• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kekuatan Tekan Tegak Lurus Serat Cross Laminated Timber Kayu Mindi (Melia Azedarach Linn ) Dan Sengon (Falcataria Moluccana (Miq.) Barneby & J.W Grimes)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kekuatan Tekan Tegak Lurus Serat Cross Laminated Timber Kayu Mindi (Melia Azedarach Linn ) Dan Sengon (Falcataria Moluccana (Miq.) Barneby & J.W Grimes)"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

KEKUATAN TEKAN TEGAK LURUS SERAT PADA

PERMUKAAN PANEL CROSS LAMINATED TIMBER KAYU

MINDI (

Melia azedarach

Linn) DAN SENGON (

Falcataria

moluccana

(Miq.) Barneby & J.W Grimes)

NURLAELA

DEPARTEMEN HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kekuatan tekan tegak lurus serat pada permukaan Cross Laminated Timber kayu mindi (Melia azedarach Linn ) dan sengon (Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & J.W Grimes adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

(4)

ABSTRAK

NURLAELA. Kekuatan Tekan Tegak Lurus Serat Cross Laminated Timber Kayu Mindi (Melia azedarach Linn ) dan Sengon (Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & J.W Grimes). Dibimbing oleh SUCAHYO SADIYO.

Cross Laminated Timber (CLT) adalah salah satu produk rekayasa kayu yang berkembang beberapa tahun terakhir. Dibuat dengan cara menyusun lamina secara bersilangan dan direkatkan dengan perekat atau paku. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguraikan karakteristik sifat fisis dan kekuatan tekan tegak lurus serat pada permukaan cross laminated timber kayu mindi (Melia azedarach Linn ) dan sengon (Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & J.W Grimes ). Hasil penelitian menunjukkan panel CLT mindi lebih kuat dibandingkan dengan panel CLT sengon. Sifat fisis panel CLT mindi diantaranya kerapatan, kadar air, susut-kembang volume, delaminasi air dingin dan air panas lebih tinggi dibandingkan dengan panel CLT sengon. Kekuatan tekan tegak lurus serat pada permukaan panel CLT diuji dengan empat tipe pembebanan yaitu pinggir-sejajar serat, pinggir-tegak lurus serat, tengah-sejajar serat, dan tengah-tegak lurus serat. Kekuatan tekan tertinggi dari kedua jenis CLT dihasilkan pada posisi plat beban diletakkan di tengah dengan permukaan plat tegak lurus serat kayu pada permukaan CLT. Kekuatan tekan tegak lurus panel CLT mindi lebih tinggi dibandingkan dengan panel CLT sengon.

Kata kunci: CLT, sengon, mindi, dan kekuatan tekan tegak lurus serat.

ABSTRACT

NURLAELA. Compression Strength Perpendicular to Grain in Cross Laminated Timber made from Mindi wood (Melia azedarach L) and Sengon (Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & Grimes). Supervised by SUCAHYO SADIYO.

Cross Laminated Timber (CLT) is a wood engineering product was development in recent years. CLT made with cross laminae and bounded by adhesive or nails. The aim of this research was to determined characteristic of physical properties and compression strength prependicular to grain in panel surface of cross laminated timber made from mindi wood (Melia azedarach Linn) and sengon (Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & J.W Grimes). The results showed that CLT mindi panel more stronger than CLT sengon panel. Physical properties such as density, moisture contents, swelling-shrinkage, cold water delamination and hot water delamination of CLT mindi panel is higher than CLT sengon panel. The highest values of compression strength for those two species timber CLT possessed by panel CLT tested in load position at the central with orientation of the steel bars in perpendicular to the grain direction at the CLT-surface. Compression strength prependicular to grain CLT mindi panel is more higher than CLT sengon panel.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Hasil Hutan

KEKUATAN TEKAN TEGAK LURUS SERAT PADA

PERMUKAAN PANEL CROSS LAMINATED TIMBER KAYU

MINDI (

Melia azedarach

Linn) DAN SENGON (

Falcataria

moluccana

(Miq.) Barneby & J.W Grimes)

NURLAELA

TEKNOLOGI HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Kekuatan tekan tegak lurus pada permukaan cross laminated timber kayu mindi (Melia azedarach Linn ) dan sengon (Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & J.W Grimes). Penelitian tersebut dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2014.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Sucahyo Sadiyo M.S selaku dosen pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada kedua orang tua Bapak Unang Mulyana, Ibu Ida Rodiah, dan adik-adik Sahrul Sidik, Hikmat Taopik dan Yana Maulana yang telah memberi dorongan dan semangat. Ucapan terimakasih pula penulis sampaikan kepada teman-teman THH 48 khususnya Eva Purwaningsih dan rekan-rekan satu pembimbing skripsi, Nur Rofiq,

Gunawan Anggi, Fikri Nur Haris, serta Muhamad Irfan dari Laboratorium Desain

Bangunan Kayu yang telah membantu selama penelitian berlangsung.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan di skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat memenuhi tujuan penyusunan serta bermanfaat bagi pembaca sekalian. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan dan Pendekatan Masalah 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Bahan 2

Alat 2

Prosedur Pengujian 2

Pengujian Sifat Fisis Panel CLT 3

Pengujian Sifat Mekanis Panel CLT 4

Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Sifat Fisis Panel CLT 6

Kerapatan 6

Kadar Air 7

Kembang Susut 7

Delaminasi Air Dingin dan Air Panas 8

Sifat Mekanis Panel CLT 9

Keteguhan Rekat 9

Kekuatan Tekan Tegak Lurus Serat 10

Deformasi 13

SIMPULAN DAN SARAN 14

Simpulan 14

Saran 15

DAFTAR PUSTAKA 15

LAMPIRAN 17

(10)

