• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KESADARAN LINGKUNGAN PADA NIAT BELI PERTAMAX SEBAGAI PRODUK HIJAU YANG DIMODERATORI OLEH HARGA PREMIUM (Studi Pada Konsumen Pertamax di Bandar Lampung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KESADARAN LINGKUNGAN PADA NIAT BELI PERTAMAX SEBAGAI PRODUK HIJAU YANG DIMODERATORI OLEH HARGA PREMIUM (Studi Pada Konsumen Pertamax di Bandar Lampung)"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KESADARAN LINGKUNGANPADA NIAT BELI PERTAMAX SEBAGAI PRODUK HIJAU YANG DIMODERATORI OLEH HARGA PREMIUM

(StudiPadaKonsumenPertamax diBandar Lampung)

Oleh

YUYUN YOCEPTA MI’RAJ

Skripsi

Sebagai Salah SatuSyaratuntukMencapaiGelar SARJANA ADMINISTRASI BISNIS

Pada

JurusanIlmuAdministrasiBisnis FakultasIlmuSosialdanIlmuPolitik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

Abstract

Influence Of Environmental Awareness Willingness To Buy Pertamax as Green Product Price Premium Moderatored

(Studies In Consumer PertamaxIn Bandar Lampung)

By

YuyunYoceptaMi'raj

The purpose of this study to determine the effect of consumer awareness of the willingness to buy green products are moderated by the premium price. Samples in this study are 100 respondents who had ever bought pertamax at the gas stations Antasari, Bandar Lampung. Sampling technique uses accidental sampling. Results of testing using software smartPLS (Partial Least Square) shows that consumer awareness of thewillingness to buy green product which ismoderatored by a premium price is not significant. Suggestions for future studies, other variables should added be to support in creating consumer awareness and willingness to buy green products such as knowledge, attitudes, and others.

(3)

ABSTRAK

PENGARUH KESADARAN LINGKUNGAN PADA NIAT BELI PERTAMAX SEBAGAI PRODUK HIJAU YANG DIMODERATORI OLEH HARGA PREMIUM

(Studi Pada Konsumen Pertamax di Bandar Lampung)

Oleh

YUYUN YOCEPTA MI’RAJ

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kesadaran konsumen terhadap keinginan membeli produk hijau yang dimoderatori oleh harga premium. Sampel pada penelitian ini sebanyak 100 responden yang sudah pernah membeli pertamax di SPBU Antasari Bandar Lampung. Teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Hasil pengujian menggunakan software smartPLS (Partial Least Square) menunjukkan bahwa variabel kesadaran konsumen terhadap keinginan membeli yang dimederatori oleh harga premium tidak signifikan. Saran untuk penelitian yang akan datang, hendaknya menambahkan variabel lain yang lebih mendukung dalam menciptakan kesadaran konsumen dan keinginan membeli produk hijau seperti pengetahuan, sikap, dan lain-lain.

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

a. Statistik Deskriptif ………. 27

b. Analisis Statistik Inferensial ………... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum …………..……….. 34

B. Karakteristik Responden ………. 36

1. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………… 36

2. Deskripsi Responden Berdasarkan Usia ………... 37

3. Deskripsi Responden Berdasarkan Profesi ………... 38

4. Deskripsi Responden Berdasarkan Pengeluaran Per Bulan .. 39

5. Deskripsi Responden Berdasarkan Merek Kendaraan………. 40

C. Hasil Analisis Data ………... 41

a. Variabel Kesadaran Lingkungan ……..……….. 41

b. Variabel Niat Beli ………... 47

c. Variabel Harga Premium ……… 51

D. Analisis Inferensial ………... 54

1. Model Pengukuran (Outer Model) ………. 55

2. Evaluasi Model Struktural ………. 60

E. Hasil Pengujian Hipotesis ……… 63

F. Pembahasan Hipotesis ……….. 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………... 66

B. Saran ………. 67

(9)

DAFTAR TABEL

No. Judul Tabel Halaman

3.1 Ringkasan Definisi Operasional ………. 24

3.2 Skala Likert ………. 25

4.1 Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………. 36

4.2 Jumlah Responden Berdasarkan Kelompok Usia ……… 37

4.3 Jumlah Responden Berdasarkan Profesi ………. 38

4.4 Jumlah Responden Berdasarkan Pengeluaran per Bulan ………... 39

4.5 Jumlah Responden Berdasarkan Merek Kendaraan ……….. 40

4.6 Jawaban Responden yang tahu penyebab pemanasan global ………….. 41

4.7 Jawaban Responden yang memiliki kesadaran akan lingkungan ……….. 42

4.8 Jawaban Responden yang bersedia ikut serta dalam melestarikan lingkungan ……… 42

4.9 Jawaban Responden yang menentang adanya tindakan perusakan lingkungan ……… 43

4.10 Jawaban Responden yang tahu pertamax memiliki gas buang yang lebih sedikit ……… 44

4.11 Jawaban Responden yang tahu bahan bakar kendaraan lebih hemat menggunakan pertamax ………. 45

4.12 Akumulasi Hasil Jawaban Variabel Kesadaran Lingkungan …….…… 46

(10)

4.14 Jawaban Responden yang akan merekomendasikan kepada

teman-teman untuk menggunakan pertamax ………..… 48

4.15 Jawaban Responden yang berniat menggunakan pertamax terus menerus ………. 49

4.16 Akumulasi Hasil Jawaban Variabel Niat Beli……… 50

4.17 Jawaban Responden yang bersedia membayar lebih untuk pertamax ………. 51

4.18 Jawaban Responden yang mengetahui pertamax yang mahal setara dengan kualitasnya ……….. 52

4.19 Jawaban Responden yang mengetahui pertamax mempunyai manfaat yang bagus untuk kendaraan ………... 53

4.20 Akumulasi Hasil Jawaban Variabel Harga Premium ……… 53

4.22 Hasil Uji Validitas Awal ... 55

4.23 Hasil Uji Validitas Akhir ... 56

4.24 Evaluasi Kriteria Indeks Kesesuaian Model Struktural Variabel Kesadaran Lingkungan ………..……….. 58

4.25 Evaluasi Kriteria Indeks Kesesuaian Model Struktural Variabel Niat Beli ………..……… 59

4.26 Evaluasi Kriteria Indeks Kesesuaian Model Struktural Variabel Harga Premium ……… 60

4.27 Evaluasi Model Struktural ……… 61

4.28 Hasil Pengujian Hipotesis ……… 63

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Gambar Halaman

2.1 Model Keputusan Konsumen ………. 8

2.2 Proses Pengambilan Keputusan ……….. 14

2.4 Kerangka Pemikiran ………... 21

3.1 Model Analisis Persamaan Struktural ……… 33

4.1 Hasil Pengujian Validitias dan Reliabilitas ………... 56

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kuesioner 2. Entry Coding 3. Quality Criteria

