ABSTRAK
EFEK RADIASI LAMPU MERKURI TERHADAP MORFOLOGI ANAK MENCIT (Mus musculus)
Oleh:
Destia Putri Ariyani
Ilmu dan teknologi yang semakin berkembang, membuat banyaknya peralatan listrik modern. Lampu merkuri menjadi salah satu pilihan masyarakat karena dikenal lebih tahan lama dibandingkan dengan lampu lainnya. Namun, ion merkuri dalam lampu ini dapat menyebabkan efek toksik pada makhluk hidup. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek radiasi dari lampu merkuri terhadap morfologi anak mencit.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Zoologi FMIPA Universitas Lampung selama bulan Oktober hingga November 2012. Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan yaitu waktu pemajanan 0 jam/hari (kontrol), 4 jam/hari, 8 jam/hari, 12 jam/hari dan 16 jam/hari dengan 4 kali ulangan dimana pemajanan dilakukan sejak masa gestasi (hamil) hingga partus (melahirkan). Parameter yang diamati yaitu parameter utama meliputi pengukuran berat badan (g) dan pengukuran panjang tubuh (cm), serta parameter penunjang yaitu pengamatan kelengkapan anggota tubuh. Data parameter utama dianalisis menggunakan analisis ragam (Anara) dan diuji lanjut dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) dengan α = 5%. Sedangkan parameter penunjang dianalisis secara deskriptif.
Hasil analisis ragam berat badan anak mencit menunjukkan beda nyata dengan kontrol yang ditandai dengan penurunan berat badan pada anakan mencit. Pada analisis panjang tubuh anak mencit perlakuan 16 jam, berbeda nyata dengan perlakuan 4 jam, 8 jam, dan kontrol. Sedangkan, perlakuan 16 jam hanya sama dengan perlakuan 12 jam.3. Pada berbagai pemajanan, semua anakan mencit yang lahir memiliki angggota tubuh yang lengkap, tidak terjadi kecacatan tubuh jika dilihat dari tampilan morfologinya.
EFEK RADIASI LAMPU MERKURI TERHADAP MORFOLOGI
ANAK MENCIT (Mus musculus)
Oleh
Destia Putri Ariyani
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana sains
pada
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
EFEK RADIASI LAMPU MERKURI TERHADAP MORFOLOGI ANAK MENCIT (Mus musculus)
(Skripsi)
Oleh :
Destia Putri Ariyani
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Mencit (Mus musculus) ………... 12
Gambar 2. Anak mencit yang baru dilahirkan ……….… 14
Gambar 3. Diagram alir metode penelitian ………... 21
Gambar 4. Grafik pengaruh radiasi lampu merkuri terhadap rerata berat anak mencit (Mus musculus) yang induknya diberi pemajanan lampu merkuri selama kehamilan (21 hari) ………. 23
Gambar 5. Grafik pengaruh radiasi lampu merkuri terhadap rerata panjang tubuh anak mencit (Mus musculus) ……….… 24
Gambar 6. Merapikan kandang perlakuan ………... 37
Gambar 7. Lampu merkuri yang digunakan untuk pemajanan ………… 37
Gambar 8. Kandang besar yang berisi kandang perlakuan kecil yang berisi mencit ……….. 38
Gambar 9 . Kandang untuk perlakuan mencit ………. 38
Gambar 10. Cara mencit menjangkau tempat minumnya. ……….. 39
Gambar 11. Pemajanan mencit ... Gambar 12. Anakan mencit yang baru lahir ……… 39
Gambar 13. Cara pengukuran anak mencit ………. 40
Gambar 14. Perbandingan ukuran tubuh anak mencit ……… 40
Gambar 15. Pemberian pakan secara bergantian ……… 40
v
A. Gelombang Elektromagnetik ………... 6
B. Lampu Merkuri ………... 8
5. Lingkungan Hidup dan Makanan ……… 15
vi
III. METODE PENELITIAN ………... 17
A. Waktu dan Tempat ………... 17
B. Alat dan Bahan ………... 17
C. Cara Kerja ………... 18
1. Persiapan Hewan Coba ………... 18
2. Pemajanan ………... 18
3. Pengukuran Morfologi ………... 19
4. Pengolahan Data dan Analisis ……….. 20
5. Diagram Alir ………... 21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……….. 22
A. Hasil Penelitian ……… 22
1. Berat badan anak mencit ……… 22
2. Panjang tubuh anak mencit ……… 24
B. Pembahasan………. 25
V. SIMPULAN DAN SARAN ………. 28
A. Simpulan ……… 28
B. Saran ……….. 28
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Daftar sumber cahaya sinar UV ………... 10
Tabel 2. Rerata berat badan anak mencit (Mus musculus) yang induknya diberi pemajanan lampu selama kehamilan (21 hari) ………. 22
Tabel 3. Rerata panjang tubuh anak mencit (Mus musculus) yang induknya diberi pemajanan lampu merkuri selama kehamilan (21 hari) ……… 25
