• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas pupuk majemuk NK terhadap tanaman jagung (Zea mays L ) pada Oxic Dystrudept Darmaga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas pupuk majemuk NK terhadap tanaman jagung (Zea mays L ) pada Oxic Dystrudept Darmaga"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PUPUK MAJEMUK NK TERHADAP

TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)

PADA OXIC DYSTRUDEPT DARMAGA

Oleh

FINA SOFIANA

A 24103074

PROGRAM STUDI ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

 

SUMMARY

FINA SOFIANA. Effectiveness of Compound Fertilizers of NK on the Growth of Corn (Zea mays L.) in Oxic Dystrudept Darmaga. (Under supervision of KOMARUDDIN IDRIS and BUDI NUGROHO).

Nitrogen and potassium are two of the essential elements that needed for maximum growth and production of corn. Generally, soil in humid tropics has low nitrogen and potassium. At present, the used of inorganic fertilizers still become main alternative to solve nutrients deficiency.

The objective of this research was to identify compound fertilizers NK effectiveness on the growth, production, and N and K uptake of corn (Zea mays

L.). This research was arranged by Block Randomized Design with four treatments and four replications. Treatments consist of control, standard, NK 1 x standard dose, NK 1.5 x standard dose. Fertilizer used in this research was NK fertilizers Cap Agromas which contains 9.11 % N and 30.88 % K2O.

Research results showed that NK treatment significantly affects dry weight of biomass and uptake of N and K compared to control treatment. Both NK 1 x standard dose and 1.5 x standard dose tended to give greater effect plant height, dry weight of ear and dry weight of kernels even though not significantly. Among NK treatments, NK 1.5 x standard tended to give greater effect compared to NK 1 x standard for all variables (plant height, dry weight of biomass, dry weight of ear, dry weight of kernels and uptake of N and K).

(3)

 

RINGKASAN

FINA SOFIANA. Efektivitas Pupuk Majemuk NK terhadap Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Oxic Dystrudept Darmaga. (Dibawah bimbingan KOMARUDDIN IDRIS dan BUDI NUGROHO).

Nitrogen dan kalium merupakan unsur hara utama yang paling banyak dibutuhkan tanaman jagung untuk tumbuh dan berproduksi selain fosfor. Umumnya, tanah di daerah tropik basah sering kekurangan hara tersebut. Saat ini penggunaan pupuk buatan (anorganik) masih menjadi alternatif utama untuk mengatasi kekurangan unsur-unsur tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pupuk NK terhadap pertumbuhan, produksi dan serapan hara nitrogen dan kalium pada tanaman jagung (Zea mays L.). Penelitian ini disusun dalam rancangan acak kelompok dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang diterapkan adalah kontrol, standar, NK 1 x dosis standar dan NK 1.5 x dosis standar. Pupuk NK yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk NK Cap Agromas dengan kandungan 9.11 % N dan 30.88 % K2O.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk NK berpengaruh nyata meningkatkan bobot kering brangkasan dan serapan N dan K dibandingkan dengan kontrol. Pupuk NK dengan dosis 1 x maupun 1.5 x dosis standar cenderung meningkatkan tinggi tanaman, bobot kering tongkol berbiji dan bobot kering biji walaupun tidak nyata. Diantara perlakuan NK, pemberian pupuk NK 1.5 x dosis cenderung memberikan pengaruh yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan NK 1 x dosis standar untuk semua variabel (tinggi tanaman, bobot kering brangkasan, bobot kering tongkol berbiji, bobot kering biji dan serapan hara N dan K).

(4)

 

EFEKTIVITAS PUPUK MAJEMUK NK TERHADAP

TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)

PADA OXIC DYSTRUDEPT DARMAGA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian pada Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh Fina Sofiana

A 24103074

PROGRAM STUDI ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

 

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS PUPUK MAJEMUK NK

TERHADAP TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) PADA OXIC DYSTRUDEPT DARMAGA

Nama Mahasiswa : Fina Sofiana

Nomor Pokok : A 241030374

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. H. Komaruddin Idris, MS Ir. Budi Nugroho, MSi

NIP. 130 536 683 NIP. 131 667 785

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr

NIP. 131 124 019

(6)

 

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 30 Januari 1986 sebagai anak

pertama dari empat bersaudara dari pasangan Taufik dan Ir. Aldina Andayani

(Alm.)

Penulis memulai pendidikan formal saat masuk TK Puspita Kesuma Bogor

pada tahun 1989 dan lulus tahun 1991. Tahun 1997 penulis lulus dari SDN

Pengadilan 3 Bogor, kemudian pada tahun 2000 penulis menyelesaikan studi di

SLTPN 5 Bogor. Tahun 2001 penulis masuk SMUN 9 Bogor selama satu tahun,

kemudian menyelesaikan studi di SMUN 2 Bogor pada tahun 2003. Pada tahun

yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada Departemen Ilmu

Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian melalui jalur SPMB (Seleksi

Penerimaan Mahasiswa Baru) Institut Pertanian Bogor.

Selama menjadi mahasiswa, penulis berkesempatan menjadi pengurus

International Association of Students in Agricultural and Related Sciences (IAAS) periode kepengurusan 2006-2007 pada Departement Exchange Program dan periode kepengurusan 2007-2008 sebagai Local Exchange Coordinator Local Committee IPB dan penulis juga aktif dalam kepanitiaan yang diadakan oleh

International Association of Students in Agricultural and Related Sciences. Pada bulan Juli-Agustus 2006 penulis mengikuti Kuliah Kerja Profesi (KKP) di

(7)

 

KATA PENGANTAR

Assalamua’alaikum wr.wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat,

hidayah, dan nikmat-Nya sehingga skripsi yang berjudul “ Efektivitas Pupuk Majemuk NK terhadap Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Oxic Dystrudept Darmaga” dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan tugas akhir akademik sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut

Pertanian Bogor.

Skripsi ini tentu tidak mungkin terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Dr. Ir. Komaruddin Idris, MS sebagai Dosen Pembimbing I dan

Pembimbing Akademik atas saran dan bimbingannya dalam pelaksanaan

penelitian dan penulisan skripsi, serta selama kuliah di IPB.

2. Ir. Budi Nugroho, Msi sebagai Dosen Pembimbing II atas saran dan

bimbingannya dalam penelitian di lapangan dan penulisan skripsi.

3. Dr. Rahayu Widyastuti, MSc sebagai Dosen Penguji, atas saran yang

diberikan.

4. Mama atas keberadaannya yang menjadi inspirasi terbesar dalam hidup

penulis. Bapa, Firman, Fauzi, Farhan atas doa, kasih sayang, motivasi baik

moril dan materiil dan pengertiannya sehingga penulis tetap semangat

sampai skripsi ini dapat selesai.

5. Ibu, Papi, Tita dan keluarga, dan Titi yang selalu menemani dan memberi

semangat kepada penulis.

6. Keluarga besar Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah dan semua staf

Departemen Ilmu Tanah yang telah membantu kegiatan penulis.

7. Sahabat-sahabat tercinta Ana ‘teman cerita’, Bintik ‘teman seperjuangan’,

Mina, Asri, Eel dan Agi atas semua dukungan, semangat dan kesediaannya

(8)

 

8. Keluarga Co (Jaka, Edo, Siska) atas dukungan, doa, semangat dan

waktunya.

