• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Biodiversitas Fungi Mikoriza Arbuskula pada Tumbuhan Bawah di Tegakan Sengon (Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & Grimes) (Studi Kasus di Areal Kampus IPB Darmaga, Bogor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Biodiversitas Fungi Mikoriza Arbuskula pada Tumbuhan Bawah di Tegakan Sengon (Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & Grimes) (Studi Kasus di Areal Kampus IPB Darmaga, Bogor)"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI BIODIVERSITAS FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA

PADA TUMBUHAN BAWAH DI TEGAKAN SENGON

(

Falcataria moluccana

(Miq.) Barneby & Grimes)

(Studi Kasus di Areal Kampus IPB Darmaga, Bogor)

CECEP HIDAYAT

DEPARTEMEN SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Biodiversitas Fungi Mikoriza Arbuskula pada Tumbuhan Bawah di Tegakan Sengon (Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & Grimes) (Studi Kasus di Areal Kampus IPB Darmaga, Bogor) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2013

Cecep Hidayat

(4)

ABSTRAK

CECEP HIDAYAT. Studi Biodiversitas Fungi Mikoriza Arbuskula pada Tumbuhan Bawah di Tegakan Sengon (Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & Grimes). Dibimbing oleh YADI SETIADI.

Tumbuhan bawah merupakan salah satu potensi yang sangat tinggi di bidang kehutanan. Salah satu potensi yang didapatkan dari tumbuhan bawah adalah terdapatnya tumbuhan bawah yang berpotensi sebagai obat. Sebagian besar tumbuhan bawah bersimbiosis dengan mikroorganisme seperti fungi mikoriza arbuskula. Penelitian ini mengkaji tentang status fungi mikoriza arbuskula pada tumbuhan bawah dan tumbuhan bawah yang berpotensi sebagai obat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa genus-genus Glomus, Acaulospora dan

Gigaspora, secara berturut-turut berkolonisasi dengan 50 jenis, 37 jenis dan 14 jenis tumbuhan bawah. Di antara beragam jenis tumbuhan bawah tersebut, terdapat 25 jenis tumbuhan bawah yang berpotensi sebagai tumbuhan obat yang mampu bersimbiosis dengan fungi mikoriza arbuskula dari genus Glomus,

Acaulospora dan Gigaspora.

Kata kunci: fungi mikoriza arbuskula, simbiosis, tumbuhan bawah, tumbuhan obat

ABSTRACT

CECEP HIDAYAT. Biodiversity Study of Arbuscular Mycorrhizal Fungi on Undergrowth of Sengon (Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & Grimes) Stands. Supervised by YADI SETIADI.

Undergrowth plant is one of potencies in forestry field. One of potencies obtained from the undergrowth is the presence of undergrowth that could be used as medicine. Most of these plants are under symbiosis with microorganisms such as arbuscular mycorrhizal fungi. This study examined the status of arbuscular mycorrhizal fungi on undergrowth and the plants that has drug potency. The results showed that the genus of Glomus, Acaulospora and Gigaspora colonized with 50 species, 37 species and 14 species of undergrowth. Among these various plants, there were 25 undergrowth that had the potency of medicinal plants that were capable of having symbiosis with arbuscular mycorrhizal fungi of Glomus,

Acaulospora and Gigaspora types.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Silvikultur

STUDI BIODIVERSITAS FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA

PADA TUMBUHAN BAWAH DI TEGAKAN SENGON

(

Falcataria moluccana

(Miq.) Barneby & Grimes)

(Studi Kasus di Areal Kampus IPB Darmaga, Bogor)

CECEP HIDAYAT

DEPARTEMEN SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Studi Biodiversitas Fungi Mikoriza Arbuskula pada Tumbuhan Bawah di Tegakan Sengon (Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & Grimes) (Studi Kasus di Areal Kampus IPB Darmaga, Bogor) Nama : Cecep Hidayat

NIM : E44080062

Disetujui oleh

Dr Ir Yadi Setiadi, MSc Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2012 sampai Maret 2013 ini ialah status fungi mikoriza arbuskula, dengan judul Studi Biodiversitas Fungi Mikoriza Arbuskula pada Tumbuhan Bawah di Tegakan Sengon (Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & Grimes) (Studi Kasus di Areal Kampus IPB Darmaga, Bogor).

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Yadi Setiadi, MSc selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Nana, Bapak Ari, Mas Arif, Bu Fa’i, Ibu Susan dari Laboratorium Bioteknologi Hutan Pusat Antar Universitas IPB. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Daya Abdul Japar, Nunung Sumiati, Dadi Hermawan dan Yuliana sebagai ayah, ibu, dan kakak, atas segala doa dan kasih sayangnya. Shoimatul Maghfiroh yang banyak menolong dan memberikan motivasi kepada penulis. Ikhsan, Erik, Hendri, Hafiz, Ardy, Frans, Nanda, Hanny, dan Rian serta teman-teman silvikultur angkatan 45 lainnya. Terima kasih kepada Darma, Febri, Malik, Husen, Imam di Naga Ganteng telah banyak membantu. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian studi di IPB.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pihak-pihak memerlukannya.

Bogor, Juni 2013

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Mikoriza 2

Tumbuhan Bawah 4

METODE PENELITIAN 4

Waktu dan Tempat 4

Bahan 5

Alat 5

Prosedur dan Analisis Data 5

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 8

Letak 8

Tanah dan Topografi 8

Iklim 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Hasil 8

Pembahasan 11

SIMPULAN DAN SARAN 21

Simpulan 21

Saran 21

DAFTAR PUSTAKA 22

LAMPIRAN 24

(10)

DAFTAR TABEL

1 Hasil pengamatan fungi mikoriza arbuskula pada 50 contoh tanah dan

akar tumbuhan bawah 9

2 Persentase infeksi akar pada akar tumbuhan bawah 12 3 Faktor lingkungan yang mempengaruhi kolonisasi dan sporulasi fungi

mikoriza arbuskula 14

4 Tumbuhan bawah berpotensi sebagai obat bersimbiosis dengan

mikoriza 20

DAFTAR GAMBAR

1 Infeksi fungi mikoriza arbuskula dengan pembesaran 400x, (A)

menunjukan vesikula 10

2 Beberapa spora yang ditemukan pada tumbuhan bawah yang diamati (A), (B) dan (F) spora genus Glomus pembesaran 400x, (D) dan (E) spora genus Gigaspora pembesaran 100x dan (C) spora genus

Acaulospora pembesaran 100x 10

3 Histogram kepadatan spora pada 50 jenis tumbuhan bawah di tegakan

sengon setiap 50 gram contoh tanah 13

4 Kekayaan genus spora fungi mikoriza arbuskula yang mengkolonisasi

tumbuhan bawah di lapangan 15

5 Histogram kepadatan spora pada 50 jenis tumbuhan bawah di tegakan sengon hasil kultur spora setiap 50 gram contoh tanah 16 6 Kekayaan genus spora fungi mikoriza arbuskula yang mengkolonisasi

tumbuhan bawah pada kultur spora 18

7 Potensi tumbuhan bawah di tegakan sengon 19

DAFTAR LAMPIRAN

1 Daftar tumbuhan bawah di tegakan sengon 25

2 Peta lokasi pengambilan contoh tanah dan akar tumbuhan bawah 26

3 Potensi tumbuhan bawah 27

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Salah satu sumberdaya alam hayati ini adalah tumbuhan bawah yang berada di bawah tegakan pohon selain permudaan pohon, tumbuhan liana dan epifit, hewan yang berada di hutan, serta mikroorganisme yang berada di tanah hutan.

Interaksi antara pohon dan sumberdaya hayati yang ada ini menunjukan suatu kesimbangan dalam membentuk hutan. Hutan yang memiliki keanekaragaman hayati baik pada hutan alam dan hutan tanaman dapat dilihat dari berbagai macam tumbuhan yang dapat hidup di bawah tegakan pohon. tumbuhan bawah ini memiliki fungsi yang sangat penting dalam pembentukan hutan baik dalam konservasi tanah dan air ataupun dalam siklus hara di areal hutan serta terdapatnya tumbuhan bawah yang berpotensi sebagai tumbuhan obat. Sebagian besar tumbuhan bawah yang ada di areal hutan memiliki simbiosis mutualisme dengan mikroorganisme tanah. Bentuk simbiosis mutualisme ini dikenal dengan istilah mikoriza.

Mikoriza merupakan bentuk struktur akar yang terbentuk karena adanya simbiosis mutualisme antara cendawan atau fungi dengan sistem perakaran tumbuhan. Mikoriza digolongkan menjadi dua kelompok besar yaitu ektomikoriza dan endomikoriza. Ektomikoriza bersimbiosis dengan tumbuhan kehutanan seperti dipterocarpus, pinus, eukaliptus dan endomikoriza bersimbiosis dengan hampir semua tumbuhan.