Tabel 4. Data berat badan anak mencit (gram) yang induknya diberi pajanan
lampu merkuri 0 jam (kontrol) ……… 31
Tabel 5. Data berat badan anak mencit (gram) yang induknya diberi pajanan
lampu merkuri selama 4 jam per hari selama 21 hari …………. 31
Tabel 6. Data berat badan anak mencit (gram) yang induknya diberi pajanan
lampu merkuri selama 8 jam per hari selama 21 hari ………….. 32
Tabel 7. Data berat badan anak mencit (gram) yang induknya diberi pajanan
lampu merkuri selama 12 jam per hari selama 21 hari ………… 32
Tabel 8. Data berat badan anak mencit (gram) yang induknya diberi pajanan
lampu merkuri selama 16 jam per hari selama 21 hari ……….. 33
Tabel 9. Analisis ragam (ANARA) berat anak mencit (gram) ………… 33
Tabel 11. Data panjang tubuh anak mencit (gram) yang induknya diberi pajanan
lampu merkuri 0 jam (kontrol) ………. 34
Tabel 12. Data panjang tubuh anak mencit (gram) yang induknya diberi pajanan
lampu merkuri 4 jam per hari selama 21 hari……… 34
Tabel 13. Data panjang tubuh anak mencit (gram) yang induknya diberi pajanan
lampu merkuri 8 jam per hari selama 21 hari ………. 35
Tabel 14. Data panjang tubuh anak mencit (gram) yang induknya diberi pajanan
lampu merkuri 12 jam per hari selama 21 hari ……… 35
Tabel 15. Data panjang tubuh anak mencit (gram) yang induknya diberi pajanan
lampu merkuri 16 jam per hari selama 21 hari ……… 36
Banyak kegagalan dalam hidup dikarenakan orang-orang tidak
menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat
mereka menyerah (Thomas Alva Edison)
Life is like a roller coaster.
It has its ups and downs.
But it’s your choice to scream
or enjoy the ride.
I want to sing like the birds sing,,,
not worrying about who hears or
what they think.
Karya kecil ini kupersembahkan kepada :
Papah (Alm) dan Mamah (Alm), Orang tua, Keluarga,
Sahabat, Teman, Rekan, Saudara,
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Teluk Betung, 26 Desember
1990. Penulis menyelesaikan pendidikan Taman
Kanak-kanak (TK) Tunas Muda pada tahun 1996,
Sekolah Dasar (SD) Kartika Sriwijaya Chandra
Kirana II-5 (SD Persit) pada tahun 2002, Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 4 Bandar
Lampung pada tahun 2005 dan Sekolah Menengah
Atas Negeri (SMAN) 10 Bandar Lampung pada
tahun 2008.
Pada tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung melalui jalur
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama menjadi
mahasiswa, penulis menjadi pengurus aktif dalam organisasi kampus Himpunan
Mahasiswa Biologi (HIMBIO).
ii SANWACANA
Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT atas berkat, rahmat, dan
hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Efek Radiasi Lampu Merkuri Terhadap Morfologi Anak Mencit (Mus musculus)”.
Pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya
kepada :
1. Bapak Drs. Hendri Busman, M.Biomed., selaku Pembimbing I, yang telah
dengan sabar membimbing, memberi masukan dan ide, perhatian,
semangat, serta waktu kepada penulis selama penulisan skripsi ini
berlangsung.
2. Ibu Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
Sekaligus sebagai Pembimbing II, yang telah membimbing, memotivasi,
memberikan arahan dan wejangan selama proses penyelesaian skripsi.
3. Bapak Dr. H. Sutyarso, M.Biomed., selaku Pembahas, yang telah
memberikan masukan, kritik, dan saran yang membangun kepada penulis
iii 4. Ibu Dra. Tundjung Tripeni Handayani, M.S., dan Ibu Dra. Eti Ernawiati,
M.S., selaku Koordinator Seminar Usul Penelitian.
5. Ibu Rochmah Agustrina, Ph.D., selaku Pembimbing Akademik, yang
selalu membimbing, memberi dorongan dan semangat serta segala
kemudahan dan nasihat yang selalu diberikan.
6. Ibu Dra. Sri Murwani, M.Sc., dan Bapak Drs. M. Kanedi, M.Si., selaku
Koordinator Seminar Hasil Penelitian.
7. Bapak Prof. Suharso, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam.
8. Bapak Dr. Warsito, S.Si. DEA., Drs. Rudi Ruswandi, M.Si., dan Dr.
Hardoko Insan Qudus, M.S., atas segala kemudahan, nasihat dan semangat
yang diberikan selama ini.
9. Mamah (alm) dan Papah (alm), untuk ilmu dan kasih sayang tak terhingga
yang selalu diberikan.
