ABSTRAK
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING SISWA KELAS V
SDN 1 NEGERI SAKTI GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN
Oleh Masneli
Yang menjadi dasar penelitian ini adalah proses pembelajaran PKn di SDN 1 Negeri Sakti khususnya kelas V yang selama ini masih didominasi oleh metode pembelajaran konvensional yaitu ceramah sehingga cenderung monoton dan kurang melibatkan siswa sehingga siswa merasa bosan dan malas untuk belajar. Hal ini berdampak pada rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa. Oleh sebab itu, perlu dilakukan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa mata pelajaran PKn melalui model pembelajaran cooperative learning.
Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas yang bersifat daur siklus berulang. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas V yang berjumlah 20 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa menggunakan data kualitatif yaitu lembar observasi dan data kuantitatif yaitu tes tertulis.
Hasil penelitian diperoleh data keberhasilan aktivitas belajar siswa pada siklus I pertemuan 1 sebesar 65% dengan predikat “Cukup”, siklus I pertemuan 2 sebesar 70% dengan predikat “Baik”, terjadi peningkatan sebesar 5%, pada siklus II pertemuan 1 sebesar 75% dengan predikat “Baik”, siklus II pertemuan 2 sebesar 82% dengan predikat “Baik” terjadi peningkatan sebesar 7% dan jika di hitung dari siklus I hingga siklus II peningkatan yang terjadi adalah sebesar 17%. Untuk persentase hasil belajar siswa siklus I pertemuan 1 60% dengan predikat ”Cukup” pada pertemuan 2 meningkat menjadi 75% dengan predikat ”Baik” sehingga pada siklus I terjadi peningkatan sebesar 15%, selanjutnya pada siklus II pertemuan 1 persentase hasil belajar sebesar 80% dengan predikat ”Baik” dan pada pertemuan keduanya meningkat sebesar 10% menjadi 90% dengan predikat ”Sangat Baik”.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, membuktikan bahwa model pembelajaran cooperative learning dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar sehingga peneliti merekomendasikan kepada guru mata pelajaran PKn agar menggunakan model pembelajaran cooperative learning sebagai salah satu alternatif pembelajaran di sekolah.
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam pasal 3 U ndang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional disebutkan, Pendidikan Nasional Berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlah mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Sesuai yang diamanatkan pada pasal 31 ayat 1 Undang-undang Dasar 1945;
setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, dan ditegaskan dalam
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) No. 20 Tahun
2003 pasal 1 ayat 1, dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha dasar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
2
Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi
pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di
sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta
didik, diwujudkan dengan adanya interaksi proses pembelajaran. Dalam
konteks penyelenggaraan ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan
pembelajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat
aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk
kurikulum.
Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu
pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional,
tampaknya belum dapat direalisasikan secara maksimal. Salah satu masalah
yang dihadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah lemahnya
proses pembelajaran.
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini
cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan
pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari
kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru.
Dalam menyampaikan materi, biasanya guru menggunakan metode
ceramah, yaitu siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang
disampaikan dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan
demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa
3
Upaya peningkatan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari berbagai faktor
yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru yang kreatif yang
dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh
peserta didik.
Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan
menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat
memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain pada gilirannya
dapat diperoleh prestasi belajar yang optimal.
Hamalik (2002:6) menjelaskan bahwa sekolah adalah suatu lembaga profesional. Sekolah bertujuan untuk anak didik menjadi dewasa yang berkepribadian matang dan tangguh, yang dapat dipertanggung jawabkan dan bertanggung jawab terhadap masyarakat dan terhadap dirinya. Itu sebabnya para guru, agar memiliki kompetensi yang diperlukan untuk malaksanakan tugas dan fungsinya secara efesien dan efektif.
Jadi guru mempunyai kewajiban terhadap siswanya. Dalam Kurikulum
KTSP 2006 disebutkan bahwa tujuan pembelajaran PKn adalah agar siswa
dapat berkembang secara positif, demokratis dan bertanggung jawab
sehingga memiliki karakter dan kepribadian yang baik. Kewajiban tersebut
harus mampu membuat siswa aktif belajar dalam kelas, dengan
menggunakan metode cooperative learning terhadap siswa tersebut.
Berdasarkan catatan penulis pada pra-penelitian, siswa kelas V SDN 1
Negeri Sakti Gedong Tataan Pesawaran, pada saat pembelajaran
berlangsung, penulis/peneliti selaku guru sering menemukan siswa yang
kurang menyimak materi atau siswa merasa jenuh dan bosan ketika guru di
4
berlanggsung. Kondisi tersebut mengakibatkan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran PKn menjadi rendah. Hal ini terlihat pada hasil rata-rata
ulangan harian PKn di semester genap tahun pelajaran 2011/2012 dari 20
siswa, yang memperoleh nilai 65,00 ke atas baru mencapai 8 siswa (40%)
sedangkan target Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan
adalah 70,00. Rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa disebabkan oleh:
1). Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru masih monoton yang
didominasi oleh ceramah sehingga membuat siswa menjadi bosan dan
kurang termotivasi untuk belajar. 2).Guru masih mendominasi dalam
kegiatan pembelajaran sehingga siswa pasif, hal ini menyebabkan siswa
kurang kreatif dalam belajar, jarang sekali terjadi interaksi antara guru
dan siswa seperti diskusi atau Tanya jawab.