9. Keluarga besar IAAS (Melinda, Maya, Meong, Jaka-Jaka, Doddy, Galih,

Nunik, Dewi, Yogha, Chiqa, Lizna dan yang lainnya) atas semangat,

perhatian, dukungan dan kesempatannya sehingga penulis dapat lebih

mengembangkan diri.

10.Faisal Maulana Rahman Soemarsono yang selalu memberikan warna

dalam hidup penulis. Terima kasih untuk selalu ada dalam waktu 5 tahun

yang sangat panjang.

11.Teman-teman angkatan 40 (Lia, Au, Bayu, Arum, Diah, Dian, Adi, Bolon,

Eko, Anto) serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu,

yang telah memberikan bantuan dan dukungannya dalam penelitian dan

penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, karena

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga tulisan ini

dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Wassalamua’alaikum wr.wb.

Bogor, Januari 2008

(9)

 

2.1. Peranan Nitrogen dan Kalium bagi Tanaman Jagung ... 3

2.2. Nitrogen dan Kalium dalam Tanah ... 4

2.3. Pupuk Majemuk ... 6

2.4. Karakteristik Tanaman Jagung ... 7

2.5. Sifat Umum Latosol ... 8

4.1. Tinggi Tanaman, Bobot Kering Brangkasan, Serapan N dan K ... 13

4.2. Bobot Kering Tongkol Berbiji dan Bobot Kering Biji ... 14

4.3. Efektivitas Agronomik Relatif Pupuk ... 17

4.4. Pengaruh Pemupukan NK terhadap Sifat Kimia Tanah ... 18

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 19

5.1 Kesimpulan ... 19

5.2 Saran ... 19

VI. DAFTAR PUSTAKA ... 20

(10)

 

x

DAFTAR TABEL

Nomor

Teks halaman

1. Dosis Perlakuan Pemupukan pada Tanaman Jagung ... 11

2. Pengaruh Pemberian Pupuk NK terhadap Bobot Kering Brangkasan ... 14

3. Pengaruh Pemberian NK terhadap Serapan N dan K Tanaman Jagung ... 14

4. Pengaruh Pemberian NK terhadap Produksi Tanaman Jagung 16 5. Nilai Efektivitas Agronomik Relatif Pupuk NK terhadap Pupuk Standar ... 17

Lampiran 1. Hasil Analisis Ragam Tinggi Tanaman, Bobot Kering Brangkasan, Bobot Kering Tongkol Berbiji, Bobot Kering Biji, Serapan N Jagung, dan Serapan K Jagung ... 23 2. Sifat Kimia Oxic Dystrudept Darmaga ... 25

3. Sifat Kimia Tanah Setelah Percobaan ... 25

4. Nilai Rataan Kadar dan Serapan N dan K Tanaman Jagung ... 26

5. Nilai Rataan Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung ... 27

6. Deskripsi Varietas Pioneer P-12 ... 28

(11)

 

xi

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Teks halaman

1. Rata-rata Tinggi Tanaman pada 4, 6, 8 dan 10 MST ... 13

2. Pengukuran Pemberian NK terhadap Produksi Jagung ... 16

Lampiran

1. Denah Petak Percobaan ... 29

(12)

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Nitrogen dan kalium merupakan unsur-unsur hara yang sangat dibutuhkan

oleh tanaman untuk tumbuh dan berproduksi. Kebutuhan produksi pangan yang

tinggi memerlukan pengelolaan hara yang tepat agar kebutuhan hara tanaman

dapat dipenuhi secara optimal sehingga memberikan pertumbuhan dan produksi

yang tinggi.

Umumnya, tanah di daerah tropik basah kekurangan hara N dan K. Untuk

mendapatkan hasil optimal diperlukan tambahan pupuk yang jumlahnya sangat

bergantung pada lingkungan dan pengelolaan tanaman. Saat ini penggunaan

pupuk buatan (anorganik) masih menjadi alternatif utama untuk mengatasi

kekurangan unsur-unsur tersebut. Konsumsi pupuk di Indonesia setiap tahun terus

meningkat dan tanaman jagung merupakan tanaman pangan yang mengkonsumsi

pupuk terbanyak setelah tanaman padi (Syafruddin et al., 1998). Pupuk buatan diperlukan untuk mempertahankan kesuburan tanah dan menurunkan ongkos

produksi tanaman melalui peningkatan hasil tiap hektar.

Saat ini semakin banyak pupuk yang diproduksi untuk meningkatkan

pertumbuhan dan produksi tanaman. Pupuk yang diproduksi sangat beragam dan

masing-masing pupuk memiliki tingkat efektivitas yang berbeda. Pupuk yang

digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk NK Cap Agromas dengan

kandungan 9.11 % N dan 30.88 % K2O. Pemberian pupuk majemuk NK ini

diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi. Menurut Sabiham et al. (1989) pemakaian pupuk majemuk memberikan keuntungan antara lain lebih praktis dalam pemberian, hemat tenaga kerja serta ongkos pengangkutan dan

pemakaiannya.

Jagung merupakan tanaman yang memiliki kandungan gizi dan serat kasar

yang cukup tinggi. Jagung digunakan secara langsung sebagai pangan manusia

maupun bahan industri dalam memproduksi pati dan alkohol (Goldsworthy dan

Fisher, 1992). Selain itu jagung merupakan bahan baku makanan ternak terutama

(13)

 

2

1.2. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas dan pengaruh

pemberian pupuk NK terhadap pertumbuhan, produksi dan serapan hara tanaman

(14)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Peranan Nitrogen dan Kalium bagi Tanaman Jagung

Nitrogen dibutuhkan oleh tanaman jagung sepanjang hidupnya, tetapi

penggunaan yang terbesar adalah sekitar tiga minggu sebelum tanaman berbunga.

Pada saat tanaman berbunga (± 60 hari) sekitar 60% nitrogen telah diserap

tanaman. Nitrogen yang diperlukan berasal dari tanah dan diserap tanaman dalam

bentuk ammonia (NH4+) atau nitrat (NO3-). Tanaman jagung terutama menyerap nitrat (Koswara, 1982).

Nitrogen diperlukan terutama dalam pembentukan asam amino yang

merupakan senyawa pembentuk protein. Nitrogen terutama diperlukan pada

jaringan meristematik yaitu jaringan yang sedang berkembang. Nitrogen di dalam

tanaman bersifat mobil sehingga gejala kekurangan N terlihat pada daun-daun

yang tua karena nitrogen dipindahkan ke jaringan yang sedang berkembang

(Koswara, 1982).

Tanaman jagung yang kekurangan unsur N akan memperlihatkan

pertumbuhan yang kerdil dan daun berwarna hijau kekuning-kuningan yang

berbentuk huruf V dari ujung daun menuju tulang daun dan dimulai dari daun

bagian bawah terlebih dahulu. Selain itu, tongkol jagung terbentuk menjadi kecil

dan kandungan protein dalam biji rendah (Sutoro et al., 1988).