10.Kedua Orangtua penulis, Mami dan Bapak, serta Nurul dan Dana, atas
segalanya.
11.Bona Quinda dan Eka Sulpin Ariyanti, untuk segala pelajaran hidup dan
semangat kekeluargaan yang tak pernah padam.
12.Mbak Linda Suciati, Paklek Rasikun, Pa’ngah Tri Achmad Sofyan, Paksu
Ari Martadi, Pakcik Edy Priyatna, Pauoh Eko Yulianto, Om Suwarso,
Ma’uoh Nani Rustiani, Ma’ngah Henny Dwiyana, Makcik Marni Dewi,
Maksu Pinkan Taurisia, Te Sherly Pusparini, Mang Ja’i, dan Nangboru
iv 13.Rahmat Hidayat, Irke Novarainy, dan Dewi Selvia, untuk kerjasama,
semangat kebersamaan, dan hentakan demi kemajuan selama persiapan
penelitian hingga selesai.
14.Angkatan Biologi 2008 ; AdjieBastian, AnnisaDestiliani,
ArianandaDesmaria, AuliaRochma, BettySudarniyati, BonaQuinda,
CiciliaAprijaYanti, DeviEkaLestari, DeviMeytia, DewiDewanto,
DinastutiAnggraini, EkaTarnezhii, ElisAinii, EvanAvandi (alm),
FadliRomansa, IndahAriaPutri, IraAziska, IrkeSastrowardoyo, KikiNovia,
LindaSeptiani, LiraMerita, MastutiWidianingsih, MeytiIrlani,
MelindaSari, MuchlisAditya, AgusKurniawan, IrhamArfani, M.Kiki,
MulyaSari, NandoParulianSiagian, NeviSetyasih, NovriadiIsmail,
OktaliaAsmara, PestaShantyNababan, RahmatHidayat, ReniNugraha,
RinaMeriza, RiskiYuniarti, RitaZahara, RudiTauhid, RuriDaniar,
SungminAnggraini, TriJulianMuhar, MuthiaRahmatyka, WalArdi, Yeni,
Zulhafid, “BIONERS FM, S.Si.” tanpa terkecuali, untuk cobaan,
pelajaran, dan persahabatan yang telah kita lalui berjama’ah.
15.Ferdian Wiguna Nugraha, S.Si., Febri Wahyudi, S.Si., Akhmad Ponahan,
S.Si., Pius Dwi Setyo, S.Si., dan seluruh angkatan di Biologi, baik yang
telah ataupun yang akan S.Si.
16.MasYantoSupryanto, MasNomo’ dan pihak-pihak yang tidak dapat
disebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
Penyusun mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penyusunan ini
v Oleh karenanya, mohon kritik dan saran yang bersifat membangun, guna bekal
dalam penyusunan berikutnya.
Akhir kata, penyusun berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penyusun
khususnya dan pembaca pada umumnya.
Bandar Lampung, 9 April 2013
1 I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu dan teknologi yang semakin berkembang, membuat banyaknya
peralatan listrik modernyang menggunakan gelombang elektromagnetik
dalam kehidupan sehari-hari. Kemajuan ini dimanfaatkan oleh manusia
untuk meningkatkan kualitas hidup. Gelombang elektromagnetik ini
sebenarnya selalu ada di sekitar kita, misalnya saja sinar matahari atau
gelombang radio. Gelombang elektromagnetik sendiri adalah suatu
gelombang yang dapat merambat walaupun tidak ada medium. Energi
elektromagnetik dipancarkan, atau dilepaskan, oleh semua massa di alam
semesta pada level yang berbeda-beda. Semakin tinggi level energi dalam
suatu sumber energi, semakin rendah panjang gelombang dari energi yang
dihasilkan, dan semakin tinggi frekuensinya (Wardhana, 2000).
Lampu merkuri menjadi salah satu pilihan masyarakat sebagai alat
penerangan karena dikenal lebih tahan lama dibandingkan dengan lampu
biasa. Gelombang mikro yang dihasilkan lampu merkuri ini sendiri adalah
gelombang mikro yang setara dengan gelombang sinar ultraviolet. Jika
gelombang mikro ini terserap oleh tubuh makhluk hidup, maka akan
2 Merkuri merupakan logam yang dalam keadaan normal berbentuk cairan
berwarna abu-abu, tidak berbau dengan berat molekul 200.59, tidak larut
dalam air, alkohol, eter, asam hidroklorida, hidrogen bromida dan
hidrogen iodide; larut dalam asam nitrat, asam sulfurik panas dan lipid,
tidak tercampurkan dengan oksidator, halogen, bahan-bahan yang mudah
terbakar, logam carbide dan amine. Toksisitas merkuri berbeda sesuai
bentuk kimianya, misalnya merkuri inorganik bersifat toksik pada ginjal,
sedangkan merkuri organik seperti metil merkuri bersifat toksis pada
sistim saraf pusat (Alfian, 2006).
