• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan kemitraan dan pendapatan petani Tomat di PT Sayuran Siap Saji Desa Sukamanah Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pelaksanaan kemitraan dan pendapatan petani Tomat di PT Sayuran Siap Saji Desa Sukamanah Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN KEMITRAAN DAN PENDAPATAN PETANI

TOMAT DI PT SAYURAN SIAP SAJI DESA SUKAMANAH

KECAMATAN MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR

SKRIPSI

DIAN PERMATA SARI

H34114076

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pelaksanaan Kemitraan dan Pendapatan Petani Tomat di PT Sayuran Siap Saji Desa Sukamanah Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

Dian Permata Sari

(4)
(5)

ABSTRAK

DIAN PERMATA SARI. Pelaksaan Kemitraan Dan Pendapatan Petani Tomat di PT Sayuran Siap Saji Desa Sukamanah Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh RATNA WINANDI.

Pembangunan subsektor hortikultura merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang dilakukan untuk menciptakan suatu agribisnis yang kuat di masa mendatang. Jawa Barat merupakan daerah yang cocok dalam pengembangan hortikulutura seperti tomat. Salah satu wilayah penghasil tomat di Kabupaten Bogor adalah Desa Sukamanah Kecamatan Megamendung. Desa Sukamanah memiliki banyak petani tomat yang menjalankan pola kemitraan dengan perusahaan agribisnis setempat salah satunya adalah PT Sayuran Siap Saji. Permasalahan yang terjadi adalah petani tidak memiliki pasar yang pasti sehingga sulit untuk menjual hasil produksinya, oleh karena itu diadakan kemitraan agar petani memiliki kepastian pasar dan kepastian harga. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis tingkat pendapatan yang diperoleh petani tomat yang bermitra dan yang tidak bermitra dengan PT Sayuran Siap Saji. Anlisa yang digunakan adalah analisis pendapatan dan R / C. Hasil penelitian menunjukkan Nilai R/C atas biaya tunai petani mitra sebesar 2,83 sedangkan petani non mitra 2,26. R/C atas biaya total petani mitra sebesar 2,26 sedangkan non mitra sebesar 1,78 . Hasil analisis tersebut dapat menjelaskan bahwa kegiatan usahatani tomat melalui kemitraan yang dilakukan dengan PT Sayuran Siap Saji lebih efisien dan lebih mendatangkan keuntungan bagi petani. Kata Kunci : Kemitraan, tomat, analisis R/C, dan analisis pendapatan

ABSTRACT

DIAN PERMATA SARI. Analysis of Farmers Income Partnership Againt Tomato Vegetables in PT Sayuran Siap Saji, Sukamanah Village Megamendung District Bogor Jawa Barat. Supervised by RATNA WINANDI.

Development of horticulture subsector is part of the development of the agricultural sector is being done to create a strong agribusiness in the future. West Java is a suitable area in the development of horticulture such as tomatoes. One of the tomato producing areas are in Bogor Regency is Sukamanah village Megamendung subsdistrict. Sukamanah village has many tomato farmers who run partnership with local agribusiness companies one of which is PT Sayuran Siap Saji. The problem that occurs if farmers do not have a difinate market so that farmers find it difficult to sell their product, and therefore hold that the partnership as a clear market certainty and price certainty. The purpose of this study to anlyze the level of income earned tomato farmer who partner dan non partner with PT Sayuran Siap Saji. The analysis used is analysis of revenue and R/C ratio. The result show the value of R/C ratio above cash cost for partner farmer 2,83 and 2,26 for non partner farmers. R/C based on the total cost of farmer partner 2,26 and 1,78 for non partner. The result of this analysis can explain that tomato farming activities are carried out through a partnership with PT Sayuran Siap Saji more efficient and more profitable for farmers.

(6)
(7)

PELAKSANAAN KEMITRAAN DAN PENDAPATAN PETANI

TOMAT DI PT SAYURAN SIAP SAJI DESA SUKAMANAH

KECAMATAN MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR

DIAN PERMATA SARI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai karya akhir dengan judul Pelaksanaan Kemitraan Dan Pendapatan Petani Tomat di PT Sayuran Siap Saji Desa Sukamanah Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor sebagai salah satu syarat kelulusan pada Program Alih Jenis Agribisnis Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini merupakan hasil penelitian penulis yang telah dilaksanakan dalam jangka waktu tiga bulan pada bulan Januari 2014 hingga Maret 2014.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, arahan, saran, serta ilmu pengetahuannya selama menyusun skripsi. Penghargaan tak lupa penulis sampaikan kepada Ibu/Bapak dosen yang telah memberikan bekal pengetahuan kepada penulis, seluruh responden PT Sayuran Siap Saji serta seluruh pihak yang telah membantu memberikan berbagai informasi kepada penulis. Rasa terima kasih juga tak hentinya penulis sampaikan kepada ayah, ibu, keluarga, para sahabat, dan rekan-rekan seperjuangan Alih Jenis Agribisnis Angkatan 2 atas doa, nasehat, kasih sayang, dan rasa kebersamaan yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak untuk perbaikan pada masa yang akan datang. Akhir kata dengan segala keterbatasan dan kekurangan penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis sendiri dan kepada para pembaca sekalian. Amin.

Bogor, Juli 2014

(12)
(13)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis dalam proses penyusunan karya tulis ilmiah yang berjudul Pelaksanaan Kemitraan Terhadap Pendapatan Petani Tomat di PT Sayuran Siap Saji Desa Sukamanah Kecamatan Megamendung Bogor Jawa Barat sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penyelesaian karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari bimbingan dan dukungan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan mulai dari persiapan hingga selesainya penulisan karya ilmiah ini.

2. Ir. Juniar Atmakusuma, Ms atas kesediaannya menjadi dosen evaluator pada seminar kolokium serta masukan yang disampaikan untuk perbaikan penulisan karya ilmiah ini.

3. Dr.Ir. Nunung Kusnadi, MS atas kesediaannya menjadi dosen penguji pada sidang skripsi serta masukan yang disampaikan untuk perbaikan penulisan karya ilmiah ini.

4. Fauzan Amri Hasibuan atas kesediaannya menjadi pembahas serta masukan yang disampaikan pada seminar hasil penelitian penulis.

5. Petani tomat di Desa Sukamanah dan karyawan PT Sayuran Siap Saji yang telah bersedia memberikan tempat untuk melaksanakan kegiatan penelitian serta bantuan data dan informasi selama berada di lapangan.

6. Orangtua tercinta papa (Eddy Zufnal) dan mama (Sushelmi), serta adik tersayang (Dita Midia Sari) dan keluarga besarku atas perhatian, doa, nasehat, semangat, dan kasih sayang yang tak terhingga serta dukungan secara moril dan materiil yang telah dicurahkan kepada penulis.

7. Semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian penelitian ini yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu atas segala dukungan, bantuan, dan doa.

Semoga amal dan kebaikan yang telah diberikan dari pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah ini memperoleh balasan yang sesuai dari Tuhan Yang Maha Esa atas semua wujud

(14)
(15)

DAFTAR ISI

Kendala – kendala dalam Kemitraan 12

Syarat Membangun Kemitraan Usaha Hortikultura 13

Konsep Usahatani 14

Analisis Rasio Penerimaan dengan Biaya yang Dikeluarkan

(Analisis R/C ) 24

Deskripsi Proses Pelaksanaan Kemitraan Tomat 29

(16)

Sistem Panen dan Hasil Pembayaran Panen 30

Alasan – alasan Petani Bermitra 31

Manfaat Pelaksanaan Kemitraan 32

Analisis Pendapatan Petani Responden 32

Penerimaan Petani Responden Tomat per Musim Tanam 33

Biaya Tunai 34

KESIMPULAN DAN SARAN 39

Kesimpulan 39

Saran 39

DAFTAR PUSTAKA 40

DAFTAR TABEL

1 Produksi komoditas sayuran di Indonesia tahun 2007-2011 1

2 Luas panen, produksi, dan produktivitas komoditas tomat di Indonesia

tahun 2007-2011 2

3 Data produksi tomatdi wilayah Jawa Barat tahun 2008-2012 2

4 Produksi dan Permintaan Tomat di PT Sayuran Siap Saji pada Tahun

2010-2013 5

5 Kewajiban dalam Kemitraan antara PT Sayuran Siap Saji dan Mitra Tani

Tahun 2012 30

6 Penerimaan petani tomat per musim tanam 33

7 Total Biaya Usahatani Petani Tomat Mitra dan Non Mitra Per Musim

Tanam 34

8 Komponen Biaya Tunai Usahatani Tomat Petani Mitra dan Non Mitra

Pada Luasan Lahan 331 m2 35

DAFTAR GAMBAR

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Tabel Karakteristik Responden Petani Tomat Mitra 41

