STRATEGI KABUPATEN BANJARNEGARA DALAM MENINGKATKAN INVESTASI ASING
(Strategy of Banjarnegara in Rising Foreign Investment) SKRIPSI
Disusun oleh : Mulia Nur Oktaviani
20120510316
JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
iv
MOTTO
Kesuksesan adalah hasil usaha kerja keras, ketekunan, kesabaran, kebenaran dalam
tindak dan berfikir. Akhirnya menyerahkan segala sesuatu Kepada Yang Maha
Kuasa.
(R.A. Kartini)
Kita perlu memiliki rencana, gambaran besar. Kita boleh saja menyimpang dari
rencana yang telah dibuat atau mengubah seluruhnya, tetapi paling tidak rencana itu
telah memberikan sesuatu bagi kita untuk dikerjakan.
(Shannun Miller)
Tidak ada orang yang dapat mengubah jalan kita selain diri kita sendiri. Orang lain
hanya bisa membantu sebisanya.
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Alhamdulillah ya Allah SWT
Dengan segala kerendahan hati dan syukur aku bersimpuh dihadapanmu atas segala rahmat, karunia, dan hidayah yang telah Engkau berikan kepada hambamu yang
penuh dengan kekurangan ini. Sebuah tahapan akhir dalam jenjang pendidikan Strata 1 (S1) ku sekarang ini telah aku selesaikan dengan sebaik – baiknya.
Sebuah karya sebagai akhir dari apa yang aku dapatkan dalam pendidikan selama ini aku persembahkan kepada kedua orang tuaku yang sangat saya cintai Bapak Nuri
Hidayat dab Ibu Sutijah yang senantiasa mengiringi langkahku dengan segenap kasih sayang dan doa, terima kasih semua pengorbanan Ibu dan Bapak selama ini.
Serta Kakak – kakak ku Karlina Septi Nur Setiana, Eduardus Historya Octavianto dan Yolanda Diah Nur Megawati yang selalu memberikan motivasi kepada ku. Tak lupa untuk keponakan ku Razita Eshal Adena yang selalu menberikan keceriaan
vi
Terimakasih ku persembahkan kepada:
Keluarga besar saya yang tak henti – hentinya memberikan support
kepada saya
Thanks to Fani Aprilia Perdani, S.IP dan Nisrina Ainun Nisa, S.IP
yang selalu ada, selalu mendukung, selalu membantu, selalu menyemangati di situasi apapun dari susah maupun senang.
Thanks to grup “Grup apa ya” yang sekarang udah diganti menjadi “Grup siap dipinang” wkwkwk. Ada Kinan, Ivani, Ahid, Rafi, Rilo,
Wahyu, Oni dan Wahid. Jangan lupa kalo nikah undang – undang.
Hahaha. Oiya, buat Wahid makasih ye pak udah bantuin skripsi ku sampai titik darah penghabisan wkwkwk.
Untuk Sonya Jihani Syahira S.IP makasih udah melengkapi dan
membantu selama aku kuliah di Jogja. Sampai pada tahap kritis pembuatan skripsi pun Onya san selalu ngebantuin. Diskusi sampai tengah malam dilakuin, makasih juga buat teman Onya san, ada Beje, Bang Tanok, sama Arip.
Terimakasih kepada teman – teman ku Della Fransisca, Ajeng
Tsaniya, Eky Pratiwi. Tak lupa juga sist Indah (ichagoo), Mbak Wiwiek, Firda, Nanda Putri dan Sofwan.
Thanks to HI UMY 2012, terutama kelas F ada Husnil Ma’sum, Asep Suryana, Fani, Ainun, Ayu Venus, Mbak Dian, Umi, Melia, dan semuanya. Maaf gak bisa sebut satu per satu hehe
Thanks to KKN-051 Anak Kandang yaitu Agung, Fadli, Dika, Rudi,
Fani, Ainun, Ratna, Dian, Anindhita, Rita, Miftah, Farah, Tari, Kiki, Dedi, Uki, Teguh dan Badra.
