• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desain Produk Makanan Ringan untuk Ibu Hamil dengan Menggunakan Quality Function Deployment (QFD)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Desain Produk Makanan Ringan untuk Ibu Hamil dengan Menggunakan Quality Function Deployment (QFD)"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

DESAIN PRODUK MAKANAN RINGAN

UNTUK IBU HAMIL

DENGAN MENGGUNAKAN

QUALITY FUNCTION

DEPLOYMENT

(QFD)

AKBAR ANDAYANI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Desain Produk Makanan Ringan untuk Ibu Hamil dengan Menggunakan Quality Function Deployment (QFD) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

RINGKASAN

AKBAR ANDAYANI. Desain Produk Makanan Ringan untuk Ibu Hamil dengan Menggunakan Quality Function Deployment (QFD). Dibimbing oleh SUKARDI dan ANI SURYANI.

Kecukupan gizi selama kehamilan adalah salah satu faktor penting dalam menentukan pertumbuhan janin. Makanan ringan untuk hamil adalah pilihan alternatif makanan yang tepat dan praktis untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tersebut. Salah satu kegiatan yang paling menantang ketika mengembangkan produk adalah memahami bagaimana kebutuhan konsumen dapat terpenuhi oleh produk tersebut. Untuk dapat memuaskan pelanggan biasanya dilakukan dengan cara mengidentifikasi kebutuhan mereka dan menerjemahkan keinginan mereka ke dalam target desain dan dengan demikian perlu dilakukan penerpan penilaian secara terus-menerus untuk mencapai target yang telah ditetapkan.

Quality Function Deployment adalah metode perencanaan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan mengevaluasi kinerja produk. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan target desain produk makanan ringan untuk ibu hamil. Berdasarkan hasil penelitian ini atribut rasa, aroma dan warna menjadi atribut terpenting dari 25 atribut suara konsumen yang mempengaruhi pertimbangan konsumen untuk memilih produk cookies. Dalam penelitian ini matrik rumah kualitas digunakan untuk mengidentifikasi keinginan dan suara konsumen serta menganalisis parameter teknis yang akan menjadi tanggapan dari produsen untuk menjawab keinginan konsumen tersebut. Parameter teknis yang dihasilkan dari penelitian ini meliputi enam parameter teknis primer dan 23 parameter teknis sekunder.

Dari analisis perancangan produk cookies dengan menggunakan metode rumah kualitas dapat diketahui bahwa parameter formulasi bahan baku dan bahan fortifikasi memiliki bobot karakteristik teknis tertinggi yaitu sebesar 14,31% sedangkan parameter berat netto memiliki bobot karakteristik terendah yaitu sebesar 0,95%. Parameter-parameter teknis yang menjadi lima prioritas tertinggi adalah parameter formulasi dan komposisi bahan, pemilihan jenis bahan baku dan fortifikasi, kondisi penyimpanan, kualitas sealing, kondisi pengadukan, suhu pemanggangan dan lama pemanggangan. Dengan mengembangkan produk cookies berdasarkan lima prioritas tertinggi tersebut maka akan memenuhi 59,3% keinginan konsumen.

(5)

SUMMARY

AKBAR ANDAYANI. A Design of Snack Product for Pregnant Woman by Using Quality Function Deployment (QFD). Supervised by SUKARDI dan ANI SURYANI.

Adequacy of nutrition during pregnancy is one of the important factors in determining the development of the fetus. Snack for pregnant women is an alternative food choice that is appropriate and practical to meet the needs of those nutrients. One of the most challenging activities when developing product is to understand how customer needs are satisfied by the product. Customer satisfactions is usually pursued by identifying their needs and translating their demands into design targets and thereby assessing the implementation of improvements on a continuous basis in order to attain the set targets.

Quality function deployment is a planning method which used to fulfill customer needs and in-depth evaluation of a product. This research aimed to obtain design target of snack for pregnant woman. Based on the results of this research attributes of flavor, aroma and color becomes the most important attribute of 25 consumer voice attributes that affect the consideration of consumers to choose cookies products. In this research House of Quality matrix used to identify consumer needs and voice, as well as to analysis technical parameters which can be the response from producer to answer that needs. Technical parameters include the 6 primary technical parameters and 23 secondary technical parameters.

Based on cookies design analysis using House of Quality method, can be note that formulation of raw and fortification materials parameter has the highest technical characteristic weight for 14,31% whereas netto parameter has the lowest characteristic for 0,95%. Formulation of raw and fortification materials, selection of the type of raw and fortification material, storage conditions, quality of sealing, mixing conditions, baking temperature and baking duration are technical parameters which has the highest priority. By developing cookies based on those technical parameters will meet 59,3% of consumer needs.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

vii

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Teknologi Industri Pertanian

DESAIN PRODUK MAKANAN RINGAN UNTUK IBU HAMIL

DENGAN MENGGUNAKAN

QUALITY FUNCTION

DEPLOYMENT

(QFD)

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

(8)

viii

(9)

ix Judul Tesis : Desain Produk Makanan Ringan untuk Ibu Hamil dengan

Menggunakan Quality Function Deployment (QFD) Nama : Akbar Andayani

NIM : F351110051

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Sukardi, MM Ketua

Prof Dr Ir Ani Suryani, DEA Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

Teknologi Industri Pertanian

Prof Dr Ir Machfud, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(10)

x

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2013 sampai Desember 2014 ini adalah desain produk, dengan judul Desain Produk Makanan Ringan untuk Ibu Hamil dengan Menggunakan Quality Function Deployment (QFD).

Selama pelaksanaan penelitian dan tesis ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof Dr Ir Sukardi, MM dan Prof Dr Ir Ani Suryani, DEA selaku pembimbing yang telah bersedia memberikan arahan dan bimbingannya selama pelaksaan penelitian dan penyusunan tesis.

2. Dr Ir Faqih Udin MSc selaku penguji dan Dr Ir Titi Candra Sunarti MSi yang telah memberikan saran dalam penulisan dan penyusunan naskah tesis.

3. Para responden dan para pakar yang telah membantu dalam memberikan informasi dan penyusunan tesis.

4. Tenaga medis dan staf rumah sakit dan klinik bersalin, serta kecamatan-kecamatan di Kota Palembang yang telah mengizinkan dan membantu selama proses penelitian dilakukan serta semua pihak yang telah membantu selama pengumpulan data.

5. Dosen Program Studi Teknologi Industri Pertanian Institut Pertanian Bogor 6. Ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas doa dan kasih sayangnya.

7. Teman-teman mahasiswa Pascasarjana Program Studi Teknologi Industri Pertanian angkatan 2011 dan Information Technology for Natural Resources Management angkatan 2013 atas bantuan dan kebersamaan yang diberikan

Akhirnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu, tiada balasan yang dapat disampaikan melainkan doa yang tulus semoga Allah SWT membalas amal baik yang telah diberikan agar senantiasa selalu dalam lindungan-Nya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan menjadi acuan para pembaca untuk melakukan pengembangan penelitian selanjutnya. Semoga ilmu yang penulis peroleh dapat bermanfaat untuk kemaslahatan umat dan tesis ini dapat dikembangkan, diaplikasikan dan bermanfaat menuju bangsa dan negara yang mandiri. Amin.

(11)

xi

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xii

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

2 TINJAUAN PUSTAKA 3

Kebutuhan Gizi Ibu Hamil 3

Cookies 5

Desain Produk 6

Quality Function Deployment (QFD) 9

3 METODOLOGI 11

Kerangka Pemikiran 11

Sumber Data dan Informasi 11

Tempat dan Waktu Penelitian 13

Tata Laksana Penelitian 14

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 22

Identitas Spesifikasi Desain Produk 22

Tingkat Prioritas Kepentingan Atribut Persyaratan Konsumen 28

Rancangan Parameter Teknis 32

Matriks Hubungan Kepentingan Konsumen dan Parameter Teknis 33

Matriks Interaksi antar Parameter Teknis 37

Rancangan dan Interpretasi Rumah Kualitas (House of Quality) 38

5 SIMPULAN DAN SARAN 43

Simpulan 43

Saran 43

DAFTAR PUSTAKA 44

LAMPIRAN 47

(12)

xii

DAFTAR TABEL

1 Angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan per orang per hari

untuk wanita berumur 25 sampai 50 tahun 4

2 Perkiraan jumlah kebutuhan protein selama proses kehamilan 4 3 Syarat mutu cookies yang ditetapkan oleh SNI No. 01-2973-1992 5 4 Jumlah penduduk perempuan menurut kecamatan di Kota Palembang 16 5 Jumlah sampel menurut kecamatan di Kota Palembang 17

6 Pemilihan produk makanan ringan 22

7 Identifikasi atribut persyaratan konsumen 23

8 Pengelompokkan persyaratan konsumen 24

9 Rekapitulasi profil konsumen kuesioner spesifikasi desain produk 25 10 Rekapitulasi alternatif desain atribut persyaratan konsumen 26

