• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA (STUDY TENTANG PEMBERIAN FASILITAS PEMKOT BLITAR TERHADAP PKL)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA (STUDY TENTANG PEMBERIAN FASILITAS PEMKOT BLITAR TERHADAP PKL)"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

(STUDY TENTANG PEMBERIAN FASILITAS PEMKOT BLITAR TERHADAP PKL)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Persyaratan Untuk

Mendapat Gelar Sarjana (S-1)

Oleh:

Pradipta Bagus Kesuma 08230032

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

i LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI

Nama : Pradipta Bagus Kesuma

NIM : 08230032

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima (study tentang pemfasilitasan pemkot blitar terhadap PKL)

Disetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(3)

ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN

Nama : Pradipta Bagus Kesuma

NIM : 08230032

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima (study tentang pemfasilitasan pemkot blitar terhadap PKL)

Telah dipertahankan didepan dewan penguji dan dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan (S.IP)

Pada Tanggal: Dihadapan Dewan Penguji

1. Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si (...)

2. Drs. Jainuri, M.Si. (...)

3. Drs. Krishno Hadi, MA. (...)

4. Hevi Kurnia Hardini, S.IP. MA.Gov. (...)

Mengetahui Dekan Fakultas Ilmu Sosial san Ilmu Politik

(4)

iii BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

Nama : Pradipta Bagus Kesuma

NIM : 08230032

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima (study tentang pemfasilitasan pemkot blitar terhadap PKL)

Pembimbing : 1. Drs. Krishno Hadi, MA.

2. Hevi Kurnia Hardini, S.IP. MA.Gov

Tanggal Paraf Pembimbing Keterangan

I II

Tanggal 15-09-2012 Revisi Babi/Proposal

Tanggal 15-09-2012 ACC BAB I

Tanggal 15-09-2012 Seminar

Tanggal 15-09-2012 Revisi BAB II/III

Tanggal 15-09-2012 ACC BAB II/III

Tanggal 15-09-2012 Bimbingan BAB IV/V

Tanggal 15-09-2012 ACC BAB IV/V

Malang, 06-08-2015

Mengetahui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Drs. Krishno Hadi, MA. Hevi Kurnia Hardini, S.IP. MA.Gov.

Dekan

Ilmu Sosial san Ilmu Politik

(5)

iv PERNYATAAN ORISINALITAS

Nama : Pradipta Bagus Kesuma

NIM : 08230032

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima (study tentang pemfasilitasan pemkot blitar terhadap PKL)

Menyatakan bahwa karya ilmiah (Skripsi) dengan judul “Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima (study tentang pemfasilitasan pemkot blitar terhadap PKL)” adalah bukan karya tulis ilmiah (Skripsi) orang lain, baik sebagian atau seluruhnya, kecuali bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi sesuai denagn ketentuan yang berlaku

Malang, 24 Agustus 2015 Yang menyatakan

Pradipta Bagus Kesuma

Mengetahui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(6)

v KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala

rahmat, berkah, nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ” Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima (study tentang pemfasilitasan pemkot

blitar terhadap PKL)”. Shalawat serta Salam tercurah untuk Rasullallah SAW. Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini penulis menyadari berbagai

hambatan yang tidak mungkin terselesaikan tanpa bantuan berbagai pihak, dengan

ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Drs. Krishno Hadi, MA. selaku pembimbing I skripsi, yang telah

memeberikan pengarahan dalam menyelesaikan tulisan ini.

2. Hevi Kurnia Hardini, S.IP. MA.Gov. selaku pembimbing II skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan tulisan

ini.

3. Dr. Asep Nurjaman, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Muhammadiyah Malang.

4. Segenap dosen jurusan Ilmu Pemerintahan yang telah memberikan

pengetahuan dan pemikirannya selama penulis menempuh studi.

Semoga segala bantuan, bimbingan, dukungan dan pengorbanan yang telah

diberikan kepada penulis menjadi amal baik dan mendapat imbalan dari Allah

SWT. Amin.

Demikian skripsi ini penulis susun, penulis menyadari bahwa dalam skripsi

ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu saran dan kritik yang bersifat

(7)

vi semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya, bagi pembaca pada

umumnya serta pihak-pihak yang berkepentingan dengan penyusunan skripsi ini.

