J. ForestSains 11 (2) : Juni 2014 (99 -109) ISSN : 1693 - 5179
99
EVALUASI PENGUJIAN DINDING GESER PANEL
CROSS LAMINATED TIMBER
(CLT) DARI TIGA
JENIS KAYU RAKYAT
Muthmainnah
1), Sucahyo Sadiyo
2), Lina Karlinasari
2)1)
Staf Pengajar Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako, Palu
2)
Staf Pengajar Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Bogor
ABSTRACT
Generally, community timber species has a small diameter. It is related to their short rotation. In
consequence mostly of their products have inferior traits. Cross laminated timber product is an
engineering products which developed as multi-storey timber buildings. CLT is a compose by dried
lumber stacked together at right angles and glued over their entire surface and usually used as floor, walls
and roofs. The aim of study was to test CLT shear wall based on racking test as well as to evaluate their
basic properties. Three wood species used were sengon, mindi and nangka or jackfruit wood. The result
showed that based on Indonesian wood strength classification, that CLT of sengon, mindi and nangka
were included in category of IV.III, II respectively. Delamination testing revealed that the cold and hot
water testing denoted the value of 3.87 % and 5.53 %, respectively for sengon CLT. Meanwhile, for mindi
CLT the value of cold and hot water testing were 7.65 % and 21.40 %, respectively, as well as for nangka
CLT the cold and hot water testing was 14.80 % and 36.88 %. The shear strength of CLT made from
sengon wood was 15.84 kg cm
-2, mindi wood was 31.63 kg cm
-2and nangka wood was 28.27 kg cm
-2.
Racking test showed that racking strength and stiffness of CLT shear wall of sengon wood were 129360
N and 7388 N mm
-1,mindi wood were 117600
N and 12521 N mm
-1, nangka wood were 146020 N and
9402 N mm
-1.
Key words
: CLT, shear wall, sengon, mindi, nangka
Diterima tanggal 12 Januari 2014, Disetujui tanggal 20 April 2014
I.
PENDAHULUAN
Kebutuhan bahan baku kayu bulat terus
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2013, kebutuhan bahan baku kayu
bulat diproyeksi mencapai 54,5 juta m³.
Kebutuhan
bahan
baku
untuk
industri
woodworking
diproyeksi mencapai 15.4 juta m³
pada tahun 2014 ( Dirjen Industri Agro 2013).
Untuk memenuhi pasokan kayu bulat tersebut,
pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) dan
Hutan Rakyat (HR) diharapkan menjadi pemasok
utama industri perkayuan di masa mendatang.
Kayu dari hutan tanaman dan hutan rakyat
saat ini mempunyai ukuran diameter yang kecil
karena rotasi penebangannya yang lebih singkat
dan bermutu kurang baik (mata kayu, lebih ringan,
strukturnya lebih kasar,
juvenile wood
) sehingga
kayu sebagai bahan alamiah berupa balok atau
log belum merupakan produk yang efisien
sebagai komponen struktural. Untuk mengatasi hal
tersebut, pembuatan balok lamina (g
lued
laminated timbe
r) yang memanfaatkan kayu
berukuran kecil merupakan salah satu solusinya.
J. ForestSains 11 (2) : Juni 2014 (99 -109) ISSN : 1693 - 5179
100
lebih merata sehingga dapat dipergunakan untuk
produk konstruksi struktural.
Produk CLT dapat diaplikasikan untuk
elemen lantai, dinding atap,dan juga dapat
dibentuk untuk penggunaan jendela, pintu, bahkan
panel CLT dapat dibuat melengkung dengan
radius yang cukup lebar (
Wood Naturally Better
2010). Di Austria dan Jerman, produk CLT
digunakan sebagai dinding pada bangunan
bertingkat seperti sekolah dan perumahan. CLT
juga diaplikasikan sebagai dek pada jembatan.
