UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM S1 REGULER MEDAN
SKRIPSI
ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA
KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PT. ARTCRAFT
INDONESIA
OLEH:
NAMA : WHIL HELMINA BR. GINTING
NIM : 060503084
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan skripsi yang berjudul : “Analisis Rasio Keuangan
untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan pada PT. ARTCRAFT Indonesia”
adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah
dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan
skripsi Program Strata-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah
dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan
ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas
Sumatera Utara.
Medan, Juli 2010
Yang membuat pernyataan,
Whil Helmina Br. Ginting
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas segala berkat
dan kasihNya yang diberikan sejak penulis mencari ide, mengajukan, menyusun
hingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Analisis
Rasio Keuangan untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan pada PT.
ARTCRAFT Indonesia” ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi
Universitas Sumatera Utara.
Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa
pengetahuan, bimbingan, bantuan dan kerja sama semua pihak yang telah turut
mambantu dalam proses menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak.
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.Si.
selaku Ketua Departemen dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Sucipto, M.M, Ak selaku Dosen Pembimbing, atas bimbingan
dan arahan Bapak dalam proses penyelesaian skripsi ini.
4. Ibu Dra. Salbiah, M.Si, Ak selaku Dosen Penguji I dan Ibu Risanty, SE,
M.Si, Ak selaku Dosen Penguji II atas segala masukan dan saran yang telah
5. Kedua orang tua saya, Abdi A. Ginting dan Tiarma Br. Pakpahan. Terima
kasih untuk kasih sayang, didikan, perhatian, motivasi, dukungan moral
maupun materi dan doanya kepada penulis.
Penulis menyadari banyak terdapat kekurangan dalam skripsi ini, untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Medan, Juni 2010 Penulis,
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana perkembangan kinerja keuangan PT. ARTCRAFT Indonesia selama 4 tahun terakhir sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2009. Rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam penilaian kinerja keuangan ini adalah Return on Equity (ROE), Return on Investment (ROI), Quick
Ratio, Current Ratio, Inventory Turnover, Total Assets Turnover (TATO), Debt Ratio, dan Debt to Equity Ratio (DER). Rasio keuangan yang dianalisis adalah
berdasarkan laporan keuangan tahun buku 2006, 2007, 2008 dan 2009.
Untuk memperoleh bahan-bahan dan data sehubungan dengan penulisan skripsi ini, penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif, dengan menggunakan teknik analisis rasio keuangan untuk analisis laporan keuangan dan metode analisis komparatif untuk mengetahui perkembangan serta penilaian kinerja keuangan perusahaan.
Dari penelitian yang telah penulis lakukan ternyata diketahui bahwa kinerja keuangan PT. ARTCRAFT Indonesia yang paling baik terjadi pada tahun 2006 dan 2007 dengan skor yang sama yaitu 23 atau 57.5% dari total skor dan masuk dalam kategori cukup baik, sedangkan kinerja keuangan yang paling rendah terjadi pada tahun 2008 dan 2009 dengan skor yang sama juga yaitu 22 atau 55% dari total skor namun masih dalam kategori cukup baik.
ABSTRACT
The purpose of this research is to see how development of financial performance of PT. ARTCRAFT Indonesia during 4 last years since the year 2006 up to the year 2009. Standard ratios applied in performance measurement of this standard is Return on Equity (ROE), Return on Investment (ROI), Quick Ratio, Current Ratio, Inventory Turnover, Total Assets Turnover (TATO), Debt Ratio and Debt to Equity Ratio (DER). Financial ratios analysis is based on financial statements year book 2006, 2007, 2008 and 2009.
To obtain material and data referring to the writing of this research, researcher does research by using qualitative analytical method, by using financial ratios analytical technique for monetary statement analysis and comparability analytical method to know development and appraisal of company financial performance.
The research show that during the period 2006, 2007, 2008 and 2009, the best financial performance of PT. ARTCRAFT Indonesia are in the year 2006 and 2007 with the same score 23 or 57.5% from score total and admission in categorizing good enough, while the lowest financial performance are in the year 2008 and 2009 that is with the same score 22 or 55% from score total but still in categorizing good enough.
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Penelitian ... 6
C. Perumusan Masalah ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ... 9
1. Laporan Keuangan ... 9
2. Unsur-unsur Laporan Keuangan ... 10
a. Neraca ... 10
b. Laporan Laba Rugi ... 13
4. Analisis Rasio Keuangan ... 15
a. Pengertian Analisis Rasio Keuangan ... 15
b. Jenis-jenis Rasio Keuangan ... 19
(a) Rasio Likuiditas ... 19
(b) Rasio Leverage (Solvabilitas) ... 22
(c) Rasio Aktifitas ... 24
(d) Rasio Profitabilitas ... 25
5. Penilaian Kinerja Keuangan ... 27
a. Pengertian Penilaian dan Kinerja ... 27
b. Penilaian dan Prosedur Penilaian ... 28
c. Penilaian Kinerja Keuangan ... 30
d. Analisis Rasio Keuangan untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan ... 31
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 46
C. Kerangka Konseptual ... 47
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 49
B. Jenis dan Sumber Data ... 50
C. Defenisi Operasional ... 50
D. Metode Analisis Data ... 52
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitian ... 54
1. Gambaran Umum Perusahaan ... 54
a. Profil Singkat Perusahaan... 54
b. Struktur Organisasi Perusahaan ... 55
2. Laporan Keuangan Perusahaan ... 61
3. Rasio Keuangan Perusahaan ... 68
4. Penilaian Kinerja Manajemen ... 72
B. Analisis dan Evaluasi ... 75
1. Analisis dan Evaluasi Laporan Keuangan ... 75
a. Laporan Laba Rugi... 75
b. Neraca... 77
2. Analisis Rasio Keuangan untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan pada PT. ARTCRAFT Indonesia ... 79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 92
B. Keterbatasan Penelitian ... 94
C. Saran ... 95
DAFTAR TABEL
Nama Judul Halaman
Tabel 1.1 Laba / Rugi Bersih Perusahaan... 5
Tabel 2.1 Laporan Laba/Rugi Perusahaan ”Riam Remo”... 33
Tabel 2.2 Neraca Perusahaan ”Riam Remo”... 34
Tabel 2.3 Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu... 46
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian... 53
Tabel 4.1 Skor, Peringkat dan Interval Rasio Keuangan... 72
Tabel 4.2 Peringkat dan Kategori ROE... 73
Tabel 4.3 Peringkat dan Kategori ROI... 73
Tabel 4.4 Peringkat dan Kategori Quick Ratio... 73
Tabel 4.5 Peringkat dan Kategori Current Ratio... 74
Tabel 4.6 Peringkat dan Kategori Inventory Turnover...74
Tabel 4.7 Peringkat dan Kategori Total Asset Turnover... 74
Tabel 4.8 Peringkat dan Kategori Debt Ratio... 75
Tabel 4.9 Peringkat dan Kategori Debt to Equity Ratio... 75
Tabel 4.10 Total Skor Kinerja Keuangan Perusahaan Tahun 2006... 88
Tabel 4.11 Total Skor Kinerja Keuangan Perusahaan Tahun 2007... 89
Tabel 4.12 Total Skor Kinerja Keuangan Perusahaan Tahun 2008... 89
DAFTAR GAMBAR
Nama Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual... 48
Gambar 4.1 Bagan Struktur Organisasi PT. ARTCRAFT Indonesia... 60
Gambar 4.2 Grafik Perkembangan ROE... 79
Gambar 4.3 Grafik Perkembangan ROI... 81
Gambar 4.4 Grafik Perkembangan Quick Ratio... 82
Gambar 4.5 Grafik Perkembangan Current Ratio... 83
Gambar 4.6 Grafik Perkembangan Inventory Turnover... 84
Gambar 4.7 Grafik Perkembangan TATO... 85
Gambar 4.8 Grafik Perkembangan Debt Ratio... 86
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana perkembangan kinerja keuangan PT. ARTCRAFT Indonesia selama 4 tahun terakhir sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2009. Rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam penilaian kinerja keuangan ini adalah Return on Equity (ROE), Return on Investment (ROI), Quick
Ratio, Current Ratio, Inventory Turnover, Total Assets Turnover (TATO), Debt Ratio, dan Debt to Equity Ratio (DER). Rasio keuangan yang dianalisis adalah
berdasarkan laporan keuangan tahun buku 2006, 2007, 2008 dan 2009.