2 Tabel Karakteristik Responden Petani Tomat Non Mitra 42

3 Tabel Biaya Produksi Usahatani Tomat Mitra Per Musim Tanam (Rp) 43

4 Tabel Biaya Produksi Usahatani Tomat Non Mitra Per Musim Tanam 44

5 Perbandingan Pendapatan Rata –rata dan R/C Mitra dan Non Mitra 45

6 Tomat Taiwan Ditanam di Lahan Konvensional 47

7 Produk Tomat Taiwan Ditanam di Lahan Konvensional 48

(18)
(19)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang sangat potensial dalam mengembangkan sektor agribisnis, selain terletak di daerah tropis juga mempunyai keadaan geografis yang sangat menunjang untuk budidaya berbagai jenis tanaman pertanian, termasuk tanaman hortikultura. Komoditi hortikultura tersebut memiliki manfaat yang baik bagi masyarakat, karena kandungan gizi yang terdapat dari masing-masing tanaman hortikultura tersebut. Hortikultura merupakan salah satu subsektor dalam sektor agribisnis yang berperan penting dalam perekonomian nasional

Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk di Indonesia yang mengalami peningkatan dari tahun ketahun yang berdasarkan data pada tahun 2012 kini telah mencapai 255 juta jiwa, tentunya perlu diimbangi dengan ketersediaan pangan yang cukup dan memadai. Sayuran sebagai salah satu komoditas dalam subsektor hortikultura ikut berperan penting dalam hal ini.Beragam jenis sayuran diproduksi di Indonesia, baik jenis dedaunan, buah maupun umbi-umbian dengan jumlah produksi yang beragam.Hampir 80 jenis sayuran diproduksi di Indonesia.Data produksi beberapa jenis sayuran yang banyak diproduksi didalam negeri dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Produksi komoditas sayuran di Indonesia tahun 2007-2011

Jenis Sayuran Produksi (Ton)

2007 2008 2009 2010 2011 Kubis 1 288 740 1 323 702 1 358 113 1 385 044 1 363 741 Cabai 1 128 792 1 153 060 1 378 727 1 378 727 1 903 229 Kentang 1 003 733 1 071 543 1 176 304 1 060 805 955 488 Bawang Merah 802 810 853 615 965 164 1 048 934 893 124

Tomat 635 474 725 973 853 061 891 616 954 046

Ketimun 581 206 540 122 583 139 547 141 521 535 Sawi 564 912 565 636 562 838 583 770 580 969 Daun Bawang 479 927 547 743 549 365 541 374 526 774 Kacang Panjang 488 500 455 524 483 793 489 449 458 307 Tomat 350 171 367 111 368 014 403 827 459 917

Sumber : Badan Pusat Statistik 2012 (data diolah)

Tomat (Solanum Lycopercisum L.) merupakan salah satu dari sepuluh

(20)

2

berdasarkan luas panen, produksi dan produktivitas tomat di Indonesia, dapat dilihat pada Tabel 2.

Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura 2012 (data diolah)

Selama periode penanaman 2007-2009 terjadi penurunan luas panen dari tahun ke tahun, dan mengalami peningkatan kembali di tahun 2010 dan 2011. Tahun 2011 peningkatan luas panen cukup besar yaitu sebesar 14,7 persen dibanding tahun sebelumnya dan merupakan luas panen terbesar pada periode 2007-2011. Pada tahun tersebut produkstivitas tomat mencapai angka tertinggi yaitu 8 ton per hektar, sehingga produksi tomat nasionalpun mencapai angka tertinggi yaitu sebesar 396.208 ton

Tomat diusahakan hampir diseluruh wilayah di Jawa Barat dengan sentra

produksi meliputi wilayah–wilayah dataran tinggi seperti Kabupaten Bogor,

Bandung, Cianjur, Garut, dan Sukabumi. Daerah produksi tomat banyak terpusat di kawasan desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Kecamatan Megamendung merupakan salah satu wilayah sentra produksi tomat di Jawa Barat. Produksi tomat di wilayah Jawa Barat khususnya dan di Indonesia pada umumnya meningkat setiap tahunnya guna pemenuhan kebutuhan konsumsi masyarakat di Indonesia, oleh karena itu dalam skripsi penelitian akan dilaksanakan di Megamendung Jawa Barat, karena Jawa Barat merupakan salah satu sentra tomat terbesar di Indonesia .Sebagai sentra produksi tomat di Jawa Barat, hingga saat ini Bogor terus mengusahakan tomat sebagai sumber perndapatan petani.Data produksi tomat pada berbagai wilayah di Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Data produksi tomatdi wilayah Jawa Barat tahun 2008-2012

Kota /

(21)

3

Berdasarkan tabel 3, Bogor merupakan salah satu penghasil tomat di Jawa Barat, walaupun pada 2012 mengalami penurunan jumlah produksi. Konsentrasi produksi tomat yang hanya ada di beberapa daerah di Jawa Barat menuntut para produsen untuk memperhatikan pasokan tomat agar merata keseluruh daerah Jawa Barat dan Jabodetabek. Selain untuk pemerataan, tuntutan konsumen untuk mendapatkan tomat yang segar dan aman untuk dikonsumsi juga menjadi hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan produksi dan penanganan pasca panen dan pemasarannya. Pasokan tomat dan tanaman hortikultura lainnya seperti chaisin, bawang, letus dan lainnya penting untuk diperhatikan karena menyangkut untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhdap sayuran dan agar produsen mempunyai keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif dalam usaha ini dapat dicapai apabila adanya kerjasama yang baik dan saling menguntungkan antara petani dengan perusahaan. Kerjasama ini dapat dilakukan dengan cara adanya pola kemitraan antara petani dengan perusahaan.

Ciri dari kemitraan usaha terhadap hubungan timbal balik bukan sebagai buruh majikan atau atasan dan bawahan melainkan sebagai adanya pembagian resiko dan keuntungan yang proporsional, dan inilah kekuatan serta karakter kemitraan usaha (Hafsah 1999).

Dalam kondisi ideal tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kemitraan secara lebih konkrit adalah 1) meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat, 2) meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan, 3) meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dan usaha kecil, 4)meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional, 5)memperluas kesempatan kerja, dan 6) meningkatkan ketahanan ekonomi nasional.Di dalam skrpsi ini membahas tentang PT Sayuran Siap Saji karena PT Sayuran Siap Saji ini tidak dapat memenuhi kebutuhan pasar sayurannya sendiri dikarenakan keterbatasan sumber daya lahan dan tenaga kerja sehingga dilakukan

langkah – langkah dan upaya dalam mengembangkan kerjasama dengan petani

agar semakin berkembang dan maju bersama. Tomat yang dipasarkan oleh PT Sayuran Siap Saji merupakan produk hortikultura yang mudah rusak. Kendala yang sering dialami oleh perusahaan menyangkut masalah kontinuitas, kuantitas dan kualitas produk sayuran. Selain permasalahan dari sisi perusahaan, petani pada umumnya juga masih mengalami berbagai kendala dalam meningkatkan pendapatan karena hambatan dalam penerapan manajemen, sumber daya manusia dan penggunaan teknologi yang tergolong sederhana. Selain dari itu permasalahan lain yang dialami petani adalah petani mengalami kesulitan dalam pemasaran hasil panen dan harga jual yang sangat berfluktuatif. Hal tersebut dirasakan oleh petani sebagai hambatan yang berat karena umumnya petani tidak dapat memprediksi pergerakan harga dan permintaan. Oleh karena itu, pengembangan pola kemitraan merupakan salah satu alternatif dalam mengatasi masalah tersebut.

PT Sayuran Siap Saji adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang

agribisnis sayuran yaitu sebagai produsen dan Trading Company. Lokasi PT

(22)

4

penyiapan benih–benih unggul yang berkualitas sehingga petani dapat

menghasilkan produk sayuran sesuai dengan kebutuhan pasar.

Perumusan Masalah

Dalam pemenuhan kebutuhan konsumen yang semakin meningkat, produsen sayuran seperti PT Sayuran Siap Saji dituntut untuk memiliki keunggulan kompetitif yang tinggi sehingga dapat memenuhi permintaan konsumen dan memberikan produk yang berkualitas serta pelayanan yang memuaskan kepada konsumen. Namun, tidak hanya produsen, distributor dan penjual (mitra) sebagai pihak yang memasok sayuran hingga ke konsumen juga harus memiliki keunggulan kompetitif agar produk yang didistribusikan dapat terjaga kualitasnya, tinggi tingkat ketersediannya dan singkat waktu

penyediannya. Keunggulan kompetitif tersebut diwujudkan kedalam

pengembanagan pola kemitraan yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan, kesinambungan usaha, adanya jaminan jumlah pasokan, peningkatan kualitas produksi, peningkatan kualitas kelompok mitra, peningkatan usaha serta penciptaan kemandirian kelompok mitra.