Endomikoriza dikenal juga dengan nama fungi mikoriza arbuskula (FMA) bersimbiosis dengan tumbuhan bawah. Potensi dari adanya simbiosis antara FMA dengan tumbuhan bawah sangatlah penting. Salah satu potensi yang didapat dari simbiosis antara tanaman dengan fungi mikoriza arbuskula adalah telah terbukti bahwa fungi mikoriza arbuskula mampu meningkatkan rendemen dari suatu tumbuhan. Peningkatan rendemen ini akan bermanfaat pada tumbuhan bawah yang memiliki potensi sebagai tumbuhan obat. Tumbuhan obat ini sangat banyak dan salah satu persebarannya ada pada masyarakat tumbuhan bawah.

Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) memiliki asosiasi dengan tumbuhan bawah yang potensial di tegakan hutan, maka dari itu penelitian Studi Biodiversitas Fungi Mikoriza Arbuskula pada Tumbuhan Bawah di Tegakan Sengon (Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & Grimes) (Studi Kasus di Areal Kampus IPB Darmaga, Bogor) ini perlu dilakukan.

Tujuan Penelitian

(12)

2

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini ialah memperoleh informasi sumber inokulum mikoriza yang bersimbiosis dengan tumbuhan bawah di tegakan sengon. Selanjutnya mendapatkan informasi sumber inokulum mikoriza yang dapat bersimsiosis dengan tumbuhan bawah yang berpotensi sebagai obat, untuk dilakukan kegiatan isolasi dan seleksi fungi mikoriza arbuskula sehingga dapat dijadikan inokulum bagi tumbuhan obat lainnya.

TINJAUAN PUSTAKA

Mikoriza

Mikoriza terdiri dari dua kata yang berasal dari bahas Yunani, yaitu myces

(fungi) dan rhyza (akar). Jadi mikoriza adalah suatu bentuk simbiosis yang saling menguntungkan antara akar tumbuhan dan fungi (Brundrett et al. 1996). Menurut Setiadi (1989) dan Imas et al. (1989) mikoriza adalah suatu bentuk hubungan simbiosis mutualistik antara fungi (myces) dengan perakaran (rhiza) tumbuhan tingkat tinggi. Hubungan mutualistik tersebut yaitu fungi memberikan keuntungan kepada tumbuhan inang dan sebaliknya fungi dapat memperoleh karbohidrat dan faktor pertumbuhan lainnya dari tumbuhan inang.

Menurut Fakuara (1988) yang diperkuat oleh Setiadi (1989) dan Imas et al. (1989) berdasarkan struktur tubuhnya dan cara infeksinya mikoriza terbagi menjadi tiga kelas, yaitu ektomikoriza,endomikoriza atau lebih dikenal dengan fungi mikoriza arbuskula (FMA) dan ektendomikoriza. Berdasarkan tipe asosiasinya Brundrett et al. (1996) menjelaskan bahwa mikoriza terbagi menjadi Fungi Mikoriza Arbuskula (endomikoriza), ektomikoriza, ektendomikoriza,

orchid mycorrhizas dan ericoid mycorrhizas. Lebih lanjut Brundrett et al (1996) menjelaskan ektomikoriza dan ektendomikoriza umumnya bersimbiosis dengan tumbuhan Gymnospermae dan Angiospermae. Endomikoriza umumnya bersimbiosis dengan sebagian besar jenis tumbuhan. Orchid mycorrhizas

bersimbiosis dengan Orchidaceae. Ericoid mycorrhizas bersimbiosis dengan ordo Ericales. Fakuara (1988) menggolongkan orchid mycorrhizas dan ericoid mycorrhizas ke dalam endomikoriza.

(13)

3 Menurut Setiadi (1989) dan Imas et al. (1989) manfaat yang dapat diperoleh dari adanya asosiasi mikoriza yaitu peningkatan unsur hara, meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan dan tahan terhadap serangan patogen, menurut Smith & Read (1997) tanaman pertanian yang bermikoriza mampu bertahan pada kondisi tingginya kelarutan logam-logam berat yang bersifat toksik dibandingkan dengan tanaman pertanian tanpa mikoriza. Peran fungi mikoriza arbuskula dalam menurunkan efek negatif Pb atau meningkatkan toleransi semai jabon dapat dikaitkan dengan menurunnya kadar Pb pada jaringan semai (Setyaningsih 2012). Aplikasi fungi mikoriza arbuskula menurunkan kadar Pb jaringan sebesar 15% (dari 33,8 ppm) pada akar, 17% (dari 17,9 ppm) pada batang dan 33% (dari 18,7 ppm) pada daun (Setyaningsih 2012). Selain itu menurut Salsi (2008), tumbuhan yang bermikoriza menunjukkan bahwa terjadi peningkatan bahan aktif dalam pelepah lidah buaya. Hal ini ditunjukan bahwa pemanfaatan fungi mikoriza arbuskula mampu meningkatkan kadar asam amino yang cukup tinggi pada lidah buaya. Mikoriza mampu meningkatkan penyerapan unsur hara dengan mekanisme sebagai berikut: a) terbentuknya selubung hifa yang tebal, jaring hartig dan peningkatan areal permukaan karena hipertrofi memungkinkan perakaran mengambil unsur hara lebih banyak; b) kegiatan metabolisme akar yang bermikoriza lebih tinggi; c) fungi mikoriza memiliki enzim phosphatase yang dapat membantu penyerapan posfor tak tersedia menjadi tersedia bagi tumbuhan. Menurut Sasli (2008) tumbuhan yang bermikoriza mampu meningkatkan serapan hara seperti N, P dan Mg dibanding dengan tumbuhan tidak bermikoriza. Tumbuhan yang bermikoriza lebih tahan terhadap kekeringan daripada tidak bermikoriza. Hal ini disebabkan karena hifa fungi masih mampu untuk menyerap air pada pori tanah, pada saat akar tumbuhan sudah kesulitan menembus pori-pori tanah. Selain itu, penyebaran hifa di dalam tanah sangat luas sehingga dapat mengambil air relatif lebih banyak. Mikoriza berfungsi sebagai pelindung biologi terhadap serangan infeksi patogen akar. Mekanisme perlindungannya adalah sebagai berikut: a) adanya lapisan hifa sebagai pelindung fisik terhadap masuknya patogen; b) mikoriza menggunakan hampir semua kelebihan karbohidrat dan eksudat akar lainya, sehingga tercipta lingkungan yang tidak cocok untuk petogen; c) mikoriza dapat menghasilkan antibiotik. Menurut Sasli (2008) inokulasi fungi mikoriza arbuskula pada tanaman lidah buaya efektif dalam menekan serangan penyakit busuk akar (Erwina chrysanthemi).

(14)

4

banyak sedikitnya pembentukan fungi mikoriza arbuskula karena cahaya matahari berperan dalam pembentukan karbohidrat melalui asimilasi karbon yang selanjutnya fungi mikoriza arbuskula akan menggunakan karbon tersebut sebagai sumber energi bagi pertumbuhannya. Suhu tanah yang tinggi umumnya dapat meningkatkan kolonisasi dan sporulasi. Kolonisasi miselium pada permukaan akar paling baik pada rentang suhu 28-34 oC. Perkecambahaan spora Gigaspora

sp. berkembang baik pada terperatur 34 oC, sedangkan Glomus sp. pada suhu 20

o

C (Setiadi, 1990).

Tumbuhan Bawah

Salah satu komponen dalam masyarakat tumbuh-tumbuhan adalah adanya tumbuhan bawah. Tumbuhan bawah terdapat pada berbagai komunitas hutan, baik hutan heterogen maupun hutan homogen, hutan alam maupun hutan tanaman yang merupakan jenis-jenis yang termasuk tumbuhan liar. Tumbuhan bawah ini hidup dan berkembang biak secara alami dan selalu menjadi bagian dari komponen komunitas ekosistem hutan tersebut (Hardjosentono 1976). Menurut Soerianegara dan Indrawan (2008) tumbuhan bawah adalah suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan hutan kecuali permudaan pohon hutan, yang meliputi rerumputan dan vegetasi semak belukar.

Tumbuhan bawah ini memiliki potensi yang sangat besar dalam kehidupan. Salah satu potensi yang dapat diperoleh dari tumbuhan bawah adalah potensi keberadaan tumbuhan obat. Tumbuhan obat adalah semua tumbuhan yang lebih unggul karena memiliki unsur obat-obatan yaitu efek yang berhubungan dengan kesehatan atau yang telah terbukti bermanfaat sebagai obat atau yang mengandung unsur yang dapat digunakan sebagai obat (Zuhud 1999). Potensi tumbuhan obat di Indonesia menurut Heyne (1987) terdapat 1040 jenis tumbuhan obat dan jamu, sedangkan menurut Suhirman (1990) di Indonesia terdapat sekitar 400 jenis tumbuhan obat yang dipergunakan sebagai bahan mentah dalam pembuatan obat modern. Sebagian besar tumbuhan obat ini merupakan masyarakat tumbuhan bawah.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

(15)

5 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah contoh tanah dan akar dari tumbuhan bawah pada tegakan sengon di areal kampus IPB Darmaga, benih

Pueraria javanica, pupuk Hiponex-red, zeolit, SunclinTM, larutan glukosa 60 %, KOH 10%, HCL 2%, larutan Trypan Blue 0,05%, melzer’s reagent dan aquades. Data identifikasi tumbuhan bawah pada tegakan sengon yang mengacu kepada Dahlan (2011) seperti dapat dilihat pada Lampiran 1.

Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas alat untuk: 1) pengambilan contoh tanah dan akar tumbuhan bawah yang terdiri dari sekop, cangkul kecil, kantong plastik, spidol permanen, kertas label, dan 2) pengamatan fungi mikoriza arbuskula di laboratorium seperti saringan spora (saringan bertingkat dua dengan ukuran 715 µ m, dan 45 µm), sentrifuse, pipet plastik, pinset spora, mikroskop, kaca preparat, cover glass, cawan petri, tabung film, pipet, timbangan analitik, gunting akar, sprayer dan pot plastik ukuran 200 ml.

Prosedur dan Analisis Data

Pengambilan Contoh Tanah dan Akar

Pengambilan contoh tanah dan akar tumbuhan bawah dilakukan sesuai dengan jumlah tumbuhan bawah yang telah teridentifikasi oleh Dahlan (2011) yaitu berjumlah 50 jenis tumbuhan bawah seperti yang dapat dilihat pada Lampiran 1. Pengambilan contoh tanah di lapangan dilakukan dengan cara komposit sebanyak 500 gram untuk setiap contoh jenis tumbuhan bawah. Contoh tanah yang diambil adalah tanah yang berada di sekitar akar atau daerah rhizosfer. Sedangkan untuk pengambilan contoh akar, diambil akar serabut dari masing-masing tumbuhan bawah. Kemudian setiap contoh tanah dan akar yang diambil dimasukkan ke dalam plastik dan diberikan label sesuai dengan jenis tumbuhan bawah dan lokasi pengambilan contoh tanah dan akar serta tanggal pengambilan contoh tanah dan akar.

Pengamatan Infeksi Akar

(16)

6

dapat terjadi dengan sempurna (berwarna biru), dimana larutan pewarna (stainning) akan menempel dengan baik pada pH normal (akar akan berwarna kemerahan apabila pH terlalu tinggi). Setelah direndam dalam larutan KOH (basa), pH akan menjadi normal bila direndam dalam larutan HCl (asam), 6) Akar dibilas dengan aquades agar HCl-nya hilang, dan 7) Akar direndam dengan larutan

stanning Trypan Blue 0,05% sampai akar berwarna biru.

Setelah akar tumbuhan diberi pewarna, maka contoh akar dapat diamati. Pengamatan akar dilakukan dengan memotong akar sepanjang 1 cm, kemudian akar ditata di atas preparat dan ditutup dengan cover glass, jumlah akar tiap preparat sebanyak 10 potong. Setelah preparat siap, maka langsung diamati di bawah mikroskop. Infeksi akar dapat dilihat dengan adanya vesikula, arbuskula maupun hifa yang menginfeksi akar.

Ekstraksi dan Identifikasi Spora

Ekstraksi spora dilakukan dengan tujuan untuk memisahkan spora dari contoh tanah sehingga identifikasi spora fungi mikoriza arbuskula dan jumlahnya dapat diketahui. Teknik yang digunakan yaitu teknik tuang-saring dari Pacioni (1992). Prosedur kerja teknik tuang-saring Pacioni (1992) pertama adalah contoh tanah sebanyak 50 gram dicampur dengan 400 sampai dengan 500 mL air diaduk sampai butiran-butiran tanahnya hancur. Selanjutnya disaring dalam satu set saringan dengan ukuran 715 µm dan 45 µm, secara beraturan dari atas ke bawah. Saringan bagian atas disemprot dengan air kran untuk memudahkan bahan saringan lolos. Kemudian saringan paling atas dilepas dan pada saringan kedua tersisa sejumlah tanah yang tertinggal pada saringan terbawah dipindahkan ke dalam tabung sentrifuse.

Setelah mendapatkan hasil saringan tanah selanjutnya dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge, langkah selanjutnya adalah tabung tersebut di sentrifuge

dengan teknik setrifugasi dari Brundrett et al. (1996). Hasil saringan dalam

sentriguse ditambahkan glukosa 60% sampai 2/3 isi tabung. Tabung sentrifuse

ditutup rapat dan disentrifuse dengan kecepatan 2500 rpm selama 5 menit. Selanjutnya cairan yang bening diambil dan dituang ke dalam saringan yang berukur 45 µm, lalu dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan gulanya. Setelah dicuci, spora dipindahkan ke dalam petridish dan dihitung jumlahnya atau diidentifikasi. Identifikasi menggunakan metode Schenk dan Perez (1990) dan INVAM (2013a), spora diidentifikasi dengan pengamatan morfologi spora dan preparat slide spora yang diwarnai dengan pewarnaan melzer’s reagent. Berdasarkan keberadaan struktur spora, spora ditentukan berdasarkan genusnya. Kultur Spora

(17)

7 Pertama adalah persiapan media. Media yang dipakai perlu dicuci bersih dan bebas dari partikel-partikel tanah. Pada penelitian ini digunakan media zeolit. Kultur spora dilakukan pada pot ukuran 200 mL diisi dengan zeolit hingga setengah volume pot, kamudian diisi dengan contoh tanah sebanyak 50 gram dan terakhir ditutup kembali dengan zeolit, sehingga media akan tersusun atas zeolit-contoh tanah-zeolit.

Kedua adalah pemilihan tumbuhan inang. Tumbuhan inang yang digunakan untuk penelitian ini adalah Pueraria javanica. Sebelum benih disemai, terlebih dahulu disterilkan dengan direndam dalam laruran chlorox (SunclinTM) 5% selama 5 sampai dengan 10 menit dengan tujuan sterilisasi permukaan, kemudian benih dibilas sampai baunya hilang. Selain itu benih direndam dengan air hangat selama 24 jam untuk mematahkan dormansi benih. Kemudian benih disemai dalam bak kecambah sampai muncul dua helai daun, setelah itu semai ditanam pada media yang telah disiapkan.

Ketiga adalah pemeliharaan. Pemeliharaan yang dilakukan adalah penyiraman sebanyak 20 mL setiap dua kali sehari di pagi dan sore hari. Selain itu juga, dilakukan pemupukan setiap dua kali dalam seminggu menggunakan pupuk

Hyponex-red (dosis 1 gram dilarutkan dengan 1 liter air) sebanyak 20 mL per pot. Keempat adalah pengeringan dan pemanenan hasil kultur spora. Menurut INVAM (2013b), kultur paling tidak berumur 4 bulan untuk dapat dipanen. Pada saat kultur berumur 3,5 bulan, penyiraman dan pemupukan dihentikan dan tumbuhan dibiarkan mengering perlahan. Setelah kultur berumur 4 bulan dilakukan pemanenan dengan cara memotong batang tumbuhan inang. Hasil dari kultur spora berupa inokulum spora yang akan diproses lebih lanjut yaitu ekstraksi dan identifikasi spora.

Kelima adalah ekstraksi dan identifikasi spora dari hasil penangkaran (kultur spora). Ekstraksi dan identifikasi spora menggunakan teknik yang sama dengan ekstraksi dan identifikasi spora langsung dari contoh tanah, namun pada spora hasil kultur spora tidak perlu digunakan teknik sentrifugasi.

Perhitungan Infeksi Akar

Perhitungan infeksi akar digunakan rumus Giovannety dan Mosse (1980) sebagai berikut:

Perhitungan Spora

Perhitungan spora dilakukan untuk mengetahui kepadatan spora. Kepadatan spora setiap 50 gram tanah dihitung dengan rumus:

(18)

8

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Letak

Penelitian ini dilakukan di tegakan sengon (Falcataria mollucana (Miq.) Barneby & Grimes) yang berada di sebelah barat Gedung Rektorat IPB, Darmaga Bogor. Tegakan sengon ini memiliki luasan sekitar 0,45 Ha.

Tanah dan Topografi

Menurut peta tinjau Provinsi Jawa Barat, tanah di areal kampus IPB Darmaga termasuk kedalam jenis tanah latosol kemerah-merahan, dengan kedalam efektif 90 cm dan bertekstur sedang dan memiliki pH pada rentang 3 sampai dengan 4. Ketinggian dari permukaan laut berkisar antara 145 sampai dengan 244 mdpl dan umumnya terdiri dari lahan datar sampai bergelombang dan lereng pada daerah yang berbatasan dengan sungai.

Iklim

Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson, tipe hujan di areal kampus IPB Darmaga adalah tipe hujan A. Curah hujan rata-rata per tahun sebesar 3.522 mm dan hari hujan 187 dengan kelembaban nisbi rata-rata per tahun 88,33%. Temperatur maksimum rata-rata sebesar 30,10oC dan temperatur minimum rata-rata sebesar 20,10oC. Rentang suhu rata-rata yang terjadi pada tahun 2012 berdasarkan statsiun klimatologi Darmaga adalah 25,1 sampai dengan 26,3oC.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

(19)

9

(20)

10

Pengamatan infeksi akar dapat menunjukan adanya struktur umun dari fungi mikoriza arbuskula. Hasil dari pengamatan infeksi akar pada tumbuhan bawah dapat dilhat pada Gambar 1.