Thanks to sahabat – sahabatku dari SMA, ada Noveria Anggoro
vii
Thanks to Mabes, ada Hap (Hatta Pengong), Kalingga, Mas Erwin,
Anbie, Cahyo, Mas Wim, Ricky, Toni.
Terimakasih kepada KAMU yang selalu memberikan support, selalu
menjadi pendengar setia keluh kesahku, dan penenangku saat aku sering nangis gegara skripsi ini. Semoga takdir akan membawa kita ke jalan kebahagian. Aamiin
Dan kepada seluruh pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu – persatu.
Saya menyampaikan rasa terimakasih dan penghargaan yang setinggi –
viii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya kepada kita semua umat manusia, serta shalawat dan salam kepada
junjungan nabi besar Muhammad SAW. Atas kehendak-Nya, semua usaha dan doa
setiap umat di dunia ini terlaksana. Dengan penuh rasa syukur, penulisan skripsi yang berjudul, “Strategi Kabupaten Banjarnegara dalam Meningkatkan Investasi Asing”
dapat terselesaikan.
Bagi setiap umat manusia, sebuah perjuangan dalam meraih cita-cita dan
tujuan merupakan langkah kehidupan yang harus dijalankan dengan penuh
kesungguhan. Tanpa kesungguhan, manusia tidak akan bisa meraih cita-cita dan
tujuan hidupnya. Skripsi ini tidak akan bisa selesai tanpa adanya kesungguhan dan
ridha dari Allah SWT dan dukungan dari orang-orang disekitar. Oleh sebab itu saya
ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1. Prof. Bambang Cipto, M.A selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta
2. Dr. Ali Muhammad, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
3. Dr. Nur Azizah selaku Ketua Program Studi Ilmu Hubungan Internasional
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan
ix
4. Siti Muslihati, S.IP, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Hubungan
Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
5. Drs. Djumadi M. Anwar, M.Si selaku pembimbing yang telah mencurahkan
pikiran dan tenaganya untuk membimbing saya sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini
6. Ade Marup Wirasenjaya,S.IP.,M.A. selaku Dosen Penguji Skripsi I,
terimakasih atas masukan dan saran semoga bisa bermanfaat kedepannya.
7. Grace Lestariana W., S.IP., M.Si selaku Dosen Penguji Skripsi II, terimakasih
atas masukan dan saran semoga bisa bermanfaat kedepannya
8. Drs. Husni Amriyanto Putra, M.Si. selaku Wali Akademik, terimakasih atas
kerjasamanya semoga dapat berlanjut dikesempatan yang akan datang.
9. Seluruh rekan rekan civitas akademika HI UMY, bapak dan ibu dosen HI
UMY yang telah memberikan saya pengetahuan dan pembelajaran buat saya,
administrasi TU HI Pak Jumari, Pak Waluyo, dan Pak Ayub yang membantu
proses administrasi dijurusan berjalan lancar, dan teman - teman HI UMY
angkatan 2012 yang senantiasa memberikan dukungan sehingga susah dan
senang masa studi dapat terlewati.
10.Seluruh pegawai Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten
Banjarnegara, terutama Ibu Siti Zubaedah, Ibu Tuti dan Bapak Amrulloh yang
telah mebantu dan berkenan menerima saya dalam penelitian skripsi.
Terimakasih atas kerjasamanya semoga dapat berlanjut dikesempatan yang
x
11.Seluruh keluarga besar saya yang tanpa lelah memberikan dorongan dan
semangat sehingga saya dapat menyelesaikan studi ini
12.Terimakasih kepada seluruh teman - teman yang tidak bisa sebutkan satu per
satu telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Mengakhiri kata pengantar ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini
masih perlu banyak masukan dan saran, maka dari itu penulis mengharapkan
masukan dan saran dari pembaca. Semoga Skripsi ini dapat berguna bagi
semua pihak serta perkembangan ilmu pengetahuan dan pembangunan
bangsa.