DAFTAR GAMBAR

1 Contoh uji pengujian keteguhan rekat 4

2 Tipe pembebanan yang diaplikasikan pada permukaan panel CLT 5

3 Kurva gaya-deformasi panel CLT 6

4 Nilai keraptan panel CLT 45° sengon dan CLT 45° mindi 7 5 Nilai kadar air panel CLT 45° sengon dan CLT 45° mindi 7 6 Persentase kembang-susut volume rata-rata panel CLT 45° sengon dan CLT

45° mindi 8

7 Rata-rata delaminasi air dingin dan air panas panel CLT 45° sengon dan

CLT 45° mindi 9

8 Nilai rata-rata keteguhan rekat panel CLT 45° sengon dan CLT 45° mindi 10

9 Pola sebaran rataan σtk┴ proporsional panel CLT 45° sengon dan CLT 45°

mindi 11

10 Pola sebaran rataan σtk┴ maksimum panel CLT 45° sengon dan CLT 45°

mindi 12 11 Pola sebaran rataan deformasi batas proporsional panel CLT 45° sengon

dan panel CLT 45° mindi 13

12 Pola sebaran rataan deformasi batas maksimum panel CLT 45° sengon

dan panel CLT 45° mindi 14

13 Bentuk-bentuk kerusakan yang terjadi akibat pembebanan 19

DAFTAR LAMPIRAN

1. Rata-rata kadar air, kerapatan, susut volume, pengembangan volume,

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Selama berabad-abad kayu yang digunakan untuk bahan bangunan merupakan kayu berdiameter besar, kuat, awet dan memiliki estetika yang menarik yang berasal dari hutan alam. Ketersediaan kayu tersebut sekarang ini sulit ditemui di pasaran, hal ini sejalan dengan kerusakan hutan yang parah. Sementara sekarang sebagai substitusi kayu dari hutan alam, dipasaran banyak kayu-kayu yang berasal dari hutan rakyat atau hutan tanaman rakyat dengan karakteristik kayu diameter kecil, tidak cukup kuat, tidak cukup awet, dan tidak semenarik kayu dari hutan alam. Kayu-kayu ini termasuk dalam jenis cepat tumbuh (fast growing species), diantaranya kayu mindi (Melia azedarach Linn.) dan sengon (Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & Grimes). Untuk menyiasati bahan baku tersebut, maka semakin dikembangkannya teknologi dibidang rekayasa kayu agar kayu-kayu tersebut dapat digunakan sebagai bahan struktural yang berkualitas tinggi.

Produk terkini dari bidang rekayasa kayu adalah cross laminated timber (CLT). Menurut Associates (2010), CLT merupakan produk rekayasa kayu yang dibentuk dengan penyusunan sejumlah lapisan kayu secara bersilangan satu sama lainnya dan kemudian direkatkan. CLT pertama kali dikenalkan pada 1990-an di Eropa dan cukup sukses (Zumbrunnen, Fovargue dan Green 2012). Keunggulan CLT adalah dimensinya stabil, kuat dan sifatnya seragam sehingga mampu menyalurkan beban secara merata (Wood Naturally Better 2010). Produk CLT dapat diaplikasikan untuk penggunaan lantai, dinding, atap maupun fitur arsitektur bangunan kayu. Di Jerman dan Austria, CLT diaplikasikan sebagai dinding untuk bangunan bertingkat seperti sekolah dan perumahan, bahkan di Austria ada sebuah jembatan yang terbuat dari CLT di Jalan Wandritsch, Murau Styria (Mendegarian dan Milev 2010). Di jalan Waterson di London terdapat bangunan tingkat menengah berupa apartemen dengan lima lantai yang terbuat dari CLT dan tertinggi sampai tahun 2005 (Zumbrunnen, Fovargue dan Green 2012).

Pengujian tekan tegak lurus serat pada permukaan panel CLT ditujukan untuk penggunaan sebagai komponen strukutural pada bangunan kayu. Pengujian tersebut dapat memberikan informasi ilmiah mengenai sifat-sifat CLT kayu mindi dan sengon dari hutan tanaman rakyat, sehingga nantinya dapat memberikan nilai tambah pada pemanfaatan kayu mindi dan sengon dari hutan tanaman rakyat.

Perumusan dan Pendekatan Masalah

(12)

2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan karakteristik sifat fisis dan kekuatan tekan tegak lurus serat pada permukaan cross laminated timber kayu mindi (Melia azedarach Linn) dan sengon (Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & J.W Grimes).

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai sifat fisis dan kekuatan tekan tegak lurus serat pada permukaan panel CLT kayu mindi dan sengon dari hutan tanaman rakyat sehingga bermanfaat bagi masyarakat sebagai bahan pertimbangan penggunaan kayu mindi dan sengon untuk bahan baku industri CLT .

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai September 2014. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu Kayu (TPMK) dan Laboratorium Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu (RDBK), Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 panel CLT masing-masing terbuat dari kayu mindi dan sengon dengan orientasi sudut 45° dan berukuran (15x84x168) cm. Bahan baku penelitian tersebut merupakan sisa bahan penelitian Permatasari (2014).

Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Universal Testing Machine merk Instron untuk uji keteguhan geser dan Baldwin untuk uji kekuatan tekan tegak lurus serat permukaan panel. Pengujian sifat fisis (kadar air, kerapatan, dan kembang susut) menggunakan alat berupa caliper, timbangan, oven, dan desikator, sedangkan untuk uji delaminasi, alat-alat yang digunakan adalah water bath, wadah penampungan, gegep, dan penggaris. Selain itu digunakan juga alat pendukung antara lain alat tulis, kalkulator, komputer dan kamera.

Prosedur Pengujian

(13)

3

pengujian tekan tegak lurus serat panel CLT mengacu pada standar Eropa untuk pengujian tekan tegak lurus serat glued laminated timber (glulam) yang telah dimodifikasi oleh Serrano dan Enquist (2010).

Pengujian sifat fisis panel CLT didasarkan pada standard ASTM D 143 (2005), meliputi kerapatan, kadar air dan kembang susut dilakukan dengan membuat contoh uji berukuran (5 x 5 x 15) cm untuk dimensi tebal, lebar dan panjang. Pengujian delaminasi sesuai standar Japanese Agricultural Standard for Glued Laminated Timber Notification No.234 (JPIC 2003). Prosedur pengujian sifat fisis tersebut adalah sebagai berikut :

Kerapatan merupakan nilai dari berat contoh uji sebelum di oven dibagi dengan volume sebelum di oven, yaitu pada kondisi kering udara. Volume contoh uji diukur dengan mengalikan panjang, lebar dan tebalnya dengan alat pengukur caliper (Vku) dan selanjutnya ditimbang (Bku). Nilai kerapatan dihitung dengan rumus:

Kadar air merupakan hasil pembagian kandungan berat air terhadap kering tanur dari contoh uji. Berat air adalah selisih dari berat contoh uji sebelum di oven dikurangi berat kering tanur. Contoh uji dalam keadaan kering udara ditimbang beratnya (Bku) dan dikeringkan dalam oven pada suhu 103 ± 2° C selama 24 jam atau sampai mencapai berat konstan dan ditimbang sehingga diperoleh berat kering tanur (Bkt). Nilai kadar air dihitung dengan rumus:

Pengujian susut kayu dirumuskan sebagai selisih antara volume kering udara (Vku) dengan volume kering tanur (Vkt) dibandingkan dengan volume awalnya. Contoh uji kerapatan dan kadar air digunakan juga untuk menentukan nilai susut kayu. Contoh uji diukur tebal (arah radikal), lebar (arah tangensial) dan panjang (arah longitudinal) dengan menggunakan caliper sehingga diperoleh dimensi awal. Contoh uji dioven pada suhu 103 ± 2° C selama 24 jam. Contoh uji dikeluarkan dari oven, kemudian diukur dimensinya kembali sehingga diperoleh volume akhir. Nilai susut volume dihitung dengan rumus:

Pengujian pengembangan dapat dirumuskan sebagai selisih antara volume basah (Vbs) dengan volume kering udara (Vku) dibandingkan dengan volume kering udara . contoh uji dikur tebal (arah radikal), lebar (arah tangensial) dan panjang (arah longitudinal) dengan menggunakan caliper sehingga diperoleh volume awal. Contoh uji direndam didalam air selama ± 1 minggu. Contoh uji dikeluarkan dari air, kemudian diadakan pengukuran panjangnya kembali sehingga diperoleh volume akhir. Nilai pengembangan volume dihitung dengan rumus:

(14)

4

Pengujian delaminasi dapat dirumuskan sebagai panjang garis rekat yang terbuka dibagi dengan panjang garis yang direkat. Contoh uji dilakukan dengan dua cara, yaitu perendaman dalam air dingin dan air panas. Perendaman dalam air dingin dilakukan dengan merendam contoh uji dalam air pada suhu ruangan selama 6 jam, kemudian contoh uji dikeringkan dalam oven pada suhu 40 ± 3°C selama 18 jam. Perendaman dalam air panas dilakukan dengan merebus contoh uji dalam air mendidih ±100°C selama 4 jam, kemudian dilanjutkan dengan merendamnya dalam air pada suhu ruangan selama 1 jam. Setelah itu, contoh uji dikeringkan dalam oven pada suhu 70±3°C selama 18 jam, kemudian dilakukan pengukuran persentase lepasnya bagian garis rekat antar lamina (rasio delaminasi) dengan rumus:

Pengujian Sifat Mekanis Panel CLT

Pengujian sifat mekanis panel CLT meliputi keteguhan rekat sesuai standard ASTM D 143 (2005) tentang Strandard Method of Testing Small Clear Speciment of Timber . Pengujian keteguhan rekat dilakukan dengan memberikan pembebanan yang diletakan pada arah sejajar serat dengan meletakkan contoh uji secara vertikal.

0,5cm

5cm

4,5cm

4,5cm

0,5cm 5cm

Gambar 1. Contoh uji pengujian kekuatan geser rekat

Nilai beban maksimum dibaca saat contoh uji mengalami kerusakan. Nilai keteguhan rekat dihitung dengan rumus:

(15)

5

Pengujian tekan tegak lurus serat dilakukan dengan melakukan pembebanan yang diletakkan pada arah tegak lurus serat lamina pertama atau face cross laminated timber (CLT). Pengujian tekan ini mengikuti standard Eropa untuk pengujian tekan tegak lurus serat glued laminated timber dengan beberapa modifikasi oleh Serrano dan Enquist (2010). Contoh uji dibuat dengan ukuran 15x20x20 cm sebanyak 24 contoh uji. Plat baja dibuat dengan ukuran. Contoh uji kekuatan tekan tegak lurus serat pada permukaan panel CLT dibuat menjadi empat tipe pembebanan yaitu P//=

posisi plat di pinggir panel dan sejajar serat permukaan, T// = posisi plat di tengah

panel dan sejajar serat permukaan, P┴ = posisi plat di pinggir panel dan tegak lurus serat permukaan, T┴ = posisi plat di tengah panel dan tegak lurus serat permukaan. Gambar dibawah menunjukkan tipe pembebanan dengan posisi beban di pinggir.

