• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH APLIKASI CENDAWAN Beauveria bassiana (Balls.) Vuill. TERHADAP POPULASI HAMA TARGET DAN KERAGAMAN ARTHROPODA NON TARGET PADA TANAMAN SAWI ( Brassica juncea L).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH APLIKASI CENDAWAN Beauveria bassiana (Balls.) Vuill. TERHADAP POPULASI HAMA TARGET DAN KERAGAMAN ARTHROPODA NON TARGET PADA TANAMAN SAWI ( Brassica juncea L)."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

2.2.5 Keragaman Arthropoda Non-Target ... 10

(2)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Populasi Hama Target. ... 19

4.2 Intensitas Kerusakan... ... 23

4.2.1 Keparahan kerusakan... 24

4.3 Keragaman Arthropoda Non-Target. ... 25

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 29

5.1 Kesimpulan ... 29

5.2 Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 30

(3)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Nilai tengah Kepadatan Populasi Plutella xylostella

pada pertanaman sawi. ... 20 2. Nilai tengah Kepadatan Populasi Spodoptera litura

pada pertanaman sawi. ... 21 3. Nilai tengah Kepadatan Populasi Crocidolomia binotalis

pada pertanaman sawi. ... 22 4. Nilai tengah Keoadatan Populasi Hama Pemakan Daun Lain

pada pertanaman sawi. ... 23 5. Keparahan kerusakan tanaman sawi dengan perlakuan

Beauveria dan insektisida selama 3 kali aplikasi. ... 25 6. Populasi dan jenis-jenis arthropoda non target yang berada

dipermukaan tanah dan di Ground cloth. ... 26 7. Rata-rata indeks keragaman arthropoda non target (H') yang

diamati pada Permukaan tanah dan Ground cloth. ... 27 8. Data hasil pengamatan ke 1umur tanaman 2 MST

populasi Plutella xylostella. ... 32 9. Anova dari data hasil pengamatan ke 1 umur tanaman 2 MST

populasi Plutella xylostella. ... 32 10. Data hasil pengamatan ke 2 umur tanaman 3 MST

populasi Plutella xylostella. ... 32 11. Anova dari data hasil pengamatan ke 2 umur tanaman 3 MST

(4)

12. Data hasil pengamatan ke 3 umur tanaman 4 MST

populasi Plutella xylostella. ... 33 13. Anova dari data hasil pengamatan ke 3 umur tanaman 4 MST

populasi Plutella xylostella. ... 33 14. Data hasil pengamatan ke 1 umur tanaman 2 MST

populasi Spodoptera litura. ... 34 15. Anova dari data hasil pengamatan ke 1 umur tanaman 2 MST

populasi Spodoptera litura. ... 34 16. Data hasil pengamatan ke 2 umur tanaman 3 MST

populasi Spodoptera litura. ... 34 17. Anova dari data hasil pengamatan ke 2 umur tanaman 3 MST

populasi Spodoptera litura. ... 35 18. Data hasil pengamatan ke 3 umur tanaman 4 MST

populasi Spodoptera litura. ... 35 19. Anova dari data hasil pengamatan ke 3 umur tanaman 4 MST

populasi Spodoptera litura. .. ... 35 20. Data hasil pengamatan ke 1 umur tanaman 2 MST

populasi Crocidolomia binotalis. ... 36 21. Anova dari data hasil pengamatan ke 1 umur tanaman 2 MST

populasi Crocidolomia binotalis. . ... 36 22. Data hasil pengamatan ke 2 umur tanaman 3 MST

populasi Crocidolomia binotalis. ... 36 23. Anova dari data hasil pengamatan ke 2 umur tanaman 3 MST

populasi Crocidolomia binotalis. ... 37 24. Data hasil pengamatan ke 3 umur tanaman 4 MST

populasi Crocidolomia binotalis. ... 37 25. Anova dari data hasil pengamatan ke 3 umur tanaman 2 MST

populasi Crocidolomia binotalis. ... 37 26. Data hasil pengamatan ke 1 umur tanaman 2 MST

Populasi Hama Pemakan Daun Lain . ... . 38

27. Anova dari data hasil pengamatan ke 1 umur tanaman 2 MST

(5)

28. Data hasil pengamatan ke 2 umur tanaman 3 MST

Populasi Hama Pemakan Daun Lain . ... 38 29. Anova dari data hasil pengamatan ke 2 umur tanaman 3 MST

Populasi Hama Pemakan Daun Lain . ... 39 30. Data hasil pengamatan ke 3 umur tanaman 4 MST

Populasi Hama Pemakan Daun Lain . ... 39 31. Anova dari data hasil pengamatan ke 3 umur tanaman 4 MST

