• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skenario Pengembangan Wilayah Berbasis Daerah Irigasi (DI Cihea Kabupaten Cianjur)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Skenario Pengembangan Wilayah Berbasis Daerah Irigasi (DI Cihea Kabupaten Cianjur)"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

SKENARIO PENGEMBANGAN WILAYAH BERBASIS

DAERAH IRIGASI

(STUDI KASUS : DI CIHEA KABUPATEN CIANJUR

)

ENDANG PURNAMA DEWI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis berjudul Skenario Pengembangan Wilayah Berbasis Daerah Irigasi (Studi Kasus : DI Cihea Kabupaten Cianjur) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2015

Endang Purnama Dewi

(4)

RINGKASAN

ENDANG PURNAMA DEWI. Skenario Pengembangan Kawasan Berbasis Daerah Irigasi (Studi kasus : Daerah Irigasi Cihea Kabupaten Cianjur). Dibimbing oleh M.YANUAR J PURWANTO dan ASEP SAPEI.

Pengembangan wilayah bertujuan untuk mendorong laju pertumbuhan suatu wilayah, dengan meningkatkan kesejahteraan petani dan mengurangi kesenjangan antar wilayah. Pada prinsipnya, pengembangan wilayah bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dengan indikator pendapatan perkapita yang merata. Di daerah irigasi, pengembangan wilayah juga bisa menambah pendapatan kawasan dengan meningkatkan nilai tambah produk. Dalam Rencana Tata Ruang dan Wilayah Cianjur (RTRW) 2013-2031, Daerah Irigasi Cihea direncanakan akan dikonversi menjadi areal industri seluas 4209,903 ha. Penelitian ini bertujuan untuk menyediakan arahan strategi untuk Daerah Irigasi Cihea sebagai implementasi dari RTRW.

Dalam sistem irigasi, ada sumber daya air dan aktivitas pertanian dengan komoditas pertanian yang bisa diarahkan untuk pengembangan wilayah sebagai implementasi RTRW. Sumber daya ini yang akan dipertimbangkan dalam penelitian ini. Berdasarkan perhitungan neraca air dan produksi kawasan, maka daerah ini berpotensi sebagai daerah industri dengan pengolahan bahan baku pertanian.

Sebagai hasilnya, konversi lahan yang seharusnya diperbolehkan hanya 16 persen. Berdasarkan skenario, sumber daya air mampu mengairi lahan seluas 5.484 ha dengan pola tanam padi-padi-palawija dengan debit andalan minimum terjadi pada bulan september yaitu 0,553 m3/detik. Jumlah produksi dari bahan baku pertanian diproses menjadi chiki dan cereal, sehingga bisa memberikan

pendapatan petani sebesar Rp 2.461.706,- per musim tanam. Berdasarkan analisis spasial dengan metode overlay dan pembobotan maka diperoleh desa yang bisa dilakukan pengembangan. Desa-desa tersebut mencakup daerah yaitu Ciranjang, Sukaratu, Sindangjaya, Sindangsari, Bojongpicung, Kertajaya, dan Hegarmanah.

(5)

SUMMARY

ENDANG PURNAMA DEWI. Scenario of regional planning based on irrigation system of Cihea (Case Study : Cihea Irrigation System of Cianjur). Supervised by M.YANUAR J PURWANTO and ASEP SAPEI.

Regional development is targeted to make better growth in the rural area, by improving farmer’s welfare and minimizing the gap among the regions. In particular, the developement aims to increase farmers income percapita as an income indicators of developement in rural area. In the irrigation area, the regional development can also increase the domestic revenue by providing value

added program in this region. The existing regional plan (RTRW) of Cianjur in 2013 –2031 a part of the study area (Cihea irrigation system) are planned to be converted in to industrial area, it reaches 4209.903 ha. This research aims to provide an irrigation system based developement strategy for guiding to the implementation of the RTRW.

In the irrigation system, there are water resources and agricultural activities, mostly in food comodities. These resources will be considered in the study in order to achieve the target of rural development as for the implemention of RTRW. In this research, it analyzed suply and demand of irrigation, based on water balance calculation and farm production, the prospective industrial area in the region for processing the raw product of farming.

As the result, The agricultural land convertion should be targeted into processing plant for rice. By these scenarios, the water resources were able to irrigate area of 5484 ha with cropping pattern of rice-rice -secondary foodcrop as the minimum discharge occured in September its about 0.553 m3/second. The total production of this raw agricultural product can be processed to rice snack and cereal beisde of rice, thus being able to gave income of farmer to Rp 2 461 706,- per planting season.based on spatial analyze, the area which is can be developed are Ciranjang, Sukaratu, Sindangjaya, Sindangsari, Bojongpicung, Kertajaya, dan Hegarmanah.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)
(8)
(9)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Teknologi Industri Pertanian

SKENARIO PENGEMBANGAN WILAYAH BERBASIS

DAERAH IRIGASI

(STUDI KASUS : DI CIHEA KABUPATEN CIANJUR

)

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

(10)
(11)

Judul Tesis : Skenario Pengembangan Wilayah Berbasis Daerah Irigasi (DI Cihea Kabupaten Cianjur)

Nama : Endang Purnama Dewi NIM : F451120041

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr.Ir.M.Yanuar J Purwanto,MS Ketua

Prof.Dr.Ir.Asep Sapei,MS Anggota

Diketahui oleh

Tanggal Ujian: 22 Desember 2014 Tanggal Lulus: Ketua Program Studi

Teknik Sipil dan Lingkungan

Dr.Ir.Satyanto K Saptomo,M.Sc

Dekan Sekolah Pascasarjana

(12)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga tesis dengan judul “Skenario Pengembangan Wilayah Berbasis Daerah Irigasi (Studi Kasus : DI Cihea Kabupaten Cianjur)” dapat diselesaikan dengan baik.

Terima kasih penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang membantu dalam penyusunan tesis ini, yaitu kepada :

1. Bapak Dr.Ir.M.Yanuar J Purwanto, MS. dan Bapak Prof.Dr.Ir.Asep Sapei,MS. selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

2. Selanjutnya terimakasih juga penulis ucapkan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur (BAPPEDA, PU dan DINAS PERTANIAN) yang telah memberikan dukungan dan memberikan data – data penelitian.

3. Dr.Yudi Setiawan,SP,M.Sc selaku penguji luar komisi dan Dr.Yudi Chadirin,S.TP,M.Agr selaku penguji wakil program studi saat pelaksanaan ujian sidang atas segala arahan dan saran perbaikan yang diberikan kepada penulis.

4. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ahmad Rabai dan Ibu Mega Wati selaku orang tua penulis yang memberikan semangat, cinta, kasih sayang dan doa. Terimakasih juga buat adik-adik (Edwin, Helmi, Rahmad, Satria, Kiki, Ali dan Icha) atas doa-doanya. At least but not the last terima kasih buat Muhammad Amin,S.HI,MH atas doa dan semangat nya. 5. Terimakasih juga kepada Dirjen Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan

dan Kebudayaan atas Beasiswa Unggulan yang telah diberikan kepada Penulis. 6. Rekan-rekan mahasiswa Pasca Sarjana Teknik Sipil dan Lingkungan Angkatan

2012 atas segala dukungan dan kebersamaannya.

7. Rekan-rekan mahasiswa Pasca Sarjana Teknik Sipil dan Lingkungan 2013 ( Eris dan Ijah) terimakasih atas bantuannya selama penelitian.

Semoga tesis ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2015

(13)

DAFTAR ISI

Pengertian pembangunan dan perencanaannya 5

Penggunaan dan kemampuan lahan 6

Pengelolaan air di kawasan pertanian 7

Ketersediaan air 7

Kebutuhan air irigasi 8

Ruang lingkup kawasan agroindustri 8

Pengertian pengembangan wilayah 9

Sistem informasi geografis 10

3 METODE PENELITIAN 12

Kerangka piikir penelitian 12

Lokasi dan waktu penelitian 13

Bahan dan alat penelitian 13

Metode analisis data 13

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 18

Kondisi kawasan daerah irigasi cihea 18

Kemiringan lahan 23

Rencana struktur kabupaten cianjur 24

Perencanaan nilai tambah dan industri hilir 25

Analisis ketersediaan dan kebutuhan air 29

Neraca air dengn kondisi luasan eksisting 32

Neraca air dengn kondisi luasan setelah konversi 33

Menentukan lokasi pengembangan 34

5 SIMPULAN DAN SARAN 41

Simpulan 41

Saran 41

(14)

DAFTAR TABEL

Skor kelas untuk faktor bahan baku 15

Skor kelas untuk faktor pasar 15

Skor kelas untuk saluran irigasi 15

Skor kelas untuk faktor jalan 16

Skor kelas untuk energi 16

Data infrastruktur daerah irigasi cihea 18

Jumlah petani tiap desa 19 Wilayah administrasi daerah irigasi cihea 20

Penggunaan lahan daerah irigasi cihea 22 Deskripsi kelas lereng 23

Luasan lahan terkonversi menjadi kawasan industri 24 PDRB Kabupaten Cianjur 26 Luasan lahan sawah yang dikonversi untuk tiap desa 29

