IMPLEMENTASI METODE PROFILE MATCHING DAN
METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
(AHP) PADA PEREKRUTAN TENAGA KURIR
(STUDI KASUS PT. JNE CABANG MEDAN)
SKRIPSI
FIKI NOFEMBRI
111421059
PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER
FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
IMPELMENTASI METODE PROFILE MATCHING DAN METODE ANALYTICAL HEIRARCHY PROCESS (AHP)
PADA PEREKRUTAN TENAGA KURIR (STUDI KASUS PT. JNE CABANG MEDAN)
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh ijazah Sarjana Ilmu Komputer
FIKI NOFEMBRI 111421059
PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER
FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : IMPLEMENTASI METODE PROFILE MATCHING
DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS PADA
PEREKRUTAN TENAGA KURIR (STUDI KASUS PT.
JNE CABANG MEDAN)
Kategori : SKRIPSI
Nama : FIKI NOFEMBRI
Nomor Induk Mahasiswa : 111421059
Program Studi : EKSTENSI S1 ILMU KOMPUTER
Fakultas : ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Komisi Pembimbing :
Pembimbing 2 Pembimbing 1
M. Andri Budiman, ST, M.Comp.Sc, MEM Drs. Marihat Situmorang, M.Kom
NIP. 197510082008011011 NIP. 196312141989031001
Diketahui/disetujui oleh
Program Studi S1 Ilmu Komputer
Ketua,
Dr. Poltak Sihombing, M.Kom
IMPLEMENTASI METODE PROFILE MATCHING DAN METODE
ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS PADA PEREKRUTAN TENAGA KURIR
(STUDI KASUS PT. JNE CABANG MEDAN)
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing telah disebutkan sumbernya.
Medan, Maret 2014
Fiki Nofembri
PENGHARGAAN
Alhamdulillahirrabbila’lamin. Segala dan puji syukur penulis panjatkan hanya kepada Allah SWT, Pemelihara dan pengatur seluruh alam semesta, karena atas limpahan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya, penulis mampu menyelesaikan Skripsi ini, serta
shalawat dan beriring salam penulis ucapakan kepada Nabi Besar Muhammad SAW.
Skripsi ini dikerjakan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana
Ilmu Komputer Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas
Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tentunya tak
lepas dari dorongan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati penulis mengungkapkan rasa terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc(CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Muhammad Zarlis Selaku Dekan Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Dr. Poltak Sihombing, M.Kom selaku Ketua Program Studi S1 Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Maya Silvi Lydia, B.Sc, M.Sc selaku Sekretaris Program Studi S1 Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Drs. Marihat Situmorang, M.Kom selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, saran dan masukan kepada penulis dalam pengerjaan skripsi ini.
6. Bapak M. Andri Budiman, ST, M.Comp.Sc, MEM selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, saran dan masukan kepada penulis dalam pengerjaan skripsi ini.
8. Bapak Handrizal, S.Si, M.Comp.Sc selaku Dosen Pembanding II yang telah memberikan kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.
9. Seluruh dosen dan pegawai Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara dan program Studi S1 Ilmu Komputer Fasilkom-TI USU.
10. Ayahanda H. Zuardy Jamaan, Ibunda Iswarni serta kakanda Fivi Hardiyanti, SH yang selalu memberikan kasih sayang dan dukungannya kepada penulis.
11. Keluarga besar Ekstensi Ilmu Komputer, khususnya semua teman dan sahabat angkatan 2011 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas ide, saran, dan kerja samanya selama ini.
Semoga Allah SWT melimpahkan berkah kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, perhatian, serta dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pribadi, keluarga, masyarakat, organisasi dan negara.
Penulis,
ABSTRAK
Sistem pendukung keputusan merupakan salah satu metode ilmiah dalam melakukan penarikan suatu kesimpulan. Dalam proses perekrutan karyawan yang baik yaitu pemilihan berdasarkan hasil seleksi yang efektif, dengan memperhatikan beberapa kriteria-kriteria yang diinginkan perusahaan. Kendala yang didapat dalam pengambilan suatu keputusan yaitu banyaknya hasil dengan pilihan yang sama. Kendala dalam pengambilan keputusan ini dapat diselesaikan dengan dua metode yaitu metode Profile Matching dan AHP (Analytical Hierarchy Process) dengan memperhatikan data kriteria karyawan perusahaan. Profile Matching menghasilkan nilai ranking berdasarkan selisih nilai pembobotan karyawan dengan kriteria, sedangkan AHP berdasarkan perbandingan nilai hasil iterasi matriks kriteria dengan matriks subkriteria yang menghasilkan nilai konsistensi indeks < 0,1. Hasil perangkingan profile matching merekomendasikan karyawan K0002 dengan nilai 5,6 sedangkan hasil perangkingan AHP merekomendasikan karyawan K0001 dengan nilai 0,292. Hasil perankingan kedua metode ini yang dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan untuk perekomendasian karyawan. Implementasi sistem ini menggunakan bahasa pemorgraman Microsoft Visual Basic.Net dan MySQL sebagai database management system.
THE IMPLEMENTATION OF PROFILE MATCHING METHOD AND ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) METHOD TO
RECRUITMENT PROCESS EMPLOYES (CASE STUDY AT PT. JNE MEDAN)
ABSTRACT
Decision support system is one of the scientific method for take a conclution. On good recruitment process is result effective selection, with notice some criteria of the company. The problem exist to make a decision is the number of results with the same choices. This problems can be solved with two methods: Profile Matching and AHP method ( Analytical Hierarchy Process ) and with exame file criteria of the company. The Profile Matching method give a value weighted ranking with be based on the difference value of employees criteria, while the AHP method is give a comparison of the results of the iteration matrix of criteria to sub-criteria matrix that produces consistency index value < 0.1. The results of ranking the profile matching recommend K0002 with the value of 5.6 , while the results of the AHP ranking recommend K0001 with the value 0.292. Both of the results of ranking algorithm which is for a reference in the decision to recomemendation process. The implementation of this system using a programming language Microsoft Visual Basic.Net and MySQL as a database management system (DBMS).