Untuk memperoleh bahan-bahan dan data sehubungan dengan penulisan skripsi ini, penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif, dengan menggunakan teknik analisis rasio keuangan untuk analisis laporan keuangan dan metode analisis komparatif untuk mengetahui perkembangan serta penilaian kinerja keuangan perusahaan.
Dari penelitian yang telah penulis lakukan ternyata diketahui bahwa kinerja keuangan PT. ARTCRAFT Indonesia yang paling baik terjadi pada tahun 2006 dan 2007 dengan skor yang sama yaitu 23 atau 57.5% dari total skor dan masuk dalam kategori cukup baik, sedangkan kinerja keuangan yang paling rendah terjadi pada tahun 2008 dan 2009 dengan skor yang sama juga yaitu 22 atau 55% dari total skor namun masih dalam kategori cukup baik.
ABSTRACT
The purpose of this research is to see how development of financial performance of PT. ARTCRAFT Indonesia during 4 last years since the year 2006 up to the year 2009. Standard ratios applied in performance measurement of this standard is Return on Equity (ROE), Return on Investment (ROI), Quick Ratio, Current Ratio, Inventory Turnover, Total Assets Turnover (TATO), Debt Ratio and Debt to Equity Ratio (DER). Financial ratios analysis is based on financial statements year book 2006, 2007, 2008 and 2009.
To obtain material and data referring to the writing of this research, researcher does research by using qualitative analytical method, by using financial ratios analytical technique for monetary statement analysis and comparability analytical method to know development and appraisal of company financial performance.
The research show that during the period 2006, 2007, 2008 and 2009, the best financial performance of PT. ARTCRAFT Indonesia are in the year 2006 and 2007 with the same score 23 or 57.5% from score total and admission in categorizing good enough, while the lowest financial performance are in the year 2008 and 2009 that is with the same score 22 or 55% from score total but still in categorizing good enough.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap perusahaan ataupun organisasi pasti menginginkan tujuannya tercapai
secara efektif dan efisien. Terlebih lagi dalam situasi globalisasi seperti masa
sekarang ini, perusahaan harus mampu bersaing dengan perusahaan pesaingnya
agar dapat bertahan. Perusahaan yang berdiri juga harus memberikan informasi
dan laporan akan seluruh kegiatan operasi perusahaan yang dilakukannya dalam
satu periode tertentu baik itu mengenai kinerja maupun keuangannya kepada
pihak-pihak yang memerlukannya.
Akuntansi merupakan media bagi perusahaan untuk memberikan informasi
yang dapat membantu berbagai pihak dalam memahami dan mengetahui seluruh
hasil operasi perusahaan. Informasi akuntansi sebagaimana tersaji di dalam
laporan keuangan tahunan yang dipublikasikan perusahaan memberikan gambaran
mengenai kondisi keuangan perusahaan pada saat tertentu, prestasi operasi dalam
suatu rentang waktu, serta informasi lainnya yang berkaitan dengan perusahaan
yang bersangkutan.
Untuk dapat mengetahui gambaran tentang keadaan keuangan perusahaan,
maka perlu diadakan analisis terhadap data keuangan dari perusahaan yang
terhadap laporan keuangan suatu perusahaan memiliki banyak manfaat, baik bagi
pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan.
Bagi pihak internal, pimpinan perusahaan dan manajemen dapat mengetahui
hasil-hasil keuangan yang telah dicapai pada waktu lalu dan waktu yang sedang
berjalan dan dapat mengetahui apakah pelaksanaan suatu kegiatan berada pada
jalur yang telah ditetapkan sehingga dapat mengambil kebijakan untuk periode
mendatang. Bagi pihak eksternal, kreditur akan dapat mengetahui kinerja
keuangan perusahaan yang telah atau akan menjadi debiturnya, sehingga kreditur
dapat menentukan mana perusahaan yang layak diberikan kredit dan mana
perusahaan yang tidak layak untuk diberikan kredit. Selain kreditur, investor pun
perlu mengetahui keadaan keuangan perusahaan di dalam rangka menentukan
kebijaksanaan penanaman modalnya.
Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan bukan hal yang mudah,
mengingat terdapat banyak sekali alat ukur penilaian kinerja keuangan perusahaan
yang dapat digunakan. Salah satu cara yang dapat dipakai untuk mengukur kinerja
keuangan perusahaan adalah dengan menggunakan analisis rasio keuangan
perusahaan.
Analisis rasio keuangan menghubungkan unsur-unsur neraca dan laporan laba
rugi sehingga dapat diperoleh gambaran tentang posisi keuangan perusahaan serta
dapat menilai seberapa jauh tingkat efektifitas dan efisiensi yang telah dilakukan
antara variabel-variabel yang bersangkutan dan dipakai sebagai dasar untuk
menilai kondisi tertentu.
Analisis rasio keuangan merupakan metode analisis yang paling sering
digunakan karena merupakan metode yang paling cepat untuk mengetahui kinerja
keuangan perusahaan. Dengan mengetahui kinerjanya, perusahaan dapat
mengambil keputusan bisnis yang tepat guna mencapai tujuannya. Analisis rasio
keuangan akan menyederhanakan informasi yang dilaporkan yaitu informasi yang
berasal dari laporan neraca dan laporan usahanya.
Analisis rasio meliputi pengevaluasian aspek-aspek keuangan meliputi tingkat
likuiditas, solvabilitas, aktivitas dan profitabilitas. Likuiditas merupakan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan
menggunakan aktiva lancar yang dimilikinya. Perusahaan yang mempunyai
tingkat likuiditas yang tinggi mengindikasikan kesempatan bertumbuh perusahaan
cenderung tinggi. Semakin likuid perusahaan, maka semakin tinggi tingkat
kepercayaan kreditur dalam memberikan dananya.
Solvabilitas menelaah mengenai stuktur modal perusahaan termasuk sumber
dana jangka panjang dan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
investasi dan utang jangka panjangnya. Semakin tinggi rasio ini, akan
mengakibatkan resiko finansial perusahaan semakin tinggi. Hal ini dapat
mempengaruhi harga dan volume saham suatu perusahaan.
Dalam mengukur efektivitas perusahaan dalam mengoperasikan dana yang
dapat mempengaruhi laba dan arus kas perusahaan, dan pada akhirnya akan
menambah nilai perusahaan. Profitabilitas merupakan hasil bersih dari
serangkaian kebijakan dan keputusan. Tingkat profitabilitas perusahaan yang
tinggi akan meningkatkan daya saing perusahaan. Perusahaan yang memiliki
profitabilitas yang tinggi akan melakukan ekspansi usaha sehingga membuka
kesempatan investasi yang baru.
Makna dan kegunaan rasio keuangan dalam praktek bisnis pada kenyataannya
bersifat subjektif tergantung kepada dan untuk apa suatu analisis dilakukan dan
dalam konteks apa analisis tersebut dipakaikan. Bagi manajemen analisis
keuangan digunakan untuk menilai kinerja keuangan yang telah dicapai
perusahaan.
Objek penelitian ini adalah PT. ARTCRAFT Indonesia yang merupakan anak
perusahaan dari McGuire Furniture Company, San Fransisco yang berafiliasi
dengan Kohler Company di USA. Kegiatan operasinya adalah menghasilkan
mebel rotan bermutu tinggi dan mendistribusikannya ke perusahaan induk di USA
yang kemudian dijual kembali di negara perusahaan induknya berdiri. Dengan
statusnya ini, maka PT. ARTCRAFT Indonesia haruslah mempunyai kinerja yang
baik agar dipercaya oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Terpenting lagi
terhadap pemerintah Indonesia agar tetap memberikan izin berdirinya perusahaan
ini di Indonesia melalui laporan keuangan yang diterbitkan setiap tahun dan
Penelitian ini hanya berfokus pada laporan kinerja keuangan perusahaan.
