• Tidak ada hasil yang ditemukan

The Marketing Strategies for Indonesian Mango in International Market.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "The Marketing Strategies for Indonesian Mango in International Market."

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

INTERNASIONAL

IRMA NURANTHY PURNAMA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Strategi Pemasaran Mangga di Pasar Internasional adalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

Irma Nuranthy Purnama

(4)

IRMA NURANTHY PURNAMA. Strategi Pemasaran Mangga di Pasar Internasional. Dibimbing oleh MA MUN SARMA dan MUKHAMAD NAJIB.

Mangga merupakan salah satu buah tropis unggulan Indonesia dengan produksi tinggi, 2.1 juta ton pada tahun 2011, dan menempati posisi ketujuh tertinggi di dunia, namun volume ekspornya masih rendah 1,485 ton pada 2011. Jenis mangga yang diekspor sebagian besar adalah arumanis dan gedong gincu dengan tujuan utama ke Timur Tengah dan Singapura. Pemerintah mendorong peningkatan ekspor sektor non migas, diantaranya produk hortikultura unggulan, seperti pisang, nenas, manggis, maupun mangga, sebagai sumber devisa negara. Namun demikian, masih terdapat berbagai permasalahan di lapangan yang menyebabkan ketersediaan mangga berkualitas terbatas dan volume ekspor rendah. Dengan mempertimbangkan hal tersebut di atas, penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan karakteristik produksi dan pemasaran mangga di Indonesia; 2) menganalisis faktor lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi pemasaran mangga di pasar internasional; serta 3) merumuskan rekomendasi strategi yang akan diberikan bagi pemasaran mangga Indonesia di pasar internasional.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2013 melalui observasi dan wawancara menggunakan kuesioner dengan pendekatan

Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT) and Analytical Hierarchy Process (AHP) kepada reponden, masing-masing sebanyak 9 dan 5 orang. Responden terdiri atas petani mangga di Cirebon dan Indramayu; eksportir di Cirebon dan Probolinggo; asosiasi eksportir buah, pemerintah (Direktorat Jenderal Hortikultura dan Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian), serta akademisi. Tahap selanjutnya pembuatan matriks SWOT berdasarkan hasil identifikasi internal dan eksternal, dilanjutkan dengan perumusan strategi alternatif menggunakan AHP. Alat analisis yang digunakan adalah analisis Internal Factor Evaluation (IFE), analisis External Factor Evaluation(EFE), analisisInternal External(IE), analisis SWOT dan AHP.

Budidaya mangga umumnya dilakukan oleh petani dengan skala kecil dengan luas lahan di bawah 1 ha secara konvensional dengan teknologi dan manajemen pemeliharaan sederhana, sehingga kualitas yang dihasilkan beragam. Rantai pemasaran untuk pasar ekspor cukup pendek, yaitu petani langsung ke eksportir serta petani ke eksportir melalui pengumpul. Sebagian kecil telah ada kerjasama antara petani dan eksportir dalam suplai mangga dan bantuan untuk produksi.

(5)

penanganan pascapanen, dokumen ekspor, dan pengangkutan untuk menghasilkan dan menjamin ketersediaan buah berkualitas yang sesuai dengan standar internasional.

(6)

IRMA NURANTHY PURNAMA. The Marketing Strategies for Indonesian Mango in International Market. Supervised by MA MUN SARMA and MUKHAMAD NAJIB.

Mango is one of the Indonesian leading tropical fruit with high production volumes, ranks seventh largest in the world that is 2,131,139 tons in 2011. Nevertheless, the export volume is very low at only 1,485 tons in 2011 with the main markets for Indonesian mango are the Middle East and Singapore. Indonesia has a chance to enhance the export volume considering the potential of mango production and world market nowadays. Therefore this study was aimed 1) to describe the characteristics of mango production and marketing in Indonesia, 2) to study the internal and external factors affecting Indonesian mango exports, and 3) to formulate strategies for enhancing the mango marketing in the international market.

The data used was primary and secondary data. Gedong gincu and Arumanis were chosen among other varieties because both are the exported varieties. Data were collected on May-August 2012 by observation and inerview using questioner to nine for SWOT matrix and five for AHP respondents. Respondents consisted of farmers in Cirebon and Indramayu; exporters in Cirebon and Probolinggo; fruit exporter association, government, and researchers. Analysis tools used were: 1) Internal Factor Evaluation Matrix, External Factor Evaluation Matrix, and Internal-External Matrix, 2) Strength Weakness Opportunity Threat Analysis, and 3)Analytical Hierarchy Process(AHP).

Mango cultivation is generally carried out by small-scale and farmyard farmers conventionally with simple maintenance management, resulting on a diverse quality. Marketing chain for the export market is quite short, farmers directly to exporters and farmers to exporters through collectors. There were few cooperation (contract farming) between farmers and exporters in the mango supply and the support for production.

The results showed that total score of IFE matrix was 2.103 and total score of EFE matrix was 2.893. The combination of both results placed the competitive position of Indonesian mangoes in the second cell, that was grow and build cell. Recommendations to improve the marketing of Indonesian mango in international market were to implement standardization of mango orchard, increased cooperation between exporters and farmers, and developed "one stop service" center per region to produce and assure the availability of high quality fruit that could meet international market demand.

(7)

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(8)

INTERNASIONAL

IRMA NURANTHY PURNAMA

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Manajemen

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)
(10)

Nama : Irma Nuranthy Purnama

NIM : H251110101

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Ma mun Sarma, MS MEc Ketua

Dr Mukhamad Najib, STP MM Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Ilmu Manajemen

Dr Ir Abdul Kohar Irwanto, MSc

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(11)

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmatNya sehingga tesis dengan judul Strategi Pemasaran Mangga di Pasar Internasional dapat disusun dengan baik. Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas akhir pada Program Studi Ilmu Manajemen, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Karya ilmiah ini dapat disusun dengan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Pembimbing Dr. Ir. Ma mun Sarma, MS., M.Ec. dan Dr. Mukhamad Najib, S.TP., MM atas bimbingan dan pengarahannya selama penyusunan tugas akhir ini.

2. Prof. Dr. Ir. W. H. Limbong, MS selaku dosen penguji atas saran-saran yang diberikan.

3. Penghargaan disampaikan kepada seluruh responden penelitian (Bapak Suli Artawi, Bapak Haerudin, Bapak Sutanto, Prof. Dr. Roedhy Poerwanto, Prof. Dr. Sobir, CV Sumber Buah Cirebon, UD Sumber Bumi Probolinggo, Asosiasi Eksportir Importir Buah dan Sayuran Segar Indonesia, Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah Direktorat Jenderal Hortikultura, Direktorat Pemasaran Internasional Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian) atas bantuan dan kerjasama yang baik dalam pengumpulan data sehingga tesis ini dapat disusun.

4. DIKTI Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia atas bantuan dana pendidikan S2 melalui program Beasiswa Unggulan.

5. Seluruh dosen atas pengetahuan dan ilmu yang diberikan dan staf PS Ilmu Manajemen atas bantuannya selama kuliah berlangsung.

6. Rekan Elizabeth Cory Ohoiwutun, Nur Hidayah, Weni dan keluarga, serta Fatmasari Siregar atas bantuan teknis dalam pelaksanaan penelitian. Rekan Dhewiana Novitasari dan Sri Utami untuk diskusi dan bantuannya dalam penyusunan tesis.

7. Rekan-rekan PS Ilmu Manajemen angkatan V atas persahabatan dan kebersamaannya.

8. Sahabat-sahabat terbaik Vera, Muslik, Ira, Silvi, Peppy.

9. Bapak, Ibu, dan adik-adik untuk doa, dukungan, dan semangatnya sehingga kuliah dan tahap penyusunan tugas akhir ini dapat dilalui dengan baik. 10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuan dan

kerjasamanya.

Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan dan berkontribusi bagi perkembangan usaha mangga di Indonesia.

Terima kasih.

Bogor, Januari 2014

(12)

DAFTAR TABEL ii

DAFTAR GAMBAR ii

DAFTAR LAMPIRAN ii

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 3

2 METODE

Kerangka Pemikiran 4

Lokasi dan Waktu Penelitian 4

Jenis dan Sumber Data 5

Pemilihan Sampel 5

Pengumpulan Data 5

Pengolahan dan Analisis Data 5

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil Usaha Mangga Indonesia 9

Identifikasi Lingkungan Internal dan Eksternal Pemasaran Mangga

Indonesia 14

Analisis Matriks IFE Pemasaran Mangga Indonesia 21 Analisis Matriks EFE Pemasaran Mangga Indonesia 22 Analisis Matriks IE Pemasaran Mangga Indonesia 23 Analisis Matriks SWOT Pemasaran Mangga Indonesia 23

Analytical Hierarchy Process 26

Implikasi Manajerial 32

4 SIMPULAN DAN SARAN 35

DAFTAR PUSTAKA 36

(13)

