• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Metode Profile Matching dan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) pada Perekrutan Tenaga Kurir (Studi Kasus PT. JNE Cabang Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Implementasi Metode Profile Matching dan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) pada Perekrutan Tenaga Kurir (Studi Kasus PT. JNE Cabang Medan)"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI METODE PROFILE MATCHING DAN

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

(AHP) PADA PEREKRUTAN TENAGA KURIR

(STUDI KASUS PT. JNE CABANG MEDAN)

SKRIPSI

FIKI NOFEMBRI

111421059

PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

IMPELMENTASI METODE PROFILE MATCHING DAN METODE ANALYTICAL HEIRARCHY PROCESS (AHP)

PADA PEREKRUTAN TENAGA KURIR (STUDI KASUS PT. JNE CABANG MEDAN)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh ijazah Sarjana Ilmu Komputer

FIKI NOFEMBRI 111421059

PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

PERSETUJUAN

Judul : IMPLEMENTASI METODE PROFILE MATCHING

DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS PADA

PEREKRUTAN TENAGA KURIR (STUDI KASUS PT.

JNE CABANG MEDAN)

Kategori : SKRIPSI

Nama : FIKI NOFEMBRI

Nomor Induk Mahasiswa : 111421059

Program Studi : EKSTENSI S1 ILMU KOMPUTER

Fakultas : ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

M. Andri Budiman, ST, M.Comp.Sc, MEM Drs. Marihat Situmorang, M.Kom

NIP. 197510082008011011 NIP. 196312141989031001

Diketahui/disetujui oleh

Program Studi S1 Ilmu Komputer

Ketua,

Dr. Poltak Sihombing, M.Kom

(5)

IMPLEMENTASI METODE PROFILE MATCHING DAN METODE

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS PADA PEREKRUTAN TENAGA KURIR

(STUDI KASUS PT. JNE CABANG MEDAN)

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa

kutipan dan ringkasan yang masing-masing telah disebutkan sumbernya.

Medan, Maret 2014

Fiki Nofembri

(6)

PENGHARGAAN

Alhamdulillahirrabbila’lamin. Segala dan puji syukur penulis panjatkan hanya kepada Allah SWT, Pemelihara dan pengatur seluruh alam semesta, karena atas limpahan

rahmat, taufik dan hidayah-Nya, penulis mampu menyelesaikan Skripsi ini, serta

shalawat dan beriring salam penulis ucapakan kepada Nabi Besar Muhammad SAW.

Skripsi ini dikerjakan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana

Ilmu Komputer Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas

Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tentunya tak

lepas dari dorongan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala

kerendahan hati penulis mengungkapkan rasa terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc(CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Muhammad Zarlis Selaku Dekan Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Poltak Sihombing, M.Kom selaku Ketua Program Studi S1 Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Maya Silvi Lydia, B.Sc, M.Sc selaku Sekretaris Program Studi S1 Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Drs. Marihat Situmorang, M.Kom selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, saran dan masukan kepada penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

6. Bapak M. Andri Budiman, ST, M.Comp.Sc, MEM selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, saran dan masukan kepada penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

(7)

8. Bapak Handrizal, S.Si, M.Comp.Sc selaku Dosen Pembanding II yang telah memberikan kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.

9. Seluruh dosen dan pegawai Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara dan program Studi S1 Ilmu Komputer Fasilkom-TI USU.

10. Ayahanda H. Zuardy Jamaan, Ibunda Iswarni serta kakanda Fivi Hardiyanti, SH yang selalu memberikan kasih sayang dan dukungannya kepada penulis.

11. Keluarga besar Ekstensi Ilmu Komputer, khususnya semua teman dan sahabat angkatan 2011 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas ide, saran, dan kerja samanya selama ini.

Semoga Allah SWT melimpahkan berkah kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, perhatian, serta dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pribadi, keluarga, masyarakat, organisasi dan negara.

Penulis,

(8)

ABSTRAK

Sistem pendukung keputusan merupakan salah satu metode ilmiah dalam melakukan penarikan suatu kesimpulan. Dalam proses perekrutan karyawan yang baik yaitu pemilihan berdasarkan hasil seleksi yang efektif, dengan memperhatikan beberapa kriteria-kriteria yang diinginkan perusahaan. Kendala yang didapat dalam pengambilan suatu keputusan yaitu banyaknya hasil dengan pilihan yang sama. Kendala dalam pengambilan keputusan ini dapat diselesaikan dengan dua metode yaitu metode Profile Matching dan AHP (Analytical Hierarchy Process) dengan memperhatikan data kriteria karyawan perusahaan. Profile Matching menghasilkan nilai ranking berdasarkan selisih nilai pembobotan karyawan dengan kriteria, sedangkan AHP berdasarkan perbandingan nilai hasil iterasi matriks kriteria dengan matriks subkriteria yang menghasilkan nilai konsistensi indeks < 0,1. Hasil perangkingan profile matching merekomendasikan karyawan K0002 dengan nilai 5,6 sedangkan hasil perangkingan AHP merekomendasikan karyawan K0001 dengan nilai 0,292. Hasil perankingan kedua metode ini yang dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan untuk perekomendasian karyawan. Implementasi sistem ini menggunakan bahasa pemorgraman Microsoft Visual Basic.Net dan MySQL sebagai database management system.

(9)

THE IMPLEMENTATION OF PROFILE MATCHING METHOD AND ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) METHOD TO

RECRUITMENT PROCESS EMPLOYES (CASE STUDY AT PT. JNE MEDAN)

ABSTRACT

Decision support system is one of the scientific method for take a conclution. On good recruitment process is result effective selection, with notice some criteria of the company. The problem exist to make a decision is the number of results with the same choices. This problems can be solved with two methods: Profile Matching and AHP method ( Analytical Hierarchy Process ) and with exame file criteria of the company. The Profile Matching method give a value weighted ranking with be based on the difference value of employees criteria, while the AHP method is give a comparison of the results of the iteration matrix of criteria to sub-criteria matrix that produces consistency index value < 0.1. The results of ranking the profile matching recommend K0002 with the value of 5.6 , while the results of the AHP ranking recommend K0001 with the value 0.292. Both of the results of ranking algorithm which is for a reference in the decision to recomemendation process. The implementation of this system using a programming language Microsoft Visual Basic.Net and MySQL as a database management system (DBMS).

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ... ii

Pernyataan ... iii

Penghargaan ... iv

Abstrak ... vi

Abstract ... vii

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar ... xiii

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Batasan Masalah ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 3

1.6 Metodologi Penelitian ... 4

1.7 Sistematika Penulisan ... 5

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Defenisi, Karakteristik dan kriteria jasa kurir ... 6

2.1.1 Defenisi Kurir ... 6

2.1.2 Karakteristik ... 6

2.1.3 Kriteria jasa kurir ... 7

2.2 Sistem Pendukung Keputusan... 8

2.2.1 Konsep Dasar Sistem Pendukung Keputusan ... 9

2.2.2 Pengertian Sistem Pendukung Keputusan ... 9

2.2.3 Karakteristik dan Kemampuan SPK ... 11

2.2.4 Komponen-komponen SPK ... 14

2.2.5 Sistem manajemen basis data... 14

2.2.6 Subsistem manajemen basis model ... 15

2.2.7 Subsistem penyelengara lunak basis dialog ... 16

2.3 Profile Matching ... 17

2.3.1 Prosedur profile matching ... 17

2.4 Analytical hierarchy Process (AHP) ... 19

(11)

2.4.2 Prosedur Analytical hierarchy process (AHP) ... 24

Bab 3 Analisis dan Perancangan Sistem 3.1 Analisis Sistem... 27

3.2.1 Karakteristik sistem ... 30

3.3 Perancangan Sistem ... 31

3.3.1 Use Case Diagram... 32

3.3.2 Diagram Activity ... 32

3.3.3 Class Diagram ... 35

3.4 Data Kriteria/Aspek Perusahaan ... 35

3.5 Perhitungan algoritma AHP (Analytical Hierarchy Process) ... 35

3.6 Perhitungan Algoritma Profile Matching... 64

3.6.1 Penentuan Aspek/Kriteria Karyawan dan profile ... 64

3.6.2 Penentuan Nilai GAP dan Pembobotan ... 65

3.6.3 Pengelompokan Core Factor, Secondary Factor dan Perankingan . 67 3.7 Flow Chart Sistem ... 69

3.7.1 Flowchart Algoritma Profile Matching ... 71

3.7.2 Flowchart Algoritma AHP ... 72

3.8 Kamus Data ... 75

3.8.1 Tabel admin ... 76

3.8.2Tabel Karyawan ... 76

3.8.3 Tabel Kriteria ... 76

3.9 Perancangan Antar Muka (interface) ... 77

3.9.1 Menu Utama... 77

3.9.2 Tambah Data Karyawan ... 78

3.9.3 Halaman Kriteria AHP ... 79

(12)

