SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan pada Program Studi Sistem Informasi Jenjang S1 (Strata Satu)
Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer
Oleh
Mira Mirantie 10510154
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
vi
PERNYATAAN KEASLIAN
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR TABEL... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 4
1.2.1 Identifikasi Masalah ... 4
1.2.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 5
1.3.1 Maksud Penelitian ... 5
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Kegunaan Penelitian ... 6
1.4.1 Kegunaan Praktis ... 6
1.4.2 Kegunaan Akademis ... 7
1.5 Batasan Masalah ... 8
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Koperasi ... 11
2.1.1 Prinsip Koperasi ... 12
2.1.2 Jenis-jenis Koperasi ... 13
2.1.3 Pengertian Koperasi Simpan Pinjam ... 13
2.2 Pengertian Sistem Informasi ... 14
2.3 Arsitektur Enterprise (Enterprise Architecture) ... 15
2.4 Zachman Framework ... 18
2.2.1 Komponen Kerangka Kerja (Framework) ... 19
2.2.2 Kaidah Zachman Framework ... 21
2.5 Perencanaan Arsitektur Enterprise (Enterprise Architecture Planning) ... 23
2.5.1 Perbedaan EAP dengan Perencanaan Sistem Informasi Lainnya ... 24
2.5.2 Manfaat EAP ... 26
2.5.3 Tahapan EAP ... 27
2.6 Metodologi Untuk EAP ... 28
2.7 Pemodelan Bisnis dengan Analisis Rantai ... 28
viii
2.9 Arsitektur Data ... 33
2.9.1 UML (Unifed Modeling Language) ... 34
2.9.2 Pengertian Usecase ... 34
2.9.3 Diagram Hubungan Entitas (Entity Relationship Diagram) ... 36
2.9.4 Matriks Proses Vs. Entitas Data ... 36
2.10 Arsitektur Aplikasi ... 37
2.11 Arsitektur Teknologi ... 37
2.12 Topologi Jaringan... 39
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 43
3.1.1. Sejarah Singkat KSP Sumber Bahagia Kota Bandung ... 43
3.1.2. Visi dan Misi KSP Sumber Bahagia Kota Bandung ... 47
3.1.3. Struktur Organisasi KSP Sumber Bahagia Kota Bandung ... 47
3.1.4. Deskripsi Tugas ... 50
3.1.5. Aktivitas Usaha KSP Sumber Bahagia Kota Bandung ... 53
3.2Metodologi Penelitian ... 56
4.1.4 Memahami masalah ... 63
4.1.5 Mengumpulkan dokumen ... 63
4.2 Pemodelan Bisnis ... 63
4.2.1 Struktur organisasi KSP Sumber Bahagia ... 64
4.2.2 Mengidentifikasi dan mendefinisikan fungsi Bisnis... 65
4.2.3 Mendefinisikan area fungsional bisnis ... 65
4.2.4 Bagan Hierarki Fungsi Bisnis KSP Sumber Bahagia ... 67
4.2.5 Definisi Fungsi Bisnis KSP Sumber Bahagia ... 69
4.2.6 Matriks Antara Fungsi Bisnis dengan Unit Organisasi ... 79
4.3 Sistem dan teknologi saat ini ... 81
4.3.1 Use case Diagram KSP Sumber Bahagia ... 81
4.3.1.1 Use case Diagram Pengajuan Anggota Baru Koperasi ... 81
4.3.1.2 Skenario Use case Pengajuan Anggota Baru Koperasi ... 82
4.3.1.3 Use case Diagram Simpan Pinjam ... 84
4.3.1.4 Skenario Use Case Simpan Pinjam ... 84
4.3.1.5 Use case Diagram Penyajian Laporan Simpan Pinjam ... 90
x
4.4.2 Definisikan Entitas, Atribut, Dan Relasi ... 95
4.4.3 Struktur Tabel ... 101
4.4.4 Relasi Entitas Dengan Fungsi Bisnis ... 104
4.5 Arsitektur Aplikasi ... 106
4.5.1 Kandidat Aplikasi ... 106
4.5.2 Definisi Aplikasi ... 107
4.5.3 Relasi Aplikasi Dengan Fungsi Bisnis ... 108
4.6 Arsitektur Teknologi ... 110
4.6.1 Platform Teknologi ... 110
4.6.2 Mengidentifikasi Platform Teknologi Dan Prinsip Teknologi ... 112
4.6.3 Definisi Platform Teknologi ... 115
4.7 Rekomendasi ... 119
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 121
5.2 Saran ... 121
Altin Mentang. 2011. Pemodelan Arsitektur Enterprise Menggunakan Enterprise Architecture Planning Untuk Pelayanan Kepada Pelanggan Di PT. Indosat. Tbk Sales Area Kendari. Tesis Magister Sistem Informasi – Universitas Kompuetr Indonesia Bandung.
Budhi Irawan. 2005. Jaringan Komputer. Graha Ilmu. Yogyakarta
Kridanto Surendro. 2009. Pengembangan Rencana Induk Sistem Informasi (Memadukan Arsitektur Bisnis, Arsitektur Informasi, Arsitektur Aplikasi dan Arsitektur Teknologi Dalam Sebuah Arsitektur Enterprise Untuk Menyusun atau Merancang Pengembangan Rencana Induk Sistem Informasi Organisasi). Bandung : Penerbit Informatika.
Paulus. 2005. Perencanaan Arsitektur Enterprise di STT Telkom. Tesis Magister Sistem Informasi – Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung.
iii
Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin, Puji syukur penulis panjatkan kepada
Allah Subhanahu Wata’ala yang telah memberikan rahmat dan karunia-NYA,
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi ini dengan judul
“PERENCANAAN ARSITEKTUR ENTERPRISE MENGGUNAKAN
METODE ENTERPRISE ARCHITECTURE PLANNING (EAP) PADA KSP SUMBER BAHAGIA KOTA BANDUNG“.
Laporan skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam skripsi
Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Program Studi Sistem Informasi S-1
Universitas Komputer Indonesia.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak
kekurangan. Hal ini disebabkan karena terbatasnya pengetahuan dan kemampuan.
Namun demikian, penyusun senantiasa berusaha menyusun dan menyelesaikan
dengan sebaik-baiknya.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dan bimbingan dari semua
pihak yang berhubungan dengan laporan ini, tidak mungkin laporan ini dapat
diselesaikan. Untuk itu penyusun menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto. Selaku Rektor Universitas Komputer
2. Prof. Dr. H. Denny Kurniadie, Ir.,M.Sc., Selaku Dekan Fakultas Teknik dan
Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia.
3. Citra Noviyasari, S.Si., MT Selaku Ketua Program Studi Sistem Informasi
Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia
4. Yasmi Afrizal, S.Kom., M.Kom Selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga serta pikirannya dalam membimbing penulis
sehingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Deasy Permatasari, S.Si., MT selaku Dosen Wali SI-5 Program Studi Sistem
Informasi 2010 Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer
Indonesia.
6. Seluruh Dosen Program Studi Sistem Informasi yang telah memberikan ilmu
yang sangat bermanfaat bagi penulis.
7. Bapak H.Irwansyah, SE Selaku Ketua Pengurus Koperasi yang telah
mengijinkan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di KSP Sumber
Bahagia Kota Bandung
8. Bapak Epi Rahmat Prana selaku pembimbing di kantor, yang telah membantu
kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di KSP Sumber Bahagia Kota
Bandung.
9. Seluruh Staf dan Karyawan KSP Sumber Bahagia Kota Bandung yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
10.Terima kasih kepada kedua orang tua Bapak Didin Saripudin, Mamah
Indasah, serta Adik-adikku Indi Mawarnie dan Harnum Andinie, yang selalu
v
pengorbanan yang tiada henti mendorong dan selalu memberi semangat
penulis untuk menyelesaikan laporan skripsi ini
11.Untuk Reno Mulyadi yang selalu memberikan semangat, perhatian, kasih
sayang, doa dengan penuh rasa ikhlas dan sabar, serta memotivasi untuk
penulis dalam mengerjakan laporan skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik.
12.Teman-teman Kelas SI-5 Angakatan 2010 dan pihak-pihak yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu. Semoga semua bantuan, bimbingan, dorongan
dan segala sesuatu yang telah diberikan kepada penulis senantiasa mendapat
imbalan dari Allah SWT. Amin yaa robbal ‘alamin.