1 Perkembangan ekspor mangga Indonesia ke berbagai negara tujuan

tahun 2008-2010 1

2 Negara pengimpor utama mangga di dunia tahun 2010 2 3 Matriks IFE (Internal Factor Evaluation Matrix) 6 4 Matriks EFE (External Factor Evaluation Matrix) 6 5 Matriks SWOT (Strength Weakness Opportunity Threat) 8 6 Skala perbandingan untukanalytical hierarchy process 9 7 Produksi mangga Indonesia pada tahun 2007-2011 10 8 Sebaran wilayah kebun mangga teregistrasi di Indonesia 11 9 Hasil analisis matriks IFE pemasaran mangga Indonesia 21 10 Hasil analisis matriks EFE pemasaran mangga Indonesia 22 11 Hasil analisis matriks SWOT pemasaran mangga Indonesia 24 12 Bobot dan prioritas faktor terhadap sasaran utama 28 13 Bobot pengolahan horizontal unsur aktor terhadap faktor 28 14 Bobot pengolahan horizontal unsur tujuan terhadap aktor 29 15 Bobot pengolahan horizontal alternatif strategi terhadap tujuan 30 16 Bobot dan prioritas masing-masing unsur pada hirarki strategi

pemasaran mangga di pasar internasional 31

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran penelitian 4

2 Matriks Internal Eksternal (David, 2009) 7

3 Model hirarki dalam analytial hierarchy process (Marimin dan

Maghfiroh 2010) 8

4 Tampilan mangga gedong gincu (a) dan arumanis (b) 10

5 Saluran pemasaran mangga untuk pasar ekspor 12

6 Proses penanganan mangga untuk tujuan ekspor 13

7 Contoh label dan kemasan mangga untuk pasar ekspor 13

8 Metode disinfestasi lalat buah 16

9 Contoh jenis mangga yang terdapat di pasar Jepang 20 10 Contoh jenis mangga yang terdapat di pasar Amerika Serikat dan

Eropa 21

11 Matriks internal-eksternal pemasaran mangga Indonesia 23 12 Struktur hirarki strategi pemasaran mangga di pasar internasional 27 13 Hirarki pengolahan vertikal strategi pemasaran mangga di pasar

internasional 30

DAFTAR LAMPIRAN

(14)

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara produsen mangga terbesar ke tujuh di dunia dengan produksi sebesar 1.31 juta ton (FAOSTAT 2012), di bawah India, Cina, Thailand, Pakistan, dan Meksiko. Menurut data Kementerian Pertanian (2012), produksi mangga Indonesia pada tahun 2011 sebesar 2.13 juta ton meningkat hampir dua kali lipat dari tahun 2010 dengan sentra produksi mangga adalah Jawa Timur (35% dari total produksi nasional), Jawa Barat (17%), dan Jawa Tengah (16%). Meskipun Indonesia merupakan salah satu produsen mangga terbesar di dunia, namun nilai ekspor mangga Indonesia masih rendah dengan jenis mangga yang diekspor adalah arumanis dan gedong gincu. Data perkembangan ekspor mangga Indonesia ke berbagai negara tujuan selama tahun 2008 sampai 2010 terdapat pada Tabel 1.

Tabel 1 Perkembangan ekspor mangga Indonesia ke berbagai negara tujuan tahun 2008-2010 Uni Emirat Arab 834.691 480.494 588.836 335.199 420.421 310.649 Saudi Arabia 366.928 218.485 250.514 145.354 201.473 132.200

Singapura 366.824 573.934 262.129 362.717 185.396 299.061

Bahrain 55.788 31.805 60.442 32.271 17.686 16.060

Malaysia 54.641 83.165 64.416 53.690 23.119 45.390

Kuwait 38.135 62.701 34.155 26.471 71.893 117.127

Hongkong 36.599 33.235 12.347 38.244 24.394 42.330

Oman 29.385 17.650 1.478 887 2.877 3.392

Brunei Darussalam

28.998 77.780 2.221 5.398 19.525 62.927

Amerika Serikat 3.299 12.102 3.948 17.599 2.990 10.637

China 2.088 681 25.806 18.064 180 200

Qatar 0 0 57.520 60.453 28.124 24.358

Lainnya 36.305 19.550 51.135 65.121 467 928

Total 1.853.681 1.611.582 1.414.947 1.161.468 998.545 1.065.259

Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura (2012).

(15)

oleh eksportir dari Afrika untuk pasar Eropa, Amerika Latin untuk pasar Amerika dan Eropa, serta Asia untuk pasar Timur Tengah.

Tabel 2 Negara pengimpor utama mangga di dunia tahun 2010

No. Negara Jumlah (ton) Nilai (1000 $) Unit ($/ton)

1 Amerika Serikat 320 591 287 236 896

2 Belanda 142 546 188 506 1 322

3 Jerman 48 451 88 168 1 820

4 United Kingdom 47 581 75 105 1 578

5 Perancis 32 267 60 609 1 878

6 Arab Saudi 58 250 48 767 837

7 Jepang 10 504 46 849 4 460

8 Uni Emirat Arab 46 494 45 424 977

9 Spanyol 32 232 35 459 1 100

10 Belgia 16 417 29 858 1 819

11 Portugal 14 058 29 163 2 074

12 China, Hong Kong SAR 22 673 28 469 1 256

13 Swiss 8 849 24 549 2 774

14 Singapura 18 232 19 633 1 077

15 Italia 7 734 15 175 1 962

16 Rusia 7 416 11 737 1 583

17 Austria 4 875 11 188 2 295

18 Norwegia 4 250 10 874 2 559

19 Kuwait 11 047 10 829 980

20 Iran 15 670 9 871 630

Sumber: FAOSTAT (2012).

(16)

Perumusan Masalah

Pemerintah mendorong peningkatan ekspor sektor non migas, diantaranya produk hortikultura unggulan, seperti pisang, nenas, manggis, maupun mangga, sebagai sumber devisa negara. Untuk mendukung tujuan tersebut, beberapa upaya telah dilakukan guna menghasilkan produk yang sesuai dengan standar internasional, diantaranya penerbitan ult ties (GAP) for fruit and vegetables, standard operating procedure (SOP), maupun bantuan budidaya dan penanganan pascapanen buah, namun belum mampu meningkatkan daya saing produk hortikultura Indonesia, khususnya mangga. Kendala yang dihadapi dalam ekspor adalah terbatasnya suplai mangga dengan kualitas baik dan seragam, serta belum adanya jaminan pasokan yang kontinyu. Konsumen internasional, khususnya dari Jepang, Eropa, dan Amerika Serikat, menginginkan jaminan kualitas, keamanan mangga (bebas lalat buah dan residu pestisida), serta pasokan dalam keputusan pembelian (Miyauchi dan Perry 1999; Bose dan Gething 2011; Souza dan Neto 2012).

Dengan mempertimbangkan latar belakang di atas, maka permasalahan utama pemasaran mangga Indonesia dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik produksi dan pemasaran mangga di Indonesia?

2. Bagaimana peluang pemasaran mangga di pasar internasional dengan mempertimbangkan faktor lingkungan internal dan eksternal?

3. Apa rekomendasi yang akan diberikan bagi pemasaran mangga yang sesuai dengan permintaan pasar internasional?

Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan karakteristik produksi dan pemasaran mangga di Indonesia. 2. Menganalisis faktor lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi

pemasaran mangga di pasar internasional.

3. Merumuskan rekomendasi strategi yang akan diberikan bagi pemasaran mangga Indonesia di pasar internasional.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat:

1. Bermanfaat bagi produsen mangga untuk mengembangkan produknya agar dapat bersaing di pasar internasional,

2. Memberikan informasi bagi eksportir mangga dalam merumuskan strategi pemasaran yang sesuai dengan permintaan pasar,

3. Memberikan informasi bagi pemerintah dalam pengembangan produksi dan pemasaran mangga untuk pasar internasional, serta

4. Menjadi acuan bagi peneliti lain yang membahas topik serupa.

Ruang Lingkup Penelitian

(17)

2 METODE

Kerangka Pemikiran

Volume ekspor buah mangga Indonesia lebih rendah apabila dibandingkan dengan volume produksinya yang tinggi. Indonesia merupakan negara produsen mangga terbesar ke tujuh di dunia dengan produksi sebesar 2.13 juta ton tahun 2011, namun volume ekspornya sangat rendah hanya sebesar 1485 ton pada tahun 2011. Oleh karena itu penelitian ini mengkaji faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi ekspor mangga Indonesia dan strategi peningkatan pemasarannya di pasar internasional.

Tahapan awal penelitian dimulai dengan identifikasi faktor internal (kekuatan, kelemahan) dan faktor eksternal (peluang, ancaman) yang diperoleh melalui studi literatur dan diskusi dengan pakar. Tahap selanjutnya adalah analisis lingkungan internal dan eksternal menggunakaninternal factor evaluation matrix (IFE) dan internal factor evaluation matrix (EFE), tahap penggabungan dengan matriks internal eksternal (IE), serta pencocokkan alternatif strategi dengan matriks strength weakness opportunity threat (SWOT). Daftar alternatif strategi selanjutnya dinilai prioritasnya dengan menggunakananalytical hierarchy process (AHP) (Gambar 1).

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

Lokasi dan Waktu Penelitian

(18)

di Jakarta; serta pakar ahli dari kalangan akademisi di Bogor. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus 2013.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan, in depth interview, dan kuesioner kepada petani dan eksportir mangga gedong gincu dan arumanis, asosiasi eksportir importir buah dan sayuran segar Indonesia, pakar ahli dari kalangan akademisi, dan pemerintah. Data sekunder diperoleh melalui berbagai studi literatur dan informasi yang dihasilkan oleh instansi yang terkait dengan topik kajian.