Kalium merupakan unsur hara mineral paling banyak dibutuhkan tanaman

setelah nitrogen. Jumlah K yang diambil tanaman berkisar antara 50 – lebih dari

200 kg K/ha tergantung dari jenis tanaman dan besar produksi. Tanaman-tanaman

jenis monokotil biasanya lebih membutuhkan K lebih banyak dari tanaman dikotil

(Leiwakabessy et al., 2003).

Tanaman jagung memerlukan kalium dalam jumlah tinggi. Sekitar 25% K

terdapat dalam biji dan sisanya pada jerami. Bila jagung dipanen maka yang

benar-benar harus diperhatikan adalah jumlah K yang diangkut keluar dari kebun

cukup banyak (Koswara, 1982).

Kalium banyak terdapat pada sel-sel muda atau bagian tanaman yang

(15)

4

unsur K dalam bentuk K+. Tanaman muda belum memerlukan K banyak, tetapi kebutuhan cepat meningkat terutama menjelang bermalai. Pada saat berambut

sekitar 75 % dari total K telah diserap tanaman dan sekitar satu bulan sebelum

panen tanaman telah selesai mengambil hara K dari tanah (Koswara,1982).

Kekurangan K pada tanaman jagung sering terlihat gejalanya pada fase

sebelum pembungaan. Tanaman jagung yang kekurangan K memperlihatkan

pinggiran dan ujung daun menjadi berwarna kuning hingga kering. Gejala

kekurangan K ini pertama terlihat pada daun bagian bawah. Dalam keadaan yang

lebih parah, daun tersebut akan kering dan mati. Kekurangan K juga berpengaruh

terhadap pembentukan tongkol. Ujung tongkol bagian atas tidak penuh berisi oleh

biji serta biji jagung tidak melekat secara kuat pada tongkolnya (Sutoro et al., 1988).

2.2. Nitrogen dan Kalium dalam Tanah

Nitrogen di dalam tanah dibagi menjadi dua bentuk yaitu anorganik dan

organik. Bentuk organik merupakan bagian terbesar. Bentuk anorganik ialah

NH4+, NO3-, NO2-, N2O, NO dan gas N2. Bentuk-bentuk dari NH4+, NO3- dan NO2 -sangat penting dalam hubungannya dengan kesuburan tanah. Disamping

bentuk-bentuk tersebut didapat pula bentuk-bentuk hidroksilamin, NH2OH. Senyawa N-organik di dalam tanah pada umumnya terdapat dalam bentuk asam-asam amino, protein,

gula-gula amino dan senyawa kompleks lainnya yang sukar ditentukan. Tanaman

mengambil nitrogen utama dalam bentuk NH4+ dan NO3-. (Leiwakabessy et al., 2003).

Nitrogen berada dalam tanah melalui proses: (1) mineralisasi N dari bahan

organik, (2) fiksasi N2 dari udara oleh mikroorganisme, (3) melalui hujan dan bentuk-bentuk presipitasi yang lain dan (4) pemupukan. Pada lapisan atas tanah

biasanya 95 % N berasal dari bahan organik sedangkan pada lapisan yang lebih

dalam berkisar antara 60 %. Hal ini disebabkan N-organik lebih mobil dari bentuk

anorganik. Bahan organik tanah mengandung 2 – 8 % N dengan rata-rata 5 %.

Kadar N-total untuk tiap jenis tanah berbanding lurus dengan kadar bahan organik

(16)

5

Kadar N di dalam larutan tanah jarang melebihi 2 % dari kadar totalnya.

Jumlah N (NH4+ dan NO3-) yang dapat diserap tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya (1) sifat perakaran tanaman, (2) kehilangan N melalui

penguapan dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses penguapan, (3)

pergerakan vertikal dan pencucian NO3- dan (4) ada tidaknya sisa-sisa tanaman yang dapat mengimobilisasikan nitrogen (Leiwakabessy et al., 2003).

Nitrogen berperan dalam hal: (1) mempertinggi pertumbuhan vegetatif

terutama daun, (2) pengisian biji berjalan lebih baik pada tanaman biji-bijian, (3)

mempertinggi kandungan protein, (4) mempertinggi kemampuan tanaman untuk

menyerap unsur lain seperti fosfor, kalium dan lainnya, (5) merangsang

pertunasan, (6) menambah tinggi tanaman dan (7) mengaktifkan pertumbuhan

mikroba agar proses penghancuran organik berjalan lancar (Jumin, 2005).

Kadar K dalam tanah biasanya berkisar antara 0.5 – 2.5 % dengan rata-rata

1.2 % tergantung keadaan mineral cadangan dan tingkat pelapukan. Tanah-tanah

organik mempunyai kandungan yang paling rendah biasanya kurang 0.03 % K.

Tanah-tanah di daerah tropik basah termasuk Indonesia umumnya mempunyai

kandungan K sangat rendah. Sumber K dalam tanah atau air irigasi, berasal dari

hasil dekomposisi mineral primer yang mengandung kalium seperti biotit,

feldspar, muskovit dan lain-lain. Kalium dalam tanah terdapat dalam bentuk yang

siap tersedia, lambat tersedia dan sukar tersedia (Leiwakabessy et al., 2003). Tanaman terutama menyerap K dalam larutan tanah dan hanya sedikit

yang melalui pertukaran kontak yaitu hanya sekitar 6 – 10 % dari jumlah yang

dibutuhkan. Pergerakan K+ dalam larutan tanah keakar tanaman diatur oleh difusi dan mass flow. K yang dibutuhkan tanaman tergantung dari jenis tanaman dan

produksi yang diinginkan yaitu antara 20 – 60 ppm. Kadar K-larutan dalam air

pada tanah-tanah di daerah-daerah yang banyak hujan umumnya 4 ppm walaupun

kisarannya antara 1 – 80 ppm (Leiwakabessy et al., 2003).

Menurut Jumin (2005), peranan K bagi tanaman adalah (1) memperkuat

vigor tanaman, (2) lebih tahan terhadap penyakit, (3) perakaran lebih baik, (4)

mengurangi efek negatif akibat pemupukan N, (5) mempengaruhi pemasakan

(17)

6

keseimbangan pupuk N dan P khususnya pada pemupukan campuran, (7) berperan

penting dalam pembentukan klorofil, (8) menambah bobot biji serelia dan (9)

pada tanaman kentang membantu pembentukan umbi. Kalium juga berperan

dalam (1) pembentukan protein dan karbohidrat, (2) mengeraskan jerami dan

bagian kayu dari tanaman, (3) melaksanakan turgor yang disebabkan oleh tekanan

osmotis dan (4) meningkatkan kualitas biji (Sutedjo, 2000).

Kesuburan tanah biasanya dinilai pada ketebalan 0-30 cm dan kriteria

persentase N-total dihitung berdasarkan berat tanah. Nitrogen dikatakan rendah

pada persentase < 0.2 % sedangkan persentase nitrogen dikatakan sedang dan

tinggi masing-masing adalah 0.2 % - 0.5 % dan > 0.5 %. Kandungan kalium

dalam tanah dinilai dengan kriteria sebagai berikut: rendah dengan K-tersedia <

0.38 me/100 gram, sedang dengan K-tersedia 0.38 – 0.64 me/100 gram dan tinggi

dengan K-tersedia > 0.64 me/100 gram (Jumin, 2005).