Populasi Hama Pemakan Daun Lain . ... 39 32. Jenis-jenis Arthropoda non target. ... 40 33. Data indeks keragaman Arthropoda non target (H')

pengamatan 1 umur tanaman 2 MST pada pertanaman sawi. ... . 40 34. Anova dari data indeks keragaman Arthropoda non target (H')

pengamatan 1 umur tanaman 2 MST pada pertanaman sawi. ... . 40 35. Data indeks keragaman Arthropoda non target (H')

pengamatan 2 umur tanaman 3 MST pada pertanaman sawi. ... ... 41 36. Anova dari data indeks keragaman Arthropoda non target (H')

pengamatan 2 umur tanaman 3 MST pada pertanaman sawi. ... 41 37. Data indeks keragaman Arthropoda non target (H')

pengamatan 3 umur tanaman 4 MST pada pertanaman sawi. ... .. 41 38. Anova dari data indeks keragaman Arthropoda non target (H')

pengamatan 3 umur tanaman 4 MST pada pertanaman sawi. ... .. 42 39. Data keparahan kerusakan pengamatan ke 1 umur tanaman 2 MST

pada pertanaman sawi. ... 42 40. Anova dari data keparahan kerusakan pengamatan ke 1

umur tanaman 2 MST pada pertanaman sawi. ... 42 41. Data keparahan kerusakan pengamatan ke 2 umur tanaman 3 MST

pada pertanaman sawi. ... ... 43 42. Anova dari data keparahan kerusakan pengamatan ke 2

(6)

43. Data keparahan kerusakan pengamatan ke 3 umur tanaman 4 MST

pada pertanaman sawi. ... ... 43 44. Anova dari data keparahan kerusakan pengamatan ke 3

umur tanaman 4 MST pada pertanaman sawi. ... 44 45. Data keparahan kerusakan pengamatan ke 4 umur tanaman 5 MST

pada pertanaman sawi. ... ... 44 46. Anova dari data keparahan kerusakan pengamatan ke 4

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tata Letak Percobaan ... 45

2. Jenis-Jenis Hama Lain yang ditemukan di lahan percobaan ... 46

3. Jenis-Jenis Arthropoda Non Target yang ditemukan di lahan percobaan ... 47

4. Jenis-Jenis Hama yang ditemukan di lahan percobaan ... 48

5. Kondisi Tanaman Sawi ... 49

6. Aplikasi Beauveria di lahan percobaan ... 49

(8)

ABSTRACT

THE EFFECT OF Beauveria bassiana (Balls.) Vuill. APPLICATION ON PEST POPULATION TARGET AND DIVERSITY NON TARGET

ARTHROPODS IN MUSTARD (Brassica juncea L).

By

Resma Nurmei Winda

The mustard plant Brassica juncea (L.) is a kind of vegetables that can grow at low and high plain. Like other crops, mustard is not immune from pest

infestation. One of the technique control that can be applied is

biological control using Beauveria bassiana. The objective of this research was to determine the effect of Beauveria bassiana applications against pest population target and diversity non target Arthropods in mustard Brassica juncea (L.).

This research was conducted in POLINELA (Politeknik Negeri Lampung), from August 2011 to January 2012. This research used Completely Randomized Design (CRD) consisted of three treatments including the control with six replications. The treatments consisted of control without treatments of pesticide (P0), the application of Beauveria bassiana (P1) and the application of insecticide (P2).

The results showed that aplication Beauveria bassiana with 1010 spore/ml did not effect on the population of Crocidolomia binotalis and Spodoptera litura but it decreased population of Plutella xylostella as high as 1,33 insect/plant on four weeks after planting. Diversity of non target Arthropods in Beauveria bassiana aplication was higher (0,88) than in insecticide aplication (0,86).

(9)

ABSTRAK

PENGARUH APLIKASI CENDAWAN Beauveria bassiana (Balls.) Vuill. TERHADAP POPULASI HAMA TARGET DAN KERAGAMAN

ARTHROPODA NON TARGET PADA TANAMAN SAWI ( Brassica juncea L).

Oleh

Resma Nurmei Winda

Tanaman sawi (Brassica juncea L) adalah tanaman sayuran yang dapat tumbuh di dataran rendah dan tinggi. Seperti tanaman budidaya lainnya, tanaman sawi juga tidak luput dari serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Salah satu teknik pengendalian yang dapat diterapkan adalah pengendalian hayati

menggunakan cendawan Beauveria bassiana. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi B. bassiana terhadap populasi hama target dan keragaman Arthropoda non target pada pertanaman sawi (Brassica juncea L). Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Berlangsung mulai dari bulan Agustus 2011 sampai dengan bulan Januari 2012. Penelitian ini menggunakan Rancangan percobaan Acak Lengkap (RAL) terdiri atas tiga perlakuan termasuk kontrol dengan enam ulangan. Perlakuan terdiri atas kontrol tanpa perlakuan pestisida (P0), yang di aplikasi Beauveria bassiana (P1), dan Perlakuan yang diaplikasi dengan insektisida (P2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Aplikasi B. bassiana dengan kerapatan 1010 spora/ml menurunkan populasi Plutella xylostella 1,33 ekor/tanaman pada 4 MST, namun tidak dapat mengendalikan hama pemakan daun lain pada pertanaman sawi dan tidak berpengaruh terhadap Crocidolomia binotalis dan Spodoptera litura. Aplikasi B. bassiana dapat menurunkan keragaman Artrhropada non target, tetapi lebih tinggi indeks keragamannya 0,88 dibandingkan dengan aplikasi insektisida 0,86 yang diukur dengan indeks Shannon.

(10)
(11)

I. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Berlangsung mulai bulan Agustus 2011 sampai dengan bulan Januari 2012.

