(Survey At Consumer Neps Clothing Bandung)
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Komputer Indonesia
Oleh :
ACEP GUNAEFI 21209144
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
v LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
MOTTO
ABSTRAK.. ... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR GAMBAR ... .. ix
DAFTAR TABEL... .. x
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah ... 7
1.2.1 Identifikasi Masalah ... 7
1.2.2 Rumusan Masalah ... 8
1.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian ... 8
1.3.1 Maksud Penelitian ... 8
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 9
1.4 Kegunaan Penelitian ... 9
vi
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka ... 11
2.1.1 Kontrol Diri ... 11
2.1.1.1 Pengertian Kontrol Diri ... 11
2.1.1.2 Jenis-jenis Kontrol Diri... 12
2.1.2 Diskon ... .. 14
2.1.2.1 Pengertian Diskon ... 14
2.1.2.2 Media Online ... 15
2.1.2.3 Tujuan Pemberian Diskon ... 17
2.1.3 Pembelian Impulsif.. ... .. 17
2.1.3.1 Pengertian Pembelian Impulsif...17
2.1.3.2 Tipe Pembelian Impulsif ... 18
2.1.3.3 Faktor Yang Mempengaruhi ... 19
2.1.4 Penelitian Terdahulu ... ..24
2.2 Kerangka Pemikiran ... 27
2.2.1 Hubungan antara Kontrol diri Dengan Pembelian Impulsif. 28 2.2.2 Hubungan Diskon dengan Pembelian Impulsif ... ..29
2.3 Hipotesis ... .. 31
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... ..32
vii
3.2.3 Metode Dan PenarikanSampel ... 38
3.2.3.1 Populasi ... .. 38
3.2.3.2 Smpel ... 39
3.2.4 JenisDan MetodePengumpulan Data ... 40
3.2.4.1 Jenis Data……….40
3.2.4.2 MedtodePengumpulan Data……….41
3.2.5 MetodeAnalisis Dan PerancanganHipotesis ... . 42
3.2.5.1 UjiValiditas ... . 43
3.2.5.2UjiRealibilitas ... . 47
3.2.6 RancanganAnalisisdanPerancanganHipotesis ………. 49
3.2.6.1 RancanganAnalisis ………... 49
3.2.6.1.1 AnalisisDeskriftif/Kualitatif……… 49
3.2.6.1.2 AnalisisVerifikatif……… . 50
3.2.6.2 PengujianHipotesis……… 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Perusahaan……….… 61
4.1.1 Profil Perusahaan ……… 61
4.1.2 StrukturOrganisasi………... 62
4.1.3 Job Description ………... 63
viii
4.3.2 HasilAnalisisDiskon ………..… 78
4.3.3 HasilAnalisisPembelianImpulsif ………... 84
4.4 AnalisisVerifikatif ……….. 93
4.4.1 PersamaanRegresi Linier Berganda ……… 93
4.4.2 UjiAsumsiKlasik ……… 96
4.4.3 AnalisisKorelasi ………. 101
4.4.4 AnalisisKoefisienDeterminasi ………. 105
4.4.5 PengujianHipotesis ……… 107
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 SIMPULAN ……….. 112
5.2 SARAN ………. 114
DAFTAR PUSTAKA
ix
No Judul Gambar Halaman
Gambar 2.1 Paradigma Penelitian ... 30
Gambar3.1 Daerah PenerimaandanPenolakan Ho…….……….. 60
Gambar 4.1 StrukturOrganisasi ………. 63
Gambar 4.2 GarisKontinumKontrolDiri ………... 77
Gambar 4.3 GarisKontinumDiskon ……… 83
Gambar 4.4 GarisKontinumPembelianImpulsif ……… 92
Gambar 4.5 GrafikAsumsiNormalitas ………. 97
Gambar 4.6 GambarHasilHeteroskedastitas ……… 100
Gambar 4.7 UjiPengaruhKontrolDiriTerhadapPembelianImpulsif ……. 109
x
No Judul Tabel Halaman
Tabel 1.1 Data Penjualan Neps Tahun 2012... 4
Tabel 1.2 Survey awal ... 6
Tabel 1.3 Waktu dan Tempat Penelitian ... 10
Tabel 3.1 Tabel Metrik ... 35
Tabel 3.2 Operasional Variabel ... 36
Tabel 3.3 Hasil Pengujian Validitas Kontrol Diri ... 45
Tabel 3.4 Hasil Pengujian Validitas Diskon ... ... 46
Tabel 3.5 Hasil Pengujian Validitas Pembelian Impulsif ... 46
Tabel 3.6 Hasil Ujin Reliabilitas ... 48
Tabel 3.7 Kriteria Persentase Skor Tanggapan Responden ... 50
Tabel 3.8 Tingkat Keeratan Korelasi ... . 57
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 67
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 68
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengeluaran Perbulan... 69
Tabe. 4.4 Anda Dapat Mengontrol diri ... 72
Tabel 4.5 Suasana Toko Mempengaruhi Anda ... 73
Tabel 4.6 Dapat Mengantisipasi Diri ... 74
Tabel 4.7 Dapat Memperkirakan konsekuensi ... 75
xi
Tabel 4.11 Masa Potongan Harga ... . 80
Tabel 4.12 Produk Yang Diberi Potongan ... . 81
Tabel 4.13 Jumlah Skor Tanggapan Responden Mengenai Diskon ... 82
Tabel 4.14 Berbelanja karena Desakan ... 85
Tabel 4.15 Senang Berbelanja ... .86
Tabel 4.16 Rasa Menyesal ... 87
Tabel 4.17 Melihat-lihat Keadaan Neps ... 88
Tabel 4.18 Membeli karena Senang ... 89
Tabel 4.19 Menghabiskan uang untuk berbelanja ... 89
Tabel 4.20 Belanja Barang yang Benar-Benar Disukai ... 90
Tabel 4.21 Sering Melakukan Pembelian Tidak Terencana. ... 91
Tabel 4.22 JumlahSkorRespondenMengenaiPembelianImpulsif ………. 93
Tabel 4.23 KoefisienRegresi Linier Berganda ………. 94
Tabel 4.24 UjiMultikolinieritas……….. 99
Tabel 4.25 HasilUjiAutokorelasi……… 100
Tabel 4.26 KorelasiKontrolDiriDenganPembelianimpulsif………. 102
Tabel 4.27 KorelasiDiskonDenanPembelianImpulsif ……….. 103
Tabel 4.28 DeterminasiKontrolDiriTerhadapPembelianImpulsif ……... 105
Tabel 4.29 PengaruhVariabelBebasTerhadapVariabelTerikat ………… 106
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’allaikum Wr.Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
mencurahkan nikmat dan kasih sayangnya kepada kita sebagai hamba-Nya. Atas
segala rahmat, karunia yang telah diberikan-Nya, penulis dapat menyelesaikan
penyusunanSkipsiini
Penyusunan Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu
syaratdalammenempuhjenjang SI pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Komputer Indonesia, dengan judul “PENGARUH KONTROL DIRI DAN DISKON TERHADAP PEMBELIAN IMPULSIF PADA NEPS CLOTHING BANDUNG”.
Penulis menyadari dari perkembangan ilmu yang dinamis terus berkembang
sehingga mengahasilkan ilmu baru yang lebih baik dari saat ini. Masih banyak
kekurangan-kekurangan dalam penyusunanSkripsi ini. Untuk itu, koreksi dan saran
yang membangun sangat dibutuhkan penulis dalam pencapaian kesempurnaan
penyusunanSkripsi ini.
Dalam penyusunan Skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini perkenankan
penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang
terhormat :
1. Prof. Dr. Ir Eddy Suryanto Soegoto, Msc., selaku Rektor Universitas Komputer
Indonesia.
2. Prof.Dr.Hj.ErnieTisnawatiSule, SE.,M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Komputer Indonesia.
3. Dr. Raeny Dwisanty, SE., M.Si, selaku Ketua Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia dan selaku dosen penguji 1
iv
5. Rizky Zulfikar,SE., M.Siselakudosenpembimbing
6. Dr. RahmaWahdiniwaty, Dra., M.Siselakudosenpenguji 2
7. Galuh Putra sebagai Manjer Marketing dan pembimbing yang telah memberikan
pengarahan kepada penulis
8. Ayahanda dan Ibundaku tercinta kupanjatkan do’a, semoga segala bantuan dan
dorongan yang telah diberikan akan mendapat balasan dan pahala yang berlipat
ganda dari Allah S.W.T.