2.3. Pupuk Majemuk

Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur,

biasanya disebut pupuk campuran (Sabiham et al., 1989). Pupuk ini dapat mengandung dua atau lebih unsur makro atau campuran makro dan mikro.

Pengelompokkan biasanya dilakukan berdasarkan jumlah dan jenis unsur hara

dalam pupuk majemuk: (1) pupuk majemuk 2 unsur hara, (2) pupuk majemuk 3

unsur hara. Pupuk majemuk 2 unsur hara seperti NP, NK, NMg, NS, NCa, dan

CaS. Pupuk majemuk 3 unsur hara yang paling banyak dikenal adalah pupuk

NPK (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).

Keuntungan dari segi agronomik diperoleh dengan cara menyesuaikan

campuran pupuk dengan kebutuhan tanaman dan kondisi tanah. Selanjutnya

petani memperoleh manfaat karena (1) biaya transport lebih murah, (2) tidak

memakan tempat dalam penyimpanan dan (3) hemat tenaga kerja dan lebih cepat

dalam pemberian dilapang (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Namun

penggunaan pupuk majemuk juga memiliki kelemahan seperti memberikan reaksi

masam pada tanah yang disebabkan karena sifat nitrogen yang dibawa dalam

(18)

7

Pupuk NK di Indonesia jarang digunakan. Pupuk-pupuk NK biasanya

dipakai untuk tanah-tanah yang cukup fosfatnya atau sebagai pelengkap

pemupukan P. Pupuk ini semua berbentuk butir. Salah satu contoh pupuk NK

adalah KNO3¬ yang mengandung 13% N dan 44% K2O atau dapat ditulis

13-0-44. Pupuk ini sering digolongkan sebagai pupuk kalium (Leiwakabessy dan

Sutandi, 2004).

2.4. Karakteristik Tanaman Jagung

Jagung merupakan tanaman berumah satu (monoecious) dimana letak

bunga jantan terpisah dengan bunga betina pada satu tanaman. Jagung termasuk

ke dalam ordo Tripsaceae, famili Poaceae, sub-famili Panicoideae, genus Zea dan

spesies Zea mays L. (Muhadjir,1988). Jagung adalah tanaman semusim yang tinggi, tegap, biasanya dengan batang tunggal yang dominan, kedudukan daun

distik (dua baris daun tunggal yang keluar dalam kedudukan berselang) dengan

pelepah daun yang saling bertindih dan daun relatif lebar dan panjang.

Jagung termasuk tanaman C4 yang mampu beradaptasi baik pada

faktor-faktor pembatas pertumbuhan dan hasil. Beberapa keuntungan tanaman sebagai

tanaman C4 seperti titik kompensasi CO2 mendekati 0, fotorespirasi sangat rendah, suhu optimum 30 – 35 oC, bundle sheath cells mengandung kloroplas dan dapat mengikat CO2 hasil metabolisme dan efisien dalam penggunaan air, fotosintesa, translokasi asimilat, penyerapan Ca, laju pertumbuhan relatif serta

ratio biji/jerami (Koswara, 1982).

Tanaman jagung dapat tumbuh sangat baik pada tanah yang gembur dan

kaya akan humus. Tanah yang padat serta kuat menahan air tidak baik untuk

ditanami jagung karena pertumbuhan akarnya akan kurang baik atau akarnya akan

menjadi busuk (Suprapto, 1998). Menurut Wiryodihardjo (1963) tanaman jagung

tumbuh baik di tanah lempung yang tebal dan tidak teramat keras, walaupun

tanaman jagung dapat juga tumbuh pada tanah berpasir atau tanah berkapur.

Tanah endapan lempung atau tanah hutan menghasilkan jagung yang teramat baik.

Ciri-ciri lahan yang sesuai (S1) untuk tanaman jagung menurut kriteria

(19)

sifat-8

sifat fisik dan kimia tanah sebagai berikut: drainase tanah baik sampai sedang,

kedalaman efektif >60 cm, KTK tanah 17-24 me/100 g, pH tanah 6.0-7.0, kadar

C-Organik >0.8 %, kejenuhan Al <20 % serta kadar hara tersedia N-total 0.21-0.5

%, P2O5 >35 ppm dan K2O 21-40 me/100 g dengan tingkat bahaya erosi sangat rendah. Kondisi iklim yang sesuai untuk pertanaman jagung meliputi daerah

dengan jumlah bulan kering 1-7 mm/bulan dan curah hujan >1200 mm/tahun.

Tanaman jagung membutuhkan suhu yang tinggi. Suhu optimum bagi

pertumbuhan jagung pada 25 oC dan suhu minimum 17 oC, di Indonesia dapat ditemukan pada daerah dengan ketinggian 1500 m dpl. Hal ini menyebabkan

tanaman jagung di Indonesia dapat ditanam pada setiap letak tinggi dan setiap

bulan. Tanaman jagung tidak tahan pelindung dan membutuhkan penyinaran

matahari secara langsung, khusus pada waktu tanam, berbunga dan sesudahnya

(Wiryodihardjo, 1963).

2.5. Sifat Umum Latosol

Latosol menurut Dudal dan Soepraptohardjo (1957 dalam Hardjowigeno, 1993) adalah tanah dengan tingkat pelapukan lanjut, sangat tercuci dengan

batas-batas horison baur, kandungan mineral primer (mudah lapuk) dan unsur hara

rendah, pH rendah 4.5 – 5.5, kandungan bahan organik rendah, konsistensi

gembur, struktur remah, stabilitas agregat tinggi, terjadi akumulasi seskuioksida

akibat pencucian silika. Warna tanah merah, coklat kemerahan, coklat, coklat

kekuningan, atau kuning tergantung dari bahan induk, umur, iklim dan ketinggian.

Fraksi liat biasanya didominasi oleh kaolinit dan seskuioksida bebas. Nisbah silika

terhadap seskuioksida dari fraksi liat umumnya berkisar antara 1.5 – 1.8, kapasitas

basa dipertukarkan 10 – 25 me/100 g tanah dan kejenuhan basa 15 – 50 % (Dudal

dan Soepraptohardjo 1960 dalam Suwardi dan Wiranegara, 2000). Kapasitas tukar kation Latosol yang rendah disebabkan oleh kadar bahan organik yang kurang dan

sifat liat hidro-oksida (Soepardi, 1983).

Di Indonesia Latosol umumnya terdapat pada bahan induk volkanik baik

berupa tufa maupun batuan beku. Ditemukan dari muka laut hingga ketinggian

(20)

9

(Darmawijaya, 1990) dan di daerah iklim tropika basah dengan curah hujan

2500mm – 7000 mm.

Latosol terbentuk di daerah-daerah beriklim humid-tropik tanpa bulan

kering sampai subhumid dengan musim kemarau yang panjang, bervegetasi hutan

basah sampai savana, bertopografi dataran, bergelombang sampai berbukir dngan

bahan indu hampir semua macam batuan. Tanah Latosol meluas di daerah tropika

sampai subtropika (Darmawijaya, 1990).

Tanah Latosol merupakan tanah yang penyebarannya sangat luas di

Indonesia. Tanah ini dijumpai di daerah Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Latosol coklat kemerahan Darmaga termasuk ke dalam orde Inceptisol menurut

sistem klasifikasi USDA 1990 (Yogaswara, 1977). Menurut Soeparto (1982)

(21)

III.