Salah satu contohnya adalah jembatan di Jalan
Wandritsch
Kota
Murau
Styria
Austria
(Mendegarian dan Milev 2010).
Dinding
geser
(Shearwal)
sebagai
komponen dinding merupakan elemen vertikal
pada sistem tahanan gaya lateral (
lateral force
resisting
) yang berfungsi menopang diagfragma
dan memindahkan gaya-gaya lateral ke arah
pondasi (APA, 2004). Penelitian mengenai dinding
geser CLT telah dilakukan Dujic
et.al
(2007) pada
bangunan yang terletak di daerah rawan gempa,
hasilnya menunjukkan bahwa dinding CLT
memiliki kekakuan dan kapasitas dukung beban
yang relatif tinggi. Dinding geser
dari CLT dapat
dibuat menggunakan kayu dari hutan tanaman
rakyat, diharapkan menghasilkan nilai kekuatan
dan kekakuan yang tinggi sebagai komponen
bangunan rumah kayu. Penelitian ini bertujuan
ingin mengetahui karakteristik fisis dan mekanis
panel CLT sebagai elemen dinding geser dari tiga
jenis kayu rakyat.
II.
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan
April 2013
– Maret 2014 di laboratorium
pengerjaan kayu bagian Teknologi Peningkatan
Mutu Kayu, laboratorium keteknikan kayu bagian
Rekayasa
dan
Desain
Bangunan
Kayu
Departemen Hasil Hutan IPB serta laboratorium
Pusat
Penelitian
dan
Pengembangan
Pemukiman,
Badan
Penelitian
dan
Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum,
Bandung. Bahan baku yang digunakan dalam
penelitian
ini
adalah
kayu
sengon
(
Paraserianthes
falcataria
),
kayu
nangka
(
Artocarpus heterophyllus
Lamk) dan kayu Mindi
(
Melia azedarach
L). Perekat yang dipakai adalah
perekat
Isosianat
jenis Koyo Bond KR-560
(
Aqueous Polymer-Isocyanate Adhesive
) dengan
hardener
:
Koyo Bond crosslinker
AP.
Komponen dinding geser dibuat menjadi
tiga contoh uji panel CLT dengan orientasi sudut
90
⁰
yang menggunakan tiga jenis kayu.
Pembuatan panel dinding geser diawali dengan
penyusunan
dan
perekatan
lamina-lamina
berukuran tebal 3 cm, lebar 14 cm dan panjang
168 cm dalam 5 lapisan lamina yang saling tegak
lurus satu dengan yang lainnya. Lapisan sejajar
ditempatkan pada bagian permukaan atas, tengah
dan bawah. Sedangkan lapisan bersilang terletak
diantara ketiga lapisan tersebut. Lapisan sejajar
dan lapisan bersilang kemudian direkatkan per
lapisan dengan menggunakan perekat isosianat
dengan berat labur 280 g m
-2pada dua permukaan
(
double spread
) dengan orientasi sudut 90
⁰
pada
masing-masing jenis kayu. Panel CLT kemudian
dirakit menjadi dinding panel CLT dengan ukuran
akhir 15 cm x 84 cm x 168 cm pada dimensi tebal,
lebar dan panjang. Panel-panel dinding geser
kemudian dikempa menggunakan mesin kempa
dingin dengan tekanan pengempaan berkisar 15
MPa dan dikondisikan selama 1 minggu.