a) b)

Gambar 2 Tipe pembebanan yang diaplikasikan pada permukaan panel CLT a) Tipe pembebanan di pinggir permukaan panel CLT

b) Tipe pembebanan di tengah permukaan panel CLT

Nilai kekuatan tekan tegak lurus serat ditinjau dari dua kondisi, yaitu pada saat batas proporsional dan batas maksimum. Nilai kekuatan tekan tegak lurus serat dihitung dengan rumus:

Beban (P) proporsional ditentukan dengan cara mencari perpotongan antara persamaan linear elastis (garis A) dengan persamaan polynomial inelastis (garis B) sementara P maksimum ditentukan dengan mencari perpotongan antara persamaan polynomial inelastis (garis B) dengan garis linear inelasris (garis C) pada kurva gaya-deformasi panel (Sadiyo 2011 dalam Hindom 2014).

(16)

6

Gambar 3 Kurva gaya-deformasi panel CLT

Prosedur Analisis Data

Analisis data hasil pengujian dilakukan dengan metode deskriptif kuantitatif. Sebaran data rataan sifat fisis dan mekanis panel ditampilkan dalam bentuk histogram menggunakan standar deviasi. Model rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Faktor A adalah tipe pembebanan yang dicobakan yaitu (A1) P//, (A2) P┴, (A3) T//, dan (A4) T┴. Faktor B adalah jenis kayu

diantaranya (B1) sengon dan (B2) mindi. Banyaknya pengulangan untuk masing-masing pengujian adalah 3 kali ulangan. Adapun model umum yang digunakan adalah:

Yij = μ + Ai + Bj + ABij + εij

Dimana :

Yij = Nilai pengamatan parameter penentu kualitas CLT yang mendapat taraf ke-i pada ulangan ke-i.

μ = Nilai tengah pengamatan

Ai = Nilai pengaruh faktor kombinasi tebal lamina pada taraf ke-i

Bj = Nilai pengaruh faktor orientasi sudut lamina bersilang pada taraf ke-j

ABij = Nilai pengaruh interaksi taraf ke-i faktor kombinasi tebal lamina dan taraf ke-j faktor orientasi sudut lamina bersilang

εij = Nilai galat percobaan yang mendapat taraf ke-i pada ulangan ke-i

Apabila pengaruh faktor utama dan interaksi antar faktor utama nyata pada tingkat kepercayaan 95%, maka pengolahan dan analisis data dilanjutkan dengan menggunakan uji beda wilayah Duncan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sifat Fisis Panel CLT

Sifat fisis dari panel CLT yang diuji meliputi kerapatan, kadar air, pengembangan volume, penyusutan volume, delaminasi air dingin, dan delaminasi air panas.

(17)

7

Kerapatan

Rataan kerapatan panel CLT45°sengon dan CLT45° mindi adalah 0,27 g/cm³ dan 0,47 g/cm³. Nilai kerapatan panel CLT tidak berbeda jauh dengan nilai kerapatan kayu utuhnya. Kerapatan kayu utuh sengon menurut Siregar (2008) adalah 0,24-0,49 g/cm³ termasuk dalam kelas kuat IV-V sedangkan nilai kerapatan kayu utuh mindi menurut Departemen Kehutanan (2000) adalah 0,42-0,65 g/cm³ termasuk dalam kelas kuat II-III. Nilai kerapatan panel CLT sengon dan mindi sudut 45° berada dalam kisaran standar keduanya.

Hasil penelitian Permatasari (2014) menunjukkan nilai kerapatan panel CLT 45° sengon dan CLT 45° mindi adalah 0,33 g/cm³ dan 0,51 g/cm³, sedangkan hasil penelitian Muthmainah (2014) menunjukkan nilai kerapatan panel CLT 90° sengon dan CLT 90° mindi adalah 0,32 g/cm³ dan 0,47 g/cm³.

Gambar 3 Nilai kerapatan panel CLT 45° sengon dan CLT 45° mindi

Gambar diatas menunjukkan nilai kerapatan panel CLT 45° mindi lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kerapatan panel CLT 45° sengon. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa nilai kerapatan panel CLT tidak dipengaruhi oleh jenis kayu pada taraf 5% (lampiran 4). Kadar air panel diduga memengaruhi nilai kerapatan yang dihasilkan. Kayu dengan kerapatan tinggi disusun oleh bagian mikrofibril yang lebih banyak dibandingkan dengan kayu berkerapatan rendah. Air terikat lebih banyak pada bagian amorf dibandingkan pada bagian kristalin. Menurut Kelly (1977) kerapatan akhir panel CLT selain dipengaruhi oleh jenis kayu juga dipengaruhi oleh besarnya tekanan kempa, jumlah lapisan penyusun panel, kadar perekat dan bahan tambahan lainya.

Kadar Air

Rataan nilai kadar air panel CLT 45° sengon adalah 12,9% sedangkan panel CLT 45° mindi adalah 13,8%. Sedangkan hasil penelitian Muthmainah (2014) kadar air panel CLT 90° sengon dan CLT 90° mindi adalah 13,0% dan 14,02%. Nilai kadar air panel CLT 45° sengon dan CLT 45° mindi lebih rendah dibandingkan dengan kadar air panel CLT sengon dan mindi sudut 90°, namun keduanya tidak menunjukkan perbedaan yang besar. Menurut Hindom (2014) kadar air panel CLT tidak dipengaruhi oleh ketebalan dan orientasi sudut lamina yang membentuk panel.