Mencermati kondisi di atas penulis harus melakukan tindakan yang dapat
mengubah suasana pembelajaran dan melibatkan siswa aktif dalam proses
pembelajaran, dengan menggunakan model cooperative learning. Dengan menerapkan model cooperative learning di sekolah diharapkan siswa kelas
V SDN 1 Negeri Sakti aktif dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan
hasil belajar khususnya mata pelajaran PKn.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai
5
1. Rendahnya aktivitas belajar siswa kelas V semester 1 dikarenakan guru
banyak menggunakan metode ceramah yang membuat siswa menjadi
bosan dan tidak termotivasi.
2. Rendahnya hasil belajar PKn siswa kelas V semester 1 tahun pelajaran
2011/2012, 40% dengan nilai rata-rata 70,00 telah tuntas belajar, yang
belum masih 60% dengan nilai rata-rata yang dicapai oleh siswa hanya
65,50. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh
pihak sekolah yaitu 70,00.
3. Dalam pembelajaran PKn, guru masih mendominasi dengan
menggunakan metode ceramah dan belum pernah
menggunakan/mnerapkan pembelajaran cooperative learning, akibatnya aktivitas dan hasil belajar rendah.
1.3 Batasan Masalah
Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini dibatasi pada masalah:
Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar PKn melalui Penerapan
Cooperative Learning Siswa Kelas V SDN 1 Negeri Sakti Gedong Tataan Pesawaran Tahun Pelajaran 2011/2012.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas maka dapat
dirumuskan masalah dalam Penelitian Tindakan Kelas ini sebagai berikut:
“Bagaimanakah peningkatan aktivitas dan hasil belajar PKn melalui
penerapan Cooperative Learning pada Siswa Kelas V SDN 1 Negeri Sakti
6
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan batasan masalah tersebut di atas maka tujuan penelitian ini
adalah untuk:
a. Meningkatkan aktivitas belajar PKn melalui penerapan cooperative learning siswa kelas V SDN 1 Negeri Sakti Tahun Pelajaran 2011–
2012.
b. Meningkatkan hasil belajar PKn melalui penerapan cooperative learning siswa kelas V SDN 1 Negeri Sakti Tahun Pelajaran 2011– 2012.
1.6 Manfaat Hasil Penelitian
Setelah selesai penelitian ini dilakukan maka hasilnya dapat diharapkan
bermanfaat:
1. Bagi siswa
a. Dapat meningkatkan aktivitas belajar PKn siswa kelas V SDN 1
Negeri Sakti Tahun Pelajaran 2011-2012.
b. Dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas V SDN 1
Negeri Sakti Tahun Pelajaran 2011-2012.
2. Bagi guru
Sebagai bahan masukan bagi guru untuk meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar siswa di sekolah, dan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan para guru agar penerapan melalui cooperative learning sebagai usaha memperbaiki aktivitas dan hasil belajar siswa melalui
7
3. Bagi sekolah
Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan
kualitas pendidikan melalui cooperative learning sebagai model pembelajaran untuk tercapainya tujuan institusional dengan baik.
4. Peneliti
Dapat meningkatkan kompetensi pedagogik pada diri sendiri, sekaligus
memberikan pengalaman tentang penelitian tindakan kelas sehingga
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Belajar
Sagala (2010:37), belajar adalah suatu proses perubahan perilaku dan pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu. Belajar akan membawa kepada perubahan tingkah laku, kecakapan baru, dan merupakan hasil usaha yang disengaja. Sedangkan menurut Hamalik (2009:154) bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap dan pengalaman.
Belajar adalah suatu proses yang diamati dengan adanya perubahan pada diri seseorang sebagai hasil dari pengalaman dan latihan. Perubahan dari hasil belajar dapat ditimbulkan dalam berbagai bentuk, seperti berubahnya pengetahuan, pemahaman, sikap, dan tingkah laku, kecakapan, serta kemampuan (Udin, dkk., 2006: 3)
9
pemahaman, keterampilan, dan kemampuan. Dengan belajar kemampuan siswa dapat membentuk pengetahuan dan berkembangnya kemampuan.
2.2 Pengertian Aktivitas Belajar
Menurut Sadiman (2011: 93), pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak belajar jika tidak ada aktivitas. Itulah mengapa aktivitas merupakan sesuatu yang penting dalam interaksi pembelajaran. Dalam aktivitas belajar ada beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yaitu ilmu jiwa lama dan modern. Menurut pandangan ilmu jiwa lama aktivitas didominasi oleh guru, sedangkan menurut pandangan ilmu jiwa modern aktivitas didominasi oleh siswa.
Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa keterampilan-keterampilan dasar yaitu mengobservasi, mengklarifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan, dan mengomunikasikan. Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas kegiatan belajar tidak mungkin belajar dengan baik.
10
berupa perubahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya bergantung pada sedikit banyaknya perubahan.
Rahadi (2004: 31), menyatakan bahwa belajar merupakan usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk merubah perilaku. Sedangkan menurut Dimyati (2002:10), belajar merupakan suatu proses fisik yang berlangsung dalam interaksi aktif subjek dengan lingkungan dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, sikap yang bersifat konstan atau menetap. Belajar sering disebut juga sebagai model perseptual dan tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahaman tentang situasi berhubungan dengan tujuan belajar.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas adalah usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, sikap yang bersifat konstan atau mantap. Perubahan tersebut berupa ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
11
siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri harus memanjat anak tangga tersebut (Nur, 2002: 45).
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah partisipasi aktif dilakukan seseorang untuk memperoleh dan meningkatkan suatu pengetahuan, kemampuan, perubahan tingkah laku, dan sikap yang baru sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dan interaksi dengan lingkungannya.
2.3 Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah apabila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dan tidak mengerti menjadi mengerti (Hamalik, 1991: 72). Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi guru dan sisi siswa. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat belum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud dari jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 9). Pendapat lain dikemukakan bahwa hasil belajar atau prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport (Poerwanto, 1998: 3).
12
proses belajar dan bergantung dari siswanya. Ketika siswa menekuni pelajaran yang dipelajari, maka hasil belajar dan belajar tersebut akan mendapat nilai yang baik begitu pun sebaliknya.
2.4 Pengertian Cooperative Learning
Menurut Hermawan, dkk. (2006: 6.14) pembelajaran cooperative adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham kontruktivitas. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa atau anggota kelompok harus sering bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompoknya belum menguasai pelajaran.
Pembelajaran kooperatif diartikan sebagai pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil yang dapat menumbuhkan kerja sama secara maksimal dan masing-masing siswa belajar satu dengan lainnya. Dalam kelompok pembelajaran kooperatif, para siswa mempunyai dua tanggung jawab yaitu belajar dengan bahan yang telah dirancang dan menjadikan semua anggota kelompok bekerja sama.
Menurut Hermawan, dkk. (2006: 6.15) ditunjukkan 4 hal yaitu:
a. Cooperative Behavior adalah perilaku kerja sama antara anggota kelompok
13
c. Cooperative Task Structure adalah terjadinya saling membantu dan bekerja sama antara yang kuat dan yang lemah dalam satu kelompok.
d. Cooperetive Motives adalah mengembangkan motif dan budaya kerja sama.
Memperhatikan beberapa komponen di atas, dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya cooperative learning itu merupakan sistem pembelajaran yang memegang teguh filosofi maju bersama dalam suasana kompetitif untuk memberikan yang terbaik bagi kelompok. Oleh karena itu, format cooperative learning sangat diperlukan, terutama untuk menunjang pilar to live together.
2.5 Model Pembelajaran Kooperatif
2.5.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Slavin (dalam Asma, 2006: 11) mendefinisikan belajar kooperatif sebagai berikut: “Cooperative learning method the idea that students work together to learn and are responsible for their teammates learning as well as their own”. Definisi ini mengandung pengertian bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama, saling menyumbang pemikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu maupun kelompok.
Artzt dan Newman (dalam Asma, 2006: 11) memberi definisi belajar kooperatif sebagai berikut: “Cooperative learning is an approach that involves a small group of learners working together as a team to solve a problem, complete task, or accomplish a common goal”. Menurut definisi
14
kecil dari siswa yang bekerja sama sebagai suatu tim untuk memecahkan masalah, menyelesaikan tugas, atau menyelesaikan suatu tujuan bersama.
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang terstruktur dan sistematis, di mana kelompok-kelompok kecil bekerja sama untuk mencapai tujuan-tujuan bersama. Cooper dan Heinich (dalam Asma, 2006: 11) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif sebagai metode pembelajaran yang melibatkan kelompok-kelompok kecil yang heterogen dan siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan-tujuan dan tugas-tugas akademik bersama, sambil bekerja sama juga belajar keterampilan-keterampilan kolaboratif sosial.
Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerja sama akademik antar siswa, membentuk hubungan positif, mengembangkan rasa percaya diri, serta meningkatkan kemampuan akademik melalui aktivitas kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan secara positif di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk sukses.
2.5.2 Tujuan Model Pembelajaran Koperatif
Asma (2006: 12) menjelaskan tujuan pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
1) Pencapaian Hasil Belajar
15
membuktikan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.
2) Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu
Efek penting yang kedua dari model pembelajaran kooperatif ialah penerimaan luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, tingkat sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantungan satu sama lain atau tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, serta belajar untuk menghargai satu sama lain.
3) Pengembangan Keterampilan Sosial
Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat, banyak kerja orang dewasa dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain dalam masyarakat, meskipun beragam budayanya.
2.5.3 Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif
Ibrahim (dalam Setianingsih, 2007: 24) menjelaskan manfaat pembelajaran kooperatif, antara lain sebagai berikut:
a) Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. b) Rasa harga diri menjadi lebih tinggi.
c) Memperbaiki kehadiran. d) Angka putus sekolah rendah.
16
f) Konflik antar pribadi berkurang. g) Sikap apatis berkurang.
h) Pemahaman yang lebih mendalam. i) Motivasi belajar lebih besar.
j) Perilaku menggangu menjadi lebih kecil. k) Hasil belajar lebih tinggi.
l) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, toleransi.
Berdasarkan uraian di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa pembelajaran menekankan kerja sama dalam kelompok. Hal ini dilandasi oleh pemikiran bahwa siswa lebih mudah menemukan dan memahami suatu konsep jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya.
2.6 Kelebihan dan Kelemahan Cooperative Learning 1. Kelebihan model Cooperative Learning yaitu:
a. Meningkatkan harga diri tiap individu.
b. Penerimaan terhadap perbedaan individu yang lebih besar. c. Konflik antar pribadi berkurang.
d. Sikap apatis berkurang.
e. Pemahaman yang lebih mendalam.
f. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi.
g. Cooperative learning dapat mencegah keagresifan dalam sistem kompetisi dan keterasingan dalam sistem individu tanpa mengorbankan aspek kognitif.
h. Meningkatkan kemajuan belajar (pencapaian akademik). i. Menambah motivasi dan percaya diri.
j. Mudah diterapkan dan tidak mahal. 2. Kelemahan Coopetarive Learning adalah:
a. Adanya sifat-sifat seseorang yang ingin menonjol atau sebaliknya yang lemah merasa rendah diri dan selalu bergantung kepada orang lain.
b. Orang yang kurang cakap akan menghambat kelancaran tugas atau didominasi oleh seseorang.
17
2.7 Karakteristik Model Cooperative Learning
Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah: 1) belajar bersama dengan teman, 2) selama belajar terjadi tatap muka antar teman, 3) saling mendengarkan pendapat antar kelompok, 4) belajar dari teman sendiri dalam kelompok, 5) belajar dalam kelompok kecil, 6) produktif bicara atau saling mengemukkan pendapat, 7) keputusan bergantung pada siswa sendiri, 8) siswa aktif (Stahl, dalam Suyatna, 2009: 93).
2.8 Langkah-langkah Pembelajaran Cooperative Learning
Sebelum pembelajaran dimulai, terlebih dahulu guru harus mempersiapkan langkah-langkah sebagai berukut:
1. Menganalisis pokok bahasan yang akan disampaikan. 2. Menyiapkan bahan-bahan yang akan digunakan. 3. Menyampaikan apersepsi.
4. Guru menjelaskan sekaligus disertai dengan pertanyaan.
5. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil (terdiri dari 3-4 orang).
6. Siswa mengerjakan tugas kelompok.
7. Perwakilan dari kelompok maju ke depan untuk membacakan kerja kelompoknya.
8. Guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi yang telah diajarkan sekaligus menindaklanjuti dengan memberikan tes formatif kepada siswa untuk mengetahui penguasaan materi pembelajaran (Ischak,dkk., 2004: 14).
2.9 Pembelajaran PKn di SD
2.9.1 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
18
pengertian PKn (n) tidak sama dengan PKN (N). PKN (N) adalah Pendidikan Kewargaan Negara, sedangkan PKn adalah Pendidikan Kewarganegaraan. Istilah KN merupakan terjemahan dari civics (Depdiknas, 2007: 25).
Perubahan istilah Pendidikan Kewargaan Negara (PKN) menjadi Pendidikan Kewarganegaraan yang secara teknis diartikan sebagai status formal warga negara bergeser maknanya menjadi “hal-hal” yang berkenaan dengan warga negara, tentunya termasuk status formal warga negara. Secara semantik/tata bahasa, kewarganegaraan berasal dari kata “Warganegara”. “Ke-warganegaraan” dapat diartikan “hal-hal atau segala sesuatu yang berkenaan dengan warga negara” (Wahab, 2003: 6).
Bertolak dari berbagai definisi Pendidikan Kewarganegaraan yang diuraikan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang berkenaan dengan segala hal tentang warga negara dan status formalnya di dalam sebuah negara.