3.2 Alat dan Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Beauveria bassiana kemasan yang berasal dari PT. Kusumasatria Agrobio Taniperkasa Jawa timur, benih sawi, pupuk kandang (dari kotoran sapi), kain putih (Ground clouth),

alkohol, insektisda berbahan aktif (Sipermetrin 50 g/l), tissue, tali rapia, label, plastik. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul,

bambu/kayu, ember, sprayer, botol koleksi, kuas kecil, mikroskop, cawan petri, dan pinset.

3.3 Metode Penelitian

Perlakuan dalam penelitian ini disusun dalam Rancangan Percobaan Acak

Lengkap (RAL) terdiri atas tiga perlakuan termasuk kontrol dengan enam ulangan sehingga terdapat 18 satuan percobaan.

(12)

1. Perlakuan 1 (p0) : Perlakuan kontrol tanpa aplikasi. 2. Perlakuan 2 (p1) : Aplikasi B.bassiana.

3. Perlakuan 3 (p2) : Aplikasi insektisida kimiawi.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Penyiapan Lahan

Tanah yang digunakan adalah tanah yang sebelumnya ditanami kedelai. Pertama dilakukan olah tanah dengan traktor agar tanah menjadi gembur dan

membersihkan dari sisa-sisa rumput. Sebelum menanam dibuat petakan dengan ukuran 2 m x 1 m, dengan jarak antar petak adalah 1 m untuk perlakuan kontrol maupun insektisida. Jumlah keseluruhan ada 18 petak.

3.4.2 Penanaman dan Pemeliharaan

Waktu penanaman benih dilakukan sore hari disemai terlebih dahulu dengan media tanah di polibag, setelah bibit berumur 2 minggu kemudian dipindahkan ke lahan pada pagi hari, dengan jarak tanam 10–15 cm.

Pemeliharaan tanaman meliputi melakukan penyiraman, penyiangan, dan

pemupukan. Penyiraman tanaman dilakukan pagi hari sekitar pukul 06.00 sampai 08.00 WIB dan sore hari pukul 15.00 sampai dengan 18.00. Alat yang digunakan untuk penyiraman yaitu gembor yang mempunyai lubang curah halus.

(13)

Waktu penyiangan adalah minggu kedua setelah tanam. Pemupukan dilakukan setelah tanam menggunakan Pupuk kandang (Nazaruddin, 1999). Pupuk diletakkan 5 cm dari tanaman yang digunakan dengan cara pemupukan awal terhadap tanamannya.

3.4.3 Aplikasi Pestisida

Aplikasi pestisida dilakukan sebanyak 3 kali yaitu ketika tanaman berumur 2, 3, 4 MST. Aplikasi pestisida dilakukan dengan penyemprotan yang bersamaan. Penggunaan B. bassiana dengan dosis 10 ml/ltr dengan kerapatan 1010 spora/ml yang disemprotkan ketanaman menggunakan hand sprayer. Sedangkan

penggunaan insektisida kimia dengan volume semprot 500 ml/ltr dan dosis 2-4 ml.

3.5 Pengamatan

3.5.1 Pengamatan Kepadatan Populasi Hama Target

Pengamatan hama target dilakukan setelah aplikasi insektisida dan B. bassiana 2 MST. Setelah dilakukan penyemprotan, hama diamati pada 3 tanaman sampel tiap petak yang di pilih secara acak sistematis menurut arah zig zag. Pada setiap tanaman sampel hama di amati secara langsung. Hama yang di temukan pada setiap tanaman di koleksi dan disimpan di botol spesimen berisi alkohol 70% kemudian di beri label untuk di bawa ke laboraturium. Identifikasi dan

(14)

hama dilakukan 3 kali yaitu 2, 3, 4 MST masing-masing diamati sekitar 10 menit setelah diaplikasi.

3.5.2 Pengamatan Intensitas Kerusakan

Pengamatan tingkat kerusakan tanaman meliputi pengamatan keparahan dan keterjadian kerusakan tanaman. Pengamatan kerusakan baik keterjadian dilakukan terhadap 3 tanaman sampel tiap petak yang dipilih secara acak sistematik menurut arah zig zag. Pengamatan keterjadian dilakukan dengan menentukkan terserang dan tidaknya tanaman oleh hama. Pengamatan keparahan dilakukan dengan memberi skor mulai dari 0 untuk tanaman tidak terserang dan skor 4 untuk tanaman yang rusak karena serangan hama. Pengamatan kerusakan tanaman dilakukan 4 kali yaitu 1, 2, 3, 4 MST. Pengamatan 1 MST dilakukan sehari sebelum aplikasi kemudian selanjutnya dilakukkan masing-masing satu minggu setelah aplikasi.