Gambar 1 Infeksi fungi mikoriza arbuskula dengan pembesaran 400x, (A) menunjukan vesikula

Gambar 1 menerangkan bahwa terdapat ciri-ciri yang dapat diamati dalam organel sel akar tumbuhan bawah sebagai bentuk dari adanya infeksi fungi mikoriza arbuskula. Beberapa struktur fungi mikoriza arbuskula yang dapat diamati adalah vesikula, arbuskula dan hifa (hifa intraseluller). Gambar 1 menunjukan adanya struktur fungi mikoriza yang dapat diamati yaitu vesikula. Vesikula pada gambar 1 ditunjukan dengan kode huruf A.

Pengamatan spora dan identifikasi spora fungi mikoriza arbuskula dapat diamati dengan melihat ciri-ciri dari setiap genus spora fungi mikoriza arbuskula. Hasil dari pengamatan spora dan identifikasi spora yang mengkolonisasi tumbuhan bawah dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Beberapa spora yang ditemukan pada tumbuhan bawah yang diamati (A), (B) dan (F) spora genus Glomus pembesaran 400x, (D) dan (E) spora genus Gigaspora pembesaran 100x dan (C) spora genus

Acaulospora pembesaran 100x

A A

A B C

D E F

(21)

11 Gambar 2 menerangkan bahwa terdapat tiga jenis spora yang dapat diamati yaitu spora Glomus, Gigaspora dan Acaulospora. Genus Glomus dapat diamati dengan ciri sebagai berikut yaitu memiliki dinding sel lapisan dalam yang menyatu dengn hifa. Genus Gigaspora dapat diamati dengan adanya bulbous suspensor yang ditunjukan dengan kode huruf G pada Gambar 2. Genus Acaulospora dapat diamati dengan adanya perubahan warna yang diakibatkan oleh reaksi antara larutan melzer reagent dengan spora Acoulospora.

Pembahasan

Infeksi Akar

Akar yang diamati untuk melihat persentase infeksi akar berjumlah 50 akar tumbuhan bawah yang terdiri dari 50 preparat. Setiap preparat terdapat 10 potongan akar dengan panjang setiap akar 1 cm. Perhitungan persentase infeksi akar yang diamati disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan data dari Tabel 2, tingkat infeksi akar yang paling tinggi terdapat pada tumbuhan bawah A. pintoi, A. irregularis, C. rotundus, P. conjugatum dan L. Camara dengan persentase akar lebih dari 50%. Tingkat infeksi akar yang sedang terdapat pada tumbuhan bawah

A. conyzoides, C. trigonum, L. binectarifer, M. triloba, O. nodosa, sawit-sawitan,

S. jamaicense, S. jamaicensis, T. scadens, A. brasiliana, C. odorata, C. prostrata,

L. indica, M. affine, P. nigrescens, S. levis, U. lobata dengan rentang infeksi akar 40 – 50%. Tingkat infeksi akar yang rendah terdapat pada tumbuhan A. gengatica,

C. hirta, C. speciosus, C. villosa, F. grossularioides, F. hirta, F. septica, N. bisserata, P. zeylanica, P. ensiformis, A. spinesus, Aspidium sp, B. alata, C. bicolor, C. esculenta, C. nudiflora, I. timorense, O. compositus, P. pellucida, S. japonica, A. compressus, C. pubescens, C. lappacea, D. setigera, H. brunelloides,

M. pudica, P. caudiglume dan W. triloba dengan rentang infeksi akar kurang dari 40%.

(22)

12

Tabel 2 Persentase infeksi akar pada akar tumbuhan bawah

No. Jenis Persentase Infeksi

Akar

1. Ageratum conyzoides Linn. 50

2. Alternanthera brasiliana (l.) Kuntze 40

3. Amaranthus spinosus L. 20

4. Axonophus compressus (SW.) P. Beauv. 10 5. Arachis pintoi Krapov, & W. C. Greg 80 6. Arcypteris irregularis (C. Presl) Ching. 60

7. Aspidium sp. 20

8. Asytasia gangetica (L.) T. Andres. 30

9. Borreria alata D. C. L. 20

10. Caladium bicolor (W. Ait.) Vent. 20

11. Centrosema pubescens Benth. 10

12. Cetotheca lappacea (L.) Desv. 10

13. Chromolaena odorata (L.) R. M. Kong & H. Rob. 40

14. Clidemia hirta (L.) D. Don. 30

15. Colocasia esculenta L. Schott. 20

16. Commelina nudiflora L. 20

17. Costus speciosus (Koenig) J. E. Smith. 30

18. Curculigo villosa Wall. 30

19. Cyathula prostrata (L.) Blume 40

20. Cyperus rotundus L. 60

21. Cyrtococcum trigonum (Ret.) A. Camus. 50 22. Dryopteris setigera (Blume) Kuntze. 10

23. Ficus grossularioides Burm. F. 30

24. Ficus hirta Vahl. 30

25. Ficus septica Burm. F. 30

26. Hemigraphis brunelloides (Lam.) Bremek. 10

27. Ishaemun timorense Kunth. 20

28. Lantana camara Linn. 70

29. Lapistemon binectarifer Kuntze. 50

30. Leea indica (Burn. F.) Merr. 40

31. Macaranga triloba (Thumb.) M. A. 50

32. Melastoma affine D. Don. 40

33. Mimosapudica Duchass & Walp. 10

34. Nephrolepis bisserata (Sw.) Schott. 30

35. Oplimenus compositus (L.) Beauv. 20

36. Ottochloa nodosa (Kunth) Dandy. 50

37. Panicum caudiglume Hack. 10

38. Paspalum conjugatum P. J. Bergius. 60

39. Peperomia pellucida (L.) H. B. K. 20

40. Piper nigrescens Blume. 40

41. Poulzolzia zeylanica (L.) Benn. & R. Br. 30

42. Pteria ensiformis Burn. F. 30

43. Sawit-sawitan 40

44. Scleria levis Retz. 40

45. Solanum jamaicense Mill. 50

46. Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl. 50

47. Stephania japonica (Thumb.) Meirs. 20

48. Tetracera scandens (L.) Merr. 50

49. Urena lobata L. 40

50. Wedelia trilobata (L.) Hitchc. 10

Status Spora Fungi Mikoriza Arbuskula

(23)

13 Kepadatan spora merupakan jumlah spora yang dijumpai pada saat pengamatan untuk setiap 50 gram tanah yang diamati. Pengamatan kepadatan spora dilakukan terhadap 50 jenis tumbuhan bawah dengan melakukan dua kali pengulangan pada setiap contoh tanah dari tumbuhan bawah. Kepadatan spora setiap tumbuhan bawah merupakan rataan dari dua kali ulangan pengamatan yang dilakukan. Kepadatan spora setiap jenis tumbuhan bawah disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3 Histogram kepadatan spora pada 50 jenis tumbuhan bawah di tegakan sengon setiap 50 gram contoh tanah

Berdasarkan data pada Gambar 3, tumbuhan bawah yang diamati memiliki kepadatan spora yang beragam dari kepadatan yang tinggi sampai rendah. Jenis tumbuhan bawah seperti L. camara memiliki kepadatan spora yang tinggi di lapang dengan rentang kepadatan lebih dari 14 spora/50 gram tanah. Jenis tumbuhan bawah seperti A. brasiliana, A. compressus, A. irregularis, C. odorata,

C. esculenta, I. timorense, N. bisserata dan S. jamaicense memiliki kepadatan spora yang sedang di lapang dengan rentang kepadatan spora 8-14 spora/50 gram tanah. Beberapa tumbuhan bawah seperti A. conyzoides, A. spinesus, A. pintoi, lobata dan W. triloba memiliki kepadatan spora rendah dengan rentang kepadatan spora kurang dari 8 spora/50 gram tanah.