Malang, 24 Agustus 2015

(8)

vii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Definisi Konseptual ... 9

F. Definisi Operasional ... 13

G. Metode Penelitian ... 13

1. Jenis Penelitian ... 13

2. Subyek Penelitian... 14

3. Lokasi Penelitian ... 15

4. Sumber Data ... 15

5. Teknik Pengumpulan Data ... 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengantar ... 19

B. Pedagang Kaki Lima ... 20

1. Pengertian PKL ... 20

2. Keberadaan PKL ... 21

3. Dampak Keberadaan PKL ... 23

C. Pemberdayaan ... 24

D. Konsep Pemberdayaan ... 25

(9)

viii

F. Peran Pemerintah dalam Pemberdayaan Masyarakat ... 30

G. Pemberdayaan PKL ... 35

BAB III DESKRIPSI WILAYAH

B. Tahapan dalam Pemberdayaan PKL kota Blitar ... 54

1. Tahap Penyuluhan atau Sosialisasi ... 55

2. Tahap Pembinaan ... 57

3. Tahap Bantuan Modal ... 59

4. Tahap Pemberian Fasilitas ... 60

5. Tahap Penertiban ... 61

C. Kendala-kendala yang Muncul dalam Penerapan Kebijakan yang Dilakukan oleh Pemkot Blitar dalam Pengaturan PKL Kota Blitar ... 71

Faktor internal ... 71

Faktor eksternal ... 73

D. Upaya-Upaya yang Dilakukan untuk Mengatasi Kendala-Kendala yang Muncul dalam Penerapan Kebijakan yang Dilakukan oleh Pemkot Blitar dalam Pengaturan PKL ... 75

Sikap pelaksana ... 76

(10)

ix E. Hasil yang Dicapai dalam Penerapan Kebijakan yang Dilakukan Pemkot

Blitar dalam Pemberdayaan PKL ... 83

BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan ... 88

(11)

90 DAFTAR PUSTAKA

Dra. Risyanti Riza, Drs.H. Roesmidi, M.M.2006. Pemberdayaan

Masyarakat.Sumedang : ALQAPRINT JATINANGOR

Faisal, Sanapiah. Format-Format Penelitian Sosial. PT. Raja Grafindo Persada,

Jakarta, hlm 20.

Lexy, J. Moleong, 2003. Metode Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Prosdakaria,

Bandung, Hlm 103.

Slamet Margono, PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA MANUSIA ADALAH

KUNCI PENTING UNTUK MERAIH MUTU ORGANISASI

Sunyoto Usman,2004, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat , Yogyakarta

: Pustaka Pelajar.

Sutrisno, Lukman, 1995. Menuju Masyarakat Partisipatif . Kanisius, Yokyakarta.

Tim Dosen Bahasa Indonesia UMM, “Bahasa Indonesia Untuk Karangan Ilmiah

UMM press, 2003, Malang, hal -207

Wrihatnolo, R. R. dan Dwidjowojoto R. N. 2007. Manajemen pemberdayaan:

Sebuah Pengantar dan Panduan Untuk Pemberdayaan Masyarakat. PT

Gramedia: Jakarta: Hal:60

Muflich, Ayip. 2006 Masalah dan Kebijakan Pemberdayaan Masyarakat

dalamMendukung Ketahanan Pangan Direktorat Jenderal

(12)

91 PERATURAN DAERAH KOTA BLITAR NOMOR 10 TAHUN 2008

TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA

Badan Pusat Statistik Kota Blitar. Keadaan Geografi Kota Blitar.

Pasal 27 ayat (2) UUD 45

Pasal 13 UU nomor 09/1995 tentang usaha kecil

www.pu.go.id./Diakses pada 13 Desember 2006.

http://www.scribd.com/doc/46651445/Makalah-Pedagang-Kaki-Lima/diakses

tanngal 14 September 2012

http://h3r1y4d1.wordpress.com/2012/04/05/peranan-ekonomi-kerakyatan-sebagai-landasan-perekonomian-indonesia/diakses tanggal 14 September 2012

http://waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=253374:p

kl-bisa-kurangi-pengangguran-indonesia&catid=59:kriminal-a-hukum&Itemid=91/diakses tanggal 13 September 2012

(13)

1

disingkat dengan kata PKL adalah istilah untuk menyebut penjaja

dagangan yang menggunakan gerobak. Istilah itu sering ditafsirkan

demikian karena jumlah kaki pedagangnya ada lima. Lima kaki tersebut

adalah dua kaki pedagang ditambah tiga "kaki"gerobak (yang sebenarnya

adalah tiga roda atau dua roda dan satu kaki). Dahulu namanya adalah

pedagang emperan jalan, sekarang menjadi pedagang kaki lima, namun

saat ini istilah PKL memmiliki arti yang lebih luas, Pedagang Kaki Lima

digunakan pula untuk menyebut pedagang di jalanan pada umumnya.

