• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Penutupan Lahan Taman Nasional Kerinci Seblat dan Faktor yang Mempengaruhi di Kabupaten Kerinci, Jambi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perubahan Penutupan Lahan Taman Nasional Kerinci Seblat dan Faktor yang Mempengaruhi di Kabupaten Kerinci, Jambi"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

PERUBALJAN PENUTUPAN LAEAN TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT DAN

PAKTOR YANG MEMPENGARUHI DI KABUPATEN KERINCI

,

JAMB1

Oleli :

ANDRINALDI ADNAN E03499022

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEWTANAN

(2)

Judul Penelitian : Perubahan Penutupan Lahan Taman Nasional Kerinci Seblat dan Faktor yang Mempengaruhi di Kabupsten Icerinci, Jambi

Nama : Andrinaldi Adnan No~nor Polcok : E03499022

Jurusa~l/Fakultas : Konservasi Sumberdaya HutanIKehutanan

- - - -

Menyetujui :

Dr. Ir. Lilik Budi Prasetyo, MSc. Dr.Ir. Rinekso Soekmadi, MScF

Tanggal: Tanggal:

Mengetahui,

Ketua Departemen Konservasi Surnberdaya Hutan

(3)

RINGKASAN

Andrinaldi Adnan. E03499022. Perubahan Penutupan Lahan Taman Nasional Kerinci Seblnt dan Paidor yang Mempengaruhi di Kabupaten Icerinci

,

Jambi. Dibimbing ole11 : Dr. Ir. LiliIc Budi Presetyo, M.Sc. dan Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, M.ScF.

- Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) merupakan taman nasional yang memegang peranan penting bagi keseimbangan ekosistem dan penyangga di wilayah Sumatera bagian tengah dan selatan dengan luas 1.368.000 Ha yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi termasuk spesies satwa liar dan vegetasi hujan tropis yang terdiri dari 4000 spesies flora, 37 jenis mamalia, 139 jenis burung, 10 jenis reptil, 6 jenis amphibi, dan 6 jenis primata.

Di era otonomi daerah sekarang ini hampir seluruh kawasan hutan di daerah- daerah mengalami ancaman kerusakan yang sama, seperti illegal loging, perladangan berpindah, kebakaran hutan, dan konflik lahan di dalam lcawasan hutan oleh masyaralcat ditambah lagi dengan peraturan daerah dengan pusat mengenai pengelolaan sumberdaya alam yang belum sinergis. Lebih kurang 52 % luas total kabupaten Kerinci termasuk dalam kawasan TNKS sehingga masyaralcat sekitar kawasan dalaln memenuhi kebutuhan hidupnya sangat tergantung pada keberadaan kawasan tersebut. Untuk itu kelestarian kawasan taman nasional sangat tergantung pada sikap masyarakat dan perhatian khusus dari Pemda, pengelola TNKS dan para pihak (stakeholder) dala~n mengelola dan membuat kebijakan yang berlcaitan dengan pengelolaan sumberdaya alam dan kawasan.

Pada saat TNICS selalu di ekploitasi secara besar-besaran untuk memanfaatkan lcekayaan alami yang terkandung didalamnya sehingga TNKS yang ada ~nenjadi berkurang baik secara kualitas rnaupun kuantitas. Perubahan ini erat hubungannya dengan kesejahteraan masyarakat. Besarnya perubahan lahan terutama kawasan hutan dapat mengalcibatkan berbagai macam dampalc negatif bagi masyarakat seperti tanah longsor, Banjir, kekeringan, terganggunya fungsi ekologis dan hidrologi, intmsi air laut, naiknya suhu permukaan bumi dan sulitnya prediksi musim hujan dan kering yang sangat mempengaruhi hasil pertanian dan perkebunan rakyat, dari segi keanekaragaman hayati dengan adanya perubahan lahan mengakibatkan terganggunya habitat satwa liar yang ada di kawasan dan bisa mengakibatkan kelangkaan dan Icepunahan jenis baik flora maupun fauna.

Untuk itu, mengingat semakin meningkatnya ancaman terhadap lcawasan Taman Nasional ICerinci Seblat yang disebabkan oleh aktivitas manusia sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan penutupan laban. Maka perlu adanya pengkajian tentang perubahan lahan dan faktor yang menyebab terjadinya perubahan lahan dari aspek sosial ekonomi dan budaya masyarakat. Salah satu teknologi yang paling efisien untuk mengevaluasi dan memonitoring setiap perubahan lahan di kawasan TNICS adalah Remote Sensing dan Sistem Inforrnasi Geografis (SIG)

(4)
(5)

Kabupaten ICerinci memiliki luas .t 420.000 Ha dengan karakteristik penyebaran penduduk dan pemukiman terpusat di bagiau tengah dataran lembah dengan populasi 300.370 jiwa (BPS,2002). Penduduk meningkat 4 kali lipat dalam kurun 60 tahun, 9 dari setiap 10 kk penduduk adalah rumah tangga petani, dengan pertumbuhan penduduk 2,38 %/tahun (WWF, 1993). .

Berdasarkan hasil kuisioner diperoleh masyarakat disekitar kawasan TNICS bermata pencaharian dibidang pertanian 92,5 % dan 7,5 % wiraswasta. Pendapatan pokok penduduk rata-rata diperoleh dari hasil bertani seperti padi, cabe, kulit manis dan kopi. Rata-rata pendapatan pokok responden adalah Rp. 200.000/bulan. Masyarakat mencari tambahan pendapatan dengan cara mencari ikan, dan bumh.Tingkat pendidikan responden 51 % tingkat SD, 20,51% tingkat SLTP, dan 28,21% tingkat SLTA, menjelaskan bahwa tingkat pendidikaan masyarakat disekitar kawasan tergolong cukup baik, dilihat dari tingkat SLTA 28,21%.

Ada 6 faktor sosiel ekonomi yang diduga menjadi penyebab perubahan penutupan lahan yaitu jumlah anggota mmah tangga, lama bermukim, pendapatan, tiugkat pendidikan, jumlah jenis penggunaan lahan, dan jarak antara lahan dengan tempat tinggal. Berdasarkan analisis sosial ekonomi dengan menggunaltan metode Uji-Pengaruh (Chi-Sq~lcrre) dengan taraf nyata 0,05 ternyata yang berpengaruh nyata terhadap tingkat terhadap penguaasaan lahan di lcawasan TNKS kabupaten Kerinci adalah Pendapatan artinya bahwa semakin besar pendapatan responden malta tingkat terhadap pengguasaan lahan semakin tinggi pula.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pondok Tinggi, Kabupaten Kerinci, Propinsi Jan~bi pada

tanggal 17 Desember 1980, anak bungsu dari 9 bersaudara dari pasangan Adnan Thaib (Alm) dan Naipah.

Penulis mulai masuk pendidikan formal pada tahun 1987 di SD Negeri 61111 Aurduri, Kabupaten ICerinci dan lulus t a h ~ ~ n 1993. Tahun 1993 melaujutltan pendidikan ke SMP Negeri 2 Sungai Penuh dan lulus pada tahun 1996. Pada tahun

1996 - 1999 menempuh pendidilcan di SMU Negeri 1 Sungai Penuh.

Pada tahun 1999 penulis melanjutkan studi di perguruan tinggi di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Ujian Seleksi Masuk P B ) dan diterima di

Departemen Konservasi Su~nberdaya Hutan, Fakultas Icehutanan.

Selan~a di IPB, penulis aktif dalam kegiatan kampus, baik organisasi fomlal

maupun informal diantaranya sebagai lcetua departemen di DKM Ibadurrahmaan 2001-2002, I W M I 2001-2002, HIMAICOVA, Ketua

UKM

Panahan 2002-2003, ICetua Asrama Sylvasari 2002-2003, serta ikut berpartisipasi aktif sebagai lcetua dan panitia dalam beberapa kegiatan kemahasiswaan di IPB.
(7)

K A T A PENGANTAR

Slcripsi ini merupakan sajian hasil penelitian mengenai "Perubahan Penutupau Lahan Taman Nasional Kerinci Seblat dan Faktor yang

Mempengarubi di Kabupaten Kerinci, Jambi

"

dengan tujuan untulc melihat

besamya perubahan lahan yang terjadi di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat di Kabupaten ICerinci dan menglcaji faktor yang diduga menjadi penyebab perubahan lahan di lcawasan tamall nasioanal dari aspelc sosial elconomi dan budaya.

Proses penyusunan skripsi ini memberilcan lcontribusi yang besar bagi penulis, tidalc sebatas meinperluas wawasan keilmuan, lebih dari itu terlcandung pesan-pesan

filosofis yang inembentulc paradigma baru dalam lteranglca berpilcir penulis yang Insya Allah alcan sangat berguna bagi penulis dalam menjalani pasca lcehidupan

Penulis menyadari bahwa slcripsi ini belum layak untuk dikatakan sempurna, sehingga penulis mengharaplcan luitik dan saran konstntktif dari berbagai pihak sebagai suatu proses peinbelajaran yang positif bagi diri penulis.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadilcan bahan pertilnbangan bagi Balai Tanla11 Nasional Icerinci Seblat dan Peinerintah Daerah dalain membuat lcebijakan

dan program untuk masyarakat yang berada di daerah sekitar lcawasan TNICS sehingga kelestarian kawasan TNKS dapat di jaga selama-lamanya untuk anak cucu lcita yang alcan datang.

Teralihir, penulis berharap lciranya skripsi ini akan bem~anfaat bagi pihak lnanapun yang ineinerlulcan referensi ilmiah yang terlcait dengan lcawasan talnan

nasional.

(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

All~amdulillaahi han~dan katsiran thayyiban inubaaralcan fihii. Puji syulcur penulis panjatlcaii kehadirat Allah azza wa jalla atas rahmat dan karunia-Nya yang telah diberilcan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi.

Dalam lcesernpatan ini penulis mengucaplcan terima lcasih lcepada :

1. Bapak Dr.Ir. Lililc Budi Prasetyo, MSc, selalc~~ dosen pembimbing pertalna yang telah inemberilcan bantuan, bimbingan, ilmu dan saran selarna penulis melalcsanalcan penelitian.

