PENGARUH PERBANDINGAN MEDIA TANAM KOMPOS KULIT BIJI KOPI DAN PEMBERIAN PUPUK NPK (15:15:15) PADA BIBIT KOPI (Coffea sp.)
DI RUMAH KACA
SKRIPSI
OLEH:
ANANDA LAVIENDI 080310078 / BDP – AGRONOMI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI F A K U L T A S P E R TA N I A N UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGARUH PERBANDINGAN MEDIA TANAM KOMPOS KULIT BIJI KOPI DAN PEMBERIAN PUPUK NPK (15:15:15) PADA BIBIT KOPI (Coffea sp.)
DI RUMAH KACA
OLEH:
ANANDA LAVIENDI 080310078 / BDP – AGRONOMI
Skripsi Merupakan Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI F A K U L T A S P E R TA N I A N UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Penelitian : Pengaruh Perbandingan Media Tanam Kompos Biji Kopi dan Pemberian
Pupuk NPK (15:15:15) pada Bibit Kopi (Coffea sp.) di Rumah Kaca
Nama : Ananda Laviendi
NIM : 080301078
Program Studi : Agronomi
Disetujui oleh: Komisi Pembimbing
(Ir. Jonatan Ginting, MS) Ketua
(Ir. Irsal, MP Anggota
)
Mengetahui,
Ketua Program Studi Agroekoteknologi
(Ir. T. Sabrina, M.Agr Sc, Ph.D NIP. 1964 062 019980 32001
ABSTRAK
ANANDA LAVIENDI: Pengaruh Perbandingan Media Tanam Kompos Biji Kopi dan Pemberian Pupuk NPK (15:15:15) pada Bibit Kopi (Coffea sp.) di Rumah Kaca, dibimbing oleh JONATAN GINTING dan IRSAL.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan bibit kopi pada media tanam kulit biji kopi dan pemberian pupuk NPK (15:15:15). Penelitian ini
dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan (42 m dpl) pada bulan September 2014 sampai November 2014. Metode percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK)
faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu media tanam kompos kulit kopi (0, 25, 50, 75 % Kompos) dan pupuk NPK (0; 0,25; 0,5; 0,75, 1 g/polibag). Parameter yang diamati adalah
tinggi tanaman, diameter batang, total luas daun, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk, panjang akar, bobot basah akar, dan bobot kering akar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan media tanam kompos kulit kopi berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter. Perlakuan pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata pada diameter batang 2 – 12 MST, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap parameter lain. Interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter.
ABSTRACT
ANANDA LAVIENDI: The Influence of Various Ratio of Coffe Hulls
Compost Planting Media and NPK Compund Fertilizer (15:15:15) on Coffe Seedling (Coffea sp.) in Greenhouse. Supervised by JONATAN GINTING
and IRSAL.
The aim of research was to determine the growth of coffe seedling with various ration of coffe hulls compost planting media and NPK compund fertilizer.
Research had been conducted in the greenhouse of Agriculture Faculty, Sumatera Utara University, Medan (42 m asl) in September 2014 until
November 2014, by using Randomized Blok Design with two factors, i.e. coffe pulp compost planting media (0, 25%, 50%, 75% compost) and NPK compund fertilizer (0; 0,25; 0,5; 0,75; 1 g/polybag). Parameters measured
were plant’s height, steem’s diameter, total leaf area, fresh shoot weight, wet root weight, root’s length, dry shoot weight, and dry root weight.
The result showed that the treatment of coffe pulp compost planting media had no significant effect on every parameters. The treatment of giving NPK
compund fertilizer had significant effect on steem’s diameter at 2 – 12 wap. The interaction of coffe pulp compost planting media and NPK compund fertilizer
had no significant effect on every parameters.
RIWAYAT HIDUP
Ananda Laviendi dilahirkan di Medan pada tanggal 18 Agustus 1990 dari
pasangan Bapak Avin dan Ibu Lara Triningsih. Penulis merupakan anak pertama
dari dua bersaudara.
Pendidikan formal yang pernah diperoleh penulis antara lain;
tahun 1996 – 2002 menempuh pendidikan dasar di SD Swasta Al-Azhar, Medan;
tahun 2002 – 2005 menempuh pendidikan di SMP Swasta Al-Azhar, Medan;
tahun 2005 – 2008 menempuh pendidikan di SMA Negeri 1, Medan;
tahun 2008 lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur
SNMPTN. Penulis memilih program studi Agronomi Departemen
Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan
Budidaya Pertanian (HIMADITA).
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Sochfindo
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada tuhan yang maha esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada
waktunya.
Adapun judul skripsi ini adalah “Pengaruh Perbandingan Media Tanam Kompos Biji Kopi dan Pemberian Pupuk NPK (15:15:15) pada Bibit Kopi (Coffea sp.) di Rumah Kaca” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Ir. Jonatan Ginting, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Irsal, MP
selaku anggota komisi pembimbing, yang telah memberi bimbingan dan saran
kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan penelitian ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini
bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Desember 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN GAMBAR ... xi
PENDAHULUAN
Kompos Kulit Biji Kopi ... 11
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 14
Bahan dan Alat ... 14
Metode Penelitian... 14
PELAKSANAAN PENELITIAN Pembuatan Kompos Kulit Kopi ... 17
Persiapan Media Tanam ... 17
Aplikasi Pupuk NPK ... 18
Pemeliharaan Bibit ... 18
Penyiraman ... 18
Pengendalian Hama dan Penyakit ... 18
Penyiangan ... 18
Pemanenan ... 19
Pengamatan Parameter ... 19
Tinggi Bibit (cm) ... 19
Diameter Batang (mm) ... 19
Total Luas Daun (cm2 Bobot Basah Tajuk (g) ... 19
) ... 19
Bobot Kering Tajuk (g) ... 20
Panjang Akar (cm) ... 20
Bobot Basah Akar (g) ... 20
Bobot Kering Akar (g) ... 20
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 21
Pembahasan ... 31
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 35
Saran ... 35
DAFTAR PUSTAKA ... 36
DAFTAR TABEL
No. Hal.
1. Rataan tinggi tanaman (cm) dengan perlakuan Media Tanam Kompos Kulit Kopi 2, 2, 4, 6, 8, 10 MST ... 21
2. Rataan diameter batang (mm) dengan perlakuan Media Tanam
Kompos Kulit Kopi 2, 2, 4, 6, 8, 10 MST ... 23
3. Rataan total luas daun (cm2) dengan perlakuan Media Tanam Kompos Kuliit Kopi dan pupuk NPK ... 25
4. Rataan bobot basah tajuk (g) dengan perlakuan Media Tanam Kompos Kuliit Kopi dan pupuk NPK ... 24
5. Rataan bobot kering tajuk (g) dengan perlakuan Media Tanam Kompos Kuliit Kopi dan pupuk NPK ... 27
6. Rataan bobot panjang akar (cm) dengan perlakuan Media Tanam Kompos Kuliit Kopi dan pupuk NPK ... 26
7. Rataan bobot basah akar (g) dengan perlakuan Media Tanam Kompos Kuliit Kopi dan pupuk NPK ... 29
DAFTAR GAMBAR
No. Hal.
1. Kurva Respons Diameter Batang terhadap Pemberian Pupuk NPK
DAFTAR LAMPIRAN TABEL
No. Hal.
1. Tabel Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 2 MST ... 44
2. Tabel Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST ... 44
3. Tabel Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 4 MST ... 45
4. Tabel Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST ... 45
5. Tabel Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 6 MST ... 46
6. Tabe Daftarl Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MST ... 46
7. Tabel Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 8 MST ... 47
8. Tabel Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 8 MST ... 47
9. Tabel Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 10 MST ... 48
10. Tabel Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 10 MST ... 48
11. Tabel Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 12 MST ... 49
12. Tabel Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 12 MST ... 49
13. Tabel Data Pengamatan Diameter Batang (mm) 2 MST ... 50
14. Tabel Daftar Sidik Ragam Diameter Batang 2 MST ... 51
15. Tabel Data Pengamatan Diameter Batang (mm) 4 MST ... 52
16. Tabel Daftar Sidik Ragam Diameter Batang 4 MST ... 53
17. Tabel Data Pengamatan Diameter Batang (mm) 6 MST ... 54
18. Tabel Daftar Sidik Ragam Diameter Batang 6 MST ... 55
19. Tabel Data Pengamatan Diameter Batang (mm) 8 MST ... 56
20. Tabel Daftar Sidik Ragam Diameter Batang 8 MST ... 57
23. Tabel Data Pengamatan Diameter Batang (mm) 12 MST ... 60
24. Tabel Daftar Sidik Ragam Diameter Batang 12 MST ... 61
25. Tabel Data Pengamatan Total Luas Daun (cm2 26. Tabel Daftar Sidik Ragam Total Luas Daun ... 62
) ... 62
27. Tabel Data Pengamatan Bobot Basah Tajuk (g) ... 63
28. Tabel Daftar Sidik Ragam Bobot Basah Tajuk ... 63
29. Tabel Data Pengamatan Bobot Kering Tajuk (g) ... 64
30. Tabel Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk ... 64
31. Tabel Data Pengamatan Panjang Akar (cm) ... 65
32. Tabel Daftar Sidik Ragam Panjang Akar ... 65
33. Tabel Data Pengamatan Bobot Basah Akar (g) ... 66
34. Tabel Daftar Sidik Ragam Bobot Basah Akar ... 66
35. Tabel Data Pengamatan Bobot Kering Akar (g) ... 67
DAFTAR LAMPIRAN GAMBAR
No. Hal.