Luasan lahan bukan sawah yang terkonversi 38

Hasil produksi kedelai tiap kecamatan di DI Cihea 39 Perbandingan revenue kedelai sebelum pengolahan 39

Revenue beberapa hasil olahan kedelai 40

(15)

DAFTAR GAMBAR

Skema kaitan antara perencanaan dan pembangunan dalam sebuah

pembangunan yang berencana 5

Diagram alir kerangka pikir penelitian 12 Diagram alir penelitian 17 Kondisi real saluran irigasi DI Cihea 19 Peta lokasi penelitian 20 Peta tata guna lahan di sekitar Daerah Irigasi Cihea 21

Peta kemiringan lahan 23 Peta rencana kawasan industri 24

Grafik revenue kawasan dengan konversi lahan 24 Revenue kawasan dengan skenario 2 27

Revenue kawasan dengan skenario 1 dan 2 28

Grafik lahan yang optimal untuk terkonversi 29

Curah hujan rata-rata daerah Irigasi Cihea 30

Curah hujan efektif harian 30

Peta jaringan irigasi 31

Debit andalan 32

Grafik neraca air eksisting DI Cihea 32

Perbandingan kebutuhan air sebelum dan sesudah konversi lahan 33

Grafik konversi lahan terhadap penurunan bahan baku 33

Peta hasil skoring bahan baku 35 Peta jaringan jalan 35

Peta hasil skoring kriteria jalan 36

Peta hasil skoring pasar 37

Peta hasil skoring saluran irigasi 37

Peta wilayah pengembangan agroindustri 38

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Data debit harian sungai cisokan 46

Pola tanam DI Cihea 54

(17)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan pertanian merupakan bagian terpenting yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi dan pembangunan nasional. Mengingat selama ini sebagian besar kawasan di negara ini dari segi struktur perekonomiannya lebih didominasi oleh sektor pertanian dibandingkan sektor lainnya. Pembangunan pertanian menggambarkan suatu usaha pertumbuhan sektor pertanian yang tinggi sekaligus perubahan pada masyarakat tani dari yang kurang baik menjadi yang lebih baik. Pembangunan sektor pertanian diarahkan untuk mencapai berbagai tujuan, antara lain meningkatkan produksi pangan, memperbaiki tingkat hidup para petani, menciptakan lapangan pekerjaan di perdesaan dan meningkatkan perekonomian nasional.

Pembangunan perdesaan menjadi kawasan berbasis komoditas unggulan pada umumnya tidak memperhitungkan mengenai pengolahan lanjut komoditas tersebut, oleh karena itu pengembangan kawasan berbasis daerah irigasi merupakan alternatif solusi untuk pengembangan wilayah berdasarkan pemanfaatan sumber daya air dan lahan yang ada. Kawasan ini diartikan sebagai sistem fungsional desa-desa yang ditunjukkan dari adanya hirarki keruangan desa yakni dengan adanya industri hilir untuk produk-produk pertanian. Disamping itu, Kawasan ini juga dicirikan dengan kawasan pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis yang diharapkan dapat melayani dan mendorong kegiatan-kegiatan pembangunan pertanian di wilayah sekitarnya.

Dalam pengembangannya, kawasan tersebut tidak bisa terlepas dari pengembangan sistem pusat-pusat kegiatan nasional dan sistem pusat kegiatan pada tingkat Kabupaten. Hal ini disebabkan, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) merupakan kesepakatan bersama tentang pengaturan ruang wilayah. Terkait dengan Rencana Tata Ruang Nasional (RTRWN), maka pengembangan kawasan harus mendukung pengembangan kawasan andalan. Dengan demikian tujuan pembangunan nasional dapat diwujudkan.

Daerah Irigasi Cihea Kabupaten Cianjur sesuai dengan RTRW Kabupaten Cianjur tahun 2013 akan dijadikan sebagai daerah industri. Hal tersebut akan berdampak terhadap penggunaan lahan yang sebagian besar adalah daerah pertanian. Oleh karena itu dibutuhkan kajian untuk menganalisis penggunaan lahan yang bisa dikembangkan namun tidak berdampak negatif terhadap daerah pertanian. Pada dasarnya setiap daerah memiliki potensi dan kondisi sumber daya lahan yang berbeda satu sama lain. Pemanfaatan lahan yang belum tepat akan berdampak pada pendapatan masyarakat atau daerahnya. Dan sebaliknya daerah dengan adanya pengelolaan sumber daya lahan dan air yang tepat dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil pertanian dan dapat diolah menjadi produk hilir yang memiliki nilai tambah tinggi sehingga pendapatan yang dihasilkan pun lebih besar.

(18)

utama dalam kerangka pembangunan sumber daya air. Mengingat tingkat kepentingannya yang sangat strategis maka perlu diupayakan pengelolaan irigasi secara berkelanjutan. Hal tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa prioritas utama pembangunan pengairan di Indonesia masih ditujukan pada pengelolaan irigasi untuk menunjang sektor pertanian.

Kerangka pikir penelitian

Pembangunan merupakan kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka mengelola sumber daya yang dimiliki suatu daerah. Pengembangan wilayah harus berdasar pada sektor yang ada pada daerah tersebut. Selain memperhatikan sektor-sektor yang ada, faktor-faktor dasar seperti sumber daya alam, sumber daya manusia, modal, teknologi dan kelembagaan juga harus diperhatikan. Oleh karena itu adanya sektor yang berkontribusi terhadap pendapatan dan kesejahteraan masyarakat setempat namun belum maksimal untuk dikembangkan perlu diprioritaskan.

Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap laju pertumbuhan perekonomian dan dapat menciptakan peningkatan ketahanan pangan di Kabupaten Cianjur. Oleh karena itu diperlukan penelitian yang dapat menganalisis dan mengidentifikasi wilayah yang dapat dikembangkan menjadi areal industri yang berbasis sektor pertanian yang didasarkan pada potensi wilayah, dengan mengacu pada aspek spasial,teknis dan sosial ekonomi. Aspek spasial didasarkan pada RTRW kabupaten Cianjur untuk menjadikan sebagian Daerah Irigasi Cihea menjadi kawasan industri, aspek teknis yaitu ketersedian dan kebutuhan air di Daerah Irigasi Cihea, dan aspek sosial ekonomi yaitu aspek yang menyangkut pengembangan dan skenario untuk meningkatkan pendapatan kawasan dengan adanya proses industri hilir.

Kesesuaian lahan adalah penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan lahan tertentu. Kelas kesesuaian lahan berbeda-beda tergantung penggunaan jenis lahannya. Di dalam penelitian ini, potensi pengembangan wilayah diperoleh dari overlay peta penggunaan lahan yang di overlay dengan

(19)

Perumusan Masalah

Pengembangan wilayah merupakan salah satu program pembangunan yang bertujuan untuk mendorong laju pertumbuhan suatu wilayah, memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup di wilayah tertentu, serta memperkecil kesenjangan pertumbuhan dan ketimpangan kesejahteraan antar wilayah. Pada prinsipnya, pengembangan wilayah bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dengan indikator pendapatan perkapita yang merata dan tingkat pengangguran yang rendah. Pengembangan wilayah dilaksanakan melalui optimasi pemanfaatan sumberdaya yang dimiliki secara harmonis, serasi dan terpadu melalui pendekatan yang bersifat komperehensif mencakup aspek fisik,ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan hidup untuk pembangunan berkelanjutan

.

Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kabupaten sentra padi di Jawa Barat. Sektor pertanian masih merupakan lapangan pekerjaan yang dominan dan penyumbang pendapatan domestik regional bruto (PDRB) terbesar yakni 47,65%. Oleh karena itu produktivitas tanaman pangan khususnya padi perlu terus ditingkatkan. Produksi padi pada tahun 2012 mencapai sekitar 832.193 ton. Pada tahun 2012, produksi padi di Kabupaten Cianjur mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 7,59 persen. Sedangkan produktivitas padi sebesar 60,12 kuintal/ha. Meskipun pada tahun 2012 produksi padi meningkat, namun apabila dilihat dari luas tanam sebaliknya malah mengalami penurunan. Luas tanam padi sawah pada tahun 2011 yaitu 138.042 Ha menurun menjadi 137.027 Ha pada tahun 2012. Kondisi ini bisa menggambarkan terjadinya alih fungsi lahan.

Pertanian merupakan sektor basis perkembangan ekonomi Kabupaten Cianjur. Walaupun demikian pada saat ini, sektor pertanian belum berkembang kearah industrialisasi pengolahan penunjang sektor pertanian yang merupakan tahapan yang lebih maju dari pembangunan sektor pertanian saja serta industri penghasil sarana produksi pertanian. Beberapa hal yang menunjukkan hal tersebut antara lain berkaitan dengan penggunaan lahan, petani, produksi maupun distribusi.

Dengan melihat Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) terbesar yakni 47,65%. tersebut menunjukkan bahwa perhatian pembangunan wilayah Kabupaten Cianjur harus lebih banyak terfokus kepada bidang pertanian. Dalam hal ini bukan tetap harus mempertahankan keberadaan bidang pertanian dengan segala ciri tradisionalnya, namun harus lebih mengarah kepada transformasi modern atau industrialisasi pertanian yang mampu memberikan nilai tambah terhadap sektor pertanian. Austin (1992) menyatakan bahwa alasan diperlukan pengembangan industri khususnya agroindustri adalah karena sektor pertanian membutuhkan industri ekstraktif yang mampu mengolah seluruh hasil-hasil pertanian dan sektor industri membutuhkan bahan baku dalam proses pengolahannya.