Pemilihan Sampel

Pemilihan sampel dilakukan secara purposive sampling, yaitu pengambilan sampel dengan maksud atau tujuan tertentu. Mangga gedong gincu dan arumanis dipilih karena mewakili jenis mangga yang diekspor, khususnya di daerah sentra budidaya dan ekspor manggga. Sampel yang digunakan pada penelitian adalah pihak yang terlibat langsung atau berpengaruh dalam kebijakan perkembangan buah mangga. Sampel untuk identifikasi lingkungan eksternal, internal, dan matriks SWOT adalah sebanyak 9 orang dengan rincian: 1) perwakilan asosiasi petani mangga di Cirebon dan Indramayu; 2) eksportir utama mangga Indonesia yang berlokasi di Cirebon dan Probolinggo, 3) Asosiasi Eksportir Importir Buah dan Sayuran Segar Indonesia; 4) Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah Direktorat Jenderal Hortikultura, 5) Direktorat Pemasaran Internasional Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 6) satu orang pakar dari kalangan akademisi, serta 7) Pusat Kajian Hortikultura Tropika, Institut Pertanian Bogor. Pakar untuk AHP sebanyak lima orang, yaitu 1) perwakilan dari Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah Direktorat Jenderal Hortikultura, 2) Direktorat Pemasaran Internasional Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 3) eksportir, 4) Pusat Kajian Hortikultura Tropika, Institut Pertanian Bogor, serta 5) akademisi.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara mengguna-kan kuesioner dengan pendekatan SWOT (Lampiran 1) dan AHP (Lampiran 2).

Pengolahan dan Analisis Data

(19)

Identifikasi Karakteristik Usaha Buah Mangga Indonesia

Analisis deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik usaha buah mangga Indonesia untuk pasar internasional, khususnya dari segi bauran pemasarannya, yaitu produk, harga, promosi, dan distribusi.

Analisis Perumusan Strategi

Matriks IFE dan matriks EFE. Matriks IFE dan EFE adalah matriks faktor-faktor internal dan eksternal buah mangga yang disusun berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki yang berkaitan dengan peluang pemasaran mangga di pasar internasional. Terdapat beberapa tahap untuk menyusun matriks IFE dan EFE (Tabel 3 dan 4) (David 2009), antara lain:

1. Membuat daftar faktor-faktor penting lingkungan eksternal (peluang, ancaman) dan internal (kekuatan, kelemahan) yang berpengaruh terhadap pemasaran mangga.

2. Memberikan bobot pada setiap faktor dari tidak penting sampai sangat penting. Jumlah seluruh bobot yang diberikan pada faktor harus sama dengan 1,0. 3. Menentukan rating setiap faktor antara 1 sampai 4 pada setiap faktor eksternal

dengan nilai 1 (lemah/di bawah rata-rata), 2 (rata-rata), 3 (di atas rata-rata), dan 4 (superior/sangat bagus). Menentukan rating setiap faktor internal dengan nilai 1 (sangat lemah) dan 2 (lemah) untuk faktor kelemahan; serta nilai 3 (kuat) dan 4 (sangat kuat) untuk faktor kekuatan.

4. Mengalikan setiap bobot pada langkah kedua (a) dengan rating/peringkat yang telah ditentukan pada langkah ketiga (b) untuk mendapatkan skor bobot (c).

Tabel 3 Matriks IFE (Internal Factor Evaluation Matrix)

Internal faktor Bobot (a) Rating (b) Skor bobot (c) Kekuatan

1. 2.

Kelemahan 1.

2. Total

Tabel 4 Matriks EFE (External Factor Evaluation Matrix)

Eksternal faktor Bobot (a) Rating (b) Skor bobot (c) Peluang

1. 2.

Ancaman 1.

2. Total

(20)

1.0 menunjukkan usaha mangga di Indonesia tidak dapat memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang ada.

Matriks IE. Hasil skor dari matriks IFE dan EFE akan menentukan posisi persaingan usaha mangga Indonesia dalam matriks IE. Matriks ini memposisikan suatu organisasi dalam tampilan sembilan sel (Gambar 2). Total skor bobot IFE berada pada sumbu x dan total skor IFE pada sumbu y. Matriks IE dibagi menjadi tiga daerah utama yang mempunyai implikasi strategi yang berbeda, yaitu:

1. Daerah I meliputi sel I, II, atau IV digambarkan dengan daerah tumbuh dan membangun (grow and build). Strategi yang sesuai adalah strategi intensif, misalnya penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk, dan strategi integratif, misalnya integrasi ke depan, ke belakang, dan horizontal.

2. Daerah II meliputi sel III, V, atau VII termasuk dalam daerah menjaga dan mempertahankan (hold and maintain). Strategi yang paling sesuai adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk.

3. Daerah III, meliputi sel VI, VIII, atau IX adalah daerah panen (harvest or divest) dengan strategi penciutan dan divestasi.

Total Skor IFE

Gambar 2 Matriks Internal Eksternal (David 2009)

Analisis SWOT. Matriks SWOT digunakan untuk mencocokkan faktor internal dan eksternal kunci usaha mangga di Indonesia (Tabel 5). Pengembangan strategi pada matriks SWOT dilakukan berdasarkan hasil dari matriks IE. Matriks ini menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis (David 2009), yaitu: 1. Strategi SO (Strength-Opportunity), yaitu strategi menggunakan kekuatan yang

dimiliki untuk meraih peluang yang ada.

2. Strategi WO (Weakness-Opportunity), yaitu strategi memperkecil/ meminimalkan kelemahan yang ada untuk memanfaatkan berbagai peluang. 3. Strategi ST (Strength-Threat), yaitu strategi untuk menghindari atau

mengurangi dampak dari ancaman-ancaman eksternal dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki.

(21)

Tabel 5 Matriks SWOT (Strength Weakness Opportunity Threat) Internal

Eksternal

STRENGTH-S

Daftar faktor kekuatan internal

WEAKNESSES-W

Daftar faktor kelemahan internal

OPPORTUNITIES-O

Daftar faktor peluang eksternal

STRATEGI S-O STRATEGI W-O

THREATS-T

Daftar faktor ancaman eksternal

STRATEGI S-T STRATEGI W-T

Analytical Hierarchy Process

Analytical hierarchy process merupakan metode pengukuran strategi menggunakan pairwise comparison terhadap penilaian ahli untuk mendapatkan prioritas strategi. Penentuan prioritas strategi dari analisis SWOT dilakukan dengan AHP menurut Saaty (2008) dengan langkah-langkah dalam menyusun hirarki adalah:

1. Mendefinisikan masalah dan menentukan pemecahan masalah yang diinginkan. 2. Menyusun struktur hirarki.

Penyusunan hierarki penelitian ini (Gambar 3) mengacu pada Marimin dan Maghfiroh (2010), yaitu level 1: goal/sasaran utama, level 2: faktor yang mempengaruhi sasaran utama (F1 F2 F3....Fn), level 3: aktor-aktor yang terlibat dalam hierarki untuk mencapai sasaran utama (A1 A2 A3....An), level 4: tujuan yang ingin dicapai (O1 O2 O3), dan level 5: alternatif strategi yang diperoleh dari SWOT (S1 S2 S3....Sn).

Gambar 3 Model hirarki dalam analytial hierarchy process (Marimin dan Maghfiroh 2010)

3. Menyusun matrik perbandingan berpasangan. Setiap elemen dibandingkan dengan elemen lainnya menggunakan skala 1 sampai 9 sebagai pertimbangan yang menunjukkan tingkat kepentingan antar elemen (Tabel 6).

Goal/ sasaran utama

Faktor 1 Faktor 2 Faktor n

Aktor 2

Aktor 1 Aktor n

Tujuan n Tujuan 2

Tujuan 1

(22)

Tabel 6 Skala perbandingan untukanalytical hierarchy process Intensitas

kepentingan Penjelasan

1 Kedua elemen memberikanpengaruh yang samaterhadap tujuan

3 Elemen yang satusedikit lebih pentingdaripada elemen yang lainnya

5 Elemen yang satujelas lebih pentingdaripada yang lainnya 7 Elemen yang satusangat jelas lebih pentingdaripada yang

lainnya

9 Elemen yang satumutlak lebih pentingdaripada yang lainnya 2, 4, 6, 8 Penilaiankompromiterhadap dua nilai elemen yang

berdekatan

1/(2-9) Kebalikan dari nilai di atas (2-9)

4. Penentuan prioritas

Perbandingan berpasangan dilakukan untuk setiap level hirarki untuk menentukan prioritas yang dimulai dari level paling atas (goal).

Tahap berikutnya setelah prioritas diperoleh adalah mengevaluasi konsistensi untuk seluruh hirarki. Konsistensi diperlukan untuk memperoleh hasil yang sahih. Nilai rasio konsistensi harus 10% atau kurang, jika nilai di atas 10% maka penilaiannya masih acak dan perlu diperbaiki (Marimin dan Maghfiroh 2010).

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil Usaha Mangga Indonesia

Produksi Mangga Indonesia

Produksi mangga Indonesia cukup berlimpah sebesar 2.13 juta ton pada tahun 2011 (Tabel 7), saat ini merupakan salah satu negara produsen mangga terbesar di dunia. Produksi tersebut dihasilkan di beberapa daerah sentra pengembangan mangga, yaitu Jawa Timur (35% dari total produksi nasional), Jawa Barat (17%), Jawa Tengah (16%), dan sisanya tersebar di daerah lainnya.

(23)

Tabel 7 Produksi mangga Indonesia pada tahun 2007-2011

Provinsi Produksi (ton)

2007 2008 2009 2010 2011

Jawa Barat 447 565 474 777 398 159 137 104 357 188

Jawa Tengah 263 507 348 808 423 752 203 912 350 780

Jawa Timur 593 824 691 904 694 314 416 803 754 930

Bali 47 828 67 644 59 868 28 924 39 551

NTB 103 015 61 320 99 360 104 669 113 830

NTT 60 275 109 894 155 999 68 948 71 962

Sulsel 96 198 107 326 147 423 100 935 124 058

Gorontalo 3 545 3 109 3 901 4 452 4 420

Sub total 1 617 764 1 866 790 1 984 785 1 067 757 1 818 730

Lainnya 200 855 238 295 258 655 219 530 312 409

Total 1 818 619 2 105 085 2 243 440 1 287 287 2 131 139

Sumber: Pusat Data dan Informasi, Kementerian Pertanian Republik Indonesia (2013b).