J. ForestSains 11 (2) : Juni 2014 (99 -109) ISSN : 1693 - 5179
101
beban kekakuan (
stiffness load cycle
) berupa
penambahan beban sampai berat 0,4 F
max,estyang
dilakukan secara bertahap berupa beban 0,1 F
max,est
untuk mendapatkan nilai kekakuan benda uji
dan 3). Uji kekuatan (
strength test
) berupa
penambahan beban sebesar 0,1 F
max,estsecara
bertahap sampai tercapai F
[image:3.612.155.460.179.419.2]max
dari benda uji
Gambar 1 Grafik tahapan pengujian
Racking Shear wall
CLT (sumber ISO/DIS 22452)
Analisis Data
Hasil pengujian
komponen dinding
geser panel CLT berupa : 1) Kekakuan racking
(
racking stiffness
) dihitung dengan menggunakan
rumus
[
]
N mm
-1, 2)
Kekuatan racking (
racking strength
), yaitu berupa
nilai maksimum beban racking (F
max) yangdiperoleh pada uji kekuatan dan 3) Rekaman
displacement
. Sebaran data rataan sifat fisis
dinding panel CLT ditampilkan dalam bentuk
histogram. Analisis data pengamatan dilakukan
dengan
menggunakan
metoda
deskripsi
kuantitatif.
III.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Fisik
Rataan nilai kadar air dinding geser panel
CLT dari ketiga jenis kayu berkisar antara 13.00 %
sampai 14.60 %. Besarnya persentase kadar air
tergantung dari jenis kayunya. Hasil penelitian
Apriliana (2012) memperlihatkan bahwa nilai
rata-rata kadar air CLT sengon menurut kombinasi
J. ForestSains 11 (2) : Juni 2014 (99 -109) ISSN : 1693 - 5179
102
tidak banyak berpengaruh terhadap kadar air CLT
yang dihasilkan.
Rataan kadar air dinding geser panel CLT
kayu nangka (14.60 %) lebih tinggi dibanding
dengan kadar air panel CLT sengon (13 %) dan
mindi (14.02 %). Perbedaan kadar air ini
disebabkan, karena kayu nangka tersusun dari
lamina yang memiliki kerapatan yang lebih tinggi
sehingga dinding selnya lebih tebal dan memiliki
[image:4.612.183.467.238.394.2]air terikat pada dinding sel yang lebih besar.
Disamping itu, perbedaan kadar air CLT juga
dapat disebabkan oleh perbedaan kadar air lamina
sebelum direkat. Menurut Moody
et.al
. (1999),
perbedaan maksimum kadar air tiap lamina adalah
sebesar 5%. Hasil penelitan menunjukkan bahwa
perbedaan kadar air tiap lamina untuk ketiga jenis
kayu masih dibawah 5 %.
Gambar 2. Kerapatan rata-rata dinding geser
panel CLT dari kayu sengon, mindi dan nangka
Rataan kerapatan dinding geser panel CLT
(Gambar 2) dari ketiga panel CLT sengon, mindi
dan nangka masing-masing 0.32 g cm
-3, 0.47 g
cm
-3dan 0.64 g cm
-3. Terjadi peningkatan
kerapatan CLT relative berbeda bila dibandingkan
dengan kerapatan kayunya. Peningkatan ini
disebabkan adanya lapisan campuran perekat dan
pemadatan akibat pengempaan dingin. Hasil
penelitian Apriliana (2012) menunjukkan nilai
rata-rata kerapatan CLT sengon (tebal 5 cm) sebesar
0.33 g cm
-3, sedangkan Riztian (2013) nilai
rata-rata kerapatan CLT yang dihasilkan dari kayu
nangka (tebal 5 cm) sebesar 0.59 gr cm
-3.
Kerapatan panel CLT nangka yang dihasilkan
penelitian ini berbeda dengan kerapatan yang
dihasilkan oleh Riztian (2013). Kerapatan akhir
panel dapat dipengarui oleh beberapa faktor,
seperti jumlah lapisan penyusun panel, kadar
perekat dan besarnya tekanan kempa.
Panel CLT nangka memiliki nilai kerapatan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan panel CLT
sengon dan mindi. Hal ini dikarenakan perbedaan
ketebalan dinding sel tiap lamina. Kecenderungan
sel yang memiliki dinding tebal dan lumen kecil
memiliki kerapatan tinggi, sebaliknya sel yang
memiliki dinding tipis dan lumen besar memiliki
kerapatan yang rendah (Ruhendi
et al.
2007).