4. Laten Variable Correlations 5. Cross Loading

6. Path Coefficients 7. Outer Weights

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini kelestarian lingkungan menjadi sangat penting bagi kehidupan manusia di dunia karena kekhawatiran terhadap terjadinya bencana alam yang mengancam lingkungan serta generasi dimasa mendatang.Permasalahan lingkungan ini secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh kemajuan teknologi dan pengetahuan yang mencakup di semua aspek kehidupan.Kemajuan teknologi yang saat ini semakin pesat membuat banyak energi alam maupun buatan terbuang semakin banyak.Penebangan hutan secara terus menerus, pengerukan tambang-tambang emas menjadi salah satu contoh ulah manusia yang merusak alam.Hal-hal tersebut dilakukan hanya untuk mencari keuntungan semata tanpa memikirkan dampak yang terjadi kedepannya.

(14)

warmingadalah meningkatnya suhu di bumi ini, yang terjadi pada daratan dan lautan.Pemanasan global telah menjadi sorotan penting dari berbagai masyarakat belahan dunia, terutama negara yang mempunyai pola konsumsi tinggi atau gaya hidup konsumtif.

Permasalahan lingkungan saat ini menjadi tantangan besar bagi para perusahaan.Perusahaan harus pintar dalam membaca perilaku konsumen yang cenderung mengkonsumsi produk-produk yang tidak ramah lingkungan. Selain itu, perusahaan harus bisa membaca adanya perubahan pola hidup masyarakat yang saat ini mulai kritis dalam memilih produk yang ramah lingkungan.Produk tersebut tercipta karena adanya kesadaran akan pentingnya melestarikan lingkungan.

Masalah yang ditimbulkan dari isu-isu lingkungan sangat berbahaya jika tidak ada penanggulangan sejak dini. Salah satu cara untuk ikut melestarikan lingkungan adalah dengan cara memakai bahan bakar yang ramah lingkungan. Pertamax merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan karena tidak mengandung timbal dan mengurangi polusi udara.Secara prinsip, perlunya pengunaan pertamax sangat beralasan. Penggunaan BBM yang beroktan tinggi akan meningkatkan serta mempertahankan kinerja mesin. Pertamax memiliki oktan tinggi yaitu 92, semakin besar nilai oktannya maka semakin cepat bahan bakar terbakar pada mesin kendaraan.

(15)

adanyakeinginan mengembalikan kualitas dan keseimbangan lingkungan tempat tinggal.Adanya isu lingkungan yang semakin marak saat ini, maka konsumen akan memperhatikan, memahami, dan merespon masalah tersebut yang nantinya akan menimbulkan niat pembelian. Niat muncul karena adanya pesan yang direalisasikan dari perusahaan.

Produk yang ramah lingkungan mempunyai kecenderungan harga yang lebih mahal (harga premium) dibandingkan dengan produk-produk lainnya. Hal ini dikarenakan biaya produksi dan bahan-bahan yang digunakan adalah bahan yang mempunyai kualitas yang baik. Konsumen yang sadar lingkungan tidak akan mempermasalahkan tentang harga yang dipatok oleh perusahaan. Harga yang relatif lebih mahal seakan menjadi nomor sekian untuk mereka.Namun, harga tersebut terkadang masih menjadi kendala bagi sebagian konsumen yang ingin memilih produk ramah lingkungan.

(16)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas maka perumusan masalah dari penelitian ini adalah “Seberapa besar pengaruh kesadaran lingkungan pada

niat beli produk hijau yang dimoderatori oleh harga premium?”.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian dari latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kesadaran lingkunganpada niatbeli produk hijau yang dimoderatori oleh harga premium.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini terdiri atas manfaat teoretis dan manfaat praktis. 1.Manfaat Teoretis

a. Penelitian ini diharapakan dapat memberikan informasi tentang kesadaran lingkunganpada niatbeli produk hijau yang dimoderatori oleh harga premium.

(17)

2. Manfaat Praktis

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Konsumen

Semua tindakan yang dilakukan konsumen dalam memenuhi kebutuhannya disebut perilaku konsumen.Keterkaitan perilaku konsumen dengan kesadaran yaitu bahwa kesadaran adalah bagian atau termasuk kedalam perilaku konsumen.Berikut akan dijelaskan mengenai arti dari perilaku konsumen. 1. Pengertian Perilaku Konsumen

Konsumen adalah pemakai, penikmat, dan pemanfaat barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat. Menurut Solomon (2002) bahwa perilaku konsumen merupakan suatu proses individu ataupun kelompok dalam memilih, membeli, menggunakan, dan pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan.

(19)

mempunyai arti perilaku konsumen yaitu pertukaran di antara individu.Salah satunya dengan adanya peran pemasaran adalah untuk menciptakan pertukaran dengan konsumen melalui formulasi dan penerapan strategi pemasaran.

Dalam penelitian ini perilaku konsumen yang dibutuhkan adalah perilaku konsumerisme lingkungan.Perilaku konsumerisme lingkungan yaitu upaya yang dilakukan konsumen untuk melindungi diri seseorang dan bumi ini dengan membeli produk-produk yang ramah lingkungan (Ottman, 1994).Selain itu terdapat pula gerakan environmentalisme yaitu gerakan terorganisasi dari warga negara dan badan pemerintah yang peduli terhadap perlindungan dan perbaikan lingkungan hidup masyarakat (Kotler, 2008).

(20)

Gambar 2.1 Model Keputusan KonsumenHoward and Sheth

Sumber: Sumarwan (2004)

Teori-teori yang sudah dijelaskan tentang perilaku konsumen menjelaskan bahwa seseorang konsumen akan melakukan pilihan terbaik untuk memenuhi kebutuhannya. Tetapi dalam memenuhi kebutuhannya tersebut, konsumen pasti akan mendapatkan kendala-kendala yang terkait dengan keputusan mereka. Banyak faktor-faktor yang dihadapi konsumen dalam pengambilan keputusan.Gambar diatas adalah model yang dikembangkan oleh John A. Howard dan Jagdish N Sheth, Mereka memberikan kontribusi penting bagi teori perilaku konsumen.