Mangga gedong memiliki ukuran kecil sampai sedang dengan bobot sekitar 200-250 g, bentuk buah bulat dengan ukuran 10 x 8 x 6 cm, kulit buah tebal dan berlilin (BSN 1992; Broto 2003; Fitmawati et al. 2009). Daging buah tebal, kenyal, berserat kasar dan banyak, berwarna merah oranye, rasa manis segar, banyak mengandung air, dan beraroma khas harum menyengat. Mangga gedong dibudidayakan di Jawa Barat, khususnya Cirebon, Majalengka, Indramayu, dan Sumedang. Mangga gedong gincu merupakan kelompok dari mangga gedong, keduanya merupakan jenis mangga yang diekspor. Mangga gedong diekspor ke pasar Timur Tengah, sedangkan gedong gincu ke Singapura dan Hongkong. Hal yang membedakan mangga gedong dengan gedong gincu adalah waktu panennya. Mangga gedong dipanen pada tingkat kematangan mencapai maksimal 80% (95-100 hsbm), sedangkan mangga gedong gincu dipanen saat mencapai tingkat kematangan 85% (110-120 hsbm), yaitu pangkal buah berwarna merah.

(a) (b)

Gambar 4 Tampilan mangga gedong gincu (a) dan arumanis (b). Sumber: (a) Asosiasi Mitra Usaha Tani, Indramayu; (b) CV Sumber Bumi, Probolinggo.

(24)

kepada petani yang telah menerapkan prinsip-prinsip GAP, SOP, dan prinsip pengendalian hama terpadu (PHT) dalam praktik budidaya pada kebun buah-buahan. Namun demikian, sebagian besar budidaya masih dilakukan secara konvensional dengan teknologi dan manajemen pemeliharaan sederhana, khususnya pada skala pekarangan rumah, sehingga kualitas yang dihasilkan beragam.

GAP atau Pedoman Budidaya Buah dan Sayur yang Baik merupakan panduan dalam kegiatan budidaya tanaman buah dan sayur secara baik yang mencakup penerapan teknologi yang ramah lingkungan, pencegahan penularan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), penjagaan kesehatan dan meningkatkan kesejahteraan petani, dan prinsip penelusuran balik (traceability). GAP bertujuan untuk menghasilkan produk buah dan sayur aman konsumsi, bermutu dan diproduksi secara ramah lingkungan sehingga dapat meningkatkan peluang penerimaan dan daya saing produk buah dan sayur Indonesia di pasar internasional maupun domestik (Kementan, Dirjen Hortikultura, Dit Buah 2013c). SOP merupakan petunjuk teknis kegiatan budidaya dan pascapanen yang disusun untuk komoditi dan lokasi yang spesifik berdasarkan kondisi nyata di lapangan serta melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang bergerak di bidang pengembangan buah-buahan. SOP memuat instruksi kerja untuk buah-buahan dalam bentuk buah segar agar dapat dimanfaatkan sebagai pedoman dalam memproduksi buah bermutu dan berdaya saing.

Tabel 8 Sebaran wilayah kebun mangga teregistrasi di Indonesia

Kabupaten Unit kebun Persentase (%) Luas lahan (ha)

Cirebon 158 87.78 Hanya satu kebun dengan luas

15 ha, lainnya di bawah 5 ha

Indramayu 1 0.56 1.5 ha

Majalengka 1 0.56 50 ha

Sumedang 4 2.22 2-5 ha

Bondowoso 1 0.56 1.5 ha

Pasuruan 12 6.67 0-1 ha

Sikka 3 1.67 1 ha

Jumlah 180 100

Sumber data: Kementan (2013a)

Pada daerah sentra mangga untuk tujuan ekspor, petani umumnya telah mengelompok dalam suatu kelompok tani (Poktan) dan gabungan kelompok tani (Gapoktan). Terdapat Gapoktan yang langsung bekerjasama dengan eksportir, bahkan telah ada yang menggunakan MoU, sehingga dapat menguntungkan kedua belah pihak. Keuntungan bagi petani adalah dapat memberikan harga yang lebih baik dan kepastian pasar; sedangkan bagi eksportir adalah memberikan kepastian suplai buah bermutu. MoU antara petani dan eksportir berisi ketentuan grade, jumlah mangga, harga, serta bantuan lainnya bagi petani, seperti fleksibilitas pembayaran, pembinaan, dan pinjaman.

(25)

saat suhu udara tidak terlalu panas untuk menjaga kualitas mangga. Mangga yang telah dipanen selanjutnya dibawa ke gudang untuk disortir sebelum diserahkan kepada eksportir pada hari yang sama untuk grade A dan kepada pengumpul untuk pasar dalam negeri untk mangga yang tidak memenuhi kriteria. Beberapa kendala yang dihadapi oleh petani mangga bervariasi, antara lain: 1) keberadaan hama dan penyakit, 2) musim yang terkadang tidak menentu sehingga menghambat masa panen, 3) tenaga kerja, 4) peran pemerintah dalam memberikan panduan atau penyuluhan budidaya mangga mulai dari bibit sampai pemanenan sehingga menghasilkan buah yang sesuai dengan selera pasar, serta 5) kesulitan dalam penjualan.

Pemasaran Mangga Indonesia

Terdapat dua jenis saluran pemasaran pada mangga untuk pasar ekspor (Gambar 5). Saluran jenis pertama dilakukan oleh petani dan eksportir yang telah memiliki perjanjian kerjasama, namun hal ini umumnya sangat jarang ditemui. Saluran pemasaran yang umum dijumpai adalah yang kedua dengan keterlibatan pengumpul sebagai middleman antara petani dan eksportir. Pada saluran yang kedua, eksportir tidak perlu dibebani untuk menyeleksi mangga yang berasal dari beberapa lokasi dengan kualitas dan jumlah yang beragam karena proses penyortiran dilakukan oleh pengumpul. Alternatif lain yang dilakukan oleh salah satu eksportir adalah dengan membuka gudang pengumpulan di beberapa daerah sentra mangga, seperti Jombang dan Nganjuk (Jawa Timur) serta Singaraja (Bali) sebagai daerah sentra mangga arumanis. Proses pengemasan dan distribusi dilakukan dari gudang tersebut sehingga dapat menghemat biaya transportasi dan mengurangi resiko kerusakan dalam proses pengangkutan.

Gambar 5 Saluran pemasaran mangga untuk pasar ekspor

Penanganan mangga untuk ekspor dilakukan dengan cara sederhana. Eksportir belum menerapkan teknologi pascapanen untuk menjaga kualitas dan daya simpan buah. Namun demikian, untuk mengurangi kerugian akibat buah yang rusak, eksportir mensosialisasikan cara pemanenan dan penanganan yang sesuai standar kepada petani maupun pengumpul. Mangga yang dipanen oleh petani yang terdaftar GAP/SOP ditampung di gudang penampungan sementara yang dimiliki oleh Gapoktan. Setelah dilakukan penyortiran tahap I dan penimbangan, mangga kelas A dan B dibawa ke gudang eksportir. Di gudang eksportir, penyortiran dilakukan kembali yang meliputi kriteria tingkat kematangan, berat, bentuk, dan tingkat kebersihan buah yang meliputi getah, spot hitam atau coklat, memar, serta rusak akibat terbakar matahari. Mangga yang diekspor adalah mangga dengan kelas A atau yang telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh importir, seperti ukuran yang seragam, bentuk, dan tingkat kebersihan buah. Proses penanganan mangga untuk tujuan ekspor ditunjukkan pada Gambar 6. Mangga yang telah dikelompokkan berdasarkan kelasnya diberi

Petani Eksportir Importir

Pengumpul 1

(26)

label, sebagian ada yang dibungkus dengan jaring, dan dikemas. Kemasan kardus untuk mangga gedong gincu memiliki beberapa ukuran, yaitu 1.7 dan 3 kg; serta 10 kg untuk mangga arumanis. Secara umum, pada kemasan terdapat informasi mengenai varietas mangga, kandungan nutrisi, berat, kelas, serta nama dan alamat eksportir; khusus untuk mangga gedong gincu terdapat informasi cara mempersiapkan buah untuk dikonsumsi (Gambar 7).

Penerimaan dan penimbangan mangga dari petani atau pengumpul

Sortasi

Pengkelasan

Pelabelan dan pembungkusan buah Pasar domestik

Penimbangan dan pengemasan

Delivery administration

Ekspor

Pemisahan berdasarkan tampilan fisik: tingkat kematangan, berat, bentuk, kebersihan (getah, bercak), kerusakan karena pengangkutan (luka, memar)

Gambar 6 Proses penanganan mangga untuk tujuan ekspor

(27)

Identifikasi Lingkungan Internal dan Eksternal Pemasaran Mangga Indonesia

Lingkungan Internal

Kekuatan Pemasaran Mangga Indonesia

1. Produksi mangga Indonesia berlimpah

Produksi mangga Indonesia pada tahun 2010 menempati posisi ketujuh terbesar di dunia sebesar 1.31 juta ton menurut data FAOSTAT (2012), di bawah India, Cina, Thailand, Pakistan, dan Meksiko. Data Kementan (2012) menunjukkan bahwa produksi mangga Indonesia pada tahun 2011 meningkat hampir dua kali lipat dari tahun 2010 sebesar 2.13 juta ton. Sentra produksi mangga adalah Jawa Timur (35% dari total produksi nasional), Jawa Barat (17%), dan Jawa Tengah (16%), sedangkan sisanya tersebar di daerah Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Gorontalo.