11 Hasil uji validitas kuesioner 29

12 Hasil uji reliabilitas kuesioner 30

13 Urutan tingkat prioritas kepentingan persyaratan konsumen 31

14 Rancangan parameter teknis 33

DAFTAR GAMBAR

1 Requirement analysis design process 9

2 House of quality 10

3 Diagram alir penelitian 12

4 Wilayah Kota Palembang 15

5 Matriks hubungan parameter teknis dan kepentingan konsumen 34

6 Matriks interaksi antar paramater teknis 37

7 Rumah kualitas desain produk cookies untuk ibu hamil 39 8 Tingkat kepuasan konsumen terhadap suara konsumen 41 9 Tingkat upaya produsen terhadap parameter teknis 42

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuesioner penentuan atribut persyaratan konsumen 47

2 Kuesioner spesifikasi desain produk 48

2a Kuesioner penentuan spesifikasi desain produk 48 2b Kuesioner penilaian atribut kepentingan konsumen 49 2c Kuesioner penilaian atribut kepuasan konsumen dan daya tarik

penjualan 50

3 Kuesioner data responden 53

(13)

1

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kecukupan nutrisi selama kehamilan merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan pertumbuhan janin karena selama proses kehamilan wanita membutuhkan makanan yang mengandung zat-zat gizi untuk memenuhi kebutuhannya dan perkembangan janin dalam kandungannya. Tidak tercukupinya kebutuhan gizi ibu hamil pada masa krusial kehamilan dapat mengakibatkan perkembangan jaringan pada janin tidak berlangsung dengan baik dan kemungkinan bayi yang dilahirkan mengalami gangguan kesehatan kronis (Procter dan Campbell 2014). Ibu hamil juga sangat membutuhkan zat gizi protein, lemak, vitamin dan mineral, selain kebutuhan kabrohidrat, agar proses perkembangan janin dalam kandungan menjadi baik dan optimal.

Karbohidrat dan lemak merupakan sumber tenaga untuk tumbuh dan berkembangnya janin sedangkan protein diperlukan sebagai pembentuk jaringan baru bagi janin. Vitamin dibutuhkan untuk memperlancar proses biologis yang berlangsung dalam tubuh ibu dan janin. Salah satu vitamin yang dibutuhkan selama kehamilan adalah asam folat (vitamin B9). Mineral seperti kalsium digunakan untuk menunjang pembentukan tulang serta persendian janin, sedangkan zat besi diperlukan untuk mencegah terjadinya anemia atau kekurangan sel darah merah karena adaptasi adanya perubahan fisiologis selama kehamilan (Lestari 2010). Asam folat dan zat besi berasal dari produk nabati yang secara alamiah terdapat pada kacang-kacangan. Contoh bahan pangan sumber karbohidrat adalah umbi-umbian dan tepung-tepungan, sedangkan bahan pangan sumber lemak adalah minyak dan mentega. Sumber zat pembangun berasal dari protein seperti telur, ikan dan kacang-kacangan, sedangkan sumber zat pengatur (vitamin dan mineral) berasal dari sayur-sayuran, buah-buahan dan kacang-kacangan.

Ibu hamil membutuhkan asupan mineral yang tinggi dibandingkan saat tidak hamil (Path 2004). Contoh zat mineral yang sangat dibutuhkan oleh ibu hamil adalah zat besi dan kalsium. Zat besi (Fe) merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh, zat ini terutama diperlukan dalam hematopoiesis (pembentukan darah) yaitu dalam sintesa haemoglobin (Hb). Proses kehamilan juga memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah janin dan plasenta (Garg dan Kashyap 2006). Kurangnya asupan zat besi harian dapat menyebabkan anemia. Kalsium merupakan salah satu mineral makro yang penting untuk pembentukan tulang dan gigi yang normal. Kalsium juga berperan dalam proses pembekuan darah, kontraksi otot, metabolisme sel, dan mengirimkan isyarat saraf ke sel.

(14)

2

Pendapat dan penilaian konsumen sangat dibutuhkan untuk mengembangkan produk agar produk yang akan dihasilkan dapat diterima oleh konsumen (Shrivastava dan Verma 2014). Salah satu yang mendasari munculnya keinginan konsumen sebagai bagian proses peningkatan mutu adalah ide pendefinisian consumer-based quality (Gharakhani 2012). Mutu dipandang sebagai kemampuan memuaskan keinginan konsumen sehingga salah satu jalan untuk melihat tingkat mutu dari produk atau jasa yaitu harus menanyakan penilaian konsumen.

Feigenbaum menyatakan, “if you want to find out about your quality go out and ask your consumers” (Rao et al. 1996).

Metode yang dapat digunakan untuk mengetahui keinginan konsumen adalah quality function deployment (QFD). QFD atau yang juga dikenal dengan istilah house of quality (HoQ) merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui secara langsung apa yang harus dilakukan untuk memenuhi keinginan konsumen dan dapat membantu proses serta menerjemahkan keinginan konsumen ke dalam syarat-syarat teknis yang harus diprioritaskan (Breyfogle 1999). Didorong oleh hal tersebut maka penelitian ini mengusulkan mengenai proses perancangan (desain) produk cookies untuk ibu hamil dengan menggunakan metode quality function deployment (QFD). Terdapat beberapa permasalahan yang perlu diselesaikan dalam merancang produk makanan ringan untuk ibu hamil, yaitu mengidentifikasi spesifikasi desain produk, menyusun tingkat kepentingan atribut persyaratan konsumen, membuat rancangan parameter teknis, membuat matriks hubungan antara kepentingan konsumen dengan parameter teknis, membuat matriks interaksi antar parameter teknis, serta membuat dan menginterpretasikan house of quality (HoQ) yang telah dirancang.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan target desain untuk perancangan produk makanan ringan untuk ibu hamil.

Ruang Lingkup Penelitian

Lingkup penelitian ini meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Identifikasi kebutuhan dan keinginan ibu hamil dan menentukan spesifikasi desain produk makanan ringan

2. Penyusunan tingkat kepentingan atribut persyaratan konsumen 3. Pembuatan rancangan parameter teknis

4. Pembuatan matriks hubungan antara kepentingan konsumen dengan parameter teknis

5. Pembuatan matriks interaksi antar parameter teknis 6. Pembuatan dan interpretasi rancangan yang ditetapkan.

7. Penelitian dilakukan pada konsumen ibu hamil makanan ringan yang berada di Kotamadya Palembang agar sampel yang diambil lebih akurat dalam mewakili populasi dengan pembatasan area

(15)

3

2

TINJAUAN PUSTAKA

Kebutuhan Gizi Ibu Hamil

Asupan zat gizi merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi proses kehamilan. Nutrisi selama kehamilan menjadi salah satu faktor penting untuk menentukan pertumbuhan janin (Almatsier 2002). Kecukupan nutrisi bagi ibu hamil berpengaruh pada penambahan ukuran organ janin, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh sehingga kekurangan zat gizi tertentu yang diperlukan saat hamil dapat menyebabkan pertumbuhan janin yang tidak sempurna. Kurangnya informasi yang didapat pada saat kehamilan dan gaya hidup mengakibatkan kecukupan gizi pada proses kehamilan kurang menjadi perhatian bagi para ibu-ibu. Angka kecukupan gizi (AKG) rata-rata yang dianjurkan adalah suatu standar kebutuhan zat gizi harian bagi setiap orang untuk mencukupi derajat kesehatan optimal, menurut kelompok umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, serta jenis aktivitas yang dilakukan (Karyadi dan Muhilal 1995). Menurut Daba et al. (2013), informasi tentang gizi, pendapatan keluarga dan status pendidikan sang ibu memiliki hubungan signifikan yang positif dengan pengetahuan. Oleh karena itu, pemerintah bekerja sama dengan badan-badan yang bersangkutan perlu fokus dalam memberikan penyuluhan pendidikan gizi dan informasi tentang nutrisi untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil pada gizi sehingga dapat dipraktikkan selama proses kehamilan.

Contoh zat gizi yang penting untuk kebutuan ibu hamil adalah kebutuhan vitamin, protein dan mineral (Procter dan Campbell 2014). Selama proses kehamilan berlangsung, kebutuhan nutrisi harian (recommended daily dietary allowances) wanita meningkat hingga lebih dari dua kali lipat, seperti contohnya kebutuhan asam folat yang meningkat hingga 400 µg per hari, dimana pada keadaan normal hanya 180 µg per hari dan kebutuhan protein yang meningkat dari 44 g per hari menjadi 60 g per hari (Ramakrishnan et al. 2012). Untuk mengetahui perbedaan angka kecukupan gizi wanita hamil dan tidak hamil disajikan pada Tabel 1.

