• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL DINAMIS PEMANFAATAN BERKELANJUTAN SUMBERDAYA PERIKANAN CAKALANG DI LAUT BANDA DAN SEKITARNYA PROVINSI MALUKU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL DINAMIS PEMANFAATAN BERKELANJUTAN SUMBERDAYA PERIKANAN CAKALANG DI LAUT BANDA DAN SEKITARNYA PROVINSI MALUKU"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Penyusun PROSI DI NG

SI M POSI UM NASI ONAL

PENGELOLAAN PERI KANAN TUNA BERKELANJUTAN Januari 2015

I SBN: 978-979-1461-47-4 @WWF-Indonesia

Layout dan Desain : M. Rustam Hatala dan M. Yusuf

Penerbit : WWF-I ndonesia

Kredit : WWF-I ndonesia

(3)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas terlaksananya Simposium Nasional Pengelolaan Perikanan Tuna Berkelanjutan serta selesainya penyusunan Prosiding Simposium ini. Prosiding ini terdiri dari kumpulan tulisan mengenai hasil penelitian dan makalah tentang perikanan tuna, baik tuna besar maupun tuna kecil. Prosiding ini berisi 141 tulisan terseleksi dari kurang lebih 180 tulisan yang didaftarkan.

Kegiatan Simposium Nasional dan penyusunan Prosiding ini dilaksanakan atas kerja sama WWF-Indonesia dengan Direktorat Sumber Daya Ikan, Kementerian Kelautan Perikanan, yang didukung oleh USAID (United States Agency for International Development) dan MPAG (Marine Protected Area Governance). Simposium ini diikuti oleh pemakalah dari berbagai pihak yaitu Dosen dan Mahasiswa Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian, Instansi Kelautan Perikanan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Penyampaian makalah diawali oleh 7 orang ahli sebagai keynote speaker, yaitu:

1. Dr. Ir. Toni Ruchimat, M.Sc (Direktur Sumber Daya Ikan – DJPT, KKP 2012-2014) 2. Dr. Ir. Abdul Ghofar, M.Sc (Ketua Ketua Komisi Nasional Pengkajian Sumberdaya Ikan). 3. Drs. Agus A. Budhiman, M.Aq (Ketua Asosiasi Perikanan Pole and Line dan Handline

Indonesia dan Mantan Direktur Sumber Daya Ikan KKP).

4. Prof. Dr. Indra Jaya (Dekan dan Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor).

5. Dr. Purwanto (Peneliti Indonesia Marine and Climate Support dan Mantan Kepala Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan, KKP)

6. Dr. Luky Adrianto (Kepala Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Laut, Institut Pertanian Bogor).

7. Dr. Lida Pet-Soede (Deputy Director and Advisor for WWF-Indonesia / WWF Global Marine Program)

Apresiasi khusus kami sampaikan kepada 6 orang moderator yang memfasilitasi pemaparan makalah dan diskusi dalam simposium selama 2 hari yaitu Abdul Ghofar, Agus A. Budhiman, Indra Jaya, Purwanto, Luky Adrianto, dan Wawan Ridwan. Selanjutnya ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah bekerja sama dan mendukung kegiatan ini, serta atas partisipasi semua pemakalah dan peserta. Kemudian tidak lupa permohonan maaf yang tulus atas segala kesalahan, kekeliruan, dan kekurangan dalam pelaksanaan kegiatan Simposium dan Penyusunan Prosiding. Mari kita ambil manfaat dari kegiatan ini demi terwujudnya pengelolaan perikanan tuna berkelanjutan dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat di Indonesia.

Januari 2015

(4)

ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... ii

Kata Sambutan Direktur Sumber Daya Ikan – Kementerian Kelautan

Dan Perikanan ... xiii

Kata Sambutan Direktur Coral Triangle – WWF-Indonesia ... xiv

Pendahuluan ... 1

Keynote Speaker

Kebijakan Pengelolaan Perikanan Tuna di Indonesia (Toni Ruchimat) ... 4

Revitalisasi Usaha Perikanan P/L (Huhate) dalam Penangkapan Ikan Cakalang di

Flores Timur (Agus A. Budhiman) ... 5

Memperkuat Kebijakan Pengelolaan Perikanan Tuna di Indonesia ke Depan (Abdul

Ghofar) ... 16

Pengembangan Metode Pengalokasian JTB Kelompok Tuna per Provinsi dalam

Suatu WPP (Indra Jaya) ... 22

Pemodelan Skenario Pengelolaan Perikanan Tuna Berkelanjutan di Indonesia

(Luky Adrianto, Suryo Kusumo dan Abdullah Habibi) ... 31

Model Pengelolaan Output Penangkapan untuk Penyesuaian terhadap Kuota

Nasional Tuna Sirip Biru Selatan (Purwanto, Lilis Sadiyah dan Fayakun Satria) ... 32

The Paradigm of The Broken Triangle - Addressing The Juvenile Tuna Issue (Lida

Pet-Soede dan Jose Ingles) ... 44

Status Stok Perikanan Tuna

Sintesis dan Summary Bagian 1

Keberlanjutan Stok Tuna-Cakalang-Tongkol (Abdul Ghofar) ... I - 46

Status Perikanan Tuna Di Samudera Hindia, Selatan Prigi – Kabupaten Trenggalek,

Jawa Timur(Irawan Muripto dan Ahmad Ripai) ... I - 53

Hasil Tangkapan dan Daerah Penangkapan Jaring Insang di Laut Cina Selatan

(Arief Wujdi dan Suwarso) ... I - 61

Hasil Tangkapan, Komposisi dan Musim Ikan Tongkol di Perairan Prigi (Arief Wujdi

(5)

iii

Studi Aspek Reproduksi Ikan Madidihang (Yellowfin Tuna), Thunnus albacares (Bonnaterre, 1788) sebagai Dasar Pengelolaan Perikanan Tuna Yang

Berkelanjutan (Budi Wahono dan L.J.L. Lumingas) ... I - 76

Pendugaan Stok Ikan Pelagis Besar Di Perairan Enggano Bengkulu Dengan

Teknologi Akustik (Deddy Bakhtiar) ... I - 82

Laju Penangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) dengan Alat Tangkap

Pole and Line di Laut Seram, Maluku (Haruna dan Early Septiningsih) ... I - 91

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Tongkol (Auxis thazard) di Perairan Maluku Tenggara, Provinsi Maluku (Eka Anto Supeni, Erwin Tanjaya dan

Johny Dobo) ... I - 97

Distribusi dan Kelimpahan Larva Ikan Pelagis di Perairan Laut Sulawesi (Endah

Febrianty dan Wahyuni Nasution) ... I - 105

Studi tentang Hubungan antara Jumlah Umpan Hidup dengan Komposisi Hasil Tangkapan pada Perikanan Pole and Line di Perairan Laut Seram, Kabupaten

Maluku Tengah (Erwin Tanjaya) ... I - 113

Analisis Pola Musim Penangkapan Cakalang (Katsuwonus pelamis) yang

Didaratkan di PPN Tamperan Pacitan, Jawa Timur (Helman Nur Yusuf) ... I - 120

Strategi Operasi Penangkapan Perikanan Tuna Skala Usaha Kecil di Perairan

Samudera Hindia (Hufiadi dan Mahiswara) ... I - 128

Aspek Biologi, Alat, Daerah dan Struktur Tangkapan Ikan Madidihang (Thunnus

albacares) di Perairan Sangihe (Karsono Wagiyo) ... I - 139

Analisis Hasil Tangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) pada Daerah Penangkapan dengan Menggunakan Rumpon dan Tanpa Rumpon di

Perairan Barat Laut Banda (Husair, Muslim Tadjuddah, Abdullah, La Anadi,

Ahmad Mustafa,Hasnia Arami) ... I - 148

Kajian Awal Reproduksi Tuna Sirip Kuning dan Cakalang yang Tertangkap di Perairan Nusa Tenggara Timur (Ovie Ningsih, Wilson L. Tisera, Welma Pesulima,

Johanis W. Kiuk, dan Fanny I. Ginzel) ... I - 162

Studi Potensi dan Tingkat Pemnfaatan Tuna di Perairan Manokwari (Paulus Boli,

Fanny Simatauw, Emmanuel Manangkalangi, dan Nurhani Widiastuti) ... I - 168

Perikanan Cakalang dan Tuna di Teluk Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi

(Pelita Octorina dan Neneng Nurbaeti) ... I - 177

Trend Ukuran First Maturity Length Tuna Yellowfin di Samudera Pasifik dan Hindia

(Muhammad Yusuf) ... I - 185

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Ikan Tongkol Komo (Euthynnus affinis) di Perairan Selat Malaka, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara (Rina D’Rita

(6)

iv

Estimasi dan Validasi Potensi Ikan Tuna pada Wilayah Pengelolaan Perikanan- Republik Indonesia (WPP-RI) 715 Menggunakan Data INDESO Project (Rizky

Hanintyo) ... I - 195

Kajian Biologi Populasi Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) di Perairan Laut

Flores, Sulawesi Selatan (Warda Susaniati, Achmar Mallawa dan Faisal Amir) ... I - 207

Struktur Ukuran Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares) yang Tertangkap di WPP

713 dan 573 ... I - 220

Penggunaan Kalender Migrasi Tuna dalam Rangka Mengoptimalkan Pengelolaan Informasi Stok Guna Menuju Perikanan Tuna Indonesia yang Berkelanjutan (Yusri

Maesaroh) ... I - 226

Harvest Control Rules

Sintesis dan Summary Bagian 2

Pengendalian Penangkapan Tuna (Purwanto) ... II - 235

Vulnerability Asssessment of Tunas Fisheries in Northern (Bitung) and Southern (Pelabuhanratu and Malang) Indonesia: Based on MSC Approach (Yonvitner,

Maskur Tamanyira dan Abdullah Habibi) ... II - 241

Analisis Tangkapan Sampingan Hiu pada Alat Tangkap Rawai Tuna di Samudera Hindia dan Samudera Pasifik (Dwi Ariyogagautama, Imam Musthofa Z. dan Teguh