(20)

berupa peningkatan nilai hasil dari sektor pertanian dan penyerapan tenaga kerja sektor industri yang lebih besar sehingga akan meningkatkan pendapatan masyarakat. Oleh karena itu diperlukan pengembangan kawasan berbasis daerah irigasi untuk menghasilkan nilai tambah bagi sektor pertanian.

Di areal pertanian pedesaan pada lahan sawah beririgasi teknis ditemukan lahan – lahan yang tidak dimanfaatkan, sementara dari segi ketersediaan air seharusnya daerah irigasi dapat dimanfaatkan secara optimal dengan produktivitas lahan yang tinggi. Selain itu umumnya pendapatan petani berasal dari hasil penjualan padi yang harga jual relatif lebih rendah dibandingkan dengan harga jual beras. Hal ini menyebabkan keuntungan petani relatif kecil dan belum dapat memenuhi kebutuhan hidup layak. Timbul beberapa pertanyaan dalam rangka peningkatan kesejahteraan petani di Daerah Irigasi Cihea Cianjur secara khusus dan kesejahteraan petani Indonesia secara umum, yaitu :

1) Bagaimana ketersediaan air di daerah irigasi?

2) Bagaimana skenario pengembangan wilayah irigasi sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan petani?

3) Produk hilir apa yang bisa dikembangkan untuk industri di sektor pertanian?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

a. Mengetahui potensi yang dimiliki oleh Daerah Irigasi, yaitu dalam hal pengembangan kawasan di sekitar daerah irigasi yang terkait dengan ketersediaan air di Daerah Irigasi Cihea.

b. Menetapkan dan memprediksi kebutuhan lahan kawasan industri berbasis Daerah Irigasi untuk peningkatan revenue kawasan

c. Memberikan rekomendasi lokasi kawasan industri sebagai bahan pertimbangan pemerintah daerah dalam memilih kawasan yang tepat.

Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi mengenai wilayah - wilayah di sekitar irigasi yang berpotensi sebagai wilayah pengembangan

(21)

2 TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Pembangunan dan Perencanaannya

Pembangunan adalah perubahan kearah kondisi yang lebih melalui upaya yang dilakukan secara terencana. Pembangunan adalah pembaharuan yang juga merupakan suatu bentuk perubahan ke arah yang dikehendaki tetapi lebih terkait dengan nilai-nilai atau sistem nilai.

Soekartawi (1990) menjelaskan bahwa pembangunan dapat berarti pertumbuhan dan pemerataan. Pertumbuhan yang dimaksudkan adalah pertumbuhan ekonomi yang lebih baik, sedangkan perubahan sosial dapat diartikan lebih luas, misalnya pemerataan, apakah itu pemerataan pendapatan, pemerataan hasil-hasil pembangunan, pemerataan keadilan, atau lainnya.

Perencanaan dianggap sebagai ”alat” pembangunan, karena perencanaan memang merupakan alat strategis dalam menuntun jalannya pembangunan. Secara skematis, dan alasan praktis dari perlunya penelitian dilakukan, dan bagaimana masalah tersebut dapat dipecahkan dan manfaat dari penyelesaian masalah. Kaitan antara aspek perencanaan dan pembangunan dapat digambarkan seperti pada Gambar 1. (Soekartawi, 1990).

Gambar 1. Skema kaitan antara perencanaan dan pembangunan dalam sebuah pembangunan yang berencana (Soekartawi, 1990)

Perencanaan merupakan salah satu dari empat fungsi manajemen yang penting dan saling terkait. Empat fungsi manajemen tersebut adalah merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan mengendalikan. Merencanakan (to plan) membutuhkan pemahaman dimana posisi daerah dan

kemana mau melangkah ke depan, bagaimana formulasi visi dan misi serta strategi apa yang dipiloih untuk mencapai target. Mengorganisasikan (to organize)

adalah bagaimana pemimpin daerah mengelola semua sumber daya yang dimiliki , baik sumber daya manusia (SDM) maupun sumber daya alam (SDA) untuk melakukan apa yang sudah direncanakan. Mengarahkan (to direct) adalah

bagaimana pemimpin mengarahkan sumber daya agar mencapai visi, misi dan target yang telah direncanakan dan ditetapkan dengan memberi motivasi dan melakukan komunikasi secara terus menerus. Mengendalikan (to control)

merupakan fungsi terakhir yang intinya mengevaluasi dan melaporkan kinerja organisasi dan daerahnya.

Perencanaan didefenisikan sebagai suatu proses berkesinambungan yang mencakup keputusan – keputusan atau pilihan – pilihan berbagai alternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan – tujuan teretentu pada masa yang akan datang. Berdasarkan defenisi tersebut, terdapat empat elemen dasar

Perencanaan Pembangunan

(22)

perencanaan, yaitu (1) merencanakan berarti memilih, (2) perencanaan merupakan alat pengalokasian sumber daya, (3) perencanaan merupakan alat mencapai tujuan, (4) perencanaan untuk masa depan.

Maka dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Perencanaan Pembangunan adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan yang melibatkan berbagai unsur didalamnya guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber-sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan, wilayah atau daerah dalam jangka waktu tertentu.

Penggunaan dan Kemampuan Lahan

Menurut Sitorus (2001) bahwa lahan merupakan bagian dari bentang lahan

(landscape) yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim,

topografi/relief, hidrologi termasuk keadaan vegetasi alami yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan.

Kemampuan lahan (land capability) menunjukkan potensi atau kapasitas

lahan untuk berbagai penggunaan lahan secara umum yang dapat diusahakan di suatu wilayah. Semakin banyak jenis tanaman/jenis penggunaan lahan yang dapat dikembangkan atau diusahakan di suatu wilayah, maka kemampuan lahan tersebut semakin tinggi (Sitorus, 2001).

Rencana penggunaan lahan harus disesuaikan atau tergantung dari kemampuan sumberdaya lahan itu sendiri untuk dapat diusahakan bagi suatu penggunaan tertentu. Oleh karena itu terlebih dahulu harus diketahui potensi dari sumberdaya lahan itu sendiri untuk dapat mendukung suatu kegiatan usahatani tertentu serta tindakan-tindakan yang diperlukan agar lahan tersebut dapat memberikan hasil yang baik secara berkesinambungan (Purwanto, 2003).

Untuk mengkaji penetapan kebutuhan lahan teknis untuk pengembangan kawasan pertanian diperlukan suatu pemahaman tentang hubungan (relevansi)

(23)

Pengelolaan Air Di Kawasan Pertanian

Sumber daya air adalah salah satu unsur yang harus disediakan dalam strategi pembangunan dan pengembangan pertanian. Dalam usaha budidaya tanaman faktor ketersediaan air harus dipertimbangkan agar terhindar dari resiko kegagalan panen, air akan berfungsi memberikan lingkungan tumbuh yang baik bagi tanaman dan juga berperan dalam proses fisiologi tanaman (Nusa, 1991). Menurut Ahmad (2003) air terbatas menurut waktu, tempat dan jumlah air yang tersedia diatas permukaan bumi, untuk itu perlu diusahakan penyediaan air yang cukup agar tidak menimbulkan kekurangan air.

Menurut Nusa (1991) sistem irigasi dapat diartikan sebagai satu kesatuan yang tersusun dari berbagai komponen, menyangkut upaya penyediaan, pembagian, pengelolaan dan pengaturan air dalam rangka meningkatkan produksi pertanian. Beberapa komponen dalam sistem irigasi diantaranya adalah : (a) siklus hidrologi (iklim, air atmosferik, air permukaan, air bawah pemukaan), (b) kondisi fisik dan kimiawi (topografi, infrastruktur, sifat fisik dan kimiawi lahan) ,(c) kondisi biologis tanaman, (d) aktivitas manusia (teknologi, sosial, budaya, ekonomi).

Pengelolaan air di kawasan pertanian dimaksudkan agar produktivitas lahan menjadi meningkat dengan memberikan fasilitas irigasi dan drainase. Kemampuan lahan untuk dapat berproduksi sepanjang tahun menjadi tujuan utama irigasi sehingga lahan dapat mensuplai bahan baku hasil pertanian untuk keperluan industri pengolahan. Drainase sangat menentukan keberhasilan panen pada musim penghujan.

Pengertian irigasi, bangunan irigasi, daerah irigasi, dan petak irigasi dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 23/1982 Ps 1, adalah :

 Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian.

 Jaringan irigasi adalah saluran dan bangunan yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan, pengambilan, pemberian dan penggunaannya.

 Daerah irigasi adalah kesatuan wilayah yang mendapat satu jaringan irigasi.

 Petak irigasi adalah petak tanah yang memperoleh air irigasi.