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan ... ii
Pernyataan ... iii
Penghargaan ... iv
Abstrak ... vi
Abstract ... vii
Daftar Isi ... viii
Daftar Tabel ... xi
Daftar Gambar ... xiii
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Batasan Masalah ... 3
1.4 Tujuan Penelitian ... 3
1.5 Manfaat Penelitian ... 3
1.6 Metodologi Penelitian ... 4
1.7 Sistematika Penulisan ... 5
Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Defenisi, Karakteristik dan kriteria jasa kurir ... 6
2.1.1 Defenisi Kurir ... 6
2.1.2 Karakteristik ... 6
2.1.3 Kriteria jasa kurir ... 7
2.2 Sistem Pendukung Keputusan... 8
2.2.1 Konsep Dasar Sistem Pendukung Keputusan ... 9
2.2.2 Pengertian Sistem Pendukung Keputusan ... 9
2.2.3 Karakteristik dan Kemampuan SPK ... 11
2.2.4 Komponen-komponen SPK ... 14
2.2.5 Sistem manajemen basis data... 14
2.2.6 Subsistem manajemen basis model ... 15
2.2.7 Subsistem penyelengara lunak basis dialog ... 16
2.3 Profile Matching ... 17
2.3.1 Prosedur profile matching ... 17
2.4 Analytical hierarchy Process (AHP) ... 19
2.4.2 Prosedur Analytical hierarchy process (AHP) ... 24
Bab 3 Analisis dan Perancangan Sistem 3.1 Analisis Sistem... 27
3.2.1 Karakteristik sistem ... 30
3.3 Perancangan Sistem ... 31
3.3.1 Use Case Diagram... 32
3.3.2 Diagram Activity ... 32
3.3.3 Class Diagram ... 35
3.4 Data Kriteria/Aspek Perusahaan ... 35
3.5 Perhitungan algoritma AHP (Analytical Hierarchy Process) ... 35
3.6 Perhitungan Algoritma Profile Matching... 64
3.6.1 Penentuan Aspek/Kriteria Karyawan dan profile ... 64
3.6.2 Penentuan Nilai GAP dan Pembobotan ... 65
3.6.3 Pengelompokan Core Factor, Secondary Factor dan Perankingan . 67 3.7 Flow Chart Sistem ... 69
3.7.1 Flowchart Algoritma Profile Matching ... 71
3.7.2 Flowchart Algoritma AHP ... 72
3.8 Kamus Data ... 75
3.8.1 Tabel admin ... 76
3.8.2Tabel Karyawan ... 76
3.8.3 Tabel Kriteria ... 76
3.9 Perancangan Antar Muka (interface) ... 77
3.9.1 Menu Utama... 77
3.9.2 Tambah Data Karyawan ... 78
3.9.3 Halaman Kriteria AHP ... 79
3.9.5 Halaman Aspek Profile Matching ... 81
Bab 4 Implementasi Program 4.1 Spesifikasi Perangkat ... 82
4.1.1 Perangkat Keras ... 82
4.1.2 Perangkat Lunak ... 82
4.2 Penggunaan Program ... 83
4.2.1 Halaman Login Admin ... 83
4.2.2 Halaman Menu Utama ... 84
4.2.3 Halaman Data karyawan ... 85
4.2.4 Halaman Proses AHP Kriteria ... 85
4.2.5 Halaman Proses AHP SubKriteria ... 86
4.2.6 Halaman Proses AHP perankingan ... 87
4.2.7 Halaman Proses Profile Matching ... 87
Bab 5 Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan ... 89
5.2 Saran ... 89
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Bobot nilai GAP ... 18
Tabel 2.2 Skala penilaian perbandingan pasangan saaty ... 22
Tabel 2.3 Contoh matriks perbandingan berpasangan ... 23
Tabel 2.4 Indexs random ... 25
Tabel 3.1 Data kriteria/Aspek sistem ... 35
Tabel 3.2 Tabel matriks pengkriteriaan karyawan/kurir ... 36
Tabel 3.3 Tabel matriks karyawan/kurir ... 38
Tabel 3.4 Tabel masukan Nilai matriks perbandingan perusahaan ... 44
Tabel 3.5 Tabel matriks Pembagian jumlah kolom kriteria perusahaan ... 44
Tabel 3.6 Nilai prioritas kriteria ... 45
Tabel 3.7 Hasil Bagi Nilai Jumlah Baris Tabel 3.6 dengan Nilai Prioritas Kriteria . ... 46
Tabel 3.8 Nilai Perbandingan Calon Karyawan Tiap Kriteria ... 48
Table 3.9 Nilai Pembagian Jumlah Kolom Calon Karyawan tiap Kriteria ... 48
Tabel 3.10 Nilai Prioritas Karyawan tiap Kriteria ... 49
Tabel 3.11 Hasil Bagi Jumlah Baris Tabel 3.9 dengan Nilai Prioritas karyawan ... ... 49
Tabel 3.12 Masukan Nilai Perbandingan Calon Karyawan Tiap Kriteria ... 51
Tabel 3.13 Nilai Pembagian Jumlah Kolom Calon Karyawan tiap Kriteria ... 51
Tabel 3.14 Tabel Nilai Prioritas karyawan ... 52
Tabel 3.15 Hasil Bagi Jumlah Baris Tabel 3.12 dengan Nilai Prioritas karyawan . 52 Tabel 3.16 Masukan Nilai Perbandingan Calon Karyawan Tiap Kriteria ... 54
Tabel 3.17 Nilai Pembagian Jumlah Kolom Calon Karyawan tiap Kriteria ... 54
Tabel 3.18 Tabel Nilai Prioritas karyawan ... 55
Tabel 3.19 Hasil Bagi Jumlah Baris Tabel 3.18 dengan Nilai Prioritas karyawan . 55 Tabel 3.20 Masukan Nilai Perbandingan Calon Karyawan Tiap Kriteria ... 57
Tabel 3.21 Nilai Pembagian Jumlah Kolom Calon Karyawan tiap Kriteria ... 57
Tabel 3.22 Tabel Nilai Prioritas karyawan ... 58
Tabel 3.23 Hasil Bagi Jumlah Baris Tabel 3.19 dengan Nilai Prioritas karyawan . 58 Tabel 3.24 Masukan Nilai Perbandingan Calon Karyawan Tiap Kriteria ... 60
Tabel 3.25 Nilai Pembagian Jumlah Kolom Calon Karyawan tiap Kriteria ... 60
Tabel 3.26 Tabel Nilai Prioritas karyawan ... 61
Tabel 3.29 Tabel Nilai Prioritas Tujuan Masing-Masing Karyawan ... 63
Tabel 3.30 Tabel Nilai Prioritas Tujuan Masing-Masing Karyawan ... 63
Tabel 3.31 Tabel Data Aspek Karyawan ... 64
Tabel 3.32 Tabel Data Aspek Karyawan Dalam angka ... 65
Tabel 3.33 Tabel Standar Profile Perusahaan ... 65
Tabel 3.34 Tabel GAP Aspek Karyawan ... 66
Tabel 3.35 Tabel Bobot Nilai ... 66
Tabel 3.36 Tabel Hasil Pembobotan Aspek Karyawan ... 67
Tabel 3.37 Tabel Hasil Pembobotan Aspek Karyawan ... 68
Tabel 3.38 Tabel Hasil Perankingan Karyawan... 68
Tabel 3.39 Tabel Admin ... 76
Tabel 3.40 Tabel Karyawan ... 76
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Fase – fase proses pengambilan keputuasan ... 11
Gambar 2.2 Tingkat pengkriteriaan AHP ... 20
Gambar 2.3 Hierarcki tingkat level 3... 21
Gambar 3.1 Diagram Ishikawa ... 28
Gambar 3.2 Use Case Diagram Sistem ... 32
Gambar 3.3 Diagram Activity Sistem... 33
Gambar 3.4 Diagram Activity Sistem Algoritma Profile Matching ... 34
Gambar 3.5 Diagram Activity Sistem Algoritma AHP ... 34
Gambar 3.6 Class Diagram ... 35
Gambar 3.7 Flowchart Sistem ... 70
Gambar 3.8 Flowchart Algoritma Profile Matching ... 71
Gambar 3.9 Flowchart Penentuan Prioritas Kriteria ... 73
Gambar 3.10 Flowchart Penentuan Prioritas Kriteria Calon Kurir ... 74
Gambar 3.11 Flowchart Prioritas Global ... 75
Gambar 3.12 Menu Utama... 77
Gambar 3.13 Halaman Tambah Data Karyawan ... 78
Gambar 3.14 Halaman Kriteria AHP ... 79
Gambar 3.15 Halaman SubKriteria AHP ... 80
Gambar 3.16 Halaman Aspek Profile Matching ... 81
Gambar 4.1 Halaman Login Admin ... 83
Gambar 4.2 Halaman Menu Utama ... 84
Gambar 4.3 Halaman Data Karyawan ... 85
Gambar 4.4 Halaman Proses Kriteria AHP ... 85
Gambar 4.5 Halaman Proses Subkriteria AHP ... 86
Gambar 4.6 Halaman Proses AHP Perhitungan Ranking ... 87
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
ABSTRAK
Sistem pendukung keputusan merupakan salah satu metode ilmiah dalam melakukan penarikan suatu kesimpulan. Dalam proses perekrutan karyawan yang baik yaitu pemilihan berdasarkan hasil seleksi yang efektif, dengan memperhatikan beberapa kriteria-kriteria yang diinginkan perusahaan. Kendala yang didapat dalam pengambilan suatu keputusan yaitu banyaknya hasil dengan pilihan yang sama. Kendala dalam pengambilan keputusan ini dapat diselesaikan dengan dua metode yaitu metode Profile Matching dan AHP (Analytical Hierarchy Process) dengan memperhatikan data kriteria karyawan perusahaan. Profile Matching menghasilkan nilai ranking berdasarkan selisih nilai pembobotan karyawan dengan kriteria, sedangkan AHP berdasarkan perbandingan nilai hasil iterasi matriks kriteria dengan matriks subkriteria yang menghasilkan nilai konsistensi indeks < 0,1. Hasil perangkingan profile matching merekomendasikan karyawan K0002 dengan nilai 5,6 sedangkan hasil perangkingan AHP merekomendasikan karyawan K0001 dengan nilai 0,292. Hasil perankingan kedua metode ini yang dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan untuk perekomendasian karyawan. Implementasi sistem ini menggunakan bahasa pemorgraman Microsoft Visual Basic.Net dan MySQL sebagai database management system.
