EFEK RAKTOPAMIN HIDROKLORIDA TERHADAP KARAKTERISTIK
FERMENTASI RUMEN, PRODUKSI DAN KUALITAS DAGING
SAPI POTONG : KAJIAN
IN VITRO
DAN META-ANALISIS
ANDRE MEIDITAMA KASENTA
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Efek Raktopamin Hidroklorida Terhadap Karakteristik Fermentasi Rumen, Produksi dan Kualitas Daging Sapi Potong : Kajian In Vitro dan Meta-Analisis adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, April 2016
Andre Meiditama Kasenta
RINGKASAN
ANDRE MEIDITAMA KASENTA. Efek Raktopamin Hidroklorida Terhadap Karakteristik Fermentasi Rumen, Produksi dan Kualitas Daging Sapi Potong : Kajian In Vitro dan Meta-Analisis. Dibimbing oleh ANURAGA JAYANEGARA dan LILIS KHOTIJAH.
Raktopamin-HCl menjadi objek penelitian yang sedang dikembangkan di lingkungan nutrisi ternak. Raktopamin-HCl dilaporkan berefek positif terhadap pertambahan bobot badan, efisiensi pakan dan produksi daging sapi potong dan berefek negatif terhadap kualitas daging sapi potong seperti marbling dan keempukan daging. Keberagaman respon positif dan negatif sapi potong terhadap raktopamin yang dilaporkan selama 10 tahun terakhir erat kaitannya dengan reaksi raktopamin di dalam jaringan mamalia dan efeknya terhadap fermentasi rumen. Penelitian menggunakan eksperimen in vitro dan metode meta-analisis perlu dilakukan untuk mengidentifikasi dosis raktopamin yang dapat berefek positif dan negatif terhadap fermentasi rumen, produksi dan kualitas daging sapi potong. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi dosis raktopamin yang dapat berefek positif dan negatif terhadap fermentasi rumen, produksi dan kualitas daging sapi potong. Manfaat penelitian ini adalah memberikan pengetahuan dosis raktopamin terbaik yang berefek positif terhadap fermentasi rumen, produksi dan kualitas daging sapi potong sehingga dapat diaplikasikan untuk formulasi ransum penggemukan sapi potong.
Penelitian dilaksanakan dalam 2 tahap yaitu eksperimen in vitro dan meta-analisis artikel terpublikasi internasional dalam kurun waktu 10 tahun terakhir yang menginduksi raktopamin pada eksperimen in vivo sapi potong. Eksperimen
in vitro menggunakan rancangan acak kelompok dengan 3 kelompok dan 5 perlakuan. Cairan rumen digunakan sebagai kelompok. Cairan rumen berasal dari 3 sapi Peranakan Ongol berfistula pada hari pengambilan sampel cairan rumen yang sama. Perlakuan diformulasikan untuk mendapatkan 12 % PK ransum dengan rasio 90 % konsentrat dan 10 % tepung rumput gajah. Raktopamin diformulasikan berdasarkan estimasi konsumsi dosis raktopamin minimal dan maksimal pada 10 kg konsumsi BK ransum yaitu sebesar 100 mg/e/h dan 400 mg/e/h dan dosis diantaranya yaitu 200 mg/e/h dan 300 mg/e/h dibandingkan kontrol 0 mg/e/h. Ransum perlakuan meliputi RH1, RH2, RH3, RH4 dan RH5 yang masing – masing mengandung dosis raktopamin sebesar 0, 10, 20, 30 dan 40 ppm. Data dari eksperimen in vitro dianalisis sidik ragam dan uji jarak Duncan pada program SPSS versi 16.0. Raktopamin dijadikan objek meta-analisis dikarenakan penelitiannya di lingkungan nutrisi ternak sedang dikembangkan. Artikel yang dimeta-analisiskan sebanyak 27 artikel dengan jumlah eksperimen in vivo raktopamin di sapi potong yang dilaporkan sebanyak 32 eksperimen. Hasil meta-analisis 32 eksperimen in vivo tersebut menghasilkan database kuantitatif yang dimuat di perangkat lunak Microsoft Excel. Database meta-analisis dianalisis menggunakan prosedur MIXED di program SAS versi 9.1.3.
Raktopamin pada dosis 10, 20 dan 30 ppm meningkatkan kecernaan bahan organik sebesar 4.72 %, 2.58 % dan 4.13 %. Meta-analisis menunjukkan raktopamin yang terkonsumsi sebanyak 1 mg/e/h meningkatkan pertambahan bobot badan dan konversi pakan sebesar 0.59 x 10-3 kg/e/h dan 0.64 x 10-4 kg/kg secara linier dengan peningkatan dosisnya. Raktopamin yang terkonsumsi sebanyak 1 mg/e/h cenderung meningkatkan bobot badan akhir sebesar 35.48 x 10-3 kg secara linier dengan peningkatan dosisnya tanpa berefek pada konsumsi
bahan kering ransum. Raktopamin yang terkonsumsi sebanyak 1 mg/e/h cenderung meningkatkan bobot karkas hangat, luas area lamusir, ketebalan lemak punggung rusuk ke 12 – 13, dan persentase tingkatan kualitas karkas USDA select masing – masing sebesar 23.03 x 10-3 kg, 70.25 x 10-4 cm2, 2.37 x 10-4 cm dan
0.023 % secara linier dengan peningkatan dosisnya. Raktopamin yang terkonsumsi sebanyak 1 mg/e/h meningkatkan pertambahan bobot karkas dan konversi karkas sebesar 12.66 x 10-4 kg/e/h dan 1.60 x 10-4 kg/kg secara linier dengan peningkatan dosisnya tanpa berefek pada persentase karkas, kualitas udamaru, persentase lemak karkas, marbling, pertumbuhan daging dan karkas, persentase tingkatan kualitas karkas USDA choice atau greater dan daya putus daging meskipun cenderung menurunkan pertumbuhan tulang dan persentase tingkatan kualitas karkas USDA choice sebesar 0.053 dan 0.022 % secara linier dengan peningkatan dosisnya.
SUMMARY
ANDRE MEIDITAMA KASENTA. Effects of Ractopamine Hydrochloride on Rumen Fermentation Characteristics, Meat Production and Quality of Feedlot Cattle : In Vitro and Meta-Analysis Study. Supervised by ANURAGA JAYANEGARA and LILIS KHOTIJAH.
Ractopamine-HCl has markedly evolved to become objectives research on the research environment in the animal science. Ractopamine-HCl has positive effects on the average daily gaint, feed eficienci, and meat production of feedlot cattle but the negative effects has markedly on the meat quality to decrease marbling and meat tenderness. Cattle that have consumed this product markedly have the variation of positive and negative responses. This variation closely related with the action of ractopamine on the mammalian tissues and the effects of ractopamine on the rumen fermentation. Purpose of this study was to identifie ractopamine doses that have positive and negative effects on the rumen fermentation, meat production and quality of feedlot cattle. Benefit of this study was to given knowledge the best ractopamine doses that have positive effects on the rumen fermentation, meat production and quality for used on the feed formulation of feedlot cattle.
Study was conducted on in vitro and meta-analyses procedure for published papers based in vivo cattle study used ractopamine during last decade. In vitro used randomized complete blocks design included 3 blocks and 5 treatments. Rumen fluids from three different Peranakan Ongole cannulas beef cattle with one day sampling used as blocks. Treatments formulated on ration based 12 % crude protein included 90 % concentrate and 10 % elephant grass forage mash. Ractopamine formulated to reach minimal and maximal ractopamine intake on estimated 10 kg dry matter intake was 100 mg/h/d and 400 mg/h/d and among doses 200 mg/h/d and 300 mg/h/d with control doses 0 mg/h/d. Five ractopamine doses was hand mixed on 5 treatments such as RH1, RH2, RH3, RH4 and RH5 included ractopamine doses such as 0, 10, 20, 30 and 40 ppm, respectively. Data from in vitro experiments analyzed using GLM-univariate procedure and Duncan post hoc test in SPSS version 16.0. Ractopamine become objectives meta-analysis because have markedly evolved to become objectives research on the research environment in the animal science during last decade. A total of 27 papers were meta-analyzed and inditified with 32 sub-trials used ractopamine on in vivo cattle study. The sub-trials extracted manually to produce quantitative database in Microsoft Excel which analyzed using MIXED MODEL procedure on SAS version 9.1.3.
kg/kg, respectively. Tend to linier increased the final body weight by 35.48 x 10-3
kg on 1 mg/h/d based consumption with no effect on dry matter intake. Ractopamine tend to linier increased the hot carcass weight, longissimus muscle area, 12 – 13 rib fat thickness and USDA select percentage by 23.03 x 10-3 kg, 70.25 x 10-4 cm2, 2.37 x 10-4 cm and 0.023 %, respectively, on 1 mg/h/d based
consumption. Carcass weight gain and carcass conversion significantly linier increased by 12.66 x 10-4 kg/h/d and 1.60 x 10-4 kg/kg on 1 mg/h/d based consumption without affected on dressing percentage, yield grade, kidney, pelvic and heart fat percentage, marbling, lean and overall maturity, USDA choice or greater percentage and warner bratzler shear force although tend to linier decreased on skeletal maturity and USDA choice percentage by 0.053 and 0.022 % on 1 mg/h/d based consumption.