Sebenarnya istilah kaki lima berasal dari masa penjajahan kolonial

Belanda. Peraturan pemerintahan waktu itu menetapkan bahwa setiap jalan

raya yang dibangun hendaknya menyediakan sarana untuk pejalanan kaki.

Lebar ruas untuk pejalan adalah lima kaki atau sekitar satu setengah

meter1.

Semakin banyaknya PKL bisa kita katakan sebagai tuntutan

masyarakat akan lapangan pekerjaan yang semakin sedikit. Dengan modal

yang tidak terlalu besar dan menjanjikan keuntungan, seringkali orang

memilih untuk menjadi PKL. Pemerintah dalam hal ini sebenarnya

memiliki tanggung jawab didalam melaksanakan pembangunan bidang

(14)

2

pendidikan, bidang perekonomian dan penyediaan lapangan pekerjaan,

sehingga tidak menciptakan pengangguran-pengangguran secara cepat dan

dalam jumlah yang besar.

Pedagang kaki lima (PKL) dikategorikan sebagai sektor

informal perkotaan yang belum terwadahi dalam rencana kota yang resmi,

sehingga tidaklah mengherankan apabila para PKL di kota manapun selalu

menjadi sasaran utama pemerintah kota untuk ditertibkan. Namun,

faktanya berbagai bentuk kebijakan dalam rangka menertibkan PKL yang

telah dilakukan oleh pemerintah kota tidak efektif baik dalam

mengendalikan PKL maupun dalam meningkatkan kualitas ruang kota.

Harus diakui memang pada saat ini adanya penertiban-penertiban yang

dilakukan terhadap PKL cenderung menimbulkan permasalahan baru

seperti pemindahan lokasi usaha PKL yang justru akan membawa dampak

yang dikhawatirkan menurunnya tingkat pendapatan PKL tersebut bila

dibandingkan dengan di lokasi asal karena lokasinya menjauh dari

konsumen.

Padahal pada kenyataanya sewaktu krismon (krisis moneter) dua

belas tahun lalu yang melumpuhkan seluruh aspek perekonomian

Indonesia kecuali sektor micro ini yang mampu survive, keberadaan PKL

di ibukota dan kota-kota lainnya di negeri ini tetap masih belum mendapat

tempat yang selayaknya. Banyak kejadian mereka malah dikejar dan

diburu seperti kriminal2.

(15)

3

Fenomena pembongkaran para PKL tersebut sangat tidak

manusiawi. Pemerintah selalu menggunakan kata penertiban dalam

melakukan pembongkaran. Namun sangat disayangkan ternyata didalam

melakukan penertiban sering kali terjadi hal-hal yang ternyata tidak

mencerminkan kata-kata tertib itu sendiri. Kalau kita menafsirkan kata

penertiban itu adalah suatu proses membuat sesuatu menjadi rapih dan

tertib, tanpa menimbulkan kekacauan atau masalah baru. Pemerintah

dalam melakukan penertiban sering kali tidak memperhatikan, serta selalu

saja merusak hak milik para pedagang kaki lima atas barang-barang

dagangannya.

Seperti kasus penggusuran di Deliserdang, puluhan pedagang kaki

lima (PKL) di kawasan Pasar VII Simpang Jodoh dan Pasar VIII Gambir,

Desa Bandar Klippa, Kecamatan Percut Seituan, Deliserdang ditertibkan,

Selasa (3/7). PKL dibereskan karena menjadi penyebab kemacetan arus

lalu-lintas di sekitar lokasi. Selain berjualan di badan jalan, sebagian ada

yang berjualan di atas parit. Puluhan petugas Satuan Polisi Pamong Praja

(Satpol PP), Deliserdang dibantu aparat keamanan sempat terlibat aksi

tarik menarik dengan PKL saat penggusuran pukul 11.00 WIB itu. Setelah

berusaha mempertahankan barang dagangannya, para PKL akhirnya

menyerah dan mau menutup lapaknya.