Akhir kata penulis semoga laporan skripsi ini dapat memenuhi harapan
yang bermanfaat bagi penulis khususnya bagi para pembaca pada umumnya, dan
segala kelapangan hati penulis menerima segala saran dan kritik terhadap
penulisan laporan skripsi ini untuk perbaikan selanjutnya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bandung, Agustus 2014
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi dapat meningkatkan kinerja dan
meningkatkan berbagai kegiatan organisasi yang dapat dilaksakan dengan cepat,
tepat dan akurat sehingga akan meningkatkan strategi pencapaian visi dan misi
organisasi. Teknologi informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk
mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan,
memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang
berkualitas.
Pemanfaatan teknologi informasi untuk mendukung tercapainya tujuan
bisnis organisasi dan peningkatan kinerja organisasi diwujudkan melalui
implementasi aplikasi sistem informasi pada berbagai fungsi organisasi. Akan
tetapi, upaya pengembangan aplikasi sistem informasi seringkali dilakukan tanpa
perencanaan yang baik dan benar. Aplikasi dikembangkan berdasar hasil analisis
dan desain dari fungsi organisasi secara lokal sehingga akhirnya menghasilkan
perencanaan yang strategis.
Perkembangan teknologi informasi mempunyai dampak yang sangat
signifikan terhadap sistem informasi dalam suatu organisasi. Dampak dari hal
tersebut adalah banyak organisasi yang berlomba-lomba umtuk menerapkan
sesaat dan memungkinkan penerapan sistem informasi yang saling tumpang tindih
satu dengan lainnya.
Kondisi tersebut membuat sistem informasi tidak dapat dimanfaatkan sesuai
dengan yang diharapkan berdasarkan misi dan tujuan penerapan sistem informasi,
yaitu efisiensi dan efektivitas dalam pemenuhan kebutuhan organisasi mulai dari
tingkat yang tertinggi sampai operasional dalam organisasi.
KSP Sumber Bahagia Kota Bandung merupakan koperasi simpan pinjam
yang mempunyai tugas pokok mengelola penerimaan anggota baru, mengelola
simpan pinjam anggota, dan manajemen keuangan yang menghasilkan laporan
simpan pinjam. Untuk menunjang kelancaran tugas tersebut peran sistem
informasi sangat dibutuhkan untuk membantu dalam mengelola penerimaan
anggota baru, mengelola simpan pinjam anggota dan manajemen keuangan.
Koperasi ini salah satunya memiliki simpan pinjam koperasi dengan
menggunakan sistem informasi yang masih sangat sederhana. Pada awalnya
sistem informasi yang digunakan tersebut masih dapat menangani sistem
informasi simpan pinjam koperasi secara manual yang menyebabkan simpan
pelayanan simpan pinjam menjadi lambat, tetapi sistem informasi tersebut tidak
saling terintegrasi satu dengan lainnya dan belum sesuai dengan Tugas Pokok dan
Fungsi KSP Sumber Bahagia Kota Bandung.
Namun seiring dengan perkembangan yang telah terjadi, dengan semakin
banyaknya peraturan-peraturan koperasi dan dalam membuat laporan, maka
dibutuhkan suatu sistem yang dapat menangani kesulitan-kesulitan tersebut yang
pengurus koperasi dalam pengelolaan simpan pinjam koperasi ini merasa perlu
untuk sistem TI yang terintegrasi.
Untuk mengurangi kesenjangan tersebut, maka diperlukan sebuah
paradigma dalam merencanakan, merancang dan mengelola sistem informasi yang
disebut dengan Enterprise Architecture (EA), dimana merupakan tool untuk mengelola sistem informasi dalam organisasi yang dapat dimanfaatkan untuk
mewujudkan keselarasan sistem informasi dengan fungsi bisnis yang dijalankan
organisasi. Keselarasan sistem informasi tersebut hanya mampu dijawab dengan
memperhatikan faktor integrasi di dalam pengembangannya, tujuan integrasi yang
sebenarnya adalah untuk mengurangi permasalahan yang terjadi dalam proses
pengembangan sistem.
Berdasarkan permasalahan tersebut, menunjukkan bahwa pentingnya
memberikan perhatian terhadap perencanaan pengembangan sistem informasi
berupa model EA yang dapat mengelola Sistem Informasi Simpan Pinjam dan
dimanfaatkan untuk mewujudkan keselarasan sistem informasi dengan Fungsi
Bisnis KSP Sumber Bahagia Kota Bandung. Maka dalam penyusunan usulan
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas terdapat masalah yang dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1) Pengembangan sistem informasi terkadang harus dibuat per unit kerja, karena
kebutuhan pembuatan aplikasi yang terintegrasi terlalu rumit, sehingga
diperlukan rencana;
2) Pengembangan IT kedepan masih belum sepenuhnya terpahami untuk
mendukung sistem kerja yang baik;
3) Masih belum adanya keselarasan IT dengan bisnis untuk kedepan;
4) Pengembangan IT kedepan masih belum sepenuhnya terpahami untuk
mendukung sistem kerja yang baik.
1.2.2 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan masalah diatas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
1) Bagaimana mendefinisikan model tingkat tinggi atau cetak biru (Blueprint)
arsitetur enterprise yang mencakup arsitektur bisnis, arsitektur data, arsitektur aplikasi, dan arsitektur teknologi pada KSP Sumber Bahagia.
2) Bagaimana Perencanaan Arsitektur Enterprise bisa memberikan pengembangan TI kedepannya, sehingga masalah yang sering muncul dalam
3) Bagaimana merancang blueprint untuk Arsitektur Enterprise menggunakan metode EAP pada KSP Sumber Bahagia Kota Bandung;
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dan tujuan penelitian sebagai berikut :
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian adalah untuk Perencanaan Arsitektur Enterprise Menggunakan Metode Enterprise Architecture Planning (EAP ) Pada KSP Sumber Bahagia Kota Bandung, guna tercapainya tujuan bisnis yang akan
meningkatkan strategi pencapaian visi dan misi KSP Sumber Bahagia Kota
Bandung.
1.3.2 Tujuan Penelitian
1) Mendefinisikan model tingkat tinggi atau cetak biru (Blueprint) arsitetur
enterprise yang mencakup arsitektur bisnis, arsitektur data, arsitektur aplikasi,
dan arsitektur teknologi pada KSP Sumber Bahagia.
2) Untuk Perencanaan Arsitektur Enterprise bisa memberikan pengembangan TI
kedepannya, sehingga masalah yang sering muncul dalam menghambat
aktivitas utama pada KSP Sumber Bahagia dapat teratasi.
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Praktis
a. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam upaya perbaikan masalah yang terkait dengan
Perencanaan Arsitektur Enterprise Menggunakan metode EAP Pada Ksp Sumber Bahagia Kota Bandung.
b. Bagi Anggota Koperasi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi anggota koperasi sebagai
pelayanan dalam simpan pinjam tentang Perencanaan Arsitektur Enterprise Menggunakan metode EAP, dalam rangka tercapainya tujuan bisnis yang akan
meningkatkan strategi pencapaian visi dan misi Ksp Sumber Bahagia Kota Bandung.
1.4.2 Kegunaan Akademis
a. Pengembangan Ilmu
Penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan bidang keilmuan
khususnya bidang ilmu sistem informasi tentang Perencanaan Arsitektur
Enterprise menggunakan metode EAP. Diharapkan temuan-temuan yang diperoleh dapat menjadi bahan-bahan pengkajian dan pengembangan bagi
mahasiswa Universitas Komputer Indonesia khususnya mahasiswa program
b. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
ataupun wawasan mengenai kemampuan Perencanaan Arsitektur Enterprise menggunakan metode EAP kepada peneliti lain atau para akademis yang akan
mengambil skripsi atau tugas akhir dalam kajian yang sama sekaligus sebagai
referensi di dalam penulisan.
c. Bagi peneliti
Diharapkan berguna dalam menambah atau memperkaya wawasan
pengetahuan baik teori maupun praktek, belajar menganalisa dan melatih daya
fikir dalam mengambil kesimpulan atas permasalahan yang ada didalam
perusahaan, khususnya pada KSP Sumber Bahagia Kota Bandung.
1.5 Batasan Masalah
Sehubungan dengan keterbatasan kemampuan dan waktu, ditetapkan
sejumlah batasan sebagai berikut:
1. Ruang lingkup dari enterprise dibatasi pada bagian simpan pinjam yang merupakan bisnis inti dari KSP Sumber Bahagia dengan bagian pendukungnya
yaitu: keuangan, dan sumber daya manusia.
