• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN POE PADA MATERI TERMOKIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN POE PADA MATERI TERMOKIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh

PUSPITA AGUSTINA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan kimia

Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN POE PADA MATERI TERMOKIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN

INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP

Oleh

PUSPITA AGUSTINA

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model siklus

pembela-jaran Predict-Observe-Explain (POE) pada materi termokimia dalam meningkatan

keterampilan inferensi dan penguasaan konsep. Subyek dalam penelitian ini

adalah siswa kelas XI IPA1 SMA Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran

2012-2013. Penelitian ini menggunakan metode Pre-Eksperimen dan desain

One-Group pretest posttest. Efektivitas model pembelajaran POE diukur berdasarkan nilai n-gain. Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-ratan-gain keterampilan

inferensi dan penguasaan konsep masing-masing 0,59 dan 0,67. Dapat

disimpul-kan bahwa pembelajaran POE pada materi termokimia efektif dalam

meningkat-kan keterampilan inferensi dengan kriteria sedang dan penguasaan konsep dengan

kriteria sedang.

(3)
(4)
(5)

iii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Kontruktivisme ... 7

B. Model Pembelajaran POE... 8

C. Keterampilan Proses Sain... 11

D. Penguasaan Konsep ... 14

E. Kerangka Berpikir... 15

F. Anggapan Dasar ... G. Hipotesis Penelitian... 16 16 III. METODE PENELITIAN ... 17

(6)

iv

B. Variabel Penelitian... 17

C. Jenis dan Sumber Data ... 18

D. Intrumen dan Validitas ... 18

E. Desain dan Metode Penelitian... 19

F. Prosedur dan Pelaksanaan Penelitian ... 20

G. Teknik Analisis Data... 22

1. Menghitung nilai pretest dan postest ... 22

2. Menghitung n-gain ... 22

3. Penentuan Kriteria Nilai N-gain... 22

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 23

A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 23

B. Pembahasan ... 24

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 33

A. Simpulan ... 33

B. Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Pemetaan Indikator,SK, dan KD 37 2. Silabus... 44

3. RPP... 54

4. Lembar Kerja Siswa... 80

5. Kisi-kisi Soal Test ... 125

6. Soal Test... 127

7. Pensekoran dan Rubrik ... 132

(7)

v 9. Penilaian ... 138

10. Lembar Penilaian Afektif ... 140

(8)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Ilmu kimia merupakan cabang dari IPA yang mempelajari struktur,susunan,sifat

dan perubahan materi, sertaenergi yang menyertai perubahan materi. Sebagian

kecil ranah kimia bersifat kasatmata (visible), artinya dapat dibuat fakta

konkrit-nyadan sebagian besar ranah kimia yang lain bersif atabstrak atau tidak kasat mata

(invisible), artinya tidak dapat dibua fakta konkritnya (Depdiknas, 2003).

Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan kompleksnya tingkat berpikir

siswa, menuntut guru kimia untuk menciptakan pembelajaran yang mencerminkan

karakteristik dari pembelajaran sain yang meliputi proses, produk dan sikap.

Kimia sebagai pembelajaran sain dapat dilakukan dengan memberikan

pengala-man secara langsung kepada siswa. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengait-

kan masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari dengan materi yang akan

dipelajari.

Namun pada umumnya, pembelajaran kimia di sekolah cenderung hanya

mengha-dirkan konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori secara verbal tanpa membe-

rikan pengalaman bagaimana proses ditemukannya konsep, hukum, dan teori

(9)

dikatakan hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang

di-anggap penting. Mayoritas dalam proses pembelajaran, siswa dituntut untuk

menghafal sejumlah konsep yang diberikan oleh guru tanpa dilibatkan secara

langsung dalam penemuan konsep tersebut.

Hal ini diperkuat dengan observasi yang dilakukan di SMA Gajah Mada Bandar

Lampung, yang dalam proses pembelajarannya masih menggunakan metode

ceramah,kegiatan lebih berpusat pada guru, dan praktikum pada materi tertentu

saja seperti laju reaksi.

Dalam implementasi Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan (KTSP), guru

meru-pakan komponen yang sangat penting, sebab keberhasilan pelaksanaan proses

pendidikan sangat tergantung pada guru. Oleh karena itu upaya peningkatan

kua-litas pendidikan seharusnya dimulai dari pembenahan kemampuan guru. Salah

satu kemampuan yang harus dimiliki guru adalah bagaimana memilih suatu model

pembelajaran yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai,

karena tidak semua tujuan dapat tercapaihanya dengan satu model tertentu.