3.9.5 Halaman Aspek Profile Matching ... 81

Bab 4 Implementasi Program 4.1 Spesifikasi Perangkat ... 82

4.1.1 Perangkat Keras ... 82

4.1.2 Perangkat Lunak ... 82

4.2 Penggunaan Program ... 83

4.2.1 Halaman Login Admin ... 83

4.2.2 Halaman Menu Utama ... 84

4.2.3 Halaman Data karyawan ... 85

4.2.4 Halaman Proses AHP Kriteria ... 85

4.2.5 Halaman Proses AHP SubKriteria ... 86

4.2.6 Halaman Proses AHP perankingan ... 87

4.2.7 Halaman Proses Profile Matching ... 87

Bab 5 Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan ... 89

5.2 Saran ... 89

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Bobot nilai GAP ... 18

Tabel 2.2 Skala penilaian perbandingan pasangan saaty ... 22

Tabel 2.3 Contoh matriks perbandingan berpasangan ... 23

Tabel 2.4 Indexs random ... 25

Tabel 3.1 Data kriteria/Aspek sistem ... 35

Tabel 3.2 Tabel matriks pengkriteriaan karyawan/kurir ... 36

Tabel 3.3 Tabel matriks karyawan/kurir ... 38

Tabel 3.4 Tabel masukan Nilai matriks perbandingan perusahaan ... 44

Tabel 3.5 Tabel matriks Pembagian jumlah kolom kriteria perusahaan ... 44

Tabel 3.6 Nilai prioritas kriteria ... 45

Tabel 3.7 Hasil Bagi Nilai Jumlah Baris Tabel 3.6 dengan Nilai Prioritas Kriteria . ... 46

Tabel 3.8 Nilai Perbandingan Calon Karyawan Tiap Kriteria ... 48

Table 3.9 Nilai Pembagian Jumlah Kolom Calon Karyawan tiap Kriteria ... 48

Tabel 3.10 Nilai Prioritas Karyawan tiap Kriteria ... 49

Tabel 3.11 Hasil Bagi Jumlah Baris Tabel 3.9 dengan Nilai Prioritas karyawan ... ... 49

Tabel 3.12 Masukan Nilai Perbandingan Calon Karyawan Tiap Kriteria ... 51

Tabel 3.13 Nilai Pembagian Jumlah Kolom Calon Karyawan tiap Kriteria ... 51

Tabel 3.14 Tabel Nilai Prioritas karyawan ... 52

Tabel 3.15 Hasil Bagi Jumlah Baris Tabel 3.12 dengan Nilai Prioritas karyawan . 52 Tabel 3.16 Masukan Nilai Perbandingan Calon Karyawan Tiap Kriteria ... 54

Tabel 3.17 Nilai Pembagian Jumlah Kolom Calon Karyawan tiap Kriteria ... 54

Tabel 3.18 Tabel Nilai Prioritas karyawan ... 55

Tabel 3.19 Hasil Bagi Jumlah Baris Tabel 3.18 dengan Nilai Prioritas karyawan . 55 Tabel 3.20 Masukan Nilai Perbandingan Calon Karyawan Tiap Kriteria ... 57

Tabel 3.21 Nilai Pembagian Jumlah Kolom Calon Karyawan tiap Kriteria ... 57

Tabel 3.22 Tabel Nilai Prioritas karyawan ... 58

Tabel 3.23 Hasil Bagi Jumlah Baris Tabel 3.19 dengan Nilai Prioritas karyawan . 58 Tabel 3.24 Masukan Nilai Perbandingan Calon Karyawan Tiap Kriteria ... 60

Tabel 3.25 Nilai Pembagian Jumlah Kolom Calon Karyawan tiap Kriteria ... 60

Tabel 3.26 Tabel Nilai Prioritas karyawan ... 61

(14)

Tabel 3.29 Tabel Nilai Prioritas Tujuan Masing-Masing Karyawan ... 63

Tabel 3.30 Tabel Nilai Prioritas Tujuan Masing-Masing Karyawan ... 63

Tabel 3.31 Tabel Data Aspek Karyawan ... 64

Tabel 3.32 Tabel Data Aspek Karyawan Dalam angka ... 65

Tabel 3.33 Tabel Standar Profile Perusahaan ... 65

Tabel 3.34 Tabel GAP Aspek Karyawan ... 66

Tabel 3.35 Tabel Bobot Nilai ... 66

Tabel 3.36 Tabel Hasil Pembobotan Aspek Karyawan ... 67

Tabel 3.37 Tabel Hasil Pembobotan Aspek Karyawan ... 68

Tabel 3.38 Tabel Hasil Perankingan Karyawan... 68

Tabel 3.39 Tabel Admin ... 76

Tabel 3.40 Tabel Karyawan ... 76

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Fase – fase proses pengambilan keputuasan ... 11

Gambar 2.2 Tingkat pengkriteriaan AHP ... 20

Gambar 2.3 Hierarcki tingkat level 3... 21

Gambar 3.1 Diagram Ishikawa ... 28

Gambar 3.2 Use Case Diagram Sistem ... 32

Gambar 3.3 Diagram Activity Sistem... 33

Gambar 3.4 Diagram Activity Sistem Algoritma Profile Matching ... 34

Gambar 3.5 Diagram Activity Sistem Algoritma AHP ... 34

Gambar 3.6 Class Diagram ... 35

Gambar 3.7 Flowchart Sistem ... 70

Gambar 3.8 Flowchart Algoritma Profile Matching ... 71

Gambar 3.9 Flowchart Penentuan Prioritas Kriteria ... 73

Gambar 3.10 Flowchart Penentuan Prioritas Kriteria Calon Kurir ... 74

Gambar 3.11 Flowchart Prioritas Global ... 75

Gambar 3.12 Menu Utama... 77

Gambar 3.13 Halaman Tambah Data Karyawan ... 78

Gambar 3.14 Halaman Kriteria AHP ... 79

Gambar 3.15 Halaman SubKriteria AHP ... 80

Gambar 3.16 Halaman Aspek Profile Matching ... 81

Gambar 4.1 Halaman Login Admin ... 83

Gambar 4.2 Halaman Menu Utama ... 84

Gambar 4.3 Halaman Data Karyawan ... 85

Gambar 4.4 Halaman Proses Kriteria AHP ... 85

Gambar 4.5 Halaman Proses Subkriteria AHP ... 86

Gambar 4.6 Halaman Proses AHP Perhitungan Ranking ... 87

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

(17)

ABSTRAK

Sistem pendukung keputusan merupakan salah satu metode ilmiah dalam melakukan penarikan suatu kesimpulan. Dalam proses perekrutan karyawan yang baik yaitu pemilihan berdasarkan hasil seleksi yang efektif, dengan memperhatikan beberapa kriteria-kriteria yang diinginkan perusahaan. Kendala yang didapat dalam pengambilan suatu keputusan yaitu banyaknya hasil dengan pilihan yang sama. Kendala dalam pengambilan keputusan ini dapat diselesaikan dengan dua metode yaitu metode Profile Matching dan AHP (Analytical Hierarchy Process) dengan memperhatikan data kriteria karyawan perusahaan. Profile Matching menghasilkan nilai ranking berdasarkan selisih nilai pembobotan karyawan dengan kriteria, sedangkan AHP berdasarkan perbandingan nilai hasil iterasi matriks kriteria dengan matriks subkriteria yang menghasilkan nilai konsistensi indeks < 0,1. Hasil perangkingan profile matching merekomendasikan karyawan K0002 dengan nilai 5,6 sedangkan hasil perangkingan AHP merekomendasikan karyawan K0001 dengan nilai 0,292. Hasil perankingan kedua metode ini yang dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan untuk perekomendasian karyawan. Implementasi sistem ini menggunakan bahasa pemorgraman Microsoft Visual Basic.Net dan MySQL sebagai database management system.

(18)

THE IMPLEMENTATION OF PROFILE MATCHING METHOD AND ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) METHOD TO

RECRUITMENT PROCESS EMPLOYES (CASE STUDY AT PT. JNE MEDAN)

ABSTRACT

Decision support system is one of the scientific method for take a conclution. On good recruitment process is result effective selection, with notice some criteria of the company. The problem exist to make a decision is the number of results with the same choices. This problems can be solved with two methods: Profile Matching and AHP method ( Analytical Hierarchy Process ) and with exame file criteria of the company. The Profile Matching method give a value weighted ranking with be based on the difference value of employees criteria, while the AHP method is give a comparison of the results of the iteration matrix of criteria to sub-criteria matrix that produces consistency index value < 0.1. The results of ranking the profile matching recommend K0002 with the value of 5.6 , while the results of the AHP ranking recommend K0001 with the value 0.292. Both of the results of ranking algorithm which is for a reference in the decision to recomemendation process. The implementation of this system using a programming language Microsoft Visual Basic.Net and MySQL as a database management system (DBMS).

