1 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek
Beberapa tahun belakang ini Negara kita sedang gencar-gencarnya melakukan suatu trobosan terutama dalam bidang perpajakan, sebagai upaya dari pemerintah khususnya Direktorat Jenderal Pajak untuk meningkatkan penerimaan Negara dari sektor pajak. Karena pajak merupakan iuran rakyat kepada negara berdasarkan undang-undang perpajakan yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung yang digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas negara unyuk untuk menjalankan pemerintahan dan juga untuk mebiayai pembangunan. Dengan pajak suatu Negara dapat melaksanakan pembangunan disegala sektor, meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran dari seluruh lapisan masyarakat. Dalam melaksanakan pembangunan tersebut Negara sangat bergantung kepada dana, baik dana dari dalam maupun luar negeri. Dana dari dalam negeri diperoleh dari pajak, karena pajak merupakan sumber penerimaan Negara yang paling besar dibandingkan dengan penerimaan Negara selain pajak, sedangkan penerimaan Negara dari luar negeri diperoleh dari pinjaman luar negeri, bantuan atau hibah, ekspor dan sumber lainnya.
Undang-undang Perpajakan menganut sistem self assassment. Dalam sistem
ini, Wajib Pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, dan
menetapkan besarnya jumlah Pajak Penghasilan yang terutang dan melaporkan ke
perpajakan atau dapat juga disampaikan melalui Kantor Pos, Pojok Pajak, Mobil
Pajak Keliling dan tempat khusus Penerimaan Surat Pemberitahuan Tahunan
(drop box) setelah tahun pajak berakhir.
Salah satu agenda rutin tahunan dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP)
adalah penerimaan laporan SPT Tahunan Wajib Pajak. Dalam proses
penyelenggaraannya, DJP menunjuk setiap Kantor Pelayanan Pajak untuk
melaksanakan penerimaan SPT Tahunan bagi seluruh Wajib Pajak yang terdaftar
di wilayah kerja masing-masing. Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh
Wajib Pajak digunakanuntuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran
pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban,
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Erly Suandy,
2002:15).
SPT Tahunan Pajak Penghasilan yang diisi oleh wajib pajak terdiri dari
dua jenis yaitu SPT PPh Orang Pribadi OP dan SPT PPh Badan. Berdasarkan
informasi dari kepala seksi pelayanan KPP Pratama Bandung Karees mengenai
jumlah SPT bahwa SPT PPh OP memiliki penerimaan pelaporan SPT lebih
banyak dibandingkan SPT PPh Badan.
Proses pengolahan SPT secara benar dan lengkap merupakan tahap yang
penting dalam administrasi pajak. Pengolahan SPT adalah serangkaian kegiatan
yang meliputi penelitian SPT dan perekaman SPT, baik meliputi penatausahaan
yang meliputi penerimaan SPT, pencatatan/perekaman (recording) SPT,
penggolongan SPT dan penyimpanan (filling) dokumen SPT maupun dalam
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan (SPT Tahunan PPh)
merupakan sarana bagi Wajib Pajak untuk melaporkan serta mempertanggung
jawabkan penghitungan dan/atau pembayaran pajaknya dengan baik dan benar
sesuai dengan sistem self assessment.
Proses pengolahan SPT secara benar dan lengkap merupakan tahap yang
penting dalam administrasi pajak. Pengolahan SPT adalah serangkaian kegiatan
yang meliputi penelitian SPT dan perekaman SPT, baik meliputi penatausahaan
yang meliputi penerimaan SPT, pencatatan/perekaman (recording) SPT,
penggolongan SPT dan penyimpanan (filling) dokumen SPT maupun dalam
pelayanan yang dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak.
Kendala yang terjadi setiap tahun dalam pelaksanaan penerimaan SPT
Tahunan adalah terjadi penumpukan Wajib Pajak yang ingin melaporkan SPT
Tahunannya, dikarenakan Wajib Pajak cenderung melaporkan SPT Tahunannya
pada hari-hari terakhir batas akhir pelaporan, yaitu paling lambat 3 bulan setelah
berakhirnya tahun pajak (31 Maret) untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dan 4 bulan
setelah berakhirnya tahun pajak (30 April) untuk Wajib Pajak Badan.
Perlu disadari bahwa raw material Direktorat Jendral Pajak adalah data.
Oleh karena itu perlu dilakukan suatu prosedur pengolahan data informasi
perpajakan, salah satunya berupa Surat Pemberitahuan (SPT) secara memadai
dengan memanfaatkan teknologi informasi, meningkatkan kualitas dan keamanan
data perpajakan dengan kebijakan yang diterapkan yang dibuat oleh pemerintah
mengenai fasilitas perpajakan.
kepada wajib pajak, saat ini pihak Direktorat Jenderal Pajak kembali memberikan
kemudahan dalam penyampaian SPT tahunan. Dengan pemikiran untuk lebih
melayani Wajib Pajak dan menghindari antrian yang sangat panjang akibat
membludaknya Wajib Pajak, maka proses penerimaan SPT Tahunan sekarang
sangat disederhanakan, dibuatlah fasilitas perpajakan bahwa penyampaian SPT
Tahunan dapat dilakukan dimana saja yaitu melalui Drop Box SPT Tahunan.
Drop Box adalah tempat dimana SPT Tahunan dapat diterima. Drop Box
ini, sesuai namanya, berbentuk kotak berukuran cukup besar dengan logo DJP dan
lubang seperti celengan tempat memasukkan SPT Tahunan. Drop Box ini
ditempatkan pada tempat yang memang strategis, seperti pusat-pusat perbelanjaan
dan pusat-pusat keramaian di mana saja yang nantinya akan disediakan pojok
pajak/mobil pajak/drop box maupun ditaruh di kantor-kantor pajak.
Kantor pelayanan pajak pratama atau Small Tax Payers Office (STO)
merupakan hasil peleburan tiga jenis kantor, yaitu 'Kantor Pelayanana Pajak
(KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB) serta Kantor
Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (Karikpa). Peleburan ini dapat meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat, khususnya Wajib Pajak. Hal ini karena masyarakat
yang membutuhkan semua jenis pelayanan pajak (Pajak Penghasilan, Pajak
Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan
Bangunan, dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan) serta pemeriksaan
pajak, cukup datang ke satu kantor. Konsep one stop service itulah yang
melatarbelakangi peleburan tiga unit kantor pajak, tersebut, sehingga wajib pajak
KPP Pratama Sumedang dimana tempat Wajib pajak untuk melaporkan SPT
Tahunan, dan serta akan memberikan tata cara pengolahan SPT Tahunan. Maka
penulis belajar untuk mengetahui pengolahan SPT Tahunan pada KPP Pratama
Sumedang, yang kemudian disusun dalam laporan kerja praktek dengan
mengambil judul “ SISTEM PENGOLAHAN SPT TAHUNAN MELALUI
DROPBOX PADA KPP PRATAMA SUMEDANG ”. Laporan ini menyajikan hasil pengamatan dan pengalaman yang didapat selama melakukan kegiatan kerja
praktek di bagian Pelayanan KPP Pratama Sumedang.
