• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berjudul Evaluasi Radiografi Pada Persembuhan Fraktur Delayed Union Dengan Terapi Kombinasi Estradiol Dan Insulin-Like Growth Factor I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Berjudul Evaluasi Radiografi Pada Persembuhan Fraktur Delayed Union Dengan Terapi Kombinasi Estradiol Dan Insulin-Like Growth Factor I"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI RADIOGRAFI PADA PERSEMBUHAN FRAKTUR

DELAYED UNION

DENGAN TERAPI KOMBINASI

ESTRADIOL DAN

INSULIN-LIKE GROWTH FACTOR I

BENLI KURNIAWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Radiografi pada Persembuhan Fraktur Delayed Union dengan Terapi Kombinasi Estradiol dan Insulin-like Growth Factor I adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

Benli Kurniawan

(4)
(5)

ABSTRAK

BENLI KURNIAWAN. berjudul Evaluasi Radiografi pada Persembuhan Fraktur

Delayed Union dengan Terapi Kombinasi Estradiol dan Insulin-like Growth

Factor I. Dibimbing oleh RIKI SISWANDI dan GUNANTI.

Studi ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemberian kombinasi estradiol dan Insulin-like growth factor I (IGF-I) pada proses persembuhan fraktur delayed union. Penelitian ini dilakukan pada 6 ekor kelinci New Zealand

White yang dibagi menjadi dua kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan

pertama diterapi dengan kombinasi estradiol diinjeksi secara subkutan (SC) dan

Insulin-like growth factor I diinjeksi secara intramuskuler (IM). Kelompok

perlakuan kedua diterapi dengan Water for injection diinjeksi secara intramuskuler (IM) sebagai kontrol. Os tibia dipatahkan secara aseptik sehingga terjadi fraktur. Fraktur direposisi, lalu difiksasi dengan Kirschner wire

intramedular ukuran 1.8. Proses pengambilan data radiograf dilakukan setelah operasi pada minggu kedua, keempat, dan keenam. Berdasarkan hasil evaluasi, diperoleh bahwa proses persembuhan fraktur yang diterapi dengan kombinasi estradiol dan IGF-I lebih cepat dibandingkan dengan kontrol, yang ditandai dengan cepatnya pertumbuhan kalus. Terapi kombinasi estradiol dan IGF-I tidak terlalu berpengaruh terhadap densitas otot di sekitar fraktur.

Kata kunci:delayed union, estradiol, fraktur, IGF-I, radiograf.

ABSTRACT

BENLI KURNIAWAN. Entitled Radiographic Evaluation on Fracture Healing Delayed Union with Combination Therapy Estradiol and Insulin-like Growth

Factor I. Supervised by RIKI SISWANDI and GUNANTI.

This study was aimed to determine the effectiveness of the combination Estradiol and insulin-like growth factor I (IGF-I) on the delayed Union fracture healing process. This research carried out on 6 male New Zealand White rabbits which divided into two different treatments. The first group was treated with a combination of estradiol inject in subcutant (SQ) and Insulin-like Growth Factor I inject in intramuscular (IM). The second group was treated with Water for injection inject in intramuscular (IM) as a control. Os tibia was broken aseptically and causing fracture. Fractures repositioned and fixed with intramedular kirschner wire size 1.8. Radiographs data collection made after surgery at 2nd week , 4th week, and 6th week. Based on the evaluation, the fractures healing process with combination of estradiol and IGF-I were faster than the controls, which is marked by rapid growth and callus. Combination therapy of estradiol and IGF-I were not significantly different in muscle density around the fracture.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

EVALUASI RADIOGRAFI PADA PERSEMBUHAN FRAKTUR

DELAYED UNION

DENGAN TERAPI KOMBINASI

ESTRADIOL DAN

INSULIN-LIKE GROWTH FACTOR I

BENLI KURNIAWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini yaitu evaluasi radiografi pada persembuhan fraktur delayed union dengan terapi kombinasi estradiol dan Insulin-like Growth Factor I. Penelitian ini merupakan penelitian desertasi dengan peneliti utama dr. Aryadi Kurniawan, SpOT dibawah bimbingan Dr Drh Gunanti, MS.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Drh Riki Siswandi, MSi selaku pembimbing I, Dr Drh Gunanti, MS selaku pembimbing II, Prof Dr Dra R Iis Arifiantini, MSi selaku dosen pembimbing akademik. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada dr. Aryadi Kurniawan, SpOT yang telah banyak membantu selama penelitian. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ayahanda Lili Sutarli, Ibunda Ating Kurniasuh, adik Alan Kurniansah, Adit Kurnia, Ghaisani Daliilah Sharafina, kakek Suntano, nenek Arkasih, teman-teman seperjuangan penelitian Pangda, Delin, Nia, Cindi, dan Fatihatun, sahabatku Hengki Anggra Hermawan, Anizza, dan Arlita atas segala doa, kasih sayang, semangat, dan dukungan untuk penulisan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat khususnya bagi penulis, umumnya bagi pembaca semua.

Bogor, Agustus 2015

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Radiografi 2

Fraktur 3

Estradiol 4

Insulin-like Growth Factor I (IGF-I) 5

METODE 6

Waktu dan Tempat Penelitian 6

Alat dan Bahan 6

Tahap Persiapan 7

Tahap Pelaksanaan 7

Perlakuan Post Operasi 8

Pengambilan Radiograf 8

Proses Pengambilan Data 9

Parameter Pengamatan 9

Analisis Data 11

HASIL DAN PEMBAHASAN 11

SIMPULAN DAN SARAN 17

Simpulan 17

Saran 17

DAFTAR PUSTAKA 18

LAMPIRAN 20

(14)

DAFTAR TABEL

1 Skoring fraktur radiografi pada kelinci 12

2 Nilai Rasio densitas kalus (mediolateral) pada kelinci 12 3 Nilai Rasio densitas kalus (ventrodorsal) pada kelinci 13 4 Nilai Rasio densitas korteks lesio (mediolateral) pada kelinci 13 5 Nilai Rasio densitas korteks lesio (ventrodorsal) pada kelinci 13 6 Nilai Rasio densitas otot lesio (mediolateral) pada kelinci 14 7 Nilai Rasio densitas otot lesio (ventrodorsal) pada kelinci 14 8 Nilai Rataan luas kalus (mediolateral) pada kelinci 15 9 Nilai Rataan luas kalus (ventrodorsal) pada kelinci 15