1. Bagan Penanaman pada Plot ... 38
2. Bagan Plot Penelitian ... 39
3. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 41
ABSTRAK
ANANDA LAVIENDI: Pengaruh Perbandingan Media Tanam Kompos Biji Kopi dan Pemberian Pupuk NPK (15:15:15) pada Bibit Kopi (Coffea sp.) di Rumah Kaca, dibimbing oleh JONATAN GINTING dan IRSAL.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan bibit kopi pada media tanam kulit biji kopi dan pemberian pupuk NPK (15:15:15). Penelitian ini
dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan (42 m dpl) pada bulan September 2014 sampai November 2014. Metode percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK)
faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu media tanam kompos kulit kopi (0, 25, 50, 75 % Kompos) dan pupuk NPK (0; 0,25; 0,5; 0,75, 1 g/polibag). Parameter yang diamati adalah
tinggi tanaman, diameter batang, total luas daun, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk, panjang akar, bobot basah akar, dan bobot kering akar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan media tanam kompos kulit kopi berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter. Perlakuan pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata pada diameter batang 2 – 12 MST, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap parameter lain. Interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter.
ABSTRACT
ANANDA LAVIENDI: The Influence of Various Ratio of Coffe Hulls
Compost Planting Media and NPK Compund Fertilizer (15:15:15) on Coffe Seedling (Coffea sp.) in Greenhouse. Supervised by JONATAN GINTING
and IRSAL.
The aim of research was to determine the growth of coffe seedling with various ration of coffe hulls compost planting media and NPK compund fertilizer.
Research had been conducted in the greenhouse of Agriculture Faculty, Sumatera Utara University, Medan (42 m asl) in September 2014 until
November 2014, by using Randomized Blok Design with two factors, i.e. coffe pulp compost planting media (0, 25%, 50%, 75% compost) and NPK compund fertilizer (0; 0,25; 0,5; 0,75; 1 g/polybag). Parameters measured
were plant’s height, steem’s diameter, total leaf area, fresh shoot weight, wet root weight, root’s length, dry shoot weight, and dry root weight.
The result showed that the treatment of coffe pulp compost planting media had no significant effect on every parameters. The treatment of giving NPK
compund fertilizer had significant effect on steem’s diameter at 2 – 12 wap. The interaction of coffe pulp compost planting media and NPK compund fertilizer
had no significant effect on every parameters.
PENDAHULUAN Latar Belakang
Produktivitas kopi arabika di Indonesia pada tahun 1994 – 1998 lebih
tinggi dari kopi robusta. Produktivitas kopi arabika mencapai 658 – 847
Kg/ha/tahun, sedangkan produktivitas kopi robusta hanya mencapai 529 – 557
Kg/ha/tahun. Lebih tingginya produktivitas kopi arabika disebabkan karena yang
bersifat lebih unggul yakni varietas Catimor yang berhabitus katai dan produksi
yang tinggi (Pelita Perkebunan, 1999).
Laju rata-rata perkembangan produksi kopi Sumatera Utara (2, 19%),
volume ekspor kopi Sumatera Utara (1,03%), lebih cepat dari laju rata-rata
perkembangan produksi kopi dunia (1,9%), dan pekembangan volume ekspor
kopi dunia (0,55%). Selain itu jumlah produksi kopi Sumatera Utara setiap
tahunnya masih lebih kecil dari jumlah volume ekspor kopi. Hal ini menunjukkan
masih terbukanya peluang bagi para petani kopi untuk mengembangkan
produksinya (Marlina, 2007).
Dengan semakin luasnya areal penanaman kopi arabika habitus katai dan
lebih produktivitasnya kopi varietas ini dibandingkan kopi varietas lain akan
meningkatkan produksi kopi arabika di Indonesia (Pelita Perkebunan, 1998).
Produksi kopi arabika yang tinggi sangat ditentukan oleh ketersediaan
bahan tanaman (bibit) yang baik dan sehat. Oleh karena itu teknik pembibitan
sangat penting diperhatikan khususnya dalam hal media tanam bibit dan
pemupukan bibit.
Media tanam memegang peranan penting untuk mendapatkan bibit yang
yang baik mempunyai agregat yang mantap, tekstur lempung berliat, kapasitas
menahan air yang cukup baik dan total pori yang optimal. Selain itu media harus
memiliki kesuburan tanah yang baik, mengandung bahan organik yang tinggi serta
tidak terdapat zat beracun.
Tanah top soil yang merupakan salah satu media tanam dalam
pembibitan kopi sangat penting diperhatikan kondisi kesuburannya. Sutedjo
(1986) menyatakan bahwa pemakaian tanah secara rutin dan minimnya usaha
perawatan menyebabkan semakin sedikit tanah tersebut ditemukan terutama
lapisan top soil, sehingga timbul ide untuk mempersiapkan media yang baik
dengan campuran tanah dan pupuk kandang, limbah organik seperti blotong,
pupuk alam seperti kompos dengan perbandingan tertentu.
Disamping media tanam pemupukan pada pembibitan kopi arabika juga
sangat penting diperhatikan khususnya pupuk NPK. AAK (1988) menyatakan
bahwa kombinasi pemberian N, P2O5 dan K2O akan memperkuat jaringan sel
tanaman, sehingga memungkinkan tanaman cepat pulih kembali dari efek
negative musim kemarau. Oleh karena itu pemberian pupuk yang cukup akan
menjamin mutu produksi yang tinggi.
Pemupukan NPK pada kopi perlu dilakukan saat mulai dari pembibitan
untuk menjamin dihasilkannya bibit yang baik dan sehat. Dengan dihasilkannya
bibit yang baik dan sehat maka diharapkan dapat dihasilkan pertumbuhan dan
produksi tanaman dewasa yang baik.
Dalam pemupukan tanaman banyak hal yang perlu diperhatikan. Salah
ketidakseimbangan dosis pemupukan atau penambahan unsur dapat menghambat
ketersediaan unsur lain yang pada akhirnya dapat berakibat jelek bagi tanaman
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertatik melakukan penelitian
tentang pertumbuhan bibit kopi (Coffea sp.) pada berbagai perbandingan media
tanam kompos kulit kopi dan pemberian pupuk NPK. Sehingga diperoleh
komposisi media tanam kompos kulit kopi dan dosis pupuk NPK yang baik bagi
pertumbuhan bibit kopi.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pertumbuhan bibit kopi (Coffea sp.) pada berbagai
perbandingan media tanam kompos kulit kopi dan pemberian pupuk NPK.
Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh media tanam kompos kulit kopi dan pengaruh pemberian
pupuk NPK terhadap pertumbuhan bibit kopi (Coffea sp.).
Kegunaan Penelitian
Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Serta sebagai bahan informasi
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman
Sistematika tanaman kopi sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Coffea
Spesies : Coffea sp. (Syamsulbahri, 1996).
Tanaman kopi berakar tunggang, lurus ke bawah, pendek dan kuat.
Panjang akar tunggang ini kurang lebih 45 – 50 cm. selain itu banyak pula akar
cabang samping, dan bercabang merata, masuk ke dalam tanah lebih dalam lagi
(AAK, 1991).
Batang pokok sudah mulai tampak dan tumbuh terus sampai menjadi
besar. Tanman kopi mempunyai beberapa jenis cabang yaitu cabang reproduksi,
cabang primer, cabang sekunder, cabang kipas, cabang pecut, cabang balik dan
cabang air. Cabang primer mempunyai ciri-ciri yaitu arah pertumbuhannya
mendatar, lemah, berfungsi sebagai penghasil bunga karena di setiap ketiak
daunnya terdapat mata atau tunas yang dapat tumbuh menjadi bunga
(Najiyati dan Danarti, 1997).
Kopi mempunyai bentuk daun bulat telur, ujungnya agak meruncing
tersusun berdampingan. Pada batang atau cabang-cabang yang bentuknya tegak
lurus, susunan daun itu berselang-seling pada ruas-ruas berikutnya, sedangkan
daun tumbuh pada ranting-ranting dan cabang-cabang yang mendatar, pasangan
itu terletak pada bidang yang sama, tidak berselang-seling. Daun dewasa berwarna
hijau tua, sedangkan daun yang masih muda berwarna perunggu (AAK, 1991).