This study concluded that ractopamine hydrochloride consistent have positive effects on rumen fermentation, meat production and quality of feedlot cattle. The best ractopamine hydrochloride dose is amount 300 mg/h/d to increases rumen fermentation. The best ractopamine hydrochloride dose is amount 400 mg/h/d to increases meat production.
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Nutrisi dan Pakan
EFEK RAKTOPAMIN HIDROKLORIDA TERHADAP KARAKTERISTIK
FERMENTASI RUMEN, PRODUKSI DAN KUALITAS DAGING
SAPI POTONG : KAJIAN
IN VITRO
DAN META-ANALISIS
ANDRE MEIDITAMA KASENTA
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Tesis : Efek Raktopamin Hidroklorida Terhadap Karakteristik Fermentasi Rumen, Produksi dan Kualitas Daging Sapi Potong : Kajian In Vitro dan Meta-Analisis
Nama : Andre Meiditama Kasenta NIM : D251124071
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Dr Anuraga Jayanegara, SPt MSc Ketua
Dr Ir Lilis Khotijah, MSi Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Ilmu Nutrisi dan Pakan
Prof Dr Ir Yuli Retnani, MSc
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2015 ini ialah raktopamin hidroklorida untuk sapi potong dengan judul tesis yaitu Efek Raktopamin Hidroklorida Terhadap Karakteristik Fermentasi Rumen, Produksi dan Kualitas Daging Sapi Potong : Kajian In Vitro dan Meta-Analisis.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Anuraga Jayanegara, SPt MSc dan Ibu Dr Ir Lilis Khotijah, MSi selaku pembimbing tesis. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Rita Mutia, MAgr selaku moderator kolokium tesis. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Dinar Tri Soelistyowati, DEA selaku moderator seminar tesis. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Idat Galih Permana, MScAgr selaku penguji sidang tesis. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Prof Dr Ir Yuli Retnani, MSc selaku ketua program studi Ilmu Nutisi dan Pakan Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada beasiswa Fresh Graduate Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada panitia seminar internasional MSAP di Malaysia.
Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Dian beserta staf Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bapak Ronny beserta staf Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Cibinong, Bogor, Bapak Sriyono dan Nuryanto beserta staf Laboratorium PAU, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, yang telah membantu selama pengumpulan data penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, April 2016
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xiv
DAFTAR LAMPIRAN xiv
1 PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
2 MATERI DANMETODE 3
Penelitian Tahap Satu 3
Eksperimen in vitro 3
Persiapan Bahan Ransum 3 Analisis Proksimat Bahan Ransum dan Formulasi Ransum 3
Fermentasi Ransum 4
Pengukuran Konsentrasi VFA dan Amonia 5 Pengukuran KCBK dan KCBO 5 Rancangan Percobaan dan Analisis Data 6
Penelitian Tahap Dua 6
Meta-analisis 6
Prosedur Meta-analisis 7
Analisis Data 8
3 HASIL DAN PEMBAHASAN 9
Penelitian Tahap Satu : Eksperimen in vitro 9 Efek Raktopamin pada Konsentrasi VFA in vitro 9 Efek Raktopamin pada Konsentrasi Amonia in vitro 10 Efek Raktopamin pada KCBK dan KCBK in vitro 10 Penelitian Tahap Dua : Meta-analisis 11 Efek Raktopamin pada Performa Pertumbuhan Sapi Potong 11 Efek Raktopamin pada Karakteristik Karkas Sapi Potong 13 Efek Raktopamin pada Kualitas Karkas Sapi Potong 14 Efek Raktopamin pada Tingkatan Kualitas Karkas Sapi Potong 14
4 SIMPULAN DAN SARAN 16
Simpulan 16
Saran 16
DAFTAR PUSTAKA 17
LAMPIRAN 20
DAFTAR TABEL
1 Kandungan nutrien bahan ransum dan ransum perlakuan 3 2 Formulasi ransum perlakuan 4 3 Efek raktopamin pada konsentrasi VFA in vitro 9 4 Efek raktopamin pada konsentrasi amonia in vitro 10 5 Efek raktopamin pada KCBK dan KCBO in vitro 11 6 Meta-analisis efek raktopamin pada performa pertumbuhan 12 7 Meta-analisis efek raktopamin pada karakteristik karkas 13 8 Meta-analisis efek raktopamin pada kualitas karkas 14 9 Meta-analisis efek raktopamin pada pertumbuhan karkas dan
tingkatan kualitas karkas 15
DAFTAR LAMPIRAN
1 Sidik ragam konsentrasi asam asetat in vitro 20 2 Sidik ragam konsentrasi asam propionat in vitro 20 3 Sidik ragam konsentrasi asam butirat in vitro 20 4 Sidik ragam konsentrasi VFA total in vitro 20 5 Sidik ragam konsentrasi amonia in vitro 21 6 Sidik ragam kecernaan bahan kering in vitro 21 7 Uji jarak Duncan kecernaan bahan kering in vitro 21 8 Sidik ragam kecernaan bahan organik in vitro 21 9 Uji jarak Duncan kecernaan bahan organik in vitro 22 10 Solusi model linier meta-analisis dosis raktopamin pada bobot badan
awal 22
11 Solusi model linier meta-analisis dosis raktopamin pada bobot badan
akhir 22
12 Solusi model linier meta-analisis dosis raktopamin pada konsumsi
bahan kering 22
13 Solusi model linier meta-analisis dosis raktopamin pada pertambahan
bobot badan 22
14 Solusi model linier meta-analisis dosis raktopamin pada efisiensi pakan 22 15 Solusi model linier meta-analisis dosis raktopamin pada bobot karkas
hangat 23
16 Solusi model linier meta-analisis dosis raktopamin pada pertambahan
bobot karkas 23
17 Solusi model linier meta-analisis dosis raktopamin pada efisiensi karkas 23 18 Solusi model linier meta-analisis dosis raktopamin pada persentase
karkas 23
19 Solusi model linier meta-analisis dosis raktopamin pada persentase
lemak karkas 23
20 Solusi model linier meta-analisis dosis raktopamin pada luas area
21 Solusi model linier meta-analisis dosis raktopamin pada ketebalan lemak lamusir rusuk ke 12 – 13 23 22 Solusi model linier meta-analisis dosis raktopamin pada kualitas
udamaru 24
23 Solusi model linier meta-analisis dosis raktopamin pada marbling 24 24 Solusi model linier meta-analisis dosis raktopamin pada daya putus
daging lamusir pada 14 hari penuaan 24 25 Solusi model linier meta-analisis dosis raktopamin pada pertumbuhan
tulang 24
26 Solusi model linier meta-analisis dosis raktopamin pada pertumbuhan
daging 24
27 Solusi model kuadratik meta-analisis dosis raktopamin pada
pertumbuhan karkas 24
28 Solusi model linier meta-analisis dosis raktopamin pada tingkatan kualitas karkas USDA choiceor greater 24 29 Solusi model linier meta-analisis dosis raktopamin pada tingkatan
kualitas karkas USDA choice 25 30 Solusi model linier meta-analisis dosis raktopamin pada tingkatan
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penelitian di lingkungan nutrisi ternak mengalami peningkatan jumlah publikasi, peningkatan pengukuran kuantitatif, perlakuan memiliki efek lebih kecil pada sistem yang sedang dikaji dibandingkan sistem sebelumnya, perencanaan nutrisi pakan basal dari berbagai eksperimen yang bervariasi, oleh karena itu dibutuhkan ringkasan kuantitatif dari berbagai penelitian yang telah lalu (Sauvant et al. 2008). Perencanaan nutrisi pakan basal yang sedang berkembang di lingkungan nutrisi ternak adalah penggunaan pakan aditif jenis β-AR agonis atau β-AA yaitu raktopamin. Raktopamin adalah β-A pertama yang diterima penggunaanya untuk pakan penggemukan sapi potong di tahun 2003 oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA 2003), (Gruber et al. 2008). Raktopamin diterima di Amerika Serikat pada tahun 2003, mulai dipasarkan di tahun 2004 dan juga diterima penggunaannya untuk sapi potong di negara Meksiko, Kanada dan Indonesia (Johnson 2013).
Raktopamin berefek positif terhadap produksi daging dengan meningkatkan pertambahan bobot badan, efisiensi pakan, persentase karkas dan bobot karkas hangat akan tetapi berefek negatif terhadap kualitas daging dengan menurunkan lemak dalam jaringan, lemak antar jaringan dan keempukan daging. Lean et al.
(2014) melaporkan bahwa meta-analisis menunjukkan hasil yang konsisten dengan aksi psikologis raktopamin yaitu meningkatkan massa otot area lamusir dan bobot karkas hangat, menurunkan lemak marbling dan meningkatkan nilai daya putus daging sapi potong. Raktopamin diklasifikasikan sebagai β-AA yang bertindak sebagai agen partisi ulang yang mengarahkan nutrien menuju deposisi otot yang lebih besar dan menjauhi jaringan lemak (Almeida et al. 2012). Jaringan otot lebih menjadi target respon raktopamin daripada jaringan lemak (Liu et al.
1994). Β-AR agonis meningkatkan massa otot sapi potong, meningkatkan sintesis protein otot, menurunkan degradasi protein otot dan menurunkan massa lemak (Mersman 1998). Tipe serat glikolitik yang meningkat pada perlakuan β-AA sebagai respon utama untuk meningkatkan hipertropi otot tetapi sebaliknya berkorelasi negatif pada jumlah jaringan lemak dalam jaringan otot dan lemak diantara jaringan otot (Johnson et al. 2014).