2. Memiliki dua varietas utama untuk pasar internasional

Varietas utama mangga yang diekspor ke beberapa negara tujuan ekspor utama adalah arumanis dan gedong. Mangga gedong diekspor ke pasar Timur Tengah, sedangkan arumanis dan gedong gincu ke Singapura. Dua varietas ini memiliki kemiripan dengan jenis mangga yang terdapat di pasar Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa. Di pasar internasional terdapat varietas Keitt (Gambar 10) yang memiliki ciri rasa manis, daging buah padat dengan sedikit serat, warna hijau tua, dan bentuk oval (NMB 2012), ciri-ciri tersebut memiliki kemiripan dengan mangga arumanis. Mangga gedong memiliki kemiripan bentuk dan karakteristik dengan mangga Alfonso yang memiliki ciri ukuran sedang, daging buah padat dan berwarna kuning sampai oranye (APEDA 2012).

3. Telah diterima oleh pasar utama mangga Indonesia

Pasar utama mangga Indonesia adalah kawasan Timur Tengah, khususnya Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Bahrain, Kuwait, Qatar, dan Oman, serta ASEAN, khususnya Singapura. Volume ekspor ke Timur Tengah pada tahun 2010 mencapai 70% dari total ekspor Indonesia, yaitu sebesar 742.5 ton, sedangkan ekspor ke Singapura sebesar 19% (185 ton) (Dirjen Hortikultura 2012).

Kelemahan Pemasaran Mangga Indonesia

1. Kualitas mangga yang memenuhi kriteria ekspor terbatas

(28)

memperpanang masa simpan, dan mengurangi tingkat kerusakannya selama proses ekspor.

Standar mangga untuk ekspor menurut SNI 3164:2009, CODEX STAN 184-1993, AMD. 1-2005 biasanya berada pada kelas super atau kualitas paling baik dengan kriteria bebas dari cacat kecuali cacat sangat kecil dan kelas A dengan cacat yang diperbolehkan adalah sedikit cacat akibat tergores atau terbakar sinar matahari, noda akibat getah dan bekas lecet namun tidak mempengaruhi daging buah (WHO dan FAO 2007; BSN 2009). Kriteria minimum mangga untuk komersial adalah utuh; padat; penampilan segar; layak dikonsumsi; bersih, bebas dari benda-benda asing yang tampak; bebas dari memar; bebas dari hama dan penyakit; bebas dari kerusakan akibat temperatur rendah dan atau tinggi; bebas dari kelembaban eksternal yang abnormal, kecuali pengembunan sesaat setelah pemindahan dari tempat penyimpanan dingin; bebas dari aroma dan rasa asing; memiliki kematangan yang cukup; apabila terdapat tangkai buah, panjangnya tidak boleh lebih dari 1 cm. Namun demikian, importir biasanya mensyaratkan kriteria tertentu kepada pihak eksportir untuk disesuaikan dengan pasar, seperti ukuran dan keseragaman buah.

2. Adanya pergeseran musim

Masa panen mangga secara umum dimulai pada bulan Juni sampai Desember yang merupakan bulan kering. Namun demikian, waktu panen dapat berubah yang dipengaruhi oleh pergeseran musim. Musim hujan yang berkepanjangan menyebabkan bunga rontok dan mengakibatkan keterlambat-an atau kegagalketerlambat-an pketerlambat-anen.

3. Skala usaha petani kecil

Luas panen pertanian mangga cukup luas di Indonesia, yaitu sebesar 208 ha (Dirjen Hortikultura 2012). Akan tetapi umumnya kepemilikan lahan dalam ukuran kecil di bawah 1 ha, serta banyak yang hanya dipelihara di pekarangan secara konvensional dengan jumlah pohon tidak lebih dari 10 pohon. Untuk dapat meningkatkan daya saing mangga di pasar internasional, diperlukan jaminan ketersediaan mangga berkualitas dengan tingkat keseragaman tinggi yang dapat lebih mudah dipenuhi apabila skala ekonominya besar.

4. Keterbatasan penerapan teknologi pascapanen

Mangga merupakan buah yang mudah rusak, sehingga diperlukan penanganan yang cepat atau teknologi penyimpanan yang tepat untuk menjaga kualitas dan meningkatkan masa simpannya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan teknologi pascapanen, seperti penyimpanan dingin (Tefera et al. 2006; Sivakumar et al. 2011), hot water treatment (Aveno dan Orden 2004; Akem et al. 2013), kajian atmosfer terkendali (Utamaet al. 2011), sertavapour heat treatment(Marlisa 2007; Sivakumaret al. 2011) mampu menurunkan tingkat kerusakan mangga. Teknologi ini belum diterapkan oleh petani maupun eksportir di Indonesia, sehingga tingkat kerusakan mangga masih sering terjadi di tingkat importir (sampai 20%) dan mengurangi nilai jualnya.

5. Promosi dilaksanakan oleh masing-masing eksportir

(29)

diperoleh dari internet, serta pameran di luar negeri yang difasilitasi oleh pemerintah maupun undangan. Namun ada pula importir yang menghubungi terlebih dahulu pihak eksportir mangga.

6. Pengetahuan tentang karakteristik pasar baru terbatas

Pengetahuan tentang pasar baru yang terkait dengan pesaing, pembeli (importir), dan preferensi konsumen suatu negara dapat diperoleh melalui informasi dari intelijen pemasaran. Eksportir di Indonesia memiliki akses terbatas terhadap informasi tersebut. Informasi pasar yang akan dituju biasanya diperoleh sebagian besar melalui internet dan sisanya melalui pameran bisnis di luar negeri, yang terbatas pada data importir.

7. Terdapat lalat buah

Indonesia menjadi inang dari lalat buah yang merupakan hama yang menyerang bermacam buah-buahan, diantaranya mangga. Keberadaan lalat buah ini sangat merugikan karena menjadi pembatas perdagangan internasional, khususnya negara yang memiliki peraturan ketat mengenai hama. Jepang melarang masuknya sayuran maupun buah-buahan dari negara yang menjadi inang hama, kecuali setelah melalui beberapa tahapan verifikasi dan pencabutan larangan. Salah satu tahap verifikasi adalah perlakuan pascapanen untuk disinfestasi/membasmi lalat buah, yaitu menggunakan metodevapor heat treatment(VHT) buatan Jepang untuk buah mangga.

Mangga Indonesia belum bebas lalat buah, usaha yang dilakukan oleh petani untuk mengatasinya adalah dengan menggunakan perangkap yang berupa wadah atau botol berisi campuran bahan yang memiliki bau menyengat, seperti kepala udang, dan zat pembasminya, yaitu furadan (Gambar 8). Bau dari kepala udang akan menarik lalat buah ke dalam botol, sedangkan furadan akan membunuh lalat tersebut di dalamnya. Metode ini cukup efektif membasmi lalat buah di petani Cirebon, Indramayu, dan Probolinggo. Namun demikian, belum ada teknologi pascapanen untuk membasmi lalat buah yang diterapkan oleh eksportir.

Gambar 8 Metode disinfestasi lalat buah

Lingkungan Eksternal

Peluang Pemasaran Mangga Indonesia

1. Permintaan impor mangga dari negara lain tinggi

(30)

serta Singapura berturut-turut dengan volume 320 000, 225 000, 131 000, 10 000, 22 000, serta 18 000 ton (Tabel 2). Jepang dapat berada pada peringkat ke-4 karena memiliki tingkat harga yang paling tinggi di antara negara pengimpor, sehingga meskipun volumenya lebih rendah namun nilai perdagangannya tinggi. Pasar impor mangga ini memberikan peluang kepada pelaku usaha mangga di Indonesia untuk memasuki pasar dunia.

2. Perdagangan global terbuka luas

Perjanjian perdagangan bebas (free trade agreement) antara dua atau lebih negara dilakukan untuk meningkatkan volume perdagangan dengan dihilangkannya hambatan tarif atau non tarif produk di antara negara tersebut. Hal ini dapat dimanfaatkan oleh eksportir mangga Indonesia untuk memasuki pasar baru.

3. Tren gaya hidup sehat

Terdapat kecenderungan pola konsumsi dan gaya hidup back to nature di kalangan masyarakat dunia. Informasi dari media tentang berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh pola hidup maupun makanan yang kurang sehat memicu hal tersebut. Hal ini merupakan peluang yang besar karena masyarakat akan cenderung mengkonsumsi produk pangan sehat dibandingkan dengan makanan cepat saji atau makanan berpengawet.

4. Mangga merupakan salah satu buah tropis favorit

Volume perdagangan mangga yang cukup tinggi dan stabil sejak tahun 2004 sampai 2010 pada kisaran 1 juta ton di pasar dunia menunjukkan keberadaan mangga sebagai salah satu buah tropis favorit, khususnya di Amerika Serikat, Eropa, dan Timur Tengah sebagai pasar utama. Penelitian Abdullah et al. (2009) menunjukkan bahwa mangga merupakan buah tropis yang paling banyak dikonsumsi di Tokyo (Jepang), jika dibandingkan dengan pisang, nenas, alpukat, dan pepaya. Sementara itu, data dari ITFN (2013) menunjukkan bahwa mangga merupakan salah satu buah tropis utama di pasar dunia dengan volume pertumbuhan impor tahunan sebesar 7% ada tahun 1996 sampai 2005, di bawah pisang, nenas, dan semangka, namun lebih baik daripada alpukat dan pepaya. Buah mangga populer di pasar internasional karena rasa yang khas, aroma yang menarik, warna yang indah, dan kandungan gizinya (Arauz 2000).