Berdasarkan data pada gambar 3, terdapat perbedaan kepadatan spora setiap jenis tumbuhan bawah yang diamati. Perbedaan kepadatan spora yang diamati ini dapat dipengaruhi oleh pertumbuhan fungi mikoriza arbuskula di lapangan. Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fungi mikoriza arbuskula

(24)

14

antara lain disebabkan oleh faktor dari dalam dan luar. Faktor dari dalam adalah faktor kepekaan tumbuhan inang terhadap infeksi fungi mikoriza arbuskula. Faktor dari luar meliputi faktor iklim dan faktor tanah. Hal ini diperkuat oleh Setiadi (1990) diacu dalam Setiawan (2011) faktor yang mempengaruhi kolonisasi dan sporulasi adalah faktor kepekaan tumbuhan inang, faktor iklim dan faktor tanah. Berikut disajikan pula beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi kolonisasi dan sporulasi fungi mikoriza arbuskula dalam Tabel 3. Tabel 3 Faktor lingkungan yang mempengaruhi kolonisasi dan sporulasi fungi

mikoriza arbuskula

No. Faktor lingkungan Kondisi lingkungan

penelitian sporalisasi fungi mikoriza arbuskula adalah sebagai berikut. Faktor pertama yang mempengaruhi kolonisasi fungi mikoriza arbuskula adalah pH, dimana fungi mikoriza arbuskula tumbuh pada kisaran pH yang luas. Dalam hal ini, fungi mikoriza arbuskula memiliki perbedaan adaptasi terhadap pH tanah di lokasi penelitian dengan pH optimum fungi mikoriza arbuskula berkembang. Faktor kedua yaitu kandungan hara tanah, keberadaan nitrogen ataupun fospor akan membuat tumbuhan lebih peka terhadap kolonisasi fungi mikoriza arbuskula dan derajat kolonisasi fungi mikoriza arbuskula terbesar terjadi pada tanah-tanah yang mempunyai kesuburan yang rendah. Faktor ketiga yang mempengaruhi kolonisasi fungi mikoriza arbuskula adalah cahaya, meningkatnya kolonisasi fungi mikoriza arbuskula adalah akibat dari meningkatnya senyawa-senyawa eksudat untuk memaksimumkan fotosintesis dengan cahaya, pengaruh lama penyinaran yang lebih lama dapat meningkatkan kolonisasi fungi mikoriza arbuskula yang lebih besar daripada intesitas cahaya. Faktor keempat adalah suhu, fungi mikoriza arbuskula memiliki rentang suhu kolonisasi kisaran 28o sampai dengan 34oC dan suhu yang relatif tinggi akan meningkatkan aktifitas fungi mikoriza arbuskula.

(25)

15

Gambar 4 Kekayaan genus spora fungi mikoriza arbuskula yang mengkolonisasi tumbuhan bawah di lapangan

Berdasarkan data pada Gambar 4, genus Glomus memiliki kolonisasi terhadap tumbuhan bawah yang tinggi, hampir setiap tumbuhan bawah yang diamati ditemukan genus spora Glomus. Genus spora Glomus ditemukan pada 49 tumbuhan bawah yang terdiri dari Lantana camara, A. brasiliana, A. compressus,

A. irregularis, C. odorata, C. esculenta, I. timorense, N. bisserata, S. jamaicense,

Gigaspora mengkolonisasi tumbuhan bawah dengan jumlah tumbuhan bawah sebanyak 12 tumbuhan bawah yaitu A. barasiliana, A. spinesus, A. irregularis, C. bicolor, C. pubescens, C. esculenta, F. hirta, L. camara, L. binectarifer, S. levis,

S. jamaicense dan U. lobata. Jumlah kolonisasi spora fungi mikoriza arbuskula dengan tumbuhan bawah ini diperkuat oleh Shenck dan Peres (1990) bahwa genus

Glomus merupakan genus yang mempunyai jenis paling banyak yaitu 70 jenis yang kemudian diikuti oleh genus Acaulospora senyak 22 jenis, Sclerocytis 9 jenis, Gigaspora 6 jenis dan Entrophospora sebanyak 3 jenis.

49

(26)

16

Berdasarkan data pada Gambar 4, tingkat kekayaan spora terbanyak terdapat pada tumbuhan A. brasiliana, A. spinesus, A. irregularis, C. esculenta, L. camara, L. binectarifer, S. jamaicense dan U. lobata dengan jumlah genus spora fungi mikoriza arbuskula yang teramati tiga genus. Tingkat kekayaan spora sedang terdapat pada tumbuhan A. conyzoides, A. compressus, Apsidium sp, B. prostrata, D. setigera, sawit-sawitan, M. triloba, P.caudiglume dan P. ensiformis

dengan jumlah satu genus spora. Perbedaan jumlah kekayaan genus spora diduga karena adanya perbedaaan jenis tumbuhan yang berasosiasi dengan jenis spora disamping faktor lingkungan yang berperan di dalamnya seperti pH, kandungan hara, cahaya, dan suhu.

Kultur Fungi Mikoriza Arbuskula

Kultur spora bertujuan untuk mengamati spora fungi mikoriza arbuskula yang belum terbentuk dari contoh tanah dari lapangan yaitu mikoriza yang membentuk struktur tubuhnya berupa miselia. Kultur spora dilakukan dengan menggunakan metode Brundrett et al. (1996) dengan metode kultur pot terbuka.

P. javanica digunakan sebagai tumbuhan inang dalam metode pot terbuka. Media yang digunakan adalah zeolit. Hasil kultur spora dapat diamati pada Gambar 5.

Gambar 5 Histogram kepadatan spora pada 50 jenis tumbuhan bawah di tegakan sengon hasil kultur spora setiap 50 gram contoh tanah

(27)

17 Gambar 5 menunjukkan kepadatan spora hasil dari kultur yang telah dilakukan. Gambar 5 menjelaskan juga bahwa terjadi penambahan kepadatan spora dibandingkan dengan spora yang diamati dari lapang. Penambahan kepadatan spora terjadi akibat dilakukannya beberapa perlakuan. Perlakuan yang dilakukan adalah pemberian pupuk dan tumbuhan inang yang dibuat mati serta pemangkasan sebelum pengamatan terhadap contoh tanah.

Penambahan kepadatan spora fungi mikoriza arbuskula terjadi pada beberapa tumbuhan bawah. Penambahan kepadatan spora fungi mikoriza arbuskula terjadi pada semua jenis tumbuhan bawah. Faktor penambahan kepadatan spora fungi mikoriza arbuskula adalah terbentuknya suatu habitat fungi mikoriza arbuskula yang sesuai. Faktor yang dibuat sesuai dengan habitat yaitu penyesuaian terhadap suhu optimal tumbuhnya fungi mikoriza arbuskula dengan menempatkan kultur spora di rumah kaca. Faktor pemupukan akan berpengaruh terhadap kolonisasi fungi mikoriza arbuskula. Faktor pemangkasan tanaman inang (P. javanica) dan mematikan tumbuhan inang tersebut pada umur 3,5 bulan.

Berdasarkan data pada Gambar 5, tumbuhan bawah memiliki kepadatan spora yang beragam dari kepadatan yang tinggi sampai rendah. Jenis tumbuhan bawah seperti L. camara, A. compressus dan L. binectarifer memiliki kepadatan spora yang tinggi dari kultur spora dengan rentang kepadatan lebih dari 17 spora/50 gram tanah. Jenis tumbuhan bawah seperti A. conyzoides, A. brasiliana,

A. pintoi, A. irregularis, Aspidium sp, C. odorata, C. esculenta, C. trigonum, F. grossularioides, F. hirta, I. timorense, L. indica, M. triloba, N. bisserata, O. nodosa, P. nigrescens, P. zeylanica, S. jamaicense, S. jamaicensis, S. japonica

dan U. lobata memiliki kepadatan spora yang sedang dari hasil kultur spora dengan rentang kepadatan spora 10-17 spora/50 gram tanah. Beberapa tumbuhan bawah seperti A. spinesus, Aspidium sp, A. gengatica, B. alata, C. bicolor, C. pubescens, C. lappacea, C. hirta, C. nudiflora, C. speciosus, C. villosa, C. prostrata, C. rotundus, D. satigera, F. septica, H. brunelloides, M. affine, M. pudica, O. compositus, P. pellucida, P.conjugatum, P. pellucida, P. ensiformis, sawit-sawitan, S. levis, T. scadens dan W. triloba memiliki kepadatan spora rendah dengan rentang kepadatan spora kurang dari 10 spora/50 gram tanah.

(28)

18

Gambar 6 Kekayaan genus spora fungi mikoriza arbuskula yang mengkolonisasi tumbuhan bawah pada kultur spora

Berdasarkan data pada Gambar 6, genus Glomus memiliki kolonisasi terhadap tumbuhan bawah yang tinggi, 50 contoh kultur spora tumbuhan bawah yang diamati ditemukan genus spora Glomus. Genus Acaulospora memiliki kolonisasi terhadap tumbuhan bawah sebanyak 37 tumbuhan bawah yaitu A. conyzoides, A. barasiliana, A. spinesus, A. compressus, A. pintoi, A. irregularis,

Gambar 6 juga menjelaskan tingkat kekayaan spora pada setiap tumbuhan bawah hasil kultur spora. Tingkat kekayaan spora terbanyak terdapat pada tumbuhan A. brasiliana, A. spinesus, A. irregularis, C. esculenta, H. brunelloides,

L. camara, L. binectarifer, O. nodosa, S. jamaicense dan U. lobata dengan jumlah genus spora fungi mikoriza arbuskula yang teramati tiga genus. Tingkat kekayaan spora sedang terdapat pada tumbuhan A. conyzoides, A. compressus, A. pintoi,

(29)

19

setigera, sawit-sawitan, P. ensiformis, T. scadens dan W. triloba dengan jumlah satu genus spora.

