• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Tata Hijau Untuk Kenyamanan Klimatologis Pada Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perencanaan Tata Hijau Untuk Kenyamanan Klimatologis Pada Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN TATA HIJAU UNTUK KENYAMANAN KLIMATOLOGIS PADA BALAI BESAR PENGEMBANGAN

MEKANISASI PERTANIAN

F E M Y

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa Perencanaan Tata Hijau untuk Kenyamanan Klimatologis pada Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2014

Femy

(4)

RINGKASAN

FEMY. Perencanaan Tata Hijau untuk Kenyamanan Klimatologis pada Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian. Dibimbing oleh TATI BUDIARTI dan NIZAR NASRULLAH.

Ruang terbuka hijau (RTH) pada area perkantoran penting diperhatikan untuk menciptakan kenyamanan lingkungan. Tata hijau di area BBP Mektan perlu diperbaiki untuk meningkatkan kenyamanan klimatologis, karena peningkatan area terbangun di luar area dan di dalam area BBP Mektan.

Tujuan penelitian ini adalah 1) mengkaji pengaruh bentuk tajuk, jarak dari pohon, dan jarak pohon dari bangunan terhadap suhu dan RH, 2) hubungan luas RTH dengan suhu dan RH, 3) merencanakan tata hijau BBP Mektan untuk kenyamanan klimatologis. Penelitian dilaksanakan di area BBP Mektan, mulai Februari sampai dengan Mei 2013, adapun analisis data dilakukan dengan Uji ragam dan uji nilai tengah terhadap suhu dan kelembaban.

(5)

SUMMARY

FEMY. Vegetation Planning for Climate Comfort in Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Serpong. Supervised by TATI BUDIARTI and NIZAR NASRULLAH.

Green open space on office area are essential to be considered to create a comfortable environment. Greenery in BBP MEKTAN areas need to be improved to increase the climatological comfort, due to changes in the increase in the built area around the area of BBP MEKTAN. The purpose of this study was 1) to assess the effect of canopy shape, distance from the tree, and the tree distance from the building, 2) relationships between area of green open space and temperature and RH, 3) Planning for BBP MEKTAN greenery for climatological comfort. The experiment was conducted in the area of BBP MEKTAN, starting from February through May 2013. Analysis of temperature and humidity data was performed with a analysis of varian and test middle value. Greenery planning is done based on the results of the study 1 and 2. The results showed that the shape of the canopy affects the temperature and humidity, the crown round and round open decrease the average temperature of about 2 °C and increased humidity of about 5% (control temperature 32,6 ° C, and 64,2% RH). The farther the distance from the tree, then the effect of a decrease in temperature and increase in humidity are decreasing. The closer the trees from the buildings and the wider canopy cover, result on a decreasing in temperature and an increasing in RH. Cover area of green open space associated with the temperature and humidity, the total area of open green space relationship with temperature following the regression Y = - 0,0238 X + 34,59 with R2 = 0,705 and the total area of green open space with RH following the regression Y = 0,151 X + 59,38 with R2 = 0,636. Planning of green open space in BBP MEKTAN was based on the results of previous study 1 and 2, that is conducted by addition of vegetation that provides shade effect in areas close to buildings, roads, and parking areas. The addition of greenery in BBP MEKTAN be ± 27,3 ha in the middle of the day predictions on the temperature can be 32 ° C lowering than the temperature of the existing 34,6oC.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2011

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Arsitektur Lanskap

PERENCANAAN TATA HIJAU UNTUK KENYAMANAN KLIMATOLOGIS PADA BALAI BESAR PENGEMBANGAN

MEKANISASI PERTANIAN

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Tesis : Perencanaan Tata Hijau Untuk Kenyamanan Klimatologis Pada Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian

Nama : F e m y

NIM : A451110141

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Dr Ir Tati Budiarti, M.S Ketua

Dr Ir Nizar Nasrullah, M.Agr Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Arsitektur Lanskap

Dr Ir Nizar Nasrullah, M.Agr

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian:

(tanggal pelaksanaan ujian tesis)

Tanggal Lulus:

(tanggal penandatanganan tesis oleh Dekan Sekolah

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah Kenyamanan Klimatologis, dengan judul Perencanaan Tata hijau untuk kenyamanan Klimatologis pada Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi penulis sampaikan kepada :

1. Ibu Dr. Ir. Tati Budiarti,M.S selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Dr.Ir. Nizar Nasrullah,M.Agr selaku anggota komisi pembimbing atas bimbingan, arahan, saran dan dorongan moral yang diberikan selama penelitian dan penulisan tesis.

2. Dr. Ir. Bambang Sulistyantara,M.Agr selaku penguji dari luar komisi pembimbing yang telah banyak memberikan masukan.

3. Badan Litbang Pertanian-Kementerian Pertanian yang merupakan sponsor penulis selama menjadi petugas belajar pascasarjana ARL di IPB-Bogor. 4. Penghargaan dan terima kasih yang mendalam penulis sampaikan kepada

Suami tercinta Zet Ta’dung Allo,SH,MH dan anak-anak tercinta Merry Brigita Imanuella dan Victoria Rara atas segala doa, pengertian dan pemberian semangat serta kasih sayangnya. Rasa hormat dan terima kasih penulis sampaikan kepada Orangtua tercinta Ayahanda Willem Siko Palayukan (Alm) dan Ibunda Debora Lallo Tambing dan kepada seluruh keluarga atas dukungan dan doa.

5. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada rekan-rekan mahasiswa S2 Arsitektur Lanskap: Roosna Adjam, Dedi, Joenatan, Mas Arief, Balqis, Ray dan Icha Dwica dan seluruh teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, atas bantuan dan dukungan semangat yang diberikan.

Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis mengucapkan terima kasih semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan atas kasih dan kebajikan yang diberikan.Amin

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 2

1.3 Tujuan Penelitian 2

1.4 Manfaat Penelitian 3

1.5 Ruang Lingkup penelitian 3

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ruang Terbuka Hijau (RTH) 5

2.2 Iklim Mikro 6

2.3 Kenyamanan Thermal 7

2.4 Elemen Lanskap 8

2.5 Fungsi Vegetasi 9

3. METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 12

3.2 Metode Penelitian 13

3.3 Persiapan Penelitian 14

3.3.1 Persiapan Administrasi dan Pra-Survei 14

3.3.2 Jadwal Penelitian 14

3.3.3 Pengumpulan Data dan Tahap Survei Lapang 15 3.4 Pengaruh Bentuk Tajuk dan Jarak dari Pohon; Letak Pohon; dan

Penutupan RTH terhadap Suhu dan RH pada Area outdoor dan

indoor BBP Mektan 15

3.4.1 Pengaruh Bentuk dan Ukuran Tajuk Pohon terhadap Suhu dan RH

15

3.4.2 Pengaruh Jarak Pohon dari Bangunan terhadap Suhu dan RH

dalam Bangunan 23

3.5 Pengaruh Penutupan Vegetasi terhadap Suhu dan RH 27 3.6 Perencanaan Tata Hijau BBP Mektan untuk Menciptakan

Kenyamanan

28

3.7 Analisis Data 28

3.8 Kecepatan Angin 29

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan dan Gambaran Umum Lokasi Studi 30

4.2 Kondisi Lokasi Penelitian 30

4.3 Pengaruh Bentuk Tajuk dan Jarak dari Pohon; Letak Pohon ; dan Luas

RTH terhadap Suhu pada Area BBP Mektan 31

4.3.1 Pengaruh Bentuk Tajuk dan Ukuran Tajuk Pohon terhadap Suhu dan RH

(12)

4.3.2 Pengaruh Jarak Pohon dari Bangunan terhadap Suhu dan RH dalam

bangunan 48

4.4 Hasil Pengujian Ragam (F) Pengaruh Bentuk Tajuk dan Jarak dari pohon; Letak Pohon; dan Luas RTH terhadap Suhu dan RH pada

Area BBP Mektan 54

4.4.1 Pengaruh Bentuk Tajuk dan Ukuran Tajuk Pohon Terhadap

Suhu dan RH 54

4.4.2 Pengaruh Bentuk Tajuk Pohon terhadap Suhu dan RH pada Pagi (08.00 -10.30), Siang hari (11.00 – 13.00) dan Sore hari (13.00 – 16.00)

56

4.4.3 Pengaruh Pohon yang Diamati terhadap Suhu dan RH 60 4.4.4 Pengaruh Jarak Pohon dari Bangunan terhadap Suhu dan RH dalam

Bangunan 61

4.4.5 Pengaruh Jarak Vegetasi dari Bangunan terhadap Suhu dan RH

Indoor dan Outdoor Ruangan pada Pagi hari (08.00 – 10.30), Siang hari (11.00 – 13.00) dan Sore hari (13.30 – 16.00) 62 4.4.6 Pengaruh Penutupan Vegetasi terhadap Suhu dan RH 64 4.5 Perencanaan Tata Hijau BBP Mektan untuk Menciptakan Kenyamanan

dari Suhu dan Kelembaban 69

4.5.1 Program Ruang 78

4.5.2 Perencanaan Tata Hijau 79

5. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan 87

5.2 Saran 88

DAFTAR PUSTAKA 88

LAMPIRAN 91

RIWAYAT HIDUP 102

DAFTAR TABEL

1. Jenis Data yang Dikumpulkan 15

2. Jarak Titik Pengamatan Suhu dan RH di Sekitar Pohon dan Data Fisik

Pohon yang Diamati serta Kecepatan Angin pada saat Pengamatan 16 3. Tempat Pengamatan Suhu dan RH Indoor dengan Berbagai Jarak dari

Bangunan, Serta Rata-rata Kecepatan Angin pada saat Pengamatan 23

4. Skala Beaufort 29

5. Data Pengamatan Suhu Rata-rata pada Pohon Sapu Tangan di Sisi Timur (P0, P1.P2, dan P3) dan Sisi Barat (P0, P4, P5, dan P6) pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari (pkl 11.00 – 13.00) dan Sore hari (pkl 13.30 – 16.00)