(19)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Investasi di bidang sumber daya manusia merupakan investasi yang sangat penting,

sekaligus memerlukan perhatian khusus dalam penanganannya karena sebagai salah

satu elemen perusahaan, Manajemen sumber daya manusia tidak dapat dipisahkan dari

bidang manajemen lainnya dalam pencapaian tujuan perusahaan. Perencanaan dan

usaha pemenuhan kebutuhan sumber daya manusia, yang dilakukan dalam seleksi, bila

dikelola secara profesional akan sangat menentukan mutu dan kesuksesan perusahaan.

Dengan kata lain, seleksi yang efektif akan memperoleh sumber daya yang baik untuk

jangka waktu yang panjang. [9]

Dalam perusahaan atau instansi yang memiliki pegawai dalam jumlah besar

proses perekrutan karyawan relatif sering dilakukan sehingga perusahaan memerlukan

prosedur yang baku dalam menetapkan persyaratan bagi seorang karyawan untuk

menempati posisi jabatan tertentu dalam perusahaan tersebut. Beberapa faktor yang

menyebabkan perusahaan melakukan perekrutan karyawan yaitu Turnover, yang merupakan kecenderungan atau niat karyawan untuk berhenti bekerja dari pekerjaannya

secara sukarela menurut pilihannya sendiri [16]. Dan beberapa masalah yang terjadi dalam proses perekrutan karyawan di antaranya adalah subyektifitas pengambilan

keputusan akan terasa, terutama jika beberapa calon karyawan yang ada memiliki

kemampuan dan beberapa pertimbangan lain yang tidak jauh berbeda.

Jika proses pengambilan keputusan ini dibantu oleh sebuah sistem pendukung

keputusan yang terkomputerisasi, maka diharapkan subyektifitas dalam pengambilan

(20)

seluruh calon karyawan sehingga diharapkan calon karyawan dengan kemampuan dan

pertimbangan lain terbaik yang terpilih

Pada penelitian sistem pendukung keputusan ini, dilakukan dengan

menggunakan dua metode yaitu: Metode Profile Matching dan metode Analytical Hierarcy Process (AHP) diimpelementasikan dalam perekrutan tenaga kurir P.T. JNE cabang Medan agar suatu perusahaan memiliki sistem dalam perekrutan tenaga kurir

yang lebih terstruktur dan sistematis.

Metode Profile Matching sering juga disebut dengan metode Gap, yaitu sebuah mekanisme pengambilan keputusan dengan mengasumsikan bahwa terdapat tingkat

variabel prediktor yang ideal yang harus dimiliki oleh pelamar [10].Sedangkan metode

Analytical Hierarcy Process (AHP) yaitu suatu metode yang memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah yang multikriteria yang berdasar pada perbandingan

preferensi dari setiap elemen dalam hierarki. Kriteria seleksi yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah kriteria penilaian yang digunakan oleh organisasi dalam

menentukan seleksi karyawan. Kriteria yang ada dapat dibagi ke dalam beberapa

bagian, yaitu Personality, aptitude, inteligensi dan achievement.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dalam penelitian ini akan dikembangkan

kedua metode tersebut dalam bentuk sebuah aplikasi yang akan bermanfaat dalam

kualifikasi tenaga kurir perusahaan tersebut diatas.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian tersebut adalah bagaimana permasalahan dalam

perekrutan tenaga kurir dapat diselesaikan dengan suatu aplikasi sistem pendukung

(21)

1.3. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian tersebut adalah :

1. Kriteria-kriteria penilaian dalam perekrutan kurir di P.T. JNE Cabang

Medan yaitu penguasaan wilayah, kepemilikan kendaraan, pendidikan,

kepribadian, dan pengalaman kerja.

2. Parameter yang digunakan pada kedua metode ini adalah membandingkan

hasil perankingan.

3. Jumlah karyawan yang dapat dihitung dalam kedua algoritma ini terbatas,

yaitu 5 karyawan.

4. Pengguna aplikasi sistem pendukung keputusan adalah manajemen

pengelola sumber daya manusia (HRD) dan manajer perusahaan.

5. Bahasa pemrograman yang digunakan yaitu Microsoft Visual Basic.net

dan MySQL sebagai Database Management System (DBMS).

1.4. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan latar belakang diatas maka tujuan penelitian adalah membangun

sebuah sistem pendukung keputusan (SPK) seleksi penerimaan tenaga kurir untuk

membantu memperoleh hasil seleksi penerimaan karyawan untuk menciptakan

produktivitas kerja tinggi, loyalitas tinggi dan dengan kata lain seleksi yang efektif akan

memperoleh sumber daya yang baik untuk jangka waktu yang lebih panjang bagi P.T.

JNE Cabang Medan.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan memberikan masukan bagi perusahaan untuk

menentukan kebijakan pengambilan keputusan dalam perekrutan tenaga kurir dengan

(22)

1.6. Metodelogi Penelitian

Dalam penelitian ini, tahapan-tahapan yang akan dilalui adalah sebagai berikut:

1.1 Studi Literatur

Metode ini dilaksanakan dengan melakukan studi kepustakaan yang relevan

serta buku-buku maupun artikel-artikel atau e-book dan juga jurnal yang didapatkan melalui internet.

1.2 Riset

Pada tahap ini penulis melakukan kegiatan pencarian data ke perusahaan P.T.

JNE Cabang Medan guna memperoleh data yang akan digunakan dalam

penelitian tersebut

1.3 Analisis

Pada tahap ini digunakan untuk mengolah data yang ada dan kemudian

melakukan analisis terhadap hasil studi literatur yang diperoleh sehingga

menjadi suatu informasi.

1.4 Perancangan Perangkat Lunak

Pada tahap ini, digunakan seluruh hasil analisa terhadap studi literatur yang

dilakukan untuk merancang perangkat lunak yang akan dihasilkan. Dalam

tahapan ini juga dilakukan perancangan bagan arus proses kerja sistem serta

model antarmuka untuk memudahkan dalam penulisan kode program.

1.5 Implementasi

Pada tahap ini dilakukan proses penerapan kedua metode kedalam suatu

applikasi yang dapat diproses sehingga mendapatkan hasil akhir dari suatu

keputusan.

1.6 Pengujian Sistem

Pada tahap ini dilakukan pengujian sistem apakah kedua metode yang

(23)

1.7. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu:

BAB 1: PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

BAB 2: LANDASAN TEORI

Bab ini berisi teori-teori yang berkaitan dengan sistem pendukung keputusan, metode

Profile Matching, metode Anaitycal Hierarchy Process (AHP).

BAB 3 : ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Bab ini berisi proses pembuatan algoritma program, UML, flowchart sistem, rancangan aplikasi, dan pembuatan user interface aplikasi.

BAB 4 : IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

Bab ini berisi ulasan dan pengujian terhadap program yang telah diimplementasikan

dengan menggunakan bahasa Visual Basic.net.

BAB 5: KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan yang didapat dalam menjalani penelitian ini dan saran yang

yang berguna dalam usaha untuk melakukan perbaikan dan pengembangan penelitian

(24)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi, Karakteristik dan Kriteria Jasa Kurir

2.1.1 Defenisi Jasa Kurir

Jasa adalah sebagai aktivitas dari suatu hakikat yang tidak berwujud yang berinteraksi

antara konsumen dan pemberi jasa dan sumber daya fisik atau barang dan sistem yang

memberikan jasa, yang memberikan solusi bagi masalah-masalah konsumen [17].Jasa

Kurir adalah cara terbaik untuk menghemat waktu dan uang untuk bisnis Anda terutama

di daerah sibuk. Jasa Kurir melakukan pengiriman dan pengiriman dari semua paket

surat-surat dan pengiriman penting lainnya bahwa perusahaan Anda harus mengirim

atau menerima. jasa Kurir dapat lokal regional atau bahkan internasional tergantung

pada kebutuhan perusahaan. Untuk dapat memilih layanan Jasa Kurir yang sesuai, kita

harus bertanya pada diri sendiri beberapa pertanyaan sederhana. kita juga perlu

mengetahui frekuensi pengiriman kebutuhan lokasi yang sebagian besar paket.