DAFTAR GAMBAR

1 Skema radiografi 2

2 Proses persembuhan fraktur 3

3 Mekanisme kerja estradiol 4

4 Mekanisme kerja Insulin-like growth factor I (IGF-I) 5 5 Hewan model kelinci New Zealand White (A) mesin x-ray portable (B) 7

6 Ringkasan alur penelitian 8

7 Proses operasi 8

8 Skoring persembuhan fraktur 9

9 Pengambilan data rasio densitas kalus 10

10 Pengambilan data rasio densitas korteks lesio 10

11 Pengambilan data rasio densitas otot lesio 11

DAFTAR LAMPIRAN

1 Gambaran radiografi os tibia arah pandang mediolateral dan

ventrodorsal pada perlakuan 20

2 Gambaran radiografi os tibia arah pandang mediolateral dan

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tulang merupakan jaringan hidup serta sebagai jaringan penghubung (connective tissue) yang memiliki fungsi sebagai fungsi mekanik yaitu untuk gerakan dan melekatnya otot, melindungi organ vital, dan sebagai cadangan kalsium dan fosfat (Sherwood 2004). Tulang memiliki struktur yang dinamik dan menjalani proses regenerasi secara terus menerus yang dinamakan proses

remodeling (Monologas 2000). Tulang pada hakekatnya terdiri atas tiga

komponen utama yaitu senyawa organik, substansi dasar tulang, dan komponen sel (osteoprogenitor cell, osteoblas, osteosit dan osteoklas) (Guyton dan Hall 2004). Setiap tahun, jutaan orang di dunia menderita berbagai penyakit tulang yang diakibatkan oleh trauma, tumor, maupun patah tulang (Murugan dan Ramakrishna 2004). Salah satu tindakan terapi pada kasus penyakit tulang menurut Dendyningrat (2012) adalah dengan metode delayed union.

Delayed union adalah proses persembuhan yang berjalan terus tetapi dengan

kecepatan lebih lambat dari normal. Penyebab paling umum dari delayed union

adalah proses fiksasi tulang yang tidak tepat, sehingga segmen fraktur tidak berada pada posisi yang benar (Piermattei et al 2006). Delayed union sering terjadi pada manusia, namun metode penatalaksanaannya belum didapatkan secara mapan. Senyawa umum yang telah tersedia di pasaran dan digunakan untuk proses persembuhan patah tulang adalah golongan growth factor, seperti Bhone

Morphogenetic Protein-2 (BMP-2) dan Bone Morphogenetic Protein-7 (BMP-7)

(Arianni et al. 2013). Telah diketahui bahwa terjadi sinergi antara insulin-like

growth factor I (IGF-I) dan estradiol pada metabolisme tulang dalam pencegahan

menopause (Gruber et al. 2002), namun belum dapat dibuktikan pada proses

persembuhan fraktur sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut .

Hewan model yang digunakan pada penelitian ini adalah kelinci New

Zealand White (NZW) berjenis kelamin jantan, umur enam bulan dengan bobot

badan 3-3.5 kg. Dipilih kelinci sebagai hewan model karena kelinci memiliki fungsi anatomi yang sama dengan manusia dan seringkali dipilih sebagai hewan coba karena sesuai untuk berbagai model penelitian. Alasan lain juga membuktikan bahwa kelinci mudah untuk di handling dan persamaan dengan tulang manusia berupa kepadatan mineral tulang dan kekuatan bagian pertengahan

diaphiseal tulang terhadap kepatahan (Wang et al. 1998).

Perumusan Masalah

(16)

2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemberian kombinasi estradiol dan insulin-like growth factor I (IGF-I) pada kelinci New ZealandWhite

terhadap proses persembuhan fraktur delayed union.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk tatalaksana terapi persembuhan fraktur delayed union melalui radiograf kelinci

New Zealand White, terutama terhadap pengaruh pemberian kombinasi estradiol

dan IGF-I. Apabila terbukti adanya peningkatan kualitas persembuhan dengan pemberian kombinasi estradiol dan IGF-I pada proses persembuhan fraktur, maka metode ini dapat menjadi salah satu metode pelaksanaan delayed union fraktur dan menyempurnakan metode-metode yang telah ada sebelumnya.

TINJAUAN PUSTAKA

Radiografi

Radiologi adalah ilmu kedokteran untuk melihat bagian dalam tubuh baik manusia maupun hewan menggunakan pancaran atau radiasi gelombang, baik gelombang elektromagnetik maupun gelombang mekanik. Teknik ini banyak digunakan dalam mendiagnosis penyakit-penyakit dalam, salah satunya adalah fraktur tulang (Thrall 2007).

Gambar 1 Skema radiografi (Thrall 2007)

(17)

3 sedangkan energi yang diteruskan mempenetrasi pasien dan direkam oleh film x-ray (Gambar 1) (Thrall 2007). Teknik pengambilan gambar radiografi dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

1. memposisikan pasien sesuai dengan target citra yang akan diambil, 2. meletakan film pada lokasi yang akan di x-ray,

3. memposisikan arah pancaran sinar dari mesin sumber sinar-x, dan 4. mengatur faktor paparan sinar-x, dan melakukan paparan sinar-x.

Fraktur

Fraktur merupakan kerusakan dalam suatu jaringan ikat makhluk hidup dan persembuhannya dapat dicapai melalui pertumbuhan sel. Kerusakan pada tulang akibat trauma fisik dapat menyebabkan terjadinya fraktur disertai dengan berbagai tingkat cedera pada jaringan lunak sekitarnya, termasuk suplai darah, dan terganggunya fungsi lokomosi.

Persembuhan fraktur diawali dengan memperbaiki jaringan yang dipengaruhi berbagai faktor lokal dan sistemik. Persembuhan terjadi pada empat fese atau lebih, diantaranya adalah 1) fase inflamasi awal; 2) fase poliferasi; 3) fase perbaikan; dan 4) fase remodelling. Saat berada dalam fase inflamasi, terjadi hematoma di daerah sekitar fraktur pada beberapa jam pertama hingga beberapa hari. Sel inflamatori (makrofag, monosit, limfosit dan sel polimorfonuklear) dan fibroblas menginfiltrasi tulang dengan mediasi prostaglandin (Kalfas 2001).