Bunga kopi terbentuk pada ketiak-ketiak daun dari cabang plagiotrop,
masing ketiak dapat menghasilkan 3 – 4 tandan yang terdiri dari
masing-masing tanaman 3 – 5 kuntum bunga. Jumlah bunga kopi arabika lebih banyak
dari kopi liberika. Pada kondisi optimal jumlah kopi arabika bisa mencapai
6000 – 8000 per pohon. Mahkota bunga berwarna putih dengan jumlah bunga
sebanyak 5 bunga. Kopi arabika bertangkai putik lebih pendek disbanding dengan
benang sarinya. Sehingga kopi arabika menyerbuk sendiri, sedangkan kopi
robusta dan liberika menyerbuk silang (Syamsulbahri, 1996).
Buah terdiri dari daging buah dan biji. Daging buah terdiri atas 3 bagian
lapisan kulit luar (eksocarp), lapisan daging (mesocarp), lapisan kulit tanduk
(endocarp) yang tipis tetapi keras. Buah kopi umumnya mengandung 2 butir biji,
tetapi kadang-kadang hanya mengandung 1 butir atau bahkan tidak berbiji
(hampa) sama sekali (Najiyarti dan Danarti, 1997).
Biji terdiri dari 2 bagian:
1. Kulit biji yang merupakan selaput tipis membalut biji yakni yang disebut selaput
perak atau kulit ari.
2. Putih lembaga atau endosperma. Pada permukaan kulit biji yang datar saluran
yang arahnya memanjang dan ke dalam, merupakan lubang yang panjang sama
lebih sempit dan merupakan 1 kantong yang tertutup. Disebelah kantong terdapat
lembaga (embrio) dengan sepasang daun tipis dan dasar akar yang berwarna putih
(AAK, 1991)
Syarat Tumbuh Iklim
Kopi arabika menghendaki ketinggian tempat antara 500 – 1700 mdpl.
Bila kopi arabika ditanam di dataran rendah kurang dari 500 mdpl biasanya akan
berproduksi dan bermutu rendah serta mudah terserang penyakit. Beberapa
genotif keturunan kopi arabika varietas Catimor tidak hanya mampu beradaptasi
pada lahan lebih tinggi serta toleran penyakit karat daun. Makin tinggi tempat
penanaman dan atau makin basah tempat penanaman makin lebat buahnya
(Mawardi dan Hulupi, 1992).
Kopi umumnya tumbuh optimum di daerah yang curah hujannya
2000 – 3000 mm/tahun. Namun kopi masih tumbuh bahkan di daerah bercurah
hujan 1300 – 2000 mm/tahun. Bahkan daerah bercurah hujan 1000 – 1300
mm/tahun pun kopi masih mampu tumbuh baik, asalkan ada usaha untuk
mengatasi kekeringan, misalnya dengan memberinya mulsa dan irigasi yang
intensif, sehingga kadang-kadang kurang ekonomis, dengan suhu sekitar
16oC – 21o
Pohon kopi tidak tahan terhadap guncangan angin kencang, karena angin
akan mempertinggi penguapan air dan dapat merusak tajuk tanaman. Untuk
menahan datangnya angin kencang maka dibutuhkan penanaman pohon pelindung
Kopi umumnya tidak menyukai sinar matahari langsung dalam jumlah
banyak, tetapi menghendaki sinar matahari yang teratur. Sengatan sinar matahari
langsung dalam jumlah banyak dapat mengganggu keseimbangan proses
fotosintesa terutama dalam musim kemarau. Untuk pembentukan buah, tanaman
kopi menghendaki intensitas cahaya di bawah 1000 foot candle (fc)
(Syamsulbahri, 1996).
Tanah
Secara umum tanaman kopi menghendaki tanah yang gembur, subur dan
kaya bahan organik. Untuk itu tanah di sekitar tanaman harus sering ditambah
dengan pupuk organik agar sistem perakarannya tetap tumbuh baik dan dapat
mengambil unsur hara sebagai mana mestinya (Najiyati dan Danarti, 1997).
Kopi arabika menghendaki tanah yang mempunyai yang mempunyai pH
berkisar antara 5 – 6,4. Kurang dari angka tersebut kopi arabika juga masih bisa
tumbuh, tetapi kurang bisa menyerap beberapa unsur hara sehingga
kadang-kadang perlu dikapur. Sebaliknya tanaman kopi arabika tidak menghendaki tanah
yang agak basa (pH lebih dari 6,5) oleh karena itu pemberian kapur tidak boleh
berlebihan (Syamsulbahri, 1996).
Akar tanaman kopi mempunyai kebutuhan oksigen yang tinggi, yang
berarti tanah yang drainasenya kurang baik dan tanah liat berat adalah tidak
cocok. Sebab kecuali tanah tersebut sulit ditembus akar, peredaran air dan udara
pun akan menjadi jelek (AAK, 1991).
Pupuk NPK
Pemupukan merupakan usaha yang paling mudah untuk meningkatkan
meratakan atau menaikkan produksi. Kopi muda mempunyai kebutuhan khusus
akan N dan P2O5, maka setelah tanaman dewasa akan memerlukan lebih banyak
lagi akan unsur K2
Nitrogen merupakan unsur hara makro yang penting untuk pertumbuhan
tanaman dan diperlukan dalam jumlah relatif besar dibandingkan dengan unsure
hara lain. Menurut Hardjowigeno (2003), N berfungsi dalam pembentukan protein
dan mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman. Jika tanaman tumbuh pada tanah
yang cukup N maka daun akan berwarna lebih hijau, dan bila berwarna
kekuningan, pertumbuhan tanaman terhambat dan perkembangan akar jelek
makan tanaman mengalami defisiensi unsur hara N.
O. Oleh karena itu sangat penting bagi tanaman kopi untuk
mendapatkan unsur hara yang seimbang pada setiap saat (AAK, 1991).
Pupuk nitrogen mengandung hara tanaman N bentuk senyawa tanaman
ini umumnya berupa nitrat, ammonium amin, dan sionida. Contoh: Kalium nitrat
(KNO3), ammonium fosfat ((NH4)3PO4), urea (NH2CONH2), dan kalsium
sianida (CaCN2
Nitrogen diserap tanaman dalam bentuk ion nitrat (NO
). Bentuk pupuk N ini berupa Kristal, prill, pellet, tablet ataupun
cair (Rosmarkam dan Yuwono, 2001).
3-) dan ion
ammonium (NH4+). Sebagian besar nitrogen diserap dalam bentuk ion nitrat
karena ion tersebut bermuatan negatif sehingga selalu berada di dalam larutan
tanah dan muda diserap oleh akar. Karena selalu berada di dalam larutan tanah,
ion nitrat lebih mudah tercuci oleh aliran air. Arah pencucian menuju lapisan di
bawah daerah perakaran sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman.
Sebaliknya, ion ammonium bermuatan positif sehingga terikat oleh koloid tanah.
kation. Karena bermuatan positif, ion ammonium tidak mudah hilang oleh proses
pencucian (Damanik, dkk. 2010).
Fosfor diperlukan tanaman untuk merangsang pertumbuhan akar-akar
baru, mempercepat pembungaan, pemangkasan biji dan buah, serta memperkokoh
tegaknya bunga (Indriani, 1998).
Ketersediaan fosfor dalam tanah ditentukan oleh banyak faktor, tapi yang
paling penting adalah pH tanah. Pada tanah ber-pH renfah (asam), fosfor akan
bereaksi dengan ion besi dan aluminium fosfat yang sukar larut di dalam air
sehingga tidak dapat digunakan oleh tanaman. Pada tanah ber pH tinggi (basa),
fosfor akan bereaksi dengan ion kalsium. Reaksi ini membentuk kalsium posfat
yang sifatnya sukar larut dan tidak dapat digunakan oleh tanaman. Dengan
demikian, tanpa memperhatikan pH tanah, pemupukan fosfor tidak akan
berpengaruh bagi pertumbuhan tanaman (Novizan, 2002).
Fosfor diserap tanaman dalam bentuk H2PO4-, HPO42-, dan PO4
3-Kalium sangat penting bagi pertumbuhan tanaman, antara lain sebagai
bahan penguat, mempertinggi tanaman, dan memperbaiki produksi umbi
(menaikkan kadar tepungnya) (Indriani, 1998).
, atau
tergantung dari nilai pH tanah. Fosfor sebagian besar berasal dari pelapukan
batuan mineral alami, sisanya berasal dari pelapukan bahan organik. Walaupun
sumber fosfor di dalam tanah mineral cukup banyak, tanaman masih bisa
mengalami kekurangan fosfor. Pasalnya sebagian besar fosfor terikat secara kimia
oleh unsur lain sehingga menjadi senyawa yang sukar larut di dalam air. Mungkin
Fungsi K dalam pertumbuhan tanaman ada pengaruhnya pada efisiensi
penggunaan air. Proses membuka dan menutup pori-pori tanaman, stomata
dikendalikan oleh konsentrasi K dalam sel yang terdapat di sekitar stomata
(Winarso, 2005).
Jumlah jenis pupuk yang khusus mengandung kalium relatif sedikit.