2. Framework (Kerangka Kerja) untuk arsitektur enterprise yang dipakai adalah Zachman Framework. Zachman Framework akan dimanfaatkan sebagai cara pandang terhadap arsitektur enterprise itu sendiri.
4. EAP ini tidak melibatkan rencana implementasi pada lapisan ke 7 karena
penulis hanya merencanakan saja.
5. Penelitian arsitektur enterprise ini dikhususkan untuk KSP Sumber Bahagia Kota Bandung.
1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi dan waktu penelitian yang dilakukan yaitu sebagai berikut :
1.6.1 Lokasi Penelitian
KSP Sumber Bahagia adalah salah satu koperasi yang berada di kota
Bandung berlokasi di Jalan Gardu Jati No. 74 Kelurahan Kebon Jeruk,
Kecamatan Andir, Kota Bandung. Daerah kerja KSP Sumber Bahagia meliputi
1.6.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2014.
Adapun waktu pelaksanaan penelitian terdapat dalam Tabel 1.1 dibawah ini :
Tabel 1.1 2. Inisiasi Perencanaan 3. Pemodelan Bisnis
4. Menggambarkan arsitektur sistem dan teknologi saat ini
5. Menentukan kebutuhan arsitektur data
6. Menentukan kebutuhan arsitektur aplikasi 7. Menentukan kebutuhan
arsitektur teknologi
1.7 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika pada penulisan skripsi ini secara garis besar sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah,
Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Ruang Lingkup Penelitian, Metodologi
Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi teori-teori yang digunakan dalam menganalisis dan memodelkan
BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi profil, visi dan misi, tujuan, struktur organisasi, tugas pokok dan
fungsi KSP Sumber Bahagia Kota Bandung dan metodologi yang digunakan pada
penelitian.
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL
Bab ini berisi kondisi enterprise saat ini dari sudut pandang proses bisnis, sistem teknologi serta menentukan kebutuhan arsitektur data, aplikasi, teknologi tepat
guna untuk cetak biru (Blueprint) di masa mendatang, dan mengenai perencanaan arsitektur dari Enterprise Architecture Planning yang telah dibuat selama dalam penelitian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
2.1 Pengertian Koperasi
Pengertian koperasi secara etimologi berasal dari kata cooperation, co berarti bersama dan operation artinya bekerja atau berusaha. Jadi cooperation adalah bekerja bersama-sama atau usaha bersama-sama untuk kepentingan
bersama.
Adapun pengertian koperasi menurut Undang-Undang Perkoperasian Bab
1 pasal 1 (2002:2) koperasi mempunyai pengertian sebagai berikut :
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.
Pengertian ini disusun tidak hanya berdasar pada konsep koperasi sebagai
organisasi ekonomi dan sosial tetapi secara lengkap telah mencerminkan
norma-norma dan kaidah-kaidah yang berlaku bagi bangsa Indonesia. Norma dan kaidah
tersebut dalam UU tersebut lebih tegas dijabarkan dalam fungsi dan peran
koperasi Indonesi sebagai:
1. Alat untuk membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan
ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya
3. Alat untuk memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan
ketahanan perekonomian nasional, dan
4. Alat untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang
merupakan usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan dan demokrasi
ekonomi
Adapun yang dapat menjadi anggota koperasi yaitu :
1. Perorangan, yaitu orang yang secara sukarela menjadi anggota koperasi.
2. Badan hukum,koperasi, yaitu suatu koperasi yang menjadi anggota kopersai
yang memiliki lingkup lebih luas.
Hal pokok yang membedakan koprasi dengan lembaga keuangan lainnya
diantaranya dalam juklak KPBR Bukopin Tahun 1991 yang menyatakan sebagai
berikut : Pembinaan dan pengawasan terhadap usaha koperasi/KUD meelalui
kelompok anggota, ditujukan untuk mencegah praktek-praktek pemberian
pelayanan pinjaman demi keuntungan pribadi.
2.1.1 Prinsip Koperasi
Tata kehidupan dalam organisasi koperasi mengatur bagaimana hubungan
di antara anggota dan pengurus koperasi. Tata kehidupan ini secara prinsip diatur
oleh prinsip-prinsip koperasi. Undang-undang Nomor 25 tahun 1992 Pasal 5
merinci ada 7 (tujuh) prinsip koperasi Indonesia, yaitu:
1. Kanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.
3. Pembagian Sisa Hasil Usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya
jasa usaha masing-masing anggota.
4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.
5. Kemandirian.
6. Pendidikan perkoperasian.
7. Kerjasama antar koperasi.
2.1.2 Jenis-Jenis Koperasi
Berdasarkan pasal 2, PP 60/1959 ada 7 jenis koperasi, yaitu :
1. Koperasi Desa,
2. Koperasi Pertanian,
3. Koperasi Perternakan,
4. Koperasi Perikanan,
5. Koperasi Kerajinan/Industri,
6. Koperasi Simpan Pinjam, dan
7. Koperasi Konsumsi.
2.1.3 Pengertian Koperasi Simpan Pinjam
Pengertian koperasi simpan pinjam berdasarkan PSAK 27/Reformat 2007
adalah sebagai berikut :
Koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang kegiatan atau jasa utamanya
Koperasi simpan pinjam memiliki tujuan untuk mendidik anggotanya
hidup berhemat dan juga menambah pengetahuan anggotanya terhadap
perkoperasian. Untuk mencapai tujuannya, berarti koperasi simpan pinjam harus
melaksanakan aturan mengenai peran pengurus, pengawas, manajer dan yang
paling penting adalah rapat anggota. Pengurus berfungsi sebagai pusat pengambil
keputusan tinggi, pemberi nasehat dan penjaga berkesinambungannya organisasi
dan sebagai orang yang dapat dipercaya. Menurut UU no.25 tahun 1992, pasal 39,
pengawas bertugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan
dan pengelolaan koperasi dan menulis laporan koperasi, dan berwewenang
meneliti catatan yang ada pada koperasi, mendapatkan segala keterangan yang
diperlukan dan seterusnya. Manajernya koperasi simpan pinjam, seperti manajer
di organisasi apapun harus memiliki ketrampilan eksekutif, kepimpinan,
jangkauan pandangan jauh ke depan dan mememukan kompromi dan pandangan
berbeda. Akan tetapi untuk mencapai tujuan, rapat anggota harus mempunyai
kekuasaan tertinggi dalam organisasi koperasi. Hal ini ditetapkan dalam pasal 22
sampai pasal 27 UU no.25 tahun 1992.
2.2Pengertian Perencanaan
Perencanaan merupakan proses awal dimana manajemen memutuskan
tujuan dan cara pencapaiannya. Perencanaan adalah hal yang sangat esensial
karena dalam kenyataanya perencanaan memegang peranan lebih bila dibanding
pengarahan, dan pengawasan. Dimana fungsi-fungsi manajemen tersebeut
sebenatnya hanya merupakan pelaksanaan dari hasil sebuah perencanaan.
Menurut Deacon, Perencanaan adalah upaya menyusun berbagai
keputusan yang bersifat pokok, yang dipandang paling penting dan yang akan
dilaksanakan menurut urutannya guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2.3 Arsitektur Enterprise (Enterprise Architecture)
Arsitektur dapat berarti seni dan pengetahuan tentang mendesain sebuah
lingkungan bangunan, atau juga produk dari sebuah desain. Arsitektur merupakan
sebuah kerangka berpikir yang dibutuhkan pada saat mendesain sebuah
enterprise. Untuk membuat sebuah gambaran tentang struktur organisasi, proses bisnis, aplikasi sistem informasi, dan infrastruktur teknologi informasi yang
mendukung.
Menurut IEEE (2000) mendefinisikan Arsitektur adalah organisasi
fundamental dari sistem yang diwujudkan dengan komponen-komponennya,
keterhubungannya satu sama lain dan terhadap lingkungannya, dan prinsip
sebagai pedoman rancangan dan evolusinya (Kridanto : 2009).
Sedangkan menurut O’Rourke, dkk., (2003) mendefinisikan Arsitektur
adalah rancangan segala jenis struktur, baik fisik maupun konseptual, baik nyata
maupun maya (Kridanto : 2009).
Terlepas dari konteksnya, kata “arsitektur” menyiratkan suatu perencanaan,
yang diwujudkan dengan model dan gambar (yang secara umum disebut cetak
Sedangkan pengertian enterprise umumnya sering disamakan dengan pengertian organisasi atau perusahaan. Menurut Spewak (1992), Enterprise didefinisikan sebagai organisasi (atau badan lintas organisasi) yang mendukung
lingkup bisnis dan misi yang telah ditetapkan. Enterprise mencakup sumber daya yang saling berkaitan (manusia, organisasi, dan teknologi) yang harus
mengkoordinasikan fungsinya dan berbagi dalam mendukung misi bersama (atau
sekumpulan misi yang berkaitan).