Remodeling tulang ditujukan untuk pengaturan homeostasis kalsium,

memperbaiki jaringan yang rusak akibat pergerakan fisik, kerusakan minor karena faktor stres dan pembentukan kerangka pada masa pertumbuhan (Fernandez et al.

2006).

(18)

4

osteoblas yang akan mengisi celah di antara fragmen dengan tulang yang baru. Proses ini berjalan perlahan-lahan selama beberapa bulan sebelum tulang cukup kuat untuk menerima beban yang normal. Pada fase remodelling fraktur telah dihubungkan dengan selubung tulang yang kuat dengan bentuk yang berbeda dengan tulang normal. Dalam waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun terjadi proses pembentukan dan penyerapan tulang yang terus menerus lamella

yang tebal akan terbentuk pada sisi dengan tekanan yang tinggi. Rongga medulla akan terbentuk kembali dan diameter tulang kembali pada ukuran semula. Akhirnya tulang akan kembali mendekati bentuk semulanya, terutama pada hewan muda. Pada keadaan ini tulang telah sembuh secara klinis dan radiologi.

Proses penyempurnaan perbaikan tulang (bone remodelling) terjadi dalam hitungan bulan hingga tahun. Proses ini terjadi melalui absorpsi jaringan tulang dan deposisi simultan tulang baru. Pada tulang normal, kedua proses tersebut berada dalam keseimbangan yang dinamis (McGavin dan Zachary 2007).

Estradiol

Estradiol merupakan hormon yang berasal dari kolesterol dan menargetkan ke berbagai jaringan. Estradiol terdapat pada alat reproduksi jantan, alat reproduksi betina, kelenjar susu, tulang dan sistem kardiovaskular (Hall dan Couse 2001). Secara biologis, estradiol merupakan bentuk estrogen paling aktif yang diproduksi oleh ovarium dan diperlukan untuk proses pematangan kelamin pada wanita. Estrogen alamiah yang terpenting adalah estradiol (E2), estron (E1), dan estriol (E3). Perbandingan khasiat biologis dari ketiga hormon tersebut E2:E1:E3 adalah 10:5: 1. Potensi estradiol 12 kali potensi estron dan 8 kali potensi estriol, sehingga estradiol dianggap sebagai estrogen utama. Estradiol memainkan peranan penting dalam perkembangan lapisan dalam endometrium (Cipta 2004). Estradiol ditemukan terikat dalam aliran darah dengan protein pembawa (albumin 60%, globulin 38%, sisanya bebas dalam aliran darah). Hormon ini bebas aktif dan mampu memasuki sel target (Gruber et al. 2002).

Gambar 3 Mekanisme kerja estradiol (Bader 2008)

(19)

5 menunjukkan terdapat efek vasodilatasi pada aorta yang diberi estradiol. Estradiol juga mempunyai efek menurunkan kontraktilitas otot polos aorta dengan menurunkan densitas reseptor adrenergik-a1D di otot polos aorta (Nurdiana 2008).

Estradiol selain berperan dalam sistem reproduksi dan sistem sirkulasi, berperan juga dalam pertumbuhan tulang. Estradiol dibutuhkan untuk membantu pertumbuhan tulang dan menjaga kesehatan tulang dan sendi. Wanita menopause

yang mengalami defisiensi kadar estradiol akan lebih cepat kehilangan masa tulang. Rendahnya kadar hormon ini juga dapat menyebabkan osteopenia dan osteoporosis (Gruber et al. 2002).

Insulin-like growth factor I (IGF-I)

Insulin-like Growth Factor-1 (IGF-I), biasa disebut juga somatomedin C,

adalah protein pada manusia yang dikodekan oleh gen IGF. IGF-I adalah hormon yang memiliki struktur molekul yang sama dengan insulin. Hormon ini berfungsi sebagai perantara terhadap hormon pertumbuhan, memicu pengambilan asam amino, sintesis protein, dan utilisasi penggunaan glukosa terutama dalam proses pertumbuhan dan regulasi fungsi anabolik pada orang dewasa (Ronny 2013). IGF-I terdiri dari 70 asam amino dalam rantai tunggal dengan tiga jembatan disulfida intramolekul. Produksi hormon ini sebagian besar di hati sebagai hormon endokrin (sistemik), namun juga diproduksi lokal secara parakrin atau autokrin. Faktor yang merangsang sekresi IGF-I adalah Growth Hormone (GH). IGF-I kemudian diketahui dapat menstimulasi pertumbuhan hampir semua sel dalam tubuh, seperti otot, tulang rawan, tulang, hati, dan ginjal (Ronny 2013).

Gambar 4 Mekanisme kerja IGF-I (Renehan et al. 2006)

Insulin-like growth factor I (IGF-I) yang merupakan susunan dalam sebuah

(20)

6

merangsang pertumbuhan independen GH, yang berkaitan dengan sel-sel tulang rawan adalah mungkin dioptimalkan oleh aksi sinergis dengan GH (Laron 2001). Hormon pertumbuhan (growth hormon, GH) bekerja secara langsung dan tidak langsung terhadap osteoblas untuk meningkatkan remodelling tulang dan pertumbuhan tulang endokondral. Defisiensi GH akan menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang. Efek GH langsung pada tulang adalah melalui interaksi dengan reseptor GH pada permukaan osteoblas, sedangkan efek tidak langsungnya melalui produksi insulin-like growth factor-1 (IGF-I). IGF merupakan growth hormone-dependent polypeptides. IGF-I memegang peranan penting pada formasi tulang dan juga berperan mempertahankan massa tulang. Berbagai faktor sistemik dan lokal turut berperan mengatur sintesis IGF-I oleh osteoblast, antara lain estrogen, paratiroid hormon (PTH), prostaglandin E2 (PGE2) dan bone morphogenetic proteins-2 (BMP-2), sedangkan platelet-derived

growth factor (PDGF) dan glukokortikoid menghambat ekspresi IGF-I dan 1α,25

-dihydroxyvitamin D3 [1,25 (OH)2D3], transforming growth factor beta (TGFβ) dan fibroblast growth factor-2 (FGF-2) memiliki efek stimulator dan inhibitor ekspresi IGF-I. Di dalam sirkulasi, IGF akan terikat pada IGF binding proteins

(IGFBPs) (Setiyohadi 2007).