Kultur spora yang telah dilakukan menghasilkan beberapa genus fungi mikoriza arbuskula yang mampu berkolonisasi dengan tumbuhan bawah yang sebelumnya tidak berkolonisasi. Tumbuhan bawah yang memiliki pertambahan kolonisasi dengan genus fungi mikoriza arbuskula terdiri dari A. pintoi, C. pubescens, C. nudiflora, H. brunelloides, M. triloba, O. nodosa dan P. caudiglume. Kultur spora menghasilkan genus Glomus mengkolonisasi tumbuhan bawah C. pubescens. Genus Acaulospora mampu mengkolonisasi tumbuhan bawah A. pintoi, C. nudiflora, M. triloba dan O. nodosa. Genus Gigaspora mampu mengkolonisasi tumbuhan bawah H. brunelloides dan O. nodosa.

Genus-genus yang dapat diamati pada penelitian ini terdiri dari genus

Glomus, Acaulospora dan Gigaspora. Genus-genus tersebut mampu berkolonisasi dengan tumbuhan bawah. Genus fungi mikoriza arbuskula tersebut dapat dijadikan acuan sebagai inokulom bagi tumbuhan bawah yang berpotensi sebagai tumbuhan remedian untuk ditanam dalam kegiatan rehabilitasi dan reklamasi lahan. Menurut Setyaningsih (2012), inokulasi fungi mikoriza arbuskula pada tanaman jabon mampu menurunkan konsentrasi Pb pada jaringan tanaman jabon.

Sebaran Fungi Mikoriza Arbuskula pada Tumbuhan Obat

Tumbuhan bawah merupakan salah satu potensi yang berada di tegakan sengon. Berdasarkan Dahlan (2011) potensi yang dihasilkan dari tumbuhan bawah dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Potensi tumbuhan bawah di tegakan sengon

Gambar 7 menerangkan bahwa potensi yang dihasilkan dari tumbuhan bawah yang berada di tegakan sengon adalah sebagai tumbuhan obat, sumber makan, tumbuhan hias, manfaat lain dan manfaat yang belum diketahui. Potensi yang paling tinggi adalah potensi tumbuhan bawah sebagai tumbuhan obat.

25

tumbuhan obat sumber makanan tanaman hias manfaat lain belum diketahui

(30)

20

Jumlah tumbuhan bawah yang berpotensi sebagai tumbuhan obat berjumlah 25 tumbuhan bawah. Tumbuhan bawah yang berpotensi sebagai bahan makanan baik untuk konsumsi manusia atau ternak berjumlah 6 tumbuhan yaitu O. nodosa, P. conjugatum, O. compositus, S. jamaicense, A. compressus dan N. bisserata. Tumbuhan bawah yang berpotensi sebagai tumbuhan hias terdiri dari tumbuhan

C. bicolor, W. trilobata dan A. pintoi. Tumbuhan bawah yang berpotensi sebagai manfaat lain seperti manfaat sebagai penutup lahan adalah tumbuhan C. pubescens. Sekitar 15 tumbuhan bawah belum diketahui potensinya, kemungkinan besar 15 tumbuhan ini memiliki potensi sebagai obat, sumber makanan dan tumbuhan hias namun perlu dilakukan pengujian lebih lanjut untuk mengetahui pontesi yang dimiliki oleh tumbuhan tersebut.

Dua puluh lima tumbuhan bawah yang berpotensi sebagai tumbuhan obat ini bersimbiosis dengan mikoriza. Berikut disajikan tabel tumbuhan berpotensi sebagai tumbuhan obat yang bersimbiosis dengan mikoriza.

Tabel 4 Tumbuhan bawah berpotensi sebagai obat bersimbiosis dengan mikoriza

No. Tumbuhan bawah Fungi Mikoriza Arbuskula

Glomus Acaulospora Gigaspora

Tabel 4 menerangkan bahwa tumbuhan bawah yang berpotensi sebagai obat dapat bersimbiosis dengan genus fungi mikoriza arbuskula. Tabel 4 juga mampu memberikan informasi penting yaitu informasi genus fungi mikoriza arbuskula yang dapat diinokulasikan terhadap tumbuhan bawah yang berpotensi obat. Genus

(31)

21

villosa, C. rotundus, F. septica, H. brunelloides, L. camara, M. affine, M. pudica, P. zeylanica, S. jamaicensis, S. japonic dan U. lobata dapat diinokulasi dengan genus Acaulospora karena genus Acaulospora dapat ditemukan pada rhizosfer

tumbuhan bawah tersebut. Genus Gigaspora dapat diinokulasikan terhadap tumbuhan bawah yang berpotensi obat seperti tumbuhan A. brasiliana, A. irregularis, C. esculenta, H. brunelloides dan U. lobata.

Genus Glomus merupakan genus yang mampu berasosiasi dengan 25 tumbuhan bawah yang berpotensi sebagai obat. Genus Glomus memiliki kemampuan berasosiasi dengan tumbuhan bawah yang berpotensi obat lebih tinggi daripada genus Acaulospora dan Gigaspora, maka dari itu genus Glomus

dapat dijadikan inokulum bagi tumbuhan obat.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil dari kegiatan penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa semua tumbuhan bawah di tegakan sengon bersimbiosis dengan fungi mikoriza arbuskula. Tumbuhan bawah yang bersimbiosis dengan fungi mikoriza arbuskula ditandai dengan adanya infeksi akar dan status keberadaan spora fungi mikoriza arbuskula.

Genus fungi mikoriza arbuskula yang ditemukan dalam penelitian ini adalah genus Glomus, Acaulospora dan Gigaspora. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa genus-genus Glomus, Acaulospora, dan Gigaspora secara berturut-turut berkolonisasi dengan 50 jenis, 37 jenis, dan 12 jenis tumbuhan bawah.

Tumbuhan bawah yang memiliki potensi sebagai tumbuhan obat berjumlah 25 jenis. Semua tumbuhan bawah tersebut berasosiasi dengan fungi mikoriza arbuskula. Diantara tumbuhan obat ini tersebut mampu berkolonisasi dengan fungi mikoriza arbuskula dari genus Glomus, Acaulospora, dan Gigaspora. Genus-genus seperti Glomus, Acaulospora, dan Gigaspora dapat dijadikan sumber inokulum bagi tumbuhan bawah yang berpotensi sebagai obat.

Saran

Hasil dari penelitian ini dapat disarankan bahwa tumbuhan bawah yang terbukti bermikoriza dapat dijadikan tumbuhan remedian yang dapat ditanam di lahan reklamasi untuk mengaktifkan mikroorganisme lokal. Keberadaan mikoriza pada tumbuhan obat perlu dilakukan isolasi dan seleksi sehingga dapat dijadikan inokulum tanaman obat. Hasil menunjukan bahwa kolonisasi mikoriza terbanyak terjadi pada contoh tanah dan akar dari jenis tumbuhan bawah L. camara, maka dari itu dapat disarankan L. camara untuk dijadikan tanaman inang untuk kegiatan kultur spora. Dari hasil penelitian, genus Glomus dapat disarankan untuk dijadikan inokulum fungi mikoriza arbuskula bagi tumbuhan obat, karena genus

(32)

22

DAFTAR PUSTAKA

Brundrett M, Boucher N, Dell B, Grove T, Malajczuk N. 1996. Working with Mycorrhizal in Forestry and Agriculture. Canberra (Aus): ACIAR.

Dahlan MM. 2011. Komposisi jenis tumbuhan bawah pada tegakan sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) (studi kasus di areal kampus IPB Darmaga, Bogor) [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Fakuara MY. 1988. Mikoriza, Teori dan Kegunaan dalam Praktek. Bogor: Pusat Antar Universitas Bioteknologi Institut Pertanian Bogor.

Giovannety M, Mosse B. 1980. An evaluation of techbiques for measuring vasicular-arbuscular infection in roots. New Phytologist 84: 489-500.

Gunawan AW. 1993. Mikoriza Arbuskula. Bogor: Pusat Antar Universitas Bioteknologi Institut Pertanian Bogor.

Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid ke-1. Badan Litbang Kehutanan Jakarta, penerjemah; Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan.

Imas T, Hadioetomo RS, Gunawan AW, Setiadi Y. 1989. Mikrobiologi Tanah II. Bogor: Pusat Antar Universitas Bioteknologi Institut Pertanian Bogor.

[INVAM] International Culture Collection of (Vesicular) Arbuscular Mycorrhizal Fungi. 2013a. Classification Of Glomeromycota [internet]. [diacu 2013 Januari 10]. Tersedia dari: http://invam.caf.wvu.edu/fungi/taxonomy/ classification.htm.

[INVAM] International Culture Collection of (Vesicular) Arbuscular Mycorrhizal Fungi. 2013b. Trap Cultures [internet]. [diacu 2013 Januari 10]. Tersedia dari: http://invam.caf.wvu.edu/methods/cultures/trapcultures.htm.