PT Sayuran Siap Saji merupakan sebuah perusahaan yang telah berdiri sejak tahun 2000 dan hingga sekarang perkembangannya terbilang cukup maju dalam usahanya. PT Sayuran Siap Saji mengkhususkan aktifitasnya sebagai pedagang besar yang membeli sayuran hasil dari petani pemasok dan memberikan perlakuan pasca panen pada sayuran yang telah dibelinya berupa pembersihan, sortasi, pengklasifikasian dan pengemasan untuk kemudian memasarkannya ke pasar swalayan dan restoran. Dalam melakukan kegiatan usahanya, PT Sayuran Siap Saji tidak dapat memenuhi kebutuhan pasar sayurannya sendiri dikarenakan

keterbatasan sumber daya lahan dan tenaga kerja sehingga dilakukan langkah –

langkah dan upaya dalam mengembangkan kerjasama dengan petani agar semakin berkembang dan maju bersama. Hal ini dilakukan dalam rangka antisipasi terhadap kebutuhan dan permintaan pasar yang semakin meningkat dan dinamis, berkaitan dengan kuantitas, kualitas, ragam dan jenis sayuran. Oleh karena itu, sejak awal berdirinya, perusahaan ini menjalankan kerjasama dengan para petani sayuran melalui kemitraan yang menguntungkan dimana perusahaan bertindak sebagai penyedia input produksi sedangkan petani yang menjadi mitranya mengolah atau memproses input tersebut untuk menghasilkan output yang diharapkan.

Petani tomat di Desa Sukamanah sebagian besar hanya berprofesi tunggal sebagai petani. Faktor tingkat pendidikan yang sebagian besar di dominasi lulusan tingkat pendidikan sekolah dasar dan sekolah lanjutan tingkat pertama membuat mereka tidak memiliki banyak pilihan dalam menentukan mata pencaharian yang dijalankan sebagai profesinya. Mereka mengandalkan sumber daya alam yang dimiliki untuk kegiatan budidaya pertanian dengan konsep pengetahuan dan wawasan yang mereka dapatkan secara turun-temurun. Kondisi tersebut menyebabkan mereka sulit mengembangkan dan meningkatkan kegiatan pertanian yang dilakukan baik dari segi kualitas, kuantitas dan kontinuitas.

(23)

5

pasar swalayan dan restoran. Dengan demikian, perusahaan membutuhkan pasokan bahan baku secara berkelanjutan dari petani mitra untuk memenuhi kebutuhannya. Adapun konsumen utama PT Sayuran Siap Saji adalah pasar swalayan dan restoran oriental yang menjadikan produk sayuran produksi perusahaan menjadi produk olahan. Jenis sayuran yang berada di PT Sayuran Siap Saji terdiri dari sayuran lokal dan sayuran impor dari Asia Timur seperti Jepang dan Korea. Salah satu jenis sayuran lokal adalah tomat dimana PT Sayuran Siap Saji memperolehnya dari petani mitra.

Tomat merupakan jenis sayuran yang permintaannya terus mengalami peningkatan, namun PT Sayuran Siap Saji belum dapat memenuhi semua permintaan tersebut karena terdapat permasalahan pada petani apalagi pada saat ini cuaca di Indonesia yang tidak bagus, hal tersebut berpengaruh terhadap budidaya tomat tersebut karena musim hujan yang terus menerus penanaman tomatnya menghadapi banyak kendala seperti kerusakan pada tanamannya dan harga yang sangat berfluktuatif pada saat ini. Oleh karena itu, perusahaan perlu menjaga kontinuitas bahan baku agar produksi tomat menjadi lancar dan terus meningkat. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari PT Sayuran Siap Saji, diketahui bahwa permintaan terhadap tomat mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dapat dilihat pada Tabel 4.

Sumber : PT Sayuran Siap Saji (Desember 2013)

Berdasarkan tabel 4, dapat dilihat bahwa permintaan tomat setiap tahunnya semakin meningkat sedangkan untuk produksinya tidak dapat memenuhi permintaan setiap minggunya karena adanya permasalahan dari PT Sayuran Siap Saji sendiri yang tidak memiliki lahan sendiri oleh karena itu harus bekerjasama dengan mitra yaitu petani yang berada di daerah sekitar Megamendung.

Tomat yang dipasarkan oleh PT Sayuran Siap Sajimerupakan produk hortikultura yang mudah rusak. Kendala yang sering dialami oleh perusahaan menyangkut masalah kontinuitas, kuantitas dan kualitas produksi sayuran. Selain permasalahan dari sisi perusahaan, petani pada umumnya juga masih mengalami berbagai kendala dalam meningkatkan pendapatan karena hambatan dalam penerapan manajemen, sumber daya manusia, dan penggunaan teknologi yang tergolong sederhana dan ini terjadi pada petani non mitra. Berdasarkan hal tersebut, pengembangan pola kemitraan merupakan salah satu alternatif dalam mengatasi masalah tersebut.

(24)

6

yang sangat buruk pada beberapa bulan ini. Petani juga tidak mengikuti teknis yang baik karena tidak memiliki cukup dana sehingga pola budidaya tidak lagi mempertimbangkan baku teknis tetapi atas dasar kesesuaian dana yang tersedia.

PT Sayuran Siap Saji dengan petani mitra sudah memiliki kesepakatan

mengenai penyediaan faktor-faktor produksi yang diperlukan dalam

pembudidayaan tomat. PT Sayuran Siap Saji menyediakan faktor-faktor produksi yang dibutuhkan oleh para petani tomat mitra. Faktor-faktor produksi yang dibutuhkan diantaranya benih tomat dan saprotan lainnya. Dengan demikian, petani tomat harus dapat memanfaatkan faktor-faktor produksi tersebut untuk menghasilkan tomat yang sesuai dengan ketentuan. Adapun tujuan petani menjadi mitra adalah untuk meningkatkan pendapatan. Harapan petani mengikuti kemitraan agar pendapatan usahatani dapat meningkat, sehingga sangat cocok bagi petani untuk menanam tomat. Alasan-alasan petani bermitra menanam tomat disamping memperoleh peningkatan pendapatan yaitu adanya jaminan pemasaran produk, mudah pengusahaannya,cocok diusahakan di daerah tinggal petani dan harga yang sesuai.

PT Sayuran Siap Saji dengan petani mitra juga telah membuat kesepakatan mengenai jumlah tomat yang harus diserahkan petani kepada PT Sayuran Siap Saji setiap kali panen. Hal tersebut berarti jumlah tomat hasil panen para petani yang harus diserahkan kepada PT Sayuran Siap Saji sudah ditentukan dengan jumlah tertentu atau sesuai dengan kuota yang telah ditetapkan oleh PT Sayuran Siap Saji. Hal ini berlaku pula untuk semua jenis komoditas sayuran lainnya yang dihasilkan oleh para petani mitra. Sebelum adanya kemitraan, petani tomat mengaku mengalami kesulitan dalam pemasaran hasil panen dan harga jual yang sangat berfluktuatif. Hal tersebut dirasakan oleh petani sebagai hambatan yang berat karena umumnya petani tidak dapat memprediksi pergerakan harga dan permintaan.

(25)

7

1. Bagaimana pelaksanaan kemitraan antara petani tomat di Desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung, Jawa Barat dengan PT Sayuran Siap Saji?

2. Bagaimana perbandingan pendapatan petani tomat yang bermitra dan yang tidak bermitra dengan PT Sayuran Siap Saji?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini antara lain:

1. Mengkaji pelaksanaan kemitraan antara petani tomat dengan PT Sayuran Siap Saji.

2. Menganalisis tingkat pendapatan yang diperoleh petani tomat yang bermitra dan yang tidak bermitra dengan PT Sayuran Siap Saji.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan, antara lain :

1. Bagi PT Sayuran Siap Saji, hasil analisis ini dapat digunakan sebagai masukan dan pertimbangan dalam menjalankan operasional perusahaan dan dalam membuat rencana kerja selanjutnya.

2. Bagi penelitian-penelitian selanjutnya guna sebagai bahan referensi atau sumber informasi.

3. Bagi penulis, sebagai sarana untuk peningkatan kompetensi diri dalam hal menganalisis potensi dan permasalahan riil dalam sektor agribisnis secara sistematis, serta sebagai tugas mata kuliah Metodologi Riset Bisnis.