Hasil publikasi internasional menunjukkan keberagaman data kuantitatif terkait respon positif dan negatif sapi potong terhadap raktopamin. Abney et al.
2
Keberagaman respon positif dan negatif sapi potong terhadap raktopamin erat kaitannya dengan reaksi raktopamin di dalam jaringan mamalia dan efeknya terhadap fermentasi rumen. Efek raktopamin tidak terbatas pada jaringan mamalia saja dan perbedaan respon antara spesies ternak terhadap β-AA dapat dikarenakan efek β-AA pada mikroflora rumen dan kontribusi mikroorganisme ini terhadap proses pencernaan ruminansia (Walker dan Drouillard 2010).
Penelitian menggunakan eksperimen in vitro dan metode meta-analisis perlu dilakukan untuk mengidentifikasi dosis raktopamin yang dapat berefek positif dan negatif terhadap fermentasi rumen, produksi dan kualitas daging sapi potong. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kebenaran informasi dosis raktopamin yang dapat berefek positif dan negatif terhadap fermentasi rumen, produksi dan kualitas daging sapi potong. Dosis raktopamin yang berefek positif dapat diaplikasikan dalam formulasi ransum penggemukan sapi potong sehingga fermentasi rumen, produksi dan kualitas daging sapi potong dapat ditingkatkan. Metode meta-analisis untuk eksperimen nutirisi ternak diaplikasikan sebagai teknik kuantitatif untuk mengembangkan dan membenarkan informasi kuantitatif yang sedang berkembang (Sauvant et al. 2008). Meta-analisis digunakan untuk menargetkan proyek penelitian masa depan, mengatasi hipotesis lain dan kesenjangan pengetahuan saat ini yang terangkat terkait penggunaan produk β-AA serta mengefektifkan modifikasi perlakuan dan manajemen (Lean et al. 2014).
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi dosis raktopamin yang dapat berefek positif dan negatif terhadap fermentasi rumen, produksi dan kualitas daging sapi potong.
Manfaat Penelitian
3
2
MATERI DAN METODE
Penelitian terdiri dari dua tahap yaitu eksperimen raktopamin secara in vitro
menggunakan cairan rumen sapi Peranakan Ongole berfistula pada tahap satu dan meta-analisis eksperimen – eksperimen in vivo raktopamin dengan sapi potong yang telah terpublikasi pada tahap dua. Materi dan metode dari kedua tahap penelitian tersebut dijelaskan sebagai berikut :
Penelitian Tahap Satu
Eksperimen in vitro
Eksperimen in vitro dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2015. Tahapan eksperimen ini antara lain persiapan bahan ransum, analisis proksimat bahan ransum, formulasi ransum, fermentasi ransum, pengukuran konsentrasi VFA dan amonia, pengukuran KCBK dan KCBO dan analisis data. Tahapan tersebut dijelaskan sebagai berikut :
Persiapan Bahan Ransum
Bahan ransum meliputi raktopamin, konsentrat sapi pedaging, rumput gajah. Bahan ransum tersebut disiapkan masing – masing sebanyak 10 g, 7 kg dan 4 kg untuk raktopamin, konsentrat dan rumput gajah.
Analisis Proksimat Bahan Ransum dan Formulasi Ransum
Analisis proksimat bahan ransum perlakuan dilakukan di Laboratorium PAU Institut Pertanian Bogor. Bahan ransum yang dianalisis proksimat meliputi konsentrat dan rumput gajah. Tahapan ini dimulai dengan mengeringkan konsentrat dan rumput gajah cincang dengan matahari dan Oven 65⁰C. Rumput gajah kering digiling dan dihaluskan menggunakan vibratory sieve shaker ball mill Retsch 5657 Haan W.Germany ukuran 50 mesh atau sebesar 0.3 mm. Sampel analisis proksimat sebanyak 50 g untuk masing – masing bahan ransum. Hasil analisis proksimat bahan ransum disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan nutrien bahan ransum dan ransum perlakuan. Bahan Ransum BK (%) Komposisi BK (%)
Abu PK LK SK BETN Konsentrat 87.37 15.76 12.88 4.92 12.22 54.22 Tepung Rumput Gajah 92.64 17.28 10.89 1.65 30.38 39.80 Ransum Perlakuan 87.90 15.91 12.68 4.59 14.04 52.78
Keterangan : Hasil analisis proksimat PAU IPB (2015); BK : bahan kering, PK : protein kasar, LK : lemak kasar, SK : serat kasar, BETN : bahan ekstrak tanpa nitrogen.
4
ransum (Tabel 1 dan 2) berdasarkan (Elanco 2010) dan NRC (2000) . Ransum perlakuan dibuat dalam dua tahap pencampuran. Tahap pencampuran pertama dilakukan dengan cara mencampurkan raktopamin dengan konsentrat. Tahap pencampuran kedua dilakukan dengan cara mencampurkan rumput gajah pada campuran tahap pertama. Ransum perlakuan meliputi RH1, RH2, RH3, RH4 dan RH5 yang masing – masing mengandung dosis raktopamin sebesar 0, 10, 20, 30 dan 40 ppm (Tabel 2).
Tabel 2. Formulasi ransum perlakuan.
Komposisi Perlakuan raktopamin 20 ppm; RH4 = raktopamin 30 ppm; RH5 = raktopamin 40 ppm.
Raktopamin diformulasikan berdasarkan estimasi konsumsi dosis raktopamin minimal dan maksimal pada 10 kg konsumsi BK ransum yaitu sebesar 100 mg/e/h dan 400 mg/e/h dan dosis diantaranya yaitu 200 mg/e/h dan 300 mg/e/h dibandingkan kontrol 0 mg/e/h. Rekomendasi dosis raktopamin oral sebesar 9.8 – 24.6 g/ton (11 – 27 ppm) setara 90 – 430 mg/e/h yang dicampurkan pada pakan komplit yang mengandung 90 % BK untuk meningkatkan kecepatan pertambahan bobot badan, efisiensi pakan dan daging karkas (Elanco 2010). Rekomendasi dosis raktopamin oral yang biasa digunakan yaitu 200 mg/e/h (Schroeder et al. 2003). Raktopamin dosis 200 mg/e/h pada estimasi volume rumen 100 L setara 2.26 mg/L telah dicobakan secara in vitro pada sapi perah jantan kastrasi berkanula yang mengkonsumsi ransum konsentrat 94 % yang mengandung PK 14 % (Walker dan Drouillard 2010).
Fermentasi Ransum
Fermentasi ransum dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bahan fermentasi ransum meliputi ransum perlakuan, larutan McDougal dan cairan rumen dari tiga sapi Peranakan Ongol berfistula yang diperoleh dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Cibinong, Bogor.
Fermentasi ransum menggunakan prosedur Tilley dan Terry (1963). Cairan rumen yang digunakan adalah cairan rumen 3 sapi Peranakan Ongol berfistula pada hari pengambilan sampel cairan rumen yang sama. Cairan rumen diambil melalui lubang fistula sapi dan dimasukkan ke dalam termos bersuhu 39⁰C dengan cara diperas menggunakan kain kasa. Cairan rumen dalam termos dialiri gas CO2 sebelum digunakan dalam proses fermentasi. Fermentasi ransum dimulai
dengan memasukkan tabung fermentor yang berisi 500 mg ransum perlakuan ke dalam shaker water bath yang bersuhu suhu 39⁰C. Tabung fermentor ditambahkan 10 ml cairan rumen dan 40 ml larutan McDougal. Tabung fermentor dialiri gas CO2 selama 30 detik dan ditutup dengan karet penutup. Fermentasi
5
pengukuran konsentrasi VFA dan amonia. Hasil fermentasi pada jam ke-48 digunakan untuk pengukuran KCBK dan KCBO.
Pengukuran Konsentrasi VFA dan Amonia
Konsentrasi VFA diukur menggunakan alat gas chromatograph GC 9AM, Shimadzu Crop., Kyoto, Japan. Konsentrasi VFA meliputi konsentrasi asam asetat, propionat dan butirat. Prosedur tahapan ini dimulai dengan memasukkan sebanyak 1.5 ml sampel perlakuan hasil fermentasi pada jam ke-4 ke dalam tabung eppendorf. Tabung eppendorf berisi sampel perlakuan dimasukkan ke dalam kotak pendingin untuk dikirim dan dianalisa di Laboraturium PAU UGM, Yogyakarta. Sampel disiapkan untuk diinjeksikan pada alat gas chromatograph
oleh teknisi ahli. Hasil yang diperoleh dari alat gas chromatograph dihitung oleh teknisi ahli yang selanjutnya diperoleh konsentrasi asam asetat, propionat dan butirat dari sampel perlakuan.
Konsentrasi amonia diukur menggunakan metode difusi mikro Conway (Conway 1957). Prosedur dimulai dengan mengolesi cawan Conway dengan vaselin pada bagian bibir tutup dan wadah. Supernatan sampel perlakuan sebanyak 1 ml ditempatkan pada salah satu ujung alur cawan Conway dan larutan Na2CO3 jenuh sebanyak 1 ml ditempatkan pada ujung cawan Conway lainnya.