Untuk maksud tersebut model siklus pembelajaran POE diharapkan mampu

menjadi model pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran

kimia yang meliputi konsep-konsep dan penerapannya dalam kehidupan

sehari-hari. Menurut Indrawati dan Setiawan (2009) langkah dalam model siklus

pembe-lajan POE yaitu pertama prediksi pada tahap ini peserta didik diajak menduga apa

yang akan terjadi terhadap suatu fenomena yang akan dipelajari. Langkah kedua

observasi pada tahap ini guru meminta peserta di untuk melakukan kegiatan,

(10)

apa yang akan terjadi. Langkah ketiga eksplanasi pada tahap ini guru meminta

peserta didik untuk menjelaskan perbedaan antara prediksi yang dibuat dengan

hasil observasinya.

Dalam proses menggunakan model siklus pembelajaran POE siswa dituntut untuk

bersikap aktif dan sebanyak-banyaknya mengeluarkan apa yang mereka ketahui

dan pada akhirnya mereka merekonstruksi dan mengkombinasikan pengetahuan

awal mereka dengan pengetahuan yang baru mereka dapatkan. Sehingga dalam

halini guru perlu melatihkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep

kepada siswa

Keterampilan inferensi salah satu indikator dalam Keterampilan Proses Sains

(KPS). KPS dimaksudkan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan

intelektual atau kemampuan berpikir siswa. Selain itu juga mengembangkan

sikap-sikap ilmiah dan kemampuan siswa untuk menemukan dan mengembang-

kan konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan. Selanjutnya dapat digunakan untuk

menyelesaikan masalah-masalah. Pembelajaran dengan keterampilan proses

berarti memberi kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan,

tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan.

Penguasaan konsep adalah pengetahuan mengenai hasil pemikiran manusia yang

diperoleh melalui fakta-fakta dan peristiwa yang dinyatakan dalam definisi,

teori-teori dan dapat digunakan untuk memecahkan masalah (Dahar,1988).

Penelitian yang mengkaji penerapan model siklus pembelajaran POE adalah

(11)

biologi siswa kelas X SMA Negeri 1 Mengwi Jawa Tengah. Jenis penelitian yang

digunakan adalah quasi eksperimen dengan desain penelitian prettest posttest

control group design. Dari perhitungan n-Gain menunjukkan bahwa peningkatan

penguasaaan siswa yang memperoleh pembelajaran POE lebih tinggi jika

diban-dingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran laboratorium verifikasi.

Selanjutnya Aprilliantika(2011) melakukan penelitian tentang efektifitas model

pembelajaran POE pada materi reaksi reduksi dan oksidasi untuk meningkatkan

keterampilan komunikasi dan inferensi siswakelas X SMA Paramarta 1 Seputih

Banyak Lampung Tengah. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuasi

eksperimen. Dari perhitungan n-Gain menunjukkan bahwa peningkatan

pengua-saan larutan elektrolit dan non elektrolit,siswa yang memperoleh pembelajaran

POE lebih tinggi dan signifikan dibandingkan dengan siswa yang memperoleh

pembelajaran secara konvensional.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian yang berjudul

“Efektivitas Model Pembelajaran POE Pada MateriTermokimia dalam

Mening-katkan Keterampilan Inferensi dan Penguasaan Konsep”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah

1. Bagaimana efektivitas model pembelajaran POE pada materi termokimia

(12)

2. Bagaimana efektivitas model pembelajaran POE pada materi termokimia untuk

meningkatkan keterampilan penguasaan konsep?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan :

1. Efektivitas model pembelajaran POE dalam meningkatkan keterampilan

inferensi pada materi termokimia.

2. Eektivitas model pembelajaran POE dalam meningkatkan keterampilan

penguasaan konsep pada materi termokimia

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Siswa

Melalui penerapan model pembelajaran POE dapat meningkatkan keterampilan

inferensi dan penguasaan konsepsiswa, sehingga siswa dapat memahami materi

pelajaran dengan mudah khususnya pada materi termokimia

2. Bagi Guru dan Calon Guru

Memperoleh model pembelajaran yang efektif pada materi termokimia dalam

meningkatkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep siswa di sekolah

E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitianini adalah:

1. Kompetensi dasar pada materi yang dibahas dalam penelitian ini yaitu Mendes

(13)

2. Model pembelajaran POE dikatakan efektif apabila adanya perbedaan nilai

prettest dan posttest yang ditunjukkan dengan nilai n-Gain.

3. Model Pembelajaran POE melalui 3 (tiga) langkah utama, yaitu Prediction

(prediksi), Observation (observasi) dan Explanation (eksplanasi) menuru t

Indrawati dan Setiawan (2009)

4. Indikator keterampilan inferensi dalam penelitian ini adalah mampu membuat

suatu kesimpulan setelah mengamati fenomena setelah menginterpretasi data

dan informasi.