Sedangkan di Surabaya, FAM UNAIR, GMNI FEB dan HIMA

Managemen Pemasaran mengecam tindakan represif Satpol PP terhadap

pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan di depan kampus B Unair.

(16)

4

Rabu (28/9/2011). Tidak hanya pengusiran, satu rombong milik PKL juga

diangkut dan dibawa ke kantor Satpol PP. Padahal para PKL ini

menggantungkan hidupnya dari berjualan.

Mahasiswa menyesalkan sikap Unair sendiri terkait penggusuran

PKL ini. Sebab tak hanya Satpol PP yang melakukannya tetapi dibantu

Pamdal kampus Unair. "Mereka bilang kalau tindakan pelarangan

berjualan itu berdasarkan intruksi dari pemerintah kota dan rekomendasi

Rektorat Unair,"

Sebenarnya polemik penggusuran PKL Unair ini sendiri telah lama

terjadi. Kasus penggusuran itu juga pernah terjadi tahun 2008 yang lalu,

yang mana kemudian berhasil di gagalkan oleh mahasiswa dan PKL.

Sama seperti kasus penggusuran pada tahun 2008 lalu, alasan yang

digunakan oleh pihak Rektorat Unair selalu sama yakni menganggap PKL

itu penyebab kekumuhan dan kemacetan jalan. Berulang kali juga aksi

penggusuran Satpol PP ini dilakukan semena-mena dengan merampas

perlengkapan PKL seperti rombong, terpal maupun peralatan lainnya.

Jika kita melihat beberapa kasus diatas, tentu hal tersebut sangat

bertolak belakang dengan Pasal 27 ayat (2) UUD 45 yang menyebutkan bahwa

tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak

bagi kemanusiaan3. Dengan pasal tersebut sebenarnya Negara mempunyai

kewajiban untuk melindungi setiap warga yang ingn melakukan sebuah

usaha. Bukan malah melakukan penggusuran yang malah semakin

menimbulkan banyak masalah. Selain itu pemerintah harus menumbuhkan

(17)

5

iklim usaha dalam aspek perlindungan, dengan menetapkan peraturan

perundang-undangan dan kebijaksanaan untuk menentukan peruntukan

tempat usaha yang meliputi pemberian lokasi di pasar, ruang pertokoan,

lokasi sentra industri, lokasi pertanian rakyat, lokasi pertambangan rakyat,

dan lokasi yang wajar bagi pedagang kaki lima, sertalokasi lainnya dan

memberikan bantuan konsultasi hukum dan pembelaan4.

Penetapan peraturan perundang-undangan dan kebijakan tersebut

bertujuan untuk:

a. menentukan peruntukan tempat usaha yang meliputi pemberian

lokasi di pasar, ruang pertokoan, lokasi sentra industri, lokasi

pertanian rakyat, lokasi pertambangan rakyat, dan lokasi yang

wajar bagi pedagang kaki lima , sertalokasi lainnya.

b. memberikan bantuan konsultasi hukum dan pembelaan.

Walaupun didalam Perda K3 (Kebersihan, Keindahan, dan

Ketertiban) terdapat pelarangan Pedagang Kaki Lima untuk berjualan di

trotoar, jalur hijau, jalan, dan badan jalan, serta tempat-tempat yang

bukan peruntukkannya, namun pemerintah harus mampu menjamin

perlindungandan memenuhi hak-hak ekonomi pedagang kaki lima.

Akan tetapi berbeda dengan apa yang dilakukan oleh pemerintah

Kota Blitar melalui Perda No 3 tahun 2008 pengganti Perda No 18 tahun

1989 dan Perwali No 10 tahun 2008, tentang pembinaan PKL, sebenarnya

lebih memihak kepada para PKL. Semisal dalam Perda baru itu diberikan

keleluasaan bagi PKL untuk berjualan di trotoar, namun dengan syarat

harus memberikan ruang bagi pengguna jalan. Selain itu pasca menggelar

(18)

6

dagangan, harus melepas semua peralatan seperti tenda yang baru

digunakan untuk berjualan.

Tidak dapat dipungkiri bahwa pedagang kaki lima merupakan

sebagai salah satu sumber mata pencaharian rakyat. Hal tersebut jelas

membutuhkan perhatian yang sangat serius dari pemerintah, terutama

dalam aspek pengelolaannya. Sebab bagaimanapun juga keberadaan

pedagang kaki lima sangat membantu terpenuhinya kehidupan hidup

masyarakat, khususnya bagi mereka yang berasal dari kalangan

masyarakat menengah ke bawah.