Berdasarkan Dari berbagai definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa
enterprise bukan hanya perusahaan (company), tetapi juga bisa berarti organisasi non-profit/nirlaba seperti pemerintah dan institusi pendidikan ataupun organisasi
amal. Dengan memahami definisi arsitektur dan enterprise tersebut, maka dapat
dinyatakan definisi arsitektur enterprise sebagai berikut :
Arsitektur Enterprise adalah kumpulan prinsip, metode dan model yang bersifat masuk akal yang digunakan untuk mendesain dan merealisasikan sebuah
struktur organisasi enterprise, proses bisnis, sistem informasi dan infrastrukturnya (Kridanto, 2009).
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa arsitektur enterprise merupakan cara untuk menggambarkan model operasional enterprise yang mencakup aspek perencanaan bisnis, operasional bisnis, otomasi, hingga
infrastruktur teknologi informasi pendukungnya. Arsitektur enterprise memiliki 4 (empat) komponen (domain) utama yaitu arsitektur bisnis, arsitektur informasi,
komponen ini, produk arsitektur enterprise akan berupa grafik, model, dan narasi yang menjelaskan lingkungan dan rancangan enterprise.
Arsitektur enterprise mempunyai arti penting bagi organisasi sebab salah satu hasilnya adalah keselarasan antara TI dan kebutuhan bisnis. Arsitektur
enterprise menjadi semakin populer dengan alasan berikut. Pertama, dengan datangnya era e-bisnis, dengan aplikasi front-end yang berorientasi ke pelanggan, terdapat kebutuhan untuk menghubungkannya ke sejumlah sistem back-end. Hal ini menimbulkan kebutuhan bagi arsitektur enterprise untuk menetapkan bagaimana mencapai integrasi aplikasi ini. Kedua, arsitektur enterprise dapat dimanfaatkan untuk menghindari aplikasi yang berfokus ke organisasi
(organisationally focused applications) dan menyediakan kemampuan serta layanan dalam cara yang lebih seragam dan ekonomis. Peranan arsitektur
enterprise dalam perencanaan teknologi strategis dapat memberikan manfaat untuk sisi bisnis dalam organisasi, bukan hanya sisi teknologi.
Pada gambar 2.1 arsitektur enterprise diposisikan dalam konteks pengelolaan enterprise. Pada posisi puncak piramid, terdapat visi dari enterprise. Visi merupakan pernyataan tentang “citra perusahaan dimasa depan‟ dan nilai
-nilai yang dipegang oleh enterprise. Misi menggambarkan tentang produk perusahaan, pasar, dan penekanan dibidang teknologi dengan cara mencerminkan
nilai dan prioritas para pengambil keputusan yang strategis. Selanjutnya terdapat
strategi yang menyatakan tentang rute yang akan dijalani enterprise dalam mencapai visi dan misinya. Hal ini diterjemahkan ke dalam sasaran yang jelas
sasaran dalam perubahan yang nyata dalam operasi sehari-hari merupakan area
aristektur enterprise berada.
Gambar 2.1 Arsitektur Enterprise Sebagai Instrumen Manajemen (Sumber : Kridanto Surendro, 2009)
2.4 Zachman Framework
Zachman Framewok pertama kali dipublikasikan oleh John Zachman pada
tahun 1987 dalam tulisannya yang berjudul “A Framework For Information
Systems Architecture” di IBM System Journal. Kerangka kerja ini awalnya berupa struktur matriks 6 X 3 yang terdiri dari enam baris dan tiga kolom. Kerangka kerja
kemudian diperluas dan diformalisasikan oleh Sowa dan Zachman pada tahun 1992
dalam tulisannya yang berjudul “Extending Architecture” di IBM System Journal.
Perluasan yang dilakukan berupa penambahan tiga kolom, sehingga menjadi sebuah
matriks berukuran 6 X 6 yang terdiri dari enam baris dan enam kolom.
Pengertian artifak disini dapat berupa model, gambar dan diagram atau dokumen.
Tidak semua artifak yang dimiliki perusahaan berguna bagi perusahaan untuk
mengelola sistem informasinya. Dengan bantuan kerangka kerja Zachman,
perencanaan sistem informasi suatu perusahaan dapat di fokuskan pada artifak
yang berguna dan menghindari adanya artifact of noise yang sering mengalihkan perhatian dalam perencanaan untuk mengidentifikasi masalah yang sesungguhnya.
Artifak yang benar-benar digunakan untuk perencanaan sistem informasi disebut
dengan artifact of value, dimana artifak ini membantu untuk mengelola perusahaan dan membuat pengoperasian artifak tersebut lebih baik. Pandangan
keseluruhan dari kerangka kerja Zachman membantu untuk menentukan kegunaan
dari suatu artifak. Artifact of value membantu dalam membahas suatu topik yang penting bagi perusahaan.
2.4.1 Komponen Kerangka Kerja (Framework)
Kerangka kerja Zachman didesain untuk memasukan representasi
arsitektur sistem informasi untuk semua pihak yang terlibat dalam kegiatan
pengembangan, pengelolaan, perawatan dan penggunaan dari sistem informasi
suatu organisasi. Setiap perspektif memberikan cara pandang yang unik dan
bernilai pada arsitektur enterprise.
Kerangka kerja Zachman menggambarkan arsitektur enterprise dalam 6 (enam) komponen yaitu data, fungsi, jaringan, personil, waktu dan motivasi. Tiap
komponen digambarkan dan dilihat berdasarkan enam perspektif yang berbeda
(gambaran kontekstual), perpektif owner yang menghasilkan model enterprise (rancangan konseptual), perspektif designer untuk model sistem (rancangan logis), perspektif builder untuk model teknologi (rancangan fisik), perspektif sub-kontraktor untuk representasi detail (rancangan out-of-context) dan terakhir adalah model fungsionalisasi enterprise.
Elemen kerangka kerja Zachman ditunjukan sebagai sel-sel seperti terlihat
pada Gambar 2.2. Kerangka kerja menjelaskan sebuah contoh model variabel
tunggal untuk setiap sel. Informasi ini dapat dinyatakan sebagai artifak.
Tabel 2.1 Zachman Framework untuk arsitektur enterprise Data (What) Fungsi
induk Aturn bisnis
Model Sistem
dilatih Kejdian bisnis
Aturan yang memaksa
Keenam baris pada Tabel 2.1 menyajikan enam pandangan (perspektif),
sebagaimana yang dipandang oleh perencana, pemiliki, perancang, pembangun,
dan functioning enterprise. Penjelasannya adalah sebagai berikut :
1. Perencana : yang menetapkan objek dalam pembahasan, latar belakang,
lingkup, dan tujuan enterprise;
2. Pemilik : penerima atau pemakai produk/jasa akhir dari enterprise;
3. Arsitek/Perancang : perantara antara apa yang diinginkan (pemilik) dan apa
yang dapat dicapai secara teknis dan fisik;
4. Builder (Pembangun) : pengawas/pengatur dalam menghasilkan produk/jasa
akhir;
5. Subkontraktor : bertanggung jawab membangun dan merakit bagian-bagian
dari produk/jasa akhir;
6. Pengguna : wujud nyata dari produk/jasa akhir.
2.4.2 Kaidah Zachman Framework
Ada beberapa kaidah yang terdapat pada kerangka kerja Zachman, antara
lain :
1) Dimension Importance, setiap kolom tidak memiliki urutan prioritas atau pola barisan dan urutan kolom dalam kerangka kerja dapat berubah-ubah, tetapi
urutan dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah sudah menjadi sebuah
konvensi dalam implementasinya, dengan demikian urutan kolom tersebut
2) Dimension Simplicity, setiap kolom yang ada sangat sederhana, merupakan model dasar yang digunakan untuk menggambarkan bagian dari organisasi
dan arsitektur sistem informasi. Akan tetapi, model ini tidak berdiri sendiri,
artinya setiap kolom saling bergantung satu sama lainnya dan berinteraksi
secara kontinu, sehingga perpindahan dari satu kolom akan berdampak pada
satu atau lebih kolom yang lainnya.
3) Dimension Uniqueness, model dasar dari setiap kolom harus bersifat unik, dengan model yang unik ini dimungkinkan bahwa setiap artifak dari
enterprise dapat diklasifikasikan secara pasti.
