GAMBARAN SIMTOM ANSIETAS DAN DEPRESI
PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE-2
DI INSTALASI RAWAT JALAN
DIVISI ENDOKRIN DAN METABOLIK
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H. ADAM MALIK MEDAN
TESIS
DEASY HENDRIATI
NIM: 117041187
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
GAMBARAN SIMTOM ANSIETAS DAN DEPRESI
PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE-2
DI INSTALASI RAWAT JALAN
DIVISI ENDOKRIN DAN METABOLIK
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H. ADAM MALIK MEDAN
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Kedokteran Klinik di Bidang Ilmu Kedokteran Jiwa / M. Ked. K. J. pada Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
DEASY HENDRIATI
117041187
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK – SPESIALIS
ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : Gambaran Simtom Ansietas dan Depresi
pada pasien Diabetes Melitus tipe-2 di
Instalasi Rawat Jalan Divisi Endokrin dan
Metabolik RSUP.H Adam Malik Medan
Nama Mahasiswa : Deasy Hendriati
Nomor Induk Mahasiswa : 117041187
Program Magister : Magister Kedokteran Klinik
Konsentrasi : Ilmu Kedokteran Jiwa
Menyetujui :
Komisi Pembimbing :
Prof. dr.Bahagia Loebis, Sp. K. J., (K.)
Ketua Program Studi Ketua TKP PPDS
Magister Kedokteran Klinik
Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp. A. (K) dr. Zainuddin Amir, Sp. P. (K) NIP:19540620198011001
PERNYATAAN
GAMBARAN SIMTOM ANSIETAS DAN DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE-2
DI INSTALASI RAWAT JALAN DIVISI ENDOKRIN DAN METABOLIK RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H. ADAM MALIK MEDAN
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis mengacu dalam naskah ini dan disebutkan di dalam daftar rujukan.
Medan, Desember 2013
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena
atas berkah limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya maka penulisan tesis ini dapat
diselesaikan.
Tesis ini disusun untuk melengkapi persyaratan menyelesaikan pendidikan
magister Kedokteran Klinik di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Namun demikian besar harapan penulis kiranya tulisan ini dapat
bermanfaat dalam menambah perbendaharaan bacaan khususnya tentang :
GAMBARAN SIMTOM ANSIETAS DAN DEPRESI
PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE-2
DI INSTALASI RAWAT JALAN DIVISI ENDOKRIN DAN METABOLIK
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H. ADAM MALIK MEDAN
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama
mengikuti Program Magister Klinik - Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.
Dengan selesainya tesis ini, perkenankanlah penulis menyampaikan
ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan Fakultas kedokteran Universitas
Sumatera Utara, Ketua TKP PPDS-I dan Ketua Program Studi Magister
Kedokteran Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang
telah memberikan kepada penulis kesempatan untuk mengikuti Program
Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu kedokteran Jiwa di Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. dr. Elmeida Effendy, M. Ked. K. J., Sp. K. J., selaku Ketua Program Studi
PPDS-I Ilmu Kedokteran Jiwa FK USU, sebagai guru penulis yang telah
banyak memberikan bimbingan, pengarahan, dan memberi masukan-masukan
yang berharga kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
3. Prof. dr. Bahagia Loebis, Sp. K. J., (K.), sebagai guru dan pembimbing
penulis dalam penyusunan tesis ini yang penuh kesabaran dan perhatian telah
membimbing, mengarahkan, memberikan dorongan dan masukan-masukan
yang berharga kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
4. dr. H. Harun Taher Parinduri, Sp. K. J., (K.), selaku guru penulis, yang
banyak memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan serta pengarahan
yang berharga kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
5. Alm. Prof. dr. H. Syamsir BS, Sp. K. J., (K.), selaku guru penulis, yang
semasa hidupnya telah banyak memberikan bimbingan, pengetahuan,
dorongan serta pengarahan yang berharga kepada penulis.
6. Prof. dr. H. M. Joesoef Simbolon, Sp. K. J., (K.), selaku guru penulis, yang
banyak memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan serta pengarahan
yang berharga kepada penulis selama penulis mengikuti Program magister
Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.
7. dr. Mustafa Mahmud Amin, M. Ked. K. J., M. Sc., Sp. K. J., sebagai guru dan
pembimbing penulis dalam penyusunan tesis ini yang telah membimbing,
mengoreksi, dan memberi masukan-masukan berharga kepada penulis
sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
8. dr. Vita Camelia, M. Ked. K. J., Sp. K. J., sebagai Co- Author, guru yang
telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, pengetahuan, dorongan,
dukungan dan buku- buku bacaan yang berharga selama penulis mengikuti
Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran
Jiwa.
9. dr. Muhammad Surya Husada, M. Ked. K. J., Sp. K. J., sebagai guru yang
telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, pengetahuan, dorongan,
dukungan dan buku-buku bacaan yang berharga selama saya mengikuti
Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.
10.dr. Santi Syafril, Sp. P. D., K. E. M. D., sebagai Konsultan dari Departemen
Ilmu Penyakit Dalam Divisi Endokrin dan Metabolik yang telah banyak
memberikan bimbingan, pengarahan, pengetahuan, dorongan dan dukungan.
11.dr. Dapot Parulian Gultom, Sp. K. J., M. Kes., sebagai Wakil Direktur Badan
Layanan Umum Daerah RSJ Propinsi Sumatera Utara dan guru penulis, yang
telah memberikan izin, kesempatan, fasilitas, dan pengarahan kepada penulis
selama mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu
Kedokteran Jiwa.
12.ϯ dr. Herlina Ginting, Sp. K. J., sebagai guru yang semasa hidupnya telah
banyak memberikan bimbingan dan pengetahuan serta dorongan selama
penulis mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu
Kedokteran Jiwa.
13.dr. Mawar Gloria Taringan, Sp. K. J., sebagai guru yang telah banyak
memberikan bimbingan dan pengetahuan serta dorongan selama penulis
mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran
Jiwa.
14.dr. Freddy S. Nainggolan, Sp. K. J., sebagai pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan, serta literatur-literatur yang
berharga selama penulis mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik
Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.
15.dr. Juskitar, Sp. K. J., sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan,
pengarahan, pengetahuan, dorongan, dukungan dan buku- buku bacaan yang
berharga selama penulis mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik
Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.
16.dr. Donald F. Sitompul, Sp. K. J., (Alm). dr. Hj. Sulastri Effendi, Sp. K. J., dr
Rosminta Girsang, Sp. K. J., dr. Artina R. Ginting, Sp. K. J., dr. Mariati, Sp.
K. J., dr. Evawati Siahaan, Sp. K. J., dr. Paskawani siregar, Sp. K. J., dr. Citra
J. Taringan, Sp. K. J., dan dr. Vera RB. Marpaung, Sp. K. J., sebagai senior
yang telah memberikan semangat dan dorongan selama penulis mengikuti
Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.
17.dr. Adhayani Lubis, Sp. K. J., dr. Yusak P. Simanjuntak, Sp. K. J., dr. Juwita
Saragih, Sp. K. J., dr. Friedrich Lupini, Sp. K. J., dr. Rudyhard E. Hutagalung,
Sp. K. J., dr. Laila Sari, Sp. K. J., dr. Evalina Perangin-Angin, Sp. K. J., dr.
Victor Eliezer P, Sp. K. J., dr. Siti Nurul Hidayati, Sp. K. J., dr. Lailan
Sapinah, Sp. K. J., dr. Silvy Agustina Hasibuan, Sp. K. J., dr. Ira Aini Dania,
M. Ked. K. J., Sp. K. J., dr. Mila Astari. H, M. Ked. K. J., Sp. K. J., dr.
Baginda Harahap, M. Ked. K. J., Sp. K. J., dr. Ricky Wijaya Tarigan, M. Ked
K. J., Sp. K. J., sebagai senior yang banyak memberikan bimbingan,
dorongan dan semangat kepada penulis selama mengikuti program Magister
Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.
18.Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, Direktur
Rumah Sakit Tembakau Deli, Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Pirngadi Medan atas izin, kesempatan dan dan fasilitas yang diberikan kepada
penulis untuk belajar dan bekerja selama penulis mengikuti Megister
Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.
19.Rekan-rekan sejawat peserta PPDS-I Psikiatri FK USU: dr. Herny Taruli
Tambunan, M. Ked. K. J., dr. Muhammad Yusuf, M. Ked. K. J., dr. Superida
Ginting Suka, M. Ked. K. J., dr. Lenni Crisnawati Sihite, M. Ked. K. J., dr.
Saulina Dumaria Simanjuntak, M. Ked. K. J., dr. Hanip Fahri, M. Ked. K. J.,
dr. Ferdinan Leo Sianturi, M. Ked. K. J., dr. Andreas Xaverio Bangun, M.
Ked. K. J., dr. Dian Budianti A, M. Ked. K. J., dr. Tiodoris Siregar, M. Ked.