Keparahan kerusakan tanaman dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: I = Keparahan Kerusakan

Kerusakan pada setiap tanaman yang diamati dibedakan menjadi (5) lima kategori, yaitu:

0 = Tidak ada kerusakan

1 = Terdapat kerusakan pada tanaman 0%<x≤25%

2 = Terdapat kerusakan pada tanaman 25%<x ≤ 50%

3 = Terdapat kerusakan pada tanaman 50%<x≤75% 4 = Terdapat kerusakan pada tanaman 75%<x≤100% I = Σ ( n x v ) x 100%

(15)

Keterjadian dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Keterangan:

P = Keterjadian

a = Jumlah tanaman yang terserang N = Jumlah tanaman atau bagian

tanaman yang diamati

3.5.3 Pengamatan Arthropoda Non-Target

Pengamatan Arthropoda non target dilakukan dengan metode kain hampar

(Ground clouth). Pada setiap petak ditentukkan 3 titik sampel pengamatan secara zig zag. Pada setiap titik pengamatan kain hampar (Ground clouth) yang

berukuran 30x30 cm di hamparkan di bawah setiap tanaman sampel. Kain hampar dirancang dengan memberikan lubang tengah dikain kemudian digunting agar pangkal batang tanaman berada persis di tengah-tengah kain hampar. Setelah kain dihamparkan ditanaman kemudian tanaman dikibaskan sekali. Arthropoda yang jatuh dikoleksi dibotol spesimen yang berisi alkohol 70% untuk dibawa ke laboratorium Hama Jurusan Proteksi Tanaman Universitas Lampung. Kemudian di pilah-pilah menjadi kelompok Arthropoda target dan non target. Untuk Arthropoda non target diidentifikasi sampai dengan famili kemudian dihitung jumlah setiap jenis serangga.

(16)

H = Σ pi lnpi

Keragaman arthropoda non target dihitung dengan menggunakan indeks keragaman (diversity index) Shannon-Weaver (Price,1975)

dimana :

H ' = Indeks keragaman Shannon-Weaver pi = Jumlah arthropoda non target jenis i lnpi = Jumlah total arthropoda non target.

3.6 Analisis Data

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tata Letak Percobaan ... 45

2. Jenis-Jenis Hama Lain yang ditemukan di lahan percobaan ... 46

3. Jenis-Jenis Arthropoda Non Target yang ditemukan di lahan percobaan ... 47

4. Jenis-Jenis Hama yang ditemukan di lahan percobaan ... 48

5. Kondisi Tanaman Sawi ... 49

6. Aplikasi Beauveria di lahan percobaan ... 49

(18)

DAFTAR ISI

2.2.5 Keragaman Arthropoda Non-Target ... 10

(19)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Populasi Hama Target. ... 19

4.2 Intensitas Kerusakan... ... 23

4.2.1 Keparahan kerusakan... ... 24

4.3 Keragaman Arthropoda Non-Target. ... 25

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 29

5.1 Kesimpulan ... 29

5.2 Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 30

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Plantamor. Klasifikasi sawi.

http://www.plantamor.com/index.php?plant=225 sawi1. Akses 2011 Borror, D.J.,N.F. Johnson, dan C.A. Tripplehorn. 1992. Pengenalan Pelajaran

Serangga. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 1084 hlm. Fatimah. 2006. Uji Virulensi Cendawan Patogenik B. bassiana (Bals.).Vuil.

terhadap Ulat Grayak (Spodoptera litura (F.)). Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 22 hlm

Haryanto, D., A. Susilo, dan Prasetyo. 1993. Pengaruh Dosis dan Waktu Aplikasi Cendawan (Beauveria bassiana) Terhadap Efektivitas Pengendalian Bubuk Buah Kopi (Hypothenemus hampei). Prosiding Makalah Simposium Patologi Serangga 1. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Revised and Translate by P..A Van der Laan. P.T Ichtiar Baru Van-Hoeve. Jakarta. 701 hlm. Nazzaruddin. 1999. Budidaya dan pengaturan panen sayuran dataran rendah.

Penerbit Swadaya: Jakarta. 142 hlm.

Oka, I.N. 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 264 hlm.

Pracaya. 1999. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya: Jakarta. ---. 2009. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya : Jakarta. Rubatzky dan Yamaguchi. 1998. Sayuran dunia 2 : Prinsip produksi dan Gizi.

Penerbit ITB: Bandung. Hlm 107-109 dan hlm 147-148.

Rukmana, R dan Saputra, S. 1997. Hama Tanaman dan Teknik Pengendalian. Kanisius: Jakarta. 166 hlm.

Soetopo dan Indrayani. 2007. Status Teknologi dan Prospek B. bassiana Untuk Pengendalian Serangga Hama Tanaman Perkebunan yang Ramah Lingkungan. Balai penelitian Tanaman Tembakau dan Serat: Jawa timur Tjahyadi. 1989. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanisius. Yogyakarta. 147 hlm. Untung, K. 1996. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada

(21)

Wahyudi, T. 2004. Pengaruh Aplikasi Insektisida Piretroid terhadap Tingkat Kerusakan Tanaman Populasi dan Keragaman Arthropoda Target dan Non Target pada Pertanaman Sawi. Skripsi. Fakultas Pertanian.

Universitas Lampung. Bandar Lampung. 47 hlm

(22)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Aplikasi Beauveria bassiana dengan kerapatan 1010 spora/ml menurunkan populasi Plutella xylostella 1,33 ekor/tanaman pada 4 MST , namun tidak dapat mengendalikan hama pemakan daun lain pada pertanaman sawi dan tidak berpengaruh terhadap Crocidolomia binotalis dan Spodoptera litura. 2. Aplikasi Beauveria bassiana dapat menurunkan keragaman Artrhropada non

target, tetapi lebih tinggi indeks keragaman 0,88 dibandingkan dengan aplikasi insektisida 0,86 yang diukur dengan indeks Shannon.