Salah satu efek yang akan timbul dari paparan gelombang elektromagnetik
ini adalah gejala agitasi yang dapat menaikkan suhu molekul air yang ada
di dalam sel-sel tubuh mahluk hidup. Agitasi ini dapat mempengaruhi
kerja susunan saraf, kerja kelenjar, kerja homeostatis ginjal, kerja hormon,
dan psikologis manusia (Wisnu, 2000).
Morfologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuk luar tubuh suatu
mahluk hidup atau suatu organisme. Dalam melakukan suatu penelitian,
dibutuhkan hewan percobaan. Hewan coba atau sering disebut hewan
laboratorium adalah hewan yang khusus diternakkan untuk keperluan
penelitian biologik. Hewan laboratorium tersebut digunakan sebagai
model untuk penelitian pengaruh bahan kimia atau obat pada manusia
3 Salah satu hewan percobaan yang sering digunakan adalah mencit (Mus musculus). Morfologi mencit yang kecil tampak praktis, sehingga dalam ruangan yang relatif kecil dapat dipelihara dalam jumlah yang banyak
(Amori, 1996).
B. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek radiasi dari lampu
merkuri terhadap morfologi anak mencit, meliputi berat badan, panjang
tubuh, dan kelengkapan anggota tubuh mencit, seperti kelengkapan tangan,
kaki,dan ekor.
C. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat
tentang bahaya radiasi gelombang elektromagnetik yang ditimbulkan oleh
lampu merkuri terhadap makhluk hidup.
D. Kerangka Pikir
Untuk memperoleh kenikmatan dan kemudahan, peralatan listrik semakin
banyak digunakan saat ini. Dengan atau tanpa kita sadari, kita dikelilingi
oleh medan listrik dan medan magnet. Beberapa penelitian menunjukkan
berbagai pengaruh gelombang ini terhadap timbulnya kanker ataupun
kerusakan sel-sel gamet yang mempengaruhi fertilitas, kehamilan, dan
4 Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang mampu merambat
tanpa adanya media. Salah satu teknologi industri yang menghasilkan
gelombang elektromagnetik yang besar yaitu lampu merkuri. Lampu
merkuri banyak digunakan oleh masyarakat karena kelebihannya yang
tahan lama (Wisnu, 2000).
Merkuri adalah senyawa logam yang mampu menjadi konduktor listrik
yang sangat baik. Setiap tahunnya, kurang lebih 10.000 ton merkuri
dihasilkan oleh sisa-sisa industri. Ion merkuri dapat menyebabkan efek
toksik pada manusia, dimana efek itu bergantung dari bentuk, komposisi,
dan lama berkembangnya (Darmono, 2001).
Adanya riwayat keterpajanan dalam pemakaian peralatan yang
menggunakan gelombang elektromagnetik, memungkinkan adanya
gangguan electrical sensitivity, yaitu gangguan fisiologis dengan tanda dan gejala neurologis maupun kepekaan, berupa gejala dan berbagai keluhan
(Anies, 2006).
Adanya medan listrik atau medan magnet yang lebih besar, dapat
mempengaruhi medan listrik endogen yang terdapat di dalam tubuh
makhluk hidup. Medan listrik endogen ini, berperan dalam mengontrol
mekanisme fisiologis tubuh, seperti aktifitas saraf otot, sekresi kelenjar,
fungsi membran sel, perkembangan dan pertumbuhan, serta perbaikan
5 Apabila gelombang elektromagnetik yang dipancarkan lampu merkuri ini
diserap oleh tubuh makhluk hidup secara berkala, maka akan muncul
gejala-gejala, baik yang terjadi di dalam tubuh maupun yang dapat diamati
secara langsung. Penelitian ini akan berfokus pada tampilan morfologi
anak mencit, apakah akan terjadi anomali atau kecacatan pada morfologi
anak mencit tersebut.
E. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah peningkatan efek
radiasi lampu merkuri pada induk mencit berpengaruh terhadap
6 II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Gelombang Elektromagnetik
Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang tidak memerlukan
media untuk merambat. Paparan gelombang elektromagnetik dapat
menyebabkan penurunan berat badan dan meningkatkan laju kematian
pada tikus, penurunan jumlah telur, dan berat testis pada tikus,
peningkatan stress oksidatif pada telur ayam, burung laut, dan eritrosit
manusia (Anies, 2005).
Gelombang elektromagnetik memiliki beberapa karakter yang bisa diukur,
yaitu frekuensi (F), panjang gelombang (λ), dan amplitude (A). Amplitude
adalah gelombang. Frekuensi adalah jumlah gelombang yang melintas di
suatu interval waktu, dengan satuan Hertz (Hz). Panjang gelombang
adalah jarak antara dua puncak atau lembah dalam gelombang, dengan
satuan meter (m). Panjang gelombang berbanding terbalik dengan
frekuensi, semakin tinggi panjang gelombangnya, maka semakin rendah
frekuensinya, dan sebaliknya (Akhadi, 2000).
