘Islamic Studies” di dunia
akademik. 1
Selain dari pengertian diatas, Islamic Studies juga dapat di definisikan melalui dua
pendekatan. Pendekatan pertama,melihat Islamic studies sebgai disiplin dengan
metodologi, materi, dan teks-teksnya sendiri.2 Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa
Islamic Studies adalah pembelajaran mengenai al-qur’an, hadits dan metodologinnya. Pendekatan kedua, mendifinisikan Islamic Stuides beradasarkan pada kenyataan
bahwa Islam perlu di kaji dalam konteks evolusi Islam modern yang penuh teka-teki.3
Artinya, Islam harus di kaji secara luas, tidak hanya terpaku pada teks-teks kuno dan
ilmu-ilmu klasik. Islam musti diajarkan baik sebagai tradisi teks maupun sebagai realita
social.
Selain dari pembahasan diatas, dalam bab ini juga membahas masalah yang
sangat penting mengenai Islamic Studies. Masalah utama yang menopang definisi Islamic
studies tampaknya muncul dari metodologi bagaimana Islam di kaji dan kemudian
bagaimana diajarkan.4 Hal inilah yang seringkali menyebabkan perbedaan di kalangan
umat muslim sendiri.
Di dalam bab ini juga, yang menarika adalah penulis juga menyajikan kritik atas
metodologi barat. Seperti, orientalisme, ilmu sosila, dan antropologi social. Biar
bagaimanapun, pandanagan sarjana barat dan sarjana muslim nmengenai Islamic studies
memiliki titik berangkat yang berbeda. Salah satunya mengenai teks-teks keagamaan
klasik.
Para sarjana barat menganggap Al-qur’an dan Hadits hanyalah
manuscript-manuskript kuno yang tidak ada bedanya dengan kitab-kitab kuno lainnya. Berbeda
dengan sarjana muslim, mereka menganggap Al-qur’an dan Hadits adalah sesuatu yang
sacral atau suci. Dalam mempelajarinya harus di landasi dengan keimanan yang tinggi.
2. BAB II
Pada bab ini, penulis juga menyajikan ruang lingkup objek kajian dari study
islam. Setiap kajian ilmiah menghendaki objek sebagai prasyarat utama.5 Di dalam buku
ini, juga menyebutkan objek kajian study islam dan menjelaskannya secara detail. Pertama, pengalaman keagamaan dan ekspresinya. Joachim Wach (1958)
menebutkan ada empat pengalaman keagamaan. Salah satunya adalah “pengalaman
keagamaan merupakan merupakan suatu respon terhadap apa yang dialami sebagai
realitas ultim (the ultimate reality)”.6 Selain itu, dalam buku ini juga menjelaskan bahwa
4 Zakiyyudin Baidhawy.Study Islam Pendekatan dan Metode.Yogyakarta. 2011. Hlm:6.
pengalaman keagamaan juga bisa di pelajari melalui bentuk-bentuk ekspresinya yang
meliputi tiga hal yaitu, ekspresi dalam tindakan, pikiran dan jama’ah.
Objek kajian selanjutnya adalah dimensi-dimensi agama. Islam adalah salah satu
agama-agama yang hidup di dunia.7 Oleh karena itu, Islam juga dapat dikaji melalui
dimensi-dimensinya. Di dalam buku ini, penulis juga menyajikan dimensi-dimensi
tersebut dengan penjelasan yang continue. Maksudnya adalah penjelasan satu dengan
yang lain berkesinambungan. Hal ini, membuat pembaca mendapatkan pemahaman
secara utuh atau tidak terputus-putus.
Objek kajian yang terkahir dalm buku ini adalah cara beragama. Selain dari dua
hal diatas agama juga dapat di pahami melalui bagaimana individu atau kelompok
menjalankan agamanya. Setiap orang membutuhkan cara beragama (being religious) atau
bentuk penghayatan yang selaras dengan keperibadiannya dan situasi dalam kehidupan.
Menurut penjelasan penulis dalam buku ini, ada enam cara seseorang atau kelompok
dalam beragama. Salah satunya adalah melalui pemujaan dan ketaatan. Lebih lanjut
penulis juga menjelaskan tujuan ketaatan adalah membuat seseorang terbakar oleh cinta
kepada Tuhan (mahabbah) semata.8
3. BAB III
Dalam pembahasan dua bab diatas, penulis jua menuliskan sejarah perkembangan
studi islam. Studi islam mulai muncul pada abad ke-9 di Irak, ketika ilmu-ilmu islam
memperoleh bentuknya dan berkembang di dalam sekolah-sekolah hingga terbentuknya
tradisi literer di kawasan Arab pada masa pertengahan.9
Sebelum Islam ada, bangsa Arab sudah mengenal berbagai agama atau
kepercayaan. Orang-orang Arab ini sudah banyak di kenal oleh bangsa Irak dan Yahudi.