1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek
Maksud dari kerja praktek yang dilaksanakan dalam rangka penyusunan
laporan adalah agar dapat mengetahui sistem yang terjadi pada KPP Pratama
Sumedang tentang pengolahan SPT Tahunan dengan fasilitas drop box.
Sedangkan tujuan yang hendak dicapai dengan mengadakan kerja praktek
adalah untuk mengetahui pelaksanaan pengolahan SPT Tahunan pajak
Penghasilan dengan fasilitas drop box pada KPP Pratama Sumedang.
1.3 Kegunaan Kerja Praktek
Dalam pelaksanaan Kerja Praktek ini, penulis merasakan banyak
kegunaan-kegunaan diantaranya :
a. Kegunaan bagi penulis
Sebagai tambahan pengetahuan antara praktek dengan teori tentang
b. Kegunaan bagi perusahaan
Diharapkan dapat dijadikan masukan informasi serta sumbangan
pemikiran sebagai tambahan perbandingan dalam pengambilan keputusan
yang akan bermanfaat dan berguna bagi perusahaan yang bersangkutan
dimasa yang akan datang, terutama mengenai pengolahan SPT Tahunan.
c. Bagi pihak lain
Diharapkan menjadi sumbangan pemikiran perkembangan ilmu
pengetahuan serta dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan
bahan mengenai tata cara pengolahan SPT Tahunan melalui drop box.
1.4 Metode Kerja Praktek
Dalam penyusunan laporan ini, penulis melaksanakan Kerja Praktek dengan
menggunakan metode Block Release, yaitu metode dimana penulis melakukan
kerja praktek di KPP Pratama Sumedang. Agar dapat tersusunnya laporan Kerja
Praktek ini tentunya sangat memerlukan teknik-teknik pengumpulan data. Adapun
teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :
a. Field Research (Penelitian secara langsung)
Observasi langsung, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara
pencarian dan pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan
pengamatan dan penelitian tentang kegiatan-kegiatan yang terjadi pada
Interview, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan tatap
muka langsung dengan pihak yang bersangkutan untuk diwawancarai
sehingga data-data yang diperlukan dapat membantu dalam
memecahkan masalah yang akan dibahas.
b. Library Research (Studi pustaka)
Study Literatur, yaitu teknik pengumpulan data yang ada dari berbagai
bahan pustaka (referensi) yang relevan dalam penyusunan laporan kerja
praktek.
1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek
Penulis melaksanakan Kerja Praktek pada Seksi Pelayanan KPP Pratama
Sumedang yang beralamat di Jln. H. Ibrahim Adjie No. 372 Bandung. Adapun
waktu pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek, yakni dari mulai tanggal 04 Juli 2011.
Dimana hari kerja dimulai pada hari Senin sampai dengan Jumat dengan jam kerja
dari pukul 07.30 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB. Adapun pendeskripsian
kerja praktek yang telah dilaksanakan penulis adalah sebagai berikut :
Tabel 1.1
Aktivitas Kerja Praktek dan Aktivitas Kantor
No Aktivitas Hari Waktu
1 Kerja Praktek Senin s/d Jum’at 07:30 s/d 16:00 WIB
9
2.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Sumedang
Sejarah kantor pajak di Indonesia diawali setelah Indonesia
memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Untuk
melaksanakan pemungutan pajak dari rakyat di wilayah pasundan, dibentuk suatu
badan yang bernama Inspeksi Keuangan untuk seluruh Kabupaten Bandung,
Bekasi, Karawang, Purwakarta, Tasikmalaya, Sumedang, Subang, Garut, Ciamis,
dan Banjar. Khusus untuk Inspeksi Keuangan Bandung bertempat tinggal di
Gedung Concordia yang sekarang dikenal dengan Gedung Merdeka yang pada
waktu itu terletak di Jalan Raya Barat sedangkan pada masa sekarang dikenal
dengan Jalan Asia Afrika Bandung.
Seiring dengan perkembangan jaman dan bertambahnya penduduk serta
berkembangnya tingkat ekonomi masyarakat, Inspeksi Keuangan Bandung
berubah namanya menjadi Inspeksi Pajak Bandung. Dengan daerah wewenangnya
meliputi daerah swantantra Tingkat II Kota Praja Bandung, Kabupaten Bandung,
Kabupaten Sumedang, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten
Ciamis yang berkedudukan di Jalan Asia Afrika No.114 Bandung. Sedangkan
untuk wilayah Kabupaten Bekasi, Karawang, dan Subang yang berkedudukan di
Karawang.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 270/KMK/1989,
nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak. Untuk wilayah Bandung sendiri dibentuk
empat Kantor Pelayanan Pajak, yaitu:
a. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Timur
b. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Tengah
c. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Barat
d. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cimahi
Dengan diterbitkannya Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
No. 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994, tentang Organisasi dan Tata Kerja
Direktorat Jenderal Pajak, terjadi perubahan nama dan pembagian batas wilayah
Kantor Pelayanan Pajak, yaitu :
a. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Timur diubah namanya menjadi Kantor
Pelayanan Pajak Bandung Karees
b. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Barat diubah namanya menjadi Kantor
Pelayanan Pajak Bandung Tegallega
c. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Tengah dipecah menjadi Kantor Pelayanan
Pajak Bandung Cibeunying dan Kantor Pelayanan Pajak Bandung Bojonagara
d. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cimahi diubah namanya menjadi Kantor
Pelayanan Pajak Cimahi
Dalam perkembangannya kemudian, sehubungan dengan reorganisasi di
lingkungan Direktorat Jenderal Pajak serta dalam rangka pelaksanaan modernisasi
sistem administrasi perpajakan secara bertahap sebagai upaya pelaksanaan good
instansi vertikal di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, maka pada tanggal 9
Agustus 2007 ditetapkanlah keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-112/PJ./2007
yang mengatur tentang penerapan organisasi, tata kerja dan saat mulai
beroperasinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan Kantor Pelayanan,
Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) di lingkungan Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak Banten, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa
Barat I dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat II.