9. Semuateman yang telahmembantudanteman-temanGojasgojlag yang
telahmemberikansemangat demi terselesaikannyapenyusunanSkripsiini
10. Serta semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan yang tidak
dapat penulis sebutkan. Semoga kebaikannya dapat dibalas oleh Allah SWT.
Akhirnya penulis panjatkan doa semoga Allah SWT memberikan Taufik dan
Hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Bandung, Juli 2013
BAB III
OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian yang diambil oleh penulis dalam Usulan penelitian ini adalah
analisis pengaruh kontrol diri dan Diskon terhadap pembelian impulsif di NEPS
Clothingbandung.
Pengertian objek penelelitian menurut Suharsimi Arikunto (2000:29), objek
penelitian adalah variabel penelitian, yaitu sesuatu yang merupakan inti dari
problematika penelitian.
Sedangkan benda, hal, atau orang tempat data untuk variabel penelitian
melekat dan yang dipermassalahkan disebut objek (Suharsimi Arikunto, 2000:116).
Berdasarkan pengertian diatas, yang dimaksud dengan objek penelitian adalah
sesuatu yang ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan ditarik
kesimpulannya. Penulis menjadikan Kontrol diri dan Diskon sebagai acuan untuk
peningkatan penjualan dari pembelian impulsif.
3.2 Metode Penelitian
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan
verifikatif dengan pendekatan kuantitatif karena penulis ingin mendeskripsikan
pengaruh Kontrol diri dan Diskon terhadap pembelian impulsif di NEPS Clothing
Bandung
Menurut Sugiyono (2005 : 21): “ Metode Deskriptif adalah metode yang
digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak
digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.”
Sedangkan metode verifikatif menurut Mashuri (2008 : 45) menyatakan
bahwa:
“ Metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk
menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat
lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan.”
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey yaitu
penelitian yang mengambil sampel dari populasi dan menggunakan kuesioner sebagai
alat pengumpulan data.
3.2.1 Desain Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian yang diangkat oleh peneliti yaitu “
PengaruhKontrol diri dan Diskon terhadap pembelian impulsif pada NEPS Clothing
Bandung “. maka langkah-langkah yang akan dilakukan penulis dalam penyusunan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan data-data dari pihak NEPS Clothing Bandung.
2. Mengumpulkan data-data mengenai tanggapan para konsumen atas
produk yang diberikan NEPS Clothing sehingga mereka membeli
produk NEPS Clothing serta keluhannya.
3. Membuat hipotesis untuk membuktikan adanya hubungan atau dampak
4. Menganalisa data-data yang diperoleh untuk membuktikan kebenaran
hipotesis yang telah dibuat.
5. Membuat kesimpulan terhadap hasil hipotesis.
6. Menyusun Penelitian.
Metode yang digunakan untuk peneliatian ini adalah metode penelitian survey
explanatory yang digunakan untuk menjalankan hubungan kausal antara 3 variabel
melalui pengujian hipotesis. Untuk menjawab tujuan penelitian yang pertama, kedua
dan ketiga yaitu untuk mengetahui tanggapan konsumen NEPS Clothing mengenai
Kontrol diri dan Diskon terhadap pembelian impulsif digunakan penelitian deskriptif
guna menyajikan variabel yang terstruktur, faktual, dan akurat mengenai
permasalahan di atas dengan menggunakan sumber data primer yang diperoleh dari
hasil wawancara dengan pihak pemilik NEPS Clothing dan penyebaran kuisioner
kepada konsumen NEPS Clothing tersebut.
Sedangkan untuk menjawab tujuan penelitian keempat yaitu untuk
mengetahui seberapa besar pengaruhKontrol diridan Diskon terhadap pembelian
impulsif baik secara simultan dan parsial, digunakan penelitian yang bersifat
verifikatif dengan menggunakan data primer yang diperoleh dari hasil penyebaran
kuisioner kepada konsumen NEPS Clothing. Untuk mempermudah dan memperjelas
jalur dan sasaran penelitian yang dilaksanakan, maka peneliti menggunakan matriks
Tabel 3.1
digunakan Unit Analisis
T – 1 Descriptive
3.2.2 Operasional Variabel
Operasionalvariabel dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh pengukuran
variabel-variabel penelitian.Variabel penelitian adalah suatu atribut atau
sifat-sifat atau nilai dari seseorang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai
variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik
1. Variabel bebas (Independent Variable)
Variabel bebas adalah variabel yang menjadi penyebab atau timbulnya variabel
dependent (terikat). Adapun yang menjadi variabel independent dalam penelitian ini
adalah Kontrol diri dan Diskon.
2. Variabel terikat (Dependent Variabel)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependent
adalah pembelian impulsif.
Tabel 3.2 Operasional Variabel
Variabel Indikator Ukuran Sumber Skala
kemampuan
Engel dan
3.2.3 Metode Penarikan Sampel 3.2.3.1 Populasi
Populasi merupakan sekumpulan objek yang bukan hanya orang tetapi juga
benda – benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar ada pada objek atau
subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki
oleh subjek atau objek.
Definisi populasi menurut Naziradalah :
“Kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri yang telah ditetapkan” (Nazir
,1998 :32).
Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen NEPS
Clothing Bandung pada tahun 2012.Berdasarkan informasi dari pihak NEPS Clothing
diketahui konsumen NEPS Clothing diambil dari banyaknya item barang yang keluar
3.2.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi
tersebut.Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada
pada populasi, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi
tersebut.
Adapun definisi sampel menurut Sugiyonoadalah :
”Bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh suatu populasi, meskipun
jumlah sampel relatif kecil tetapi harus dapat mewakili ciri-ciri dan sifat-sifat
keseluruhan populasi”.(Sugiyono ,2003 : 74)
Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah metode sampling,
yaitu suatu metode yang memilih sebagian dari populasi untuk dijadikan data yang
akan diolah untuk penelitian.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling
probability sampling, yaitu teknik sampling yang memberikan peluang/kesempatan
sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Untuk
mengetahui populasinya, maka digunakan teknik sampling simple random sampling,
yaitu teknik penentuan sampel dengan pengambilan sampel anggota populasi
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.
Rumus yang digunakan adalah pendapat Slovin yang dikutip dari Drs.Husein
dimana : n = Jumlah sampel
N = Jumlah Populasi
e = Persentase kelonggaran
Dari jumlah populasi ( N ) yang terdiri dari 15022 orang, maka jumlah
sampel penelitian (n) atau responden yang harus diambil berdasarkan dengan tingkat
persentase kelonggaran sebesar 10% adalah sebagai berikut :
= 1 + 15022 0,115022 = 97 = 100 responden
Jadi untuk menghindari kebiasan dalam penyebaran angket, maka dipilih
100 orang untuk menjadi responden.
3.2.4 Jenis dan Metode Pengumpulan Data 3.2.4.1 Jenis Data
Data yang digunakan oleh peneliti ada dua jenis, yaitu :
1. Data primer, yaitu merupakan data informasi yang diperoleh pengamatan
langsung pada pelanggan yang menjadi objek penelitian. 2
1
N
n
Ne
=
2. Data sekunder, yaitu merupakan data yang diperoleh dari perusahaan,
buku-buku, laporan-laporan ilmiah.
3.2.4.2Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah :
1. Studi Pustaka ( Library Research )
Yaitu mengumpulkan data dan mempelajari atau membaca pendapat para
ahli yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti untuk memperoleh
landasan teori – teori yang dapat menunjang penelitian. Sehingga penelitian yang
dilaksanakan mempunyai landasan teori yang kuat dan menunjang.