Umumnya unsur kalium sudah dicampur dengan pupuk atau unsur yang lain
menjadi pupuk majemuk. Dengan demikian pupuk tersebut sudah mengandung
kalium, nitrogen dan fosfor (dua atau lebih hara tanaman). Kadar pupuk K
dinyatakan sebagai %K2O. Konversi kadar K2
%K
O menjadi K adalah sebagai
berikut:
2
%K = 0,83 x %K
O = 1,2 x %K
2
Selama pengikisan, ion dan kalium, K
O (Rosmarkam dan Yuwono, 2001).
+
dilepaskan ke dalam larutan
tanah. Tanaman-tanaman menyerap kalium sebagai K+ terutama dari larutan tanah dan sedikit melalui pertukaran kontak dari permukaan pertukaran kation.
Beberapa ion K+ terdapat dalam larutan tanah dan sampai beberapa ratus ion K+
Menurut Najiyarti dan Danarti (1997) adapun dosis pemupukan bibit
kopi yang dapat digunakan menurut umurnya adalah sebagai berikut:
perpotongan alur akre terdapat pada pertukaran katio, dalam kebanyakan tanah
mineral (Foth, 1994).
Umur 3 bulan membutuhkan 10 g urea/m2, 5 g TSP/m2 dan 5 g KCl/m Umur 5 bulan membutuhkan 20 g urea/m
2 2
, 10 g TSP/m2 dan 10 g KCl/m Umur 7 bulan membutuhkan 30 g urea/m
2 2
, 15 g TSP/m2 dan 15 g KCl/m Umur 9 bulan membutuhkan 40 g urea/m
2 2
Umur 12 bulan membutuhkan 50 g urea/m2, 25 g TSP/m2 dan 25 KCl/m
Kompos Kulit Biji Kopi
2
Pupuk organik secara fisik ada dua macam yaitu pupuk organik padat dan
pupuk organik cair. Pupuk organik padat termasuk pupuk yang kandungan unsur
haranya dilepas secara perlahan-lahan. Penggunaan pupuk organik dapat
memberikan beberapa manfaat yaitu menyediakan unsur hara makro dan mikro
bagi tanaman, menggemburkan tanah, memperbaiki tekstur dan struktur tanah,
memudahkan pertumbuhan akar tanaman, daya serap air yang lebih lama pada
tanah. Pelepasan unsur hara pupuk organik berbeda dengan pupuk kimia,
pelepasan unsur hara organik akan semakin baik apabila dibantu dengan aktivitas
mikroorganisme (Isnaini, 2006).
Penggunaan kompos sebagai bahan pembenah tanah (soil condition)
dapat meningkatkan kandungan baku bahan organik tanah sehingga
mempertahankan dan menambah kesuburan tanah pertanian. Karakteristik umum
dimiliki kompos antara lain: 1) mengandung unsur hara dalam jenis dan jumlah
bervariasi tergantung bahan asal, 2) menyediakan unsur hara secara lambat (slow
release) dan dalam jumlah terbatas, dan 3) mempunyai fungsi utama memperbaiki
kesuburan dan kesehatan tanah (Setyorini dkk, 2010).
Bahan organik ini berfungsi untuk memperbaiki sifat fisik tanah, karena
dapat memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kemampuan menahan air,
mengurangi kepadatan, konsistensi serta berat jenis tanah. Di samping itu,
berfungsi juga untuk memperbaiki sifat kimia tanah karena meningkatkan
kapasitas tukar kation dan kandungan hara makro dan mikro
Pengaruh kompos yang banyak pada penggunaannya adalah
menyediakan unsur hara yang diperlukan bagi tanaman, misalnya unsur hara
makro (N, P dan K). Selain meningkatkan unsur hara, kompos juga membantu
mencegah kehilangan unsur hara yang cepat hilang (N, P, K), yang mudah hilang
oleh penguapan atau oleh perlokasi. Bahan organik dalam kompos dapat mengikat
unsur hara yang mudah hilang dan menyediakannya bagi tanaman
(Marsono dan Sigit, 2001).
Limbah kopi merupakan salah satu contoh pupuk organik. Pupuk organik
merupakan pupuk dengan bahan dasar yang diambil dari alam dengan jumlah dan
jenis unsur hara yang terkandung secara alami. Dalam pemberian pupuk untuk
tanaman, ada beberapa hal yang harus diingat, yaitu ada tidaknya pengaruh
terhadap perkembangan sifat tanah (fisik, kimia maupun biologi) yang merugikan
serta ada tidaknya gangguan keseimbangan unsur hara tertentu oleh tanaman
(Musnawar, 2007).
Sebagian besar limbah perkebunan seperti kulit kakao, kopi, buah semu
jambu mete, cangkang kelapa sawit, dan limbah serabut kelapa sangat berpotensi
untuk diolah menjadi bahan yang bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan
tanah secara alami yaitu pupuk organik/kompos. Pengolahan kopi secara basah
akan menghasilkan limbah padat berupa kulit buah pada proses pengupasan buah
(pulping) dan kulir tanduk (hulling) (hhtp://ditjenbun.deptan.go.id, 2010).
Dekomposisi limbah kopi adalah modifikasi yang terjadi secara biologis
pada struktur kimia atau biologi bahan organik dengan kehadiran oksigen. Dalam
proses ini banyak koloni bakteri yang berperan, yang ditandai dengan adanya
adalah CO2, H2
Limbah kulit kopi memiliki kadar bahan organik dan unsur hara yang
memungkinkan untuk memperbaiki tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kadar C-organik kulit buah kopi adalah 45,3%, kadar nitrogen 2,98%, fosfor
0,18%, dan kalium 2,26%. Selain itu kulit buah kopi juga mengandung unsur Ca,
Mg, Mn, Fe, Cu, dan Zn (hhtp://ditjenbun.deptan.go.id, 2010).
O, humus dan energy. Hasil dari proses dekomposisi secara
aerobik berupa bahan kering dengan kelembaban 30% - 40%
(Djuardani dkk, 2005).
Proses pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami
penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan
bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan
mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses
ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup,
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian + 42 meter di atas permukaan laut,
mulai bulan September 2014 sampai dengan bulan November 2014.
Bahan dan Alat
Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah bibit kopi
arabika varietas sigarar utang simalungun dari pembibittan kopi milik T. L. Sinaga
umur 3 bulan sebagai komoditi penelitian, kulit biji kopi sebagai bahan baku
kompos, Tricodherma viride dan Tricodherma koningii sebagai organisme pendegradasi kulit biji kopi, cairan dekomposer sebagai bahan campuran
dekomposer, gula pasir sebagai aktivator jamur, pupuk NPK (15:15:15) sebagai
perlakuan, tanah ultisol sebagai media tanam, polybag sebagai wadah media
tanam serta air untuk menyiram tanaman.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, jaring, gembor,
meteran, beaker glass, timbangan, pacak sampel, label, ember, pisau, label nama,
alat tulis.
Metode penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) factorial
dengan dua faktor perlakuan, yaitu:
Faktor I : Perbandingan media tanam kompos kulit biji kopi (K) dengan 4
taraf, yaitu:
K0
K
= Subsoil (kontrol)
K2
K
= 50% Kompos
3
Faktor II : Dosis pupuk NPK (P) dengan 5 taraf, yaitu: = 75% Kompos
Sehingga diperoleh kombinasi perlakuan yaitu: = 1 g/polybag
Jumlah plot seluruhnya : 60 plot
Jarak antar plot : 30 cm
Jarak antar blok : 50 cm
Jumlah tanaman per plot : 5 tanaman
Jumlah tanaman sampel per plot : 4 tanaman
Jumlah sampel seluruhnya : 240 tanaman
Jumlah populasi : 300 tanaman
���� = �+�� +�� +�� + (��)�� +∑���
���� = Hasil pengamatan pada blok ke-I dengan perlakuan
perbandingan media tanam kompos kulit tanduk buah kopi taraf
ke-j dan perlakuan dosis pupuk NPK taraf ke-k
� = Nilai tengah
�� = Pengaruh blok ke-i
�� = Pengaruh perlakuan perbandingan media tanam kompos kulit
tanduk kopi taraf ke-j
�� = Pengaruh perlakuan dosis pupuk NPK taraf ke-k
(��)�� = Pengaruh interaksi pengaruh dengan perlakuan perbandingan
media tanam kompos kulit tanduk kopi taraf ke-j dengan
perlakuan dosis pupuk NPK taraf ke-k
∑��� = Pengaruh galat yang mendapat perlakuan perbandingan media
tanam kompos tanduk kopi taraf ke-j dengan perlakuan dosis
pupuk NPK taraf ke-k
Hasil sidik ragam nyata diuji dengan uji beda rataan berdasarkan uji jarak Duncan
PELAKSANAANPENELITIAN Pembuatan Kompos Kulit BijiKopi
Pembuatan kompos kulit biji kopi menggunakan bahan yang terdiri dari
kulit biji kopi sebanyak 100 kg, jamur Tricodherma viride dan Tricodherma koningii masing-masing sebanyak 1 petridisk, gula pasir sebanyak 1 kg, cairan dekomposer sebanyak 5 L dan air sebanyak 5 L. kulit biji kopi yang telah
disiapkan di haluskan dengan menggunakan grinder. Kemudian masing-masing 1
petridisk Tricodherma viride dan Tricodherma koningii dicampurkan dengan cairan dekomposer, air dan gula, lalu aduk selama + 5 menit. Setelah itu
campuran disiramkan pada kulit biji kopi secara merata dengan menggunakan
gembor, lalu digundukkan setinggi + 30 cm. Kemudian ditutup dengan plastik dan
diusahakan tidak masuk udara karena jamurnya bersifat anaerob. Kompos diaduk
seminggu sekali hingga komposnya matang dan dapat digunakan setelah 2 bulan.