Larutan asam borat berindikator merah metil dan hijau kresol bromo sebanyak 1 ml ditempatkan pada bagian tengah cawan Conway. Cawan Conway ditutup rapat hingga kedap udara dan digoyang–goyangkan untuk meratakan campuran supernatan dan larutan Na2CO3. Cawan Conway didiamkan selama 24 jam dengan
suhu kamar untuk selanjutnya dilakukan proses titrasi. Proses titrasi dilakukan dengan cara meneteskan larutan H2SO4 0.0062 N sampai terjadi perubahan warna
dari biru menjadi merah jambu pada asam borat. Konsentrasi amonia dihitung berdasarkan rumus berikut :
N amonia (mM) = (ml H2SO4 x N H2SO4 x 1000)
(g x % BK) sampel
Pengukuran KCBK dan KCBO
Sampel perlakuan hasil fermentasi pada jam ke-48 digunakan untuk pengukuran KCBK dan KCBO. Tabung fermentor berisi sampel perlakuan ditetesi larutan HgCl2 dan selanjutnya dilakukan proses sentrifuse dengan
kecepatan 5.000 rpm selama 15 menit. Substrat akan terpisah menjadi endapan di bagian bawah dan supernatan yang bening berada di bagian atas. Supernatan dibuang dan endapan hasil sentrifuse ditambahkan 50 ml larutan pepsin-HCl 0.2%. Campuran tersebut diinkubasi kembali selama 48 jam tanpa tutup karet. Sisa pencernaan disaring dengan kertas saring whatman no 41 (yang sudah diketahui bobotnya) dengan bantuan pompa vakum. Endapan yang ada di kertas saring dimasukan ke dalam cawan porselen dan dimasukkan ke dalam oven 105⁰C selama 24 jam.
6
x 100 %
x 100 % fermentasi tanpa bahan pakan. KCBK dan KCBO dihitung berdasarkan rumus berikut :
% KCBK = BK sampel (g) – ( BK residu (g) – BK blanko(g) ) BK sampel (g)
% KCBO = BO sampel (g) – ( BO residu (g) – BO blanko(g) ) BO sampel (g)
Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan pada eksperimen in vitro adalah rancangan acak kelompok 3 x 5 (3 kelompok dan 5 perlakuan) (Steel dan Torrie 1993). Kelompok meliputi cairan rumen dari 3 sapi Peranakan Ongol berfistula. Perlakuan meliputi RH1 = raktopamin 0 ppm (kontrol), RH2 = raktopamin 10 ppm, RH3 = raktopamin 20 ppm, RH4 = raktopamin 30 ppm dan RH5 = raktopamin 40 ppm. Parameter yang diamati adalah konsentrasi asam asetat, asam propionat, asam butirat dan amonia serta KCBK dan KCBO.
Model liniernya adalah :
Yij = μ + αi + βj + εij
Keterangan :
Yij = Efek dosis raktopamin ke-i dan cairan rumen ke-j μ = Rataan umum
αi = Efek dosis raktopamin ke-i βj = Efek cairan rumen ke-j
εij = Galat dosis raktopamin ke-i dan cairan rumen ke-j
Data eksperimen in vitro dianalisis sidik ragam untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap parameter yang diamati dan uji jarak Duncan untuk melihat perbedaan pengaruh antar perlakuan jika terdapat perbedaan yang nyata pada analisis sidik ragam. Analisis data menggunakan software statistik SPSS versi 16.0.
Penelitian Tahap Dua
Meta-analisis
7
raktopamin pada produksi dan kualitas daging sapi pedaging untuk menyediakan data evaluasi standar daging Australia (Lean et al. 2014).
Prosedur Meta-analisis
Meta-analisis dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus tahun 2015. Alat yang digunakan untuk meta-analisis adalah laptop, jaringan internet, perangkat lunak Microsoft Excel dan SAS versi 9.1.3. Bahan yang dimeta-analisiskan adalah artikel terpublikasi internasional dengan kata kunci raktopamin, sapi potong dan eksperimen in vivo. Proses meta-analisis melibatkan peneliti dan teknologi komputer untuk memproduksi database yang berisi dosis raktopamin dan data kuantitatif hasil pengamatan pada parameter performa pertumbuhan, karakteristik karkas, kualitas dan tingkatan kualitas karkas sapi potong. Parameter performa pertumbuhan, karakteristik karkas, kualitas dan tingkatan kualitas karkas sapi potong dipilih sebagai parameter yang dimeta-analisiskan untuk mengamati efek raktopamin terhadap produksi dan kualitas daging sapi potong.
Prosedur meta-analisis meliputi tahapan penentuan objek meta-analisis, pencarian artikel terkait objek meta-analisis, analisis artikel hasil pencarian, pembuatan database, analisis database dan analisis data. Prosedur meta-analisis dijelaskan sebagai berikut :
Penentuan Objek Meta-analisis
Proses meta-analisis dimulai dengan menentukan objek meta-analisis yaitu raktopamin sebagai pakan aditif sapi potong yang sedang berkembang di lingkungan penelitian keilmuan nutrisi ternak. Raktopamin dipilih sebagai objek pengamatan karena memenuhi kriteria utama yaitu jumlah dan hasil publikasi meningkat dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.
Pencarian Artikel Terkait Objek Meta-analisis
Penelitian ini menggunakan 3 kata kunci utama yaitu raktopamin, sapi potong dan eksperimen in vivo. Tahapan ini adalah pencarian artikel menggunakan 2 kata kunci yaitu raktopamin dan sapi potong di situs resmi salah satu jurnal internasional yang diketahui menyimpan banyak artikel terkait raktopamin dan sapi potong yaitu Journal of Animal Science.
Analisis Artikel Hasil Pencarian
Analisis artikel meliputi analisis informasi artikel, analisis rancangan percobaan artikel dan analisis hasil pengamatan artikel untuk mencocokkan 3 kata kunci yaitu raktopamin, sapi pedaging dan eksperimen in vivo. Artikel didapati sebanyak 27 yang mengandung 3 kata kunci tersebut.
Pembuatan Database
8
dalam satu database utama di dalam perangkat lunak Microsoft Excel. Database utama mengandung informasi lengkap yang terdiri dari penulis artikel, tahun terbit artikel, jumlah eksperimen in vivo, nomor eksperimen in vivo, dosis raktopamin di setiap eksperimen in vivo, data kuantitatif dan satuan dari setiap peubah respon.
Analisis Database
Analisis database dilakukan untuk mengekstrak database utama menjadi database pilihan dengan cara memilih peubah respon yang memiliki kriteria untuk dianalisis menggunakan prosedur MIXED di program SAS versi 9.1.3. Kriteria yang digunakan adalah dosis raktopamin yang dicobakan minimal satu dosis dan dibandingkan dengan kontrol dan jumlah data kuantitatif peubah respon yang dilaporkan minimal berjumlah 10. Database pilihan mengandung informasi penulis artikel, tahun terbit artikel, jumlah eksperimen in vivo, nomor eksperimen
in vivo, dosis raktopamin di setiap eksperimen in vivo, 5 parameter dan data kuantitatif performa pertumbuhan dan 19 parameter dan data kuantitatif karkas.
Analisis Data
Database pilihan yang termuat di dalam perangkat lunak Microsoft Excel
disiapkan untuk dianalisis menggunakan prosedur MIXED di program SAS versi 9.1.3. dengan pendekatan statistik meta-analisis menurut St-Pierre (2001) dan Sauvant et al. (2008).
B0 = Keseluruhan intersep dari semua eksperimen (efek tetap)
B1 = Koefisien regresi linier Y di X (efek tetap)
Xij = Nilai variabel prediksi kontinyu (dosis raktopamin)
si = Efek acak dari eksperimen ke-i
bi = Efek acak dari eksperimen ke-i pada koefisien regresi Y di X di
eksperimen ke-i
eij = Eror residu yang tidak dijelaskan
SAS statementnya adalah :
PROC MIXED Data = Dataregs COVTEST CLASS Study;
MODEL Y = X/SOLUTION; RANDOM intercept X; RUN;
Keterangan :
Dataregs COVTEST = raktopamin
Y = parameter yang diamati X = dosis
9
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Efek Raktopamin pada Fermentasi Rumen Sapi Potong Penelitian Tahap Satu : Eksperimen in vitro
Efek Raktopamin pada Konsentrasi VFA in vitro
Hasil pengukuran konsentrasi VFA in vitro disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Efek raktopamin pada konsentrasi VFA in vitro.
Perlakuan Parameter
C2 (mM) C3 (mM) C4 (mM) VFA Total (mM)
RH1 20.32±1.71 7.59±0.89 4.11±0.40 32.02±2.00 RH2 26.33±8.38 9.31±3.29 5.63±1.88 41.27±13.47 RH3 23.16±6.23 8.51±1.83 5.08±1.91 36.74±9.90 RH4 25.67±3.11 9.62±1.71 5.35±0.61 40.64±4.98 RH5 23.86±3.60 8.33±1.37 4.87±0.68 37.06±5.63 P-value 0.687 0.651 0.692 0.685
Keterangan : RH1 = raktopamin 0 ppm (kontrol); RH2 = raktopamin 10 ppm; RH3 = raktopamin 20 ppm; RH4 = raktopamin 30 ppm; RH5 = raktopamin 40 ppm; C2 = asam asetat; C3 = asam propionat; C4 = asam butirat;
VFA = volatile fatty acid.