2. Studi Lapangan ( Field Research )
Dalam teknik ini peneliti langsung terjun ke lapangan untuk mengumpulkan,
mengelola, dan menganalisis data yang diperlukan. Adapun studi lapangan yang
dilakukan peneliti adalah sebagai berikut :
a. Observasi
Yaitu pengumpulan data yang dilakukan langsung terhadap objek penelitian
dengan mengunjungi perusahaan.Data atau informasi yang diperoleh didapat secara
langsung dari sumber – sumber tertulis yang diberikan perusahaan.Pengamatan
langsung ini dimaksudkan untuk melengkapi data yang diperlukan serta
membandingkan keterangan yang diperoleh sebelumnya dengan ketepatan data yang
ada diperusahaan.
Penulis mengadakan wawancara langsung dengan pihak perusahaan yang
berwenang dalam bidang yang berhubungan dengan masalah yang dibahas sehingga
memperoleh data – data yang diperlukan.
c. Dokumentasi
Yaitu mengumpulkan dan menganalisa data – data penting tentang perilaku
konsumen.
3.2.5 Metode Analisis dan Perancangan Hipotesis
Pada dasarnya rancangan analisis data yang digunakan terdiri dari dua bagian
yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Menurut Sugiyono (2006:13), data
kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, skema dan gambar. Sementara
untuk data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang
diangkakan (skoring). Analisis kualitatif digunakan untuk menjawab rumusan
masalah satu, dua dan tiga, yaitu mengenai Kontrol diri,Diskon serta pembelian
impulsif konsumen dengan cara mengelompokan data, ditabulasikan, kemudian
diberikan penjelasan. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menjawab
rumusan masalah yang keempat, yaitu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
Kontrol diri dan Diskon terhadap pembelian impulsif konsumen NEPS Clothing
Bandung.
Untuk mengungkap aspek-aspek atau variabel-variabel yang diteliti,
diperlukan suatu alat ukur atau skala tes yang valid dan dapat diandalkan, agar
berbeda dengan keadaan yang sebenarnya. Suatu instrumen ukur yang tidak valid dan
tidak reliabel akan memberikan informasi yang tidak akurat mengenai keadaan subjek
atau individu yang dikenai tes tersebut. Untuk itu perlu dilakukan uji validitas dan uji
reliabilitas terhadap alat ukur penelitian ini, yaitu kuesioner.
Sugiyono (2004:110) menyatakan bahwa dengan menggunakan instrumen
yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian
akan valid dan reliabel. Jadi instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat
mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel.
Pengujian validitas dan reliabilitas ini dilakukan dengan menggunakan
program SPSS.
3.2.5.1 Uji Validitas
Uji validitas menunjukan sejauh mana alat pengukur itu mengukur apa yang
ingin diukur, atau sejauh mana alat ukur yang digunakan mengenai sasaran. Semakin
tinggi validitas suatu alat test, maka alat tersebut semakin mengenai pada sasarannya.
Menurut Cooper (2006:720) validitas adalah “Validity is a characteristic of
measuraenment concerned with the extend that a test measures what the researcher
actually wishes to measure”.
Berdasarkan definisi diatas, maka validitas dapat diartikan sebagai suatu
karakteristik dari ukuran terkait dengan tingkat pengukuran sebuah alat test
Suatu alat ukur disebut valid bila ia melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan
mengukur apa yang seharusnya diukur.
Pengujian ini dilakukan untuk menguji kesahihan setiap item pernyataan
dalam mengukur variabelnya. Pengujian validitas dalam penelitian ini dilakukan
dengan cara mengkorelasikan skor masing-masing pertanyaan yang ditujukan kepada
responden dengan total skor untuk seluruh item. Teknik korelasi yang digunakan
untuk menguji validitas butir pernyataan dalam penelitian ini adalah korelasi person
product moment.
Menurut Masrun dalam Sugiyono (2009:134), item yang mempunyai korelasi
yang positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi menunjukan item
tersebut mempunyi validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk
dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3
Berdasarkan dari pernyataan tersebut maka hal ini dilakukan untuk
mengetahui pernyataan kuesioner mana yang valid dan mana yang tidak valid,
dengan mengkonsultasikan data tersebut dengan tingkat signifikan r kritis = 0,300
apabila alat ukur tersebut berada < 0,300 (tidak valid). Pengujian statistik
mengacu pada kriteria :
r hitung< r kritis maka tidak valid
Berikut ini merupakan tabel uji validitas dari masing-masing variabel, yaitu sebagai
berikut :
1. Uji Validitas Kontrol Diri (X1)
Hasil pengujian validitas Kontrol Diri dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut ini :
Tabel 3.3
Hasil Pengujian Validitas Kontrol diri
Variabel No Item Koefisien Validitas
Titik
Kritis Kesimpulan
Kontrol Diri (X1)
1 0,364 0,300 Valid 2 0,384 0,300 Valid 3 0,506 0,300 Valid 4 0,510 0,300 Valid 5 0,367 0,300 Valid 6 0,529 0,300 Valid Sumber : Hasil kuesioner (diolah)
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa seluruh koefesien validitas
pernyataan variable kontrol diri melebihi titikr kritis = 0,300. Sehingga dapat
dinyatakan bahwa seluruh item pernyataan variable kontrol diri valid.
2. Uji Validitas Diskon (X2)
Tabel 3.4
Hasil Penguji Validitas Diskon
Variabel No Item Koefisien Validitas Sumber : Hasil kuesioner (diolah)
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa seluruh koefisien validitas pernyataan
variabel Diskon melebihi titik r kritis= 0,300. Sehingga dapat dinyatakan bahwa
seluruh item pernyataan variabel Diskon valid.
3. Uji Validitas Pembelian Impulsif (Y)
Hasil pengujian validitas pembelian impulsif dapat dilihat pada tabel 3.5
berikut ini :
Tabel 3.5
Hasil Pengujian Validitas Pembelian Impulsif
Variabel No Item Koefisien Validitas
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa seluruh koefisien validitas pernyataan
variabel pembelian impulsif melebihi titik r kritis= 0,300. Sehingga dapat dinyatakan
bahwa seluruh item pernyataan variabel pembelian impulsif valid.
3.2.5.2 Uji Realibilitas
Menurut Saifuddin Azwar (1999:158), tinggi rendahnya reliabilitas, secara
empiris ditunjukan oleh suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas (alpha
cronbach). Walaupun secara teori besarnya koefisien reliabilitas berkisar antara 0,00
– 1,00 , tetapi pada kenyataannya koefisien reliabilitas sebesar 1,00 tidak pernah
dicapai dalam suatu pengukuran karena manusia sebagai subjek pengukuran
psikologis merupakan sumber kekeliruan yang potensial.
Koefisien korelasi dapat bertanda positif (+) atau negatif (-), tetapi dalam
pengukuran reliabilitas, koefisien reliabilitas yang besarnya kurang dari nol (0,00)
tidak ada artinya karena interpretasi reliabilitas selalu mengacu pada koefisien
reliabilitas yang positif. Untuk menghitung koefisien reliabilitas digunakan rumus
Alpha Cronbach :
= 1 + − 1
Dimana :
r = rata-rata korelasi antara faktor pembentuk sub variabel
k = jumlah faktor yang membentuk sub variabel
Untuk menghitungnya menggunakan bantuan SPSS 21for windows, bila
koefisien reliabilitas telah dihitung, setelah itu dibuat hipotesis :
Ho : Instrument penelitian tidak reliabel
Ha : Instrument penelitian reliabel
Dengan ketentuan : Jika r Alpha > r tabel maka Ho ditolak
Jika r Alpha < r tabel maka Ho diterima.
Adapun hasil uji reliabel dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 3.6
berikut ini.
Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach’s Alpha rtabel Hasil
Kontrol Diri (X1) 0,705 0,70 Reliabel
Diskon (X2) 0,716 0,70 Reliabel
Pembelian Impulsif (Y) 0,720 0,70 Reliabel
Sumber : Hasil kuesioner (diolah)
Hasil pengujian reliabilitas instrumen dengan metode cronbach alpha, Kontrol
sebesar 0,720, karena r hasil perhitungan menunjukkannilai lebih besar dari r tabel
(0,70) sehingga semua variabel yang digunakanreliabel.