(16)

4

Tabel 1 Angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan per orang per hari untuk wanita berumur 25 sampai 50 tahun

Zat Gizi Tidak Hamil Hamil

Protein (g) 44 60

Vitamin A (µg) 800 800

Vitamin D (µg) 5 10

Vitamin E (µg) 8 10

Vitamin K (µg) 65 65

Tiamin (mg) 1,1 1,5

Riboflavin (mg) 1,3 1,6

Niasin (mg) 15 17

Vtamin B12 (µg) 2 2,2

Asam Folat (µg) 180 400

Piridoksin (µg) 1,6 2,2

Vitamin C (mg) 60 62

Kalsium (mg) 800 1200

Fosfor (mg) 800 1200

Besi (mg) 15 30

Seng (mg) 12 15

Iodium (mg) 150 175

Selenium (mg) 55 65

Magnesium (mg) 280 320

Sumber : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2004)

Protein bagi ibu hamil berfungsi untuk memelihara sel, menghasilkan hemoglobin, membentuk kekebalan tubuh, mengoptimalkan perkembangan otak janin, menyiapkan produksi air susu ibu (ASI), serta perkembangan uterus dan plasenta. Pada kehamilan cukup bulan, janin dan plasenta mempunyai berat ± 4050 g. Memerlukan protein ± 540 g dari pertambahan total protein yang dibutuhkan dan ± 385 g protein sisanya adalah untuk kebutuhan uterus, darah, cairan ektraseluler, dan cairan ketuban (Path 2004). Jumlah keseluruhan kebutuhan zat protein selama proses kehamilan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Perkiraan jumlah kebutuhan protein selama proses kehamilan

Komponen Berat (g) Kadar Protein (g)

Janin 3400 440

Plasenta 650 100

Cairan Ketuban 800 3

Uterus 970 166

Darah 1250 81

Cairan Ekstraselluler 1680 135

Jumlah 8750 925

(17)

5

Cookies

Cookies merupakan salah satu bahan pangan kering yang jika dipatahkan memiliki penampang potongan bertekstur berongga. Menurut Desroiser (1988), bahan pangan kering yang memiliki tekstur renyah dan mempunyai daya simpan yang lama karena memiliki kadar air yang rendah yaitu kurang dari 5% sehingga sangat disukai oleh konsumen. Menurut BSN (1992), cookies dibuat dari adonan lunak, berkadar lemak tinggi, relatif renyah bila dipatahkan dan penampang potongannya bertekstur padat. Cookies berbahan dasar terigu lunak dan termasuk dalam golongan short dough (Manley 1998). Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan cookies antara lain tepung, gula, lemak, emulsifier, air, garam dan pengembang adonan (Rosephin 2010). Syarat mutu cookies yang ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia No. 01-2973-1992 disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Syarat mutu cookies yang ditetapkan oleh SNI No. 01-2973-1992

Kriteria Pengujian Satuan Keadaan

Bau, rasa, warna, dan tekstur Kadar air Sumber : Departemen Perindustrian dan Perdagangan (1992)

Tepung lunak (soft wheat flour) adalah tepung terigu yang kandungan proteinnya sebesar 8-10% digunakan dalam produk biskuit, crackers, cookies, dan sebagainya. Tepung terigu yang biasa digunakan dalam pembuatan cookies adalah tepung lunak yang memiliki kandungan protein rendah karena kadar proteinnya lebih rendah dari jenis lain dan memberikan adonan gluten yang kurang resisten (Manley 1998). Lemak dan gula lebih banyak digunakan pada “tepung lunak” untuk memperoleh tekstur yang diinginkan yaitu tidak keras dan kasar seperti yang terjadi pada penggunaan “tepung keras”.

(18)

6

berfungsi untuk menjaga ukuran kristal lemak dalam adonan, menjaga kestabilan emulsi antara lemak dan air, meningkatkan konsistensi dari adonan, dan melumasi adonan rendah lemak (Manley 1998). Air berfungsi untuk mengontrol kepadatan adonan, pengaturan suhu adonan, melarutkan garam, menahan dan menyebarkan bahan-bahan dalam proses pencampuran secara merata, membantu daya kerja emulsifier (oil in water) dan mempertahankan rasa cookies (Winarno 1997). Garam berfungsi sebagai penguat rasa, memperkuat struktur cookies, secara tidak langsung membantu pembentukan warna, dan mencegah pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan dalam adonan (Matz dan Matz 1978).

Proses pengolahan cookies dilakukan melalui empat tahap yaitu pencampuran adonan, pencetakan, pemanggangan dan pendinginan sebelum dikemas. Menurut Whiteley (1971) ada dua metode dasar pencampuran adonan cookies, yaitu metode krim (creaming method) dan metode all-in. Pada metode krim semua bahan tidak dicampur secara langsung namun lemak dan gula dicampur terlebih dahulu sampai terbentuk krim yang homogen kemudian ditambah susu lalu ditambahkan garam yang sebelumnya telah dilarutkan dalam air, sedangkan pembuatan cookies dengan metode all-in yaitu semua bahan dicampur secara langsung bersama tepung. Percampuran ini dilakukan sampai adonan mengembang.

Adonan yang terbentuk kemudian mengalami aging. Aging diperlukan untuk memberi kesempatan kepada bahan pengembang untuk bekerja. Proses penipisan adonan terlebih dahulu dilakukan sebelum dilakukan proses pencetakan, tujuan proses penipisan adalah untuk memperoleh ketebalan adonan yang diinginkan. Pada waktu pemanggangan, struktur cookies akan terbentuk akibat gas yang dilepaskan oleh bahan pengembang dan uap air akibat kenaikan suhu. Ketebalan biasanya akan meningkat sampai 4-5 kali. Setelah dilakukan pemanggangan, harus cepat didinginkan untuk menurunkan suhu dan mengeraskan cookies. Waktu untuk mendinginkan biasanya 2-3 kali lebih lama daripada waktu dioven (Manley 1998).

Desain Produk

Desain atau perancangan produk merupakan langkah-langkah kegiatan yang dilakukan untuk menerjemahkan kebutuhan dan keinginan konsumen ke dalam suatu produk (Rao et al. 1996). Beberapa pustaka menjelaskan bahwa desain produk merupakan terjemahan dari industrial design (Akao dan Mazur 2003). Sebagian para ahli menerjemahkan industrial design dengan desain produk atau desain industri, namun penerjemahan tersebut dirasa kurang tepat, karena desain bukan dilakukan kepada industrinya melainkan produknya.

Keberhasilan suatu produk bergantung pada penerimaan konsumen, produk dapat dikatakan berhasil bila mendapatkan respon yang positif dan diikuti dengan keinginan dan tidakan untuk membeli produk tersebut (Gharakhani 2012). Langkah-langkah kegiatan dalam melakukan desain produk meliputi empat tahapan dasar, yaitu mengidentifikasi kebutuhan, menemukan ide, pemilihan ide dan proses produksi (Baxter dan Jack. 2008).

1. Identifikasi kebutuhan, yaitu proses yang dilakukan untuk mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap suatu produk.

(19)

7 konsumen. Metode yang biasa digunakan pada tahap ini yaitu brainstorming, studi pustaka dan pendapat para pakar.

3. Memilih ide, yaitu proses yang dilakukan untuk memilih satu dari beberapa ide-ide konsep desain yang telah dibangkitan dengan beberapa pertimbangan seperti teknologi dan faktor risiko.

4. Produksi, yaitu tahap akhir yang dilakukan untuk membuat prototype dari desain produk yang telah dirancang dan kemudian melakukan estimasi biaya produksi yang akan dikeluarkan.

Metodologi dasar yang diterapkan dalam proses desain produk terdiri dari tiga langkah utama yaitu identifikasi desain, integrasi desain dan evaluasi desain. Identifikasi Desain

Desain dapat dikategorikan sebagai desain yang baik apabila desain tersebut memenuhi sasaran kebutuhan pasar. Metode yang biasa dilakukan pada tahap identifikasi desain yaitu dengan mencari informasi dan melakukan survei mengenai kebutuhan konsumen. Mengidentifikasi kebutuhan konsumen merupakan fase yang paling awal dalam mengembangkan produk, karena pada tahap ini akan menentukan arah desain produk (Ketan dan Al-Sabbagh 2011). Tujuan metode identifikasi kebutuhan pelanggan adalah :

1. Meyakinkan bahwa produk telah difokuskan terhadap kebutuhan konsumen 2. Mengidentifikasikan kebutuhan konsumen yang tersembunyi dan tidak

terucapkan (latent needs) seperti halnya kebutuhan yang eksplisit 3. Menjadi basis untuk menyusun spesifikasi produk

4. Menjamin tidak adanya kebutuhan konsumen penting yang terlupakan

5. Menanamkan pemahaman bersama mengenai kebutuhan konsumen diantara anggota tim pengembang

Hasil survei dari kebutuhan konsumen dikenal dengan istilah brief atau dokumen yang berisi hal-hal mengenai kebutuhan konsumen. Dari hasil informasi tersebut kemudian dirumuskan suatu dokumen yang disebut dengan spesifikasi produk (product design spesification). Dokumen ini berisi mengenai rincian jenis dan faktor-faktor persyaratan produk yang akan dirancang berdasarkan suara konsumen (voice of consumer). Faktor-faktor persyaratan produk yang dikaji tersebut meliputi:

1. Jenis produk, mencakup penjelasan mengenai jenis produk apa yang akan dirancang serta alasan pemilihan jenis produk tersebut berdasarkan suara konsumen (voice of consumer)

2. Kinerja produk, mencakup rincian mengenai fungsi dan kegunaan produk yang dirancang bagi konsumen

3. Proses produksi, mencakup rincian kegiatan proses yang harus dilalui untuk menghasilkan produk

4. Bahan baku produk, mencakup rincian penggunaan bahan baku dan bahan tambah untuk proses produksi dan alasan pemilihan bahan tersebut

5. Ukuran dan bentuk produk, mencakup rincian ukuran dan bentuk dari produk yang akan dirancang.

(20)

8

7. Kompetitor produk, mencakup penjelasan mengenai kompetitor atau produk pesaing dari produk yang akan dirancang.

8. Standar dan peraturan yang membahas mengenai produk yang dirancang juga menjadi persyaratan penting dalam desain produk

9. Kemasan produk, mencakup perincian mengenai penjelasan mengenai kemasan yang akan digunakan pada produk seperti jenis kemasan, bentuk, warna dan lain-lain.