BAHAN DAN METODE

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Cikabayan, Darmaga Bogor .

Analisis kimia dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah,

Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut

Pertanian Bogor dan berlangsung dari bulan Desember 2006 sampai bulan Juli

2007.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan sebagai perlakuan adalah pupuk NK Cap Agromas

dengan kandungan 9.11 % N dan 30.88 % K2O. Pupuk dasar yang digunakan adalah SP–36 (36 % P2O5). Tanaman uji yaitu jagung varietas Pioner-12 (P-12). Tanah di lokasi percobaan termasuk Oxic Dystrudept.

Alat yang digunakan adalah cangkul, kored, ajir, tugal, tali rafia, meteran,

karung, plastik, timbangan dan alat-alat yang digunakan selama di laboratorium.

3.3. Metode Penelitian 3.3.1 Persiapan Lahan

Lahan diolah terlebih dahulu dengan menggunakan traktor. Kemudian

dibuat petakan dengan ukuran 4 m x 3 m, dengan jarak antar petak 0.5 m dalam 4

blok yang masing-masing blok terdiri dari 4 petakan. Setelah diolah, tanah diberi

pupuk kandang berasal dari kotoran kambing sebanyak 6 kg/petak atau 5 ton/ha

dengan disebar dan diaduk rata.

3.3.2 Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak

Kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan dalam 4 blok (ulangan) berdasarkan

kemiringan lereng. Model matematika rancangan tersebut :

Yijk = µ + Ti + Pj + Eij

i = 1, 2, 3, 4

(22)

 

11

Keterangan :

Yij = respon produksi tanaman jagung akibat pengaruh blok ke i dan perlakuan ke j.

µ = nilai tengah umum.

Ti = pengaruh kelompok/ ulangan ke-i Pj = pengaruh perlakuan ke-j

Eij = galat percobaan

Perlakuan yang dicobakan disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Dosis Perlakuan Pemupukan pada Tanaman Jagung

Perlakuan Pupuk Dosis (g/ptk) Dosis (kg/ha) 0 HST* 30 HST* 0 HST* 30 HST* *HST = Hari Setelah Tanam

**) = pupuk anjuran N, P dan K yang dimodifikasi

Selanjutnya terhadap data yang diperoleh dilakukan analisis ragam untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap variabel yang diamati. Variabel yang diamati adalah tinggi tanaman, bobot kering brangkasan, bobot kering tongkol berbiji, bobot kering biji, serapan N dan K oleh tanaman jagung. Pada perlakuan yang berpengaruh nyata selanjutnya dilakukan uji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT).

3.3.3 Penanaman

Penanaman dilakukan dengan ditugal dengan jarak tanam 75 cm x 40

cm. Tiap lubang ditanami dua benih jagung disertai Furadan. Penyulaman

(23)

 

12

3.3.4 Pemupukan

Pupuk diberikan dengan ditugal dengan jarak ± 5 cm dari jalur

tanaman, kemudian ditutup dengan tanah. Pemberian pupuk NK, Urea dan KCl

diberikan dua kali pada saat tanam dan 30 HST sedangkan pupuk SP-36,

diberikan seluruhnya pada saat tanam.

3.3.5 Pemeliharaan

Pemeliharaan dilakukan meliputi pembumbunan yang dilakukan

bersamaan dengan pemupukan kedua (30 HST) dan pengendalian hama dan

penyakit.

3.3.6 Pengamatan dan Pengambilan Contoh Tanaman

Pengamatan dilakukan dengan mengukur tinggi 10 contoh tanaman

tiap petak pada 4, 6, 8, dan 10 minggu setelah tanam (MST). Pengambilan daun

bendera dari 10 contoh tanaman tiap petak dilakukan pada saat 12 MST.

3.3.7 Pemanenan

Pemanenan dilakukan ketika tanaman sudah masak fisiologis pada

umur 13 MST. Bobot brangkasan dan tongkol ditimbang kemudian klobot

dikupas untuk dikeringkan dirumah kaca baik tanaman sampel maupun non

sampel. Setelah kering, ditimbang bobot klobot, tongkol berbiji dan biji pipilan.

3.3.8 Analisis Tanah dan Tanaman

Pengambilan contoh tanah dilakukan setelah panen berupa contoh

tanah komposit yang mewakili masing-masing perlakuan. Analisis tanah yang

dilakukan meliputi N-total (metode Kjeldahl), P-tersedia (Bray 1), Al-dd dan

H-dd (ekstrak KCl 1 N), pH (pH meter), dan K, Na, Ca, Mg (ekstrak NH4OAc pH

7.0).

Analisis tanaman yang dilakukan meliputi N dengan menggunakan

(24)

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Tinggi Tanaman, Bobot Kering Brangkasan, Serapan N dan K

Hasil analisis ragam pengaruh pemberian pupuk NK terhadap pertumbuhan tanaman jagung disajikan pada Tabel Lampiran 1. Perlakuan pemupukan berpengaruh nyata terhadap bobot kering brangkasan dan serapan N dan K tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dari umur 4 MST

sampai 10 MST.

Gambar 1 menyajikan rata-rata tinggi tanaman jagung dari umur 4 MST sampai 10 MST. Pemupukan NK berpengaruh terhadap peningkatan tinggi tanaman walaupun tidak nyata. Gambar 1 menunjukkan bahwa pada umur 4 MST dan 6 MST, rata-rata tinggi tanaman paling tinggi terdapat pada perlakuan NK 1.5

x dosis standar, kemudian diikuti oleh perlakuan kontrol, NK 1 x dosis standar dan paling pendek adalah perlakuan standar. Namun pada umur 8 MST dan 10 MST rata-rata tinggi tanaman pada perlakuan NK 1.5 x dosis standar lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kontrol dan standar. Secara umum tampak bahwa tinggi tanaman pada perlakuan NK 1x maupun 1.5 x dosis standar cenderung

memberikan pengaruh yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan standar maupun kontrol.

Gambar 1. Rata-rata Tinggi Tanaman pada 4, 6, 8 dan 10 MST

77.7

Kontrol Standar NK 1 NK 1.5

(25)

 

14

Tabel 2 menyajikan pengaruh pemberian pupuk NK terhadap bobot kering brangkasan. Tabel tersebut menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan NK 1.5 x dosis standar pada variabel bobot kering brangkasan tidak berbeda nyata dengan NK 1 x dosis standar dan standar. Walaupun demikian ada kecenderungan bobot kering brangkasan pada perlakuan NK 1.5 x dosis standar lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan NK 1 x dosis standar dan standar. Perlakuan NK 1 x maupun 1.5 x dosis standar masing-masing 43.7 % dan 56.9 % lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Tampak bahwa perlakuan NK 1 x maupun 1.5 x dosis standar lebih efektif dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung dibandingkan standar.