Raktopamin-HCl merupakan katekolamin eksogenus yang memiliki kemiripan struktur molekul dengan katekolamin endogenus yaitu noadrenalin dan adrenalin (Mersmann 1998). Katekolamin meningkatkan pertumbuhan bakteri gram negatif in vitro (Lyte dan Ernst 1992), (Kinney et al. 200) yang vital untuk proses fermentasi (Walker dan Drouillard 2010). Hasil pengukuran konsentrasi VFA menunjukkan bahwa raktopamin tidak berefek pada konsentrasi VFA (P>0.1) (Tabel 3). Hasil tersebut menjelaskan bahwa fermentasi ransum dalam in vitro selama 4 jam tidak mendeteksi efek posititf dan negatif dari raktopamin pada konsentrasi VFA sampai dosis penggunaan 40 ppm. Raktopamin tidak berefek pada asam asetat (P=0.38), asam propionat (P=0.95), asam butirat (P=0.15) dan VFA total (P=0.54) (Walker dan Drouillard 2010).
Hasil pengukuran konsentrasi VFA menunjukkan bahwa konsentrasi asam asetat, asam propionat, asam butirat dan VFA total yang dihasilkan dari ransum perlakuan raktopamin 10, 20, 30 dan 40 ppm mengalami peningkatan yang tidak signifikan dibandingkan ransum kontrol meskipun tidak berada dalam kisaran normal konsentrasi VFA total (Tabel 3). Asam asetat, asam butirat dan VFA total memiliki konsentrasi yang meningkat secara angka pada perlakuan raktopamin setelah 6 jam inkubasi, sedangkan asam propionat secara angka menurun dengan ditambahkan raktopamin (Walker dan Drouillard 2010). Konsentrasi VFA total normal sebesar 70 – 150 mM (McDonald et al. 2010).
10
Efek Raktopamin pada Konsentrasi Amonia in vitro
Hasil pengukuran konsentrasi amonia in vitro disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Efek raktopamin pada konsentrasi amonia in vitro.
Perlakuan Parameter
Keterangan : RH1 = raktopamin 0 ppm (kontrol); RH2 = raktopamin 10 ppm; RH3 = raktopamin 20 ppm; RH4 = raktopamin
30 ppm; RH5 = raktopamin 40 ppm; NH3 = amonia.
Hasil pengukuran konsentrasi amonia menunjukkan bahwa raktopamin tidak berefek pada konsentrasi amonia (P>0.1) (Tabel 4). Walker dan Drouillard (2010) melaporkan bahwa raktopamin menurunkan konsentrasi amonia in vitro
(P<0.001) dengan hasil tetap di atas 10 mM. Hasil pengukuran konsentrasi amonia ini mendeteksi perbedaan dibandingkan hasil pengukuran konsentrasi amonia oleh Walker dan Drouillard (2010) yang mengunakan cairan rumen sapi perah jantan kastrasi menunjukkan bahwa respon mikroflora rumen terhadap raktopamin berbeda antara spesies ternak. Perbedaan respon antara spesies ternak terhadap β-AA dapat dikarenakan efek β-AA pada mikroflora rumen dan kontribusi mikroorganisme ini terhadap proses pencernaan ruminansia (Walker dan Drouillard 2010).
Hasil pengukuran konsentrasi amonia menunjukkan bahwa konsentrasi amonia yang dihasilkan dari ransum perlakuan raktopamin 10, 20, 30 dan 40 ppm mengalami peningkatan yang tidak signifikan dibandingkan ransum kontrol meskipun tidak berada dalam kisaran normal konsentrasi amonia (Tabel 4). Konsentrasi amonia normal sebesar 6 – 21 mM (McDonald et al. 2010). Hasil tersebut menjelaskan bahwa fermentasi ransum dalam in vitro selama 4 jam tidak mendeteksi efek posititf dan negatif dari raktopamin pada proses deaminasi in vitro sampai dosis penggunaan 40 ppm. Hasil tersebut memiliki perbedaan dibandingkan (Walker dan Drouillard 2010) yang menyebutkan bahwa penurunan (P<0.001) yang teramati di asam amino dan amonia menunjukkan bahwa proteolisis dan deaminasi mungkin terpengaruh oleh adanya raktopamin.
Efek Raktopamin pada KCBK dan KCBO in vitro
11
Tabel 5. Efek raktopamin pada KCBK dan KCBO in vitro. Perlakuan Parameter
Keterangan : RH1 = raktopamin 0 ppm (kontrol); RH2 = raktopamin 10 ppm; RH3 = raktopamin 20 ppm; RH4 = raktopamin 30 ppm; RH5 = raktopamin 40 ppm; KCBK = kecernaan bahan kering; KCBO = kecernaan bahan organik; superskrip dengan huruf berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05) dan sangat nyata (P<0.01) berdasarkan analisis sidik ragam dan uji jarak Duncan.
Hasil tersebut menjelaskan bahwa raktopamin memiliki batasan dosis penggunaan yang berefek pada aktitifas mikroba rumen ditunjukkan dengan kecernaan bahan organik yang menurun pada dosis 40 ppm. Walker dan Drouillard (2010) menyatakan bahwa raktopamin signifikan (P<0.01) meningkatkan KCBK ransum dan memiliki batas atas konsentrasi yang merangsang fermentasi mikroba. Strydom et al. (2009) melaporkan melalui eksperimen in vivo bahwa kecernaan bahan kering dan protein tidak berbeda antara kontrol dan perlakuan raktopamin 396 mg/e/h.
Hasil eksperimen in vitro penelitian ini menunjukkan bahwa raktopamin tidak mengganggu fermentasi rumen ditunjukkan dengan hasil kecernaan bahan kering dan bahan organik ransum yang meningkat tanpa berefek pada konsentrasi VFA dan amonia (Tabel 3, 4 dan 5). Katekolamin memiliki fungsi siderophores, mengkhelat besi dan memberi keuntungan bakteri untuk dapat mengenali dan menggunakan siderophores sehingga meningkatkan kemampuan bakteri untuk mencerna besi sebagai nutrien esensial untuk pertumbuhan bakteri (Kinney et al. 2000). Raktopamin mungkin menyediakan keuntungan kompetitif dalam penggunaan besi dan faktor lain yang tidak diketahui untuk mikroorganisme rumen spesifik yang vital untuk proses fermentasi (Walker dan Drouillard 2010). Dosis raktopamin yang diketahui berefek positif terhadap fermentasi rumen sebesar 20 dan 30 ppm ditunjukkan dengan konsentrasi VFA dan amonia yang tidak terganggu (Tabel 3 dan 4) dan kecernaan bahan kering dan bahan organik ransum yang meningkat (Tabel 5). Dosis 200 mg/e/h adalah rekomendasi dosis raktopamin yang biasa digunakan untuk formulasi ransum (Schroeder et al. 2003).
Efek Raktopamin pada Performa Pertumbuhan Sapi Potong Penelitian Tahap Dua : Meta-analisis
12
Tabel 6. Meta-analisis efek raktopamin pada performa pertumbuhan.
Parameter n Satuan Kontrol Raktopamin P-value Bobot badan awal 68 kg 433.77 433.77 0.79 (ns) Bobot badan akhir 58 kg 562.24 35.48 x 10-3 0.12
Konsumsi bahan kering 65 kg/e/h 9.57 9.57 0.72 (ns) Pertambahan bobot badan 67 kg/e/h 1.48 0.59 x 10-3 0.004
Efisiensi pakan 58 kg/kg 0.16 0.64 x 10-4 0.004 Keterangan : n = jumlah data parameter; kontrol = interpretasi nilai parameter jika dosis
raktopamin 0 mg/e/h; raktopamin = perubahan nilai parameter setiap perubahan dosis raktopamin 1 mg/e/h.
peningkatan dosisnya (Tabel 6). Hasil meta-analisis menunjukkan bahwa raktopamin yang terkonsumsi sebanyak 1 mg/e/h cenderung signifikan meningkatkan bobot badan akhir (P=0.1) sebesar 35.48 x 10-3 kg secara linier dengan peningkatan dosisnya tanpa berefek pada konsumsi bahan kering ransum (P=0.7) (Tabel 6). Raktopamin pada dosis 100 dan 200 mg/e/h meningkatkan bobot badan akhir, pertambahan bobot badan dan efisiensi pakan sapi jantan kastrasi secara linier dibandingkan kontrol (Abney et al. 2007). Raktopamin pada dosis 100 mg/e/h, 200 mg/e/h dan 300 mg/e/h meningkatkan bobot badan akhir, pertambahan bobot badan dan efisiensi pakan secara linier dan tidak berefek pada konsumsi ransum sapi betina dara dibandingkan kontrol (Schroeder et al. 2011). Raktopamin pada dosis 200 dan 300 mg/e/h meningkatkan bobot badan akhir, pertambahan bobot badan dan efisiensi pakan sapi jantan kastrasi yang disapih awal secara linier dibandingkan kontrol (Boler et al. 2012). Dosis 200 mg/e/h adalah rekomendasi dosis raktopamin yang biasa digunakan untuk formulasi ransum (Schroeder et al. 2003). Raktopamin pada dosis 70 – 430 mg/e/h digunakan untuk meningkatkan pertambahan bobot badan dan efisiensi pakan (FDA 2009), (Elanco 2010).