Wassalamu’alaikum, Wr. Wb
Yogyakarta, 7 September 2016
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iii
MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRACT ... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Kerangka Dasar Pemikiran ... 8
D. Hipotesa ... 17
E. Metode Penelitian ... 17
F. Batasan Penelitian ... 18
G. Tujuan Penelitian ... 18
H. Sistematika Penulisan ... 19
BAB II KONDISI UMUM DAN POTENSI WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA ... 21
A. Kondisi Umum Wilayah Kabupaten Banjarnegara ... 21
xiii
C. Potensi Wilayah Kabupaten Banjarnegara ... 26
D. Landasan Hukum Investasi ... 29
BAB III PELUANG INVESTASI ASING DI KABUPATEN BANJARNEGARA 32 A. Sejarah Investasi ... 32
B. Peluang Investasi ... 32
C. Ancaman Investasi ... 46
D. Kekuatan Pendukung Investasi ... 47
E. Hambatan Dalam Berinvestasi ... 50
F. Investasi Asing Yang Ada Di Banjarnegara ... 51
BAB IV STRATEGI KABUPATEN BANJARNEGARA DALAM MENINGKATAN INVESTASI ASING ... 53
A. Strategi eksternal Kabupaten Banjarnegra ... 54
B. Strategi internal Kabupaten Banjarnegara ... 59
BAB V KESIMPULAN ... 67
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Data Peluang Investasi Kawasan Peruntukan Pertanian Kabupaten
Banjarnegara ... 36
Tabel 3. 2 Data potensi pertambangan Kabupaten Banjarnegara ... 40
Tabel 4. 1 Data Pameran/ Expo Tahun 2012 ... 56
Tabel 4. 2 Data Pameran/ Expo Tahun 2013 ... 57
Tabel 4. 3 Data Pameran/ Expo Tahun 2014 ... 57
Tabel 4. 4 Data Pameran/ Expo Tahun 2015 ... 58
xi
ABSTRACT
The purpose of this research is to know how the strategy Banjarnegara region government in increasing foreign investment. In globalization era, the economic growth of a region become an important topic in any discussion on the state, whether it is in developed countries and in developing countries. Indonesia is a developing country which continues to boost economic growth. One way to promote economic growth is by way of foreign investment. Indonesia has imposed regional autonomy which each region can manage their own regions. Banjarnegara region government is one of the places that local autonomy, but today still lack the capital to be able to improve the economic growth. To raise capital, Banjarnegara continue to increase foreign investment. Banjarnegara region government uses two strategies to increase foreign investment. The intended strategy is a strategy of external and internal strategies.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Adanya globalisasi mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi topik penting
dalam pembahasan setiap negara maju maupun negara berkembang. Salah satu motor
penggerak pertumbuhan ekonomi adalah investasi. Investasi atau penanaman modal
merupakan langkah awal kegiatan produksi. Pada posisi semacam ini investasi pada
hakekatnya juga merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Dinamika
investasi mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi dan mencerminkan
marak atau lesunya perekonomian. Dalam menciptakan iklim yang dapat
menggairahkan investasi. Sasaran yang dituju bukan hanya masyarakat atau kalangan
swasta dalam negeri, tetapi juga investor asing.1
Secara garis besar, investasi asing terhadap pembangunan bagi negara sedang
berkembang dapat diperinci menjadi lima. Pertama sebagai sumber dana eksternal,
modal asing dapat dimanfaatkan oleh negara sedang berkembang sebagai dasar untuk
mempercepat investasi dan pertumbuhan ekonomi. Kedua, pertumbuhan ekonomi
yang meningkat perlu diikuti dengan perpindahan struktur produksi dan perdagangan.