(18)

8 dihasilkan sesuai dengan kisaran besarnya nilai kadar air untuk iklim Indonesia yaitu sebesar 12-20% (Praptoyo 2010). Kadar air dalam panel CLT mempengaruhi kekuatan panel seperti kekuatan geser dan keteguhan rekat (Gulzow et al 2011). Perubahan kadar air kayu dibawah titik jenuh serat dapat memengaruhi sifat mekanis kayu, sedangkan perubahan kadar air diatas titik jenuh serat tidak memengaruhi sifat kayu karena perubahan kadar air belum terjadi pada dinding sel (Mardikanto et al 2011).

Kembang-Susut

Rataan nilai pengembangan dan penyusutan volume panel CLT 45° dan CLT 45° mindi ditunjukkan pada gambar 5.

(19)

9

keduanya adalah 2,95% dan 4,15%. Nilai pengembangan dan penyusutan panel kedua jenis kayu tidak jauh berbeda. Pengembangan dan penyusutan volume panel CLT 45° mindi lebih tinggi dibandingkan dengan panel CLT-45° sengon. Hal ini dipengaruhi oleh nilai kerapatan kayu mindi yang lebih besar dibandingkan dengan kayu sengon. Menurut Haygreen et al (2003) kerapatan kayu berpengaruh terhadap penyusutan kayu. Semakin tinggi nilai kerapatan kayu maka kayu tersebut cenderung besar untuk menyusut. Nilai penyusutan yang tinggi menunjukkan bahwa panel CLT mindi kurang stabil dibandingkan panel CLT sengon. Hasil penelitian Muthmainah (2014) pengembangan dan penyusutan volume panel CLT 90° sengon dan CLT 90° mindi adalah 2,35% sampai dengan 5,26% dan 3,30% sampai dengan 4,5%. Perbedaan orientasi sudut panel CLT tidak menunjukkan pengaruh yang besar terhadap pengembangan dan penyusutan kayu.

Delaminasi Air Dingin dan Panas

Rataan delaminasi perendaman air dingin dan air panas panel CLT 45° sengon dan CLT 45° mindi masing-masing adalah 5,73% , 15,49% dan 19,59% dan 30,14%

(Gambar 7). Nilai delaminasi air dingin panel CLT 45° sengon sudah memenuhi Japanese Agricultural Standard for Glued Laminated Timber Notification No.234 (JPIC 2003) yaitu 10% sementara panel CLT 45° mindi belum memenuhi standar tersebut. Nilai delaminasi air panas panel CLT 45° sengon dan CLT 45° mindi belum memenuhi Japanese Agricultural Standard for Glued Laminated Timber Notification No.234 (JPIC 2003) karena melebihi nilai standar yaitu 5%. Menurut hasil analisis sidik ragam nilai delaminasi tidak dipengaruhi oleh jenis kayu secara nyata pada taraf 5% (lampiran 4).

Gambar 6 Rata-rata delaminasi air dingin dan air panas panel CLT 45° sengon dan CLT 45° mindi

Hasil penenelitian Muthmainah (2014) menunjukkan nilai delaminasi air dingin panel CLT 90° sengon dan CLT 90° mindi adalah 3,87% dan 7,65% sementara nilai delaminasi air panas 5,53% dan 21,40%. Nilai keduanya lebih rendah dibandingkan dengan nilai delaminasi air dingin dan air panas panel CLT 45° sengon dan CLT 45°. Menurut Lumbanraja (2014) nilai delaminasi dipengaruhi oleh nilai kembang-susut

(20)

10

dimana tingginya kembang susut pada panel CLT akan memudahkan contoh uji terdelaminasi akibat perendaman.

Delaminasi akibat perendaman air panas lebih besar dibandingkan dengan perendaman oleh air dingin. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi sel kayu yang semakin membesar ketika dipanaskan (Tsoumis 1991). Pada kondisi perendaman air panas juga, perekat yang diaplikasikan mengalami pengembangan sehingga nilai delaminasi air panas lebih besar dibandingkan dengan nilai delaminasi air dingin.

Jenis perekat dapat memengaruhi nilai delaminasi yang dihasilkan. Perekat isosianat merupakan jenis perekat yang dapat diaplikasikan pada kebutuhan eksterior. Pengerjaan panel CLT yang kurang teliti dapat memengaruhi produk yang dihasilkan.

Sifat Mekanis Panel CLT

Keteguhan rekat

Pengujian keteguhan rekat bertujuan untuk mengetahui kekuatan perekat yang diaplikasikan dibagi satuan luasnya. Rataan keteguhan rekat panel CLT 45° sengon dan CLT 45° mindi disajikan pada gambar 7.