5. Penguasaan konsep berupa nilai siswa pada materi pokok termokimia yang

(14)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Konstruktivisme

Menurut Von Glaserfeld (1989) dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu

(2001) menyatakan bahwa: “Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat

pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil

kons-truksi (bentukan) kita sendiri”. Konstruktivisme juga menyatakan bahwa semua

pengetahuan yang kita peroleh adalah hasil konstruksi sendiri, maka sangat kecil

kemungkinan adanya transfer pengetahuan dari seseorang kepada yang lain.

Setiap orang membangun pengetahuannya sendiri, sehingga transfer pengetahuan

akan sangat mustahil terjadi. Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat

ditransfer dari orang yang mempunyai pengetahuan kepada orang yang belum

mempunyai pengetahuan. Bahkan, bila seorang guru bermaksud mentransfer

kon-sep, ide, dan pengertiannya kepada siswa, pemindahan itu harus diinterpretasikan

dan dikonstruksikan oleh siswa itu lewat pengalamannya (Triyanto, 2007).

Menurut Von Glaserfeld (1989) dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu

(2001), agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan:

1) Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman. Kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan kem-bali pengalaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasar-kan interaksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut; 2) Ke-mampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan

(15)

membanding-kan sangat penting agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi pengetahuan- nya; 3) Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang lain (selective conscience). Melalui “suka dan tidak suka” inilah muncul penilaian siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan bagi pembentukan pengetahuannya.

Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997), antara lain:

1) Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif; 2)Tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa; 3) Mengajar adalah membantu siswa belajar; 4)Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir; 5)Kurikulum menekankan partisipasi siswa; 6)Guru adalah fasilitator.

Secara keseluruhan pengertian pembelajaran secara konstruktivisme adalah pem-

belajaran yang berpusat pada siswa. Guru hanya berperan sebagai penghubung

yang membantu siswa mengolah pengetahuan baru, menyelesaikan suatu masalah

dan guru berperan sebagai pembimbing pada proses pembelajaran yang menyedia-

kan peluang kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan baru.

B. Model Pembelajaran POE

Model pembelajaran merupakan suatu pola yang dipilih oleh guru dalam

membe-lajarkan siswa. Menurut Sukamto dalam Trianto (2007), model pembelajaran

adalah kerangka konseptual yang melukiskan langkah-langkah yang sistematis

dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar

ter-tentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para

pengajar dalam merencanakan proses pembelajaran.

White dan Gustone (1992) memperkenalkan POE dalam bukunyaProbing

(16)

siswa, serta menimbulkan ide atau gagasan siswa dan melakukan diskusi dari ide

mereka. Prosedur POE adalah meliputi prediksi siswa dari hasil demonstrasi,

mendiskusikan alasan dari prediksi yang mereka berikan dari hasil demonstrasi,

dan terakhir menjelaskan hasil prediksi dari pengamatan mereka.

Model pembelajaran POE menggali pemahaman melalui 3 (tiga) langkah utama,

yaitu Prediction (prediksi), Observation (observasi) dan Explanation (eksplanasi)

menurut Indrawati dan Setiawan (2009) ketiga langkah utama dalam model

pem-belajaran POE yaitu :

a) Prediction (prediksi) pada tahap ini peserta didik diajak menduga apa yang akan terjadi terhadap suatu fenomena yang akan dipelajari; 2) Obser-vation (observasi) pada tahap ini guru meminta peserta didik untuk melaku- kan kegiatan, menunjukan proses atau demonstrasi dan peserta didik

diminta untukmencatat apa yang akan terjadi; 3) Explanation (eksplanasi) pada tahap ini guru meminta peserta didik untuk menjelaskan perbedaan antara prediksi yang dibuat dengan hasil observasinya.

Model Pembelajaran POE menurut Hakim (2012). Model pembelajaran POE

memilki 3 (tiga) langkah secara terinci, yang dimulai dengan guru menyajikan

peristiwa sains kepada siswa dan diakhiri dengan menghadapkan semua

ketidak-sesuaian antara prediksi dan observasi. Adapun ketiga langkah model pembel-

ajaran POE secara terinci sebagai berikut:

a. Membuat prediksi atau dugaan (P), 1) guru menyajikan suatu permasa-lahan atau persoalan; 2) siswa diminta untuk membuat dugaan (prediksi). Dalam membuat dugaan siswa di minta untuk berfikir tentang alasan mengapa ia membuat dugaan seperti itu.

b. Melakukan observasi (O); 1)siswa diajak oleh guru melakukan eksperi-men berkaitan dengan permasalahan yang disajikan di awal; 2) siswa di minta mengamati apa yang terjadi; 3) lalu siswa menguji apakah dugaan mereka benar atau salah.