Integrasi Desain

Integrasi desain merupakan tahapan proses untuk menghasilkan konsep produk demi memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen (voice of consumer). Konsep produk adalah sebuah gambaran atau perkiraan mengenai teknologi, prinsip kerja, dan bentuk produk. Integrasi desain terdiri dari proses menyusun konsep dan memilih konsep (Gharakhani dan Eslami 2012). Sasaran penyusunan konsep adalah menggali lebih jauh area konsep-konsep produk yang mungkin sesuai dengan kebutuhan konsumen. Umumnya tim yang berperan dalam tahap ini adalah para pakar dan ahli sehingga dapat menghasilkan ide desain yang optimal dengan mempertimbangkan biaya produksi (cost) yang akan dikeluarkan.

Pemilihan ide atau konsep desain merupakan kegiatan dimana berbagai konsep dianalisis secara berturut-turut, kemudian dieliminasi untuk mengidentifikasi konsep yang paling menjanjikan (Ulrich dan Eppinger 2008). Pemilihan konsep terdiri atas dua tahap, yaitu penyaringan konsep yang bertujuan untuk mengurangi jumlah konsep secara cepat dan memperbaiki konsep serta penilaian konsep dimana tim akan memberikan bobot kepentingan relatif untuk setiap kriteria seleksi dan memfokuskan pada hasil perbandingan yang lebih baik dengan penekanan pada setiap kriteria.

Evaluasi Desain

Evaluasi atau analisis desain dilakukan dengan mengevaluasi kesesuaian konsep yang telah dirancang dengan spesifikasi produk yang telah ditetapkan secara berulang-ulang. Langkah awal yang dilakukan yaitu dengan menggambarkan desain atau pembuatan model yang telah dipilih sehingga tim perancang (designer) dapat mendeskripsikan konsep produk yang telah dihasilkan dan memulai tahap produksi (design process). Model yang digambarkan haruslah mencakup aspek dimensional produk, bahan yang digunakan, dan tahapan proses produksi. Pelaksanaan verifikasi produk disajikan pada Gambar 1.

(21)

9

Kebutuhan Konsumen

Input Desain

Integrasi Desain

Output Desain

Produk Verifikasi

Validasi

Gambar 1. Requirement analysis design process (Ulrich dan Eppinger 2008)

Quality Function Deployment (QFD)

Metode Quality Funtion Deployment (QFD) berasal dari Jepang, dicetuskan oleh Yoji Akao pada tahun 1966. Menurut Akao dan Mazur (2003), QFD adalah metode yang digunakan untuk merancang suatu proses produk atau jasa yang disesuaikan dengan keinginan konsumen (voice of consumer atau VoC). Menurut Gasperz (2001), QFD didefinisikan sebagai suatu proses atau mekanisme terstruktur untuk menentukan kebutuhan konsumen dan menerjemahkan kebutuhan-kebutuhan ke dalam kebutuhan teknis yang relevan, dimana masing-masing area fungsional dan level organisasi dapat mengerti dan bertindak. Metode QFD pada prinsipnya adalah usaha yang dilakukan untuk menerjemahkan apa yang menjadi keinginan konsumen menjadi apa yang dihasilkan oleh perusahaan. Proses QFD menggunakan beberapa tahapan, yaitu product planning, product design, process planning dan process control. Untuk mendapatkan prioritas pelayanan yang merupakan keinginan pelanggan dilakukan pada tahapan perencanaan produk (product planning) dengan menggunakan matriks yang disebut rumah kualitas atau house of quality (HoQ) yaitu gambar grafis dari hasil proses perencanaan. House of quality (HoQ) merupakan quality tables yang dimodifikasi dengan menambah atap yang berbentuk segitiga (Ictenbas dan Erylmaz 2011) Kekuatan yang utama dari matriks ini adalah kemampuannya untuk beradaptasi sesuai kebutuhan dari suatu permasalahan (Lowe et al. 2000). Bagian-bagian dari matriks HoQ disajikan pada Gambar 2.

(22)

10

adalah suatu pengukuran kepentingan relatif yang ditetapkan pada tiap pendapat konsumen. Pada bagian tengah matriks, menunjukkan hubungan dan kekuatan hubungan antara suara konsumen dengan karakteristik teknis, yang umum diindikasikan dengan menggunakan simbol. Setiap syarat teknis diperiksa untuk mengevaluasi produk yang dihasilkan dibandingkan dengan produk pesaing lainnya. Hasil evaluasi tersebut ditempatkan dalam matriks bagian F (Indwiarti 2004).

Gambar 2. House of quality (Pande et al. 2000) Keterangan :

1. Bagian A, merupakan atribut keinginan konsumen (consumer requirements), yaitu apa (what) yang diinginkan konsumen terhadap produk.

2. Bagian B, merupakan matriks perencanaan yang terdiri dari kolom-kolom tingkat kepentingan konsumen, tingkat kepuasan konsumen, rasio kinerja perencanaan (planned performance ratio), rasio peningkatan (improvement ratio), nilai jual (sales point), dan nilai bobot keseluruhan (overall weight). 3. Bagian C, merupakan target setiap karakteristik teknis untuk merespon

keinginan konsumen. Penentuan target dilakukan perusahaan berdasarkan spesifikasi yang direkomendasikan untuk produk. Menentukan spesifikasi produk didasarkan pada refleksi keinginan konsumen, persaingan, dan kebutuhan pasar.

4. Bagian D, merupakan matriks korelasi (interelationship matrix), digunakan untuk mencatat kekuatan hubungan antara keinginan konsumen dan karakteristik teknis perusahaan.

5. Bagian E, merupakan matriks korelasi teknis (technical correlation matrix), yaitu matriks hubungan antara karakteristik-karakteristik teknis dan ditempatkan pada bagian paling atas matriks HoQ.

6. Bagian F, merupakan matriks teknis yang meliputi prioritas karakteristik teknis, perbandingan teknis persaingan (technical competitive assesment) dan target karakteristik teknis (technical targets) yang merupakan target setiap karakterisitik teknis untuk merespon keinginan konsumen.

Bagian E

Bagian C

Bagian A Bagian D Bagian B

(23)

11

3

METODOLOGI

Kerangka Pemikiran

Penelitian mengenai komoditas hasil pertanian selama ini lebih ditekankan pada pengembangan produk. Pengembangan produk yang dimaksud yaitu pemanfaatan suatu komoditas pertanian menjadi produk olahan baik produk jadi maupun setengah jadi sehingga produk yang dikomersialkan adalah produk yang telah dikembangkan oleh peneliti maupun produsen walaupun pada akhirnya penelitian yang dilakukan tidak sesuai dengan keinginan konsumen dan tidak dapat dikomersialkan. Langkah yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut adalah dengan melakukan proses perancangan produk yang didasarkan atas kebutuhan dan keinginan konsumen atau yang dikenal dengan istilah desain produk. Diagram alir rencana penelitian ini disajikan pada Gambar 3.

Salah satu contoh penelitian pengembangan produk makanan ringan untuk ibu hamil yang telah dilakukan yaitu penelitian mengenai pembuatan cookies, seperti penelitian mengenai pemanfaatan berbagai jenis tepung sebagai bahan substitusi tepung terigu dalam pembuatan cookies dan penelitian mengenai pembuatan cookies yang difortifikasi sebagai makanan tambahan bagi ibu hamil. Namun, belum pernah dilakukan penelitian mengenai desain produk cookies untuk ibu hamil yang dimaksudkan untuk dapat mengetahui spesifikasi desain produk cookies berdasarkan suara atau pendapat konsumen terhadap produk cookies yang akan diproduksi.

Desain produk dalam kegiatan produksi adalah salah satu tindakan yang dilakukan sebagai salah satu bagian proses peningkatan mutu produk, sehingga produk yang dihasilkan diterima oleh konsumen pada saat produk akan dikomersialkan. Secara sederhana, desain produk merupakan tindakan atau kegiatan mengidentifikasi dan menerjemahkan keinginan dan kebutuhan konsumen ke dalam produk komersial. Desain produk menjadi rangkaian kegiatan awal sebelum dilakukannya proses pengembangan produk (Annappa dan Panditrao 2013). Aliran proses kegiatan perancangan produk secara umum dilakukan melalui tahapan identifikasi spesifikasi desain produk, penilaian tingkat kepentingan atribut persyaratan konsumen, pembuatan rancangan parameter teknis, pembuatan matriks hubungan antara kepentingan konsumen dengan parameter teknis, pembuatan matriks interaksi antar parameter teknis, pembuatan dan interpretasi house of quality. Validasi dilakukan dengan melakukan face validity. Face validity dilakukan dengan mengembalikan hasil kepada perancang sebagai pengguna hasil penelitian.