Rataan pengembangan dan penyusutan
volume dinding geser panel CLT dari ketiga jenis
jenis kayu disajikan pada Gambar 3.
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
Sengon
Mindi
Nangka
K
e
ra
p
a
ta
n
(
g
c
m
-3
)
J. ForestSains 11 (2) : Juni 2014 (99 -109) ISSN : 1693 - 5179
[image:5.612.165.496.101.268.2]103
Gambar 3 Persentase (%) kembang-susut volume rata-rata dinding ges
er
panel CLT dari kayu
sengon, mindi dan nangka
Rataan
pengembangan volume panel
CLT berkisar antara 2.35 % sampai dengan 5.26
% dan penyusutan volume berkisar antara 3.30 %
sampai dengan 4.5 % . Nilai pengembangan dan
penyusutan volume pada katiga panel CLT tidak
jauh berbeda. Hal ini berarti tidak terjadi
perubahan yang begitu besar antara kembang
dan susut kayu. Panel CLT nangka memiliki nilai
kembang-susut
volume
rata-rata
tertinggi
dibanding panel CLT sengon dan mindi. Hal ini
dikarenakan panel CLT nangka disusun dari
lamina yang memiliki kerapatan yang lebih tinggi
dari kayu sengon dan mindi. Hal ini sejalan
dengan teori yang dikemukakan Haygreen dan
Bowyer (1986), bahwa variasi dalam penyusutan
disebabkan
beberapa
faktor,
salah
satu
diantaranya kerapatan kayu. Semakin tinggi
kerapatan
kayu
maka
semakin
besar
kecenderungannya untuk menyusut. Nilai
penyusutan yang tinggi menunjukkan bahwa
panel CLT nangka mempunyai sifat yang
dimensinya tidak stabil dibanding dari panel CLT
sengon dan mindi. Panel CLT sengon dengan
nilai penyusutan yang rendah mengindikasikan
bahwa panel CLT ini lebih stabil dibanding
dengan panel CLT nangka dan mindi.
Rataan delaminasi air dingin dan air panas
dinding geser panel CLT dari ketiga jenis kayu
disajikan pada (Gambar 4).
0
1
2
3
4
5
6
7
Sengon
Mindi
Nangka
ke
m
b
a
n
g
-s
u
su
t
v
o
lu
m
e
(
%
)
Jenis kayu
kembang volume
J. ForestSains 11 (2) : Juni 2014 (99 -109) ISSN : 1693 - 5179
[image:6.612.174.459.102.267.2]104
Gambar 4. Persentase delaminasi air dingin dan delaminasi air panas dinding geser panel CLT
dari kayu sengon,mindi dan nangka
Rataan delaminasi perendaman air dingin
panel CLT sengon, mindi
dan nangka
masing-masing sebesar 3.87 %, 7.65 % dan 14.80 %.
Panel CLT sengon dan mindi telah memenuhi
standar
Japanes Agricultural Standard for Glued
Laminated Timber
Notification
No 234 tahun 2003
(JPIC 2003) yang mensyaratkan nilai delaminasi
air dingin maksimal sebesar 10%. Sementara
panel CLT nangka belum memenuhi persyaratan
standar JAS 234:2003. Rataan delaminasi
perendaman air panas panel CLT sengon,mindi
dan nangka masing-masing sebesar 5.53 %,
21.40 % dan 36.88 %. Panel CLT dari
ketiga jenis kayu belum memenuhi standar JAS
234:2003 yang mensyaratkan nilai delaminasi air
mendidih maksimal sebesar 5%.
Perekat isosianat yang digunakan dalam
penelitian ini belum mampu bertahan dalam
kondisi panas, sehingga perekat ini kurang cocok
digunakan pada struktur bangunan eksterior
dengan kondisi yang ekstrim.
Hasil pengujian sifat fisis dari Panel CLT
pada penelitian ini dapat digolongkan berdasarkan
peraturan kayu yang berlaku di Indonesia.