5.2 Saran

(23)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Sayuran merupakan produk hortikultura yang menjadi sumber gizi penting bagi manusia. Sayuran menjadi bagian yang tak terpisahkan dari makanan pokok, karena pola makan sehat mengutamakan konsumsi sayuran secara proporsional dan teratur untuk mencukupi kebutuhan gizi (Sutarya dkk., 1995 dalam Wahyudi, 2004)

Kandungan nutrisi pada sayuran yang meliputi vitamin, karbohidrat dan mineral tidak dapat digantikan oleh makanan pokok. Nutrisi tersebut dibutuhkan untuk memperbaiki dan mempertahankan jaringan tubuh, sintesis enzim, ko-enzim dan hormon (William dkk.,1993). Vitamin dan mineral yang terkandung dalam sayuran berfungsi sebagai pengatur metabolisme tubuh yang dapat meningkatkan kecerdasan dan ketahanan tubuh. Karbohidrat di dalam sayuran terutama

selulosa, gula, dan zat tepung.

(24)

Rubatzky dan Yamaguchi (1998) mengatakan bahwa sawi sebagian besar tumbuh di wilayah iklim sedang, dan beberapa diantaranya bahkan tumbuh di iklim subartik. Berbagai tanaman Brassicaceae umumnya diketahui sebagai crucifer yang sangat dikenal karena sumbangannya bagi gizi manusia dan manfaatnya bagi kesehatan. Rasa getir adalah ciri umum famili ini.

Salah satu spesiesnya adalah sawi caisin, Brassica juncea (L.). Spesies ini berasal dari wilayah tengah Asia, dekat kaki Pegunungan Himalaya. Migrasi terjadi ke pusat domestikasi sekunder di India, wilayah tengah dan barat Cina, dan Wilayah Pegunungan Kaukasus. Catatan dalam Bahasa Sansekerta menunjukan bahwa tanaman ini ditanam sejak tahun 3000 SM (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Manfaat jenis sawi ini sangat beragam, sebagian besar bentuk sawi ini digunakan sebagai lalapan rebus. Daun bagian dalam tidak terlalu getir, dan disukai untuk salad, sedangkan daun terluar yang lebih tua beraroma keras, dan karena itu biasanya dimasak. Daunya bergizi, memiliki kandungan pro-vitamin A dan asam askorbat yang tinggi. Berbagai tanaman brassicaceae umumnya diketahui sebagai crucifer yang sangat dikenal karena sumbangnnya bagi gizi manusia dan

manfaatnya bagi kesehatan. Penelitian terkini menunjukkan bahwa beberapa crucifer mungkin memiliki sifat pencegah kanker (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

(25)

Hemiptera (kepik-kepikan), ordo Homoptera (Aphis sp), ordo Lepidoptera

(Plutella xylostella, Crocidolomia binotalis, dan Spodoptera litura), ordo Diptera (Dacus sp), ordo Isoptera (rayap), Thysanoptera (Thrips tabaci), dan ordo

Hymenoptera (Athalia sp) (William, 1993 dalam Wahyudi, 2004).

Salah satu upaya dalam pengendalian hama yaitu pengendalian hayati. Pengendalian hayati merupakan salah satu komponen utama PHT. Dalam pengendalian hayati terhadap hama tanaman digunakan agensia hayati untuk mengendalikan hama. Salah satu agensia hayati yang cukup potensial adalah cendawan patogenik B. bassiana. Pemanfaatan patogen untuk mengendalikan hama banyak memberikan keuntungan. Keuntungan penggunaan patogen antara lain tidak mencemari lingkungan, praktis, dan mudah dilaksanakan. Namun demikian aplikasinya yang efektif untuk pengendalian hama tanaman sayuran masih perlu terus dikembangkan (Haryanto, 1993 dalam Fatimah, 2006).

Belum diketahui apakah Aplikasi cendawan B. bassiana pada tanaman sawi mempengaruhi populasi hama target dan keragaman Arthropoda non target. Oleh karena itu, penelitian mengenai aplikasi cendawan B. bassiana terhadap populasi hama target dan keragaman Arthropoda non target pada pertanaman sawi perlu dilakukan.

1.2 Tujuan Penelitian

(26)

1.3 Kerangka Pemikiran

Sawi adalah tanaman sayuran dataran rendah maupun tinggi. Seperti tanaman budidaya lainnya, tanaman sawi juga tidak luput dari serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Serangan OPT tersebut menyebabkan produksi menurun, sehingga harus di kendalikan. Munculnya masalah serangan OPT umumnya disebabkan oleh pengendalian menggunakan bahan kimia pestisida yang tidak memperhatikan dosis.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan tekhnik pengendalian hayati menggunakan cendawan B. bassiana. Penggunaan B. bassiana untuk pengendalian hama pada tanaman sawi belum diterapkan oleh petani dikarenakan cendawan ini sulit didapatkan para petani.