(17)

penjela-san mengapa dugaannnya tidak benar; 3) atau guru dapat membantu siswa untuk mengubah dugaanya dan membenarkan dugaan yang semula tidak benar.

Model pembelajaran POE adalah cara penyajian pembelajaran yang memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan bantuan

guru. Model ini menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri

mengembang-kan kreatifitas dalam memecahmengembang-kan masalah, siswa betul-betul ditempatmengembang-kan

seba-gai subjek belajar.

Model pembelajaran POE lahir dari teori belajar konstruktivisme yaitu

penge-tahuan siswa dibangun sendiri melalui keterlibatan aktif dalam proses

pembel-ajaran. Maka orientasi guru dalam mengajar tidak hanya sebatas menyelesaikan

materi ajar saja tetapi juga tetap memperhatikan paham atau tidaknya siswa

ter-hadap bahan ajar tersebut. Menurut Suparno (2007) hal-hal yang perlu

diperhati-kan dalam model pembelajaran POE adalah sebagai berikut:

1) Masalah yang diajukan sebaiknya masalah yang memungkinkan terjadi konflik kognitif dan memicu rasa ingin tahu; 2) Prediksi harus disertai alasan yang rasional. Prediksi bukan sekedar menebak; 3) Demonstrasi harus bisa diamati dengan jelas, dan dapat memberi jawaban atas masalah; 4) Siswa dilibatkan dalam proses eksplanasi.

Menurut Nurjanah (2011), model pembelajaran POE memiliki beberapa kelebihan

Dan kelemahan. Adapun kelebihan model pembelajaran POE sebagai berikut:

(18)

Sedangkan kelemahan model pembelajaran POE menurut Nurjanah (2011) yaitu:

1) Memerlukan persiapan yang lebih matang, terutama berkaitan penyajian Persoalan kimia dan kegiatan eksperimen yang akan dilakukan yang akan dilakukan untuk membuktikan prediksi yang diajuka peserta didik; 2) Untuk melakukan pengamatan langsung memerlukan bahan-bahan, peralatan dan tempat yang memadai; 3) Untuk kegiatan eksperimen memerlukan kemam-puan dan keterampilan yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih professional; 4) Memerlukan kemampuan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan dan proses pembelajaran peserta didik.

C. Keterampilan Proses Sains

KPS dibutuhkan untuk menggunakan dan memahami sains (Hartono,2007).Untuk

dapat memahami hakikat IPA secara utuh, yakni IPA sebagai proses, produk, dan

sikap, siswa harus memiliki kemampuan KPS. Dalam pembelajaran IPA aspek

proses perlu ditekankan bukan hanya pada hasil akhir dan berpikir benar lebih

penting dari pada memperoleh jawaban yang benar. Dengan kata lain bila

sese-orang telah memiliki KPS, IPA sebagai produk akan mudah dipahami, bahkan

mengaplikasikan dan mengembangkannya. KPS merupakan esensial untuk setiap

guru sebagai bekal menggunakan dan mengajar metode ilmiah. KPS terdiri dari

beberapa keterampilan yang satu sama lain berkaitan dan sebagai prasyarat. KPS

penting dimiliki guru untuk digunakan sebagai jembatan untuk menyampaikan

pengetahuan/ informasi baru kepada siswa atau mengembangkan pengetahuan /

informasi yang telah dimiliki siswa.Menurut Semiawan (1992) keterampilan

proses sains adalah

(19)

Menurut Indrawati (1999) dalamNuh (2010) mengemukakanbahwa KPS

merupa-kan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun

psiko-motor) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau

teori, untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, atau pun untuk

melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan (falsifikasi)".

KPS bukan tindakan instruksional yang berada diluar kemampuan siswa. tetapi

di-maksudkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa.

Menurut pendapat Tim action Research Buletin Pelangi Pendidikan (1999)

kete-rampilan proses dasar (Basic Science Proses Skill) meliputi observasi, klasi-fikasi,

[image:19.595.112.512.412.743.2]

pengukuran, berkomunikasi dan menarik kesimpulan.

Tabel 1.1. Indikator keterampilan proses sains dasar Keterampilan

dasar

Indikator

Observasi Mampu menggunakan semua indera (penglihatan, pembau,

pendengaran, pengecap, danperaba) untuk mengamati,

meng-identifikasi, dan menamai sifat benda dan kejadian secara

teliti dari hasil pengamatan.

Klasifikasi Mampu menentukan perbedaan, mengkontraskanciri-ciri,

mencar ikesamaan, membandingkan dan menentukan dasar

penggolongan terhadap suatu obyek.