Pacioni G. 1992. Wet Sieving and Decanting Techniques for Extraction of Spores of VA Mycorrhizal Fungi. Di dalam : Methods in Microbiology. San Diego. cademic Press Inc.

Phyllip JM, Hayman DS. 1970. Improved procedurres for clearing roots staining parasitics and VAM fungi for rapid accesment of infection. Trans Brit Mycol Soc 46(2): 235-244.

Sasli I. 2008. Perbaikan daya adaptasi bibit, pertumbuhan dan kualitas tanaman lidah buaya dengan abu janjang kelapa sawit, mikoriza dan pemupukan di tanah gambut [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Schenck NC, Perez Y. 1990. Manual For The Identification of VA Mycorrhizal Fungi. Florida USA: Synergistic Publication Gainesville.

Sieverding E. 1991. Vesicular Arbuscular Mycorrhiza Management in Tropical Agrosystem. Eschborn: Technical Cooperation Federal Republic of Germany Setiadi Y. 1989. Pemanfaatan Mikro Organisme dalam Kehutanan. Bogor: Pusat

Antar Universitas Bioteknologi Institut Pertanian Bogor.

(33)

23 Setyaningsih L. 2012. Adaptabilitas semai tanaman hutan terhadap timbal pada media tailing dengan aplikasi kompos aktif dan fungi mikoriza arbuskula [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Setiawan A. 2011. Studi status fungi mikoriza arbuskula di areal rehabilitasi pasca penambangan nikel (studi kasus PT INCO Tbk. Sorowako, Sulawesi Selatan) [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Smith SE, Read DJ. 1997. Mycorrhizal Symbiosis. Academic Press Limited. London.

Soerianegara I, Indrawan A. 2008. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor: Laboratorium Ekologi Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Suhirman M. 1990. Program perkembangan tumbuhan obat. Zuhud EAM, editor.

Prosiding Jurusan Konservasi Sumverdaya Hutan, Fakultas Kehutanan IPB-Yayasan Suaka Alam dan Margasatwa Indonesia. Bogor.

[USDA] United States Department of Agriculture. 2012. Plant Profile Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & Grimes [internet]. [diacu 2013 Maret 21]. Tersedia dari: http://plants.usda.gov/java/profile?symbol=FAMO.

(34)

24

(35)

25 Lampiran 1 Daftar tumbuhan bawah di tegakan sengon

No. Nama Spesies Nama Lokal Famili

1. Ageratum conyzoides Linn. Babadotan Asteraceae 2. Alternanthera brasiliana (l.) Kuntze Bayam ungu Amaranthaceae 3. Amaranthus spinosus L. Bayam duri Amaranthaceae 4. Axonophus compressus (SW.) P. Beauv. Jukut pahit Poaceae 5. Arachis pintoi Krapov, & W. C. Greg Kacang hias Fabaceae 6. Arcypteris irregularis (C. Presl) Ching. Paku melukut Dryopteridaceae

7. Aspidium sp. Paku pakis Dryopteridaceae

8. Asytasia gangetica (L.) T. Andres. Ara sungsang Achantaceae 9. Borreria alata D. C. L. Letah ayam Rubiaceae 10. Caladium bicolor (W. Ait.) Vent. Keladi Araceae 11. Centrosema pubescens Benth. Sentro Fabaceae 12. Cetotheca lappacea (L.) Desv. Pinang mante Poaceae 13. Chromolaena odorata (L.) R. M. Kong &

H. Rob.

Ki rinyu Asteraceae

14. Clidemia hirta (L.) D. Don. Harendong bulu Melastomataceae 15. Colocasia esculenta L. Schott. Talas Araceae

16. Commelina nudiflora L. Gewor Commelinaceae 17. Costus speciosus (Koenig) J. E. Smith. Pacing Zingiberaceae 18. Curculigo villosa Wall. Anggrek tanah Hypoxidaceae 19. Cyathula prostrata (L.) Blume Bayam pasir Amaranthaceae 20. Cyperus rotundus L. Rumput teki Poaceae 21. Cyrtococcum trigonum (Ret.) A. Camus. Rumput kretekan Poaceae 22. Dryopteris setigera (Blume) Kuntze. Paku-pakuan Dryopteridaceae 23. Ficus grossularioides Burm. F. Ki ciat Moraceae

24. Ficus hirta Vahl. Ki boa Moraceae

25. Ficus septica Burm. F. Awar-awar Moraceae 26. Hemigraphis brunelloides (Lam.) Bremek. Sengengen Achantaceae 27. Ishaemun timorense Kunth. Dembangan Poaceae 28. Lantana camara Linn. Tembelekan Verbenaceae 29. Lapistemon binectarifer Kuntze. Gatal Convovulaceae 30. Leea indica (Burn. F.) Merr. Girang merah Leeaceae 31. Macaranga triloba (Thumb.) M. A. Serempuli Euphorbiaceae 32. Melastoma affine D. Don. Harendong Melastomataceae 33. Mimosa pudica Duchass & Walp. Putri malu Fabaceae

34. Nephrolepis bisserata (Sw.) Schott. Pakis pedang Lomariopsidaceae 35. Oplimenus compositus (L.) Beauv. Rumput kleset Poaceae

36. Ottochloa nodosa (Kunth) Dandy. Rumput sarang buaya

Poaceae

37. Panicum caudiglume Hack. Daramisar Poaceae 38. Paspalum conjugatum P. J. Bergius. Jukut pahit Poaceae 39. Peperomia pellucida (L.) H. B. K. Suruhan Piperaceae 40. Piper nigrescens Blume. Lada Piperaceae 41. Poulzolzia zeylanica (L.) Benn. & R. Br. Kerendeng Urticaceae 42. Pteria ensiformis Burn. F. Paku pecut Pteridaceae

43. Sawit-sawitan Sawit-sawitan Aracaceae

44. Scleria levis Retz. Serendai Cyperaceae 45. Solanum jamaicense Mill. Terong-terongan Solanaceae 46. Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl. Pecut kuda Verbenaceae 47. Stephania japonica (Thumb.) Meirs. Ako habu Menispermaceae 48. Tetracera scandens (L.) Merr. Ki asahan Dilleniaceae

49. Urena lobata L. Pungpulutan Malvaceae

50. Wedelia trilobata (L.) Hitchc. wedelia Poaceae

(36)

26

Lampiran 2 Peta lokasi pengambilan contoh tanah dan akar tumbuhan bawah

(37)

27 Lampiran 3 Potensi tumbuhan bawah

No. Nama Spesies Nama Lokal Potensi

1. Ageratum conyzoides Linn. Babadotan Daunnya digunakan sebagai obat luka, radang (inflamasi) dan gatal-gatal.

Akarnya dapat mengatasi disentri, diare atau panas. Tumbuhan ini juga berperan sebagai gulma pada tumbuhan pertanian, sebagai pestisida dan herbisida

2. Alternanthera brasiliana (l.) Kuntze Bayam ungu Daunnya untuk peluruh air seni, obat diare dan sakit kepala

3. Amaranthus spinosus L. Bayam duri Mengobati disentri, keputihan, TBC, kelenjar, sakit kerongkongan,

radang saluran pernapasan, buang air kemih tidak lancar, bisul, wasir, eksim, gusi luka dan berdarah, menambah produksi ASI dan demam

4. Axonophus compressus (SW.) P. Beauv. Jukut pahit Rumput taman, pakan ternak dan sebagai gulma tumbuhan pertanian

5. Arachis pintoi Krapov, & W. C. Greg Kacang hias Tumbuhan penutup tanah, pakan ternak dan tumbuhan hias

6. Arcypteris irregularis (C. Presl) Ching. Paku melukut Akarnya untuk penyakit kulit dan sebagai bahan pangan (sayuran)

7. Aspidium sp. Paku pakis Belum diketahui

8. Asytasia gangetica (L.) T. Andres. Ara sungsang Daunnya sebagai obat akibat gigitan serangga

9. Borreria alata D. C. L. Letah ayam Gulma tumbuhan pertanian

10. Caladium bicolor (W. Ait.) Vent. Keladi Tumbuhan hias

11. Centrosema pubescens Benth. Sentro Tumbuhan penutup tanah

12. Cetotheca lappacea (L.) Desv. Pinang mante Gulma tumbuhan pertanian

13. Chromolaena odorata (L.) R. M. Kong

& H. Rob.

Ki rinyu Daunnya untuk mengobati masuk angin, sakitkepala dan demam

14. Clidemia hirta (L.) D. Don. Harendong bulu Pencuci luka bernanah dan menghenyikan pendarahan pada luka sayat,

buahnya sumber makanan

15. Colocasia esculenta L. Schott. Talas Umbinya sebagai bahan makanan, obat diare, disentri, muntah darah,

radang ginjal, kutil, eksim, bisul dan obat luka

16. Commelina nudiflora L. Gewor Daunnya berkhasiat sebagai obat pelancar haid, demam, sakit kepala dan

untuk peluruh keringat

17. Costus speciosus (Koenig) J. E. Smith. Pacing Rimpangnya untuk peluruh dahak, pencegah kehamilan, obat rajasinga

(38)

28

Lanjutan..