Cendawan ini dilaporkan dapat menginfeksi berbagai jenis serangga hama. Tanaman sawi terdiri dari berbagai ordo oleh karena itu aplikasi cendawan ini mungkin tidak saja menginfeksi hama target tetapi juga Arthropoda non target.

1.4 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Beauveria bassiana mempengaruhi kepadatan populasi hama target.

(27)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 26 Mei 1988 di Tanjung Karang Bandar

Lampung, merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Resmi Jaya dan Ibu Mardiana. S.Pd.

Pada tahun 2000 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar SDN 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung; Sekolah Menengah Pertama SMPN 22 Bandar Lampung pada tahun 2003; dan Sekolah Menengah Atas SMAN 13 Bandar Lampung pada tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB), dan pada tahun 2008 di integrasikan pada Program Studi Agroteknologi.

(28)

MOTTO

"Kegagalan adalah awal dari sebuah kesusksesan

dan awal dari sebuah masa depan"

"Jika kamu ingin di hargai oleh orang lain maka

belajarlah menghargai orang lain"

"Kerjakan pekerjaan yang membawa berkah

bagimu dan bagi orang-orang yang kamu cintai"

" Jangan kau katakan memiliki masalah yang

lebih besar tapi katakanlah aku milik ALLAh

(29)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini kepada:

Ayahanda Resmi Jaya dan Ibunda Mardiana tercinta atas segala

pengorbanan baik moril maupun materil dalam membesarkan dan

memberi pendidikan terbaik kepada penulis serta doa restunya yang

selalu mengiringi setiap langkah kehidupan penulis.

Adik-adik ku tecinta Akbar, Faisal, Mario yang telah banyak memberi

motivasi, dorongan dan do'a serta sabar dalam menanti keberhasilan

penulis.

Almamaterku tercinta

(30)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Dengan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr.Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung;

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Purnomo, M. S., Ketua Jurusan Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas dukungan dan bantuannya; 3. Bapak Ir. Sudi Pramono.M.P., selaku pembimbing utama dan pembimbing

akademik atas bimbingan, saran, gagasan, dan arahannya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi;

4. Bapak Ir. Solikhin, M.P., selaku pembimbing kedua atas bimbingan dan saran dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini;

5. Dr. Ir. I Gede Swibawa, M.S., selaku Pembahas, yang telah memberi masukan dan saran kepada penulis;

6. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P. selaku Ketua Program Studi Agroteknologi atas dukungan dan bantuannya;

(31)

8. Ibunda Mardiana.S.Pd., dan Ayahanda Resmi Jaya tercinta atas segala do’a, dukungan, kepercayaan dan limpahan kasih sayang selama ini,

9. Adik-adikku tercinta, Akbar, Faisal, dan Mario terimakasih atas sukacita dan kebersamaan serta dukungannya, dan Farizal Erison yang telah meluangkan waktunya, memberikan bantuan, kasih sayang, dan tak pernah bosan

memberikan semangat.

10. Febriana Lestari dan Ovi Anasuri, teman seperjuanganku selama penelitian, atas semangat, kebersamaan, saran, kritik dan bantuannya.

11. Sahabatku, Selvi Helina, Uswatun Hasanah, Maria Teofani, Teresia atas saran dan semangat yang tak henti-hentinya.

12. Keluarga besar HPT 2007 , M. Badrus, Fajri, M. Jaya, Furqon, Yani, Rya, Stenia, Rani, Jojo, Anto, Alex, Alwi, Juki, Yanti, Syukur, wika, Eka, Meri, Riki, Ovi.e, Yuli, Aftecia, Juwita, Lilis, Kristin, Tedi, Suparman dan Herleo atas kekeluargaan dan kekompakannya selama ini.

13. Kanda dan yunda HPT 2006 yang tidak mungkin penulis menyebutkan satu persatu atas saran, bantuan dan motivasinya.

14. Semua pihak yang telah banyak membantuku selama kuliah dan penelitian yang takkan mungkin disebut satu persatu.

Semoga Allah SWT memberikan keberkahan kepada mereka semua, kepada penulis. Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat untuk orang lain. Bandar Lampung, April 2012

Penulis,

(32)

I. TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Tanaman Sawi

Tanaman sawi B. juncea (L.) menyerbuk sendiri, umumnya tahan terhadap suhu rendah, juga dikenal luas sebagai sawi India, sawi coklat, atau sawi kuning. Klasifikasi anggota B. juncea membingungkan karena terdapat berbagai bentuk yang berbeda dan karena beberapa jenis kadang-kadang disebut sebagai sawi Cina atau sawi Oriental. Contoh bentuk sawi B. juncea meliputi bentuk kepala, ukuran besar, kecil, daun keriting, tangkai daun besar, tangkai daun hijau, akar, batang besar, tajuk jamak, dan daftar nama lain yang hampir tak terhingga. Karakteristik ini telah diidentifikasi melalui subdivisi sebagai varietas botanis (Rubatzky dan Vincent, 1998). Menurut USDA sawi di klasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Dilleniidae

Ordo : Capparales

Famili : Brassicaceae (suku sawi-sawian) Genus : Brassica

Spesies : Brassica juncea (L.) (Plantamor, 2011)

(33)

spesiesnya. Tanaman yang menghasilkan daun sukulen besar sering disebut kubis, yang akar lumbungnya membesar disebut turnip, yang menghasilkan minyak biji disebut rape.