Ruang Lingkup Penelitian

(26)

8

TINJAUAN PUSTAKA

Budidaya Tomat

Tomat (Lycopersicum esculentum) dipercaya merupakan tanaman asli

Benua Amerika. Tomat pada mulanya ditemukan diantara celah – celah batu

pegunungan Peru dan kemudian muncul di Meksiko. Pembudidayaan tomat pertama kali dilakukan oleh suku Inca dan suku Aztec pada tahun 700 SM dengan

memberi nama tomat dengan julukan xictomatle. Tomat menyebar di benua Eropa

pada awal abad ke 16 dan menyebar di benua Asia pada abad ke 18 dimulai dari Filipina hingga sampai ke Indonesia. Sampai saat ini belum diketahui pasti kapan awal mula tomat mulai diusahakan sebagai salah satu usaha di bidang pertanian, tetapi yang jelas pada tahun 1811 tanaman tomat telah tersebar di seluruh wilayah Indonesia, terutama di dataran tinggi ( Tugiono 2007 dan Wiryanta 2002, dalam skripsi Fikri 2013)

Berdasarkan tipe pertumbuhannya, tanaman tomat dapat dibedakan atas tipe determinate dan indeterminate. Petani tomat membedakan tiga tingkat kematangan saat dipetik, yaitu hijau tua, merah muda (pecah warna) dan merah tua. Cara untuk menetukan indeks panen adalah dengan mengadakan perubahan

fisio kimia yang terjadi selama proses pematangan buah yaitu berturut – turut :

grren mature, break, turning, pink, light red and red. Buah tomat dapat dipanen dengan cara dipetik dengan tangan (cara tradisional).

Tugiyono (2007) mengemukakan bahwa tanaman tomat merupakan tanaman setahun, berbentuk perdu atau semak dan termasuk kedalam tanaman berbunga (Angiospermae). Daun tomat memiliki bentuk celah menyirip tanpa

daun penumpu (stippelae). Jumlah daunnya ganjil, antara 5 – 7 helai. Dilihat dari

bentuk batang, tanaman tomat memiliki batang yang berbentuk segiempat sampai bulat berwarna hijau dan mempunyai cabang akar. Akar tanaman tomat adalah

Selain dikelompokkan berdasarkan bentuk fisik tanamannya, jenis buah tomat juga banyak ditentukan berdasarkan bentuk buah dan juga kegunaanya. Beberapa jenis tomat yang lazim dikenal di masyarakat adalah tomat plum, tomat beef, tomat ceri, tomat hijau, tomat pear dan tomat anggur. Tomat yang diproduksi oleh mitra tani PT Sayuran Siap Saji tergolong kedalam jenis tomat hybrid bentuk fisiknya masuk kedalam tomat plum. Tomat yang ada di mitra tani PT Sayuran Siap Saji biasa disebut dengan tomat bandung atau tomat tw. Disebut tomat tw dikarenakan tomat tersebut awal benihnya berasal dari Taiwan, di

kalangan retailer dikenal dengan nama dagang tomat gelar.

Cahyono (2008) mengemukakan bahwa suhu rata – rata yang optimal bagi

(27)

9

pertumbuhan tomat adalah 80 persen. Untuk membudidayakan tanaman tomat dibutuhkan media tanam (tanah) yang subur, gembur, kaya akan unsur hara dengan karakter media tanam bertekstur lempung atau lempung berdebu dan

banyak mengandung humus dengan tingkat keasaman media tanam antara 5 – 6.

Tanaman tomat memiliki buah berbentuk bulat, bulat lonjong, bulat pipih atau oval. Buah yang masih muda berwarna hijau muda sampai hijau tua.

Sementara itu, buah yang sudah tua berwarna merah atau gelap, merah kekuning –

kuningan, atau merah kehitaman. Selain warna tersebut, tomat juga ada yang berwarna kuning (Wiryanta 2002). Tomat memiliki karakteristik rasa yang

segar,manis agak kemasam – masaman.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa budidaya tomat merupakan salah satu budidaya yang mudah untuk dilakukan karena untuk penanamannya sendiri tidak membutuhkan perawatan yang banyak, sehingga cocok untuk dikembangkan.

Keterkaitan Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu dimaksdukan untuk mengkaji penelitian – penelitian

yang telah dilakukan dengan mengangkat topik, komoditas, produk maupun alat analisis yang sama sehingga dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan penelitian dan dapat dijadikan pembelajaran. Penelitian mengenai kemitraan sudah banyak dilakukan sebelumnya, akan tetapi kajian mengenai pola kemitraan masih menarik untuk dibahas, karena saat ini persaingan usaha yang semakin kompetitif dan adanya fluktuasi keadaan ekonomi yang bisa menyebabkan usaha

yang dijalankan menjadi tidak teduga dan berbeda dengan tahun – tahun

sebelumnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Mia (2009) mengenai keberhasilan pelaksanaan kemitraan dalam meningkatkan pendapatan antara petani semangka di kabupaten Kebumen Jawa Tengah dengan CV. Bimandiri menunjukkan manfaat yang diperoleh petani melalui kemitraan. Berdasarkan hasil penelitian kemitraan yang di jalankan oleh CV. Bimandiri dirumuskan dalam sebuah memo kesepakatan antar kedua belah pihak yang memuat hak dan kewajibannya masing-masing. Hak petani sebagai mitra adalah petani mendapatkan harga jual sesuai dengan yang telah disepakati dan juga mendapatkan bimbingan teknis dari pihak perusahaan. Kewajiban petani adalah petani menanam semangka sesuai dengan jumlah dan kriteria buah yang diminta perusahaan. Berdasarkan analisis pendapatan usahatani diketahui bahwa pendapatan atas biaya total petani mitra lebih besar jika dibandingkan dengan pendapatan atas biaya total petani non mitra. Pendapatan atas biaya total petani mitra mencapai Rp 5.935.667, sedangkan pendapatan total petani non mitra adalah Rp 2.430.733. Hal ini disebabkan karena harga jual semangka petani mitra lebih besar dibandingkan dengan petani semangka nonmitra. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kemitraan yang dilakukan oleh petani semangka terbukti dapat meningkatkan pendapatan petani dengan perbedaan yang mencolok dengan pendapatan yang diterima petani non mitra. Hal ini menunjukkan kemitraan tersebut berhasil meningkatkan kesejahteraan petani semangka.

(28)

10

Brebes. Menurut hasil penelitian kondisi pelaku kerjasama, kondisi perusahaan cenderung menunjukkan kekuatan yang terletak pada faktor pemasaran, keuangan dan sumberdaya manusia. Adapun kelemahan perusahaan terletak pada faktor produksi serta penelitian dan pengembangan. Sebaliknya kondisi petani cenderung menunjukkan kekuatan pada faktor modal, produksi dan teknologi sedangkan kelemahannya terletak pada manajemen dan pemasaran. Kemitraan antara perusahaan dengan petani yang berlangsung selama ini belum mengalami hambatan meskipun kemitraan yang terbentuk hanya berdasarkan kesepakatan lisan saja. Namun begitu jika hal tersebut dibiarkan bukan tidak mungkin kemitraan yang berbentuk dikemudian hari akan mengalami permasalahan.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang menjadi referensi penelitian ini,dapat dikatakan bahwa adanya kemitraan tidak dapat menjamin petani dapat meningkatkan kesejahteraannya. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentuyang mengakibatkan kemitraan menjadi tidak signifikan dampaknya terhadap petani. Hal ini dapat dilihat pada penelitian yang dilakukan oleh Saraswati (2002)yang mengkaji dampak pelaksanaan kemitraan terhadap pendapatan petani mitra antara PT. Bumi Mekar Tani dengan petani kacang tanah di Kabupaten Subang. Berdasarkan analisis pendapatan usahatani diketahui bahwa pendapatan atas biaya total petani non mitra, sebelum bermitra pendapatan atas biaya total petani mitra mencapai Rp725.903,11 sedangkan setelah bermitra menjadi Rp 352.069,93. Angka ini juga sedikit lebih kecil dibandingkan dengan petani non mitra yaitu Rp 403.711,86. Dilihat dari segi pendapatan petani mitra, tidak terjadi peningkatan pendapatan yang diterima oleh petani mitra. Pendapatan petani mitra sebelum mengikuti kemitraan justru lebih besar jika dibandingkan dengan saat mereka mengikuti kemitraan. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya hal ini, berasaldari dalam kemitraan itu sendiri, yaitu pelunasan pinjaman petani mitra yang belum terselesaikan.

Deshinta (2006) melakukan penelitian tentang peranan kemitraan terhadap peningkatan pendapatan peternak broiler di Kabupaten Sukabumi. Hasilnya menunjukkan bahwa R/C ratio atas biaya total mitra 1,06 sedangkan non mitra 1,079 serta uji t terhadap total pendapatan bersih menunjukkan pendapatan tidak berbeda nyata (tidak signifikan). Kesimpulan hasil penelitian tersebut yaitu kemitraan tidak berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan peternak.