32

6. Data Pengamatan RH Rata-rata pada Pohon Sapu Tangan di Sisi Timur (P0, P1.P2, dan P3) dan Sisi Barat (P0, P4, P5, dan P6) pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari (pkl 11.00 – 13.00) dan Sore hari (pkl 13.30 –

16.00) 33

7. Data Pengamatan Suhu Rata-rata pada Pohon Glodogan Bulat di Sisi Timur (P0, P1.P2, dan P3) dan Sisi Barat (P0, P4, P5, dan P6) pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari (pkl 11.00 – 13.00) dan Sore hari (pkl

(13)

8. Data Pengamatan RH Rata-rata pada Pohon Glodogan Bulat di Sisi Timur (P0, P1.P2, dan P3) dan Sisi Barat (P0, P4, P5, dan P6) pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari (pkl 11.00 – 13.00) dan Sore hari (pkl

13.30 – 16.00) 35

9. Data Pengamatan Suhu Rata-rata pada Pohon Nangka di Sisi Timur (P0, P1.P2, dan P3) dan Sisi Barat (P0, P4, P5, dan P6) pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari (pkl 11.00 – 13.00) dan Sore hari (pkl 13.30 – 16.00)

36

10. Data Pengamatan RH Rata-rata pada Pohon Nangka di Sisi Timur (P0, P1, P2 dan P3) dan Sisi Barat (P0, P4, dan P5) pada Pagi hari (pkl 08.00 –

10.30), Siang hari (pkl 11.00 – 13.00) dan Sore hari (pkl 13.30 – 16.00) 37 11. Data Pengamatan Suhu Rata-rata pada Pohon Ketapang di Sisi Timur

(P0, P1.P2, dan P3) dan Sisi Barat (P0, P4, P5, dan P6) pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari (pkl 11.00 – 13.00) dan Sore hari (pkl 13.30 – 16.00)

39

12. Data Pengamatan RH Rata-rata pada Pohon Ketapang di Sisi Timur ((P0,.P2, dan P3) dan Sisi Barat (P0, P4, P5, dan P6) pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari (pkl 11.00 – 13.00) dan Sore hari (pkl 13.30 – 16.00)

40

13. Data Pengamatan Suhu Rata-rata pada Pohon Melinjo di Sisi Timur (P0, P1.P2, dan P3) Pohon dan Sisi Barat (P0, P4, P5, dan P6) Pohon pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari (pkl 11.00 – 13.00) dan Sore hari (pkl

13.30 – 16.00) 41

14. Data Pengamatan RH Rata-rata pada Pohon Melinjo di Sisi Timur (P0, P1.P2, dan P3) dan Sisi Barat (P0, P4, P5, dan P6) Pohon pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari (pkl 11.00 – 13.00) dan Sore hari (pkl 13.30 – 16.00)

42

15. Data Pengamatan Suhu Rata-rata pada Pohon Glodogan Tiang di Sisi Timur (P0, P1.P2, dan P3) dan Sisi Barat (P0, P4, P5, dan P6) pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari (pkl 11.00 – 13.00) dan Sore hari (pkl

13.30 – 16.00) 43

16. Data pengamatan RH Rata-rata pada Pohon Glodogan Tiang di sisi Timur (P0, P1.P2, dan P3) dan sisi Barat (P0, P4, P5, dan P6) pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari (pkl 11.00 – 13.00) dan Sore hari (pkl 13.30 – 16.00)

44

17. Data Pengamatan Suhu Rata-rata pada Pohon Biola Cantik di Sisi Timur (P0, P1.P2, dan P3) dan Sisi Barat (P0, P4, P5, dan P6) pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari (pkl 11.00 – 13.00) dan Sore hari (pkl

13.30 – 16.00) 45

18. Data Pengamatan RH Rata-rata pada Pohon Biola Cantik di Sisi Timur (P0, P1.P2, dan P3) dan Sisi Barat (P0, P4, P5, dan P6) pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari (pkl 11.00 – 13.00) dan Sore hari (pkl 13.30 –

16.00) 46

19. Data Pengamatan Suhu Rata-rata pada Pohon Palem Raja di Sisi Timur (P0, P1.P2, dan P3) dan Sisi Barat (P0, P4, P5, dan P6) pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari (pkl 11.00 – 13.00) dan Sore hari (pkl 13.30 –

16.00) 47

20. Data Pengamatan RH Rata-rata pada Pohon Palem Raja di sisi Timur (P0, P1.P2, dan P3) dan sisi Barat (P0, P4, P5, dan P6) pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari (pkl 11.00 – 13.00) dan Sore hari (pkl 13.30 – 16.00)

(14)

21. Data Pengamatan Suhu Rata-rata pada indoor dan outdoor Gedung Show Window pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari ( pkl 11.00 –

13.00) dan Sore hari (pkl 13.30 – 16.00) 49

22. Data Pengamatan RH Rata-rata pada outdoor dan indoor Gedung Show Window pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari ( pkl 11.00 –

13.00) dan Sore hari (pkl 13.30 – 16.00) 49

23. Data Pengamatan Suhu Rata-rata pada outdoor dan indoor Gedung Show Room pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari ( pkl 11.00 – 13.00)

dan Sore hari (pkl 13.30 – 16.00) 50

24. Data pengamatan RH rata-rata pada outdoor dan indoor Gedung Show Room pada pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), siang hari ( pkl 11.00 – 13.00)

dan sore hari (pkl 13.30 – 16.00) 51

25. Data Pengamatan Suhu Rata-rata pada outdoor dan indoor Gedung Laboratorium Instrumentasi Alat pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari ( pkl 11.00 – 13.00) dan Sore hari (pkl 13.30 – 16.00) 51 26. Data Pengamatan RH Rata-rata pada outdoor dan indoor Gedung

Laboratorium Instrumentasi Alat pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari ( pkl 11.00 – 13.00) dan Sore hari (pkl 13.30 – 16.00) 52 27. Data Pengamatan Suhu Rata-rata pada outdoor dan indoor Gedung

Kantin pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari ( pkl 11.00 – 13.00)

dan Sore hari (pkl 13.30 – 16.00) 53

28. Data Pengamatan RH Rata-rata pada outdoor dan indoor Gedung Kantin pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari ( pkl 11.00 – 13.00) dan

Sore hari (pkl 13.30 – 16.00) 53

29. Pengaruh Bentuk Tajuk terhadap Suhu dan RH pada Beberapa Jarak dari batang Pohon pada Bagian Barat dan Timur Pohon

54

30. Suhu Rata-rata pada berbagai Jarak pada beberapa Bentuk Tajuk di

Sisi Barat dan Timur 54

31. RH Rata-rata Berbagai Jarak pada beberapa Bentuk Tajuk di Sisi Barat dan

Timur 55

44. Suhu dan RH Rata-rata pada beberapa Pohon yang Diamati pada Sisi

Timur Dan Barat Pohon 61

45. Suhu dan RH Rata-rata pada Beberapa Gedung di BBP Mektan 61 46. Suhu dan RH Rata-rata pada Pagi, Siang dan Sore hari pada Indoor

Gedung di BBP Mektan 63

47. Suhu dan RH Rata-rata pada Pagi , Siang dan Sore hari pada Outdoor

Gedung di BBP Mektan 63

48. Data Pengamatan tiap Titik Grid (50x50 m) pada Areal BBP

Mektan 64

(15)

50. Hasil Kuesioner dari Pengunjung dan Karyawan BBP Mektan 72

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka Pikir Penelitian 4

2. Jarak Pohon terhadap Bangunan dan Pengaruhnya terhadap Ventilasi Alami (sumber. White R.F dalam (Egan 1975) 9 3. Peta Area BBP Mektan berdasarkan Citra Google Maps, 2010 13 4. Alur Proses Penelitian sampai dengan Penyusunan Rekomendasi RTH 14

5. Letak Posisi Pohon dan Bangunan Diamati 17

6. Pengambilan Data di Lapang pada Pohon Sapu Tangan (Maniltoa

grandiflora) 18

7. Pengambilan Data di Lapang pada Pohon Nangka (Artocarpus

Heterophyllus) 18

8. Pengambilan Data di Lapang pada Pohon Glodokan Bulat (Polyalthia fragrans)

19

9. Pengambilan Data di Lapang pada Pohon Biola Cantik (Ficus lyrata) 20 10. Pengambilan Data di Lapang pada Pohon Palem Raja (Roystonea regia) 20 11. Pengambilan Data di Lapang pada Pohon Melinjo (Gnetum gnemon) 21 12. Pengambilan Data di Lapang pada Pohon Glodokan Tiang (Polyalthia

longifolia) 22

13. Pengambilan Data di Lapang pada Pohon Ketapang (Terminalia catappa) 22 14. Pengukuran Suhu dan Kelembaban pada Show Window (indoor) 24

15. Gedung Show Window(outdoor) 24

16. Pengukuran Suhu dan Kelembaban pada Show Room(indoor) 25

17. Gedung Show Room (outdoor) 25

18. Pengukuran Suhu dan Kelembaban pada lab. Instrumentasi Alat (indoor) 26 19. Gedung Laboratorium Instrumentasi Alat (outdoor) 26 20. Pengukuran Suhu dan Kelembaban pada Kantin (indoor 27

21. Gedung Kantin (outdoor) 27

22. Bentuk Grid pada Titik-titik Pengamatan 28

23. Grafik Pengamatan Rata-rata Kec.angin pada Pohon Sapu Tangan (Maniltoa grandiflora Scheff) pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang

hari (pkl 11.00 – 13.00) dan Sore hari (pkl 13.30 – 16.00) 31 24. Grafik Pengamatan Suhu Rata-rata pada Pohon Sapu Tangan di Sisi