Radiasi elektromagnetik adalah kombinasi medan listrik dan medan
magnet yang berosilasi dan merambat lewat ruang dan membawa energi
7 radiasi elektromagnetik. Gelombang elektromagnetik ini termasuk
gelombang transversal (Anies, 2005).
Gelombang elektromagnetik dari listrik dibagi dua, yaitu medan listrik dan
medan magnet. Medan listrik ditandai dengan adanya tegangan listrik
(V/m, Kv/m) dan medan magnet ditandai dengan adanya arus listrik yang
mengalir (Tesla) (Kase and Nelson, 1978).
Medan listrik adalah medan/ruang yang menimbulkan gaya pada partikel.
Medan listrik ini timbul karena adanya partikel bermuatan listrik, sehingga
medan listrik mempunyai arah sesuai dengan jenis muatannya, positif atau
negatif (Akhadi, 2000).
Medan magnet adalah medan atau ruang yang dapat menimbulkan gaya
pada benda-benda magnet atau bermuatan listrik. Kuat medan magnet
akan melemah jika jarak dari sumber semakin jauh. Medan magnet tidak
dapat dihalangi oleh benda-benda yang tidak permeabel, baik tubuh
mahluk hidup, bangunan, tanah, ataupun pohon (Akhadi, 2000).
Menurut Akhadi (2000), sumber gelombang elektromagnetik dibagi lima,
yaitu :
1. Osilasi listrik
2. Sinar matahari : menghasilkan sinar ultraviolet
8 4. Penembakan elektron dalam tabung hampa pada keping logam :
menghasilkan sinar x (untuk rontgen)
5. Inti atom yang tidak stabil : menghasilkan sinar gamma
Sifat gelombang elektromagnetik menurut Wardhana (2000), yaitu :
1. Dapat merambat dalam ruang hampa.
2. Merupakan gelombang arah rambat, jadi dapat mengalami
polarisasi transversal.
3. Dapat mengalami refleksi, refraksi, interferensi, dan difraksi.
4. Tidak dibelokkan dalam medan listrik maupun medan magnet.
Dalam terminologi Satuan Internasional (SI), densitas tenaga atau radian
diekspresikan dalam satuan watt per meter persegi (W/cm²). Adapun
medan listrik (E) dan magnetik (H) dapat diasosiasikan dengan satuan volt
per meter (V/m) dan amper per meter (A/m) (Wardhana, 2000).
Di Amerika, daya sampai dengan 10 mW/cm², masih termasuk dalam nilai
ambang batas aman untuk penelitian mengenai pengaruh gelombang mikro
terhadap tubuh manusia. Rusia menetapkan 0,01 mW/cm² sebagai nilai
ambang batas aman, namun di negara-negara lain belum dicapai kata
sepakat berapa nilai ambang batas aman tersebut (Wardhana, 2000).
B. Lampu merkuri
Merkuri (Hg) adalah logam yang memiliki titik penguapan yang besar,
9 listrik sebagai konduktor, baik tegangan tinggi maupun tegangan rendah
(Darmono, 2001).
Pemanfaatan logam merkuri saat ini sudah mencakup seluruh aspek
kehidupan manusia dan lingkungan. Dalam bidang industri, merkuri ini
banyak dimanfaatkan sebagai lampu penerang jalan raya (Darmono,
2001).
Lampu merkuri merupakan lampu tertua HID (High Intensity Discharge). Lampu merkuri ini merupakan lampu yang paling banyak digunakan untuk
penerangan taman karena bayangan yang dihasilkan oleh pancaran lampu
merkuri ini membuat warna hijau pada tanaman terlihat hidup. Pemancar
disimpan di bagian dalam bola lampu yang disebut tabung pemancar
(Darmono, 2001).
Tabung pemancar ini berisi gas merkuri (air raksa) dan dilapisi bahan
fluoresen. Tabung pemancar tertutup dalam bola lampu yang berada di
luarnya, yang diisi dengan nitrogen. Bahan merkuri ini berbahaya apabila
kontak atau masuk ke tubuh manusia. Merkuri adalah suatu logam yang
dapat mengakibatkan ruam bila terkena kulit, sakit kepala apabila terhirup,
dan memicu kejang pada penderita epilepsi. Lampu ini menghasilkan
sinar UV dengan panjang gelombang kurang dari 290 nm (Darmono,
10 Beberapa jenis lampu yang digunakan sebagai sumber cahaya sinar UV
buatan, dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Daftar sumber cahaya sinar UV
Sumber Daerah panjang gelombang efektif (nm)
A. Sumber Lemah
11 Kadar merkuri pada setiap bola lampu sekitar 1-5 mg dan tidak terlalu
berbahaya, jika tersapu angin. Apabila lampu ini pecah, bahan merkuri
dapat mencemari ruangan dan mengancam kesehatan manusia. Kadar
pencemaran merkuri bisa bertahan 5 jam pada ruangan tertutup. Untuk itu,
jendela harus segera dibuka selama 15 menit agar gas merkuri dapat hilang
dari dalam ruangan (Darmono, 2001).