Dalam upaya peningkatan kesejahteraan pedagang Kota Blitar,

pemerintah kota Blitar menyosialisasikan prinsip-prinsip perkoperasiaan di

kalangan Pedagang Kaki Lima (PKL). Sosialisasi prinsip-prinsip

perkoperasian didampingi langsung Dekopinda, Dinas Koperasi dan

UKM, serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Blitar. Materi yang

disajikan pada sosialisasi tahap awal ini adalah wawasan tentang arti,

fungsi dan peranan koperasi, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah

Tangga Koperasi, Simpanan Wajib dan Simpanan Pokok, serta mekanisme

Koperasi Simpan Pinjam. Sebagaimana disampaikan oleh walikota Blitar

sebagai berikut:

"Jika punya koperasi sendiri, maka diharapkan para PKL

memiliki modal mandiri dan perlahan akan mendorong

peningkatan kualitas kesejahteraan mereka," kata Samanhudi

(19)

7

Bahkan sebagai wujud pembinaan terhadap para pedagang dan

pengerajin Pemerintah Kota Blitar melalui Dinas Perindustrian dan

Perdagangan (Disperindag) membantu dalam hal pemasaran. Satu

diantaranya melalui Bazar Sabtu Minggu (Zartumi) yang diagendakan

setiap awal bulan di area wisata Kebon Rojo Kota Blitar. Digelarnya

Zartumi merupakan satu diantara terobosan yang dilakukan Disperindag

dalam membina para pengrajin agar mereka tetap eksis. Khususnya dalam

hal pemasaran produk. Selain pembinaan berupa pelatihan pelatihan dan

pemberian bantuan peralatan produksi secara bertahab dan berkelanjutan

Sebanarnya tanpa kita sadari dengan adanya PKL memberikan

keuntungan yang berdampak pada meningkatnya perekonomian sebuah

wilayah. Keuntungan tersebut adalah semakin kuatnya ekonomi

kerakyatan wilayah tersebut. Bahkan Bung Hatta berpendapat bahwa

ekonomi kerakyatan merupakan bentuk perekenomian yang paling tepat

bagi bangsa Indonesia. Hal itu diungkapkan bahkan jauh sebelum

Schumacher yang terkenal dengan bukunya Small is Beautiful, dan

Amartya Sen pemenang Nobel 1998 Bidang Ekonomi muncul5.

Menurut Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Pedagang

Kaki Lima (APKLI) Ali Mahsun M Biomed mengatakan keberadaan PKL

telah membantu mengentaskan kemiskinan dan pengangguran di

Indonesia. Pasalnya dari 25 juta unit PKL yang terdaftar di seluruh

Indonesia telah menyerap sebanyak 90 juta tenaga kerja.

5

(20)

8

"Keberadaan PKL telah membantu mengurangi jumlah

pengangguran di Indonesia. Bahkan 80 persen transaksi ritel pertahunnya

secara nasional disumbangkan oleh PKL," kata Ali (11/6)6.

Di lihat dari beberapa fakta diatas, tentu harapan PKL akan

kesejahteraan yang selama ini mereka impikan tidak akan terwujud tanpa

adanya kebijakan yang memihak kepada mereka. Dalam hal ini

pemerintah harus mampu merubah pandangan orang yang menganggap

PKL itu cenderung merugikan menjadi sesuatu yang positif. Oleh karena

itu penulis mengangkat judul tentang Pemberdayaan Pedagang Kaki

Lima (Study Tentang Pemfasilitasan Pemerintah Kota Blitar Terhadap

PKL Dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Daerah)

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan pokok-pokok

permasalahan antara lain :

a. Bagaimana kebijakan yang harus dikeluarkan oleh Pemkot Blitar untuk mengatasi permasalahan PKL?

b. Bagaimana mengontrol PKL yang semakin meluas?

c. Tujuan apa yang dikehendaki dengan pemberdayaan PKL tersebut? 3. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam tugas akhir ini adalah :

a. Mengetahui seberapa peduli pemerintah terhadap PKL.

b. Mengetahui apa dampak yang ditimbulkan dengan adanya PKL.

6

(21)

9

c. Mengetahui bagaimana pemerintah menanggulangi permasalahan

tentang PKL.

d. Mengetahui kelebihan dan kekurangan kebijakan yang mungkin akan

dikeluarkan oleh pemerintah.