Berdasarkan Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia
(PKKI) 1961, kelas kuat kayu dapat digolongkan
berdasarkan berat jenis pada kondisi kering udara.
Dari pengujian yang telah dilakukan, panel CLT
sengon dapat digolongkan sebagai kelas kuat IV,
panel CLT mindi digolongkan sebagai kelas kuat
III dan panel CLT nangka digolongkan ke dalam
kelas kuat II.
Karakteristik Mekanis
Pengujian keteguhan rekat dilakukan untuk
mengetahui kinerja perekat pada panel CLT yang
dihasilkan. Rataan keteguhan geser rekat panel
CLT dari tiga jenis kayu disajikan pada Gambar 5
.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Sengon
Mindi
Nangka
D
e
la
m
in
a
si
(
%
)
Jenis kayu
Delaminasi air dingin
J. ForestSains 11 (2) : Juni 2014 (99 -109) ISSN : 1693 - 5179
[image:7.612.144.501.107.304.2]105
Gambar 5. Keteguhan geser rekat rata-rata panel CLT dari kayu sengon, mindi dan nangka
Rataan
keteguhan rekat geser panel
CLT sengon, mindi dan nangka masing-masing
sebesar 18.95 kg cm
-2, 31.36 kg cm
-2dan 29.09
kg cm
-2. Keteguhan rekat panel CLT mindi lebih
besar dibanding panel CLT sengon dan nangka.
Walaupun CLT nangka memiliki kerapatan yang
lebih besar dari CLT mindi, namun keteguhan
gesernya lebih rendah, hal ini diduga disebabkan
adanya zat ekstraktif yang bersifat menghalangi
proses penetrasi dan pematangan perekat.
Sugiarti (2010) menyebutkan bahwa faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap kekuatan rekat
antara lain kadar zat ekstraktif kayu, keadaan
permukaan yang direkat, kadar air kayu, tekanan
dan waktu kempa.
Karakteristik Struktur Dinding Geser
Pengujian
racking
pada struktur dinding
geser panel CLT menggunkan alat ukur tranduser
yang terhubung dengan
data logger
lewat kabel
data. Tranduser merupakan suatu alat yang
berfungsi untuk mengetahui besarnya defleksi
yang terjadi pada setiap beban yang diberikan
pada strujtur panel dinding geser. Tranduser
dipasang secara vertikal dan horizontal pada
sampel uji dinding geser. Ketika sampel panel
dinding geser CLT diberi beban lateral/horizontal,
tranduser tersebut akan bergerak menunjukkan
nilai dari peralihan (
displacement
). Hubungan
antara peralihan vertikal dan horizontal
ditunjukan pada Gambar 6.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Sengon
Mindi
nangka
K
e
te
g
u
h
a
n
g
e
se
r
re
ka
t
(kg
c
m
-2
)
J. ForestSains 11 (2) : Juni 2014 (99 -109) ISSN : 1693 - 5179
[image:8.612.146.502.102.276.2]106
[image:8.612.145.506.425.608.2]Gambar 6. Hubungan antara peralihan horizontal (mm) dan peralihan vertikal (mm) pada dinding geser
panel CLT sengon, mindi dan nangka
Gambar 6 menunjukkan bahwa peralihan
horizontal menghasilkan nilai yang lebih besar
dibanding dengan peralihan vertikal. Oleh sebab
itu dalam perhitungan nilai
racking
test yang
digunakan adalah peralihan
dari tranduser
horisontal. Nilai peralihan vertikal sangat kecil
sehingga dapat diabaikan pengaruhnya terhadap
pergerakan/peralihan struktur dinding geser.
Dinding geser panel CLT sengon memiliki nilai
peralihan dari kedua tranduser yang lebih besar
dibanding dengan panel CLT nangka dan mindi.
Uji
racking
yang dilakukan pada dinding geser
panel CLT menghasilkan data berupa beban dan
peralihan Gambar 7.