C. Reproduksi Mencit
1. Asal Usul Mencit
Mencit liar atau mencit rumah (Mus musculus) termasuk dalam ordo Rodentia. Penyebarannya sangat luas, sering dipakai di laboratorium
sebagai hewan coba.
Menurut Amori (1996), mencit diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Class : Mamalia
Sub Class : Tetrapoda
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Genus : Mus
12 Ciri umum pada mencit yaitu memiliki hidung yang runcing, ukuran
badan kecil sekitar 6-10 cm, panjang ekor sama atau lebih panjang
sedikit dari kepala dan badan tidak berambut dengan ukuran 7-11 cm,
telinga tegak dan besar untuk ukuran hewan 15 mm/kurang. Ciri
tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 (Amori, 1996).
Gambar 1. Mencit (Mus musculus) (Amori, 1996).
2. Perkembangan Hidup
Pertumbuhan adalah proses pertambahan bobot sejalan dengan
pertambahan umur, sedangkan perkembangan adalah pergantian
bentuk, penyusunan panca indera, dan fungsi organ tubuh. Saat baru
lahir, anak mencit memiliki berat 0,5-1,5 gram, belum memiliki
rambut, dan kelopak mata masih menutup. Kanibalisme jarang terjadi,
namun betina tidak boleh diganggu selama proses kelahiran hingga 2
13 3. Siklus Breeding
Mencit yang telah dewasa dan siap dikawinkan memiliki bobot tubuh
28 gram untuk jantan dan 20-25 gram untuk betina. Lamanya gestasi
antara 18-21 hari, rata-rata 21 hari (Amori, 1996).
Mencit termasuk hewan polioestrus, siklusnya berlangsung setiap 4-5 hari sekali, lamanya birahi antara 9-20 jam, estrus terjadi setelah 20-40
jam setelah partus (Amori, 1996).
1-24 jam setelah partus, mencit dapat melakukan perkawinan lagi.
Fase estrus dimulai antara jam 4 sore sampai 10 malam. Biasanya
mencit betina kawin dalam 3 jam pertama periode estrus (Amori,
1996).
Pada mencit betina ditemukan adanya sumbat vagina (vaginal plug) di bagian lumen vagina, yang menandakan telah terjadi perkawinan.
Sumbat ini merupakan air mani yang menggumpal yang berasal dari
sekresi kelenjar khusus mencit jantan. Sumbat ini tetap berada dalam
vagina selama 16 jam sampai dengan 48 jam dan tidak mudah jatuh
keluar (Amori, 1996).
Mencit dapat melahirkan anak sejumlah 6-15 ekor per induk betina
dengan berat lahir berkisar 0,5-1,0 gram per ekor. Anak mencit yang
14 Gambar 2. Anak mencit yang baru dilahirkan (Amori, 1996).
Cara perkawinan mencit. Berdasarkan rasio jantan dan betina, perkawinan mencit dibedakan atas monogamus, triogamus, dan harem. Sistem monogamus terdiri dari satu jantan dan satu betina, triogamus
yaitu dengan satu jantan dan dua betina, dan harem yang terdiri dari
satu jantan dengan lebih dari tiga betina, di dalam satu kandang
(Priyambodo, 2003).
4. Sifat
Mencit merupakan hewan jinak, lemah, mudah ditangani, takut cahaya,
dan aktif pada malam hari. Mencit yang dipelihara secara soliter,
memiliki bobot yang lebih ringan dibandingkan mencit yang dipelihara
15 5. Lingkungan Hidup dan Makanan
Untuk memelihara mencit, dibutuhkan temperatur ruangan berkisar
antara 20ºC - 25ºC, mencit dapat dipelihara dengan baik pada
temperatur 70ºF - 80ºF, dengan kelembaban ruangan berkisar 45-55%.
Mencit liar bersifat omnivora, yaitu pemakan segala macam makanan
(Wisnu, 2000).
D. Gelombang Elektromagnetik Terhadap Makhluk Hidup
Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dengan kebutuhan energi
listrik, baik kebutuhan rumah tangga, pengobatan, kerja, dll. Kehadiran
medan listrik dan medan magnet disekitar kita tidak dapat dirasakan oleh
indera, kecuali jika intensitasnya besar dan hanya terasa bagi yang
hipersensitif (Dubroff, et al., 1996).