4. Manfaat Penelitian 1. Secara Akademis :

Secara akademis penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan

ilmu pemerintahan.

2. Secara Praktis :

Secara praktis penelitian ini memberikan rekomendasi tentang

bagaimana mengelola Pedagang Kaki Lima sehingga mampu

meningkatkan pendapatan daerah.

5. Definisi Konseptual

Dalam membahas suatu ilmu pengetahuan seringkali menghadapi

permasalahan dalam memahami istilah-istilah yang jarang sekali

diketahui. Istilah tersebut mengandung banyak arti yang luas apabila

dijabarkan serta membuat pengertian yang berbeda, sehingga apabila kita

menggunakan satu istilah saja akan terasa kurang dalam persamaan arti.

Untuk mencegah terjadinya salah pengertian terhadap istilah, maka penulis

menggunakan batasan-batasan yang akan dipakai dalam penulisan skripsi

ini.

1. Pemberdayaan:

Pemberdayaan atau empowerment adalah proses membangun

(22)

10

menjadi sangat efektif dalam mencapai tujuan-tujuannya dengan mutu

yang tinggi.

Pada dasarnya pemberdayaan adalah cara untuk melaksanakan

kerjasama dalam organisasi sehingga semua orang berpartisipasi

penuh7.

Pemberdayaan masyarakat sebagai sebuah strategi, sekarang

telah banyak diterima, bahkan telah berkembang dalam berbagai

literatur di dunia barat. Namun, upaya mewujudkannya dalam praktik

pembangunan tidak selalu berjalan mulus. Banyak pemikir dan

praktisi yang belum memahami dan mungkin tidak meyakini bahwa

konsep pemberdayaan merupakan alternatif pemecahan terhadap

dilema-dilema pembangunan yang dihadapi. Mereka yang berpegang

pada teori-teori pembangunan model lama juga tidak mudah untuk

menyesuaikan diri dengan pandangan-pandangan dan

tuntutan-tuntutan keadilan.

Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan

ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini

mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat

people-centered, participatory, empowering, and sustainable”8.

7 Slamet Margono, PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA MANUSIA ADALAH KUNCI

PENTING UNTUK MERAIH MUTU ORGANISASI

(23)

11

Lahirnya konsep pemberdayaan sebagai antitesa terhadap

model pembangunan yang kurang memihak pada rakyat mayoritas.

Konsep ini dibangun dari kerangka logik sebagai berikut9 :

1. Bahwa proses pemusatan kekuasaan terbangun dari pemusatan

kekuasaan faktor produksi

2. Pemusatan kekuasaan faktor produksi akan melahirkan masyarakat

pekerja dan masyarakat pengusaha pinggiran

3. Kekuasaan akan membangun bangunan atas atau sistem

pengetahuan, sistem politik, sistem hukum dan sistem ideologi

yang manipulatif untuk memperkuat legitimasi; dan

4. Pelaksanaan sistem pengetahuan, sistem politik, sistem hukum dan

ideologi secara sistematik akan menciptakan dua kelompok

masyarakat, yaitu masyarakat berdaya dan masyarakat tunadaya

Dalam konsep pemberdayaan, manusia adalah subyek dari

dirinya sendiri. Proses pemberdayaan yang menekankan pada proses

memberikan kemampuan kepada masyarakat agar menjadi berdaya,

mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan

atau keberdayaan untuk menentukan pilihan hidupnya10.

2. Pedagang Kaki Lima

Pedagang Kaki Lima adalah pedagang yang dalam menjalankan

kegiatan usahanya dalam jangka waktu tertentu dengan menggunakan

sarana atau perlengkapan yang mudah dipindahkan, dibongkar pasang

9 Prijono dan Pranarka, 1996

(24)

12

danmempergunakan lahan fasilitas umum sebagai tempat usahanya

yangselanjutnya disebut PKL11.

Pada saat ini istilah PKL bukan lagi ditujukan kepada pedagang

informal yang berada lima kaki dari bangunan formal tetapi telah

meluas pengertiannya menjadi istilah untuk menyatakan selurus

pedagang yang berjualan secara informal. Beberapa ciri umum yang

dapat digunakan untuk mendefinisikan pedagang kaki lima antara lain:

1. Dilakukan dengan modal keci oleh masyarakat ekonomi lemah

2. Biasanya dilakukan perseorangan atau keluarga tanpa kongsi

dagang

3. Selalu berada dekat dengan jalur sirkulasi atau lokasi yang

paling sibuk

4. Menggunakan fasilitas publik sebagai lokasi berjualan seperti

trotoar, badan jalan dan lain-lain

5. Menggunakan gerobak atau tenda sederhana yang cukup

fleksibel untuk dipindah-pindahkan.

6. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat

hal yang didefinisikan dapat diamati. Secara tidak langsung definisi

operasional itu akan menunjuk alat pengambil data yang cocok digunakan

atau mengacu pada bagaimana mengukur suatu variabel12. Dengan

11 PERATURAN DAERAH KOTA BLITAR NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA

12 Tim Dosen Bahasa Indonesia UMM, “Bahasa Indonesia Untuk Karangan Ilmiah” UMM press,

(25)

13

demikian definisi operasional pada penulisan skripsi ini adalah sebagai

berikut :

1. Mekanisme pendataan terhadap PKL

2. Mekanisme kontrol terhadap PKL

3. Persyaratan dan tatacara ijin pemakaian tempat

4. Peran serta pemerintah dalam memberdayakan PKL

5. Respon masyarakat dengan adanya PKL

7. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian merupakan kegiatan guna mendapatkan sesuatu yang

dilakukan secara sistematis, terencana dan mengikuti konsep ilmiah yang

ada. Penelitian pada dasarnya mempunyai tujuan-tujuan dengan cara-cara

tertentu untuk memahami suatu objek (fenomena) yang ada. Uraian yang

jelas dan sistematis atas data yang dikumpulkan diharapkan memberi hasil

yang maksimal sehingga dapat dikategorikan sebagai tulisan yang

mempunyai nilai ilmiah.

Dalam penelitian skripsi ini penulis menggunakan jenis penelitian

kualitatf, dengan metode deskriptif yang dimaksudkan untuk

mengeksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan

social, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variable yang berkenaan

dengan masalah dan unit yang diteliti13.

13 Faisal, Sanapiah. Format-Format Penelitian Sosial. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm

(26)

14

Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk mencapai suatu penelitian

yang digunakan sebagai alat guna mencari kebenaran yang rasional, maka

diperlikan adanya cara atau prosedur tertentu agar bisa tercapai tujuan

penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, di mana

penelitian melakukan pencarian data kepada narasumber, sehingga

akhirnya peneliti dapat menggambarkan keadaan dengan jelas.

2. Subyek Penelitian :

Subyek penelitian merupakan hal yang sangat penting di dalam

penelitian deskriptif. Subyek penelitian ini adalah pihak-pihak yang

dianggap dapat memberikan informasi dalam penulisan skripsi ini. Yaitu

wawancara dan (interview) secara langsung. Subyek penelitian disini

adalah orang-orang yang dipandang memiliki kapabilitas dan mengerti

tentang latar belakang dari maksud penelitian ini. Pihak-pihak tersebut

adalah:

a. Instansi :

1. Dinas perindustrian dan perdagangan

2. Dinas kesehatan

3. Kantor pelayaan terpaku

4. Satuan polisi pamong praja

b. Pedagang Kaki Lima

(27)

15

3. Lokasi Penelitian :

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana penelitian dilakukan

untuk mendapatkan informasi serta data-data yang diperlukan oleh peneliti

untuk menunjang penelitian. Lokasi penelitian ini dilaksanakan secara

sengaja di Kota Blitar dikarenakan pemerintahan Kota Blitar

mengeluarkan kebijakan tentang penataan dan pembinaan pedagang kaki

lima yang tertera pada peraturan wali kota Blitar nomor 32 tahun 2011.

4. Sumber Data :

a. Data Primer :

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang langsung

diperoleh di lapangan, baik yang diamati oleh penyusun maupun dalam

bentuk pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh penulis kepada

narasumber. Dalam hal ini data yang diperoleh dari hasil wawancara

berdasarkan panduan melalui daftar pertanyaan yang dilakukan

penyusun terhadap narasumber dalam hal ini adalah beberapa hal yang

disebut diatas pada pemerintah maupun masyarakat kota Blitar.

b. Data Skunder :

Dalam penelitian sering kali disebut bahwa sumber data diluar

kata-kata dan tindakan adalah sumber data sekunder, walaupun begitu

sumber data ini pun mempunyai peranan yang sangat penting didalam

suatu penelitian. Sumber data sekunder atau tambahan ini terdiri dari

(28)