Timur (P0,P1, P2, dan P3) dan Sisi Barat (P0, P4, P5 dan P6) pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), siang hari (pkl 11.00 – 13.00) dan sore hari (pkl

13.30 – 16.00) 32

25. Grafik Pengamatan RH Rata-rata pada Pohon Sapu Tangan di Sisi Timur (P0,P1, P2, dan P3) dan Sisi Barat (P0, P4, P5 dan P6) pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari (pkl 11.00 – 13.00) dan Sore hari (pkl 13.30 –

16.00) 33

26. Grafik Pengamatan Rata-rata Kec.angin pada Pohon Glodogan Bulat (Polyalthia fragrans) pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari (pkl

11.00 – 13.00) dan Sore hari (pkl 13.30 – 16.00 33 27. Grafik Pengamatan Suhu Rata-rata pada Pohon Glodogan Bulat di Sisi

Timur (P0,P1, P2, dan P3) dan Sisi Barat (P0, P4, P5 dan P6) pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari (pkl 11.00 – 13.00) dan Sore hari (pkl 13.30 – 16.00)

(16)

28. Grafik Pengamatan RH Rata-rata pada Pohon Glodogan Bulat di Sisi Timur (P0,P1, P2, dan P3) dan Sisi Barat ( P0, P4, P5 dan P6) pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari (pkl 11.00 – 13.00) dan Sore hari (pkl 13.30 – 16.00)

35

29. Grafik Pengamatan Rata-rata Kec.angin pada Pohon Nangka (Artocarpus heterophyllus) pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari (pkl 11.00 –

13.00) dan Sore hari (pkl 13.30 – 16.00). 36

30. Grafik Pengamatan Suhu Rata-rata pada Pohon Nangka di Sisi Timur (P0,P1, P2, dan P3) dan Sisi Barat ( P0, P4, P5 dan P6) pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari (pkl 11.00 – 13.00) dan Sore hari (pkl 13.30 – 16.00).

37

31. Grafik Pengamatan RH Rata-rata pada Pohon Nangka di Sisi Timur (P0,P1, P2, dan P3) dan Sisi Barat (P0, P4, P5 dan P6) pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari (pkl 11.00 – 13.00) dan Sore hari (pkl 13.30 – 16.00)

38

32. Grafik Pengamatan Rata-rata Kec.angin pada Pohon Ketapang (Terminalia catappa ) pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari (pkl 11.00 –

13.00) dan Sore hari (pkl 13.30 – 16.00) 38

33. Grafik Pengamatan Suhu Rata-rata pada Pohon Ketapang di Sisi Timur (P0,P1, P2, dan P3) dan Sisi Barat (P0, P4, P5 dan P6) pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari (pkl 11.00 – 13.00) dan Sore hari (pkl 13.30 – 16.00)

39

34. Grafik Pengamatan RH Rata-rata pada Pohon Ketapang di Sisi Timur (P0,P1, P2, dan P3) dan Sisi Barat (P0, P4, P5 dan P6) pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari (pkl 11.00 – 13.00) dan Sore hari (pkl 13.30 – 16.00)

40

35. Grafik pengamatan rata-rata kec.angin pada Pohon Melinjo (Gnetum gnemon Linn.) pada pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), siang hari (pkl 11.00 –

13.00) dan sore hari (pkl 13.30 – 16.00) 40

36. Grafik Pengamatan Suhu Rata-rata pada Pohon Melinjo di Sisi Timur (P0,P1, P2, dan P3) Pohon dan Sisi Barat (P0, P4, P5 dan P6) Pohon pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari (pkl 11.00 – 13.00) dan

Sore hari (pkl 13.30 – 16.00) 41

37. Grafik Pengamatan RH Rata-rata pada Pohon Melinjo di Sisi Timur (P0,P1, P2, dan P3) dan Sisi Barat (P0, P4, P5 dan P6) pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari (pkl 11.00 – 13.00) dan Sore hari (pkl 13.30 –

16.00) 42

38. Grafik Pengamatan Rata-rata Kec.angin pada Pohon Glodogan Tiang

(Polyalthia longifolia) pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari (pkl 11.00 – 13.00) dan Sore hari (pkl 13.30 – 16.00) 43 39. Grafik Pengamatan Suhu Rata-rata pada Pohon Glodogan Tiang di Sisi

Timur (P0,P1, P2, dan P3) dan Sisi Barat (P0, P4, P5 dan P6) pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari (pkl 11.00 – 13.00) dan Sore hari (pkl 13.30 – 16.00)

43

40. Grafik Pengamatan RH Rata-rata pada Pohon Glodogan Tiang di Sisi Timur (P0,P1, P2, dan P3) dan Sisi Barat (P0, P4, P5 dan P6) pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari (pkl 11.00 – 13.00) dan Sore hari (pkl

13.30 – 16.00). 44

41. Grafik Pengamatan Rata-rata Kec.angin pada Pohon Biola Cantik (Ficus lyrata) pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari (pkl 11.00 – 13.00)

(17)

42. Grafik Pengamatan Suhu Rata-rata pada Pohon Biola Cantik di Sisi Timur (P0,P1, P2, dan P3) dan Sisi Barat (P0, P4, P5 dan P6) pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari (pkl 11.00 – 13.00) dan Sore hari (pkl 13.30 –

16.00) 45

43. Grafik Pengamatan RH Rata-rata pada Pohon Biola Cantik di Sisi Timur (P0,P1, P2, dan P3) dan Sisi Barat (P0, P4, P5 dan P6) pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari (pkl 11.00 – 13.00) dan Sore hari (pkl 13.30 – 16.00)

46

44. Grafik Pengamatan Suhu Rata-rata Kec.angin pada Pohon Palem Raja (Roystonea regia) pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari (pkl

11.00 – 13.00) dan Sore hari (pkl 13.30 – 16.00) 47 45. Grafik Pengamatan RH Rata-rata pada Pohon Palem Raja di Sisi Timur

(P0,P1, P2, dan P3) dan Sisi Barat (P0, P4, P5 dan P6) pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari (pkl 11.00 – 13.00) dan Sore hari (pkl 13.30 –

16.00 47

46. Grafik Pengamatan RH Rata-rata pada Pohon Palem Raja di Sisi Timur (P0,P1, P2, dan P3) dan Sisi Barat (P0, P4, P5 dan P6) pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari (pkl 11.00 – 13.00) dan Sore hari (pkl 13.30 –

16.00). 48

47. Grafik Pengamatan Rata-rata Kec.angin pada Gedung Show Window pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari (pkl 11.00 – 13.00) dan Sore

hari (pkl 13.30 – 16.00). 49

48. Grafik Pengamatan Suhu Rata-rata pada outdoor dan indoor Gedung Show Window pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari (pkl 11.00 –

13.00) dan Sore hari (pkl 13.30 – 16.00) 49

49. Grafik Pengamatan RH Rata-rata pada outdoor dan indoor Gedung Show Window pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari (pkl 11.00 –

13.00) dan Sore hari (pkl 13.30 – 16.00) 50

50. Grafik Pengamatan Rata-rata Kec.angin pada Gedung Show Room pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari (pkl 11.00 – 13.00) dan Sore hari

(pkl 13.30 – 16.00) 50

51. Grafik Pengamatan Suhu Rata-rata pada outdoor dan indoor Gedung

Show Room pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari (pkl 11.00 –

13.00) dan Sore hari (pkl 13.30 – 16.00). 50

52. Grafik Pengamatan RH Rata-rata pada outdoor dan indoor Gedung Show Room pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari (pkl 11.00 – 13.00)

dan Sore hari (pkl 13.30 – 16.00) 51

53. Grafik Pengamatan Rata-rata Kec.angin pada outdoor Gedung

Laboratorium Instrumentasi Alat pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari (pkl 11.00 – 13.00) dan Sore hari (pkl 13.30 – 16.00) 51 54. Grafik Pengamatan Suhu Rata-rata pada outdoor dan indoor Gedung

Laboratorium Instrumentasi Alat pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari (pkl 11.00 – 13.00) dan Sore hari (pkl 13.30 – 16.00) 52 55. Grafik Pengamatan RH Rata-rata pada outdoor dan indoor Gedung Lab.

Instrumentasi Alat pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari (pkl

11.00 – 13.00) dan Sore hari (pkl 13.30 – 16.00) 52 56. Grafik Pengamatan Rata-rata Kec.angin pada outdoor Gedung Kantin pada

Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari (pkl 11.00 – 13.00) dan Sore hari

(pkl 13.30 – 16.00) 52

57. Grafik Pengamatan Suhu Rata-rata pada outdoor dan indoor Gedung Kantin pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari (pkl 11.00 – 13.00)

(18)

58. Grafik Pengamatan RH Rata-rata pada outdoor dan indoor Gedung Kantin pada Pagi hari (pkl 08.00 – 10.30), Siang hari (pkl 11.00 – 13.00)

dan Sore hari (pkl 13.30 – 16.00) 53

59. a. Hubungan antara % RTH dengan Suhu

b. Hubungan antara % RTH dengan RH 68

60. Peta Analisis Suhu 75

61. Peta Analisis RH 76

62. Skematic Diagram 77

63. Eksisting Jalan Utama Bagian Timur 80

64. Schematic Diagram Tata Hijau pada Jalan Utama Bagian Timur 80

65. Eksisting Jalan Utama Bagian Barat 81

66. Schematic Diagram Tata Hijau pada Jalan Utama Bagian Barat 81

67. Eksisting Area Parkir 82

68. Schematic Diagram Tata Hijau pada Area Parkir 82

69. Eksisting Lahan Uji Alat 83

70. Schematic Diagram Tata Hijau pada Lahan Uji Alat 83

71. Eksisting outdoor Gedung Show Window 84

72. Schematic Diagram Tata Hijau pada outdoor Gedung Show Window 84

73. Eksisting outdoor Gedung Show Room 85

74. Schematic Diagram Tata Hijau pada outdoor Gedung Show Room 85

75. Planting plan BBP Mektan 86

DAFTAR LAMPIRAN

1. Data Iklim 2008 – 2012 (sumber BMKG “Budiarto Curug”) 91 2. Data Iklim bulan Maret – Juni 2013 (sumber BMKG “Budiarto Curug”) 92