Dengan terbitnya keputusan Dirjen Pajak tersebut maka terhitung mulai
tanggal 28 Agustus 2007 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang yang telah
menerapkan Sistem Administrasi Modern dinyatakan resmi berdiri. Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Sumedang merupakan Kantor Pelayanan Pajak
pemekaran dari Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees (yang sekarang
bernama Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees). Sampai saat ini
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang berkantor di Jalan H.Ibrahim Adjie
(Kiaracondong) Nomor 372 Bandung dan masih berbagi tempat dengan Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.
Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang meliputi seluruh
Kecamatan dan Kelurahan yang ada di Kabupaten Sumedang.
2.2 Struktur Organisasi KPP Pratama Sumedang
Organisasi adalah sistem kerjasama dari dua orang atau lebih untuk dapat
memungkinkan tercapainya tujuan bersama dengan adanya pembagian tugas dan
menciptakan suatu koordinasi dalam suatu usaha. Organisasi menempatkan dan
mengatur orang-orang dan pekerjaan pada tempat dan kegunaanya
masing-masing.
Struktur organisasi pada KPP Pratama Sumedang merupakan suatu bentuk
organisasi Garis dan Staf dimana sebagai pimpinan tertinggi adalah Kepala
Kantor, artinya dalam hal ini Kepala Kantor sebagai pemimpin yang memberikan
dan melimpahkan wewenang secara vertikal kepada bawahannya sesuai dengan
tugas dan tanggung jawabnya masing-masing sedangkan bentuk pelaksanaannya
Kepala Kantor dibantu oleh sub bagian umum dan beberapa seksi.
2.3 Uraian Tugas KPP Pratama Sumedang
KPP Pratama Sumedang dipimpin oleh seorang Kepala Kantor sebagai
pimpinan yang bertugas sebagai berikut :
- Mengkoordinasikan pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan
Wajib Pajak di bidang PPh, PPN, PPnBM, Pajak Tidak Langsung Lainnya
dan PBB serta BPHTB dalam wilayah Kabupaten Sumedang
- Bertanggungjawab mengamankan penerimaan pajak di Kabupaten Sumedang
- Melakukan pembinaan terhadap para pegawai di KPP Pratama Sumedang
Dalam menjalankan tugasnya, Kepala KPP Pratama Sumedang dibantu oleh
seksi-seksi yang masing-masing dikepalai oleh kepala seksi ( SURAT EDARAN
DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 60/PJ.11/1990 ) yaitu:
1. Kepala Sub bagian Umum
Membantu dan menunjang kelancaran tugas kepala kantor dalam
mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan dan kesekretariatan terutama
dalam hal pengaturan kegiatan tata usaha kepegawaian, keuangan, rumah
tangga serta perlengkapan.
2. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan
pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman
dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan,
pengalokasian dan penatausahaan bagi hasil PBB dan BPHTB, pelayanan
dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling dan
3. Kepala Seksi Pelayanan
Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan penetapan
dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan
berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan dan
surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak,
serta kerjasama perpajakan.
4. Kepala Seksi Penagihan
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan
penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan, dan angsuran
tunggakan pajak, dan usulan penghapusan piutang pajak.
5. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan
penatausahaan pengamatan potensi perpajakan, pendataan obyek dan subyek
pajak, penilaian obyek pajak, dan kegiatan ekstesifikasi perpajakan.
6. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pengawasan
kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak (PPh, PPN, PBB, BPHTB dan
Pajak Lainnya), bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi
teknis perpajakan, penyusunan Profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib
Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi,
dan melakukan evaluasi hasil banding serta pemberian informasi perpajakan.
Konsultasi yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah
(teritorial) tertentu.
Tugas Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi dibantu oleh Account
Representatif (Staf Pendukung Pelayanan). Pembagian tugas kerja AR
dilakukan dengan membagi habis wilayah kerja seksi Pengawasan dan
Konsultasi berikut seluruh pengawasan pemenuhan kewajiban
perpajakannya. Untuk mempermudah pembagian wilayah kerja AR dapat
digunakan Peta Wilayah/Blok PBB dengan memperhatikan keseimbangan
beban kerja.
7. Kepala Seksi Pemeriksaan
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan
penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan
pemeriksaan, penerbitan dan pendistribusian Surat Perintah Pemeriksaan serta
administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.
8. Kelompok Jabatan Fungsional
Pejabat Fungsional terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksa dan
Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada
Kepala KPP Pratama. Pejabat Fungsional Pemeriksa bertugas melakukan
pemeriksaan perpajakan terhadap Wajib Pajak di lingkungan KPP Pratama
Sumedang. Dalam melaksanakan tugasnya, Pejabat Fungsional Pemeriksa
berkoordinasi dengan Seksi Pemeriksaan. Sedangkan untuk Pejabat
2.4 Aspek Kegiatan KPP Pratama Sumedang
KPP Pratama dibentuk dengan “meleburkan” tiga jenis kantor pelayanan
yang ada sebelumnya, yakni Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan
Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB), dan Kantor Pemeriksaan Pajak (Karikpa).
Meskipun terjadi penggabungan, tugas pokok dan fungsi yang melekat pada
kantor-kantor tersebut tetap ada melalui struktur baru pada KPP Pratama yang
berbasis fungsi. Aspek – aspek kegiatan KPP Pratama Sumedang antara lain :
1. Pelayanan dengan konsep one stop service
Yang dimaksud dengan one stop service adalah semua pelayanan
berbagai jenis pajak mulai dari PPh, PPN, PPnBM, Pajak Tidak Langsung
lainnya, PBB dan BPHTB dilayani disini.
2. Pemberian informasi perpajakan
Memberikan informasi, penjelasan, penyuluhan dan asistensi
perpajakan kepada Wajib Pajak.
3. Pendaftaran Wajib Pajak untuk memperoleh NPWP
Nomor Pokok Wajib Pajak yang selanjutnya disingkat dengan NPWP
adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam
administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau
identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban
4. Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP)
Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha (baik orang pribadi maupun
badan) yang telah memenuhi syarat untuk melakukan pemungutan,
penyetoran dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Apabila
pengusaha telah dikukuhkan menjadi PKP maka dia berkewajiban
menerbitkan Faktur Pajak dan berhak memperhitungkan PPN yang telah dia
bayar terhadap PPN yang dia pungut untuk disetorkan.