(21)

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah seluruh proses yang saling berkaitan satu sama lain dan harus dilalui oleh konsumen mulai dari melakukan pemilihan, mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau dapat mempergunakan barang-barang dan jasa.

B. Kesadaran Konsumen

Kesadaran konsumen akan suatu produk merupakan suatu hal yang sangat penting sebelum mereka melakukan pengambilan keputusan suatu produk untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam hal ini kesadaran konsumen akan lingkungan yang mereka rasa mempunyai konsekuensi terhadap lingkungan atau mempunyai dampak terhadap lingkungan maka konsumen akan memilih atau membeli produk yang ramah lingkungan. Konsumen merasa perlu bertanggung jawab akan keberlanjutan lingkungan mereka dan kesadaran juga terbentuk karena adanya perubahan pola pikir konsumen terhadap lingkungan. Kesadaran konsumen berkaitan dengan kualitas lingkungan dan terpeliharanya sumber daya alam pada kondisi kehidupan akan menjamin keseimbangan dan keberlanjutan alam dan lingkungannya (Jiuan et al., 2001).

Kesadaran Lingkungan

(22)

memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi sumber-sumber kerusakan lingkungan, memiliki pengetahuan lingkungan yang aman dan sehat, merasa bertanggung jawab dalam mencegah kerusakan lingkungan dan menentang kegiatan yang merusak lingkungan serta berkarya terhadap lingkungan dan yang terakhir bersedia ikut ambil bagian dalam kegiatan yang berkaitan dengan lingkungan (Potabenko, 2004).

Kesadaran lingkungan merupakan hal yang perlu ditumbuh kembangkan untuk membentuk sikap positif terhadap lingkungan. Orang yang memiliki kesadaran akan pentingnya lingkungan akan bertindak untuk menciptakan serta mengelola lingkungan yang bersih. Begitupun dengan konsumen, konsumen yang mempunyai sikap positif terhadap lingkungan maka ia akan memilih produk-produk yang ramah lingkungan atau produk hijau (green product). Menurut David dalam Sumarwan (2012) dengan adanya peningkatan kesadaran akan sebuah produk hal tersebut dapat meningkatkan pemikiran kritis, bertambahnya pengetahuan sosial dan kehidupan.

(23)

dikendalikan oleh individu konsumen dengan melakukan perubahan memilih dan mengkonsumsi barang tertentu yang ramah terhadap lingkungan (Martin & Simintras, 1995 & Yam-Tang & Chan, 1998).

Sedangkan menurut Krech and Crutcfield (1985) menyatakan bahwa tingkat kesadaran masyarakat terhadap lingkungan terjadi sebagai akibat berkembangnya pemahaman terhadap lingkungan itu sendiri ataupun akibat terjadinya perubahan kebutuhan nilai-nilai yang dianut, sikap dan karakteristik individu.Menurut Iskandar (2003) terdapat keterkaitan yang sangat erat antara pandangan manusia terhadap kelestarian lingkungannya.Selanjutnya dikatakan pula bahwa pandangan manusia tersebut tergantung dari pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya, serta norma-norma yang terdapat di sekitar lingkungan tempatnya berada.

Selain itu pada penelitian Straughan dan Robert (1999) kesadaran lingkungan adalah wawasan konsumen tentang lingkungan yang dipersepsikan dalam berperilaku sadar terhadap lingkungannya atau

ecologically conscious consumer behavior.Laroche Michel et al., dalam Sumarwan (2012) membagi tiga kategori konsumen yang mempunyai kesadaran terhadap keberlanjutan lingkungan. Tiga kategori tersebut ialah :

a. Konsumen yang bersedia membayar harga premium atau konsumen yang mempunyai willingness to pay (WTP) atas produk-produk yang memperhatikan keberlangsungan lingkungan.

(24)

misalnya meneliti produk yang akan dibeli berasal dari bahan yang bisa diolah kembali atau dari bahan yang ramah lingkungan.

c. Konsumen yang mempunyai keberpihakan terhadap lingkungan dengan membeli produk-produk yang sesuai. Misalnya membeli produk body shop.Produk Body Shop termasuk produk yang mempunyai keberpihakan terhadap lingkungan karena bahan yang digunakan merupakan bahan-bahan yang alami dari tumbuhan dan kemasannya dapat digunakan kembali atau diisi ulang.

Menurut Sumarwan (2012) proses pengambilan keputusan tidak akan berjalan baik apabila tidak didahului dengan kesadaran (awareness)

terhadap objek atau produk yang dipilih. Namun, selain informasi dari lingkungan itu sendiri diperlukan pula sebuah sikap, hal ini disebabkan karena kesadaran adalah bagian dari sikap.Sikap (attitude) adalah suatu keadaan pada diri seseorang untuk berperilaku suka atau tidak suka ketika dihadapkan kepada satu situasi (Nitisusastro, 2012). Pada penelitian Lorache (2001) konsumen yang mengkonsumsi produk ramah lingkungan akan mengetahui kondisi lingkungannya. Oleh karena itu, persepsi mereka mengenai tingkat kerusakan lingkungan dapat mempengaruhi sikap konsumen dalam mengkonsumsi produk-produk ramah lingkungan.

C. Niat Beli

(25)

memutuskan kapan ia akan menggunakan dan membeli produk tersebut. Selain itu niat bisa datang dari rangsangan luar yaitu datang dari pengaruh orang-orang sekitar yang menggunakan suatu produk tertentu.Niat membeli produk hijau dalampenelitian ini didefinisikan sebagaikeinginan, rencana dan kemungkinanpelanggan untuk membeli produk hijau(Soderlund dan Ohman dalamRohayati, 2005).Niat merupakan satu faktor internal (individual) yang mempengaruhi perilaku konsumen, niat adalah suatu bentuk pikiran yang nyata dari refleksi rencana pembeli untuk membeli beberapa unit dalam jumlah tertentu dari beberapa merek yang tersedia dalam periode waktu tertentu (Schiffman dan Kanuk, 2000).