Pengukuran Mampu memilih dan menggunakan peralatan untuk

menentu-kan secara kuantitatif dan kualitatif ukuran suatu benda secara

benar yang sesuai untuk panjang, luas, volume, waktu, berat

dan lain-lain.Dan mampu mendemontrasikan perubahan suatu

satuan pengukuran kesatuan pengukuran lain.

(20)

atau pengamatan dengan tabel,menyusun dan menyampaikan

laporan secara sistematis, menjelaskan hasil percobaan,

mem-baca tabel, mendiskusikan hasil kegiatan suatu masalah atau

suatu peristiwa.

Inferensi Mampu membuat suatu kesimpulan tentang suatu benda atau

fenomena setelah mengumpulkan, menginterpretasi data dan

inormasi

Menurut Mahmuddin (2010) keterampilan proses dasar diuraikan sebagai berikut:

[image:20.595.115.505.83.231.2]

1) Observasi atau mengamati, menggunakan lima indera untuk mencari tahu informasi tentang obyek seperti karakteristik obyek, sifat, persamaan, dan fituridentifikasi lain; 2)Klasifikasi, proses pengelompokan dan penataan objek; 3)Mengukur, membandingkan kuantitas yang tidak diketahui dengan jumlah yang diketahui, seperti: standar dan non-standar satuan pengukuran; 4)Komunikasi, menggunakan multimedia, tulisan, grafik, gambar, ataucara lain untuk berbagai temuan; 5)Menyimpulkan, mem-bentuk ide-ide untu kmenjelaskan pengamatan; 6)Prediksi, mengembang-kan sebuah asumsi tentang hasil yang diharapmengembang-kan

Dari uraian di atas dapat diutarakan bahwa dengan penerapan pendekatan KPS

menuntut adanya keterlibatan fisik dan mental intelektual siswa. Hal ini dapat

digunakan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan intelektual atau

kemampuan berfikir siswa. Selain itu juga mengembangkan sikap-sikap ilmiah

dan kemampuan siswa untuk menemukan dan mengembangkan fakta, konsep, dan

prinsip ilmu atau pengetahuan. Keterampilan proses sebagaimanadisebutkan di

atas merupakan KPS yang diaplikasikan pada proses pembelajaran.

Pembentuk-an keterampilPembentuk-an dalam memperoleh pengetahuPembentuk-an merupakPembentuk-an salah satu penekPembentuk-anPembentuk-an

dalam pembelajaran sains. Oleh karena itu, penilaian terhadap keterampilan

pro-ses siswa harus dilakukan terhadap semua keterampilan propro-ses sains baik secara

(21)

D. Penguasaan Konsep

Konsep merupakan salah satu pengetahuan awal yang harus dimiliki siswa karena

konsep merupakan dasar dalam merumuskan prinsip-prinsip. Penguasaan konsep

yang baik akan membantu pemakaian konsep-konsep yang lebih kompleks.

Penguasaan konsep merupakan dasar dari penguasaan prinsip-prinsip teori,

arti-nya untuk dapat menguasai prinsip dan teori harus dikuasai terlebih dahulu

konsep-konsep yang menyusun prinsip dan teori yang bersangkutan. Untuk

mengetahui sejauh mana penguasaan konsep dan keberhasilan siswa, maka

diper-lukan tes yang akan dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai tertentu.

Pengua-saan konsep juga merupakan suatu upaya pemahaman siswa untuk memahami

hal-hal lain di luar pengetahuan sebelumnya. Jadi, siswa dituntut untuk

mengua-sai materi materi pelajaran selanjutnya Posner dalam Suparno (1997) menyatakan

bahwa dalam proses belajar terdapat dua tahap perubahan konsep yaitu tahap

asimilasi dana komodasi. Pada tahap asimilasi, siswa menggunakan

konsep-konsep yang telah mereka miliki untuk berhadapan dengan fenomena yang baru.

Pada tahapa komodasi, siswa mengubah konsepnya yang tidak cocok lagi dengan

fenomena baru yang mereka hadapi.

Guru sebagai pengajar harus memiliki kemampuan untuk menciptaka kondisi

yang kondusif agar siswa dapat menemukan dan memahami konsep yang

diajar-kan. Hal ini sesuai dengan pendapat Toulmin dalam Suparno (1997) yang

menya-takan bahwa bagian terpenting dari pemahaman siswa adalah perkembangan

(22)

menguasai konsep yang disampaikan guru. Penguasaan konsep adalah

kemam-puan siswa menguasai materi pelajaran yang diberikan.