2.1.2 Karakteristik Jasa

Dari pengertian jasa, Lovelock mengatakan bahwa jasa memiliki tiga karakteristik

utama yang merupakan sumber utama dalam suatu pelayaan :

1. More intangible than tangible (cenderung tidak berwujud)

Jasa adalah perbuatan, penampilan, atau suatu usaha sehingga bila seorang

konsumen membeli jasa maka umumnya jasa tersebut tidak berwujud, tetapi bila

konsumen membeli suatu barang maka pada umumnya barang tersebut

(25)

2. Simultaneous production and consumption (produksi dan konsumsi serentak)

Jasa diproduksi dan dikonsumsi dalam waktu yang sama, yang berarti penghasil

jasa hadir secara fisik pada saat konsumsi berlangsung.

3. Less standardized and uniform (kurang terstandarisasi dan seragam) Industri

jasa cenderung dibedakan berdasarkan orang (people based) dan peralatan

(equipment based). Hasil jasa orang kurang memiliki standarisasi dibandingkan

dengan hasil jasa yang menggunakan peralatan. Dengan karakteristik jasa

seperti diatas maka bagi konsumen akan menimbulkan kesulitan yang lebih

besar dalam mengevaluasi kualitas jasa (service quality) dibanding kualitas

barang (good quality). Bagaimana konsumen mengevaluasi investasi jasa

/pelayanan yang ditawarkan lebih rumit dan beragam dari pada mereka

mengevaluasi penggunaan bahan/material. Konsumen tidak mengevaluasi

kualitas jasa hanya pada hasilnya saja, tetapi juga mempertimbangkan

penyampaiannya.

2.1.3 Kriteria Jasa Kurir

Dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai kurir maka kinerja jasa kurir

dapat diukur dengan kriteria yang telah tercapai secara keseluruhan. Jika kriteria telah

tercapai berarti jasa kurir telah dianggap memiliki kualitas kerja yang baik. Kemampuan

yang harus dimiliki kurir itu meliputi kompetensi pengetahuan, kompetensi kepribadian

dan kompetensi sosial.

1. Kompetensi pengetahuan

Dalam pelaksaan tugas dan tanggungjawabnya sebagai kurir kompetensi

pengetahuan sangat dibutuhkan untuk tercapainya tujuan dari pelayanan

jasa. Kompetensi pengetahuan meliputi : pengetahuan jangkauan

(26)

2. Kompetensi kepribadian

Kepribadian seseorang menjadi modal dalam jasa pelayanan kurir

karena dalam pelaksanaan tugas dan tanggungjawabnya memerlukan

kualitas kepribadian yang baik. Kompetensi kepribadian itu meliputi :

kualitas pelayanan dan tanggunjawab/loyalitas.

3. Kompetensi Sosial

Kompetensi Sosial adalah kemampuan seorang kurir untuk

berkomunikasi dengan baik kepada konsumen dan rekanan kerja guna

tercapainya kualitas pelayanan yang baik.

2.2 Sistem Pendukung Keputusan

Pada dasarnya SPK merupakan pengembangan lebih lanjut dari Sistem Informasi

Manajemen terkomputerisasi yang dirancang sedemikian rupa sehingga bersifat

interaktif dengan pemakainya. Interaktif dengan tujuan untuk memudahkan integrasi

antara berbagai komponen dalam proses pengambilan keputusan seperti prosedur,

kebijakan, analisis, pengalaman dan wawasan manajer untuk mengambil keputusan

yangn lebih baik.

Untuk mengambil suatu keputusan banyak faktor yang mempengaruhi seorang

pengambil keputusan, sehingga perlu untuk mengidentifikasi berbagai faktor yang

penting dan mempertimbangkan tingkat pengaruh suatu faktor dengan faktor yang

lainnya sebelum mengambil keputusan akhir, oleh karena itu secara spesifik penulis

akan membahas permasalahan pemilihan guru terbaik dengan langkah demi langkah

dengan menggunakan metode SPK untuk menghasilkan keputusan akhir yang disebut

(27)

2.2.1 Konsep Dasar Sistem Pendukung Keputusan

Konsep SPK pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1970-an oleh Michael Scott

Morton dengan istilah Management Decision System. Michael Scott Morton mendefenisikan SPK sebagai sistem berbasis komputer interaktif, yang membantu para

pengambil keputusan untuk menggunakan data dan berbagai model untuk memecahkan

masalah-masalah tidak terstruktur”. SPK dirancang untuk mendukung seluruh tahapan pembuatan keputusan yang dimulai dari tahap mengidentifikasi masalah, memilih data

yang relevan, menentukan pendekatan yang digunakan dalam proses pembuatan

keputusan, sampai pada kegiatan mengevaluasi pemilihan alternatif.

Untuk membantu mempercepat dan mempermudah proses pengambilan

keputusan, diperlukan suatu bentuk Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System). Tujuannya adalah untuk membantu pengambil keputusan memilih berbagai alternatif keputusan yang merupakan hasil pengolahan informasi-informasi yang

diperoleh/tersedia dengan menggunakan model-model pengambilan keputusan [2].

2.2.2 Pengertian Sistem Pendukung Keputusan

Definisi SPK secara sederhana adalah sebuah sistem yang digunakan sebagai alat bantu

menyelesaikan masalah untuk membantu pengambil keputusan (manajer) dalam

menentukan keputusan tetapi tidak untuk menggantikan kapasitas manajer hanya

memberikan pertimbangan. SPK ditujukan untuk keputusan-keputusan yang

memerlukan penilaian atau pada keputusan-keputusan yang sama sekali tidak dapat

didukung oleh algoritma [14]. Definisi ini belum memberikan gambaran secara spesifik

bahwa SPK berbasis komputer dan akan beroperasi online interakif oleh karena dengan muncul berbagai definisi seperti dibawah ini.

SPK sebagai ”sekumpulan prosedur berbasis model untuk data pemrosesan dan

(28)

untuk sukses, sistem tersebut haruslah sederhana, cepat, mudah dikontrol, lengkap

dengan isu-isu penting, dan mudah berkomunikasi [9].

Sistem pendukung keputusan sebagai sebuah sistem berbasis komputer yang

terdiri atas komponen-komponen antara lain komponen sistem bahasa (language), komponen sistem pengetahuan (knowledge) dan komponen sistem pemrosesan masalah (problem processing) yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. Konsep-konsep yang diberikan oleh defenisi tersebut sangat penting untuk memahami hubungan

antara SPK dan pengetahuan [7].

DSS adalah sistem informasi yang membantu untuk mengidentifikasi

kesempatan pengambilan keputusan atau menyediakan informasi untuk membantu

pengambilan keputusan. Pada dasarnya DSS hampir sama dengan SIM karena

menggunakan basis data sebagai sumber data. DSS bermula dari SIM karena

menekankan pada fungsi mendukung pembuat keputusan diseluruh tahap-tahapnya,

meskipun keputusan aktual tetap wewenang eksklusif pembuat keputusan. Untuk

mengajukan model yang menggambarkan proses pengambilan keputusan. Proses ini

terdiri atas tiga fase, yaitu [2]:

1. Intelligence

Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari lingkup

problematika serta proses pengenalan masalah. Data masukan diperoleh,

diproses, dan diuji dalam rangka mengidentifikasikan masalah.

2. Design

Tahap ini merupakan proses menemukan, mengembangkan, dan menganalisis

alternatif tindakan yang bisa dilakukan. Tahap ini meliputi proses untuk

mengerti masalah, menurunkan solusi, dan menguji kelayakan solusi.

(29)

Pada tahap ini dilakukan proses pemilihan diantara berbagai alternatif tindakan

yang mungkin dijalankan. Hasil pemilihan tersebut kemudian

diimplementasikan dalam proses pengambilan keputusan.

Ketiga langkah proses pengambilan keputusan yang telah disampaikan dan dapat dilihat

pada gambar 2.1.

Gambar 2.1. Fase Proses Pengambilan Keputusan [2]

Meskipun implementasi termasuk tahap ketiga, namun ada beberapa pihak

berpendapat bahwa tahap ini perlu dipandang sebagai bagian yang terpisah guna

menggambarkan hubungan antar fase secara lebih komprehensif.

2.2.3 Karakteristik dan Kemampuan SPK

Sistem pendukung keputusan dirancang secara khusus untuk mendukung seseorang

yang harus mengambil keputusan-keputusan tertentu. Peranan SPK dalam konteks

keseluruhan sistem informasi ditujukan untuk memperbaiki kinerja melalui aplikasi

teknologi informasi.