Persiapan Media Tanam
Kompos kulit biji kopi yang telah matang dicampurkan dengan tanah
subsoil, kemudian diolah agar kompos dan subsoil bercampur dengan baik.
Setelah itu dimasukkan dan dipadakan ke dalam polybag dengan ukuran 20 x 30
cm sebagai media tanam.
Penanaman
Objek penelitian ditanam di media yang telah disiapkan. Kedalaman
lubang tanam disesuaikan dengan kondisi akar. Penanaman dilakukan dengan
hati-hati agar tidak merusak akar dan batang dari objek penelitian. Kemudian
lubang ditutup dengan hati-hati menggunakan media tanam.
Aplikasi pupuk NPK dilakukan sebanyak dua kali. Pemberian pupuk
pertama dilakukan pada 1 MST sebanyak 1/3 dosis perlakuan pupuk NPK..
Pemupukan dilakukan dengan membenamkan pupuk pada parit kecil yang dibuat
mengelilingi batang. 2/3 dosis sisanya diberikan pada saat 8 MST dengan cara
yang sama.
Pemeliharaan Bibit Penyiraman
Penyiraman bibit dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari.
Penyiraman dilakukan dengan cara menyiramkan air sebanyak 30 L setiap hari
dengan menggunakan gembor.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan pada saat terjadi gejala
serangan. Pengendalian hama dilakukan dengan menggunakan insektisida
Dimecro 50 SCW dengan dosis disesuaikan dengan petunjuk. Pengendalian
dilakukan 2 minggu sekali. Pengendalian penyakit dilakukan dengan
menggunakan Dithane M-45 80 PW dengan dosis yang dianjurkan. Pengendalian
penyakit dilakukan 4 minggu sekali. Apabila terdapat gejala serangan maka
pengendalian dilakukan 2 minggu sekali.
Penyiangan
Penyiangan gulma dilakukan setiap seminggu sekali. Penyiangan
dilakukan dengan cara mencabut gulma menggunakan tangan.
Pemanenan dilakukan pada saat objek penelitian berumur 12 MST.
Pemanenan dilakukan dengan cara merobek polibag dan membersihkan tanah dari
akar secara perlahan.
Pengamatan Parameter Tinggi Bibit (cm)
Tinggi bibit diukur mulai dari garis permukaan tanah pada patok standar
hingga titik tumbuh bibit dengan menggunakan meteran. Pengukuran tinggi
tanaman dilakukan 2 minggu sekali pada saat objek penelitian berumur 2 MST
hingga 12 MST.
Diameter Batang (mm)
Diameter batang diukur sejajar garis 1 cm di atas garis permukaan tanah
pada patok standar dengan menggunakan jangka sorong. Pengukuran diameter
batang dilakukan 2 minggu sekali pada saat objek penelitian berumur 2 MST
hingga 12 MST.
Total Luas Daun (cm2
Pengukuran total luas daun dilakukan pada akhir penelitian dengan
menggunakan alat Leaf Area Meter setelah objek penelitian di panen.
)
Bobot Basah Tajuk (g)
Tajuk tanaman adalah bagian atas tanaman yang terdiri dari batang, serta
daun-daun pada objek penelitian. Bobot basah tajuk ditimbang setelah
pengamatan terakhir. Objek penelitian dibersihkan lalu dipisahkan dari akarnya.
Kemudian ditimbang dengan timbangan digital.
Bobot kering tajuk diukur setelah panen. Setelah dibersihkan objek
penelitian kemudian dimasukkan ke dalam amplop coklat yang telah dilubangi,
kemudian dikeringkan pada suhu 65 o
Bobot Basah Akar (g)
C di dalam oven sampai beratnya konstan.
Bahan kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan digital.
Bobot basah akar ditimbang setelah pengamatan terakhir. Objek
penelitian yang telah di panen di potong pada bagian pangkal akarnya. Akar
kemudian dibersihkan dan ditimbang dengan timbangan digital.
Panjang Akar (cm)
Panjang akar diukur setelah pengamatan terakhir. Objek penelitian yang
telah di panen di potong pada bagian pangkal akarnya. Kemudian diukur panjang
akar dengan menggunakan meteran.
Bobot Kering Akar (g)
Bobot kering akar diukur setelah pengamatan terakhir. Setelah
dibersihkan bahan kemudian dimasukkan ke dalam amplop coklat yang telah
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Tinggi tanaman (cm)
Tabel 1. Rataan tinggi tanaman (cm) dengan perlakuan media tanam kompos kulit biji kopi dan pupuk NPK
Data Pengamatan
Media Tanam Pupuk NPK Rataan
Hasil pengamatan tinggi pada 2 – 12 MST dapat dilihat
pada lampiran 8, 10, 12, 14, 16 dan 18. Sedangkan daftar sidik ragamnya
disajikan pada lampiran 9, 11, 13, 15, 17 dan 19. Berdasarkan sidik ragam
diketahui bahwa perlakuan media tanam kompos kulit biji kopi dan perlakuan
pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman. Interaksi antara
keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman
(2 - 12 MST).
Tabel 1 menunjukkan perlakuan media tanam kompos kulit biji kopi
berpengaruh terhadap tinggi tanaman. Tinggi tanaman cenderung lebih tinggi
pada 12 MST, yaitu 11,16 dengan taraf K1 (25% Kompos). Sedangkan tinggi
tanaman dengan kecenderungan lebih rendah terdapat pada perlakuan K2
Pada perlakuan pemberian pupuk NPK, tinggi tanaman paling tinggi
diperoleh pada 12 MST yaitu 11,13 dengan taraf P
(50%
Kompos) yaitu 9,92.
2 (0,5 g/polybag). Sedangkan
tinggi tanaman dengan kecenderung lebih rendah terdapat pada perlakuaan P0
Interaksi media tanam kompos kulit biji kopi dan pupuk NPK
menunjukkan tanaman cenderung lebih tinggi terdapat pada perlakuan K (Kontrol) yaitu 10,46.
1P0 pada
12 MST, yaitu 12,03 yang berpengaruh tidak nyata terhadap perlakuan lainnya.
Sedangkan tinggi tanaman dengan kecenderungan lebih rendah terdapat pada
Diameter Batang (mm)
Tabel 2. Rataan diameter batang (mm) dengan perlakuan media tanam kompos kulit biji kopi dan pupuk NPK
Data Pengamatan
Media Tanam Pupuk NPK Rataan
P0 (0 g) P1 (0,25 g) P2 (0,5 g) P3 (0,75 g) P4 (1 g)
Keterangan: Data yang diikuti notasi yang sama berpengaruh tidak nyata berdasarkan uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 5%.
Hasil pengamatan diameter batang pada umur 2 – 12 MST dapat dilihat
pada Lampiran 20, 22, 24, 26, 28 dan 30, sedangkan daftar sidik ragamnya
diketahui bahwa perlakuan media tanam kompos kulit biji kopi berpengaruh tidak
nyata terhadap diameter batang, sedangkan pemberian pupuk NPK berpengaruh
nyata terhadap parameter diameter batang. Interaksi antara keduanya berpengaruh
nyata terhadap parameter diameter batang (2 – 12 MST).
Tabel 2 menunjukkan pada umur 12 MST perlakuan media tanam kompos
kulit biji kopi, diameter batang dengan kecenderungan lebih besar terdapat pada
taraf perlakuan K1 (25% Kompos), yaitu 2,22 yang berpengaruh tidak nyata
dengan taraf perlakuan lainnya. Sedangkan diameter batang cenderung lebih kecil
pada perlakuan K0
Perlakuan pupuk NPK berpengaruh nyata pada diameter batang. Pada
2 MST diameter batang terbesar terdapat pada taraf perlakuan P (Kontrol) yaitu 2,05.
4 (1 g/polybag),
yang berbeda nyata dengan perlakuan perlakuan lainnya. Sedangkan diameter
batang terkecil terdapat pada taraf perlakuan P0
Pada 4 – 10 MST diameter batang terbesar terdapat pada taraf perlakuan
P
(Kontrol) yang berbeda nyata
dengan perlakuan lainnya.