K. J., dr. Endang Sutry Rahayu, dr. Duma M. Ratnawati, M. Ked. K. J., dr.
Nauli Aulia Lubis, M. Ked. K. J., dr. Nanda Sari Nuralita, M. Ked. K. J.,
dr.Wijaya Taufik Tiji, M. Ked. K. J., dr. Alfi Syahri Rangkuti, M. Ked. K. J.,
dr. Agussyah Putra, M. Ked. K. J., dr. Gusri Girsang, M. Ked. K. J., dr. Dessi
Wahyuni, dr. Ritha Mariati Sembiring, dr. Reny Fransiska Barus, dr. Susiati,
dr. Annisa Fransiska, dr. Dessy Mawar Zalia, M. Ked. K. J., dr. Nazli
Mahdinasari Nasution, dr. Andi Syahputra Siregar, dr. Nining Gilang Sari, M.
Ked. K. J., dr. Rossa Yunilda, dr. Arsusy Widyastuty, dr. Poltak J Sirait, dr.
Manahap CF Pardosi, dr. M Affandi, dr. Endah Tri Lestari, dr. Rona Hanani.
S, dr. Novi Prasanty, dr. Novita L Akbar, dr. Catherine, dr. Trisna Marni yang
banyak memberikan masukan berharga kepada penulis melalui diskusi-diskusi
kritis dalam berbagai pertemuan formal maupun informal, serta selalu
memberikan dorongan-dorongan yang membangkitkan semangat kepada
penulis dalam menyelesaikan Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis
Ilmu Kedokteran Jiwa.
20.Para perawat dan pegawai di berbagai tempat dimana penulis pernah bertugas
selama menjalani pendidikan spesialis ini, serta pasien, keluarga pasien dan
berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
banyak membantu penulis dalam menjalani Program Magister Kedokteran
Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.
21.Kedua orang tua yang sangat penulis hormati dan sayangi, AKBP (purn) H.
Buchari dan Hj. Siti Nursiyah yang dengan penuh kesabaran, cinta serta kasih
sayangnya telah membesarkan, memberikan dorongan, dukungan dalam
segala hal kepada penulis, serta doa restu sejak lahir hingga saat ini.
22.Kedua mertua, H. Darwin, S. Sos dan Hj. Arni Yusti yang banyak
memberikan semangat dan doa kepada penulis selama menjalani program
Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.
23.Seluruh saudara kandung saya, Ade Bertha Florida, SP dan AKP. dr. Andrean
Lesmana, yang telah banyak memberikan semangat dan doa kepada penulis
selama menjalani Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran
Jiwa.
24.Buat suami tercinta, dr. Darma Liza Efendi, dan anak- anak ku tercinta
Clarissa Nadhira Rizki, Muhammad Davino Athallah, dan Sherin Aqilla
Cataleya, terima kasih atas segala doa dan dukungan, kesabaran dan
pengertian yang mendalam serta pengorbanan atas segala waktu dan
vi
kesempatan yang tidak dapat penulis habiskan bersama-sama dalam sukacita
dan keriangan selama penulis menjalani Magister Kedokteran Klinik Spesialis
dan menyelesaikan tesis ini. Tanpa semua itu, penulis tidak akan mampu
menyelesaikan Program Magister Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa dan
tesis ini dengan baik.
Akhirnya penulis hanya mampu berdoa dan memohon semoga Allah SWT
memberikan rahmat-Nya kepada seluruh keluarga, sahabat, dan handai tolan yang
tidak dapat penulis sebut satu persatu, baik secara langsung maupun tidak
langsung yang telah banyak memberikan bantuan, baik moril maupun materil,
penulis ucapkan terimakasih.
Medan, Desember 2013
DEASY HENDRIATI
vii
ABSTRAK
Latar belakang: Diabetes melitus (DM) tipe-2 sering mengalami gangguan ansietas dan depresi dengan prevalensi dan insidensi 20-60% menderita depresi, dan 14-40% menderita ansietas. DM tipe-2 beresiko 2 kali lipat menderita ansietas maupun depresi dan sering tidak terdeteksi sehingga tidak mendapat penanganan dengan baik.
Tujuan penelitian: Mengetahui gambaran simtom ansietas dan depresi pada
pasien DM tipe-2 dengan menggunakan kuesioner Hospital Anxiety and
Depression Scale (HADS).
Metode penelitian: Penelitian deskriptif dengan metode cross sectional pada bulan Maret- April 2013 di Instalasi Rawat Jalan Divisi Endokrin dan Metabolik RSUP.H. Adam Malik Medan. Pasien DM tipe-2 yang memenuhi kriteria inklusi
dan mengisi kuesioner Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) untuk
penilaian simtom ansietas dan depresi.
Hasil penelitian: Berdasarkan kelompok usia 55-64 tahun simtom ansietas yang terbanyak 62,5% dan simtom depresi yang terbanyak 46,2%, kelompok jenis kelamin simtom ansietas laki- laki dan perempuan terbagi rata 50% dan simtom depresi laki-laki dan perempuan terbagi rata 50%, kelompok pekerjaan sebagai pensiunan simtom ansietas 37,5% dan simtom depresi 30,7%, kelompok pendidikan SLTA simtom ansietas 62,5% dan simtom depresi 61,6%, kelompok status kawin simtom ansietas 87,5% dan simtom depresi 84,6%, kelompok tempat tinggal dikota simtom ansietas 75% dan simtom depresi 65,4%
Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa pada pasien DM tipe-2 yang terkontrol (HbA1C <7%) ternyata dijumpai simtom ansietas 8% dan simtom depresi 26%, berdasarkan karakteristik demografik yang terbanyak untuk kelompok usia sekitar 55- 64 tahun, kelompok jenis kelamin sama antara laki- laki dan perempuan, kelompok bekerja pada pensiunan, kelompok pendidikan SLTA, kelompok menikah dan kelompok yang bertempat tinggal di kota.
Kata kunci:Diabetes melitus, simtom ansietas dan depresi, Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS)
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar persetujuan pembimbing... ii
Ucapan terima kasih... v
Daftar Singkatan dan Lambang... xii
Daftar Isi... xiii
Daftar Tabel... xvi
Daftar Gambar dan Diagram... xvii
Abstrak... xviii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Perumusan Masalah... 5
1.3 Tujuan Penelitian... 6
1.4 Manfaat penelitian... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 7 2.2 Simton Ansietas dan Depresi pada pasien Diabetes Melitus... 11 2.3 Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) ... 2.4 Kerangka Konsep……… 14 16
BAB 3 METODE PENELITIAN ... 17
3.1 Desain Penelitian... 17
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian... 17
3.3 Populasi Penelitian ... 17
3.4 Sampel dan cara pengambilan sampel ... 18
3.5 Estimasi Besar sampel ... 18
3.6 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 19
3.7 Cara Kerja Penelitian ... 19
3.8 Kerangka Operasional ... 21
3.9 Definisi Operasional ... 3.10 Persetujuan/ Informed Consent ... 3.11 Etika penelitian... 3.12 Rencana Pengolahan dan Penyajian Data... 22 23 23 23 BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 24
4.1 Hasil Penelitian... 24
BAB 5 PEMBAHASAN ... 40
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 44 6.1 Kesimpulan...
6.2 Saran...
44 44
DAFTAR RUJUKAN ... 45
x
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
BMI : Body Mass Index
DM : Diabetes Melitus
HADS : Hospital Anxiety and Depression Scale
HPA Axis : Hypothalamic Pituitary Adrenal Axis
IDF : International Diabetes Federation
SD : Sekolah Dasar
SLTP : Sekolah Lanjutan Tahap Pertama
SLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
WHO : World Health Organization
< : Lebih Kecil Dari
> : Lebih Besar Dari
≥ : Lebih Besar Atau Sama Dengan
≤ : Lebih Kecil Atau Sama Dengan
± : Lebih Kurang
Lampiran
1. Tabel Induk Hasil Penelitian
2. Lembaran Penjelasan Kepada Keluarga
3. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Concent)
4. Data Dasar Subjek Peneltian
5. Kuesioner Penelitian
6. Surat Persetujuan Komite Etik
7. Riwayat Hidup Peneliti
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Diabetes Melitus ... 7
Tabel 2.2 Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus ... 8
Tabel 2.3 Kadar Glukosa Sewaktu dan Puasa ... 9
Tabel 2.4 Target Pengendalian DM ... 10
Tabel 4.1 Distribusi Subjek Penelitian berdasarkan Karakteristik Demografi .... 24
Tabel 4.2. Distribusi simtom ansietas dan depresi berdasarkan usia ... 29
Tabel 4.3 Distribusi simtom ansietas dan depresi berdasarkan jenis kelamin ... 30
Tabel 4.4 Distribusi simtom ansietas dan depresi berdasarkan pekerjaan ... 31
Tabel 4.5 Distribusi simtom ansietas dan depresi berdasarkan pendidikan ... 32
Tabel 4.6 Distribusi simtom ansietas dan depresi berdasarkan status perkawinan 33 Tabel 4.7 Distribusi simtom ansietas dan depresi berdasarkan tempat tinggal .... 34
Tabel 4.8 Distribusi simtom ansietas dan depresi berdasarkan kuisioner HADS Ansietas ... 36
Tabel 4.9 Distribusi simtom ansietas dan depresi berdasarkan kuisioner HADS Depresi ... 38
DAFTAR GAMBAR DAN DIAGRAM
Gambar 2.1 Hemoglobin A1C Test ... 11
Diagram 4.1 Distribusi karakteristik demografik subjek penelitian berdasarkan
usia ... 25
Diagram 4.2 Distribusi karakteristik demografik subjek penelitian
berdasarkan Jenis kelamin... 26
Diagram 4.3 Distribusi karakteristik demografik subjek penelitian
berdasarkan pekerjaan ... 26
Diagram 4.4 Distribusi karakteristik demografik subjek penelitian
berdasarkan status pendidikan... 27
Diagram 4.5 Distribusi karakteristik demografik subjek penelitian
berdasarkan status perkawinan ... 28
Diagram4.6 Distribusi karakteristik demografik subjek penelitian berdasarkan
tempat tinggal ... 28
Diagram 4.7 Rekapitulasi Skor HADS Ansietas ... 35
Diagram 4.8 Rekapitulasi Skor HADS Depresi ... 35
ABSTRAK
Latar belakang: Diabetes melitus (DM) tipe-2 sering mengalami gangguan ansietas dan depresi dengan prevalensi dan insidensi 20-60% menderita depresi, dan 14-40% menderita ansietas. DM tipe-2 beresiko 2 kali lipat menderita ansietas maupun depresi dan sering tidak terdeteksi sehingga tidak mendapat penanganan dengan baik.