5. Perubahan data dan identitas Wajib Pajak
Perubahan data dan identitas Wajib Pajak dapat dilakukan berdasarkan
permohonan Wajib Pajak maupun secara jabatan oleh petugas apabila ada
data Wajib Pajak yang mengalami perubahan baik nama, alamat tempat
kedudukan dan atau tempat usaha, nomor telepon, jenis usaha, status badan
hukum, pergantian pengurus, serta data dan identitas Wajib Pajak lainnya.
6. Mutasi NPWP karena pindah domisili atau tempat kedudukan
Satu Wajib Pajak hanya diperbolehkan memiliki satu NPWP selama
hidupnya, atau bagi Wajib Pajak Badan selama belum dibubarkan. Wajib
Pajak tidak diperkenankan memiliki dua atau lebih NPWP. Oleh karena itu
apabila Wajib Pajak pindah domisili atau tempat kedudukan dari wilayah
KPP lama ke wilayah KPP lainnya maka Wajib Pajak tersebut tidak perlu
membuat NPWP baru di KPP baru, cukup melakukan permohonan pindah
sehingga NPWP tidak berubah, yang berubah hanyalah KPP tempat Wajib
Pajak tersebut terdaftar dan kewajiban perpajakannya pun akan dipindahkan
7. Penghapusan NPWP
NPWP dapat dihapuskan dalam hal :
a. Wajib Pajak orang pribadi yang sudah tidak memenuhi persyaratan
subjektif dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan;
b. Wajib Pajak badan dalam rangka likuidasi atau pembubaran karena
penghentian atau penggabungan usaha;
c. Wanita yang sebelumnya telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan
menikah tanpa membuat perjanjian pemisahan harta dan penghasilan;
d. Wajib Pajak bentuk usaha tetap yang menghentikan kegiatan usahanya
di Indonesia;
Sebelum dilakukan penghapusan NPWP, maka terhadap Wajib Pajak
terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan pajak untuk menghitung kembali
pajak pajak yang telah dibayar dan apabila masih ada pajak yang masih
terutang dan belum dibayar agar dilunasi dulu sebelum kemudian NPWPnya
dihapus.
8. Pencabutan pengukuhan PKP
Apabila Pengusaha Kena Pajak yang telah dikukuhkan pada suatu
waktu ternyata tidak lagi memenuhi syarat sebagai PKP, maka pengusaha
tersebut dapat mengajukan permohonan pencabutan pengukuhan PKP.
Sebelum pengukuhan PKP dicabut, terhadap PKP tersebut terlebih dahulu
9. Penerimaan Surat Pemberitahuan (SPT Masa dan Tahunan)
Berdasarkan self assessment system, Wajib Pajak diberi kewenangan
untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor dan melaporkan sendiri
pajak-pajaknya. Sarana yang digunakan untuk menghitung,
memperhitungkan serta melaporkan pajak oleh Wajib Pajak disebut Surat
Pemberitahuan (SPT). SPT terdiri dari SPT Masa dan SPT Tahunan. SPT
Masa adalah SPT yang berisi perhitungan pajak dalam suatu masa/bulan
sedangkan SPT Tahunan berisi perhitungan pajak dalam suatu tahun pajak.
10. Pemeriksaan pajak
Sebagai konsekuensi pelaksanaan self assessment system maka perlu
dilakukan pemeriksaan pajak untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan oleh Wajib Pajak.
11. Penerimaan pelaporan pelunasan Surat Ketetapan Pajak (SKP)
Hasil dari pemeriksaan pajak dapat berupa Surat Ketetapan Pajak yang
menyebutkan jumlah pajak yang masih harus dibayar oleh Wajib Pajak yang
harus segera dilunasi kemudian dilaporkan.
12. Penerimaan permohonan keberatan
Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan terdapat pajak yang masih
harus dibayar akan tetapi Wajib Pajak tidak setuju dengan jumlahnya, maka
Wajib Pajak berhak untuk mengajukan keberatan dengan membuat surat
permohonan keberatan dilampiri dengan perhitungan jumlah pajak terutang
13. Penerimaan permohonan pemindah bukuan
Pajak yang telah disetor atas nama satu Wajib Pajak terhadap satu jenis
pajak dapat dimintakan pemindah bukuan kepada atas nama Wajib Pajak
yang lain atau jenis pajak yang lain.
14. Penerimaan permohonan mengangsur atau menunda pembayaran pajak
Apabila karena satu atau beberapa hal Wajib Pajak tidak mampu
membayar pajak yang terutang maka Wajib Pajak tersebut diperbolehkan
mengangsur atau menunda pembayaran pajak. Terhadap permohonan ini
akan dilakukan penelitian oleh petugas terhadap faktor-faktor yang
menyebabkan Wajib Pajak tidak mampu melunasi pajaknya sekaligus untuk
kemudian ditentukan apakah permohonannya dikabulkan atau ditolak.
15. Penerimaan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak
(restitusi)
Apabila terjadi kelebihan pembayaran pajak, Wajib Pajak berhak
meminta kembali kelebihan pembayaran pajaknya. Terhadap Wajib Pajak
akan dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah ada pajak yang
masih harus dibayar sebelum kelebihan pajaknya bisa dikembalikan
(direstitusi).
16. Penyitaan dan pencabutansita termasuk pemblokiran rekening
Berdasarkan Surat Ketetapan Pajak hasil pemeriksaan yang
menyebutkan masih ada pajak yang masih harus dibayar dalam jangka
waktu tertentu belum dilunasi maka dapat dilakukan penyitaan terhadap aset
jaminan. Apabila dalam jangka waktu tertentu setelah penyitaan dan
pemblokiran tersebut Wajib Pajak melunasi utang pajaknya maka penyitaan
dan pemblokiran dicabut dan aset yang disita dikembalikan.
17. Pelaksanaan lelang
Apabila dalam jangka waktu tertentu setelah penyitaan Wajib Pajak
tidak juga melunasi utang pajaknya, maka terhadap aset yang disita dapat
dilakukan pelelangan dan hasilnya digunakan untuk melunasi utang
pajaknya.
18. Penerimaan pemberitahuan pembukuan dengan menggunakan komputer
Wajib pajak diperkenankan melaksanakan pembukuan dengan sistem
komputerisasi dengan terlebih dahulu memberitahukannya kepada KPP.
19. Penerimaan pemberitahuanperubahan tahun buku
Apabila Wajib Pajak melakukan perubahan tahun buku, Wajib Pajak
harus memberitahukannya kepada KPP.