2.9.2 Pembelajaran PKn SD
a. Hakikat Pembelajaran PKn di SD
19
Kewarganegaraan”. Oleh karena itu, nama-nama pelajaran tersebut di SD berubah menjadi Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaan disingkat dengan PKn. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan adalah merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang dilandasi oleh Pancasila dan UUD 1945.
b. Ruang Lingkup Pembelajaran PKn di SD
Dalam lampiran Permendiknas No. 22 tahun 2006 dikemukakan bahwa “mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945”.
c. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran PKn di SD
Mata pelajaran Kewarganegaraan berfungsi sebagai wahana untuk membentuk warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berpikir sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945. Sedangkan tujuannya digariskan dengan tegas adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
20
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, serta bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta anti korupsi.
3. Berkembang secara aktif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
2.10 Hipotesis Tindakan
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
22
Pendapat yang tidak jauh berbeda diungkapkan oleh Kusumah, dkk. (2009: 26) bahwa ada empat langkah utama dalam PTK yaitu, perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Dalam PTK siklus selalu berulang, setelah satu siklus selesai, mungkin guru akan menemukan masalah baru atau masalah lama yang belum tuntas dipecahkan, maka dilanjutkan siklus kedua dengan langkah-langkah yang sama.
[image:23.612.146.482.299.608.2]
Adapun siklus dari PTK ini adalah sebagai berikut:
Gambar: Alur Siklus PTK (Kusumah, dkk., 2009: 44)
3.2 Setting Penelitian
3.2.1 Subjek Penelitian
Pelaksanaan
Perencanaan Observasi
Refleksi
Pelaksanaan
Perencanaan
Observasi Refleksi
Perencanaan
Dst.
Observasi
Refleksi Pelaksanaan
SIKLUS I
SIKLUS II
23
Sebagai subjek Penelitian Tindakan Kelas adalah siswa kelas V SDN 1 Negeri Sakti tahun pelajaran 2011-2012. Siswa yang diteliti berjumlah 20 siswa terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan.
3.2.2 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 Negeri Sakti Kecamatan Gedong Tataan Kabupeten Pesawaran Tahun Pelajaran 2011/2012.
3.2.3 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan sejak Februari hingga Mei 2012.
3.3 Sumber Data
Data penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi aktivitas belajar siswa dan observasi kinerja guru. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari hasil tes siswa yang dievaluasi dengan skor (angka).
3.4 Teknik Pengumpulan Data
3.4.1 Teknik Observasi
24
3.4.2 Teknik Tes
Tes, digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa nilai-nilai siswa guna mengetahui hasil belajar siswa setelah digunakan tes subjektif tertulis.
3.5 Alat Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini alat yang akan digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan menggunakan:
1. Lembar Observasi, digunakan untuk mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru pada saat pembelajaran berlangsung. Hal ini dilaksanakan oleh pengamat (observer).
2. Tes (instrumen) yang digunakan adalah tes subjektif tertulis untuk mengetahui kemampuan belajar siswa pada mata pelajaran PKn.
3.6 Analisis Data
Dalam penelitian akan dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.
3.6.1 Analisis Kualitataif
Digunakan untuk menganalisis aktivitas belajar siswa, serta untuk menganalisis kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung. a. Rumus Analisis Aktivitas Belajar Siswa
N = R x 100 SM
Keterangan:
25
SM = skor maksimum 100 = bilangan tetap
(Adaptasi dari Purwanto, 2008 : 102)
b. Rumus Analisis Kinerja Guru Selama Proses belajar Pembelajaran Skor akhir = jumlah skor yang diperoleh x 100%
Jumlah skor maksimal
Dengan keterangan sebagai berikut: 86 – 100% = Baik sekali
71 – 85% = Baik 56 – 70% = Cukup 41 – 55% = Kurang 0 – 40% = Sangat Kurang
Adaptasi dari Departemen Pendidikan Nasional
(dalam www.sdn cisarua.scg.ad/guru…guru…/256-penilaian-kinerja-guru) 3.6.2 Analisis Kuantitatif
Digunakan untuk memperoleh hasil belajar siswa dalam hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan guru, yaitu dengan memberikan tes terhadap siswa yang dievaluasi.
Rumus Penyekorannya: N = R x 100 SM Keterangan:
N = nilai yang dicari atau diharapkan R = skor mentah yang diperoleh siswa SM = skor maksimun
100 = bilangan tetap
Skor akhir = jumlah skor yang diperoleh x 100% Jumlah skor maksimal
26
0 – 40% = Sangat Kurang Modifikasi dari Arifin
(hppt//www.dokterkimia.com/20/10/06/meningkatkan pemahaman siswa pada html)
3.7 Urutan Tindakan Penelitian
Siklus 1
1. Perencanaan
Pada tahap perencanan akan ditetapkan hal-hal sebagai berikut: a. Menyiapkan silabus, rencana pembelajaran dan bahan ajar.
b. Menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari lembar observasi untuk kegiatan guru dan siswa, lembar kerja siswa dan alat evaluasi. c. Menentukan materi.