3. Eksisting 93

4. Jalan Utama 94

5. Kegiatan di Lapang 97

6. Alih Fungsi Lahan Di Luar Area BBP Mektan 99

7. Lembar Kuisioner (Outdoor) 100

GAMBAR LAMPIRAN

1. Kondisi Outdor BBP Mektan 93

2. Jalan Utama Pintu Gerbang Timur Tembusan Green Cove (BSD) 94 3. (a) dan (b) Jalan Utama Pintu Gerbang Barat Tembusan Cisauk, Serpong 95

(c) Jalan penghubung antara jalan ke pemukiman masyarakat (d) Area Parkir

4. (a). Jalan antara Gedung Lab.Instrumentasi Alat dengan Lapangan Voly

96 (b). Jalan antara Gedung Show Room dengan Gedung Training Alat

(19)

5. (a), (b), (c) dan (d) Pembuatan Grid di Lapangan ukuran (50X50) m

97 (e). Pengambilan Data Lapang dengan GPS

(a), (b), (c) dan (d) Pembuatan Grid di Lapangan ukuran (50X50) m (f). Pengukuran Lebar Tajuk pada Pohon Glodogan Bulat

6. (g), (h), (i), (j), (k), (l). Kegiatan Pengambilan Data Suhu dan RH di Lapangan

98

(20)
(21)

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ruang terbuka hijau yang terdapat di lingkungan kantor Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertnaian (BBP Mektan) merupakan area bersosialisasi dan berkomunikasi bagi berbagai kelompok komunitas. Agar aktifitas berlangsung dengan baik, maka ruang luar kantor membutuhkan kondisi nyaman secara fisik untuk mendukung keberhasilan bersosialisasi tersebut.

Hasil kuisioner dari pegawai dan pengunjung kantor Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan) yang mengatakan pada siang hari kondisi outdoornya 58,8 % tidak nyaman. Hal ini disebabkan tata hijau area perkantoran lebih diutamakan pada aspek estetikanya dibandingkan aspek kenyamanan, padahal lingkungan kerja yang nyaman dapat mendukung peningkatan produktivitas kerja.

Penempatan pohon peneduh pada areal perkantoran belum ditujukan untuk mendapatkan kenyamanan suhu baik di dalam maupun di luar kantor. Keberadaan ruang terbuka hijau (RTH) dengan penataan pohon yang sesuai penting dalam menciptakan kenyamanan, yaitu dapat menurunkan suhu di sekitarnya (Egan 1975).

Lingkungan kerja dapat dirasakan nyaman manakala ditunjang oleh beberapa faktor, salah satu faktor yang memberikan andil adalah suhu udara. Selain suhu udara, sirkulasi udara di tempat kerja perlu diperhatikan juga. Bila sirkulasi udara baik maka udara kotor yang ada dalam ruangan bisa diganti dengan udara yang bersih yang berasal dari luar ruangan (Sedarmayanti 2001). Kondisi ruang kerja merupakan kombinasi dari komponen suhu udara, kecepatan gerakan udara dan kelembaban udara. Komponen-komponen tersebut dapat mempengaruhi persepsi kualitas udara dalam ruangan kerja, sehingga harus selalu dijaga agar berada pada kisaran yang dapat diterima untuk kenyamanan penghuninya. Keberadaan RTH dengan penataan yang sesuai dapat meningkatkan efisiensi penggunaan alat pendingin ruangan (Silitonga 2011).

Secara geografis, Indonesia terletak pada garis lintang 6oLU dan 11oLS, posisi tersebut menyebabkan Indonesia memiliki iklim tropis karena terletak di daerah khatulistiwa dengan karakteristik panas-lembab. Menurut Khrisno (2013), suhu daerah tropis berkisar antara 18-32oC rata-rata sepanjang tahun yang masih dapat diadaptasi tubuh manusia tanpa sebuah perlindungan.

(22)

(Egan 1975). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ainy (2012) yang menyatakan bahwa pohon mampu mereduksi suhu udara sebesar 0,86-5,15°C lebih besar dibandingkan struktur vegetasi lainnya sehingga penanaman pohon dalam jumlah banyak pada RTH sangat direkomendasikan karena fungsinya sangat efektif dalam ameliorasi iklim.

Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan), adalah unit pelaksana teknis di bidang penelitian dan pengembangan mekanisasi pertanian yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian. Sejak berdiri sampai sekarang telah melakukan kegiatan penelitian dan perekayasaan alat dan mesin pertanian (alsintan) dalam rangka pengembangan alsintan di Indonesia, maupun melalui kegiatan desain dan rancang bangun alat dan mesin pertanian (alsintan), pengujian, standardisasi alsintan, pelatihan serta kegiatan pemasyarakatan dan pengawasan penggunaan alsintan di tanah air.

Area Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan), Serpong terletak di Desa Situgadung, Kecamatan Pagedangan Propinsi Banten dengan elevasi 34 m dpl (BPS Kecamatan Pagedangan 2012), dengan luas ± 32 ha, terletak pada koordinat 60 15’ 00” LS dan 106037’30”LT (Bakosurtanal 2001) dengan suhu rata-rata 32.2o C dan Kelembaban 80,7%. (Data stasiun BMKG Klas III, Budiarto Curug 2008 - 2012).

Pada Tahun 1987 – 2005 Kondisi di sekitar BBP Mektan masih terdapat area pertanian berupa sawah dan tegalan ((BBP Mektan 2005). Saat ini RTH di BBP Mektan berkurang dengan adanya penambahan gedung dan sarana lainnya, selain itu terjadi perubahan lahan pertanian menjadi area terbangun pada area sekitar BBP Mektan sehingga suhu di area tersebut meningkat. Dengan demikian diperlukan upaya untuk menciptakan kondisi yang lebih nyaman secara klimatologis melalui perencanaan tata hijau di kawasan BBP Mektan. Sehingga seluruh karyawan ketika bekerja dan pengunjung (pihak swasta dan pengusaha, para civitas akademisi) merasa nyaman dan betah saat berada di area BBP Mektan.

1.2 Perumusan Masalah

Perubahan dan konversi area-area terbuka dan RTH menjadi area-area terbangun memberikan pengaruh terhadap perubahan iklim mikro suatu kawasan, selain itu perkerasan jalan dan bangunan kantor memberikan dampak terhadap peningkatan suhu dan penurunan kelembaban udara baik pada area

outdoor maupun indoor. Dalam skala yang kecil, seperti lanskap area perkantoran, semakin luas RTH yang terdiri dari elemen-elemen tanaman maka diharapkan semakin efektif menciptakan kenyamanan klimatologis, yaitu dengan memodifikasi suhu serta kelembaban udara.

1.3 Tujuan Penelitian

1) mengkaji pengaruh bentuk tajuk, jarak dari pohon, jarak pohon dari bangunan terhadap suhu dan kelambaban relatif pada area outdoor maupun

indoor BBP Mektan

(23)

3) menyusun rencana tata hijau area BBP Mektan, Serpong dari sisi kenyamanan klimatologis.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini antara lain :

1. Memperoleh informasi pengaruh bentuk dan ukuran tajuk pohon, jarak dari bangunan dan luas penutupan vegetasi terhadap suhu dan kelembaban untuk perancangan penanaman

2. Mendapatkan rencana tata hijau BBP Mektan sebagai dasar pertimbangan dalam membuat kenyamanan klimatologis pada area perkantoran BBP Mektan

1.5 Ruang Lingkup penelitian

Penggunaan lahan area BBP Mektan terdiri atas lahan terbangun dan tidak terbangun. Untuk areal terbangun penggunaannya sebesar 18,75 % yang terdiri dari gedung kantor, parkir, guest house, mess, mesjid, lapangan tennis, dan kantin. Untuk areal tidak terbangun penggunaannya sebesar 81,25 % yang terdiri dari kebun karet, kebun mangga, kebun percobaan, dan lapangan sepak bola. Dengan melihat kondisi lahan areal BBP Mektan saat ini penataannya kurang tepat dan kurang efektif dalam pemanfaatan elemen lanskap untuk menunjang kegiatan perkantoran dalam memberikan kenyamanan klimatologis pada area BBP Mektan (outdoor) dan di dalam ruangan (indoor). Sehubungan dengan hal tersebut perlu dilakukan penelitian untuk mempelajari karakteristik dan pemanfaatan tapak serta pengaruh jenis vegetasi, bentuk tajuk dan ukuran tajuk pohon, tinggi tanaman, kerapatan vegetasi, jarak dari bangunan, terhadap kenyamanan dari sisi suhu dan kelembaban pada area BBP Mektan (outdoor).

(24)

2 TINJAUAN PUST Karakteristik tapak dan fungsi elemen lanskap

Areal tidak terbangun/ terbuka 81,25 %

Konsep tata ruang vegetasi Jalan, Gedung Kantor, Bengkel, Mesjid,

Kantin, Mess,Lapangan Tenis, dan Pintu Gerbang Gapura

Areal terbangun 18,75 %

Pengukuran suhu, kelembaban, fungsi elemen lanskap

Halaman kantor, parkiran, Kebun Karet, Lahan untuk pengujian alat, kebun mangga, dan Kebun percontohan, dll.

Pengumpulan data

Analisis teori-teori pengaruh tata hijau terhadap kenyamanan dari sisi faktor suhu dan kelembaban

Analisis masalah dan potensi tata hijau terhadap perubahan suhu, kelembaban dan penataan area BBP Mektan

Analisi Iklim Mikro pada area BBP Mektan :

-Penurunan Suhu pada indoor dan outdoor

-Peningkatan kelembaban pada indoor dan

outdoor

Analisis Pengaruh vegetasi terhadap kenyamanan klimatologis, dalam indoor dan outdoor.