Ketiga, investasi asing dapat berperan penting dalam memobilisasi dana maupun
transformasi struktural. Keempat, kebutuhan akan investasi asing menjadi menurun
segera setelah perubahan struktural benar-benar terjadi meskipun modal asing di
masa selanjutnya lebih produktif. Kelima, bagi negara-negara sedang berkembang
1
2
yang tidak mampu memulai membangun industri-industri berat dan industri strategis,
adanya investasi asing akan sangat membantu untuk dapat mendirikan pabrik-pabik
baja, alat-alat mesin, pabrik elektronik, industri kimia dasar dan sebagainya.
Selama ini investor domestik di negara sedang berkembang enggan
melakukan usaha yang beresiko tinggi seperti eksploitasi sumber-sumber daya alam
yang belum dimanfaatkan dan membuka lahan-lahan baru, maka hadirnya investor
asing akan sangat mendukung merintis usaha. Hal ini menunjukkan bahwa investasi
asing cenderung menaikkan tingkat produktifitas, kinerja dan pendapatan nasional.
Dengan masuknya investasi asing, pemerintah dapat melakukan
pembangunan. Pembangunan tersebut diantaranya perbaikan infrastruktur. Modal
pembangunan infrastruktur tersebut diperoleh dari penerimaan pajak. Pajak tersebut
diperoleh dari deviden dan bunga obligasi yang yang diterima oleh investor asing
yang melakukan investasi di Indonesia baik investasinya secara langsung maupun
investasi tidak langsung yaitu berupa penanaman saham korporasi, surat obligasi,
Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan Surat Utang Negara (SUN). Hal ini sudah diatur
dalam undang-undang. Besarnya pajak yang sudah diatur pemerintah tersebut akan
masuk ke APBN dan dapat digunakan untuk pembangunan infrastruktur di Indonesia.
Jika infrastruktur di Indonesia baik maka akan berpengaruh pada mudahnya akses
industri di Indonesia dan industri Indonesia mendapatkan modal yang cukup sehingga
mampu memproduksi barang sesuai permintaan konsumen.
Investasi asing atau penanaman modal asing sebagai salah satu komponen
aliran modal yang masuk ke suatu daerah dianggap sebagai aliran modal yang relatif
3
misalnya investasi portofolio maupun utang luar negeri. Investasi asing lebih banyak
mempunyai kelebihan diantaranya sifatnya yang permanen (jangka panjang), banyak
memberikan andil dalam alih teknologi, alih keterampilan managemen dan membuka
lapangan kerja baru.
Indonesia telah memberlakukan adanya otonomi daerah. Pemerintah pusat
memberikan wewenang kepada masing-masing kepala daerah tingkat kabupaten dan
provinsi di seluruh Indonesia untuk mengurus rumah tangganya sendiri. Dalam
konsep otonomi daerah, pemerintah dan masyarakat di suatu daerah memiliki peranan
yang penting dalam peningkatan kualitas pembangunan di daerahnya masing-masing.
Hal ini dikarenakan dalam otonomi daerah terjadi peralihan kewenangan yang pada
awalnya diselenggarakan oleh pemerintah pusat kini menjadi urusan pemerintahan
daerah masing-masing. Meskipun demikian, beberapa daerah-daerah di Indonesia
masih mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah. Salah satu penyebab
rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi di beberapa daerah Indonesia adalah
kelangkaan modal dan untuk memperoleh modal, pemerintah berusaha menarik
pihak-pihak asing untuk mengalihkan dan mengembangkan usaha ke beberapa daerah
di Indonesia.
Sejak kebijakan otonomi daerah diberlakukan tanggal 1 Januari 2001
diharapkan akan dapat mempercepat pertumbuhan dan pembangunan daerah.
Kebijaksanaan otonomi daerah tersebut diatur dalam undang-undang, yaitu
4
Tahun 1999 tentang perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah. Guna
mendukung kedua undang-undang tersebut, pemerintah telah menerbitkan beberapa
peraturan pemerintah tambahan untuk mempercepat pelaksanaan kebijakan tentang
otonomi daerah.