Dalam mengevaluasi sejauh mana kinerja keuangan perusahaan salah satu
indikator yang dipakai oleh perusahaan adalah informasi akuntansi berupa laporan
keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan. Dari komponen-komponen laporan
keuangan tersebut dapat dinilai prestasi yang telah dicapai perusahaan, efektivitas
dan efesiensi kegiatan operasional yang telah dilaksanakan, kelemahan atau
kekuatan yang sedang dimiliki perusahaan serta apa yang menyebabkan kinerja
perusahaan naik atau turun.
Kinerja keuangan merupakan sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas
dari suatu organisasi pada satu periode seiring dengan referensi pada sejumlah
standar seperti standar efisiensi, pertanggungjawaban atau akuntabilitas
manajemen dan semacamnya. Hasil dari analisis rasio kemudian dijadikan sebagai
pedoman bagi perusahaan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan apakah
baik dan dapat bersaing atau buruk.
Pada tahun 2006 hingga tahun 2009, PT. ARTCRAFT Indonesia terus
mengalami kerugian dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Hal ini dapat
Tabel 1.1
Laba / Rugi Bersih Perusahaan
Tahun Laba / Rugi Bersih
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk menganalisis rasio keuangan
untuk menilai bagaimana kinerja keuangan PT. ARTCRAFT Indonesia. Terlebih
lagi, perusahaan ini sebelumnya belum pernah melakukan penilaian kinerja
keuangannya dengan analisis rasio yang membuat peneliti semakin tertarik dan
merasa perlu melakukan penelitian ini.
Penelitian ini merupakan pengembangan dan pegujian kembali dari penelitian
terdahulu seperti penelitian yang dilakukan oleh Sianturi (2007) yang
menganalisis penerapan Economic Value Added (EVA) sebagai alat ukur
penilaian kinerja keuangan pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Penelitian
lain juga dilakukan oleh Gunawan (2005) yang mengevaluasi kinerja keuangan
perusahaan BUMN dengan menggunakan teknik analisis rasio keuangan (studi
kasus pada PT. Pelabuhan Indonesia I Medan).
Peneliti mencoba menganalisis rasio keuangan dalam menilai kinerja
perusahaan dari segi kinerja keuangan. Adapun perbedaan penelitian ini dengan
lagi peneliti ingin menilai bagaimana kinerja keuangan perusahaan pada tahun
2008 dimana pada tahun tersebut terjadinya krisis ekonomi secara global.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk membahasnya dalam sebuah
karya tulis ilmiah yang berbentuk skripsi dengan judul : “ Analisis Rasio
Keuangan untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Kasus pada PT. ARTCRAFT – Indonesia)”.
B. Batasan Penelitian
Atas pertimbangan-pertimbangan efisiensi, minat, keterbatasan waktu dan
tenaga, serta pengetahuan penulis, maka penulis melakukan beberapa batasan
konsep terhadap penelitian yang akan diteliti, yaitu diantaranya:
1. Objek penelitian adalah PT. ARTCRAFT Indonesia.
2. Periode penelitian yang dianalisis adalah tahun 2006 sampai dengan tahun
2009.
3. Penulis membatasi variabel independen yaitu rasio keuangan yang digunakan
dalam menilai kinerja keuangan PT. ARFCRAFT Indonesia adalah Return on
Investment (ROI), Return on Equity (ROE), Quick Ratio, Current Ratio,
Inventory Turn Over, Total Asset Turnover (TATO), Debt ratio dan Debt to
equity ratio (DER). Kedelapan rasio ini dianggap merupakan rasio keuangan
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan atas latar belakang masalah yang dikemukakan sebelumnya,
maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
“Bagaimana perkembangan kinerja keuangan PT. ARTCRAFT Indonesia selama
tiga tahun terakhir mulai tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 dengan
menggunakan analisis rasio keuangan?”
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perkembangan
kinerja keuangan PT. ARTCRAFT Indonesia selama tiga tahun terakhir mulai
tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 dengan menggunakan analisis rasio
keuangan.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai
berikut :
1. Bagi penulis, diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dalam
mengimplementasikan alat ukur rasio keuangan dalam menguji hubungan
antara komponen-komponen dalam laporan keuangan untuk menilai kinerja
keuangan perusahaan.
2. Bagi perusahaan dan investor, diharapkan dapat memberikan informasi
manajemennya dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan kinerja
keuangan perusahaan.
3. Bagi pembaca dan peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi dan sumber
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan dasar bagi upaya analisis atas suatu perusahaan,
maka terlebih dahulu harus diketahui sifat, cakupan, dan keterbatasannya sebelum
menggunakan laporan keuangan sebagai alat analisis. Pengertian laporan
keuangan menurut PSAK No. 1, Paragraf 07 (SAK:2007) yaitu sebagai berikut:
Laporan Keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.
Laporan keuangan juga dapat didefenisikan sebagai suatu alat dengan mana
informasi dikumpulkan dan diproses dalam akuntansi keuangan yang
dikomunikasikan secara periodik kepada para pemakainya. Pemakai laporan
keuangan tersebut meliputi pihak eksternal dan pihak internal yang menggunakan
Laporan keuangan yang menjadi alat analisis dalam penelitian ini adalah
neraca dan laporan laba-rugi dikarenakan neraca dan laporan laba-rugi cukup
memadai untuk menggambarkan posisi keuangan dan hasil operasi yang telah
dicapai perusahaan. Neraca menunjukkan posisi harta, kewajiban dan modal pada
suatu waktu tertentu sedangkan laporan laba-rugi menggambarkan pendapatan
yang diperoleh dan biasanya yang dikeluarkan untuk memperoleh keuntungan
atau justru mengalami kerugian.
2. Unsur-unsur Laporan Keuangan
Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu
perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Laporan keuangan inilah
yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan
dalam proses pengambilan keputusan. Dalam penelitian ini, penulis hanya
menjelaskan mengenai neraca dan laporan laba rugi saja.
a. Neraca (Balance Sheet)
“Neraca adalah suatu laporan yang sistematis tentang aktiva (assets), utang
(liabilities), dan modal sendiri (owners’ equity) dari suatu perusahaan pada
tanggal tertentu” (Djarwanto, 2004:20). Penggolongan perkiraan neraca akan
lebih memudahkan proses analisisnya.
1) Aktiva (Assets)
Aktiva mencakup biaya-biaya yang belum ditandingkan dengan
berupa pendapatan di masa depan. Djarwanto (2004:24) menggolongkan
aktiva yang terdiri dari 6 bagian.
a. Aktiva Lancar
b. Investasi Jangka Panjang c. Aktiva Tetap
d. Aktiva Tidak Berwujud
e. Bebab Biaya yang Ditangguhkan; dan f. Aktiva Tidak Lancar Lainnya
(a) Aktiva Lancar (Current Assets); yaitu pos-pos di neraca yang
diharapkan dapat dikonversikan ke kas atau setara kas dalam periode
waktu yang relatif singkat yang meliputi : kas dan setara kas, investasi
jangka pendek, wesel tagih, piutang usaha, persediaan, serta biaya dan
pos lain yang dibayar dimuka yang diharapkan akan terealisasi dalam
jangka waktu yang tidak lebih dari 12 bulan dari tanggal neraca.
Aktiva lancar secara normal dicatat pada neraca menurut urutan
likuiditasnya kecuali persediaan dan surat berharga yang dapat segera
dijual dilaporkan menurut nilai estimasi yang dapat direalisasikan.
Oleh karena itu, saldo piutang harus dikurangi dengan penyisihan
piutang tak tertagih.
(b) Aktiva Tetap (Fixed Assets); yaitu aktiva yang bersifat tetap dan
permanen, tidak untuk diperdagangkan dan digunakan dalam operasi
perusahaan, misalnya: tanah, bangunan, mesin, peralatan, kendaraan
dan alat-alat lain.
(c) Aktiva Tidak Berwujud (Intangible Assets); yaitu aktiva yang tidak
dan dimiliki perusahaan untuk mendukung aktivitasnya, misalnya : hak
cipta, merek dagang, lisensi, goodwill dan lainnya.
(d) Investasi Jangka Panjang (Longterm Investment); yaitu bagian aktiva
yang dapat direalisasikan menjadi kas dalam jangka waktu yang lebih
dari satu periode akuntansi (umumnya 12 bulan), terdiri dari saham
dan obligasi perusahaan lain.