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari sampai Juni 2014 di Unit Pengelolaan Hewan Laboratorium (UPHL) dan Laboratorium Bedah Divisi Bedah dan Radiologi Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini yaitu kandang lipat, spuit 1 ml, spuit 3 ml, kassa, kapas, plester, 1 set alat bedah minor, timbangan, duk, kirschner wire, bor, gergaji khusus tulang, masker, sarung tangan, topi penutup kepala, mesin x-ray (Collimax® model R-120H, Collimax Corporation), film x-ray

(Carestream®, Rayo (Xiamen) Medical Products Company), stik kayu, alat penyemprot desinfektan, pencukur rambut, box kelinci, gelang identitas kelinci, dan spidol. Bahan yang digunakan adalah kelinci New Zealand White (jantan),

(21)

7

Gambar 5 (A) Hewan model kelinci New Zealand White (B) mesin x-ray portable

Tahap Persiapan

Kelinci yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelinci New Zealand White berjenis kelamin jantan, umur enam bulan dengan bobot badan 3-3.5 kg. Kelinci yang telah disiapkan kemudian diperiksa kondisi kesehatannya. Setelah itu, kelinci diaklimatisasi terlebih dahulu selama 7 hari di dalam kandang individual, diberi pakan yang cukup, dan diberi minum ad libitum. Selama proses aklimatisasi, kelinci diberikan antibiotik enrofloksasin (5 mg/kg BB) secara intramuskular (IM) sehari satu kali selama tiga hari, anti ektoparasit ivermectine (0,3 mg/kg BB) secara subkutan (SC) sehari satu kali selama tiga hari, dan anti endoparasit albendazole (15 mg/kg BB) secara PO sehari satu kali selama tiga hari supaya terjaga kesehatannya dan dapat digunakan untuk penelitian. Kelinci dibagi kedalam dua kelompok, yaitu kelompok A (perlakuan kombinasi estradiol dan IGF-I) dan kelompok B (kontrol).

Tahap Pelaksanaan

Operasi dilakukan setelah proses aklimatisasi selesai, yaitu pada H0 pada kedua kelompok perlakuan. Kelinci dianestesi terlebih dahulu dengan kombinasi xylazine HCl (5 mg/kg BB) dan ketamine HCl (40 mg/kg BB) yang diberikan secara intramuskular sebelum dioperasi. Tungkai belakang kanan dicukur, dibersihkan, dan didesinfeksi dengan antiseptik (alkohol 70% dan iodine tincture). Insisi dilakukan pada posteriolateral tungkai atas, kemudian diseksi untuk mencapai os tibia. Os tibia dipatahkan pada bagian tengah, kemudian dilakukan

(22)

8

Gambar 6 Ringkasan alur penelitian

Gambar 7 Proses operasi

Perlakuan Post Operasi

Setelah operasi selesai, kelinci diberi Ketoprofen (2 mg/kg BB) (IM) digunakan sebagai analgesik dan enrofloksasin (5 mg/kg BB) (IM) sebagai antibiotik, masing-masing diberikan sehari satu kali selama tiga hari. Monitoring

tanda-tanda vital dan inflamasi pada daerah intervensi dilakukan secara teratur. Kelinci kelompok A diinjeksi dengan kombinasi estradiol (3%) sebanyak 0.4 ml (SC) dan IGF-I (1%) sebanyak 1 ml (IM) sebagai perlakuan, sedangkan kelinci kelompok B diinjeksi dengan water for injection sebanyak 1 ml (IM) sebagai kontrol. Masing-masing perlakuan dilakukan setiap tiga hari satu kali selama empat puluh dua hari. Kelinci disimpan pada kandang individu serta diberi makan pelet dan minum setiap 2 kali sehari, selain itu juga dilihat persembuhannya apakah terdapat pus atau tidak. Apabila terdapat pus maka pus tersebut dikeluarkan sehingga proses persembuhan tidak terhambat.

Pengambilan Radiograf

Pengambilan radiograf os tibia kelinci dilakukan dengan pengaturan focal

(23)

9 pandang berbeda, yaitu ventrodorsal (VD) dan mediolateral (ML). Radiograf os

tibia kelinci diambil setelah operasi, yaitu pada H+14, H+28, dan H+42.

Proses Pengambilan Data

Nilai densitas radiografi didapat dengan menggunakan perangkat lunak ImageJ®. Sebelum melakukan perhitungan densitas dan luas, radiograf terlebih dahulu dipindai dengan Canon® Pixma MP258. Setelah itu, hasil pemindaian diedit menggunakan perangkat lunak Adobe®Photoshop CS3 untuk menghasilkan gambar hitam-putih. Nilai densitas radiografi diwakili oleh nilai rataan histogram, karena nilai rataan histogram selaras dengan nilai densitas radiografi, yaitu semakin besar nilai histogram suatu area, maka semakin besar pula nilai densitas radiografinya. Selanjutnya, histogram lesio perlakuan atau kontrol dibandingkan dengan histogram korteksnya. Hasil perbandingan tersebut mewakili rasio densitas radiografi lesio perlakuan dan kontrol.

Rasio densitas radiografi = Histogram perlakuan/ kontrol

Histogram korteks

Parameter Pengamatan

Pada penelitian ini digunakan 5 parameter pengamatan yaitu: 1. Skoring persembuhan fraktur

Skoring persembuhan fraktur didapat dengan cara mengevaluasi hasil radiografi. Menurut Patel et al. (2014) penilaian persembuhan pada fraktur dibagi menjadi empat kategori skoring yaitu skor 0 dimana fracture line terlihat tanpa pertumbuhan kalus, skor 1 kalus sudah terbentuk tapi

fracture line masih terlihat, skor 2 fracture line tidak terlihat lagi karena sudah tertutupi oleh kalus, dan skor 3 fracture line dan kalus tidak terlihat lagi.

Gambar 8 Skoring persembuhan fraktur (A) skor 0 (B) skor 1 (C) skor 2 (D) skor 3

2. Rasio densitas kalus

(24)

10

Parameter ini diambil untuk mengetahui kecepatan pertumbuhan sel tulang atau kalus.

Rasio densitas kalus = Rataan densitas kalus Rataan densitas korteks

Gambar 9 Pengambilan data rasio densitas kalus ( ) titik pengambilan data densitas kalus ( ) titik pengambilan data densitas korteks. 3. Rasio densitas korteks lesio

Rasio densitas korteks didapat dengan cara rataan densitas korteks yang dekat dengan fraktur (korteks 1) dibagi dengan rataan densitas korteks tulang yang sama dengan jarak 1-2 cm dari fraktur (korteks 2). Parameter ini diambil untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada korteks terhadap persembuhan fraktur.