3.2.6Rancangan Analisi dan Perancangan Hipotesis 3.2.6.1 Rancangan Analisis
3.2.6.1.1 Analisis Deskriftif/Kualitatif
Analisis Deskriptif/ kualitatif digunakan untuk menggambarkan tentang
ciri-ciri responden dan variabel penelitian, sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk
menguji hipotesis dengan menggunakan uji statistik.
Analisis kualitatif digunakan dengan menyusun tabel frekuensi distribusi
untuk mengetahui apakah tingkat perolehan nilai (skor) variabel penelitian masuk
dalam kategori: sangat baik, baik, cukup, tidak baik, sangat tidak baik.
Selanjutnya untuk menetapkan peringkat dalam setiap variabel penelitian
dapat dilhat dari perbandingan antara skor aktual dengan skor ideal. Skor aktual
diperoleh melalui hasil perhitungan seluruh pendapat responden sesuai klasifikasi
bobot yang diberikan (1,2,3,4, dan 5). Sedangkan skor ideal diperoleh melalui
perolehan predisi nilai tertinggi dikalikan dengan jumlah kuesioner dikalikan jumlah
responden.
Sumber:UmiNarimawati (2007:84)
Skor actual
% Skor = x 100%
Keterangan:
a. Skor aktual adalah jawaban seluruh responden atas kuesioner yang telah
diajukan.
b. Skor ideal adalah skor atau bobot tertinggi atau semua responden diasumsikan
memilih jawaban dengan skor tertinggi.
Selanjutnya hasil perhitungan perbandingan antara skor aktual dengan skor
ideal dikontribusikan dengan tabel 3.7 sebagai berikut :
Tabel 3.7
Kriteria Persentase Skor Tanggapan Responden Terhadap Skor Ideal No % Jumlah Skor Kriteria
1 20.00 - 36.00 Tidak Baik
2 36.01 - 52.00 Kurang Baik
3 52.01 - 68.00 Cukup
4 68.01 - 84.00 Baik
5 84.01 – 100 Sangat Baik
Sumber : Umi Narimawati (2007:84)
3.2.6.1.2 Analisis Verifikatif (Kuantitatif)
Data yang telah dikumpulkan melalui kuisioner akan diolah dengan
pendekatan kuantitatif. Oleh karena data yang didapat dari kuesioner merupakan data
ordinal, sedangkan untuk menganalisis data diperlukan data interval, maka untuk
Successive Interval” (Hays, 1969:39). Dan selanjutnya dilakukan analisis regresi
korelasi serta determinasi.
1. Transformasi Data Ordinal Menjadi Interval
Adapun langkah-langkah untuk melakukan transformasi data ordinal menjadi
interval adalah sebagai berikut:
a) Ambil data ordinal hasil kuesioner
b) Setiap pertanyaan, dihitung proporsi jawaban untuk setiap kategori jawaban dan
hitung proporsi kumulatifnya
c) Menghitung nilai Z (tabel distribusi normal) untuk setiap proporsi kumulaif.
Untuk data n > 30 dianggap mendekati luas daerah dibawah kurva normal.
d) Menghitung nilai densititas untuk setiap proporsi komulatif dengan memasukan
nilai Z pada rumus distribusi normal.
e) Menghitung nilai skala dengan rumus Method Successive Interval
Density at Lower limit – Density at Upper Limit
Means of Interval =
Area at Below Density Upper Limit – Area at Below LowerLimit
Dimana:
Means of Interval = Rata-Rata Interval
Density at Lower Limit = Kepadatan batas bawah
Area Under Upper Limit = Daerah di bawah batas atas
Area Under Lower Limit = Daerah di bawah batas bawah
f) Menentukan nilai transformasi (nilai untuk skala interval) dengan
menggunakan rumus : Nilai Transformasi = Nilai Skala + Nilai Skala Minimal
+ 1
Untuk mengetahui pengaruh antara Kontrol diri dan Diskon terhadap
Pembelian impulsif, dalam hal ini adalah konsumen yang melakukan pembelian di
NEPS Clothing Bandung digunakan analisis regresi Berganda (Multiple Regression).
2. Analisis Regresi
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh
beberapa variabel bebas atau independen variabel (X) terhadap satu variabel tidak
bebas atau dependen variabel (Y) secara bersama-sama.
Persamaan Regresi Linier Berganda adalah:
Dimana :
Y = variabel dependen
X1, X2 = variabel independen
Α = konstanta
Dalam hubungan dengan penelitian ini, variabel independen adalah Kontrol
diri (X1) dan Diskon (X2), sedangkan variabel dependen adalah Pemebelian impulsif
(Y), sehingga persamaan regresi berganda estimasinya.
Y = α + β1X1 + β 2X2 + e
Dimana:
Y = Pembelian impulsif
α = Konstanta dari persamaan regresi
β1 = Koefisien regresi dari variable X1, Kontrol diri
β2 = Koefisien regresi dari variable X2, Diskon
X1 = Kontrol diri
X2 = Diskon
2. Uji Asumsi Klasik
Untuk memperoleh hasil yang lebih akurat pada analisis regresi berganda
maka dilakukan pengujian asumsi klasik agar hasil yang diperoleh merupakan
persamaan regresi yang memiliki sifat Best Linier Unbiased Estimator
(BLUE).Pengujian mengenai ada tidaknya pelanggaran asumsi-asumsi klasik
merupakan dasar dalam model regresi linier berganda yang dilakukan sebelum
Beberapa asumsi klasik yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum
menggunakan analisis regresi berganda (multiple linear regression) sebagai alat
untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel yang diteliti, terdiri atas:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah model regresi mempunyai
distribusi normal atau tidak.Asumsi normalitas merupakan persyaratan yang sangat
penting pada pengujian kebermaknaan (signifikansi) koefisien regresi.Model regresi
yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi normal atau mendekati
normal, sehingga layak dilakukan pengujian secara statistik.
b. Uji Multikolinier
Multikolinieritas merupakan suatu situasi dimana beberapa atau semua
variabel bebas berkorelasi kuat. Jika terdapat korelasi yang kuat di antara sesama
variabel independen maka konsekuensinya adalah:
1. koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir
2. Nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tidak terhingga.
Dengan demikian berarti semakin besar korelasi diantara sesama variabel
independen, maka tingkat kesalahan dari koefisien regresi semakin besar, yang
mengakibatkan standar error nya semakin besar pula.Cara yang digunakan untuk
Inflation Factors (VIF). Menurut Gujarati (2003: 362), jika nilai VIF nya kurang dari
10 maka dalam data tidak terdapat Multikolinieritas.
c. Uji Heteroskedastitas
Menurut Gujarati (2005:406), situasi heteroskedastisitas akan menyebabkan
penaksiran koefisien regresi menjadi tidak efisien dan hasil taksiran dapat menjadi
kurang atau melebihi dari yang semestinya. Dengan demikian, agar
koefisien-koefisien regresi tidak menyesatkan, maka situasi heteroskedastisitas tersebut harus
dihilangkan dari model regresi.Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas
digunakan uji Rank Spearman yaitu dengan mengkorelasikan masing-masing variabel
bebas terhadap nilai absolut dari residual.Jika nilai koefisien korelasi dari
masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual (error) ada yang signifikan,
maka kesimpulannya terdapat heteroskedastisitas (varian dari residual tidak
homogen).
d. Uji Autokorelasi
Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi antar observasi yang diukur
berdasarkan deret waktu dalam model regresi atau dengan kata lain error dari
observasi yang satu dipengaruhi oleh error dari observasi yang sebelumnya. Akibat
dari adanya autokorelasi dalam model regresi, koefisien regresi yang diperoleh
menjadi tidak efisien, artinya tingkat kesalahannya menjadi sangat besar dan
data residual terlebih dahulu dihitung nilai statistik Durbin-Watson (D-W). Kriteria
uji: bandingkan nilai D-W dengan nilai d dari tabel Durbin-Watson:
a. jika D-W < dLatau D-W > 4 – dL, kesimpulannya pada data terdapat autokorelasi.
b. Jika dU < D-W < 4 – dU, kesimpulannya pada data tidak terdapat autokorelasi.
c. Tidak ada kesimpulan jika dL ≤ D-W ≤dU atau 4 – dU ≤ D-W ≤ 4-dL.