(e) Beban Biaya yang Ditangguhkan (Deffered charges) adalah
pengeluaran-pengeluaran atau biaya yang mempunyai manfaat jangka
panjang , dimana pembebanannya sebagai biaya usaha berlangsungnya
untuk beberapa tahun atau periode. (Djarwanto, 2004: 34)
(f) Aktiva Lain-lain (Other Assets); yaitu aktiva perusahaan yang tidak
termasuk dalam kategori sebelumnya, misalnya : gedung dalam proses,
tanah dalam penyelesaian, dan piutang jangka panjang.
2) Kewajiban/Utang (Liabilities)
Menurut Djarwanto (2004: 34):
Utang merupakan kewajiban perusahaan kepada pihak lain untuk membayar sejumlah uang atau menyerahkan barang atau jasa pada tanggal tertentu. Berdasarkan jangka waktu pengembaliannya atau pelunasannya, utang dibedakan menjadi utang jangka pendek (current
liabilities) dan utang jangka panjang (noncurrent liabilities).
(a) Kewajiban jangka pendek (Current Liabilities), merupakan kewajiban
keuangan perusahaan yang pelunasannya akan dilakukan dalam waktu
singkat (satu siklus operasi normal atau satu tahun), misalnya : utang
utang jangka panjang yang segera jatuh tempo dan penghasilan yang
diterima dimuka.
(b) Kewajiban jangka panjang (Noncurrent Liabilities), merupakan
kewajiban keuangan perusahaan yang jangka waktu pembayarannya
(jatuh tempo) dalam waktu lama (lebih dari satu tahun sejak tanggal
neraca), misalnya : utang wesel jangka panjang, utang obligasi, utang
hipotek dan pinjaman jangka panjang lainnya.
3) Modal (Owner’s Equity)
Modal merupakan dana yang bersumber dari pemilik perusahaan ataupun
kepentingan pemilik perusahaan maupun pemegang saham atas aktivitas
perusahaan. Unsur-unsur modal suatu perusahaan terdiri dari : modal saham,
cadangan-cadangan dan laba yang ditahan.
b. Laporan Laba-Rugi (Income Statement)
Menurut Kasmir (2008: 45), “Laporan laba-rugi merupakan laporan yang
menunjukkan jumlah pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dan biaya-biaya
yang dikeluarkan dan laba rugi dalam suatu periode tertentu.”
Djarwanto (2004:44) meyebutkan bahwa:
Unsur-unsur penting dari laporan laba-rugi adalah terdiri dari penghasilan utama (operating revenue atau sales), harga pokok penjualan (cost of goods
sold), biaya usaha (operating expenses), penghasilan dan biaya di luar usaha
pokok (other income and expenses atau nonoperating), dan pos-pos insidentil atau pos-pos luar biasa (extraordinary items).
Bentuk penyajian laporan laba-rugi yang biasa digunakan menurut Kasmir
1) Bentuk tunggal (Singgle step); yaitu dengan menggabungkan semua
penghasilan dalam satu kelompok dan semua biaya dalam satu kelompok
sehingga laba atau rugi bersih dihitung dengan satu langkah yakni
mengurangkan total pendapatan dengan total biaya.
2) Bentuk bertahap (Multiple Step); yang mengelompokkan laba-rugi secara
lebih teliti sesuai dengan prinsip yang digunakan secara umum.
3. Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan melibatkan penggunaan laporan keuangan,
terutama neraca dan laba rugi karena laporan keuangan menyajikan informasi
mengenai suatu perusahaan. Analisis keuangan (financial analysis) merupakan
penggunaan laporan keuangan untuk menganalisis posisi dan kinerja keuangan
perusahaan, dan untuk menilai kinerja keuangan di masa depan.
Ada delapan teknis dalam menganalisis laporan keuangan menurut Abdullah
(2005:40) yang dijelaskan sebagai berikut.
a. Analisa Perbandingan Laporan Keuangan, merupakan teknis analisis dengan cara membandingkan laporan keuangan dua periode atau lebih dengan menunjukkan perubahan baik dalam jumlah (absolut) maupun dalam persentase (relatif)
b. Analisa Trend (tendensi posisi), merupakan teknis analisis untuk mengetahui tendensi keadaan keuangan apakah menunjukkan perubahan naik atau mengalami penurunan. Hal yang membedakan antara kedua teknik analisa ini adalah tahun atau periode pembanding. Apabila analisa perbandingan menggunakan tahun sebelumnya (n-1) sebagai tahun pembanding, maka analisa trend menggunakan tahun dasar (Po) sebagai tahun pembanding.
d. Analisa Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, merupakan teknik analisa untuk mengetahui besarnya sumber dan penggunaan modal kerja melalui dua periode waktu yang dibandingkan. Selain mengetahui posisi modal kerja juga dimaksudkan untuk mengetahui sebab-sebab terjadi perubahan modal kerja dalam suatu periode tertentu.
e. Analisa Sumber dan Penggunaan Kas, merupakan teknik analisis untuk mengetahui kondisi kas disertai sebab-sebab terjadinya perubahan kas pada suatu periode waktu tertentu.
f. Analisa Rasio Keuangan, merupakan teknik analisis keuangan untuk mengetahui hubungan diantara pos-pos tertentu dalam neraca maupun laporan laba rugi baik secara individu maupun secara simultan.
g. Analisa Perubahan Laba Kotor, merupakan teknik analisis untuk mengetahui posisi laba dan sebab-sebab terjadinya perubahan laba. Analisis ini juga dimaksudkan untuk mengetahui posisi laba yang dibudgetkan dengan laba yang benar-benar dapat dihasilkan.
h. Analisa Break Even, merupakan teknik analisis untuk mengetahui tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian, tetapi pada tingkat penjualan tersebut perusahaan belum memperoleh keuntungan.
4. Analisis Rasio Keuangan
Salah satu alat analisis laporan keuangan yang paling umum dan biasa
digunakan dalam menilai kinerja keuangan adalah analisis rasio keuangan.
a. Pengertian Analisis Rasio Keuangan
Salah satu cara untuk melakukan analisis keuangan adalah dengan cara
mempelajari hubungan antara berbagai perkiraan-perkiraan dalam laporan
keuangan. Hubungan antara pos-pos tersebut dinyatakan dengan angka yang
disebut dengan rasio. Rasio-rasio ini penting bagi analisis intern maupun ekstern
dan menilai perusahaan dari laporan keuangan yang diumumkan perusahaan.
Analisis rasio dapat mengungkapkan hubungan penting dan menjadi dasar
perbandingan dalam menemukan kondisi dan tren yang sulit untuk dideteksi
menggambarkan suatu hubungan atau perlambangan antara suatu jumlah tertentu
dengan jumlah lain, dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio yang akan
menjelaskan atau menggambarkan kepada penganalisa baik atau buruknya
keadaan posisi keuangan suatu perusahaan.
Dari definisi tersebut diatas, maka dapat disimpulkan analisa rasio keuangan
adalah teknik atau alat untuk mengukur prestasi perusahaan dalam hal
menentukan tingkat likuiditas, solvabilitas, keefektifan operasi serta derajat
keuntungan perusahaan dengan menghubungkan antar pos-pos dalam neraca atau
laporan rugi-laba atau kombinasi dari keduanya.
Untuk dapat menginterpretasikan hasil perhitungan rasio keuangan, maka
diperlukan adanya pembanding. Menurut Syamsuddin (2000:39):
Pada pokoknya ada dua cara yang dapat dilakukan di dalam membandingkan rasio financial perusahaan, yaitu ”Cross-sectional approach” dan ”Time series analysis”.
Yang dimaksud dengan cross sectional approach adalah suatu cara mengevaluasi dengan jalan membandingkan ratio-ratio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lainnya yang sejenis pada saat bersamaan.
Time series analysis dilakukan dengan jalan membandingkan ratio-ratio
finansial perusahaan dari satu periode ke periode lainnya. Pembandingan antara ratio yang dicapai saat ini dengan ratio-ratio pada masa lalu akan memperlihatkan apakah perusahaan mengalami kemajuan atau kemunduran.