2. Bapak Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, MSc.F, selalcu dosen pembimbing kedua yang telah memberikan banyak masukan, bimbingan selaina penulis melalcsanalca~i penelitian.

3. Bapak Ir. Bahruni, MM, sebagai dosen penguji Departemen Manajemen Hutan.

4. Bapak Dr. Ir. Hariadi Kartodihardjo, MS sebagai dosen penguji Departemen Teknologi hasil Hutan.

5.

Crew

Laboratarium Analisis Lingkungan dan Pemodelan Spatial Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan (Suheri, Ajoe, Ambon, Zae, Domon, Herigki,

Tika, Jawer dan teman teman A'37).

6. Warga KSH'36 (Anak Iyoeh, Dewi, Ozon, Wike, Etie, Dewi A, Rully, Wawan, Godeg, Dogen, Begeng, Saihl, Budi, Haris, Rhino, Abien Tj, Korut, Finnan, Abenk sekeluarga dan semuanya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

7. My Family Sylvasari : Didi, Bhakti, Ale, Dwi P.S, Aldo, Wawan, Herman, Dhika, Dondi, Mas Anto, Adi SH, dan adik-adik ku tercinta.

8. Teman seperjuangan : Zam-zam, Awi, Tatang, Uly 2, Tina, Witrie, Laela dan temau-te~nan DI(M Ibadunahman.

9. Uhang Icincai : Anak asrama Jambi, Neneng, Filai, Mika, Rilco, Peby, Zistin, Lidya, dan seluruh anggota MI<-Bogor.

10. Teman-teinan UI(M Panahan LPB : Ulum, Catur, Ari, Epi, Viko, dan Anggota

(9)

DAPTAR IS1

DAFTAR IS1 ... i

DAFTAR TABE DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPlRA L PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

. . B. Tujuan Penellllan ... ... 3

. . C. Manfaat Penellt~an ... ... ... ... 4

11. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanan Nasiona 5 B. Penutupan Lahan dan Pen~bahannya 6 B.2. Sistem Klasifkasi Penutupan Lahan dan Pengglmaan Lahan 7 C. Deteksi dan Monitoring Pemballan Penutupan Lahan ... 9

D. Sifat Spektral Beberapa Penutupan Lahan ...

10

E. Penginderaan Jault E. 1. Definisi 1 E.2. Penginderaan Jauh Sistem Satelit ... 12

E.3. Analisis Digital Penginderaan Jauh ...

12

E.3.1. Pengelohan awal citra digital satelit ... 13

E.3.2. Koreksi radiolnetrik ... 13

E.3.3. Koreksi geometrik

...

14

E.3.4. Klasifikasi citra digital ..

...

.... . . ...

...

... ... ... . .14

E.3.5. Penerapan penginderaan jauh

...

.15

F. Sistem Informasi Geografis (SIG) F.1. peng&an ~ i s t e m Informasi Geografis ... 16

(10)

F.3. Komponen Dasar dalaln Penggunaan

Sistem Infonnasi Geografis (SIG) ... 16 F.4. Pangkalan Data ... 17 F.5. Penerapan Sistem Infonnasi Geogafis ... 17 F.6. Inte~rasi Data dengall Sisleln Infonnasi Geografis 18

111. METODE PENELlTlAN

A. Wakt~i dan Lokasi Penelitian 19

B. Bahan dan Alat 19

C. Metode Penelitian

C. 1. Data Spasial 19

C. I .1 Proses Pe~nasukan Data Spasial ... 20 C. 1.2. Pengolahan Data Spasial 2

C. 1.3. Analisis Data Spasial 2

C.2. Data Atribut

C.2.1. Pengeltian 3

C.2.2. Pengumpulan Data ... 24

C.2.3. Pengolahan Data 5

. .

C.2.4. Analls~s Data ... 27

IV. KEADAAN UMUM

A. Geografis dan Administ~atif

A.1. Letak dan Luas ...

:

29 A.2. Geplogis dan Tanah ... ... ... ... ... .30 A.3. Topografi ... ... ... .... . . .

. . .

. . . ... . 3 1

A.4. Iklirn ... 32 B. Keanekaragaman hayati flora dan fauna

(11)

V

.

HASIL DAN PEMBAI-IASAN

A . Pengolalian Citra 8

B . Penutupan Lahan 2

B.I. Pengelolaan Lalian Tradisional ... 43

B.2.Perubahan Penutopan Lahan 5

B.3. Faktor Sosial Ekonomi terliadap Penggunaan Lahan ... 49 B.3.1. Icarakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat ... 49 B.3.2. Analisis Tingkat Pnggunaan Lahan ... 51

C . Ekono~ni 7

D . Implikasi Pembahan Penutupan Lahan ... 58

0.1. Balai Taman Nasional Kerinci Seblat ... 58 D.2. Pemerintah Daerali ... 60

VI

.

KESIMPULAN DAN SARAN

A . Kesimpulan ... 62 B . Saran ... 62

(12)

DAFTAR TABEL

No lkks Halaman

1 . Fomiat interpretasi citra untuk yang repr~sentatif beberapa

tingkat klasifikasi penggunaan lahan atau penutupan lahan ... 9 2 . Sistem klasifikasi penggunaan lahan dan penutupan lahan

untuk digunakan dengan data penginderaan jauh ... 10 3

.

Karakteristik sektral landsat - TM (7'7ei?zu/ic Mapper) ... 1 1

4

.

Juinlah dan luas wilayah administratif ... 29 5 . Luas kawasan TNKS ... 30

6 . Kelas kemiringan lereng kawasan TNKS ... I 7

.

Jenis-jenis flora berdasarkan tipe hutan ... 33 8 . Jenis satwa penting (key spesres) yang tersebar dalain TNKS ... 34

...

9 . Akurasi OveruN Cla.ssrjicu/ion 41

10

.

Akurasi Kappa ... 41 11.Perubahan penutupan lahan kawasan TNKS Kab . Kerinci ... 46 12.Laju kerusakan hutan kawasan di TNKS di tiap kabltahun

dari tahun 1985-2002 ... 48

13

.

Hubungan jumlah anggota keluarga terhadap tingkat penguasaan lahan ...

14.Hubungan lama bermukim terhadap tingkat penguasaan lahan ... 53 15.Hubungan tingkat penghasilan keluarga dengan tingkat

penguasaan lahan ... : ... 54

...

16.Hubungan tingkat pendidikan terhadap tingkat penguasaan lahan 55

17.Hubungan jumlah jenis penggunaan lahan terhadap tingkat

penggunaan lahan ... 56 18.Hubungan jarak antara tempat tinggal dengan lahan

(13)

DAFTAR GAlMBAR

...

I . Diagram alir peinbuatan peta digital 20 . .

2

. Peta lokasi penel~t~an ... 21

3 . Proses pengolahan citra ... 23

4 . Tahapan analisis sosial ekono~ni rnasyarakat ... 78

5 . Respon spektral kelas kelas penutupan lahan ... 40

6 . Peta perubahan penutupan lahan kawasan TNKS Kab . Kerinci ... 47

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Tabel hasil kuisioner 2. Tabel uji chi-square (1_')

3. Gambar kelas - kelas penutupan lahan Kawasan TNKS Kab. Kerinci

(15)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagian besar bangsa umumnya menyetujui keinginan untuk melindungi warisan alami (nulurul worl4 yang menonjol dan mengaku bahwa ha1 ini merupakan

suatu sumbangan terhadap upaya dunia untuk melindungi sumberdaya alam serta melestarikan keanekaragaman hayati. Indonesia terkenal dengan kekayaan

sumberdaya alam. Suinberdaya alam dengan masing-masing karakteristik yang beragam merupakan potensi yang sangat besar untuk dimanfaatkan secara optimal dengan tetap rneinperhatikan kelestarian sumberdaya alam, sehingga dapat terus ada dan dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang.

Salah satu suinberdaya alam Indonesia yang inempunyai potensi untuk dikeinbangkan adalah tarnan nasional. Taman nasional merupakan bentuk perlindungan yang paling umum dan dikenal secara populer, tetapi taman nasional dapat dilengkapi dengan banyak kategori lainya dari kawasan yang dilindungi.

Walaupun kawasan yang dilindun~ seringkali dipandang sebagai pulau terisolasi dari sekelilingnya, kawasan itu mendapatkan sejumlah pengaruh luar yang kelak pada giliranya akan mempengaruhi kawasan yang berdekatan. Hubungan terutana bersifat ekologi atau fisik, tetapi juga meliputi pertimbangan budaya, sosial dan ekonomi. Kawasan yang dilindungi tidak ditetapkan untuk dipisahkan dari arus pembangunan, melainkan merupakan, suatu bentuk penggunaantanab yang harus

melengkapi kawasan sekitarnya apabila kawasan yang dilindungi ini diharapkan

dapat bertahan.

Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) adalah salah satu dari 41 taman nasional yang ada di Indonesia dan merupakan yang terluas di Asia Tenggara. Dalam SK Menteri Kehutanan No 192/KPTS-IU1996 tangal 1 Mei 1996, TNKS yang

(16)

spesies satwa liar dan vegetasi hujan tropis yang terdiri dari 4000 spesies flora, 37 jenis mamalia,l39 jenis burung, 10 jenis reptil, 6 jenis amphibi, dan 6 jenis primata.

Untuk itu kelestarian kawasan taman nasional sangat tergantung pada sikap

masyarakat dan perhatian khusus dari Pemda, pengelola TNKS dan para pihak

(slukel~older) dalarn mengelola dan membuat kebijakan yang berkaitan dengan

pengelolaan sumberdaya alam dan kawasan. Sikap masyarakat sekitar taman nasional ditentukan oleh tingkat ketergantungan mereka terhadap sumberdaya hutan yang ada di taman nasional, baik berupa kayu, hasil hutan non kayu, lahan yang subur untuk perkebunan dan lahan pertanian yang cepat rnenghasilkan dan sosio-ekologis ~nasyarakat terhadap hutan itu sendiri.