Rasio densitas korteks = Rataan densitas korteks 1 Rataan densitas korteks 2

Gambar 10 Pengambilan data rasio densitas korteks lesio ( ) titik pengambilan data densitas korteks lesio ( ) titik pengambilan data

(25)

11 4. Rasio densitas otot lesio

Rasio densitas otot didapat dari rataan densitas otot yang dekat dengan fraktur (otot 1) dibagi dengan rataan densitas otot yang sama dengan jarak 2-3 cm dari fraktur (otot 2). Parameter ini diambil untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada otot terhadap persembuhan fraktur.

Rasio densitas otot = Rataan densitas otot 1 Rataan densitas otot 2

Gambar 11 Pengambilan data rasio densitas otot lesio ( ) titik pengambilan data densitas otot lesio ( ) titik pengambilan data densitas

otot normal. 5. Luas kalus

Luas kalus didapat dengan cara mengukur luas kalus. Parameter ini diambil untuk mengetahui kecepatan pertumbuhan kalus, selain itu juga sebagai parameter waktu persembuhan fraktur.

Analisis Data

Data hasil penelitian disajikan sebagai rataan ± simpangan baku. Data diolah menggunakan microsoft excel 2010 dilanjutkan dengan aplikasi SPSS 16.0 dengan metode One-Way Analyze of variant (ANOVA), kemudian dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan pada selang kepercayaan 95%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Skoring fraktur

(26)

12

disajikan pada Tabel 1, pertumbuhan kalus pada kontrol lebih lambat dibandingkan dengan perlakuan.

Tabel 1 Skoring fraktur radiografi pada kelinci

Kelinci Minggu ke-

Rasio densitas radiografi kalus mediolateral pada minggu kedua, keempat, dan keenam baik perlakuan maupun kontrol berbeda nyata (p<0.05) antar kelompok perlakuan, sedangkan apabila perlakuan dibandingkan dengan kontrol menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata (Tabel 2). Nilai rasio minggu kedua pada perlakuan dan kontrol memiliki rasio kurang dari satu, sehingga kalus memiliki opasitas yang lebih rendah (radiolusen), karena kalus sedikit mengandung unsur kalsium fosfat pada awal pertumbuhan. Walaupun tidak mencapai nilai satu, nilai rasio densitas kalus terus mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut mengindikasikan bahwa tulang terus mengalami proses persembuhan. Minggu keempat dan keenam baik perlakuan ataupun kontrol memiliki nilai rasio diatas satu. Hal ini terjadi karena opasitas kalus lebih radioopak dibandingkan dengan opasitas korteks. Pertumbuhan kalus mulai optimal dimulai pada minggu keempat.

Tabel 2 Nilai rasio densitas kalus mediolateral pada kelinci

Kelinci Minggu ke-

2 4 6

Perlakuan 0.71±0.10ax 1.08±0.12bx 1.33±0.22cx

Kontrol 0.59±0.12ax 1.03±0.08bx 1.26±0.10cx

Keterangan : Huruf superscript (a, b, c) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan nyata (p<0.05) antara waktu pengambilan data dalam satu kelompok perlakuan. Huruf superscript (x) yang sama pada kolom yang sama menyatakan tidak adanya perbedaan nyata (p<0.05) antara kelompok perlakuan.

(27)

13 Tabel 3 Nilai rasio densitas kalus ventrodorsal pada kelinci

Kelinci Minggu ke-

2 4 6

Perlakuan 0.75±0.08ax 0.97±0.09bx 1.01±0.04bx

Kontrol 0.68±0.11ax 0.88±0.32ax 0.99±0.16ax

Keterangan : Huruf superscript (a, b) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan nyata (p<0.05) antara waktu pengambilan data dalam satu kelompok perlakuan. Huruf superscript (x) yang sama pada kolom yang sama menyatakan tidak adanya perbedaan nyata (p<0.05) antara kelompok perlakuan.

Rasio densitas kortex

Nilai rasio densitas korteks lesio mediolateral perlakuan pada minggu kedua dan keempat tidak berbeda nyata, sedangkan pada minggu keenam berbeda nyata (P<0.05) (Tabel 4). Beda halnya dengan perlakuan, nilai rasio densitas korteks tidak menunjukkan perbedaan nyata antar waktu pengmbilan data. Minggu keempat dan keenam apabila perlakuan dibandingkan dengan kontrol menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0.05).

Tabel 4 Nilai rasio densitas kortex lesio mediolateral pada kelinci

Kelinci Minggu ke-

2 4 6

Perlakuan 1.03±0.03ax 1.01±0.04ax 1.27±0.03by

Kontrol 1.10±0.09ax 1.20±0.19ay 1.10±0.08ax

Keterangan : Huruf superscript (a, b) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan nyata (p<0.05) antara waktu pengambilan data dalam satu kelompok perlakuan. Huruf superscript (x, y) yang sama pada kolom yang sama menyatakan tidak adanya perbedaan nyata (p<0.05) antara kelompok perlakuan.

Tabel 5 Nilai rasio densitas korteks lesio ventrodorsal pada kelinci

Kelinci Minggu ke-

2 4 6

Perlakuan 1.13±0.06ax 1.02±0.03ax 1.10±0.05ax

Kontrol 1.11±0.02ax 1.17±0.11ax 1.19±0.13ax

Keterangan : Huruf superscript (a) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan nyata (p<0.05) antara waktu pengambilan data dalam satu kelompok perlakuan. Huruf superscript (x) yang sama pada kolom yang sama menyatakan tidak adanya perbedaan nyata (p<0.05) antara kelompok perlakuan.

(28)

14

Rasio densitas otot

Nilai rasio densitas otot lesio mediolateral maupun ventrodorsal pada perlakuan maupun kontrol tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (Tabel 6 dan 7). Sama halnya dengan perlakuan dibandingkan dengan kontrol tidak menunjukkan berbeda yang nyata pula. Hal ini berarti pada proses pernyembuhan fraktur pada minggu kedua, keempat dan keenam belum terlalu mempengaruhi densitas otot.