Tujuan penelitian: Mengetahui gambaran simtom ansietas dan depresi pada
pasien DM tipe-2 dengan menggunakan kuesioner Hospital Anxiety and
Depression Scale (HADS).
Metode penelitian: Penelitian deskriptif dengan metode cross sectional pada bulan Maret- April 2013 di Instalasi Rawat Jalan Divisi Endokrin dan Metabolik RSUP.H. Adam Malik Medan. Pasien DM tipe-2 yang memenuhi kriteria inklusi
dan mengisi kuesioner Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) untuk
penilaian simtom ansietas dan depresi.
Hasil penelitian: Berdasarkan kelompok usia 55-64 tahun simtom ansietas yang terbanyak 62,5% dan simtom depresi yang terbanyak 46,2%, kelompok jenis kelamin simtom ansietas laki- laki dan perempuan terbagi rata 50% dan simtom depresi laki-laki dan perempuan terbagi rata 50%, kelompok pekerjaan sebagai pensiunan simtom ansietas 37,5% dan simtom depresi 30,7%, kelompok pendidikan SLTA simtom ansietas 62,5% dan simtom depresi 61,6%, kelompok status kawin simtom ansietas 87,5% dan simtom depresi 84,6%, kelompok tempat tinggal dikota simtom ansietas 75% dan simtom depresi 65,4%
Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa pada pasien DM tipe-2 yang terkontrol (HbA1C <7%) ternyata dijumpai simtom ansietas 8% dan simtom depresi 26%, berdasarkan karakteristik demografik yang terbanyak untuk kelompok usia sekitar 55- 64 tahun, kelompok jenis kelamin sama antara laki- laki dan perempuan, kelompok bekerja pada pensiunan, kelompok pendidikan SLTA, kelompok menikah dan kelompok yang bertempat tinggal di kota.
Kata kunci:Diabetes melitus, simtom ansietas dan depresi, Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS)
viii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berdasarkan laporan dari International Diabetes Federation (IDF)
menunjukkan bahwa prevalensi diabetes melitus telah mencapai
epidemi tingkat global. Perkiraan untuk tahun 2010 menunjukkan bahwa 285 juta orang dewasa
menderita diabetes di tujuh wilayah IDF. Angka-angka ini merupakan peningkatan sebesar 39
juta dari tahun 2007 dan peningkatan terus berlanjut sebesar 439 juta di tahun 2030. Mengingat
angka prevalensi mendekati 290 juta, manusia diseluruh dunia, ekonomi, dan biaya- biaya sosial
dari diabetes sangat mengejutkan. Misalnya, IDF memperkirakan bahwa 3,9 juta kematian akan
disebabkan oleh diabetes pada tahun 2010 yang merupakan 6,8% total dari angka kematian
global. Hal ini juga dipercaya bahwa tahun 2025, lebih dari 75% dari penduduk dunia dengan
diabetes akan berada di negara-negara berkembang dan negara-negara dengan populasi terbesar
orang dewasa dengan diabetes yang mencakup: India, Cina dan Amerika Serikat. Di
negara-negara berkembang, mayoritas orang dewasa dengan diabetes berusia antara 45 dan 64 tahun,
sedangkan di negara-negara maju yang mayoritas orang dewasa dengan diabetes berusia 65
tahun dan lebih tua.1
Terdapat dua jenis gangguan psikosomatik yang sering dijumpai pada pasien diabetes
adalah ansietas dan depresi. Meski di Indonesia belum jelas insidensi dan prevalensi gangguan
mood ini, kepustakaan luar mencatat sebanyak 20 – 60 % pasien DM menderita depresi
untuk menderita ansietas ataupun depresi.3-5 Hal ini sering tidak terdeteksi sehingga tidak
mendapat penanganan yang baik. Faktor emosi atau stressor mempengaruhi status kesehatan
seseorang. Perjalanan penyakit kronik seperti diabetes dipengaruhi stress psikososial. Stress
emosional secara langsung dan tidak langsung dapat mempengaruhi. Suatu stress psikologi
kronik dapat mengaktifasi hypothalamic -pituitary -adrenal axis (HPA axis) dan menstimulasi
sistem syaraf simpatetik, respon inflamasi, agregasi trombosit dan penurunan sensitifitas insulin.2
Pasien DM yang menderita ansietas dan depresi juga memiliki kecendrungan untuk mengabaikan
perubahan pola perilaku yang direkomendasikan seperti kurang aktivitas, merokok dan diet
tinggi lemak.6,7
Pada penelitian Nichols dan kawan- kawan tahun 2007, sebanyak 1932 orang Amerika
dewasa dengan diabetes diidentifikasi, 435 dengan depresi ringan dan 1.497 tanpa depresi minor.
Individu dengan diabetes secara signifikan lebih mungkin untuk mengalami depresi
dibandingkan dengan orang tanpa diabetes. Setelah disesuaikan untuk usia, jenis kelamin, ras /
etnis dan status perkawinan, individu dengan diabetes tetap hampir dua kali lebih mungkin
sebagai individu untuk mengalami depresi dibandingkan individu tanpa diabetes. Proporsi yang
lebih tinggi dari wanita dibandingkan pria mengalami depresi (65% vs 35%, p <0,05).
Dibandingkan dengan orang dewasa tanpa depresi, mereka yang depresi memiliki pendapatan
rendah, kondisi komorbid (10,2 vs 6,5, p <0,05), dan lebih cenderung menggunakan insulin
(18,7% vs 7,3%, p <0,01). Individu yang depresi juga lebih cenderung memiliki komplikasi
diabetes yang terkait daripada yang tidak depresi.4
Li dan kawan- kawan melengkapi penelitian mereka dengan mengestimasi prevalensi
depresi yang tidak terdiagnosis antara individu dengan diabetes. Temuan sekunder mereka
terdiagnosis. Asghar dan kawan- kawan menemukan bukti gejala depresi pada 29% dari laki-laki
dan 30,5% perempuan dengan diabetes yang baru didiagnosa pada pedesaan Bangladesh.