20. Penerbitan Surat Keterangan Bebas(SKB)
Surat Keterangan Bebas adalah surat yang digunakan Wajib Pajak agar
tidak dilakukan pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga yang
apabila Wajib Pajak dilakukan pemotongan atau pemungutan berpotensi
adanya kelebihan pembayaran pajak. Sebelum SKB terbit, terlebih dahulu
21. Penetapan suatu daerah terpencil
KPP baik secara jabatan maupun karena permohonan Wajib Pajak,
dapat menetapkan suatu daerah sebagai daerah terpencil yang memperoleh
fasilitas tertentu dibidang perpajakan.
22. Penerbitan Surat Keterangan Fiskal (SKF)
SKF berisi data pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak untuk
masa dan tahun tertentu. Umumnya SKF dipergunakan untuk memenuhi
persyaratan saat hendak melakukan penawaran pengadaan barang dan atau
jasa untuk keperluan pemerintah. SKF diterbitkan apabila ada permohonan
dari Wajib Pajak dengan terlebih dahulu dilakukan penelitian oleh petugas.
23. Penerbitan dan pengawasan ijin pemberian meterai dengan mesin teraan
meterai
Dalam rangka menghemat waktu, tenaga dan biaya, Wajib Pajak yang
dalam kegiatannya sering memberi meterai terhadap dokumen-dokumennya
diperbolehkan menggunakan mesin teraan meterai dengan terlebih dahulu
meminta ijin kepada KPP.
24. Penerbitan dan pengawasan ijin pemberian meterai dengan sistem
komputerisasi
Selain menggunakan mesin teraan meterai, meterai juga dapat dicetak
menggunakan sistem komputerisasi berdasarkan ketentuan yang telah
25. Penerimaan permohonan data baru Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Di bidang PBB, self assessment system diterapkan dengan cara
pengajuan permohonan data PBB baru apabila Wajib Pajak memiliki objek
PBB berupa tanah dan atau bangunan yang belum memiliki Nomor Objek
Pajak (NOP)
26. Pencetakan SPPT, STTS dan Salinan SPPT PBB
Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) adalah surat yang
menyebutkan besarnya nilai objek pajak PBB beserta jumlah PBB yang
harus dibayar dalam satu tahun. Surat Tanda Terima Setoran adalah surat
yang menyebutkan jumlah PBB yang telah disetor dan diberikan kepada
Wajib Pajak apabila dia telah melunasi PBBnya. Untuk keperluan tertentu,
Wajib Pajak dapat meminta salinan SPPT, misalnya apabila SPPT aslinya
hilang.
27. Pemberian pengurangan pembayaran PBB
Terhadap Wajib Pajak tertentu dapat diberikan pengurangan
pembayaran PBB, misalnya untuk para veteran perang dan pensiunan.
28. Penerimaan permohonan mutasi PBB
Mutasi PBB dilakukan apabila terjadi perubahan kepemilikan objek
pajak PBB. Mutasi dilakukan dengan mengganti identitas Wajib Pajak yang
tercantum dalam SPPT PBB.
29. Pemecahan dan penggabungan SPPT PBB
SPPT PBB dapat dipecah apabila ada pengalihan sebagian objek pajak
Penggabungan SPPT dilakukan apabila ada dua atau lebih objek pajak PBB
yang letaknya bersebelahan tapi dimiliki oleh satu orang Wajib Pajak
30. Administrasi dan verifikasi pembayaran BPHTB
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan atau Bangunan (BPHTB) adalah
pajak yang dibayar oleh Wajib Pajak yang menerima pengalihan hak atas
tanah dan bangunan baik karena pembelian, hibah maupun warisan.
Verifikasi pembayaran BPHTB dilakukan untuk memastikan BPHTB
yang disetor telah masuk ke kas negara. Verifikasi biasanya dilakukan
dalam rangka pembuatan akta tanah dan atau bangunan oleh Wajib Pajak ke
25
BAB III
PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek
Bidang pelaksanaan kuliah kerja praktek ini penulis ditempatkan dibagian
Pelayanan Pajak. Dalam pelaksanaan kerja praktek tersebut penulis diberikan
pengarahan dan bimbingan mengenai kegiatan cara pengolahan SPT Tahunan
melalui dropbox.
3.2 Teknik Pelaksanaan Kerja Praktek
Selama melaksanakan kuliah kerja praktek, penulis ditempatkan di bagian
pelayanan. Sebelumnya penulis diberikan pengarahan terlebih dahulu oleh pihak
KPP mengenai tugas-tugas yang harus dilakukan oleh penulis selama kerja
praktek berlangsung. Penulis melaksanakan kegiatan kerja praktek di KPP
Pratama Sumedangyang bertugas melakukan cara pengolah SPT Tahunan melalui
fasilitas dropbox.
Teknik pelaksanaan yang dilakukan penulis dalam melakukan kerja
praktek di KPP Pratama Sumedang adalah dengan melakukan beberapa kegiatan
diantaranya :
1. Penulis terlebih dahulu harus mengenal ruang lingkup, keadaan dan
2. Penulis mendapat kesempatan untuk mengetahui proses pengolahan
SPT Tahunan melalui fasilitas dropbox,
3. Penulis membantu dalam mengerjakan proses perhitungan,
pemotongan dan pelaporan PPh Pasal 21 atas pegawai tetap.
3.3 Pembahasan Hasil Kerja Praktek 3.3.1Pengertian PPh Orang pribadi
Pengenaan pajak penghasilan atas wajib pajak berdasarkan penghasilan
yang diperoleh baik di Indonesia maupun di luar negeri dalam satu tahunan pajak.
Biasanya pajak penghasilan disebut juga pajak langsung karena langsung
dikenakan atas penghasilan sesuai dengan daya pikulnya. Pengenaan pajak
penghasilan atas wajib pajak berdasarkan penghasilan yang diperoleh baik di
Indonesia maupun di luar negeri dalam satu tahunan pajak. Biasanya pajak
penghasilan disebut juga pajak langsung karena langsung dikenakan atas
penghasilan sesuai dengan daya pikulnya.
Menurut Erly Suandy mengemukakan definisi pajak penghasilan sebagai
berikut:
“ Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak atas Penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam satu tahun Pajak atau dapat pula dikenakan pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak, apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak.“
(2002:75) Maka dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pajak penghasilan
orang pribadi adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak orang pribadi
3.3.2Surat Pemberitahuan ( SPT ) 3.3.2.1 Pengertian SPT
Pengertian Surat Pemberitahuan menurut Erly Suandy :
“ Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakanuntuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan .”