THE IMPLEMENTATION OF PROFILE MATCHING METHOD AND ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) METHOD TO
RECRUITMENT PROCESS EMPLOYES (CASE STUDY AT PT. JNE MEDAN)
ABSTRACT
Decision support system is one of the scientific method for take a conclution. On good recruitment process is result effective selection, with notice some criteria of the company. The problem exist to make a decision is the number of results with the same choices. This problems can be solved with two methods: Profile Matching and AHP method ( Analytical Hierarchy Process ) and with exame file criteria of the company. The Profile Matching method give a value weighted ranking with be based on the difference value of employees criteria, while the AHP method is give a comparison of the results of the iteration matrix of criteria to sub-criteria matrix that produces consistency index value < 0.1. The results of ranking the profile matching recommend K0002 with the value of 5.6 , while the results of the AHP ranking recommend K0001 with the value 0.292. Both of the results of ranking algorithm which is for a reference in the decision to recomemendation process. The implementation of this system using a programming language Microsoft Visual Basic.Net and MySQL as a database management system (DBMS).
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Investasi di bidang sumber daya manusia merupakan investasi yang sangat penting,
sekaligus memerlukan perhatian khusus dalam penanganannya karena sebagai salah
satu elemen perusahaan, Manajemen sumber daya manusia tidak dapat dipisahkan dari
bidang manajemen lainnya dalam pencapaian tujuan perusahaan. Perencanaan dan
usaha pemenuhan kebutuhan sumber daya manusia, yang dilakukan dalam seleksi, bila
dikelola secara profesional akan sangat menentukan mutu dan kesuksesan perusahaan.
Dengan kata lain, seleksi yang efektif akan memperoleh sumber daya yang baik untuk
jangka waktu yang panjang. [9]
Dalam perusahaan atau instansi yang memiliki pegawai dalam jumlah besar
proses perekrutan karyawan relatif sering dilakukan sehingga perusahaan memerlukan
prosedur yang baku dalam menetapkan persyaratan bagi seorang karyawan untuk
menempati posisi jabatan tertentu dalam perusahaan tersebut. Beberapa faktor yang
menyebabkan perusahaan melakukan perekrutan karyawan yaitu Turnover, yang merupakan kecenderungan atau niat karyawan untuk berhenti bekerja dari pekerjaannya
secara sukarela menurut pilihannya sendiri [16]. Dan beberapa masalah yang terjadi dalam proses perekrutan karyawan di antaranya adalah subyektifitas pengambilan
keputusan akan terasa, terutama jika beberapa calon karyawan yang ada memiliki
kemampuan dan beberapa pertimbangan lain yang tidak jauh berbeda.
Jika proses pengambilan keputusan ini dibantu oleh sebuah sistem pendukung
keputusan yang terkomputerisasi, maka diharapkan subyektifitas dalam pengambilan
seluruh calon karyawan sehingga diharapkan calon karyawan dengan kemampuan dan
pertimbangan lain terbaik yang terpilih
Pada penelitian sistem pendukung keputusan ini, dilakukan dengan
menggunakan dua metode yaitu: Metode Profile Matching dan metode Analytical Hierarcy Process (AHP) diimpelementasikan dalam perekrutan tenaga kurir P.T. JNE cabang Medan agar suatu perusahaan memiliki sistem dalam perekrutan tenaga kurir
yang lebih terstruktur dan sistematis.
Metode Profile Matching sering juga disebut dengan metode Gap, yaitu sebuah mekanisme pengambilan keputusan dengan mengasumsikan bahwa terdapat tingkat
variabel prediktor yang ideal yang harus dimiliki oleh pelamar [10].Sedangkan metode
Analytical Hierarcy Process (AHP) yaitu suatu metode yang memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah yang multikriteria yang berdasar pada perbandingan
preferensi dari setiap elemen dalam hierarki. Kriteria seleksi yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah kriteria penilaian yang digunakan oleh organisasi dalam
menentukan seleksi karyawan. Kriteria yang ada dapat dibagi ke dalam beberapa
bagian, yaitu Personality, aptitude, inteligensi dan achievement.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dalam penelitian ini akan dikembangkan
kedua metode tersebut dalam bentuk sebuah aplikasi yang akan bermanfaat dalam
kualifikasi tenaga kurir perusahaan tersebut diatas.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian tersebut adalah bagaimana permasalahan dalam
perekrutan tenaga kurir dapat diselesaikan dengan suatu aplikasi sistem pendukung
1.3. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian tersebut adalah :
1. Kriteria-kriteria penilaian dalam perekrutan kurir di P.T. JNE Cabang
Medan yaitu penguasaan wilayah, kepemilikan kendaraan, pendidikan,
kepribadian, dan pengalaman kerja.
2. Parameter yang digunakan pada kedua metode ini adalah membandingkan
hasil perankingan.
3. Jumlah karyawan yang dapat dihitung dalam kedua algoritma ini terbatas,
yaitu 5 karyawan.
4. Pengguna aplikasi sistem pendukung keputusan adalah manajemen
pengelola sumber daya manusia (HRD) dan manajer perusahaan.
5. Bahasa pemrograman yang digunakan yaitu Microsoft Visual Basic.net
dan MySQL sebagai Database Management System (DBMS).
1.4. Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan latar belakang diatas maka tujuan penelitian adalah membangun
sebuah sistem pendukung keputusan (SPK) seleksi penerimaan tenaga kurir untuk
membantu memperoleh hasil seleksi penerimaan karyawan untuk menciptakan
produktivitas kerja tinggi, loyalitas tinggi dan dengan kata lain seleksi yang efektif akan
memperoleh sumber daya yang baik untuk jangka waktu yang lebih panjang bagi P.T.
JNE Cabang Medan.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan memberikan masukan bagi perusahaan untuk
menentukan kebijakan pengambilan keputusan dalam perekrutan tenaga kurir dengan
1.6. Metodelogi Penelitian
Dalam penelitian ini, tahapan-tahapan yang akan dilalui adalah sebagai berikut:
1.1 Studi Literatur
Metode ini dilaksanakan dengan melakukan studi kepustakaan yang relevan
serta buku-buku maupun artikel-artikel atau e-book dan juga jurnal yang didapatkan melalui internet.
1.2 Riset
Pada tahap ini penulis melakukan kegiatan pencarian data ke perusahaan P.T.
JNE Cabang Medan guna memperoleh data yang akan digunakan dalam
penelitian tersebut
1.3 Analisis
Pada tahap ini digunakan untuk mengolah data yang ada dan kemudian
melakukan analisis terhadap hasil studi literatur yang diperoleh sehingga
menjadi suatu informasi.
1.4 Perancangan Perangkat Lunak
Pada tahap ini, digunakan seluruh hasil analisa terhadap studi literatur yang
dilakukan untuk merancang perangkat lunak yang akan dihasilkan. Dalam
tahapan ini juga dilakukan perancangan bagan arus proses kerja sistem serta
model antarmuka untuk memudahkan dalam penulisan kode program.
1.5 Implementasi
Pada tahap ini dilakukan proses penerapan kedua metode kedalam suatu
applikasi yang dapat diproses sehingga mendapatkan hasil akhir dari suatu
keputusan.
1.6 Pengujian Sistem
Pada tahap ini dilakukan pengujian sistem apakah kedua metode yang
1.7. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
BAB 1: PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
BAB 2: LANDASAN TEORI
Bab ini berisi teori-teori yang berkaitan dengan sistem pendukung keputusan, metode
Profile Matching, metode Anaitycal Hierarchy Process (AHP).
BAB 3 : ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
Bab ini berisi proses pembuatan algoritma program, UML, flowchart sistem, rancangan aplikasi, dan pembuatan user interface aplikasi.
BAB 4 : IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN
Bab ini berisi ulasan dan pengujian terhadap program yang telah diimplementasikan
dengan menggunakan bahasa Visual Basic.net.
BAB 5: KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan yang didapat dalam menjalani penelitian ini dan saran yang
yang berguna dalam usaha untuk melakukan perbaikan dan pengembangan penelitian
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi, Karakteristik dan Kriteria Jasa Kurir
2.1.1 Defenisi Jasa Kurir
Jasa adalah sebagai aktivitas dari suatu hakikat yang tidak berwujud yang berinteraksi
antara konsumen dan pemberi jasa dan sumber daya fisik atau barang dan sistem yang
memberikan jasa, yang memberikan solusi bagi masalah-masalah konsumen [17].Jasa
Kurir adalah cara terbaik untuk menghemat waktu dan uang untuk bisnis Anda terutama
di daerah sibuk. Jasa Kurir melakukan pengiriman dan pengiriman dari semua paket
surat-surat dan pengiriman penting lainnya bahwa perusahaan Anda harus mengirim
atau menerima. jasa Kurir dapat lokal regional atau bahkan internasional tergantung
pada kebutuhan perusahaan. Untuk dapat memilih layanan Jasa Kurir yang sesuai, kita
harus bertanya pada diri sendiri beberapa pertanyaan sederhana. kita juga perlu
mengetahui frekuensi pengiriman kebutuhan lokasi yang sebagian besar paket.