Sumber Data dan Informasi

(24)

12

tingkat kepuasan konsumen dan data penilaian daya tarik penjualan produk. Data sekunder berupa hasil studi pustaka dari penelitian yang berkaitan dengan topik penelitian ini yang diperoleh dari jurnal, buku, website, dan hasil-hasil penelitian yang berhubungan dengan peneltian ini seperti informasi mengenai metode quality function deployment, informasi kebutuhan gizi wanita selama proses kehamilan, informasi proses pengolahan makanan ringan untuk ibu hamil, dan data jumlah penduduk perempuan menurut kecamatan di Kota Palembang pada tahun 2013.

Gambar 3. Diagram alir penelitian

(25)

13 Metode pengumpulan data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi

Observasi atau survei lapang adalah salah satu instrumen pengumpulan data dengan cara mengamati dan mencatat secara teliti dan sistematis mengenai gejala-gejala (fenomena) yang sedang diteliti. Obyek yang diamati adalah kebutuhan dan keinginan ibu hamil serta jenis-jenis makanan ringan untuk ibu hamil yang berada di pasaran. Data yang dihasilkan dari metode ini berupa informasi keinginan konsumen.

2. Wawancara

Wawancara (indepth interview) dilakukan kepada dokter spesialis kandungan dan ahli gizi untuk memperoleh informasi mengenai kondisi dan kebutuhan gizi untuk ibu hamil dalam menentukan spesifikasi desain produk makanan ringan sehingga data yang dihasilkan dari metode ini yaitu data spesifikasi desain produk.

3. Penyebaran kuesioner

Penyebaran kuesioner dilakukan untuk dapat mengetahui keinginan dan penilaian konsumen terhadap suatu produk atau yang lebih dikenal dengan istilah suara konsumen (voice of consumer). Penyebaran kuesioner dalam penelitian ini akan dilakukan sebanyak dua kali, yaitu penyebaran kuesioner penentuan atribut persyaratan konsumen dan kuesioner spesifikasi desain produk. Kuesioner penentuan keinginan konsumen ditujukan untuk mendapatkan informasi keinginan konsumen sebagai tahapan proses penentuan atribut persyaratan konsumen sedangkan pada kuesioner spesifikasi desain produk ditujukan untuk mendapatkan informasi mengenai alternatif desain produk, penilaian atribut kepentingan konsumen, penilaian kepuasan konsumen dan penilaian daya tarik penjualan produk. Responden yang dilibatkan dalam penelitian adalah ibu hamil selaku target pasar atau konsumen akhir dari produk makanan ringan.

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dengan jenis judgement sampling dan convenience sampling. Metode pemilihan sampelnya dengan metode purposive sampling dengan jenis judgement sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Judgement sampling merupakan metode memilih sampel berdasarkan penilaian terhadap beberapa karakteristik anggota sampel yang disesuaikan dengan maksud penelitian (Marshall 1996). Metoda convenience sampling ini dipilih dengan pertimbangan kemudahan memperoleh responden.

Tempat dan Waktu Penelitian

(26)

14

Tata Laksana Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu tahap identifikasi spesifikasi desain produk, penilaian tingkat kepentingan atribut persyaratan konsumen, pembuatan rancangan parameter teknis, pembuatan matriks hubungan antara kepentingan konsumen dengan parameter teknis, pembuatan matriks interaksi antar parameter teknis, serta pembuatan dan interpretasi house of quality. Identifikasi Spesifikasi Desain Produk

Tahap identifikasi spesifikasi desain produk terbagi menjadi dua tahapan yaitu penentuan atribut persyaratan konsumen dan penentuan spesifikasi desain produk yang dilakukan dengan metode observasi, penyebaran kuesioner dan wawancara dengan pakar. Penyebaran kuesioner terdiri dari penyebaran kuesioner penentuan atribut persyaratan konsumen dan kuesioner spesifikasi desain produk. Penentuan Atribut Persyaratan Konsumen

Atribut persyaratan konsumen pada penelitian ini ditentukan berdasarkan informasi yang didapat melalui metode penyebaran kuesioner penentuan atribut persyaratan konsumen kepada responden ibu hamil. Penyebaran kuesioner dilakukan di sebuah swalayan di Kota Palembang kepada 40 orang ibu hamil, tujuan penyebaran kuesioner ini adalah untuk mengetahui jenis makanan ringan yang banyak dipilih dan dikonsumsi oleh ibu hamil dan untuk mengumpulkan suara konsumen guna mengetahui atribut mutu produk dan kemasan yang akan digunakan sebagai parameter produk dalam perancangannya (Lampiran 1). Pengambilan sampel pada kuesioner ini dilakukan secara langsung kepada ibu hamil yang akan membeli produk makanan ringan di sebuah swalayan dengan tujuan untuk mempermudah mendapatkan sampel.

Penentuan Spesifikasi Desain Produk

Spesifikasi desain produk ditentukan berdasarkan informasi yang didapat melalui metode penyebaran kuesioner spesifikasi desain produk. Kuesioner disebarkan kepada ibu hamil di 16 kecamatan di Kota Palembang, kuesioner spesifikasi desain produk dibagi menjadi tiga kategori yaitu penentuan spesifikasi desain produk (Lampiran 2a), penilaian atribut kepentingan konsumen (Lampiran 2b) dan penilaian atribut kepuasan konsumen dan daya tarik penjualan (Lampiran 2c). Tujuan penyebaran kuesioner spesifikasi desain produk yaitu untuk menentukan spesifikasi desain produk yang akan dirancang dan mendapatkan informasi penilaian tingkat kepentingan, tingkat kepuasan konsumen terhadap produk makanan ringan terpilih dan tingkat penjualan untuk masing-masing atribut persyaratan konsumen. Pembagian wilayah masing-masing kecamatan di Kota Palembang yang menjadi tempat pengambilan sampel disajikan pada Gambar 4.

(27)

15 desain produk dilakukan dengan menggunakan teknik pengambilan sampel nonprobabilitas, dengan cara ini semua elemen populasi belum tentu memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel karena dalam pelaksanaannya terdapat beberapa pertimbangan ataupun syarat-syarat dalam memilih responden. Metode pengambilan sampel nonprobabilitas yang digunakan adalah convenience sampling karena peneliti memiliki kebebasan untuk memilih siapa saja respoden yang ditemui sehingga mudah dan cepat dilakukan.

Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan metode proporsi karena populasi keseluruhan tidak diketahui tidak dapat ditentukan dengan pasti jumlahnya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan (2014), jumlah total penduduk berjenis kelamin perempuan berdasarkan kecamatan di Kota Palembang untuk Tahun 2013 disajikan pada Tabel 4. Informasi ini digunakan sebagai acuan untuk menentukan jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini.

Penentuan jumlah sampel dilakukan melalui perhitungan berikut :

� = �⍺⁄ � − �

Keterangan :

n = jumlah sampel

E = error (tingkat kesalahan)

Z⍺/2 = nilai kritik pada taraf signifikan ⍺/2

⍺ = taraf signifikansi

Untuk menentukan besarnya sampel dengan menggunakan rumus di atas, harus diketahui besarnya proporsi terlebih dahulu. Oleh karena nilai proporsi belum diketahui maka dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

F (p) = p (1 – p) F (p) = p – p2

= 1 – 2p

(28)

16

maksimal jika = 0, maka 0 = 1 -2p

p = 0,5

Apabila proporsi di dalam populasi yang tersedia tidak diketahui, maka nilai variansi p dan q dapat diganti dengan nilai maksimum yaitu 0.5 x 0.5 = 0.25 (Walpole 1992). Sehingga dengan tingkat kepercayaan 95% dan kesalahan tidak lebih dari 10%, maka jumlah sampel minimal yang diambil :

n = ⍺⁄ p −p

E =

, ,

, = 96,04

Tabel 4. Jumlah penduduk perempuan menurut kecamatan di Kota Palembang pada tahun 2013

No Kecamatan Jumlah Penduduk

1 Ilir Barat I 72.755

2 Ilir Barat II 36.761

3 Seberang Ulu I 92.183

4 Seberang Ulu II 51.202

5 Ilir Timur I 40.267

6 Ilir Timur II 96.087

7 Sukarami 76.966

8 Sako 46.931

9 Kemuning 46.319

10 Kalidoni 59.409

11 Bukit Kecil 25.243

12 Gandus 32.876

13 Kertapati 48.666

14 Plaju 47.394

15 Alang-Alang Lebar 47.091

16 Sematang Borang 19.304

Total 839.454

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan (2014)

Jadi jumlah sampel yang harus diambil minimal sebanyak 96 responden. Kuesioner utama diberikan kepada 99 orang responden sehingga mencukupi syarat minimal jumlah sampel yaitu sebanyak 96 responden. Jumlah sampel kemudian dibagi berdasarkan persentase perbandingan jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan sebagai konsumen akhir produk makanan ringan untuk ibu hamil di Kota Palembang. Hasil perhitungan pembagian jumlah sampel di setiap kecamatan berdasarkan jumlah penduduk per kecamatan disajikan pada Tabel 5.