13
Efek Raktopamin pada Karakteristik dan Kualitas Karkas Sapi Potong Penelitian Tahap Dua : Meta-analisis
Efek Raktopamin pada Karakteristik Karkas Sapi Potong
Hasil meta-analisis efek raktopamin pada karakteristik karkas sapi potong disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Meta-analisis efek raktopamin pada karakteristik karkas.
Parameter n Satuan Kontrol Raktopamin P-value Bobot karkas hangat 70 kg 347.94 23.03 x 10-3 0.13
Pertambahan bobot karkas 10 kg/e/h 1.05 (ns) 12.66 x 10-4 0.02
Efisiensi karkas 10 kg/kg 0.12 (ns) 1.60 x 10-4 0.03
Persentase karkas 54 % 62.12 62.12 0.54 (ns) Lemak karkas 67 % 2.08 2.08 0.94 (ns)
Keterangan : n = jumlah data parameter; kontrol = interpretasi nilai parameter jika dosis raktopamin 0 mg/e/h; raktopamin = perubahan nilai parameter setiap perubahan dosis raktopamin 1 mg/e/h.
Hasil meta-analisis menunjukkan bahwa raktopamin yang terkonsumsi sebanyak 1 mg/e/h cenderung signifikan meningkatkan bobot karkas hangat (P=0.1) sebesar 23.03 x 10-3 kg secara linier dengan peningkatan dosisnya (Tabel 7). Raktopamin pada dosis 200 mg/e/h dan 300 mg/e/h meningkatkan bobot karkas hangat secara linier dibandingkan kontrol (Schroeder et al. 2011). Raktopamin pada dosis 90 – 430 mg/e/h digunakan untuk meningkatkan pertambahan bobot badan, efisiensi pakan dan pertambahan produksi daging karkas (Elanco 2010), (FDA 2014). Salah satu tujuan utama penggunaan raktopamin di peternakan adalah untuk meningkatkan nilai karkas (Gonzalez et al. 2007).
Bobot karkas hangat yang meningkat disebabkan oleh meningkatnya pertambahan bobot karkas dan efisiensi karkas. Hasil meta-analisis menunjukkan bahwa raktopamin yang terkonsumsi sebanyak 1 mg/e/h signifikan meningkatkan pertambahan bobot karkas (P=0.02) dan efisiensi karkas (P=0.03) masing – masing sebesar 12.66 x 10-4 kg/e/h dan 1.60 x 10-4 kg/kg secara linier dengan
peningkatan dosisnya (Tabel 7). Raktopamin pada dosis 300 mg/e/h meningkatkan persentase protein karkas dan cenderung meningkatkan persentase air karkas diekspektasikan sebagai peningkatan jumlah otot pada karkas (Schroeder et al. 2011).
Persentase karkas (P=0.5) dan lemak karkas (P=0.9) (Tabel 7) yang tidak dipengaruhi oleh raktopamin menunjukkan bahwa meta-analisis tidak mendeteksi efek positif dan negatif raktopamin pada persentase karkas dan lemak karkas. Raktopamin pada dosis 100 mg/e/h, 200 mg/e/h dan 300 mg/e/h tidak berefek pada persentase karkas dan lemak karkas sapi betina dara dibandingkan kontrol (Schroeder et al. 2011).
14
Efek Raktopamin pada Kualitas Karkas Sapi Potong
Hasil meta-analisis efek raktopamin pada kualitas karkas sapi potong disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Meta-analisis efek raktopamin pada kualitas karkas.
Parameter n Satuan Kontrol Raktopamin P-value Kualitas udamaru 67 2.63 2.63 0.54 (ns) Ketebalan lemak lamusir 66 cm 1.13 2.37 x 10-4 0.09
Luas area lamusir 70 cm2 82.89 70.25 x 10-4 0.13
Marbling 67 433.89 433.89 0.88 (ns) Daya putus daging 22 kg/cm2 4.02 4.02 0.81 (ns)
Keterangan : n = jumlah data parameter; Ketebalan lemak lamusir = ketebalan lemak lamusir rusuk ke 12-13; Daya putus daging = keempukan daging lamusir pada 14 hari penuaan; kontrol = interpretasi nilai parameter jika dosis raktopamin 0 mg/e/h; raktopamin = perubahan nilai parameter setiap perubahan dosis raktopamin 1 mg/e/h.
Hasil meta-analisis menunjukkan bahwa raktopamin yang terkonsumsi sebanyak 1 mg/e/h cenderung signifikan meningkatkan ketebalan lemak lamusir (P=0.09) dan luas area lamusir (P=0.1) masing – masing sebesar 2.37 x 10-4 cm
dan 70.25 x 10-4 cm2 secara linier dengan peningkatan dosisnya dan tidak berefek pada kualitas udamaru (P=0.5), marbling (P=0.9) dan daya putus daging (P=0.8) (Tabel 8). Raktopamin pada dosis 100 mg/e/h, 200 mg/e/h dan 300 mg/e/h tidak berefek pada ketebalan lemak lamusir dan nilai marbling sapi betina dara dibandingkan kontrol dan meningkatkan luas area lamusir dan cenderung meningkatkan kualitas udamaru pada dosis 300 mg/e/h dibandingkan kontrol (Schroeder et al. 2011).
Hasil meta-analisis menjelaskan bahwa raktopamin berefek positif terhadap produksi daging sapi potong ditunjukkan dengan luas area dan ketebalan lemak lamusir yang meningkat tanpa berefek negatif pada kualitas udamaru, produksi marbling dan nilai daya putus daging (Tabel 8). Hasil meta-analisis penelitian ini mendeteksi perbedaan dibandingkan Lean et al. (2014) yang melaporkan bahwa raktopamin signifikan meningkatkan massa otot area lamusir, persentase karkas, bobot karkas hangat dan nilai daya putus daging dan signifikan menurunkan lemak marbling dan kualitas udamaru. Weber et al. (2012) menyatakan kekurangan perbedaan statistik mungkin sebagian dikarenakan variasi data antar perlakuan yang cukup tinggi, ukuran sampel terbatas, atau latar belakang genetik dan kebutuhan nutrien antara sapi dari lingkungan berbeda yang tidak diketahui atau kombinasinya.
Efek Raktopamin pada Tingkatan Kualitas Karkas Karkas Sapi Potong
15
Tabel 9. Meta-analisis efek raktopamin pada pertumbuhan karkas dan tingkatan kualitas karkas.
Parameter n Satuan Kontrol Raktopamin P-value SMAT 19 254.23 (ns) - 0.053 0.06 LMAT 19 223.75 (ns) 223.75 0.38 (ns)
OMAT 18 278.46 278.46 0.68 (ns)
USDA CG 11 % 50.91 50.91 0.83 (ns)
USDA C 18 % 66.62 -0.023 0.09
USDA S 16 % 33.18 0.022 0.11
Keterangan : n = jumlah data parameter; SMAT = pertumbuhan tulang; LMAT = pertumbuhan
daging; OMAT = pertumbuhan karkas; USDA CG = tingkatan kualitas karkas
choice or greater; USDA C = tingkatan kualitas karkas choice; USDA S =
tingkatan kualitas karkas select; kontrol = interpretasi nilai parameter jika dosis raktopamin 0 mg/e/h; raktopamin = perubahan nilai parameter setiap perubahan dosis raktopamin 1 mg/e/h.
persentase tingkatan kualitas karkas USDA choice atau greater (P=0.8) (Tabel 9) meskipun cenderung signifikan menurunkan pertumbuhan tulang (P=0.06) dan persentase tingkatan kualitas karkas USDA choice (P=0.1) masing – masing sebesar 0.053 dan 0.022 % secara linier dengan peningkatan dosisnya (Tabel 9). Raktopamin pada dosis 100 mg/e/h, 200 mg/e/h dan 300 mg/e/h tidak berefek pada tingkatan kualitas karkas USDA sapi betina dara dibandingkan kontrol dan meningkatkan pertumbuhan karkas pada dosis 300 mg/e/h dibandingkan kontrol (Schroeder et al. 2011).
16
4
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Simpulan penelitian ini adalah raktopamin hidroklorida konsisten berefek positif terhadap fermentasi rumen, produksi dan kualitas daging sapi potong. Dosis raktopamin hidroklorida sebesar 300 mg/e/h adalah dosis terbaik untuk meningkatkan fermentasi rumen. Dosis raktopamin hidroklorida sebesar 400 mg/e/h adalah dosis terbaik untuk meningkatkan produksi daging sapi potong.
Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
Abney CS, Vasconcelos JT, McMeniman JP, Keyser SA, Wilson KR, Vogel GJ, Galyean ML. 2007. Effects of ractopamine hydrochloride on performance, rate and variation in feed. J. Anim. Sci. 85:3090-3098.
Almeida VV, Nunez AJC, Miyada VS. 2012. Ractopamine as a metabolic modifier feed additive for finishing pigs: A Review. Braz. Arch. Biol. Technol. 3: 445-456.
Boler DD, Shreck AL, Faulkner DB, Killefer J, McKeith FK, Homm JW, Scanga JA. 2012. Effect of ractopamine hydrochloride (Optaflexx) dose on live animal performance, carcass characteristics and tenderness in early weaned beef steers. Meat. Sci. 92:458–463.