Dari tahun ke tahun keperluan air terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk serta perkembangan pembangunan di segala sektor. Sedangkan ketersediaan air belum tentu dapat mencukupi kebutuhan air tersebut oleh karena itu sangat diperlukan pengaturan penyediaan air dan pengalokasian air yang efektif dan efisien (Astuti, 2003). Demikian pula dalam usaha pengembangan lahan teknis dimana perlu dilakukan pengelolaan sumberdaya air yang baik sehingga ketersediaan air untuk lahan tersebut tetap terpenuhi sepanjang tahun.

Ketersediaan Air (Debit Andalan)

(24)

debit minimum sungai dengan kemungkinan debit terpenuhi dalam prosentase tertentu, misalnya 90%, 80% atau nilai prosentase lainnya, sehingga dapat dipakai untuk berbagai kebutuhan. Debit andalan pada umumnya dianalisis sebagai debit rata-rata untuk periode 10 hari, setengah bulanan atau bulanan. Kemungkinan tak terpenuhi dapat ditetapkan 20%, 30% atau nilai lainnya untuk menilai tersedianya air berkenaan dengan kebutuhan pengambilan (diversion requirement). Debit andalan dihitung berdasarkan data debit harian yang tersedia selama 10 tahunan. Debit Andalan digunakan untuk mengetahui sejauh mana ketersediaan air irigasi bisa terpenuhi.

Dalam menentukan besarnya debit andalan dengan peluang 80% digunakan probabilitas Metode Weibull dengan rumus :

% tumbuh secara normal. Untuk tumbuh secara normal tersebut menyangkut kebutuhan untuk pembasahan tanah, pengolahan tanah, pertumbuhan tanaman dan pematangan butir. Disamping dipengaruhi pula oleh jenis tanaman, periode pertumbuhan, sifat tanah, keadaan iklim dan keadaan topografi.

Sedangkan kebutuhan air untuk irigasi tergantung pada besarnya kebutuhan air untuk pengolahan tanah dan penjenuhan, nilai consumtive use

(kebutuhan masa pertumbuhan), perkolasi, genangan hujan effective dan besarnya kehilangan air selama penyaluran (effisiensi irigasi). Untuk tanaman palawija masih harus tergantung dari faktor tampungan air hujan yang tergantung dari jenis tanamannya dan dalamnya akar.

Secara garis besar kebutuhan air irigasi ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut : (a) Penyiapan Lahan, (b) Penggunaan consumtive, (c) Perkolasi, (d) Penggantian lapisan air (untuk padi), (e) Curah hujan efektif dan (f) Efisiensi Irigasi.

Ruang Lingkup Kawasan Agroindustri

Menurut Jayadinata, 1999, bahwa kegiatan produksi industri

(manufactural industries) adalah kegiatan manusia dalam mengubah barang

mentah menjadi barang yang lebih berguna atau barang industri, yaitu barang setengah jadi dan barang jadi. Dalam kegiatan industri akan terdapat penambahan nilai atau value adding.

Agroindustri merupakan bagian dari kegiatan agribisnis yang mencakup empat sub yaitu : (a) sub agroindustri hulu (Up-stream Agribusiness) dimana

(25)

pertanian primer, (c) sub agribisnis hilir (Down-stream Agribusiness) merupakan kegiatan ekonomi yang mengolah komoditas pertanian primer menjadi produk olahan baik untuk produk antara (intermediate product) maupun bentuk produk

akhir (finished product), termasuk industri pengolahan, industri farmasi dan kecantikan beserta kegiatan perdagangan produknya, dan (d) sub jasa penunjang

(Supporting sub system) merupakan kegiatan yang menyediakan jasa bagi ketiga

sub agribisnis diatas, termasuk industri keuangan, infrastruktur, penelitian dan pengembangan (Sukandar, 2000).

Agroindustri akan dijadikan sebagai pusat pengembangan suatu kawasan pertanian. Agroindustri berperan dalam peningkatan nilai tambah, peningkatan lapangan kerja, yang selanjutnya akan memperluas sektor jasa/pelayanan, peningkatan sarana dan prasarana, kemudian memberikan keuntungan bagi seluruh pihak yang terlibat (Anwar 1999). Wilayah yang dijadikan agroindustri sebaiknya memiliki sumber daya yang potensial seperti sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya buatan dan sumber daya sosial. Di kawasan agroindustri itu akan dilihat komoditas yang bisa dikembangkan dan dijadikan bahan baku industri. Selain itu sarana dan prasarana pendukung juga harus tersedia sehingga kawasan itu akan mudah berkembang.

Pengertian Pengembangan Wilayah

Pengembangan wilayah merupakan usaha memberdayakan suatu masyarakat yang berada di suatu daerah untuk memanfaatkan sumber daya alam yang terdapat di sekeliling mereka dengan menggunakan teknologi yang relevan dengan kebutuhan dan bertujuan meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang bersangkutan. Pada umumnya pengembangan wilayah mengacu pada perubahan produktivitas wilayah, yang diukur dengan peningkatan populasi penduduk, kesempatan kerja, tingkat pendapatan, dan nilai tambah industri pengolahan. Selain definisi ekonomi, pengembangan wilayah mengacu pada pengembangan sosial, berupa aktivitas kesehatan, pendidikan, kualitas lingkungan, kesejahteraan dan lainnya. Pengembangan wilayah lebih menekankan pada adanya perbaikan wilayah secara bertahap dari kondisi yang kurang berkembang menjadi berkembang, dalam hal ini pengembangan wilayah tidak berkaitan dengan eksploitasi wilayah.

Pengembangan wilayah dalam jangka panjang lebih ditekankan pada pengenalan potensi sumber daya alam dan potensi pengembangan lokal wilayah yang mampu mendukung (menghasilkan) pertumbuhan ekonomi, dan kesejahteraan sosial masyarakat, termasuk pengentasan kemiskinan, serta upaya mengatasi kendala pembangunan yang ada di daerah dalam rangka mencapai tujuan pembangunan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dalam rencana pembangunan nasional, pengembangan wilayah lebih ditekankan pada penyusunan paket pengembangan wilayah terpadu dengan mengenali sektor strategis (potensial) yang perlu dikembangkan di suatu wilayah (Friedmann & Allonso, 2008)

Sedangkan pengembangan wilayah sangat dipengaruhi oleh komponen-komponen tertentu seperti (Friedman and Allonso, 2008):

(26)

daya lokal harus dikembangkan untuk dapat meningkatkan daya saing wilayah tersebut.

b) Pasar, Merupakan tempat memasarkan produk yang dihasilkan suatu wilayah sehingga wilayah dapat berkembang.

c) Tenaga kerja, Tenaga kerja berperan dalam pengembangan wilayah sebagai pengolah sumber daya yang ada.

d) Investasi, Semua kegiatan dalam pengembangan wilayah tidak terlepas dari adanya investasi modal. Investasi akan masuk ke dalam suatu wilayah yang memiliki kondisi kondusif bagi penanaman modal.

e) Kemampuan pemerintah, Pemerintah merupakan elemen pengarah pengembangan wilayah. Pemerintah yang berkapasitas akan dapat mewujudkan pengembangan wilayah yang efisien karena sifatnya sebagai katalisator pembangunan.

f) Transportasi dan Komunikasi, Transportasi dan komunikasi berperan sebagai media pendukung yang menghubungkan wilayah satu dengan wilayah lainnya. Interaksi antara wilayah seperti aliran barang, jasa dan informasi akan sangat berpengaruh bagi tumbuh kembangnya suatu wilayah.

g) Teknologi, Kemampuan teknologi berpengaruh terhadap pemanfaatan sumber daya wilayah melalui peningkatan output produksi dan keefektifan kinerja sektor-sektor perekonomian wilayah.

Sistem Informasi Geografis (SIG)

Geographic Information System (GIS) atau yang biasa dikenal dengan

Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu sistem basis data di mana sebagian besar data spasial diindeks, dan seperangkat prosedur spasial dioperasikan berdasarkan koordinat geografi tertentu untuk menjawab pertanyaan tentang entitas spasial dalam geodatabase yang dimiliki (Smith, 1987). Menurut

Aronoff (1989), sistem informasi geografi didefinisikan sebagai suatu sistem berbasis komputer yang memiliki kemampuan dalam menangani data bereferensi geografi melalui proses pemasukan data, manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan kembali), manipulasi dan analisis data, serta keluaran sebagai hasil akhir (output). Hasil akhir (output) dapat dijadikan acuan dalam pengambilan

keputusan pada masalah yang berhubungan dengan geografi. Dalam perkembangannya, SIG berbasis komputer dimulai pada awal tahun 1960an dan penerapan SIG pada komputer berbasis desktop dimulai pada era 1990an (Starr,

1991).

Penggunaan SIG memiliki sejumlah keunggulan yang tidak dimiliki oleh pemetaan secara konvensional. Efisiensi dan efektivitas dalam menyelesaikan dan memecahkan persoalan yang terkait dengan lokasi atau ruang menjadi pilihan yang tepat. Selain itu, dalam upaya perencanaan dan pemecahan permasalahan lingkungan diperlukan pula kemampuan prediksi dengan data yang terus diperbarui. Kemampuan tersebut mampu dipenuhi oleh SIG yang didukung oleh perangkat keras dan perangkat lunak komputer (ESRI, 2009). Hingga saat ini, perangkat lunak SIG terus berkembang, diantaranya ArcView, Ilwis, ArcGIS,

MapWindow, dll.