Sejauh ini kedua undang-undang tersebut secara pokok memberikan sebuah
kebebasan bertindak seluas-luasnya kepada daerah namun tetap dalam kerangka
otonomi daerah yang bertanggung jawab untuk melakukan pengaturan dan
pemerintahan atas wilayahnya secara mandiri tanpa ada campur tangan dari
pemerintah pusat berdasarkan prakarsa dan aspirasi masyarakat daerah tersebut sesuai
dengan kondisi dan potensi daerahnya masing-masing.
Keberadaan kedua undang-undang tersebut dapat dipandang sebagai dampak
positif dari proses reformasi yang bergulir sejak terjadinya krisis ekonomi yang
menandai adanya perubahan paradigma, yaitu perubahan sistem pemerintahan dari
sistem sentralisasi menjadi desentralisasi.
Tujuan utama dari Undang-Undang No.22 Tahun 1999 adalah untuk
meletakkan dasar bagi pelaksanaan otonomi daerah melalui pemberian keleluasaan
kebebasan bertindak kepada daerah untuk menjadi sebuah daerah yang otonom dalam
upaya menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sesuai dengan
amanat Undang-Undang Dasar 1945. Pelaksanaan otonomi daerah secara luas
didasarkan pada prinsip demokrasi, tanggung jawab, partisipasi masyarakat,
kesetaraan dan keadilan serta pertimbangan atas potensi dan diversifikasi daerah.
Sementara tujuan utama Undang-Undang No.25 Tahun 1999 adalah untuk secara
5
keuangan daerah yang adil dan realisasi sistem perimbangan keuangan antara pusat
dan daerah.
Dalam pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah kota dan pemerintah
kabupaten akan memiliki kewenangan yang cukup untuk melakukan identifikasi,
perencanaan dan evaluasi pembangunan di daerah mereka. Dengan demikian,
pemerintah kota dan pemerintah kabupaten harus siap menyiapkan program
pembangunannya secara konseptual dan operasional. Menyadari kedudukan
pemerintah kota dan pemerintah kabupaten sebagai basis pembangunan negara
berdaulat, hal demikian dapat dikatakan bahwa keberhasilan otonomi daerah akan
banyak tergantung pada seberapa jauh partisipasi pemerintah kota dan pemerintah
daerah dalam kegiatan pembangunan di wilayah mereka. Itu berarti bahwa
masyarakat kota dan kabupaten tersebut harus diberikan kepercayaan dan
kewenangan yang cukup untuk mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan
potensi dan sumber daya setempat. Otonomi daerah diharapkan lebih menopang
negara kesatuan agar dapat berperan dalam era globalisasi dan memberi kemudahan
dalam dunia usaha dan penanaman modal.
Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa
Tengah yang melaksanakan otonomi daerah, sehingga masyarakat dan pemerintah
daerah Kabupaten Banjarnegara diharapkan dapat mengurus daerahnya sendiri.
6
rangka pembangunan yang berkaitan dengan kebijaksanaan pengembangan wilayah
melalui pendekatan pusat pertumbuhan.2
Kabupaten Banjarnegara mempunyai Pendapatan Asli Daerah (PAD) tahun
2013 sebesar Rp. 76.518.412.000. Pada tahun 2014 sebesar Rp. 103.502.350.000.
Kemudian pada tahun 2015 sebesar Rp. 135.071.000.000.3 Untuk konstribusi PAD
dari sektor perizinan (industri) pada tahun 2013 tercatat sebesar Rp. 837.378.518.
Dari data tersebut menunjukan dari tahun 2013-2015 Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Banjarnegara mengalami peningkatan. Namun Kabupaten Banjarnegara
mengalami defisit anggaran sebesar Rp. 128,69 Milyar pada tahun 2015. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Banjarnegara masih mengalami kekurangan
modal untuk meningkatkan perekonomian.