Prawira) ... II - 254

Harvest Control Rule dalam Mendukung Pengelolaan Perikanan Umpan yang Berkelanjutan di Flores Timur (Saraswati Adityarini, Abdullah Habibi, Imam

Syuhada, dan Adrian Damora) ... II - 262

Daya Dukung Tingkat Pemanfaatan Stok Ikan Teri Merah (Encrasicholina

heteroloba) dalam Mendukung Perikanan Tuna Cakalang (O.T.S. Ongkers) ... II - 271

Distribusi Laju Pancing dan Ukuran Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares) yang Tertangkap Rawai Tuna di Samudera Hindia Bagian Timur (Arief Wujdi, Ririk

Kartika Sulistyaningsih dan Fathur Rochman) ... II - 290

Identifikasi Status Konservasi Hiu Tangkapan Samping di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pulau Bangka dan Belitung (Ardiansyah Kurniawan, Muhammad Fajar,

Ilhafuroihan Apriliazmi dan Aditya Nugraha) ... II - 297

Ukuran Layak Tangkap dan Dinamika Temporal Ikan Cakalang di Laut Banda dan Sekitarnya, Provinsi Maluku (Welem Waileruny, Delly Dominggas

Paulina Matrutty) ... II - 309

Hasil Tangkapan Sampingan (Bycatch) Perikanan Tuna di Provinsi Nusa Tenggara

Barat (Juhrin, Irwan Maulana dan Nurliah Buhari) ... II - 317

Ikhtisar Hasil Tangkapan Sampingan dan Terbuang dari Armada Perikanan Rawai

(7)

v

Struktur Ukuran Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) di Perairan Ambon dan

Implikasinya Bagi Pengelolaan (Augy Syahailatua dan La Pay) ... II - 325

Tingkat Keramahan Lingkungan Alat Penangkap Ikan Tongkol Abu-Abu (Thunnus tonggol) di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Karangsong Indramayu, Jawa Barat

(Lantun Paradhita Dewanti, Dulmiad Iriana, Junianto, dan Alexander M. Khan) ... II - 330

Hubungan Panjang Bobot dan Struktur Ukuran Ikan Madidihang (Thunnus

albacares) di Perairan Laut Banda (Umi Chodrijah) ... II - 341

Analisis Kenaikan Rata-Rata Incidental Catch pada Rawai Tuna di PPS Bungus

(Hanityo Adi Nugroho) ... II - 349

Kondisi Stok Ikan Tongkol Euthynnus affinis (Cantor, 1849) Di Perairan Prigi Kabupaten Trenggalek dan Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP 573) Sub Area

Jawa Timur (Tri Joko Lelono) ... II - 353

Kematangan Gonad dan Ukuran Layak Tangkap Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) di Samudera Hindia Bagian Timur (Prawira A.R.P. Tampubolon, Irwan

Jatmiko, Hety Hartaty, dan Andi Bahtiar) ... II - 362

Estimasi Potensi Produksi Tuna Madidihang (Thunnus albacares) di Perairan Kepala Burung Pulau Papua (Studi Kasus pada Daerah Fishing Ground Nelayan Kabupaten dan Kota Sorong serta Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat (Alianto,

Hendri dan S. Manaf) ... II - 370

Potensi Reproduksi Tuna Madidihang Thunnus albacares di Selat Makassar (Wayan

Kantun, Syamsu Alam Ali, Achmar Mallawa dan Ambo Tuwo) ... II - 376

Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Tuna Menggunakan Pancing Rumpon di Samudera

Hindia Selatan Pelabuhanratu ... II - 390

Dinamika Pemanfaatan Madidihang (Thunnus albacares, Bonnaterre, 1788) Hasil Pendaratan PPN Prigi, Jawa Timur (Hilmy Yashar Febriansyah, Yonvitner,

Achmad Fachrudin) ... II - 399

Laju Degradasi Sumber Daya Ikan Tongkol Abu-Abu (Thunnus tonggol) di Perairan Pantura Kabupaten Indramayu, Jawa Barat (Lugas Lukmanul Hakim dan Rega

Permana) ... II - 407

Implementasi I-FISH pada Perikanan Pancing Tuna Berbasis Labuhan Lombok,

Nusa Tenggara Barat (M. Badrudin dan M. Lutfi) ... II - 417

Struktur Populasi Tuna Mata Besar (Thunnus obesus) di Kepulauan Indo-Malaya: Analisis Control Region, DNA Mitokondria (Ni Putu Dian Pertiwi, Andrianus Sembiring, Angka Mahardini, Ni Kadek Dita Cahyani, Aji Wahyu Anggoro, Budi

Nugraha, Ririk Kartika Sulistyaningsih, Irwan Jatmiko, dan IGNK Mahardika) ... II - 438

Analisis Kebiasaan Ikan Hiu yang Tertangkap sebagai Bycatch pada Penangkapan Ikan Tongkol Menggunakan Alat Tangkap Gill Net di Kabupaten Indramayu, Jawa

(8)

vi

Sebaran Ukuran, Pola Pertumbuhan dan Produksi Tangkapan Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares Bonnterre, 1788) di Perairan Barat Sumatera,

Indonesia (Vany Helsa Anwar, Indra Junaidi Zakaria dan Toufan Phardana) ... II - 459

Proporsi Hasil Tangkapan Tuna Madidihang (Thunnus albacares) pada Perikanan Pukat Cincin di Samudera Hindia: Studi Kasus Kapal INKA MINA 27 di Pacitan

(Wahyuni Nasution, Mahiswara dan Helman Nur Yusuf) ... II - 465

Model Dinamis Pemanfaatan Berkelanjutan Sumberdaya Perikanan Cakalang di Laut Banda dan Sekitarnya, Provinsi Maluku (Welem Waileruny, Eko Sri Wiyono,

Sugeng Hari Wisudo, Tri Wiji Nuraini, dan Ari Purbayanto) ... II - 474

Distribusi Ukuran Tangkap untuk Penentuan Selektivitas Alat Tangkap Ikan Tongkol Komo (Euthynnus affinis) di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 573 (Yoke Hany

Restiangsih, Tegoeh Noegroho, Umi Chodrijah, dan Endah Febrianty) ... II - 484

Peran Longline dalam Meningkatkan Hasil Tangkapan Ikan Tuna Mata Besar:

Mungkinkah Memicu Gejala Overfishing di Laut Palabuhanratu? (Warsono El Kiyat) II - 495

Perkembangan Teknologi dan Armada Tangkap Perikanan Tuna Yang Berkelanjutan

Sintesis dan Summary Bagian 3

Teknologi dan Observasi Penangkapan Tuna-Tongkol-Cakalang

(Indra Jaya) ... III - 506

Sebaran Tuna dan Suhu Perairan pada Musim Timur dan Barat Berdasarkan Data Hasil Tangkapan dan ARGO FLOAT di Samudera Hindia (Roy Kurniawan, Agus

Hartoko dan Suradi Wijaya) ... III - 511

Pola Produksi Ikan Pelagis Besar (Tongkol, Cakalang, Tuna) Menggunakan Pancing Ulur di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat (Alfa F.P. Nelwan, Mukti Zainuddin dan

Muh. Kurnia) ... III - 520

Keterkaitan Antara Dinamika Perikanan Cakalang dan Dinamika Oseanografi di Perairan Barat dan Selatan Provinsi Maluku Utara (Amirul Karman, Sulaeman

Martasuganda, M. Fedi A. Sondita, dan Mulyono S. Baskoro) ... III - 532

Disain Kapal Ikan Tuna Long Line Berdasarkan Hook Rate (Sunardi dan Achmad

Baidowi) ... III - 550

Stabilitas Beberapa Kapal Tuna Longline di Indonesia (Yopi Novita dan Budhi

Hascaryo Iskandar) ... III - 555

Studi Tingkah Laku Ikan Madidihang (Thunnus albacares) terhadap Aktifitas Makan

(Wahyudi Prawiro, Priyanto Rahardjo, Abdul Rahman, dan Syarif Syamsudin) ... III - 564

Penentuan Karakteristik Hotspot Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) di Perairan Teluk Bone (Ady Jufri, Mukti Zainuddin, Muhammad Anshar Amran,

(9)

vii

Distribusi Suhu Permukaan Laut dan Aspek Biologi Cakalang (Katsuwonus pelamis) Hasil Tangkapan Huhate di Bitung (Agus Setiyawan, A. Anung Widodo dan Candra

Nainggolan) ... III - 581

Perekayasaan Rumpon Pertengahan untuk Penangkapan Ikan Pelagis Besar di

Perairan Selatan Jawa (Agus Suryadi dan Tri Wahyu Wibowo) ... III - 589

Influence of Temperature on Tuna Catched in East Flores, East Nusa Tenggara Province, Indonesia (Alfed Kase, Wilson L. Tisera, Johanis W. Kiuk, Welma

Pesulima, Ovie Ningsih, dan Maria R. Naguit) ... III - 598

Kajian Daerah Penangkapan Potensial Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) dan Tongkol (Euthynnus affinis) Menggunakan Analisis Spasial di Perairan

Pelabuhanratu (Amanatul Fadhilah, Agus Hartoko dan Max R. Muskananfola) ... III - 606

Pemetaan Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a untuk Menentukan Fishing Ground Potensial (Tuna) Menggunakan Teknologi Penginderaan Jauh pada Musim

Timur di Selat Bali (Ari Soebekti, Agus Adinugroho S. dan Alfi Satriadi) ... III - 618

Efektifitas Penggunaan AFD (Attractors Fish Depth) sebagai Alat Bantu Penangkapan Ikan Tuna yang Ramah Lingkungan di Wilayah Perairan Selatan Jawa, Sendang Biru

Malang (Donny Dwi Ari Prayoga dan Sembadhani Bayu) ... III - 628

Pemetaan Kelayakan Zona Potensi Penangkapan Ikan Cakalang Bagi Unit Penangkapan Pole and Line di Perairan Teluk Bone (Fitri Indahyani, Mukti

Zainuddin dan Aisjah Farhum) ... III - 637

Analisis Hubungan Suhu Permukaan Laut, Klorofil-a Data Satelit MODIS dan SUB- SURFACE TEMPERATURE Data ARGO FLOAT Terhadap Hasil Tangkapan Tuna di Samudera Hindia (Geetruidha Adelheid Latumeten, Agus Hartoko dan Frida