Tabel 2. Pengaruh Pemberian Pupuk NK terhadap Bobot Kering Brangkasan

Perlakuan Bobot Kering Brangkasan

kg/petak ton/ha

Kontrol 1.74a 1.45a

Standar 2.42ab 2.01ab

NK 1x 2.50b 2.08b

NK 1.5x 2.73b 2.28b

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT) pada taraf α = 5%

Hasil analisis ragam pengaruh NK terhadap serapan N dan K disajikan pada Tabel Lampiran 1. Tabel 3 menyajikan pengaruh pemberian NK terhadap serapan N dan K tanaman. Sebagaimana bobot kering brangkasan, serapan N dan K pada perlakuan NK 1 x maupun 1.5 x dosis standar tidak berbeda nyata dengan

perlakuan standar dan nyata lebih tinggi dibandingkan perlakuan kontrol.

Tabel 3. Pengaruh Pemberian NK terhadap Serapan N dan K Tanaman Jagung

Perlakuan Serapan N Tanaman Serapan K Tanaman

g/petak g/petak

Kontrol 19.65a 18.14a

Standar 44.11b 38.85b

NK 1x 47.40b 38.32b

NK 1.5x 47.56b 43.03b

(26)

 

15

Pengaruh perlakuan terhadap serapan nitrogen dan kalium yang disajikan

pada Tabel 3, menunjukkan bahwa serapan nitrogen tertinggi dihasilkan oleh perlakuan NK 1.5 x dosis standar sebesar 39.68 g/petak, kemudian diikuti oleh NK 1 x dosis standar, standar dan kontrol sedangkan serapan kalium tertinggi dihasilkan oleh perlakuan NK 1.5 x dosis standar sebesar 35.91 g/petak, kemudian

diikuti oleh standar, NK 1 x dosis standar dan kontrol. Peningkatan serapan N dan K disebabkan adanya peningkatan ketersediaan N dan K akibat penambahan pupuk NK. Menurut Sutoro et. al. (1988), pada saat pembungaan (bunga jantan muncul) tanaman jagung telah mengabsorpsi N sebanyak 50 % dari seluruh kebutuhannya, sedangkan akumulasi hara K selama fase pembungaan mencapai

60 – 75 % dari seluruh kebutuhannya.

Bila dilihat dari Tabel 2 dan Tabel 3, serapan hara N dan K dan bobot kering brangkasan memiliki pola yang sama, perlakuan NK 1 x maupun NK 1.5 x dosis standar tidak berbeda nyata dengan standar dan berbeda nyata dengan perlakuan kontrol. Semakin tinggi hara yang diserap oleh tanaman semakin

banyak brangkasan yang dihasilkan. Nitrogen yang diambil tanaman dalam bentuk amonium mengalami sintesis dalam daun dan diubah menjadi asam amino. Ketersediaan nitrogen dalam jumlah yang banyak dapat menghasilkan protein lebih banyak dan daun dapat tumbuh lebih lebar, sebagai akibatnya fotosintesis lebih banyak. Oleh sebab itu diduga lebarnya daun yang tersedia bagi fotosintesis

sebanding dengan jumlah nitrogen yang diberikan. Nitrogen umumnya dibutuhkan untuk pertumbuhan pada bagian-bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang dan akar (Sutedjo, 2000). Kalium sangat penting dalam setiap proses metabolisme dalam tanaman. Kalium membantu pembentukan protein dan karbohidrat, mengeraskan jerami dan bagian kayu dari tanaman (Sarief, 1985).

4.2. Bobot Kering Tongkol Berbiji dan Bobot Kering Biji

Variabel yang digunakan untuk mengukur produksi tanaman jagung

(27)

 

Kontrol Standar NK 1 NK 1.5

Perlakuan

BK Tongkol Berbiji BK Biji

bahwa pemberian pupuk NK menghasilkan bobot kering tongkol berbiji dan biji cenderung lebih tinggi dibandingkan kontrol maupun standar dan Gambar 2 menyajikan produksi per hektar.

Tabel 4. Pengaruh Pemberian NK terhadap Produksi Tanaman Jagung.

Perlakuan BK Tongkol Berbiji BK Biji

(kg/petak) (kg/petak)

Kontrol 2.11 1.81

Standar 2.55 2.37

NK 1 2.81 2.52

NK 1.5 3.05 2.74

Bobot kering tongkol berbiji tertinggi terdapat pada perlakuan NK 1.5 x dosis standar sebesar 3.05 kg/petak (Tabel 4) atau 2.55 ton/ha (Gambar 2), sedangkan bobot paling rendah terdapat pada perlakuan kontrol sebesar 2.11 kg/petak atau 1.76 ton/ha. Pengaruh pemberian berbagai perlakuan terhadap bobot kering tongkol berbiji senada dengan peningkatan bobot kering biji, dimana bobot paling tinggi terdapat pada perlakuan NK 1.5 x dosis standar sebesar 2.74 kg/petak atau 2.28 ton/ha, diikuti oleh NK 1 x dosis standar, standar dan bobot paling rendah terdapat pada perlakuan kontrol sebesar 1.81 kg/petak atau 1.51 ton/ha. Hasil ini menunjukkan bahwa pupuk NK 1.5 x dosis standar lebih efektif dalam meningkatkan hasil dibandingkan perlakuan NK 1 x dosis standar.

(28)

 

17

Menurut Sutedjo (2000), kalium berperan penting dalam meningkatkan kualitas biji sehingga kekurangan kalium akan menyebabkan produksi tanaman berkurang sekali. Sekitar 25 % K terdapat dalam biji dan sisanya dalam jerami

(Koswara, 1982). Ketersediaan nitrogen berhubungan dengan penggunaan karbohidrat. Semakin tinggi pemberian nitrogen maka semakin cepat pula sistesis karbohidrat yang diubah menjadi protein dan protoplasma.

4.3. Efektivitas Agronomik Relatif Pupuk

Nilai efektivitas pupuk dapat ditentukan dengan menghitung nilai

Efektivitas Agronomik Relatif (RAE). Efektivitas Agronomik Relatif adalah suatu nilai pembanding dalam uji efektivitas pupuk yang dapat didasarkan dengan produksi tanaman. Efektivitas pupuk NK dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Hasil pupuk NK – kontrol

RAE pupuk NK = --- x 100 Hasil pupuk standar – kontrol

Tabel 5. Nilai Efektivitas Agronomik Relatif Pupuk NK terhadap Pupuk Standar

Tabel 5 menyajikan hasil perhitungan RAE pupuk NK yang diuji. Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa nilai RAE tertinggi dihasilkan pada perlakuan NK 1.5 x dosis standar sebesar 163.83 % sedangkan pada perlakuan NK 1 x dosis standar sebesar 125.53 %. Hal ini menunjukkan bahwa pupuk NK cukup efektif dalam

(29)

 

18

4.4. Pengaruh Pemupukan NK terhadap Sifat Kimia Tanah

Hasil analisis sifat kimia tanah sesudah percobaan disajikan pada Tabel Lampiran 3. Semua perlakuan cenderung memberikan perubahan terhadap sifat

kimia tanah. Nilai pH tanah pada perlakuan pupuk NK 1 x maupun 1.5 x dosis standar cenderung lebih rendah dibandingkan perlakuan kontrol. Berdasarkan kriteria penilaian sifat kimia tanah (PPT, 1983) pH tanah perlakuan NK 1.5 x dosis standar dan perlakuan kontrol tergolong masam, sedangkan pH tanah perlakuan NK 1 x dosis standar tergolong sangat masam. Ada kecenderungan

pupuk NK dapat meningkatkan kemasaman tanah. Rendahnya pH tanah ditunjukkan pula oleh tingginya kadar Al-dd pada perlakuan pupuk NK dibandingkan dengan kontrol.