Banyaknya definisi yang dikemukakan mengenai pengertian dan penerapan dari

(30)

sistem tersebut. Ada beberapa karakteristik dari Sistem Pendukung Keputusan di

antarannya adalah sebagai berikut [7]:

1. Mendukung seluruh kegiatan organisasi

2. Mendukung beberapa keputusan yang saling berinteraksi

3. Dapat digunakan berulang kali dan bersifat konstan

4. Terdapat dua komponen utama, yaitu data dan model

5. Menggunakan baik data ekternal maupun internal

6. Memiliki kemampuan what-if analysis dan goal seeking analysis 7. Menggunakan beberapa model kuantitatif.

Dengan berbagai karakter khusus seperti dikemukakan diatas, SPK memiliki

kemampuan yaitu [2]:

1. Mendukung proses pengambilan keputusan, menitikberatkan pada management by perception

2. Adanya interface manusia / mesin dimana manusia (user) tetap mengontrol proses pengambilan keputusan

3. Mendukung pengambilan keputusan untuk membahas masalah-masalah

terstruktur, semi terstruktur dan tidak terstruktur.

4. Menggunakan model-model matematis dan statistik yang sesuai

5. Memiliki kapabilitas dialog untuk memperoleh informasi sesuai dengan

kebutuhan – model interaktif

6. Output ditujukan untuk semua personil organisasi dalam semua tingkatan

sehingga dapat berfungsi sebagai kesatuan sistem

7. Membutuhkan struktur data komprehensif yang dapat melayani kebutuhan

informasi seluruh tingkatan manajemen

8. Memiliki subsistem-subsistem yang terintegrasi sedemikian rupa sehingga

dapat berfungsi sebagai kesatuan sistem

(31)

mengembangkan pendekatan-pendekatan baru dalam membahas masalah yang

dihadapi.

10.Kemampuan sistem beradaptasi dengan cepat, dimana pengambil keputusan

dapat menghadapi masalah-masalah baru, dan pada saat yang sama dapat

menanganinya dengan cara mengadaptasikan sistem terhadap kondisi-kondisi

perubahan yang terjadi.

Dari berbagai kemampuan dan karakteristik seperti yang dijelaskan di atas, sistem

pendukung keputusan juga memiliki keterbatasan, antara lain [7] :

1. Ada beberapa kemampuan manajemen dan bakat manusia sebagai pengguna

yang tidak dapat dimodelkan, sehingga model yang ada dalam sistem tidak

semuanya mencerminkan persoalan yang sebenarnya.

2. Kemampuan suatu sistem pendukung keputusan terbatas pada pengetahuan

dasar serta model dasar yang dimilikinya.

3. Proses-proses yang dapat dilakukan oleh sistem pendukung keputusan biasanya

tergantung juga pada kemampuan perangkat lunak yang digunakannya.

4. Sistem pendukung keputusan tidak memiliki intuisi seperti yang dimiliki oleh

manusia. Karena sistem pendukung keputusan hanya suatu kumpulan perangkat

keras, perangkat lunak dan sistem operasi yang tidak dilengkapi oleh

kemampuan berpikir.

Secara luas, dapat dikatakan bahwa sistem pendukung keputusan berlandaskan pada

kemampuan dari sebuah sistem berbasis komputer dan dirancang untuk menghasilkan

berbagai alternatif yang ditawarkan kepada para pengambil keputusan dalam

(32)

2.2.4 Komponen – Komponen SPK

Sistem Pendukung Keputusan memiliki tiga subsistem utama yang menentukan

kapabilitas teknis SPK tersebut, dan subsistem perangkat lunak penyelenggara dialog

[2].

2.2.5 Subsistem Manajemen Basis Data

Ada beberapa perbedaan antara data base untuk SPK dan non-SPK. Pertama, sumber

data yang ditujukan pada SPK lebih ”kaya” dari pada non-SPK dimana data yang diperoleh harus berasal dari luar dan dari dalam karena proses pengambilan keputusan.

SPK membutuhkan proses ekstraksi dan DBMS (Database Management System) yang dalam pengelolaannya harus cukup fleksibel untuk memungkinkan penambahan dan pengurangan secara cepat. Dalam hal ini, kemampuan yang

dibutuhkan dari manajemen data base dapat diringkas, sebagai berikut [11]:

1. Kemampuan untuk mengkombinasikan berbagai variasi data melalui

pengambilan dan ekstraksi data.

2. Kemampuan untuk menambahkan sumber data secara cepat dan mudah.

3. Kemampuan untuk menggambarkan struktur data logikal sesuai dengan

pengertian pamakai sehingga pemakai mengetahui apa yang tersedia dan dapat

menentukan kebutuhan penambahan dan pengurangan.

4. Kemampuan untuk menangani data secara personil sehingga pemakai dapat

mencoba berbagai alternatif pertimbangan personil.

(33)

2.2.6 Subsistem Manajemen Basis Model

Salah satu keunggulan SPK adalah kemampuan untuk mengintegrasikan akses data dan

model-model keputusan. Hal ini dapat dilakukan dengan menambahkan model-model

keputusan ke dalam sistem informasi yang menggunakan database sebagai mekanisme

integrasi dan komunikasi di antara model-model.

Salah satu persoalan yang berkaitan dengan model adalah bahwa penyusunan

model seringkali terikat pada struktur model yang mengasumsikan adanya masukan

yang benar dan cara keluaran yang tepat. Sementara itu, model cenderung tidak

mencukupi karena adanya kesulitan dalam mengembangkan model yang terintegrasi

untuk menangani sekumpulan keputusan yang saling bergantungan. Cara untuk

menangani persoalan ini dengan menggunakan koleksi berbagai model yang terpisah,

dimana setiap model digunakan untuk menangani bagian yang berbeda dari masalah

yang dihadapi. Komunikasi antara berbagai model digunakan untuk menangani bagian

yang berbeda dari masalah tersebut. Komunikasi antara berbagai model yang saling

berhubungan diserahkan kepada pengambil keputusan sebagai proses intelektual dan

manual.

Salah satu pandangan yang lebih optimis, berharap untuk bisa menambahkan

model-model ke dalam sistem informasi dengan database sebagai mekanisme integrasi dan komunikasi di antara mereka [11].

Kemampuan yang dimiliki subsistem basis model meliputi:

1. Kemampuan untuk menciptakan model-model baru secara cepat dan mudah.

2. Kemampuan untuk mengakses dan mengintegrasikan model-model keputusan.

3. Kemampuan untuk mengelola basis model dengan fungsi manajemen yang

(34)

2.2.7 Subsistem Perangkat Lunak Penyelenggara Dialog

Fleksibilitas dan kekuatan karakteristik SPK timbul dari kemampuan interaksi antara

sistem dan pemakai, yang dinamakan subsitem dialog. Bennet mendefinisikan pemakai,

terminal, dan sistem perangkat lunak sebagai komponen-komponen dari sistem dialog.

Ia membagi subsistem dialog menjadi tiga bagian yaitu:

1. Bahasa aksi, meliputi apa yang dapat digunakan oleh pemakai dalam

berkomunikasi dengan sistem. Hal ini meliputi pemilihan-pemilihan seperti

papan ketik (keyboard), panel-panel sentuh, joystick, perintah suara dan sebagainya.

2. Bahasa tampilan dan presentasi, meliputi apa yang harus diketahui oleh

pemakai. Bahasa tampilan meliputi pilihan-pilihan seperti printer, layar tampilan, grafik, warna, plotter, keluaran suara, dan sebagainya.

3. Basis pengetahuan, meliputi apa yang harus diketahui oleh pemakai agar

pemakaian sistem bisa efektif. Basis pengetahuan bisa berada dalam pikiran

pemakai, pada kartu referensi atau petunjuk, dalam buku manual, dan

sebagainya.

Kombinasi dari kemampuan-kemampuan tersebut terdiri dari apa yang disebut

gaya dialog, misalnya, pendekatan tanya jawab, bahasa perintah, menu-menu, dan

mengisi tempat kosong.

Kemampuan yang harus dimiliki oleh SPK untuk mendukung dialog

pemakai/sistem meliputi:

1. Kemampuan untuk menangani berbagai variasi dialog, bahkan jika mungkin

untuk mengkombinasikan berbagai gaya dialog sesuai dengan pilihan pemakai.

2. Kemampuan untuk mengakomodasikan tindakan pemakai dengan berbagai

peralatan masukan.

3. Kemampuan untuk menampilkan data dengan berbagai variasi format dan

(35)

4. Kemampuan untuk memberikan dukungan yang fleksibel untuk mengetahui

basis pengetahuan pemakai.

2.3 Profile Matching

Profile matching adalah salah satu dari metode dalam pengambilan keputusan yang mekanismenya mengasumsikan bahwa terdapat tingkat variabel prediktor yang ideal

yang harus dimiliki oleh pegawai. Bukannya tingkat minimal yang harus dipenuhi atau

dilewati. Dalam profile matching pegawai yang bisa dikategorikan sebagai pegawai terbaik adalah pegawai yang mendekati nilai ideal tersebut [6].