4) Perspective Uniqueness, setiap baris menampilkan sebuah perspektif yang unik dan berbeda, berhubungan dengan partisipan atau kelompok partisipan
didalam perencanaan, pengembangan dan penggunaan sistem informasi.
5) Cell Uniqueness, Jika setiap dimensi dan perspektif unik, maka setiap sel juga harus unik. Konsekuensinya isi salah satu sel tidak terdapat dalam sel lain.
Contohnya, entitas bisnis hanya dapat dicari pada perpotongan dari model
enterprise dan kolom data. Entitas data hanya dapat dicari pada perpotongan model sistem dan kolom data.
6) Dimension Necessity, keenam dimensi tersebut dibutuhkan untuk merepresentasikan secara lengkap setiap perspektif yang ada. Dengan kata
lain, gabungan atau integrasi seluruh model sel dalam satu baris merupakan
model lengkap dari perspektif baris tersebut.
dalam kerangka kerja dapat dan mungkin ditampilkan pada berbagai level
detail.
2.5 Perencanaan Arsitektur Enterprise (Enterprise Architecture Planning)
Perencanaan arsitektur enterprise adalah proses mendefinisikan arsitektur untuk penggunaan informasi yang mendukung bisnis dan rencana untuk
mengimplementasikan arsitektur tersebut.
Beberapa hal yang menjadi penekanan dalam pengertian EAP adalah :
1) Arsitektur-arsitektur, yaitu bersifat jamak, karena terdapat tiga jenis arsitektur
dalam perencanaannya, yaitu arsitektur data, arsitektur aplikasi dan arsitektur
teknologi. Arsitektur dalam konteks ini serupa dengan blueprint dan gambar atau model. Dalam perencanaan arsitektur enterprise, arsitektur mendefinisikan dan menggambarkan data, aplikasi dan teknologi yang
diperlukan untuk mendukung bisnis.
2) Mendefinisikan bisnis dan mendefinisikan arsitekturnya, sehingga dalam
pelaksanaannya tidak dilakukan kegiatan merancang sistem, basis data dan
jaringan. Pekerjaan merancang dan implementasi sistem dilakukan sesudah
proses pendefinisian EAP telah selesai.
3) Merencanakan, yaitu arrsitektur mendefinisikan apa yang dibutuhkan dan
rencana pendukung mendefinisikan kapan arsitektur akan diimplementasikan.
EAP adalah merupakan pendekatan yang dibuat oleh Spewak (1992) untuk
Jika dipetakan ke dalam kerangka kerja zachman, EAP akan berada di baris
pertama dan kedua yang merupakan perspektif perencana dan pemilik.
Sedangkan aspek yang dibahas dalam EAP hanya meliputi data, fungsi
dan jaringan dari arsitektur sistem informasi. Hasil pemetaaan EAP ke dalam
Zachman Framework dapat di lihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 EAP dalam Zachman Framework Aspek
Sumber : Buku Pengembangan Rencana Induk Sistem Informasi, 2009
Dari aspek cakupannya berdasarkan klasifikasi Zachman Framework, EAP melibatkan 6 (enam) sel yang masing-masing dibangun melalui 4 tahap yaitu :
Tahap untuk memulai adalah tahap untuk memahami kondisi saat ini, tahap
pendefinisian visi masa depan dan tahap untuk menyusun rencana dalam
mencapai visi masa depan. Tahap dimana kondisi kita saat ini adalah tahap
analisis untuk kondisi saat ini menghasilkan model bisnis dan analisis sistem dan
teknologi saat ini. Tahap visi tentang dimana yang kita inginkan di masa depan
adalah tahap pendefinisian arsitektur enterprise yang terdiri dari arsitektur data, aplikasi dan teknologi. Gambar 2.2 berikut mengilustrasikan keenam komponen
Gambar 2.2 Komponen dan Lapisan EAP (Sumber : Kridanto Surendro, 2009)
2.5.1 Perbedaan EAP dengan Perencanaan Sistem Informasi Lainnya
Perbedaan EAP dengan perencanaan sistem informasi lainnya adalah
sebagai berikut : Arsitektur dapat ditemukan dalam suatu model bisnis fungsional.
Kegiatan EAP dimulai dengan pertanyaan “Bisnis apa yang dilakukan
organisasi?” dan bukan “Sistem apa yang diperlukan eksekutif organisasi?”.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa EAP merupakan perencanaan yang
bersifat business driven;
1) EAP mendefinisikan data sebelum aplikasi.
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam kegiatan ini adalah
mengidentifikasi data apa saja yang dibutuhkan untuk mendukung bisnis dan
kemudian mendefinisikan aplikasi-aplikasi apa saja yang diperlukan untuk
mengelola data tersebut;
2) EAP menggunakan data dependency untuk menentukan rencana implementasi.
yang berarti bahwa rencana pengembangan aplikasi yang membuat data dan
bukan yang menggunakan data. Pendekatan pengembangan aplikasi seperti ini
disebut dengan data driven planning;
3) EAP mempertimbangkan operasional jangka pendek dan juga berfokus pada
strategi jangka panjang organisasi dalam penggunaan data dan teknologi untuk
mendukung bisnis.
2.5.2 Manfaat EAP
Manfaat dari penerapan EAP baik manfaat yang bersifat bisnis maupun
manfaat bagi sistem informasi yang direncanakan sebagai berikut:
1) Fokus pada penggunaan strategi teknologi untuk mengelola data sebagai aset;
2) Standarisasi kosakata (nama data, nama sistem dan sebagainya) merupakan
fasilitas untuk berkomunikasi dan mengurangi inkonsistensi dan redudansi
data;
3) Adanya dokumentasi meningkatkan pemahaman terhadap bisnis;
4) Kebijakan pengambilan keputusan dapat ditinjau ulang;
5) Memperhatikan integrasi sistem baru dengan sistem aplikasi yang sudah ada;
6) Memungkinkan untuk pendekatan komprehensif, objektif dan imparsial;
7) Rencana sistem jangka panjang merupakan komplemen bagi rencana bisnis;
8) Solusi jangka panjang yang bersifat efektif terhadap biaya dengan
9) Melibatkan strategi migrasi yang layak dengan pencapaian waktu yang
singkat;
10) Mempermudah dalam menilai manfaat dan dampak pemanfaatan teknologi
informasi bagi bisnis.
2.5.3 Tahapan Dalam EAP
Penjelasan tentang tahapan EAP dapat dilihat pada Tabel 2.3, sebagai
berikut :
Tabel 2.3 Tahapan EAP
Lapisan Tahapan Tujuan
Permulaan 1.Inisiasi Perencanaan Membuat kerangka keja pengerjaan perencanaan arsitektur enterprise, yang mencakup waktu dan sumber daya yang efesien dan efesiensi, sehingga proyek dpat dimuli secepatnya dalam arah yang tepat, diselesaikan tepat waktu, dan memiliki anggota tim yang berkualitas
Pemahamn Kondsi saat ini
2.Pemodelan Bisnis Tersedianya modelmengenai bisnis enterprise yang konsisten, komreshif, dan lengkap sehingga dapat digunakan untuk mendefinisikan arsitektur-arsitektur dan rencana implementasi
3.Survei Enterprise Detail-detail bisnis yng melengkapi model bisnis
4.Sistem dan teknologi saat ini Mendokumentasikan dan mendefinisikan semua system dan platform teknologi yang digunakan enterprise saat ini
Rencana masa depan 5.Arsitektur data Mengidentifikasikan dan mendefinisikan jenis-jenis data utama yng mendukung fungsi-fungsi bisnis yang telah didefinisikan pada model bisnis
6.Arsitektur aplikasi Mendefinisikan jenis-jenis aplikasi utama yang dibutuhkn untuk mengelola data dn mendukung fungsi bisnis enterprise
7.Arsitektur teknologi Mendefinisikan jenis-jenis teknologi utama yang dibutuhkan untuk menyediakan lingjungan yang mendukung aplikasi pada arsitektur aplikasi yang disusun sebelumnya dalam mengelola data dan mendukung fungsi bisnis Strategi pencapaian 8.Rencana Implementasi Menyusun menyipkn sebuah rencana untuk mengimplementasikan arsitektur
9.Kesimpulan Perencanaan Mengelola rencana migrsi yang sudah dibuat sebelumnya
10.Transisi ke implementasi Menyiapkan akivitas pengimplimentasian arsitektur yang diketahui dan memstikan pengimplemntasian akan berjalan
2.6 Metodologi Untuk EAP
Pendekatan EAP menyediakan arah, tahapan, langkah, tugas, dan artifak
arsitektur enterprise yang dihasilkan, sekaligus juga menyarankan agar dilakukan pemilihan metodologi yang dapat menunjang penyelesaian EAP secara efektif
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan. Pada bagian ini, metodologi yang dipilih
untuk EAP diuraikan sesuai dengan langkah-langkah utama dalam tiap tahap
EAP.