Penyusunan rencana tata hijau area Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian dalam menciptakan kenyamanan klimatologis

Area Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BPP Mektan)

(25)

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ruang Terbuka Hijau (RTH)

RTH adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika. Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988, RTH adalah bagian dari ruang terbuka kota yang didefinisikan sebagai ruang terbuka yang pemanfaatannya lebih bersifat pada penghijauan tanaman atau tumbuhan secara alamiah maupun buatan (budidaya tanaman) seperti lahan pertanian, pertamanan, perkebunan, dan lainnya.

RTH memiliki kekuatan untuk membentuk karakter suatu kawasan dan menjaga kelangsungan hidupnya. Tanpa RTH akan mengakibatkan ketegangan mental bagi manusia yang tinggal didalamnya.

Tujuan dibentuk atau disediakannya RTH di wilayah perkotaan, antara lain : 1. Meningkatnya mutu lingkungan hidup dan sebagai pengaman sarana

lingkungan perkotaan.

2. Menciptakan keserasian lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna bagi kepentingan manusia.

Peraturan pada Undang-Undang RI No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, ruang terbuka hijau merupakan area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. RTH adalah total area atau kawasan yang ditutupi hijau tanaman dalam satuan luas tertentu baik yang tumbuh secara alami maupun buatan atau budidaya. Menurut Purnomohadi (2006), RTH memiliki fungsi utama yaitu fungsi bio-ekologis dan fungsi tambahan (eksentrik) yaitu fungsi arsitektural, sosial dan ekonomi. Berlangsungnya fungsi ekologis alami dalam lingkungan perkotaan secara seimbang dan lestari akan membentuk kota yang sehat dan manusiawi.

Komponen RTH berdasarkan kriteria, sasaran, dan fungsi penting, vegetasi serta intensitas manajemennya dikategorikan dalam :

1. Taman, Fungsi utamanya adalah menghasilkan oksigen. Oleh karena itu jenis tanaman yang dibudidayakan dipilih dari jenis-jenis yang menghasilkan oksigen tinggi.

2. Jalur hijau, termasuk didalamnya adalah pepohononan peneduh pinggir jalan, jalur hijau lainnya.

3. Kebun dan pekarangan, selain bertujuan untuk produksi, kebun dan pekarangan hendaknya ditanam dengan jenis-jenis yang mendukung kenyamanan lingkungan.

4. Hutan, merupakan penerapan beberapa fungsi hutan seperti ameliorasi iklim, hidrologi, dan penangkalan pencemaran. Fungsi-fungsi ini bertujuan mengimbangi kecenderungan menurunnya kualitas lingkungan.

5. Tempat rekreasi, Disamping jenisnya yang beragam, RTH memiliki manfaat yang besar bagi kelangsungan hidup manusia.

(26)

Manfaat RTH, antara lain :

1. Meningkatkan kualitas kehidupan ruang kota melalui penciptaan lingkungan yang aman, nyaman, sehat, menarik dan berwawasan ekologis.

2. Mendorong terciptanya kegiatan publik sehingga tercipta integrasi ruang sosial antar penggunanya.

3. Menciptakan estetika, karakter dan orientasi visual dari suatu lingkungan

4. Menciptakan iklim mikro lingkungan yang berorientasi pada kepentingan pejalan kaki.

5. Mewujudkan lingkungan yang nyaman, manusiawi dan berkelanjutan. 2.2 Iklim Mikro

Iklim mikro merupakan iklim di lapisan udara dekat permukaan bumi (tinggi ± 2 m) (Frick dan Suskiyanto 2007). Kondisi iklim mikro bergantung pada beberapa faktor seperti suhu, kelembaban udara, angin, penguapan. Tipe tanah (yang ada) juga mempengaruhi iklim mikro. Karakteristik permukaan tanah juga penting, tanah dengan warna yang lebih terang lebih memantulkan dan kurang merespon terhadap pemanasan harian. Hal lain yang berpengaruh terhadap iklim mikro adalah kemampuan tanah untuk menyerap atau mempertahankan uap air, yang bergantung pada komposisi tanah dan penggunaannya. Keberadaan vegetasi juga berperan penting untuk mengontrol penguapan air ke udara melalui proses transpirasi. Vegetasi atau tumbuhan bisa juga menutupi tanah di bawahnya dan mempengaruhi perbedaan suhu (Anonim 2010). Tanaman atau vegetasi secara langsung memberikan pengaruh kepada kondisi iklim mikro yang ada melalui modifikasi radiasi matahari dan suhu tanah. Keberadaan tanaman juga mempengaruhi tingkat evapotranspirasi (Villegas et al., 2010).

Memodifikasi iklim mikro di sekitar tanaman terutama tanaman hortikultura merupakan suatu usaha yang telah banyak dilakukan agar tanaman yang dibudidayakan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Kelembaban udara dan tanah, suhu udara dan tanah merupakan komponen iklim mikro yang sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, dan masing-masing berkaitan mewujudkan keadaan lingkungan optimal bagi tanaman (Noorhadi, et al.,

2003).

Anasir iklim yang juga mengendalikan iklim mikro adalah kelembaban udara. Kelembaban udara menyatakan banyaknya uap air dalam udara. Uap air ini merupakan komponen udara yang sangat penting jika ditinjau dari segi cuaca dan iklim. Sebagian gas-gas yang menyusun atmosfer yang dekat dengan permukaan laut relatif konstan dari satu tempat ke tempat yang lain, sedangkan uap air merupakan bagian yang tidak konstan, bervariasi antara 0% sampai 5%. Adanya variabilitas kandungan uap air ini dalam udara baik berdasarkan tempat maupun waktu penting karena (Wisnubroto et al 1983):

1. Besarnya jumlah uap air dalam udara merupakan indikator kapasitas potensial atmosfer tentang terjadinya presipitasi,

(27)

3. Makin besar jumlah air dalam udara makin besar jumlah energi potensial yang laten tersedia dalam atmosfer dan merupakan sumber terjadinya hujan angin (storm), sehingga dapat menentukan apakah udara itu kekal atau tidak. 2.3 Kenyamanan Thermal

Menurut Sugiyatmo dalam Yuuwono (2011), Usaha untuk mendapatkan kenyamanan thermal terutama adalah mengurangi perolehan panas, memberikan aliran udara yang cukup dan membawa panas keluar bangunan serta mencegah radiasi panas, baik radiasi langsung matahari maupun dari permukaan dalam yang panas.

Perolehan panas dapat dikurangi dengan menggunakan bahan atau material yang mempunyai tahan panas yang besar, sehingga laju aliran panas yang menembus bahan tersebut akan terhambat.

Permukaan yang paling besar menerima panas adalah atap. Sedangkan bahan atap umumnya mempunyai tahanan panas dan kapasitas panas yang lebih kecil dari dinding. Untuk mempercepat kapasitas panas dari bagian atas agak sulit karena akan memperberat atap. Tahan panas dari bagian atas bangunan dapat diperbesar dengan beberapa cara, misalnya rongga langit-langit, penggunaan pemantul panas reflektif juga akan memperbesar tahan panas. Cara lain untuk memperkecil panas yang masuk antara lain yaitu :

1. Memperkecil luas permukaan yang menghadap ke timur dan barat. 2. Melindungi dinding dengan alat peneduh.

Perolehan panas dapat juga dikurangi dengan memperkecil penyerapan panas dari permukaan, terutama untuk permukaan atap. Warna terang mempunyai penyerapan radiasi matahari yang kecil sedang warna gelap adalah sebaliknya. Penyerapan panas yang besar akan menyebabkan temperatur permukaan naik. Sehingga akan jauh lebih besar dari temperatur udara luar. Hal ini menyebabkan perbedaan temperatur yang besar antara kedua permukaan bahan, yang akan menyebabkan aliran panas yang besar. Menurut Darmawan (2003) Kenyamananklimatologis dapat diciptakan dengan adanya :

(1) Area terbuka hijau yang luas dan lapangan terbuka yang mendapatkan sinar matahari di waktu pagi hingga siang hari dengan bayangan sepanjang pinggirannya,

(2) Ruang terbuka dengan permukaan keras yang berfungsi untuk tempat bermain anak-anak dengan sedikit bayangan di waktu pagi siang tengah hari, (3) Penahan angin terutama di tempat bermain anak-anak, meja kursi di area

permainan tersebut, area untuk nonton di dekat lapangan dan (4) Terdapat tempat berteduh dengan obyek pemandangan yang baik

Menurut Maidita et al. (2009), kenyamanan thermal didefinisikan sebagai suatu kondisi pikiran yang mengekspresikan kepuasan terhadap lingkungan thermal. Kenyamanan thermal outdoor timbul dari pengaruh konfigurasi massa bangunan terhadap pengaruh temperatur dalam sebuah kawasan, akhirnya didapat kenyamanan thermal lingkungan kondisi fisik masing-masing ruang luar akan memberikan dampak kenyamanan thermal yang berbeda. Sistem pembayangan, suhu, kelembaban dan temperatur sebagai faktor-faktor pendukung kenyamanan thermal.

(28)

rentang temperatur yang nyaman, empat faktor klimatik dan kenyamanan. Ketidaknyamanan merupakan suatu proses biologi yang sederhana untuk semua jenis makhluk yang berdarah panas untuk menstimulasi agar melakukan suatu langkah utama untuk meretorasi kembali suatu proses pertukaran panas yang benar. Ketidaknyamanan akan mengakibatkan perubahan fungsional pada organ yang bersesuaian pada tubuh manusia.