Gambar 7 Nilai rata-rata keteguhan rekat panel CLT 45° sengon dan CLT 45° mindi

Rataan keteguhan rekat panel CLT 45° sengon dan CLT 45° mindi masing masing 39,42 kg/ cm² dan 55,08 kg/cm². Keteguhan rekat panel CLT 45° sengon dengan menggunakan berat labur 280 g/m² belum memenuhi standar JAS 234:2003 yaitu minimum 54 kg/cm², sementara keteguhan rekat panel CLT 45° mindi sudah memenuhi standar tersebut. Hasil penelitian Permatasari (2014) terhadap panel CLT 45° sengon dan CLT 45° mindi menghasilkan keteguhan rekat masing masing 35,95 kg/cm² dan 46, 52 kg/cm². Hasil keteguhan rekat ini tidak terlalu berbeda tetapi lebih kurang baik jika dibandingkan dengan keteguhan rekat yang dihasilkan. Hasil analisis sidik ragam menujukkan bahwa nilai keteguhan rekat tidak dipengaruhi oleh jenis kayu secara nyata pada taraf 5%. Perekat yang diaplikasikan diduga berpengaruh besar pada keteguhan ini. Kemerataan perekat isosianat yang diaplikasikan pada panel CLT 45° sengon dan CLT 45° mindi memengaruhi keteguhan rekat kedua panel. Garis rekat yang lebih tipis memudahkan contoh uji untuk dirusak ketika pengujian sehingga keteguhan rekatnya rendah, sebaliknya garis rekat yang lebih tebal mempersulit contoh uji untuk dirusak ketika pengujian berlangsung sehingga keteguhan rekat yang dihasilkan lebih tinggi.

(21)

11

Kekuatan Tekan Tegak Lurus Serat Permukaan Panel

Kekuatan tekan tegak lurus serat permukaan pada batas proporsional

Nilai σtk┴ proporsional dalam pengujian ini diambil dari nilai tegangan serat pada batas proporsonal panel CLT 45° sengon dan CLT 45° mindi. Efek pertama yang terjadi akibat σtk ┴ serat adalah adanya pemadatan sel karena bagian atas dan bawah sel menyatu, sehingga seolah-olah kekuatan kayu meningkat lagi padahal kayu sudah mengalami kerusakan (Mardikanto et al. 2011).

Rataan nilai σtk ┴ proporsional keempat tipe pembebanan panel CLT 45° sengon adalah 18,4 kg/cm² sampai 31,8 kg/cm² dan panel CLT 45° mindi yaitu berkisar antara 40 kg/cm² sampai 55,9 kg/cm² (Gambar 8).

Gambar 8 Pola sebaran rataan σtk┴ proporsional panel CLT 45° sengon dan CLT 45° mindi

(22)

12

Gambar 9 Kekuatan tekan serat berdasarkan tipe pembebanan panel CLT (Keterangan : notasi dengan huruf kecil yang sama menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada taraf 5%)

Tipe pembebanan T┴ menghasilkan nilai σtk┴ proporsional yang lebih tinggi dibandingkan dengan tipe pembebanan P┴. Tipe pembebanan ini selaras dengan hasil penelitian Muthmainah (2014) dan Serrano dan Enquist (2010) bahwa nilai kekuatan tekan tegak lurus serat tertinggi terletak pada pembebanan sebagian dengan posisi di tengah contoh uji dan tegak lurus serat lamina pertama. Posisi plat di bagian tengah panel CLT menunjukkan bahwa garis bidang pada panel yang harus diputus lebih besar yaitu 40 cm dibandingkan plat dipinggir panel yaitu 20 cm sehingga beban yang dibutuhkan untuk menekan panel CLT lebih tinggi. Kekuatan σtk┴proporsional pada tipe pembebanan T┴ lebih tinggi dibandingkan dengan tipe pembebanan P//, hal

tersebut disebabkan oleh posisi dan arah pembebanan yang berbeda. Posisi pembebanan di tengah plat menyebabkan garis bidang yang harus diputus lebih besar dibandingkan dengan dipingir dan arah pembebanan sejajar serat menghasilkan kekuatan tekan lebih rendah dibandingkan dengan tegak lurus serat. Menurut Mardikanto et al (2011) kekuatan tekan tegak lurus serat mirip dengan kasus geser tegak lurus serat. Nilai geser tegak lurus serat lebih besar dibandingkan dengan nilai geser antar serat. Gaya geser yang terjadi seolah-olah akan memotong serat kayu sehingga beban yang dibutuhkan semakin besar dan kekuatan untuk menahannya menjadi besar pula.

Tanpa memperhatikan pengaruh tipe pembebanan yang diterapkan, rataan σtk┴ proporsional yang dihasilkan panel CLT 45˚ mindi berbeda secara signifikan dengan panel CLT 45˚ sengon.

Kekuatan tekan tegak lurus serat permukaan pada batas maksimum

Gambar 10 menunjukkan rataan σtk┴ maksimum keempat tipe pembebanan panel CLT 45° sengon adalah 21,3 kg/cm² sampai 41,2 kg/cm² dan panel CLT 45° mindi berkisar antara 48,9 kg/cm² sampai 64,1 kg/cm². Nilai σtk┴maksimum panel lebih tinggi dibandingkan dengan nilai σtk proporsional yang mengakibatkan kondisi panel mengalami kerusakan berupa pemadatan sel.

(23)

13

Gambar 10 Pola sebaran rataan σtk┴maksimum panel CLT 45° sengon dan CLT 45° mindi

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa kekuatan tekan tegak lurus serat maksimum dipengaruhi secara signifikan oleh tipe pembebanan pada taraf 5%. Hasil uji lanjut duncan, tipe pembebanan T┴(52,68 kg/cm²) tidak berbeda dengan T// (43,15

kg/cm²), namun berbeda nyata dengan tipe pembebanan P// (35,11 kg/cm²) dan P┴

(39,99 kg/cm²) (Gambar 11).