Tabel 6 Nilai rasio densitas otot lesio mediolateral pada kelinci

Kelinci Minggu ke-

2 4 6

Perlakuan 1.06±0.12ax 1.10±0.24ax 1.05±0.04ax

Kontrol 1.07±0.02ax 1.11±0.03ax 1.17±0.21ax

Keterangan : Huruf superscript (a) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan nyata (p<0.05) antara waktu pengambilan data dalam satu kelompok perlakuan. Huruf superscript (x) yang sama pada kolom yang sama menyatakan tidak adanya perbedaan nyata (p<0.05) antara kelompok perlakuan.

Tabel 7 Nilai rasio densitas otot lesio ventrodorsal pada kelinci

Kelinci Minggu ke-

2 4 6

Perlakuan 1.06±0.12ax 1.12±0.30ax 1.34±0.06ax

Kontrol 1.20±0.28ax 1.28±0.25ax 1.52±0.34ax

Keterangan : Huruf superscript (a) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan nyata (p<0.05) antara waktu pengambilan data dalam satu kelompok perlakuan. Huruf superscript (x) yang sama pada kolom yang sama menyatakan tidak adanya perbedaan nyata (p<0.05) antara kelompok perlakuan.

Nilai rasio densitas otot lesio baik pada arah pandang mediolateral maupun

ventrodorsal (Tabel 6 dan 7) secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dari minggu ke minggu dan antara perlakuan dibandingkan kontrol. Apabila ditijau dari nilai yang didapat baik perlakuan maupun kontrol dari minggu ke minggu mengalami peningkatan. Nilai rasio densitas otot lesio perlakuan lebih mendekati 1 apabila dibandingkan dengan kontrol.

Rataan luas kalus

(29)

15 Tabel 8 Nilai rataan luas kalus mediolateral pada kelinci

Kelinci Minggu ke-

2 4 6

Perlakuan 0.34±0.29ax 0.83±0.41ax 1.48±0.96bx

Kontrol 0.15±0.11ax 0.49±0.40ax 1.06±1.06bx

Keterangan : Huruf superscript (a, b) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan nyata (p<0.05) antara waktu pengambilan data dalam satu kelompok perlakuan. Huruf superscript (x) yang sama pada kolom yang sama menyatakan tidak adanya perbedaan nyata (p<0.05) antara kelompok perlakuan. Satuan dinyatakan dalam cm.

Nilai rataan luas kalus ventrodorsal minggu kedua dan keempat pada perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, sedangkan pada minggu keenam menujukan perbedaan yang nyata (p<0.05). Nilai rataan luas kalus pada kontrol minggu kedua sampai dengan minggu keenam tidak menunjukkan perbedaaan yang nyata. Seperti yang tersaji pada Tabel 9 pertumbuhan kalus perlakuan mulai optimal pada minggu keempat,sedangkan pada kontrol dimulai pada minggu keenam.

Tabel 9 Nilai rataan luas kalus ventrodorsal pada kelinci

Kelinci Minggu ke-

2 4 6

Perlakuan 0.16±0.17ax 1.12±0.54ax 2.81±2.67by

Kontrol 0.14±0.17ax 0.66±0.89ax 1.23±0.99ax

Keterangan : Huruf superscript (a, b) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan nyata (p<0.05) antara waktu pengambilan data dalam satu kelompok perlakuan. Huruf superscript (x) yang sama pada kolom yang sama menyatakan tidak adanya perbedaan nyata (p<0.05) antara kelompok perlakuan. Satuan dinyatakan dalam cm.

Berdasarkan hasil yang didapat yang disajikan pada Tabel 1, skor perlakuan dan kontrol pada minggu keempat dan keenam memiliki skor yang sama tetapi berbeda dalam jumlah kalus yang terbentuk. Skoring minggu keenam pada perlakuan lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol, karena kalus yang terbentuk lebih cepat. Hal ini sesuai dengan pendapat Setiyohadi (2007) IGF-I mempunyai efek merangsang sintesis matriks dan kolagen tulang dan juga merangsang replikasi sel-sel turunan osteoblas, juga menurunkan degradasi kolagen tulang. Semakin cepat pertumbuhan kalus yang menutupi fracture line, semakin cepat pula proses persembuhan fraktur.

(30)

16

minggu-minggu pertama tubuh akan memperbaiki jaringan yang rusak untuk revaskularisasi, dan invasi fibroblast dan osteoblas. Nilai rasio perlakuan maupun kontrol walaupun secara statistik menunjukkan tidak berbeda nyata, tetapi berdasarkan nilai yang didapat dari minggu ke minggu mengalami peningkatan. Sesuai dengan pendapat Waters et al. (1999) menyatakan bahwa estradiol meningkatkan transforming growth factor β (TGF-β), yang merupakan satu -satunya faktor pertumbuhan yang merupakan mediator untuk menarik osteoblas ke tempat fraktur sehingga pembentukan kalus menjadi lebih cepat. Selain itu, estradiol dapat mempercepat proses penyerapan kalsium pada tulang.

Nilai rasio densitas korteks lesio mediolateral minggu keempat pada perlakuan dan minggu keempat pada kontrol mengalami penurunan (Tabel 4), sedangkan arah pandang ventrodorsal minggu ke empat mengalami penurunan pada perkaluan (Tabel 5). Hal ini dapat terjadi karena kandungan kalsium yang terdapat pada korteks tulang dimobilisasi untuk pembentukan kalus. Sesuai dengan pendapat Almatsier (2004) menyatakan bahwa semakin tinggi kebutuhan dan semakin rendah persediaan kalsium dalam tubuh, maka semakin efisien absorpsi kalsium. Penyerapan akan meningkat apabila kalsium yang dikonsumsi menurun. Sebanyak 99% kalsium berada di jaringan keras yaitu tulang dan gigi, selebihnya tersebar luas didalam tubuh.

Nilai rasio densitas otot lesio mediolateral maupun ventrodorsal pada perlakuan maupun kontrol tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (Tabel 6 dan 7). Sama halnya dengan perlakuan dibandingkan dengan kontrol tidak menunjukkan berbeda yang nyata pula. Hal ini berarti pada proses persembuhan fraktur pada minggu kedua, keempat dan keenam belum terlalu mempengaruhi densitas otot. Apabila ditijau dari nilai yang didapat baik perlakuan maupun kontrol dari minggu ke minggu mengalami peningkatan. Nilai rasio densitas otot lesio perlakuan lebih mendekati 1 apabila dibandingkan dengan kontrol. Hal ini berarti proses persembuhan luka yang ditimbulkan pada saat proses operasi lebih cepat pada perlakuan. Sesuai dengan pendapat Ronny (2013) menyatakan bahwa selain berperan dalam proses persembuhan fraktur, IGF-I berperan dalam proses regenerasi sel otot.