(29)

17 kepentingan konsumen serta atribut kepuasan konsumen dan daya tarik penjualan dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Tabel 5. Jumlah sampel menurut kecamatan di Kota Palembang

No Kecamatan Jumlah Sampel

1 Ilir Barat I 9

2 Ilir Barat II 4

3 Seberang Ulu I 11

4 Seberang Ulu II 6

5 Ilir Timur I 5

6 Ilir Timur II 11

7 Sukarami 9

8 Sako 5

9 Kemuning 6

10 Kalidoni 7

11 Bukit Kecil 3

12 Gandus 4

13 Kertapati 6

14 Plaju 6

15 Alang-Alang Lebar 5

16 Sematang Borang 2

Total 99

Penilaian Atribut Tingkat Kepentingan Konsumen

Informasi mengenai nilai tingkat kepentingan atribut kebutuhan konsumen didapatkan dari hasil kuesioner penilaian kepentingan konsumen (Lampiran 2b), yang dilakukan dengan menggunakan skala Likert 5 tingkat, yaitu :

1 : sangat tidak penting 2 : tidak penting 3 : biasa

4 : penting 5 : sangat penting

Rumus yang digunakan adalah : TKK = ∑

Keterangan :

TKK = Tingkat Kepentingan Konsumen

∑ X = Total skor kepentingan N = Jumlah responden

Penilaian Atribut Tingkat Kepuasan Konsumen

Tingkat kepuasan konsumen merupakan persepsi konsumen tentang bagaimana produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan konsumen yang diperoleh dari hasil kuesioner penilaian atribut kepuasan konsumen (Lampiran 2c). Persepsi ini dituangkan dalam bentuk performance level sebagai berikut :

(30)

18 3 : biasa 4 : puas 5 : sangat puas

Rumus yang digunakan adalah : TKP = ∑

Keterangan :

TKP = Tingkat Kepuasan Produk

∑ X = Total skor kepentingan N = Jumlah responden

Penilaian Tingkat Daya Tarik Penjualan

Daya tarik penjualan atau sales point (SP) adalah informasi tentang daya jual produk berdasarkan seberapa pentingnya item dalam keinginan konsumen mempengaruhi konsumen untuk membeli suatu produk (Cerit 2014). Informasi tingkat daya tarik penjualan diperoleh dari hasil kuesioner penilaian tingkat daya tarik penjualan (Lampiran 2c), yang terdiri dari 3 poin :

1,0 : Tidak berpengaruh dalam penjualan produk 1,2 : Cukup berpengaruh dalam penjualan produk 1,5 : Sangat berpengaruh dalam penjualan produk

Penentuan Tingkat Prioritas Kepentingan Atribut Persyaratan Konsumen Tahap penentuan tingkat prioritas kepentingan atribut persyaratan konsumen terbagi menjadi tahap uji validitas dan reliabilitas kuesioner dan penentuan tingkat prioritas kepentingan konsumen. Sebelum hasil kuesioner spesifikasi desain produk digunakan sebagai atribut persyaratan konsumen dalam metode quality function deployment (QFD) perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu. Uji validitas menunjukkan sejauh mana tingkat kevalidan kuesioner yang digunakan dalam pengumpulan data. Kuesioner dikatakan valid jika dapat mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari yang diteliti, sedangkan uji reliabilitas adalah suatu angka indeks yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur dalam mengukur gejala atau aspek yang sama.

Pengujian Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Uji validitas kuesioner menggunakan uji validitas konstruk atau kerangka dari suatu konsep. Menurut Drost (2011), uji validitas konstruk dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Mendefinisikan konsep yang akan diukur

2. Melakukan uji coba pengukur pada sejumlah responden 3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban

4. Menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total menggunakan rumus teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh Karl Pearson,

rxy = � ∑ − ∑ ∑

(31)

19 Keterangan :

rxy = korelasi product moment antara X dan Y

N = banyaknya responden X = skor butir pertanyaan

∑X = jumlah X (skor butir pertanyaan)

∑X2 = jumlah skor butir kuadrat

Y = skor total pertanyaan

∑Y = jumlah Y (skor total pertanyaan)

∑Y2 = jumlah skor total kuadrat

∑XY = jumlah perkalian X dan Y

5. Hasil perhitungan kemudian dibandingkan dengan angka kritik pada tabel korelasi nilai r. Jika rxy > rtabel maka data tersebut valid dan jika rxy < rtabel maka

data tersebut tidak valid.

Reliabilitas adalah suatu angka indeks yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur dalam mengukur gejala atau aspek yang sama. Reliabilitas merupakan ketepatan atau consistency dari suatu instrumen atau alat ukur yang digunakan, sehingga bila instrumen tersebut digunakan secara berulang-ulang kapan pun oleh siapa saja dengan menggunakan obyek yang sama maka akan menghasilkan hasil yang relatif sama. Teknik yang digunakan pada uji reliabilitas ini adalah metode Cronbach’s Alpha (α). Rumus Cronbach’s Alpha (α) dapat digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 0-1, tetapi merupakan rentangan antar beberapa nilai, misalnya 0-10 atau 0-100 atau bentuk skala 1-3, 1-5 atau 1-7 dan seterusnya (Anastasiadou 2011). Rumus ini ditulis sebagai berikut :

r11 = [ �

�− ] [ − ∑ �

]

Keterangan :

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan

∑� = jumlah varians butir

� = varians total

∑X2 = jumlah skor butir kuadrat

Rumus varians yang digunakan :

� = ∑ −

∑ � �

Keterangan :

n = jumlah sampel

X = nilai skor butir pertanyaan yang dipilih

Hasil perhitungan kemudian dibandingkan dengan angka kritik pada Tabel-r. Jika r11 > rtabel maka data tersebut reliabel dan jika r11 < rtabel maka data tersebut tidak

(32)

20

Penentuan Tingkat Prioritas Kepentingan Konsumen

Penentuan tingkat prioritas atribut kepentingan konsumen merupakan tahapan metode yang dilakukan untuk dapat mengetahui pertimbangan konsumen dalam membeli atau mengkonsumsi produk yang diinginkan. Penilaian konsumen terhadap tingkat kepentingan atribut konsumen dilakukan dengan menggunakan skala Likert mulai dari angka 1 sampai 5. Setiap angka dalam skala Likert tersebut memiliki nilai, dimana angka 1 menunjukkan nilai “sangat tidak penting”, angka 2 menunjukkan nilai “tidak penting”, angka 3 menunjukkan “biasa saja”, angka 4

menunjukkan nilai “penting”, dan angka 5 menunjukkan nilai “sangat penting”.

Rata-rata hasil penilaian tingkat kepentingan atribut persyaratan konsumen kemudian diurutkan dari nilai tertinggi hingga terendah untuk mengetahui prioritas kepentingan kebutuhan konsumen. Rumus yang digunakan adalah :

TKK = ∑ � Keterangan :

TKK = Tingkat Kepentingan Konsumen

∑ X = Total skor kepentingan N = Jumlah responden

Pembuatan Rancangan Parameter Teknis

Atribut teknis atau yang dikenal dengan istilah voice of company merupakan respon atau tindakan teknis yang diberikan oleh perusahaan untuk memenuhi keinginan dari konsumen (voice of consumer) (Daws et al. 2009). Rancangan atribut teknis ini disusun berdasarkan hasil wawancara langsung dan diskusi dengan para pakar (Lee dan Pai 2012).

Pembuatan Matriks Hubungan antara Kepentingan Konsumen dengan Parameter Teknis

Pembuatan matriks hubungan antara kepentingan konsumen dengan parameter teknis bertujuan untuk mengetahui seberapa kuat pengaruh parameter teknis internal perusahaan terhadap atribut kepentingan konsumen (Akao 2012). Penentuan skor hubungan ini didapatkan dari diskusi dengan pakar dimana jika tidak ada hubungan diberi skor 0 (tidak ada simbol), hubungan lemah diberi skor 1

(simbol ∆), hubungan sedang diberi skor 3 (simbol ○) dan hubungan kuat diberi

skor 9 (simbol ●).

Pembuatan Matriks Interaksi antar Parameter Teknis

(33)

21

diberi skor 1 (simbol ∆), hubungan sedang diberi skor 3 (simbol ○) dan hubungan

kuat diberi skor 9 (simbol ●).

Pembuatan dan Interpretasi Rumah Kualitas (House of Quality)

Tahap interpretasi data dan analisis dilakukan dengan menganalisis tingkat kepentingan atribut produk makanan ringan ibu hamil, penetapan atribut respon teknis dan matriks hubungan antara atribut suara konsumen dengan respon teknis. Data hasil kuesioner yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan house of quality (HoQ) dari metode quality function deployment (QFD). Tahapan-tahapan yang dilakukan yaitu :

1. Mengidentifikasi dan mengelompokkan voice of consumer (VoC) 2. Menyusun tingkat kepentingan atribut kebutuhan konsumen 3. Menyusun tingkat kepuasan konsumen

4. Menyusun daya tarik penjualan atau sales point (SP) 5. Menghitung nilai rasio peningkatan (improvement ratio)

Rasio perbaikan atau improvement ratio adalah nilai hasil perbandingan antara target produk untuk masa yang akan datang dengan kondisi saat ini, atau dalam hal ini yaitu kepuasan konsumen. Manfaat dari rasio perbaikan ini adalah memberikan informasi mengenai kesulitan dalam memberikan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen.