( 2002:15 ) Pengertian Surat Pemberitahuan Tahunan berdasarkan Pasal 1 UU No.28
Tahun 2007 tentang Ketentuan umum dan tata cara perpajakan adalah:
“Surat Pemberitahuan Tahunan yang selanjutnya disebut dengan
SPT Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu tahun pajak atau bagian tahun pajak.”
(2007:28) Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa SPT Tahunan
adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan atau
pembayaran pajak dalam suatu tahun pajak.
Fungsi SPT
Menurut Waluyo terdapat fungsi-fungsi dari Surat Pemberitahuan (SPT),
yang terdiri dari:
1. Fungsi SPT bagi Wajib Pajak Pajak Penghasilan 2. Fungsi SPT bagi Pengusaha Kena Pajak
3. Fungsi SPT bagi Pemotongan atau Pemungut Pajak
Untuk penjelasan mengenai fungsi Surat Pemberitahuan diatas dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Fungsi SPT bagi Wajib Pajak Pajak Penghasilan :
a. Sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan
perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang.
b. Melaporkan pembayaran atau peluanasan pajak yang telah
dilaksanakan sendiri dan atau melalui pemotongan pajak atau
pemungutan pajak lain dalam satu tahun pajak atau bagian tahun
pajak.
c. Melaporkan pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang
pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain
dalam satu masa pajak, yang ditentukan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
2. Fungsi SPT bagi Pengusaha Kena Pajak :
a. Sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan
perhitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah yang sebenarnya terutang.
b. Melaporkan pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran.
c. Melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah
dilaksanakan oleh Pengusaha Kena pajak dan atau melalui pihak
lain dalam satu Masa Pajak, yang telah ditentukan oleh peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggung jawabkan pajak
yang dipotong atau dipungut dan disetorkan.
3.3.3 Pengolahan Surat Pemberitahuan 3.3.3.1 Pengertian Umum Pengolahan SPT
Pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT) adalah serangkaian kegiatan yang
meliputi penelitian SPT dan perekaman SPT. Dimana penelitian SPT adalah
kegiatan yang dilakukan untuk menilai kelengkapan pengisian SPT Tahunan dan
lampiran-lampirannya serta kelengkapan lampiran yang disyaratkan dan penilaian
tentang kebenaran penulisan dan perhitungannya termasuk menerbitkan Surat
Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan apabila SPT yang diterima tidak lengkap,
sedangkan perekaman SPT adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
memasukkan semua unsur SPT ke dalam basis data perpajakan dengan cara antara
lain merekam, memindahkan data/informasi digital dari media elektronik/jaringan
komunikasi data ke Sistem Informasi Perpajakan di Direktorat Jenderal Pajak
(uploading) dan/atau memindai (scanning).
3.3.3.2 Tata Cara Pengolahan SPT
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak dalam
menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan, perlu diatur tata cara penerimaan
dan pengolahan Surat Pemberitahuan Tahunan. Terdapat tata cara pengolahan
SPT dengan fasilitas drop box berdasarkan SURAT EDARAN DIREKTUR
Petugas penerima SPT pada TPT/Pojok Pajak/Mobil Pajak/Drop Box mempunyai tugas:
1. Menerima SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang disampaikan langsung oleh
Wajib Pajak dalam amplop tertutup yang di atasnya ditulis :
- NPWP;
- Nama WP;
- Tahun Pajak;
- Status SPT (Nihil/Kurang Bayar/Lebih Bayar);
- Nomor Telepon.
KPP dapat menyediakan amplop jika Wajib Pajak memintanya. Guna
mempercepat pelayanan, pada TPT/Pojok Pajak/Mobil Pajak/Drop Box
disediakan stempel/cap yang berisi informasi di atas untuk dibubuhkan di
amplop.
2. Menuliskan NPWP Wajib Pajak pada lembar “untuk Wajib Pajak”,
membubuhkan stempel KPP, tanggal penerimaan, nama, NIP dan tanda
tangan pada Tanda Terima sebagaimana pada Lampiran II.1.
3. Memberikan Tanda Terima (Bagian Untuk Wajib Pajak) kepada Wajib
Pajak, dan menempelkan bagian lain (Bagian Untuk Ditempelkan pada
Amplop) pada amplop SPT Wajib Pajak. Bagian arsip disimpan untuk
diserahkan kepada Kepala Seksi Pelayanan.
4. Memisahkan antara SPT Tahunan/e-SPT Tahunan Wajib Pajak yang
lain, serta per status SPT (KB, N dan LB) dan per jenis Wajib Pajak (Orang
Pribadi dan Badan).
5. Membuat Berita Acara Serah Terima Berkas Penerimaan SPT melalui
TPT/Pojok Pajak/Mobil pajak/Drop Box sebagaimana pada Lampiran II.2.
6. Menyerahkan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang diterima dan Berita
Acara Serah Terima Berkas Penerimaan SPT kepada Petugas Seksi
Pelayanan.
Pelaksana Seksi Pelayanan mempunyai tugas:
1. Menerima dan meneliti SPT dan Berita Acara Serah Terima SPT
Tahunan/e-SPT Tahunan dari Petugas Penerima Tahunan/e-SPT, selanjutnya meneruskan ke
Kepala Seksi Pelayanan untuk ditandatangani.
2. Merekam Tanda Terima dan informasi Wajib Pajak pada amplop ke dalam
aplikasi pengawasan Drop Box.
3. Mengelompokkan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan (termasuk SPT yang
diterima dari KPP lain) berdasarkan tempat Wajib Pajak terdaftar.
4. Dari hasil pengelompokan SPT pada angka 3, atas SPT Tahunan/e-SPT
Tahunan Sendiri dibuatkan Daftar Nominatif Pengiriman SPT Wajib Pajak
Sendiri sebagaimana Lampiran II.12 untuk kemudian dilakukan penelitian
kelengkapan SPT.
a) SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang dinyatakan lengkap, dicetak Daftar
Nominatif SPT Lengkap sebagaimana Lampiran II.8 dan diteruskan ke
Petugas TPT untuk dilakukan perekaman penerimaan SPT; dan
b) SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang tidak lengkap, dibuatkan Lembar
Penelitian Ketidak lengkapan SPT Tahunan sebagaimana Lampiran II.10.a
atau Lampiran II.10.b untuk disatukan dengan masing-masing SPT yang
tidak lengkap selanjutnya diteruskan ke Account Representative bersama
dengan Daftar Nominatif SPT Tidak Lengkap sebagaimana Lampiran II.9.