Bryant TC, Engle TE, Galyean ML, Wagner JJ, Tatum JD, Anthony RV, and Laudert SB. 2010. Effects of ractopamine and trenbolone acetate implants with or without estradiol on growth performance, carcass characteristics, adipogenic enzyme activity, and blood metabolites in feedlot steers and heifers. J. Anim. Sci. 88:4102-4119.
Conway EJ. 1957. Microdiffusion of analysis of association official analitycal chemist. Georgia (US): Georgia Pr.
Cooprider KL, Mitloehner FM, Famula TR, Kebreab E, Zhao Y, Van Eenennaam AL. 2011. Feedlot efficiency implications on greenhouse gas emissions and sustainability. J. Anim. Sci. 89:2643-2656.
Elanco. 2010. Optaflexx® 45, Ractopamine hydrochloride, For use in feeds for cattle fed in confinement for slaughter only. Elanco Animal Health, Indianapolis, USA. [diunduh 2016 Mar 6]. Tersedia pada : https://www.elanco.us/labels/Beef/Optaflexx.pdf
FDA. 2009. Freedom of information summary. Supplemental new animal drug application, NADA 141-221, Optaflexx 45, Ractopamine hydrochloride. [diunduh 2016 Feb 22]. Tersedia pada : http://www. fda. gov/ downloads/ Animal Veterinary/ Products/ Approved Animal Drug Products/ FOI A Drug Summaries/ UCM236239.pdf
FDA. 2014. Freedom of information summary. Original abbreviated new animal drug application, ANADA 200-567, Optaflexx 45 plus rumensin plus tylovet 100 plus MGA. [diunduh 2016 Feb 22]. Tersedia pada : http://www. fda. gov/ downloads/ Animal Veterinary/ Products/ Approved Animal Drug Products/ FOI A Drug Summaries/ UCM409022.pdf
Gonzalez JM, Carter JN, Johnson DD, Ouellette SE, Johnson SE. 2007. Effect of ractopamine-hydrochloride and trenbolone acetate on longissimus muscle fiber area, diameter, and satellite cell numbers in cull beef cows. J. Anim. Sci. 85:1893-1901.
Gruber SL, Tatum JD, Engle TE, Prusa KJ, Laudert SB, Schroeder AL, Platter WJ. 2008. Effects of ractopamine supplementation and postmortem aging on longissimus muscle palatability of beef steers differing in biological type.
J. Anim. Sci. 86:205-210.
18
vivo and in vitro experiments. J. Anim. Phys. Anim. Nutr. DOI: 10.1111/j.1439-0396.2011.01172.x.
Johnson BJ. 2013. Issues of β-adrenergic agonists usage in global beef production. AMSA Webinar [Internet]. [diunduh 2016 Mar 09]. Tersedia pada : http://www.meatscience.org/search-results?search=johnson.
Jonhson BJ, Smith SB, Chung KY. 2014. Historical overview of the effect of β -adrenergic agonist on beef cattle production. Asian Australas. J. Anim. Sci. 5:757-766.
Kinney KS, Austin CE, Morton DS, Sonnenfeld G. 2000. Norepinephrine as a growth stimulating factor in bacteriamechanistic studies. Life Sci. 67:3075– 3085.
Lean IJ, Thompson JM, Dunshea FR. 2014. A Meta-analysis of zilpaterol and ractopamine effects on feedlot performance, carcass traits and shear strength of meat in cattle. PLos ONE. 9(12):e115904.
Liu CY, Mills SE. 1989. Determination of the affinity of ractopamine and clenbuterol for the betaadrenoceptor of the porcine adipocyte. J. Anim. Sci.
67: 2937–2942.
Lyte M, Ernst S. 1992. Catecholamine induced growth of gram-negative bacteria.
Life Sci. 50:203–213.
McDonald P, Edwards RA, Greenhalgh JFD, Morgan CA, Sinclair LA, Wilkinson RG. 2010. Animal Nutrition. 7th Ed. Prentice Hall, London.
Mersmann HJ. 1998. Overview of the effects of beta-adrenergic receptor agonists on animal growth including mechanisms of action. J. Anim. Sci. 76: 160– 172.
National Research Council. 2000. Nutrient requirements of beef cattle, seventh revised ed. Update. Washington, D.C.: National Academy Press. [diunduh 2016 Mei 05]. Tersedia pada : http://www.nap.edu/catalog/9791.html. Ricks CA, Dalrymple RH, Baker PK, Ingle DL. 1984. Use of a β-agonist to alter
fat and muscle deposition in steers. J. Anim. Sci. 59:1247-1255.
Sauvant D, Schmidely P, Daudin JJ, St-Piere NR. 2008. Meta-analyses of experimental data in animal nutrition. J. of Anim. Cons. 1203-1214.
Schroeder AL, Polser DM, Laudert SB, Vogel GJ. 2003. The effect of optaflexx on growth performance and carcass traits of steers. Optaflexx exchange no. 1. Elanco Animal Health, Greenfield, IN.
Schroeder AL, Hancock SD, Mowrey D, Laudert S, Vogel G, Polser D. 2005a. Dose titration of Optaflexx (ractopamine HCl) evaluating the effects on growth performance in feedlot heifers. J. Anim. Sci. 83(Suppl. 1):113. (Abstr.).
Schroeder AL, Hancock SD, Mowrey D, Laudert S, Vogel G, Polser D. 2005b. Dose titration of Optaflexx (ractopamine HCl) evaluating the effects on growth performance in feedlot steers. J. Anim. Sci. 83(Suppl. 1):111. (Abstr.).
Schroeder AL, Polser DM, Laudert SB, Vogel GJ. 2011. The effect of optaflexx on growth performance and carcass traits of heifers. Optaflexx exchange no. 2. Elanco Animal Health, Greenfield, IN.
19
Utama. Terjemahan dari : Principles and Procedures of Statistics : A Biometrical Approach. Ed ke-2.
St-Pierre NR. 2001: Invited review: integrating quantitative findings from multiple studies using mixed model methodology. J. Dairy. Sci. 84:741– 755.
Strydom PE, Frylinck L, Montgomery JL, Smith MF. 2009. The comparison of three b-agonists for growth performance, carcass characteristics and meat quality of feedlot cattle. Meat Sci. 81:557–564.
Tilley JMA, Terry RA. 1963. A two-stage technique for in vitro digestion forage crops. J. Br. Grassland Soc. 18:104-111.
Walker CE, Drouillard JS. 2010. Effects of ractopamine hydrochloride are not confined to mammalian tissue: Evidence for direct effects of ractopamine hydrochloride supplementation on fermentation by ruminal microorganisms.
J. Anim. Sci. 88:697-706.
20
LAMPIRAN
Lampiran 1. Sidik ragam konsentrasi asam asetat in vitro.
Sumber keragaman db JK KT Fhit F0.05 Perlakuan 4 67.089 16.772 0.578 0.687 Kelompok 2 37.325 18.662 0.643 0.551 Galat 8 232.075 29.009
Total 15 8881.710
Keterangan : db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Tengah; Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data; F0.05 = hasil pengolahan data dengan taraf
kesalahan sebesar 5% (α = 0.05).
Lampiran 2. Sidik ragam konsentrasi asam propionat in vitro. Sumber keragaman db JK KT Fhit F0.05 Perlakuan 4 7.862 1.966 0.636 0.651 Kelompok 2 14.792 7.396 2.392 0.153 Galat 8 24.738 3.092
Total 15 1175.272
Keterangan : db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Tengah; Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data; F0.05 = hasil pengolahan data dengan taraf
kesalahan sebesar 5% (α = 0.05).
Lampiran 3. Sidik ragam konsentrasi asam butirat in vitro. Sumber keragaman db JK KT Fhit F0.05 Perlakuan 4 3.987 0.997 0.569 0.692 Kelompok 2 2.283 1.141 0.652 0.547 Galat 8 14.003 1.750
Total 15 396.374
Keterangan : db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Tengah; Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data; F0.05 = hasil pengolahan data dengan taraf
kesalahan sebesar 5% (α = 0.05).
Lampiran 4. Sidik ragam konsentrasi VFA total in vitro.
Sumber keragaman db JK KT Fhit F0.05 Perlakuan 4 164.208 41.052 0.582 0.685 Kelompok 2 115.567 57.784 0.819 0.475 Galat 8 564.379 70.547
Total 15 21991.188
Keterangan : db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Tengah; Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data; F0.05 = hasil pengolahan data dengan taraf
21
Lampiran 5. Sidik ragam konsentrasi amonia in vitro.
Sumber keragaman db JK KT Fhit F0.05 Perlakuan 4 1.154 0.289 0.099 0.980 Kelompok 2 23.396 11.698 4.006 0.062 Galat 8 23.362 2.920
Total 15 524.493
Keterangan : db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Tengah; Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data; F0.05 = hasil pengolahan data dengan taraf
kesalahan sebesar 5% (α = 0.05).
Lampiran 6. Sidik ragam kecernaan bahan kering in vitro.
Sumber keragaman db JK KT Fhit F0.05 Perlakuan 4 26.008 6.502 5.500 0.020 Kelompok 2 10.642 5.321 4.501 0.049 Galat 8 9.457 1.182
Total 15 52361.456
Keterangan : db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Tengah; Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data; F0.05 = hasil pengolahan data dengan taraf
kesalahan sebesar 5% (α = 0.05).