Sawi (Brassica juncea) berbeda dengan petsai (Brassica chinensis). Petsai adalah tanaman dataran tinggi sementara sawi bisa juga ditanam didataran rendah. Batang sawi ramping dan lebih hijau sedangkan batang petsai gemuk dan berkelompok dengan daun putih kehijauan. Ciri sawi yang khas ialah berdaun lonjong, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Sawi yang banyak ditanam di Indonesia sebenarnya dikenal juga dengan Caisin (Nazaruddin,1999).

Jenis sawi yang banyak ditanam terutama sawi hijau, sawi putih, dan sawi ladang. Sawi putih disebut demikian karena batang dan daunnya yang berwarna

keputihan. Nama lainya adalah sawi Jabung, daunya lebar dan batangnya pendek serta tegap, sawi ini rasanya enak. Sawi hijau juga berbatang pendek dan tegap, daunya lebih hijau dari sawi putih, tangkai daunya pipih, rasanya agak pahit, tetapi banyak disukai konsumen. Sedangkan sawi huma atau sawi ladang memiliki batang yang panjang dan langsing, daunya panjang dan sempit,

warnanya hijau keputih-putihan. Jenis sawi ini justru lebih menyukai tanah yang kering atau perladangan seperti nama yang disandangnya (Nazaruddin,1999).

(34)

ditanam pada saat musim kemarau asalkan airnya cukup tersedia untuk penyiraman.

1.2 Hama Target Tanaman Sawi

Hama target tanaman sawi terdiri dari ulat tritip (Plutella xylostella), Ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), Ulat grayak (Spodoptera litura). Selain hama target ada juga hama lain atau Arthropoda non target.

1.2.1 Ulat Tritip {(Plutella xylostella (L.)}

Pracaya (1999) menyebutkan bahwa ulat ini disebut ulat tritip, atau ngengat punggung berlian. Ulat ini tersebar di seluruh dunia, di daerah tropis, subtropis dan daerah sedang (temperate). Ciri khas dari tritip bila merasa ada bahaya akan menjatuhkan diri dengan mengeluarkan benang untuk menyelamatkan diri.

(35)

Ngengat betina dapat bertelur 180-320 butir. Umumnya telur diletakkan di balik daun satu per satu, kadang dua-dua atau tiga-tiga. Telurnya mengelompok dalam satu daun atau daun yang berlainan tanaman sehingga satu ngengat dapat bertelur pada banyak tanaman kubis. Setelah cukup umur, ulat mulai membuat

kepompong dari bahan seperti benang sutera abu-abu putih dibalik permukaan daun untuk menghindari panasnya matahari. Setelah selesai berubah menjadi pupa, kemudian mula-mula pupa berwarna hijau muda, kemudian berubah menjadi hijau tua dan akhirnya menjadi ngengat (Pracaya, 2009).

1.2.2 Ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis Zell.)

Ulat Crocidolomia binotalis ini termasuk ordo Lepidoptera famili Pyralidae yang banyak terdapat menyerang tanaman keluarga Brassicaceae. Ulat ini menyerang terutama bagian dalam yang terlindung daun hingga mencapai titik tumbuh. Apabila tanaman ini diserang penyakit maka tanaman dapat mati (Pracaya, 1999).

Hama C.binotalis menyenangi daun muda sampai titik tumbuh. Larva berwarna hijau, pada punggungnya terdapat garis berwarna hijau muda, warna samping kiri dan kanan hijau tua, serta pada lateral tersebut terdapat rambut dari chitine

(36)

1.2.3 Ulat grayak (Spodoptera litura)

Ulat grayak Spodoptera litura (F.) merupakan serangga polifag yang dapat hidup dan merusak berbagai komoditas pertanian, antara lain tembakau, kentang kedelai, kacang tanah, dan jenis tanman lainnya. Ulat ini tersebar di penjuru dunia seperti Jepang, Taiwan, Cina, Mesir, Srilanka, Filipina, Muangthai, dan juga Indonesia (Kalshoven, 1981).

Ulat grayak S. litura termasuk dalam keluarga Noctuidae, yang berasal dari bahasa latin Noctua yang artinya burung hantu. Ulat dan ngengat ulat grayak memang hanya keluar pada malam hari dan bersembunyi pada waktu siang hari (Pracaya, 1999). Umur ngengat umumnya pendek, yaitu hanya punya kesempatan bertelur 2-6 hari. Telur diletakkan berkelompok ± 350 butir. Ngengat betina mampu bertelur 2.000-3.000 butir. Telur akan menetas setelah 3-5 hari ( Rukmana dan Saputra, 1997).