Su~nberdaya ala~n lahan bersifat terbatas dan cenderung bertambah langka,

karena bersifat terbatas dan langka (~curcilyl, semua pemilik lahan (pemerintah, swasta maupun pemilik perorangan), dimanapun pasti akan menghadapi masalah dalam mengambil keputusan tentang pemanfaatan lahan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang sifatnya tidak terbatas. Kelangkaan menyebabkan perlunya membuat pilihan (option) tentang pemanfaatan suatu sumberdaya lahan. Disisi lain, pilihan rnenyiratkan adanya tujuan tertentu, dapat diartikan sebagai pengorbanan beberapa pihak yang membutuhkan lahan untuk kepentingan yang lain.

Peningkatan jumlah penduduk juga meningkatkan secara nyata permintaan akan lahan. Lahan dalam jumlah besar perlu dialokasikan sebagai wilayah pemukiman yang layak bagi penduduk, untuk keperluan pertanian guna mencukupi kebutuhan masyarakat, pembangunan sarana rekreasi atau pembangunan pusat industri untuk menyediakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Selain itu lahan juga dituntut untuk tetap dipertahankan sehingga hutan yang berfungsi sebagai pengatur keseimbangan lingkungan tidak rusak oleh tekanan dari banyaknya interaksi manusia.

(17)

tersebut dapat mengakibatkan berbagai macaln dampak negatif bagi masyarakat

seperti tanah longsor, Banjir, kekeringan, intrusi air laut, naiknya suhu permukaan burni dan sulitnya prediksi musiln hujan dan kering yang sangat lne~npengaruhi hasil pertanian dan perkebunan rakyat, dari segi keanekaragaman hayati dengan adanya perubahan lahan mengakibatkan terganggunya habitat satwa satwa yang ada di kawasan dan bisa mengakibatkan kelangkaan jenis baik flora maupun fauna.

Untuk itu, mengingat semakin meningkatnya ancaman terhadap kawasan

Taman Nasional Kerinci Seblat yang disebabkan oleh aktivitas manusia sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan penutupan lahan. Pemantauan perubahan lahan hutan dan da~npak perubahannya sangat diperlukan untuk ~nengetahui arah perubahan dan darnpak jangka panjangnya bagi ~nasyarakat dan kelestarian hutan, guna ~nendukung upaya tersebut perlu adanya lnutu teknologi yang dapat rnemberikan informasi mengenai perubahan penutupan dan penggunaan lahan yang bersifat periodik. Maka perlu adanya teknologi untuk mengkaji dan memantau perubahan lahan di kawasan TNKS dan apa yang menyebabkan terjadinya perubahan lahan tersebut. Soesilo (1995), mengatakan bahwa teknologi penginderaan jauh adalah jawaban yang diperlukan untuk teknologi seperti itu, karena remole sensing mempakan cara yang paling efisien untuk mengevaluasi dan monitoring setiap perubahan lahan di Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat.

8. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah a) untuk mengkaji perubahan penutupan lahan Taman Nasional Ksrinci Seblat di kabupaten Kerinci

dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) dan citra Landsat-TM tahun 1995 dan landsat ETM+ tahun 2001, b) Menganalisis faktor yang diduga menjadi

(18)

C. Manfaat Penelitian

1. Sumber informasi dan bahan pertimbangan bagi pemerintah kabupaten Kerinci dan bagi pengelolaan kawasan TNKS dalam upaya mencegah dantuntuk mengurangi tekanan - tekanan dari berbagai fihak yang berkepentingan terhadap

TNKS sehingga dampak negatif yang ditimbulkan dapat ditekan seminimal

mungkin.

2. Bahan masukan bagi pemerintah kabupaten Kerinci dala~n pengembangan program pernbinaan masyarakat sekitar taman nasional sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya tanpa mengabaikan kaidah-kaidah konservasi terhadap suinberdaya ala~n.

(19)

I[. TINJAUAN PUSTAKA

A. Taman Nasional

Kawasan hutan pelestarian alam, yaitu kawasan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman tu~nbuhan dan satwa, serta pinanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya (UU No. 41 tahun 1999).

Taman nasional merupakan suatu kawasan dengan ciri khas tertentu, baik didarat maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keragaman jenis tu~nbuhan dan satwa, serta pelestarian pemanfatan sumber daya alam hayati dan ekosisitemnya (Dephut, 1988).

Menurut IUCN mendefinisikan taman nasional sebagai suatu pengelolaan kawasan yang dilindungi untuk melindungi keadaan alamiah dan kawasan - kawasan ilmiah yang mempunyai arti nasional inaupun internasional bagi pengetahuan, pendidikan dan fungsi rekreasi ini merupakan kawasan - kawasan alam yang relatif besar yang secara material tidak di ubah oleh aktivitas manusia dimana penggalian manfaat sumberdaya tidak diijinkan (Soehartono, 2001).

Dalam kaitannya dengan

UU

No 5 Tahun 1990, Indonesia mendefinisikan taman nasional sebagai suatu kawasan konservasi alam, yang memiliki ekosistem sendiri yang khas dan dikelola melalui sebuah sistem zoning serta nntuk menfasilitasi zidanya penelitian, pengetahuin ilmiah, pendidikan, pningkatan, perkembangbiakan, rekreasi dan tujuan pariwisata. Banyak taman nasional yang telah ditetapkan berdasarkan kriteria tersebut seperti Taman Nasional Kerinci Seblat (Sumatera), TN. Bogani Babi Warta Bone (Sulawesi), TN. Betung Karihun (Kalimantan), TN. Bukit Baka-Bukit Raga (Kalimantan) dan TN. Kayan Mentarang (Kalimantan).

Sejumlah peraturan Indonesia UU No 5 Tahun 1990, UU No 41 Tahun 1999 dan konsep

-

konsep taman nasional secara tegas di gambarkan bahwa inisiatif penetapan taman nasional pertama kali diarahkan untuk keuntungan daerah dan proses-proses yang penting secara ekologis serta sistem pendukung kehidupan
(20)

Tujuan dari penetapan taman nasional tersebut antara lain adalah untuk

menjaga dan mempertahankan penvakilan ekosisitem alam dan spesies-spesies yang ada didalamnya, disamping untuk tnemperbaiki kualitas taraf kehidupan penduduk yang tinggal baik didalam maupun yang ada diperbatasan taman nasional. Pernbangunan taman nasional tersebut juga dimaksudkan untuk menjaga kelangsungan perekonomian lokal, memberikan kesempatan kerja dan pendidikan bagi masyarakat (Soehartono, 2001).

Kerinci Seblat adalah suatu kawasan yang memegang peranan penling bagi keseimbangan ekologi di wilayah Sumatera bagian tengah dan selatan meliputi propinsi Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Selatan dan Bengkulu. Kawasan ini me~niliki kekhususan keanekaragalnan flora dan fauna, curah hujan yang tinggi dan

berfungsi sebagai urat nadi dalam pengendalian erosi, banjir, dan merupakan sumber air serta telah dinyatakan sebagai salah satu paru-paru dunia (Fazriyas,1998)

Luas Taman Nasional Kerinci Seblat berdasarkan SK menteri Kehutanan no 192KPTS-1111996 tanggal 1 Mei 1996 adalah 1.368.000 Ha, yang terdiri dari 40% di Jambi, 21% di Sumatera barat, 25% di Bengkulu, 14% di Sumatera Selatan.

Dari data rnenunjukan bahwa 51,19 % dari luas kabupaten Kerinci dikuasai oleh TNKS, ha1 ini menjadi tantangan bagi pemerintah daerah tingkat I1 Kabupaten Kerinci dalam Inenata kembali wilayahnya. Diperkirakan akan terjadi kepentingan

masyarakat yang telah bermukim dan berinteraksi turun temurun dengan kawasan tersebut sebelum kawasan tersebut dinyatakan sebagai taman nasional.

B. Penutupan Lahan dan Perubahannya B.1. Definisi

(21)

tercakup dalam penutupan lahan yaitu : (1) struktur fisik di bangun manusia, (2) fenornena biotik seperti vegetasi alami, tanaman pertanian dan kehidupan binatang, (3) Tipe pembangunan.

Pengguna lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertenlu (Lillesand dan Kiefer 1990). Karena menusia mengalami kondisi yang berubah pada waktu yang berbeda.

Selanjutnya Lo (1995) Menyatakan bahwa deteksi perubahan mencakup penggunaan fotograti udara perurutan di wilayah tertentu dan dari data tersebut penggunaan lahan untuk setiap waktu dapat di petakan dan di bandingkan.

Penutupan lahan di hutan alam di dominasi oleh tumbuhan dengan berbagai lnacaln jenis, umur, kelas kerapatan dan kelas ketinggian sedangkan penggunaan lahan yang ada diantaranya adalah perkebunan lahan buatan yang ada antara alam, pemukiman, jalan dan base camp. Jenis tanaman perkebunan yang diusahakan antara lain karet, lada, kulit manis, cengkeh, coklat dan kopi. Sedangkan tanaman pertanian yang biasa diusahakan oleh masyarakat sekitar hutan adalah padi, jagung dan kedelai (Dephut, 1992).

B.2. Sistem Klasifikasi Penutupan Lahan dan Penggunaan Lahan

Klasifikasi lahan adalah penyusunan lahan kedalam kelas-kelas yang dipengaruhi oleh faktor karakteristik lahan, kualitas lahan, pengaruh dari pengelolaan pertanian, penggunaan lahan, potensi penggunahn lahan, kelayakan penggunaan lahan, desain penggunaan lahan, sejarah penggunaan lahan. Kategori

-

kategori tersebut nerupakan fendomental dalam identifkasi dari berbagai kelas dan responsibilitas dari rencana penggunaan lahan (Lillesand dan Kiefer, 1990).