6. Dari hasil pengelompokan SPT pada angka 3, atas SPT Tahunan/e-SPT
Tahunan yang tidak terdaftar di KPP sendiri dibuatkan/dicetak Daftar
Nominatif Pengiriman SPT Tahunan/e-SPT Tahunan sebagaimana
Lampiran II.4 dan dibuatkan konsep Surat Pengiriman SPT Tahunan/e-SPT
Tahunan sebagaimana Lampiran II.5.
7. Meneruskan Daftar Nominatif Pengiriman SPT dan konsep Surat Pengiriman
Berkas SPT ke Kepala Seksi Pelayanan untuk diteliti dan diparaf dan
selanjutnya diteruskan kepada Kepala KPP untuk disetujui dan
ditandatangani.
8. Menerima Surat Pengiriman dan Daftar Nominatif yang telah
ditandatangani oleh Kepala KPP.
9. Menatausahakan dan mengirimkan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan, Surat
Pengiriman dan Daftar Nominatif sesuai dengan SOP Tata Cara
10. Menerima SPT Tahunan yang telah dilakukan perekaman penerimaan SPT
Tahunan/e-SPT Tahunan oleh Petugas TPT, untuk dilakukan pengemasan
SPT jika pengolahan SPT dilakukan di Pusat Pengolahan Data dan
Dokumen Perpajakan (PPDDP).
11. Menerima SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang telah direkam dan Register
Harian dari Seksi PDI untuk selanjutnya diproses sesuai SOP Tata Cara
Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak.
12. Dalam hal SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang diterima melalui
pos/ekspedisi tidak terdaftar di KPP sendiri akibat kesalahan pengiriman,
pelaksana Seksi Pelayanan meneruskan ke KPP Wajib Pajak terdaftar
sesuai SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen.
Petugas TPT mempunyai tugas:
1. Menerima SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang telah dinyatakan lengkap dari
Petugas Seksi Pelayanan.
2. Melakukan perekaman penerimaan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan serta
loading e-SPT Tahunan.
3. Mencetak Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD) dan Bukti
Penerimaan Surat (BPS) sebagaimana Lampiran II.3 serta register harian.
4. Meneruskan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan ke Seksi Pengolahan Data dan
Tahunan/e-SPT Tahunan ke Petugas Seksi Pelayanan untuk dilakukan
pengemasan SPT jika pengolahan SPT dilakukan di PPDDP.
5. Menerima SPT Tahunan/e-SPT Tahunan dari KPP lain dan/atau dari
Pos/ekspedisi untuk selanjutnya diteruskan ke Pelaksana Seksi Pelayanan
untuk diteliti.
6. Menandai nomor dan tanggal Surat Pengiriman SPT dari KPP lain, serta
menandai setiap SPT yang terdapat pada Daftar Nominatif Pengiriman SPT.
7. Atas Respon Surat Permintaan Kelengkapan SPT:
a) Menerima kelengkapan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan dari Wajib Pajak.
b) Meneliti kelengkapan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan dari Wajib Pajak.
c) Mencetak dan menandatangani LPAD/BPS kelengkapan SPT
Tahunan/e-SPT Tahunan dan menyerahkan BPS kepada Wajib Pajak.
d) Meneruskan kelengkapan SPT ke Account Representative.
8. Menerima SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang telah dinyatakan lengkap oleh
Account Representative untuk dilakukan perekaman penerimaan SPT
Account Representative mempunyai tugas :
1. Menerima SPT Tahunan/e-SPT Tahunan dari Pelaksana Seksi
Pelayanan yang dinyatakan tidak lengkap.
2. Mencetak konsep Surat Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan/e-SPT
Tahunan yang terdapat di dalam aplikasi pengawasan Drop Box,
selanjutnya meneruskan ke Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi
untuk diteliti dan diparaf dan selanjutnya diteruskan kepada Kepala
KPP untuk disetujui dan ditandatangani.
3. Menerima kelengkapan SPT dari Petugas TPT untuk digabungkan
dengan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan.
4. Menerima kelengkapan SPT dari Petugas TPT untuk digabungkan
dengan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan.
5. SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang telah dinyatakan lengkap diteruskan
ke Petugas TPT untuk dilakukan perekaman penerimaan SPT
Tahunan/e-SPT Tahunan serta loading e-SPT Tahunan.
6. Dalam hal Surat Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan/e-SPT
Tahunan tidak dipenuhi dalam batas waktu 30 (tiga puluh) hari sejak
tanggal Surat Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan,
Account Representative mencetak konsep Surat Pemberitahuan SPT
Dianggap Tidak Disampaikan selanjutnya meneruskan ke Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi untuk diteliti dan diparaf dan selanjutnya
7. Mencetak Daftar Nominatif SPT yang dianggap tidak disampaikan
sebagaimana Lampiran II.11 dan mengirimkan ke Seksi PDI bersama
berkas SPT yang dianggap tidak disampaikan.
8. Dalam hal terjadi kesalahan matematis dalam pengisian SPT, Account
Representative menerbitkan Surat Himbauan Pembetulan SPT sesuai
dengan SOP Tata Cara Penerbitan Surat Himbauan Pembetulan SPT.
9. Dalam hal terjadi keterlambatan penyampaian SPT dan/atau
keterlambatan pembayaran pajak, Account Representative menerbitkan
Surat Tagihan Pajak sesuai dengan SOP Tata Cara Penerbitan Surat
Tagihan Pajak.
Petugas Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas :
1. Menerima SPT Tahunan/e-SPT Tahunan dari Petugas TPT yang telah diberi
LPAD/BPS.
2. Merekam SPT Tahunan ke dalam basis data perpajakan.
3. Meneruskan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang telah direkam/di-load ke
Seksi Pelayanan untuk selanjutnya diproses sesuai SOP Tata Cara
Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak.
4. Mengadministrasikan Daftar Nominatif SPT yang dianggap tidak
disampaikan sebagaimana Lampiran II.11 dan melaksanakan SOP
Gambar 3.1
3.3.4 Fasilitas Drop Box
3.3.4.1Pengertian Umum Fasilitas Drop Box
Program sunset policy yang dilaksanakan Direktorat Jenderal Pajak telah
membuahkan hasil yang signifikan, terutama kesadaran masyarakat untuk
memiliki NPWP. Sehingga jumlah yang memiliki NPWP saat ini mengalami
peningkatan yang berdampak penerimaan SPT Tahunan pun mengalami
peningkatan. Dengan pemikiran untuk lebih melayani Wajib Pajak dan
menghindari antrian yang sangat panjang akibat membludaknya Wajib Pajak,
maka proses penerimaan SPT Tahunan sekarang sangat disederhanakan dengan
dibuatnya fasilitas-fasilitas pelayanan pajak.