Demikian pula, Sotiropoulos dan kawan- kawan menemukan bahwa 33,4% dari kelompok
dewasa orang Yunani dengan diabetes tipe 2 dilaporkan memiliki gejala depresi tinggi. Zahid
dan kawan- kawan menemukan prevalensi depresi yang lebih ringan (14,7%) di antara pasien
dengan diabetes di daerah pedesaan di Pakistan. Namun, Khamseh dan kawan- kawan
menemukan depresi mayor 71,8% dari 206 sampel pasien Iran dengan diabetes tipe 1 dan tipe
2. Pada penelitian dari 143 pasien dengan diabetes tipe-2 dan 132 kontrol yang sehat di Bahrain,
sebuah negara kepulauan dengan prevalensi tinggi dari diabetes tipe-2, Almawi dan kawan-
kawan menemukan proporsi yang lebih tinggi dari pasien diabetes tipe 2 dalam kedua kategori
depresi ringan-sedang dan berat-sangat parah. Peningkatan gejala depresi juga telah dilaporkan
di Amerika Afrika yang berada di kabupaten pedesaan di Georgia (USA) dan klinik primer
perkotaan di East Baltimore, Maryland (USA).1
Dalam review sistematis yang dirancang untuk memperkirakan prevalensi dari pasien
depresi klinis dengan diabetes tipe 2, Ali dan kawan- kawan menemukan bahwa prevalensi
depresi secara signifikan lebih tinggi di antara pasien dengan diabetes tipe 2 (17,6%)
dibandingkan tanpa diabetes (9,8%). Mereka juga menemukan bahwa prevalensi di kalangan
perempuan dengan diabetes (23,8%) lebih tinggi daripada rekan-rekan pria mereka dengan
diabetes (12,8%). Secara keseluruhan, penelitian telah menunjukkan bahwa individu dengan
diabetes lebih mungkin untuk mengalami depresi dibandingkan pada individu yang tidak
memiliki diabetes.1
Roupa dan kawan- kawan, menyimpulkan studi yang menunjukkan bahwa jenis kelamin
perempuan terhadap ansietas 62% dibandingkan dengan pria 21,5%. Persentase pada perempuan
terhadap simtom depresi 41,4% dibandingkan dengan pria 17,8%. Seseorang dengan obesitas
yang sangat ekstrim/ parah dengan BMI > 35 memiliki ansietas yang lebih banyak 52,5% dan
depresi 35,4% dibandingkan dengan orang yang overweight dan orang- orang dengan obesitas.8
Fisher dan kawan- kawan, membuat rangkuman faktor psikososial yang mempengaruhi
prevalensi depresi pada pasien diabetes lebih banyak dijumpai pada : perempuan, ras minoritas,
tidak menikah, umur pertengahan, status ekonomi rendah, dan tidak bekerja. Melihat
karakteristik penyakitnya, depresi dijumpai lebih tinggi bila terdapat komorbiditas atau
komplikasi, adanya riwayat depresi sebelumnya, derajat hendaya yang tinggi, dan rasa nyeri
yang menetap.2
Sebuah penelitian di Brazil oleh Papelbaum dan kawan- kawan, mencari hubungan antara
depresi dengan kontrol gula darah pada 70 orang DM type 2 mendapatkan sebanyak 13 orang
(18,6%) menderita depresi dan penderita DM type 2 dengan depresi memiliki kadar HbA1C
yang lebih tinggi (8,6±2%) dibanding pasien tanpa gangguan mood.9
Dengan memperhatikan aspek ansietas dan depresi ini, maka diharapkan akan
mempercepat kontrol glikemik serta mengurangi biaya pengobatan yang berlebihan. Memonitor
parameter biokimia seperti HbA1C dan level gula darah post prandial dan BMI menjadi langkah
untuk membebaskan dari simtom ansietas pada pasien ini. Begitu juga dengan latihan fisik
kelihatannya dapat melindungi efek dari ansietas terhadap pasien DM tipe-2.10
Mengingat prevalensi yang tinggi dari permasalahan ini, sangatlah penting bagi klinisi
untuk mampu secara cepat mengidentifikasi pasien- pasien yang membutuhkan perhatian lebih
terhadap simtom ansietas maupun depresi pada pasien Diabetes melitus. Maka peneliti tertarik
Diabetes melitus yang berobat ke Instalasi rawat jalan Divisi Endokrin dan Metabolik RSU.P.
H. Adam Malik Medan.
1.2 Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran simtom ansietas dan depresi pada pasien Diabetes Melitus tipe-2
yang terkontrol (HbA1C <7%)?
2. Berapakah proporsi simtom ansietas dan depresi pada pasien Diabetes Melitus tipe-2
berdasarkan karakteristik demografik (usia, jenis kelamin, status perkawinan, pekerjaan,
tingkat pendidikan dan tempat tinggal)?
1.3 Tujuan Penelitian
• Tujuan Umum :
Mengetahui gambaran simtom ansietas dan depresi pada pasien Diabetes Melitus tipe-2
dengan menggunakan kuesioner Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS)
• Tujuan Khusus :
1. Mengetahui gambaran simtom ansietas dan depresi pada pasien Diabetes Melitus
tipe-2 berdasarkan karakteristik demografik (usia, jenis kelamin, status perkawinan,
pekerjaan dan tingkat pendidikan)
2. Mengetahui gambaran simtom ansietas dan depresi pada pasien Diabetes Melitus
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi mengenai gambaran simtom
ansietas dan depresi pada pasien Diabetes Melitus, sehingga dengan memprediksi lebih dini
terjadinya ansietas dan depresi pada penyakit Diabetes Melitus kita dapat mengelola pasien
Diabetes secara komprehensif sehingga komplikasi lain dapat dicegah.
Serta hasil penelitian ini dapat sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya,
memberikan sosialisasi dan memberi pemahaman akan penggunaan HADS dalam menilai
simtom ansietas dan simtom depresi pada pasien Diabetes Melitus di instalasi rawat jalan divisi
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1Diabetes Melitus
2.1.1. Definisi
Menurut American Diabetes Association, diabetes melitus merupakan suatu kelompok
penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.11
Tabel 2.1 Klasifikasi diabetes melitus 11
Tipe I Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin
absolut. -Autoimun -Idiopatik
Tipe 2 Bervariasi mulai yang dominan resistensi insulin disertai defisiensi
insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi insulin disertai resistensi insulin.
Tipe Lain • Defek genetik fungsi sel beta
• Defek genetik kerja insulin • Penyakit eksokrin pancreas • Endokrinopati
• Karena obat atau zat kimia • Infeksi
• Sebab imunologi yang jarang
• Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan diabetes melitus.
2.1.2. Diagnosis
Diagnosis diabetes melitus ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar gula darah.
Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Guna penentuan diagnosis
diabetes melitus, pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena.
Penggunaan bahan darah utuh, vena ataupun kapiler tetap dapat dipergunakan dengan
memperhatikan angka-angka kriteria diagnostik yang berbeda-beda sesuai pembakuan oleh
WHO. Sedangkan untuk tujuan pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan
menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan glukometer.11
Kecurigaan adanya diabetes melitus perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik diabetes
melitus seperti tersebut dibawah ini:11
• Keluhan klasik diabetes melitus berupa : poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan
berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
• Keluhan lain dapat berupa: lemah badan, kesemutan, rasa gatal, mata kabur dan disfungsi
ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita.
Tabel 2.2 Kriteria diagnosis Diabetes Melitus11
1. Gejala klasik diabetes melitus + glukosa plasma sewaktu ≥ 200mg/dl Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir, ATAU
2. Gejala klasik diabetes melitus + Kadar glukosa plasma puasa ≥ 126mg / dl, Puasa diartikan pasien tidak mendapatkan kalori tambahan sedikitnya 8 jam,
ATAU
3. Kadar glukosa plasma pada tes toleransi glukosa oral ≥ 200mg/dl Tes toleransi glukosa oral dilakukan dengan standar WHO,
Tabel 2.3 Kadar glukosa sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan
2.1.3. Kriteria pengendalian Diabetes Melitus
Untuk dapat mencegah terjadinya komplikasi kronik, diperlukan pengendalian DM yang
baik yang merupakan sasaran terapi. Diabetes terkendali baik, apabila kadar glukosa darah
mencapai kadar yang diharapkan serta kadar lipid dan HbA1C juga mencapai kadar yang
diharapkan. Demikian pula status gizi dan tekanan darah. Kriteria keberhasilan pengendalian
Tabel 2.4 Target Pengendalian DM11
Risiko kardiovaskuler (-) Risiko kardiovaskuler (+) IMT (kg/m2) 18,5 - <23 >23
Glukosa Darah
Puasa (mg/dL) <100 2 jam PP (mg/dL) <140
A1C (%) <7,0 <7,0 Tekanan darah (mmHg)
Sistolik (mmHg) ≤130 ≤130 Diastolik (mmHg) ≤80 ≤80 Profil Lipid
Total Kolesterol (mg/dL) Trigliserid (mg/dL) HDL Kolesterol (mg/dL)
LDL Kolesterol (mg/dL) <100 <70
2.1.4. HbA1C
The Canadian Diabetes Association (CDA) menjelaskan penggunaan (HbA1C) dalam
menegakkan diagnosis diabetes mellitus. American Diabetes Association dan WHO
masing-masing merekomendasikan HbA1C ≥ 6,5% untuk diagnosis diabetes.12 HbA1C merupakan