Penelitian tentang pengaruh kemitraan memberikan hasil yang

beragam.Fitriani (2003) melakukan analisis kemitraan dan efisiensi ekonomi usaha tenak ayam broiler di Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya,

Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa R/C ratio atas biaya total mitra

1,21 sedangkan mandiri 1,02 sehingga usahatani mitra lebih efisien karena penerimaan relatif stabil dibanding mandiri yang tergantung harga pasar. Dengan demikian kemitraan berpengaruh positif terhadap peningkatan pendapatan petani.

(29)

11

perjanjian. Meskipun demikian pelaksanaan kemitraan tersebut memberikan manfaat kepada petani yaitu adanya kepastian pasar, kepastian harga, meningkatkan pendapatan dan menambah pengetahuan mengenai budidaya kacang tanah. Berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani, petani mitra memperoleh pendapatan usaha yang lebih baik jika dibandingkan dengan petani non mitra,baik untuk pendapatan atas biaya tunai maupun pendapatan atas biaya total. Hasil imbangan dapat diketahui R/C atas biaya tunai dan total petani mitra yaitu 2,77 dan 1,47. sedangkan R/C atas biaya tunai dan biaya total 1,92 dan 0,96.dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kemitraan antara PT. Garudafood dengan petani kacang tanah mitra di Desa Palangan memberikan keuntungan bagi petani mitra, sehingga kemitraan dapat diteruskan.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang telah dipaparkan maka dapat disimpulkan bahwa adanya suatu kemitraan memberikan dampak besar kepada petani mitra khususnya. Dampak ini terjadi karena adanya berbagai bentuk bantuan yang diberikan oleh perusahaan seperti dalam hal permodalan, teknis, dan pemasaran. Namun ternyata tidak semua hasil penelitian menyimpulkan bahwa adanya kemitraan akan memberikan peningkatan pendapatan bagi petani mitranya, tentu hal ini terkait dengan banyak faktor. Hal inilah menjadi latar belakang fokus penelitian ini, yaitu mengukur pengaruh kemitraan pada pendapatan petani mitra pada komoditas tomat.

(30)

12

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Konsep Kemitraan

Konsep formal kemitraan sebenarnya telah tercantum dalam Undang-Undang Nomor 9 tahun 1995 yang berbunyi “Kerjasama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan”. Konsep tersebut diperjelas pada Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 1997 yang menerangkan bahwa bentuk kemitraan yang ideal adalah saling memperkuat, saling menguntungkan, dan saling melengkapi. Tujuan kemitraan adalah untuk meningkatkan pendapatan, kesinambungan usaha, meningkatkan kualitas sumberdaya kelompok mitra, peningkatan skala usaha, serta menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kelompok usaha mandiri (Sumardjo et all, 2004).

Maksud dan Tujuan Kemitraan

Berdasarkan pendekatan cultural, kemitraan bertujuan agar mitra

usahadapat mengadopsi nilai-nilai baru dalam berusaha seperti perluasan wawasan, prakarsa, kreatifitas, berani mengambil risiko, etos kerja, kemampuan aspek-aspek manajerial, bekerja atas dasar perencanaan dan berawawasan ke depan.Menurut Hafsah (2000), dalam kondisi yang ideal, tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kemitraan secara lebih konkret adalah :

1. Meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat, 2. Meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan,

3. Meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dan usaha kecil, 4. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional, 5. Memperluas lapangan kerja, dan

6. Meningkatkan ketahanan ekonomi nasional.

Saling membutuhkan merupakan salah satu azas tumbuhnya kerjasama antara dua belah pihak yang bermitra. Kerjasama antara perusahaan besar dengan petani kecil dapat berlangsung baik jika ada imbalan yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.

Dalam sistem agribisnis di Indonesia, terdapat lima bentuk kemitraan antara petani dengan pengusaha atau lembaga tertentu. Adapun bentuk kemitraan yang dijalankan oleh PT Sayuran Siap Saji dengan petani adalah Pola Kemitraan Inti Plasma.

Kendala – kendala dalam Kemitraan

(31)

13

beberapa kelemahan yang menjadi hambatan masih ditemukan antara lain sebagai berikut :

1. Lemahnya posisi petani karena kurangnya kemampuan manajerial, wawasan,dan kemampuan kewirausahaan. Kondisi ini mengakibatkan petani kurang dapat mengelola usahatani secara efisien dan komersial.

2. Keterbatasan petani dalam bidang permodalan, teknologi, informasi, dan akses pasar. Kondisi ini menyebabkan pengelolaan usahatani kurang mandiri sehingga mudah tersubordinasi oleh kepentingan pihak yang lebih kuat.

3. Kurangnya kesadaran pihak perusahaan agribisnis dalam mendukung permodalan petani yang lemah. Hal ini menyebabkan menjadi kesulitan mengembangkan produk usahatani sesuai dengan kebutuhan pasar.

4. Informasi tentang pengembangan komoditas belum meluas di kalangan pengusaha. Keadaan ini menyebabkan kurangnya calon investor yang akan menanamkan investasinya di bidang agribisnis.

5. Etika bisnis kemitraan yang berprinsip win win solution di kalangan

investoragribisnis di daerah masih belum berkembang sesuai dengan dunia agribisnis.

6. Komitmen dan kesadaran petani terhadap pengendalian mutu masih kurang sehingga mengakibatkan mutu komoditas yang dihasilkan tidak sesuai dengan kebutuhan pasar.

Penyebab lain kegagalan kemitraan adalah lemahya aspek manajerial dan sumberdaya manusia yang mengelola jalinan kemitraan itu, baik di tingkat perusahaan maupun petani atau yang memadukan kedua belah pihak yang bermitra. Kegiatan agribisnis yang menerapkan pola kemitraan memerlukan tenaga manajer dengan tingkat pengelolaan yang memadai tidak untuk aspek ekonomi dan teknik agribisnis, tetapi juga aspek sosial. Oleh karena itu, pembenahan dan peningkatan kemampuan sumberdaya manusia di bidang agribisnis dan keterkaitan antar subsistem agribisnis perlu terus dilakukan.

Syarat Membangun Kemitraan Usaha Hortikultura

Secara teoritis maupun empiris di perlukan beberapa syarat dalam membangun kemitraan usaha hortikultura yang dapat memadukan antara aspek pertumbuhan dan pemerataan dalam hubungan yang saling membutuhkan, memperkuat, dan menguntungkan (Daryanto, H dan Saptana (2009). Syarat-syarat kemitraan tersebut yaitu :

1. Membangun kemitraan harus didasari adanya saling kesetaraan (equality)

sehingga ada posisi tawar yang seimbang baik dalam membangun kesepakatan-kesepakatan kerja dan kontrak kerjasama usaha.

2. Membangun kemitraan harus ada saling kepercayaan. Menurut Dyer et

al(2002) dalam Daryanto, H dan Saptana (2009) terdapat empat isu mengenai

(32)

14

3. Kemitraan di bangun harus didasarkan keterbukaan, terutama dalam hak-hakdan kewajiban-kewajiban masing-masing pihak. Contoh hal yang mendasar bagi perusahaan mitra adalah adanya jaminan bahan baku dengan jumlah, kualitas dan kontinuitas yang diperlukan dalam setiap periode produksi sedangkan bagi petani adalah kepastian harga dan jaminan pasar.

4. Dalam membangun kemitraan usaha maka setiap tindakan yang dilakukana ntar pihak harus dapat di pertanggung jawabkan. Hal ini sering dilakukan petani ketika harga naik tinggi maka produksi akan di jual ke pasar bebasdan perusahaan mitra mengambil produk dari petani di luar mitra.

5. Kemitraan dibangun harus melakukan proses sosialiasasi yang matang dan memerlukan waktu, kesabaran, keterbukaan, kearifan dan ketekunan antar pihak

6. Kemitraan harus didasari atau dilakukan perencanaan produksi misalnya melakukan pengaturan produksi berupa kesepakatan jenis tanaman, pola tanaman, dan skala yang harus di usahakan.

7. Membangun kemitraan diperlukan adanya manajemen mutu dan standar kualitas.

8. Kemitraan usaha perlu memahami jaringan agribisnis hortikultura, sistem jaringan agribisnis menyangkut terhadap pola-pola, skala pengusahaan, usahatani dan pasca panen yang berbeda antara kemitraan usaha besar dengan kemitraan yang beskala menengah dan kecil.

9. Pentingnya konsolidasi kelembagaan di tingkat petani agar petani tetapberada pada posisi yang menguntungkan dalam kemitraan.