Dalam pembahasan bab ini, EA Framework yang digunakan adalah
Zachman Framework, sedangkan EA prosesnya adalah Enterprise Architecture
Planning (EAP).
2.7 Pemodelan Bisnis dengan Analisis Rantai 2.7.1 Analisis Rantai Nilai
Analisis rantai nilai yang pertama kali diusulkan oleh Porter (1985)
memberikan kerangka untuk mengidentifikasi dimana menginventarisasikan
area-area fungsi bisnis. Pengelompokan area-area-area-area fungsional kedalam aktivitas utama
dan pendukung seperti yang ditunjukan pada Gambar 2.3
Model rantai nilai Porter cenderung dekat dengan model bisnis bagi
enterprise dalam bidang manufaktur, sehingga penerapannya untuk enterprise jasa dan jenis lainnya cukup sering dianggap kurang memadai. Modifikasi atas
pengelompokkan area-area fungsi tetap dapat dilakukan tanpa mengurangi
rantai nilai internal maupun eksternal dapat membantu identifikasi dan
inventarisasi area-area fungsi enterprise yang diperlukan untuk EAP.
Gambar 2.3 Model Rantai Nilai (Value Chain) (Sumber : Kridanto Surendro, 2009)
1) Primary activities (kegiatan utama) pada rantai nilai ini adalah sebagai berikut:
a. Inbound Logistic : Aktivitas yang berhubungan dengan penerimaan, penyimpanan, dan menyebarkan masukan.
b. Operations : Aktivitas yang mentransformasikan masukan menjadi keluaran menjadi produk akhir.
c. Outbound Logistic : Aktivitas yang berhubungan dengan menyebarkan produk/jasa ke pelanggan.
d. Marketing & Sales : Kegiatan yang berhubungan dengan pemasaran dan penjualan seperti penelitian pasar, promosi dan sebagainya.
e. Service : Kegiatan yang berhubungan dengan penyedia layanan untuk meningkatkan pemeliharaan produk seperti instalasi, pelatihan, perbaikan,
2) Support activities (kegiatan pendukung) yang digambarkan Porter adalah sebagai berikut:
a. Firm Infrastucture : merupakan aktivitas, biaya dan aset yang berhubungan dengan manajemen umum, accounting dan keuangan, keamanan dan keselamatan sistem informasi dan fungsi lainnya.
b. Human Resources Management : terdiri dari aktivitas yang terlibat seperti penerimaan, dengar pendapat, pelatihan, pengembangan dan kompensasi
untuk semua tipe personil dan mengembangkan tingkat keahlian pekerja.
c. Technology Development : aktivitas yang terkait dengan biaya yang berhubungan dengan produk, perbaikan proses, perancangan perlatan,
pengembangan perangkat lunak komputer, sistem telekomunikasi,
kapabilitas basis data baru dan pengembangan dukungan sistem berbasis
komputer.
d. Procurement : kegiatan yang berhubungan dengan bagaimana sumber daya diperoleh seperti fungsi pembelian input yang digunakan dalam value chain organisasi.
2.7.2 Daftar Fungsi Bisnis
Daftar fungsi bisnis digunakan untuk menentukan konteks dan lingkup
enterprise dengan cara mengidentifikasi dan menginventarisasikan area-area fungsi yang dijalankan organisasi. Dalam kerangka kerja Zachman, hasil-hasil ini
mengisi baris perencana dan kolom fungsi. Tiap-tiap area fungsi dapat
tingkatannya. Dekomposisi diperlukan untuk menghasilkan model aktual dan
nantinya arsitektur enterprise yang lebih utuh dengan definisi yang lebih lengkap.
2.7.3 Model Bisnis
Setelah proses bisnis didefinisikan dan dirangkaikan dalam model rantai
nilai, selanjutnya dalam Perencanaan Arsitektur Enterprise dilakukan identifikasi struktur organisasi yang isinya adalah unit-unit organisasi.
Area-area fungsi beserta proses-proses bisnisnya dipetasilangan dengan
unit-unit organisasi, dengan tujuan untuk mengidentifikasi lingkup tanggung
jawab pengambilan keputusan dan keterlibatan tiap-tiap unit organisasi dalam
tiap-tiap area fungsi dan/atau proses bisnis.
Model rantai eksternal dan rantai internal, serta hasil peta silang tersebut
merupakan model bisnis enterprise di saat ini, yang memiliki peran sangat penting. Pedefinisian arsitektur data dan teknologi dilakukan tanpa mengubah atau
memodifikasi model bisnis yang telah dihasilkan. Model bisnis tersebut
merupakan konteks atau lingkup (ballpark), yang cenderung sudah tetap dan relatif stabil.
2.8 Arsitektur Sistem dan Teknologi Saat Ini
Enterprise yang telah berjalan mumnya telah memiliki sistem dan teknologi untuk aplikasi-aplikasi sistem informasinya. Langkah selanjutnya dalam tahap
analisis kondisi saat ini.
Dokumentasinya disebut sebagai Katalog Sumber Daya Informasi
mendefinisikan semua landasan sistem dan teknologi yang sedang digunakan
dalam enterprise. IRC tidak menjabarkan setiap sistem secara terperinci, melainkan ringkasannya saja. IRC juga bukan kamus data ataupun inventori
peralatan komputasi. Spewak (1992) melaporkan keuntungan dari pembuatan dan
pengelolaan IRC sebagai berikut :
1) IRC menyediakan rujukan akan semua sumber daya informasi.
2) IRC menunjukan distribusi sumber daya informasi dalam enterprise.
3) IRC dapat digunakan sebagai petunjuk lokasi informasi yang dibutuhkan
manajemen.
4) IRC dapat digunakan untuk memberikan orientasi bagi personil baru kedalam
Departemen SI.
5) IRC digunakan dalam EAP sebagai basis perencanaan.
6) Keputusan penganggaran dan kendali biaya dapat dihubungkan secara
langsung dengan IRC.
7) IRC dapat dibuat dengan cepat dan dengan biaya yang layak.
8) IRC merepresentasikan penggunaan internal piranti dokumentasi.
IRC dapat dikerjakan secara terpisah atau bersamaan dengan Perencanaan
2.9 Arsitektur Data
Arsitektur data mengidentifikasi dan mendefinisikan jenis data yang utama
dalam mendukung fungsi bisnis yang telah didefinisikan dalam model bisnis.
Arsitektur data adalah salah satu dari ketiga arsitektur dalam EAP, dan merupakan
arsitektur yang didefinisikan pertama sekali dengan pertimbangan bahwa data
(informasi) yang berkualitas adalah produk mendasar dari Sistem Informasi.
Arsitektur data memberikan tiga manfaat sebagai berikut :
1. Menyediakan kosa kata standar untuk identifikasi, definisi, dan penamaan
jenis data utama yang mendukung bisnis
2. Digunakan untuk menetapkan kebutuhan sistem apikasi yang didefinisikan
untuk mengelola sekumpulan entitas data
3. Hubungan antara arsitektur data dan portofolio aplikasi merupakan dasar
untuk membuat urutan implementasi aplikasi.
Arsitektur data mengandung entitas data (entity), yang memiliki atribut dan relasi (relationship) dengan entitas lainnya. Berikut adalah pengertian dari entitas, atribut, dan relasi.
1. Entitas adalah orang, tempat, benda, atau kejadian yang memiliki makna
(informasi) sehubungan dengan bisnis.
2. Atribut adalah karakteristik dari entitas
3. Relasi adalah keterhubungan antara beberapa entitas yang menjelaskan aturan
2.9.1 UML (Unified Modeling Language)
UML adalah bahasa pemodelan yang menggunakan konsep orientasi
object. UML dibuat oleh Grady Booch, James Rumbaugh, dan Ivar Jacobson di
bawah bendera Rational Software Corp. UML menyediakan notasi-notasi yang
membantu memodelkan sistem dari berbagai perspektif. UML tidak hanya
digunakan dalam pemodelan perangkat lunak, namun hampir dalam semua bidang
yang membutuhkan pemodelan.