Rasio keuangan akan memberikan manfaat apabila rasio tersebut dianalisis.
Menurut Kiomn et al (2005:108)
dalam menghasilkan laba operasi atas aktiva yang dimiliki perusahaan? (3) Bagaimana perusahaan didanai? (4) Apakah para pemegang saham biasa mendapat tingkat pengembalian yang cukup?
Analisis dan interpretasi dari bermacam-macam rasio dapat memberikan
pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan bagi
para analis dibandingkan analisis yang hanya didasarkan atas data keuangan
sendiri-sendiri yang tidak berbentuk rasio.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan rasio
keuangan sebagai alat analisis. Hal-hal tersebut akan membantu analisis dalam
menginterpretasikan hasil perhitungan rasio keuangan sehingga dihasilkan
kesimpulan yang lebih tepat. Syamsuddin (2000:40) mengemukakan beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam menggunakan rasio keuangan sebagai alat analisis.
1. Sebuah rasio saja tidak dapat digunakan untuk menilai keseluruhan operasi yang telah dilaksanakan. Untuk menilai keadaan perusahaan secara keseluruhan sejumlah rasio haruslah dinilai secara bersama-sama. Kalau sekiranya hanya satu aspek saja yang ingin dinilai, maka satu atau dua rasio saja sudah cukup digunakan
2. Pembandingan yang dilakukan haruslah dari perusahaan yang sejenis dan pada saat yang sama. Tidaklah tepat kita membandingkan rasio finansial perusahaan A pada tahun 19X0 dengan rasio finansial perusahaan B pada tahun 19X1.
3. Sebaiknya perhitungan rasio finansial didasarkan pada data laporan keuangan yang telah diaudit (diperiksa). Laporan keuangan yang belum diaudit masih diragukan kebenarannya, sehingga rasio-rasio yang dihitung juga kurang akurat
4. Adalah sangat penting untuk diperhatikan bahwa pelaporan atau akuntansi yang digunakan haruslah sama.
Analisis rasio keuangan memiliki beberapa keunggulan sebagai alat analisis
1. rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan;
2. merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit;
3. mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain;
4. sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score);
5. menstandarisir size perusahaan;
6. lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lainnya atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau ”time series” 7. lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa
yang akan datang.
Sebagai alat analisis keuangan, analisis rasio keuangan juga memiliki
keterbatasan atau kelemahan antara lain :
1. Banyak perusahaan besar yang mengoperasikan beberapa divisi yang
berbeda pada industri yang berbeda pula dan dalam keadaan seperti ini,
sulit untuk mendapatkan rata-rata industri yang bisa digunakan sebagai
pembanding yang tepat. Hal ini cenderung membuat analisis rasio lebih
berguna bagi perusahaan kecil dengan biang usaha yang lebih sempit
daripada perusahaan besar dengan banyak divisi yang berbeda-beda.
2. Hampir semua perusahaan ingin berprestasi di atas rata-rata walaupun
pada kenyataannya lima puluh persen dari perusahaan-perusahaan tersebut
akan berada pada posisi di bawah rata-rata dan selebihnya berada si atas
rata-rata, sehingga pencapaian prestasi rata-rata semata belumah dapat
dinyatakan baik. Bagi yang menargetkan prestasi yang tinggi, acuan yang
terbaik adalah perusahaan dengan rasio keuangan yang sangat baik.
3. Inflasi menyebabkan distorsi besar pada neraca. Nilai yang tercatat di
karena inflasi mempengaruhi baik beban penyusutan maupun biaya
persediaan, maka laba juga tentu terpengaruh. Oleh karena itu, analisis
rasio bagi perusahaan dari tahun ke tahun atau analisis komparatif atas
perusahaan-perusahaan pada usia yang berbeda harus diinterpretasikan
secara cermat dan penuh pertimbangan.
4. Perbedaan antara praktik dengan operasi dapat menyebabkan distorsi
dalam perbandingan. Seperti metode penilaian persediaan dan penyusutan
dapat mempengaruhi laporan keuangan dan karena itu mendistorsikan
perbandingan di antara perusahaan. Jika sebagian besar aktiva perusahaan
adalah aktiva lease, mungkin tidak akan disajikan di dalam daftar hutang,
karena itu leasing, bisa saja memperbagus rasio perputaran dan rasio
hutang.
5. Sulit untuk menetapkan secara pasti apakah suatu rasio baik atau buruk.
Misalnya rasio lancar yang tinggi mungkin menunjukkan posisi likuiditas
yang kuat, tetapi bisa juga menandakan adanya kas berlebih yang tentunya
tidak baik bagi perusahaan karena tidak efektif dalam penggunaan kas.
b. Jenis-Jenis Rasio Keuangan
Ada banyak jenis-jenis rasio keuangan yang biasa digunakan dalam
melakukan analisis keuangan. Sebagaimana yang dikemukanan oleh Wachowicz
(2005:204) :
Rasio-rasio ini disebut rasio neraca (balance sheet ratio), karena baik pembilang maupun penyebut dalam setiap rasio berasal langsung dari neraca. Jenis kedua dari rasio meringkas beberapa aspek kinerja perusahaan selama periode waktu tertentu, biasanya dalam setahun. Rasio-rasio ini disebut sebagai rasio laporan laba rugi (income statement ratio) atau rasio laba
rugi/neraca (income statement/balance sheet ratio).
Pada umumnya ada 4 aspek penilaian rasio keuangan menurut Abdullah
(2005:44) yaitu rasio likuiditas, aktivitas, solvabilitas dan profitabilitas.
(a) Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas biasa digunakan dalam melakukan analisis kredit karena
likuiditas berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya. Pihak-pihak yang berkepentingan dalam menilai
tingkat likuiditas perusahaan adalah kreditor-kreditor jangka pendek seperti
pemasok dan bankir.
Menurut Syamsuddin (2000:41) “Likuiditas tidak hanya berkenaan dengan
keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga berkenaan dengan
kemampuannya untuk mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang kas”.
Perusahaan harus mengubah aktiva lancar tertentu menjadi kas untuk
membayar kewajiban lancarnya, misalnya perusahaan perlu menagih piutang
atau menjual persediaannya sehingga perusahaan memperoleh kas.
Rasio likuiditas dapat dibagi lagi menjadi beberapa jenis. Masing-masing
rasio likuiditas mencerminkan perspektif yang berbeda dalam mengukur
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
likuiditas, yaitu Current Ratio, Quick Ratio, Cash Ratio, dan Net Working
Capital.”
1. Current Ratio
Current ratio menunjukkan hubungan antara aktiva lancar dengan
kewajiban lancar suatu perusahaan. Aktiva lancar umumnya meliputi kas,
sekuritas, piutang usaha, dan persediaan. Sedangkan kewajiban lancar terdiri
atas utang usaha, wesel tagih jangka pendek, utang jatuh tempo yang kurang
dari satu tahun, akrual pajak, dan beban-beban akrual lainnya (terutama gaji).
Semakin besarnya perbandingan antara aktiva lancar dan hutang lancar maka
semakin tinggi pula kemampuan perusahaan dalam menutupi kewajiban
jangka pendeknya. Artinya aktiva lancar harus lebih besar dibandingkan
dengan jumlah hutang lancar. Dan persamaan untuk mencari current ratio
adalah :
Current Ratio =
2. Quick Ratio atau Acid Test Ratio
Rasio ini merupakan rasio uji cepat yang menunjukkan kemampuan
perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa
memperhitungkan persediaan. Hal ini disebabkan persediaan memerlukan
waktu yang relatif lebih lama diuangkan bila dibandingkan dengan aset aktiva
3. Cash Ratio
Cash ratio merupakan rasio untuk mengukur seberapa besar uang kas
yang tersedia untuk membayarkan hutang. Hal ini ditunjukkan dari
tersedianya dana kas atau setara kas seperti rekening giro. Semakin besar
perbandingan kas atau setara kas dengan hutang lancar akan semakin baik.