Gambar 9 Kekuatan tekan serat berdasarkan tipe pembebanan panel CLT (Keterangan : notasi dengan huruf kecil yang sama menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada taraf 5%)

Tipe pembebanan T┴ menghasilkan nilai kekuatan tekan tegak lurus serat pada

permukaan lebih tinggi dibandingkan dengan tipe pembebanan P┴. Hal ini

dikarenakan pada tipe pembebanan T┴ memiliki panjang garis yang akan diputus

lebih besar yaitu 40 cm dibandingkan dengan tipe pembebanan P┴ yaitu 20 cm. Tipe

pembebanan T┴ menghasilkan nilai kekuatan tekan tegak lurus serat permukaan lebih

besar dibandingkan dengan tipe pembebanan T//. Hal tersebut dikarenakan luas

bidang panel yang menerima beban geser tegak lurus serat lebih besar yaitu pada lamina 1,3 dan 5. Sedangkan pada tipe pembebanan T// luas bidang yang menopang

beban hanya dua lapisan yaitu pada lamina ke 2 dan 4.

Tanpa memperhatikan pengaruh tipe pembebabanan, rataan σtk ┴ maksimum yang dihasilkan panel CLT 45° sengon dan CLT 45° mindi masing-masing adalah 31,1 kg/cm² dan 54,4 kg/cm². Panel CLT 45° mindi lebih besar dibandingkan dengan panel CLT 45° sengon. Hal tersebut dipengaruhi oleh kerapatan panel CLT 45° mindi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kerapatan panel CLT 45° sengon. Kekuatan

(24)

14

tekan tegak lurus permukaan panel CLT 45° mindi lebih besar daripada panel CLT 45° sengon, hal tersebut dipengaruhi oleh kerapatan kayu mindi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kayu sengon.

Deformasi pada batas proporsional

Pembebanan pada kayu akan mengakibatkan deformasi atau perubahan bentuk. Besarnya deformasi sesuai dengan besarnya pembebanan yang diberikan. Semakin besar beban yang diberikan, semakin besar pula deformasi yang terjadi. Deformasi yang terjadi pada panel CLT 45° sengon dan CLT 45° mindi pada batas proporsional ditunjukkan oleh gambar 10.

Gambar 10 Pola sebaran rataan deformasi batas proporsional panel CLT 45° sengon dan CLT 45° mindi

Deformasi yang terjadi pada panel CLT 45° mindi lebih besar dibandingkan dengan deformasi yang terjadi pada panel CLT 45° sengon walaupun perbedaannya tidak terlalu signifikan. Hal ini dapat dipengaruhi oleh kadar air dan keteguhan tekan tegak lurus serat yang berbeda. selain itu juga diduga kerapatan panel dapat memengaruhi deformasi yang terjadi. Panel CLT 45° mindi lebih besar dibandingkan panel CLT 45° sengon, sehingga beban yang diterima panel CLT 45° mindi lebih besar dan menghasilkan deformasi yang lebih besar.

Gambar 11 menunjukkan pola sebaran rata-rata deformasi yang terjadi pada lamina dan ketebalan lamina penyusun dapat memengaruhi nilai deformasi. Semakin besar orientasi sudut lamina maka semakin rendah nilai deformasi yang terjadi.

Deformasi pada batas maksimum

(25)

15

Gambar 11 Pola sebaran rataan deformasi batas maksimum panel CLT 45° sengon dan CLT 45° mindi

Deformasi pada batas maksimum lebih besar dibandingkan dengan pada batas proprsional. Hal tersebut sejalan dengan nilai kekuatan tekan tegak lurus serat pada permukaan panel pada batas maksimum yang lebih tinggi dibandingkan dengan pada batas proporsional. Pada batas maksimum, deformasi yang terjadi sudah berbentuk kerusakan yang terlihat berupa pemadatan serat atau pengurangan volume panel. Bentuk-bentuk kerusakan panel CLT 45° sengon maupun CLT 45° mindi dibandingkan dengan panel CLT 45° sengon.

Nilai σ tk ┴ pada tipe pembebanan dengan plat baja ditengah contoh uji lebih tinggi dibandingkan dengan tipe pembebanan dengan plat baja dipinggir contoh uji. Beban yang ditempatkan tegak lurus serat lamina pertama juga lebih tinggi dibandingkan dengan beban yang sejajar serat lamina pertama. Tipe pembebanan T┴ dengan posisi plat baja di tengah contoh uji dan tegak lurus serat lamina pertama panel menghasilkan nilai σtk yang paling tinggi sementara tipe pembebanan P// dengan posisi plat baja di pinggir contoh uji dan sejajar serat lamina pertama panel menghasilkan kekuatan tekan tegak lurus serat yang paling rendah.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, diperlukan ketepatan dan ketelitian dalam pembuatan panel CLT seperti penggunaan berat labur, tekanan dan waktu pengempaan sehingga perekat dapat merata secara menyeluruh pada setiap lamina agar memdapatkan nilai keteguhan rekat yang sesuai standar.

(26)

16

DAFTAR PUSTAKA

[ASTM] American Society for Testing and Materials. 2005. Annual Book of ASTM Standard Volume 04-10, Wood. D143(2005). Standard Test Methods for Small Clear Specimen of Wood. USA.

Associates H. 2010. Cross Laminated Timber. B&K Timber Structure A Tradding Division of B&K Steelwork Fabrication Limited.

Bowyer JL, Shmulsky R, Haygreen JG. 2003. Forest Product and Wood Science: An Introduction. Lowa State Press. Ames, Lowa.

Haygreen J.G, Shmulsky R, dan Bowyer JL. 2003. Forest products and wood science, An Introduction. USA: The Lowa State University Press.