Purwanti) ... III - 644

Studi Parameter Lingkungan Perairan Tuna Madidihang (Thunnus albacares) di Gondol, Bali (Makhzanil Asywaq, Priyanto Rahardjo, Basuki Rachmad, dan Dadan

Zulkifli) ... III - 655

Cedera dan Praktek Keselamatan Kerja pada Perikanan Tuna Skala Kecil di Perairan Selatan Sulawesi Tenggara (N. Alimina, B. Wiryawan, D.R. Monintja, T.W. Nurani,

dan A.A. Taurusman) ... III - 663

Hubungan Ukuran Ikan Terhadap Jangkauan Penglihatan Pada Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Hasil Tangkapan Alat Tangkap Pancing (Handline) di Pulau

Bawean, Kabupaten Gresik (R. Adi Kurniawan dan Fuad) ... III - 673

Kajian Produktivitas Alat Tangkap Tuna Longline di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Bungus, Sumatera Barat (Lantun Paradhita Dewanti, Alexander M.A. Khan,

Dulmiad Iriana, Sriati, dan Rita Rostika) ... III - 682

Palca Wave Energy As Electric Convertion (PW GASCIN) Inovasi Energi Alternatif

(10)

viii

Konstruksi dan Produktivitas Rumpon Portable Tuna di Perairan Palabuhanratu,

Jawa Barat (Roza Yusfiandayani, Indra Jaya dan Mulyono S. Baskoro) ... III - 698

Teknik Penangkapan Tuna (Thunnus sp.) Menggunakan Pancing Ulur dengan Kapal Latih KM. COELACANTH di Perairan Maluku (Samuel Hamel, Saeful A. Tauladani,

Karyanto, Frangky Darondo, M, Zainul Arifin, dan Peggy Pontoh) ... III - 712

Deskripsi Daerah Penangkapan Pancing Ulur dan Hubungannya dengan Faktor Oseanografi yang Berpangkalan di Kabupaten Majene (Sudarman, Mukti Zainuddin

dan Alfa F.P. Nelwan) ... III - 718

Penggunaan Jaket Tuna pada Penangkapan Tuna dengan Pancing Ulur di Perairan

Palabuhanratu (Ambar Prihartini dan Suwardiyono) ... III - 728

Pemetaan Sebaran Klorofil-A Citra Satelit Aqua Modis untuk Pendugaan Daerah Penangkapan Cakalang (Katsuwonus Pelamis) Berdasarkan Hasil Tangkapan Purse Seine di Sumatera Barat (T. Ersti Yulika Sari, Usman dan

Farian Sukandi) ... III - 736

Strategi Pemanfaatan Rumpon pada Perikanan Tuna Skala Kecil di Sulawesi Utara (Widhya Nugroho Satrioajie, Evert de Froe, Paul van Zwieten, Sam Wouthuyzen,

dan Adriaan Rijnsdorp) ... III - 744

Pasar Perikanan Tuna yang Berkelanjutan dan Berkeadilan

Sintesis dan Summary Bagian 4-5

Ekonomi dan Bisnis Tuna-Tongkol-Cakalang (Agus A. Budhiman) ... IV - 754

Komoditi Perikanan Tuna, Tongkol dan Cakalang dalam Menunjang Industri di

Provinsi Sumatera Barat (Eni Kamal) ... IV - 760

Penyiapan Sistem Ekolabel Tuna Skema LEI Ekolabel Tuna, Trend Pasar dan Daya

Saing (Fadil Nandila dan Diah Suradiredja) ... IV - 770

Pendekatan Bioekonomi Multispesies untuk Keberlanjutan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Indonesia: Evaluasi Perikanan Tuna di PPN Palabuhanratu, Sukabumi,

Jawa Barat (Nimmi Zulbainarni dan Ade Imam Purnama) ... IV - 774

Analisis Efisiensi Usaha Penangkapan Tuna Berkelanjutan (Studi di Sendang Biru,

Kabupaten Malang, Jawa Timur) (Anthon Efani) ... IV - 790

Kajian Bioekonomi Ikan Cakalang (Thunnus sp.) di Provinsi Maluku Utara

(Mutmainnah) ... IV - 779

Perilaku Ekonomi Nelayan Ikan Tuna dalam Kerangka Industrialisasi Perikanan

(Arif Rachman) ... IV - 810

Rancangan Sistem Dokumen Berbasis Komputerisasi untuk Penerapan Program Traceability di Industri Pengolahan Tuna Loin Beku (Bambang Riyanto, Wini

(11)

ix

Keuntungan, Kelestarian dan Harmoni Tuna (Studi Kasus di Sendang Biru, Malang)

(M. Zainal Fanani dan Muhammad Zainal Arifin) ... IV - 832

Struktur dan Stabilitas Pendapatan Rumah Tangga Nelayan Tradisional Penangkap

Tuna di Indonesia (Studi Kasus Nelayan di Kabupaten Malang dan Kota Bitung) ... IV - 844

Penerapan Palka Ikan Berinsulasi pada Perahu Motor Nelayan Penangkapan Ikan

Tuna di Maluku (Muhammad Najib) ... IV - 853

Pengawasan Lalu Lintas Tuna Tongkol Cakalang (TTC) melalui Pendekatan

Sertifikasi di Kota Palu (Muhammad Zamrud) ... IV - 862

Upaya Budidaya Bandeng Umpan di Kabupaten Pesisir Selatan - Sumatera Barat

(Nofrin Yani dan Meriussoni Zai) ... IV - 868

Strategi Sistem Penanganan Ikan Tuna Segar yang Baik di Kapal Nelayan Handline PPI Donggala (Normawati K. Mboto, Tri Wiji Nurani, Sugeng H. Wisudo, dan

Mustaruddin) ... IV - 876

Penerapan Traceability Pemasaran Tuna dan Mendukung Sistem Logistik Ikan

Nasional (SLIN) (Novia Nurul Afiyah, Trio Budi Setyawan dan Miftachul Huda) ... IV - 885

Kondisi Sosial Ekonomi Nelayan Tuna : Studi Kasus Nelayan Tuna di Dusun Wuring,

Flores, Nusa Tenggara Timur (Nurlaili) ... IV - 890

Pemasaran Ikan Cakalang di Dermaga Beba Desa Tamasaju, Kacamatan Galut,

Kabupaten Takalar (Nurliati Maria) ... IV - 900

Subsidi “Rumpon Tuna” Untuk Peningkatan Ekonomi Masyarakat Nelayan Tuna Skala Kecil (Sebuah Usulan Kebijakan) (Rizki Aprilian Wijaya dan Andrian

Ramadhan) ... IV - 912

Histamin dan Identifikasi Bakteri Pembentuk Histamin Pada Tuna Mata Besar (Thunnus obesus) (Stevy Imelda Murniati Wodi, Wini Trilaksani dan

Mala Nurilmala) ... IV - 169

Pengoptimalan Pengolahan Limbah Ikan Tuna (Thunnus atlanticus) sebagai Bahan

Makanan Pendamping (Bubur) ... IV - 177

Pengolahan Limbah Kulit Tuna Industri Fillet menjadi Produk Fashion sebagai

Upaya Peningkatan Daya Saing Perikanan Nasional (Putu Ary Dharmayanti) ... IV - 992

Persyaratan dan Resolusi Perikanan Tuna Internasional

Kepentingan Indonesia Bergabung dalam Regional Fisheries Management

Organization (Ainnur Rochmatin Fitriana) ... V - 944

Politik Hukum Pengelolaan Perikanan Tuna Di Laut Lepas Oleh RFMO (Akhmad

(12)

x

Kajian Implementasi Traceability Berbasis Standar ISO 28000 pada Rantai Pasok Tuna Beku di Jakarta (Wini Trilaksani, Bambang Riyanto dan

Bayu Ardy Kresna) ... V - 962

Perdagangan Perikanan Tuna yang Berkelanjutan (Sadarma Suhaim Saragih) ... V - 976

Konsekuensi Hukum Penerapan Aturan RFMO pada Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumber Daya Perikanan Tuna di Indonesia (Bayu Vita Indah Yanti dan Catur

Wulandari) ... V - 987

Analisis Kebijakan dan Pengelolaan Perikanan Tuna Indonesia yang Berkelanjutan

dalam Menghadapi Tantangan Pasar Global (Indra Lesmana) ... V - 994

Kebiijakan Dan Pengelolaan Tuna Yang Berkelanjutan

Sintesis dan Summary Bagian 6

Kebijakan dan Pengelolaan Perikanan Tuna-Tongkol-Cakalang

(Luky Adrianto) ... VI - 1004

Evaluasi Pengelolaan Rumpon Tuna (Thunnus albacares) dan Cakalang (Katsuwonus

pelamis) yang Ramah Lingkungan (Priyanto Rahardjo dan Aris Widagdo) ... VI - 1012

Status Pengelolaan Perikanan Tuna dengan Pendekatan Ekosistem di Nusa Tenggara Barat (Nurliah Buhari, Sitti Hilyana, Ayu Adhita Damayanti, Rovina Andriani, dan

Muhammad Masyarul Rusdani) ... VI - 1017

Penilaian Indikator EAFM untuk Perikanan Tuna Indonesia (Aris Widagdo, Priyanto

Rahardjo, Toni Ruchimat, Purwito, Luky Adrianto, dan Abdullah Habibi) ... VI - 1025

Pengontrolan Perikanan Tuna di Wilayah Indonesia dengan Metode Linear Program

(Destyariani Liana Putri dan Widi A. Pratikto) ... VI - 1032

Kebijakan Penataan Rumpon dan Armada Pukat Cincin di Indonesia (Arifsyah M.