2.1.2 Karakteristik Jasa
Dari pengertian jasa, Lovelock mengatakan bahwa jasa memiliki tiga karakteristik
utama yang merupakan sumber utama dalam suatu pelayaan :
1. More intangible than tangible (cenderung tidak berwujud)
Jasa adalah perbuatan, penampilan, atau suatu usaha sehingga bila seorang
konsumen membeli jasa maka umumnya jasa tersebut tidak berwujud, tetapi bila
konsumen membeli suatu barang maka pada umumnya barang tersebut
2. Simultaneous production and consumption (produksi dan konsumsi serentak)
Jasa diproduksi dan dikonsumsi dalam waktu yang sama, yang berarti penghasil
jasa hadir secara fisik pada saat konsumsi berlangsung.
3. Less standardized and uniform (kurang terstandarisasi dan seragam) Industri
jasa cenderung dibedakan berdasarkan orang (people based) dan peralatan
(equipment based). Hasil jasa orang kurang memiliki standarisasi dibandingkan
dengan hasil jasa yang menggunakan peralatan. Dengan karakteristik jasa
seperti diatas maka bagi konsumen akan menimbulkan kesulitan yang lebih
besar dalam mengevaluasi kualitas jasa (service quality) dibanding kualitas
barang (good quality). Bagaimana konsumen mengevaluasi investasi jasa
/pelayanan yang ditawarkan lebih rumit dan beragam dari pada mereka
mengevaluasi penggunaan bahan/material. Konsumen tidak mengevaluasi
kualitas jasa hanya pada hasilnya saja, tetapi juga mempertimbangkan
penyampaiannya.
2.1.3 Kriteria Jasa Kurir
Dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai kurir maka kinerja jasa kurir
dapat diukur dengan kriteria yang telah tercapai secara keseluruhan. Jika kriteria telah
tercapai berarti jasa kurir telah dianggap memiliki kualitas kerja yang baik. Kemampuan
yang harus dimiliki kurir itu meliputi kompetensi pengetahuan, kompetensi kepribadian
dan kompetensi sosial.
1. Kompetensi pengetahuan
Dalam pelaksaan tugas dan tanggungjawabnya sebagai kurir kompetensi
pengetahuan sangat dibutuhkan untuk tercapainya tujuan dari pelayanan
jasa. Kompetensi pengetahuan meliputi : pengetahuan jangkauan
2. Kompetensi kepribadian
Kepribadian seseorang menjadi modal dalam jasa pelayanan kurir
karena dalam pelaksanaan tugas dan tanggungjawabnya memerlukan
kualitas kepribadian yang baik. Kompetensi kepribadian itu meliputi :
kualitas pelayanan dan tanggunjawab/loyalitas.
3. Kompetensi Sosial
Kompetensi Sosial adalah kemampuan seorang kurir untuk
berkomunikasi dengan baik kepada konsumen dan rekanan kerja guna
tercapainya kualitas pelayanan yang baik.
2.2 Sistem Pendukung Keputusan
Pada dasarnya SPK merupakan pengembangan lebih lanjut dari Sistem Informasi
Manajemen terkomputerisasi yang dirancang sedemikian rupa sehingga bersifat
interaktif dengan pemakainya. Interaktif dengan tujuan untuk memudahkan integrasi
antara berbagai komponen dalam proses pengambilan keputusan seperti prosedur,
kebijakan, analisis, pengalaman dan wawasan manajer untuk mengambil keputusan
yangn lebih baik.
Untuk mengambil suatu keputusan banyak faktor yang mempengaruhi seorang
pengambil keputusan, sehingga perlu untuk mengidentifikasi berbagai faktor yang
penting dan mempertimbangkan tingkat pengaruh suatu faktor dengan faktor yang
lainnya sebelum mengambil keputusan akhir, oleh karena itu secara spesifik penulis
akan membahas permasalahan pemilihan guru terbaik dengan langkah demi langkah
dengan menggunakan metode SPK untuk menghasilkan keputusan akhir yang disebut
2.2.1 Konsep Dasar Sistem Pendukung Keputusan
Konsep SPK pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1970-an oleh Michael Scott
Morton dengan istilah Management Decision System. Michael Scott Morton mendefenisikan SPK sebagai sistem berbasis komputer interaktif, yang membantu para
pengambil keputusan untuk menggunakan data dan berbagai model untuk memecahkan
masalah-masalah tidak terstruktur”. SPK dirancang untuk mendukung seluruh tahapan pembuatan keputusan yang dimulai dari tahap mengidentifikasi masalah, memilih data
yang relevan, menentukan pendekatan yang digunakan dalam proses pembuatan
keputusan, sampai pada kegiatan mengevaluasi pemilihan alternatif.
Untuk membantu mempercepat dan mempermudah proses pengambilan
keputusan, diperlukan suatu bentuk Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System). Tujuannya adalah untuk membantu pengambil keputusan memilih berbagai alternatif keputusan yang merupakan hasil pengolahan informasi-informasi yang
diperoleh/tersedia dengan menggunakan model-model pengambilan keputusan [2].
2.2.2 Pengertian Sistem Pendukung Keputusan
Definisi SPK secara sederhana adalah sebuah sistem yang digunakan sebagai alat bantu
menyelesaikan masalah untuk membantu pengambil keputusan (manajer) dalam
menentukan keputusan tetapi tidak untuk menggantikan kapasitas manajer hanya
memberikan pertimbangan. SPK ditujukan untuk keputusan-keputusan yang
memerlukan penilaian atau pada keputusan-keputusan yang sama sekali tidak dapat
didukung oleh algoritma [14]. Definisi ini belum memberikan gambaran secara spesifik
bahwa SPK berbasis komputer dan akan beroperasi online interakif oleh karena dengan muncul berbagai definisi seperti dibawah ini.
SPK sebagai ”sekumpulan prosedur berbasis model untuk data pemrosesan dan
untuk sukses, sistem tersebut haruslah sederhana, cepat, mudah dikontrol, lengkap
dengan isu-isu penting, dan mudah berkomunikasi [9].
Sistem pendukung keputusan sebagai sebuah sistem berbasis komputer yang
terdiri atas komponen-komponen antara lain komponen sistem bahasa (language), komponen sistem pengetahuan (knowledge) dan komponen sistem pemrosesan masalah (problem processing) yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. Konsep-konsep yang diberikan oleh defenisi tersebut sangat penting untuk memahami hubungan
antara SPK dan pengetahuan [7].
DSS adalah sistem informasi yang membantu untuk mengidentifikasi
kesempatan pengambilan keputusan atau menyediakan informasi untuk membantu
pengambilan keputusan. Pada dasarnya DSS hampir sama dengan SIM karena
menggunakan basis data sebagai sumber data. DSS bermula dari SIM karena
menekankan pada fungsi mendukung pembuat keputusan diseluruh tahap-tahapnya,
meskipun keputusan aktual tetap wewenang eksklusif pembuat keputusan. Untuk
mengajukan model yang menggambarkan proses pengambilan keputusan. Proses ini
terdiri atas tiga fase, yaitu [2]:
1. Intelligence
Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari lingkup
problematika serta proses pengenalan masalah. Data masukan diperoleh,
diproses, dan diuji dalam rangka mengidentifikasikan masalah.
2. Design
Tahap ini merupakan proses menemukan, mengembangkan, dan menganalisis
alternatif tindakan yang bisa dilakukan. Tahap ini meliputi proses untuk
mengerti masalah, menurunkan solusi, dan menguji kelayakan solusi.
Pada tahap ini dilakukan proses pemilihan diantara berbagai alternatif tindakan
yang mungkin dijalankan. Hasil pemilihan tersebut kemudian
diimplementasikan dalam proses pengambilan keputusan.
Ketiga langkah proses pengambilan keputusan yang telah disampaikan dan dapat dilihat
pada gambar 2.1.
Gambar 2.1. Fase Proses Pengambilan Keputusan [2]
Meskipun implementasi termasuk tahap ketiga, namun ada beberapa pihak
berpendapat bahwa tahap ini perlu dipandang sebagai bagian yang terpisah guna
menggambarkan hubungan antar fase secara lebih komprehensif.