(37)

Stadia larva 20-46 hari dengan lima instar. Larva instar 1 panjang tubuhnya kurang dari 2 mm, berwarna hijau dengan kepala hitam. Larva instar 2 mempunyai kepala berwarna cokelat muda, warna tubuhnya hijau kekuningan kemudian berubah menjadi hijau kecokelatan. Larva instar 3 pada abdomennya terdapat bintik-bintik hitam. Sedangkan pada larva instar 4 pada bagian dorsal abdomennya terdapat tiga garis kuning memanjang. Di atas garis tersebut terdapat bintik-bintik kuning berbentuk setengah lingkaran. Pada bagian lateral terdapat garis kuning dan putih yang memanjang. Larva instar 5 berwarna hitam, mempunyai garis kuning pada bagian dorsal yang kemudian berubah menjadi jingga (Wahyudi,1997 dalam Fatimah, 2006)

1.2.4 Hama Perusak dan Pemakan Daun Lain

Wahyudi (2004), serangga hama lain yang menyerang tanaman sawi meliputi ordo Coleoptera, Hemiptera (kepik-kepikan), Lepidoptera (pengorok daun), Nematoda, dan Orthoptera (belalang). Hama- hama tersebut merupakan hama sekunder dalam agroekosistem, tetapi jika kepadatan populasinya melampaui ambang pengendalian maka keberadaannya pada pertanaman sawi sewaktu-waktu berpotensi menyebabkan kerusakan yang berakibat kuantitas dan kualitas produk.

1.2.5 Keragaman Arthropoda Non-Target

(38)

penyerbuk (pollinater) misalnya lebah dan kupu-kupu bunga dan penghancur sisa bahan organik (decomposer) misalnya ordo Colembolla, Thysanura, dan Protura.

Keragaman spesies Arthropoda dapat diasumsikan dengan menghitung jumlah spesies yang ada di dalam suatu habitat menggunakan indeks keragaman (diversity index). Salah satu besaran yang dapat digunakan adalah indeks keragaman Shanon-Weaver (Price, 1975 dalam Wahyudi, 2004).

Salah satu parameter penting dalam segi ekologi adalah pengukuran terhadap keragaman Arthropoda, karena keragaman tersebut berkaitan erat dengan suatu dinamika populasi atau komunitas Arthropoda (Sutrisno, 1988 dalam Wahyudi, 2004).

1.3 Cendawan Beauveria bassiana

Menurut klasifikasinya, B. bassiana termasuk kelas Hypomycetes, ordo Hypocreales dari famili Clavicipitaceae. Cendawan entomopatogen penyebab penyakit pada serangga ini pertama kali ditemukan oleh Agostino bassi di Beauce, Perancis, yang kemudian mengujinya pada ulat sutera (Bombyx mori). Penelitian tersebut bukan saja sebagai penemuan penyakit pertama pada serangga, tetapi juga yang pertama untuk hewan. Sebagai penghormatan kepada Agostino Bassi,

cendawan ini kemudian diberi nama B. bassiana(Soetopo dan Indrayani, 2007). Cendawan B. Bassiana adalah suatu cendawan yang sangat berperan dalam pengendalian secara biologis hama-hama yang merugikan tanaman. Cendawan B. Bassiana merupakan cendawan parasitik yang termasuk dalam kelas

(39)

menempel kulit dan menembus masuk ke dalam tubuh serangga. Di dalam saluran pencernaan hama, B. Bassiana mengeluarkan enzim khitinase, protease, dan lipase yang menghancurkan pencernaan (Soetopo dan Indrayani, 2007).

Tahap serangan dimulai dengan penyerangan jaringan dan berakhir dengan pembentukan organ reproduksi cendawan. Akibat dari keseluruhan proses tersebut berakhir dengan kematian serangga. Serangga yang mati menunjukkan gejala seperti mumi karena cairan tubuh serangga digunakan untuk pertumbuhan cendawan dan seluruh permukaan tubuhnya akan ditutupi oleh massa cendawan dengan konidia berwarna seperti kapur putih. Serangga hama menjadi kaku dan mudah remuk seperti tepung.

Gambar

Tabel

Referensi

Dokumen terkait

eISSN: 2527-3671 dibuat adalah sistem informasi berbasis web dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP dan pengolahan data menggunakan MySQL, di mana nantinya hasil bimbingan

Limbah plastik jumlahnya semakin lama semakin banyak, untuk itu diperlukan pemanfaatan limbah tersebut dengan langkah mendaur ulang menjadi produk lain dalam bentuk butiran

mendukung siswa dalam melatih kemampuan berpikir kritis. Guru melaksanakan pembelajaran secara terpusat pada soal-soal yang terdapat di buku LKS. Sehingga siswa

Hasil didalam penciptaan karya ini berupa busana ready to wear dengan motif batik tumbuhan suweg yang di dominasi warna cerah seperti trend mode biopop.. Tumbuhan

Hasil penelitian terkait model pembelajaran yang berorientasi pada kerjasama kelompok seperti metode eksperimen dinyatakan berpengaruh terhadap motivasi, hasil belajar

Sebagai evaluator guru juga telah melakukan perannya dengan melihat dan menilai perkembangan karakter disiplin siswa agar selalu disiplin di dalam kelas di

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk mengetahui pengaruh yang diakibatkan parkir pada badan jalan (on street parking) terhadap kapasitas ruas jalan, untuk

Persentase penerapan sarana penyelamatan jiwa di gedung unit produksi plywood diperoleh sebagai berikut: jalan keluar persentasenya sebesar 100% sehingga termasuk dalam