Rasio perbaikan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: IR = � �� � �

� � � �

6. Menghitung nilai bobot keseluruhan untuk persyaratan konsumen (consumer absolute weight) atau CAW dengan rumus:

CAW = IW x IR x SP Keterangan :

CAW = Total nilai bobot

TKK = Tingkat Kepentingan Konsumen IR = Rasio peningkatan

SP = Nilai jual

7. Menetapkan parameter-parameter teknis (technical parameter)

8. Menentukan hubungan antara keinginan konsumen dengan parameter-parameter teknis atau matriks korelasi

9. Membuat matriks korelasi teknis yang menunjukkan hubungan antar atribut-atribut teknis

10. Menghitung nilai bobot keseluruhan tingkat kepentingan teknis (technical absolute weight) merupakan hasil dari penjumlahan dari perkalian bobot kepentingan dengan nilai hubungan antara kepentingan konsumen dan parameter teknis.

(34)

22

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identitas Spesifikasi Desain Produk Atribut Persyaratan Konsumen

Tahap identifikasi desain produk dilakukan untuk mengetahui keinginan konsumen terhadap produk makanan ringan untuk ibu hamil dengan metode wawancara langsung dan penyebaran kuesioner (Lampiran 1). Produk makanan ringan yang akan dirancang dengan menggunakan metode quality function deployment (QFD) untuk ibu hamil ditentukan dengan pengamatan langsung di masyarakat, yaitu memilih jenis makanan ringan yang paling banyak dipilih oleh ibu hamil di pasaran. Berdasarkan pengamatan langsung yang dilakukan di toko-toko swalayan terhadap ibu hamil, diketahui bahwa jenis produk makanan ringan yang sering dipilih adalah biskuit, cookies dan wafer. Oleh karena itu pembuatan kuesioner untuk survei identifikasi atribut persyaratan konsumen dilakukan untuk mengetahui jenis makanan ringan yang paling banyak dipilih di antara ketiga jenis produk makanan ringan tersebut (Lampiran 1). Hasil pemilihan produk makanan ringan yang akan dirancang disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 menunjukkan jenis makanan ringan yang paling banyak dipilih adalah cookies seperti cookies merek “Good Time Choco Chip” dan “Oatbits 8”. Alasan dalam pemilihan produk cookies tersebut menurut konsumen yaitu karena praktis untuk dibawa-bawa dan disimpan, rasanya enak, mudah dikonsumsi dan dapat membuat kenyang serta banyak tersedia di pasaran. Pertimbangan pemilihan produk cookies ini juga dikarenakan produk ini sangat digemari dan produk ini memiliki umur simpan yang lama karena memiliki kadar air yang rendah (kurang dari 5%). Menurut Desroiser (1988), bahan pangan kering mempunyai daya simpan yang cukup lama sehingga dapat diterima oleh konsumen.

Penyebaran kuesioner atribut persyaratan konsumen juga bertujuan untuk mendapatkan informasi berupa kata atau kalimat dari para responden yang kemudian akan diterjemahkan menjadi atribut suara konsumen (voice of consumer), selain itu juga didapatkan informasi dan saran mengenai atribut produk dari wawancara yang dilakukan kepada para pakar kehamilan yaitu dokter spesialis kandungan dan ahli gizi di Kota Palembang. Motivasi konsumen saat membeli suatu produk tidak hanya dipengaruhi oleh aspek fungsional tetapi juga oleh aspek emosional yang ditimbulkan oleh penampilan fisik (Wilson et al. 2014). Hasil penerjemahan atribut persyaratan konsumen tersebut disajikan pada Tabel 7.

Tabel 6. Pemilihan produk makanan ringan

Alternatif Produk Jumlah (orang) Persentase (%)

Biskuit 11 27,5

Cookies 22 55

(35)

23

Atribut persyaratan konsumen yang telah diperoleh selanjutnya dikelompokkan secara manual. Pengelompokkan dilakukan dengan memisahkan persyaratan konsumen menjadi persyaratan konsumen primer dan sekunder (Schifferstein dan Zwartkuis-Pelgrim 2008). Persyaratan konsumen primer dikategorikan berdasarkan pada karakteristik dan sifat produk cookies yang umum ada di pasaran sedangkan persyaratan konsumen sekunder merupakan persyaratan konsumen yang menjelaskan keinginan konsumen terhadap suatu produk tertentu dengan lebih rinci dan spesifik (Johan et al. 2012). Tabel 7 di atas menunjukkan persyaratan konsumen primer dapat dibagi menjadi enam kategori persyaratan konsumen utama yaitu organoleptik, kandungan gizi, kemasan, tampilan produk, kemasan dan harga. Pengelompokkan persyaratan kosumen secara lebih jelas disajikan pada Tabel 8.

Spesifikasi Desain Produk

Penentuan spesifikasi desain produk dilakukan dengan menyebarkan kuesioner spesifikasi desain produk (Lampiran 2) dan wawancara langsung kepada setiap responden. Penyebaran kuesioner ini dilakukan di beberapa rumah sakit, klinik kandungan, dan dari rumah ke rumah pada setiap kecamatan di Kota Palembang. Responden yang digunakan adalah wanita yang sedang hamil di antara usia 20 hingga 35 tahun di wilayah Kota Palembang.

Tabel 7. Identifikasi atribut persyaratan konsumen

Persyaratan Konsumen Penting Persentase (%)

Ya (Orang) Tidak (Orang)

Tanggal kadaluarsa 40 - 100

Rasa enak 40 - 100

Aftertaste 34 6 85

Aroma tidak tengik 39 1 97,5

Warna tidak pucat 38 2 95

Mouthfeel 36 4 90

Kecukupan kalori 40 - 100

Mudah ditelan 39 1 97,5

Bentuk tidak terlalu besar 34 6 85

Volume per kemasan 31 9 77,5

Fortifikasi asam folat 39 1 97,5

Fortifikasi vitamin A 38 2 95

Tekstur tidak keras 40 - 100

Bebas pengawet sintetis 40 - 100

Higienis 40 - 100

Mudah disimpan 35 5 87,5

Informasi produk 33 7 82,5

Kemasan menarik 37 3 92,5

Tanggal produksi 36 4 90

Kemasan mudah dibuka 34 6 85

(36)

24

Responden yang digunakan terlebih dahulu diseleksi dengan menggunakan kuesioner seleksi responden (Lampiran 3). Seleksi dilakukan berdasarkan kecamatan tempat tinggal, usia responden, usia kehamilan responden, pendidikan terakhir, frekuensi konsumsi dan membeli cookies. Responden yang terpilih adalah responden yang pernah mengkonsumsi produk cookies minimal satu kali dalam satu minggu (7 hari) dan mereka mengkonsumsi cookies tersebut dalam tujuh hari terakhir terhitung dari waktu survei dilakukan. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya bias dalam menjawab pertanyaan kuesioner antara konsumen yang ekstrem dengan konsumen yang sama sekali belum pernah mengetahui atau mengkonsumsi produk cookies, selain itu diharapkan saat mengisi kuesioner responden masih ingat cookies yang pernah dimakan karena masih dalam jangka waktu tujuh hari. Rekapitulasi profil responden pada kuesioner spesifikasi desain produk disajikan pada Tabel 9.

Tabel 8. Pengelompokkan persyaratan konsumen Persyaratan Konsumen

Primer Sekunder

Organoleptik

Rasa enak

Aroma tidak tengik Warna tidak pucat Aftertaste

Mouthfeel Kandungan

Gizi

Kalori terpenuhi Fortifikasi zat besi Fortifikasi asam folat Fortifikasi vitamin A Keamanan

Bebas pengawet Bebas pewarna Higienis

Tampilan produk

Mudah ditelan

Ukuran tidak terlalu besar Tekstur tidak keras

Kemasan

(37)

25 Tabel 9. Rekapitulasi profil konsumen kuesioner spesifikasi desain produk

(38)

26

Penentuan usia responden pada 20 tahun sampai dengan 35 tahun dikarenakan kisaran usia tersebut tersebut merupakan target konsumen dari produk cookies yang diproduksi dan juga dikarenakan pada usia tersebut merupakan usia yang optimal untuk hamil bagi wanita (Saputra 2009). Usia kehamilan responden ditujukan untuk mengelompokkan usia janin yang dikandung oleh ibu tersebut karena adanya perbedaan kebutuhan gizi pada setiap semester usia kehamilan (Ramakrishnan et al. 2012). Penyebaran kuesioner spesifikasi desain produk bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai desain dasar produk cookies yang akan dihasilkan (Lampiran 2). Responden diminta untuk memberikan jawaban alternatif desain untuk menjadi pertimbangan dalam menentukan desain produk pada masing-masing atribut suara konsumen. Rekapitulasi alternatif desain untuk masing-masing-masing-masing atribut persyaratan konsumen disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Rekapitulasi alternatif desain atribut persyaratan konsumen No Atribut Mutu Alternatif Desain Jumlah (orang)