Terjadinya induksi medan dan arus listrik pada jaringan merupakan
mekanisme interaksi dan magnetik pada makhluk hidup. Jika tubuh
menyerap intensitas medan magnetik dan listrik yang relatif cukup, maka
akan merangsang sistem otot dan saraf dalam tubuh. Pada intensitas
rendah sekalipun, hal ini akan berpengaruh pada aktifitas modulasi di
dalam maupun sistem saraf (Jhon, 1996).
Adanya riwayat keterpajanan dalam pemakaian peralatan yang
menggunakan gelombang elektromagnetik, memungkinkan adanya
16 gejala neurologis maupun kepekaan, berupa gejala dan berbagai keluhan
(Anies, 2006).
Menurut Dubroff, et al., (1996), ada beberapa hal yang mempengaruhi terserapnya energi total dan distribusinya di dalam tubuh manusia,
diantaranya :
1. Frekuensi dan panjang gelombang medan elektromagnetik
2. Polarisasi medan EMF (Electric and Magnetic Fields) 3. Konfigurasi (seperti jarak) antara badan dan sumber radiasi
4. Keadaan paparan radiasi, seperti adanya benda lain di sekitar sumber
radiasi
5. Sifat-sifat elektrik (listrik) tubuh (konstan dielektrik dan
konduktivitas). Hal ini sangat bergantung pada kadar air dalam tubuh,
radiasi akan lebih banyak diserap pada media dengan konstan
dielektrik yang tinggi, seperti otak, otot, dan jaringan dengan kadar air
tinggi.
Dubroff, et al., (1996) juga mengatakan bahwa radiasi elektromagnetik berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan, diantaranya :
1. Sistem darah : Leukimia dan Limfoma maglinum
2. Sistem reproduksi pria : Infertil
3. Sistem saraf : Degeneratif saraf
4. Sistem kardiovaskular : Perubahan ritme jantung
17 III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober sampai November 2012,
bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah lampu merkuri
sebagai pemajan, lux meter untuk mengukur intensitas cahaya,
thermometer ntk mengukur suhu, jam tangan untuk menghitung waktu,
timbangan digital untuk menimbang berat badan mencit, milimeter blok
untuk mengukur panjang tubuh mencit, mencit dengan berat rata-rata
30-40 mg sebagai hewan coba, kandang mencit berjumlah 4 buah berukuran
40 x 50 cm untuk tempat tinggal mencit sebelum, saat, dan setelah dipajan,
tempat makan dan minum mencit, pellet ayam sebagai pakan mencit, air
putih untuk minum mencit, serbuk kayu untuk alas di dalam kandang, alat
tulis untuk mencatat data, cat untuk menandai kandang atau mencit, dan
18 C. Cara Kerja
1. Persiapan Hewan Coba
Sebelum penelitian, dilakukan persiapan yaitu mengawinkan mencit
betina dan mencit jantan dengan perbandingan 5;1 (5 mencit betina
dengan 1 mencit jantan) dalam satu kandang. Mencit yang digunakan
adalah mencit yang sehat, yakni berat badan selama aklimatisasi tidak
berkurang dari 10% dan visual menunjukkan perilaku yang normal
(Departemen Kesehatan RI, 1978).
Satu minggu sebelum perlakuan, dilakukan aklimatisasi terhadap
mencit dan membaginya menjadi dua kelompok, yaitu kelompok
kontrol dan kelompok perlakuan. Aklimatisasi bertujuan untuk
penyesuaian mencit terhadap lingkungan baru. Perlakuan diulangi
sebanyak tiga kali berdasarkan kelompok jam perlakuan.
2. Pemajanan
Mencit ditempatkan dalam empat kandang yang berbeda. Masing-
masing kandang berisi lima ekor mencit yang telah gestasi dan
dilakukan pemajanan. Perlakuan pemajanan yaitu dengan
menempatkan mencit pada ruang perlakuan dan dilakukan penyinaran
gelombang elektromagnetik dari lampu merkuri dengan jarak satu
meter dari mencit gestasi. Selama percobaan, mencit diberi makan
19 Dua puluh ekor mencit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan . Kelompok kontrol terdiri
dari empat ekor mencit yang tidak mendapat pemajanan sama sekali.
Kelompok ini digunakan sebagai acuan standarisasi pembanding
pengukuran yang akan dilakukan.
Kelompok perlakuan dibagi lagi dalam empat kelompok, yaitu
kelompok perlakuan 1, kelompok perlakuan 2, kelompok perlakuan 3.
Dan kelompok perlakuan 4. Kelompok perlakuan 1, terdiri dari empat
ekor mencit yang mendapat pemajanan sebanyak 4 jam sehari selama
21 hari. Kelompok perlakuan 2 terdiri dari lima ekor mencit yang
mendapat pemajanan sebanyak 8 jam sehari selama 21 hari.
Kelompok perlakuan 3 terdiri dari empat ekor mencit yang mendapat
pemajanan sebanyak 12 jam sehari selama 21 hari. Kelompok
perlakuan 4 terdiri dari empat ekor mencit yang mendapat pemajanan
sebanyak 16 jam sehari selama 21 hari.