Gambar 7.
Hubungan antara beban (N) dan peralihan (mm) pada dinding geser panel CLT
sengon, mindi dan nangka
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
40
0
10
20
30
40
50
P
e
ra
li
h
a
n
v
e
rt
ika
l
(m
m
)
Peralihan horisontal (mm)
sengon
mindi
nangka
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000
160000
-10
0
10
20
30
40
50
B
e
a
b
a
n
(
N
)
Peralihan (mm)
Sengon
mindi
J. ForestSains 11 (2) : Juni 2014 (99 -109) ISSN : 1693 - 5179
107
Gambar 7 menujukkan hubungan antara
beban (N) dan peralihan (mm) dinding geser panel
CLT dari tiga jenis kayu. Semakin besar beban
yang diberikan, nilai peralihannya juga semakin
besar. Beban yang dimaksud disini adalah nilai
racking strength
(kekuatan) yakni beban maksimal
yang dapat ditahan oleh dinding geser sebelum
dinding geser tersebut mengalami kehancuran.
Sementara itu, peralihan
merupakan perubahan
bentuk, dimensi dan posisi dari suatu titik dalam
skala waktu dan ruang.
Hasil pengujian menunjukkan, dinding
geser panel CLT kayu nangka dapat menahan
beban terbesar dibandingkan dengan dinding
geser panel CLT mindi dan sengon. Hal ini
disebabkan karena dinding geser panel CLT
nangka tersusun dari lamina yang memiliki nilai
kerapatan yang lebih tinggi dibandingkan
kerapatan CLT sengon dan mindi. Dinding geser
panel CLT nangka, mindi dan sengon
masing-masing mencapai beban maksimal sebesar
146020 N pada peralihan 37.46 mm, 117600 N
pada peralihan 22.22 mm dan 129360 N pada
peralihan 46.99 mm.
Nilai
racking stiffness
(kekakuan) pada
dinding geser dimaksudkan besarnya beban yang
diperlukan untuk menggeser dinding geser panel
CLT sejauh 1 (satu) mm. Nilai kekakuan dinding
geser panel CLT sengon, mindi dan nangka
masing-masing sebesar 7388 N mm
-1, 12521 N
mm
-1, dan 9402 N mm
-1. Nilai kekakuan dinding
geser panel CLT tertinggi terdapat pada dinding
geser mindi. Sifat kekauan dinding geser
tergantung dari mutu lamina-lamina penyusun
dinding CLT, semakin tinggi mutu kayu lamina,
penyusun dinding geser panel CLT, maka semakin
tinggi pula kekuatan dinding geser panel CLT yang
dihasilkan. Disamping itu, proses perekatan dan
pengempaan juga memiliki pengaruh terhadap
kekakuan dinding geser panel CLT.
Beban maksimal yang dihasilkan dinding
panel CLT pada kayu
spruce
sekitar 60000 N pada
peralihan 15 mm (Dujic,
et.al
2007). Tjondro
et.al
(2011) mengemukakan nilai kekuatan dan
kekakuan dinding geser panel CNLT (
Cross Nail
Laminated Timber
) dari kayu sengon
masing-masing sebesar 13260 N sampai1 7700 N dan 900
N mm
-1sampai 1137 N mm
-1. Nilai kekuatan dan
kekauan dari penelitian ini dengan menggunakan
kayu sengon, mindi dan nangka masih lebih besar,
hal ini diduga disebabkan oleh perbedaan ukuran
sampel uji,jenis kayu dan jenis perekat yang
digunakan.
Dujic
et.al
(2007) menyatakan dinding
kayu utuh memiliki kapasitas beban dan kekakuan
yang tinggi dibanding dengan dinding kayu dengan
bukaan. Panel dinding dengan bukaan memiliki
kekakuan geser yang lebih rendah namun
kapasitas dukung yang tidak berkurang banyak,
karena kegagalan sebagian besar terkonsentrasi
didaerah-daerah penahan dan disudut-sudut
sekitar bukaan.