2.9.2 Pengertian Use Case
Use Case adalah teknik untuk merekam persyaratan fungsional sebuah sistem, use case mendeskripsikan interkasi ripikal antara para pengguna sistem dengan sistem itu sendiri, dengan member sebuah narasi tentang bagaimana
sistem tersebut digunakan.
Use Case yang sederhana hanya melibatkan satu interaksi/hubungan dengan sebuah aktor, dan use case lebih kompelks melibatkan beberapa interaksi dengan aktor. Untuk menjabarkan use case yang lebih kompleks juga melibatkan lebih dari satu aktor. Untuk menjabarkan use case dalam sistem, sangat baik bila dimulai dengan memperhatikan aktor dan aksi yang mereka lakukan dalam sistem.
Setiap use case menggambarkan suatu urutan interaksi antar aktor dengan sistem. Sebuah use case harus memberikan sejumlah nilai pada satu aktor.
a. Pendokumentasian Model Use Case.
Use case didokumentasi dalam use case models sebagai berikut: 1. Use Case Name. Setiap use case diberi nama.
3. Dependency. Bagian ini menggambarkan apakah use case yang satu tergantung pada use case yang lain, dalam arti apakah use case tersebut termasuk pada use case yang lain atau malah memperluas use case lain.
4. Actors. Bagian ini memberikan nama pada aktor dalam use case. Selalu terdapat use case utama (primary use case) yang memulai use case, disamping itu terdapat juga secondary use case yang terlibat dalam use case.
5. Preconditions. Satu atau lebih kondisi harus berjalan dengan baik pada permulaan use case.
6. Deskripsi. Bagian terbesar dari use case merupakan deskripsi naratif dari urutan utama use case yang merupakan urutan yang paling umum dari interkasi antara actor dan sistem. Deskripsi tersebut dalam bentuk input dari
aktor, diikuti oleh respon pada sistem. Sistem ditandai dengan sebuah kotak
hitam (black box) yang berkaitan dengan apa yang sistem lakukan dalam merepon input actor, bukan bagaimana melakukannya.
7. Alternatif-alternatif. Deskripsi naratif dari alternative merupakan cabang dari urutan utama. Terdapat beberapa cabang alternative dari urutan utama.
8. Postcondition. Kondisi yang selalu terjadi di akhir use case, jika urutan utama telah dilakukan.
2.9.3 Diagram Hubungan Entitas (Entity Relatioship Diagram)
Suatu entitas data bisa menunjang lebih dari satu area fungsi dan tidak
berdiri sendiri, melainkan memiliki ketergantungan dan hubungan dengan entitas
data lainnya. Pendekatan EAP mengambil ketergantungan dan hubungan antar
entitas data ini untuk melandasai pembangunan arsitektur enterprise. Hal ini mempertimbangkan bahwa aplikasi-aplikasi terkait erat dengan basis-basis data,
sedangkan suatu basis data terdiri dari kumpulan entitas data dengan hubungan
dan ketergantungannya.
Untuk itu, entitas-entitas data perlu dirangkai sesuai dengan ketergantungan
dan hubungannya dalam konteks area fungsi yang didukungnya. Dalam penelitian
ini, pemodelan untuk hal ini dilakukan dengan Entity Relationship Diagram (ERD).
2.9.4 Matriks Proses Vs. Entitas Data
Hubungan antara area fungsi dan entitas data adalah dalam hal pembuatan,
pengolahan, dan penggunaan data untuk keperluan pemenuhan tujuan fungsi
bisnis. Hubungan ini didefinisikan melalui matriks proses terhadap entitas data,
dimana masing-masing sel dalam matriks diisi dengan huruf : “C” (create), “U”
(update), dan “R” (reference). Penanda tersebut bermakna proses yang
bersangkutan membuat (create), melakukan (upadate), dan menggunakan
(reference) entitas data terkait. Proses yang melakukan “C” mengimplikasikan
2.10 Arsitektur Aplikasi
Arsitektur Aplikasi mendefinisikan jenis aplikasi utama yang dibutuhkan
untuk mengelola data dan mendukung fungsi bisnis. Aplikasi yang dimaksud
adalah proses pendefinisian aplikasi apa saja yang akan mengelola data dan
menyediakan informasi untuk pihak manajemen terhadap fungsi bisnisnya. Lima
tahap untuk membuat arsitektur aplikasi adalah sebagai berikut:
1. Daftarkan kandidat aplikasi.
2. Definisikan aplikasi.
3. Relasikan aplikasi terhadap fungsi.
4. Analisis dampak dari aplikasi yang ada.
5. Distribusikan arsitektur aplikasi.
2.11 Arsitektur Teknologi
Arsitektur teknologi mendefinisikan jenis teknologi yang utama (platform)
yang dibutuhkan untuk menyediakan lingkungan kepada aplikasi yang mengelola
data. Arsitektur teknologi bukanlah analisis kebutuhan detil atau desain jaringan
perangkat komputasi enterprise. Arsitektur teknologi merupakan arsitektur
terakhir dari ketiga arsitektur yang ada, dan didefinisikan setelah arsitektur
aplikasi selesai didefinisikan. Pedoman pendefinisian arsitektur teknologi adalah
sebagai berikut :
Prinsip platform teknologi merupakan aturan dan kebijakan yang
menyediakan arahan atau pedoman untuk pengadaan platform teknologi sebagai
lingkungan penggunaan data dan aplikasi. Contoh prinsip teknologi misalnya :
1) Semua aplikasi menggunakan antarmuka grafis (GUI) yang umum
2) Penyimpanan data akan menggunakan basis data relasional
3) Tersedianya kemampuan recovery data dan aplikasi, dan lain-lain.
2. Definisikan distribusi data dan aplikasi dan platform teknologi
Distribusi data dan aplikasi didefinisikan dengan memperhatikan lokasi
bisnis, kemudian dilanjutkan dengan definisi konfigurasi teknologi konseptual
dalam tiga tingkatan berupa:
1) Workstation konseptual: fasilitas yang digunakan pemakai untuk mengakses data secara langsung atau menyediakan data kepada aplikasi
atau pemakai lain.
2) Jaringan enterprise konseptual: keterhubungan fasilitas komputasi, masukan, keluaran, penyimpanan, dan telekomunikasi
3) Arsitektur sistem bisnis: teknologi untuk mengimplementasikan dan
merawat aplikasi dan basis data dalam enterprise.
3. Hubungkan platform teknologi ke aplikasi dan fungsi bisnis.
2.12 Topologi Jaringan Komputer
Menurut Abdul Kadir (2003:346) yang dimaksud dengan jaringan
komputer (Computer Network) adalah hubungan dua buah simpul (umumnya berupa komputer atau lebih yang bertujuan utamanya adalah untuk melakukan
pertukaran data.
Menurut Budhi Irawan (2005:25). Topologi secara fisik dari suatu jaringan
local adalah merujuk kepada konfigurasi kabel, komputer, dan perangkat lainnya.
Berikut adalah macam-macam topologi fisik yang digunakan di dalam jaringan
lokal, dintaranya :
1. Topologi Linear Bus (Garis Lurus)
Topologi linear bus terdiri dari satu jalur kabel utama dimana masing-masing
ujungnya diberikan sebuah terminator. Semua nodes pada jaringan (file server,
workstation, dan perangkat lainnya) terkoneksi sebuah kabel utama (backbone).
Server
Laptop Komputer
Laptop Komputer Komputer Komputer
Gambar 2.4 Topologi Linear Bus (Sumber : Budhi Irawan, 2005)
2. Topologi Star
Pada topologi star, setiap nodes (file server, workstation, dan perangkat
lainnya) terkoneksi ke jaringan melalui sebuah concentrator.
Server
Concentrator
Laptop Komputer
Laptop Komputer
3. Topologi Ring
Topologi ring menggunakan teknik konfigurasi yang sama dengan topologi star
tetapi pada topologi ini terlihat bahwa jalur media transmisi menyerupai suatu
lingkaran tertutup.
Server
Laptop
Laptop
Komputer
Komputer
Gambar 2.6 Topologi Ring (Sumber : Budhi Irawan, 2005)
4. Topologi Tree
Topologi model ini merupakan perpaduan antara topologi linear bus dan
star, yang terdiri dari kelompok-kelompok dari workstation dengan konfigurasi
star yang terkoneksi ke kabel utama yang menggunakan topologi linear bus.