4 (1 g/polybag) yang tidak tidak berbeda nyata pada perlakuan P3, tetapi berbeda
nyata dengan perlakuan P0, P1 dan P2. Sedangkan diameter batang terkecil
terdapat pada perlakuan P0 (Kontrol) yang tidak berbeda nyata dengan P1 dan P2,
tetapi berbeda nyata dengan perlakuan P3 dan P4
Pada 12 MST diameter batang terbesar terdapat pada perlakuan
P
.
4 (1 g/polybag) yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan P2 dan P3, tetapi
berbeda nyata dengan perlakuan P0 dan P1. Sedangkan diameter batang terkecil
terdapat pada perlakuan P0 (Kontrol) yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan
Pengaruh perlakuan pemberian pupuk NPK terhadap diameter batang 12
MST digambarkan pada Gambar 1 berikut.
Pada umur tanaman 12 MST, interaksi media tanam kompos kulit biji
kopi dan pupuk NPK berpengaruh tidak nyata. Diameter batang paling besar
diperoleh pada perlakuan K1P0 yaitu 2,68 pada 12 MST. Sedangkan diameter
batang terkecil terdapat pada perlakuan K0P4 Total Luas Daun (cm
yaitu 7,89.
2
Hasil pengamatan total luas daun dapat dilihat pada Lampiran 32
sedangkan daftar sidik ragamnya disajikan pada Lampiran 33. Berdasarkan tabel
sidik ragam diketahui bahwa perlakuan media tanam kompos kulit biji kopi dan
pemberian pupuk NPK serta interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata
terhadap parameter total luas daun. Hasil uji beda rataan total luas daun pada
media tanam kompos kulit biji kopi dan pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada
Tabel 3. Rataan total luas daun (cm2
Media Tanam
) dengan perlakuan media tanam kompos kulit biji kopi dan pupuk NPK
Pupuk NPK
Tabel 3 menunjukkan bahwa pada perlakuan media tanam kompos kulit
biji kopi, kecenderungan lebih besar terdapat pada perlakuan K0 (Kontrol) yaitu
31,96. Sedangkan total luas dengan kecenderungan lebih kecil terdapat pada
perlakuan K2
Pada perlakuan pupuk NPK total dengan kecenderungan lebih besar
terdapat pada P
(50% Kompos) yaitu 18,72.
3 (0,75 g/polybag) yaitu 29,45 dan kecenderungan lebih kecil
terdapat pada P2
Interaksi antara kedua perlakuan menunjukkan total luas daun dengan
kecenderungan lebih besar terdapat pada perlakuan K (0,5 g/polybag) yaitu 19,43.
3P0 yaitu 41,12 dan total
luas daun cenderung lebih kecil terdapat pada perlakuan K2P0 Bobot Basah Tajuk (g)
yaitu 8,6.
Hasil pengamatan bobot basah tajuk dapat dilihat pada Lampiran 34
sedangkan daftar sidik ragamnya disajikan pada Lampiran 35. Berdasarkan sidik
ragam diketahui bahwa perlakuan media tanam kompos kulit biji kopi dan pupuk
NPK serta interaksi antara pemberian media tanam kompos kulit biji kopi dan
pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap parameter bobot basah tajuk.
Hasil uji beda rataan bobot basah tajuk dengan pemberian media tanam
Tabel 4. Rataan bobot basah tajuk (g) dengan perlakuan media tanam kompos kulit biji kopi dan pupuk NPK
Media Tanam Pupuk NPK Rataan
P0 (0 g) P1 (0,25 g) P2 (0,5 g) P3 (0,75 g) P4 (1 g)
Tabel 4 menunjukkan perlakuan media tanam kompos kulit biji kopi
parameter bobot basah tajuk cenderung lebih besar pada K2 (50% Kompos) yaitu
0,34. Sedangkan bobot basah tajuk cenderung lebih kecil pada K0
Pada perlakuan pupuk NPK bobot basah tajuk cenderung lebih besar
pada perlakuan P
(Kontrol) yaitu
0,43.
3 (0,75 g/polybag) yaitu 0,45. Sedangkan perlakuan pemberian
pupuk NPK pada parameter bobot basah cenderung lebih kecil pada P2
Interaksi media tanam kompos kulit biji kopi dan pupuk NPK dapat
dilihat bobot tajuk cenderung lebih besar pada perlakuan K
(0,5
g/polybag) yaitu 0,33.
1P0 yaitu 0,46 pada 12
MST. Sedangkan bobot basah tajuk cenderung lebih kecil pada perlakuan K2P0
Bobot Kering Tajuk (g)
yaitu 0,21.
Hasil pengamatan bobot kering tajuk dapat dilihat pada Lampiran 36
sedangkan daftar sidik ragamnya disajikan pada Lampiran 37. Berdasarkan sidik
ragam diketahui bahwa perlakuan media tanam kompos kulit biji kopi dan pupuk
NPK serta interaksi antara pemberian media tanam kompos kulit biji kopi dan
Hasil uji beda rataan bobot kering tajuk dengan perlakuan media tanam
kompos kulit biji kopi dan pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rataan bobot kering tajuk (g) dengan perlakuan pemberian media tanam kompos kulit biji kopi dan pupuk NPK
Media Tanam Pupuk NPK Rataan
P0 (0 g) P1 (0,25 g) P2 (0,5 g) P3 (0,75 g) P4 (1 g)
Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa perlakuan media tanam kompos kulit biji
kopi dan pupuk NPK menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan pada
parameter bobot kering tajuk. Meskipun demikian pada perlakuan media tanam
kompos kulit biji kopi dapat dilihat data bobot kering tajuk cenderung lebih besar
pada perlakuan K0 (Kontrol) dan K1 (25% Kompos) yaitu 0,24 dan cenderung
lebih rendah pada perlakuan K2
Pada perlakuan pupuk NPK data bobot cenderung lebih tinggi pada
perlakuan P
(50% Kompos) yaitu 0,21.
0 (Kontrol) dan P3 yaitu 0,24 dan cenderung lebih rendah pada
perlakuan P2
Interaksi antara kedua perlakuan menunjukkan bobot kering tajuk
cenderung lebih tinggi pada perlakuan K yaitu 0,20.
0P2 dan K2P3 yaitu 0,15 dan bobot
cenderung lebih rendah pada perlakuan K1P0 Panjang Akar (cm)
yaitu 0,37.
Hasil pengamatan panjang akar dapat dilihat pada Lampiran 38 sedangkan
daftar sidik ragamnya disajikan pada Lampiran 39. Berdasarkan sidik ragam
serta interaksi antara pemberian media tanam kompos kulit biji kopi dan pupuk
NPK berpengaruh tidak nyata terhadap parameter panjang akar.
Hasil uji beda rataan panjang akar dengan perlakuan media tanam kompos
kulit biji kopi dan pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rataan bobot kering tajuk (g) dengan perlakuan pemberian media tanam kompos kulit biji kopi dan pupuk NPK
Media Tanam Pupuk NPK Rataan
P0 (0 g) P1 (0,25 g) P2 (0,5 g) P3 (0,75 g) P4 (1 g)
Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa perlakuan media tanam kompos kulit biji
kopi dan pupuk NPK menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan pada
parameter panjang akar. Meskipun demikian pada perlakuan media tanam kompos
kulit biji kopi dapat dilihat data panjang akar cenderung lebih tinggi pada
perlakuan K1 (25% Kompos) yaitu 9,44 dan data panjang akar cenderung lebih
rendah pada perlakuan K0
Pada perlakuan pupuk NPK data panjang akar cenderung lebih tinggi
pada perlakuan P
(Kontrol) yaitu 8,09.
3 (0,75 g/polybag) yaitu 0,92 dan panjang akar cenderung lebih
rendah pada perlakuan P1
Interaksi antara kedua perlakuan menunjukkan panjang akar cenderung
lebih tinggi pada perlakuan K
(0,25 g/polybag) yaitu 8,06.
3P3 yaitu 11,29 dan panjang akar cenderung lebih
rendah pada perlakuan K2P1 Bobot Basah Akar (g)
yaitu 7,24.
Hasil pengamatan bobot basah akar dapat dilihat pada Lampiran 40
ragam diketahui bahwa perlakuan media tanam kompos kulit biji kopi dan pupuk
NPK serta interaksi antara pemberian media tanam kompos kulit biji kopi dan
pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap parameter bobot basah akar.
Hasil uji beda rataan bobot basah akar dengan pemberian media tanam
kompos kulit biji kopi dan pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rataan bobot basah akar (g) dengan perlakuan media tanam kompos kulit biji kopi dan pupuk NPK
Media Tanam Pupuk NPK Rataan
P0 (0 g) P1 (0,25 g) P2 (0,5 g) P3 (0,75 g) P4 (1 g)
Tabel 7 menunjukkan bahwa perlakuan dosis media tanam kompos kulit
biji kopi dan pupuk NPK berpengaruh tidak nyata antar level perlakuan.