(27)
(28)

3 METODE PENELITIAN

Kerangka pikir penelitian

Pembangunan merupakan kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka mengelola sumber daya yang dimiliki suatu daerah. Pengembangan wilayah harus berdasar pada sektor yang ada pada daerah tersebut. Selain memperhatikan sektor-sektor yang ada, faktor-faktor dasar seperti sumber daya alam, sumber daya manusia, modal, teknologi dan kelembagaan juga harus diperhatikan. Oleh karena itu adanya sektor yang berkontribusi terhadap pendapatan dan kesejahteraan masyarakat setempat namun belum maksimal untuk dikembangkan perlu diprioritaskan.

(29)

Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Daerah Irigasi Cihea Kabupaten Cianjur pada bulan Oktober 2013 – April 2014.

Bahan

Bahan yang diolah dalam penelitian ini terdiri atas data hidrologi berupa data debit dan curah hujan, data penggunaan lahan di lokasi penelitian, data

Digital Elevation Model (DEM), data infrastruktur jaringan irigasi dan data sosial

ekonomi di Kabupaten Cianjur.

b) Data penggunaan lahan dan penutupan lahan, meliputi :

 Peta Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Cianjur tahun 2013-2031 yang diperoleh dari BAPPEDA Kabupaten Cianjur

 Peta Pola ruang Kabupaten Cianjur tahun 2013

c) Data DEM berupa data ASTER-GDEM dengan resolusi 30 x 30 meter yang diunduh dari http://gdem.ersdac.jspacesystems.or.jp/search.jsp untuk melihat elevasi dan kemiringan lahan di lokasi penelitian.

d) Data sosial ekonomi dalam penelitian ini meliputi:

 Data PDRB Kabupaten Cianjur

 Data kependudukan

 Data produktivitas pertanian Daerah Irigasi Cihea

Alat

Alat yang digunakan pada penelitian perangkat untuk mengolah data spasial dan peninjauan di lapangan yang masing – masing perangkat terdiri atas :

 Kamera

 Perangkat komputer

 GPS tipe Garmin

Perangkat lunak (software) yang digunakan adalah :

 Perangkat lunak ArcGIS 9.3 untuk mengolah data spasial.

 Perangkat lunak Google Earth untuk digitasi.

 Perangkat lunak Microsoft Office 2010 untuk penulisan tesis dan pengolahan data.

Metode Analisis Data

(30)

luasan sebelum dan sesudah konversi ; (5) Menentukan skala prioritas untuk setiap kriteria pengembangan wilayah; (6) Menentukan wilayah yang mungkin dikembangkan. Tahapan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.

Adapun analisis yang dilakukan pada penelitian ini meliputi : 1. Analisis nilai tambah untuk agroindustri

Analisis nilai tambah untuk industri dirumuskan berdasarkan jenis produk industri yang bernilai tambah dan luasan lahan yang diperlukan untuk areal agroindustri tersebut. Jenis produk industri yang terkait adakah beras yang diproduksi oleh Rice Milling Unit (RMU) Dalam penelitian ini, dibuat perencanaan adanya tempat penggilingan beras yang dapat menampung kapasitas produksi dari Daerah Irigasi Cihea. Produk industri lain adalah makanan ringan berbasis beras.

2. Analisis revenue

Analisis dihitung berdasarkan produktivitas hilir serta untuk perbandingan sebelum dan sesudah adanya alih fungsi kawasan. Model persamaan fungsi

revenue tersebut dijabarkan secara matematis

R = CL x f (L) ... (2) dimana R merupakan revenue suatu kawasan dalam satuan rupiah, CL adalah koefisien produktivitas lahan (konstanta), dan L menyatakan luas lahan dalam satuan hektar (Nur Friday,2012).

3. Analisis penetapan areal kawasan industri yang optimal

Analisis dihitung berdasarkan skenario dan revenue kawasan yang telah

dihitung. Pendekatan kawasan industri yang ber nilai tambah pada hasil panen sebagai sumber bahan baku produk nilai tambah akan menjadi dasar kebutuhan alih fungsi lahan. Titik temu antara luasan panen dan luasan kebutuhan lahan industri merupakan luas optimal.

4. Analisis ketersediaan sumber air irigasi

Ketersediaan air daerah aliran sungai pada prinsipnya menunjukkan potensi debit air sungai dengan peluang tertentu (Departemen PU, SK SNI, 1993). Dihitung berdasarkan Rumus Probability (Peluang) pada data debit harian selama 10 tahun terakhir.

Kebutuhan air irigasi ditentukan oleh faktor-faktor penyiapan lahan, penggunaan konsumtif, perkolasi, penggantian lapisan air dan curah hujan efektif serta efisiensi irigasi (Departemen PU, KP-01,1986).

5. Analisis spasial.

Analisis spasial untuk mengetahui produktivitas kawasan dan lokasi kawasan yang optimal dilakukan dengan teknik superimpose (overlay) dengan metode

(31)

faktor-faktor yang telah ditemukan pada tahap analisis sebelumnya sehingga akan diperoleh alternatif lokasi yang potensial dikembangkan sebagai kawasan agroindustri berdasarkan bobot yang paling tinggi. Faktor – faktor yang digunakan dalam proses penilaian skoring diasumsikan mempunyai bobot yang sama. Dalam melakukan analisis spasial digunakan teknik overlay peta. Analisis superimpose (overlay) merupakan suatu teknik analisis dengan cara

mengoverlaykan data peta. Dengan analisis ini dapat diketahui kondisi suatu

wilayah berdasarkan data dan informasi yang ada.

Pada penelitian ini, untuk penentuan kawasan yang dapat dikembangkan menjadi agroindustri dipilih faktor yang memiliki pengaruh yaitu : bahan baku, jarak ke pasar, kondisi saluran irigasi, jalan dan energi. Pada masing-masing parameter dilakukan reclass yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Untuk skor kelas pada kriteria bahan baku dibuat kelas 1-5 dengan produktivitas 6,6 – 7,82 ton/ha.

Tabel 1. Skor kelas untuk faktor bahan baku

Skor kelas Bahan baku Keterangan

1 < 6,6 ton Rendah

2 >= 6,6 ton Agak rendah

3 >= 6,8 ton Sedang

4 >= 7,67 ton Agak tinggi

5 >= 7,82 ton Tinggi

Untuk skor kelas faktor pasar dilakukan analisis buffering dengan jarak 2 km dari pasar, daerah terdekat diberikan skor 5 dan daerah yang paling jauh diberikan skor 1. Skor kelas selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2

Tabel 2. Skor kelas untuk faktor pasar

Skor kelas Pasar Keterangan

1 > 8 km Rendah

2 <=8 km Agak rendah

3 <= 6 km Sedang

4 <= 4 km Agak tinggi

5 <= 2 km Tinggi

Saluran irigasi merupakan salah satu faktor yang dianggap memiliki pengaruh dalam pengembangan kawasan agroindustri. Hal ini dikarenakan apabila saluran irigasi dalam kondisi baik dan berfungsi maka kebutuhan akan air dapat terpenuhi dengan efisien dan tidak terjadi kebocoran disepanjang saluran. Skor kelas untuk saluran irigasi dapat dilihat pada tabel 3

Tabel 3. Skor kelas untuk faktor saluran irigasi

Skor kelas Kondisi saluran irigasi Keterangan

4 Buruk Buruk

5 Baik Baik

(32)

agroindustri yaitu untuk proses input agroindustri dan pendistribusian produk-produk agroindustri untuk sampai kepada konsumen atau pasar Skor kelas untuk faktor kriteria jalan dilihat berdasarkan kondisi jalan kolektor dan jalan lokal yang ada di Daerah Irigasi Cihea, untuk skor kelas 1 diberikan bagi daerah yang memiliki jalan dengan kondisi buruk, sementara skor kelas 2 diberikan bagi daerah yang memiliki kondisi jalan yang baik (Tabel 4 )

Tabel 4. Skor kelas untuk faktor jalan

Skor kelas Keterangan

1 Buruk

2 Baik

Energi merupakan faktor penting dalam pengembangan kawasan agroindustri, hal ini dikarenakan proses pengolahan membutuhkan listrik untuk setiap prosesnya. Untuk skor energi dalam penelitian ini dianggap sama untuk setiap daerah karena Daerah Irigasi Cihea disupply oleh PLN secara merata.

Tabel 5. Skor kelas untuk faktor energi

Skor kelas Energi Keterangan

(33)
(34)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Kawasan Daerah Irigasi Cihea

Daerah Irigasi (DI) Cihea adalah Irigasi teknis tertua di Indonesia yang dibangun oleh pemerintah Belanda pada tahun 1879 sampai tahun 1904 dan mulai berfungsi pada tahun 1914. Secara geografis dan administratif, DI Cihea merupakan daerah pedataran yang terletak di dua kecamatan yaitu Kecamatan Bojongpicung dan Kecamatan Ciranjang, Kab. Cianjur, Jawa Barat dengan luas areal sawah yang terairi mencapai 5.484 ha. Daerah irigasi tersebut diairi dari bendung Cisuru/Cisokan dengan sumber air dari Sungai Cisokan.