2.3.1 Prosedur Profile Matching

Secara umum proses pengambilan keputusan dalam Profile Matching didasarkan pada langkah-langkah berikut ini yaitu:

1. Menentukan Variabel merupakan langkah pertama dalam metode

profile matching adalah menentukan variabel-variabel yang nantinya digunakan sebagai point penilaian karyawan terhadap jabatan.

2. Menghitung Hasil Pemetaan Gap Kompetensi, Gap adalah beda antara profil jabatan maupun standar untuk perencanaan karir dengan profil

karyawan yang ditunjukkan pada rumus:

Gap = Profil Karyawan - Profil Jabatan [6]

Setelah didapatkan tiap gap masing-masing karyawan, maka tiap profil karyawan diberi bobot nilai sesuai dengan patokan nilai pada tabel

(36)

Tabel.2.1 Bobot nilai gap [6]

No Selisih (Gap) Bobot Nilai Keterangan

1 0 6 Tidak ada Gap (kompetensi sesuai

yang dibutuhkan)

2 1 5,5 Kompetensi individu kelebihan 1

tingkat/level

3 -1 5 Kompetensi individu kurang 1

tingkat/level

4 2 4,5 Kompetensi individu kelebihan 2

tingkat/level

5 -2 4 Kompetensi individu kurang 2

tingkat/level

6 3 3,5 Kompetensi individu kelebihan 3

tingkat/level

7 -3 3 Kompetensi individu kurang 3

tingkat/level

8 4 2,5 Kompetensi individu kelebihan 4

tingkat/level

9 -4 2 Kompetensi individu kurang 4

tingkat/level

10 5 1,5 Kompetensi individu kelebihan 59

tingkat/level

11 -5 1 Kompetensi individu kurang 5

tingkat/level

3. Setelah menentukan bobot nilai gap untuk setiap aspek penilaian, tiap

aspek tersebut dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok

core factor dan secondary factor. Rumus untuk perhitungan core factor adalah :

� � = ∑� ∑� � [ ]

Keterangan :

NCF = Nilai rata-rata core factor

(37)

Rumus untuk perhitungan secondary factor adalah :

��� = ∑��∑��� [ ]

Keterangan :

NSF = Nilai rata-rata secondary factor

∑NS(Aspek) = Jumlah total nilai secondary factor IS = Jumlah item secondary factor

Setelah didapatkan nilai rata-rata core factor dan secondary factor

kemudian ditentukan nilai total dari aspek, rumusnya adalah.

� � = %� � + %��� [ ]

Keterangan :

N(Aspek) = Nilai total dari aspek

(x)% = Nilai persen yang di inputkan

NCF = Nilai rata-rata core factor NSF = Nilai rata-rata secondary factor

Setelah didapat nilai total dari aspek kemudian dapat di tentukan hasil

akhir yang berupa ranking dari pegawai dengan menggunakan rumus :

∑ %� �

2.4 AHP (Analytical Hierarchy Process)

AHP yang dikembangkan oleh Thomas L Saaty merupakan model hirarki fungsional

dengan Input utamanya persepsi manusia. Dengan adanya hierarki masalah yang

kompleks atau tidak terstruktur dipecah dalam sus-sub masalah kemudian disusun

(38)

dalam bentuk hierarki yang terdiri dari 3 komponen utama. Yaitu tujuan atau goal dari

pengambilan keputusan, kriteria penilaian dan alternatif pilihan. Adapun gambar dari

hierarki tersebut adalah sebagai berikut.

Gambar 2.1. Tingkatan Hierarki pengkriteriaan AHP [8]

Setelah permasalahan multikriteria dimodelkan dalam hierarki seperti gambar

diatas, maka dapat dimulai tahapan perbandingan berpasangan (pairwise comparison)

untuk menentukan bobot kriteria. Tahap perbandingan berpasangan ini akan digunakan

pada saat mencari/menghitung bobot kriteria dan bobot alternatif untuk setiap kriteria

penilaian. Misal ada sejumlah m kriteria M dan sejumlah n alternatif N. Maka

perbandingan berpasangan dilakukan antar anggota kriteria M pada tahap mencari

bobot kriteria. Dan perbandingan berpasangan dilakukan antar anggota alternatif N

untuk setiap anggota kriteria M. Perbandingan berpasangan dilakukan berdasarkan

preferensi subyektif dari pengambil keputusan. Setelah bobot kriteria didapatkan,

selanjutnya dilakukan pengecekan konsistensi untuk matrik perbandingan

berpasangan-nya. Jika lebih dari 0.1 maka harus dilakukan perbandingan berpasangan kembali

sampai didapat ratio kurang dari atau sama dengan 0.1 (konsisten) dan juga tidak sebatas

0,1 bahkan jika hasil 0,0001 lebih konsisten. Hal yang serupa dilakukan juga terhadap

masing-masing matrik perbandingan antar alternatif. Setelah bobot kriteria dan bobot

GOAL

Criteria A Criteria B Criteria C Criteria D

(39)

alternatif didapatkan maka dihitung total dari perkalian antara bobot alternatif dengan

bobot kriteria yang bersesuaian [6].

2.4.1 Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process

Penyelesaian permasalahan dengan AHP ada beberapa prinsip yang harus dipahami,

yaitu sebagai berikut [6]:

1. Membuat Hierarki (Decomposition)

Sistem yang kompleks mampu dipahami dengan membaginya menjadi

elemen-elemen yang lebih kecil dan bisa dimengerti seperti pada gambar 2.3

Gambar 2.3 Hierarki 3 level AHP

2. Penilaian kriteria dan alternatif (Comparative Judgement)

Kriteria dan alternatif dilakukan dengan perbandingan berpasangan. Proses

yang paling mudah adalah membandingkan dua hal dengan keakuratan

perbandingan tersebut dapat dipertanggungjawabkan untuk itu Saaty (1980)

menetapkan secara kualitatif 1 sampai dengan 9 untuk menilai tingkat

perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen terhadap elemen lain seperti

(40)

Tabel 2.2 Skala Penilaian Perbandingan Pasangan Saaty [6]

Intensitas

Kepentingan Keterangan

1 Kedua elemen sama pentingnya

3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya

5 Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya

7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya

9 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya

2, 4, 6, 8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang berdekatan

Kebalikan

Jika untuk aktifitas i mendapat satu angka dibanding

dengan aktifitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya

dibanding dengan i.

Pengisian nilai tabel perbandingan berpasangan dilakukan berdasarkan

kebijakan pembuat keputusan dengan melihat tingkat kepentingan antar satu

elemen dengan elemen yang lainnya. Proses perbandingan berpasangan, dimulai

dari perbandingan kriteria misalnya A1, A2 dan A3. Maka susunan

(41)

Tabel 2.3 Contoh Matriks Perbandingan Berpasangan

A1 A2 A3

A1 1

A2 1

A3 1

Untuk menentukan nilai kepentingan relatif antar elemen digunakan

skala bilangan dari 1 sampai 9 yang dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Apabila suatu elemen dibandingkan dengan dirinya sendiri maka diberi

nilai 1. Jika elemen i dibandingkan dengan elemen j mendapatkan nilai tertentu,

maka elemen j dibandingkan dengan elemen i merupakan kebalikannya.

3. Menentukan Prioritas (synthesis of priority)

Menentukan prioritas dari elemen-elemen kriteria dianggap sebagai

bobot/kontribusi elemen terhadap tujuan pengambilan keputusan. AHP

melakukan analisis prioritas elemen dengan metode perbandingan berpasangan

antara dua elemen sehingga semua elemen yang ada terpenuhi. Prioritas ini

ditentukan berdasarkan pandangan para pakar dan pihak-pihak yang

berkepentingan terhadap pengambilan keputusan, baik secara langsung (diskusi)

maupun secara tidak langsung (kuisioner).

4. Konsistensi Logis (Logical Consistency)

Konsistensi memiliki dua pengertian. Pertama, objek-objek yang serupa bisa

dikelompokkan sesuai dengan kesamaan dan relevansi. Kedua, menyangkut

(42)

2.4.2 Prosedur Analytical Hierarchy Process

Secara umum pengambilan keputusan dengan metode AHP didasarkan pada

langkah-langkah berikut:

1. Mendefenisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.

2. Membuat struktur yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan

kriteria dan kemungkinan alternatif pada tingkatan kriteria yang paling bawah.

3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi

relatif pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan kriteria yang

setingkat diatasnya. Perbandingan berdasarkan “judgement” dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan

elemen lainnya.

4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh judgement seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen

yang dibandingkan.

5. Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten

maka pengambilan data diulangi. Nilai eigen vector yang dimaksud adalah nilai

eigen vector maksimum yang diperoleh.

6. Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.