Niat adalah kecenderungan untuk melakukan tindakan terhadap objek. Niat dianggap sebagai sebuah “penangkap” atau perantara antara faktor-faktor

(26)

Menurut Kotler (1988) proses terjadinya niat belimerupakan bagian dari proses pengambilan keputusan, karena itu untuk memahami proses terjadinya niat beli, perlu diamati terlebih dahulu bagaimana terjadinya proses pengambilan keputusan. Apabila seorang konsumen dihadapkan oleh beberapa pilihan produk maka akan timbul proses pengambilan keputusan sebagai bentuk menanggapi pilihan tersebut. Gambar 2.2 menggambarkan bagan pengambilan keputusan.

Gambar 2.2 Proses Pengambilan Keputusan

Sumber: Kotler ( 1988)

Berdasarkan gambar 2.2 dapat dilihat bahwa niat beli merupakan salah satu fase dalam pengambilan keputusan bagi konsumen yang timbul setelah adanya suatu kebutuhan yang dirasakan oleh individu.Kebutuhan individu dapat dirangsang dari dalam atau luar diri individu (Kotler, 1988).

Jika dorongan kebutuhan konsumen kuat dan produk yang dapat memuaskan kebutuhan itu tersedia, maka konsumen akan membeli produk

(27)

tersebut. Meningkatnya perhatian konsumen terhadap suatu produk maka semakin banyak pula informasi yang akan mereka cari tentang suatu produk itu. Produk yang yang biasanya mereka cari terus informasinya lebih dalam adalah produk yang mereka inginkan untuk memuaskan keinginannya.Setelah informasi telah terkumpul dan dirasa cukup terpenuhi, maka konsumen akan menghadapi bebrapa alternatif pilihan dan individu harus mengidentifikasi serta mengevaluasi beberapa alternatif pilihan tersebut.

Jadi proses terjadinya niat beli itu muncul setelah adanya proses penilaian alternatif dan sebelum terjadinya perilaku membeli. Niat belidapat menyebabkan timbulnya perilaku membeli, namun niat belibukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi perilaku membeli karena adanya faktor sikap orang lain dan situasi yang tidak terduga yang dapat mempengaruhi perilaku membeli. Proses niat belidimengerti oleh adanya kesadaran akan kebutuhan, adanya perhatian terhadap suatu produk yang disertai dengan rasa ketertarikan dan adanya perasaan senang atau sikap posotif akan produk tersebut.

(28)

D. Harga

Dalam suatu produk terkandung nilai ekonomis yang pada umumnya disebut harga dan harga adalah penentu utama pilihan pembeli. Berikut akan dijelaskan mengenai pengertian harga.

1. Pengertian Harga

Harga adalah nilai suatu barang dan jasa yang diukur dengan sejumlah uang. Berdasarkan nilai tersebut seseorang atau perusahaan bersedia melepaskan barangatau jasa yang dimiliki kepada pihak lain. Di dalam perusahaan, harga suatu barang atau jasa merupakan penentuan bagi permintaan pasar.Harga dapat mempengaruhiposisi persaingan perusahaan.Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan, sedangkan ketiga unsur lainnya (produk, distribusi, dan promosi) menyebabkan timbulnya biaya (pengeluaran) (Tjiptono, 2000).Selain itu menurut Basu Swastha dalam Prabowo (2007) harga adalah jumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya.

2. Harga Premium

(29)

disebabkan oleh kinerja, fungsi, desain, bentuk yang menarik, kecocokan selera, maupun manfaat jangka panjang yang dimiliki produk-produk tertentu.Produk yang memiliki keunggulan dari sisi lingkungannya merupakan bonus tambahan tetapi seringkali menjadi faktor yang menentukan antara nilai produk serta kualitas yang dimiliki oleh produk tersebut.Produk yang ramah lingkungan sering kali lebih murah jika biaya

product life cycle diperhatikan.Contohnya kendaraan yang efisien penggunaan bahan bakarnya, atau produk yang tidak mengandung racun (Queensland Goverment, 2002).

Dalam hal biaya, produk ramah lingkungan memiliki biaya yang relatif tinggi; harga yang mahal karena biaya produksi yang tinggi dan ketersediaan produk yang rendah sehingga konsumen harus mengeluarkan upaya lebih untuk memperolehnya. Hal ini akan menimbulkan konsekuensi terhadap nilai produk karena konsumen akan membandingkan biaya yang harus dikeluarkan tersebut dengan manfaat produk yang diyakini akan diperoleh. Keinginan konsumen membayar sejumlah uang tertentu untuk produk-produk yang ramah lingkungan lebih disebabkan karena kepedulian mereka akan permasalahan lingkungan (Laroche et. al., 2001).

(30)

quality) didefinisikan sebagai atribut yang dapat diukur dan dikuantifikasikan dari dalam produk dibandingkan dengan produk standard yang dapat dibuat.Sedangkan persepsi kualitas (perceived quality) didefinisikan sebagai keputusan konsumen tentang superioritas dari suatu produk (Zeithaml, 1988 dalam Junaedi, 2005).

Menurut Rao dan Bergen (dalam Junaedi, 2005) harga premium merupakan harga yang dibayarkan lebih besar jumlahnya di atas harga yang sesuai dengan kebenaran nilai dari suatu produk, yang menjadi indikator keinginan konsumen untuk membayar (willingness-to-pay).Konsumen yang mau membayar lebih untuk produk-produk ramah lingkungan percaya bahwa perusahaan melaksanakan tanggung jawab sosialnya pada lingkungan (Laroche etal., 2001).