Nasution) ... VI - 1040

Peringatan Dini Terhadap Status Ikan Tuna Berdasarkan Data Lalu Lintas Pengiriman Tuna Melalui Pintu Bandara dan Pelabuhan di Kendari,

Sulawesi Tenggara (Abdul Rachman) ... VI - 1047

Revitalisasi Perikanan Tangkap Di Sumatera Barat dalam Rangka Optimalisasi Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Tuna Berkelanjutan di Samudera Hindia

(Alfian Zein) ... VI - 1056

Manajemen Adaptif (Adaptive Management): Strategi Pengelolaan Tuna yang

Berkelanjutan (Anwar Syarif) ... VI - 1063

Potensi dan Pemanfaatan Ikan Tongkol Krai (Auxis thazard) di Perairan Selat Malaka,

(13)

xi

Potensi Lahan Untuk Usaha Perikanan Budi Daya Ikan Tuna di Perairan Pulau Nain Kabupaten Minahasa Utara (Edwin L.A. Ngangi, Isrojati J. Paransa dan Indri S.

Manembu) ... VI - 1079

Distribusi dan Jarak Pemasangan Rumpon Laut Dalam dalam Upaya Pengelolaan Perikanan Tuna yang Berkelanjutan (Studi Kasus di Kendari, Maumere, Ambon dan Pelabuhan Ratu) (Ignatius Tri Hargiyatno, Regi Fiji Anggawangsa, Andrias S.

Samusamu, dan Agustinus A. Widodo) ... VI - 1085

Permasalahan Pengelolahan Perikanan Tuna Berkelanjutan di Perairan Pesisir

Utara Provinsi Papua (John D. Kalor) ... VI - 1091

Dampak Perubahan Iklim Terhadap Kondisi Oseanografi dan Laju Tangkap Tuna Mata Besar (Thunnus obesus) di Samudra Hindia Bagian Timur (Jonson Lumban

Gaol I Wayan Nurjaya dan Khairul Amri) ... VI - 1099

Analisis Kebijakan Terhadap Pengelolaan Kelautan dan Perikanan Tuna di Provinsi

Sumatera Barat (Lengga Pradipta) ... VI - 1108

Reorientasi Pengelolaan Perikanan Tuna dalam Pembangunan Nasional

(Muh. Ishaq Hasan) ... VI - 1118

Komposisi Hasil Tangkapan dan Laju Pancing Rawai Tuna yang Berbasis di

Pelabuhan Benoa (Mulyono S. Baskoro, Budi Nugraha dan Budy Wiryawan) ... VI - 1126

Pengelolaan Perikanan Madidihang Studi Kasus Pancing Ulur di Laut Maluku yang

Berbasis di Bitung, Provinsi Sulawesi Utara (Novie Wijaya) ... VI - 1143

Sero Alat Tangkap Cakalang (Katsuwonus pelamis) yang Ramah Lingkungan dan

Berkelanjutan serta Kearifan Lokal Suku Bajo (Parman) ... VI - 1149

Keberlanjutan Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Pelagis (Layang, Tongkol dan

Cakalang) pada WPP 716 Nelayan Lokal Soma Pajeko Teluk Labuan Uki, Kabupaten

Bolaang Mongondow, Provinsi Sulawesi Utara (Ridwan Lasabuda) ... VI - 1155

Kinerja Alat Tangkap Berdasarkan Kriteria Ramah Lingkungan pada Perikanan Tuna Usaha Skala Kecil di Perairan Selatan Jawa (Tegoeh Noegroho, Mahiswara dan

Hufiadi) ... VI - 1164

Pemanfaatan Tuna Neritik Dengan Alat Tangkap Payang di Perairan Palabuhanratu

Samudera Hindia (Thomas Hidayat dan Tegoeh Noegroho) ... VI - 1176

Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Tuna (Mata Besar/Thunus obesus dan Sirip Kuning/Thunus albacares) yang Berkelanjutan di Kota Padang (Tomi

Ramadona) ... VI - 1183

Optimalisasi Pengelolaan Perikanan Tuna (Thunnus spp.) Berkelanjutan Berbasis Penerapan LAC (Limit of Acceptable Change) di Perairan Selatan Sendang Biru,

(14)

xii

Hasil Tangkapan Ikan Tuna pada Perikanan Pancing Tonda dengan Menggunakan Alat Bantu Rumpon di Perairan Samudera Hindia Selatan Jawa (Tri Wiji Nurani, Sugeng Hari Wisudo, Prihatin Ika Wahyuningrum, Risti Endriani Arhatin, dan

Didin Komarudin) ... VI - 1200

Profil Perikanan Tuna di Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (Wilson L. Tisera, Johanis W. Kiuk, Welma Pesulima, Ovie Ningsih,

Maria R. Naguit) ... VI - 1209

Clusterisasi Migrasi Ikan Tuna, Tongkol dan Cakalang di Teluk Bone dan Peran

Daerah dalam Pengelolaan Berkelanjutan (Yusli Sandi) ... VI - 1218

Kajian Musim Penangkapan Ikan Tuna di Perairan Laut Bengkulu

(Dede Hartono) ... VI – 1232

Status Keberlanjutan Perikanan Tuna Madidihang (Thunnus albacares) Di

Teluk Tomini Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo (Zulkifli Arsalam MoO) ... VI – 1238

Penutup

(15)

xiii

KATA SAMBUTAN

DIREKTUR SUMBER DAYA IKAN – KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Syukur Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas terbitnya ProsidingSimposium Nasional Pengelolaan Perikanan Tuna Berkelanjutan. Prosiding ini merupakan kumpulan tulisan yang terpilih dalam Simposium Nasional, yang telah terlaksana pada tanggal 10-11 Desember 2014. Simposium Nasional tersebut dilaksanakan atas kerja sama antara Direktorat Sumber Daya Ikan (SDI) – Dirjen Perikanan Tangkap, Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan WWF-Indonesia. Atas nama jajaran Direktorat SDI-KKP, saya mengucapkan terima kasih kepada WWF-Indonesia atas kerja sama ini.

Kegiatan simposium dan prosiding perikanan tuna ini merupakan salah satu kebutuhan untuk referensi kita dalam melakukan pengelolaan perikanan tuna secara berkelanjutan. Indonesia merupakan salah satu negara penting secara global dalam perikanan tuna. Pada tahun 2010-2013, rata-rata produksi tahunan Indonesia mencakup tuna dan neritik tuna mencapai 1,1 juta ton/tahun. Pasar ekspor yang potensial untuk Indonesia meliputi Jepang, Amerika, dan beberapa negara di Uni Eropa. Hal tersebut menjadikan Indonesia termasuk lima besar negara utama produsen tuna di dunia.

Jenis-jenis tuna merupakan spesies yang beruaya jauh, yang pengelolaanya merupakan pengelolaan bersama, lintas daerah, provinsi dan bahkan lintas negara. Indonesia dianugerahi perairan yang menjadi habitat penting dan kritis bagi tuna. Untuk itulah Indonesia harus bisa mengemban tanggungjawab tersebut untuk mengelola tuna dengan baik. Terdapat banyak permasalahan yang dihadapi perikanan tuna di Indonesia, seperti aspek pengelolaan, sumber daya, teknologi, hingga aspek data dan informasi. Hal tersebut hendaknya dapat dikelola dengan baik untuk mendukung keberlanjutan stok sumberdaya tuna guna mendukung kelangsungan usaha, serta bisnis tuna Indonesia. Perkembangan dan kecenderungan permintaan pasar akan produk tuna yang ramah lingkungan pun menjadi tantangan sekaligus peluang bagi Indonesia.

Prosiding Simposium Nasional Perikanan Tuna ini, diharapkan dapat menghadirkan informasi-informasi ilmiah terkini untuk menjadi bahan pertimbangan dalam perbaikan pengelolaan perikanan tuna di Indonesia. Penelitian yang telah dilaksanakan dan dipublikasikan telah menunjukkan komitmen dan keinginan berbuat sesuatu yang lebih baik untuk pengelolaan perikanan tuna di Indonesia secara bijak, demi keberlanjutan stok sumber daya perikanan tuna di perairan laut Indonesia, untuk kesejahteraan nelayan, dan seluruh masyarakat, serta bangsa Indonesia secara keseluruhan. Saya sebagai Direktur SDI, memberikan apresiasi atas terbitnya prosiding ini yang memuat tulisan mengenai pengelolaan perikanan tuna di Indonesia dari berbagai kalangan peneliti dan praktisi perikanan tuna. Semoga para pembaca dapat mengambil manfaat dari prosiding ini.

Terima kasih kepada WWF-Indonesia yang telah memfasilitasi pelaksanaan Simposium dan penerbitan Prosiding ini, serta semua pihak yang telah terlibat, serta telah mendukung Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia selama ini. Kementerian Kelautan dan Perikanan akan selalu berkomitmen dan bertanggung jawab, serta menjadi yang terdepan dalam pengelolaan perikanan berkelanjutan di Indonesia.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

(16)

xiv

KATA SAMBUTAN

DIREKTUR CORAL TRIANGLE – WWF-INDONESIA

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillah, puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan bimbingan yang telah diberikan kepada kita semua khususnya yang secara langsung terlibat dalam kegiatan penyelenggaraan “Simposium Nasional Pengelolaan Perikanan Tuna Berkelanjutan” dari mulai persiapan, pelaksanaan, hingga tersusunnya prosiding ini. Pada kesempatan ini sekali lagi saya informasikan bahwa kegiatan simposium yang diselenggarakan pada tanggal 10-11 Desember 2014 di Hotel Mercure, Bali ini telah terselenggara dengan baik melalui kerja sama antara Direktorat Sumber Daya Ikan – Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Kementerian Kelautan dan Perikanan, dengan WWF-Indonesia. Penyelenggaraan simposium ini bertujuan untuk mendapatkan kajian terbaru terkait perikanan tuna, cakalang dan tongkol di Indonesia, serta memberikan rekomendasi bagi perbaikan kebijakan dan pengelolaan perikanan tuna, cakalang dan tongkol di Indonesia.