7. Menghitung vector eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai

vector eigen merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensistesis

judgement dalam penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan.

8. Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilainya lebih dari 10% atau tidak

memenuhi dengan CR < 0, 100; maka penilaian data judgement harus diulang kembali. [6]

Dari Langkah-langkah dalam menggunakan metode AHP diatas maka penulis

(43)

1. Menentukan kriteria-kriteria yang akan digunakan dalam memilih kurir.

2. Menyusun kriteria-kriteria tersebut dalam bentuk matriks berpasangan.

3. Menjumlahkan matriks kolom yang disebut dengan jumlah elemen.

4. Menentukan bobot relatif yang dinormalkan (normalized relatif weight) dengan cara membandingkan masing-masing nilai skala dengan jumlah elemennya.

5. Menghitung nilai prioritas vektor (nilai eigen) kriteria dengan rumus

menjumlahkan matriks baris pada langkah 4 dan dibagi dengan jumlah kriteria.

6. Menghitung nilai lamda maksimum, dengan rumus : λmaks = ∑ �

7. Menguji konsistensi matriks berpasangan kriteria yaitu nilai Indeks Konsisten,

dengan rumus CI = ���� − �

�−1

8. Menghitung Rasio Konsistensi, dengan rumus CR = ��

��

Dimana : RI adalah nilai indeks random yang berasal dari tabel random seperti tabel 2.4

Tabel 2.4 Indeks Random [6]

N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

RI 0.00 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49 1.51

Jika CR < 0.1 maka nilai perbandingan berpasangan pada matriks kriteria yang

diberikan konsisten. Jika CR ≥ 0.1, maka nilai perbandingan berpasangan pada

matriks kriteria yang diberikan tidak konsisten. Jika tidak konsisten maka

pengisian nilai-nilai pada matriks berpasangan pada unsur kriteria maupun

alternatif harus diulang.

9. Menentukan jumlah kurir yang akan menjadi pilihan untuk menghasilkan tenga

kurir terbaik.

10.Menyusun jumlah kurir yang telah ditentukan dalam bentuk matriks

berpasangan untuk masing-masing kriteria. Ada n buah matriks berpasangan

(44)

11.Masing-masing matriks berpasangan antar kurir sebanyak n buah matriks,

tiap-tiap matriksnya dijumlah perkolomnya.

12.Menghitung nilai prioritas masing-masing matriks berpasangan antar kurir

dengan rumus pada langkah 4 dan langkah 5.

13.Menghitung nilai lamda maksimum, dengan rumus : λmaks = ∑ �

14.Menghitung konsistensi matriks berpasangan antar kurir dengaan mengikuti

langkah-langkah pada nomor 7 dan nomor 8.

15.Menyusun matriks baris antar kurir dengan matriks baris kriteria yang isinya

hasil perhitungan proses langkah 9.

16.Hasil akhir berupa prioritas global dari perkalian nilai prioritas masing-masing

matriks kriteria dengan matriks antar kurir yang kemudian dijumlahkan. Nilai

(45)

BAB 3

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

3.1 Analisis Sistem

Analisis sistem terdiri dari fase-fase berbeda yang mendeskripsikan pengembangan

sistem. Dalam tugas akhir ini, ada dua fase analisis yaitu: analisis masalah, dan analisis

kebutuhan. Analisis masalah bertujuan untuk memahami kelayakan masalah. Analisis

kebutuhan dilakukan untuk menjelaskan fungsi-fungsi yang ditawarkan dan mampu

dikerjakan sistem.

3.1.1 Analisis Masalah

Pemilihan kurir/karyawan yang tepat untuk melayani masalah konsumen mengenai

pelayanan yang tersedia di PT. JNE cabang Medan sangat menentukan kepuasan

pelayanan dan akan meningkatkan omset Perusahaan tersebut. Untuk mendapatkan

kurir/karyawan yang tepat, maka sebelum diterima sebagai kurir akan diseleksi oleh

bagian HRD. Adapun kriteria untuk pemilihan kurir sudah ditentukan oleh pihak

perusahaan, sebagai berikut: penguasaan wilayah, kepemilikan dan izin kendaraan,

pendidikan, kepribadian, dan pengalaman kerja. Penjelasan dari masing-masing kriteria

sebagai berikut:

1. Kriteria pengetahuan meliputi penguasaan wilayah seorang calon kurir yang

akan digunakan dalam bekerja

2. Kriteria kepemilikan dan izin kendaraan ini mengenai apakah calon kurir

(46)

3. Kriteria pendidikan merupakan pendidikan terakhir yang dimiliki oleh calon

kurir.

4. Kriteria kepribadian, merupakan penilaian bagaimana calon kurir mampu

mengendalikan diri jika menemui konsumen yang emosi, memiliki humor serta

tidak terpancing untuk berbuat dan berkata kasar.

5. Kriteria pengalaman kerja, merupakan kriteria pendukung, apakah calon kurir

memiliki pengalaman kerja atau tidak.

Penilaian setiap calon kurir terhadap kriteria-kriteria yang ada dilakukan ini selanjutnya

di masukan kedalam kedua metode yaitu : metode Profile Matching dan Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan model penilaian yang bersifat kuantitaf. Analisis masalah pada sistem yang dirancang dapat digambarkan dalam diagram Ishikawa

seperti pada Gambar 3.1

Gambar 3.1 Diagram Ishikawa

3.1.2 Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan terbagi dua bagian, yaitu kebutuhan fungsional dan kebutuhan

nonfungsional. Kebutuhan fungsional mendeskripsikan aktivitas yang disediakan suatu

(47)

sistem. Sedangkan kebutuhan nonfungsional mendeskripsikan fitur, karakteristik dan

batasan lainnya.

3.1.2.1 Kebutuhan Fungsional

Kebutuhan fungsional adalah fungsi-fungsi yang harus dipenuhi pada aplikasi yang

dirancang. Kebutuhan fungsional yang harus dipenuhi aplikasi yang dirancang adalah

sebagai berikut:

a. Sistem mampu menentukan nilai peringkat ranking kurir/karyawan yang

dibutuhkan berdasarkan data yang telah di input user.

b. Sistem mampu menentukan kriteria dan sub kriteria kurir/karyawan yang

telah di input user didalam algoritma AHP (Analytical Hierarchy Process). c. Sistem mampu menentukan aspek-aspek kurir/karyawan yang telah di input

user didalam algoritma Profile Matching.

d. Sistem mampu membandingkan perhitungan ranking karyawan berdasarkan

kedua metode tersebut diatas.

3.1.2.2 Kebutuhan Nonfungsional

Kebutuhan nonfungsional mencakup karakteristik berikut:

1. Performa

Perangkat lunak yang akan dibangun dapat melaksanakan tugasnya dengan

waktu yang tidak terlalu lama.

2. Efisiensi

Sistem atau perangkat lunak yang akan dibangun harus sesederhana

mungkin agar mudah digunakan oleh pengguna (user) dan responsif. 3. Ekonomi

Sistem atau perangkat lunak yang akan dibangun harus dapat bekerja dengan

baik tanpa harus mengeluarkan biaya tambahan dalam penggunaan

(48)

4. Informasi

Sistem harus mampu menyediakan informasi tentang data yang akan

digunakan pada sistem.

5. Kontrol

Perangkat lunak yang dibangun akan menampilkan pesan error untuk setiap

input yang tidak sesuai.

6. Pelayanan

Sistem yang telah dirancang bisa dikembangkan ke tingkat yang lebih

kompleks lagi bagi pihak-pihak yang ingin mengembangkan sistem tersebut.

3.2 Sistem

Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan,

berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu

sasaran tertentu. Sistem dapat dijelaskan dengan sederhana sebagai perangkat elemen

yang digabungkan satu dengan lainnya untuk tujuan bersama.

Sistem mempunyai maksud tertentu. Ada yang menyebutkan maksud suatu

sistem adalah untuk mencapai suatu tujuan (goal) dan ada juga yang menyebutkan untuk mencapai suatu sasaran (objectives).

3.2.1 Karakteristik Sistem

Karakteristik sistem dapat dijabarkan sebagai berikut :

a) Komponen Sistem (Component)

Merupakan bagian-bagian atau elemen-elemen sistem. Komponen sistem

saling berinteraksi membentuk satu kesatuan komponen dari sistem yang

dapat berupa subsistem atau bagian sistem. Setiap subsistem memiliki

sifat-sifat dari sistem untuk menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi

(49)

b) Batas Sistem (Boundary)

Merupakan suatu daerah yang membatasi suatu sistem dengan lingkungan

luarnya atau sistem yang lain. Batas suatu sistem menunjukkan ruang lingkup

sistem tersebut. Batas sistem ini memungkinkan suatu sistem dipandang

sebagai suatu kesatuan.

c) Lingkungan Luar Sistem (Environments)

Apapun yang berada di luar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi

sistem. Lingkungan luar bisa bersifat merugikan atau menguntungkan.