2. Pelaksanaan
Pada siklus I, materi pembelajarannya adalah “Berorganisasi”. Kegiatan ini diawali dengan penyusunan rencana pembelajaran secara kolaboratif partisipasi siswa antara guru dan peneliti. Dalam rencana pembelajaran dengan menggunakan Cooperative Learning meliputi beberapa tahap, antara lain:
a. Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembelajaran.
27
c. Guru menjelaskan kepada siswa mengenai pokok bahasan “Pengertian Organisasi”, lalu siswa diminta untuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan misalnya alat tulis dan buku.
d. Guru menjelaskan pokok bahasan dengan menggunakan cooperative learning sekaligus diselingi dengan pertanyaan,
tanggapan, dan pertanyaan dari siswa.
e. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti.
f. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil (3- 4 orang). g. Siswa mengerjakan tugas kelompok yang diberikan oleh guru. h. Perwakilan dari kelompok yang telah selesai mengerjakan tugas
dari guru, dipersilakan ke depan kelas untuk membacakan hasil diskusi.
i. Siswa mengumpulkan hasil kerja kelompok siswa di meja guru. j. Guru bersama-sama siswa menyimpulkan pokok bahasan yang telah
diajarkan sekaligus menindaklanjuti dengan memberikan tes formatif kepada siswa untuk melihat penguasaan materi pembelajaran PKn.
3. Pengamatan/Observasi
28
4. Refleksi
Hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan refleksi adalah membahas sesuatu yang terjadi dalam siklus I yang dilakukan oleh peneliti baik itu kelebihan atau kekurangan yang terjadi pada proses pembelajaran, maka akan dilakukan perbaikan dan perencanaan tindakan untuk siklus II. Sedangkan kebaikan yang dilakukan pada siklus I perlu dipertahankan untuk siklus selanjutnya dan dapat dijadikan sebagai contoh atau acuan dalam melaksanakan pembelajaran di masa yang akan datang.
Siklus II
1 Perencanaan
Pada tahap perencanaan akan ditetapkan hal-hal sebagai berikut:
a. Menyiapkan silabus, rencana perbaikan pembelajaran dan bahan ajar.
b. Menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari lembar observasi untuk kegiatan guru dan siswa, lembar kerja siswa, dan alat evaluasi.
c. Menentukan materi.
2. Pelaksanaan
Pada siklus II, materi pembelajarannya adalah “Berorganisasi”. Kegiatan ini diawali dengan pembuatan rencana perbaikan
29
Dalam rencana perbaikan pembelajaran dengan menggunakan cooperative learning meliputi beberapa tahap, antara lain:
a. Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembelajaran.
b. Guru menyampaikan apersepsi dan menginformasikan tujuan yang akan dicapai melalui kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
c. Guru menjelaskan kepada siswa mengenai pokok bahasan “Pentingnya Organisasi”, lalu siswa diminta untuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan misalnya alat tulis dan buku.
d. Guru menjelaskan pokok bahasan dengan menggunakan cooperative learning sekaligus diselingi dengan pertanyaan,
tanggapan, dan pertanyaan dari siswa.
e. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti.
f. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil (3- 4 orang). g. Siswa mengerjakan tugas kelompok yang diberikan oleh guru. h. Perwakilan dari kelompok yang telah selesai mengerjakan tugas
dari guru, dipersilakan ke depan kelas untuk membacakan hasil diskusi.
30
tes formatif kepada siswa untuk melihat penguasaan materi pembelajaran PKn.
3. Pengamatan/Observasi
Selama proses pembelajaran dari kegiatan awal sampai akhir diamati oleh observer dengan lembar observasi yang telah disepakati bersama yaitu observasi mengenai aktivitas belajar siswa pada kegiatan pembelajaran serta observasi kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.
4. Refleksi
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI
PENERAPAN
COOPERATIVE LEARNING
SISWA KELAS V
SDN 1 NEGERI SAKTI GEDONG TATAAN
KABUPATEN PESAWARAN
(Skripsi)
Oleh
Masneli
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2012
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI
PENERAPAN
COOPERATIVE LEARNING
SISWA KELAS V
SDN 1 NEGERI SAKTI GEDONG TATAAN
KABUPATEN PESAWARAN
Oleh
Masneli
Yang menjadi dasar penelitian ini adalah proses pembelajaran PKn di
SDN 1 Negeri Sakti khususnya kelas V yang selama ini masih didominasi oleh
metode pembelajaran konvensional yaitu ceramah sehingga cenderung monoton
dan kurang melibatkan siswa sehingga siswa merasa bosan dan malas untuk
belajar. Hal ini berdampak pada rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa. Oleh
sebab itu, perlu dilakukan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan
Kelas. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa
mata pelajaran PKn melalui model pembelajaran
cooperative learning.
Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas yang
bersifat daur siklus berulang. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas V yang
berjumlah 20 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur
hasil belajar siswa menggunakan data kualitatif yaitu lembar observasi dan data
kuantitatif yaitu tes tertulis.