D. Kerangka Berpikir

Berdasarkan tinjauan pustaka yang dikemukakan sebelumnya bahwa pada tahap

pertama model pembelajaran POEyakni prediksi dimana guru menyajikan suatu

permasalahan atau persoalan kimia kepada siswa yang berhubungan dengan

kehidupan sehari-hari. Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada

siswa untuk membuat prediksi. Dalam membuat dugaan siswa diminta untuk

berpikir tentang alasan mengapa ia membuat prediksi seperti itu serta menyimpul-

kannya. Pada tahap ini keterampilan inferensi dan penguasaan konsep mulai

ter-latih. Pada tahap keduayakni observasi, guru membimbing siswa untuk

melaku-kan eksperimen berkaitan dengan permasalahan kimia yang disajimelaku-kan pada tahap

prediksi untuk menemukan suatu konsep. Dengan eksperimen ini, maka siswa

dapat menguji apakah dugaan mereka benar atau salah. Siswa berdiskusi dengan

kelompoknya menggunakan LKS untuk menemukan suatu konsep berdasarkan

pengetahuan sebelumnya pada tahap prediksi. LKS yang digunakan dalam

pem-belajaran ini adalah LKS berbasis KPS yang berisi pertanyaan terkonstruk untuk

melatih kemampuan inferensi dan penguasaan konsep. Siswa diajak menjawab

pertanyaan berdasarkan hasil pengamatan, menyajikan data dalam bentuk tabel

atau grafik, menjelaskan data hasil pengamatan,menyimpulkan hasil pengamatan.

Dengan diskusi ini keterampilan inferensi dan penguasaan konsep sisa dapat

terlatih. Pada tahap ketiga yakni menjelaskan, dimana guru meminta siswa

(23)

mulai bisa menanggulangi kontradiksi-kontradiksi yang mungkin muncul pada

pemahaman mereka untuk melatih keterampilan inferensi dan penguasaan konsep.

Pada tahap ini diharapkan siswa dapat mengerti serta mengetahui teori termokimia

dalam kehidupannya sehari-hari.

Berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas, diharapkan model pembelajaran

POE dapat meningkatkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep siswa.

E. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:.

1. Perbedaan n-gain keterampilan inferensi dan penguasaan konsep siswa

semata-mata terjadi karena perubahan perlakuan dalam proses belajar.

2. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi peningkatan pencapaian

kete-rampilan inferensi dan penguasaan konsep pada materi termokimia siswa

kelas XI IPA1 SMA Gajah Mada Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013

pada kelas subyek diusahakan sekecil mungkin sehingga dapat diabaikan.

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis umum dalam penelitian inia dalah:

1. Model pembelajaran POE efektif dalam meningkatkan keterampilan inferensi

pada materi termokimia.

2. Model pembelajaran POE efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep

(24)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A.Subyek Penelitian

Penentuan subyek dalam penelitian ini dipilih peneliti dengan meminta masukan dari

Bapak Muhamad Ali sebagai guru bidang studi kimia yang memahami karakteristik

siswa kelas XI IPA SMA Gajah Mada Bandar Lampung untuk menentukan kelas

subyek yang akan digunakan. Subyek dalam penelitian ini adalah kelas XI IPA1

yang meng-gunakan model pembelajaran POE.

B. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu variabel bebas dan variabel

terikat. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi berubahnya variabel

terikat. Variabel terikat adalah variabel akibat atau variabel yang dipengaruhi oleh

variabel bebas (Purwanto dan Sulistyastuti, 2007). Sebagai variabel bebas dalam

penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran yang digunakan,yaitu pembelajaran

POE. Sebagai variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan yang diteliti

yaitu keterampilan inferensi dan penguasaan konsep pada materi termokimia siswa

(25)

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu nilai

prettest, hasil tes keterampilan inferensi dan penguasaan konsep sisw asebelum pembelajaran dan nilai posttest, hasil tes keterampilan inferensi dan penguasaan

konsep siswa setela pembelajaran. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa

kelas XI IPA1SMA Gajah Mada Bandar lampung

D. Instrumen dan Validitas

1. Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Soal prettest adalah materi termokimia yang terdiri dari 10 butir soal pilihan

jamak dan 4 butir soal uraian terlampir (lampiran 6 hal 129).

b. Soal posttest adalah materi termokimia yang terdiri dari 10 butir soal pilihan

jamak dan 4 butir soal uraian terlampir (lampiran 6 hal 129).

c. LKS yang digunakan disesuiakan dengan model pembelajaran POE dengan

keterampilan inferensi dan penguasaan konsep yang diamati.

d. Lembar aktivitas, yaitu lembar pengamatan terhadap aktivitas yang dilakukan

siswa selama proses pembelajaran.

e. Lembar penilaian kemampuan guru mengajar, yaitu lembar pengamatan yang

berisi aspek-aspek yang akan dinilai berupa kecakapan guru dalam mengajar.

2. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen, maka

(26)

kelompok atas dan bawah serta memiliki taraf kesukaran yang tidak terlalu mudah

dan tidak terlalu sulit. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur

apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara

tepat. Untuk itu perlu dilakukan pengujian terhadap instrumen yang akan digunakan.

Pengujian instrumen dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu cara judgment

atau penilaian, dan pengujian empirik.

Penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas isi adalah kesesuaian antara

ins-trumen dengan ranah atau domain yang diukur (Ali, 1992). Adapun pengujian

vali-ditas isi pada penelitian ini dilakukan dengan cara judgment. Dalam hal ini

pengu-jian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan

peneli-tian, tujuan pengukuran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya. Apabila antara

unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen di-anggap

valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang

bersangkutan. Karena berbagai hal dan keterbatasan peneliti, tim ahli, dalam hal ini

pembimbing, merekomendasikan pengukuran validitas instrumen saja.

E.Desain dan Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah Pre-Experimental Designs dan

mengguna-kan desain one-group prettest-potstest design yaitu ada pemberian tes awal sebelum

diberi perlakuan dan tes akhir setelah diberi perlakuan dalam satu kelompok yang

sama. Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Tabel 1. Desain penelitian

(27)

O1 adalah pretes yang diberikan sebelum perlakuan, O2 adalah postes yang diberikan

setelah perlakuan. X adalah perlakuan terhadap kelas subyek berupa penerapan

pembelajaran POE.

F. Prosedur dan Pelaksanaa Penelitian

1. Tahap pada penelitian

a. Mengadakan observasi ke sekolah tempa diadakannya penelitian untuk mendapat-

kan informasi tentang keadaan siswa, jadwal dan tata tertib sekolah, serta

sarana-prasarana yang ada di sekolah yang dapat digunakan sebagai pendukung

pelaksa-naan penelitian.

b. Menentukan kelas subyek.

c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan materi yang

akan diteliti,yaitu materi Termokimia.

d. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) yang disesuaikan dengan tahapan

pembala-jaran POE dengan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep yang diharapkan

akan dicapai siswa pada kelas subyek.

e. Membuat soal-soal prettest dan posttest keterampilan inferensi dan penguasaan

konsep.

f. Pengujian validitas instrumen dengan dosen pembimbing.

2. Tahap penelitian

Prosedur pelaksanaan di kelas yaitu pada kelas XI IPA1 diterapkan model

pembela-jaran POE. Urutan prosedur pelaksanaannya sebagai berikut :

(28)

b. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada materi termokimia dengan

meng-gunakan metode pembelajaran POE.

c. Melakukan posttest pada kelas subyek.

d. Menganalisis data yang diperoleh dan membuat kesimpulan

Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan di

[image:28.595.218.429.270.605.2]

bawah ini.

Gambar 1. ProsedurPelaksanaanPenelitian Penetapan subyek

Validasi instrumen

Pretest

Analisis Data

Kesimpulan Pembelajaran POE

postest

(29)

G. Teknik Analisis Data

Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti

yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah,

tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

1. Menghitung nilai prettest dan posttest

Nilai akhir pretest atau posttest dirumuskan sebagai berikut:

Nilai akhir

2. Menghitung n-gain

Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran POE dalam meningkatkan keterampilan

inferensi dan penguasaan konse siswa, maka dilakukan analisis nilai n-gain

ternor-malisasi. Perhitungan ini bertujuan untuk menentukan peningkatan keterampilan

inferensi dan penguasaan konsep siswa berdasarkan hasil pretes dan postes pada

masing-masing kelas sampel. Menurut Hake (dalam Meltzer, 2002)rumus n-gain

yang digunakan adalah sebagai berikut:

N-gain

3. Penentuan kriteria nilai n-gain yang dikemukakan oleh Hake (1999), yaitu :

(30)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan, maka dapat

disimpulkan bahwa:

1. Model pembelajaran POE pada materi termokimia efektif dalam meningkatkan

keterampilan inferensi termasuk dalam kriteria sedang

2. Model pembelajaran POE pada materi termokimia efektif dalam meningkatkan

penguasaan konsep termasuk dalam kriteria sedang.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Bagi calon peneliti lain yang ingin melakukan penelitian engan menggunakan

model POE agar lebih memperhatikan pengelolaan waktu dalam proses

pembelajaran sehingga pembelajaran lebih efektif dan maksimal.