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai kesadaran konsumen, harga, dan niat beli produk hijau sudah banyak dilakukan di dalam maupun luar negeri.Konsumen yang mempunyai kesadaran tinggi terhadap lingkungan akan memilih produk-produk yang ramah lingkungan walaupun harganya relatif lebih mahal (Vlosky et al., 1999; Laroche et al., 2001).Berikut ada beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian yang dilakukan, yaitu:

a. Penelitian tentang “Hubungan antara Pengetahuan Lingkungan dan Kesadaran Lingkungan dengan Mahasiswa FKIP UISU terhadap Lingkungan Hidup” ini sedikit banyak menjelaskan beberapa variabel

(31)

dijelaskan tentang apakah ada hubungan antara pengetahuan dan kesadaran lingkungan pada Mahasiswa FKIP UISU dimana peneliti ingin meneliti Mahasiswa FKIP ini sudah mempelajari tentang materi lingkungan sejak Sekolah Dasar (SD), namun tidak semuanya memperlihatkan sikap positifnya terhadap lingkungan. Variabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu pengetahuan, kesadaran, dan sikap. Hasil dari penelitian ini yaitu terdapat hubungan positif dari ketiga variabel tersebut.

b. Assessing Determinants of Green Purchase Intention adalah penelitian yang dilakukan oleh Lee et.al., (2011) dengan variabel yang digunakan yaitu lima variabel independen (pengaruh sosial, masalah lingkungan hidup, perilaku pro lingkungan, sensitifitas harga dan nilai-nilai pribadi) terhadap variabel dependen (niat pembelian hijau). Temuan menunjukkan bahwa perilaku lingkungan pro adalah penentu paling signifikan dari niat pembelian konsumen hijau.

c. Penelitian yang berjudul “Profil Green Consumer Indonesia: Identifikasi Segmen dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian Green Products” yang dilakukan oleh Jaolisdengan variabel independen

yaitu variabel demografis (umur, jenis kelamin, social economic status

(SES), tingkat pendidikan), variabel ekologikal (pengetahuan isu lingkungan: Eco-literacy; nilai-nilai konsumen: individualism, kolektivisme), variabel konsumen (motivasi, grup referensi, sikap), variabel pemasaran (harga) sedangkan variabel dependennya adalah

(32)

dikotomus yaitu green purchasers dan non-green purchase. Penelitian ini mengidentifikasi profil segmen green consumer dan mengevaluasi konsistensi sikap-tindakan (attitude-behavior) pada situasi tindakan pembelian produk-produk ramah lingkungan.Hasil dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara grup green dan green purchasers, sedangkan variabel yang memberikan perbedaan signifikan adalah variabel motivasi religius dan variabel nilai individualism.

d.“Pengaruh Kesadaran Lingkungan pada Niat Beli Produk Hijau: Studi Perilaku Konsumen Berwawasan Lingkungan” yang dilakukan oleh Junaedi (2005) dengan variabel kesadaran lingkungan (variabel independen), harga premium dan keterlibatan konsumem (variabel moderator), serta niat beli produk hijau (variabel dependen). Temuan penelitian ini memberikan gambaran bahwa kesadaran konsumen terhadap lingkungan mempengaruhi keinginannya untuk membayar dengan harga premium untuk produk-produk ramah lingkungan. Sikap kesadaran terhadap lingkungan ternyata juga mempunyai pengaruh yang signifikan pada tingkat keterlibatan konsumen dalam pemilihan produk yang dilakukan konsumen. Tingkat keterlibatan konsumen dalam proses pencarian informasi tentang produk ramah lingkungan ini mendorong konsumen untuk berkeinginan melakukan pembelian produk hijau pada masa mendatang.

F. Kerangka Pemikiran

(33)

variabel mana yang paling dominan mempengaruhi niat beli konsumen terhadap produk hijau.Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kesadaran lingkungan sebagai variabel terikat, harga premium sebagai variabel moderator, dan niat beli sebagai variabel tidak terikat. Kerangka pemikiran ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran

Rumusan Hipotesis:

H0 :Kesadaran lingkungantidak berpengaruh signifikan padaniat beli produk hijau yang dimoderatori oleh harga premium.

Ha : Kesadaran lingkunganberpengaruh signifikan padaniat beliproduk hijau yang dimoderatori oleh harga premium.

KESADARAN LINGKUNGAN

NIAT BELI PRODUK HIJAU

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan menguji hipotesis (hypothesis testing).Menurut Sugiyono (2009) pengujian hipotesis (hypotesis testing)

adalah penelitian yang bertujuan untuk menguji hipotesis dan pada umumnya merupakan penelitian yang menjelaskan tentang fenomena dalam bentuk hubungan antar variabel yang diperoleh berdasarkan data dan fakta-fakta yang ada.Penelitian ini berguna untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel-variabel terikatnya serta bagaimana hubungan itu bisa terjadi.

B. Populasi dan Lokasi Penelitian

(35)

C. Sampel

1. Metode Penentuan Sampel

Sampel adalah bagian dari beberapa jumlah dan memiliki karakteristik dalam populasi tersebut (Sugiyono, 2009).Teknik sampling yang digunakan adalah

accidental sampling. Accidental sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat dijadikan sebagai sampel penelitian bila dipandang orang tersebut cocok sebagai sumber data.

2. Jumlah Sampel

Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 100 orang konsumen yang memiliki niat membeliPertamax di SPBU di daerah Antasari,Bandar Lampung.

D. Definisi Konseptual

Definisi konseptual adalah penjelasan mengenai arti suatu konsep (Indrianto dan Supono, 1999).Definisi ini menunjukkan bahwa teori merupakan kumpulan construct/concept (konsep), definition (definisi), dan proportion

(proporsi) yang menggambarkan suatu fenomena yang terjadi secara sistematis melalui penentuan hubungan antara variabel.Definisi Konseptual dari variabel penelitian ini, yaitu:

(36)

2. Niat beli produk hijau (Y) adalah satu faktor internal (individual) yang mempengaruhi perilaku konsumen, niat adalah suatu bentuk pikiran yang nyata dari refleksi rencana pembeli untuk membeli beberapa unit dalam jumlah tertentu dari beberapa merek yang tersedia dalam periode waktu tertentu (Schiffman dan Kanuk, 2000).

3. Harga premium (Z) menurut Rao dan Bergen dalam Junaedi (2005) merupakan harga yang dibayarkan lebih besar jumlahnya di atas harga yang sesuai dengan kebenaran nilai dari suatu produk, yang menjadi indikator keinginan konsumen untuk membayar (willingness-to-pay).

E. Definisi Operasional

Menurut Sugiyono (2009) definisi operasional variabel adalah batasan pengertian tentang variabel yang diteliti yang di dalamnya adalah mencerminka indikator-indikator yang akan digunakan untuk mengukur indikator-indikator yang bersangkutan.

Tabel 3.1 Ringkasan Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Item Skala Pengukuran

(37)

Lanjutan Tabel 3.1 Ringkasan Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Item Skala pengukuran

Merekomendasika

Sumber: data diolah oleh peneliti (2013)

F. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden penelitian tersebut. Data primer berasal dari hasil pengisian kuesioner oleh konsumen yang mempunyai niat beli terhadap produk ramah lingkungan. Dalam penelitian ini skala pengukuran variabel menggunakan skala likert.