Melihat banyaknya para pihak yang tertarik dan terlibat aktif dalam simposium ini, terutama dari para peneliti muda, maka WWF berkeinginan agar simposium tentang tuna ini dapat dilakukan secara reguler minimum 2 tahun sekali agar aspek-aspek yang yang mempengaruhi dan harus dipertimbangkan dalam upaya perbaikan pengelolaan perikanan tuna Indonesia seperti aspek ekologi, teknologi penangkapan, sosial, ekonomi, dan kelembagaan dapat terus diperbaharui (di-update). WWF-Indonesia sangat bangga telah dapat menyelenggarakan simposium ini dalam skala nasional yang bisa menghadirkan lebih dari 200 orang peneliti dengan 141 makalah telah dipresentasikan. Makalah-makalah tersebut disentesis dengan cermat oleh para ahli dibidangnya, yaitu: 1) Dr. Abdul Ghofar, 2) Drs. Agus A. Budhiman,M.Aq 3) Prof. Dr. Indra Jaya, 4) Dr. Purwanto, dan 5) Dr. Luky Adrianto, kemudian dirangkum dalam bentuk Prosiding ini.

Pada kesempatan ini, perkenankan saya atas nama WWF-Indonesia mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi tinggi kepada Direktur Sumber Daya Ikan Bapak Dr. Ir. Toni Ruchimat, dan Bapak Kepala Sub Direktorat Sumber Daya Ikan ZEE Bapak Saut Tampubolon, S.Sos, MM, beserta staf yang telah mendukung sepenuhnya atas penyelenggaraan simposium ini. Ucapan yang sama saya sampaikan pula kepada para Narasumber yang sekaligus juga menjadi Moderator dan Reviewer hasil-hasil simposium hingga menjadi sebuah prosiding yang lengkap. Ucapapan terima kasih juga disampaikan kepada semua Pemakalah dan peserta seluruhnya atas partisipasi aktif dalam simposium ini disertai iringan doa semoga sumbangsih ilmu pengetahuan yang telah dikonstribusikan dalam simposium ini menjadi bukti dharma bakti bagi perbaikan pengelolaan perikanan tuna Indonesia dan juga sebagai wujud amal Ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pada kesempatan ini pula saya memberikan penghargaan yang setinggi tingginya kepada seluruh panitia dan staf WWF yang telah bekerja keras dalam seluruh rangkaian penyelenggaraan simposium ini hingga tersusunnya prosiding ini.

Akhirnya saya ingin menyampaikan semoga Prosiding ini bermanfaat dan menambah pustaka kita semua. Amiin

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, Januari 2015

(17)

xv

PENDAHULUAN

Spesies tuna yang banyak tertangkap di perairan laut Indonesia setidaknya ada 8 yang memiliki nilai ekonomis penting. Ke-8 jenis ini terdiri dari jenis tuna besar yaitu sirip kuning atau madidihang (Thunnus albacares), mata besar (Thunnus obesus), sirip biru selatan (Thunnus maccoyii), dan albakor (Thunnus alalunga). Dan tuna kecil, yaitu cakalang (Katsuwonus pelamis), tongkol komo (Euthynnus affinis), tongkol krai (Auxis thazard), dan tongkol abu-abu (Thunnus tonggol). Sumber daya perikanan tuna merupakan salah satu komoditi andalan perikanan di Indonesia dan telah menjadi primadona perdagangan di pasar internasional.

Pada tahun 2012, lebih dari satu juta ton ikan tuna ditangkap di Indonesia, dan sebagian besar diekspor ke berbagai tujuan negara utama pembeli tuna, seperti Jepang, Amerika, China, dan beberapa negara di Uni Eropa. Nilai ekspornya pun menghampiri 4 triliun rupiah (Statistik Perikanan Tangkap, 2013; Statistik Ekspor Perikanan, 2012). Hal tersebut menjadikan Indonesia termasuk lima besar negara utama produsen tuna di dunia. Dan secara global, Indonesia merupakan negara produsen perikanan terbesar kedua setelah China, dengan produksi perikanan sebesar hampir 5,5 juta Ton pada tahun 2011, atau 6,8% dari produksi perikanan dunia (FOA Capture Fisheries Statistic, 2012). Namun, pada satu dekade terakhir terjadi penurunan trendline, baik di Indonesia maupun secara global. Peningkatan produksi tangkapan juga tidak setinggi dekade sebelumnya. Tahun 2015 ini, FAO merilis bahwa 29% stok perikanan telah mengalami over fishing atau tangkap lebih, termasuk stok ikan tuna.

Sejak penangkapan tuna dimulai di Indonesia pada tahun 1960-an, sampai penangkapan secara besar-besaran di Indonesia sekitar tahun 1980-an, ada kecenderungan peningkatan produksi hasil tangkapan tuna. Kemudian pada satu dekade terakhir, terjadi penurunan trendline, dimana peningkatan produksi tangkapan tidak setinggi dekade sebelumnya. CPUE (Catch per Unit Effort) ikan tuna juga mengalami fluktuasi yang menyebabkan beberapa armada perusahaan perikanan tuna tidak mengoperasikan sebagian kapalnya kerena tidak ekonomis lagi. Pergeseran lokasi penangkapan juga menjadi indikasi stok sumber daya perikanan tuna tidak stabil lagi pada beberapa lokasi di Indonesia. Hasil survey WWF-Indonesia dalam rentang tahun 2009-2014 menunjukkan bahwa umumnya perusahaan perikanan tuna di pelabuhan besar di Indonesia seperti Muara Baru Jakarta, Pelabuhan Ratu Jawa Barat, Samudera Indonesia Kendari, Sendang Biru Jawa Timur, Bitung Manado, Ambon, telah mengurangi armada penangkapan ikannya karena biaya operasional semakin tinggi sementara hasil tangkapan tuna semakin turun.

(18)

xvi

Seiring dengan meningkatnya pemahaman dan kesadaran sebagian besar pihak dalam pengelolaan perikanan tuna, khususnya pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kelautan Perikanan, kalangan akademisi, swasta, dan LSM juga semakin menunjukkan perannya dalam pengelolaan perikanan tuna berkelanjutan di Indonesia. Beberapa stakeholder berperan cukup signifikan baik dalam konsep pengelolaan perikanan tuna, maupun secara praktis para tingkat pengusaha dan nelayan. Dalam hal pengelolaan perikanan tuna di Indonesia, pemerintah dan semua stakeholder, salah satunya adalah dengan menyediakan data terbaik untuk kebutuhan pengelolaan dan pengambilan keputusan atau penetapan kebijakan. Pelaksanaan Simposium Nasional Pengelolan Perikanan Tuna Berkelanjutan ini merupakan wujud nyata dalam mengumpulkan data ilmiah mengenai perikanan tuna di Indonesia. Simposium ini pertama kali dilaksanakan di Indonesia yang melibatkan peneliti dan praktisi perikanan tuna dari seluruh Indonesia, yaitu dari kalangan pemerintah, perguruan tinggi, swasta, dan LSM. Hal ini merupakan komitmen bersama dalam rangka mewujudkan pengelolaan perikanan tuna berkelanjutan di Indonesia.

(19)
(20)

II - 474

MODEL DINAMIS PEMANFAATAN BERKELANJUTAN SUMBERDAYA PERIKANAN CAKALANG DI LAUT BANDA DAN SEKITARNYA

PROVINSI MALUKU

Welem Waileruny1, Eko Sri Wiyono2, Sugeng Hari Wisudo2, Tri Wiji Nuraini2, Ari Purbayanto2. 1Program Studi PSP Fak. Perikanan dan Ilmu Kelautan UNPATTI

e-mali:wimwaileruny@yahoo.com Nomor kontak: 081297302165; 081310082742 2Program Studi PSP Fak. Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB

ABSTRAK

Pemodelan merupakan salah satu pendekatan dalam menjawab kompleksitas pengelolaan sumberdaya perikanan. Penelitian ini bertujuan untuk membangun model dinamis pemanfaatan berkelanjutan sumberdaya perikanan cakalang di Laut Banda dan sekitarnya. Penelitian ini berlangsung dari Oktober 2011-September 2012. Pembangunan model dinamis dilakukan secara bertahap, yaitu formulasi model konseptual, spesifikasi model kuantitatif, evaluasi model dan penggunaan model. Tahapan ini melibatkan perencanaan dan simulasi dari beberapa skenario. Dalam model ini dikembangkan 3 bentuk skenario. Hasil analisis menunjukkan bahwa pemanfaatan sumberdaya perikanan cakalang dengan pole and line memberikan dampak positif bagi keberlanjutan sumberdaya perikanan cakalang walaupun memberikan kontribusi terhadap kenaikan PAD cukup lambat. Dengan menggunakan alat tangkap pole and line, sumberdaya perikanan tetap lestari karena pertumbuhan populasi ikan cakalang lebih tinggi dari kemampuan tangkap yang dilakukan. Potensi sumberdaya cakalang pada tingkat MSY saat ini adalah 33.000 ton/tahun dengan laju pertumbuhan populasi 2,28% dari total populasi. Kemampuan tangkap kapal pole and line adalah 5,36x10-5 dari total

populasi/trip. Saat ini potensi sumberdaya cakalang mulai mengalami tekanan akibat penggunaan pukat cincin ukuran besar dengan kemampuan tangkap yang tinggi (>5,36x10-4

dari total populasi/trip). Pemberian ijin penggunaan pukat cincin ukuran besar oleh pemerintah memberikan dampak negatif terhadap keberlanjutan sumberdaya cakalang. Penghentian operasi kapal-kapal pole and line pada musim tertentu saat ini sebagai bukti bahwa potensi ikan cakalang sudah menurun dibandingkan sebelumnya. Kondisi ini akan semakin berbahaya jika pukat cincin ukuran besar tetap digunakan. Diperkirakan 20-30 tahun ke depan sumberdaya ini akan berada pada kondisi sangat kritis. Jika pemerintah tetap mempertahankan penggunaan pukat cincin ukuran besar maka jumlah upayanya harus diturunkan sampai 70% dari upaya saat ini. Jika tidak, maka kemerosotan sumberdaya yang timbul bukan hanya berdampak pada kelestarian sumberdaya itu sendiri tetapi juga bagi pendapatan daerah.