2. Model Siklus Pembelajaran POE dapat dipakai sebagai alternatif model

pembe-lajaran bagi guru dalam kegiatan belajar mengajar yang dapat disesuaikan

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2004. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Costu, Baryam. 2008. “Learning Science through the PDEODE Teaching Strategy: Helping Student Make Sense of Everyday Situasions”. Eurasia Journal of Mathematics, Science and Tehnology Education. 4, (1), 3-9. Dahar, R.W. 1998. Teori-teori Belajar. Erlangga. Jakarta.

Depdiknas. 2003. KTSP Mata Pelajaran IPAuntuk SD dan Ibtidayah. Balitbang, Puskur. Jakarta : Depdiknas

Dewi (2008). pengaruh model pem-belajaran POE terhadap hasil belajar biologi. SMA Negeri .1 Mengwi:. Jawa Tengah.

Hartono. 2007. Profil Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Program

Pendidikan Jarak Jauh SI PGSD Universitas Sriwijaya. Seminar Proseeding of The International Seminar of Science Education, 27 Oktober 2007. Bandung.

Hake, R. R. 1999. Analyzing Change-Gain Scores

http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf. Diakses

20 Juni 2012.

Indrawati dan Setiawan. 2009. Pembelajaran inovatif Kreatif dan Inovatif untuk siswa sekolah dasar. [Online]. Tersedia di

http://www.p4tkipa.org/data/pakem/pdf.[22 Februari 2010].

Johari ,J.M.C, M. 2006. Kimia 1 SMA dan MA Kelas X. Esis. Jakarta

Mahmudin. 2010.Komponen Penilaian KPS. Mahudin (Ed). Oktober 2010.

9 Juli 2011 http://mahmudin.wordpress.com/-2010/10/komponen-penilaian-

k-p-s/ tembolok.html.

Melzer,David E.(2002). “The Relationship Reeturn Mathemathic Prepation and conseptual learning Gain in physic: A possible “Hidden Variable”in Diagnostic Pretest Scores. “American Journal Of Physics 70 (12)”

(32)

Nuh, Usep. 2010. Fisika SMA Online: Keterampilan Proses Sains. Artikel Pendidikan. Diakses 03 Februari 2012dari http://fisikasma

online.blogspot.com/2010/03/keterampilan-proses-sains.html

Nurjanah, A. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Tekanan dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa MTS. Tesis. FPMIPA Universitas Pendidikan

Indonesia. Bandung

Pannen, P. D. Mustafa, dan M. Sekarwinahyu. 2001. Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Dikti. Jakarta .

Purba, M. 2006. Kimia Kelas X. Erlangga. Jakarta.

Purwanto dan Sulistyastuti. (2007). Metodelogi Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sudjana,N. 2002. Metode Statistika Edisi Keenam. PT. Tarsito. Bandung.

Sagala, S. 2010. Konsepdan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung.

Semiawan, Cony. 1992. Pendidikan Ketrampilan Proses. Jakarta :Gramedia.

Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta.

Tim action Research Buletin Pelangi pendidikan. 1999. Proses Belajar Mengajar. Universitas Lampung.

Gambar

Tabel 1.1.  Indikator keterampilan proses sains dasar
gambar, ataucara lain untuk berbagai temuan; 5)Menyimpulkan, mem-
Gambar 1. ProsedurPelaksanaanPenelitian

Referensi

Dokumen terkait

3) Secara parsial, hanya dimensi reliability yang secara terpisah dapat memberikan pengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan, sedangkan variabel lainnya seperti

Berdasarkan paparan data tentang aktivitas dan prestasi belajar siswa Kelas IV-B SDN Kebonagung I Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo, peneliti melakukan refleksi

Hasil yang diperoleh pada titrasi asam kuat dan basa kuat dari ekstrak bunga bogenvil menunjukkan perubahan warna dari tak berwarna menjadi kuning, sedangkan

S 3 yaitu jarak yang ditempuh bola setelah menumbuk dinding BD dan sebelum memasuki lubang... Terdapat suatu engsel licin yang menghubungkan kedua ujung batang

Baca sejarah Bani Umayyah, lalu jelaskan kemajuan Islam di bidang apa saja yang dicapai pada masa itu.. Adakah hubungannya hasil kemajuan yang dicapai pada saat itu dengan kondisi

Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer. 12 Bahan hukum sekunder, meliputi literatur-literatur dan bahan-bahan yang

Evaluasi postur kerja dapat dilakukan dengan menggunakan metode ROSA ( Rapid Office Strain Assesment ).Faktor-faktor risiko dari penggunaan komputer terbagi atas

Hal ini berarti Ho ditolak, sehingga variabel kompensasi, dan budaya kerja organisasi mempunyai pengaruh secara bersama-sama dan signifikan terhadap kinerja pegawai Dinas