Kadar N di dalam tanah pada perlakuan pupuk NK cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Demikian pula kadar K terutama pada

(30)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat dirumuskan beberapa kesimpulan

sebagai berikut:

1. Pupuk NK berpengaruh nyata meningkatkan bobot kering brangkasan dan

serapan N dan K dibandingkan dengan kontrol. Pupuk NK dengan dosis 1 x

maupun 1.5 x dosis standar cenderung meningkatkan tinggi tanaman, bobot

kering tongkol berbiji dan bobot kering biji walaupun tidak nyata.

2. Berdasarkan nilai RAE (perlakuan NK 1.5 x dosis standar sebesar 163.83 %

dan perlakuan NK 1 x dosis standar sebesar 125.53 %) pupuk NK 1.5 x dosis

standar lebih efektif dalam meningkatkan produksi bobot kering jagung

dibandingkan dengan pupuk NK 1 x dosis standar.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, pemberian pupuk NK 1.5 x

(31)

VI.DAFTAR PUSTAKA

Darmawijaya, M.I. 1990. Klasifikasi Tanah: Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah dan Pelaksana Pertanian di Indonesia. Fakultas Pertanian. Gajah Mada Univeristy Press.

Goldsworthy, P.R., and N.M. Fisher. 1992. Fisiologi Tanamana Budidaya Tropik. Diterjemahkan oleh Tohari. Gajah Mada University Press.

Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Penerbit Akademika Pressindo. Jakarta. p.211

Hardjowigeno, S., Widiatmaka, A.S. Yogaswara. 1999. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tata Guna Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo. Jakarta. p.148

Jumin, H. B. 2005. Dasar-dasar Agronomi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Koswara, J. 1982. Jagung,. Diktat kuliah Ilmu Tanaman Setahun. Departemen Agronomi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Leiwakabessy, F.M., U.M. Wahjudin, dan Suwarno. 2003. Diktat Kuliah Kesuburan Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Leiwakabessy, F.M., dan A. Sutandi. 2004. Diktat Kuliah Pupuk dan Pemupukan. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Muhadjir, F. 1988. Karakteristik Tanaman Jagung dalam Subandi et al. (ed.) Jagung. Puslitbang. Bogor. p.33-48

PPT. 1983. Term of Reference Tipe.A.No.59/1983.P3MT. Pusat Penelitian Tanah. Bogor

Sabiham, S., G. Soepardi, S. Djokosudarjo. 1989. Bahan Kuliah Pupuk dan Pemupukan. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sarief, S. 1985. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. CV Pustaka Buana. Bandung

(32)

  21

Soeparto. 1982. Sifat-sifat dan Klasifikasi Beberapa Tanah Latosol Daerah Bogor-Jakarta. Skripsi. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Soil Survey Staff. 1998. Kunci Taksonomi Tanah. Edisi Kedua Bahasa Indonesia, 1999. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Suprapto, H.S. 1998. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya., Jakarta.

Sutedjo, M.M. 2000. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta.

Sutoro, Y. Soelaeman, Iskandar. 1988. Budidaya Tanaman Jagung dalam Subandi

et al. (ed.) Jagung. Puslitbang. Bogor. p.49-66.

Suwardi dan H. Wiranegara. 2000. Penuntun Praktikum Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Syafruddin, S. Saenong, dan A.F. Fadhly. 1998. Keragaan Pemupukan N, P, K dan S pada Tanaman Jagung di Sulawesi Selatan. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Jagung. p.478-488.

Wiryodihardjo, M.W. 1963. Ilmu Tanah. Tanah, Pembentukannya, Susunannya dan Pembagiannya. Jilid 3. Disadur kembali dengan bantuan Dr.Ir. Tan Kim Hong. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

(33)
(34)

23 Tabel Lampiran 1. Hasil Analisis Ragam Tinggi Tanaman, Bobot

Kering Brangkasan, Bobot Kering Tongkol Berbiji, Bobot Kering Biji, Serapan N Jagung, dan Serapan K Jagung

Bobot Kering Brangkasan (kg/petak)

FK 1 87.89

Blok 3 0.64 0.21 1.15

Perlakuan 3 2.17 0.72 3.93* 3.86 6.99 18

Galat 9 1.66 0.18

Total 16 92.36

Bobot Kering Tongkol Berbiji (kg/petak)

FK 1 110.78

Blok 3 3.23 1.08 0.93

Perlakuan 3 1.94 0.65 0.56 3.86 6.99 41

Galat 9 10.45 1.16

Total 16 126.40

Bobok Kering Biji (kg/petak)

FK 1 89.21

Blok 3 2.49 0.83 1.37

Perlakuan 3 1.88 0.63 1.04 3.86 6.99 33

Galat 9 5.46 0.61

(35)

24

Bobot Kering Brangkasan (ton/ha)

FK 1 61.04

Blok 3 0.44 0.15 1.15

Perlakuan 3 1.51 0.50 3.92* 3.86 6.99 18

Galat 9 1.16 0.13

Total 16 64.15

Bobot Kering Tongkol Berbiji (ton/ha)

FK 1 77.04

Blok 3 2.25 0.75 0.93

Perlakuan 3 1.35 0.45 0.56 3.86 6.99 41

Galat 9 7.26 0.81

Total 16 87.90

Bobot Kering Biji (ton/ha)

FK 1 61.90

Blok 3 1.73 0.58 1.37

Perlakuan 3 1.31 0.44 1.04 3.86 6.99 33

Galat 9 3.80 0.42

Total 16 68.74

Serapan N Tanaman (g/petak)

FK 1 25190.45

Blok 3 452.35 150.78 3.02

Perlakuan 3 2169.69 723.23 14.49** 3.86 6.99 18

Galat 9 449.09 49.90

Total 16 28261.58

Serapan K Tanaman (g/petak)

(36)

25 Tabel Lampiran 2. Sifat Kimia Oxic Dystrudept Darmaga

Parameter Satuan Nilai Kriteria PPT (1983)

pH 4.33 Sangat masam

C-organik % 2.13 Sedang

N-total % 0.30 Sedang

P-tersedia ppm 3.80 Sangat rendah

P-potensial ppm 195.40 -

Ca-dd me/100g 1.25 Sangat rendah

Mg-dd me/100g 0.50 Rendah

K-dd me/100g 0.12 Rendah

Na-dd me/100g 0.30 Rendah

Al-dd me/100g 2.02 -

H-dd me/100g 0.29 -

KTK efektif me/100g 4.48 Sangat rendah

Kejenuhan Al % 45.09 Tinggi

Tabel Lampiran 3. Sifat Kimia Tanah Setelah Percobaan

(37)

26 Tabel Lampiran 4. Nilai Rataan Kadar dan Serapan N dan K Tanaman

Jagung

No Perlakuan N tanaman K tanaman BK Jerami Serapan N Serapan K

(%) (kg/ptk) (g/ptk)