Pemajanan dilakukan sejak mencit betina masa gestasi hingga partus,
kemudian akan dilakukan pengamatan terhadap anakan mencit.
3. Pengukuran Morfologi
Dilakukan pengukuran morfologi terhadap anak mencit, baik untuk
20 morfologi ini meliputi pengukuran berat badan, panjang tubuh, dan
melihat kelengkapan anggota tubuh, serta didokumentasikan.
4. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh adalah data primer, yaitu data yang diperoleh
langsung dari sumber. Analisis data menggunakan Analisis Ragam /
ANARA dan dilanjutkan dengan Uji BNT (Beda Nyata Terkecil).
21 5. Diagram Alir
Kerangka konsep penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai
berikut :
Persiapan Penelitian : -Kandang -Alat -Bahan
- Aklimatisasi dan Mengawinkan Hewan Uji
Pemajanan gelombang elektromagnetik dengan lampu merkuri
Menunggu kelahiran anakan mencit setelah 21 hari pemajanan
Pengukuran berat badan (g) Pengukuran panjang tubuh (cm) Pengamatan kelengkapan anggota
tubuh
Pengolahan Data
Penyusunan Laporan
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa :
1. Berat badan mencit dari hasil pemajanan lampu merkuri dengan lama
waktu 4 jam per hari, 8 jam per hari, 12 jam per hari, dan 16 jam per hari
berbeda nyata dengan kontrol dan menyebabkan penurunan berat badan
pada anakan mencit.
2. Panjang tubuh anak mencit yang induknya dipajan selama kehamilan (21
hari) pada perlakuan 16 jam, berbeda nyata dengan perlakuan 4 jam, 8 jam,
dan kontrol. Sedangkan, perlakuan 16 jam hanya sama dengan perlakuan
12 jam.
3. Pada berbagai pemajanan, semua anakan mencit yang lahir memiliki
angggota tubuh yang lengkap, tidak terjadi kecacatan tubuh jika dilihat dari
tampilan morfologinya.
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan variasi frekuensi pemajanan
yang lebih tinggi dan variasi waktu yang lebih banyak agar data yang diperoleh
DAFTAR PUSTAKA
Akhadi, M. 2000. Dasar-dasar Proteksi Radiasi. PT Bineka Cipta. Jakarta
Alfian, Z. 2006. Merkuri : Antara Manfaat dan Efek Penggunaannya Bagi Kesehatan Manusia dan Lingkungan. http://libraru.usu.ac.id/download/e-book/zul%20alfian.pdf. Diakses pada Desember 2012
Amori, G. 1996. Mus musculus. IUCN Red List of Threatened Species 2007. Diakses pada Juni 2012
Anies. 2005. Gangguan Kesehatan Akibat Radiasi Elektromagnetik. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. http://www.kompas.co.id/. Diakses 22 Juni 2012
Anies. 2006. SUTET. Potensi Gangguan Kesehatan Akibat Radiasi Elektromagnetik SUTET. PT Elex Media Komputindo. Jakarta
Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemarannya, Hubungannya Dengan Toksikologi Senyawa Logam. Universitas Indonesia Press. Jakarta
Departemen Kesehatan RI. 1978. Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta Dubroff, R.E., S.V. Marshall, dan G.G. Skitek. 1996. Electromagnetic Concepts
and Applications, 4th Edition. Prentice Hall International, Inc. London Irwan, S. 2009. Toksisitas dan transformasi merkuri.
http://www.chem-is- try.org/materi_kimia/kimia_anorganik1/khelasi-merkuri/toksisitas-dan-transformasi-merkuri/. Diakses pada Desember 2012
Jhon, L.C. 1996. Aplikasi Elektromagnetik, Jilid 1 Edisi Ketiga. Erlangga. Jakarta Kase, K.R., and W.R. Nelson. 1978. Concepts of Radiation Dosimetry. Pergamon
Press. New York
Kimbal, J.W. 1983. Biologi Jilid 3 Hal. 942. Erlangga. Jakarta
Rahayu, L. 2006. Pengendalian Hewan Percobaan. Laboratorium Farmakologi. Fakultas Farmasi Universitas Pancasila. Jakarta
Setowati, A. 2012. Bahaya Merkuri.
http://agustinsetiowati.blogspot.com/2012/06/bahaya-merkuri.html. Diakses pada Desember 2012
Sihombing, M. 2010. Status Gizi dan Fungsi Hati Mencit. Media Litbang Kesehatan volume XX nomor 1 tahun 2010. Laboratorium Hewan Percobaan Puslitbang Biomedis dan Farmasi
Wardhana, W.A. 2000. Energi Via Satelit Sebuah Gagasan Untuk Abad 21.
Majalah Energi Edisi no.7. Yogyakarta