5. Dukungan pemerintah dalam mengembangkan produksi mangga

Pemerintah, dalam hal ini Direktorat Jenderal Hortikultura, telah menerbitkan SOP mangga maupun GAP buah dan sayur dalam upaya meningkatkan kualitas mangga agar dapat memenuhi standar pasar internasional dan meningkatkan daya saingnya. Namun demikian, masih banyak petani yang belum mengaplikasikannya; pendampingan dan pengawasan dari penyuluh hortikultura di lapangan sangat dibutuhkan.

Ancaman Pemasaran Mangga Indonesia

1. Persaingan dengan eksportir mangga negara lain

(31)

Malaysia, Thailand, India, Pakistan, dan Filipina (FAOSTAT 2012). Negara-negara tersebut umumnya menawarkan harga yang lebih rendah karena biaya distribusi yang lebih murah atau keringanan bea masuk untuk negara yang telah memiliki perjanjian bilateral, seperti Thailand dengan Cina serta Thailand dan Filipina dengan Jepang (Poerwanto 2013).

Pasar potensial lainnya, yaitu Jepang, eksportir mangga yang telah ada pada tahun 2010 adalah dari negara Meksiko (38.2%), Filipina (27.3%), Thailand (14.6%), Taiwan (9.6%), dan lainnya (10.3%) dengan varietas mangga yang dipasarkan umumnya adalah Haden, Tommy Atkins, dan Ataulfo yang berwarna kuning kemerahan (warna apel) dan kuning (JETRO, 2011). Mangga hampir sepanjang tahun tersedia di pasar Jepang, namun jumlahnya berlimpah (peak season) pada bulan Juni sampai Agustus untuk mangga dari Meksiko, Maret sampai Mei untuk mangga dari Thailand (Musa 2010).

Eksportir utama untuk pasar Amerika Serikat adalah Meksiko (67%) sisanya didominasi oleh negara-negara Amerika Selatan (Peru, Ekuador, Brazil, Guatemala, Haiti) dan Filipina. Mangga tersedia sepanjang tahun di Amerika Serikat dengan Meksiko mendominasi pasar pada bulan Februari-September, sedangkan pada bulan Agustus sampai April diisi secara merata oleh Brazil, Peru, dan Ekuador (NMB 2013). Pasar Eropa memiliki eksportir utama berturut-turut adalah Brazil, Peru, Israel, Pantai Gading, dan Pakistan (UNCTAD 2012). Brazil mampu mengisi pasar Eropa sepanjang tahun dengan puncaknya pada bulan Oktober-Desember, sedangkan eksportir lainnya saling mengisi pasar di luarpeak seasonmangga dari Brazil. Mangga yang dipasar di Amerika Serikat dan Eropa bervariasi varietasnya, antara lain Ataulfo, Haden, Tommy Atkins, Kent dan Kiett (keduanya memiliki warna hijau kekuningan seperti mangga arumanis) (Araújo dan Garcia 2012; NMB 2013). Musim ketersediaan dan jenis mangga di beberapa negara dapat rujukan dan pertimbangan dalam menentukan waktu untuk memasuki pasar tujuan.

2. Teknologi pascapanen eksportir negara lain lebih baik

(32)

prosedur ekspor yang di dalamnya sudah termasuk perlakuan disinfestasi hama dengan VHT untuk mengakomodir pasar utamanya, yaitu Jepang (Chomchalow dan Songkhla 2008). Meksiko dan Brazil menerapkan teknologi HWT sebagai eksportir utama di pasar Amerika Serikat dan Brazil untuk dapat memasuki kedua pasar tersebut (USDA 2012).

3. Kekuatan tawar-menawar importir

Importir memiliki kekuatan dalam menentukan kriteria mangga yang diinginkan dan harga jualnya. Meskipun demikian, eksportir masih dapat menegosiasikan harga yang disesuaikan dengan harga di pasar negara tujuan. Eksportir Indonesia umumnya tidak memiliki perjanjian kerjasama secara tertulis atau MoU dengan importir, dasar kepercayaan menjadi landasan transaksi perdagangan. Hal ini menyebabkan posisi eksportir tidak cukup kuat apabila terjadi masalah dalam proses distribusi.

4. Trade barrier

Penurunan maupun pembebasan tarif bea masuk (tariff barrier) dalam perjanjian perdagangan global memunculkan hambatan perdagangan lainnya, yaitu technical barrier. Technical barrier dapat berupa pemberlakuan peraturan/standar ketat mengenai kriteria suatu produk oleh negara tujuan dengan alasan untuk menjaga/membatasi suplai barang, menjaga fluktuasi harga barang, dan melindungi produk dalam negeri (How 1991), maupun untuk alasan memasarkan produknya di negara eksportir. Untuk produk hortikultura, umumnya alasan yang digunakan adalah untuk melindungi konsumen dan mencegah penyebaran hama dari negara inang hama tersebut.

Tujuan ekspor utama Indonesia beberapa tahun terakhir adalah Timur Tengah dan Singapura. Persyaratan ekspor mangga ke tujuan ekspor tersebut tidak terlalu ketat sehingga mangga Indonesia bisa diterima. Kedua kawasan tidak mensyaratkan bebas hama, cukup dengan kadar pestisida rendah yang sesuai dengan standar CODEX serta diberi label dan dikemas (USDA 2012). Kemasan memiliki informasi tentang deskripsi produk, kandungan nutrisi, bobot, asal negara, nama perusahaan dan alamat lengkap, dan tanggal ekspor.

(33)

prosedur, sangat sedikit negara yang dapat memasukkan produk hortikulturanya ke Jepang.

5. Preferensi konsumen yang berbeda

Perbedaan preferensi antar negara sangat berpengaruh terhadap pemasaran suatu produk. Eksportir perlu mempertimbangkan selera konsumen negara tujuan dengan jenis mangga yang akan dipasarkan. Preferensi mangga dapat mencakup ukuran, warna, rasa, tampilan, dan kemasan, sebagai contoh perbedaan permintaan ukuran mangga oleh tiap negara, misalnya Jepang dan Hongkong menginginkan ukuran 151-190 g/buah dan di atas 371 g/buah, sedangkan Amerika Serikat, Korea, dan Eropa 241 g ke atas per buah (Aveno dan Orden 2004).

Gambar 9 Contoh jenis mangga yang terdapat di pasar Jepang. Sumber: dokumentasi pribadi

Ataulfo Haden Tommy Atkins

Keitt Kent Alphonso

Gambar 10 Contoh jenis mangga yang terdapat di pasar Amerika Serikat dan Eropa. Sumber: National Mango Board www.mango.org dan http://www.mangozz.com

(34)

berwarna kuning kemerahan sampai hijau kekuningan, meskipun terdapat kecenderungan bahwa konsumen semakin menyukai mangga hijau kekuningan (Keitt dan Kent) karena seratnya lebih sedikit dan rasanya manis (Araújo dan Garcia 2012). Contoh mangga yang terdapat di pasar Jepang, Amerika Serikat dan Eropa ditunjukkan pada Gambar 9 dan 10.

Analisis Matriks IFE Pemasaran Mangga Indonesia

Usaha mangga Indonesia memiliki total skor internal sebesar 2.103 (Tabel 9) yang menunjukkan bahwa posisi internal usaha mangga saat ini lemah. Menurut David (2009), skor bobot total matriks internal dan eksternal berkisar antara 1.0 sampai 4.0 dengan skor rata-rata 2.5; nilai di atas 2.5 mencirikan organisasi yang kuat secara internal maupun eksternal, sedangkan nilai di bawah 2.5 menunjukkan posisi yang lemah. Kekuatan utama sebagai pendukung keberhasilan mangga Indonesia adalah telah diterima oleh pasar utama mangga Indonesia dengan nilai sebesar 0.385. Timur Tengah dan Singapura telah menjadi tujuan utama ekspor mangga yang mampu menyerap 89% dari total ekspor mangga Indonesia (Dirjen Hortikultura 2012).

Tabel 9 Hasil analisis matriks IFE pemasaran mangga Indonesia

FAKTOR INTERNAL Bobot Rating Skor

Kekuatan

Produksi mangga Indonesia berlimpah 0.077 3.625 0.279 Memiliki dua varietas utama untuk pasar internasional 0.091 3.375 0.307 Telah diterima oleh pasar utama mangga Indonesia 0.110 3.500 0.385 Kelemahan

Kualitas mangga yang memenuhi kriteria ekspor terbatas 0.115 1.625 0.187

Adanya pergeseran musim 0.090 2.000 0.180

Skala usaha petani kecil 0.110 1.625 0.179

Keterbatasan penerapan teknologi pascapanen 0.122 1.125 0.137 Promosi dilaksanakan oleh masing-masing eksportir 0.083 1.750 0.145 Pengetahuan tentang karakteristik pasar baru terbatas 0.098 1.500 0.147

Terdapat lalat buah 0.105 1.500 0.157

Total 2.103

(35)

Analisis Matriks EFE Pemasaran Mangga Indonesia

Faktor eksternal usaha mangga di Indonesia memiliki total skor sebesar 2.893 (Tabel 10). Nilai ini di atas nilai rata-rata (2.5) menunjukkan bahwa kemampuan usaha mangga Indonesia dalam merespon faktor eksternal cukup baik dalam memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman. Faktor Teknologi pascapanen eksportir negara lain lebih baik dan Trade barrier menjadi ancaman utama bagi masuknya buah mangga Indonesia ke negara tujuan dengan skor sebesar 0.336. Teknologi pascapanen yang baik selain mampu menjaga kualitas dan daya simpan buah, juga mempermudah masuknya mangga ke negara yang memiliki persyaratan ketat, seperti keberhasilan ekspor mangga dari Thailand dan Filipina ke pasar Jepang. Mangga dari Indonesia yang merupakan inang dari hama lalat buah belum mendapatkan teknologi pascapanen khusus, seperti VHT maupun HWT, dan sertifikat phytosanitary yang disyaratkan oleh Jepang dan Amerika Serikat.