1 Kontrol / 1 1.43 0.54 1.57 22.35 8.51

2 Kontrol / 2 0.99 1.52 2.10 20.78 32.06

3 Kontrol / 3 0.89 0.71 0.95 8.46 6.77

4 Kontrol / 4 1.16 1.08 2.33 27.01 25.20

Rata-rata 19.65 18.14

5 Standar / 1 1.82 1.16 2.87 52.15 33.15

6 Standar / 2 1.83 2.22 2.54 46.56 56.40

7 Standar / 3 1.69 1.45 1.77 29.95 25.65

8 Standar / 4 1.93 1.62 2.48 47.79 40.19

Rata-rata 44.11 38.85

9 NK 1 / 1 1.88 1.65 2.45 46.17 40.40

10 NK 1 / 2 1.82 1.25 2.07 37.62 25.94

11 NK 1 / 3 1.88 1.59 2.73 51.40 43.30

12 NK 1 / 4 1.99 1.60 2.73 54.40 43.63

Rata-rata 47.40 38.32

13 NK 1.5 / 1 1.94 1.59 3.12 60.61 49.41

14 NK 1.5 / 2 1.68 1.70 2.70 45.26 45.73

15 NK 1.5 / 3 1.46 1.30 2.61 38.11 34.06

16 NK 1.5 / 4 1.87 1.73 2.48 46.24 42.92

(38)

27 Tabel Lampiran 5. Nilai Rataan Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung

No Perlakuan

Tinggi Tanaman Bobot Kering Total

4 MST 6 MST 8 MST 10 MST Tongkol berbiji Biji Brangkasan

…..…cm…….. kg/petak ton/ha kg/petak ton/ha kg/petak ton/ha

1 Kontrol / 1 70.30 83.80 92.90 138.90 1.35 1.13 1.46 1.21 1.57 1.31

2 Kontrol / 2 81.60 95.40 119.10 143.50 2.60 2.17 2.21 1.84 2.10 1.75

3 Kontrol / 3 57.90 65.60 74.60 113.50 0.60 0.50 0.58 0.48 0.95 0.79

4 Kontrol / 4 100.90 120.30 146.60 175.00 3.90 3.25 3.00 2.50 2.33 1.94

Rata-rata 77.68 91.28 108.30 142.73 2.11 1.76 1.81 1.51 1.74 1.45

5 Standar / 1 87.10 105.20 123.40 164.40 4.15 3.46 3.49 2.91 2.87 2.39

6 Standar / 2 60.70 75.90 97.00 142.10 1.90 1.58 2.13 1.77 2.54 2.11

7 Standar / 3 65.55 76.40 91.70 136.40 1.60 1.33 1.28 1.07 1.77 1.47

8 Standar / 4 72.90 88.70 108.75 161.30 2.55 2.13 2.59 2.16 2.48 2.07

Rata-rata 71.56 86.55 105.21 151.05 2.55 2.13 2.37 1.98 2.42 2.01

9 NK 1 / 1 72.10 89.50 103.80 150.60 2.65 2.21 2.85 2.37 2.45 2.04

10 NK 1 / 2 58.40 70.70 91.00 136.10 1.75 1.46 1.62 1.35 2.07 1.72

11 NK 1 / 3 83.10 97.80 113.70 157.50 3.25 2.71 2.75 2.30 2.73 2.28

12 NK 1 / 4 87.80 106.70 135.10 171.20 3.60 3.00 2.85 2.38 2.73 2.28

Rata-rata 75.35 91.18 110.90 153.85 2.81 2.35 2.52 2.10 2.50 2.08

13 NK 1.5 / 1 91.60 113.90 141.70 175.60 3.80 3.17 3.33 2.77 3.12 2.60

14 NK 1.5 / 2 74.60 86.10 113.90 155.60 2.30 1.92 2.02 1.68 2.70 2.25

15 NK 1.5 / 3 80.55 96.60 116.25 155.60 3.50 2.92 3.15 2.62 2.61 2.18

16 NK 1.5 / 4 82.30 94.40 115.10 150.50 2.60 2.17 2.47 2.06 2.48 2.07

(39)

28 Tabel Lampiran 6. Deskripsi Varietas Pioneer P-12

Tanggal dilepas 22 Juni 1999

Asal F1 dari silang tunggal (single cross) antara M30A97

dengan F30A97

M30A97 dan F30A97 adalah galur murni tropis yang dikembangkan oleh Pioneer Hi-Bred Philliphine, Inc. Dan Pioneer Hi-Bred (Thailand) co.ltd. secara berurutan

Umur Berumur dalam

50% polinasi = 56 – 59 hari 50% keluar rambut = 57 – 60 hari Masak fisiologis: 92 hari (< 600 m dpl) 120 hari (> 600 m dpl) Batang Besar dan kokoh

Tinggi 211 cm

Daun Tegak dan lebar (hijau tua) Keragaman Tanaman Sangat seragam

Perakaran Baik dan kuat

Kerebahan Tahan rebah

Tongkol Panjang dan silindris

Klobot Menutup biji dengan baik

Biji Mutiara, orange, baris: lurus dan rapat Σ tongkol: 14 – 16 baris

Bobot 1000 biji = 289 gram

Kandungan Nutrisi 5.6 % minyak, 10.6 % protein, 71.2 % tepung Rata-rata Hasil 8.105 ton/ha

Potensi Hasil 10 – 12 ton/ha

Ketahanan Tahan terhadap penyakit karat daun, busuk tongkol diploid, busuk batang bakteri, agak tahan terhadap bulai

(40)

29 Tabel Lampiran 7. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah Berdasarkan PPT

(1983)

Sifat Tanah Sangat

Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

C-organik

Gambar

Tabel 1. Dosis Perlakuan Pemupukan pada Tanaman Jagung
Gambar 1. Rata-rata Tinggi Tanaman pada 4, 6, 8 dan 10 MST
Tabel 2. Pengaruh Pemberian Pupuk NK terhadap Bobot Kering Brangkasan
Tabel 4. Pengaruh Pemberian NK terhadap Produksi Tanaman Jagung.
+7

Referensi

Dokumen terkait

HTML5 is supported by all the popular web browsers, so there’s no need to wait for mobi or EPUB readers and apps to offer richer content support; let’s just use the

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan rahmat yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH KEPUASAN

Sujud Tilawah adalah sujud bacaan, maksudnya dalah sujud yang yang dilakukan baik di dalam sholat ataupun di luar sholat sewaktu membaca atau mendengar bacaan

Oleh karena tidak dijelaskannya secara tegas mengenai permasalahan dalam pemberian wasiat wajibah ini kepada isteri yang non muslim dalam al-Quran, Hadis maupun KHI maka dari itu

Berdasarkan hasil dari pembahasan tentang peran istri dalam dalam upaya meningkatkan perekonomian rumah tangga ditinjau dari ekonomi Islam (studi kasus pada pedagang di

11 Sekolah rumah (homeschooling) adalah proses layanan pendidikan yang secara sadar, teratur dan terarah dilakukan oleh orang tua/ keluarga di rumah atau tempat-tempat lain

Hasyim Asy’ari mengenai etika yang harus dipedomani oleh pendidik maupun peserta didik masih sangat relevan untuk diterapkan dalam proses belajar mengajar pada saat

perempuan pada dasarnya memiliki peran gender yang berbeda, yang pastinya berpengaruh pada pelaksanaan layanan konseling, namun hal tersebut tidak memunculkan perbedaan