Hasil penelitian diperoleh data keberhasilan aktivitas belajar siswa pada
siklus I pertemuan 1 sebesar 65% dengan predik
, siklus I pertemuan 2
sebesar 70%
%, pada siklus
II pertemuan 1 sebesar
82%
terjadi peningkatan sebesar 7% dan jika di hitung
dari siklus I hingga siklus II peningkatan yang terjadi adalah sebesar 17%. Untuk
persentase hasil
siklus I terjadi peningkatan sebesar 15%, selanjutnya pada siklus II pertemuan 1
persentase hasil belajar
Berdasarkan hasil penelitian di atas, membuktikan bahwa model
pembelajaran
cooperative learning
dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
sehingga peneliti merekomendasikan
kepada guru mata pelajaran PKn agar
menggunakan model pembelajaran
cooperative learning
sebagai salah satu
alternatif pembelajaran di sekolah.
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI
PENERAPAN
COOPERATIVE LEARNING
SISWA KELAS V
SDN 1 NEGERI SAKTI GEDONG TATAAN
KABUPATEN PESAWARAN
Oleh
Masneli
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
Judul Skripsi
: PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL
BELAJAR PKn MELALUI PENERAPAN
COOPERATIVE LEARNING
SISWA KELAS V SDN
1 NEGERI SAKTI GEDONG TATAAN
KABUPATEN PESAWARAN
Nama Mahasiswa
: Masneli
Nomor Pokok Mahasiswa : 1013109029
Program Studi
: S1 PGSD Dalam Jabatan
Fakultas
: Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
Pembahas
Drs. Siswantoro, M. Pd.
NIP 19540929 198403 1 001
Pembimbing
Drs. Rapani, M.Pd.
NIP 19600706 198403 1 004
Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan,
Drs. Baharuddin Risyak, M. Pd.
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua
:
Drs. Rapani, M. Pd.
Penguji Utama
:
Drs. Siswantoro, M. Pd.
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si.
NIP 19600315 198503 1 003
Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 26 Juli 2012
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Masneli
NPM
: 1013109029
Program Studi
: S-1 PGSD Dalam Jabatan
Jurusan
: Ilmu Pendidikan.
Fakultas
: Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Judul
: Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar PKn Melalui
Penerapan
Cooperative Learning
Siswa Kelas V SDN 1
Negeri Sakti Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penelitian tindakan kelas ini adalah hasil
pekerjaan saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya tidak berisi materi yang
telah dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain atau dipergunakan sebagai
persyaratan penyelesaian studi pada universitas atau institut lain.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan bila di
kemudian hari terjadi kesalahan saya bersedia dituntut sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pesawaran, Juni 2012
Masneli
NPM 1013109029
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada peneliti, sehingga Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat
terselesaikan. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini disusun untuk memenuhi salah
satu persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan.
Dalam menyusun laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini peneliti banyak
menerima bantuan dan bimbingan yang sangat berharga dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila beserta
jajarannya yang telah memfasilitasi semua urusan yang peneiti perlukan.
2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu
Pendidikan FKIP Unila yang telah memberikan arahan dan berbagai urusan
dalam penyusunan PTK ini.
3. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD yang
telah memberikan arahan dan berbagai urusan dalam penyusunan PTK ini.
4. Ibu Drs. Rapani, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing
peneliti dalam menyelesaikan laporan.
5. Bapak Drs. Siswantoro, M.Pd., selaku Dosen pembahas yang telah
membimbing peneliti selama pelaksanaan PTK sampai menyelesaikan
laporan.
6. Ibu Dra. Lusiandri., selaku Kepala SD Negeri 1 Negeri Sakti yang telah
mengizinkan peneliti dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas.
7. Ibu Suryati. selaku teman sejawat yang telah memberikan bantuan, kritikan,
dan saran serta kerja samanya.
8. Semua dewan guru dan staf SD Negeri 1 Negeri Sakti yang telah bekerja
sama dengan peneliti demi terlaksananya penelitian tindakan kelas.
9. Rekan-rekan seperjuangan Program Studi S 1 PGSD dalam Jabatan
angkatan tahun 2010, trimakasih atas kerja samanya selama ini.
10. Suami dan anak-anakku yang telah memberikan motivasi sehingga skripsi
ini selesai tepat pada waktunya.
11. Segenap pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu per satu yang telah
membantu terlaksananya penelitian tindakan kelas.
Semoga segala bantuan yang telah diberikan pada peneliti mendapat imbalan dari
Tuhan Yang Maha Esa. Akhirnya peneliti berharap semoga Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan pembaca pada umumnya.
Gedong Tataan, Juni 2012
Masneli
NPM 1013109029
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ...
xii
DAFTAR GRAFIK ...
xiii
DAFTAR GAMBAR ...
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...
xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ...