2.2.3 Karakteristik dan Kemampuan SPK
Sistem pendukung keputusan dirancang secara khusus untuk mendukung seseorang
yang harus mengambil keputusan-keputusan tertentu. Peranan SPK dalam konteks
keseluruhan sistem informasi ditujukan untuk memperbaiki kinerja melalui aplikasi
teknologi informasi.
Banyaknya definisi yang dikemukakan mengenai pengertian dan penerapan dari
sistem tersebut. Ada beberapa karakteristik dari Sistem Pendukung Keputusan di
antarannya adalah sebagai berikut [7]:
1. Mendukung seluruh kegiatan organisasi
2. Mendukung beberapa keputusan yang saling berinteraksi
3. Dapat digunakan berulang kali dan bersifat konstan
4. Terdapat dua komponen utama, yaitu data dan model
5. Menggunakan baik data ekternal maupun internal
6. Memiliki kemampuan what-if analysis dan goal seeking analysis 7. Menggunakan beberapa model kuantitatif.
Dengan berbagai karakter khusus seperti dikemukakan diatas, SPK memiliki
kemampuan yaitu [2]:
1. Mendukung proses pengambilan keputusan, menitikberatkan pada management by perception
2. Adanya interface manusia / mesin dimana manusia (user) tetap mengontrol proses pengambilan keputusan
3. Mendukung pengambilan keputusan untuk membahas masalah-masalah
terstruktur, semi terstruktur dan tidak terstruktur.
4. Menggunakan model-model matematis dan statistik yang sesuai
5. Memiliki kapabilitas dialog untuk memperoleh informasi sesuai dengan
kebutuhan – model interaktif
6. Output ditujukan untuk semua personil organisasi dalam semua tingkatan
sehingga dapat berfungsi sebagai kesatuan sistem
7. Membutuhkan struktur data komprehensif yang dapat melayani kebutuhan
informasi seluruh tingkatan manajemen
8. Memiliki subsistem-subsistem yang terintegrasi sedemikian rupa sehingga
dapat berfungsi sebagai kesatuan sistem
mengembangkan pendekatan-pendekatan baru dalam membahas masalah yang
dihadapi.
10.Kemampuan sistem beradaptasi dengan cepat, dimana pengambil keputusan
dapat menghadapi masalah-masalah baru, dan pada saat yang sama dapat
menanganinya dengan cara mengadaptasikan sistem terhadap kondisi-kondisi
perubahan yang terjadi.
Dari berbagai kemampuan dan karakteristik seperti yang dijelaskan di atas, sistem
pendukung keputusan juga memiliki keterbatasan, antara lain [7] :
1. Ada beberapa kemampuan manajemen dan bakat manusia sebagai pengguna
yang tidak dapat dimodelkan, sehingga model yang ada dalam sistem tidak
semuanya mencerminkan persoalan yang sebenarnya.
2. Kemampuan suatu sistem pendukung keputusan terbatas pada pengetahuan
dasar serta model dasar yang dimilikinya.
3. Proses-proses yang dapat dilakukan oleh sistem pendukung keputusan biasanya
tergantung juga pada kemampuan perangkat lunak yang digunakannya.
4. Sistem pendukung keputusan tidak memiliki intuisi seperti yang dimiliki oleh
manusia. Karena sistem pendukung keputusan hanya suatu kumpulan perangkat
keras, perangkat lunak dan sistem operasi yang tidak dilengkapi oleh
kemampuan berpikir.
Secara luas, dapat dikatakan bahwa sistem pendukung keputusan berlandaskan pada
kemampuan dari sebuah sistem berbasis komputer dan dirancang untuk menghasilkan
berbagai alternatif yang ditawarkan kepada para pengambil keputusan dalam
2.2.4 Komponen – Komponen SPK
Sistem Pendukung Keputusan memiliki tiga subsistem utama yang menentukan
kapabilitas teknis SPK tersebut, dan subsistem perangkat lunak penyelenggara dialog
[2].
2.2.5 Subsistem Manajemen Basis Data
Ada beberapa perbedaan antara data base untuk SPK dan non-SPK. Pertama, sumber
data yang ditujukan pada SPK lebih ”kaya” dari pada non-SPK dimana data yang diperoleh harus berasal dari luar dan dari dalam karena proses pengambilan keputusan.
SPK membutuhkan proses ekstraksi dan DBMS (Database Management System) yang dalam pengelolaannya harus cukup fleksibel untuk memungkinkan penambahan dan pengurangan secara cepat. Dalam hal ini, kemampuan yang
dibutuhkan dari manajemen data base dapat diringkas, sebagai berikut [11]:
1. Kemampuan untuk mengkombinasikan berbagai variasi data melalui
pengambilan dan ekstraksi data.
2. Kemampuan untuk menambahkan sumber data secara cepat dan mudah.
3. Kemampuan untuk menggambarkan struktur data logikal sesuai dengan
pengertian pamakai sehingga pemakai mengetahui apa yang tersedia dan dapat
menentukan kebutuhan penambahan dan pengurangan.
4. Kemampuan untuk menangani data secara personil sehingga pemakai dapat
mencoba berbagai alternatif pertimbangan personil.
2.2.6 Subsistem Manajemen Basis Model
Salah satu keunggulan SPK adalah kemampuan untuk mengintegrasikan akses data dan
model-model keputusan. Hal ini dapat dilakukan dengan menambahkan model-model
keputusan ke dalam sistem informasi yang menggunakan database sebagai mekanisme
integrasi dan komunikasi di antara model-model.
Salah satu persoalan yang berkaitan dengan model adalah bahwa penyusunan
model seringkali terikat pada struktur model yang mengasumsikan adanya masukan
yang benar dan cara keluaran yang tepat. Sementara itu, model cenderung tidak
mencukupi karena adanya kesulitan dalam mengembangkan model yang terintegrasi
untuk menangani sekumpulan keputusan yang saling bergantungan. Cara untuk
menangani persoalan ini dengan menggunakan koleksi berbagai model yang terpisah,
dimana setiap model digunakan untuk menangani bagian yang berbeda dari masalah
yang dihadapi. Komunikasi antara berbagai model digunakan untuk menangani bagian
yang berbeda dari masalah tersebut. Komunikasi antara berbagai model yang saling
berhubungan diserahkan kepada pengambil keputusan sebagai proses intelektual dan
manual.
Salah satu pandangan yang lebih optimis, berharap untuk bisa menambahkan
model-model ke dalam sistem informasi dengan database sebagai mekanisme integrasi dan komunikasi di antara mereka [11].
Kemampuan yang dimiliki subsistem basis model meliputi:
1. Kemampuan untuk menciptakan model-model baru secara cepat dan mudah.
2. Kemampuan untuk mengakses dan mengintegrasikan model-model keputusan.
3. Kemampuan untuk mengelola basis model dengan fungsi manajemen yang
2.2.7 Subsistem Perangkat Lunak Penyelenggara Dialog
Fleksibilitas dan kekuatan karakteristik SPK timbul dari kemampuan interaksi antara
sistem dan pemakai, yang dinamakan subsitem dialog. Bennet mendefinisikan pemakai,
terminal, dan sistem perangkat lunak sebagai komponen-komponen dari sistem dialog.
Ia membagi subsistem dialog menjadi tiga bagian yaitu:
1. Bahasa aksi, meliputi apa yang dapat digunakan oleh pemakai dalam
berkomunikasi dengan sistem. Hal ini meliputi pemilihan-pemilihan seperti
papan ketik (keyboard), panel-panel sentuh, joystick, perintah suara dan sebagainya.
2. Bahasa tampilan dan presentasi, meliputi apa yang harus diketahui oleh
pemakai. Bahasa tampilan meliputi pilihan-pilihan seperti printer, layar tampilan, grafik, warna, plotter, keluaran suara, dan sebagainya.
3. Basis pengetahuan, meliputi apa yang harus diketahui oleh pemakai agar
pemakaian sistem bisa efektif. Basis pengetahuan bisa berada dalam pikiran
pemakai, pada kartu referensi atau petunjuk, dalam buku manual, dan
sebagainya.
Kombinasi dari kemampuan-kemampuan tersebut terdiri dari apa yang disebut
gaya dialog, misalnya, pendekatan tanya jawab, bahasa perintah, menu-menu, dan
mengisi tempat kosong.
Kemampuan yang harus dimiliki oleh SPK untuk mendukung dialog
pemakai/sistem meliputi:
1. Kemampuan untuk menangani berbagai variasi dialog, bahkan jika mungkin
untuk mengkombinasikan berbagai gaya dialog sesuai dengan pilihan pemakai.
2. Kemampuan untuk mengakomodasikan tindakan pemakai dengan berbagai
peralatan masukan.