Apabila hasil uji Durbin-Watson tidak dapat disimpulkan apakah terdapat
autokorelasi atau tidak maka dilanjutkan dengan runs test.
3. Analisis Korelasi
Menurut Sujana (1989) dalam Umi Narimawati, Sri Dewi Anggadini, dan
Linna Ismawati (2010:49) pengujian korelasi digunakan untuk mengetahui kuat
tidaknya hubungan antara variabel x dan y, dengan menggunakan pendekatan
koefisien korelasi Pearson dengan rumus:
= ∑ − ∑ ∑
∑ − ∑ ! − ∑ − ∑ !
Dimana: -1 ≤r ≤ +1
r = koefisien korelasi
x =Kontrol diri , Diskon
n = jumlah responden
Ketentuan untuk melihat tingkat keeratan korelasi digunakan acuan pada
Tabel 3.8 dibawah ini.
Tabel 3.8
TingkatKeeratan Korelasi
0 – 0.20 Sangat rendah (hampir tidak ada hubungan)
0.21 – 0.40 Korelasi yang lemah
0.41 – 0.60 Korelasi sedang
0.61 – 0.80 Cukup tinggi
0.81 – 1 Korelasi tinggi
Sumber: Syahri Alhusin, 2003 : 157
4. Analisis Koefisien Determinasi
Persentase peranan semua variable bebas atas nilai variable bebas ditunjukkan
oleh besarnya koefisien determinasi (R2).Semakin besar nilainya maka menunjukkan
bahwa persamaan regresi yang dihasilkan baik untuk mengestimasi variable terikat.
Hasil koefisien determinasi ini dapat dilihat dari perhitungan dengan Microsoft/SPSS
atau secara manual didapat dari R2 = SSreg/SStot .
% 100 2 x
Dimana:
d : Koefisien determinasi
r : Koefisien Korelas
3.2.6.2 Pengujian Hipotesis
Dalam penelitian ini yang akan diuji adalah PengaruhKontrol diri dan
Diskon terhadap Pembelian impulsif konsumen di NEPS Clothing Bandung. Dengan
memperhatikan karakteristik variabel yang akan diuji, maka uji statistik yang akan
digunakan adalah melalui perhitungan analisis regresi dan korelasi.
Langkah – langkah dalam analisisnya sebagai berikut :
1. Pengujian Secara Parsial
Melakukan uji-t, untuk menguji pengaruh masing-masing variabel bebas
terhadap variabel terikat hipotesis sebagai berikut :
a. Rumus uji t yang digunakan adalah :
"ℎ "$ %&'(, ) =+,&-b(, (, )
thitung diperoleh dari nilai koefisien regresi dibagi dengan nilai standar errornya.
b. Hipotesis
H1. ρ= 0, Tidak terdapat pengaruh Kontrol diridan Diskonterhadap Pembelian
H11. ρ ≠ 0, Terdapat pengaruh Kontrol diri dan Diskon terhadap pembelian
impulsif konsumen di NEPS Clothing Bandung.
H2. ρ = 0, Tidak terdapat pengaruhKontrol diridan Diskon terhadap Pembelian
impulsif konsumen di NEPS Clothing Bandung.
H12. ρ ≠ 0,Terdapat pengaruh Kontrol diri dan Diskon terhadap pembelian
impulsif konsumen di NEPS Clothing Bandung.
c. Kriteria pengujian
H0 ditolak apabila thitung< dari ttabel( α = 0,05)
Jika menggunakan tingkat kekeliruan (α = 0,01) untuk diuji dua pihak, maka
kriteria peneerimaan atau penolakan hipotesis yaitu sebagai berikut :
a. Jika thitung ≥ ttabel maka H0 ada di daerah penolakan, berarti Ha diterima
artinya diantara variabel X dan variabel Y ada hubungannya.
b. Jika thitung ≤ ttabel maka H0 ada di daerah penerimaan, berarti Ha ditolak
artinya antara variabel X dan variabel Y tidak ada hubungannya.
Dibawah ini adalah gambaran daerah penolakan H0 dan daerah
Gambar 3.1
Daerah penerimaan dan penolakan Ho Sumber: Sugiyono (2009:185)
Daerah peneriman H0
Daerah penolakan H0
Daerah penolakan H0
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN
DAN HIPOTESIS
2.1 Kanjian Pustaka
2.1.1 Kontrol Diri
2.1.1.1 Pengertian Kontrol diri
Menurut Ghufron (2003:30) kendali diri atau disebut kontrol diri merupakan
kecakapan individu dalan kepekaan membaca situasi diri dan lingkungannya serta
kemampuan untuk mengontrol dan mengelola factor-faktor perilaku sesuai dengan
situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi, kemampuan
untuk mengendalikan perilaku, kecenderungan untuk menarik perhatian, keinginan
untuk merubah perilaku agar sesuai untuk orang lain, selalu conform dengan orang
lain, menutup perasaannya.
Menurut Mappiare (2006:94) mengemukakan bahwa kendali diri menunjukan
pada “kesadaran dan kemampuan individu dalam menahan diri dari berbagai stimulus
atau rangsangan yang dapat mempengaruhi efektivitas seseorang.
The Liang gie (1995:190) mengungkapkan bahwa “pengendalian diri atau self
control ialah perbuatan membina tekad untuk mendisiplinkan kemauan, memacu
semangat, mengikis keseganan, dan mengarahkan energy untuk benar-benar
melaksanakan apa yang dikerjakan dalam studi”.
Menurut Averill dalam Muharsih (2006:22) Kontrol diri merupakan variable
psikologis yang sederhana karena didalanya tercakup 3 konsep yang berbeda tentang
kemampuan mengontrol diri yaitu kemampuan individu untuk memodivikasi
perilaku, kemampuan individu dalam mengelola informasi yang tidak diinginkan
dengan cara menginterpretasi serta kemampuan individu untuk memilih suatu
tindakan berdasarkan suatu yang diyakini. 5 aspek kontrol diri menurut averill, (a)
kemampuan mengontrol perilaku, (b) kemampuan mengontrol dtimulus, (c)
kemampuan mengantisipasi peristiwa, (d) kemampuan menafsirkan peristiwa, (e)
kemampuan dalam mengambil keputusan.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka kontrol diri dapat diartikan
sebagai kemampuan seseorang melakukan pertimbangan-pertimbangan terlebih
dahulu sebelum memutuskan sesuatu, serta menahan diri dengan sadar guna
mencapai hasil dan tujuan sesuai dengan keinginan.
2.1.1.2 Jenis –jenis Kontrol Diri
Averill (dalam Skinner, 1996) menyebut kontrol diri dengan sebutanpersonal
control, yang terdiri dari kontrol perilaku (behavior kontrol), kontrol kognitif
a. Behavioral
Merupakan kesiapan tersedianya suatu respon yang dapat secara langsung
mempengaruhi atau memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan.
Kemampuan mengontrol perilaku ini diperinci menjadi dua komponen, yaitu
mengatur pelaksanaan (regulated administration) dan kemampuan memodifikasi
stimulus (stimulus modifiability). Kemampuan mengatur pelaksanaan merupakan
kemampuan individu untuk menentukan siapa yang mengendalikan situasi atau
keadaan, dirinya sendiri atau aturan perilaku dengan menggunakan kemampuan
dirinya dan bila tidak mampu individu akan menggunakan sumber eksternal,
kemampuan mengatur stimulus merupakan kemampuan untuk mengetahui bagaimana
dan kapan suatu stimulus yang tidak dikehendaki dihadapi.
b. Cognitive kontrol
Merupakan kemampuan individu dalam mengolah informasi yang tidak diinginkan
dengan cara menginterprestasi, menilai, atau menghubungkan suatu kejadian dalam
suatu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis atau mengurangi tekanan. Aspek
ini terdiri atas dua komponen, yaitu memperoleh informasi (information gain) dan
melakukan penilaian (appraisal). Dengan informasi yang dimiliki oleh individu
mengenai suatu keadaan yang tidak menyenangkan, individu dapat mengantisipasi
keadaan tersebut dengan berbagai pertimbangan.