Pertumbuhan ekonomi Banjarnegara pada tahun 2013 berdasarkan pada angka
prediksi dari BPS menunjukan angka sebesar 5,38 persen, dimana laju pertumbuhan
ekonomi yang ada lebih cepat apabila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi
tahun 2012 sebesar 5,25 persen. Namun meskipun mengalami kenaikan, pencapaian
tersebut masih lebih rendah bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi
Jawa Tengah pada tahun yang sama yaitu sebesar 5,81 persen.4
2
Refika Ardila, Analisis pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banjarnegara. Jurnal:Economics Development Analysis Journal diakses dari:
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj/article/viewFile/482/512, pada tanggal 13 November 2015
3
Ringkasan Penjabaran APBD 2012 – 2015, http://www.banjarnegarakab.go.id/v3/index.php/rb-284/apbd/tahun-2013 diakses pada 2 September 2016
4
7
Dalam hal untuk meningkatkan perekonomian di Kabupaten Banjarnegara
dibutuhkan peran serta penanaman modal asing yang merupakan salah satu
komponen penting dalam pembiayaan pembangunan daerah, oleh sebab itu
pemerintah menetapkan sebuah dasar kebijkan dalam penanaman modal yang
mendorong terciptanya iklim usaha yang kondusif bagi penanam modal untuk
memperkuat daya saing perekonomian, dan mempercepat peningkatan penanaman
modal asing.5
Kabupaten Banjarnegara menyadari dengan adanya modal sebagai salah satu
prasyarat pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu Kabupaten Banjarnegara
menggunakan otonomi daerahnya seperti yang dijelaksan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomer 10 Seri E Tahun 2014 “Bahwa penanaman modal
merupakan salah satu faktor penggerak perekonomian Daerah, pembiayaan
pembangunan Daerah serta menciptakan lapangan kerja yang potensial, sehingga
perlu diberikan berbagai kemudahan pelayanan untuk meningkatkan realisasi
penanaman modal dan kesejahteraan masyarakat dengan menjadikan Kabupaten
Banjarnegara sebagai Daerah yang menarik dan kondusif bagi penanaman modal.”6
Sejak tahun 2010 pemerintah Kabupaten Banjarnegara semakin fokus
membangun daerahnya dengan mengundang investor untuk menanamkan modalnya
5
Wawancara dengan Siti Zubaedah (Kasi II Perizinan) KP2T Kabupaten Banjarnegara pada tanggal 2 November 2015 pukul 10.00 WIB
6
Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomer 10 Seri E Tahun 2014, Tentang Penanaman Modal, diakses dari:
8
yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.7
Hal ini ditandai dengan masuknya beberapa investor asing dan investor dalam negeri
yang menanamkan modalnya melalui beberapa sektor industri seperti perhiasan
imitasi, wig, bulu mata, dan tekstile. Bahkan, kini banyak pengusaha yang mencari
lahan ratusan hektare untuk memenuhi tujuan usaha mereka. Karena itu, Pemerintah
Kabupaten Banjarnegara telah banyak melakukan persiapan untuk bisa menyikapi
potensi investasi ini dengan regulasi yang memadai, agar jangan sampai investasi
tersebut justru merugikan daerah.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian diatas maka rumusan permasalahan yang dapat dikemukakan
adalah sebagai berikut : Bagaimana Strategi Kabupaten Banjarnegara dalam
meningkatkan investasi asing?
C. Kerangka Dasar Pemikiran
Untuk menjawab rumusan masalah di atas, penulis memerlukan kerangka
dasar pemikiran. Kerangka pemikiran ini digunakan sebagai landasan teoritis yang
relevan dengan permasalahan yang diangkat oleh penulis. Dalam penelitian ini
penulis menggunakan teori kerjasama internasional dan konsep penanaman modal
untuk melihat Strategi Kabupaten Banjarnegara dalam meningkatkan investasi asing.