Persen (%)

1 Tambahan zat gizi a Protein 3 3

b Zat besi 12 12,1

c Asam folat 33 33,3

d Vitamin A 28 28,3

e Kalori 23 23,2

2 Bentuk cookies a Persegi 24 24,2

b Persegi panjang 7 7,1

c Bulat 68 68,7

3 Ukuran diameter a Besar (> 5 cm) 17 17,2

cookies b Sedang (3 cm - 5 cm) 59 59,6

c Kecil (< 3 cm) 23 23,2

4 Tekstur cookies a Keras 3 3

b Sedang 38 38,4

c Lembut 58 58,6

5 Warna cookies a Kuning 36 36,4

b Putih 1 1

c Cokelat 52 52,5

d Hijau 7 7,1

e Kehitaman 3 3

6 Rasa cookies a Cokelat 56 56,6

b Keju 23 23,2

c Vanila 15 15,2

d Kelapa 3 3

(39)

27 Tabel 10. Rekapitulasi alternatif desain atribut persyaratan konsumen (Lanjutan)

No Atribut Mutu Alternatif Desain Jumlah (orang)

Persen (%)

7 Volume isi per a < 50 g 24 24,2

kemasan b 50 gr - 100 g 60 60,6

c > 100 g 6 6,1

d 150 g 7 7,1

e 200 g 1 1

f 300 g 1 1

8 Jenis bahan a Plastik 83 83,8

kemasan b Kaleng 16 16,2

9 Bentuk a Pillow-pack 11 11,1

kemasan b Kaleng bundar 16 16,2

c Plastik bundar 32 32,3

d Plastik persegi panjang 40 40,4

10 Warna dasar a Transparan 2 2,0

kemasan b Merah 57 57,6

c Biru 28 28,3

d Hijau 3 3

e Kuning 6 6,1

f Hitam 2 2

g Putih 1 1

11 Informasi a Perlu 99 100

produk b Tidak perlu 0 0

12 Tampilan volume a Perlu 99 100

di kemasan b Tidak perlu 0 0

13 Tanggal produksi a Perlu 99 100

b Tidak perlu 0 0

14 Keterangan halal a Perlu 99 100

b Tidak perlu 0 0

15 Keterangan a Perlu 97 98

BPOM RI b Tidak perlu 2 2

16 Tanggal a Perlu 99 100

kadaluarsa b Tidak perlu 0 0

17 Harga produk a Rp. 2.000 - Rp. 4.000 1 1

per kemasan b Rp. 4.000 - Rp. 6.000 17 17,2

c Rp. 6.000 - Rp. 8.000 45 45,5

d Rp. 8.000 - Rp. 10.000 30 30,3

(40)

28

Desain produk cookies untuk ibu hamil diprioritaskan pada alternatif desain yang memiliki persentase tertinggi dari masing-masing atribut mutu suara konsumen. Berdasarkan informasi yang didapat dari Tabel 10, hasil spesifikasi desain produk cookies untuk ibu hamil ditentukan sebagai berikut :

1. Cookies untuk ibu hamil perlu fortifikasi zat gizi asam folat 2. Cookies memiliki bentuk yang bulat

3. Ukuran diameter cookies sedang yaitu 3 cm sampai 5 cm 4. Cookies memiliki tekstur yang lembut

5. Cookies berwarna cokelat 6. Cookies memiliki rasa cokelat

7. Volume isi cookies tiap kemasan adalah 50 g sampai 100 g 8. Jenis bahan kemasan cookies adalah plastik

9. Bentuk kemasan cookies adalah plastik persegi panjang

10. Informasi produk,tampilan volume di kemasan, tanggal produksi, keterangan halal, keterangan BPOM RI, tanggal kadaluarsa perlu dicantumkan

11. Harga produk antara Rp. 6.000 sampai Rp. 8.000

Tingkat Prioritas Kepentingan Atribut Persyaratan Konsumen Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Atribut persyaratan konsumen yang didapatkan perlu dilakukan pengujian validitas dan reliabilitasnya sebelum digunakan untuk menentukan tingkat kepentingan atribut persyaratan konsumen. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kevalidan kuesioner yang digunakan dalam pengumpulan data sedangkan uji reliabilitas adalah ukuran konsistensi skor yang dicapai oleh orang yang sama pada kesempatan yang berbeda, yang ide pokoknya adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.

Uji validitas ditentukan dengan menghitung korelasi antara masing-masing variabel dengan nilai total menggunakan rumus teknik korelasi product moment Karl Pearson (Drost 2011). Hasil perhitungan kemudian dibandingkan dengan angka kritik pada tabel korelasi nilai r. Jika rxy > rtabel maka data tersebut valid dan

jika rxy < rtabel maka data tersebut tidak valid. Angka kritik pada nilai r tabel dengan

(41)

29 pada atribut higienis, sehingga hasil nilai r untuk atribut tersebut menjadi lebih kecil dibandingkan dengan nilai r tabel (Lampiran 4). Total persyaratan konsumen yang valid dan dapat digunakan pada pengujian reliabilitas sebanyak enam buah persyaratan primer dan 20 buah persyaratan sekunder. Contoh perhitungan uji validitas disajikan pada Lampiran 5.

Tabel 11. Hasil uji validitas kuesioner

Persyaratan Konsumen Nilai Nilai

Status

Aftertaste 0,018 0,196 Tidak Valid

Mouthfeel 0,050 0,196 Tidak Valid

Kandungan Gizi

Kalori terpenuhi 0,290 0,196 Valid

Fortifikasi zat besi 0,286 0,196 Valid Fortifikasi asam folat 0,292 0,196 Valid Fortifikasi vitamin A 0,336 0,196 Valid Keamanan Bebas pengawet 0,090 0,196 Tidak Valid

Bebas pewarna 0,291 0,196 Valid

Higienis 0,086 0,196 Tidak Valid

Tampilan produk

Mudah ditelan 0,333 0,196 Valid

Ukuran tidak terlalu besar 0,566 0,196 Valid Tekstur tidak keras 0,256 0,196 Valid

Kemasan

Informasi produk 0,690 0,196 Valid

Kemasan menarik 0,442 0,196 Valid

Mudah disimpan 0,438 0,196 Valid

Volume tidak sedikit 0,235 0,196 Valid

Tanggal produksi 0,699 0,196 Valid

Keterangan halal 0,483 0,196 Valid

Tanggal kadaluarsa -0,089 0,196 Tidak Valid Keterangan BPOM RI 0,691 0,196 Valid Kemasan mudah dibuka 0,635 0,196 Valid

Harga satuan 0,571 0,196 Valid

Uji reliabilitas dilakukan untuk menunjukkan penilaian hasil pengukuran konsisten dan dapat dipercaya apabila digunakan kembali (Anastasiadou 2011). Teknik yang digunakan pada uji reliabilitas adalah metode Alpha Cronbach (α). Hasil perhitungan kemudian dibandingkan dengan angka kritik pada Tabel r. Jika r11 > rtabel maka data tersebut reliabel dan jika r11 < rtabel maka data tersebut tidak

reliabel. Angka kritik pada tabel nilai r dengan taraf signifikansi 5% untuk jumlah responden 99 orang adalah 0,196. Hasil uji reliabilitas untuk masing-masing atribut persyaratan konsumen disajikan pada Tabel 12.

Gambar

Tabel 2. Perkiraan jumlah kebutuhan protein selama proses kehamilan
Tabel 3.  Syarat mutu cookies yang ditetapkan oleh SNI No. 01-2973-1992
Gambar 1. Requirement analysis design process (Ulrich dan Eppinger 2008)
Gambar 2. House of quality (Pande et al. 2000)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Othman dan Owen (2001) menemukan compliance yang merupakan bagian model CARTER menjadi dimensi paling utama dari kualitas layanan bank syariah yang memiliki

Dari contoh tersebut menunjukkan bahwa pada waktu yang lalu tujuan pengajaran diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh guru, sedangkan dewasa ini tujuan

Responden dalam penelitian ini paling ttinggi adalah berpendidikan SMA 10 orang (33,3%), tidak diperolehnya dukungan informasi dari keluarga maka pasien akan

Wajib pajak yang tidak memahami peraturan perpajakan secara jelas akan cenderung menjadi wajib pajak yang tidak patuh (Hardiningsih, 2011). Demikian pula sebaliknya, semakin

Tingkat output yang diproduksi perusahaan monopolis untuk memperoleh keuntungan maksimum, menyebabkan lebih sedikit sumberdaya yang dialokasikan ke dalam industri

Menurut Marsum (2005) Kafe adalah tempat untuk makan dan minum sajian cepat saji dan menyuguhkan suasanan santai atau tidak resmi, selain itu juga merupakan suatu tipe

Dalam penelitian ini, penulis melakukan pengkajian tentang keterlibatan unit bisnis pada pengelolaan investasi TI dengan menggunakan kerangka kerja VAL IT dan

Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan diketahui bahwa kulit kerang darah yang digunakan sebagai bahan baku sintesa precipitated calcium carbonate. memiliki