Tabel 3.2 Skala Likert

Sangat Setuju Skor 5

Setuju Skor 4

Netral Skor 3

Tidak Setuju Skor 2

Sangat Tidak Setuju Skor 1 2. Data Sekunder

Data sekunder atau studi pustaka (literature) dikumpulkan atau diperoleh dari sumber lain, seperti dari majalah, jurnal, interview, serta artikel yang mendukung dan berhubungan dengan penelitian ini.

G. Metode Analisis Data

(38)

dapat melakukan pengujian model pengukuran sekaligus pengujian model struktural.Model pengukuran digunakan untuk uji validitas dan reabilitas, sedangkan model struktural digunakan untuk uji kausalitas (pengujian hipotesis dengan model prediksi).Lebih lanjut, Ghozali (2006) menjelaskan bahwa PLS adalah metode analisis yang bersifat soft modeling karena tidak mengasumsikan data harus dengan pengukuran skala tertentu, yang berarti jumlah sampel dapat kecil (dibawah 100 sampel).Perbedaan mendasar PLS yang merupakan SEM berbasis varian dengan LISREL atau AMOS yang berbasis kovarian adalah tujuan penggunaannya. Dibandingkan dengan covariance based SEM (yang diwakili oleh software AMOS, LISREL dan EQS) component based PLS mampu menghindarkan dua masalah besar yang dihadapi oleh covariance based SEM yaitu inadmissible solution dan factor indeterminacy

(Tenenhaus et al.,2005).

(39)

olgaritma(Ghozali, 2006).Keempat, pada pendekatan PLS diasumsikan bahwa semua ukuran variance dapat digunakan untuk menjelaskan. Metode analisis data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu:

a. Statistik Deskriptif

Analisis deskriptif yaitu analisis empiris secara deskripsi tentang informasi yang diperoleh untuk memberikan gambaran/menguraikan tentang suatu kejadian (siapa/apa, kapan, dimana, bagaimana, berapa banyak) yang dikumpulkan dalam penelitian (Supranto, 2002). Data tersebut berasal dari jawaban yang diberikan oleh responden atas item-item yang terdapat dalam kuesioner. Selanjutnya peneliti akan mengolah data-data yang ada dengan cara dikelompokkan dan ditabulasikan kemudian diberi penjelasan.

b. Analisis Statistik Inferensial

Statistik inferensial, (statistic induktif atau statistic probabilitas), adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi (Sugiyono, 2009).Sesuai dengan hipotesis yang telah dirumuskan, maka dalam penelitian ini analisis data statistik inferensial diukur dengan menggunakan software SmartPLS (Partial Least Square) mulai dari pengukuran model (outer model), struktur model (inner model) dan pengujian hipotesis.

(40)

menghitung total varian yang terdiri atas varian umum (common variance), varian spesifik (specific variance) dan varian error (error variance). Sehingga total varian menjadi tinggi. Metoda ini merupakan salah satu dari metoda dalam Confirmatory Factor Analysis

(CFA).Menurut Hair et.al. (2006) metoda ini tepat digunakan untuk reduksi data, yaitu menentukan jumlah faktor minimum yang dibutuhkan untuk menghitung porsi maksimum total varian yang direpresentasi dalam seperangkat variabel asalnya. Metoda ini digunakan dengan asumsi peneliti mengetahui bahwa jumlah varian unik dan varian error dalam total varian adalah sedikit. Metoda ini lebih unggul karena dapat mengatasi masalah indeterminacy, yaitu skor faktor yang berbeda dihitung dari model faktor tunggal yang dihasilkan dan admissible data, yaitu ambiguitas data karena adanya varian unik dan varian error.

(41)

menghipotesiskan bahwa perubahan pada konstruk laten akanmempengaruhi perubahan pada indikator dan menghilangkan satu indikator dari model pengukuran tidak akan merubah makna atau arti konstruk (Bollen dan Lennox, 1991). Analisis ini juga digunakan untuk menghitung factor scores dari variabel Nilai Kesadaran Lingkungan (EA), Nilai Niat Beli (WB), dan Harga Premium (HP).

1. Pengukuran Model (Outer Model)

Outer model sering juga disebut (outer relation atau measurement model) yang mendefinisikan bagaimana setiap blok indikator berhubungan dengan variabel latennya. Blok dengan indikator refleksif dapat ditulis persamaannya sebagai berikut.

……….(3.1)

………....(3.2)

Dimana x dan y adalah indikator variabel untuk variabel laten exogen dan endogen dan , sedangkan dan merupakan

matrix loading yang menggambarkan koefisien regresi sedehana yang menghubungkan variabel laten dengan indikatornya. Residual yang diukur dengan dengan dan dapat diinterpretasikan sebagai kesalahan pengukuran.

(42)

mengukur apa yang seharusnya diukur (Cooper dan Schindler, 2006). Sedangkan uji reliablitas digunakan untuk mengukur konsistensi alat ukur dalam mengukur suatu konsep atau dapat juga digunakan untuk mengukur konsistensi responden dalam menjawab item pernyataan dalam kuesioner atau instrument penelitian.Convergent validity dari measurement model dapat dilihat dari korelasi antara skor indikator dengan skor variabelnya. Indikator dianggap valid jika memiliki nilai AVE diatas 0,5 atau memperlihatkan seluruh outer loading dimensi variabel memiliki nilai loading> 0,5 sehingga dapat disimpulkan bahwa pengukuran tersebut memenuhi kriteria validitas konvergen (Chin, 1995). Rumus AVE (average varians extracted) dapat dirumuskan sebagai berikut:

……….(3.3)

Keterangan:

AVE adalah rerata persentase skor varian yang diektrasi dari seperangkat variabel laten yang diestimasi melalui loading standarlize indikatornya dalam proses iterasi algoritma dalam PLS.

melambangkanstandardize loading factor dani adalah jumlah indikator.

(43)

output yang dihasilkan SmartPLS maka composite reliability( ) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

...(3.4)

adalahcomponent loading ke indikator dan

Dibandingkan dengan Cronbach Alpha, ukuran ini tidak mengansumsikan tau equivalence antar pengukuran dengan asumsi semua indikator diberi bobot sama. Sehingga Cronbach Alpha

cenderung lower bond estimate reliability, sedangkan Composite Reliability merupakan closer approximation dengan asumsi estimasi parameter adalah akurat.