10.Meletakan integrasi koordinasi vertikal secara tepat.

11.Kemitraan juga harus mengandung kewirausahaan agar dapat menghasilkan produk hortikutura yang berdaya saing (Syahyuti, 2006 dalam Daryanto, H,2009), dan

12.Kemitraan usaha harus memiliki dukungan sistem informasi yang baik.

Konsep Usahatani

(33)

15

Kegiatan usahatani dapat berjalan jika didalamnya terdapat manajemen yang baik dari adanya peran petani sehingga petani dapat dikatakan sebagai manajer. Petani dengan kreatifitas yang tinggi akan lebih mampu mengelola usahataninya dengan lebih baik. Hasil akhir yang dicapai dari adanya pengelolaan yang baik ini adalah jumlah produksi yang meningkat dan keberhasilan usahatani. Sebagai manajer untuk usahataninya sendiri, petani harus mampu mengatasi permasalahan dan mengambil keputusan dalam mengatasi permasalahan tersebut.

Dalam kegiatannya usahatani dibedakan menjadi dua yaitu

memaksimumkan keuntungan dan meminimumkan biaya. Konsep

memaksimumkan keuntungan adalah mengalokasikan sumber daya dengan jumlah tertentu untuk memperoleh keuntungan yang maksimum, sedangkan konsep meminimumkan biaya yaitu dengan menekan biaya produksi sekecil-kecilnya untuk mencapai tingkat produksi tertentu (Soekartawi, 1986).

Soekartawi (2002) mendefinisikan usahatani sebagai pengorganisasian dari faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, modal dan manajemen yang dikelola oleh seseorang atau sekelompok orang untuk memperoleh hasil dari lapangan pertanian. Tjakrawiralaksana dan Soeriatmaja (1983) mendefinisikan usahatani sebagai suatu organisasi produksi di lapangan pertanian dimana terdapat unsur lahan yang mewakili unsur alam, unsur tenaga kerja yang bertumpu pada anggota keluarga tani, unsur modal yang beraneka ragam jenisnya, dan unsur pengolahan atau manajemen yang perannya dibawakan oleh seseorang yang disebut petani. Dalam hal ini, istilah usahatani mencakup kebutuhan keluarga, sampai pada bentuk yang paling modern yaitu mencari keuntungan atau laba. Soekartawi (2005) mengemukakan bahwa tujuan usahatani dapat dikategorikan menjadi dua yaitu memaksimumkan keuntungan dan meminimumkan pengeluaran. Konsep memaksimumkan keuntungan adalah bagaimana mengalokasikan sumberdaya dengan jumlah tertentu seefisien mungkin untuk memperoleh keuntungan maksimum. Sedangkan konsep meminimumkan pengeluaran berarti bagaimana menekan pengeluaran produksi sekecil-kecilnya untuk mencapai tingkat produksi tertentu.

Unsur – unsur Pokok Usahatani 1. Unsur Lahan

Unsur lahan pada hakekatnya adalah permukaan bumi yang merupakan bagian dari alam. Fungsi lahan dalam usahatani yaitu:

1. Tempat menyelenggarakan kegiatan produksi pertanian (usaha bercocok tanamdan pemeliharaan hewan ternak).

(34)

16

bagian lain dapat juga berfungsi sebagai faktor atauunsur modal usahatani. Empat golongan petani berdasarkan luas tanah yang dimiliki yaitu:

1. Golongan petani luas (kepemilikan lahan >2 hektar),

2. Golongan petani sedang (antara 0,5 – 2 hektar),

3. Golongan petani kecil (kepemilikan lahan 0,5 hektar), 4. Golongan buruh tani tidak memiliki lahan.

2. Tenaga Kerja

Tjakrawiralaksana dan Soeriatmaja (1983) menyatakan bahwa unsur tenagakerja dalam usahatani diperlukan untuk menyelesaikan berbagai macampekerjaan. Pekerjaan-pekerjaan dalam usahatani menurut sifatnya dapat dikelompokkan menjadi:

1. Pekerjaan yang bersifat produktif (mengolah lahan, menyiangi, memupuk dan mencegah hama dan penyakit),

2. Pekerjaan-pekerjaan yang bersifat investasi (membuka hutan untuk lahan pertanian, memperbaiki pematang, membuat teras),

3. Pekerjaan-pekerjaan yang bersifat umum (memperbaiki alat-alat, menjemur hasil produksi, membeli sarana produksi dan menyelenggarakan akuntansi usahatani).

Dalam usahatani unsur kerja dapat diklasifikasikan dalam tenaga kerja manusia dan tenaga kerja ternak. Tenaga kerja manusia dibedakan lagi ke dalam jenisnya tenaga kerja pria, tenaga wanita, tenaga anak-anak (berumur di bawah 15tahun). Menurut Soekartawi (2002), umur tenaga kerja di pedesaan juga sering menjadi penentu besar kecilnya upah. Mereka yang tergolong di bawah usia dewasa akan menerima upah juga lebih rendah bila dibandingkan dengan tenaga kerja dewasa. HOK (hari orang kerja) atau setara hari kerja pria (HKP) adalah upah tenaga kerja yang bersangkutan dibagi upah tenaga kerja pria. Menurut Tjakrawiralaksana dan Soeriatmaja (1983) pengukuran tenaga kerja dalam usahatani umumnya diukur dengan jumlah “hari”. Dalam satu hari biasanya selama 7 jam dan ukurannya biasa dibulatkan kepada satuan hari kerja.

3. Modal

(35)

17

4. Pengelolaan

Hernanto (1989) menyatakan bahwa pengelolaan usahatani adalah

kemampuan petani menentukan, mengorganisir, dan mengkoordinasikan faktor –

faktor produksi yang dikuasainya sebaik-baiknya dan mampu memberikan produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan.

Penerimaan Usahatani

Penerimaan tunai usahatani dapat didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani (Soekartawi, 1986). Pinjaman dalam usahatani tidak termasuk ke dalam penerimaan tunai begitu pula dengan bunga pinjaman dan jumlah pokok pinjaman. Penerimaan tunai usahatani yang didapat akan mendorong petani untuk dapat mengalokasikannya dalam berbagai kegunaan atau keperluan petani seperti untuk biaya produksi berikutnya, tabungan, dan pengeluaran lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga petani.

Bentuk penerimaan tunai usahatani dapat menggambarkan tingkat kemajuan ekonomi usahatani dalam spesialisasi dan pembagian kerja. Besarnya proporsi penerimaan tunai dari total penerimaan termasuk natura dapat digunakan sebagai perbandingan keberhasilan petani satu terhadap petani yang lain (Hernanto, 1991). Penerimaan usahatani adalah nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu. Penerimaan ini mencakup semua produk yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, digunakan dalam usahatani untuk benih, dan yang digunakan sebagai pembayaran yang disimpan. Penilaian ini berdasarkan perkalian antara total produksi dengan harga pasar yang berlaku. Menurut

Soekartawi et al (1986), penerimaan total usahatani (farm receipt) didefinisikan

sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan pokok usahatani. Penerimaan tunai usahatani tidak mencakup uang untuk keperluan usahatani. Pendapatan kotor

usahatani (gross farm income) didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani

dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Istilah

lain untuk pendapatan kotor usahatani adalah nilai produksi (value of production)

atau penerimaan kotor usahatani (gross return). Dalam menaksir pendapatan

kotor, semua komponen produk yang tidak dijual harus dinilai berdasarkan harga pasar. Pendapatan kotor usahatani adalah ukuran hasil perolehan total sumberdaya

yang digunakan dalam usahatani (Soekartawi etal, 1986). Penerimaan usahatani

adalah nilai produksi yang diperoleh dalam jangka waktu tertentu dan merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi total dengan harga satuan dari hasil produksi tersebut (Hernanto 1986). Penerimaan usahatani dibagi menjadi :

1. Penerimaan Tunai Usahatani

Penerimaan tunai usahatani adalah nilai yang diterima dari penjualan produk usahatani.

2. Penerimaan Total Usahatani

Penerimaan total usahatani adalah penerimaan dalam jangka waktu (biasanya satu tahun atau satu musim), baik yang dijual (tunai) maupun yang tidak dijual (tidak tunai seperti konsumsi keluarga, bibit, pakan ternak).