Dan rumus untuk mencari cash ratio adalah :
4. Net Working Capital
Rasio ini untuk menghitung berapa kelebihan aktiva lancar di atas
hutang lancarnya, dengan rumus :
(b) Rasio Leverage (Rasio Solvabilitas)
Rasio leverage (rasio utang) menurut Wachowicz (2005:209) adalah “rasio
yang menunjukkan sejauh mana perusahaan dibiayai oleh utang”. Rasio
leverage disebut juga rasio solvabilitas. Rasio leverage atau rasio solvabilitas
adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi.
Adapun rasio leverage yang umumnya dipakai menurut Syahyunan (2004:
83) antara lain adalah “Debt Ratio, Debt to Equity Ratio, Time Interest Earned
1. Debt Ratio
Debt to ratio atau debt to asset ratio merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Artinya
seberapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh hutang atau seberapa
besar hutang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva dengan
rumus :
2. Debt to Equity Ratio
Debt to equity ratio adalah rasio yang membandingkan utang perusahaan
dengan total ekuitas. DER merupakan financial leverage yang
dipertimbangkan sebagai variabel keuangan karena secara teoritis
menunjukkan resiko suatu perusahaan sehingga berdampak pada
ketidakpastian harga saham. DER yang tinggi mempunyai dampak yang buruk
terhadap kinerja perusahaan karena tingkat utang yang semakin tinggi berarti
beban bunga akan semakin besar yang berarti mengurangi keuntungan.
Sebaliknya, tingkat DER yang rendah menunjukkan kinerja yang semakin
baik, karena menyebabkan tingkat pengembalian yang semakin tinggi.
Sehingga investor cenderung memilih saham dengan DER yang rendah.
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi beban tetapnya
berupa bunga. Rumusnya adalah :
4. Fixed Charge Coverage Ratio
Rasio ini mengukur berapa besar kemampuan perusahaan untuk
menutup beban tetapnya termasuk pembayaran dividen saham preferen,
bunga, angsuran pinjaman dan sewa. Rumus rasio ini adalah sebagai
berikut:
5. Debt Service Coverage
Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi beban
tetapnya termasuk angsuran pokok pinjaman. Rumusnya adalah:
(c) Rasio Aktivitas
Activity ratio merupakan rasio yang sering juga disebut sebagai rasio
efisiensi atau rasio pemanfaatan aktiva. Rasio aktivitas (activity ratio) menurut
Van Horne et al (2005 : 212) adalah “rasio yang mengukur seberapa efektif
digunakan menurut Syahyunan (2004:83) yaitu “Average Collection Period,
Inventory Turn-over, Fixed Asset Turn-over, dan Total Asset Turn-over.”
1. Average Collection Period
Rasio ini untuk menghitung berapa kali dana yang tertanam dalam piutang
perusahaan berputar dalam setahun (Syahyunan, 2004). Rumus untuk mencari
average collection period adalah :
2. Inventory Turnover Ratio
Perputaran persediaan adalah rasio antara harga pokok penjualan terhadap
persediaan rata-rata menunjukkan seberapa cepat persediaan tersebut dapat
dijual. Rumus untuk menghitung inventory turnover yaitu:
3. Fixed Assets Turnover Ratio
Rasio perputaran aktiva tetap (fixed assets turnover) merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva
tetap berputar dalam satu periode. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk
mengukur apakah perusahaan sudah menggunakan kapasitas aktiva tetap
dengan sepenuhnya atau belum. Rumus untuk menghitung fixed assets
4. Total Assets Turnover (TATO)
Total assets turnover menurut Syamsuddin (2000:73) “mengukur berapa
kali total aktiva perusahaan menghasilkan volume penjualan”. TATO juga
dapat didefenisikan sebagai kemampuan perusahaan dalam menggunakan
aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan digambarkan dalam rasio
ini. Rumus untuk menghitung total asstes turnover adalah:
Rumus tersebut menunjukkan hubungan antara penjualan bersih dengan
total aktiva. Sama seperti rasio perputaran aktiva tetap, untuk mengetahui
apakah perusahaan cukup efektif dalam menggunakan aktivanya, hasil
perhitungan harus dibandingkan dengan rata-rata industri atau hasil
perhitungan tahun-tahun sebelumnya.
(d) Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas bertujuan mengukur efektifitas manajemen yang
tercermin pada imbalan dan hasil dari investasi melalui kegiatan penjualan
(Djarwanto, 2004:148). Rasio-rasio lain dapat memberikan petunjuk-petunjuk
yang digunakan untuk menilai keefektifan dari operasi sebuah perusahaan,
manajemen aktiva, dan utang pada hasil-hasil operasi. Rasio ini akan
memberikan jawaban akhir tentang efektivitas manajemen perusahaan.
Rasio profitabilitas atau kinerja operasi digunakan untuk mengevaluasi
margin laba dari aktivitas operasi yang dilakukan perusahaan. Menurut
Sayhyunan (2004: 85), rasio profitabilitas ini terbagi atas “Gross Profit
Margin, Operating Profit Margin, Net Profit Margin, Return on Investment
dan Return on Equity”
1. Gross Profit Margin Ratio
Rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok. Persamaan untuk
rasio ini adalah :
2. Return on Investment (ROI)
ROI dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan menghitung jumlah
aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan untuk menghasilakan laba.
Rasio ini menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan baik modal
pinjaman maupun modal sendiri. Persamaan rasio ini menurut Wachowicz
(2005:224) adalah :
ROI =
ROE (return on equity) merupakan rasio yang membandingkan laba bersih
dengan total ekuitas. ROE digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas
yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio ini juga menunjukkan sejauh mana
kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang dapat diperoleh oleh
pemegang saham. Semakin tinggi ROE menunjukkan semakin efisien
perusahaan menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba bagi
pemegang saham.
ROE =
4. Operating Profit Margin
Rasio ini mengukur tingkat laba operasi dibandingkan dengan volume
penjulan dengan persamaan sebagai berikut:
5. Net Profit Margin
Net profit margin merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur laba
bersih sesudah pajak dibandingkan dengan volume penjulan. Dan rumus untuk
mencari rasio ini adalah :
5. Penilaian Kinerja Keuangan
Menurut Umar (2002:26) penilaian atau evaluasi didefenisikan sebagai
berikut.
Suatu proses untuk menyediakan informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih diantara keduanya, serta bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu bila dibandingkan dengan harapan-harapan yang ingin diperoleh.
Sedangkan menurut Hansen et al (2000:6) defenisi kinerja yaitu “Kinerja
adalah tingkat konsistensi dan kebaikan fungsi-fungsi produk”. Kinerja juga dapat
didefenisikan sebagai suatu istilah umum yang digunakan untuk sebagian atau
seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada satu periode, seiring
dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang
diproyeksikan, suatu standar efisiensi, pertanggungjawaban atau akuntabilitas
manajemen dan semacamnya.
Menurut Bastian (2001:274) “Kinerja adalah gambaran pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, misi dan visi organisasi. Daftar apa yang ingin dicapai tertuang dalam
perumusan skema strategis (strategic planning) suatu organisasi.”
Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi kinerja adalah tindakan
pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang
ada pada perusahaan.
Hasil dari penilaian kinerja perusahaan akan dijadikan umpan balik (feedback)
bagi formulasi atau pengimplentasian strategi. Proses suatu evaluasi pada
umumnya memiliki tahapan-tahapannya sendiri. Walaupun tidak selalu sama,
tetapi yang terpenting adalah bahwa prosesnya sejalan dengan fungsi evaluasi itu
sendiri. Tahapan evaluasi yang sifatnya umum antara lain :
a. Menentukan apa yang akan dievaluasi
Dalam bisnis yang dapat dievaluasi mengacu pada program kerja
perusahaan. Pada program kerja perusahaan inilah akan terdapat aspek-aspek
yang memerlukan evaluasi.
b. Merancang (mendesain) kegiatan evaluasi
Sebelum evaluasi dilakukan, tentukan dahulu desain evaluasinya agar data
apa yang dibutuhkan, tahapan-tahapan kerja apa yang dilakukan, siapa saja
yang akan dilibatkan dan apa saja yang akan dihasilkan menjadi lebih jelas.
c. Pengumpulan Data
Setelah desain dilakukan maka pengumpulan data dapat dilakukan secara
efektif yaitu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan serta ilmiah.
d. Pengolahan dan analisis data
Setelah data terkumpul, data tersebut diolah untuk dikelompokkan agar
mudah dianalisis sehingga menghasilkan fakta yang dapat dipercaya.