No. Nama Spesies Nama Lokal Potensi

18. Curculigo villosa Wall. Anggrek tanah Daunnya sebagai pembungkus kue, bunga dan akarnya untuk obat sakit

perut dan sebagai tumbuhan hias juga

19. Cyathula prostrata (L.) Blume Bayam pasir Daunnya sebagai obat kolera dan akarnya untuk obat disentri

20. Cyperus rotundus L. Rumput teki Mengatasi gangguan sakit dada, sakit gigi, gangguan fungsi pencernaan

seperti mual, muntah, nyeri lambung dan sakit perut, diare, bengkak akibat retensi cairan, haid tidak teratur,sakit waktu haid, keputihan dan menyuburkan kandungan. Selain itu, bagi pertanian dianggap sebagai gulma

21. Cyrtococcum trigonum (Ret.) A.

Camus.

Rumput kretekan Gulma pertanian

22. Dryopteris setigera (Blume) Kuntze. Paku-pakuan Belum diketahui

23. Ficus grossularioides Burm. F. Ki ciat Belum diketahui

24. Ficus hirta Vahl. Ki boa Belum diketahui

25. Ficus septica Burm. F. Awar-awar Akarnya untuk penawar racun dan daunnya sebagai obat bisul dan usus

buntu

26. Hemigraphis brunelloides (Lam.)

Bremek.

Sengengen Peluruh air seni

27. Ishaemun timorense Kunth. Dembangan Gulma pertanian

28. Lantana camara Linn. Tembelekan Daunnya sebagai obat encok, mual dan bisul. Akarnya untuk obat darah

kotor, keputihan, kencing nanah dan rajasinga

29. Lapistemon binectarifer Kuntze. Gatal Belum diketahui

30. Leea indica (Burn. F.) Merr. Girang merah Belum diketahui

31. Macaranga triloba (Thumb.) M. A. Serempuli Belum diketahui

32. Melastoma affine D. Don. Harendong Daunnya sebagai obat disentri, obat kumur, keputihan, sakit perut dan

wasir

33. Mimosa pudica Duchass & Walp. Putri malu Sebagai peluruh dahak, penurun panas, peluruh air seni, dan mengobati

insomnia serta sebagai gulma pada tumbuhan pertanian

(39)

29

Lanjutan..

No. Nama Spesies Nama Lokal Potensi

35. Oplimenus compositus (L.) Beauv. Rumput kleset Sebagai pakan ternak, penutup tanah dan gulma pertanian

36. Ottochloa nodosa (Kunth) Dandy. Rumput sarang

buaya

Sebagai pakan ternak, penutup tanah dan gulma pertanian

37. Panicum caudiglume Hack. Daramisar Gulma pertanian

38. Paspalum conjugatum P. J. Bergius. Jukut pahit Rumput tumbuhan, pakan ternak dan gula pertanian

39. Peperomia pellucida (L.) H. B. K. Suruhan Daunnya sebagai obat bisul, jerawat dan sakit kepala

40. Piper nigrescens Blume. Lada Belum diketahui

41. Poulzolzia zeylanica (L.) Benn. & R.

Br.

Kerendeng Daun (digosok dengan jari sampai berlendir) dapat menyejukan dan

membersihkan (sebagai kompres)

42. Pteria ensiformis Burn. F. Paku pecut Obat penurun panas, anti radang, peluruh air seni dan pencuci darah

43. Sawit-sawitan Sawit-sawitan Belum diketahui

44. Scleria levis Retz. Serendai Gulma pertanian

45. Solanum jamaicense Mill. Takokak Buahnya dijadikan bahan makanan (lalapan) atau bumbu

46. Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl. Pecut kuda Bunga dan tangkainya digunakan untuk pengobatan radang hati (hepatitis

A). Akatnya untuk pengobatan keputihan

47. Stephania japonica (Thumb.) Meirs. Ako habu Akarnya sebagai obat sesak napas, demam dan perut mulas. Daunnya

sebagai obat kudis dan borok

48. Tetracera scandens (L.) Merr. Ki asahan Daunnya untuk mengobati bekas patokan ular dan bisul serta sebagai

pelicin ukiran kayu dan keris

49. Urena lobata L. Pungpulutan Daunnya berkhasiat sebagai peluruh dahak, obat diare dan obat luka baru.

Akarnya berkhasiat sebagai obat demam, obat perut nyeri, bungnya untuk mengobati bisul dan borok

50. Wedelia trilobata (L.) Hitchc. wedelia Tumbuhan hias danpenutupan lahan

Sumber : Komposisi Jenis Tumbuhan Bawah pada Tegakan Sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) Studi Kasus di Areal Kampus IPB Darmaga Bogor,

(40)

30

Lampiran 3 Foto tumbuhan bawah pada tegakan sengon (Falcataria mollucana)

Alternathera brasiliana Ageratum conyzoides Nephrolepis bisserata

Caladium bicoor Arcypteris irregularis Centrosema pubescens

Clidemia hirta Colocasia esculenta Piper nigrescens

Costus speciosus Cyperus rotundus Curculigo villosa

Sumber : Komposisi Jenis Tumbuhan Bawah pada Tegakan Sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) Studi Kasus di

(41)

31

Lanjutan..

Wedelia triloba Arachis pintoi Ficus hirta

Ficus grossularioides Hemigraphis brunelloides Ficus septica

Lantana camara Macaranga triloba Solanum jamaicense

Urena lobata Aspidium sp Commelina nudiflora

Sumber : Komposisi Jenis Tumbuhan Bawah pada Tegakan Sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) Studi Kasus di

(42)

32

Lanjutan..

Cetotheca lappacea Borreria alata Cyrtococcum trigonum

Tetracera scadens Dryopteris setigera Cyathula prostrata

Peperomia pellucida Mimosa pudica Leea indica

Melastoma affine Pteris ensiformis Amaranthis spinosus

Sumber : Komposisi Jenis Tumbuhan Bawah pada Tegakan Sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) Studi Kasus di

(43)

33

Lanjutan..

Poulzolzia zeylanica Scleria levis Stephania japonica

Stachytarpheta jamaicensis Panicum caudiglume Sawit-sawitan

Sumber : Komposisi Jenis Tumbuhan Bawah pada Tegakan Sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) Studi Kasus di

(44)
(45)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sumedang, Jawa Barat pada tanggal 27 Februari 1990, sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Daya Abdul Japar dan Nunung Sumiati.

Penulis lusus dari SMA Negeri Situraja pada tahun 2008 dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis diterima di Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan.

Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif di beberapa organisasi seperti Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kehutanan (2009-2010), Himpunan Profesi Tree Grower Community (TGC) pada periode 2009-2010 dan periode 2010-2011. Penulis mengikuti kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Suaka Marga Satwa Gunung Sawal – Taman Wisata Alam Pangandaran pada tahun 2010. Penulis mengikuti kegiatan Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi pada tahun 2011. Pada Tahun 2012, penulis berkesempatan melakukan Praktek Kerja Profesi (PKP) di IUPHHK-HT PT. Sebangun Bumi Andalas Palembang, Sematera Selatan. Selain itu, penulis merupakan penerima beasiswa BUMN PT. Angkasa Pura periode tahun 2010-2012.

Gambar

Tabel 1  Hasil pengamatan fungi mikoriza arbuskula pada 50 contoh tanah dan akar tumbuhan bawah
Gambar 2  Beberapa spora yang ditemukan pada tumbuhan bawah yang diamati (A), (B) dan (F) spora genus Glomus pembesaran 400x, (D) dan (E)  spora genus Gigaspora pembesaran 100x dan (C) spora genus Acaulospora pembesaran 100x
Tabel 2  Persentase infeksi akar pada akar tumbuhan bawah
Gambar 3  Histogram kepadatan spora pada 50 jenis tumbuhan bawah di tegakan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan dilakukan adalah pembuatan seminar dan workshop dengan tema Program Pencegahan dan Pengendalian penularan HIV dari ibu ke bayi (PMTCT) di Unit Kebidanan

Permasalahan yang dibahas adalah mengetahui urgensi Lembaga Pembinaan Khusus Anak dalam pemidanaan terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana dan untuk mengetahui

26 April 2010 Presentasi hasil observasi hambatan atensi, konsentrasi, persepsi dan

[r]

Adapun manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah untuk memberikan masukan dalam menyusun program kesehatan sehingga dapat mengurangi angka kesakitan dan untuk

kombinasi gerak dasar jalan, lari dan lompat dengan koordinasi yang baik dalam permainan sederhana, serta nilai kerjasama, toleransi, kejujuran, tanggung jawab dan

Guru bertanya kepada anak mengenai materi yang berkaitan dengan panjang pendek dengan benda yang diketahui anak. Guru menjelaskan mengenai macam- macam ukuran panjang

Mean values and standard deviations of the times spent by male and female river buffalo calves during the first 4 and 8 months of their lives in each type of suckling behavior;