3. Kemampuan untuk menampilkan data dengan berbagai variasi format dan
4. Kemampuan untuk memberikan dukungan yang fleksibel untuk mengetahui
basis pengetahuan pemakai.
2.3 Profile Matching
Profile matching adalah salah satu dari metode dalam pengambilan keputusan yang mekanismenya mengasumsikan bahwa terdapat tingkat variabel prediktor yang ideal
yang harus dimiliki oleh pegawai. Bukannya tingkat minimal yang harus dipenuhi atau
dilewati. Dalam profile matching pegawai yang bisa dikategorikan sebagai pegawai terbaik adalah pegawai yang mendekati nilai ideal tersebut [6].
2.3.1 Prosedur Profile Matching
Secara umum proses pengambilan keputusan dalam Profile Matching didasarkan pada langkah-langkah berikut ini yaitu:
1. Menentukan Variabel merupakan langkah pertama dalam metode
profile matching adalah menentukan variabel-variabel yang nantinya digunakan sebagai point penilaian karyawan terhadap jabatan.
2. Menghitung Hasil Pemetaan Gap Kompetensi, Gap adalah beda antara profil jabatan maupun standar untuk perencanaan karir dengan profil
karyawan yang ditunjukkan pada rumus:
Gap = Profil Karyawan - Profil Jabatan [6]
Setelah didapatkan tiap gap masing-masing karyawan, maka tiap profil karyawan diberi bobot nilai sesuai dengan patokan nilai pada tabel
Tabel.2.1 Bobot nilai gap [6]
No Selisih (Gap) Bobot Nilai Keterangan
1 0 6 Tidak ada Gap (kompetensi sesuai
yang dibutuhkan)
2 1 5,5 Kompetensi individu kelebihan 1
tingkat/level
3 -1 5 Kompetensi individu kurang 1
tingkat/level
4 2 4,5 Kompetensi individu kelebihan 2
tingkat/level
5 -2 4 Kompetensi individu kurang 2
tingkat/level
6 3 3,5 Kompetensi individu kelebihan 3
tingkat/level
7 -3 3 Kompetensi individu kurang 3
tingkat/level
8 4 2,5 Kompetensi individu kelebihan 4
tingkat/level
9 -4 2 Kompetensi individu kurang 4
tingkat/level
10 5 1,5 Kompetensi individu kelebihan 59
tingkat/level
11 -5 1 Kompetensi individu kurang 5
tingkat/level
3. Setelah menentukan bobot nilai gap untuk setiap aspek penilaian, tiap
aspek tersebut dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok
core factor dan secondary factor. Rumus untuk perhitungan core factor adalah :
� � = ∑� ∑� � [ ]
Keterangan :
NCF = Nilai rata-rata core factor
Rumus untuk perhitungan secondary factor adalah :
��� = ∑��∑��� [ ]
Keterangan :
NSF = Nilai rata-rata secondary factor
∑NS(Aspek) = Jumlah total nilai secondary factor IS = Jumlah item secondary factor
Setelah didapatkan nilai rata-rata core factor dan secondary factor
kemudian ditentukan nilai total dari aspek, rumusnya adalah.
� � = %� � + %��� [ ]
Keterangan :
N(Aspek) = Nilai total dari aspek
(x)% = Nilai persen yang di inputkan
NCF = Nilai rata-rata core factor NSF = Nilai rata-rata secondary factor
Setelah didapat nilai total dari aspek kemudian dapat di tentukan hasil
akhir yang berupa ranking dari pegawai dengan menggunakan rumus :
∑ %� �
2.4 AHP (Analytical Hierarchy Process)
AHP yang dikembangkan oleh Thomas L Saaty merupakan model hirarki fungsional
dengan Input utamanya persepsi manusia. Dengan adanya hierarki masalah yang
kompleks atau tidak terstruktur dipecah dalam sus-sub masalah kemudian disusun
dalam bentuk hierarki yang terdiri dari 3 komponen utama. Yaitu tujuan atau goal dari
pengambilan keputusan, kriteria penilaian dan alternatif pilihan. Adapun gambar dari
hierarki tersebut adalah sebagai berikut.
Gambar 2.1. Tingkatan Hierarki pengkriteriaan AHP [8]
Setelah permasalahan multikriteria dimodelkan dalam hierarki seperti gambar
diatas, maka dapat dimulai tahapan perbandingan berpasangan (pairwise comparison)
untuk menentukan bobot kriteria. Tahap perbandingan berpasangan ini akan digunakan
pada saat mencari/menghitung bobot kriteria dan bobot alternatif untuk setiap kriteria
penilaian. Misal ada sejumlah m kriteria M dan sejumlah n alternatif N. Maka
perbandingan berpasangan dilakukan antar anggota kriteria M pada tahap mencari
bobot kriteria. Dan perbandingan berpasangan dilakukan antar anggota alternatif N
untuk setiap anggota kriteria M. Perbandingan berpasangan dilakukan berdasarkan
preferensi subyektif dari pengambil keputusan. Setelah bobot kriteria didapatkan,
selanjutnya dilakukan pengecekan konsistensi untuk matrik perbandingan
berpasangan-nya. Jika lebih dari 0.1 maka harus dilakukan perbandingan berpasangan kembali
sampai didapat ratio kurang dari atau sama dengan 0.1 (konsisten) dan juga tidak sebatas
0,1 bahkan jika hasil 0,0001 lebih konsisten. Hal yang serupa dilakukan juga terhadap
masing-masing matrik perbandingan antar alternatif. Setelah bobot kriteria dan bobot
GOAL
Criteria A Criteria B Criteria C Criteria D
alternatif didapatkan maka dihitung total dari perkalian antara bobot alternatif dengan
bobot kriteria yang bersesuaian [6].
2.4.1 Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process
Penyelesaian permasalahan dengan AHP ada beberapa prinsip yang harus dipahami,
yaitu sebagai berikut [6]:
1. Membuat Hierarki (Decomposition)
Sistem yang kompleks mampu dipahami dengan membaginya menjadi
elemen-elemen yang lebih kecil dan bisa dimengerti seperti pada gambar 2.3
Gambar 2.3 Hierarki 3 level AHP
2. Penilaian kriteria dan alternatif (Comparative Judgement)
Kriteria dan alternatif dilakukan dengan perbandingan berpasangan. Proses
yang paling mudah adalah membandingkan dua hal dengan keakuratan
perbandingan tersebut dapat dipertanggungjawabkan untuk itu Saaty (1980)
menetapkan secara kualitatif 1 sampai dengan 9 untuk menilai tingkat
perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen terhadap elemen lain seperti
Tabel 2.2 Skala Penilaian Perbandingan Pasangan Saaty [6]
Intensitas
Kepentingan Keterangan
1 Kedua elemen sama pentingnya
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya
5 Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya
7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya
9 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya
2, 4, 6, 8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang berdekatan
Kebalikan
Jika untuk aktifitas i mendapat satu angka dibanding
dengan aktifitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya
dibanding dengan i.
Pengisian nilai tabel perbandingan berpasangan dilakukan berdasarkan
kebijakan pembuat keputusan dengan melihat tingkat kepentingan antar satu
elemen dengan elemen yang lainnya. Proses perbandingan berpasangan, dimulai
dari perbandingan kriteria misalnya A1, A2 dan A3. Maka susunan
Tabel 2.3 Contoh Matriks Perbandingan Berpasangan
A1 A2 A3
A1 1
A2 1
A3 1
Untuk menentukan nilai kepentingan relatif antar elemen digunakan
skala bilangan dari 1 sampai 9 yang dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Apabila suatu elemen dibandingkan dengan dirinya sendiri maka diberi
nilai 1. Jika elemen i dibandingkan dengan elemen j mendapatkan nilai tertentu,
maka elemen j dibandingkan dengan elemen i merupakan kebalikannya.
3. Menentukan Prioritas (synthesis of priority)
Menentukan prioritas dari elemen-elemen kriteria dianggap sebagai
bobot/kontribusi elemen terhadap tujuan pengambilan keputusan. AHP
melakukan analisis prioritas elemen dengan metode perbandingan berpasangan
antara dua elemen sehingga semua elemen yang ada terpenuhi. Prioritas ini
ditentukan berdasarkan pandangan para pakar dan pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap pengambilan keputusan, baik secara langsung (diskusi)
maupun secara tidak langsung (kuisioner).