Kata kunci: Model dinamis, perikanan cakalang, potensi, upaya, tingkat pemanfaatan. Pendahuluan

Sumberdaya perikanan merupakan sumberdaya hayati yang dapat diperbaharui, namun dapat mengalami kepunahan karena kecepatan pemanfaatan, lebih tinggi dari kecepatan pertumbuhan populasi, untuk itu perlu dikelola (Pauly 1979; Baddington and May 1982; Phasuk 1987). Sifat sumberdaya perikanan milik bersama rawan terhadap tangkap lebih atau overfishing (Monintja dan Yusfiandayani 1999). Overfishing yaitu tingkat pemanfaatan meningkat hingga mengganggu keseimbangan populasi yang berakibat tidak lagi diperoleh keuntungan dari pemanfaatan sumberdaya tersebut (Alam and Thomson 2001; Nielsen el al. 2004). Jika dibiarkan tetap berlanjut, kondisi ini akan berdampak pada perekonomian masyarakat (Rahman 1992; Williams 1996).

(21)

II - 475

hasil maksimum yang lestari, seperti yang dikualifikasikan oleh faktor lingkungan dan ekonomi yang relevan, termasuk kebutuhan khusus negara berkembang (FAO, 1995). Kecenderungan global pengelolaan perikanan menuju pada pemahaman bahwa sumberdan ikan harus memberi manfaat untuk generasi saat ini dan mendatang (Myers et al. 1996; Cook et al. 1977). Pengelolaan sumberdaya perikanan ditinjau dari segi biologi adalah upaya konservasi stok ikan dan lingkungan, mendapatkan manfaat ekonomi dan manfaat yang diterima masyarakat dari hasil eksploitasi sumberdaya perikanan (King 1995). Charles (2001) menyatakan, bahwa tujuan pengelolaan perikanan sesuai ditetapkan FAO (1983) didasarkan pada tiga kepentingan utama yaitu; kepentingan biologi dalam hubungan dengan keberlanjutan sumberdaya, kepentingan sosial (equity) dan kepentingan ekonomi (productivity). Widodo dan Suadi (2006) menyatakan bahwa tujuan dasar pengelolaan perikanan adalah, untuk meyakinkan diperoleh produksi yang berkelanjutan dari stok ikan dalam waktu yang lama, untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi nelayan maupun industri yang bergerak di bidang perikanan.

Para penentu kebijakan memerlukan advis ilmiah tentang status dari stok sumberdaya ikan. Dalam mempelajari status dari sejumlah stok sumberdaya ikan dan pengaruh penangkapan terhadap sumberdaya tersebut, ahli perikanan harus melaksanakan analisisnya secara kuantitatif. Untuk melaksanakan hal itu mereka harus menggunakan matematika, dan dengan memanfaatkan matematika maka kompleksitas dari situasi nyata dapat digantikan oleh model abstrak matematika yang merupakan penyederhanaannya (Widodo et al. 2006). Thales, seorang ahli pikir Yunani kuno pada lebih dari dua ribu tahun lalu menemukan bahwa matematika tidak hanya dapat digunakan untuk menghitung, namun juga untuk mempelajari alam semesta (Fausi dan Anna 2005).

Pengelolaan sumberdaya perikanan cukup kompleks sehingga jawaban atas pengelolaan sumberdaya perikanan harus didekati dengan pemodelan (Fausi dan Anna 2005). Model adalah suatu abstraksi dari keadaan sesungguhnya atau merupakan penyederhanaan sistem nyata untuk memudahkan pengkajian suatu sistem (Grand et al. 1997; Pramudya 1995; Hartisari 2007), atau untuk menirukan suatu gejala atau proses (Muhammadi et al. 2001). Model disusun dan digunakan untuk memudahkan dalam pengkajian sistem karena sulit dan hampir tidak mungkin untuk bekerja pada keadaan sebenarnya. Model merupakan konsep mental, hubungan empirik atau kumpulan pernyataan-pernyataan matematik. Dapat juga diartikan sebagai representasi sederhana dari suatu sistem, sehingga interaksi unsur-unsur yang kompleks dari suatu system, dapat diabstraksikan dalam bentuk hubungan sebab akibat dari peubah-peubah yang ditetapkan sesuai tujuan model. Model yang baik adalah model yang menggambarkan semua hal penting dari dunia nyata dalam masalah tertentu.

Pengembangan sumberdaya perikanan yang baik untuk untuk tercapainya pembangunan berkelanjutan merupakan salah satu kendala pokok yang terjadi dalam usaha pengembangan perikanan Indonesiaul (Zulbainarni 2012). Perkembangan perikanan terkait erat dengan faktor-faktor yang melingkupinya yang merupakan satu kesatuan sistem. Beberapa komponen sistem perikanan yang membedakan satu daerah dengan lainnya adalah kondisi geografi, totpografi, demografi kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia, budaya dan sosial kultur masyarakat, karakteristik sumberdaya ikan, teknologi, kemampuan investasi dan pemodelan pemerintah. Komponen sistem tersebut perlu dikelola dan diperhatikan dengan baik dalam upaya pengembangan perikanan (Nurani 2010).

(22)

II - 476

membangun model dinamis pemanfaatan berkelanjutan sumberdaya perikanan cakalang di Laut Banda dan sekitarnya.

Metode Penelitian

Parameter/konstanta dan persamaan empiris dari analisis parsial guna mengetahui kondisi saat ini digunakan dalam membangun model dinamis untuk melakukan peramalan tentang kondisi akan datang dari setiap variabel yang dianalisis berdasarkan masalah dan tujuan yang ditetapkan. Pembangunan model dinamis dilakukan melalui beberapa tahapan (Grant at al. 1997):

1. Formulasi model konseptual

Perumusan model konseptual bertujuan untuk memberikan gambaran permasalah, tujuan dan batasan model yang akan dianalisis. Penyusunan model konseptual ini didasarkan pada hubungan antar komponen model di alam dengan memperhatikan keterkaitan antar komponen model sehingga mampu menerangkan keadaan yang sebenarnya di lapangan.

2. Spesifikasi model kuantitatif

Tahapan spesifikasi model kuantitatif bertujuan untuk membentuk model kuantitatif model simulasi. Pembuatan model ini dilakukan dengan menerjemahkan setiap hubungan antar variabel dan komponen penyusun model sistem tersebut ke dalam persamaan matematik sehingga dapat dioperasikan oleh program simulasi. Langkah-langkah dalam spesifikasi model kuantitatif adalah memilih struktur kuantitatif umum model, memilih unit waktu dasar untuk simulasi, mengidentifikasi bentuk-bentuk fungsional dari persamaan model, menduga parameter dari persamaan model, memasukan persamaan ke dalam program simulasi, menjalankan simulasi serta menetapkan persamaan model.

3. Evaluasi model

Evaluasi model berguna untuk mengetahui keterandalan model sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Langkah-langkah dalam evaluasi model meliputi:

- Evaluasi kewajaran model dan kelogisan model; - Membandingkan model dengan sistem nyata; 4. Penggunaan model

Tujuan tahapan ini adalah menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah diidentifikasi pada awal pembuatan model dan untuk menjawab tujuan penelitian. Tahapan ini melibatkan perencanaan dan simulasi dari beberapa skenario.

Hasil dan Pembahasan

Submodel Biologi

Potensi sumberdaya perikanan cakalang di Laut Banda dan sekitarnya pada tingkat MSY adalah 32.954, 98 ton/tahun (pada analisis ini menggunakan 33.000 ton/tahun). Laju pertumbuhan populasi (r) adalah 2,28% dari total populasi yang diperikirakan sebesar 66.000 ton/tahun (Waileruny et al. 2014). Pada model ini tingkat kematian disimbolkan dengan besarnya penangkapan. Hasil analisis menunjukkan bahwa kemampuan tangkap yang menggambarkan koefien tangkap (q) setiap unit tangkapan saat ini adalah 5,4 x 10-5/trip. Ini

adalah koefiesen tangkap dari pole and line yang dijadikan sebagai alat tangkap standar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa saat ini hasil tangkap cakalang oleh nelayan yang menggunakan alat tangkap pole and line sudah sangat menurun sejak empat tahun terakhir. Hal ini disebabkan oleh penggunaan alat tangkap purse seine oleh pengusaha besar. Populasi ikan cakalang terus tertekan ketika alat tangkap purse seine digunakan dengan frekuensi yang tinggi. Penangkapan ikan dipengaruhi oleh koefisien penangkapan dan jumlah trip dalam satu tahun. Koefisien tangkapan sangat dipengaruhi oleh alat tangkap yang digunakan. Bila nelayan menggunakan purse seine maka koefisien tangkapan sebesar 5,4x10-4.

(23)

II - 477

kapal-kapal pukat cincin ukuran besar untuk mengeksploitasi sumberdaya perikanan cakalang yang ada. Berdasarkan pertimbangan di atas maka model konseptual dari submodel biologi ikan cakalang dan upaya eksploitasi disajikan pada Lampiran 1. Berdasarkan model konseptual pada Lampiran 1 dapat dibangun spesifikasi model kuantitatif (Tabel 1).

Sobmodel Ekonomi

Keuntungan yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh biaya yang dikeluarkan dan income yang diperoleh dari penjualan ikan hasil tangkapan. Komponen biaya ditentukan oleh biaya operasi, upah tenaga kerja (nelayan) dan pajak yang ditetapkan oleh pemerintah. Sementara income dipengaruhi oleh hasil tangkapan setiap trip dalam satu tahun dan harga. Model konseptual dari submodel ekonomi disajikan pada Lampiran 2.

Hasil Simulasi Model

Kondisi Saat Ini

Upaya penangkapan ikan cakalang pada kondisi saat ini dibagi atas dua yakni kondisi ketika nelayan hanya menggunakan pole and line sebagai alat tangkap utama dan kondisi ketika menggunakan purse seine ukuran besar oleh investor sebagai alat tangkap utama. Penggunaan pole and line sebagai alat tangkap didefinisikan sebagai industri perikanan menengah, sedangkan penggunaan purse seine ukuran besar sebagai industri perikanan besar. Hasil simulasi ditunjukkan pada Lampiran 3.