Tabel 10 Hasil analisis matriks EFE pemasaran mangga Indonesia

FAKTOR EKSTERNAL Bobot Rating Skor

Peluang

Permintaan impor mangga dari negara lain tinggi 0.094 3.250 0.305

Perdagangan global terbuka luas 0.083 3.125 0.259

Tren gaya hidup sehat 0.104 3.000 0.312

Mangga merupakan salah satu buah tropis favorit 0.091 2.875 0.262 Dukungan pemerintah dalam mengembangkan

produksi mangga

0.096 2.750 0.264

Ancaman

Persaingan dengan eksportir mangga negara lain 0.100 2.875 0.287 Teknologi pascapanen eksportir negara lain lebih baik 0.117 2.875 0.336

Kekuatan tawar-menawar importir 0.099 2.750 0.272

Trade barrier 0.117 2.875 0.336

Preferensi konsumen yang berbeda 0.099 2.625 0.260

Total 2.893

Sementara itu, faktor Tren gaya hidup sehat menjadi peluang utama dengan nilai sebesar 0.312. Masyarakat yang semakin sadar akan pentingnya kesehatan dengan mengkonsumsi makanan dengan nilai gizi tinggi, seperti buah dan sayuran, memberikan peluang bagi peningkatan pemasaran mangga. Semakin tinggi minat masyarakat diharapkan akan semakin tinggi pula tingkat konsumsinya.

Analisis Matriks IE Pemasaran Mangga Indonesia

(36)

(hold and maintain). Strategi yang sesuai dengan sel ini adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk (David 2009).

Total Skor IFE

Gambar 11 Matriks internal-eksternal pemasaran mangga Indonesia

Analisis Matriks SWOT Pemasaran Mangga Indonesia

Terdapat 5 strategi SWOT yang didapat dari penggabungan faktor internal dan eksternal (Tabel 11). Strategi yang dikembangkan untuk usaha mangga Indonesia sesuai dengan sel V adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. Strategi yang disusun tersebut diharapkan dapat meningkatkan dan memperkuat ekspor mangga Indonesia di pasar utama.

Lima strategi SWOT dibagi ke dalam 4 kelompok, yaitu: a. Strategi S-O

Promosi secara terintegrasi oleh pemerintah (S1, S2, S3, O1, O2, O3, O4, O5)

Kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh mangga Indonesia dapat dimanfaatkan untuk meraih peluang yang ada melalui strategi promosi secara terintegrasi oleh pemerintah, khususnya Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP). Pemerintah diharapkan menjadi pemasar utama yang memperkenalkan produk-produk hortikultura Indonesia, seperti mangga, di pasar domestik maupun internasional. Promosi konsumsi buah nusantara, pembuatan web site informasi produk hortikultura Indonesia, melakukan promosi di pameran perdagangan internasional, maupun pembicaraan dengan pemerintah negara tujuan potensial merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk membuka pasar dan menciptakan peluang.

(37)

mempertahankan posisi Thailand sebagai salah satu eksportir utama buah tropis di dunia (Srimanee dan Riutray 2012).

Tabel 11 Hasil analisis matriks SWOT pemasaran mangga Indonesia

Internal

1. Kualitas mangga yang memenuhi kriteria ekspor terbatas

2. Adanya pergeseran musim 3. Skala usaha petani kecil 4. Keterbatasan penerapan

3. Tren gaya hidup sehat 4. Mangga merupakan

Pembangunan one stop service per wilayah mangga yang

meliputi penanganan pascapanen, dokumen ekspor, dan

pengangkutan (W1, W4, W7, T1, T2, T3, T4, T5)

b. Strategi S-T

Optimalisasi peran intelijen pemasaran (S1, S2, T1, T3, T4, T5)

(38)

tujuan potensial, kualitas dan kuantitas produk yang diinginkan, harga di pasaran, maupun pesaing yang terlibat, sehingga mangga yang akan dipasarkan nanti tepat sasaran dan sesuai dengan permintaan pasar. Informasi terbaru yang diperoleh dari intelijen pemasaran ditampung secara terpusat oleh Ditjen P2HP sebagai pusat data pasar internasional untuk disampaikan dan diakses oleh pelaku usaha, baik secara online maupun tercetak.

c. Strategi W-O

Penerapan standardisasi kebun mangga (W1, W3, W9, O1, O2, O3, O4, O5). Petani mangga di Indonesia jumlahnya banyak dan sebagian besar merupakan petani dengan skala kecil sehingga menyebabkan mangga yang diproduksi beragam kualitasnya. Kondisi ini membatasi ketersediaan dan kontinuitas mangga untuk pasar ekspor. Oleh karena itu, standardisasi kebun mangga oleh pemerintah, dalam hal ini Direktorat Jenderal Hortikultura, melalui penerapan SOP maupun GAP untuk mangga diperlukan untuk menjamin hal tersebut, selain juga untuk menghasilkan buah yang aman dikonsumsi, bermutu dan diproduksi secara ramah lingkungan sehingga dapat meningkatkan peluang penerimaan dan daya saingnya di pasar internasional maupun domestik. Standardisasi meliputi manajemen budidaya (preharvest) sampai penanganan pascapanen (postharvest). Untuk menjamin pelaksanaan-nya di lapangan, diperlukan sosialisasi dan kontrol dari penyuluh hortikultura dengan spesialisasi komoditi buah. Selain itu, peran Poktan sangat penting sebagai wadah berbagi pengalaman dan pemecahan masalah di lapangan, juga kontrol sosial penerapan SOP.

Standardisasi kebun umumnya dilakukan pada kebun skala besar karena kendala biaya. Namun demikian, standardisasi terbukti berhasil dilaksanakan oleh petani anggur skala kecil di kelompok Mahagrapes di India yang menunjukkan bahwa penerapan standar yang tinggi dapat menghasilkan pendapatan yang tinggi pula dengan keberhasilan ekspor ke Uni Eropa dan Amerika Serikat (Roy dan Thorat 2008; Narrod et al. 2009). Terdapat komitmen dan pengawasan dari seluruh anggota, kerjasama yang baik dengan pihak pemasar, dan dukungan pemerintah India dalam mempertahankan kualitas buah dan akses ke pasar ekspor.

Peningkatan kerjasama antara eksportir dengan petani(W1, O1, O2, O3, O4, O5)

(39)

penanganan dalam rantai pemasaran yang terlalu panjang. Selain itu, kontrak antara petani dengan eksportir juga akan menguntungkan petani dalam mendapatkan keuntungan yang lebih banyak dan pendapatan yang konstan (Bijman 2008). Petani merupakan pihak terlemah dalam rantai pasok mangga dimana banyak pengumpul yang terlibat, kontrak kerjasama antara petani dengan eksportir terbukti mampu memainkan peranan penting dalam kesuksesan bisnis buah tropika di Thailand (Phavaphutanon 2008).

d. Strategi W-T

Pembangunan one stop service per wilayah mangga(W1, W4, W7, T1, T2, T3, T4, T5)

Pembangunan one stop service diperuntukkan bagi kegiatan penyortiran, grading, perlakuan pascapanen, packaging, quality control, dan pemberian sertifikasi, dokumen persyaratan ekspor, dan pengangkutan berpendingin sehingga dapat memperpendek dan mengefisienkan rantai penanganan ekspor. Kebun mangga yang ada di Indonesia umumnya adalah skala kecil, sehingga fasilitas ini dapat dibangun di wilayah-wilayah sentra mangga, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, untuk mengurangi resiko kerusakan dan menekan biaya pengangkutan. Pada implementasinya, pembangunannya dapat dilaksanakan melalui kerjasama antara pihak swasta atau eksportir besar dan pemerintah. Pengelolaannya dapat diserahkan kepada pihak eksportir tersebut. Fasilitas ini selain berfungsi dalam penanganan pascapanen eksportir yang terlibat, juga dapat memberikan layanan bagi eksportir atau pihak lain yang membutuhkan jasanya.

Pemerintah berperan dalam menentukan standar kualitas dan keamanan buah sesuai dengan persyaratan negara tujuan, serta memberikan sertifikat dan rekomendasi bagi buah yang telah memenuhi standar, sehingga akan memudahkan eksportir dalam memasuki pasar suatu negara. Sistem ini telah diterapkan oleh pemerintah Thailand sehingga produk buah dan sayuran segarnya dapat memasuki negara-negara dengan aturan ketat, seperti Jepang, Korea Selatan, Uni Eropa, dan Amerika Serikat (Chomchalow dan Songkhla 2008; Chomchalowet al. 2008; Srimanee dan Routray 2012).

Analytical Hierarchy Process

Struktur Hirarki Strategi Peningkatan Pemasaran Mangga di Pasar Internasional

Struktur strategi peningkatan pemasaran mangga di pasar internasional disusun oleh 5 level hirarki (Gambar 12), antara lain:

1. Goal atau sasaran utama yang ingin dicapai sebagai level pertama, yaitu peningkatan pemasaran mangga di pasar internasional

2. Faktor yang mempengaruhi sasaran utama, yaitu ketersediaan produk berkualitas (preharvest), penanganan pascapanen (postharvest), proses distribusi dari produser sampai diterima konsumen, dan upaya promosi mangga Indonesia.

(40)

4. Tujuan yang ingin dicapai, yaitu mengembangkan usaha tani mangga di Indonesia, meningkatkan pendapatan petani dan eksportir, meningkatkan ekspor, serta meningkatkan devisa negara.

Strategi Peningkatan Pemasaran

Gambar 12 Struktur hirarki strategi pemasaran mangga di pasar internasional. S1= Promosi secara terintegrasi oleh pemerintah; S2= Optimalisasi peran intelijen pemasaran; S3= Penerapan standardisasi kebun mangga; S4= Peningkatan kerjasama antara eksportir dengan petani; S5= Pembangunan one stop service per wilayah mangga.

5. Alternatif strategi yang diperoleh dari hasil analisis SWOT, antara lain: promosi secara terintegrasi oleh pemerintah (S1); optimalisasi peran intelijen pemasaran untuk memperoleh informasi karakteristik pasar (S2); penerapan standardisasi kebun mangga untuk menghasilkan buah berkualitas yang sesuai dengan permintaan pasar (S3); peningkatan kerjasama antara eksportir dengan petani untuk meningkatkan ketersediaan mangga dan mengurangi rantai pemasaran (S4); serta pembangunan one stop service per wilayah mangga yang meliputi penanganan pascapanen, dokumen ekspor, dan pengangkutan (S5).

Hasil Pengolahan Proses Hirarki

Pengolahan horizontal. Pengolahan horizontal terdiri atas empat tingkat unsur, yaitu 1) pengaruh unsur faktor pada tingkat kedua terhadap sasaran utama, 2) pengaruh antar unsur aktor di tingkat ketiga terhadap unsur faktor, 3) pengaruh unsur tujuan di tingkat keempat terhadap unsur aktor, serta 4) pengaruh alternatif strategi di tingkat kelima terhadap unsur tujuan.

1. Unsur faktor pada tingkat kedua

Faktor ketersediaan produk berkualitas memiliki bobot tertinggi (0.456) terhadap peningkatan pemasaran mangga di pasar internasional (Tabel 12) diikuti berturut-turut oleh penanganan pascapanen, promosi, dan proses distribusi. Kualitas dan kontinuitas produk yang memenuhi kriteria pasar merupakan persyaratan yang dituntut oleh konsumen internasional. Mangga

(41)

yang diekspor adalah kelas super dengan kriteria bebas dari cacat kecuali cacat sangat kecil dan A dengan kriteria cacat kecil yang tidak mempengaruhi daging buah (WHO dan FAO 2005, BSN 2009). Produk akan memiliki daya simpan baik dan terjaga kualitasnya dengan didukung oleh penanganan pascapanen yang tepat.

Tabel 12 Bobot dan prioritas faktor terhadap sasaran utama

Faktor Bobot Prioritas

Ketersediaan produk berkualitas 0.456 1

Penanganan pascapanen 0.315 2

Distribusi 0.067 4

Promosi 0.162 3

2. Unsur aktor pada tingkat ketiga

Petani menjadi aktor paling penting yang mempengaruhi faktor ketersediaan produk berkualitas sebesar 0.528, diikuti berturut-turut oleh pemerintah, pengumpul, dan eksportir (Tabel 13). Petani merupakan pelaku utama proses budidaya mangga, kontribusinya untuk melakukan proses dengan benar sesuai dengan SOP maupun GAP sampai tahap waktu dan cara pemanenan yang tepat akan menghasilkan buah yang bermutu.

Tabel 13 Bobot pengolahan horizontal unsur aktor terhadap faktor

Faktor Aktor

Petani Pengumpul Eksportir Pemerintah Ketersediaan produk

berkualitas

0.528 0.154 0.141 0.176

Penanganan pascapanen 0.115 0.436 0.350 0.099

Distribusi 0.074 0.248 0.531 0.146

Promosi 0.057 0.076 0.463 0.404

Pada faktor penanganan pascapanen , aktor yang paling berperan adalah pengumpul (0.436), diikuti oleh eksportir, petani, dan pemerintah (Tabel 13). Sebagian besar mangga yang akan diekspor diperoleh dari pengumpul, hanya sebagian kecil yang diperoleh langsung dari petani. Selain eksportir, pengumpul yang berhubungan langsung dengan petani juga sangat berperan dalam memberikan informasi dan membina petani untuk meningkatkan mutu buah. Sistem ini dapat diterapkan pada pertanian mangga pekarangan dengan mutu yang beragam (Poerwanto 2003).

(42)

3. Unsur tujuan pada tingkat keempat

Unsur meningkatkan pendapatan petani dan eksportir merupakan tujuan utama yang mempengaruhi peran petani, pengumpul, dan eksportir, masing-masing sebesar 0.429, 0.398, dan 0.385 (Tabel 14). Petani, pengumpul, dan eksportir dalam melakukan perannya memiliki kepentingan dan keinginan untuk meningkatkan pendapatannya. Apabila produksi mampu menghasilkan buah bermutu dan pemasaran berjalan dengan baik, bukan hanya petani dan eksportir saja yang diuntungkan, pengumpul juga akan meningkat pendapatannya.

Tabel 14 Bobot pengolahan horizontal unsur tujuan terhadap aktor

Aktor Tujuan

T1 T2 T3 T4

Petani 0.354 0.429 0.103 0.114

Pengumpul 0.305 0.398 0.175 0.122

Eksportir 0.166 0.385 0.264 0.185

Pemerintah 0.387 0.308 0.145 0.160

T1= mengembangkan usaha tani mangga di Indonesia, T2= meningkatkan pendapatan petani dan eksportir, T3= meningkatkan ekspor, serta T4= meningkatkan devisa negara.

Tujuan mengembangkan usaha tani mangga di Indonesia merupakan unsur utama yang mempengaruhi peran pemerintah (0.387). Upaya pengembangan dilakukan melalui Direktorat Jenderal Hortikultura untuk menangani budidaya mangga dan Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian untuk menangani pemasarannya. Selain itu, diperlukan sinergi antar departemen di pemerintah untuk dapat membangun, mengembangkan dan memasarkan produk pertanian, khususnya mangga, sehingga dapat diterima dengan baik di pasar internasional.

4. Unsur alternatif strategi

Alternatif strategi Penerapan standardisasi kebun mangga untuk menghasilkan buah berkualitas yang sesuai dengan permintaan pasar merupakan strategi yang paling berpengaruh terhadap semua tujuan T1, T2, T3, T4 dengan skor berturut-turut sebesar 0.312, 0.349, 0.312, dan 0.271 (Tabel 15). Standardisasi kebun diharapkan mampu memproduksi dan menjaga suplai mangga bermutu untuk pasar nasional maupun internasional. Pasar membutuhkan jaminan kedua faktor tersebut, apabila mutu dan suplai buah dapat dipenuhi diharapkan dapat meningkatkan ekspor dan pendapatan dari petani dan eksportir yang terlibat.

(43)

Tabel 15 Bobot pengolahan horizontal alternatif strategi terhadap tujuan

Tujuan Alternatif strategi

S1 S2 S3 S4 S5

T1 0.065 0.054 0.312 0.306 0.263

T2 0.078 0.073 0.349 0.271 0.228

T3 0.135 0.123 0.312 0.200 0.230

T4 0.147 0.121 0.271 0.231 0.230

T1= mengembangkan usaha tani mangga di Indonesia, T2= meningkatkan pendapatan petani dan eksportir, T3= meningkatkan ekspor, serta T4= meningkatkan devisa negara. S1= Promosi secara terintegrasi oleh pemerintah; S2= Optimalisasi peran intelijen pemasaran; S3= Penerapan standardisasi kebun mangga; S4= Peningkatan kerjasama antara eksportir dengan petani; S5= Pembangunan one stop service per wilayah mangga.

FOKUS Strategi Pemasaran Mangga di Pasar Internasional

Ketersediaan produk

Petani (0.291) Pengumpul (0.236) Eksportir (0.285)

S1

Gambar 13 Hirarki pengolahan vertikal strategi pemasaran mangga di pasar internasional. S1= Promosi secara terintegrasi oleh pemerintah; S2= Optimalisasi peran intelijen pemasaran; S3= Penerapan standardisasi kebun mangga; S4= Peningkatan kerjasama antara eksportir dengan petani; S5= Pembangunan one stop service per wilayah mangga.

Gambar

Tabel 1 Perkembangan ekspor mangga Indonesia ke berbagai negara tujuan tahun 2008-2010 Negara tujuan 2008 2009 2010Volume (kg) Nilai (US$) Volume(kg) Nilai (US$) Volume(kg) Nilai (US$) Uni Emirat Arab 834.691 480.494 588.836 335.199 420.421 310.649 Saudi A
Tabel 2  Negara pengimpor utama mangga di dunia tahun 2010
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
Gambar 2 Matriks Internal Eksternal (David 2009)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat perjalanan pulang kembali ke Seoul mobil taksi Man-seob diberhentikan oleh dua tentara, dan Man-seob mengatakan bahwa ia membawa pelanggannya yang seorang

Kinerja kepala desa sebenarnya yang menjadi persoalan disini ada pada pelaksananya yakni para birokrat itu sendiri artinya bahwa dalam hal pelaksanaan sumber daya

[r]

Berdasarkan Tabel 3 diketahui terdapat tiga faktor dalam ruangan laboratorium komputer RPL yang menurut siswa dikategorikan tidak nyaman, yaitu kondisi temperatur,

Pasal 86 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 telah memberikan hak pilih bagi penggugat, apakah ia akan menggabungkan gugatan perceraiannya dengan

Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa dapat menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa Indonesia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa sebagai

belajar agar dapat mencapai hasil yang optimal. Bagi Kepala SD Negeri 3 Rejoagung Kedungwaru Tulungagung. Untuk perkembangan kualitas sekolah secara

Kebiasaan menyontek tidak dapat dihilangkan begitu saja tanpa campur tangan dari orang tua, guru, dan pihak sekolah yang dapat membantu menghilangkan karakter tidak jujur