Ukuran yang sangat berguna untuk menilai penampilan usahatani kecil

adalah penghasilan bersih usahatani (net farm earnings). Angka ini diperoleh dari

(36)

18

kepada modal pinjaman (Soekartawi et al, 1986). Pendapatan yang besar tidak

selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi karena ada kemungkinan pendapatan yang besar itu diperoleh dari investasi yang berlebihan. Oleh karena itu, dalam analisis pendapatan usahatani selalu diikuti dengan pengukuran efisiensi. Menurut Tjakrawiralaksana dan Soeriatmaja (1983), analisis hubungan penerimaan dan biaya (R/C) dapat dipakai untuk melihat keuntungan relatif dari kegiatan cabang usahatani berdasarkan perhitungan finansial. Dalam analisis ini akan diuji seberapa jauh setiap nilai rupiah, biaya yang dipakai dalam kegiatan cabang usahatani yang bersangkutan dapat memberikan sejumlah nilai penerimaan sebagai manfaatnya. Jika unsurpenerimaan dan biaya total telah diperoleh maka R/C dapat dihitung.

Konsep Biaya Usahatani

Pengeluaran total usahatani (total farm expense) merupakan nilai semua

masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi, termasuk tenaga kerja keluarga petani. Selisih antara pendapatan kotor dan pengeluaran total usahatani disebut pendapatan bersih usahatani. Pendapatan bersih usahatani dapat digunakan untuk mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani. Oleh karena itu, pendapatan bersih usahatani merupakan ukuran keuntungan usahatani yang dapat

dipakai untuk dapat membandingkan penampilan beberapa usahatani

(Soekartawiet al, 1986).

Konsep biaya usahatani lebih mengkaji ke biaya-biaya produksi. Biaya

produksi dalam usahatani dapat dibedakan dalam beberapa bagian

(Hernanto,1989):

A. Berdasarkan jumlah output yang dihasilkan terdiri dari:

1. Biaya tetap, adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya pajak tanah, sewa tanah, penyusutan alat-alat bangunan pertanian dan bunga pinjaman.

2. Biaya variabel, adalah biaya yang berhubungan langsung dengan jumlah produksi, misalnya pengeluaran untuk benih, pupuk, obat-obatan, dan biaya tenaga kerja.

B. Berdasarkan biaya yang langsung dikeluarkan dan langsung diperhitungkan terdiri dari:

1. Biaya tunai, adalah biaya tetap dan biaya variabel yang langsung dibayar tunai. Biaya tetap misalnya pajak tanah dan Bunga pinjaman, sedangkan biaya variabel misalnya biaya untuk pengeluaran benih, obat-obatan, pupuk, dan tenaga kerja. Biaya tunai ini berguna untuk melihat pengalokasian modal yang dimiliki petani.

(37)

19

Analisis Pendapatan Usahatani

Kegiatan usahatani sebagai satu kegiatan untuk memperoleh produksi di lahan pertanian, akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh. Selisih keduanya merupakan pendapatan dari kegiatan usahatani. Petani dalam kegiatan ini bertindak sebagai pengelola, pekerja, sekaligus penanam modal dalam usahanya, sehingga dapat digambarkan balas jasa dari kerjasama faktor-faktor produksi (Soeharjo dan Patong, 1973).

Menurut Hernanto (1986), pendapatan adalah balas jasa dari kerjasama faktor-faktor produksi lahan, tenaga kerja, modal, dan pengelolaan. Pendapatan dapat didefinisikan sebagai sisa dari pengurangan nilai penerimaan yang diperoleh dari biaya yang dikeluarkan. Untuk mengukur keberhasilan usahatani dapat dilakukan dengan melakukan analisis pendapatan usahatani. Dengan melakukan analisis ini maka dapat diketahui gambaran usahatani saat ini sehingga dapat melakukan evaluasi untuk perencanaan kegiatan usahatani pada masa yang akan datang.

Analisis pendapatan mempunyai kegunaan bagi petani maupun bagi pemilik faktor produksi. Terdapat dua tujuan utama dari analisis pendapatan yaitu (1) menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha, (2) menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan. Bagi petani analisis pendapatan memberikan bantuan untuk mengukur apakah kegiatan usahataninya pada saat ini berhasil atau tidak (Soeharjo dan Patong, 1973). Berdasarkan analisis

pendapatan usahatani, petani akan terdorong untuk mengalokasikan

pendapatannya untuk berbagai pemenuhan kebutuhan, seperti biaya produksi periode berikutnya, tabungan, serta pengeluaran lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga petani.

Menurut Soeharjo dan Patong (1973), suatu kegiatan usahatani dikatakan sukses apabila situasi pendapatannya memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1. Cukup untuk membayar semua pembelian sarana produksi, termasuk biaya

angkutan dan biaya administrasinya.

2. Cukup untuk membayar bunga modal yang ditanamkan termasuk pembayaran sewa tanah dan pembayaran dana depresiasi modal.

3. Cukup untuk membayar upah tenaga kerja yang dibayar tunai atau bentuk-bentuk upah lainnya untuk tenaga kerja yang tidak diupah.

Ukuran Pendapatan Usahatani

Kemampuan usahatani untuk menghasilkan uang tunai dapat diiukur oleh adanya pendapatan tunai usahatani. Pendapatan tunai usahatani merupakan selisih antara penerimaan tunai usahatani dengan pengeluaran usahatani. Pendapatan usahatani juga meliputi pendapatan kotor dan pendapatan bersih

(38)

20

Selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan total pengeluaran usahatani disebut pendapatan bersih usahatani. Pendapatan bersih usahatani ini mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani akibat dari penggunaan faktor-faktor produksi. Pendapatan bersih usahatani ini merupakan ukuran keuntungan usahatani yang dapat digunakan untuk menilai dan membandingkan beberapa usahatani lainnya. Ukuran yang digunakan untuk menilai usahatani adalah dengan penghasilan bersih usahatani yang merupakan pengurangan antara pendapatan bersih usahatani dengan bunga pinjaman, biaya yang diperhitungkan, dan penyusutan.

Kerangka Pemikiran Operasional

Kemitraan antara petani tomat di Desa Sukamanah, Kabupaten Bogordengan PT Sayuran Siap Saji diawali dari program yang dimiliki oleh PT Sayuran Siap Saji untuk mengembangkan tomat sebagai salah satu jenis sayuran

yang dibudidayakan di tempat penelitian. Melalui program kemitraan ini

(39)

21

Gambar 1Kerangka Pemikiran Operasional

Permasalahan

1. Permintaan tomat yang tinggi di PT. Sayuran Siap Saji sehingga tidak

dapat memenuhi permintaan konsumen

2. Tidak adanya kepastian harga jual tomat sehingga apabila harganya

turun maka petani mengalami kerugian .

3. Ketidakpastian pasar untuk penjualan tomat di daerah Sukamanah

sehingga petani mengalami kebingungan dalam menjual hasil produksinya, oleh karena itu diadakan kemitraan dengan PT Sayuran Siap Saji

1. Mengkaji pelaksanaan kemitraan antara petani tomat dengan PT Sayuran Siap Saji.

2. Menganalisis tingkat pendapatan yang diperoleh petani tomat yang bermitradan yang tidak bermitra dengan PT Sayuran Siap Saji.

Usahatani, Input, proses produksi, output, biaya dan

pendapatan petani mitra

Usahatani, Input ,proses produksi, output, biaya dan pendapatan petani non mitra

Penerimaan usahatani sayuran,

biaya produksi, pendapatan

usahatani dan Analisis R/C

(40)

22

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Desa Sukamanah, Kecamatan

Megamendung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara

sengaja (purposive) karena merupakan salah satu penghasil tomat di Kabupaten

Bogor. Selain itu, daerah ini juga memiliki potensi besar untuk membudidayakan tomat. Waktu pengumpulan data dilaksanakan bulan Desember hingga Januari 2014.Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder baik data yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh melalui observasi langsung di lapangan, wawancara langsung dan pengisian kuisioner yang diajukan kepada responden. Wawancara dilakukan dengan petani tomat dan lembaga-lembaga yang terkait seperti dinas pertanian. Data sekunder diperoleh dari informasi tertulis perusahaan dan dari literatur-literatur yang relevan seperti buku, majalah pertanian, internet, Dinas Pertanian Kabupaten Bogor, Badan Pusat Statistika, perpustakaan IPB dan instansi lainnya yang dapat membantu untuk ketersediaan data.