4. Konsistensi Logis (Logical Consistency)
Konsistensi memiliki dua pengertian. Pertama, objek-objek yang serupa bisa
dikelompokkan sesuai dengan kesamaan dan relevansi. Kedua, menyangkut
2.4.2 Prosedur Analytical Hierarchy Process
Secara umum pengambilan keputusan dengan metode AHP didasarkan pada
langkah-langkah berikut:
1. Mendefenisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
2. Membuat struktur yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan
kriteria dan kemungkinan alternatif pada tingkatan kriteria yang paling bawah.
3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi
relatif pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan kriteria yang
setingkat diatasnya. Perbandingan berdasarkan “judgement” dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan
elemen lainnya.
4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh judgement seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen
yang dibandingkan.
5. Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten
maka pengambilan data diulangi. Nilai eigen vector yang dimaksud adalah nilai
eigen vector maksimum yang diperoleh.
6. Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
7. Menghitung vector eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai
vector eigen merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensistesis
judgement dalam penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan.
8. Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilainya lebih dari 10% atau tidak
memenuhi dengan CR < 0, 100; maka penilaian data judgement harus diulang kembali. [6]
Dari Langkah-langkah dalam menggunakan metode AHP diatas maka penulis
1. Menentukan kriteria-kriteria yang akan digunakan dalam memilih kurir.
2. Menyusun kriteria-kriteria tersebut dalam bentuk matriks berpasangan.
3. Menjumlahkan matriks kolom yang disebut dengan jumlah elemen.
4. Menentukan bobot relatif yang dinormalkan (normalized relatif weight) dengan cara membandingkan masing-masing nilai skala dengan jumlah elemennya.
5. Menghitung nilai prioritas vektor (nilai eigen) kriteria dengan rumus
menjumlahkan matriks baris pada langkah 4 dan dibagi dengan jumlah kriteria.
6. Menghitung nilai lamda maksimum, dengan rumus : λmaks = ∑ ��
7. Menguji konsistensi matriks berpasangan kriteria yaitu nilai Indeks Konsisten,
dengan rumus CI = ���� − �
�−1
8. Menghitung Rasio Konsistensi, dengan rumus CR = ��
��
Dimana : RI adalah nilai indeks random yang berasal dari tabel random seperti tabel 2.4
Tabel 2.4 Indeks Random [6]
N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
RI 0.00 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49 1.51
Jika CR < 0.1 maka nilai perbandingan berpasangan pada matriks kriteria yang
diberikan konsisten. Jika CR ≥ 0.1, maka nilai perbandingan berpasangan pada
matriks kriteria yang diberikan tidak konsisten. Jika tidak konsisten maka
pengisian nilai-nilai pada matriks berpasangan pada unsur kriteria maupun
alternatif harus diulang.
9. Menentukan jumlah kurir yang akan menjadi pilihan untuk menghasilkan tenga
kurir terbaik.
10.Menyusun jumlah kurir yang telah ditentukan dalam bentuk matriks
berpasangan untuk masing-masing kriteria. Ada n buah matriks berpasangan
11.Masing-masing matriks berpasangan antar kurir sebanyak n buah matriks,
tiap-tiap matriksnya dijumlah perkolomnya.
12.Menghitung nilai prioritas masing-masing matriks berpasangan antar kurir
dengan rumus pada langkah 4 dan langkah 5.
13.Menghitung nilai lamda maksimum, dengan rumus : λmaks = ∑ ��
14.Menghitung konsistensi matriks berpasangan antar kurir dengaan mengikuti
langkah-langkah pada nomor 7 dan nomor 8.
15.Menyusun matriks baris antar kurir dengan matriks baris kriteria yang isinya
hasil perhitungan proses langkah 9.
16.Hasil akhir berupa prioritas global dari perkalian nilai prioritas masing-masing
matriks kriteria dengan matriks antar kurir yang kemudian dijumlahkan. Nilai
BAB 3
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
3.1 Analisis Sistem
Analisis sistem terdiri dari fase-fase berbeda yang mendeskripsikan pengembangan
sistem. Dalam tugas akhir ini, ada dua fase analisis yaitu: analisis masalah, dan analisis
kebutuhan. Analisis masalah bertujuan untuk memahami kelayakan masalah. Analisis
kebutuhan dilakukan untuk menjelaskan fungsi-fungsi yang ditawarkan dan mampu
dikerjakan sistem.
3.1.1 Analisis Masalah
Pemilihan kurir/karyawan yang tepat untuk melayani masalah konsumen mengenai
pelayanan yang tersedia di PT. JNE cabang Medan sangat menentukan kepuasan
pelayanan dan akan meningkatkan omset Perusahaan tersebut. Untuk mendapatkan
kurir/karyawan yang tepat, maka sebelum diterima sebagai kurir akan diseleksi oleh
bagian HRD. Adapun kriteria untuk pemilihan kurir sudah ditentukan oleh pihak
perusahaan, sebagai berikut: penguasaan wilayah, kepemilikan dan izin kendaraan,
pendidikan, kepribadian, dan pengalaman kerja. Penjelasan dari masing-masing kriteria
sebagai berikut:
1. Kriteria pengetahuan meliputi penguasaan wilayah seorang calon kurir yang
akan digunakan dalam bekerja
2. Kriteria kepemilikan dan izin kendaraan ini mengenai apakah calon kurir
3. Kriteria pendidikan merupakan pendidikan terakhir yang dimiliki oleh calon
kurir.
4. Kriteria kepribadian, merupakan penilaian bagaimana calon kurir mampu
mengendalikan diri jika menemui konsumen yang emosi, memiliki humor serta
tidak terpancing untuk berbuat dan berkata kasar.
5. Kriteria pengalaman kerja, merupakan kriteria pendukung, apakah calon kurir
memiliki pengalaman kerja atau tidak.
Penilaian setiap calon kurir terhadap kriteria-kriteria yang ada dilakukan ini selanjutnya
di masukan kedalam kedua metode yaitu : metode Profile Matching dan Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan model penilaian yang bersifat kuantitaf. Analisis masalah pada sistem yang dirancang dapat digambarkan dalam diagram Ishikawa
seperti pada Gambar 3.1
Gambar 3.1 Diagram Ishikawa
3.1.2 Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan terbagi dua bagian, yaitu kebutuhan fungsional dan kebutuhan
nonfungsional. Kebutuhan fungsional mendeskripsikan aktivitas yang disediakan suatu
sistem. Sedangkan kebutuhan nonfungsional mendeskripsikan fitur, karakteristik dan
batasan lainnya.
3.1.2.1 Kebutuhan Fungsional
Kebutuhan fungsional adalah fungsi-fungsi yang harus dipenuhi pada aplikasi yang
dirancang. Kebutuhan fungsional yang harus dipenuhi aplikasi yang dirancang adalah
sebagai berikut:
a. Sistem mampu menentukan nilai peringkat ranking kurir/karyawan yang
dibutuhkan berdasarkan data yang telah di input user.
b. Sistem mampu menentukan kriteria dan sub kriteria kurir/karyawan yang
telah di input user didalam algoritma AHP (Analytical Hierarchy Process). c. Sistem mampu menentukan aspek-aspek kurir/karyawan yang telah di input
user didalam algoritma Profile Matching.
d. Sistem mampu membandingkan perhitungan ranking karyawan berdasarkan
kedua metode tersebut diatas.
3.1.2.2 Kebutuhan Nonfungsional
Kebutuhan nonfungsional mencakup karakteristik berikut:
1. Performa
Perangkat lunak yang akan dibangun dapat melaksanakan tugasnya dengan
waktu yang tidak terlalu lama.
2. Efisiensi
Sistem atau perangkat lunak yang akan dibangun harus sesederhana
mungkin agar mudah digunakan oleh pengguna (user) dan responsif. 3. Ekonomi
Sistem atau perangkat lunak yang akan dibangun harus dapat bekerja dengan
baik tanpa harus mengeluarkan biaya tambahan dalam penggunaan
4. Informasi
Sistem harus mampu menyediakan informasi tentang data yang akan
digunakan pada sistem.
5. Kontrol
Perangkat lunak yang dibangun akan menampilkan pesan error untuk setiap
input yang tidak sesuai.
6. Pelayanan
Sistem yang telah dirancang bisa dikembangkan ke tingkat yang lebih
kompleks lagi bagi pihak-pihak yang ingin mengembangkan sistem tersebut.
3.2 Sistem
Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan,
berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu
sasaran tertentu. Sistem dapat dijelaskan dengan sederhana sebagai perangkat elemen
yang digabungkan satu dengan lainnya untuk tujuan bersama.