Merupakan kemampuan seseorang untuk memilih hasil atau suatu tindakan
berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya, kontrol diri dalam
menentukan pilihan akan berfungsi baik dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan
atau kemungkinan pada diri individu untuk memilih berbagai kemungkinan tindakan.
2.1.2 Diskon
2.1.2.1 Pengertian Diskon
Dalam pemasaran, Discount (Potongan harga) merupakan alat promosi yang
dapat menarik perhatian konsumen untuk mendorong hasrat calon konsumen guna
membeli produk yang ditawarkan.
Menurut Sutisna (2002:302):
“Potongan harga adalah pengurangan harga produk dari harga normal dalam
periode tertentu”.
Menurut Fandy Tjiptono (2008:166):
“Diskon merupakan potongan harga yang diberikan oleh penjual kepada
pembeli sebagai penghargaan atas aktivitas tertentu dari pembeli yang menyenangkan
bagi penjual”.
“Diskon yaitu pengurangan harga yang diberikan kepada konsumen untuk
pembayaran cepat atau atas promosi yang dilakukan oleh provider itu sendiri”.
Maka
Dari beberapa pengertian diatas maka diskon dapat diartikan sebagai
pengurangan harga akan tetapi tidak kurang dari harga normal sebenarnya sehingga
tidak terlalu menurunkan pendapatan perusahaan yang berguna untuk merangsang
hasrat konsumen untuk membeli.
2.1.2.2 Jenis-jenis Diskon
Berdasarkan Fandy Tjiptono (2008:166) terdapat empat bentuk diskon,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Diskon Kuantitas
Diskon kuantitas merupakan potongan harga yang diberikan guna mendorong
konsumen agar membeli dalam jumlah yang lebih banyak, sehingga meningkatkan
volume penjualan secara keseluruhan.
Diskon kuantitas terdiri atas dua jenis, yaitu :
a. Diskon kuantitas Kumulatif
Diskon kuantitas kumulatif diberikan kepada konsumen yang membeli barang selama
b. Diskon Kuantitas Non Kumulatif
Diskon kuantitas non kumulatif didasarkan pada pesanan pembelian secara
individual. Jadi hanya diberikan pada satu pembelian dan tidak dikaitkan dengan
pembelian-pembelian sebelum dan sesudahnya.
2. Diskon Musiman
Diskon musiman adalah potongan harga yang diberikan hanya pada masa-masa
tertentu saja. Diskon musiman digunakan untuk mendorong konsumen agar membeli
barang-barang yang sebenarnya baru akan dibutuhkan beberapa waktu mendatang.
3. Diskon Kas (Cash discount)
Diskon kas merupakan potongan harga yang diberikan apabila pembeli membayar
tunai barang-barang yang dibelinya atau membayarnya dalam jangka waktu tertentu
sesuai dengan perjanjian transaksi (termin penjualan / sales term).
4. Trade (Functional) Discount
Trade discount diberikan oleh produsen kepada para penyalur yang terlibat dalam
pendistribusian barang dan pelaksanaan fungsi-fungsi tertentu, seperti penjualan,
penyimpanan, record keeping.
Untuk dapat menarik perhatian konsumen, perusahaan harus menaikan tingkat
potongan harga agar mampu membangkitkan perhatian konsumen. Pada prakteknya
out of date, atau item produk yang tidak laku. Pada retailer-retailer, pemberian
potongan harga ini bukan berasal dari retailer, tetapi berasal dari penjual merk yang
dijual di retailer tertentu.
2.1.2.3 Tujuan Pemberian Potongan Harga
Menurut Sutisna (2002:303) tujuan pemberian potongan harga adalah:
1. Mendorong pembelian dalam jumlah besar.
2. Mendorong agar pembelian dapat dilakukan dengan kontan atau waktu yang
lebih pendek.
3. Mengikat pelanggan agar tidak berpindah ke perusahaan lain.
2.1.3 Pembelian Impulsif
2.1.3.1 Pengertian Pembelian Impulsif
Menurut Christina Whidya Utami (2010:67) mengatakan bahwa pembelian
impulsif terjadi ketika konsumen tiba-tiba mengalami keinginan yang kuat dan kukuh
untuk membeli sesuatu secepatnya.
Menurut Engel dan Blacwell dalam Hatane (2006:105) Pembelian impulsif
adalah suatu tindakan pembelian yang dibuat tanpa direncanakan sebelumnya atau
keputusan pembelian dilakukan pada saat berada didalam toko.
Sebagian besar di jaman sekarang terutama remaja beranggapan bahwa
pakaian, yang bisa saja timbul dari pengaruh teman, rasa kurang percaya diri atas
pakaian yang dia gunakan, sebagian besar dari remaja di bandung ingin tampil keren,
jarang sekali terlihat remaja yang tampil apa adanya. Sebagian orang mengatakan
bahwa belanja merupakan kegiatan menghilangkan setres.
Pembelian impuulsif merupakan kegiatan belanja tanpa direncanakan,
misalkan seseorang datang ke sebuah mall dengan niat sekedar main dengan
teman-temannya, akan tetapi ditengah perjalanan melihat baju (produk) yang menggoda
hasratnya dan membuahkan rasa keinginan untuk memiliki, lalu perlahan
menghampiri dan membeli baju tersebut tanpa memikirkan uang yang dia gunakan
dan lebih mementingkan baju yang dia inginkan.
2.1.3.2 Tipe-tipe Pembelian Impulsif
Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelum-nya, pembelian yang tidak
terencana (impulse buying) dapat diklasifasikan dalam empat tipe: planned impulse
buying, reminded impulse buying, suggestion impulse buying, dan pure impulse
buying (Miller, 2002; Stern, 1962; yang dikutip dalam Hodge, 2004).
a. Pure Impulse Buying merupakan pembelian se-cara impulse yang dilakukan karena
adanya luapan emosi dari konsumen sehinga melakukan pembelian terhadap produk
di luar kebiasaan pembeliannya.
b. Reminder Impulse Buying merupakan pembelian yang terjadi karen konsumen
konsumen telah pernah melaku-kan pembelian sebelumnya atau telah pernah melihat
produk tersebut dalam iklan.
c. Suggestion Impulse Buying merupakan pembelian yang terjadi pada saat
konsumen melihat produk, melihat tata cara pemakaian atau kegunaannya, dan
memutuskan untuk melakukan pembelian..
d. Planned Impulse Buying merupakan pembelian yang terjadi ketika konsumen
membeli produk berdasarkan harga spesial dan produk-produk ter-tentu. Dengan
demikian planned impulse buying merupakan pembelian yang dilakukan tanpa
direncanakan dan tidak tengah memerlukannya dengan segera.
2.1.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemeblian Impulsif
Menurut Weinberg dan Gotwald dalam Ellyana Alijan (2008:15) faktor-faktor
yang mempengaruhi pembelian impulsif, yaitu sebagai berikut :
1. Faktor Internal
a. Emotion
Menurut Gardner dan Rook (1998-160) Emosi didefinisikan sebagai faktor yang
sangat mempengaruhi pembelian impulsif. Emosi konsumen juga dapat
mempengaruhi pembelian dimana seorang konsumen yang bahagia akan melakukan
bahagia. Mood adalah bagian dari emosi. Mood sangat mudah dipengaruhi. Mood
juga datang dan menghilang secara tiba-tiba. Menurut Stern dalam Semuel Hatane
(2006:107) Emosi Mood terdiri dari tiga faktor, yaitu sebagai berikut :
• Pleasure
Merupakan tingkat perasaan yang dijabarkan dalam bentuk perasaan seseorang
merasa baik, penuh kegembiraan bahagia, atau merasa dipuaskan dengan situasi
khusus. mengacu pada tingkat dimana individu merasakan baik, penuh kegembiraan,
bahagia yang berkaitan dengan suatu situasi. Pleasure diukur dengan penilaian reaksi
lisan ke lingkungan (bahagia sebagai lawan sedih, menyenangkan sebagai lawan tidak
menyenangkan, puas sebagai lawan tidak puas, penuh harapan sebagai lawan
berputus asa, dan santai sebagai lawan bosan).