1
1.2 Identifikasi Masalah ...
4
1.3 Batasan Masalah...
5
1.4 Rumusan Masalah ...
5
1.5 Tujuan Penelitian ...
5
1.6 Manfaat Penelitian ...
6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Belajar ...
7
2.2 Pengertian Aktivitas Belajar ...
8
2.3 Pengertian Hasil Belajar... 10
2.4 Pengertian
Cooperative Learning
... 11
2.5 Model Pembelajaran
Cooperative Learning
... 12
2.6 Kelabihan dan Kelemahan
Cooperative Learning...
15
2.7 Karakteristik Model Pembelajaran
Cooperative Learning ...
16
2.8 Langkah-langkah Pembelajaran
Cooperative Learning ...
16
2.9 Pembelajaran PKn di SD... 16
2.10 Hipotesis Tindakan... 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian... 20
3.2 Setting Penelitian ... 21
3.3 Sumber Data... 22
3.4 Teknik Pengumpulan Data... 22
3.5 Alat Pengumpulan Data ... 23
3.6 Analisis Data ... 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 . Hasil Penelitian ... 30
4.2 Pembahasan ... 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ... 68
5.3 Saran Rekomendasi ... 70
DAFTAR PUSTAKA
... 71
LAMPIRAN
... 73
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
4.1 Keadaan guru dan karyawan SDN 1 Negeri Sakti ... 31
4.2 Jadwal pelaksanaan penelitian tindakan kelas ... 32
4.3 Hasil observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan 1 ... 36
4.4 Hasil observasi kinerja guru siklus I pertemuan 1 ... 36
4.6 Hasil observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan 2 ... 42
4.7 Hasil observasi kinerja guru siklus I pertemuan 2 ... 43
4.8 Daftar nilai hasil post-tes siklus I pertemuan 2 ... 44
4.9 Hasil observasi aktivitas siswa siklus II pertemuan 1... 49
4.10 Hasil observasi kinerja guru siklus II pertemuan 1 ... 51
4.11 Daftar nilai hasil belajar siswa siklus II pertemuan 1 ... 52
4.12 Daftar nilai hasil belajar siswa siklus II pertemuan 1 dan 2 ... 52
4.13 Hasil observasi aktivitas siswa siklus II pertemuan 2... 58
4.14 Hasil observasi kinerja guru siklus II pertemuan 2 ... 58
4.15 Daftar nilai hasil belajar siswa siklus II pertemuan 2 ... 59
4.16 Persentase peningkatan aktivitas siswa siklus I dan II... 61
4.17 Persentase peningkatan kinerja guru siklus I dan II... 62
4.18 Rekapitulasi peningkatan nilai post-tes belajar siswa sikus I dan II ... 63
DAFTAR GRAFIK
Grafik
Halaman
4.1 Peningkatan persentase aktivitas siswa siklus I dan II... 60
4.2
Peningkatan persentase kinerja guru siklus I dan II... 61DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Surat Izin Penelitian dari FKIP Unila ...
73
2. Surat Keterangan Penelitian dari SD ...
74
3. Surat Pernyataan Teman Sejawat...
75
5. Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus II...
81
6. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ...
86
7. Lembar Observasi Kinerja Guru ...
90
8. Dokumentasi Kegiatan Pelaksanaan PTK...
98
MOTTO
Bismillahhirrahmanirrahim ...
Dengan menyebut nama ALLAH yang Maha Pengasih, Lagi Maha Penyayang
Ilmu adalah investasi paling menjanjikan di masa depan,
maka tuntutlah ilmu setinggi-tingginya
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur dan kerendahan hati, karya ini kupersembahakan untuk :
1. Ayahanda dan Ibunda (Alm) yang tercinta, yang semasa dulu telah memberikan
dukungan dan motivasi yang begitu besar
2. Suami ku tercinta yang selalu memberikan doa, dan membimbing dalam penyelesaian
skripsi ini
3. Anak-anak ku tersayang Muhammad Heriza S.H, Romzi Deni Putra, dan Nana Tri
Gustiyani yang selalu mendoakan Mamanya
4. Untuk keluarga besarku, semoga selalu dalam lindungan-Nya
5. Bapak dan Ibu dosen, khususnya dosen pembimbing yang telah membantu dan
memberikan arahan dengan penuh kesabaran
6. Rekan-rekan Mahasiswa-mahasiswi, khususnya S1 PGSD dalam jabatan
7. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) yang telah banyak memberikan
berbagai ilmu pengetahuan
Penulis dilahirkan di Tanjung Heran, pada tanggal 10 november 1960, anak pertama dari
delapan (8) bersaudara, putri pasangan dari perkawinan Hi. Zakaria (Alm)
dan Rohani
(Alm). Menginjak usia enam tahun, penulis menempuh pendidikan di SD N.4 Talang Padang,
lulus pada tahun 1973. Sekolah Menengah Pertama (SMP), lulus pada tahun 1977. Melanjut
pendidikan Sekolah Pendidikan Guru (SPG), lulus tahun 1980.