Hindom F. 2014. Analisis Deformasi Aksial pada Batas Proporsional dan Maksimum Panel CLT Kayu Sengon Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & J.W Grimes) dan Mindi (Melia azedarach Linn) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[JAS] Japanese Agricultural Standard. 2007. Japanese Agricultural Standard for Glued Laminated Timber. Notification No. 1152.

[JPIC] Japan Plywood Inspection Corporation 2003. Japanese agricultural standard for glued laminated timber ( 234). Tokyo :JPIC.

Kelly MW, 1977. Critical Literature Review of Relationship Between Processing Parameters and Physical Properties of Particelboard. General Technical Report FLL-10.

Lumbanraja AS. 2014. Kajian Sifat Fisis dan Mekanis Panel Cross Laminated Timber Kayu Manii (Maesopsis eminii Engl.) Menggunakan Perekat isosianat [skripsi].Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Mardikanto. 2011. Sifat Fisis, Mekanis, dan Keterawetan Beberapa Jenis Kayu yang Dikeringkan. IPB Press. Bogor.

Martawijaya, A.I, Kartasujana, Mandang YI, Prawira SA, Kadir K. 1989. Atlas Kayu Indonesia Jilid II. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan.

Muthmainah. 2014. Evaluasi pengujian dinding geser panel Cross Laminated Timber (CLT) dari tiga jenis kayu rakyat [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Praptoyo H. 2010. Sifat Anatomi dan Sifat Fisika Kayu Mindi ( Melia azedarach Linn ) dari Hutan Rakyat di Yogyakarta. Jurnal Ilmu Kehutanan IV (1): 21-27 Permatasari PC. 2014. Karakteristik Cross Laminated Timber dari Kayu Sengon

(Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & J.W Grimes) dan Mindi (Melia azedarach Linn) Menggunakan Perekat Isosianat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Serrano E dan Enquist B. 2010. Compression strength perpendicular to Grain in Cross laminated Timber (CLT). World Conference on Timber Engineering ; 2010 Juni 20-24; Trentiono, Italy: 1-7.

Tsoumis G. 1991. Science and Technology of wood (Structure, Properties, Utilization). New York (US); Van Nostrand Reinhold

Zumbrunnen P , Fovargue J dan Green R. 2012. Mid Rise CLT Building-The

UK’s Experience and Potential for AUS and NZ. World Conference on Timber

(27)

17

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata kadar air, kerapatan, susut volume, pengembangan volume, delaminasi air dingin dan panas panel CLT sengon dan mindi.

Jenis

Lampiran 2 Rata-rata persentasi delaminasi air dingin dan panas panel CLT

Lampiran 3 Hasil analisis sidik ragam sifat fisis dan mekanis panel CLT

F-Hit

Kerapatan (g/cm³) 0,50tn

Kadar air (%) 0,79tn

Susut volume (%) 0,04tn

Pengembangan volume (%) 0,35tn

Delaminasi air dingin (%) 0,10tn

Delaminasi air panas (%) 0,82tn

Kekuatan rekat (kg/cm²) 0,28tn

Keterangan : tn = tidak nyata

Jenis Kayu Ulangan Delaminasi Air

(28)

18

Kekuatan tekan batas proporsional

Sumber keragaman db JK KT F Hit F Tabel

Tipe pembebanan 3 802,9714 267,6571 37,7168* 3,24

Jenis Kayu 1 2656,51 2656,51 374,3408** 4,49

Galat 1 3 25,9831 8,6610 1,2204 3,24

Galat 2 16 113,5445 7,0965

Total 23 3599,009

Keterangan : * = nyata **= sangat nyata

Uji lanjut Duncan

Duncan Grouping Mean Tipe pembebanan

A 29,23 P//

A 31,51 P┴

B 38,54 T//

B 43,85 T┴

Kekuatan tekan maksimum

Sumber keragaman db JK KT F Hit F Tabel

Tipe pembebanan 3 1025,101 341,7003 18,7436* 3,24

Jenis Kayu 1 2887,962 2887,962 158,416** 4,49

Galat 1 3 16,5854 5,5285 0,3032 3,24

Galat 2 16 291,6841 18,2302

Total 23 4221,332

Keterangan : * = nyata **= sangat nyata

Uji lanjut Duncan

Duncan Grouping Mean Tipe

pengujian

A 35,11 P//

A 39,99 P┴

B 43,15 T//

(29)

19

Lampiran 4 Bentuk-bentuk kerusakan yang terjadi akibat pembebanan

a) b)

c) d)

Gambar 12 Beberapa bentuk kerusakan akibat pembebanan : a) kerusakan panel

CLT-45˚ mindi dengan pembebanan di tengah, b) kerusakan panel

CLT-45˚ sengon dengan pembebanan di tengah, c) kerusakan panel

CLT-45˚ mindi dengan pembebanan di pinggir d) kerusakan panel

CLT-45˚ sengon dengan pembebanan di pinggir

(30)

20

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Gambar 1. Contoh uji pengujian kekuatan geser rekat
Gambar dibawah menunjukkan tipe pembebanan dengan posisi beban di pinggir.
Gambar 3 Kurva gaya-deformasi panel CLT
Gambar diatas  menunjukkan nilai kerapatan panel CLT 45° mindi  lebih tinggi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan adanya pengaruh dari perlakuan kombinasi tebal dan orientasi sudut lamina dengan menganalisis deformasi aksial pada batas

Dinding geser panel CLT sengon memiliki nilai peralihan dari kedua tranduser yang lebih besar dibanding dengan panel CLT nangka dan mindi.. Uji racking yang