Jenis dan Sumber Data

Data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer sebagai data utama dan data sekunder sebagai data penunjang. Penentuan responden petani tomat mitra dilakukan secara sensus, sedangkan penentuan

responden petani tomat non mitra dilakukan secara purposive (sengaja). Populasi

petani sayuran yang bermitra dengan PT Sayuran Siap Saji berjumlah 43 orang petani yang menanam berbagai macam jenis sayuran seperti tomat, saycin, lobak, daun bawang, kol, bunga kol, dan lain sebagainya. Adapun dari 43 orang petani tersebut, terdapat 16 orang petani yang menanam tomat. Jumlah petani responden yang diambil pada penelitian ini sebanyak 32 orang yang terdiri dari 16 orang petani tomat mitra PT Sayuran Siap Saji dan 16 orang petani tomat non mitra. Responden yang merupakan petani tomat non mitra dipilih berdasarkan letak kepemilikan lahan yang berlokasi disekitar lahan petani tomat yang bermitra dengan PT Sayuran Siap Saji. Data primer diperoleh melalui wawancara dan pengisian kuesioner, baik kepada pihak perusahaan maupun petani. Pihak perusahaan dipilih orang yang dianggap paling mengetahui teknis pelaksanaan kemitraan. Pihak petani, sampel yang dipilih adalah 16 orang petani tomat yang mengikuti kemitraan dengan PT Sayuran Siap Saji dan 16 petani di luar kemitraan. Data sekunder diperoleh dari data dan laporan yang dimiliki perusahaan serta berbagai laporan yang terkait dengan topik kemitraan.

Metode Pengolahan Data

(41)

23

pendapatan usahatani dan R/C untuk melihat adakah perbedaan nyata antararata-rata pendapatan petani mitra dan non mitra.

Metode Analisis Data

Data yang diolah dan dianalisis pada penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif dianalisis menggunakan analisis depkriptif. Pada penelitian kualitatif, verifikasi data dilakukan secara terus menerus sepanjang proses penelitian berlangsung yang terdiri dari pengumpulan data, analisis data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Pengumpulan data dan analisis data dilakukan secara bersamaan. Kemudian data-data tersebut direduksi melalui proses pemilihan dan pengkategorian data-data yang sesuai. Reduksi data bertujuan untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dari penelitian ini dapat dirancang dengan tepat.

Adapun analisis data kuantitatif menggunakan analisis keragaan usahatani meliputi analisis pendapatan usahatani, dan analisis R/C . Kelayakan pengembangan usahatani sayuran secara finansial dianalisis dengan menggunakan R/C rasio. Perhitungan data kuantitatif dibantu dengan kalkulator dan komputer

dengan menggunakan Software Microsoft Office Excel.

Analisis Pendapatan Usahatani

Menurut Soekartawi (1986), analisis pendapatan usahatani bertujuan untuk mengetahui besar keuntungan yang diperoleh dari kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani. Untuk menghitung pendapatan usahatani dapat digunakan rumus:

Pendapatan (π) = TR – TC

Pendapatan (π) = (P x Q) – (Biaya Tunai + Biaya Diperhitungkan) Dimana:

TR : Total Penerimaan

TC : Biaya Tunai + Biaya yang Diperhitungkan

Pendapatan dikatakan positif atau mengalami keuntungan apabila nilai pendapatan (π) bernilai positif yang berarti total penerimaan yang diterima petani lebih besar dibandingkan total biaya yang dikeluarkan petani. Sebaliknya jika

nilai pendapatan (π) bernilai negatif, maka dapat dikatakan petani mengalami

kerugian yang berarti total biaya yang dikeluarkan lebih besar dibandingkan total penerimaan yang diperoleh petani.

(42)

24

Analisis Rasio Penerimaan dengan Biaya yang Dikeluarkan (Analisis R/C )

Analisis R/C bertujuan untuk menguji sejauh mana hasil yang diperoleh dari usaha tertentu cukup menguntungkan atau sebaliknya. Analisis R/C membandingkan antara penerimaan yang diterima dengan biaya yang dikeluarkan pada satu periode tertentu yang diterima oleh pelaku usaha. Perhitungan R/C dibedakan menjadi dua yaitu perhitungan untuk R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total. R/C atas biaya tunai dihitung dengan membandingkan total penerimaan dengan biaya tunai yang dikeluarkan. Sedangkan R/C atas biaya total didapatkan dengan membandingkan total penerimaan dengan biaya total yang dikeluarkan. Dimana biaya total merupakan penjumlahan dari biaya tunai dengan biaya diperhitungkan. Secara lebih singkat rumus untuk mendapatkan nilai R/C rasio adalah sebagai berikut.

R/C atas biaya tunai =

R/C atas biaya total =

Dalam melaksanakan kegiatan usahatani petani harus mendapatkan /imbangan antara total penerimaan dan total biaya yang dikeluarkan harus lebih besar dari satu (R/C > 1). Jika nilai R/C kurang dari satu petani akan mengalami kerugian karena hal ini menunjukkan biaya yang dikeluarkan oleh petani lebih besar daripada total penerimaan yang diterima petani. Nilai R/C juga digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan petani yaitu dengan mengukur besarnya rupiah pengembalian dari setiap Rp. 1 yang dikeluarkan petani.

Uji Beda

Analisis Paired t-Test digunakan untuk menguji apakah terdapat perbedaan pendapatan petani tomat setelah melakukan kegiatan kemitraan. Pertimbangan yang dilakukan yaitu :

H0 : X2 – X1 = 0

H1 : X2 – X1 ≠ 0

Dimana:

H0 : Rata – rata kondisi sebelum dan sesudah adanya kemitraan adalah identik

(tidak berpengaruh nyata)

H1 : Rata – rata kondisi sebelum dan sesudah adanya kemitraan adalah tidak identik (berpengaruh nyata)

Dasar pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai P-value dengan nilai µ, yaitu jika probabilitas atau P-Value > µ, maka H0 diterima

tetapi jika P-Value < µ maka H0 ditolak. Besarnya selang kepercayaan (µ) yang

(43)

25

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

PT. Sayuran Siap Saji merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di

bidang agribisnis, tepatnya sebagai produsen dan Trading Company di bidang

sayuran potong. Tatang (Theo) Hadinata adalah pemilik dan pimpinan PT

Sayuran Siap Saji yang pada awalnya adalah seorang pengusaha

konstruksi.Perkembangan dunia pertanian dan agribisnis yang begitu pesat dandinamis mendorong PT Sayuran Siap Saji melakukan langkah-langkah strategis dalam memenuhi tuntutan pasar terhadap kebutuhan sayuran, baik sayuran konvensional maupun organik yang semakin tinggi. Tidak saja mutu jumlah, dan kontinuitasnya, namun lebih daripada itu, kecepatan dan ketepatan distribusi merupakan suatu keniscayaan yang harus dipenuhi. Maksud dan tujuan dibentuknya kelompok tani PT Sayuran Siap Saji adalah untuk membantu dan memfasilitasi para petani dalam pembelajaran, transfer atau alih tekhnologi melalui pelatihan, dan pemagangan, terutama budidaya termasuk di dalamnya sekolah lapang pemberantasan hama penyakit terpadu, pemasaran, penyiapan benih-benih unggul yang berkualitas, sehingga petani dapat menghasilkan produk sayuran sesuai dengan kebutuhan pasar.

Perkembangan dunia pertanian dan agribisnis yang begitu pesat dan dinamis mendorong PT Sayuran Siap Saji melakukan langkah-langkah strategis dalam memenuhi tuntutan pasar terhadap kebutuhan sayuran, baik sayuran konvensional maupun organik yang semakin tinggi. Tidak saja mutu jumlah, dan kontinuitasnya, namun lebih daripada itu, kecepatan dan ketepatan distribusi merupakan suatu keniscayaan yang harus dipenuhi. Maksud dan tujuan dibentuknya kemitraan antara PT Sayuran Siap Saji dengan petani adalah untuk membantu dan memfasilitasi para petani dalam pembelajaran, transfer atau alih tekhnologi melalui pelatihan, dan pemagangan, terutama budidaya termasuk di dalamnya sekolah lapang pemberantasan hama penyakit terpadu, pemasaran, penyiapan benih-benih unggul yang berkualitas, sehingga petani dapat menghasilkan produk sayuran sesuai dengan kebutuhan pasar.

Permintaan pasar terhadap produk sayuran potong yang terus meningkat dan bervariasi mengharuskan petani membentuk kelompok atau jaringan yang terorganisir agar mampu memenuhi spesifikasi kebutuhan dan permintaan konsumen dan pasar. Berdasarkan hal itu,tujuan utama dan muara dari usaha agribisnis ini tercapai :

1. Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan petani. 2. Membuka lapangan dan peluang kerja baru.

3. Penyerapan tenaga kerja produktif yang putus dan tidak mampu melanjutkan sekolah.

Gambar

Tabel 1 Produksi komoditas sayuran di Indonesia tahun 2007-2011
Tabel 3 Data produksi tomatdi wilayah Jawa Barat tahun 2008-2012
Tabel 4 Produksi dan Permintaan Tomat di PT Sayuran Siap Saji pada Tahun 2010 - 2013
Gambar 1Kerangka Pemikiran Operasional
+2

Referensi

Dokumen terkait