Lampiran 7. Uji jarak Duncan kecernaan bahan kering in vitro. Perlakuan N Subset
a b RH5 3 57.8633
RH2 3 57.9733 RH1 3 58.4433
RH4 3 59.6300 59.6300 RH3 3 61.3733 Sig. 0.645 0.071
Keterangan : RH1 = raktopamin 0 ppm (kontrol); RH2 = raktopamin 10 ppm; RH3 = raktopamin 20 ppm; RH4 = raktopamin 30 ppm; RH5 = raktopamin 40 ppm.
Lampiran 8. Sidik ragam kecernaan bahan organik in vitro.
Sumber keragaman db JK KT Fhit F0.05 Perlakuan 4 68.532 17.133 7.444 0.008 Kelompok 2 46.101 23.050 10.015 0.007 Galat 8 18.413 2.302
Total 15 49039.196
Keterangan : db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Tengah; Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data; F0.05 = hasil pengolahan data dengan taraf
22
Lampiran 9. Uji jarak Duncan kecernaan bahan organik in vitro. Perlakuan N Subset
a b c
RH5 3 54.3400
RH1 3 54.9333 54.9333
RH3 3 57.5133 57.5133
RH4 3 59.0600
RH2 3 59.6533
Sig. 0.645 0.071 0.136
Keterangan : RH1 = raktopamin 0 ppm (kontrol); RH2 = raktopamin 10 ppm; RH3 = raktopamin 20 ppm; RH4 = raktopamin 30 ppm; RH5 = raktopamin 40 ppm.
Lampiran 10. Solusi model linier meta-analisis dosis raktopamin pada bobot badan awal.
Effect Estimate Standard Error DF t value Pr > I t I Intercept 433.77 22.2130 20 19.53 <.0001 dosis 0.001839 0.007174 50 0.26 0.7987
Lampiran 11. Solusi model linier meta-analisis dosis raktopamin pada bobot badan akhir.
Effect Estimate Standard Error DF t value Pr > I t I Intercept 562.24 13.2185 18 42.53 <.0001 dosis 0.03548 0.02250 42 1.58 0.1223
Lampiran 12. Solusi model linier meta-analisis dosis raktopamin pada konsumsi bahan kering.
Effect Estimate Standard Error DF t value Pr > I t I Intercept 9.5661 0.4282 18 22.34 <.0001 dosis -0.00016 0.000434 45 -0.36 0.7205 Lampiran 13. Solusi model linier meta-analisis dosis raktopamin pada
pertambahan bobot badan.
Effect Estimate Standard Error DF t value Pr > I t I Intercept 1.4787 0.07204 19 20.52 <.0001 dosis 0.000590 0.000195 46 3.03 0.0040
Lampiran 14. Solusi model linier meta-analisis dosis raktopamin pada efisiensi pakan.
23
Lampiran 15. Solusi model linier meta-analisis dosis raktopamin pada bobot karkas hangat.
Effect Estimate Standard Error DF t value Pr > I t I Intercept 347.94 5.4329 20 64.04 <.0001 dosis 0.02303 0.01507 48 1.53 0.1330 Lampiran 16. Solusi model linier meta-analisis dosis raktopamin pada
pertambahan bobot karkas.
Effect Estimate Standard Error DF t value Pr > I t I Intercept 1.0512 0.6025 1 1.74 0.3313 dosis 0.001266 0.000416 7 3.04 0.0187
Lampiran 17. Solusi model linier meta-analisis dosis raktopamin pada efisiensi karkas.
Effect Estimate Standard Error DF t value Pr > I t I Intercept 0.1228 0.06615 1 1.86 0.3147 dosis 0.000160 0.000035 7 4.55 0.0026
Lampiran 18. Solusi model linier meta-analisis dosis raktopamin pada persentase karkas.
Effect Estimate Standard Error DF t value Pr > I t I Intercept 62.1182 0.7023 16 88.45 <.0001 dosis 0.000643 0.001039 36 0.62 0.5403
Lampiran 19. Solusi model linier meta-analisis dosis raktopamin pada persentase lemak karkas.
Effect Estimate Standard Error DF t value Pr > I t I Intercept 2.0801 0.07816 19 26.61 <.0001 dosis 9.958E-6 0.000133 46 0.07 0.9406
Lampiran 20. Solusi model linier meta-analisis dosis raktopamin pada luas area lamusir.
Effect Estimate Standard Error DF t value Pr > I t I Intercept 82.8911 2.7834 20 29.78 <.0001 dosis 0.007025 0.004619 48 1.52 0.1349
Lampiran 21. Solusi model linier meta-analisis dosis raktopamin pada ketebalan lemak lamusir rusuk ke 12 - 13.
24
Lampiran 22. Solusi model linier meta-analisis dosis raktopamin pada kualitas udamaru.
Effect Estimate Standard Error DF t value Pr > I t I Intercept 2.6332 0.1023 19 25.74 <.0001 dosis 0.000179 0.000290 46 0.62 0.5408
Lampiran 23. Solusi model linier meta-analisis dosis raktopamin pada marbling. Effect Estimate Standard Error DF t value Pr > I t I
Intercept 433.89 20.2749 19 35.85 <.0001 dosis -0.00457 0.03054 46 -0.15 0.8817
Lampiran 24. Solusi model linier meta-analisi dosis raktopamin pada daya putus daging lamusir pada 14 hari penuaan.
Effect Estimate Standard Error DF t value Pr > I t I Intercept 4.0237 0.2713 7 14.83 <.0001 dosis 0.000194 0.000779 13 0.25 0.8068 Lampiran 25. Solusi model linier meta-analisis dosis raktopamin pada
pertumbuhan tulang.
Effect Estimate Standard Error DF t value Pr > I t I Intercept 254.23 617.21 6 0.41 0.6947 dosis -0.05331 0.02557 11 -2.09 0.0612 Lampiran 26. Solusi model linier meta-analisis dosis raktopamin pada
pertumbuhan daging.
Effect Estimate Standard Error DF t value Pr > I t I Intercept 223.75 546.66 6 0.41 0.6965 dosis -0.03517 0.03837 11 -0.92 0.3790
Lampiran 27. Solusi model kuadratik meta-analisis dosis raktopamin pada pertumbuhan karkas.
Effect Estimate Standard Error DF t value Pr > I t I Intercept 278.46 734.56 5 0.38 0.7202 dosis -0.09387 0.2192 10 -0.43 0.6775 dosis*dosis 0.000340 0.001041 10 0.33 0.7507
Lampiran 28. Solusi model linier meta-analisis dosis raktopamin pada tingkatkan kualitas karkasUSDA choice or greater.
25
Lampiran 29. Solusi model linier meta-analisis dosis raktopamin pada tingkatan kualitas karkas USDA choice.
Effect Estimate Standard Error DF t value Pr > I t I Intercept 66.6173 6.1265 5 10.87 0.0001 dosis -0.02304 0.01275 11 -1.81 0.0981
Lampiran 30. Solusi model linier meta-analisis dosis raktopamin pada tingkatan kualitas karkas USDA select.
Effect Estimate Standard Error DF t value Pr > I t I Intercept 33.1804 7.4182 5 4.47 0.0066 dosis 0.02241 0.01280 9 1.75 0.1138
Lampiran 31. Artikel – artikel eksperimen in vivo raktopamin di sapi potong.
Abney CS, Vasconcelos JT, McMeniman JP, Keyser SA, Wilson KR, Vogel GJ, Galyean ML. 2007. Effects of ractopamine hydrochloride on performance, rate and variation in feed. J. Anim. Sci. 85:3090-3098.
Allen JD, Ahola JK, Chahine M, Szasz JI, Hunt CW, Schneider CS, Murdoch GK, Hill RA. 2009. Effect of preslaughter feeding and ractopamine hydrochloride supplementation on growth performance, carcass characteristics, and end product quality in market dairy cows. J. Anim. Sci.
87:2400-2408.
Avendaño-Reyes L, Torres-Rodríguez V, Meraz-Murillo FJ, Pérez-Linares C, Figueroa-Saavedra F, Robinson PH. 2006. Effects of two β-adrenergic agonists on finishing performance, carcass characteristics, and meat quality of feedlot steers. J. Anim. Sci. 84:3259-3265.
Baszczak JA, Grandin T, Gruber SL, Engle TE, Platter WJ, Laudert SB, Schroeder AL, Tatum JD. 2006. Effects of ractopamine supplementation on behavior of British, Continental, and Brahman crossbred steers during routine handling. J. Anim. Sci. 84:3410-3414.
Boler DD, Shreck AL, Faulkner DB, Killefer J, McKeith FK, Homm JW, Scanga JA. 2012. Effect of ractopamine hydrochloride (Optaflexx) dose on live animal performance, carcass characteristics and tenderness in early weaned beef steers. Meat. Sci. 92:458–463.
Bryant TC, Engle TE, Galyean ML, Wagner JJ, Tatum JD, Anthony RV, and Laudert SB. 2010. Effects of ractopamine and trenbolone acetate implants with or without estradiol on growth performance, carcass characteristics, adipogenic enzyme activity, and blood metabolites in feedlot steers and heifers. J. Anim. Sci. 88:4102-4119.
Cooprider KL, Mitloehner FM, Famula TR, Kebreab E, Zhao Y, Van Eenennaam AL. 2011. Feedlot efficiency implications on greenhouse gas emissions and sustainability. J. Anim. Sci. 89:2643-2656.