test hemoglobin terglikosilasi yang disebut juga glikohemoglobin atau hemoglobin glikosilasi
disingkat sebagai HbA1C, merupakan cara yang digunakan untuk menilai efek perubahan terapi
Gambar 2.1. Hemoglobin A1C test 13
2.2. Simtom Ansietas dan Depresi pada pasien Diabetes Melitus
Banyak gangguan medis dikaitkan dengan ansietas. Gejala dapat mencakup serangan
panik, ansietas menyeluruh, obsesi dan kompulsi, serta tanda distres lain. Klinisi harus
meningkatkan kecurigaan untuk diagnosis ini ketika ansietas kronis atau ansietas paroksismal
disertai dengan penyakit fisik yang diketahui menyebabkan gejala tersebut pada sejumlah
pasien.14
Tidak seperti depresi, hubungan ansietas dengan diabetes lebih banyak diteliti bersamaan
dengan depresi. Dibandingkan dengan populasi umum pasien DM lebih banyak menderita
ansietas.3
Fobia terhadap jarum ataupun suntikan dan ketakutan akan terjadinya hipoglikemia
merupakan keadaan yang sering terjadi pada pasien DM. Pasien yang mengalami fobia akan sulit
secara darurat. Seringnya mereka tetap bertahan dengan keadaan hiperglikemia kronik karena
ketakutan terjadi hipoglikemia.3
Gejala dan tanda seperti berkeringat, cemas, tremor, takikardia dan konfusio sering
membingungkan, apakah ini merupakan bagian dari ansietas atau episode hipoglikemia. Situasi
ini sangat menyulitkan pasien dan juga klinisi dalam mengenali keadaan klinik sebenarnya.3
Menurut penelitian Paul dan kawan- kawan, keparahan simtom depresi secara bermakna
dikaitkan dengan kurangnya kepatuhan terhadap diet dan sekitar dua kali lipat karena
terhentinya pemberian obat hipoglikemik secara oral. Keparahan simtom depresi dikaitkan
dengan peningkatan yang tidak signifikan dalam tingkat HbA1C.15
Penelitian empiris pada saat ini menunjukkan adanya prevalensi depresi yang tinggi pada
populasi diabetes. Alasan mengapa prevalensi tinggi belum dapat dijelaskan sepenuhnya.2,16
Terdapat hipotesis dua arah (bi-directional) yang menerangkan terjadinya dan berulangnya
depresi pada pasien diabetes. Depresi terjadi sebagai hasil perubahan biokimia akibat langsung
dari diabetes atau terapinya. Hipotesis ini didasari beberapa penemuan sebagai berikut, antara
lain;
I)Gejala- gejala depresi sebagai pencetus diabetes (DM akibat depresi)
a) Penderita depresi sering memiliki kebiasaan hidup yang dapat memicu terjadinya
diabetes seperti: makan berlebihan atau tidak mengatur asupan makanan dan tidak
mengikuti rekomendasi diet untuk penurunan berat badan. Obesitas sebagai faktor resiko
diabetes sering terjadi pada pasien depresi akibat tingginya asupan kalori, gaya hidup
bermalas- malasan dan kebiasaan merokok.17 Hal inilah yang mendasari pendapat bahwa
merupakan faktor resiko meskipun pada perjalanan DM yang lanjut dapat menimbulkan
depresi.2
b) Keadaan depresi akan memicu aktivasi HPA aksis, sistem simpatoadrenal dan
mencetuskan proses inflamasi. Diketahui beberapa marker inflamasi yang dikenal dengan
faktor resiko terjadinya diabetes. Kadar interleukin-6 dan CRP (C-reactive protein)
merupakan marker inflamasi yang meningkat pada pasien depresi dan diabetes.16
c) Pengobatan antidepressan juga dapat memicu terjadinya peningkatan berat badan dan
obesitas yang merupakan faktor resiko diabetes.16
d) Terdapat bahan biologi yang sama-sama didapat pada pasien diabetes maupun depresi
yaitu peningkatan produksi kortisol, gangguan metabolisme neurotransmitter norepinefrin
dan serotonin, berkurangnya pemakaian glukosa dan meningkatnya resistensi insulin,
disfungsi sel islet beta pancreas yang pada akhirnya bermuara pada terjadinya DM tipe
2.1
II)Depresi terjadi akibat faktor psikologis dan psikososial yang berhubungan dengan penyakit
dan terapinya. Depresi pada diabetes terjadi akibat meningkatnya tekanan pasien yang dialami
dari penyakit kronik (Depresi akibat DM).2,16
a) Adanya stress psikologik yang timbul akibat tuntutan perubahan pola hidup (pola diet dan
olah raga) dan penggunaan obat-obatan antidiabetik maupun insulin.2
b) Tekanan psikologis meningkat pada dua tahun pertama sering terjadi, terutama sejak
diketahui adanya retinopati diabetik.
Adanya komorbiditas mengakibatkan hubungan timbal balik yang saling memberatkan.
perjalanan penyakit diabetes serta meningkatkan komplikasi serius. Sedangkan depresi sendiri
diketahui menjadi faktor resiko yang independen terhadap kejadian diabetes melitus.2
Hasil penelitian dari Abdulbari Bener dan kawan-kawan, menyimpulkan bahwa adanya
kejadian komorbiditas yang tinggi pasien DM dengan depresi, ansietas dan simtom stres. Depresi
dan simtom ansietas berhubungan secara signifikan dengan jenis kelamin pada pasien diabetes,
dengan tingkat kejadian yang tinggi pada perempuan.17
2.3. Hospital Anxiety and Depression Scale(HADS)
HADS adalah kuesioner self-rating yang dibuat oleh Zigmond dan Snaith pada tahun
1983, yang digunakan oleh dokter maupun ilmuwan, dapat dipercaya, valid, dan praktis
digunakan untuk mengidentifikasi dan mengukur dua bentuk umum dari gangguan psikologis
yaitu ansietas dan depresi dari pasien medis. Hasil penelitian Michopoulos dan kawan- kawan
menunjukkan bahwa HADS memiliki konsistensi internal yang tinggi dimana Cronbach’s α
koefisien 0,884 (0,829 untuk ansietas dan 0,840 untuk depresi).18
HADS biasanya memerlukan waktu 2 hingga 5 menit untuk diselesaikan. Pasien
menyelesaikan sejumlah pertanyaan yang telah disusun baik ansietas maupun depresi. Sama
seperti dengan kuesioner lainnya, haruslah berhati-hati observasinya, oleh karena itu diharapkan
pasien dapat membaca dan menulis. Karena beberapa pasien akan merasa malu dan berpura-pura
untuk menjawab pertanyaannya. Sangat beralasan untuk menyuruh responden membaca dengan
keras satu atau frasa lainnya kuesioner tersebut. Hal ini juga memberikan kesempatan untuk
menjelaskan tujuan dari kuesioner tersebut dan menjamin semua informasi klinis tersebut adalah
HADS terdiri dari 14 pertanyaan. Pertanyaan untuk masing-masing simtom ansietas (A)
dan depresi (D) berjumlah 7. Setiap pertanyaan yang dijawab pasien memiliki nilai respons 0-3,
dengan rentang skor 0-21 baik untuk ansietas dan depresi. Skor 0-7 adalah normal, 8-10 adalah
borderline dan 11-21 menunjukkan suatu masalah gangguan klinis/ simtom emosional. Beberapa
perkembangan penilaian HADS juga ada yang membagi kedalam rentang normal, ringan, sedang
dan berat.19
2.4. Kerangka Konsep
DM tipe -2 (HbA1C < 7% )
Sosio demografik • Usia
• Jenis kelamin
• Pendidikan
• Pekerjaan
• Perkawinan
• Tempat tinggal
Ansietas
Depresi
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan metode potong lintang
(cross sectional study), dengan mengisi kuesioner HADS untuk melihat simtom-simtom ansietas
dan depresi pada pasien Diabetes melitus.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
• Tempat Penelitian : Instalasi rawat jalan di Departemen Penyakit Dalam, Divisi Endokrin
dan Metabolik RSUP.H.Adam Malik Medan.
• Waktu Penelitian : 1 Maret 2013 – 31 April 2013
3.3. Populasi Penelitian
3.3.1. Populasi target
Pasien penyakit DM tipe-2 di Instalasi rawat jalan di Departemen Penyakit
Dalam, Divisi Endokrin dan Metabolik RSUP. H. Adam Malik Medan.
3.3.2. Populasi Terjangkau.
Pasien penyakit DM tipe-2 yang berobat di Instalasi rawat jalan Divisi Endokrin dan
Metabolik RSUP.H. Adam Malik Medan periode Maret 2013- April 2013.
3.4. Sampel dan Cara Pengambilan Sampel
Sampel penelitian adalah pasien penyakit DM tipe-2 yang datang berobat ke Instalasi
rawat jalan Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Divisi Endokrin dan Metabolik RSUP. H. Adam
Malik Medan yang memenuhi kriteria inklusi. Cara pengambilan sampel dengan non probability
sampling jenis consecutive sampling.
3.5 Estimasi Besar Sampel
Besar sampel diukur dengan rumus:20
n = Zα2PQ
d2
= (1,96)2 x 0,5 x 0,5
0,12
= 96,04 97 100
Dengan menggunakan rumus diatas didapatkan jumlah sampel 100 orang
Keterangan:
Zα = nilai batas bawah dari tabel Z yang besar nya tergantung pada nilai α yang ditentukan;
untuk nilai α=0,05 Zα = 1,96
P = proporsi simtom ansietas dan depresi pada pasien DM tipe-2 (50%)2,8
Q = 1 - P = 1 - 0,5 = 0,5
3.6 Kriteria Inklusi dan Ekslusi
3.6.1. Kriteria Inklusi
• Penderita DM tipe-2 yang sudah terdiagnosa DM atau sudah mendapat obat anti
diabetik.
• Usia > 45 tahun
• Hasil pemeriksaan terakhir HbA1C < 7% (terkontrol)
• Kooperatif dan dapat diwawancarai
• Bersedia ikut serta dalam penelitian.
3.6.2. Kriteria eksklusi
• Riwayat gangguan psikiatri
• Subjek yang pernah atau sedang menderita gangguan hati, ginjal.