Sistem mempunyai maksud tertentu. Ada yang menyebutkan maksud suatu
sistem adalah untuk mencapai suatu tujuan (goal) dan ada juga yang menyebutkan untuk mencapai suatu sasaran (objectives).
3.2.1 Karakteristik Sistem
Karakteristik sistem dapat dijabarkan sebagai berikut :
a) Komponen Sistem (Component)
Merupakan bagian-bagian atau elemen-elemen sistem. Komponen sistem
saling berinteraksi membentuk satu kesatuan komponen dari sistem yang
dapat berupa subsistem atau bagian sistem. Setiap subsistem memiliki
sifat-sifat dari sistem untuk menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi
b) Batas Sistem (Boundary)
Merupakan suatu daerah yang membatasi suatu sistem dengan lingkungan
luarnya atau sistem yang lain. Batas suatu sistem menunjukkan ruang lingkup
sistem tersebut. Batas sistem ini memungkinkan suatu sistem dipandang
sebagai suatu kesatuan.
c) Lingkungan Luar Sistem (Environments)
Apapun yang berada di luar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi
sistem. Lingkungan luar bisa bersifat merugikan atau menguntungkan.
Lingkungan luar yang menguntungkan disebut energi dan harus dijaga,
sedangkan yang merugikan harus ditahan dan dikendalikan agar tidak
mengganggu sistem.
d) Antar Muka (Interface)
Merupakan penghubung antara subsistem dengan subsistem lainnya, yang
memungkinkan sumber daya mengalir dari subsistem ke subsistem lainnya.
e) Masukan (Input)
Adalah energi yang dimasukkan ke dalam sistem.
f) Keluaran (Output)
Hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang
berguna dan sisa pembuangan.
g) Pengolahan (Process)
Bagian yang mengolah masukan menjadi keluaran.
h) Sasaran (Objectives) atau Tujuan (Goal)
Sasaran sistem menentukan masukan yang dibutuhkan dan keluaran yang
akan dihasilkan sistem [5].
3.3 Perancangan Sistem
Perancangan sistem yang dirancang bertujuan untuk menggambarkan semua kondisi
dan bagian-bagian yang berperan dalam sistem yang dirancang. Perancangan sistem
(UML) adalah sebuah bahasa pemodelan sistem berorientasi objek yang digunakan
untuk memvisualisasi, menentukan, membangun, dan mendokumentasikan kebutuhan
perilaku sebuah sistem [19]. Dalam penelitian ini, hanya digunakan dua diagram untuk
memodelkan sistem, yaitu use case diagram dan activity diagram
3.3.1 Use Case Diagram
Use-Case diagram pada pemodelan aplikasi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.2
Perhitungan
Gambar 3.2 Use Case Diagram Sistem
3.3.2 Diagram Activity
Diagram Activity merupakan suatu alir yang menggambarkan berbagai alir aktivitas dalam sistem yang sedang dirancang, tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana
Memulai aplikasi
Gambar 3.3 Diagram Activity Sistem
User/Admin Sistem
Gambar 3.4 Diagram Activity Sistem Algoritma Profile Matching
Diagram activity untuk Proses perhitungan ranking karyawan menggunakan algoritma AHP (Analytical Hierarchy Procsess) dapat dilihat pada Gambar 3.5
User/Admin Sistem
3.3.3 Class Diagram
Class diagram untuk sistem yang akan dirancang dapat dilihat pada Gambar 3.6.
Kriteria
Gambar 3.6 Class Diagram
3.4 Data Kriteria/Aspek Perusahaan
Data kriteria/aspek perusahaan ini digunakan sebagai acuan dari nilai perhitungan
kedua metode AHP (Analytical Hierarchy Process) dan Profile Matching Tiap karyawan/kurir yang akan direkrut.
Tabel 3.1 Data Kriteria/Aspek Perusahaan
Nama
Pendidikan Kepribadian Pengalaman Kerja
3.5 Perhitungan Algoritma AHP (Analytical Hierarchy Process)
Pada tahap ini terdapat tiga hal penting, yaitu penginputkan kriteria karyawan ,profile
perusahaan dan pengsubkriterian karyawan, proses perhitungan Algoritma AHP
3.5.1 Pengkriterian Karyawan
Dalam menggunakan pemecahan suatu masalah dengan algoritma AHP (Analytical Hierarchy Process) langkah pertama yang dilakukan yaitu:
1. Menentukan kriteria calon karyawan/kurir. Kriteria-kriteria yang dibutuhkn perusahaan adalah penguasaan wilayah, kepemilikan kendaraan, pendidikan,
kepribadian, pengalaman kerja.
2. Menyusun kriteria-kriteria calon karyawan/kurir dalam matriks berpasangan
seperti tabel 3.2
Tabel 3.2 Tabel Matriks Kriteria Karyawan/Kurir Kriteria Penguasaan
Cara pengisian elemen-elemen matriks pada Tabel 3.2, adalah sebagai berikut:
a. Elemen a[i,j] = 1, dimana i = 1,2,3,...n. Untuk penelitian ini, n = 5. b. Elemen matriks segitiga atas sebagai input.
c. Elemen matriks segitiga bawah mempunyai rumus
�[ , ] = �[ , ] ≠
3. Menjumlahkan setiap kolom pada tabel 3.2
Keterangan:
i = Baris j = Kolom
n = banyak kriteria (5)
K pw = Jumlah kolom Penguasaan Wilayah K kk = Jumlah kolom Kepemilikan Kendaraan K pend = Jumlah kolom Pendidikan
K kep = Jumlah kolom kepribadian
K pk = Jumlah kolom pengalaman kerja
4. Menentukan nilai elemen kolom kriteria dengan rumus tiap-tiap sel pada Tabel 3.2 dibagi dengan masing-masing jumlah kolom pada langkah 3.
H Kpw = (Xpw1…Xpw5) / Kpw H Kkk = (Xkk1…Xkk5) / Kkk
H Kpend = (Xpend1…Xpend5) / Kpend H Kkep = (Xkep1…Xkep5) / Kkep H Kpk = (Xpk1…Xpk5) / Kpk
Keterangan :
N = banyak kriteria (5)
Xkpw = Setiap sel kolom penguasaan wilayah Xkkk = Setiap Sel kolom kepemilikan kendaraan Xkpend = Setiap Sel kolom pendidikan
Xkkep = Setiap Sel kolom kepribadian Xkpk = Setiap Sel kolom pengalaman kerja
Hkpw = Hasil bagi setiap sel kolom penguasaan wilayah dengan jumlah kolom penguasaan wilayah
Hkkk = Hasil bagi setiap sel kolom kepemilikan kendaraan dengan jumlah kolom kepemilikan kendaraan
Hkpend = Hasil bagi setiap sel kolom pendidikan dengan jumlah kolom pendidikan
Hkkep = Hasil bagi setiap sel kolom kepribadian dengan jumlah kolom kepribadian
Hkpk = Hasil bagi setiap sel kolom pengalaman kerja dengan jumlah kolom pengalaman kerja
� = ∑ �[ , Bkk = Jumlah baris kepemilikan kendaraan Bpend = Jumlah baris pendidikan
Bkep = Jumlah baris kepribadian Bpk = Jumlah baris pengalaman kerja Ppw = Prioritas penguasaan wilayah Pkk = Prioritas kepemilikan kendaraan Ppend = Prioritas pendidikan
Pkep = Prioritas kepribadian Pkk = Prioritas pengalaman kerja
6. Memasukkan data-data karyawan/kurir dalam bentuk matriks berpasangan seperti tabel 3.3.
Tabel 3.3 Tabel Matriks Karyawan/Kurir
7. Menjumlah setiap kolom pada Tabel 3.3.
KDpw = Jumlah kolom karyawan per penguasaan wilayah KDkk = Jumlah kolom karyawan per kepemilikan kendaraan KDpend = Jumlah kolom karyawan per pendidikan
KDkep = Jumlah kolom karyawan per kepribadian KDpk = Jumlah kolom karyawan per pengalaman kerja
8. Menentukan nilai elemen kolom karyawan dengan rumus tiap-tiap sel pada Tabel
3.3 dibagi dengan jumlah kolom pada langkah 7.
H DKpw = (XDpw1…XDpwn) / Kpw
Xdkkn = Setiap Sel kolom karyawan per kepemilikan kendaraan
Xdpendn = Setiap Sel kolom karyawan per pendidikan
Xdkepn = Setiap Sel kolom karyawan per kepribadian
Xdpkn = Setiap Sel kolom karyawan per pengalaman kerja