2. Evaluasi Model Struktural (Inner Model)

Model struktural (inner model) merupakan model struktural untuk memprediksi hubungan kausalitas antar variabel laten. Melalui proses bootstrapping, parameter uji T-statistic diperoleh untuk memprediksi adanya hubungan kausalitas. Model struktural (inner model) dievaluasi dengan melihat persentase variance yang dijelaskan oleh nilai R2 untuk variabel dependen dengan menggunakan ukuran Stone-Geisser Q-square test dan juga melihat besarnya koefisien jalur strukturalnya. Model persamaannya dapat ditulis seperti dibawah ini.

(44)

menggambarkanvector endogen (dependen) variabel laten, adalah vector variabel exogen (independent), dan adalah vector variabel residual. Oleh karena PLS didesain untuk model recursive, maka hubungan antar variabel laten, setiap variabel laten dependen ,atau sering disebut causal chain system dari variabel laten dapat dispesifikasikan sebagai berikut :

………..3.6

dan adalah koefisien jalur yang menghubungkan predictor

endogen dan variabel laten exogen dan sepanjang range indeks

dan , dan adalah inner residual variabel. Jika hasil

menghasilkan nilai R2 lebih besar dari 0,2 maka dapat diinterpretasikan bahwa prediktor laten memiliki pengaruh besar pada level struktural.

Predictive Relevance

(45)

Q-square lebih dari 0 (nol), maka model layak dikatakan memiliki nilai prediktif yang relevan, dengan rumus sebagai berikut :

Q2=1-(1-R12) (1-R22)……(1-Rp2)……….3.7

3. Model Analisis Persamaan Struktural

Model analisis struktural tahap pertama yang dibangun dalam penelitian ini dapat dilihat pada gabar berikut:

Gambar 3.1 Model Analisis Persamaan Struktural

4. Pengujian Hipotesis

Menurut Hartono (2008) dalam Jogiyanto dan Abdillah (2009) menjelaskan bahwa ukuran signifikansi keterdukungan hipotesis dapat digunakan perbandingan nilai T-table dan T-statistic.Jika T-statistic

(46)
(47)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai kesadaran lingkungan terhadap niat beli produk hijau yang dimediasi oleh harga premium maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Dari hasil penelitian menyatakan bahwa hipotesis Ha ditolak, sedangkan H0 diterima. Dimana kesadaran lingkungan tidak berpengaruh signifikan terhadap niat beli produk hijau yang dimoderatori oleh harga premium. Konsumen yang mempunyai niat membeli pertamax tidak terlalu mempedulikan bahwa pertamax merupakan produk yang ramah lingkungan atau tidak. Walaupun harga pertamax mahal, konsumen tetap mempunyai niat membeli produk tersebut.

(48)

lingkungan). Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat indikator yang kurang dari kriteria yang ditentukan dalam variabel kesadaran lingkungandan niat beli.

B. Saran

Dari hasil uji dan pembahasan yang telah dilakukan, maka saran yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah:

1. Bagi pemerintah hendaknya terus memberikan solusi dan sosialisasi untuk produk-produk yang ramah terhadap lingkungan dimana dampak dari kerusakan lingkungan ini sudah sangat memprihatinkan.

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Amyx, D.A, DeJong, P.F., Lin, Chakraborty, G. and Wiener, J.L. 1994.

Influencers of purchase intentions for ecologically safe products: an exploratory study, in Park, C.W. et al. (Eds), AMA Winter Educators’

Conference Proceedings, American Marketing Association, Chicago, IL, Vol. 5, p 7-341.

`

Chan, Ricky Y.K. 1999. Environmental Attitudes and Behavior of Consumers in China: Survey Findings and Implications. Journal of International Consumer Marketing, 11:4, pp. 25-52.

Cooper, D.R & P.S. Schindler. 2006. Business Research Methods, 7th Edition,

McGraw-Hill Companies, Inc., New York.

Follows, Scott B. & David Jobber. (2000), “Environmentally Responsible Purchase Behaviour: A Test of a Consumer Model,European Journal of Marketing, Vol. 34, No. 5/6, pp.723-746.

Ghozali, Imam, 2006, Struktural Equation Modeling: Metode Alternatif dengan PLS. Semarang: Universitas Dipenogoro.

Hartono, 2008. SPSS 16, 0 Analisis Data Statistika dan Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Iskandar, B.Y. 2003. Tantangan Pemerintah dalam Pengelolaan Sumderdaya Air yang Berkelanjutan, disampaikan dalam forum Seminar "Peran Budaya Lokal Dalam Menunjang Sumberdaya Air yang Berkelanjutan".

Jogiyanto H. M. (2009). Konsep dan Aplikasi partial Least Square BPFE-Yogyakarta. BPFE-Yogyakarta.

Junaedi, M. F. Shellyana. 2005. Pengaruh Kesadaran Lingkungan pada Niat Beli Produk Hijau: Studi Perilaku Konsumen Berwawasan Lingkungan. Benefit, Vol : 9. No. 2.

(50)

Kottler, Philip. 1988. Manajemen Pemasaran Jilid 1. Erlangga: Jakarta.

Kottler, Philip. 2000. Marketing Management: Analysis, Planning, Implementation and Control, 10th ed. Prentice Hall: International.

Kotler, P dan G. Amstrong. 2008. Prinsip Prinsip Pemasaran Jilid 2 edisi 12 . Erlangga, Jakarta.

Krech,D and Crutcfield. 1985. Theory and Problem of Social Psychology. Mc. Grow

Hill. New Delhi.

Laroche, M., J. Bergeron, G. Barbaro-Forleo. (2001),“Targeting consumers who

are willing to pay more forenvironmentally friendly products”, Journal of Consumer Marketing, 18, 6, 503-520.

Laroche, Michel; Mave AT; Jasmine B; and Guido BF. 2002. Cultural Differences in Eviromental Knowledge, Attitudes, and Behaviors of Canadian Consumers. Canadian Journal of Administrative Science. September 2002. 19; 3 Pg 267. Dalam Sumarwan, Ujang. 2012. Riset Pemasaran dan Konsumen

Lee, Chai Har; Heng Yaw Ling; Jian Ai Yeow; and Muhammad Arif Hasan. 2011. Assessing Determinants of Green Purchase Intention.