• Arousal
Arousal dijabarkan sebagai tingkatan perasaan yang bervariasi dari perasaan-perasaan
kegembiraan (excitement), terdorong (stimulation), kewaspadaan (alertness), atau
menunjukan keaktifan (activeness), yang membuat kelelahan (tired), perasaan lelah
atau perasaan kantuk (sleepy), atau bosan (bored).
• Dominance
Mengacu pada tingkat perasaan yang direspon konsumen saat mengendalikan atau
b. Hedonic Pleasure
Menurut Hirschman dalam Rook (1987:195) hasrat berbelanja sering diiringi oleh
intensitas keadaan. Pengalaman hedonis konsumen belum diteliti secara meluas.
Perilaku Pembelian impulsif konsumen secara individu berhubungan dengan
keinginan memenuhi kebutuhan hedonic, yaitu kesenangan, bahagia, puas, hal-hal
baru, dan kejutan.
c. Cognitive
Menurut Peter dan Olson (2005: 41), kognitif lebih mengacu pada proses berpikir
dimana didalamnya terdapat pengetahuan (knowledge), arti/ maksud (meaning) dan
kepercayaan (belief).
d. Affective
Menurut Peter dan Olson (2005: 42), afektif biasanya segera berpengaruh dan secara
otomatis terhadap aspek–aspek dari emosi (emotions) dan perasaan (feeling states).
2. Faktor Eksternal
Sebagian besar konsumen lebih memilih daya fisik suatu toko daripada kualitas
barang dan harga. Konsumen akan menghindari sebuah toko jika setting toko tersebut
Berdasarkan Beatty dan Ferrel dalam Fandy Tjiptono (2004:213) menjelaskan
bahwa hasil riset tentang faktor penentu pembelian impulsif. Hasil riset ini
menghasilkan skala pengukuran yang mengukur pembelian impulsif, yaitu:
1) Desakan untuk berbelanja
Menurut Rook (1987:193) Desakan tiba-tiba tampaknya dipicu oleh konfrontasi
visual dengan produk atau iklan-iklan promosi, namun hasrat berbelanja tidak selalu
bergantung pada stimulasi visual langsung.
2) Emosi positif
Menurut Freud dalam Rook (1987:190) Psikonanalisis yang menggambarkan kendali
hasrat sebagai hal yang dibutuhkan secara social yang melahirkan prinsip kepuasan
yang mendorong gratifikasi yang segera namun dinyatakan sebagai seorang yang
bereaksi pada kecenderungan prinsip kenyataan terhadap kebebasan rasional
3) Emosi negatif
Menurut Rook (1987: 195) reaksi atau pun konsekwensi negatif yang diakibatkan
dari kurang kendali terhadap hasrat dalam berbelanja. Dan membiarkan hasrat belanja
memandu konsumen ke dalam masalah yang lebih besar. Misalnya rasa penyesalan
yang dikaitkan dengan masalah financial, rasa kecewa dengan membeli produk
4) Melihat-lihat toko
Menurut Hatane (2005:145) sebagian orang menganggap kegiatan belanja dapat
menjadi alat untuk menghilangkan stress, dan kepuasan konsumen secara positif
berhubungan terhadap dorongan hati untuk membeli atau belanja yang tidak
terencanakan.
5) Kesenangan belanja
Menurut LaRose dalam Semuel Hatane (2006:108) adalah sikap pembeli atau
pembelanja yang berhubungan dengan memperoleh kepuasan, mencari, bersenang
dan bermain, selain melakukan pembelian, diukur sebelum mengikuti perlakuan.
Sedangkan menurut Rook (1987: 194) kesenangan belanja merupakan pandangan
bahwa pembelian impulsif sebagai sumber kegembiraan individu. Hasrat ini datang
tiba-tiba dan memberikan kesenangan baru yang tiba-tiba.
6) Ketersediaan waktu
Menurut Babin et.al., dalam Semuel Hatane (2005:145) faktor-faktor internal yang
terbentuk dalam diri seseorang akan menciptakan suatu keyakinan bahwa lingkungan
toko merupakan tempat yang menarik untuk menghabiskan waktu luang.
Menurut Semuel Hatane (2005:145) sebagian orang menghabiskan uang dapat
mengubah suasana hati seseorang berubah secara signifikan, dengan kata lain uang
adalah sumber kekuatan.
8) Kecenderungan pembelian impulsif.
Menurut Stern dalam Semuel Hatane (2006: 107) adalah tingkat kecenderungan
partisipan berperilaku untuk membeli secara spontan, dan tiba-tiba atau ingin
membeli karena mengingat apa yang pernah dipikirkan, atau secara sugesti ingin
membeli, atau akan direncanakan untuk membeli.
2.1.4 Hasil Penelitian Sebelumnya
2.2 Kerangka Pemikiran
Menurut Averill dalam Muharsih (2006:22) Kontrol diri merupakan variable
psikologis yang sederhana karena didalanya tercakup 3 konsep yang berbeda tentang
kemampuan mengontrol diri yaitu kemampuan individu untuk memodivikasi
perilaku, kemampuan individu dalam mengelola informasi yang tidak diinginkan
dengan cara menginterpretasi serta kemampuan individu untuk memilih suatu
tindakan berdasarkan suatu yang diyakini. 5 aspek kontrol diri menurut averill, (a)
kemampuan mengontrol perilaku, (b) kemampuan mengontrol dtimulus, (c)
kemampuan mengantisipasi peristiwa, (d) kemampuan menafsirkan peristiwa, (e)
kemampuan dalam mengambil keputusan.
Seseorang memiliki kontrol diri dalam proses pembelanjaannya, apabila
seseorang memiliki kontrol diri yang baik maka dia tidak akan terpengaruhi oleh
factor apapun dalam proses pembeliannyan dan apabila seseorang memiliki kontrol
diri yang rendah maka orang tersebut terpengaruhi oleh factor apapun untuk membeli
produk yang ada di sekitarnya. Dan orang yang memiliki kontrol diri rendah
cenderung melakukan sering pembelian impulsif. Selain kotrol diri sebagai pengaruh
pembelian impulsif, diskon juga dapat mempengaruhi pembelian impulsif.
Menurut Sutisna (2003:300) menyatakan bahwa tidak aka nada perbedaan
respon konsumen baik perusahaan mengadakan promosi penjualan atau tidak, jika
perusahaan menerapkan potongan harga 20% terhadap produknya, maka konsumen
akan cenderung tidak tertarik dengan potongan harga sebesar itu karena sudah terlalu
sering. Bahkan mungkin konsumen menganggap bahwa potongan harga itu hanya
main-main saja. Untuk dapat menarik perhatian konsumen, perusahaan harus
menaikan tingkat potongan harga agar mampu membangkitkan perhatian konsumen.
Beatty dan ferrel dalam Fandy Tjiptono (2004:213) menjelaskan hasil riset
tentang factor penentu pembelian impulsif. Hasil riset ini menghasilkan skala
pengukuran yang mengukur pembelian impulsif dalam delapan dimensi utama, yaitu :
Desakan untuk berbelanja, Emosi positif, Emosi negative, melihat-lihat toko,
kesenangan berbelanja, ketersediaan waktu, ketersediaan uang, dan kecenderungan
pembelian impulsif.
Pembelian impulsif sering dilakukan oleh semua konsumen pada saat proses
pembelanjaannya, akantetapi bagaimana cara perusahaan untuk dapat memanjakan
pembelian konsumen tersebut itulah hal utama yang harus diperhatikan perusahaan,
terutama NEPS clothing, contohnya dengan melakukan strategi diskon itu sendiri.
Sehingga dengan diskon maka konsumen akan merasa dimanjakan dalam proses
pembelanjaannya. Karena konsumen dapat membeli produk dengan harga rendah
tidak seperti biasanya.
bahwa pembeli mengalami kehilangan kontrol terhadap perilaku mereka sehingga
kemudian menghasilkan pembelian impulsif yang berlebihan. Kontrol diri adalah
perasaan bahwa seseorang dapat membuat keputusan dan mengambil tindakan yang
efektif untuk menghasilkan akibat yang diinginkan dan menghindari akibat yang
tidak diinginkan (Rodin dalam utami 2008:52). Dalam konteks ini, yang dimaksud
dengan akibat adalah konsekuensi yang akan diperoleh subjek ketika melakukan
pembelian impulsif.