Dalain klasifikasi penutupan lahan dan penggunaan lahan ada beberapa infonnasi yang tidak dapat di peroleh dari kata penginderaan jarak jauh. Informasi inengenai penggunaan lahan tidak semuannya dapat langsung dikenali dari penutupan

(22)

Skema klasifikasi yang banyak digunakan dalam kegiatan klasifikasi

penutupan dan penggunaan lahan adalah skema klasifikasi yang disusun oleh USGS (IJniled Slule Geologicul Science). Menurut Lillesand dan Kiefer (1990), Skema Klasifikasi tersebut dirancang dengan rnenggunakan data penginderaan jauh orbital atau pada ketinggian dan diarahkan untuk memenuhi kriteria berikut :

1. Tingkat ketelitian interpretasi minimum dengan menggunakan penginderaan jarak jauh harus tidak kurang dari 85 %.

2. Ketelitian interpretasi untuk beberapa kategori harus kurang lebih sama. 3. Hasil yang dapat di ulang harus dapat di peroleh dari penafsir satu ke penafsir

yang lain.

4. Siste~n klasifikasi harus dapat diterapkan untuk daerah yang luas.

5. Kategorisasi harus ~nemungkinkan penggunaan lahan di tafsir dari tipe penutupan lahannya.

6. ~ i s t e m klasifikasi harus dapat di gunakan dengan data penginderaan jarak jauh yang diperoleh pada waktu yang berbeda.

7. Kategori hams dapat dirinci kedalam sub kategori yang lebih rinci yang dapat diperoleh dari citra skala besar atau survei lapangan.

8. Pengelompokan kategori hams dapat dilakukan

9. Hams dimungkinkan untuk dapat membandingkan dengan data penggunaan lahan dan penutupan lahan di rnassa yang akan datang.

10. Lahan multi guna'harus dapat dikenali apabila mungkin.

Tabel 1. Fonnat interpretasi citra untuk yang representatif beberapa tingkat klasifikasi penggunaan lahan atau penutupan lahan

Tingkat Klasifikasi

Penpgunaan Lahaaenutupan Lahan I

a

111 IV

Ukuran yang Mewakili Interpretasi Citra LANDSAT

[image:22.605.108.485.562.643.2]
(23)

C.

Deteksi dan Monitoring Perubahan Penutnpan Lahan

Analisis citra penginderaan jauh tidak hanya dilengkapi dengan tipe, bentuk dan distribusi lahan yang melnberikan karakteristik area, tetapi menawarkan kesempatan untuk memonitoring area sepanjang waktu untuk membedakan perubahan ko~nposisi lahan (Walkie dan finn, 1996 dalaln Surbakti, 2002).

lnterpretasi visual dan perbandingan potret udara rnultitemporal telah digunakan secara sukses untuk mendeteksi perubahan penutupan lahan dibantu

[image:23.602.102.548.433.699.2]

dengan spektral. Metode analisis citra penginderaan jauh dapat digunakan untuk ~nendeteksi perubahan disuatu lahan dengan cepat dan area yang sangat luas (Walkie dan finn, 1996 dala~n Surbakti, 2002). Asumsi yang mendasari pendeteksian perubahan secara digital adalah bahwa adanya perbedaan respon spectral dalam 2 waktu, jika terjadi perubahan penggunaan lahan dari satu tipe penutupan lahan lnenjadi tipe penggunaan lahan lainya (Jensen, 1986 dalam Surbakti, 2002). Walkie dan Finn (199) juga menyatakan bahwa untuk mendeteksi perubahan ini di asumsikan keadaan (cuaca) dan pertumbuhan vegetasi bervariasi dari tahun ketahun

Tabel 2. Sistem klasifikasi penggunaan lahan dan penutupan lahan untuk digunakan dengan data penginderaan Jauh

No 1

2

3

I

I

c. Lahan Petemakan Campuran

Tingkat I Perkotaan atau Lahan Perkotaan

Lahan Pertanian

Lahan Peternakan

4

1

Lahan Hutan

5

Tingkat U a. Pemukiman

b. Perdagangan dan Jasa

c. Industri, d. Transpottasi

e. Komplek Industri dan Perdagangan

f Kekotaan Campuran atau Lahan Bangunan

g. Kekotaan atau Lahan Bangunan Lainnya

a. Tanaman Semusim dan Padang Rumput

b. Daerah buah-buahan, jemk, anggur, labu Gbit dan tanaman hias.

- c. Lahan Tanaman Obat

d. Lahan Pertanian Lainnya a. Lahan Pengembalaan Terkumng b. Lahan Petemakan Semak dan Belukar

a. Lahan Hutan Gugur Daun Semusim

Air

(24)

T i n ~ k a t I Tingkat I1

b. Glasier Sumber : Lillesand dan Kiefer, 1990

6

D. Sifat Spektral Beberapa Penutupan Lahan

Dalarn pemanfaatan teknik - teknik penginderaan jauh untuk identifikasi dan

Lahan Basah

pemetaan permukaan bumi, digunakan anggapan bahwa kenampakan kenampakan

d. Teluk dan Muara a. Lahan Hutan Basal] b. Lahan Basah Bukan Hutan

yang berbeda terpisah secara spektral. Pada kenyataannya anggapan ini benar dan

1

b. Gisik

c. Daerah berpasir selain gisik

d. Tambang terbuka, pertambangan dan tamban8 kerikil a. Padang lumut semak belukar

b. Padang lumut ta~lamatl obat c. Padang lumut lahan gundul d. Padang lumut derah basah e. Padang lumut daerah campuran a. Lapangan salju abadi

8

9

sebagian besar kenampakan permukaan bumi dapat dikenali dan dipetakan

Padang Lumu

Es dan Salju Abadi

/

berdasagakan sifat spektralnya, walaupun ada kenatnpakan yang tidak dapat /

(25)
[image:25.602.100.516.90.319.2]

Tabel 3. Karakteristik spektral landsat-TM (T/ze~?lu/ic Mupper.)

Band

I

Panjang Gelombang Kegunaan

Band 1

1

0.45 - 0,52 pm

/

Dirancang untuk penetrasi tubuh air, s e h i n g ~ a bermanfaat untuk pemetaan perairan pantai, juga berguna untuk membedakan antara tanah d e n ~ a n --

I

Band 2

Band 3

Band 4

Band 5

Band 6

Keuntungan utaina ciira satelit adalah bahwa sistem ini dapat menguinpulkan data secara teratur dalam waktu relatif singkat, selain itu cakupnya sangat luas,

seperti satelit landsat dapat memberikan imfonnasi pennukaan bumi lebih dari 34.000 km2 hanya dalam 25 detik saja ( Lo, 1995).

0,52 - 0,60 pm

0,60 - 0,69 pm

1

tanah dan pemetaan termal.

E. Penginderaan Jauh

E.1. Definisi

Penginderaan jauh adalah pengukuran atau perolehan informasi dari beberapa sifat obyek atau fenomena dengan menggunakan alat perekam yang secara fisik tidak terjadi kontak langsung atau bersinggungan dengan obyek atau fenomena yang dikaji (Howard, 1996). Teknik penginderaan jauh menggunakan alat penginderaan jauh

veSetasi, tumbuhan berdaun lebar dan konifer

-

Dirancang untuk mengukur puncak pantulan hijau saluran tampak basi vegetasi Suna penilaian ketahanan Band absorbsi klorofil yang penting untuk diskriminasi

0.76 - 0.90 pm

1.55 - 1,75 prn

10.40 - 12,50 pm

Band 7

yang dipasang pada wahana (plat form) yang bempa pesawat terbang, satelit, pesawat ulang alik, atau wahana lainnya. Obyek yang ingin di indera atau diketahui berupa obyek diinuka bumi, di dirgantara atau di antariksa (Sabins, 1987 dalan Surbakti, 2002).

Cocknell dalam Surbakti (2002) membedakan teknik penginderaan jauh atas tiga sistem, yakni : (1) sistem pasif yang menggunakan tenaga pancaran obyek, (2)

v e g $

Bermanfaat untuk menentukan kandungan biomasssa dan untuk deliniasi tubuh air

Menunjukan kandungan kelembaban vegetasi dan tanah juga bermanfaat untuk membedakan salju dan awan Band infra merah termal yang penggunaanya untuk analisa penekanan vegetasi, diskriminasi kelembaban

Sumber : LO, 1995

(26)

sisteln pasif dengan menggunakan pantulan sinar matahari, (3) sistem aktif berupa radar, leser, lidar dan sebagainya.

E.2. Penginderaan Jauh Sistem Satelit

Satelit penginderaan jauh dalam bidang kehutanan telah dikembangkan lebih dari satu periode atau sekitar 25 tahun lebih, penerapan satelit penginderaan jauh dalain bidang kehutanan secara efektif dimulai dengan peluncuran teknologi satelit sumberdaya bumi Amerika Serikat ERTS-I (I~ur//z Resnzrrce Tecnologicul Sufelli~e)

pada tahun 1972, kemudian satelit tersebut diberi nama LANDSAT (Howard, 1991). Menurut Soesilo (1990) saat ini terdapat ernpat satelit suinberdaya alam yang beroperasi penuh, yaitu : MOS-I (Murirze Ohserluiiorz Su/eNi/e) Jepang, Landsat AS, SPOT (Su/e//iie l'rohuloire pour

I

'Oh.r.ervu/ion de /u firre) Perancis, dan IRS ( I17diu Nesowces SciteNile) India. Selarna 24 jain non stop , satelit-satelit ini merekam dan mengirim data permukaan bumi ke berbagai stasiun penerima yang tersebar diseluruh dunia dan perolehan data mentah tersebut tersedia bagi siapa saja asal mampu

membayar biayanya.

E.3. Analisis Digital Penginderaan Jauh

Analisis merupakan cara untuk mendapatkan informasi dari data. Ada dua macaln cara analisis untuk memperoleh informasi dari data Landsat-TM, yaitu analisis visual dan analisis digital. Analisis visual diterapkari pada Landsat-TM yang berupa citra cetak, baik citra hitam maupun citra majemuk, cara ini disebut secara

manual, dengan cara ini informasi yang diperoleh terbatas, karena keterbatasan kemampuan mata dalam membedakan gradasi wama.