Jika seseorang ditempatkan pada suatu ruangan dan diberikan temperatur yang berbeda maka akan terjadi rentang pertukaran panas yang menyatakan kondisi tubuh dalam keadaan setimbang karena dalam rentang ini pertukaran panas akan dapat dijaga dengan mengalirnya darah ke seluruh organ tubuh. Rentang temperatur dimana manusia merasakan kenyamanan adalah sangat bervariasi bergantung dari jenis pakaian yang dipakai dan aktivitas fisik yang telah dilakukan

Kenyamanan termal sangat dibutuhkan tubuh agar manusia dapat beraktivitas dengan baik (di rumah, sekolah ataupun di kantor/tempat bekerja). Szokolay dalam “Manuf Tropical Housing and Building” menyebutkan kenyamanan tergantung pada variabel iklim (matahari/radiasinya, suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin) dan beberapa faktor individual/subjektif seperti pakaian, aklimatisi, usia dan jenis kelamin, tingkat kegemukan, tingkat kesehatan, jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi, serta warna kulit (Talarosa 2005)

Indonesia mempunyai iklim tropis dengan karakteristik kelembaban udara yang tinggi (dapat mencapai angka 80%), suhu udara yang tinggi (dapat mencapai hingga 35oC), serta radiasi matahari yang menyengat serta mengganggu. Persoalannya adalah bagaimana menciptakan kenyamanan termal dalam bangunan dalam kondisi iklim tropis panas lembab (Talarosa 2005).

2.4 Elemen Lanskap

Disamping elemen arsitektur, elemen lanskap seperti pohon dan vegetasi juga dapat digunakan untuk mengurangi radiasi matahari. Keberadaan pohon secara langsung atau tidak langsung akan menurunkan suhu udara disekitarnya, karena radiasi matahari akan diserap oleh daun untuk proses fotosintesis dan penguapan. Efek bayangan oleh vegetasi akan menghalangi pemanasan permukaan bangunan dan tanah dibawahnya. Menurut Silitonga (2011), pohon di suatu rumah dapat memberikan manfaat dalam penghematan pemakaian listrik untuk AC rumah tangga. Selanjutnya oleh Silitonga, penghematan ini dapat dilakukan oleh pohon dengan menjadi peneduh bagi sekitar rumah. Faktor penting agar pohon itu dapat memberi nilai penghematan yaitu kondisi bangunan dan kondisi pohon yang mendukung. Faktor yang mempengaruhi berdasarkan kondisi pohon yaitu jarak penanaman pohon terhadap bangunan, jenis pohon dan karakter pohon sebagai peneduh.

(29)

pembayang yang besar) 0.20 – 0.25, sedangkan Pohon muda (dengan sedikit efek pembayang) 0,50 - 0,60. (Egan 1975).

Pohon dan tanaman dapat dimanfaatkan untuk mengatur aliran udara ke dalam bangunan. Penempatan pohon dan tanaman yang kurang tepat dapat menghilangkan udara sejuk yang diinginkan terutama pada periode puncak panas. Menurut White dalam Concept in Thermal Comfort (Egan 1975), kedekatan pohon terhadap bangunan mempengaruhi ventilasi alami dalam bangunan (Gambar 2).

---

Sekumpulan pohon juga dapat dimanfaatkan sebagai ‘windbreak’ untuk daerah yang kecepatan anginnya cukup besar. Pohon sebagai ‘windbreak’ dapat mengurangi kecepatan angin lebih dari 35 % jika jaraknya dari bangunan sebesar 5 x tinggi pohon. Bangunan harus dirancang dimana kecepatan angin di daerah pedestrian dan bukaan kurang dari 10 mph (mil per jam). Untuk bangunan tinggi, pengujian dengan menggunakan model bangunan yang berskala untuk memprediksi kekuatan bangunan terhadap kecepatan angin seringkali harus dilakukan dengan menggunakan terowongan angin (wind tunnels).

2.5 Fungsi Vegetasi

Menurut (Hakim 2012), tumbuhan hijau (vegetasi) memiliki berbagai manfaat untuk kawasan perkotaan. Berbagai manfaat tumbuhan hijau dapat dikategorikan dalam 4 fungsi utama, yaitu : (1) fungsi ekologis; (2) fungsi estetis dan arsitektural; (3) fungsi ekonomi; dan (4) fungsi sosial.

1. Fungsi ekologis

Fungsi ekologis tumbuhan, meliputi :

1.1. Mereduksi polutan dan memproduksi oksigen

- Struktur batang, cabang, ranting, dan daun tumbuhan dapat mereduksi kebisingan, dan debu.

- Melalui proses-proses fisiologis, tumbuhan melakukan evapotranspirasi dan fotosintesis. Proses ini dapat menetralisir karbondioksida (CO2), memproduksi oksigen (O2), dan meningkatkan kadar uap air yang mendinginkan udara di sekitarnya pada siang hari.

(30)

1.2. Memperbaiki Kualitas Iklim Lokal

Menurut Mediastika (2013), tanaman yang berfungsi sebagai pengontrol iklim adalah tanaman yang dapat menciptakan iklim yang lebih baik bagi manusia, yaitu menciptakan suhu yang lebih nyaman (misalnya, pohon yang meneduhkan untuk daerah tropis atau pohon yang merontokkan daunnya untuk daerah yang beriklim subtropis sehingga panas matahari dapat menyusup ke dalam bangunan melalui cabang-cabang yang masih tersisa). Pohon mampu memecah angin sehingga angin terasa lebih lembut disekitar bangunan juga merupakan pengontrol iklim. Untuk tujuan peneduh, pembayang, atau pemecah angin pada bangunan, sebaiknya kita memilih pohon dengan ketinggian yang mencukupi untuk menaungi lubang ventilasi. Hal ini akan diperoleh dari pohon dengan tajuk daun melebar, bukan yang bertajuk daun ramping. Selanjutnya untuk tajuk daun sangat lebar seperti trembesi atau (Samanea saman) adalah tanaman yang sangat cocok ditanami sebagai peneduh disepanjang tepi jalan karena penyebaran tajuknya yang lebat.

Tanaman sebagai salah satu elemen ruang luar yang utama dapat difungsikan untuk merakayasa lingkungan sehingga dapat menyamankan gedung, mereduksi kebisingan di sekitar sumber bunyi, mengurangi pencemaran udara sekitarnya, mengarahkan sirkulasi dan melembutkan lingkungan luar (Nurisjah dan Pramukanto 1995). Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dikatakan tanaman memberikan kenyamanan dengan perbaikan iklim mikro.

Vegetasi juga dapat memberikan efek : (1) Pembayangan, efek bayangan vegetasi bisa menahan 70% panas matahari yang jatuh ke tanah, dan (2) Penurunan suhu, suhu udara bisa diturunkan 5,5°C –11°C, ketika suhu rata-rata udara 32°C, dan ketika suhu rata-rata udara 21°C, bisa turun 2,5 –5,5°C. Pada hutan lebat, 80% radiasi matahari bisa di tangkap daun, cabang dan ranting pepohonan, dan yang mencapai tanah bisa kurang dari 5% sepanjang hari. Permukaan berumput lebih dingin 33% daripada paving, karena rumput dapat menjaga agar suhu konstan, sedangkan paving lebih banyak memantulkan panas. Vegetasi mempunyai efek mendinginkan, hal ini dapat diketahui bahwa sampai siang hari, dibawah pohon lebih dingin 25oC daripada diatas pohon. Ketika malam hari, suhu 1,3oC lebih dingin dari lingkungan sekitarnya. Jadi vegetasi mampu membuang atau mengurangi radiasi sinar matahari dengan baik (Hakim 2012).

(31)

1.3. Pengontrol Radiasi Sinar Matahari

Menurut Robinette (1993), vegetasi dapat mengontrol pengaruh sinar matahari dengan cara : (1) Menyaring radiasi langsung dari sinar matahari, (2) Permukaan tanah mengalami perbedaan suhu setiap saat tergantung radiasi panas yang diterimanya pada permukaan yang berbeda, (3) Melalui penahan radiasi matahari secara keseluruhan, (4) Melalui radiasi yang dipantulkan. Maka dengan pengaturan sinar matahari yang datang dapat memberikan rasa nyaman bagi pengguna tapak dan tidak memberikan efek silau jika sinar matahari terpantul oleh perkerasan pada area CBD, yang pada umumnya banyak perkerasan dan bangunan.

Tipe vegetasi yang digunakan mempengaruhi :

Derajat pengontrolan radiasi sinar matahari, antara lain : (1) tanaman hijau mereduksi sampai 80% penetrasi cahaya, (2) pohon yang berdaun lebat dapat mereduksi penetrasi cahaya antara 51 – 54% dan melindungi dari sinar matahari langsung sepanjang hari, (3) semak dan groundcover (penutup tanah dari rerumputan/soft material) mereduksi suhu dengan absorbsi radiasi dan evaporasi, dan (4) pada siang hari yang panas, rumput bisa mereduksi 5.5 – 7,8oC lebih dingin dari tanah terbuka.

2. Fungsi Estetis dan Arsitektural

Menurut Handayani (1997) Manfaat aspek arsitektural adalah penggolongan jenis vegetasi yang didasarkan pada konsep pembentukan ruang. Membentuk ruang berarti mengolah bidang atau unsur pembentuk ruang, yaitu lantai, dinding dan atap. Penggolongan dengan aspek arsitektural artinya menciptakan ruang dengan unsur tanaman. Ruang dapat diciptakan dengan memodifikasi bidang dasar, bidang vertikal dan bidang pengatap, atau dapat dikatakan membentuk ruang dengan membangun lantai, dinding dan atap. Arsitek akan membentuk bidang-bidang tadi untuk menciptakan ruang-ruang kegiatan dengan bahan buatan seperti ubin, batu-bata, genteng dan sebagainya, sedang Arsitek Pertamanan menggunakan unsur alam yaitu tanaman, selain juga bahan buatan. Rumput atau jenis tanaman ground cover (tanaman penutup tanah) dapat digunakan untuk membentuk bidang dasar (lantai). Tanaman semak dapat digunakan sebagai pembentuk bidang vertikal (dinding). Pohon dapat digunakan untuk membentuk bidang atap/pengatap. Berbagai kesan ruang dapat diciptakan dengan elemen tanaman. ruang dapat bersifat terbuka, semi terbuka, tertutup, intim, publik, semi publik dan sebagainya. Penggolongan jenis tanaman dari aspek arsitektural dikelompokkan ke dalam: tanaman pelantai, tanaman pedinding, tanaman pengatap.