Nilai rataan luas kalus pada perlakuan lebih besar apabila dibandingkan dengan kontrol (Tabel 8 dan 9), yang artinya pertumbuhan kalus yang terbentuk pada perlakuan lebih luas dan cepat dibandingkan dengan kontrol. Cepatnya pertumbuhan kalus mengakibatkan fracture line cepat menghilang. Hal ini dapat terjadi karena IGF-I berfungsi sebagai perantara terhadap hormon pertumbuhan, memicu pengambilan asam amino, sintesis protein, dan utilisasi penggunaan glukosa terutama dalam proses pertumbuhan dan regulasi fungsi anabolik (Ronny 2013). Mediasi protein anabolik dan pertumbuhan linear mempromosikan efek hipofisis GH. IGF-I memiliki efek merangsang pertumbuhan independen GH, yang berkaitan dengan sel-sel tulang rawan (Laron 2001). Selain itu, dengan pemberian estradiol jangka pendek dan panjang dapat meningkatkan aliran darah perifer dimana kalsium yang terdapat di dalam darah dapat dengan mudah masuk kedalam tulang sehingga persembuhan fraktur bisa semakin cepat (Nurdiana 2008).

Berdasarkan data yang didapat, persembuhan fraktur mulai berjalan secara optimal antara minggu keempat dan keenam. Hal ini sesuai dengan pendapat chen

(31)

17 tergabung dalam tulang rawan atau jaringan fibrous. Regulasi dari pembentukan kalus selama masa perbaikan fraktur dimediasi oleh ekspresi dari faktor-faktor pertumbuhan.

Faktor-faktor yang menghambat proses persembuhan fraktur antara lain adalah imobilisasi yang tidak cukup, infeksi, interposisi, gangguan perdarahan setempat, trauma lokal ekstensif, penyakit tulang, usia (lansia sembuh lebih lama), dan nekrosis vaskular. Faktor pendukung dalam persembuhan fraktur antara lain adalah status gizi baik, asupan kalsium cukup, tidak stres, dan lain sebagainya (Fernandez et al. 2006). Pada penelitian ini kelinci yang mengalami faktor-faktor yang menghambat proses persembuhan fraktur yang telah disebutkan diatas tidak dimasukan kedalam perlakuan. Kelinci perlakuan diberi pakan dan minum yang cukup sehingga status gizi dan asupan kalsium baik. Untuk menghindari stres yang berlebihan perlakuan dilakukan di kandang perawatan, sehingga stres bisa diminimalisir.

Terapi kombinasi estradiol dan IGF-I dapat mempengaruhi proses persembuhan fraktur dan delayed union tidak terjadi. Hal ini karena Estariol dan IGF-I merupakan hormon yang berperan penting dalam proses remodelling

tulang. Aksi biologi estrogen dapat mengaktifasi IGF-I sehingga terjadi cross-talk

antara IGF-I dan estradiol (Kato et al. 2000). Menurut Nurdiana (2008) estradiol dapat meningkatkan aliran darah dan mempercepat penyerapan kalsium, sehigga proses persembuhan fraktur akan lebih cepat. Fungsi lain dari estradiol sebagai hormon pengatur kerja dari osteoblas dan osteoklas (Waters et al. 1999). Menurut Ronny (2013) IGF-I berfungsi sebagai hormon yang mempercepat pertumbuhan sel tulang rawan. Estradiol dan IGF-1 dapat bekerja sinergis terhadap persembuhan fraktur. Estradiol berperan untuk penyerapan kalsium kedalam tulang dan mengatur kerja osteoblas dan osteoklas. Selain itu estradiol mendukung kerja dari IGF-1 untuk pembentukan sel tulang rawan baru.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penelitian ini membuktikan bahwa estradiol dan IGF-I berperan dalam proses persembuhan fraktur delayed union. Kombinasi estradiol dan IGF-I dapat mempercepat pertumbuhan kalus dan densitas kalus, semakin cepat pertumbuhan kalus, maka proses persembuhan fraktur akan semakin cepat pula. Terapi kombinasi estradiol dan IGF-I tidak terlalu berpengaruh terhadap rasio densitas otot.

Saran

Untuk memperoleh suatu hasil yang lebih baik, maka diperlukan penelitian lanjutan mengenai terapi kombinasi estradiol dan Insulin-like growth factor I

(32)

18

diperlukan juga penelitian lanjutan, tetapi dengan dosis dan konsentrasi yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.

Arianni M, Kamal AF, Prasetyo M, Kodrat E. 2013. The effect of Bone Morphogenetic Protein-2 and Hydroxyapatite Granules on the incorporation of autoclaved femoral autografts in sprague-dawley rats. J Indones Ortho. 41(1):1-2.

Bader M. 2008. Cardiovascular Hormone Systems: From Molecular Mechanisms

to Novel Therapeutics. Oxford (UK): Blackwell Pub Ltd.

Cipta P. 2004. Kadar estradiol serum pada wanita usia reproduksi dengan perdarahan uterus disfungsi [tesis]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro. Chen Ya-Ting, Siris ES, Abbott TA, Connor EB, Miller PD, Wehren LE, Berger ML.2004. Bone mineral density thresholds for pharmacological intervention to prevent fractures. Arch Intern Med: 164(10):1108-1112. doi:10.1001/archinte. 164.10.1108.

Dendyningrat. 2012. Proses Penyembuhan Patah Tulang. Bali (ID): Bali Pr. Fernandez I, Gracia M A A, Pingarron M C, Jerez LB. 2006. Physiological bases

of bone regeneration II. The remodeling process. J Med Oral Patol Cir Bucal. 11: 151-157.

Gruber CJ, Tschugguel W, Schneeberger C, Huber JC. 2002. Production and actions of estrogens. J Med. 346(5):340‒352.

Guyton AC, Hall JE. 2004. Text Boox of Medical Physiology. Philadelphia (US): W.B. Sounder Company.

Hall JM, Couse JF. 2001. The multifaceted mechanisms of estradiol and estrogenreceptor signaling. J Biol Chem. 276(40): 36869-72.