• Subjek sedang menjalani terapi hormonal.
• Subjek dalam keadaan hamil atau sedang menyusui
3.7. Cara Kerja Penelitian
Pasien DM tipe-2 yang datang berobat jalan ke Instalasi rawat jalan divisi endokrin dan
metabolik RSUP. H. Adam Malik Medan yang telah didiagnosis oleh dokter spesialis/ residen
Ilmu Penyakit Dalam yang memenuhi kriteria inklusi akan dimasukkan kedalam penelitian.
Terhadap semua pasien yang termasuk dalam penelitian diminta memberikan persetujuan tertulis
a. Dilakukan anamnesis untuk mendapatkan data pasien mengenai identitas pasien dan
karakteristik demografiknya (umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, status
pernikahan dan tempat tinggal).
b. Setelah itu subjek penelitian diberikan kuisioner Hospital Anxiety and Depression Scale
(HADS) yang terdiri dari 14 pertanyaan, terbagi atas 7 pertanyaan untuk ansietas dan 7
pertanyaan untuk depresi.
c. Setelah semua kuesioner dan data pasien terisi lengkap maka akan dilakukan pengolahan
3.8. Kerangka Operasional
Pasien DM Tipe-2 HbA1C < 7%
Kriteria Inklusi
Kriteria Eksklusi
Karakteristik Demografik
o Umur
o Jenis kelamin
o Pendidikan
o Perkawinan
o Pekerjaan
o Tempat tinggal
Borderline
Normal Ansietas Depresi
Informed Consent
3.9. Definisi Operasional.
1. Simtom ansietas : simtom ansietas yang dinilai berdasarkan kuesioner Hospital Anxiety
and Depression Scale. Tujuh pertanyaan simtom ansietas (A) yang terdapat pada
pertanyaan nomor 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13.
2. Simtom depresi : simtom depresi yang dinilai berdasarkan kuesioner Hospital Anxiety and
Depression Scale. Tujuh pertanyaan simtom depresi (D) yang terdapat pada pertayaan
nomor 2, 4, 6, 8,10, 12, 14.
3. Penyakit DM tipe-2 adalah: suatu kelompok penyakit metabolik kronik yang disebabkan
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan asam amino akibat adanya defek sekresi
insulin, kerja insulin atau keduanya.
4. Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) : kuesioner self- rating yang dibuat
Zigmond dan Snaith pada tahun 1983, HADS terdiri dari 14 pertanyaan. Pertanyaan untuk
masing- masing simtom ansietas (A) dan depresi (D) berjumlah 7. Skor 0-7 adalah
normal, skor 8-10 adalah borderline abnormal, skor 11-21 pada poin A menunjukkan
suatu simtom ansietas, skor 11-21 pada poin D menunjukkan suatu simtom depresi.
5. Usia adalah lamanya hidup sejak lahir yang dinyatakan dalam satuan tahun. Usia dibagi
atas: 45- 54 tahun, 55- 64 tahun, dan ≤ 65 tahun.
6. Jenis kelamin : Laki- laki dan perempuan
7. Status perkawinan : kawin, belum kawin, duda dan janda.
8. Tingkat pendidikan dibedakan atas SD, SLTP, SLTA, Diploma, S1 dan S2.
9. Status pekerjaan dibedakan atas PNS, wiraswasta, petani, Ibu rumah tangga, pensiunan,
dan tidak bekerja.
10.Tempat tinggal dibedakan atas kota dan desa
11.HbA1C : Sebagai indikator HbA1C < 7% adalah yang terkontrol.
3.10. Persetujuan / Informed Consent
Semua subjek penelitian akan diminta persetujuan terlebih dahulu dan diberi penjelasan
sebelum diberikan kuesioner HADS.
3.11. Etika Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari Komite Etika Penelitian di
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.
3.12. Rencana Pengolahan dan Penyajian Data.
Pengolahan dan penyajian data dilakukan secara deskriptif. Dengan menampilkan
frekwensi dan distribusi tabel berisi proporsi masing- masing variabel untuk melihat gambaran
simtom ansietas dan depresi pada pasien Diabetes melitus tipe-2 yang terkontrol (HbA1C <7%)
berdasarkan karakteristik demografik (umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan,
pekerjaan dan tempat tinggal).
.
BAB 4. HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian
Sebanyak 100 pasien penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 yang datang berobat ke instalasi
rawat jalan Divisi Endokrin dan metabolik RSUP. H. Adam Malik Medan mengisi kuesioner
Hospital Anxiety Depression Scale (HADS) dari tanggal 1 Maret 2013 sampai 31 April 2013.
Tabel 4.1 Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Karakteristik Demografik
Karakteristik Responden Jumlah %
Pada tabel 4.1 memperlihatkan karakteristik demografik dimana yang terbanyak adalah
Perempuan sebanyak 51 orang (51%), umur 55-64 tahun sebanyak 44 orang (44 %), pekerjaan
terbanyak adalah pensiunan sebanyak 35 orang (35%), pendidikan SMA 47 orang (47%), yang
kawin 82 orang (82%), dan bertempat tinggal di kota sebanyak 78 orang (78%).
4.1.1 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Karakteristik Demografik
Diagram 4.1. Distribusi karakteristik demografi subjek penelitian berdasarkan usia
Dari diagram diatas usia subjek penelitian terbanyak adalah usia 55-64 tahun
yaitu sebanyak 44 orang (44%). 0
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
45-54th 55-64th ≥65
ta
Diagram 4.2. Distribusi karakteristik demografik subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin.
Dari diagram diatas jenis kelamin subjek penelitian terbanyak adalah wanita yaitu
sebanyak 51 orang (51%).
Diagram 4.3 Distribusi karakteristik demografi subjek penelitian berdasarkan pekerjaan.
PNS Wiraswasta Petani IRT Pensiunan Tidak kerja
ju
ml
a
Dari diagram diatas status pekerjaan subjek penelitian terbanyak adalah pensiunan yaitu
sebanyak 35 orang.
Diagram 4.4. Distribusi karakteristik demografik subjek penelitian berdasarkan status pendidikan.
Dari diagram diatas status pendidikan subjek penelitian terbanyak adalah SLTA yaitu
sebanyak 47 orang (47%) 0
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
SD SLTP SLTA Akademi S-1 S-2
ju
ml
a
Diagram 4.5. Distribusi karakteristik demografik subjek penelitian berdasarkan status Perkawinan
Dari diagram diatas status perkawinan subjek penelitian terbanyak adalah kawin yaitu
sebanyak 82 (82%)
Dari diagram diatas tempat tinggal subjek penelitian terbanyak adalah Kota
yaitu sebanyak 78 orang (78%)
Tabei 4.2 Distribusi simtom ansietas dan depresi berdasarkan usia
KELOMPOK USIA
HADS- ANSIETAS
Total
Normal Borderline Ansietas
N % N % N %
Normal Borderline Depresi
N % N % N %
45-54 tahun 10 30,3 11 26,8 10 38,4 31
55-64 tahun 11 33,3 21 51,2 12 46,2 44
≥ 65 tahun 12 36,4 9 22 4 15,4 25
Total 33 100 41 100 26 100 100
Pada tabel 4.2 diatas skor HADS- Ansietas memperlihatkan bahwa pada pasien Dm tipe-2
berdasarkan usia didapatkan proporsi simtom ansietas sebanyak 5 orang (62,5%) pada usia
55-64 tahun. Sedangkan skor HADS- Depresi memperlihatkan proporsi simtom depresi sebanyak
Tabel 4.3 Distribusi simtom ansietas dan depresi berdasarkan jenis kelamin
KELOMPOK JENIS KELAMIN
HADS- ANSIETAS
Total
Normal Borderline Ansietas
N % N % N %
Pria 37 50 8 44,5 4 50 49
Wanita 37 50 10 55,5 4 50 51
Total 74 100 18 100 8 100 100
KELOMPOK JENIS KELAMIN
HADS- DEPRESI
Total
Normal Borderline Depresi
N % N % N %
Pria 16 48,5 20 48,7 13 50 49
Wanita 17 51,5 21 51,3 13 50 51
Total 33 100 41 100 26 100 100
Pada tabel 4.3 diatas skor HADS- Ansietas memperlihatkan bahwa pada pasien Dm
tipe-2 berdasarkan jenis kelamin didapatkan proporsi simtom ansietas yang terbagi rata
sebanyak 4 orang (50%) pada laki- laki dan wanita sebanyak 4 orang (50%). Sedangkan skor
HADS- Depresi memperlihatkan proporsi simtom depresi yang terbagi rata pada laki-laki
Tabel 4.4 Distribusi simtom ansietas dan depresi berdasarkan pekerjaan
Pada tabel 4.4 diatas skor HADS- Ansietas memperlihatkan bahwa pada pasien Dm tipe-2
berdasarkan pekerjaan didapatkan proporsi simtom ansietas pada pensiunan sebanyak 3 orang
(37,5%). Sedangkan skor HADS- Depresi memperlihatkan proporsi simtom depresi pada