Topologi ini memungkinkan untuk perkembangan jaringan yang telah ada dan
Laptop
Komputer Server
Laptop Laptop
Komputer
Komputer
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1. Objek Penelitian
Objek Penelitian dilakukan di Jalan Gardu Jati No. 74 Kelurahan Kebon
Jeruk, Kecamatan Andir, Kota Bandung.
3.1.1. Sejarah Singkat Koperasi KSP Sumber Bahagia Kota Bandung
KSP Sumber Bahagia adalah salah satu koperasi yang berada di kota
Bandung berlokasi di Jalan Gardu Jati No. 74 Kelurahan Kebon Jeruk,
Kecamatan Andir, Kota Bandung. Daerah kerja KSP Sumber Bahagia meliputi
Kota Bandung dan Kabupaten Bandung.
Banyak anak pandai tetapi tidak dapat melanjutkan pendidikan karena
terbentur soal biaya, untuk menanggulangi hal tersebut diatas pada tanggal 26
September 1934 didirikan perhimpunan studie bank, dalam namanya sudah
tercakup bahwa tujuan Studie Bank yaitu sebagian keuntungan dipakai untuk
membantu biaya studi (belajar) bagi siswa atau mahasiswa yang memerlukan
biaya.
Adapun pendiri Studie Bank terdiri dari 27 orang yaitu :
1. Arnot Rusdi Achsan
2. M. rusdi Achsan
3. D. H.. Mukri Achsan
4. E.H. Mukri Achsan
5. Saleh Gumadi
6. Sahir
7. M. Madsuki
9. R. Sachrawi
22.M. Hasan Sidik Achsan
23.M. Idun Suhana
24.M.E. Badari
25.M. Halim
26.H. Padail
27.M. Nachrawi
Setelah perhimpunan Studie Bank berdiri, untuk pertama kali pengurus
dan badan pemeriksa dipilih oleh para pendiri, susunannya sebagai berikut :
Pengurus:
Pada mulanya kantor perhimpunan Studie Bank terletak di jalan Belakang
Pasar No. 70 Bandung yaitu dirumah ketuanya dan buka dari tangga 1 s/d 15
setiap bulannya.
Pada tahun 1937 perhimpunan Studie Bank berhasil mempunyai bangunan
permanen sendiri dengan tanahnya seluas 280 meter persegi.
Sebelum Studie Bank menempati bangunan kantor yang baru pada tahun
1935 perhimpunan Studie Bank sudah mampu memberi sumbangan sebesar f.
1.000,-- (seribu gulden) kepada pemuda yang sedang melanjutkan pendidikannya.
Pada tahun 1969 pula datang surat No. 2/3/UPPB/PPTR 114-4-1969 dari
Bank Indonesia yang mengharuskan Studie Bank mengubah statusnya menjadi
perseroan terbatas (PT) atau Koperasi.
Untuk menentukan status Studie Bank menjadi perseroan terbatas atau
koperasi maka dibentuk panitia adhoc yang tugasnya memberi pertimbangan
kepada pengurus mengenai segi baik buruknya memilih PT atau koperasi.
Panitia adhoc ini terdiri dari 3 orang yaitu:
1. M.A. Danuwidjaja,
2. E. Natawidjaja dan
3. Abas Rukmana.
Kemudian datang surat keputusan mentri keuangan tanggal 18-12-1968
No. Kop.603/M/IV/12/68. Yang menetapkan bahwa pada RAT 1973 harus sudah
memilih salah satu dari 2 alternatif yaitu memilih PT atau Koperasi.
Pada tanggal 20 Mei 1973 diadakan RAT yang salah satu acaranya
Kemudian segala kekayaan (asset), hak dan kewajiban perhimpunan
Studie Bank tanpa kecuali beralih kepada koperasi yang diberi nama : Koperasi
Simpan Pinjam “Sumber Bahagia” disingkat menjadi KSP “Sumber Bahagia”
atau KSB.
Para anggota Studie Bank otomatis menjadi anggota KSP “Sumber
Bahagia” karena para anggota Studie Bank dalam RAT Studie Bank yang terakhir
pada tanggal 20 mei 1973 telah menyetujui status perhimpunan Studie Bank
menjadi berbentuk koperasi, dan sekaligus pula telah memilih pengurus dan badan
pemeriksa KSP ”sumber bahagia”
Anggota perhimpunan Studie Bank yang sudah dibubarkan itu langsung
menjadi anggota KSP “Sumber Bahagia” sebanyak 954 orang terdiri dari 539 pria
dan 415 wanita.
Pada tanggal 27 Mei 1973 KSP “Sumber Bahagia disahkan sebagai Badan
hukum dengan SK No. 5667/BH/DK-10/1 dari Bapak Kepala Direktorat Koperasi
Propinsi Jawa Barat.
KSP “sumber bahagia” berjalan lancar sebagaimana Studie Bank,
simpanan bertambah terus terutama simpanan berjangka yang pada tahun 1978
sudah mencapai Rp. 29.135.000,- sebagai bukti kepercayaan anggota sehingga
KSP bisa menolong orang yang membutuhkan uang. Pinjaman dana siswa
(pinjaman tanpa bunga) terus meningkat setiap tahunnya, bahkan sering dana
siswa mengalami defisit. Yang menggunakan kesempatan meminjam dana siswa
itu rata-rata 15 orang bahkan tahun 1981 mencapai 21 orang dengan jumlah uang
Meskipun relatif tidak begitu besar KSP”Sumber Bahagia” merasa
beruntung telah dapat membantu masyarakat khususnya anggota KSP dalam
bidang pendidikan. Aggaplah “tiada rotan akarpun jadi” dengan iuran per bulan
Rp.10,-- pada tahun 1979, jika anggota meninggal dunia keluarganya mendapat
tunjangan kematian sebesar Rp.20.000-,
3.1.2. Visi dan Misi KSP Sumber Bahagia 3.1.2.1 Visi
Menjadikan KSP Sumber Bahagia Sebagai Lembaga Keuangan yang
Terpercaya, Jujur, Amanah, dan Transparan
3.1.2.2 Misi
1) Menjadi lembaga intermediasi yang menghimpun dana dari anggota dan
menyaluran KEMBALI UNTUK USAHA PRODUKTIF ANGGOTA
2) Meningkatkan pendapatan dan daya beli anggota koperasi
3) Memberdayakan koperasi sebagai lembaga keuangan alternatif bagi
pembiayaan usaha anggota
4) Meningkatkan kualitas pelayanan melalui peningkatan kualitas SDM dan
iklim organisasi yang kondusif.
3.1.3. Struktur Organisasi KSP Sumber Bahagia Kota Bandung
Dalam menjalankan kegiatan usaha dibutuhkan suatu struktur organisasi
dengan maksud agar perusahaan dapat bekerja dengan lebih efektif dan efisien,
suatu struktur organisasi yang baik memiliki bagian bagian pelaksanaan,
pengawasan, dan pimpinan guna memperlancar tugas tugas manajemen dan misi
organisasi.
Organisasi dapat dipandang sebagai segi, tetapi bagaimana pun juga pada
umumnya organisasi dikembangkan sebagai instrumen bagi pencapaian tujuan.
Muncul dimana orang menyadari organisasi sebagai jalan bagi pelaksanaan
kegiatan suatu badan atau perusahaan. Struktur organisasi merupakan suatu yang
telah ditetapkan yang telah memberikan petunjuk terang terhadap pola hubungan
kerja, wewenang dan tanggung jawab. Disamping itu pula struktur organisasi
dapat memperjelas kedudukan ataupun posisi seseorang dalam organisasi
sehingga dengan demikian setiap anggota yang berhubungan dengan organisasi
tersebut dapat mengetahui kepada siapa ia harus mempertanggung jawabkan
pekerjaan tersebut.
Adapun Struktur Organisasi Koperasi KSP Sumbar Bahagia Bandung sendiri
Gambar 3.1 Struktur Organisasi KSP Sumber Bahagia Kota Bandung (Sumber : KSP Sumber Bahagia Kota Bandung)
Adapun komposisinya untuk periode 2008 – 2012 sesuai dengan
keputusan RAT tanggal 31 Maret 2008 adalah sebagai berikut :
1) Pengurus
Ketua : H. Irwansyah, S.E
Sekretaris I : Tuti Rochayati Soeharto
Sekretaris II : O. Soma Amied
Bendahara : Eli Djuariah
2) Pengawas
Ketua : Drs. Hernadi Natawidjaya, MM
Sekretaris : Drs. Suherman
Anggota : H. Kosasih Hamzah
RAPAT ANGGOTA
PENGURUS PENGAWAS
KARYAWAN