Martin, Bridget & Antonis C. Simintiras, (1995), “The Impact of Green Product Lines on the Environment: Does What They Know Affect How They Fell?”Marketing Intelligence & Planning Vol. 13 No. 4, pp. 16-23.

Morwitz, V. dan D.C. Schmittlein (1992), “Using segmentation to improve sales forecasts based on purchase intent: Which intenders will buy?”, Journal of Marketing Research, 29, 391-405.

Nitisusastro, H. Mulyadi. 2012. Perilaku Konsumen dalam Perspektif Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta.

Ottman, J.A. 1994. Green Marketing: Challenges and Opportunities for the New Marketing Age, NTC Publishing Group, Lincolwood.

Owen, D. 2002. The ImplicationsOf Current Trends In Green Awareness For The Accounting Function : An Introductory Analysis. London.

Potabenko, Mariya. 2004. Research on Environmental Awareness in Ukraine.

(51)

Prabowo, Setyo. 2007. Pengaruh Minat Konsumen dan Harga Produk terhadap Pengambilan Keputusan Konsumen dalam Pembelian Mobil Bekas di Kota Semarang.

Putrawan, I.M. 1996. Peranan Pendidikan Lingkungan Dalam Membentuk Warga Negara Berwawasan Lingkungan. Pusat Studi Lingkungan. Denpasar. Bali.

Rao, Akshay R. & Kent B. Monroe. 1988. The Moderating Effect of Prior Knowledge on Cue Utilization in Product Evaluations. Journal of Consumer Research, 15, September, pp. 253-264.

Roberts, J.A. (1996), “Will the real socially responsible consumer please step

forward?”, Business Horizons,Januari-Februari, 79-83.

Rohayati, Y. (2005), “Pengaruh investasi relasional, kepuasan dan kualitas alternative terhadap komitmen relasional dan intensi berpindah pelanggan jasa: Perspektif bisnis telekomunikasi seluler di Indonesia”,Disertasi Universitas Indonesia, ProgramPascasarjana Bidang Ilmu Manajemen, Fakultas Ekonomi. Jakarta.

Sari, Hasrini. 2008. Pemasaran Produk Hijau: Profil Pelanggan Berdasarkan Usia,

Gender, Pendidikan, dan Pengalaman Membeli. MBA ITB Business Review, Vol. 3. No.4.

Schiffman, Leon G., & Leslie Lazar Kanuk. 2000. Consumer Behavior, 7th ed., Prentice Hall: International.

Schiffman, Leon G, and Kanuk, Leslie L. 2007. Consumer Behavior : Pearson International Edition. Saddle River, New Jersey, USA.

Setiadi, Nugroho J. 2003. Perilaku Konsumen Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Jakarta: Kencana.

Solomon, Michael R. 2002. Consumer Behavior : Buying, Having, And Being Fifth Edition. Prentice-Hall International, Inc, USA.

Sitaniapessy, Harry A. P. 2008. Pengaruh Kepuasan Pelanggan Terhadap Niat Pembelian Ulang di Matahari Department Store Ambon. Vol : II. No. 2. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabet.

Situmorang, James R. 2011. Pemasaran Hijau Yang Semakin Menjadi Kebutuhan Dalam Dunia Bisnis. Jurnal Administrasi Bisnis, Vol. 7, no 2, hal 131-142. Sumarwan, Ujang. 2004. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam

Pemasaran. Bogor: PT.Ghalia Indonesia.

(52)

Straughan, Robert D. & James A. Roberts, (1999), “Environmental Segmentation Alternatives: A Look at Green Consumer Behaviour in the New Millennium,” Journal of Consumer Marketing, Vol. 16, No. 6, pp. 558-575.

Swan, J.A, Stapp, W. P. 1974. Environmental Education; Strategy toward a More

Livable Future, New York: John Wiley & Sons Co.

Teisl. 2003. Eco-Labeled Forest Product: Are can Summer not listening of are producers non communicating ?. Paper Presented at New England Society of American Foresters Winter Meeting, Burlington, Vermont, March 17-20.

Tenenhaus, M., Vinzia, V E., Chatelin, Y-M and Lauro, C. 2005. PLS Path Modelling. Computational Statistic & Data Analysis 48: 159-205.

Tjiptono, Fandy. 2000. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andi.

Vlosky, Richard P., Lucie K. Ozanne, & Renee J. Fontenot, (1999), “A

Conceptual Model of US Consumer Willingness-to-Pay for Environmen-tally Certified Wood Products,” Journal of Consumer Marketing, Vol. 16, No. 2, pp. 122-136.

Venusgazer. 2013. Pertamax: Untuk Kita dan Masa Depan Indonesia yang Lebih Baik, (online),

Queensland Goverment, 2002. Green Marketing-The Competitive Advantage of Sustainability

Yam-Tang, Esther P.Y. & Ricky Y.K. Chan (1998), “Purchasing Behav-iours and Perceptions of Environ-mentally Harmful Products,” Marketing

Intelligence & Planning, 16/6, pp. 365-362.

Zinkhan, G.M. dan L. Carlson (1995), ”Green advertising and the reluctant

Gambar

Gambar 2.1 Model Keputusan KonsumenHoward and Sheth
Gambar 2.2 Proses Pengambilan Keputusan
Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran
Tabel 3.1 Ringkasan Definisi Operasional
+3

Referensi

Dokumen terkait

Bagi bank bjb penelitian ini dapat memberikan manfaat berupa masukan informasi mengenai kondisi eksternal dan internal perusahaan, memberi informasi kekuatan dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien yang mengalami kecemasan ringan sebanyak 24 orang (80%), kecemasan sedang sebanyak 6 orang (20%), dan tidak ada pasien yang

[r]

1) Kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap kepuasan nasabah LPD Desa Adat Kedonganan. Pengaruh positif ini memberikan makna bahwa semakin.. baik kualitas pelayanan

Tidak ada pengatasnamaan atau jaminan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari BNI SEKURITAS atau pun pihak-pihak lain dari Grup BNI, termasuk pihak-pihak lain

Hal ini dapat diketahui dari isian responden terhadap pertanyaan yang penulis ajukan dimana dapat disimpulkan bahwa aktivitas pengelolaan anggaran mulai dari penjaringan

Langkah-langkah yang dibentuk dalam merancang sistem geografis lokasi ATM di kota Medan ini mulai dari proses tampilan website menggunakan template,

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran reciprocal teaching pada materi