Lingkungan luar yang menguntungkan disebut energi dan harus dijaga,

sedangkan yang merugikan harus ditahan dan dikendalikan agar tidak

mengganggu sistem.

d) Antar Muka (Interface)

Merupakan penghubung antara subsistem dengan subsistem lainnya, yang

memungkinkan sumber daya mengalir dari subsistem ke subsistem lainnya.

e) Masukan (Input)

Adalah energi yang dimasukkan ke dalam sistem.

f) Keluaran (Output)

Hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang

berguna dan sisa pembuangan.

g) Pengolahan (Process)

Bagian yang mengolah masukan menjadi keluaran.

h) Sasaran (Objectives) atau Tujuan (Goal)

Sasaran sistem menentukan masukan yang dibutuhkan dan keluaran yang

akan dihasilkan sistem [5].

3.3 Perancangan Sistem

Perancangan sistem yang dirancang bertujuan untuk menggambarkan semua kondisi

dan bagian-bagian yang berperan dalam sistem yang dirancang. Perancangan sistem

(50)

(UML) adalah sebuah bahasa pemodelan sistem berorientasi objek yang digunakan

untuk memvisualisasi, menentukan, membangun, dan mendokumentasikan kebutuhan

perilaku sebuah sistem [19]. Dalam penelitian ini, hanya digunakan dua diagram untuk

memodelkan sistem, yaitu use case diagram dan activity diagram

3.3.1 Use Case Diagram

Use-Case diagram pada pemodelan aplikasi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.2

Perhitungan

Gambar 3.2 Use Case Diagram Sistem

3.3.2 Diagram Activity

Diagram Activity merupakan suatu alir yang menggambarkan berbagai alir aktivitas dalam sistem yang sedang dirancang, tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana

(51)

Memulai aplikasi

Gambar 3.3 Diagram Activity Sistem

(52)

User/Admin Sistem

Gambar 3.4 Diagram Activity Sistem Algoritma Profile Matching

Diagram activity untuk Proses perhitungan ranking karyawan menggunakan algoritma AHP (Analytical Hierarchy Procsess) dapat dilihat pada Gambar 3.5

User/Admin Sistem

(53)

3.3.3 Class Diagram

Class diagram untuk sistem yang akan dirancang dapat dilihat pada Gambar 3.6.

Kriteria

Gambar 3.6 Class Diagram

3.4 Data Kriteria/Aspek Perusahaan

Data kriteria/aspek perusahaan ini digunakan sebagai acuan dari nilai perhitungan

kedua metode AHP (Analytical Hierarchy Process) dan Profile Matching Tiap karyawan/kurir yang akan direkrut.

Tabel 3.1 Data Kriteria/Aspek Perusahaan

Nama

Pendidikan Kepribadian Pengalaman Kerja

3.5 Perhitungan Algoritma AHP (Analytical Hierarchy Process)

Pada tahap ini terdapat tiga hal penting, yaitu penginputkan kriteria karyawan ,profile

perusahaan dan pengsubkriterian karyawan, proses perhitungan Algoritma AHP

(54)

3.5.1 Pengkriterian Karyawan

Dalam menggunakan pemecahan suatu masalah dengan algoritma AHP (Analytical Hierarchy Process) langkah pertama yang dilakukan yaitu:

1. Menentukan kriteria calon karyawan/kurir. Kriteria-kriteria yang dibutuhkn perusahaan adalah penguasaan wilayah, kepemilikan kendaraan, pendidikan,

kepribadian, pengalaman kerja.

2. Menyusun kriteria-kriteria calon karyawan/kurir dalam matriks berpasangan

seperti tabel 3.2

Tabel 3.2 Tabel Matriks Kriteria Karyawan/Kurir Kriteria Penguasaan

Cara pengisian elemen-elemen matriks pada Tabel 3.2, adalah sebagai berikut:

a. Elemen a[i,j] = 1, dimana i = 1,2,3,...n. Untuk penelitian ini, n = 5. b. Elemen matriks segitiga atas sebagai input.

c. Elemen matriks segitiga bawah mempunyai rumus

�[ , ] = �[ , ] ≠

3. Menjumlahkan setiap kolom pada tabel 3.2

(55)

Keterangan:

i = Baris j = Kolom

n = banyak kriteria (5)

K pw = Jumlah kolom Penguasaan Wilayah K kk = Jumlah kolom Kepemilikan Kendaraan K pend = Jumlah kolom Pendidikan

K kep = Jumlah kolom kepribadian

K pk = Jumlah kolom pengalaman kerja

4. Menentukan nilai elemen kolom kriteria dengan rumus tiap-tiap sel pada Tabel 3.2 dibagi dengan masing-masing jumlah kolom pada langkah 3.

H Kpw = (Xpw1…Xpw5) / Kpw H Kkk = (Xkk1…Xkk5) / Kkk

H Kpend = (Xpend1…Xpend5) / Kpend H Kkep = (Xkep1…Xkep5) / Kkep H Kpk = (Xpk1…Xpk5) / Kpk

Keterangan :

N = banyak kriteria (5)

Xkpw = Setiap sel kolom penguasaan wilayah Xkkk = Setiap Sel kolom kepemilikan kendaraan Xkpend = Setiap Sel kolom pendidikan

Xkkep = Setiap Sel kolom kepribadian Xkpk = Setiap Sel kolom pengalaman kerja

Hkpw = Hasil bagi setiap sel kolom penguasaan wilayah dengan jumlah kolom penguasaan wilayah

Hkkk = Hasil bagi setiap sel kolom kepemilikan kendaraan dengan jumlah kolom kepemilikan kendaraan

Hkpend = Hasil bagi setiap sel kolom pendidikan dengan jumlah kolom pendidikan

Hkkep = Hasil bagi setiap sel kolom kepribadian dengan jumlah kolom kepribadian

Hkpk = Hasil bagi setiap sel kolom pengalaman kerja dengan jumlah kolom pengalaman kerja

(56)

� = ∑ �[ , Bkk = Jumlah baris kepemilikan kendaraan Bpend = Jumlah baris pendidikan

Bkep = Jumlah baris kepribadian Bpk = Jumlah baris pengalaman kerja Ppw = Prioritas penguasaan wilayah Pkk = Prioritas kepemilikan kendaraan Ppend = Prioritas pendidikan

Pkep = Prioritas kepribadian Pkk = Prioritas pengalaman kerja

6. Memasukkan data-data karyawan/kurir dalam bentuk matriks berpasangan seperti tabel 3.3.

Tabel 3.3 Tabel Matriks Karyawan/Kurir

(57)

7. Menjumlah setiap kolom pada Tabel 3.3.

KDpw = Jumlah kolom karyawan per penguasaan wilayah KDkk = Jumlah kolom karyawan per kepemilikan kendaraan KDpend = Jumlah kolom karyawan per pendidikan

KDkep = Jumlah kolom karyawan per kepribadian KDpk = Jumlah kolom karyawan per pengalaman kerja

8. Menentukan nilai elemen kolom karyawan dengan rumus tiap-tiap sel pada Tabel

3.3 dibagi dengan jumlah kolom pada langkah 7.

H DKpw = (XDpw1…XDpwn) / Kpw

Xdkkn = Setiap Sel kolom karyawan per kepemilikan kendaraan

Xdpendn = Setiap Sel kolom karyawan per pendidikan

Xdkepn = Setiap Sel kolom karyawan per kepribadian

Xdpkn = Setiap Sel kolom karyawan per pengalaman kerja

Referensi

Dokumen terkait

Didalam penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk pengambilan keputusan dengan banyak kriteria yang bersifat subjektif, seringkali seorang pengambil keputusan dihadapkan

Pada halaman admin, admin memasukkan data siswa, kemudian data siswa yang sudah disimpan akan diproses sistem menggunakan metode profile matching dan AHP. setelah

Dari hasil penelitian dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) diketahui bahwa kriteria yang paling diprioritaskan dalam pemilihan kontraktor adalah kriteria

Tujuan penelitian ini adalah membangun suatu model pengambilan keputusan dengan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process) untuk menentukan siapa yang akan

Sistem Prediksi Pertandingan Sepak Bola Dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP).. Tabel

Tujuan penelitian ini adalah membangun suatu model pengambilan keputusan dengan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process) untuk menentukan siapa yang

Analytical Hierarchy Process (AHP) Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Model pendukung

PENDAHULUAN Didalam penerapan Analytical Hierarchy Process AHP untuk pengambilan keputusan dengan banyak kriteria yang bersifat subjektif, seringkali seorang pengambil keputusan