16

5. Teknik Pengumpulan Data :

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tiga teknik pengumpulan data,

yaitu :

a. Observasi :

Sering kali orang mengartikan observasi adalah sebagai satu proses

wawasan yang sempit, yaitu memperhatikan sesuatu dengan

menggunakan mata. Didalam pengertian psikologis, observasi atau

yang disebut pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian

terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera. Jadi

mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman,

pendengaran, peraba, dan pengecap. Dengan kata lain, apa yang

dilakukan ini sebenarnya adalah sebuah pengamatan secara langsung.

b. Wawancara :

Wawancara dapat diartikan sebagai suatu proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil

bertatap muka antara pewawancara dengan informan. Tehnik ini

dilakukan dengan tanya jawab atau percakapan secara langsung. Untuk

memudahkan dalam pencarian data peneliti menggunakan metode

wawancara terstruktur, berdasarkan daftar pertanyaan sebagai panduan

untuk memperoleh kejelasan mengenai permasalahan yang ada.

c. Dokumentasi :

Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak

langsung ditujukan kepada subyek penelitian. Dokumen yang diteliti

(29)

17

data yang diperoleh dapat dipelajari sehingga dapat dikembangkan

sesuai dengan kebutuhan penelitian. Informasi yang diperoleh berupa

dokumen- dokumen (peraturan, media masa, gambar).

6. Analisa Data

Analisa data merupakan bagian yang sangat penting pada suatu

penelitian, sebab pada analisa akan mengungkapkan hasil dari penelitian

itu sendiri. Analisa data itu sendiri adalah proses penyederhanaan data

kedalam bentuk yang muda dipahami dan diinterprestasikan. Menurut

Patton dalam Lexy J. Moleong analisis data merupakan proses mengatur

urutan data, mengkordinasikannya kedalam suatu pola kategori dan satuan

uraian dasar14.

Analisa data yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah

kualitatif. Dari penelitian ini maka data akan dianalisis dengan

penggambaran keadaan obyek berdasarkan data yang obyektif, sehingga

data-data yang ada dapat disimpulkan setelah dianalisa terlebih dahulu.

Adapun tahapan-tahapan dalam menganalisa data adalah sebagai berikut :

1. Reduksi Data:

Reduksi data merupakan langkah untuk menyeleksi data lapangan,

sehingga data yang di peroleh sesuai dengan masalah yang diteliti.

Maksudnya, peneliti menyeleksi data yang di peroleh dari data

observasi, wawancara, dan dokumentasi yang berkaitan dengan yang

diteliti.

14 Lexy, J. Moleong, 2003. Metode Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Prosdakaria, Bandung, Hlm

(30)

18

2. Penyajian Data :

Sekumpulan informasi yang memberikan kemungkinan adanya

penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan, penyajian data

biasanya berupa kata-kata, table dan lain sebagainya.

3. Menarik Kesimpulan :

Menganalisis dan menguji kebenaran validitas data yang ada. Hasil

analisis data dapat diartikan sebagai proses pemeriksaan terhadap alur

analisis data untuk mengetahui proses munculnya kesimpulan

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan dan pembahasannya mengenai pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja dan disiplin kerja terhadap kinerja

Jika tidak semua tamu merokok maka lantai rumah tidak bersih D.. Jika lantai rumah bersih maka semua tamu tidak

laporan yang akan digunakan sebagai bahan evaluasi untuk analisis pengambilan keputusan penentuan stategi bisnis selanjutnya, namun terkadang bagian akademik

 Jika sampel ditarik dari populasi yang terdistribusi normal, maka distribusi sampling dapat didekati dengan distribusi...(14).  Jika standar deviasi populasi tidak diketahui,

karena asas hukum acara perdata dalam hal pembiayaan menyebutkan “ tidak ada biaya tidak ada perkara” bagaimana masyarakat yang miskin secara finansial dapat beracara di

Grafik Penggunaan memory LTSP server ketika client menjalan kan aplikasi OpenOffice Dari gambar 5 dapat diketahui bahwa dengan 1 G memori, ternyata server mampu

Bahaya radiasi Ultraviolet-B di tempat kerja yang dihasilkan oleh proses pengelasan merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan dan

1, Sekaran-Gunungpati Semarang 50299 Lazuardy Akbar (Ketua DPMKM UNNES) No..