Kalfas IH. 2001. Principles of bone healing. Neurosurgery Focus. 10 (4):7-10. Laron Z. 2001. Insulin-like growth factor 1 (IGF-I): a growth hormone. J Clin

Pathol: Mol Pathol ; 54:311–316.

Liberman JR, Friedlaender GE. 2005. Bone Regeneration and Repair. New Jersey (US): Human Pr.

Kato S, Masuhiro Y, Watanabe M, Kobayashi Y, Takeyama K, Endok H, Yanagisawa J. 2000. Molecular mechanis of a cross-talk between estrogen and growth factor signaling pathways. Genes to cell; 5: 593-601.

Masyrifah N. 2011. Prinsip interpretasi radiografi panoramik pada fraktur mandibula [skripsi]. Makassar (ID): Universitas Hasanuddin.

McGavin MD, Zachary JF. 2007. Pathologic Basis Veterinary Disease. Missouri (US): Mosby Elsevier.

Monologas SC. 2000. Brith and Death of Bone celle: Basic Regulatory Mechanisms and Implications For the Pathogenesis and Treatment of Osteoporosis. Endocrin Reviews 21(2): 115-137

(33)

19 Nurdiana. 2008. Efek 17P-Estradiol terhadap densitas reseptor Adrenergik-aIO dan kontraktilitas otot polos pembuluh darah tikus. J Ked Brawijaya. 24(2):90-6.

Patel SP, Anthony SG, Zurakowski D, Didolkar MM, Kim PS, Wu JS, Kung JW, Dolan M, Rozental TD. 2014. Radiographic scoring system to evaluate union of distal radius fractures. J Hand Surg Am: 39(8):1471-9. doi: 10.1016/j.jhsa.2014.05.022

Piermattei DL, Flo GL, DeCamp CE. 2006. Handbook of Small Animal

Orthopedics and Fracture Repair Frouth Edition. Philadelphia (US):

Saunders elsevier.

Renehan A, Frystyk J, Flyvberg A. 2006. The Role of the Insulin-IGF Axis. Florida (US): CRC Pr.

Roith DL.1997. Insulin-like growth factors. Seminars in Medicine of the Beth

Israel Deaconess Medical Center: 336(9): 633-640.

Ronny. 2013. IGF-I Signaling Pathway. Bandung (ID): Universitas Padjadjaran Pr.

Samuelson DA. 2007. Textbook of Veterinary Histology. Missouri (US): Saunders elsevier.

Setiyohadi B. 2007. Osteoporosis. dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid

II Edisi IV. Jakarta (ID): Departmen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas

Kedokteran UI.

Sherwood L. 2004. Human Physiology From Cells to Systems. Sydney (AU): Thomson.

Susilo, Budi WS, Kusminarto. 2011. Analisis homogenitas bahan acrylic dengan teknik radiografi sinar-x. Jurnal Fisika. 1(1):29-34.

Thrall DE. 2007. Texbook of Veterinary Diagnostic Radiology. Missouri (US): Saunders elsevier.

Wang X, Mabrey JD, Agrawal CM. 1998. An interspecies comparison of bone fracture properties. Biomed Mater Eng. 8(1):1-9.

Waters KM, Rickard DJ, Gebhart JB. 1999. Potential Roles of Estrogen

Reseptor-α and β in The Regulation of Human Osteoblast Function and Gene

(34)

20

Lampiran

Lampiran 1 Gambaran radiografi os tibia arah pandang mediolateral dan

ventrodorsal pada perlakuan. Minggu kedua (A), minggu keempat

(B), dan minggu keenam (C).

Lampiran 2 Gambaran radiografi os tibia arah pandang mediolateral dan

ventrodorsal pada kontrol. Minggu kedua (A), minggu keempat (B),

(35)

21

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Majalengaka pada tanggal 17 November 1992 dari ayah Lili Sutarli dan ibu Ating Kurniasih. Penulis adalah putra pertama dari empat bersaudara. Tahun 2005 penulis lulus dari SD Negeri Cisoka, kemudian pada tahun 2008 lulus dari SMP Negeri 1 Cikijing. Selanjutnya tahun 2011 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Talaga dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Fakultas Kedokteran Hewan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Ilmu Bedah Umum Veteriner 1 (IBUV 1) pada tahun ajaran 2013/2014 dan asisten Higiene Pangan Asal Hewan pada tahun 2014/2015. Penulis juga pernah aktif sebagai staf di departemen BOS BEM FKH IPB, anggota dari Gita Klinika, tim reporter VET!Zone, anggota himpunan Profesi Hewan Kesayangan dan Satwa Akuatik Fakultas Kedokteran Hewan. Penulis juga mengikuti organisasi eksternal kampus, yaitu Organisasi Mahasiswa Daerah HIMMAKA (Himpunan Mahasiswa Majalengka).

Gambar

Gambar 1  Skema radiografi (Thrall 2007)
Gambar 2  Proses persembuhan fraktur (Liberman JR dan Friedlaender GE 2005).
Gambar 3  Mekanisme kerja estradiol (Bader 2008)
Gambar 4 Mekanisme kerja IGF-I (Renehan et al. 2006)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pembentukan citra melalui berfikir unggul dan menciptakan kreatifitas pada anak jalanan ini memberikan potensi tersendiri dalam pandangan orang lain, yang mana orang tersebut

diuraikan sebelumnya maka hipotesis dari penelitian ini adalah “Kepercayaan pada atasan dan komitmen karyawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

Q’Nyoss memiliki salah satu snack pilihan yang praktis dengan menawarkan harga yang relatif terjangkaumurah yang memiliki beberapa varian rasa. Makanan ini baru

Gültaş, D.(2008); Raimondo D’Aronco: İstanbul’daki Yapılarında Cephe Biçimlenişi ve Detayları, Yüksek lisans Tezi, Yıldız Teknik Üniversitesi, İstanbul.

[r]

Program acara variety show di net ini menampilkan sosok laki-laki yang berambut panjang, badan yang tidak atletis, dan cara berbicara yang kurang tegas, sedangkan

Ketika dilarutkan dalam atau dicampur dengan bahan lain dan dalam kondisi yang menyimpang dari yang disebutkan dalam EN374 silahkan hubungi suplier sarung tangan CE-resmi

Hasil pengujian hipotesis kelima menunjukkan bahwa distribusi berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen produk smartphone Sony