Selanjutnya dibandingkan antara fakta dan rencana untuk menghasilkan
perbedaan. Besarnya perbedaan (gap) tersebut akan disesuaikan dengan tolak
ukur tertentu sebagai hasil evaluasi.
Hasil evaluasi hendaknya didokumentasikan secara tertulis dan
dikonfirmasikan secara lisan maupun tulisan agar hasil evaluasi tersebut dapat
dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang membutuhkannya.
f. Tindak lanjut hasil evaluasi
Hasil evaluasi hendaknya dimanfaatkan oleh manajemen untuk mengambil
keputusan dalam rangka mengatasi masalah manajemen. Baik di tingkat
strategi maupun di tingkat implementasi strategi.
c. Penilaian Kinerja Keuangan
Hasil dari penilaian kemudian digunakan sebagai umpan balik yang akan
memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik
dimana perusahaan memerlukan penyesuaian-penyesuaian atas aktivitas
perencanaan dan pengendalian.
Adapun manfaat penilaian kinerja bagi manajemen menurut Bastian
(2001:275) antara lain untuk:
1. Memastikan pemahaman para pelaksana dan ukuran yang digunakan untuk pencapaian kinerja,
2. Memastikan tercapainya skema kinerja yang disepakati,
3. Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan membandingkannya dengan skema kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja,
4. Memberikan penghargaan dan hukuman yang objektif atas kinerja yang dicapai setelah dibandingkan dengan skema indikator kinerja yang telah disepakati,
6. Mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi, 7. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah,
8. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif, 9. Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan,
10.Mengungkapkan permasalahan yang terjadi.
Dalam melakukan evaluasi dibutuhkan tolak ukur tertentu sebagai acuan
seperti yang terdapat dalam suatu program kerja. Program kerja ini pada
gilirannya akan dilaksanakan dan dievaluasi. Evaluasi kinerja dapat dilakukan
perusahaan digolongkan kepada dua aspek yaitu evaluasi kinerja terhadap aspek
keuangan dan evaluasi kinerja terhadap aspek non-keuangan.
Evaluasi kinerja terhadap aspek keuangan ini didasarkan pada laporan
keuangan, sedangkan evaluasi terhadap aspek non-keuangan tergantung pada
bidang apa yang akan dianalisis misalkan aspek strategis perusahaan, aspek
pemasaran, aspek operasional dan aspek sumber daya manusia. Dalam penelitian
ini peneliti hanya membahas evaluasi kinerja dari aspek keuangannya saja.
Evaluasi kinerja dari aspek keuangan dapat dilakukan dengan berbagai cara,
namun dalam penelitian ini peneliti hanya membahas penilaian kinerja dari aspek
keuangan dengan menggunakan analisis rasio keuangan.
d. Analisis Rasio Keuangan untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan
Dalam menilai kinerja keuangan suatu perusahaan dapat menggunakan
analisis rasio keuangan yang diambil dari bagian-bagian laporan keuangan
keuangan yang umumnya digunakan dalam menilai kinerja keuangan perusahaan.
Rasio tersebut dapat menjelaskan bagaimana keadaan kinerja keuangan baik
dengan menganalisis satu rasio keuangan saja maupun dengan menganalisis
beberapa rasio keuangan.
Menurut Djarwanto (2004:143):
Secara individual rasio itu kecil artinya, kecuali jika dibandingkan dengan suatu standar rasio yang layak dijadikan dasar pembanding. Bila tidak ada standar yang dipakai sebagai dasar pembanding, dari penafsiran rasio-rasio suatu perusahaan, penganalisisan tidak dapat menyimpulkan apakah rasio-rasio itu menunjukkan kondisi yang menguntungkan atau tidak menguntungkan.
Dalam menilai kinerja keuangan yang menggunakan analisis rasio keuangan
perlu diketahui standar rasio keuangan tersebut. Standar ini ditentukan dengan
membandingkan beberapa rasio keuangan perusahaan sejenis. Menurut Djarwanto
(2004:144) “Standar rasio yang baik adalah yang memberikan gambaran rata-rata.
Gambaran rata-rata yang paling tepat adalah rasio industri (gabungan perusahaan
sejenis).”
Dengan adanya standar ini, perusahaan dapat menentukan apakah kinerja
keuangannya baik atau tidak. Penilaian ini dilakukan dengan membandingkan
rasio keuangan yang diperoleh dengan standar rasio keuangan yang ada. Pada
umumnya, kinerja keuangan perusahaan dikategorikan baik jika besarnya rasio
keuangan perusahaan bernilai sama dengan atau di atas standar rasio keuangan.
Selian membandingkan rasio keuangan dengan standar rasio, kinerja keuangan
juga dapat dinilai dengan membandingkan rasio keuangan tahun yang dinilai
perbandingan). Dengan membandingkan rasio keuangan pada beberapa tahun
penialaian dapat dilihat bagaimana kemajuan ataupun kemundurun kinerja
keuangan sesuai dengan kegunaan masing-masing rasio tersebut.
Penilaian kinerja keuangan dengan menganalisis rasio keuangan dapat
ditunjukkan dalam contoh perhitungan pada ilustrasi perusahaan berikut ini
(Syamsuddin, 2000:41).
Dari laporan laba rugi dan neraca Perusahaan “Riam Remo” di atas dapat
dianalisis rasio keuangannya untuk menilai kinerja keuangan perusahaan.
Penilaian kinerja tersebut terlihat dalam perhitungan rasio-rasio keuangan sebagai
berikut.
1. Rasio Likuiditas
a. Current Ratio
Current ratio menunjukkan hubungan antara aktiva lancar dengan
kewajiban lancar yang ditunjukkan oleh persamaan berikut.
Current Ratio =
Tahun 19X0 = = 2,08 kali
Tahun 19X1 = = 1,97 kali
Perhitungan di atas menunjukan berapa kali aset lancar dapat
membiayai hutang lancar perusahaan. Semakin tinggi rasio ini maka
Kasmir (2008:143) standar industri current ratio adalah sebanyak 2 kali.
Maka pada tahun 19X0 perusahaan berkinerja baik karena berada di atas
rata-rata industri dan pada tahun19X1 walaupun mengalami penurunan
tetapi masih dalam kinerja yang baik karena tidak jauh berada di bawah
standar rasio.
b. Quick Ratio
Quick rasio atau acid test ratio merupakan rasio uji cepat yang
menunjukkan kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka
pendeknya dengan rumus:
Tahun 19X0 = = 1,49 kali
Tahun 19X1 = = 1,50 kali
Semakin tinggi nilai rasio ini maka menunjukkan semakin baik pula
kinerja keuangan yang dicapai oleh perusahaan. Standar rasio yang
dikemukakan Kasmir (2008:143) adalah 1,5 kali. Rasio pada tahun 19X0
dan 19X1 relatif bernilai sama dan diketegorikan berkinerja baik karena
besarnya rasio sama dengan standar rata-rata industri.
c. Cash Ratio
Rasio ini untuk menghitung kemampuan perusahaan dalam membayar
Tahun 19X0 = = 0,70 atau 70%
Tahun 19X1 = = 0,69 atau 69%
Standar industri untuk cash ratio adalah 50% (Kasmir, 2008:143)
dimana semakin tinggi rasio ini maka semakin baik kinerja keuangan yang
dilakukan oleh perusahaan. Riam Remo memiliki kinerja keuangan yang
baik karena berada di atas rata-rata industri baik pada tahun 19X0 dan
19X1 yang bernilai 70% dan 69%.
d. Net Working Capital
Rasio ini untuk menghitung berapa kelebihan aktiva lancar di atas
hutang lancar. Persamaan untuk mencari rasio ini adalah:
Tahun 19X0 = Rp 1.003.200,00 – Rp 481.940,00 = Rp 521.260,00
Tahun 19X1 = Rp 1.222.715,00 – Rp 620.750,00 = Rp 601.965,00
Tingginya nilai rasio ini akan menunjukkan kinerja keuangan yang
baik karena aset lancar lebih besar daripada kewajiban lancarnya. Pada
tahun 19X1 lebih besar daripada tahun 19X0 dimana keduanya
menunjukkan kinerja keuangan yang baik karena selisih aset lancar
dengan kewajiban lancar bernilai positif.