Fungsi estetis tanaman dapat diterapkan untuk:

- Menghubungkan (secara visual) bangunan dengan lingkungan sekitarnya. - Menyatukan dan menyelaraskan lingkungan yang semula tidak beraturan. - Memperkuat titik-titik atau area tertentu dalam lansekap.

- Memperlembut kekakuan unsur arsitektur yang keras. - Membingkai pemandangan (view) yang indah.

- Warna tanaman dapat digunakan untuk menciptakan pusat perhatian pada lansekap.

(32)

menyusun kombinasi tanaman dalam border, memilih tanaman/pohon utama dalam perhitungannya dengan bentuk bangunan. Arsitektural bangunan jangan dirusakkan oleh pemilihan jenis tanaman secara gegabah. Karena salah satu tujuan tata lansekap adalah menunjang keindahan bangunan.

3. Fungsi Ekonomi

- Pengusahaan lahan-lahan kosong menjadi lahan pertanian/perkebunan dan pengembangan sarana wisata hijau perkotaan yang dapat mendatangkan wisatawan.

- Sumber produk yang bisa dijual, seperti tanaman bunga, buah, daun, sayur mayur; bisa menjadi bagian dari usaha pertanian, perkebunan, kehutanan dan lain-lain.

4. Fungsi Sosial

Berbagai ruang terbuka hijau (RTH) yang bernilai sejarah bila dilestarikan dapat meningkatkan potensi turisme, selain itu keberadaan RTH dapat memberikan

fungsi sebagai ruang interaksi sosial, sarana rekreasi, dan sebagai landmark kota yang berbudaya. Bentuk RTH yang berfungsi sosial-budaya antara lain taman-taman kota, lapangan olah raga, kebun raya, TPU dsb.

Secara sosial, tingginya tingkat kriminalitas dan konflik horizontal di antara kelompok masyarakat perkotaan secara tidak langsung juga dapat disebabkan oleh kurangnya ruang-ruang kota yang dapat menyalurkan kebutuhan interaksi sosial untuk pelepas ketegangan yang dialami oleh masyarakat perkotaan. Rendahnya kualitas lingkungan perumahan dan penyediaan ruang terbuka publik, secara psikologis telah menyebabkan kondisi mental dan kualitas sosial masyarakat yang makin buruk dan tertekan (Dwiyanto

2009). Fungsi lain yaitu : Tempat bermain dan olahraga, tempat bersosialisasi, tempat peralihan dan menunggu, tempat mendapatkan udara segar. sarana penghubung antara satu tempat dengan tempat lainnya, pembatas di antara massa bangunan, sarana penelitian, pendidikan dan penyuluhan masyarakat untuk membentuk kesadaran lingkungan, sarana untuk menciptakan kebersihan, kesehatan, keserasian dan keindahan lingkungan.

3 METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

(33)

keterangan : garis kuning batas area BBP Mektan sumber: Google 2010

Gambar 3. Peta Area BBP Mektan berdasarkan Citra Google Maps, 2010

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dan analisis deskriptif. Penelitian yang dilakukan terdiri atas :

1. Pengaruh Bentuk Tajuk dan Jarak dari pohon; Jarak pohon dari bangunan; dan Penutupan RTH terhadap Suhu dan RH pada Area outdoor BBP Mektan. a. Pengaruh Bentuk dan Ukuran Tajuk Pohon dan Jarak Pohon terhadap Suhu

dan RH.

b. Pengaruh Jarak Pohon dari Bangunan terhadap Suhu dan RH dalam bangunan.

2. Pengaruh Penutupan Vegetasi terhadap Suhu dan RH

3. Perencanaan Tata Hijau BBP Mektan untuk Menciptakan Kenyamanan

(34)

Gambar 4. Alur Proses Penelitian sampai dengan Penyusunan Rekomendasi RTH

3.3 Persiapan Penelitian

3.3.1 Persiapan Adminstrasi dan Pra-Survei

Pada tahap penelitian dilakukan persiapan sebelum turun lapang dan pengambilan data seperti persiapan administrasi dan persiapan survei. Pada persiapan administrasi dilakukan pembuatan surat izin yang ditujukan untuk Kantor BBP Mektan Serpong, untuk mendapatkan izin penelitian dan data sekunder. Persiapan pra-survei meliputi kegiatan persiapan alat-alat yang akan digunakan selama penelitian. Alasan dipilihnya Kantor BBP Mekanisasi Pertanian sebagai lokasi penelitian karena kantor ini merupakan salah satu kantor yang tata hijaunya belum tertata sesuai untuk kenyamanan klimatologis. 3.3.2 Jadwal Penelitian

Pelaksanaan kegiatan penelitian adalah sebagai berikut : 1) Pengumpulan data di lapang dari bulan Maret – Juni 2013,

2) Analisa data dan penyusunan tata hijau pada bulan Juli – Oktober 2013, 3) Penyusunan tesis dan seminar dilaksanakan pada bulan November 2013 -

Februari 2014,

4) Jurnal dan Sidang Maret – Agustus 2014.

Persiapan Administrasi dan survei

Studi literature dan pengumpulan data sekunder

Penentuan titik Pengambilan data

outdoor dan indoor

Analisis desktiptif

Analisis data suhu dan kelembaban pada outdoor

Rekomendasi RTH

Analisis pengaruh vegetasi terhadap suhu dan kelembaban terhadap suhu dan kelembaban di dalam dan luar bangunan

Perencanaan tata hijau dalam

desain planting plan

Peta area dan kontur area

Grid pada kontur area

(35)

3.3.3 Pengumpulan Data dan Tahap Survei Lapang

Pada tahap ini dilakukan pengambilan, pengumpulan dan pengecekan data lapang yang dilakukan melalui pengamatan secara langsung, data-data yang diambil dan dikumpulkan meliputi Suhu, kelembaban dan kecepatan angin, kondisi biofisik dan penutupan ruang terbuka hijau (RTH) di area kantor BBP Mektan termasuk data kontur dengan penggunaan GPS untuk mengetahui kondisi topografi kantor dan berbagai jenis data yang dikumpulkan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis Data yang Dikumpulkan

No Jenis Data Parameter Sumber data

1. Letak Batas wilayah, Luas wilayah BBP Mektan

2. Fisik Topografi BBP Mektan

3. Iklim Suhu udara, Kelembaban udara, Kecepatan angin

5. Tanaman Nama spesies ,Bentuk tajuk Ukuran, kepadatan tajuk

Survei

6. Bangunan (Indoor) & (Outdoor)

Suhu, Kelembaban Survei

7. Penyusunan tata hijau - Inventarisasi tapak, Analisa tapak, Sintesa 1. Schematic diagram, 2.Site plan

Data suhu dan kelembaban diperoleh melalui pengukuran yang dilakukan terhadap suhu dan kelembaban dengan menggunakan alat thermo-hygro digital dan untuk pengukuran kecetapan angin digunakan Anemometer, untuk melihat :

3.4 Pengaruh Bentuk Tajuk dan Jarak dari Pohon; Letak Pohon; dan Penutupan RTH terhadap Suhu dan RH pada Area outdoor dan indoor BBP Mektan.

3.4.1 Pengaruh Bentuk dan Ukuran Tajuk Pohon terhadap Suhu dan RH.

(36)

Untuk mengetahui pengaruh struktur RTH terhadap unsur iklim mikro dilakukan analisis dengan parameter penilaian. Parameter-parameter tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 untuk pengamatan pengaruh struktur RTH terhadap suhu udara dan kelembaban udara.

Tabel 2. Jarak Titik Pengamatan Suhu dan RH di Sekitar Pohon dan Data Fisik Pohon yang Diamati serta Kecepatan Angin pada saat Pengamatan.

Tanaman

4. Sapu tangan (Maniltoa grandiflora)

6. Ketapang (Terminalia

catappa)

(37)

Gambar 5. Letak Posisi Pohon dan Bangunan Diamati

Pengamatan suhu, RH dan kecepatan angin pada pohon yang terdapat di

outdoor BBP Mektan, adapun pohon yang diamati yaitu tajuk pohon ( Tajuk Bulat : sapu tangan, glodogan bulat, dan nangka), (Tajuk Kubah : Biola cantik), (Tajuk Kolumnar : melinjo dan glodogan tiang), (Tajuk Bulat terbuka : Ketapang) dan (Tajuk Payung : palem raja).

1. Pohon Sapu Tangan (Maniltoa grandiflora Scheff) :

Pohon sapu tangan adalah jenis tumbuhan yang termasuk dalam famili

Fabaceae. Tanaman sapu tangan berupa pohon dengan tinggi 15 meter. Batang tegak, bulat, percabangan simpodial dan berwarna coklat. Daun berupa daun majemuk, pertulangan daun menyirip, lonjong, tepi rata, ujung dan pangkal daun runcing. Panjang daun 7 sampai 14 cm, lebar 3-8 cm dengan panjang tangkai antara 1-1,5 cm serta berwarna hijau. Indriani, dkk (2013).

Deskripsi kondisi di lapang :

Pada Gambar 5, ditampilkan posisi pohon sapu tangan terletak samping kanan gedung Show window dan data fisik pohon seperti yang terlihat pada Tabel 2. Pada sisi Timur pohon terdapat perkerasan jalan dan bangunan, sedangkan pada sisi Barat pohon terdapat vegetasi lain seperti rumput dan pohon bougenvil.