7 Zakiyyudin Baidhawy.Study Islam Pendekatan dan Metode.Yogyakarta. 2011. Hlm:28.
Pandangan mereka seluiruhnya di dasarkan pada kitab kuno dan keyakinan mereka
sendiri. Secaara mitologis, muslim di pandang sebagai orang Arab, Sarasen, yang
merupakan keturunan Ibrahim dan Sti Hajsr melalui putra mereka Ismail.10
Di dalam bab ini, penulis menjelaskan bagaimana perkembangan studi islam
melalui pendapat Richard C. Martin. Di dalam buku ini, perkembangan studi islam di
bagi menjadi empat fase yaitu:
Pertama (800-1100) masa dimana banyak pertentangan-pertentangan seputar
theology antara Muslim Kristen dan, Yahudi. Hal inilah yang nantinya akan memicu
terjadinya perang salib selain factor ekspansi kekuasaan. Namun, dalam buku ini lebih
condong pada problema seputar Theologi saja.
Orang-orang Kristen dan Yahudi berupaya untuk mengkonstruk kembali
pandangan mereka mengenai Islam.11 Islam di pandang sebagai kelompok lain oleh
mereka. Hal ini disebabkan karena kuarangnya pengalaman kerja sama diantara mereka
semasa hidup dalam kekuasaan Islam. Pada masa ini, mereka hidup dalam kebodohan
mengenai ilmu-ilmu agama. Mreka memandang Islam sebagai musuh yang berbahaya
karena dapat mengancam budaya dan kepercayaan mereka. Keadaan semacam ini
bertahan sampai masa perang salib.
Fase selanjutnya adalah di mana perang salib terjadi (1100-1500). Pada masa ini,
banyak orang-orang non muslim mencoba menerjemahkan Islam guna menyerang Islam
dari dalam. Ini adalah masa reformasi bagi kehidupan biara sekaligus awal terjadinya
perang salib. Banyak karya-karya terjemahan mereka yang menocba mengghancurkan
pereadaban yang di bangun oleh umat Islam.
Pasca fase perang salib ini, Eropa mengalami pembaharuan keagamaan, politik
dan intelektual pada abad ke-16. Seiring dengan itu, pengetahuan dan studi Islam juga
terpengaruh. Dalam penjelasan buku ini mengatakan bahwa pada fase ini kaum reformis
memandang Sarasen Turki bersama-sama gereja Roma sebagai anti-Kristus.12 Lebih
lanjut, Blibiande menganggap Muhamad sebagai kepala dan Islam sebagai anti-Kristus.
Kemudian pada fase ini di namakan fase reformasi.
Fase penemun dan pencerahan merupakan lanjutan dari fase reformasi. Pada fase
ini di sebut sebagai fase penemuan dan pncerahan. Dalam buku ini di jelaskan berbagai
alasan yang mendorong perkembangan fase ini. Salah satunya adalah realitas baru agresi
Ottoman. Ottoman melancarkan beberapa intervensi terhadap Eropa. Selain itu, pada
waktu itu alsan Eropa mempelajari Islam adalah untuk menghilangkan perdebatan seputar
Theologis, Nabi, dan penakhlukan Muslim awal. Lebih lanjut buku ini menjelaskan,
pengakuan atas agama lain pada waktu itu sudah mulai di terima. Dan hal ini merupakan
konsep baru mengenai keagamaan.
Setelah penulis memberikan penjelasan mengenai sejarah perkembangannya,
kemudian penulis menggiring pembaca kepada pemahaman mengenai studi Islam.
Bagaiman kaum orientalis memandang Islam, kemudian sebagai lawannya ada kaum
Oksidentalis. Dari perbedaan pandangan inilah nantinya pembaca akan mendapati
pemahan mengenai Islam fersi sarjana baarat dan sarjana Muslim.
Berbicara mengenai perkembangan studi Isalm tidak lepas dari pandangan para
sejarawan yang meniliti Islam. Pandangan ini penting, karena akan mempengaruhi hasil
kajian. Ada dua pandangan menarik yang bisa di pahami oleh pembaca yaitu pandangan
kaum orientaki dan pandangan kaum oksidentalis,
Pada abad-19 para sarajasn Barat mernjadikan study Islam sebagai disiplin.