pensiunan sebanyak 8 orang (30,7%). STATUS
PEKERJAAN
HADS- ANSIETAS
Normal Borderline Ansietas Total
N % N % N %
Normal Borderline Depresi Total
Tabel 4.5 Distribusi simtom ansietas dan depresi berdasarkan pendidikan
Pada tabel 4.5 diatas skor HADS- Ansietas memperlihatkan bahwa pada pasien DM
tipe-2 berdasarkan pendidikan didapatkan proporsi simtom ansietas pada pendidikan SLTA
sebanyak 5 orang (62,5%). Sedangkan skor HADS- Depresi memperlihatkan proporsi simtom
depresi pada SLTA sebanyak 16 orang (61,6%). STATUS
PENDIDIKAN
HADS- ANSIETAS
Normal Borderline Ansietas Total
N % N % N %
Normal Borderline Depresi Total
Tabel 4.6 Distribusi simtom ansietas dan depresi berdasarkan status perkawinan
Pada tabel 4.6 diatas skor HADS- Ansietas memperlihatkan bahwa pada pasien Dm
tipe-2 berdasarkan status perkawinan didapatkan proporsi simtom ansietas pada status kawin
sebanyak 7 orang (87,5%). Sedangkan skor HADS- Depresi memperlihatkan proporsi simtom
depresi pada status kawin sebanyak 22 orang (84,6%). STATUS
PERKAWINAN
HADS- ANSIETAS
Normal Borderline Ansietas Total
N % N % N %
Normal Borderline Depresi Total
Tabel 4.7 Distribusi simtom ansietas dan depresi berdasarkan tempat tinggal
KELOMPOK
TEMPAT TINGGAL
HADS- ANSIETAS
Total
Normal Borderline Ansietas
N % N % N %
Kota 57 77,0 15 83,3 6 75 78
Desa 17 23 3 16,7 2 25 22
Total 74 100 18 100 8 100 100
KELOMPOK
TEMPAT TINGGAL
HADS- DEPRESI
Total
Normal Borderline Depresi
N % N % N %
Kota 28 84,8 33 80,5 17 65,4 78
Desa 5 15,2 8 19,5 9 34,6 22
Total 33 100 41 100 26 100 100
Pada tabel 4.7 diatas skor HADS- Ansietas memperlihatkan bahwa pada pasien Dm
tipe-2 berdasarkan tempat tinggal didapatkan proporsi simtom ansietas yang bertempat tinggal
di Kota sebanyak 6 orang (75%). Sedangkan skor HADS- Depresi memperlihatkan proporsi
4.1.2. Rekapitulasi skor HADS
Diagram 4.7. Rekapitulasi Skor HADS- Ansietas
Diagram 4.8 Rekapitulasi Skor HADS- Depresi 0
NORMAL BORDERLINE ANSIETAS
REKAPITULASI SKOR HADS ANSIETAS
NORMAL BORDERLINE DEPRESI
REKAPITULASI SKOR HADS DEPRESI
NORMAL
BORDERLINE
Dari diagram 4.7-8 diatas dapat dilihat bahwa berdasarkan skor HADS dari seluruh
subjek penelitian didapat simtom ansietas sebanyak 8 orang (8%) dan simtom depresi 26 orang
(26%)
Tabel 4.8 Distribusi simtom ansietas berdasarkan pertanyaan kuisioner HADS- Ansietas
KELAMIN PENDIDIKAN PEKERJAAN
Keterangan:
No.1. Saya merasa tegang atau tidak enak
No.3. Saya merasa takut kalau- kalau sesuatu yang tidak mengenakkan akan terjadi kepada saya
No.5. Perasaan khawatir mengganggu pikiran saya
No.7. Saya dapat duduk dengan tenang dan merasa nyaman
No.9. Saya merasa rasa takut sehingga saya merasa mual dan perut saya mulas
No.11 Saya merasa sesak seolah- olah saya dikejar- kejar
No.13. Saya dapat tiba- tiba merasa cemas yang berat, dapat menjadi panic dan gelisah
Skor: Tidak ada(0); Kadang-kadang (1); Sering (2); Sering sekali (3) ,kecuali pada point 7.
Pada tabel 4.8. diatas dapat dilihat yang paling banyak menjawab pada kuesioner 1
adalah subjek penelitian dengan status kawin sebanyak 33 orang yang menjawab tidak ada. Pada
kuesioner 3 adalah subjek penelitian dengan status kawin sebanyak 44 orang yang menjawab
sering. Pada kuesioner 5 adalah subjek penelitian dengan status kawin sebanyak 39 orang yang
menjawab sering. Pada kuesioner 7 adalah subjek penelitian dengan status kawin sebanyak 49
orang yang menjawab sering. Pada kuesioner 9 adalah subjek penelitian dengan status kawin dan
bertempat tinggal di Kota sebanyak 59 orang menjawab tidak ada. Pada kuesioner 11 adalah
subjek penelitian dengan tempat tinggal di Kota sebanyak 64 orang menjawab tidak ada. Pada
kuesioner 13 adalah subjek penelitian dengan status kawin sebanyak 37 orang menjawab tidak
Tabel 4.9 Distribusi simtom depresi berdasarkan pertanyaan kuisioner
KELAMIN PENDIDIKAN PEKERJAAN
Keterangan
No.2. Saya masih dapat menikmati hal-hal yang biasa saya senangi
No.4. Saya bisa tertawa dan melihat sisi-sisi yang lucu dari hal-hal yang saya lihat
No.6. Saya merasa gembira
No.8. Saya merasa seolah-olah semua pergerakan saya menjadi lambat
No.10. Saya merasa penampilan saya tidak menarik lagi
No.12 Saya menikmati hal-hal yang menyenangkan
No.14. Saya dapat menikmati buku yang bagus, radio dan program TV
Skor: Tidak ada(3); Kadang-kadang (2); Sering (1); Sering sekali (0) , kecuali pada point 8 dan 10.
Pada tabel 4.9. diatas dapat dilihat yang paling banyak menjawab pada kuesioner 2
adalah subjek penelitian dengan status kawin sebanyak 39 orang dan yang bertempat tinggal
di Kota sebanyak 39 orang yang menjawab sering. Pada kuesioner 4 adalah subjek penelitian
dengan status kawin sebanyak 58 orang yang menjawab sering. Pada kuesioner 6 adalah
subjek penelitian yang bertempat tinggal di Kota sebanyak 41 orang yang menjawab sering.
Pada kuesioner 8 adalah subjek penelitian yang bertempat tinggal di Kota sebanyak 27 orang
yang menjawab kadang- kadang. Pada kuesioner 10 adalah subjek penelitian yang bertempat
tinggal di Kota sebanyak 38 orang menjawab sering sekali. Pada kuesioner 12 adalah subjek
penelitian dengan tempat tinggal di Kota sebanyak 49 orang menjawab sering. Pada
kuesioner 14 adalah subjek penelitian dengan status kawin sebanyak 62 orang menjawab
BAB 5. PEMBAHASAN
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional.
Didapatkan hasil penelitian dan 100 subjek penelitian berdasarkan karakteristik
demografiknya yang terbanyak adalah Perempuan sebanyak 51 orang (51%), umur 55-64
tahun sebanyak 44 orang (44 %), pekerjaan terbanyak adalah pensiunan sebanyak 35 orang
(35%), pendidikan SLTA 47 orang (47%), yang kawin 82 orang (82%), dan bertempat tinggal
di kota sebanyak 78 orang (78%).
Dari hasil penelitian memperlihatkan bahwa simtom ansietas dijumpai pada pasien DM
tipe-2 yang terkontrol (HbA1C <7%) pada keiompok usia 55-64 sebanyak 5 orang (62,5%)
dan simtom depresi sebanyak 12 orang (46,2%). Beberapa penelitian sebelumnya yaitu
penelitian Najid Al-Saffar dan kawan-kawan yang meneliti tentang gangguan ansietas
menyeluruh pada pasien DM tipe-2 banyak dijumpai pada kelompok usia 50-59 tahun.
Sementara pada penelitian ini banyak dijumpai pada kelompok usia 55-65 tahun. Mungkin hal
ini disebabkan kelompok usia ini rentan menderita DM tipe-2, karena DM tipe -2 sering
mengenai usia pertengahan, dimana pada usia pertengahan terjadi insufisiensi insulin atau
resistensi insulin.21 Menurut hasil penelitian Fisher dan kawan- kawan, membuat rangkuman
faktor psikososial yang mempengaruhi prevalensi depresi pada pasien diabetes lebih banyak
dijumpai pada umur pertengahan.2
Dari hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa simtom ansietas pada pasien DM
tipe-2 yang terkontrol (HbA1C < 7%) tidak ada perbedaan antara jenis kelamin laki- laki sebanyak
ada perbedaan antara laki- laki sebanyak 13 orang (50%) dan perempuan sebanyak 13 orang
(50%). Berbeda dengan hasil penelitian Asghar dan kawan- kawan menemukan bukti gejala
depresi pada 29% dari laki-laki dan 30,5% perempuan dengan diabetes yang baru didiagnosa
pada pedesaan Bangladesh.1 Roupa dan kawan- kawan, menyimpulkan bahwa jenis kelamin
berhubungan sangat kuat untuk terjadinya ansietas dan simtom depresi, dimana perempuan
lebih sering mengalami simtom ansietas dan depresi dibandingkan dengan laki- laki.8
Dari hasil penelitian memperlihatkan bahwa simtom ansietas pada pasien DM tipe-2
yang terkontrol (HbA1C <7%) dijumpai pada kelompok bekerja sebagai pensiunan sebanyak 3
orang (37,5%) dan simtom depresi juga dijumpai pada pensiunan sebanyak 8 orang (30,7%).