Berdasarkan Undang- Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, dalam pasal 41 bahwa DI yang luasnya di atas 3000 ha menjadi kewenangan pemerintah pusat, maka daerah DI yang luasnya 5.484 ha merupakan kewenangan pemerintah pusat. Oleh karena itu, pemerintah secara terus-menerus melakukan perbaikan dan renovasi jaringan irigasi di DI Cihea, Kabupaten Cianjur. Konstruksi partisipatif yang melibatkan P3A Mitra Cai bagai wujud kerjasama antara masyarakat dengan pemerintah telah dilaksanakan dalam bentuk Kerjasama Pengelolaan Irigasi (KSPI).

Pada DI Cihea terdapat Bendung Cisokan yang merupakan bendungan peninggalan zaman Belanda (telah ada sejak tahun 1880) mengalami beberapa kali renovasi dan perbaikan-perbaikan sampai tahun 1890, sejak itu menjadi bendung permanen, kemudian mendapat biaya rehabilitasi oleh PIJB pada tahun 1988 termasuk program tersierisasi ada tahun 1998/1999. Lokasi daerah studi di Daerah Irigasi (DI) Cihea, Desa Cibarengkok Kecamatan Bojong Picung Kabupaten Cianjur. Daerah Irigai (DI) Cihea terletak di tiga kecamatan,yaitu Kecamatan Ciranjang, Kecamatan Bojong picung dan Kecamatan Haur Wangi.(Dapat dilihat pada gambar 1). Pembagian Air D.I. Cihea dibagi dalam 3(tiga) Golongan dan melayani 28 Desa dari 3 kecamatan, yaitu : Golongan I kecamatan Bojong Picung seluas 1.863 ha, Golongan II kecamatan Haurwangi seluas 1.852 ha dan Golongan III kecamatan Ciranjang seluas 1.769 ha.

Data teknis Daerah Irigasi berupa bangunan dan saluran dapat dilihat pada tabel dibawah ini

(35)

Gambar 4. Kondisi real saluran irigasi Daerah Irigasi Cihea

Penduduk disekitar Daerah Irigasi Cihea didominasi bekerja sebagai petani dengan jumlah penduduk masing-masing desa adalah sebagai berikut :

Tabel 7. Jumlah petani tiap desa

Nama Desa Petani(orang) Buruh tani

Sukarama 756 1160

Sukajaya 1441 1882

Cikondang 710 2845

Jatisari 2049 805

Kemang 1861 412

Cibarengkok 1512 2623

Jati 1155 1045

Bojongpicung 2831 1619

Sukaratu 57 478

Neglasari 2613 1306

Hegarmanah 167 1343

Cihea 802 1301

Sukatani 825 2688

Ramasari 147 4000

Haurwangi 1017 1005

Kertasari 1425 855

Kertamukti 2040 580

Cipeuyeum 1197 630

(36)

Petani di Cihea Cianjur adalah petani dengan usahatani padi dan palawija. Intensitas tanam 2 kali tanam padi dan 1 kali tanam palawija dalam satu tahun. Varietas padi yang digunakan adalah Ciherang, Mekongga dan IR 64. Produksi rata-rata 5,6 ton per hektar dengan biaya produksi Rp 3.000.000 per hektar. Palawija yang dibudidayakan adalah kedelai. Varietas yang digunakan adalah Argo Mulyo, Anjasmoro, MS Dapros, Burangrang dan Raja Basa. Rata-rata produksi 1,5 ton/hektar (Anika,2010).

Gambar 5. Peta lokasi penelitian

Adapun kecamatan yang masuk kedalam Daerah Irigasi Cihea adalah 3 kecamatan yang mencakup 28 desa. Berikut disajikan desa dan luasan yang termasuk ke dalam Daerah Irigasi Cihea.

Tabel 8. Wilayah administrasi 3 kecamatan yang mencakup Daerah Irigasi Cihea Kabupaten Cianjur

No Nama Kecamatan Nama Desa Luas sawah (ha) Luas bukan sawah (ha)

1 Bojongpicung Sukarama 157,60 205,80

2 Bojongpicung Sukajaya 232,80 164,00

3 Bojongpicung Cikondang 207,50 40,00

4 Bojongpicung Jatisari 243,00 428,00

5 Bojongpicung Kemang 94,100 1195,40

6 Bojongpicung Cibarengkok 184,90 149,00

7 Bojongpicung Jati 296,00 9,00

8 Bojongpicung Bojongpicung 200,40 0,00

9 Bojongpicung Sukaratu 365,50 601,20

10 Bojongpicung Neglasari 269,00 15,00

11 Bojongpicung Hegarmanah 139,00 0,00

12 Haurwangi Cihea 146,70 826,60

(37)

Pemanfaatan lahan untuk kepentingan budidaya, non budidaya dan kawasan strategis lainnya di Daerah Irigasi Cihea untuk lima tahun terakhir ini belum mengalami perubahan luasan yang signifikan, terjadi alih fungsi lahan namun dalam skala kecil. Pemanfaatan lahan terbesar yaitu sektor pertanian (Gambar 6).

Gambar 6. Peta Tata Guna Lahan di sekitar Daerah Irigasi Cihea

14 Haurwangi Ramasari 196,00 0,00

15 Haurwangi Haurwangi 210,00 4,50

16 Haurwangi Kertasari 196,00 57,00

17 Haurwangi Kertamukti 154,30 142,40

18 Haurwangi Cipeuyeum 103,30 10,20

19 Haurwangi Mekarwangi 137,00 0,40

20 Ciranjang Karangwangi 206,08 23,10

21 Ciranjang Gunungsari 397,36 248,50

22 Ciranjang Kertajaya 381,58 191,44

23 Ciranjang Sindangjaya 168,16 211,60

24 Ciranjang Sindangsari 145,12 182,24

25 Ciranjang Cibiuk 222,76 69,32

26 Ciranjang Mekargalih 186,87 48,12

27 Ciranjang Ciranjang 147,41 179,25

(38)

Penggunaan lahan di Daerah Irigasi Cihea Kabupaten Cianjur dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Penggunaan lahan di Daerah Irigasi Cihea

No Jenis Penggunaan Lahan Luas (%) 1 Pertanian tanaman pangan 50.62

2 Perkebunan 25.89

3 Pemukiman 15.39

4 Hutan produksi 4.42

5 Pertambangan 1.59

6 Perairan 2.10

Sumber : Hasil olahan

Berdasarkan hasil perhitungan, penggunaan lahan untuk pertanian mendominasi Daerah Irigasi Cihea yaitu sebesar 50.621% sehingga pengembangan dari sektor pertanian sangat diperlukan untuk menunjang perekonomian masyarakat di daerah tersebut. Kondisi Daerah Irigasi Cihea sebelumnya adalah daerah pertanian tanpa adanya industri hilir atau pengolahan lebih lanjut. Petani menjual langsung bahan baku pertanian ke pasar atau distributor.

Kemiringan lahan

(39)

Gambar 7. Peta Kemiringan lahan Daerah Irigasi Cihea

Keadaan permukaan lahan bervariasi mulai dari datar, landai, curam dan sangat curam. Daerah datar banyak ditemui di daerah bagian hilir dengan elevasi 200-260 meter. Daerah Irigasi Cihea terletak di daerah datar dan landai (tabel 10)

Tabel 10. Deskripsi kelas lereng

Kelas lereng Interval (%) Deskripsi Luas (ha)

1 0-8 Datar 19048,936

2 8-15 Landai 4036,147

3 15-25 Agak curam 2665,334

4 25-40 Curam 3114,108

5 >40 Sangat curam 2735,106

Rencana Struktur Ruang Kabupaten Cianjur

(40)

Alih fungsi untuk daerah pertanian tidak seharusnya dilakukan karena hal ini akan berdampak pada penyediaan pangan khususnya beras. Oleh karena itu dalam rangka mensinergikan rencana kawasan industri tersebut maka industri yang seharusnya ada yaitu industri pengolahan berbasis pertanian sehingga kawasan pertanian tetap dapat dipertahankan. Dengan adanya industri hilir

(processing) maka diharapkan dapat meningkatkan revenue kawasan tersebut.

Gambar 8. Peta Rencana Kawasan Industri

Daerah yang ditandai pada peta (Gambar 8) adalah daerah yang akan dijadikan rencana kawasan industri. Berdasarkan proses digitasi dan perhitungan yang dilakukan , maka kawasan yang akan dijadikan daerah industri adalah seluas 4209,903 ha. Dilihat dari peruntukannya, daerah tersebut didominasi oleh pemukiman dan sawah beririgasi. Adapun luasan ter-konversi terbesar terdapat di kecamatan bojongpicung dengan luas 1544,203 ha. Selanjutnya untuk tiap kecamatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini dengan rincian kecamatan Haurwangi (5 desa), kecamatan Bojongpicung (2 desa) dan kecamatan Ciranjang (12 desa).