Pada dasarnya sarana dan prasarana, pola kerja, pelayanan di setiap KPP
sama, yang membedakan hanya wajib pajak yang dikelola demikian juga dengan
jumlahnya. Adapun salah satu fasilitas pelayanan perpajakan pada tahun 2009,
pemerintah memberikan fasilitas pelayanan kepada wajib pajak untuk
mempermudah pelaporan SPT bagi wajib pajak agar tidak mengalami antrian saat
pelaporan SPT, yaitu fasilitas drop box.
Berdasarkan Surat Edaran Nomor 6 Tahun 2010 menyatakan pengertian drop box, yaitu:
“Drop Box adalah tempat dimana SPT Tahunan dapat diterima. Drop Box ini sesuai namanya, berbentuk kotak berukuran cukup besar dengan logo DJP dan lubang seperti celengan tempat memasukkan SPT Tahunan. Drop Box ini ditempatkan pada tempat yang memang strategis, seperti pusat-pusat perbelanjaan dan pusat-pusat keramaian di mana saja yang nantinya akan disediakan drop box maupun ditaruh di kantor-kantor pajak.”
(2010:6) Dengan fasilitas drop box ini kemungkinan antrian dapat terjadi jika ada
tempat penerimaan SPT. Untuk menghindari antrian seperti ini sebaiknya petugas
41
Dalam bab ini penulis mengemukakan secara singkat hasil dari
pembahasan pada bab sebelumnya, dimana kesimpulan dan saran yang mungkin
dapat bermanfaat bagi perusahaan tempat penulis melaksanakan kuliah kerja
praktek maupun para pengguna informasi dari hasil kuliah kerja praktek ini.
4.1 Kesimpulan
1. Dalam pelaksanaan pengolahan SPT tahunan pajak penghasilan orang
pribadi dengan fasilitas drop box pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Sumedang mengalami beberapa kendala, diantaranya terletak pada Wajib
Pajak dan sumber daya manusianya. Dimana Wajib Pajak masih kurang
pengetahuan dan kesadaran dalam melaporkan SPT serta masih terdapat
Wajib Pajak yang tidak jujur dalam melaporkan jumlah pajak SPT pajaknya.
Hal ini menyebabkan belum optimalnya penerimaan SPT pada KPP Pratama
Sumedang. Kemudian kurangnya sumber daya manusia dalam pengolahan
SPT karena fasilitas drop box memberikan tugas baru kepada para petugas
pajak. Hal ini menyebabkan terjadinya penumpukan SPT setelah SPT
diterima dengan fasilitas drop box. Adapun upaya yang dilakukan oleh
Kantor Pelayanan Pajak Pratama melakukan pemeriksaan dan pendataan
ulang secara maksimal dalam penerimaan SPT, menambah waktu jam kerja
LAPORAN KULIAH KERJA PRAKTEK
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Mata Kuliah Kerja Praktek Jenjang Strata-1
Program Studi Akuntansi
Oleh:
YUPI APRILIYANTI 21108014
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG
44
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen Pajak Nomor KEP-112/PJ./2007
Erly Suandy, 2002, Perpajakan, Jakarta: Salemba Empat.
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 94/KMK.01/1994
Siti Resmi, 2007, Perpajakan Teori dan Kasus, Dua, Jakarta: Salemba Empat
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE 60/PJ.11/1990
Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 270/KMK/1989
Surat Edaran Nomor 6 Tahun 2010
Surat Pemberitahuan Tahunan berdasarkan Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-2/PJ/2011
68
DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Yupi Apriliyanti
Tempat/ tanggal lahir : Bandung, 23 April 1990
Agama : Islam
Alamat : Komp. Margahayu Raya Barat Blok. B3 No.81
PENDIDIKAN
Sekolah Dasar Islam Asy-Syifa Lulus Tahun 1998
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama BPI 1 Bandung Lulus Tahun 2005
Sekolah Menengah Umum Kartika III – I Bandung Lulus Tahun 2008
i Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menjalankan Kerja
Praktek dan menyelesaikan laporan sebagai hasil Kerja Praktek tersebut dengan
judul “Tinjauan Atas Sistem Pengolahan SPT PPh Orang Pribadi Melalui Fasilitas
Drop Box Pada KPP Pratama Sumedang”.
Laporan Kerja Praktek ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
menempuh Jenjang Strata Satu Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Komputer Indonesia.
Mengingat keterbatasan, pengetahuan, kemampuan, pengalaman dan
waktu dari penulis, maka penulis sadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan laporan ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan
kritik yang dapat membangun untuk perbaikan serta penambahan pengetahuan
bagi penulis khususnya, dan untuk pihak lain yang membutuhkan pada umumnya.
Selama dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak menerima
bimbingan, arahan, bantuan dan dorongan yang sangat berarti. Sehubungan
dengan itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak atas bantuan dan kerja samanya
ii
3. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si Selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
4. Sri Dewi Anggadini, SE., M.Si., Selaku Ketua Program Studi Akuntansi
Universitas Komputer Indonesia.
5. Inta Budi Setya Nusa, SE., M.Ak Selaku Dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktunya dalam mengarahkan penulisan laporan ini.
6. Staff kesekretariatan Program Studi Akuntansi ( Teh Dona dan Teh Senny)
terima kasih banyak untuk pelayanan dan informasinya.
7. Seluruh Staff Dosen Pengajar UNIKOM yang telah membekali Penulis dengan
pengetahuan.
8. Kedua orang tua, dan kedua kakak tercinta yang telah memberikan do’a dan
dukungan yang tiada ternilai.
9. Untuk Astri, Dewinta, Irka, Melinda dan Senni yang menjadi sahabat setiap
saat baik senang maupun sedih, mudah – mudahan laporannya lancar.
10.Bapak Yulfian selaku pembimbing umum di KPP Pratama Sumedang
11.Seluruh karyawan dan karyawati KPP Pratama Sumedang terutama di seksi
pelayanan yang telah banyak membantu penulis selama kerja praktek
khususnya kepada Ibu Cice, Bapak Ucup, dan Bapak Afrison.
12.Dhea dan Natrya yang menjadi teman penulis selama kerja praktek di KPP
iii
dapat memberikan manfaat yang optimal bagi penulis khususnya dan kita semua
pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bandung, Desember 2011