Analisis digital karena sifatnya kuantitatif dapat menggali kandungan

infonnasi yang debenamya mengigngat perekamannya sendiri dalam bentuk dig~tal oleh karena itu tidak terjadi kehilangan informasi yang disebabkan oleh pemprosesan.

(27)

E.3.1. Pengelolaan Awal Citra Digital Satelit

Bentuk asal data penginderaan jauh yang diterima oleh stasiun bumi masih mengandung kesalahan-kesalahan. Proses perbaikan (koreksi) terhadap kesalahan- kesalahan yang terdapat dalam citra satelit dikelompokan dalam kegiatan pengelolaan

awallpra-pemrosesan. Walaupun beberapa perbaikan dan kalibrasi data biasa dilakukan di stasiun bumi penerima, tetapi seringkali masih perlu untuk melakukan pre-processi17g berikutnya oleh para user (Mather, 1987 dalam Surbakti, 2002).

Menurut Lillesand dan Kiefer (1990) kegiatan pra-pemrosesan pada dasarnya terdiri dari koreksi terhadap distorsi dan peningkatan mutu kontras citra kedalam

bentuk yang lebih memadai untuk kegiatan interpretasi ataupun analisa selanjutnya. Lillesand dan I<iefer (1990) menambahkan bahwa penajaman lokal terdiri operasi

penghalusan (s1?7ool/zii7g operu/loiz) dan penajaman tepi (edge en/zo~zcei~zeiz/

1.

E.3.2. Koreksi Radiometrik

Koreksi radiometrik bertujuan untuk inenghiiangkan gangguan atmosfer ternaciap citra uigiiai sateiit. Pacia metode histogram minimum distorsi atmosfer

. . .

diduga sebaga~ n ~ l a i yang teiukui pada p!ot h i s t o ~ ~ a m masing masing ;a!xan (Band)

-;+- digital. Pendugaaii gaiiggcaii atmosfei pada meto6e ini berdasaikar, pada

tanggapan spektral objek-objek di permukaan buini terutama baazii aii.

Untllli mer,ghi!angk;ln gangguan atmosfer datz citra multi saluran dengan ~rienggunakan metode histogram miniinulm rriaka cukup dilakukan upcrasi aijab.:;~,

. .

yiiliu Geiig&? U"ImengGizrL'-"l , , I n: 2: -:i

'

&--I..

': .. . :. . .

.:

.

:'I-;

ulj;lral ~ ~ ~ ~ e f i ! p& jeiiap i f i ; ~ ~ Egttal p-!.;.! y . 3 ~ u

ierukur pada masing-masing saluren ritra yang b c r s a ~ g k ~ f a n (Li!!esand dan Kiefei,l?94).

. . Perlguatan sinyal p.ng tejadi p& s~!~~iil., &sebab&::-n p:r:stl::.s

har,bG-an f3cs!ferfi?g) j.jang mer;pakan sab 1 u r u

.a,.

ia-k u A L A & ~ ~ . " L S I ;+.+-.-PI, . a ~ i ~ a ~ a n,.+,v.- CIl*Y&

g i g ! i g i (s~!!zber te~lagl p . 6 ~ se~lror) rjmirt!~l 0 i!i~~:~.;Cer b ~ f i ~ l i

< : <

sebagai iiie(iiUili p~rilii;~aizm14'a, &s2niyL :19::..:!:-!!!1 - . . - -- n::?nni!-ii?

.

-

-. I-- ie!-r:i.:::ii

.

-

- - -

.

:?i::!n

-.

-

b":baz&Eg ierba;;;i 6 ezgaii pzzjzEx g:i

.

Ic.l:%r.cL:,F. -.*- L".,,* Jun:::p,F.rA z.,.,,,. .. >,, Ill.dl,-e.\lr.c:::..:::: ...--, c - :,-;L"+l.-n- J I : I L U L L : , .-"i..-"., i

. .

.

.

;Air!!! .,r.; hi:!': -?I:!? <!;:.l'+:x!":,:i tur':.pLr?r ...t:... :. 3 <E~<... :...-LL .."A" F.e.Ec: sGL>; n,i.,rr... & ~

...,,.?

: ~ J*..!< !?-> ~::;*!. ..., ~ ~ ~ 6

. r

(28)

E.3.3. Koreksi Geometrik

Koreksi geometrik berlujuan untuk me~nperbaiki kesalahan posisi obyek obyek yang terekam pada citra karena adanya distorsi-distorsi yang bersifat geometrik (Lillesand dan Kiefer, 1990). Koreksi geometrik pada dasarnya terdiri dari transpormasi koordinat dan interpretasi nilai-nilai digital piksel pada citra yang telah ditranspormasi. Transponnasi koordinat dapat dilakukan dengan model geometrik orbit didasarkan atas pengetahuan tentang karakteritik orbit wahana satelit, rotasi

bumi, dan laju sampling sensor sepanjang garis siaman.

S.3.4. Klasifikasi Citra Digital

Klasifikasi citra digital satelit saluran berangkat dari asumsi bahwa variasai peubahlvariabel ganda (tnuliivuriut~t) nilai digital pada suatu area mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kondisi penutupan lahan. Juga diasumsikan bahwa penutupan lahan yang sama akan memiliki sifat-sifat reflektansi yang sama pula, sehingga karakteristik statististik dari sekumpulan piksel yang mewakili suatu tipe

penutupan lahan dapat digunakan untuk mendefinisikan aturan keputusan (decision rule) untuk membedakan suatu tipe penutupan lahan dengan yang lainya.

Menurut Lillesand dan Kiefer (1994), menyatakan bahwa sistem orientasi nu~nerik dilakukan analisis digital data citra yang dapat dibagi kedalarn klasifikasi yang terbimbing (supervised classljication) dan klasifikasi tidak terbimbing

(unsupervised classljication) rnengawasi prosedur pengguriaan pols spektral dengan memilih kelompok/kelas-kelas informasi yang diinginkan dan selanjutnya memilih contoh-contoh kelas yang mewakili setiap kompleks. Perhitungan statistik yang dilakukan terhadap contoh-contoh kelas setiap kelompok digunakan sebagai dasar klasifikasi. Proses klasifikasi ini akan berhasil baik bila kelas-kelas spektral yang

dipilih dapat dipisahkan dan contoh-contoh kelas yang dipilih betul-betuk mewakili seluruh data yang ada.

(29)

nilai-nilai yang terdapat dalam ruang pengukuran, sedangkan data dalam kelas-kelas yang berbeda relatif akan terpisah dengan baik. Kelas-kelas hasil klasifikasi ini disebut kelas-kelas spektral. Selanjutnya kelas

-

kelas spektral dibandingkan dengan kelas-kelas referensi data untuk menentukan identitas dan nilai informasi kelas-kelas spektral tersebut (Lillesand dan Kiefer, 1979).

E.3.5. Penerapan Penginderaan Jauh (Remote

Sensing)

Lillesand dan Kiefer (1990), menyatakan bahwa keberhasilan terapan teknik barkaitan dan prosedur analisisnya. Tidak ada satupun paduan sensor dan prosedur interpretasi yang sesuai bagi selnua terapan untuk inventarisasi sumberdaya dan pemantauan lingkungan.

Meskipun demikian, secara konsepsual maka semua rancangan untuk keberhasilan penginderaan jauh paling tidak harus memenuhi: (1) perumusan yang

jelas yang harus dihadapi, (2) evaluasi potensi untuk menyesuaikan permasalahan dengan teknik penginderaan jauh, (3) identifikasi prosedur perolehan data penginderaan jauh yang sesuai dengan tujuan, (4) penentuan prosedur interpretasi data yang akan diterapkan dan pemilihan data rujukan yang diperlukan dan (5)

identifikasi kriteria yang digunakan untuk menilai kualitas informasi yang dikumpulkan.

Keberhasilan terapan penginderaan jauh meningkat cukup berarti dengan menggunakan pendekatan multi pandang (multiple view) d u k pengumpulan data. Cara ini dapat meliputi penginderaan multi tingkat (multiple stage) dimana data

(30)

F. Sistem Informasi Geogratis (SIG)

F.1. Pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG)

Sistern Infonnasi Geografis adalah sekelompok perangkat (l7ardwure) komputer, perangkat lunak (sojiware), yang dapat digunakan untuk mengkoleksi, rnenyimpan, memperbaiki, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan informasi geografis (ESRI, 1992).

F.2. Fungsi Sistem Informasi Geografis (SIG)

Sistem informasi geogafis mempunyai tiga fungsi utama, yaitu: ( I ) menyimpan, mengelola dan rnengintegrasikan sejumlah data spasial yang telah menyimpan, rnengelola dan mengintegrasikan sejumlah data spasial yang telah

diambil, (2) mengartikan dan menganalisis data komponen geografis yang berhubungan secara khusus, (3) mengorganisasikan dan rnengelola sejumlah data dengan berbagai cara sehingga informasi dapat diperoleh dengan mudah oleh para pengguna (Scholten dan Stillwell, 1990). Hasil dalam Sistem Informasi Geografis tidak hanya berisi peta-peta atau gambar, tetapi juga konsep pangkalan data

(database) yang mempakan inti dari sistem Informasi geografis (ESRI, 1990).

F.3. Komponen Dasar dalam Penggunaan Sistem Informasi Geografis (SIG )

SIG mempunyai empat komponen dasar, yaitu perangkat keras, perangkat lunak, data dan operatorluser.' Perangkat keras menunjukan komponen komputer yang

terbentuk kerangka kerja secara fisik dalam sistem yang dijalankan. Sesuai dengan fungsinya, perangkat keras SIG dapat dimasukan dalam empat kategori utama, yaitu: alat masukan (digitizer, keyboard), alat penyimpan (Hard disk, CD-ROM), alat untuk memproses atau processor dan

slat

untuk pengeluaran (printer, plotter). Perangkat
(31)

nilai-nilai yang terdapat dalaln ruang pengukuran, sedangkan data dalam kelas-kelas

yang berbeda relatif akan terpisah dengan baik. Kelas-kelas hasil klasifikasi ini disebut kelas-kelas spektral. Selanjutnya kelas - kelas spektral dibandingkan dengan

k(.i.4;

~ h i i g i c i ~ i i i ~ a t a ' '

.

a

.

( 7

. . . .

I P _ . . . ; . .

.

L 1

Pada umumnya, model pangkalan data dapat dikelornpokan menjadi tiga bentuk, yaitu : (I) model hirarki, yaitu menghimpun data untuk area yang lebih kecil sehingga area tersebut terkelompok dipadukan rnenjadi area yang lebih besar, (2) model jaringan (eksak), yaitu membuat jaringan dimana informasi pada satu ,file komputer terdiri dari banyak fealure geografi dan infonnasi tambahan pada file lainya tentang kumpulan feature yang sama ,(3) model rasional Vuzzy), yaitu mengambungkan dua kumpulan data dan mencatat kombinasinya (ESRI, 1990).

F.5. Penerapan Sistem Informasi Geografis

Dalam bidang kehutanan, sistem Informasi Geografis lnalnpu memberi kontribusi pada perencanaan hutan (perhitungan areal efektif, penataan areal kerja, analisis kemampuan dan kesesuaian lahan), pembukaan wilayah hutan (penentuan

[race, pengukuran, pembuatan jalan dan jambatan) serta perlindungan hutan (pemetaan, sebaran satwa, analisis daerah rentan erosi dan antisipasi kebakaran hutan) (Sutisna 1996 dalam Wulandari 2002).

Pola penilaian struktur dan fungsi ekosistem didasari oleh distribusi spasial data ekologi, dimana data tersebut perlu dicatat dalam berbagai skala spasid dan temporal. Data ini, tertutama yang diambil melalui remote sensing, akan dapat disimpan dan dianalisis secara lebih efektif dan efisien dengan menggunakan SIG (Risser dan Treworgy 1985 dalam Wulandari 1993).

F.6. Integrasi Data dengan Sistem Informasi Geografis

Lillesand dan Kiefer (1979) menyebutkan bahwa salah satu bentuk yang penting dari penggabungan data dalam proses penggelolaan citra adalah penggabungan antara data citra dengan "non-citra" seperti jenis tanah, elevasi dan lain-lain.

(32)

nr. METODELOCI PENELLTIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selarna enam bulan dari bulan Agustus 2003- Januari 2004. Pengolahan dan analisis data dilakukan di Analisis Lingkungan dan Pelnodelan Spasial, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Lokasi penelitian dilakukan di kawasan TNKS kabupaten Kerinci propinsi Jalnbi (Gambar I).

B. Bahan dan Aiat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra Landsat-TM dan ETM+ kawasan TNKS kabupaten Kerinci, propinsi Jambi tahun 1995, tahun 2001, dan data sosial ekonorni masyarakat. Data yang digunakan adalah peta rupa bulni digital wilayah kabupaten Kerinci dengan skala 1:25.000, peta tata batas kawasan TNKS kabupaten Kerinci, Jambi yang dikeluarkan oleh Departemen Kehutanan, peta RTRW tahun 1996 kabupaten Kerinci dan data kependudukan hasil kuisioner dan Badan Pusat Statistik (BPS) kabupaten Kerinci tahun 1995 dan 2001

Alat yang digunakan adalah paket Sistem Informasi Geografis (hardware dan

sofiware), termasuk Personal Computer (PC Desktop), Digitizer CalCamp CAL 9000, Software ERDAS Imagine versi 8.4, Arc/Infi versi 3.5.1 dan Arc View versi 3.2, Global Positioning System (GPS) Gamin, Kamera, MS Office, alat tulis dan kuisioner.

C. Metode Penelitian C.1. Data Spasial

Data spatial adalah data berbentuk vektor-vektor dan raster-raster yang terdiri

dari : a. Data Primer adalah data pokok yang digunakan dalam penelitian terdiri dari

-

Citra Landsat TM dan ETM+

- Peta rupa bumi daerah kabupaten Kerinci, Jambi skala

(33)

-

Peta administrasi kawasan TNKS

b. Data Sekunder adalah data penunjang yang digunakan dalam penelitian terdiri dari :

- Peta RTRW kab. Kerinci

- Peta jenis tanah kabupaten Kerinci

Data diperoleh dari instansi terkait seperti pemerintah daerah kabupaten Kerinci, Bakosurtanal, dan Balai Taman Nasional Kerinci Seblat.

C.1.1. Proses Pemasukan Data Spasial

Data spasial yang telah dikumpulkan kemudian dikonversi kedalam data digital dengan menggunakan digitizer dan seperangkat komputer dengan sofiwur.c

[image:33.602.107.502.376.628.2]

Arc-lnfo versi 3.5.1. data digital ini dipergunakan sebagai data acuan dalam koreksi geometrik pada penggelolaan citra. Tahapan pemasukan data ini dapat dilihat pada

Gambar 2.

Koreksi

d U

u

Labelisasi

(34)
(35)

C.1.2. Pengolahan Data Spatial

Data citra Landsat diolah dengan menggunakan sojwure ERDAS imugine vemi 8.4. Langkah pertama yang dilakukan untuk menganalisis citra Landsat adalah tnengadakan koreksi koreksi dari citra tersebut dengan acuan peta rupa bumi yang telah terlebih dulu dibuat. Koreksi geometris untuk citra asli ke dalam citra koreksi menggunakan rnetode Neuresl Neiglzbourlzood In/erpo/u/ion.

Penentuan lokasi penelitian (clipping) dilakukan pada areal dimana diduga terjadi perubahan penutupan lahan (Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat). Tahap selanjutnya adalah melakukan klasifikasi secara digital dengan menggunakan Klasifikasi Tak Terbimbing (IJnsupervised ClussiJicrr/ion) dan Klasifikasi Terbimbing (Supe~vi.~etl (,~/ussrficu~ion) berdasarkan kunci interpretasi penutupanlpenggunaan lahan tingkat I (Lillesand dan Kiefer,l990) yang telah dimodifikasi. Kunci klasifikasi penutupanlpenggunaan lahan tersebut adalah : hutan (hutan primer dan hutan sekunder, pemukiman, lahan pertanian (sawah), air (sungai,

danau dan sawah terairi), rumput (semak belukar), vegetasi campuran, dan tanah kosong. Tahapan pengelolaan data citra dapat dilihat pada Gambar 3.

C.1.3. Analisis Data Spatial

Citra yang telah diolah ditampilkan berdasarkaan waktu penyiaaman

(pendekatan multi temporal) untuk menghasilkan tampilan areal perubahan penutupan lahan di kawasan TNKS tahun 1995 dan tahun 2001, kemudian peta perubahan terhadap kawasan TNKS dapat dibuat setelah mengabungkan peta

(36)

1

Koreks~

Rad~ometr~k dan Geometr~k

Pemilihan Daerah Penelitian (Clip/>i~~g)

I<lasifikasi Tak Terbimbing

(U?~.seper~~ised Clnss~ficatio~~)

1

&

Citra Hasil Klasifikasi

Peta Areal Penutupan Lahan

Klasifikasi Terbimbing

[image:36.599.126.497.69.407.2]

(S~persised Cla.s.s~$ca/ion)

Gambar 3. Proses pengolahan citra

C.2 Data Atribut C.2.1. Pengertian

Data atribut adalah data berupa tulisan-tulisan inaupun dala~n bentuk angka-

angka terdiri dari :

Data Primer terdiri dari :

- Data penggunaan lahan oleh masyarakat hasil kuisioner

Data Sekunder terdiri dari :

- Data kependudukan dan monografi desa disekitar kawasan TNKS

- Data sosial ekonomi masyarakat

-

Titik GPS

- Data Flora dan Fauna di kawasan TNKS di Kab.Kerinci

(37)

C.2.2. Pengurnpulan Data Atribut

Pengambilan data atribut digunakan untuk verifikasi faktor pendugaan

penyebab perubahan lahan yang terjadi di kawasan TNKS dari segi sosial ekonomi. Tahapan pelaksanaannya dapat dilihat di Gambar 4.

Ada dua macarn data yang dikurnpulkan dalam penelitian ini, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yang diambil terdiri dari:

1. ldentitas responden

2. Jumlah anggola rumah tangga penduduk sekitar kawasan

3. Mata pencaharian dan pendapatan penduduk sekitar kawasan

4. Luas dan jenis penggunaan lahan hutan lindung yang dimanfaatkan penduduk sekitar kawasan.

5. Data-data lain, rneliputi : pengetahuan penduduk sekitar kawasan tentang Taman Nasional Kerinci Seblat serta upaya pengelola dalam menggulangi permasalahan.

Data sekunder yang diambil tentang rnonografi desa dan keadaan umum

Taman Nasional Kerinci Seblat. Data yang dihimpun meliputi: nama kepala keluarga, ala~nat dan ju~nlah total kepala keluarga penduduk desa sekitar Taman Nasional Kerinci Seblat (responden).

Melalui responden diarnbil data primer dengan cara wawancara berdasarkan daftar pertanyaan yang telah disiapkan. Data-data sosial ekonomi yang diambil, meliputi :

a. Jurnlah anggota rumab tangga, yaitu orang yang tinggal dalam rumah

b. Lama bermukim, yaitu jangka waktu sejak tahun pertama penduduk sekitar kawasan melakukan kegiatannya dalam kawasan Taman Nasional sampai saat dilakukan penelitian.

c. Tingkat penghasilan keluarga, yaitu jumlah total penghasilan dari pekerjaan pokok maupun peke rjaan tambahan

d. Tingkat pendidikan, yaitu lamanya seseorang terlibat dalam pendidikasn

(38)

e. Jumlah jenis penggunaan lahan, yaitu keanekaragaman jenis

penggunaan lahan yang dilakukan oleh penduduk sekitar kawasan terhadap lahan kawasan lindung.

f Jarak antara tempat tinggal dengan lahan, jarak yang harus diternpuh penduduk untuk lnenuju lahan garapanya.

Diatas adalah faktor sosial ekonomi masyarakat yang diduga berpengaruh

terhadap tingkat penggunaan lahan di Taman Nasional Kerinci Seblat. Pengambilan data juga dilakukan lewat wawancara dengan petugas pengelola Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat dan kepala balai TNKS selanjutnya juga dilakukan pengamatan langsung dilapangan untuk ~nelihat lahan yang digunakan masyarakat di sekitar kawasan.

(A!

kh&-/A.\ \ 1 4

Faktor budaya berupa ke lasaan dan aturan-aturan adat setempat yang salah satunya mengatur hubungan masyarakat dengan kawasan hutan yang di sepakati oleh masyarakat dan kepala adat baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis beserta

sanksi-sanksi bagi yang melanggamya.

C.2.3. Pengolahan Data

Data yang didapatkan di lapangan lnelalui hasil kuisioner responden selanjutnya diolah dengan model hubungan antara variabel terpengaruh (tingkat penguasaan lahan) dan variabel pengaruh (enain faktor sosial ekonomi masyarakat sekitar kawasan) dihipotesakan sebagai berikut:

Bahwa besarnya tiagkat penguasaan lahan (y) yang dimanfaatkan oleh penduduk sekitar kawasan terhadap lahan di Taman Nasioanal Kerinci Seblat berkaitan dengan keadaan sosial ekonominya yaitu tingkat penghasilan keluarga (xi), jumlah anggota rumah tangga (xz), tingkat pendidikan (x3), lama bermukim (Q),

(39)

Melihat hubungan antara variabel terpengaruh dan variabel pengaruh diatas maka dibuat kategori operasional terhadap variabel-variabel tersebut sehingga dapat diperlukan untuk analisis selanjutnya. Kategori operasional penelitian adalah sebagai berikut:

I . Tingkat penguasaan lahan yang dilihat dari besarnya pemakaian lahan

oleh masing-masing responden dengan memperhatikan nilai rata-rata dari keseluruhan responden. Pennguasaan lahan oleh masing-masing

responden dinyatakan:

a. Rendah, bila besarnya lahan yang dipakai dibawah rata-rata.

b. Tinggi, bila lahan yang dipakai sama dengan atau lebih dari rata-rata penguasaan lahan.

2. Jumlah anggota keluarga, dilihat dari nilai rata-rata keseluruhan jumlah anggota rumah tangga responden yang dinyatakan :

a. Kecil, bila jumlah anggota rumah tangga responden dibawah rata-rata keseluruhan responden.

b. Besar, bila jumlah anggota rumah tangga responden diatas atau sama dengan rata-rata keseluruhan jurnlah responden.

3. Lama bermukim, yaitu dilihat atau diperhitungkan nilai rata-rata keseluruhan responden sejak tahun pertama bennuki~n dan selanjutnya dikategorikan ke dalam:

a. 10 - 20 tahun b. Lebih dari 20 tahun

4. Tingkat penghasilan keluarga, dilihat dari besamya pendapatan rata-rata

keseluruhan responden. Pendapatan masing-masing responden dinyatakan: a. Rendah, bila pendapatan dibawah rata-rata keseluruhan.

b. Tinggi, bila pendapatan diatas rata-rata 5. Tingkat pendidikan yang dikategorikan dalam

a. Sekolah dasar (SD) atau sederajat. b. SLTP atau yang sederajat.

(40)

6. Juinlah jenis penggunaan lahan yang dikategorikan dalam:

a. Satu jenis penggunaan, bila responden menggarap lahan dalarn

bentuk sawah (S) atau Kebun saja (K).

b. Dua jenis penggunaan, bila responden menggarap lahan dalarn kombinasi sawah dan kebun (SK).

7. Jarak antrara rumah dan lahan yang dikategorikan dalam:

a. Dekat bila jarak lahan dibawah rata-rata keseluruhan responden b. Jauh, bila lahan lama sama dengan atau di atas rata-rata keseluruhan

responden.

C.2.4. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan inelalui pengujian Chi- Kuadrat (x') . Jumlah responden yang terdapat dalam suatu sosial ekonomi disusun dalam tabel frekuensi dan tabel silang. Tabel frekuensi diynakan untuk melihat dominasi setiap faktor sosial ekonomi yang telah dikategorikan. Sedangkan tabel silang digunakan untuk menentukan hubungan variabel pengaruh dan variabel pengaruh melalui uji Chi-Kuadrat ( x ' ) . Adapun rumus dari UJi Chi-Kuadrat (x2) adalah sebagai berikut:

dimana, fo = fiekuensi observasi yang diperoleh dari penelitian

ft = frekuensi teoritis yang nilainya ditentukan dari penggandaan jumlah total kolom dengan jumlah total baris data pada tabel

silang.

Hubungan dinyatakan signifikan jika X 2 dari hasil perhitungan lebih besar

(41)

Peta interpretasi

Citra tahun 1995 Citra tahun 2001

Analisis Perubahan Penutupan Lahan

Perubahan Lahan

Tidak ada

I

Ekonomi Penyebab Perubahan Pentutupan Data Sekunder

Analisis Tingkat Penguasaan Lahan dengan Medtode Uji Pengaruh Chi-

Kuadrat

( X

2,

dengan lahan

Pengaruh Tidak

Pengamh Tidak

(42)

IV. KEADAAN UMUM

A. Geografis dan Administratif A.1. Letak dan Luas

Secara geografis, kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) mencakup wilayah Bukit Kela~n (Propinsi Bengkulu) di bagian selatan memanjang sekitar 345 km sampai ke Gunung Jalik (Propinsi Sumatera Barat) di bagian utara antara 100' 31'18"- 10294'1" BT dan 1°7'13"- 3('26'14" LS.

Luas Taman Nasional Kerinci Seblat berdasarkan Menteri pertanian nomor 7361MENTAN-XI1982 adalah 1.484.650 Ha, yang terdiri dari 588.460 Ha (40%) di

Jambi, 375.930 Ha (25%) di Sumatera Barat, 340.580 Ha (21%),di Bengkulu, 209.680 Ha (14%) di Sumatera Selatan. Di kawasan TNKS terdapat 9 kabupaten dan

36 kecamatan dengan total luas wilayah administratifnya 1.538.912 ha (Departemen

[image:42.605.113.527.403.621.2]

Kehutann, 1995) Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah dan luas wilayah administratif

/

2.

/

Sumatera Barat

/

Solok

1

4

1

. 50

1

88.748

1

No 1. Kabupaten Kerinci Sarko Propinsi Jalnbi

Bungo Tebo

I

Pesisir selatan

2 45 3

6

I I

,

4

,

94.410 276.681

I I I I I

Luas (ha) 271.795 268.980 Jumlah Kecamatan 6 5 3 4 Bengkulu Utara Rejang Lebong 4 1.538.912 Desa

3 1 17

Bengkulu

Sumber : BPN, 199111992

(43)

Pada tabel 4. dapat dilihat bahwa kawasan TNKS yang tersebar terdapat di propinsi Jarnbi, sehingga untuk memudahkan pengelolaan kawasannya, Balai TNKS

terdapat di Sungai Penuh Propinsi Jambi.

Setelah penataan batas ulang kawasan TNKS pada tahun 1996 berdasarkan kepulusan Menteri Kehutanan dengan Keputusan Nornor 1921Kpts-I I11 996 tanggal 1 Mei 1996, telah mengubah fungsi dan rnenunjuk sebagian kawasan hutan di Propins1 Daerah Tingkat I Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan dan Bengkulu

dengan luas total

+

1.368.000 hektar. Kawasan tetap meliputi empat wilayah administratif pemerintahan, yaitu propinsi Jambi, Sumatera Barat, Bengkulu dan

Surnatera Selatan. Dengan luas masing-masing di propinsi (lihst tabel 5.)

Tabel 5. Luas kawasan TNKS

Menurut Tabel 4 dan Tabel 5 dapat dilihat bahwa luas kawasan TNKS

mengalami pengurangan sebesar 170.910 ha. Pengurangan luas kawasan ini disebabkan oleh adanya pengerusakan hutan dan pembukaan hutan untuk pemukiman dan perkebunan oleh inasyarakat yang tinggal dalam dan sekitar kawasan TNKS.

No

1

2

3 4

A.2.

Geologis

dan Tanah

Kondisi fisiografis kawasan TNKS secara umum terdiri iiari dataran rendah, dataran tinggi, perbukitan bergelombang clan pegunungan dengan puncak-puncak gunung yang memiliki ketingian >2.400 mdpl. Pada kawasan TNKS ini juga terdapat

patahan dan sesar (fault) yang merupakan daerah rawan bencana geologis. Selain itu, kondisi geologis kawasan ini didorninasi oleh pegunungan Bukit Barisan yang bersifat vulkan kuarter.

Propinsi Jambi

Sumatera Barat Bengkulu

Sumatera Selatan Total

Luas Kawasan

Surnber : Departemen Kehutanan 1996

(Ha) 422.192 353.780 310.910 281.120 1.368.002 ("/.) 30,36 25,86 22,73 20,55

[image:43.602.122.474.320.411.2]
(44)

Berdasarkn proses pelnbentukan tanah dan faktor-faktor yang inempengaruhi jenis tanah, maka jenis-jenis tanah yang mendominasi kawasan TNKS adalah latasol, podsolik dan andosol (Departemen Kehutanan,l995). Tanah latosol ulnumnya terdapat pada dataran rendah, teksturnya halus, gernbur dan tingkat kesuburannya sedang. Jenis podsolik merupakan jenis tanah yang masam, bergurnpal dengan tingkat

kesuburannya rendah sampai sangat rendah. Sedangkan jenis tanah andosol adalah jenis tanah yang gembur, remah, kandungan bahan organiknya tinggi sehingga tingkat kesuburannya tinggi. Jenis tanah ini lebih mendominasi kawasan TNKS yang berada pada dataran tinggi dan dengan sifatnya yang rernah.

A.3. Topografi

Kondisi topografi kawasan TNKS inerupakan dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian tempat 200 indpl sampai dengan > 3.000 indpl (Departemen Kehutanan, 1995) berdasarkan kelas lereng, kawasan ini dibagi kedalam tiga kelas lereng. Tabel 6 memperlihatkan kelas lereng kawasan TNKS.

Tabel 6. Kelas kerniringan lereng kawasan TNKS

I

Presentase 4.93%

/

37.14%

/

57.88%

1

100% [image:44.605.108.506.423.542.2]
(45)

A.4. Iklim

Menurut Schu~nidt dan Ferguson (1951), kawasan TNKS mempunyai tipe aklim A kecuali di lembah (cekungan) Sungai Penuh-Kerinci mempunyai tipe iklim B. Curah hujan tahunan rata-rata yang diperoleh dari pengamatan selama tahun 1988- 1992 adalah 2.991,6 mm dengan interval berkisar 1.660-5.103 mm. Sedangkan suhu

rata-rata kawasan ini berkisar antara 16-28'~ yang tergantung pada ketinggian tempat, dengan fluktuasi < 2 ' ~ sepanjang tahun. Sementara itu, kelembaban udara relatif tinggi berkisar antara 77-92 %, dan konstan sepanjang tahun. Keadaan iklirn di daerah pegunungan lebih bervariasi dan tipe-tipe iklim setempat dapat berbeda pada jarak yang amat pendek. Di daerah yang lebih tinggi (>2900 mdpl), tipe iklim ini rnembantu kepada penampilan hutan lumut yang khas seperti pada kawasan Gunung

Kerinci di Resort Gunung Kerinci TNKS.

B. Keanekaragaman Hayati Flora dan Fauna

TNKS mempakan kawasan yang mendapat prioritas nasional dan global untuk

konservasi sumberdaya alam dan hayati, bahkan MacKinnon (1993) menyatakan bahawa taman nasional ini merupakan salah satu kawasan konservasi yang paling luas dan paling penting di Asia. Tingginya keanekaragaman hayati di TNKS

disebabkan wilayahnya yang amat luas dan terdapatnya berbagai macam habitat satwa liar dan vegetasi hutan hujan tropis, mulai dari hutan hujan dataran rendah sampai ekosistem hutan sub alpin yang unik.

.

Tipe hutan di kawasan TNKS berdasarkan ketinggiannya berkisar antara 200

-

>3OOO rndpl terdiri dari beberapa tipe hutan yaitu hutan dataran rendah (low land forest) (200 mdpl - 800 mdpl), hutan dataran tinggi (800 mdpl - 1400 mdpl), hutan

pegununga~i bawah (1400 mdpl - 1900 mdpl), hutan pegunungan tengah ( 1900 mdpl

- 2400 mdpl), Hutan pegunungan atas (2400 mdpl - 2900 mdpl), dan hutan sub alpin

(46)
[image:46.599.98.524.89.539.2]

Tabel 7. Jenis - jenis flora berdasarkan tipe hutan

Lokasi di TNKS Ketinggian Jenis Dominan

(low 1and.fore.sr) bagian tcngah arrinemsa .Shore0 rn~tltr~oro.

Koi1odcpa.s lor7gijolilmn1 I'arashoreo Irrcida, Shoren

2 Hutan pcrbukitan

(11ilI fore.~i) Shorm plafyclados, Hopen '5

lleccarianan

I-luta!? datran tinggi

Hulan peynungan

bawah

Hutan peynunsan

bngah

Hutnn pegunungan

alas

Hutan sub-alpin

lropis

Sterc~~lia sp.,Aglaia

Muarasako odoratirsima. Sndorin,m

kocjape, Rnf'Jc.xia ornoldi. Hl1izo11i1re.s zippelii.

Dataran Vulkanik Ce1ii.s ripescen.~. Coslrnrino

.

Daerali tufa vulkanik 450 - 800

.

Punggung bukit Danau

kerinci sebelah barat

b Lcmbah dan daerah

psrkampungnn

-

nohilis

b M o / l r ~ l ~ i s f ~ b i o ~ r g l ~ i ~ l i ~ ~ . ~ ,

M.ntjdt,/tt.s.

M.c/Miyrrclianus I?aflesia haseltii

.

Aghntis boornensis, Diospyros celebica

Dendrocalarnrrs asper,

Gigontochloa SP.,

Schizosmchpm sp.

.

Fagaceae, M~.~sinaceae,

Lauraccae, dl1

.

Pedocarpus sp.,lirc~,s hiria, Elaeocarpus, Gordonia, Lithocarp~rs, dl1

i I 1 I I I

Sumber : Laumonier (1994)

B.2. Fauna

(47)

sutnalrensis). Selain spesies khas tersebut, satwa seperti kelinci (Nesolugtrs notclzeri) merupakan satwa endemik di kawasan Kerinci

Satwa lnamalia besar penting antara lain, harimau (Pun/her.a tigris), beruang rnadu (Helurctos malayanu.~), macan dahan (Neofelis nehulosa), kambing hutan

(Cupricornus sunzalren.si.s) dan jenis jenis primata seperti monyet ekor panjang

(Mucucu fusciculuris), Beruk (Macucu numeslrina), ungko (Hylohatus ugilis) dan siarnang (Hylobutus synductiius).

Jenis jenis burung di kawasan TNKS terdiri dari spesies burung rangkong anatara lam, Huceros rlzinoceres dan Rlzinop[w; vigil serta jenis lnerpati liar dan

bulbul. Jenis burung yang khas antara lain burung hantu surnztra (Ofus .sfresenzunni). Keberadaan spesies khas TNKS mulai terancaln kepunahan.

Tabel 8. Jenis satwa penting (key Spesies) yang tersebar dalam TNKS

No 1

Jenis Mamalia

Daerah Penyebaran

, S u r i a ~ Painan, M. Labuh, Gn. Tujuh, A. Haji, Bkt. Tapan, Sungai manau, Bt. Merangin, A. Ipub, A.Seblat, Nilo dingin, M. Aman, A.Rawas, Lubuk Linggau, A.Dingin

, Bt. Merangin, Gn. Raya, A.Rupit, A.Seblat, M. Labuh

, Bt. Merangin, A.Berau, A.Dikit, Gn. Tujuh, Gn. Kerinci, A.Haji, Painan, Surian, M.Labuh

' Painan, M.Labuh, Surian, A.Haji, Go. Kerinci, Bkt. Tapan, A.Dikit, A. Berau, A.Seblat, Sungai Manau, A.Rawas, Lubuk Linggau, Nilo dingin

s Bt. Merangin

* Surian, Paianan, M.Labuh, Gn. Tujuh,

Gn.Kerinci, A. Haji, Bkt. Tapan, Muko-

muko, A.Dikit, ABerau, A.Ipuh,

ASeblat, Bt.Merangin, Nilo dingin, M.

Aman, ARawas, Lubuk Linggau, A.Dingin

A.Dingin, Tabah anyar

1 Surian, Painan, M. Labuh, Gn. Tujuh,

Nama Latin

.

Copricornis

mrnafreizsis

Dicerorhiizus sz~malrer~sis

* Elephas

Mmin,trs

.

Helorcos

malayanz~s

Hylobates agilis Hylobales

syndactylus

* Macaca

[image:47.605.104.531.340.716.2]
(48)

No

2

3

Sumber Keterangan

Bkt : Bukit Gn. : Gunung

Jenis Aves Reptil : : Nama latin Macnca ne~i~es/r;na

Nc(~fil;.s

nebtrlo.sa

I"an/l7era lifi,.i.s

l'rt.shy/l.s ntela1opho.s

~ ~ I I I I C I S

Argr~sint~r~s arglrs, Loph~rra inorna!a Btrcsros rhi~~oceros, Rltinoplns vigil Chloropsis sof~neratii *Pyrloflocllls sp. *Ol?rs stresemanni Piczcmnrrs infton~inaltrs

* Trelort cappelei

Phyton rrfictrlahis Varamrs salvator

Laumonier (1994)

A : Air

Nama lokal

Beruk

Macan dahan

Harimau Sumatera

Silnpai TapiF Burung merak Burung Ra~igkong Burung bulbul Burung kutilang '~""g hantu Sumatera

Burung pelatuk

Merpati liar Ular sanca

~ i ~ ~ ~ k

Bt. : Batang

Daerah penyebaran

* Gn. Kerinci, A.Haji, Bkt. Tapan, Muko- muko, A.Dikit, A.Berau, A.Ipuh, A.Seblat, Bt. Merangin, Nilo dingin, M.Aman, A.Rawas, Lu

Gambar

Tabel 1. Fonnat interpretasi citra untuk yang representatif beberapa tingkat
Tabel 2. Sistem klasifikasi penggunaan lahan dan penutupan lahan untuk digunakan dengan data penginderaan Jauh
Tabel 3. Karakteristik spektral landsat-TM (T/ze~?lu/ic Mupper.)
Gambar 2. dU Koreksi u
+7

Referensi

Dokumen terkait

di dalam ruangan juga merupakan posisi terjauh dari pintu masuk

Keterangan: Desain faktorial untuk variabel lain, yaitu kemampuan pemecahan masalah matematis, disposisi matematis, dan persepsi terhadap kreativitas, serupa

Setelah didapatkan nilai top struk- tur, porositas rata-rata tiap sumur, saturasi air rata-rata tiap sumur, dan tebal lapisan yang menghasilkan hidrokarbon ( net pay )

Penilaian kinerja di Sekretariat Dewan Provinsi Gorontalo selain menggunaan Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3), juga lebih memfokuskan pada unsur-unsur

Tabel Sistem Periodik Unsur merupakan suatu cara untuk menyusun dan mengklasifikasi unsur-unsur, dimana unsur-unsur yang mirip sifatnya diletakkan pada kelompok yang sama.

Characteristicnya adalah mood reactivity dan exclusi melancholic dan catatonic subtypes ditambah 2 atau lebih dari gejala berikut pada periode setidaknya 2

Strategi pengembangan kawasan agropolitan di Kabupaten Toba Samosir berdasarkan analisis SWOT adalah: (a)mengembangkan sektor potensial yaitu sektor pertanian

Selanjutnya dilakukan karakterisasi tepung tapioka (kadar pati, amilosa, amilopektin, profil pasting pati dan Swelling Power ), aplikasi pembuatan pilus dengan lima kombinasi