Tabel 11. Luasan ter-konversi menjadi kawasan industri

Nama kecamatan Luas (ha)

Haurwangi 1132,932

Bojongpicung 1544,203

Ciranjang 1529,792

Perencanaan Nilai Tambah Dan Industri Hilir

(41)

diperlukan kebijakan pemerintah agar nilai tambah dalam pascapanen ini dapat dinikmati oleh petani. Menurut Jayadinata (1999) bahwa kegiatan produksi industri (manufactural industries) adalah kegiatan manusia dalam mengubah

barang mentah menjadi barang yang lebih berguna atau barang industri, yaitu barang setengah jadi dan barang jadi. Dalam kegiatan industri akan terdapat penambahan nilai atau value adding. Berdasarkan produktivitas setiap kecamatan

di Daerah Irigasi Cihea maka sektor pertanian dengan komoditas padi merupakan salah satu sektor yang bisa dikembangkan. Hasil samping dari padi yang dapat dijadikan olahan padi yaitu berupa menir dan chiki dalam bentuk cereal.

Peningkatan nilai tambah produk pertanian melalui agroindustri di pedesaan dinilai sangat strategis. Strategi peningkatan nilai tambah menurut

Parcel et al. (2010) dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu: 1) menjaring nilai

(capturing value) dan 2) menciptakan nilai (creating value). Peningkatan nilai

tambah produk pertanian merupakan peningkatan pendapatan yang dapat dilakukan melalui perubahan bentuk produk dari aslinya sebelum dipasarkan, perubahan pengemasan produk, perubahan cara memasarkan produk serta mengembangkan unit usaha baru (Born dan Bachmann, 2006). Untuk pengembangan industri hilir dengan komoditas padi maka pengolahan nya berupa menir dan chiki sebagai skenario 1 dan RMU serta bekatul sebagai skenario 2.

Rice Milling Unit (RMU) merupakan salah satu sarana off farm dalam

penanganan pascapanen padi. Kapasitas dan jumlah penggilingan beras belum dapat memenuhi kebutuhan petani, jumlah tempat penggilingan beras saat ini yaitu 103 tempat penggilingan dengan kapasitas 20800 ton/tahun, 107 tempat penggilingan dengan kapasitas 9900 ton/tahun dan 31 tempat penggilingan padi dengan kapasitas 5000 ton/tahun (Dinas Pertanian 2010). Dalam penelitian ini, direncanakan adanya tempat penggilingan beras yang dapat menampung kapasitas produksi di sekitar Daerah Irigasi Cihea. Menurut hasil survey, untuk penggilingan beras dengan kapasitas 1-1.5 ton/ha dibutuhkan luasan sekitar 0.5-1 ha.

(42)

direncanakan untuk pengadaan Rice Milling Unit (RMU) dengan kapasitas RMU

sebesar 350 kg/jam maka dibutuhkan RMU sebanyak 72 unit.

Revenue Suatu Kawasan

Pembangunan ekonomi regional pada prinsipnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan yang salah satunya diukur dalam indikator kenaikan PDRB atau kenaikan pendapatan regional perkapita. Bila pendapatan riil per kapita masyarakat meningkat maka akan terdapat peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Kemajuan yang dialami oleh suatu wilayah dapat dilihat dari besarnya pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan. Angka pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu dari sekian banyak perangkat indikator yang menunjukkan peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan penduduk sebagai hasil pembangunan.

Salah satu indikator untuk mengukur tingkat kemakmuran dan kesejahteraan penduduk suatu daerah/wilayah adalah PDRB perkapita. PDRB perkapita penduduk kabupaten Cianjur dari tahun 2009 sampai tahun 2012. Pada tahun 2012 PDRB perkapita penduduk kabupaten Cianjur mencapai Rp

22.267.596,59. Hal ini dapat dilihat pada tabel 12

Tabel 12. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku tahun 2009-2012

Sumber : BPS Kabupaten Cianjur

Struktur perekonomian dapat dilihat dari perhitungan PDRB. Berdasarkan PDRB kabupaten Cianjur dari tahun 2009-2012 terlihat bahwa sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar. Kontribusi ini meningkat sekitar 6 persen dari tahun ke tahun. Oleh karena itu pengembangan di sektor pertanian sangat memungkinkan untuk dilakukan. Revenue kawasan adalah pendapatan yang diperoleh oleh suatu kawasan yang dapat dihitung berdasarkan income perkapita dibagi jumlah petani. Adapun revenue kawasan dihitung berdasarkan sebelum dan

No Uraian Tahun (Juta rupiah)

2009 2010 2011*) 2012**)

1 Pertanian 6.563.306,96 7.031.453,40 7.690.353,76 8.252.295,46

2 Pertambangan dan Penggalian 22.701,47 22.787,68 25.559,48 26.134,30

3 Industri pengolahan 558.318,48 669.596,09 773.773,49 864.277,74

4 Listrik,Gas dan air bersih 183.213,24 204.176,73 223.345,64 239.598,70

5 Bangunan 593.020,64 639.493,59 724.961,33 803.968,22

6

Perdagangan,Hotel dan

restaurant 4.173.366,15 4.805.272,42 5.568.230,12 6.103.217,46

7 Pengangkutan dan komunikasi 1.678.050,49 1.881.782,69 1.991.120,54 2.132.460,32

8

Keuangan,persewaan dan jasa

perusahaan 768.009,94 763.899,00 818.204,07 890.394,20

9 Jasa-jasa 2.197.752,92 2.487.288,07 2.757.488,28 2.955.250,19

(43)

sesudah terjadinya alih fungsi lahan dalam perencanaan kawasan industri. Berikut adalah grafik yang menunjukkan revenue kawasan dengan adanya kegiatan on farm tanpa off farm dan kegiatan on farm ditambah dengan off farm. Kegiatan off farm yang dimaksud kegiatan yang berkaitan dengan produksi, distribusi, dan pemenuhan sarana produksi pertanian, serta kegiatan pasca panen yang dapat memberikan nilai tambah pada produk pertanian yang diusahakan, dalam hal ini adalah pengolahan padi lebih lanjut.

Daerah Irigasi Cihea dengan pola tanam padi-padi-palawija dapat dikembangkan sebagai daerah agroindustri dengan bahan baku yang ada. Adapun

revenue kawasan yang diterima statis, Hal ini dikarenakan tidak adanya industri

hilir dari olahan padi. Dengan adanya pengolahan padi menjadi produk olahan seperti chiki serta adanya RMU di kawasan tersebut ternyata memiliki dampak positif dengan adanya kenaikan pada pendapatan per luasan Daerah Irigasi Cihea. Jika dilihat dari grafik pada saat kawasan hanya menghasilkan padi secara total tanpa pengolahan hanya menghasilkan revenue sebesar Rp 11.200.000,- hal ini dikarenakan tidak adanya nilai tambah yang diperoleh. Petani hanya menjual dalam bentuk gabah dengan harga Rp 4000,-/kg. Namun jika ada pengolahan lebih lanjut dengan olahan menir maka revenue kawasan juga meningkat sebesar Rp 22.400.000,- semakin tinggi konversi lahan mengakibatkan pendapatan

(revenue) kawasan menurun, hal ini diakibatkan berkurangnya bahan baku yang

akan diolah.

Gambar 10. Revenue kawasan dengan skenario 2

Dengan adanya skenario 1 yaitu berupa adanya proses on farm dan off farm

maka peningkatan revenue menjadi 2 kali jika dibandingkan dengan hanya proses

on farm saja. Skenario 1 yaitu berupa pengolahan menir menjadi chiki dengan

(44)

Gambar 11. Revenue kawasan dengan skenario 1 dan 2

Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa jika dilakukan skenario 1 dengan olahan maka revenue kawasan menjadi 2 kali yaitu sebesar 22.400.000,- dan apabila dilakukan skenario 2 dengan penambahan RMU maka akan terjadi peningkatan terhadap revenue 39.760.000,-. Namun konversi lahan tidak perlu

dilakukan untuk mendapatkan revenue kawasan yang optimal, hal ini dikarenakan apabila konversi yang dilakukan semakin luas, jumlah bahan baku semakin sedikit. Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Cianjur akan menjadikan kawasan industri seluas 4.209,903 ha. Pendekatan kawasan industri yang ber nilai tambah pada hasil panen sebagai sumber bahan baku produk nilai tambah akan menjadi dasar kebutuhan alih fungsi lahan. Titik temu antara luasan panen dan luasan kebutuhan lahan industri merupakan luas optimal. Berdasarkan analisis tersebut maka diperoleh luasan yang dibutuhkan untuk dikonversi hanya sebesar 16 persen (Gambar 12). Untuk konversi optimal sebesar 16 persen dibutuhkan luasan lahan yang untuk Rice Milling Unit (RMU) seluas 257,96 ha

dan processing seluas 460,66 ha dengan rincian luasan setiap desa dapat dilihat pada tabel 13

(45)

Tabel 13 . Luasan lahan sawah yang dikonversi untuk tiap desa

Kertajaya 190,44 14,04 104,768

Sindangjaya 168,16 12,40 92,511

Sindangsari 145,12 10,70 79,836

Ciranjang 147,41 10,87 81,095

Bojongpicung 200,40 14,78 110,247

Sukaratu 365,50 26,96 201,074

Hegarmanah 139,00 10,25 76,469

Jumlah 1356,03 100 746

Analisis Ketersediaan Dan Kebutuhan Air

Pengembangan suatu kawasan menjadi daerah agroindustri memerlukan perhitungan ketersediaan air di lokasi tersebut. Pada dasarnya, kawasan yang dikembangkan tergantung pada potensi sumber daya alam yang dimiliki dan kemampuan daerah tersebut untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki. Daerah Irigasi Cihea memiliki sumber daya air dan sumber daya lahan yang bisa dimanfaatkan secara optimal. Oleh karena itu dilakukan perhitungan ketersediaan air di kawasan pengembangan.