Kemungkinan hal ini disebabkan lamanya pasien menderita diabetes dan ini berhubungan
dengan tingginya tingkat kejadian depresi.10 Menurut Fisher dan kawan- kawan yang
mempengaruhi prevalensi depresi pada pasien diabetes lebih banyak dijumpai pada kelompok
tidak bekerja.2
Dari hasil penelitian memperlihatkan bahwa simtom ansietas pada pasien DM tipe-2
yang terkontrol (HbA1C <7%) dijumpai pada pendidikan SLTA sebanyak 5 orang (62,5%) dan
simtom depresi pada pendidikan SLTA sebanyak 16 orang (61,6%). Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian Tarik Tuncay dan kawan- kawan menunjukan bahwa ansietas pada pasien
DM tipe-2 banyak pada tingkat pendidikan SLTA. Pada penelitian Tarik Tuncay dan kawan
kawan menyatakan bahwa pendidikan tinggi cenderung menderita ansietas dibandingkan
pendidikan rendah. 22
Dari hasil penelitian memperlihatkan bahwa simtom ansietas pada pasien DM tipe-2
(87,5%) dan simtom depresi dijumpai pada kelompok status kawin sebanyak 22 orang (84,6%).
Hal ini mungkin disebabkan masih adanya keluhan- keluhan klasik dari penyakit DM salah
satunya berupa disfungsi ereksi pada pria serta pruritus vulvae pada wanita.11 Penelitian Najid
Al-Saffar dan kawan- kawan yang meneliti tentang gangguan ansietas menyeluruh pada pasien
DM tipe-2 banyak dijumpai pada kelompok status kawin, hal ini disebabkan karena banyaknya
permasalahan hidup yang dihadapi kelompok status kawin.21 Hal ini berbeda dengan penelitian
Fisher dan kawan- kawan simtom ansietas dan depresi banyak dijumpai pada kelompok yang
tidak kawin.2
Dari hasil penelitian memperlihatkan bahwa simtom ansietas pada pasien DM tipe-2
dijumpai yang bertempat tinggal di kota sebanyak 6 orang (75%) dan simtom depresi juga
dijumpai yang bertempat tinggal di kota sebanyak 17 orang (65,4%). Hal ini disebabkan karena
tempat tinggal dikota mungkin banyak dipengaruhi oleh gaya hidup ( life style ) yang tinggi
sehingga kemungkinan dapat terjadi simtom ansietas dan simtom depresi pada pasien ini.
Mengingat untuk mendapatkan hasil pengelolaan diabetes yang optimal dibutuhkan perubahan
perilaku.11 Menurut penelitian Zahid dan kawan- kawan menemukan prevalensi depresi ringan
(14,7%) pada pasien diabetes melitus di daerah pedesaan Pakistan.1
Kelemahan pada penelitian ini adalah bersifat deskriptif sehingga tidak dapat ditarik
kesimpulan hubungan sebab akibat. Penelitian ini juga memerlukan jumlah sampel yang lebih
banyak. Penelitian ini juga tidak menganalisa berapa lama pasien menderita Diabetes melitus.
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa pada pasien DM tipe-2 yang terkontrol (HbA1C
<7%) ternyata dijumpai simtom ansietas 8% dan simtom depresi 26%, berdasarkan karakteristik
demografik simtom ansietas dan simtom depresi yang terbanyak untuk kelompok usia sekitar 55-
64 tahun, kelompok jenis kelamin sama antara laki- laki dan perempuan, kelompok bekerja pada
pensiunan, kelompok pendidikan SLTA, kelompok menikah dan kelompok yang bertempat
tinggal di kota.
6.2. Saran
1. Penilaian psikiatri harus menjadi manajemen yang penting pada pasien Diabetes melitus
tipe-2.
2. Kepedulian tenaga kesehatan terhadap adanya simtom- simtom ansietas dan depresi
harus ditingkatkan untuk mencegah keterlambatan penatalaksanaan.
3. Konsultasi psikiatri yang adekuat dan manajemen yang baik sangat diperlukan.
4. Selain itu diperlukan kerjasama yang baik antara Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa dan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam serta Departemen terkait lainnya.
DAFTAR RUJUKAN
1. Egede L, Ellis C. Diabetes and depression: Global Perspectives. Diabetes research and
clinical practice 87. 2010; p. 302-312
2. Mudjaddid E, Putranto R. Aspek Psikosomatik Pasien Diabetes Melitus. Dalam : Buku
Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jilid III. Internal Publishing. 2006 ; h. 939-41.
3. Balhara YPS. Diabetes and Psychiatric disorder. Indian Journal of Endocrinology and
metabolic.Vol 15(4). 2011; p. 274-83
4. Nichols I, Barton PL, Glazner J, McCollum M: Diabetes, minor depression and health
care utilization and expenditures: a retrospective database study. Cost Effectiveness and
Resource Allocation. 2007; p. 1-8
5. Bauwman V, Adriaanse MC, Van’t Riet E, Snoek FJ, Dekker JM: Depression, anxiety
and gloucose metabolism in the general Dutch population: the new Hoorn study. PloS
One. 2010; p. 1-7
6. Vogelzangs N, Suthers K, Ferrucci L, et al. Hypercortisolemic Depression is associated
with the metabolic syndrome in late-life. Psychoneuroendocrinology. 2007; 32(2):
151-159
7. Danese A, Moffitt TE, Harrington H, et al. Adverse childhood experiences and adult risk
factors for age related disease: depression inflamation, and clustering of metabolic risk
8. Roupa Z, Koulouri A, Satiropoulou P, et al. Anxiety and depression in patients with type
2 diabetes mellitus depending on sex and body mass index. Health science Journal;
p.32-40
9. Papelbaum M, Moreira RO, Coutinho W, et al. Depression, Glycemic Control and type 2
diabetes. Diabetology & Metabolic Syndrome. 2011; p. 1-4.
10.Balhara YPS, Sagar R. Correlated of Anxiety and Depression Among patients with type 2
Diabetes Mellitus. Indian Journal of Endocrinology and Metabolism. Vol 15. 2011; p.
50-54.
11.PERKENI. Pengelolaan Diabetes Mellitus tipe-2. Dalam Konsensus Pengelolaan Dan
Pencegahan Diabetes Mellitus tipe-2 Di Indonesia, 2011.
12.Goldenberg RM, Cheng AY, Punthakee Z, Clement M. Use of Glycated Hemoglobin
(A1C) in the diagnosis of type 2 Diabetes Mellitus in Adults. Canadian Journal of
Diabetes; p.247-249
13.Olmsted Medical Center. Hemoglobin A1C test (HbA1C). Information
Sheet-Hemoglobin A1C test; p.1
14.Sadock BJ, Sadock VA. Anxiety disorders in Psychiatry. In Kaplan & Sadock’s.
Synopsis of psychiatry behavioral sciences/ clinical psychiatry. 10th ed. Philadelphia:
Lippincot Williams and Wilkins; 2007: p.579
15.Ciechanowski PS, Katon WJ, Russo JE. Depression and Diabetes: impact of depression
symptom on adherence, function, and cost. Arch Intern Med. Vol 160. American Medical
Association. 2000; p. 3278- 85.
16.Golden SH, lazo M, Carnethon M, et al. Examining a Bidirectional Association Between
17.Bener A, Al Hamaq AO, Dafeeah EE. High Prevalence of depression, Anxiety and stress
symptom among Diabetes Melitus patients. The Open Psychiatry Journal. Vol 5. 2011; p.
5-12.
18.Michoupolus I, Douzenis A, Kalkavoura C, et al. Hospital Anxiety and Depression Scale
(HADS): Validation in a Greek general hospital sample. BioMed Central. Annals of
General Psychiatry. 2008; p. 1-5.
19.Zigmond AS, Snaith RP. The Hospital Anxiety and depression Scale. Acta Psychiatr
Scand. 1983 Jun; 67(6):361-70
20.Dahlan MS. Langkah- langkah membuat proposal penelitian bidang kedokteran dan
kesehatan. Jakarta. Sagung Seto. 2009.
21.Al-Saffar NM, Saeed DA. General Anxiety Disorder type-2 Diabetes Mellitus in
Suleimaniya city. Tikrit Medical Journal. 2009;15(1); p.78-85
22.Tunchay T, Mushabak I, Gok DE, Kutlu M. The Relationship between Anxiety Coping