[image:23.595.97.491.500.736.2]

Hasil simulasi (Lampiran 3) terlihat bahwa laju tangkap dengan menggunakan pole and line sangat sedikit. Hal ini mengakibatkan pertambahan jumlah ikan yang sudah dipanen dari tahun ke tahun cukup lambat. Namun dengan menggunakan pole and line tidak membahayakan bagi populasi ikan cakalang dan berakibat pada pendapatan yang meningkat. Selain itu PAD, NPV dan upah nelayan juga meningkat walaupun cukuplambat (Lampiran 4).. Sementara NPV dan BCR yang positif dan terus meningkat menunjukkan kelayakan usaha yang dijalankan. Hal ini artinya bahwa bila mempertahankan sumberdaya ikan maka nilai usaha akan semakin baik. Namun, pendapatan daerah tidak terlalu tinggi dan juga mengalami kenaikan yang lambat. Hal ini tentu tidak akan berpengaruh baik terhadap upaya peningkatan PAD yang berdampak pada kemajuan pembangunan daerah. Pemerintah akan menempuh cara untuk mengundang investor luar sehingga dapat meningkatkan pendapatan melalui pajak.

Tabel 1 Model kuantitatif setiap variabel submodel biologi

No. Variabel Volum e Sat uan Form ulasi

1 2 3 4 5

1. Populasi Cakalang 66.000 t on (Populasi + pert ambahan) – t angkapan

2. Laju pert umbuhan cakalang (r)

2,28 % 2,28% x Populasi

3. Carryng capacity (K) 66.000 t on

4. EM SY (KoefisienPert um buhan/ 100)/ (2* (Ko

efisienTangkapan/ 100)) 5. Tangkapan optimum t on Per tumbuhan populasi/ 4 6. Koefisien tangkapan

pole and line (q)

5,36 x 10-5 7. Koefisien tangkapan

purse seine

5,36 x 10-4 8. Jumlah t rip pole and

line

28000 Kali

9. Jumlah t rip purse seine 14000 Kali

10. Kebijakan panen lest ari M empengaruhi jum lah trip penggunaan purse seine

(24)
[image:24.595.88.494.109.262.2]

II - 478

Tabel 2 Model kuantitatif submodel ekonomi

No. Variabel Volum e Sat uan Form ulasi

1. PAD 1500 Rp/ kg 2,5%(t ot al produksi* 1500) 2. Harga ikan 6.500.000 Rp/ t on

3. Biaya t rip dengan alat t angkap pole and line

2.500.000 Rp/ trip Biaya x 12 bulan

4. Tot al biaya operasi Jika unt uk purse seine maka 150% dari biaya pole and line

5. Suku bunga 15 %

6. Upah t enaga kerja 30% (produksi* harga)

7. Net incom e Benefit – (PAD + Cost )

8. NPV (Benef it –Cost )/ (1+suku bunga)n

9. BCR (Benefit / Cost )

Peningkatan PAD melalui investor dengan modal usaha yang besar tentu akan berpengaruh pada penggunaan alat tangkap yang lebih efisien. Efisien dalam frekuensi melaut dan melipat gandakan hasil tangkapan. Hasil simulasi (Lampiran 5) menunjukkan bahwa variabel kelayakan usaha meningkat, demikian halnya dengan pendapatan nelayan. Peningkatan upah nelayan cukup siknifikan dan lebih tinggi dibandingkan penggunaan pole and line. Hal serupa juga terjadi pada PAD. Namun hal ini tidak menjamin sustainabilitas populasi cakalang (Lampiran 6).

Pada Lampiran 5 terlihat bahwa penggunaan pukat cincin ukuran besar sangat berdampak pada keseimbangan populasi ikan cakalang. Terlihat bahwa populasi ikan cakalang terus menurun dari tahun ke tahun bahkan kurang dari setengah setelah 30 tahun kemudian. Walaupun secara komulatif hasil tangkapan dari tahun-ke tahun bertambah tetapi pertambahannya juga semakin lambat yang berdampak pada aspek ekonomi. Kondisi ini sangat memprihatinkan karena akan mengancam keberadaan populasi ikan cakalang. Kemungkinan ikan cakalang sampai musnah sangat kecil terjadi, karena secara ekonomi saat terjadi kerugian yang besar maka ada industri atau ada kapal-kapal yang menghentikan operasinya. Di sisi lain, ikan cakalang termasuk sumberdaya yang dapat diperbarui dengan demikian saat tekanan penangkapan berkurang maka populasi cakalang akan kembali bertambah. Namun demikian jika harga ikan terus meningkat, maka tetap ada industri penangkapan yang terus mengeksploitasi ikan cakalang. Sehingga menjadi sulit untuk mengembalikan populasi cakalang pada kondisi yang stabil.

Kondis ini harus dicegah, dengan demikian tindakan pengelolaan yang tepat penting diambil. Model dinamis yang dibangun saat ini menjadi sangat penting untuk mencarari keseimbangan berbagai kepentingan yang ada. Pemangku kepentingan di sini adalah industri perikanan, nelayan dan pemerintah. Industri perikanan harus tetap mendapatkan keuntungan dari investasi yang ditanamkan, dan tetap berkelanjutan. Nelayan harus tetap memiliki pekerjaan dan pendapatan yang layak atau kerja kerasnya serta pemerintah tetap harus mendapatkan retribusi (pajak) dari berbagai industri perikanan yang berhubungan dengan pemanfaatan sumberdaya ikan cakalang. Atas semuanya itu, sumberdaya perikanan harus tetap lestari sebagai landasaan keberlanjutan bebrbagai pemangku kepentingan yang ada.

Evaluasi Model

(25)

II - 479

cakalang di Laut Banda dan sekitarnya Provinsi Maluku produksi kapal-kapal pole and line turun drastis, disamping daerah penangkapan semakin jauh.

Sebelum beroperasinya kapal pukat cincin untuk menangkap ikan cakalang produksi kapal pole and line dapat mencapai 10 ton/trip dalam waktu kurang dari 6 hari operasi pada musim pancaroba ke dua. Saat ini tidak dapat lagi produksi sebanyak itu. Selain itu dulunya, waktu musim barat atau timur dimana kondisi perairan tidak terlalu mendukung, mereka boleh boropearasi di wilayah pesisir pada hari-hari tertentu saat gelombang dan ombak tidak terlalu besar dan mendapatkan hasil tangkapan yang cukup. Saat ini, jika musim timur dan barat lebih banyak kapal yang sudah dilabuhkan karena sulit mendapatkan hasil tangkapan. Data dari dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku menunjukkan bahwa dari tahun 2006 sampai 2008 (sebelum beroperasinya pukat cincin ukuran besar) kenaikan unit tangkapan pole and line (huhate) adalah 91,4%. Selanjutnya dari tahun 2008 sampai 2010 (setelah beroperasinya pukat cincin ukuran besar) kenaikan unit alat tangkap huhate hanya 25,7%.

Berkurangnya produksi kapal-kapal pole and line dan menurunnya penambahan unit penangkapan hohate periode 2008-2010, menunjukkan bahwa potensi sumberdaya ikan ini sudah mulai berkurang. Eksploitasi ikan cakalang dengan alat tangkap pukat cincin ukuran besar lima tahun terakhir telah menurunkan jumlah populasi ikan cakalang di Laut Banda. Hal ini diakibatkan karena kemampuan tangkap yang sangat besar dari pukat cincin ukuran besar, melebihi kecepatan pertumbuhan populasi ikan cakalang di wilayah ini.

Sebaliknya eksploiasi berlebihan terhadap sumberdaya perikanan bukan hanya menjadi ancaman terhadap kelestarian sumberdaya namun sekaligus menjadi ancaman bagi pertumbuhan industri perikanan tangkap karena terbatasnya bahan baku. Fukunishi & Murayama (2006), menjelaskan bahwa pengembangan suatu industri harus melihat faktor Rantai Nilai Industri (Industry Value Chain) diantaranya adalah pengadaan dan ketersediaan bahan baku. Porter (1990) mengidentifikasi faktor-faktor produksi yang mempengaruhi perkembangan satu industri terdiri atas tiga komponen yaitu faktor internal industri, eksternal dan lingkungan ekonomi. Ketersediaan bahan baku atau sumberdaya alam termasuk dalam komponen lingkungan ekonomi.

Penggunaan Model

[image:25.595.90.502.642.742.2]

Penggunaan model adalah tahapan penerapan skenario terhadap model yang telah diperoleh. Biasanya penggunaan model dibuat dengan menyajikan beberapa pilihan variabel yang disimulasikan secara bersama yang kemudian disebut skenario. Tujuannya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah diidentifikasi pada awal pembuatan model dan untuk menjawab tujuan penelitian. Dalam model ini dikembangkan 3 bentuk skenario, skenario pertama dengan keberadaan sumberdaya tidak menjadi perhatian utama dalam program pembangunan daerah, yang terpenting adalah menaikkan harga pajak sehingga pendapatan daerah dapat meningkat. Skenario kedua dengan mengendalikan penggunaan purse seine, dalam bentuk mengatur jumlah upaya per tahun. Pengaturan dilakukan dengan menurunkan jumlah upaya purse seine sampai 50%, menaikan pajak dan harga ikan. Sedangkan ke tiga adalah menaikkan harga ikan dan pajak serta menurunkan jumlah upaya purse seine sampai 70% (Tabel 3).

Tabel 3 Skenario pemanfaatan berkelanjutan sumberdaya perikaan cakalang di Maluku Tengah dan Kota Ambon Provinsi Maluku.

No Skenario Variabel

Harga Ikan/ t on PAD (2,5%)/ kg Penurunan upaya 6.500.000 7.500.000 1500 2500 0 50% 70%

1. BAU X X X

2. Skenario I X X X

3. Skenario II X X X

4. Skenario III X X X

(26)

II - 480

untuk semua skenario. Adapun hasil simulasi skenario disajikan pada Lampiran 7. Dapat dilihat bahwa terjadi kecenderungan penurunan populasi ikan cakalang, akibat penggunaan purse seine sebagai alat tangkap utama. Penurunan populasi ikan cakalang pada skenario pertama dan kedua cenderung sama. Pada kondisi ini populasi ikan cakalang menurun secara drastis, pada tahun 2021 populasi ikan cakalang sudah menurun setengah dari kondisi saat ini bahkan mendekati nol sekitar tahun 2050. Sementara untuk skenario ke tiga cenderung lebih lambat. Populasi ikan cakalang menurun sampai setengan dari kondisi saat ini baru terjadi di tahun 2045, dan cenderung mendatar pada tahun-tahun berikutnya.