IV.
KESIMPULAN
Berdasarkan
berat jenis pada kondisi
kering udara, maka menurut Peraturan Konstruksi
Kayu Indonesia (PKKI) 1961, panel CLT sengon,
mindi dan nangka masing-masing dapat
digolongkan sebagai kelas kuat IV, kelas kuat III
dan kelas kuat II.
Rataan delaminasi perendaman air dingin
dan panas panel CLT sengon sebesar 3.87 % dan
5.53 %, panel CLT mindi sebesar 7.65 % dan 21.4
% dan panel CLT nangka sebesar 14.80 % dan
36.88 %. Rataan keteguhan rekat dinding geser
panel CLT sengon sebesar 18.95 kg cm
-2, mindi
sebesar 31.36 kg cm
-2dan panel CLT nangka
sebesar 29.09 kg cm
-2.
J. ForestSains 11 (2) : Juni 2014 (99 - 109) ISSN : 1693 - 5179
108
DAFTAR PUSTAKA
[APA] American Plywood Assosiation. 2004. Panel Design spesification.
The Engineered wood
Association
[Internet]. [diunduh 2013 september 15]. Tersedia pada www.WoodUniversity.org.
Apriliana F. 2012. Pengaruh Kombinasi Tebal dan Orientasi Sudut Lamina terhadap Karakteristik
Cross
Laminated Timber
Kayu Sengon (
Paraserianthes falcataria
L. Nielsen). [skripsi]. Bogor (ID) :
Institut Pertanian Bogor.
Dujic Bruno, Simona Klobcar and Roko Zarnic. 2007. Influence of opening on shear capacity of wooden
walls.
NC Timber Design
. 16:5-17.
Dirjen Industri Agro. 2013. Bahan Baku kebutuhan kayu bulat meningkat. [Internet].
[diunduh 2014 April 15]. Tersedia pada http://agro.kemenperin.go.id/site/index
Haygreen JG dan Bowyer JL. 1986. Hasil
Hutan dan Ilmu Kayu. Suatu Pengantar
. Hadikusumo SA,
penerjemah; Prawirohatmodjo S, editor. Yogyakarta (ID) : Gadjah Mada University Press.
Terjemahan dari : Forest Product and Wood Science, an Introduction.
[ISO] the International Organization for Standardization. 2009.
Timber structures
–
Structural insulated
panel wall
–
Test methods”
(22452) International Organization for Standardization. Geneva.
[JPIC] Japan Plywood Inspection Corporation 2003.
Japanese Agricultural Standard for Glued Laminated
Timber
( 234)
. T
okyo :JPIC.
Mendegarian A dan Milev S. 2010. Cross Laminated Timber.
Civil 510 - Term Project.
1-21.
Moody RC, Hernandez R, Liu JY. 1999. Glued Structural Members. Di dalam :Wood Handbook, Wood as
an Engineering Material. Madison, WI : USDA, Forest Service, Forest Products Laboratory. Hlm.
19.1-19.14.
[PKKI] Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia. 1961. Jakarta (ID) : Yayasan Lembaga Penyelidikan
Masalah Bangunan.
Ruhendi S, Koroh DS, Syamani FA, Yanti H, Nurhaida, Saad S, Sucipto T. 2007.
Analisis Perekatan
Kayu
. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Reztian, GF. 2013. Pengaruh Kombinasi Tebal dan Orientasi Sudut Lamina Terhadap Karakteristik
Cross
Laminated Timber
Kayu Nangka Menggunakan Perekat Isosianat. [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut
Pertanian Bogor.
Sugiarti. 2010. Kekuatan Lentur Glulam Struktural yang Terbuat dari Papan Sambung Kayu Tusam dan
Kayu Manis. [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
J. ForestSains 11 (2) : Juni 2014 (99 - 109) ISSN : 1693 - 5179
109