Disiplin inilah yang kemudian disebut dengan Orientalis. Yaitu, cara pandang sarjana
berbentuk manuskrip-manuskrip. Islam pada masa pertengahan telah meninggalkan
khazanah karya-karya tertulis yang sangat kaya dalam bentuk manuskri-manuskrip
diantara peradaban besar dunia lainnya. Hali ini yang menarik minat para kaum orientalis
untuk mengkaji Islam dari sudut pandang mereka sendiri. Yang menarik dari penjelasan
penulis adalah kritik-kritik mengenai pandangan kaum orientalis di sajikan secara
gambling. Sehingga para pembaca bisa lebih objektif dalam memahaminya
Setelah kaum orientalis kemudian muncul istilah oksidentalis. Yaitu, bagaimana
pandangan kaum sarjana muslim studi Islam. Bisa dikatakan kemunculan mereka sebagai
bentuk lain dari orientalis. Disini, penulis juga menjelaskan secara historis, bagaimana
kemunculan dari orientalis. Kemunculan oksidentalis, sesungguhnya bukan hanya di
pengaruhi oleh agama saja. Akan tetapi, factor politik dan ekonomi juga berperan besar,
hal inilah yang kemudian menjadikan para penduiduk yang tidak mampu mengambil
keuntungan dari kapitalisme menjadi termarjinalkan, mereka yang termarjinalkan sangat
membenci kapitalisme yang lekat dengan Image Amerika. Meskipun barat tidak di
artikan sebagai Amerika saja.
Oksidentalisme merupakan perang melawan gagasan tertentu dari barat. Mereka
menganggap bahwa westernisasi adalah penyakit yang menginfeksi semangat
orang-orang Jepang.13 Dari buku ini pembaca di paparkan secara rinci mengenai sejarah panjang
oksidentalisme baik dari sisi ekonomi, politik, maupun idiologi. 4. BAB IV
Setelah pembaca mendapat pemahaman tentang pengertian, sejarah studi Islam
dengan berbagai pendekatan dan metode, kemudian penulis menggiring pembaca kepada
menjadi beberapa bagian. Akan tetapi seluruhnya di dasarkan pada pengertin yang
sempit.
Akan tetapi penjelasan mengenai politik, pendidikan, disiplin ilmu pada Islam
juga di selipkan oleh penulis. Hasl ini dimaksudkan agar pembaca mendapatkan
pemahaman yang lengkap dan terperinci. Khusus dalam bab-4 ini menjelaskan mengenai
model kajian dengan pendekatan teks-teks Islam. Dalam hal ini adalah al-qur’an.
Pendekatan ini mengacu pada pengertian sempit dari studi Islam.
Pendekatan pertama melalui I’jaz klasik. Pada waktu itu, usdah banyak para
ilmuwan muslim yang mempelajari Islam melalui Al-qur’an. Salah satu focus mereka
adalah pada aspek keindahan dan kemukjizatan al-qur’an yang tiada tertandingi oleh
kitab suci manapn.14 Pada pendekatan ini memang lebih menekankan pada nilai-nilai
sastara dalam al-qur’an.
Selanjutnya adalah pendekatan sastra modern. Pada masa modern, pendekatan
kesusastraan al-qur’an juga berkembang bahkan lebih kompleks dari yang sudah ada.15
Tingkat kompleksitas pada pendekatan ini sangat tinggi. Salah satu tantangan terpenting
adalah bagaimana pandangan Islam dalam dunia modern ini. Selain itu, Islam juga
dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman. Hal ini kemudian yang menyebabkan
transformasi pandangan-pandangan Islam. Karena pada dasarnya suatu hukum itu harus
terikat ruang dan waktu. Masih ada beberapa pendekatan lagi yang bisa dipahami dari
buku ini. Kemudian penulis menyajikan juga pada bab selanjutnya mengenai model
kajian hadits. Model kajian ini menjadi menarik ketika perbedaan anatara kaum orientalis
dan oksidentalis terjadi. Dalam buku ini juga di jelaskan secara rinci mengenai
perbedaan-perbedaan tersebut,
5. BAB V
Setelah model kajian al-quran, kemudian penulis melanjutkan pada bab V
mengenai model kajian hadits. Pada pembahasan kali ini akan lebh menarik karena
pembaca disajikan perbeda’an pandanagn mengenai orientalis dan oksidentalis.
Pandangan mereka ini bisa dijadikan sebagai kritik atas dua metodologi tersebut.
Perbedaan anatara sarjana hadits Muslim dan sarjana hadits barat bersandar pada
perebedaan fundamental terhadap tradisi Islam secara keseluruhan.16 Dalam buku ini
pembaca dapat melihat bagaimana sikap dua sarjana tersebut dalam melihat hadits.
Sehingga pembaca juga mampu menciptakan kritik mereka sendiri atas dasar pemahaman
dari buku ini.
C. KESIMPULAN
Buku ini sangat bagus dan menarik untuk di bahas, selain menambah ilmu
dan wawasan saya tertarik untuk membacanya terus. karena banyak menggunakan
bahasa-bahasa ilmiah. Sehingga pembaca mampu menambah kosakata mereka
terkait bahasa ilmiah tersebut.
Dalam buku ini membahas mengenai pendekatan dan metode yang
digunakan dalam study Islam. Selain dari inti bab-bab yang saya kutipkan diatas
masih banyak lagi pembahasan dalam buku iniyang tidak kalah menarik, seperti
model kajian ilmu tasaswuf, ushul fiqih dan fiqih, hermeneutika dan masih