Skenario III dapat dikatakan sebagai skenario terbaik untuk mempertahankan keberadaan populasi ikan cakalang jika tetap pukat cicncin dijadikan sebagai alat tangkap utama penangkapan ikan cakalang di Laut Banda dan sekitarnya. Namun, pertimbangan biologi akan memberikan dampak sosial-ekonomi yang muncul akibat dari penurunan upaya yang cukup tinggi diantaranya terjadi pengangguran dan kehilangan lapangan pekerjaan dan menurunnya pendapatan daerah.

Kelayakan Finansial

Kelayakan finansial diukur dari nilai NPV dan BCR. Ketika nilai NPV lebih dari nol maka dikatakan layak dan jika BCR di atas 1 maka dikatakan layak. Hasil simulasi terhadap variabel kelayakan usaha disajikan pada Gambar 8.

Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa nilai BCR semua skenario lebih besar dari 0. Namun demikian, penerapan skenario I, II dan III berdampak pada nilai NPV yang tinggi serta rasio antara keuntungan bersih dengan biaya yang semakin lebar. Hal ini disebabkan oleh jumlah ikan yang dipanen sama, sementara menaikkan harga ikan dan pajak tidak terlalu berpengaruh pada NPV dan BCR yang diperoleh. Jika dilihat berdasarkan skenario, maka III menyajikan ruang antara keuntungan dengan biaya yang lebih lebar dibandingkan skenario I dan II. Namun jika dilihat nilai NPV, maka NPV skenario II jauh lebih baik dibandingkan III. Hal ini dapat dipahami bahwa menurunkan upaya sampai 70% akan menurunkan biaya yang besar tetapi produksi juga menurun cukup jauh yang memberikan dampak pada keuntungan yang didapat.

Kelayakan Ekonomi

Kelayakan ekonomi diukur dari pendapatan pemerintah dari PAD dan upah nelayan sebagai tenaga kerja. Pemerintah daerah menaikkan pajak sebagai upaya peningkatan PAD, sementara upah nelayan akan dipengaruhi secara langsung akibat perubahan produksi dan harga ikan. Adapun hasil simulasi disajikan pada Gambar 9. Berdasarkan Gambar 9 terlihat bahwa pendapatan daerah dari sektor pemanfaatan ikan cakalang pada skenario I dan II lebih tinggi dibandingkan kondisi saat ini dan skenario III.

Kenaikan pajak sebagai tujuan utama skenario I mendorong pendapatan daerah cukup tinggi. Hal ini sama dengan skenario II yang mengatur tentang kenaikan pajak dan harga ikan serta menurunkan trip purse seine sebesar 50%. Pendapatan nelayan semua skenario lebih tinggi dibandingkan kondisi saat ini. Skenario terbaik adalah skenario II. Pada skenario III, walaupun penurunan upaya sampai 70% namun upah nelayan lebih tinggi kondisi saat ini karena kenaikan harga sangat berdampak pada kenaikan pendapatan.

Kesimpulan

(27)

II - 481

penggunaan pukat cincin ukuran besar oleh pemerintah dengan harapan mendapatkan PAD yang tinggi memberikan dampak negatif terhadap keberlanjutan sumberdaya tersebut. Jika pemerintah tetap mempertahankan penggunaan pukat cincin ukuran besar untuk mengaeksploitasi sumberdaya perikanan cakalang maka jumlah upayanya harus diturunkan sampai 70% dari upaya saat ini. Jika tidak, maka diperikrakan kemerosotan sumberdaya akan terjadi, bahkan untuk 20-30 tahun mendatang potensinya lebih rendah dari setengah potensi MSY saat ini.

DAFTAR PUSTAKA

Alam MF, Thomson KJ. 2001. Current constraints and future possibilities for Bangladesh fisheries. Food Policy 26: 297-313.

Baddington JR, May RM. 1982. The harvesting of interacting species in a natural ecosystem. Sci.

Buku Tahunan Statistik Perikanan Provinsi Maluku Tahun 2008. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku. 2009.

Charles AT. 2001. Sustainable Fishery System. Saint Mary’s University Halifax, Nova Scotia Canada.

Cook RM, Sunclair A, Stefansson G. 1997. Potential colleps of North Sea cod stock. Nature 385, 521-552.

Dinas Perikanan Maluku Tengah, 2011. Laporan Tahunan Statisti Perikanan Tahun 2010. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Maluku Tengah, 2011.

Grant WE, Pedersen EK, Marin SL. 1997. Ecology and Natural Resource Mnagement. Systems Analysis and Simulation. John Wiley and Sons, INC.

FAO (Food and Agriculture Organization of the United Nations). 1995. Code of Conduct for Responsible Fisheries. Diterjemahkan oleh Departemen Pertanian Republik Indonesia Kerjasama Japan International Cooporation Agency dan Food and Agriculture Organization of The United Nations. hal. 45. 1999.

Fauzi A, Anna S. 2005. Pemodelan Sumber daya Perikanan dan Kelautan untuk Analisis Kebijakan. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2005.

Fukunishi T, Murayama M, Yamagata T. 2006. Industrialization and Poverty Alleviation: pro-poor industrialization strategies revisited. Working Paper no.15 Vienna: UNIDO King M. 1995. Fisheries Biology, Assessment and Management. Fishing News Book. 1995. Monintja ER, Yusfiandayani R. 1999. Teknologi Penangkapan Ikan Cakalang dan Tuna.

Laboratorium Teknologi Penangkapan Ikan FPIK-IPB, Bogor. 27 hal.

Muhammadi E. Aminullah, Soesilo B. 2001. Analisis Sistem Dinamis. Lingkungan Hidup Sosial, Ekonpomi, Manajemen. Penerbit UMF Press. Jakarta.

Myers RA, Worm B. 2003. Rapid worldwide depletion of predatory sh communities. NATURE VOL 423 15 MAY 2003 www.nature.com/nature.

Nielsen JR, Degnbol P, Viswanathan KK, Ahmed M, Hara M, Abdullah RMN. 2004. Fisheries co-management an institutional innovation. Lessons from South East Asia and

Southern Afrikca. Mar. Policy 28, 151-160.

Nurani TR. 2010. Model Pengelolaan Perikanan. Satu Kajian Pendekatan Sistem. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.

Pauly D. 1979. Theory and Management of Tropical Multispecies Stock. A Review, with Emphais on the Southeast Asian Demersal Fisheries. ICLARM Studies and Reviews1. International Center for Living Aquatic Resources Management, Manila.

Phasuk B. 1987. Marone fisheries in Thailand waters. In: The Future of the Thai Fisheries. SEAFDECC, Bangkok, pp 324-404.

Porter ME. (1990). The Competitive Advantage of Nations. New York: The Free Press Pramudya, RE. 1995. ISTEA: Infrastructure Investment and Land Use. In Baniser, D.

(28)

II - 482

Rahman AKA. 1992. Wetland and fisheries. In. Nishat A, Hussain Z, Roy MK, Karim A. (Eds), Freshwater Wetlands in Bangladesh: Issues and Approaches for Management. IUCN, The World Conservation Union, Dhaka pp. 47-62.

Widodo Y, Suadi. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut. Gadjah Mada University Press. Maret 2006.

Waileruny W, Wyono ES, Wisodo ES, Purbayanto A, Nurani TW. 2014. Bio-Economics Analysis of Skipjack (Katsuwonus pelamis) Fishery on Banda Sea –Maluku Province. International Journal of Sciences: Basic and Applied Research (IJSBAR). 2014 Volume 14, No 1, pp 239-251

Williams RM. 1979. Change and stability in values and value systems: A sociological perspective, In Rokeach, M. (Ed.), Understanding Human Values, Individual and Societal, New York, NY: Free Press.

Zulbainarni N. 2012. Teori dan Praktik Pemodelan Bioekonomi dalam Pengelolaan Perikanan Tangkap. Dari overfishing (kelebihan tangkap) menuju sustainability (keberlanjutan). Penerbit IPB Press. Kampus IPB Taman Kencana Bogor.

Lampiran 1.

(29)

II - 483

Gambar

Tabel 1 Model kuantitatif setiap variabel submodel biologi
Tabel 2 Model kuantitatif submodel ekonomi
Tabel 3 Skenario pemanfaatan berkelanjutan sumberdaya perikaan cakalang di Maluku Tengah dan Kota Ambon Provinsi Maluku

Referensi

Dokumen terkait

Tugas Akhir merupakan salah satu syarat yang harus dilakukan setiap mahasiswa Ilmu Komputer untuk dapat menyelesaikan pendidikan di Program D-3 Teknik Informatika

Hasil penelitian menunjukkan bahwa di samping ada kuri- kulum yang berbasis pada madrasah, pesantren Roudhatul Khuffadz juga menerapkan konsep kurikulum kewirausahaan dalam

Dengan hormat, bersama ini kami sampaikan bahwa pengumuman tentang pengusul proposal yang lolos seleksi bantuan publikasi ilmiah Diktis 2013 telah kami rilis pada tanggal 4 Oktober

Dari sedikit uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu proses belajar atau pengajaran perlu dilakukan evaluasi supaya mengetahui tingkat kecapaian tujuan yang telah direncanakan

Hasil dari penelitian menunjukkan perbedaan permanen berpengaruh negatif terhadap persistensi laba, perbedaan temporer berpengaruh negatif terhadap persistensi laba,

Saat ini, kami sedang melaksanakan penelitian tentang manfaat pemberian gabungan agar-agar ditambah probiotik pada anak yang menderita konstipasi fungsional.. Berdasarkan

decomposition of multi-component matrix images: the Branched Inverse Difference Pyramid (BIDP), based on the Inverse Difference Pyramid (IDP), the Hierarchical Singular

Metode analisis data yang dilakukan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk mengungkapkan gejala-gejala atau keadaan yang terjadi pada subjek