Meskipun demikian pada perlakuan media tanam kompos kulit biji kopi dapat
dilihat bahwa bobot basah akar cenderung lebih tinggi pada perlakuan
K2 (50% Kompos) yaitu 0,37 dan bobot dengan kecenderungan lebih rendah
terdapat pada perlakuan K0
Pada perlakuan pupuk NPK kecenderungan lebih tinggi terdapat pada
perlakuan P
(Kontrol) yaitu 0,24.
2 (0,5 g/polybag) yaitu 0,23 dan cenderung lebih rendah pada
perlakuan P4
Interaksi antara kedua perlakuan menunjukkan data bobot dengan
kecenderungan lebih tinggi terdapat pada perlakuan K (1 g/polybag) yaitu 0,43.
2P4 yaitu 0,83 dan data
Bobot Kering Akar (g)
Hasil pengamatan bobot kering akar dapat dilihat pada Lampiran 42
sedangkan daftar sidik ragamnya disajikan pada Lampiran 43. Berdasarkan sidik
ragam diketahui bahwa perlakuan media tanam kompos kulit biji kopi dan pupuk
NPK serta interaksi antara pemberian media tanam kompos kulit biji kopi dan
pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap parameter bobot kering akar.
Hasil uji beda rataan bobot kering akar dengan pemberian media tanam
kompos kulit biji kopi dan pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Rataan bobot kering akar (g) dengan perlakuan media tanam kompos kulit biji kopi dan pupuk NPK
Media Tanam Pupuk NPK Rataan
P0 (0 g) P1 (0,25 g) P2 (0,5 g) P3 (0,75 g) P4 (1 g)
Tabel 8 menunjukkan bahwa perlakuan dosis media tanam kompos kulit
biji kopi dan pupuk NPK berpengaruh tidak nyata antar level perlakuan.
Meskipun demikian pada perlakuan media tanam kompos kulit biji kopi dapat
dilihat bahwa bobot kering akar cenderung lebih tinggi pada perlakuan K1 (25%
Kompos) yaitu 0,25 dan bobot cenderung lebih rendah pada perlakuan K0
Pada perlakuan pupuk NPK terdapat bobot cenderung lebih tinggi pada
perlakuan P
(Kontrol) yaitu 0,18.
0 (Kontrol) yaitu 0,24 dan cenderung lebih rendah pada perlakuan
P2 (0,5 g/polybag) yaitu 0,18. Interaksi antara kedua perlakuan menunjukkan data
bobot dengan kecenderungan lebih tinggi terdapat pada perlakuan K1P0 yaitu 0,42
Pembahasan
Pertumbuhan Bibit Kopi pada Media Tanam Kompos Kulit Kopi
Hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa media tanam
kompos kulit biji kopi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, diameter
batang, total luas daun, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk, panjang akar, bobot
basah akar dan bobot kering akar. Hal ini diduga karena kompos kulit buah kopi
yang diaplikasikan belum terdekomposisi secara sempurna, sehingga belum
mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah tersebut. Penggunaan kompos yang
belum matang biasanya disebabkan oleh bahan yang terlalu lama terurai karean
rasio C/N dari bahan terlalu tinggi. Mikroorganisme yang terdapat dalam kompos
yang belum matang masih aktif mengurai bahan kompos sehingga ketika
diaplikasikan pada tanaman mikroorganisme akan mengambil nitrogen dari tanah.
Hal ini akan menyebabkan tanaman menjadi bersaing dengan mikroorganisme
pengurai dalam memperoleh nitrogen dalam tanah. Mikroorganisme dapat
menjadi lebih cepat mengambil nitrogen dari pada tanaman sehingga tanaman
akan kekuranga nitrogen. Menurut Musnawar (2007) Dalam pemberian pupuk
organik untuk tanaman, ada beberapa hal yang harus diingat, yaitu ada tidaknya
pengaruh terhadap perkembangan sifat tanah (fisik, kimia maupun biologi) yang
merugikan serta ada tidaknya gangguan keseimbangan unsur hara tertentu oleh
tanaman.
Pertumbuhan Bibit Kopi pada Pemberian Pupuk NPK
Hasil analisis data secara statistik menunjukkan pemberian pupuk NPK
berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, total luas daun, bobot basah
Hal ini diduga disebabkan disebabkan karena pemberian pupuk sudah tidak
berpengaruh lagi dikarenakan unsur hara dari tanaman masih mencukupi. Hal ini
sesuai dengan Hal ini didukung oleh Lakitan (2007) yang menjelaskan jika
jaringan tanaman mengandung unsur hara tertentu, dengan konsentrasi yang lebih
tinggi dari konsentrasi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan maksimum, maka
pada kondisi ini dikatakan tanaman dalam kondisi konsumsi mewah (luxury consumption). Pada konsentrasi yang terlalu tinggi unsur hara esensial dapat menyebabkan ketidakseimbangan penyerapan unsur hara lain pada proses
metabolisme tanaman.
Adanya pengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan bibit juga diduga
disebabkan karena tanah bersifat asam yaitu dengan nilai pH tanah yang rendah
yaitu 4,52. Dengan penambahan N pada pemberian pupuk NPK menjadikan
media tanam menjadi lebih asam. Kondisi pH asam menyebabkan pospor tidak
tersedia sehingga sedikit jumlah P yang diserap oleh tanaman. Hal ini sesuai
dengan literatur Novizan (2002) Ketersediaan fosfor dalam tanah ditentukan oleh
banyak faktor, tapi yang paling penting adalah pH tanah. Pada tanah ber-pH
renfah (asam), fosfor akan bereaksi dengan ion besi dan aluminium fosfat yang
sukar larut di dalam air sehingga tidak dapat digunakan oleh tanaman. Pada tanah
ber pH tinggi (basa), fosfor akan bereaksi dengan ion kalsium. Reaksi ini
membentuk kalsium posfat yang sifatnya sukar larut dan tidak dapat digunakan
oleh tanaman. Fosfor diserap tanaman dalam bentuk H2PO4-, HPO42-, dan PO4
3-Pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap parameter diameter
batang. Adanya pengaruh nyata terhadap bibit pada pertumbuhan diduga karena ,
adanya unsur hara essensial seperti nitrogen, fosfor, dan kalium yang terkandung
di dalam pupuk yang digunakan, yang sangat diperlukan tanaman untuk
pertumbuhan. Namun apabila diberikan dalam jumlah yang berlebihan akan
menghambat pertumbuhan tanaman tersebut. Hal ini seseuai dengan pernyataan
AAK (1991) yang menyatakan Kopi muda mempunyai kebutuhan khusus akan N
dan P2O5, maka setelah tanaman dewasa akan memerlukan lebih banyak lagi akan
unsur K2
Interaksi Antara Perlakuan Media Tanam Kompos Kulit biji kopi dan Pemberian Pupuk NPK
O. Oleh karena itu sangat penting bagi tanaman kopi untuk mendapatkan
unsur hara yang seimbang pada setiap saat.
Dari hasil analisis secara statistik diperoleh bahwa interaksi antara
perlakuan pupuk hayati cair dan pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap
parameter tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, total luas daun, bobot
basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering tajuk, bobot kering akar, dan rasio
tajuk akar. Hal ini kemungkinan terjadi karena antara pupuk NPK dan kompos
kulit buah kopi tidak saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya.
Sutedjo (2002), menyatakan bahwa bila salah satu faktor lebih kuat pengaruhnya
dari faktor lain sehingga faktor lain tersebut akan tertutupi dan masing-masing
faktor mempunyai sifat yang jauh berbeda pengaruh dan sifat kerjanya, maka akan
menghasilkan hubungan yang berbeda dalam mempengaruhi pertumbuhan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Media tanam kompos kulit biji kopi berpengaruh tidak nyata terhadap semua
parameter. Ada kecenderungan perlakuan terbaik untuk pertumbuhan terdapat
pada K1
2. Pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap diameter tanaman. Pada
parameter tinggi tanaman, total luas daun, bobot basah akar, bobot kering
akar, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk, dan panjang akar perlakuan
pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata.
yaitu media tanam dengan 25% kompos kulit kopi.
3. Interaksi antara kompos biji kopi dan pupuk NPK berpengaruh tidak nyata
terhadap semua parameter.
Saran
Perlu dilanjutkan penelitian lebih lanjut dengan tingkat perbandingan media
DATAR PUSTAKA
AAK. 1991. Budidaya Tanaman Kopi. Kanisius. Yogyakarta
Damanik, M, M, B., B. E. Hasibuan, Fauzi, Sarifuddin, dan H. Hanum. 2010. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press. Medan
Djuardani, N., Kristian, dan Budi. S. S., 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. Agromedia Pustaka. Jakarta
Foth, H, D. 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Penerbit Erlangga. Jakarta
http://ditjenbun.deptan.Go.id/benihbun/benih/image/pedomanlimbahbukunop.pdf. Diakses tanggal 21 Maret 2013
Indriani, Y, H. 1998. Pemilihan Tanaman dan Lahan Sesuai Kondisi Lingkungan dan Pasar. Penebar Swadaya. Jakarta
Isnaini, M., 2006. Pertanian Organik. Kreasi Wacana. Yogyakarta.