B. Guest house P. Melinjo

B. Show room B. Kantin

B.Lab.Inst. alat

P.Biola cantik P.Glodogan tiang Kebun percobaan

lap. terbuka lahan uji alat

Kebun karet

B. Auditorium

Parkir B.Show window

Bengkel Kebun mangga

Main gate

P.Palem raja

Main gate

B. Koperasi

P. Nangka

Kebun percobaan

B. Mess Glodogan bulat

(38)

16.5 11 m 5.5 7..5 cm 15 m 22.5 m

P6 P5 P4 P0 P0 P1 P2 P3

sisi Barat sisi Timur

Gambar 6. Pengambilan Data di Lapang pada Pohon Sapu Tangan (Maniltoa grandiflora)

2. Pohon Nangka (Artocarpus heterophyllus)

Nangka tergolong famili Moraceae berbentuk pohon (arbor), dengan tinggi dapat mencapai 25 meter, kayunya berwarna kuning, mengandung getah, percabangan banyak, berdaun rimbun. Bentuk daun memanjang, tepi rata, berwara hijau tua, mengkilat. (Saleh, dkk 2007).

Deskripsi kondisi di lapang

Pada Gambar 5, terlihat posisi pohon nangkaterletak pada bagian belakang gedung bengkel dan data fisik seperti yang terlihat pada Tabel 2. Pada sisi Timur pohon terdapat vegetasi seperti rumput, pohon pisang dan pohon karet, sedangkan pada sisi Barat pohon terdapat jalan dan bangunan bengkel.

18 12 6 6 12 18

P6 P5 P4 P0 P0 P1 P2 P3

sisi Barat sisi Timur

(39)

3. Pohon Glodogan Bulat (Polyalthia fragrans) bertajuk bulat

Pohon glodogan bulat termasuk dalam famili Annonaceae. Bentuk tajuknya bulat. Daunnya berwarna hijau mengkilap, panjangnya 15-20 cm dengan ujung menyempit dan tepinya berombak dari ranting muncul bunga majemuk yang menghasilkan buah bulat besar sebesar 2 cm dan berwarna kuning kehijauan. Berfungsi sebagai tanaman pembatas jalan, peneduh dan pengarah jalan. (Dastina 2009).

Deskripsi kondisi di lapang

Pada Gambar 5 terlihat posisi pohon Glodokan Bulat terletak pada sebelah kiri area parkir dan data fisik seperti yang terlihat pada Tabel 2. Pada sisi Timur pohon terdapat area parkir dan di sis Barat pohon terdapat perkerasan jalan menuju arah pintu gerbang Barat.

21 m 15 m 7.5 m 7 m 14 m 21 m

p6 P5 P4 P0 P0 P1 P2 P3

sisi Barat sisi Timur

Gambar 8. Pengambilan Data di Lapang pada Pohon Glodokan Bulat (Polyalthia fragrans)

4. Pohon Biola cantik (Ficus lyrata)

Pohon Biola cantik merupakan famili Moraceae yang tumbuh baik di dataran rendah sampai dataran sedang, tumbuh sebagai pohon bebas yang berdiri sendiri, dan dapat tumbuh se tinggi 12-15 m. Bentuk daun menyerupai biola dengan panjang 30-45 cm, dengan tekstur kulit dan margin bergelombang. Lunar (2012)

Deskripsi kondisi di lapang

(40)

27 m 18 m 9 m 7 m 14 m 21m

P6 P5 P4 P0 P0 P1 P2 P3

sisi Barat sisi Timur

Gambar 9. Pengambilan Data di Lapang pada Pohon Biola Cantik (Ficus lyrata)

5. Pohon Palem raja (Roystonea regia) bertajuk payung :

Palem raja termasuk famili Arecaceae, merupakan tumbuhan pohon atau panjatan. Palem raja adalah tumbuhan yang tak bercabang dan tumbuh tegak ke atas. Batang berbentuk bulat besar dengan daun di ujung batang seperti mahkota, batang bisa tinggi mencapai 30 m. Daun palem raja memiliki pelepah, tangkai dan helain daun. Daunnya memanjang seperti pedang, memiliki tepi daun yang rata. (Baharuddin 2012)

Deskripsi kondisi di lapang

Pada Gambar 5, terlihat posisi pohon palem raja terletak pada halaman depan kantor BBP Mektan dan data fisik seperti yang terlihat pada Tabel 2. Pada sisi Timur pohon terdapat perkerasan jalan dan bangunan Auditorium sedangkan pada sisi Barat pohon terdapat vegetasi rumput.

9 m 6 m 3m 3m 6m 12m

P6 P5 P4 P0 P0 P1 P2 P3

sisi Barat sisi Timur

(41)

6. Pohon Melinjo (Gnetum gnemon) bertajuk kolumnar

Pohon Melinjo masuk dalam famili: Gnetaceae. Melinjo berperawakan pohon yang ramping, berkelamin dua dan selalu hijau, dengan batang yang lurus sekali, tingginya 5-10 m; kulit batangnya berwarna kelabu, ditandai oleh gelang-gelang menonjol secara nyata; cabang-cabangnya berbagai ukuran dan letaknya melingkari batang, terus sampai di pangkal batang. Cabang itu menebal di pangkalnya. Daun-daunnya berhadapan, berbentuk jorong, berukuran 7,5 - 20 cm X 2,5 - 10 cm; tulang daun sekunder melengkung dan bersatu di ujungnya. (Tampubolon 2013).

Deskripsi kondisi di lapang

Pada Gambar 5, terlihat posisi pohon melinjo terletak pada bagian utara kantor BBP Mektan dan data fisik seperti yang terlihat pada Tabel 2. Pada sisi Timur pohon terdapat perkerasan jalan dan bangunan Audiotrium sedangkan pada sisi Barat pohon terdapat vegetasi rumput.

6 m 4 m 2 m 2.5 m 5 m 7.5 m

P6 P5 P4 P0 P0 P1 P2 P3

sisi Barat sisi Timur

Gambar 11 . Pengambilan Data di Lapang pada Pohon Melinjo (Gnetum gnemon)

7. Glodokan Tiang (Polyalthia longifolia Sonn.) bertajuk kolumnar

Glodokan Tiang masuk dalam famili Annonaceae adalah tanaman dengan tinggi sekitar 25 - 32 meter, batang semu, tegak, lunak, dan warna putih kehijauan. Daunnya menyirip dan bergelombang. Pohon membentuk bangun kolumnar. daunnya glossy berwarna hijau, panjang, dengan tepi daun bergelombang. Umumnya terlihat seperti pohon yang dipenuhi daun sehingga sulit terlihat batangnya, tetapi kadang-kadang cabangnya tidak terumbai ke bawah melainkan horizontal sehingga batangnya dapat terlihat dengan jelas. (Permatasari 2013)

Deskripsi kondisi di lapang

(42)

4.9 2.6 1.3 1.2 2.4 3.6

P6 P5 P4 P0 P0 P1 P2 P3

sisi Barat sisi Timur

Gambar 12. Pengambilan Data di Lapang pada Pohon Glodokan Tiang (Polyalthia longifolia )

8. Pohon Ketapang (Terminalia Catappa) bertajuk bulat terbuka

Pohon ketapang termasuk famili Combretaceae, bertajuk rindang dengan

cabang-cabang yang tumbuh mendatar dan bertingkat-tingkat; pohon yang muda sering nampak seperti pagoda. Tingginya dapat mencapai 35 meter. Daun ketapang lebar berbentuk bulat telur dengan pangkal daun runcing dan ujung daun lebih tumpul. Pertulangan daun sejajar dengan tepi daun berombak. Daunnya meluruh (meranggas) dua kali dalam setahun. (Alamendah 2014)

Deskripsi kondisi di lapang

9. Pada Gambar 5 terlihat posisi pohon ketapang terletak pada di area parkir

dan data fisik seperti yang terlihat pada Tabel 2. Pada sisi Timur pohon terdapat pohon ketapang sedangkan pada sisi Barat pohon terdapat perkerasan jalan.

16.5 m 11 m .5 m 7.5 15 m 22..5 m

P6 P5 P4 P0 P0 P1 P2 P3

Sisi Barat Sisi Timur

Gambar

Gambar 3. Peta Area BBP Mektan berdasarkan Citra Google Maps, 2010
Gambar 4. Alur Proses Penelitian sampai dengan Penyusunan Rekomendasi RTH
Tabel 2. Jarak Titik Pengamatan Suhu dan RH di Sekitar Pohon dan Data Fisik Pohon
Gambar  5. Letak Posisi Pohon dan Bangunan Diamati
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jenis data yang diperlukan untuk menjawab sejauh mana tradisi payango ini berpengaruh terhadap penentuan tata letak pintu utama pada sebuah rumah tinggal adalah data-data

2) Apabila berkas-berkas tersebut telah lengkap, maka akan dilakukan klarifikasi. Akan tetapi bila belum lengkap, maka akan dikembalikan kepada pemohon untuk

Seni merupakan ekspresi diri, yang menggunakan logika imagi citra (dalam seni rupa) sehingga produknya lebih menyentuh wilayah makna (konotatif), lain halnya dengan ilmu

• Penyimpanan benih kedelai selama tiga bulan dengan perlakuan tehnik pengemasan plastic kedap udara memberikan rata-rata daya berkecambah lebih baik dari pada tanpa vakum

Semakin tinggi tingkat probabilitas audit dapat mempengaruhi psikologis wajib pajak, antara lain (1) ketakutan wajib pajak bila teraudit dan ada penggelapan pajak, (2) wajib

Untuk mengetahui apa yang membuat mahasiswa non jurnalistik mengikuti kegiatan ektra kampus yang berhubungan dengan media, padahal jurusan yang mereka pilih tidak

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ingin mengetahui hubungan antara asupan asam lemak linoleat dan kadar Hb dengan kejadian dysmenorrhea pada