2. Rasio Leverage
Debt to ratio atau debt to asset ratio merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur perbandingan antara total hutang dengan total aktiva.
Tahun 19X0 = = 0,44 atau 44 %
Tahun 19X1 = = 0,46 atau 46%
Semakin rendah rasio ini menunjukkan bahwa semakin baik keadaan
keuangan perusahaan. Standar industri untuk rasio ini menurut Kasmir
(2008:164) adalah sebesar 35%. Riam Remo pada tahun 19X0 dan 19X1
memiliki debt ratio yang di atas standar industri dimana menunjukkan
bahwa kinerja keuangannya dalam kategori baik.
b. Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to equity ratio adalah rasio yang membandingkan utang
perusahaan dengan total ekuitas.
Tahun 19X0 = = 0,79 atau 79 %
Tahun 19X1 = = 0,84 atau 84 %
Semakin tinggi rasio ini akan menunjukkan kinerja yang buruk bagi
perusahaan. Maka perusahaan harus berusaha agar DER bernilai rendah
Remo memiliki kinerja keuangan yang sangat baik karena berada di bawah
standar rasio industri baik pada tahun 19X0 maupun tahun 19X1.
c. Time Interest Earned
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi beban tetapnya
berupa bunga. Rumusnya adalah :
Tahun 19X0 = = 5,16 kali
Tahun 19X1 = = 6,23 kali
Menurut Kasmir (2008:164) standar industri untuk rasio ini adalah
sebesar 10 kali. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik kinerja
keuangan yang ditunjukkan oleh perusahaan. Riam Remo berada di bawah
standar indutri yang menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan
dalam kategori kurang baik.
d. Fixed Charged Coverage
Rasio ini mengukur berapa besar kemampuan perusahaan untuk
menutup beban tetapnya termasuk pembayaran dividen saham preferen,
bunga, angsuran pinjaman dan sewa. Rumus rasio ini adalah sebagai
berikut:
Tahun 19X0 = = 3,48 kali
Standar industri untuk rasio ini adalah 10 kali setiap tahunnya (Kasmir,
2008:164). Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik kinerja keuangan
yang ditunjukkan oleh perusahaan. Pada tahun 19X0 dan 19X1 besarnya
rasio ini berada di bawah rata-rata industri dan hal ini menunjukkan bahwa
kinerja keuangan perusahaan kurang baik.
e. Debt Service Coverage
Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi beban
tetapnya termasuk angsuran pokok pinjaman. Rumusnya adalah:
Tahun 19X0 = = 1,36 kali
Tahun 19X1 = = 1,47 kali
Semakin tinggi rasio ini maka akan menunjukkan semakin kecil resiko
yang akan dihadapi perusahaan dalam pembayaran bunga dan pinjaman
pokok perusahaan. Rasio perusahaan berada di bawah standar industri
yang berarti kinerja keuangan perusahaan kurang baik dalam membayar
bunga dan pinjaman pokoknya.
3. Rasio Aktivitas
Rasio ini untuk menghitung berapa kali dana yang tertanam dalam
piutang perusahaan berputar dalam setahun (Syahyunan, 2004). Rumus
untuk mencari average collection period adalah :
Tahun 19X0 = = 53,15 kali
Tahun 19X1 = = 58,85 kali
Jika rata-rata industri untuk rasio ini adalah 25 kali, maka kinerja
keuangan perusahaan yang ditunjukkan oleh rasio ini dalam kategori
sangat baik karena berada di atas rata-rata industri.
b. Inventory Turnover
Perputaran persediaan adalah rasio antara harga pokok penjualan
terhadap persediaan rata-rata menunjukkan seberapa cepat persediaan
tersebut dapat dijual. Rumus untuk menghitung inventory turnover yaitu:
Tahun 19X0 = = 6,89 kali
Tahun 19X1 = = 8,05 kali
Menurut Kasmir (2008:187) standar industri untuk rasio ini adalah
sebanyak 20 kali dalam setahun. “Riam Remo” pada tahun 19X0 dan
19X1 berada jauh di bawah rata-rata industry yang menunjukkan bahwa
c. Fixed Asset Turnover
Rasio ini digunakan untuk mengukur apakah perusahaan sudah
menggunakan kapasitas aktiva tetap dengan sepenuhnya atau belum.
Rumus untuk menghitung fixed assets turnover ratio yaitu:
Tahun 19X0 = = 1,15 kali
Tahun 19X1 = = 1,30 kali
Standar industri untuk rasio ini adalah sebanyak 5 kali dalam setahun
(Kasmir, 2008:187). Pada tahun 19X0 dan tahun 19X1 keduanya berada di
bawah rata-rata industri yang menunjukkan bahwa perputaran aktiva tetap
kurang baik. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja “Riam Remo” kurang
baik dalam rasio ini.
d. Total Assets Turnover (TATO)
Total assets turnover menurut Syamsuddin (2000:73) “mengukur
berapa kali total aktiva perusahaan menghasilkan volume penjualan”.
Rumus untuk menghitung total asstes turnover adalah:
Tahun 19X0 = = 0,80 kali
Rasio ini memiliki standar industri sebanyak 2 kali dalam setahun
(Kasmir, 2008:187). Dapat dilihat bahwa TATO “Riam Remo” pada dua
tahun tersebut berada jauh di bawah standar industri yang menunjukkan
bahwa kinerja keuangan perusahaan dalam hal perputaran total aktivanya
kurang baik.
4. Rasio Profitabilitas
a. Gross Profit Margin
Rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok. Persamaan
untuk rasio ini adalah :
Tahun 19X0 = = 0,26 atau 26 %
Tahun 19X1 = = 0,24 atau 24 %
Jika standar industri untuk rasio ini adalah 30%, pada tahun 19X0 dan
tahun 19X1 berada di bawah rata-rata standar industri. Namun perbedaan
ini tidak begitu jauh sehingga dapat dikatakan kinerja keuangan
perusahaan sudah cukup baik walaupun tidak begitu maksimal.
b. Operating Profit Margin
Rasio ini mengukur tingkat laba operasi dibandingkan dengan volume
Tahun 19X0 = = 0,17 atau 17%
Tahun 19X1 = = 0,13 atau 13%
Semakin tinggi rasio ini maka akan menunjukkan semakin baik pula
kinerja keuangan yang telah dilakukan oleh manajemen perusahaan.
Kinerja keuangan perusahaan pada tahun 19X0 lebih baik daripada tahun
19X1 karena rasio yang dicapai pada tahun tersebut lebih tinggi.
c. Net Profit Margin
Net profit margin merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
laba bersih sesudah pajak dibandingkan dengan volume penjulan. Dan
rumus untuk mencari rasio ini adalah :
Tahun 19X0 = = 0,07 atau 7%
Tahun 19X1 = = 0,08 atau 8%
Semakin tinggi rasio ini maka akan menunjukkan semakin baik kinerja
keuangan yang dicapai suatu perusahaan. Standar industri untuk rasio ini
adalah sebesar 20% (Kasmir, 2008:208). Pada kedua tahun tersebut net
profit margin berada jauh di bawah rata-rata industri yang berarti bahwa
kinerja keuangan perusahaan dalam kategori tidak baik.
ROI dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan menghitung
jumlah aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan untuk
menghasilakan laba. Persamaan rasio ini menurut Wachowicz (2005:224)
adalah :
ROI =
Tahun 19X0 = = 0,05 atau 5%
Tahun 19X1 = = 0,06 atau 6%
Standar industri rasio ini menurut Kasmir (2008:208) adalah sebesar
30% dimana semakin tinggi rasio ini maka semakin baik pula kinerja
perusahaan terutama dalam pengembaliam investasi yang didapatnya.
Pada tahun 19X0 dan 19X1 nilai ROI berada jauh di bawah standar
industri yang menunjukkan bahwa kurang baiknya kinerja keuangan
perusahaan yang dilakukan oleh perusahaan.
e. Return on Equity
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang
tersedia bagi pemegang saham perusahaan dengan persamaan sebagai
berikut: