i
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA
MATA PELAJARAN KETERAMPILAN KOMPUTER
DAN PENGELOLAAN INFORMASI (KKPI) MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN
PRACTICE REHEARSAL
PAIRS
SISWA KELAS XII TKJ SMK WALISONGO
PECANGAAN JEPARA
skripsi
disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
oleh:
Septian Danny Kurniawan 5302410058
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
“Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut oleh manusia ialah menundukkan diri sendiri”
(Ibu Kartini)
“Orang – orang hebat dibidang apapun bukan baru bekerja karena mereka terinspirasi, namun mereka menjadi terinpirasi karena mereka lebih suka bekerja.
Mereka tidak menyia-nyiakan waktu untuk menunggu inspirasi.” (Ernest Newman)
Persembahan
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
1. Allah SWT karena di Setiap goresan tinta ini adalah wujud dari keagungan dan kasih sayangNya.
2. Kedua orang tuaku tercinta (Bapak Rozikan dan Ibu Titik Kurniyati) 3. Bapak Drs. FR. Sri Sartono, M.Pd
4. Tessa Eka Yuniar, S.Pd.
5. Sahabat dan teman-teman Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer angkatan 2010
6. Almamater saya, Universitas Negeri Semarang
v PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI) melalui Model Pembelajaran Practice Rehearsal Pairs Siswa Kelas XII TKJ SMK Walisongo Pecangaan Jepara”. Skripsi ini bertujuan untuk memberikan variasi terhadap pembelajaran KKPI di sekolah agar lebih melibatkan siswa (student-centered), siswa lebih mandiri dalam pelaksanaan praktik sehinggadapat meningkarkan hasil belajar siswa.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan moril dan materiil dalam penyelesaian skripsi ini kepada:
1. Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang yang memberikan bantuan administrasi teknis dan nonteknis dalam penelitian dan pelaporan hasil penelitian,
2. Ketua Jurusan Teknik Elektro Universitas Negeri Semarang yang memberikan bantuan administrasi teknis dan nonteknis dalam penelitian dan pelaporan hasil penelitian,
3. Drs. FR Sri Sartono, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran selama penyusunan skripsi, 4. Drs. Sri Sukamta, M.Si. selaku dosen penguji I yang telah memberikan
arahan dan saran,
5. Drs. Isdiyarto, M.Pd. selaku dosen penguji II yang telah memberikan arahan dan saran,
6. Dwi Edi Siswanto, S.Sos selaku guru mata pelajaran KKPI SMK Walisongo Pecangaan Jepara yang telah banyak membantu terlaksananya penelitian,
7. Siswa-siswi kelas XII TKJ SMK Walisongo Pecangaan Jepara yang telah mengikuti pembelajaran dalam penelitian ini dengan baik,
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu.
Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca khususnya dan perkembangan pendidikan pada umumnya.
Semarang, 7 Januari 2014
vi ABSTRAK
Kurniawan, Septian, Danny. 2015. Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI) melalui Model Pembelajaran Practice Rehearsal Pairs Siswa Kelas XII TKJ SMK Walisongo Pecangaan Jepara. Skripsi, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing. FR. Sri Sartono.
Kata kunci: hasil belajar; Practice Rehearsal Pairs;
Pembelajaran pada mata pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI) berlangsung menggunakan metode ceramah yaitu guru lebih mendominasi dalam pembelajaran (teacher centered) kurang dapat meningkatkan hasil belajar siswa (kognitif, afektif, dan psikomotorik) sehingga siswa akan cenderung bersikap pasif dan tidak bisa mengoptimalkan keahlian yang dimiliki. Selain itu, siswa merasa bahwa pelajaran KKPI banyak menggunakan istilah-istilah yang sulit dipahami. Dengan demikian dapat mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa dalam pelajaran KKPI. Hal ini ditandai dengan nilai semester 2 yaitu sebanyak 20 siswa tuntas, dan 25 siswa tidak tuntas dengan KKM sebesar 75. Salah satu upaya yang bisa dilakukan yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs. Model pembelajaran ini merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang mampu mengarahkan atensi siswa terhadap materi yang dipelajarinya.
Penelitian ini bertujuan untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi melalui pembelajaran Practice Rehearsal Pairs. Penelitian dilakukan di SMK Walisongo Pecangaan Jepara selama dua siklus pembelajaran. Metode pengumpulan data adalah tes berbentuk soal pilihan ganda, observasi, dokumentasi, dan angket. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan hasil belajar kognitif dari rerata 42,61 pada prasiklus menjadi 80,22 pada siklus I dan 85,72 pada siklus II. Rerata hasil belajar afektif (perilaku berkarakter) meningkat dari rerata 72,5 pada siklus I menjadi 79,06 pada siklus II dengan n-gain sebesar 0,24. Sedangkan hasil belajar afektif (keterampilan sosial) meningkat dari rerata 77,5 pada siklus I menjadi 85,8 pada siklus II dengan n-gain sebesar 0,37. Untuk hasil belajar psikomotorik, rerata pada siklus I 74,58 meningkat menjadi 86,11 pada siklus II dengan n-gain sebesar 0,45. Hasil analisis angket pendapat siswa terhadap pembelajaran, diperoleh persentase sebesar 75,70 % dengan 17,19 % menyatakan sangat setuju; 68,44 % setuju; 14,37 % tidak setuju; dan 0 % sangat tidak setuju. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar (kognitif, afektif, dan psikomotorik) serta memperoleh tanggapan positif dari siswa terhadap pembelajaran Practice Rehearsal Pairs.
vii ABSTRACT
Kurniawan, Septian, Danny. 2015. Improvement Student Learning Outcomes on KKPI Subject through Practice Rehearsal Pairs Learning Students of 12th Grade TKJ SMK Walisongo Pecangaan Jepara. Thesis, Electrical Engineering Department, Engineering Faculty, Semarang State University. Supervisor. FR. Sri Sartono.
Keywords: Practice Rehearsal Pairs; student’s achievement
Learning process on KKPI by using conventional way such as lecture: teacher will be more dominated than students on learning process (teacher-centered) can barely improve students outcomes (cognitive, affective, and psychomotor) so that the students would be passive and their ability could not be improved. In addition, students feel that on KKPI subject use many elusive terms. Therefore, it could give bad result on students’ outcome on KKPI subject. The result on second semester shows that 25 from 45 students are not accomplish the minimum point that was 75. One of the ways can be done is by using Practice Rehearsal Pairs learning model. This model is type of cooperative learning model which could directing attention to the material students learned.
viii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN ... ii
PENGESAHAN ... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PRAKATA ...v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ...x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
I. PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang ...1
B. Permasalahan ...7
C.Tujuan Penelitian ...9
D. Manfaat Penelitian ...10
E. Sistematika Penulisan ...10
II. LANDASAN TEORI ...13
A. Tinjauan Pustaka ...13
1.Hakekat Belajar ...13
2.Hakekat Pembelajaran ...16
3.Hasil Belajar ...19
4.Model Pembelajaran ...26
5.Model Pembelajaran Practice Rehearsal Pairs ...30
6.Hakekat KKPI ...33
B. Kerangka Berpikir ...35
III. METODE PENELITIAN ...37
A. Subyek Penelitian ...37
ix
C.Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ...38
D. Metode Pengumpulan Data ...43
E. Analisis Instrumen Penelitian ...45
F. Analisis Hasil Belajar ...52
G. Analisis Pendapat Siswa terhadap Pembelajaran ...55
H. Indikator Keberhasilan ...56
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...57
A. Hasil Penelitian ...57
B. Pembahasan ...71
V. PENUTUP ...87
A. Simpulan ...87
B. Saran ...87
DAFTAR PUSTAKA ...89
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Hasil Perhitungan Validitas Butir Soal Uji Coba (Siklus I) ... 46
2 Hasil Perhitungan Validitas Butir Soal Uji Coba (Siklus II) ... 46
3 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal ... 47
4 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba (Siklus I) ... 47
5 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba (Siklus II) ... 47
6 Kriteria Daya Pembeda Soal ... 48
7 Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal Uji Coba (Siklus I) ... 48
8 Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal Uji Coba (Siklus II) ... 49
9 Kriteria Reliabilitas Soal ... 50
10 Hasil Perhitungan Reliabilitas Lembar Observasi Afektif Dan Psikomotorik ... 51
11 Kriteria Hasil Belajar Kognitif Siswa ... 53
12 Kriteria Hasil Belajar Afektif dan Psikomotorik Siswa ... 54
13 Kriteria Pendapat/Tanggapan Siswa ... 56
14 Variabel Data Hasil Belajar Kognitif Siswa ... 58
15 Distribusi Kategori Nilai Hasil Belajar Kognitif Kegiatan Prasikus ... 60
16 Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Kognitif Kegiatan Prasikus ... 60
17 Distribusi Kategori Nilai Hasil Belajar Kognitif Siklus I ... 61
18 Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Kognitif Siklus I ... 62
19 Distribusi Kategori Nilai Hasil Belajar Kognitif Siklus II ... 63
20 Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Kognitif Siklus II ... 63
21 Analisis Nilai Afektif (Perilaku Berkarakter) ... 64
22 Analisis Nilai Afektif (Keterampilan Sosial) ... 65
23 Analisis Nilai Afektif (Perilaku Berkarakter) Siklus I ... 66
24 Analisis Nilai Afektif (Keterampilan Sosial) Siklus I ... 67
25 Analisis Nilai Afektif (Perilaku Berkarakter) Siklus II ... 67
26 Analisis Nilai Afektif (Keterampilan Sosial) Siklus II ... 68
27 Analisis Nilai Hasil Belajar Psikomotorik ... 68
28 Analisis Nilai Hasil Belajar Psikomotorik Siklus I ... 69
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Diagram Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Siswa ...59
2 Diagram Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Kognitif Kegiatan Prasiklus ...61
3 Diagram Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Kognitif Kegiatan Siklus I...62
4 Diagram Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Kognitif Kegiatan Siklus II ...64
5 Diagram Peningkatan Perilaku Berkarakter Siswa ...65
6 Diagram Peningkatan Keterampilan Sosial Siswa ...66
6 Diagram Peningkatan Hasil Belajar Psikomotorik Siswa ...69
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Silabus ...91
2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ...95
3 Kisi-Kisi Soal Uji Coba I ...107
4 Soal Uji Coba I ...109
5 Analisis Tingkat Kesukaran, Daya Pembeda, Validitas, dan Reliabilitas Soal Uji Coba I ...114
6 Perhitungan Validitas Butir Soal Uji Coba I ...119
7 Perhitungan Reliabilitas Soal Uji Coba I ...120
8 Perhitungan Tingkat Kesukaran Butir Soal Uji Coba I ...121
9 Perhitungan Daya Pembeda Butir Soal Uji Coba I ...123
10 Kisi-Kisi Soal Posttest I ...125
11 Soal Posttest I ...127
12 Kisi-Kisi Soal Uji Coba II ...132
13 Soal Uji Coba II ...134
14 Analisis Tingkat Kesukaran, Daya Pembeda, Validitas, dan Reliabilitas Soal Uji Coba II ...140
15 Perhitungan Validitas Butir Soal Uji Coba II ...145
16 Perhitungan Reliabilitas Soal Uji Coba II ...146
17 Perhitungan Tingkat Kesukaran Butir Soal Uji Coba II ...147
18 Perhitungan Daya Pembeda Butir Soal Uji Coba II ...149
19 Kisi-Kisi Soal Posttest II ...151
20 Soal Posttest II ...153
21 Lembar Pengamatan Perilaku Berkarakter ...158
22 Lembar Pengamatan Keterampilan Sosial ...160
23 Lembar Pengamatan Psikomotorik ...162
24 Angket Respon Siswa terhadap Pembelajaran ...164
25 Analisis Lembar Pengamatan Perilaku Berkarakter ...165
xiii
27 Analisis Lembar Pengamatan Psikomotorik ...169
28 Analisis Angket Respon Siswa ...171
29 Data Hasil Belajar Kognitif Siswa ...172
30 Proporsi Ketuntasan Belajar Klasikal ...173
31 Analisis Hasil Belajar Afektif Siswa (Perilaku Berkarakter)...174
32 Analisis Hasil Belajar Afektif Siswa (Keterampilan Sosial) ...176
33 Uji Normalized Gain Hasil Belajar Afektif Siswa ...178
34 Analisis Hasil Belajar Psikomotorik Siswa ...179
35 Uji Normalized Gain Hasil Belajar Psikomotorik Siswa ...180
36 Rekapitulasi Pendapat Siswa Kelas Eksperimen terhadap Pembelajaran Practice Rehearsal Pairs ...181
37 Hasil Koreksi Ujian Semester 2 ...182
38 Dokumentasi Penelitian ...184
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Kurikulum Sekolah menengah kejuruan (SMK) dirancang dengan pandangan bahwa sekolah menengah atas dan sekolah menengah kejuruan pada dasarnya adalah pendidikan menengah, pembedanya hanya pada pengakomodasian minat siswa saat memasuki pendidikan menengah. Sekolah menengah kejuruan sebagai bentuk satuan pendidikan kejuruan sebagaimana ditegaskan dalam penjelasan pasal 15 undang-undang system pendidikan nasional , merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan siswa terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Tujuan umum dan tujuan khusus pendidikan menengah kejuruan adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Umum
a. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan siswa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Mengembangkan potensi siswa agar menjadi warga negara yang berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab.
c. Mengembangkan potensi siswa agar memiliki wawasan kebangsaan, memahami dan menghargai keanekaragaman budaya bangsa Indonesia. d. Mengembangkan potensi siswa agar memiliki kepedulian terhadap
2. Tujuan Khusus
a. Menyiapkan siswa agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada dan dunia usaha lainnya sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya.
b. Menyiapkan siswa agar mampu memilih karier, ulet dan gigih dalam berkompetensi, beradaptasi di lingkungan kerja, dan mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya.
c. Membekali siswa dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
d. Membekali siswa dengan kompetensi-kompetensi yang sesuai dengan program keahlian yang dipilih.
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan dan Pengelolaan Pendidikan Pasal 80 menyatakan bahwa:
1. Penjurusan pada sekolah menengah kejuruan, madrasah aliyyah kejuruan, atau bentuk lain yang sederajat berbentuk bidang keahlian.
2. Setiap bidang keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat terdiri atas satu atau lebih program studi keahlian.
a. Teknologi dan Rekayasa
b. Teknologi Informasi dan Komunikasi
c. Kesehatan
d. Agribisnis dan Agroteknologi
e. Perikanan dan Kelautan
f. Bisnis dan Manajemen
g. Pariwisata
h. Seni Rupa dan Kriya
i. Seni Pertunjukan.
Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI) merupakan salah satu mata pelajaran yang termasuk dalam bidang keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi.
pelajaran keterampilan komputer dan pengelolaan informasi tidak sesuai harapan, sehingga nilai hasil belajar siswa rendah, hal ini ditandai dengan nilai semester 2 yaitu sebanyak 20 siswa tuntas, dan 25 siswa tidak tuntas (data selengkapnya ada pada Lampiran 37 halaman 183). Kriteria ketuntasan mininal untuk mata pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Iinformasi adalah 75. Ada beberapa faktor yang menyebabkan nilai hasil belajar siswa belum sesuai dengan harapan diantaranya adalah rendahnya kualitas pembelajaran yang ditandai dengan belum diterapkannya model pembelajaran. Hal tersebut dipersulit lagi oleh suatu kondisi guru mendominasi kegiatan pembelajaran. Pembelajaran hanya sebatas pada teori saja dan kurang mengembangkan kemampuan afektif dan psikomotor siswanya.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs. Model pembelajaran ini merupakan salah satu model pembelajaran aktif yang mampu mengarahkan atensi siswa terhadap materi yang dipelajarinya. Menurut Hisyam Zaini dkk, pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif, ketika siswa aktif berarti mereka mendominasi aktifitas pembelajaran. Model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs merupakan salah satu model pembelajaran yang dalam pembelajarannya lebih diarahkan pada praktik secara berpasangan untuk mempraktikan suatu ketrampilan atau prosedur dengan teman belajar, yang bertujuan meyakinkan masing-masing pasangan dapat melakukan keterampilan dengan benar.
dan menyusun partner belajar. Suatu mata pelajaran benar-benar dikuasai hanya apabila seorang siswa mampu mengajarkan kepada siswa lain. Model pembelajaran practice rehearsal pairs memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling mengajar dengan siswa yang lain. Dengan diterapkannya model pembelajaran practice rehearsal pairs ini, diharapkan dapat membuat siswa akan lebih berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang semula hanya sebatas kriteria ketuntasan minimal, sehingga dapat mencapai hasil yang diharapkan. Oleh sebab itu, perlu dikaji dan diteliti lebih mendalam apakah penerapan model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sehingga diambil judul penelitian “PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN
KETERAMPILAN KOMPUTER DAN PENGELOLAAN INFORMASI (KKPI)
B.
Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pelaksanaan observasi awal yang telah dilakukan di SMK Walisongo Jepara diperoleh identifikasi masalah yang meliputi siswa, guru, dan pembelajaran sebagai berikut:
a. Faktor Siswa
1) Siswa pasif dalam menerima pembelajaran, siswa hanya mencatat dan mendengarkan penjelasan guru.
2) Aktivitas belajar siswa rendah, belajar jika ada ulangan saja.
3) Anggapan siswa yang menyatakan pelajaran keterampilan komputer dan pengelolaan informasi merupakan pelajaran yang sulit dan kurang menarik.
4) Rendahnya minat siswa terhadap pelajaran keterampilan komputer dan pengelolaan informasi.
b. Faktor Guru
1) Peran guru terlalu dominan.
2) Guru hanya memberikan teori dan kurang mengembangkan kemampuan afektif dan psikomotor siswanya.
3) Kurang tepatnya guru dalam menggunakan model pembelajaran dalam pelajaran keterampilan komputer dan pengelolaan informasi, selama ini guru menggunakan model pembelajaran ceramah.
c. Faktor Pembelajaran
1) Proses Belajar Mengajar (PBM) konvensional yaitu dengan metode ceramah karena mengejar target pencapaian materi.
2) Interaksi pembelajaran di kelas cenderung searah. 3) Siswa pasif dalam kegiatan belajar mengajar di kelas d. Faktor Sarana dan Prasarana
1) Perpustakaan yang koleksi bukunya kurang lengkap. 2) Hotspot belum menjangkau seluruh area sekolah.
3) Belum memadahinya fasilitas penunjang dalam proses pembelajaran.
2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah maka agar penelitian ini dapat lebih terarah dan mencapai sasaran yang diinginkan, penulis melakukan pembatasan masalah pada :
a. Meningkatkan hasil belajar keterampilan komputer dan pengelolaan informasi dibatasi pada standar kompetensi menggunakan perangkat lunak pembuat grafis, kompetensi dasar menunjukkan menu dan ikon yang terdapat dalam perangkat lunak pembuat grafis dan menggunakan menu dan ikon yang terdapat dalam perangkat lunak pembuat grafis
b. Model pembelajaran yang digunakan adalah Practice Rehearsal Pairs pada pelajaran KKPI, dengan menggunakan metode penelitian kelas.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan, maka masalah yang diangkat dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
a. Apakah terdapat peningkatan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs pada mata pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Infomasi (KKPI)?
b. Bagaimana tanggapan siswa setelah diterapkannya model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs pada mata pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Infomasi (KKPI)?
C.
Tujuan Penelitian
1. Untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Infomasi (KKPI) siswa kelas XII TKJ SMK Walisongo Pecangaan melalui penerapan model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs.
D.
Manfaat Penelitian
1. Bagi Sekolah
Memberikan masukan dalam upaya meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah, terutama pada mata pelajaran keterampilan komputer dan pengelolaan informasi.
2. Bagi Siswa
Dengan menggunakan model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa.
3. Bagi Guru
Sebagai masukan atau saran dan bahan referensi untuk memberikan variasi dalam melakukan pengajaran di kelas.
E.
Sistematika Penulisan
Untuk memberikan kemudahan dalam memahami tugas akhir serta memberikan gambaran yang menyeluruh secara garis besar, sistematika tugas akhir dibagi menjadi tiga bagian. Adapun sistematikanya adalah :
1. Bagian Awal Skripsi
2. Bagian Isi
Bagian isi skripsi mengandung lima (5) bab yaitu, pendahuluan, landasan teori, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, serta penutup.
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini diuraikan latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka, berisi tentang teori yang memperkuat penelitian seperti teori pembelajaran dan teori model pembelajaran.
BAB III : METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan dijelaskan metode yang digunakan meliputi lokasi penelitian, instrumen, metode pengumpulan data, dan metode analisis data.
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dibahas tentang hasil dari diterapkannya model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs di kelas XII TKJ SMK Walisongo Pecangaan Kabupaten Jepara.
BAB V: PENUTUP SKRIPSI
3. Bagian Akhir Skripsi
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Tinjauan Pustaka
1. Hakekat Belajar a. Pengertian Belajar
terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Oleh karena itu, dalam belajar siswa seharusnya mempelajari apa yang didapatkan selama latihan atau mempelajari dari pengalaman yang telah siswa dapatkan. Berdasarkan definisi tentang belajar dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan rangkaian kegiatan atau usaha yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan dari hasil latihan atau pengalaman. Dengan demikian, diperoleh kesimpulan bahwa belajar berkaitan atau berhubungan dengan perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman dan latihan. Oleh sebab itu, apabila setelah belajar siswa tidak ada perubahan dalam tingkah laku yang positif dalam arti tidak memiliki kecakapan baru serta wawasan pengetahuannya tidak bertambah maka dikatakan bahwa belajarnya belum maksimal. Sehingga harus memperhatikan beberapa tentang prinsip-prinsip dalam belajar.
b. Prinsip – Prinsip Belajar
Adapun prinsip-prinsip belajar Menurut Slameto (2003: 27-28) prinsip-prinsip belajar meliputi:
1) Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar
a) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.
2) Sesuai hakikat belajar
a) Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya.
b) Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery. c) Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang
satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan respon yang diharapkan.
3)Sesuai materi yang harus dipelajari
a) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.
b) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksioanl yang harus dicapainya.
4)Syarat keberhasilan belajar
a) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang.
b) Repetisi dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/ketrampilan/sikap itu mendalam pada siswa.
pasangan belajar, sehingga terdapat rasa bangga atau puas yang akan timbul dari diri siswa jika ia bisa menjawab atau menjelaskan secara baik kepada teman-temannya. Rasa puas itu kemudian akan kembali memotivasi diri siswa maupun yang lain agar dapat lebih aktif lagi. Tetapi pada kenyataannya, siswa memerlukan beberapa bahan baru yang mungkin belum pernah di alami agar makna dalam belajar lebih terasa mendalam. Hal tersebut adalah tugas guru sebagai fasilitator dan motivator. Dengan kata lain, guru bertugas menerapkan prinsip-prinsip belajar agar lebih memaksimalkan hasil belajar siswa. Dengan demikian berdasarkan prinsip-prinsip belajar di atas, diperoleh sebuah pengertian bahwa siswa perlu berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Untuk menambah partisipasi aktif siswa, guru harus memperhatikan beberapa tentang hakekat pembelajaran.
2. Hakekat Pembelajaran a. Pengertian Pembelajaran
Menurut Warsita (2008:85), pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat siswa belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan siswa. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2009), pembelajaran merupakan suatu proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana belajar memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru sangat mempengaruhi keaktifan siswa sehingga guru dituntut untuk melakukan berbagai variasi pembelajaran agar siswa cenderung tidak merasa bosan dalam proses belajar.
b. Ciri-ciri Pembelajaran
Hamalik (1999) memaparkan tiga ciri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran, yaitu:
1)Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur yang merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus. 2)Kesalingtergantungan, antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi
dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat esensial, dan masing-masing memberikan sumbangannya kepada sistem pembelajaran.
3)Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai. Ciri ini menjadi dasar perbedaan antara sistem yang dibuat oleh manusia dan sistem pemerintahan, semuanya memiliki tujuan. Sistem alami seperti: ekologi, sistem kehidupan hewan, memiliki unsur-unsur yang saling ketergantungan satu sama lain, disusun sesuai dengan rencana tertentu, tetapi tidak mempunyai tujuan tertentu. Tujuan sistem menuntun proses merancang sistem. Tujuan utama sistem pembelajaran agar siswa belajar. Tugas seorang perancang sistem adalah mengorganisasi tenaga, material, dan prosedur agar siswa belajar secara efisien dan efektif.
1)Memiliki tujuan, yaitu untuk membentuk siswa dalam suatu perkembangan tertentu.
2)Terdapat mekanisme, prosedur, langkah-langkah, metode dan teknik yang direncanakan dan didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 3)Fokus materi ajar, terarah, dan terencana dengan baik.
4)Adanya aktivitas siswa merupakan syarat mutlak bagi berlangsungya kegiatan pembelajaran.
5)Aktor guru yang cermat dan tepat.
6)Terdapat pola aturan yang ditaati guru dan siswa dalam proporsi masing-masing.
7)Limit waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran. 8)Evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi produk.
3. Hasil Belajar
Setelah kita melakukan atau mengerjakan sesuatu, tentu kita mengharapkan apa yang dinamakan hasil. Begitu pula dengan belajar, apa yang diperoleh dari kegiatan belajar disebut hasil belajar. Menurut Suprijono (2012: 5) hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, sikap-sikap, nilai-nilai, pengertian-pengertian, apresiasi, dan keterampilan. Oleh karena itu, hasil belajar tidak hanya diperoleh dari hasil kognitif saja, tetapi juga dari afektif dan psikomotor siswanya. Sedangkan Sudjana (1989:22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Oleh karena itu hasil belajar dapat meningkatkan kemampuan atau keahlian pada diri siswa, setelah siswa itu menerima pelajaran. Perlu diketahui bahwa dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 perlu diperhatikan prinsip-prinsip, pendekatan-pendekatan, dan karakteristik-karakteristik penilaian yang diamanahkan oleh Kurikulum 2013.
a. Prinsip Penilaian Menurut Kurikulum 2013
Adapun prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru pada saat melaksanakan penilaian untuk implementasi Kurikulum 2013 baik pada jenjang pendidikan dasar maupun pada jenjang pendidikan menengah adalah: 1) Sahih
2) Objektif
Penilaian yang objektif adalah penilaian yang didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas dan tidak boleh dipengaruhi oleh subjektivitas penilai (guru).
3) Adil
Penilaian yang adil maksudnya adalah suatu penilaian yang tidak menguntungkan atau merugikan siswa hanya karena mereka (bisa jadi) berkebutuhan khusus serta memiliki perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
4) Terpadu
Penilaian dikatakan memenuhi prinsip terpadu apabila guru yang merupakan salah satu komponen tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
5) Terbuka
Penilaian harus memenuhi prinsip keterbukaan di mana kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan yang digunakan dapat diketahui oleh semua pihak yang berkepentingan.
6) Menyeluruh dan berkesinambungan
7) Sistematis
Penilaian yang dilakukan oleh guru harus terencana dan dilakukan secara bertahap dengan mengikuti langkah-langkah yang baku.
8) Beracuan kriteria
Penilaian dikatakan beracuan kriteria apabila penilaian yang dilakukan didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan.
9) Akuntabel
Penilaian yang akuntabel adalah penilaian yang proses dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya. 10)Edukatif
Penilaian disebut memenuhi prinsip edukatif apabila penilaian tersebut dilakukan untuk kepentingan dan kemajuan pendidikan siswa.
b. Karakteristik Penilaian Menurut Kurikulum 2013 1) Belajar Tuntas
2) Otentik
Memandang penilaian dan pembelajaran secara terpadu. Penilaian otentik harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia sekolah. Menggunakan berbagai cara dan kriteria holistik (kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap). Penilaian otentik tidak hanya mengukur apa yang diketahui oleh siswa, tetapi lebih menekankan mengukur apa yang dapat dilakukan oleh siswa.
3) Berkesinambungan
Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran yang utuh mengenai perkembangan hasil belajar siswa, memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil terus menerus dalam bentuk penilaian proses, dan berbagai jenis ulangan secara berkelanjutan (ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, atau ulangan kenaikan kelas).
4) Berdasarkan acuan kriteria
Kemampuan siswa tidak dibandingkan terhadap kelompoknya, tetapi dibandingkan terhadap kriteria yang ditetapkan, misalnya ketuntasan minimal, yang ditetapkan oleh satuan pendidikan masing-masing.
5) Menggunakan teknik penilaian yang bervariasi
Teknik penilaian yang dipilih dapat berupa tertulis, lisan, produk, portofolio, unjuk kerja, projek, pengamatan, dan penilaian diri.
atau tidak, untuk selanjutnya bisa diterapkan atau tidak dalam proses pembelajaran. Menurut Sudjana (1989:22) hasil belajar dibagi dalam tiga ranah yaitu:
a. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri atas enam aspek yaitu pengetahuan / ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. b. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
c. Ranah Psikomotorik
Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan/ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpreatif.
belajar banyak jenisnya tetapi secara umum dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu faktor intern dan faktor ekstern (Slameto, 2010: 54) :
a. Faktor intern
Faktor intern adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor intern dikelompokan menjadi faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.
1) Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh
2) Faktor psikologi meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.
3) Faktor kelelahan meliputi kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani seperti lemah lunglai, sedangkan kelelahan rohani seperti kelesuan dan kebosanan.
b. Faktor ekstern
Faktor ekstern dikelompokkan menjadi tiga, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
1)Faktor keluarga
Faktor keluarga ini meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga.
2) Faktor sekolah
3) Faktor masyarakat
Pengaruh masyarakat ini terkait dengan keberadaan siswa dengan masyarakat. Pengaruh masyarakat ini terkait dengan keberadaan siswa dengan masyarakat. Lingkungan masyarakat dimana siswa berada juga berpengaruh terhadap semangat dan aktivitas belajarnya. Lingkungan masyarakat dimana warganya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup, terdapat lembaga-lembaga pendidikan dan sumber-sumber belajar di dalamnya akan memberikan pengaruh positif terhadap semangat dan perkembangan belajar generasi mudanya
4. Model Pembelajaran
a. Pengertian Model Pembelajaran
Setiap sekolah, baik sekolah dasar maupun menengah, menerapkan model pembelajaran yang berbeda-beda. Setiap guru pun selalu mempunyai cara tersendiri untuk menyampaikan materi dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Seorang guru harus mengetahui kondisi siswa di dalam kelas, bisa mengelola suasana kelas serta bisa menyesuaikan cara mengajar di kelas dengan karakter masing-masing siswa. Suprijono (2012) berpendapat bahwa model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas guna mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran juga dapat diartikan sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk pada guru di kelas. Ada beberapa model-model pembelajaran yang tentu saja masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan.
b. Ciri-ciri Model Pembelajaran
Model pembelajaran atau model mengajar mempunyai beberapa ciri, yaitu: 1) Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya.
2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar.
4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
c. Karakteristik Model Pembelajaran
Sumiyatiningsih (2006:71) menyatakan ada beberapa karakteristik model pembelajaran, diantaranya :
1) Disusun menurut teori pendidikan dan teori proses belajar dari pendekatan tertentu.
2) Mempunyai tujuan atau misi pendidikan tertentu, misalnya model berpikir induktif didesain untuk mengembangkan proses berpikir induktif. Sementara model berpikir deduktif didesain untuk proses berpikir deduktif.
3) Dapat dijadikan acuan untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.
4) Memiliki seperangkat elemen model, yaitu: a) urutan tahap-tahap pengajaran
b) prinsip reaksi c) sistem social d) sistem pendukung
5) Memiliki dampak sebagai akibat dari penerapan suatu model pembelajaran.
diharapkan guru dapat memilih pendekatan mana yang sesuai dengan kebutuhan siswa dalam kondisi yang ada saat ini. Intinya para guru harus bisa menyesuaikan dengan situasi didalam kelas dan suasana hati siswa dalam proses pembelajaran. Jika hal tersebut dapat dilakukan oleh guru secara tepat dan kontinyu, proses pembelajaran di kelas akan dirasakan menyenangkan baik oleh guru maupun murid. Selain ciri-ciri dan karakteristik, ada beberapa jenis atau macam model pembelajaran.
d. Jenis-Jenis Model Pembelajaran
Menurut Suprijono (2012) macam-macam model pembelajaran dijabarkan sebagai berikut.
1) Model pembelajaran langsung
Teori pendukung pembelajaran langsung (active teaching) adalah teori behaviorisme dan teori belajar sosial. Pembelajaran langsung menekankan belajar sebagai perubahan perilaku. Macam-macam pembelajaran langsung adalah sebagai berikut.
a. Ceramah, merupakan suatu cara penyampaian informasi dengan lisan dari seseorang kepada sejumlah pendengar.
b. Praktik dan latihan.
c. Ekspositori, merupakan suatu cara penyampaian informasi yang mirip dengan ceramah, hanya saja frekuensi pembicara lebih sedikit.
d. Demonstrasi.
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum, pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu siswa menyelesaikan masalah yang dimaksud. Ada banyak macam tipe pembelajaran kooperatif, diantaranya sebagai berikut:
a. Learning Starts with a Question b. Planet Question
c. Team Quiz
d. Practice-Rehearsal Pairs e. Index Card Match
f. Student Team Achievement Division (STAD) 3) Model pembelajaran berbasis masalah
5. Model Pembelajaran Practice Rehearsal Pairs
a. Pengertian model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs
Menurut Zaini dkk (2008:81) “Practice Rehearsal Pairs (praktik berpasangan) adalah model pembelajaran sederhana yang dapat dipakai untuk mempraktikkan suatu keterampilan atau prosedur dengan teman belajar”. Tujuannya adalah untuk meyakinkan masing-masing pasangan dapat melakukan keterampilan dengan benar. Dalam model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs (praktik berpasangan) ada beberapa langkah atau prosedurnya, seperti yang kemukakan oleh Suprijono (2012:116) langkah-langkah atau prosedur model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs (praktik berpasangan) adalah:
1) Guru memilih satu keterampilan yang akan dipelajari oleh siswa. 2) Membentuk pasangan-pasangan yang didalamnya terdapat dua peran,
yaitu demonstrator dan pemerhati.
3) Siswa yang bertugas sebagai demonstrator mempraktikkan keterampilan yang telah ditentukan. Pemerhati bertugas mengamati dan menilai penjelasan atau demonstrasi yang dilakukan temannya. 4) Pasangan bertukar peran. Demonstrator kedua diberi kesempatan untuk
mempraktikkan keterampilan yang telah di tentukan.
Kemudian hal yang sama juga diungkapkan oleh Zaini dkk, (2008:84) langkah-langkah model pembelajaran praktik berpasangan adalah:
1) Pilih salah satu keterampilan yang akan dipilih oleh siswa.
2) Bentuklah pasangan-pasangan secara homogeny yang terdiri dari dua peran, yaitu a) penjelas atau demonstrator, dan b) pengecek atau pengamat.
3) Siswa yang bertugas sebagai penjelas atau demonstrator menjelaskan atau mendemonstrasikan cara mengerjakan keterampilan yang telah ditentukan. Pengecek atau pengamat bertugas mengamati dan menilai penjelasan atau demonstrasi yang dilakukan oleh temannya.
4) Pasangan bertukar peran, demonstrator kedua diberi kesempatan yang sama. Proses diteruskan sampai semua keterampilan atau prosedur dapat dikuasai.
b. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Practice Rehearsal Pairs
Dalam model pembelajaran pasti mempunyai kelebihan dan kelemahan, seperti model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs (praktik berpasangan). Dalam buku Cooperative Learning dalam praktik berpasangan mempunyai kelebihan diantaranya adalah dapat meningkatkan partisipasi antar siswa, interaksi lebih mudah dan lebih banyak kesempatan untuk konstruksi masing-masing pasangan. Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs adalah jika antar pasangan tidak aktif maka akan sedikit ide yang muncul dan jika pasangannya banyak maka akan membutuhkan waktu yang lama.
perkembangan global, kita harus mengupayakan agar setiap insan anak bangsa melek informasi. Oleh karena itu mereka perlu dibekali dengan kemahiran minimal, yaitu mengoperasikan komputer untuk mengelola informasi.
a. Keterampilan komputer dan pengelolaan informasi adalah kemampuan minimal yang harus dibekalkan kepada Insan Indonesia (siswa sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat) agar mampu menggunakan komputer sebagai alat bantu untuk mengelola informasi adalah sebagai berikut :
1) Mengoperasikan Komputer
a) Menghubungkan seluruh komponen komputer dengan kabel penghubung sehingga dapat dihidupkan/dinyalakan dan dapat berfungsi.
b) Menghidupkan/menyalakan perangkat komputer.
c) Membuka dan menutup/mematikan program aplikasi pengolah kata, pengolah angka / bilangan, dan pembuat paparan.
d) Mengetik dengan 10 jari.
2) Mengelola Informasi a) Mencari informasi.
b) Mengelompokkan, mengklasifikasikan, menyimpan. c) Mengambil kembali informasi tersebut.
f) Memaparkan atau mempresentasikan informasi. g) Melakukan koneksi ke internet.
h) Bekerja menggunakan internet untuk mencari, mengumpulkan, dan merekam informasi.
b. Keterampilan komputer dan pengelolaan informasi adalah paradigma masa depan, bukan paradigma sekarang atau masa lalu. Keterampilan komputer dan pengelolaan informasi adalah satu bentuk kepedulian pengembang teknologi Depdiknas untuk mempersiapkan anak bangsa agar “siap hidup di jamannya”.
B.
Kerangka Berpikir
1. Peningkatan Hasil Belajar Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Practice Rehearsal Pairs
Pada observasi awal ke sekolah, hasil belajar siswa khususnya kelas XII TKJ pada mata pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi materi tentang Microsoft Word banyak nilai siswa yang hanya sebatas kriteria ketuntasan minimal. Model pembelajaran yang salah kemungkinan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Model pembelajaran yang tidak tepat atau tidak efektif, justru akan membuat minat siswa turun terhadap mata pelajaran yang di berikan guru dalam proses pembelajaran, hal ini yang memicu hasil belajar siswa yang kurang memuaskan. Dengan adanya model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs, dapat meningkatkan hasil belajar siswa terutama pada mata pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi. Karena model pembelajaran ini menekankan pada keaktifan, kerja sama dengan pasangan dan kedisiplinan siswa untuk mencapai hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik yang baik.
2. Tanggapan Siswa Setelah Diajar dengan Model Pembelajaran Practice Rehearsal Pairs
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Subyek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas XII TKJ SMK Walisongo Pecangaan tahun ajaran 2014/2015. Jumlah siswa di kelas tersebut sebanyak 45 siswa, 22 siswa perempuan dan 23 siswa laki-laki.
B.
Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian yang berjudul “PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN KETERAMPILAN KOMPUTER DAN
PENGELOLAAN INFORMASI (KKPI) MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN PRACTICE REHEARSAL PAIRS SISWA KELAS XII TKJ SMK WALISONGO PECANGAAN” merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 4 Agustus sampai tanggal 6 September 2014.
2. Tempat Penelitian
C.
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
1. Prasiklus
Pada tahap prasiklus ini, peneliti melihat pembelajaran secara langsung di kelas XII TKJ SMK Walisongo Pecangaan. Dalam proses pembelajaran tersebut, masih menggunakan metode ceramah sehingga siswa cenderung pasif. Guru hanya dianggap sebagai sumber belajar utama di dalam kelas. Guru seolah-olah yang bicara dan siswa hanya sebagai pendengar sehingga hasil belajar siswa pada mata pelajaran keterampilan komputer dan pengelolaan informasi masih rendah.
2. Siklus I
Pelaksanaan tindakan siklus I ini dilaksanakan pada tanggal 9 Agustus 2014 di kelas XII TKJ SMK Walisongo Pecangaan. Dalam siklus I langkah-langkah yang ditempuh adalah perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan evaluasi atau refleksi yang akan lebih dijelaskan sebagai berikut:
a) Perencanaan
1)Menganalisis kurikulum untuk mengetahui Kompetensi Dasar yang akan disampaikan kepada siswa.
2)Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Kurikulum 2013 dan juga berorientasi pada Model Pembelajaran tipe Practice Rehearsal Pairs.
3)Mempersiapkan lembar soal tes siklus I.
5)Menetapkan indikator ketercapaian dalam proses pembelajaran. b) Pelaksanaan Tindakan
1)Melaksanakan proses pembelajaran kompetensi kejuruan materi grafis menggunakan aplikasi CorelDraw di kelas XII TKJ SMK Walisongo Pecangaan dengan menggunakan Model Pembelajaran Practice Rehearsal Pairs.
2)Guru menjelaskan materi grafis menggunakan aplikasi CorelDraw tentang menu-menu beserta fungsinya.
3)Guru membentuk pasangan-pasangan dalam setiap pasangan buat dua peran.
a. Penjelas atau pendemostrasi b. Pengecek atau pengamat
4)Setelah guru membentuk pasangan-pasangan, guru meminta kepada penjelas atau demonstrator untuk menjelaskan cara mengerjakan keterampilan yang telah ditentukan, pengecek atau pengamat bertugas mengamati dan menilai penjelasan yang dilakukan temannya.
5)Guru meminta kedua pasangan untuk bertukar peran.
6)Guru meminta siswa untuk melakukan keterampilan atau prosedur tersebut dilakukan sampai selesai dan dapat dikuasai oleh siswa.
7)Siswa secara individu diberi lembar soal tes siklus I. c) Pengamatan (Observasi)
1)Mengamati proses pembelajaran
4)Mengamati hambatan-hambatan dalam proses pembelajaran
5)Mengamati keterampilan guru dalam menggunakan model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs.
6)Menganalisis hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs.
d) Refleksi
Dalam tahap refleksi ini, sekaligus dilakukan evaluasi terhadap perubahan yang terjadi pada siswa, yaitu peningkatan hasil belajar siswa baik aspek kognitif, afektif, dan psikomotori. Pada tahap ini, peneliti memproses data yang diperoleh saat observasi dan data hasil belajar siswa. Tahap refleksi direncanakan segera dilakukan setelah siswa melaksanakan posttest. Dalam refleksi , dicari kekuatan serta kelemahan pelaksanaan serta memperbaiki kekurangan. Hasil refleksi digunakan untuk memperbaiki kinerja pada siklus berikutnya
3. Siklus II
Pelaksanaan tindakan siklus II ini dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus 2014 di kelas XII TKJ SMK Walisongo Pecangaan. Dalam siklus II langkah-langkah yang ditempuh sama seperti siklus I, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan evaluasi atau refleksi yang akan lebih dijelaskan sebagai berikut:
a) Perencanaan
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Kurikulum 2013 dan juga berorientasi pada Model Pembelajaran tipe Practice Rehearsal Pairs.
3) Mempersiapkan lembar soal tes siklus II.
4) Mempersiapkan instrumen observasi aktivitas guru dan instrumen observasi aktivitas siswa.
5) Menetapkan indikator ketercapaian dalam proses pembelajaran. b)Pelaksanaan Tindakan
1) Melaksanakan proses pembelajaran di kelas XII TKJ SMK Walisongo Pecangaan dengan menggunakan Model Pembelajaran Practice Rehearsal Pairs.
2) Guru menjelaskan materi dalam siklus II yaitu tentang Toolbox dan kegunaanya dan praktik menggambar menggunakan aplikasi CorelDraw.
3) Guru membentuk pasangan-pasangan dalam setiap pasangan buat dua peran.
a. Penjelas atau pendemostrasi b. Pengecek atau pengamat
4) Setelah guru membentuk pasangan-pasangan, guru meminta kepada penjelas atau demonstrator untuk menjelaskan cara mengerjakan keterampilan yang telah ditentukan, pengecek atau pengamat bertugas mengamati dan menilai penjelasan yang dilakukan temannya.
5) Guru meminta kedua pasangan untuk bertukar peran
tersebut dilakukan sampai selesai dan dapat dikuasai oleh siswa. 7) Siswa secara individu diberi lembar soal tes siklus II.
c) Pengamatan (Observasi)
1) Mengamati proses pembelajaran
2) Mengamati aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran 3) Mengamati keaktifan siswa dalam diskusi
4) Mengamati hambatan-hambatan dalam proses pembelajaran
5) Mengamati keterampilan guru dalam menggunakan model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs
6) Menganalisis hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs
d)Refleksi
digunakan untuk memperbaiki kinerja pada siklus berikutnya. Apabila terjadi peningkatan dari siklus I yang sesuai dengan indikator keberhasilan hasil belajar, maka tindakan dicukupkan. Apabila belum, maka tindakan akan dilanjutkan ke siklus III.
D.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu:
1. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data nama-nama siswa yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini dan untuk memperoleh data nilai pada pelajaran keterampilan komputer dan pengelolaan informasi, nilai afektif, serta psikomotorik siswa kelas XII TKJ SMK Walisongo Pecangaan.
2. Metode Observasi
selama pembelajaran berlangsung (satu observer mengamati satu kelompok yang sama)
3. Metode Tes
Tes digunakan untuk mengambil data dari hasil belajar siswa pada mata pelajaran keterampilan komputer dan pengelolaan informasi, terutama aspek kognitif siswa yaitu tingkat pengetahuan, pemahaman, dan penerapan konsep pada kompetensi dasar mata pelajaran keterampilan komputer dan pengelolaan informasi. Alat yang digunakan untuk melakukan tes ini adalah berupa tes lembar evaluasi individu yang berupa tes obyektif pilihan ganda. Tes ini akan dilaksanakan pada akhir pertemuan di tiap siklusnya. Tes dilakukan pada pasca tindakan untuk mengetahui pencapaian konsep materi, dan siklus II untuk mengetahui pencapaian konsep materi yang belum tuntas secara keseluruhan.
4. Metode Angket
E.
Analisis Instrumen Penelitian
a. Validitas Instrumen Tes
Validitas merupakan dukungan bukti dan teori terhadap penafsiran skor tes sesuai dengan tujuan penggunaan tes. Agar dapat diperoleh data valid, instrumen atau alat untuk mengevaluasinya harus valid (Suharsimi Arikunto, 2005: 64). Suharsimi Arikunto (2005: 69) mengatakan bahwa tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriteria.
Untuk mengetahui kesejajaran, digunakan rumus teknik korelasi product moment menggunakan metode Pearson (Arikunto, 2005: 81), sebagai berikut:
√
Keterangan:
rxy : koefisien korelasi
N : jumlah subyek atau responden X : skor butir
Y : skor total ∑X2
: jumlah kuadrat nilai X ∑Y2
: jumlah kuadrat nilai Y
Dalam penelitian ini, butir soal dinyatakan valid apabila koefisien korelasi (rxy) > r tabel dengan dk (derajat kebebasan (N-2))= (30-2)= 28 dan α = 5 %. Berdasarkan perhitungan validitas butir soal uji coba yang
Tabel 1 Hasil Perhitungan Validitas Butir Soal Uji Coba (Siklus I)
Validitas Nomor Soal
Valid 1, 2, 3, 5, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 27, 28, 29, 30, 33, 34, 35, 36, 38, 39, 40, 41, 42, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50
[image:59.595.149.519.299.414.2]Tidak Valid 4, 6, 11, 17, 18, 26, 31, 32, 37, 43 (Sumber: data penelitian)
Tabel 2 Hasil Perhitungan Validitas Butir Soal Uji Coba (Siklus II)
Validitas Nomor Soal
Valid 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 23, 24, 27, 29, 35, 38, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50
Tidak Valid 10, 22, 25, 26, 28, 30, 33, 34, 36, 39 (Sumber: data penelitian)
b. Tingkat Kesukaran Soal
Tingkat kesukaran suatu tes ialah proporsi yang menunjuk kepada jumlah siswa yang dapat menjawab tes dengan benar diantara semua testee (Widodo, 2009: 18). Rumus tingkat kesukaran (Widodo, 2009: 18):
,
dengan:
m : jumlah siswa yang menjawab benar N : jumlah seluruh testee
Interval Kriteria Tingkat Kesukaran
0,00≤P≤0,30 Sukar
0,30<P≤0,70 Sedang
0,70<P≤1,00 Mudah
[image:60.595.163.500.339.484.2]
Hasil perhitungan tingkat kesukaran butir soal uji coba disajikan pada Tabel 4 dan 5.
Tabel 4 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba (Siklus I)
Kriteria Nomor Soal
Sukar 43, 45, 48 (3 soal)
Sedang 1, 2, 3, 5, 8, 11, 13, 14, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 27, 28, 29, 30, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40,
41, 44, 47, 50 (34 soal)
[image:60.595.166.501.541.688.2]Mudah 4, 6, 7, 9, 10, 12, 15, 17, 26, 31, 42, 46, 49 (13 soal) \\(Sumber: data penelitian)
Tabel 5 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba (Siklus II)
Kriteria Nomor Soal
Sukar 27, 38, 45, 50 (4 soal)
Sedang 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 23, 24, 25, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 39,
c. Daya Beda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (upper group) dengan siswa yang kurang pandai (lower group). Soal dianggap mempunyai daya pembeda yang baik, jika soal tersebut dijawab benar oleh kebanyakan siswa pandai dan dijawab salah oleh kebanyakan siswa kurang pandai (Arikunto, 2006: 213). Makin tinggi daya pembeda soal, makin baik pula kualitas soal tersebut. Rumus yang digunakan sebagai berikut:
(Arikunto, 2006)
Keterangan:
DP = daya pembeda soal
JBA = jumlah siswa yang menjawab benar pada butir soal pada kelas atas
JBB = jumlah siswa yang menjawab benar pada butir soal pada kelas bawah
[image:61.595.166.458.548.710.2]JSA = banyaknya siswa pada kelas atas.
Tabel 6 Kriteria Daya Pembeda Soal
Interval DP Kriteria
DP ≤ 0,00 Sangat jelek
0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek
0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup
0,40 < DP ≤ 0,70 Baik
Hasil perhitungan daya pembeda soal uji coba disajikan pada Tabel 7 dan 8.
Tabel 7 Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal Uji Coba (Siklus I)
Kriteria Nomor Soal
Sangat Jelek 4, 6, 11, 26, 31 43 (6 soal)
Jelek 17, 18, 32, 37 (4 soal)
Cukup 45, 46, 48 (3 soal)
Baik 1, 2, 5, 7, 8. 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 27, 28, 29, 30, 33, 34, 35, 36, 38, 39, 40, 41, 42,
44, 47, 49, 50 (36 soal)
Sangat Baik 3 (1 soal)
(Sumber: data penelitian)
Tabel 8 Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal Uji Coba (Siklus II)
Kriteria Nomor Soal
Sangat Jelek 22, 26 (2 soal)
Jelek 30, 34 (2 soal)
Cukup 1, 10, 20, 25, 28, 33, 36, 39, 40, (9 soal) Baik 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19,
21, 23, 24, 27, 29, 31, 32, 37, 38, 41, 42, 44, 45, 46, 47, 48, 50 (34 soal)
Sangat Baik 35, 43, 49 (3 soal)
[image:62.595.116.516.458.655.2]d. Reliabilitas
Reliabilitas merujuk pada “keajegan” hasil pengukuran. Alat ukur
dapat dikatakan reliabel bila senantiasa memberikan hasil yang relatif sama setiap kali diterapkan pada objek yang sama, tanpa terpengaruh oleh siapa yang mengukur (Widodo, 2009: 18). Perhitungan koefisien reliabilitas digunakan pada penelitian ini adalah reliabilitas dengan rumus KR 21, Jika harga reliabilitas minimum 0,6 soal sudah dikatakan reliable (Widodo, 2009: 60).
( )
Keterangan:
[image:63.595.160.471.554.715.2]r : reliabilitas instrumen k : banyaknya butir tes M : rerata skor total Vt : varians total
Tabel 9 Kriteria Reliabilitas Soal
Interval Kriteria Reliabilitas
0,80 ≤ r ≤ 1,00 Sangat Tinggi 0,60 ≤ r < 0,80 Tinggi 0,40 ≤ r < 0,60 Cukup 0,20 ≤ r < 0,40 Rendah
Hasil perhitungan reliabilitas dengan rumus KR 21, diperoleh nilai r sebesar 0,89 pada soal uji coba siklus I dan r sebesar 0,90 pada soal uji coba siklus II sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua instrumen soal reliabel.
e. Reliabilitas Lembar Observasi
Pengukuran dengan lembar pengamatan pada umumnya dilakukan oleh dua pengamat, hasil skor pengamat satu harus cocok dengan pengamat kedua, oleh karena itu reliabilitas lembar pengamatan ditentukan berdasarkan kesepakatan antara dua pengamat. Salah satu cara mengukur tingkat kesepakatan itu adalah dengan korelasi peringkat Spearman (Widodo, 2009: 61).
Rumus yang digunakan adalah:
Rho =
Keterangan:
Rho = reliabilitas kesepakatan
b = beda peringkat antara pengamat satu dengan pengamat kedua N = jumlah siswa yang diamati
Dalam hal ini skor masing-masing pengamat diubah menjadi peringkat dari skor tertinggi (peringkat 1) dan seterusnya sampai peringkat terbesar (skor terendah). Jika ada siswa dengan skor yang sama, peringkatnya adalah peringkat reratanya (Widodo, 2009: 62).
minimum 0,60 maka lembar pengamatan sudah dinyatakan reliabel (Widodo, 2009: 62).
[image:65.595.161.522.265.333.2]Hasil perhitungan reliabilitas lembar observasi afektif dan psikomotorik disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10 Hasil Perhitungan Reliabilitas Lembar Observasi Afektif dan Psikomotorik
Lembar Observasi Rho Kriteria
Perilaku berkarakter 0,863 Reliabel
Keterampilan sosial 0,882 Reliabel
Psikomotorik 0,814 Reliabel
(Sumber: data penelitian) f. Reliabilitas Angket
Reliabilitas angket diukur dengan koefisien alpha Cronbach (Widodo, 2009: 61).
Reliabilitas =
.
Keterangan:
k = banyaknya butir angket V butir = varians skor tiap butir Vt = varians skor total
Berdasarkan perhitungan reliabilitas angket respon siswa, diperoleh reliabilitas sebesar 0,71 artinya reliabel.
Selanjutnya instrumen digunakan untuk mengambil data. Data yang diperoleh dapat dilihat pada lampiran halaman 183-184.
F.
Analisis Hasil Belajar
a. Hasil Belajar Kognitifrerata. Data kuantitatif akan disajikan dalam bentuk presentase. Langkah-langkah untuk menganalisis data kuantitatif adalah sebagai berikut:
1) Menentukan nilai berdasarkan skor teoritis (Purwanti, 2008:64)
Keterangan: N = Nilai
B = Skor yang diperoleh
St = Skor teoritis
2) Menghitung mean atau rerata kelas (Aqib, 2010:40)
̅
Keterangan:
̅ Nilai rata-rata
Jumlah semua nilai siswa Jumlah siswa
[image:66.595.165.516.552.626.2]Hasil penghitungan dikonsultasikan dengan kriteria ketuntasan belajar siswa yang dikelompokkan ke dalam dua kategori tuntas dan tidak tuntas, dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel 11 Kriteria Hasil Belajar Kognitif Siswa
Skor Kriteria Kualifikasi
87,5 – 100 Sangat Baik (A) Sangat Tuntas 75 – 87,5 Baik (B) Tuntas 62,5 – 74,5 Cukup (C) Kurang Tuntas
<62,5 Kurang (D) Tidak Tuntas
̅ ̅
( ̅ ) ̅ ̅
( ̅ ) ̅ ̅
̅
Data hasil belajar kognitif kegiatan prasiklus, siklus I, siklus II dianalisis proporsi ketuntasan belajar klasikal. Proporsi ketuntasan belajar klasikal digunakan untuk mengetahui proporsi siswa yang mencapai ketuntasan hasil belajar. Rumus yang digunakan untuk mengetahui ketuntasan klasikal adalah sebagai berikut (Yunianingrum 2008: 40).
p = proporsi siswa yang mencapai ketuntasan hasil belajar X = jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar
n = jumlah seluruh siswa.
Keberhasilan kelas (ketuntasan belajar klasikal) dapat dilihat dari sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut telah mencapai ketuntasan individu (Mulyasa, 2002: 99).
b. Hasil Belajar Afektif dan Psikomotorik
[image:68.595.187.428.302.398.2]
Setelah diperoleh nilai hasil belajar afektif, data tersebut dikonsultasikan dengan kriteria hasil belajar afektif dan psikomotorik yang disajikan pada Tabel 12 untuk mengetahui kriteria hasil belajar afektif dan psikomotorik siswa selama pembelajaran pada siklus I dan siklus II.
Tabel 12 Kriteria Hasil Belajar Afektif dan Psikomotorik Siswa
Nilai Kriteria
81 – 100 Sangat Baik
61 – 80 Baik
41 – 60 Cukup Baik
21 – 40 Kurang Baik
<21 Tidak baik
Kemudian data dianalisis dengan uji normalized gain. Uji ini digunakan untuk mengetahui besar peningkatan nilai pre test dan post test. Menurut Wiyanto (dalam Suyanto, 2012) rumus untuk menghitung n–gain yaitu:
N- gain =
Kriteria tingkat pencapaian n-gain : 0,00 - 0,29 kategori rendah; 0,30 - 0,69 kategori sedang; 0,70- 1,00 kategori tinggi.
G.
Analisis Pendapat Siswa terhadap Pembelajaran
pengukuran sering terjadi kecenderungan responden memilih jawaban pada katergori tiga (cukup setuju). Untuk menghindari hal tersebut skala Likert dimodifikasi dengan hanya menggunakan 4 (empat) pilihan, agar jelas sikap atau minat responden.
Respon atau tanggapan terhadap masing-masing pernyataan dinyatakan dalam empat pilihan, yaitu SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), dan STS (sangat tidak setuju). Bobot untuk kategori SS = 4; S = 3; TS = 2; dan STS = 1.
[image:69.595.188.436.432.515.2]Perhitungan tanggapan siswa secara keseluruhan dilakukan dengan menggunakan persentase (%) dalam setiap pilihan tanggapan (SS, S, TS, dan STS).
Tabel 13 Kriteria Pendapat/Tanggapan Siswa
Persentase (%) Kriteria
76 – 100 Sangat Baik
51 – 75 Baik
26 – 50 Cukup Baik
<25 Kurang baik
H.
Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah sekurang-kurangnya 80 % siswa kelas XII TKJ SMK Walisongo Pecangaan memperoleh nilai di atas nilai kriteria ketuntasan minimal serta memiliki nilai rata-rata hasil belajar afektif dan psikomotorik minimal 70.
87
BAB V
PENUTUP
A.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan:
1. Terdapat peningkatan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs pada mata pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Infomasi (KKPI),
2. Siswa memberikan tanggapan baik setelah melakukan pembelajaran Practice Rehearsal Pairs pada mata pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Infomasi (KKPI) yang ditandai dengan perolehan persentase angket pendapat siswa terhadap pembelajaran sebesar 75,70 % dengan 17,19 % menyatakan sangat setuju; 68,44 % setuju; 14,37 % tidak setuju; dan 0 % sangat tidak setuju.
B.
SARAN
1. Penerapan model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs dapat digunakan sebagai alternatif guru mata pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI), untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI).
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Ed. Revisi, Cet. 5. Jakarta: Bumi Aksara
---. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Dimyati & Mujiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, O. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Bumi Aksara.
Jinnah, M. A., 2013, Keefektivan Strategi Practice Rehearsal Pairs terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV pada Materi Karya Rancangan Sendiri di SD Negeri Pesarean 01 Kabupaten Tegal, Skripsi, Universitas Negeri Semarang.
Kodir, A.