Gambaran Umum Kondisi Sumber Air Irigasi

Daerah Irigasi Cihea termasuk kedalam Daerah Irigasi (DI) yang memiliki sumber air berasal dari Sungai Cisokan. Menurut catatan dari Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Pertambangan, Air sungai Cisokan yang disalurkan ke saluran-saluran irigasi untuk mengairi areal lahan teknis di DI Cihea diatur melalui bendung Cisokan yang terletak di Desa Sukarama.Secara fungsional luas lahan yang dimanfaatkan untuk tanaman padi sawah dan palawija di DI Cihea secara adalah 5484 Ha. Skema Daerah Irigasi Cihea dapat dilihat pada lampiran 2.

(46)

Gambar 13. Curah hujan rata-rata Daerah Irigasi Cihea

Menurut klasifikasi iklim oldeman berdasarkan bulan basah dan bulan kering maka Daerah Irigasi Cihea termasuk dalam tipe iklim D yaitu iklim yang memiliki bulan basah 3-4 kali berturut-turut. Curah hujan tertinggi terdapat di bulan Nopember yaitu 283.708 mm dan terendah terdapat di bulan Juli yaitu 45.917 mm.

Curah hujan efektif adalah curah hujan yang jatuh pada suatu areal atau lahan pertanian, dimana hujan tersebut memberikan kontribusi langsung terhadap pertumbuhan tanaman atau meningkatkan kadar air tanah atau media tumbuh sehingga mengurangi kebutuhan air yang harus ditambahkan pada lahan/media tumbuh tersebut untuk memenuhi kebutuhan air tanaman. Curah hujan efektif bulanan dapat dilihat pada Gambar 14.

(47)

Curah hujan efektif terendah terdapat pada bulan Juli yaitu sebesar 0.594 mm dan tertinggi terdapat pada bulan September yaitu sebesar 2.335 mm. Bendung cisokan yang terletak di Desa Sukarama dan mengalir ke desa yang mencakup Daerah Irigasi Cihea dengan kondisi saluran eksisting dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15. Peta Jaringan Irigasi

Debit andalan

Debit andalan (dependable flow) adalah debit minimum sungai yang

(48)

Gambar 16. Debit andalan

Neraca Air Irigasi Dengan Luasan Eksisting

Sungai Cisokan yang merupakan sumber air untuk DI. Cihea, mengalami fluktuasi debit yang cukup signifikan,secara keseluruhan ketersediaan debit di musim hujan cenderung besar bahkan jauh di atas kebutuhan air yang diperlukan untuk irigasi, Pola tanam yang diterapkan di Daerah Irigasi Cihea pada saat ini adalah : Padi - Padi – Palawija (Lampiran 1) dengan awal tanam Oktober II, dengan luas tanam pada setiap musim tanam yaitu : 5484 Ha, 5484 Ha, dan 4120 Ha. Dengan luas tanaman seperti diatas maka Indeks Pertanaman/IP adalah sebesar 200%. Berdasarkan perhitungan kebutuhan air normal dari tiga alternatif pola tanam didapat kebutuhan air normal untuk masing-masing pola tanam. Kebutuhan air irigasi dihitung berdasarkan kebutuhan air dikalikan luas sawah. Luas sawah yang berada Daerah Irigasi Cihea adalah 5484 ha. Berdasarkan luas sawah yang ada maka total kebutuhan air normal pada intake disajikan pada gambar dan lampiran

Gambar 17. Grafik neraca air eksisting DI.Cihea sebelum konversi

Neraca air irigasi dengan luasan sesudah dikonversi

(49)

luasan yang tersisa maka kebutuhan air untuk pola tanam padi-padi-padi dapat dihitung berdasarkan kebutuhan air irigasi dari intake (Gambar 18)

Gambar 18. Perbandingan kebutuhan air sebelum dan sesudah konversi lahan Selanjutnya dengan luasan kawasan industri seluas 4.209,903 ha maka kebutuhan air dihitung dengan asumsi menggunakan standar kebutuhan air industri berdasarkan pada proses atau jenis industri yang ada pada wilayah kawasan industri yang ada dan jumlah pekerja yang bekerja pada industri tersebut. Kebutuhan air untuk industri dihitung berdasaran kebutuhan air existing yang

digunakan untuk beberapa jenis industri. Perencanaan industri berbasis sektor pertanian dikategorikan dalam industri sedang dan kecil sehingga membutuhkan air sebesar 0.15-0.50 liter/detik/ha.

Kebutuhan air untuk agroindustri diperoleh dari total kebutuhan air dari tenaga kerja dan produk olahan. Semakin banyak lahan yang terkonversi mengakibatkan kebutuhan air untuk pengolahan jadi sedikit, hal ini dikarenakan jumlah bahan baku yang menurun juga (dapat dilihat pada grafik gambar 19). Apabila lahan yang dikonversi secara keseluruhan 5418 ha maka kebutuhan air untuk industri adalah 20709 liter dan apabila lahan yang dikonversi seluas 4209,903 maka kebutuhan air industrinya adalah 17117 liter/detik.

(50)

Dengan asumsi secara nasional produktivitas sebesar 5,6 ton/ha maka bahan baku yang diperoleh pada saat tidak ada konversi dengan luasan 5484 ha diperoleh produksi 30.710 ton. Berdasarkan gambar 19 terlihat bahwa penambahan konversi akan berdampak pada penurunan luasan lahan dan bahan baku. Pada saat konversi lahan sebesar 1 persen maka luasan lahan menjadi 5429,16 ha dan bahan baku menjadi 30.403,30 ton.

Menentukan Lokasi Pengembangan Kawasan Agroindustri

Penentuan lokasi pengembangan untuk kawasan agroindustri dilakukan berdasarkan telaah pustaka dan analisis mengenai faktor kriteria wilayah pengembangan yang sesuai dan selanjutnya dipilih faktor yang paling dominan yang dapat mewakili kriteria pengembangan kawasan agroindustri. Kriteria tersebut berupa kriteria teknis yang terdiri atas daerah penghasil bahan baku, akses jalan, jarak lokasi wilayah terhadap pasar, kondisi saluran, kemiringan serta ketinggian lahan dan energi. Untuk kriteria sosial berupa kelembagaan, DI Cihea sudah termasuk dalam kriteria baik dengan daftar inventarisasi P3A dapat dilihat pada lampiran . Untuk menentukan lokasi pengembangan kawasan agroindustri digunakan metode pembobotan. Pembobotan dilakukan terhadap semua desa yang terdapat di Daerah Irigasi Cihea berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.

Kriteria Penghasil Bahan Baku

Bahan baku merupakan salah satu kriteria yang dipakai dalam penentuan lokasi kawasan agroindustri karena bahan baku merupakan komponen utama dalam pengadaan sebuah industri. Salah satu desa penghasil beras terbesar berada di Kecamatan Ciranjang yaitu Desa Kertajaya dengan produktivitas sebesar 7,82 ton/ha. Pada tahap pembobotan dilakukan dengan memberikan skoring untuk tiap desa dengan hasil dapat dilihat pada Gambar 20

Gambar

Grafik revenue kawasan dengan konversi lahan
Tabel 1. Skor kelas untuk faktor bahan baku
Gambar 3  Diagram alir penelitian
tabel dibawah iniData teknis Daerah Irigasi berupa bangunan dan saluran dapat dilihat pada
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada common anoda (CA), karena yang dijadikan satu adalah catoda maka CA dihubungkan dengan Vcc, sehingga untuk menyelakan segment maka pin dari segment tersebut

Dari ke 17 responden yang menggunakan lembaga keuangan untuk perencanaan keuangan personal mereka yang memanfaatkan lembaga keuangan syariah sebanyak 12 orang atau

Tidak hanya sebagai pembimbing, beliau telah banyak membantu baik moril, materil dan nasihat-nasihat yang sangat membantu penulis dalam kelancaran proses perkuliahan, juga

Untuk mengetahui perbandingan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam antara siswa yang berasal dari SD dengan siswa yang berasal dari MI di SMP Negeri 5 Pekalongan,

Glikolisis dimasukkan dalam bahasan ini karena sel-sel berespirasi yang mengambil energi dari glukosa menggunakan proses ini untuk menghasilkan materi awal yang

lagi karena kekurangan modal 2) sulit mendapatkan pinjaman karena tidak memiliki jaminan barang maupun kepercayaan dari keuangan sektor formal maupun sektor

Tujuan penggunaan analisis sta- tistika adalah: Mencari keeratan hubungan antar deskriptor (morfometrik, batimetrik dan energe- tik); Mengelompokkan kawanan ikan dengan

Namun karena persoalan hukum yang dihadapi oleh umat Islam selalu berkembang dan merupakan persoalan hukum baru dimana al-Qur’an, al-Sunnah dan Ijma’ para sahabat