Isroi. 2011. Pengomposan Limbah Kakao. http://isroi.files.wordpress.com/2008/komposlimbahk-akao.pdf. Diakses
12 Desember 2012.
Marlina, Lisa. 2005. Analisis Ekspor dan Produksi Kopi (Coffea sp.) di Sumatera Utara. USU Repository. Medan
Marsono dan Sigit, P. 2001. Pupuk Akar, Jenis dan Aplikasi. PT Penebar Swadaya. Jakarta
Mawardi, S. dan Halupi. 1992. Penanaman Kopi Arabika Tipe Kate pada Lahan Ketinggian Menengah. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, Temu Lapang Kopi, Oktober 1992. Sumber Asin.
Musnawar, E., I., 2007. Pupuk Organik Cair dan Padat, Pembuatan, Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Najiyati, S., dan danarti. 1997. Kopi, Budidaya dan Penanganan Lepas Panen. Penebar Swadaya. Jakarta
Novizan, 2002. Petunjuk Pemupukan Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta.
PT. Perkebunan XXVI. 2012. The Utilization of The Cocoa and Coffe Skin in The
Cocoa and Coffe Plantation.
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/42130/prosi-ding%20seminar%20bioteknologi%20perkebunan28.pdf. Diakses 5 Juni 2013
Sutedjo, M. M. 1986. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bina Aksara. Jakarta
Syamsulbahri. 1996. Bercocok Tanaman Budidaya Tropik. UGM Press. Yogyakarta
Lampiran 1. Bagan Penanaman pada Plot
50 cm
50 cm
10 cm
Lampiran 3. Perhitungan Kebutuhan Pupuk
Pupuk NPK
Dosis anjuran/m2 = 30 g/m
Kebutu han pupuk per polibag Bobot Tana h per polibag =
Dosis Anjuran Pupuk Masa Tana h
2
Kebutuhan Pupuk per Polibag =Dosis Anjuran Pupuk x Bobot Tana h per Polibag
Masa Tana h
= 30 g/m
2 x5 kg
2000 ton /ha
=
30 g/m2 x5000g
2000 ton /ha
=
15 x 104g
Lampiran 4. Jadwal Kegiatan Penelitian
No Kegiatan Minggu
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 Persiapan Media Tanam X
2 Penanaman X
3 Aplikasi Pupuk NPK X X
4 Pemeliharaan
Penyiraman X X X X X X X X X X X X
Penyiangan X X X X X X X X X X X X
Pengendalian Hama dan Penyakit
5 Panen X
6 Pengeringan X
7 Pengamatan Parameter
Tinggi Bibit X X X X X X
Diameter Batang X X X X X X
Total Luas Daun X
Bobot Basah Tajuk X
Bobot Kering Tajuk X
Bobot Basah Akar X
Bobot Kering Akar X
Lampiran 5. Deskripsi Tanaman
Lampiran Keputusan Menteri Pertanian
Nomor : 205/Kpts/SR.120/4/2005 Tanggal : 12 April 2005
DESKRIPSI KOPI ARABIKA VARIETAS/KLON SIGARAR UTANG
Asal-usul : Ditemukan antara pertanaman kopi yang ditanam
Opung Sopan Boru Siregar di Desa Batu Gajah, Paranginan, Lintong, Humbang Hasundutan (1400 m dpl) pada tahun 1988. Pada saat ini tinggal 3 pohon yang masih hidup. Berdasarkan karakter morfologi pada keturunan segregasinya, diduga merupakan keturunan persilangan alami antara varietas typical BLP dengan Catimor yang ada disekitar pertanaman tersebut.
Tipe pertumbuhan : Habitus semi katai, seluruh tajuk daun merupakan batang pokok hingga kepermukaan tanah. Diameter tajuk 230 cm.
Sifat percabangan : Percabangan sekunder sangat aktif bahkan pada cabang primer diatas permukaan tanah membentuk kipas berjuntai menyentuh tanah. Panjang cabang primer rata-rata mencapai 123 cm, ruas cabang pendek-pendek.
Daun : Daun tua berwarna hijau tua, daun muda (flush)
berwarna coklat kemerahan.
Bentuk dan helaian daun : Apabila ditanam tanpa penaung tepi daun bergelombang dan helaian mengatup keatas, sehingga sepintas bentuk daun oval meruncing ramping. Dalam kondisi normal ada penaung, berwarna daun berbentuk oval datar memanjang dan hijau sangat tua.
Bunga : Berbentuk seperti lazimnya bunga kopi arabika, masa
pembungaan dapat terusmenerus sepanjang tahun sesuai sebaran hujan di Sumatera Utara yang hanya berhenti pada saat puncak kemarau (Agustus).
Buah : Buah muda berwarna hijau bersih, sedangkan buah
masak berwarna merah cerah, bentuk buah oval, dompolan buah kurang rapat, tetapi ukuran buah cukup besar. Berat 100 buah masak merah rata-rata 196 gram.
Biji : Biji berbentuk bulat memanjang, termasuk berukuran
besar berat 100 butir biji 20,4 g dengan rendemen 17,5 %. Persentase biji normal 83 %.
Ketahan terhadap
Hama/penyakit utama : Agak tahan penyakit karat daun, agak rentan serangan bubuk buah kopi, dan rentan serangan nematoda Radopholus similis.
Umur ekonomis harapan
Dan daerah adaptasi : 20 tahun pada kondisi lingkungan wilayah Sumatera Utara, terutama bila ditanam pada ketinggian tempat di atas 1000 m dpl, tipe iklim A, B atau C (menurut klasifikasi Schmidt & Ferguson) dengan pola sebaran hujan merata sepanjang tahun.
Citarasa : Baik (Good).
Seleksionis : Retno Hulupi, Alfred Sipayung, Rohadi, Tiodor S. Situmorang.
Pengusul : Batara Girsang, Kamaluddin, Alfred Sipayung,
Lampiran 8. Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 2 MST
Data Pengamatan tinggi tanaman 2 MST
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Lampiran 9. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST
Tabel Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST
Lampiran 10. Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 4 MST
Data Pengamatan tinggi tanaman 4 MST
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Lampiran 11. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST
Tabel Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST
Lampiran 12. Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 6 MST
Data Pengamatan tinggi tanaman 6 MST
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Lampiran 13. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MST
Tabel Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MST
Lampiran 14. Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 8 MST
Data Pengamatan tinggi tanaman 8 MST
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Lampiran 15. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 8 MST
Tabel Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman 8 MST
KK = 16,05%
Lampiran 16. Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 10 MST
Data Pengamatan tinggi tanaman 10 MST
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Lampiran 17. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 10 MST
Tabel Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman 10 MST
FK = 5917,784
KK = 15,71%
Lampiran 18. Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 12 MST
Data Pengamatan tinggi tanaman 12 MST
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Lampiran 19. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 12 MST
Tabel Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman 12 MST
FK = 6720,946
KK = 14,99%
Lampiran 20. Data Pengamatan Diameter Batang (mm) 2 MST
Data Pengamatan Diameter Batang 2 MST
Perlakuan Blok Total Rataan
Lampiran 21. Daftar Sidik Ragam Diameter Batang (mm) 2 MST
Tabel Analisis Sidik Ragam Diameter Batang 2 MST
SK db JK KT F Hitung F.05 Ket
Blok 2 0,40 0,20 5,59 3,25 *
Perlakuan 19 2,28 0,12 3,31 1,85 *
Media Tanam 3 0,27 0,09 2,51 2,85 tn
Pupuk NPK 4 1,14 0,29 7,91 2,62 *
Linear 1 0,34 0,34 9,52 4,1 *
Kuadratik 1 0,02 0,02 0,64 4,1 tn
Kubik 1 0,02 0,02 0,45 4,1 tn
Kuartik 1 0,02 0,02 0,53 4,1 tn
Interaksi 12 0,86 0,07 1,98 2,02 tn
Galat 38 1,37 0,04
Total 59 4,05
FK = 170,6485
Lampiran 22. Data Pengamatan Diameter Batang (mm) 4 MST
Data Pengamatan Diameter Batang 4 MST
Perlakuan Blok Total Rataan
Lampiran 23. Daftar Sidik Ragam Diameter Batang (mm) 4 MST
Tabel Analisis Sidik Ragam Diameter Batang 4 MST
SK db JK KT F Hitung F.05 Ket
Blok 2 0,41 0,21 4,32 3,25 *
Perlakuan 19 2,28 0,12 2,52 1,85 *
Media Tanam 3 0,25 0,08 1,78 2,85 tn
Pupuk NPK 4 1,15 0,29 6,05 2,62 *
Linear 1 1,11 1,11 23,29 4,1 *
Kuadratik 1 0,02 0,02 0,51 4,1 tn
Kubik 1 0,02 0,02 0,39 4,1 tn
Kuartik 1 0,00 0,00 0,00 4,1 tn
Interaksi 12 0,87 0,07 1,52 2,02 tn
Galat 38 1,81 0,05
Total 59 4,50
FK = 188,594