2.2.2 Hubungan antara Diskon dengan Pembelian Impulsif
Berdasarkan pendapat Fandy Tjiptono (2008:229) Tujuan dari promosi
penjualan sangat beragam. Melalui promosi penjualan, perusahaan dapat menarik
pelanggan baru, mempengaruhi pelanggannya untuk mencoba produk baru,
mendorong pelanggan membeli lebih banyak, menyerang aktivitas promosi pesaing,
meningkatkan impulse buying (pembelian tanpa rencana sebelumnya), atau
mengupayakan kerjasama yang lebih erat dengan pengecer. Adapun alat–alat yang
dipergunakan dalam mempromosikan produk salah satunya adalah Discount
(Potonganharga). Dari penjelasandiatas, dapat terlihat bahwa ada hubungan positif
Discount (potonganharga) terhadap pembelian impulsif.
Berdasarkan uraian kerangka pemikiran diatas maka dirumuskan paradigm
mengenai pengaruh Kontrol diri dan Diskon terhadap pembelian impulsif, seperti
• kemampuan dalam mengambil keputusan
Beatty dan ferrel dalam Fandy Tjiptono (2004:213)
DISKON
• Besarnya potongan
• Masa potongan
• Jenis produk yang mendapat potongan
Sutisna (2002:300)
Thompson, Locander & Pollio (dalam utami 2008:52)
2.3 Hipotesis
Umi Narimawati (2007:73), Hipotesis dapat dikatakan sebagai pendugaan
sementara mengenai hubungan agar variable yang akan diuji kebenarannya. Karena
sifatnya dugaan, maka hipotesis hendaknya mengandung implikasi yang peneliti
simpulkan dalam penelitian ini adalah :
1. Terdapat pengaruh secara parsial antara Kontrol diri terhadap pembelian
impulsif
2. Terdapat pengaruh secara parsial antara Diskon terhadap pembelian
61
4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan
Neps ini adalah industri rumahan yang bergerak di bidang clothing. Berbasis
di bandung, didirikan pada tahun 2006 dengan lebih dari 5 tahunpengalaman dalam
komoditas ini. Sebelumnya industri rumahan inibernama NO LABEL STAFF atau di
singkat LNS, akan tetapi karenaadanya pergantian manajemen di industri rumahan
tersebut sehinggaberganti nama menjadi NEPS.NEPS ini dikhususkan untuk
merancang dan memasaran pakaianberkualitas tinggi. NEPS produk yang tersedia di
bawah nama mereksendiri termasuk Logo orang Nepal, V/NUS, NK, INVERSE,
LOAD olehorang Nepal dan di bawah label pribadi. Tiga produk utama untuk
pria,wanita, dan anak-anak, bersatu dalam satu merek bernama TRIDENTNEPS
'melihat mereka tidak melihat' produk untuk pria. V/NUS 'pendengaran mereka tidak
mendengar' produk untuk wanita. NEPSKIDproduk yang diperuntukan untuk anak –
anak. INVERSE 'ofensifsarkasmos'. L.O.A.D. Loonatic UU Denim. Produk NEPS
terdiri dari, LOAD, V/NUS, NEPSKID, TRIDENT,INVERSE, KISS YOUR IDOL.
LOAD memilki produk yang terdiri atasjacket, pants, shirts, tees yang dikhususkan
untuk laki-laki. V/NUSmemiliki produk yang terdiri atas tees, sweatshirts, jackets,
NEPSKIDmemiliki produk yang terdiri atas tees dan jackets yang dikhususkan
untukanak-anak. TRIDENT memiliki produk yang terdiri atas tees, shirt,
jackets,sweather untuk couple. INVERSE memiliki produk yang terdiri atasboxers,
tees, hats, beanies, wallets, jackets, polo shirts seri movie. KISSYOUR IDOL
memiliki produK yang terdiri atas merchandise, jackets, tees,sweathers bertemakan
musik.
4.1.1.1 Profil Perusahaan
4.1.1.1.1 Data dan Profil
Nama perusahaan : CV. NEPSTATE
Bentuk Badan Hukum : Comanditaire Vennootschap
Tahun berdiri : 2006
Alamat : Jln. Trunojoyo No.8 Bandung
Telp / FAX : +62224204455 / +6285794272272
Website : www.nepsline.com
Bidang Usaha : Home Industry (Clothing)
4.1.2 Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan landasan organisasi untuk menentukan
koordinasi struktural perusahaan dapat dilaksanakan dengan baik guna menunjang
aktivitas atau kegiatan perusahaan.
Adapun struktur organisasi pada NEPS Clothing Bandung adalah sebagai
berikut,
Struktur Organisasi NEPS Clothing Bandung
Gambar 4.1 Struktur Organisasi 4.1.3 Job Description
Uraian tugas pada bagian-bagian dan struktur organisasi pada NEPS Clothing
Bandung. Yaitu :
PROGRAMER
DIREKTUR
MANAJER PERSONALIA
MANAJER MARKETING
GENERAL MANAJER
DESIGNER
KEPALA PRODUKSI
KEPALA CABANG
KEPALA TOKO
DIVISI PROMO
STAFF
1. Direktur
• Memimpin perusahaan dengan menerbitkan kebijakan-kebijakan
perusahaan.
• Memilih, menetapkan, mengawasi tugas dari karyawan dan kepala
bagian.
• Menyetujui anggaran tahunan perusahaan.
2. General Manajer
• Menetapkan kebijakan perusahaan dengan menentukan rencana dan
tujuan perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang.
• Mengkoordinir dan mengawasi seluruh aktivitas yang dilaksanakan
dalam perusahaan.
3. Manajer Personalia
• Menetapkan dan menerapkan kebijakan-kebijakan yang digunakan
dalam begian personalia perusahaan sesuai dengan keadaan dan
kondisi perusahaan.
4. Manajer Pemasaran
• Bertanggung jawab atas manajemen bagian pemasaran.
• Bertanggung jawab terhadap perolehan hasil penjualan dan
penggunaan dana promosi.
• Manajer pemasaran sebagai coordinator manajer produk dan manajer
5. Kepala Produksi
• Mengkoordinir dan mengawasi serta memberikan pengarahan kerja
kepada setiap seksi di bawahnya untuk menjamin terlaksananya
kesinambungan dalam proses produksi.
• Bertanggung jawab atas pengendalian bahan baku dan efisiensi
penggunaan tenaga kerja, mesin dan peralatan.
• Selalu menjaga agar fasilitas produksi berfungsi sebagaimana
mestinya.
6. Kepala Cabang
• Memimpin seluruh karyawan yang ada di cabang dan menciptakan
berbagai macam kegiatan demi tercapainya target penjualan
perusahaan.
• Bertanggung jawab atas kegiatan pelaporan secara berkala ke kantor
pusat memberikan pelatihan dan melakukan pengarahan atas
pelaksanaan rencana strategis perusahaan.
• Memastikan seluruh karyawan di kantor cabang bekerja secara
professional sesuai peraturan yang berlaku.
7. Kepala Toko
• Membuat rencana kerja sehubungan dengan target penjualan harian,
mingguan, dan bulanan yang diberikan oleh atasan langsung.
• Melakukan survey harga produk competitor dan menganalisa serta
menindak lanjuti.
8. Programer
• Menyampaikan informasi dan laporan yang baik serta tepat waktu
untuk kebutuhan internal maupun kebutuhan eksternal unit kerja yang
bersifat rutin dan insidentil.
• Mengembangkan, memonitoring dan memastikan proyek-proyek IT
strategis telah sejalan dengan organisasi bisnis.
9. Designer
• Menyampaikan sebuah informasi yang diinginkan oleh produk/klien
dalam bentuk desain yang menarik.
10.Divisi Promo
• Menjalin layanan pelanggan via mobile online facebook, twitter,
blackberry, dll
• Melaksanakan kerja humas dan membangun relationship dengan
konsumen.
• Mengelola pemanfaatan dana untuk divisi promosi media dan humas.
11.Staff
• Mengumpulakan data (fakta)