7
9 1. Teori Kerjasama Internasional
Saat ini kerjasama internasional menjadi penting dan menjadi salah satu
keharusan setiap negara untuk merepresentasikan kepentingannya. KJ. Holsti
mendefinisikan kerjasama internasional adalah sebagai berikut :
“Sebagian besar transaksi atau interaksi negara dalam sistem internasional
sekarang ini bersifat rutin dan bebas dari konflik. Berbagai jenis masalah nasional, regional, dan global bermunculan, hal tersebut memerlukan perhatian dari berbagai negara. Banyaknya kasus yang terjadi sehingga pemerintah saling berhubungan atau melakukan pembicaraan mengenai masalah yang dihadapi dan mengemukakan berbagai bukti teknis untuk menyelesaikan permasalahan tertentu, beberapa
perjanjian yang memuaskan semua pihak ini disebut dengan kerjasama”8
Pada era globalisisasi ini dengan seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi secara global yang menjadikan dunia lebih maju dan modern, maka
semakin pelik pula permasalahan yang akan dihadapi setiap negara. Hal ini tanpa
disadari juga menyebabkan meningkatnya interaksi dan interdependesi antar negara
dan antar bangsa, dan di sisi yang lain, meningkat pula hubungan internasional yang
diwarnai dengan kerjasama dalam berbagai bidang guna mengatasi permasalahan
yang dihadapi oleh masing-masing setiap negara.
Proses kerjasama internasional tercipta dikarenakan adanya rasa saling
membutuhkan satu sama lain. Hal ini dikarenakan dalam hidup tatanan masyarakat
internasional tidak terlepas dari hubungan antara satu dengan lainnya. Hubungan
8
10
yang terjadi inilah yang biasa disebut dengan interaksi. Interaksi ini sendiri dapat
merupakan suatu hubungan sosial yang dinamis antar orang-perorangan, antar
kelompok maupun antar negara dalam lingkup internasional. Di era globalisasi,
frekuensi interaksi yang terjadi bertambah tinggi yang disebabkan oleh
perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan. Interaksi tersebut menyebabkan
terbentuknya suatu kerjasama baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial-budaya dan
lain sebagainya.
Kerjasama internasional pada masa sekarang sudah berkembang. Aktor dalam
melakukan kerjasama internasional tidak lagi hanya antar Negara. Hal ini
dikarenakan adanya pergesaran peran aktor dalam hubungan transnasional yang tidak
lagi bersifat state centric. Pergeseran tersebut tidak serta merta menghapuskan
makna utama kedaulatan Negara, namun untuk mendorong kepada pengaturan yang
lebih komprehensif. Sehingga tiap aktor dalam kerjasama internasional, baik itu aktor
Negara maupun aktor non Negara dapat melakukan kerjasama internasional yang
lebih luas.
Sebelum ada otonomi daerah, setiap daerah yang ingin melakukan kerjasama
dengan pihak lain diluar negeri sering terkendala oleh tidak adanya kewenangan
untuk hubungan/bekerjasama dengan negara asing karena hubungan luar negeri masih
menjadi wewenang pihak pemerintah Pusat. Oleh karena itu, pemerintah pusat
undang – undang yang berisi tentang Otonomi Daerah yang didalamnya memuat
kewenangan daerah untuk melakukan hubungan luar negeri/kerjasama luar negeri
11
sehingga dapat dipergunakan untuk kesejahteraan masyarakat serta bertujuan untuk
dapat mencapai visi misi daerah tersebut.
Dengan adanya otonomi daerah, aktor hubungan internasional tidak hanya
negara namun juga provinsi dan kabupaten atau kota. Hal ini mempunyai implikasi
terhadap pola hubungan internasional yaitu pemerintah pusat dalam hal ini BKPM RI
menempatkan aparatur disetiap provinsi atau pemerintah kabupaten dan kota dapat
membentuk bidang/bagian yang mengurusi hubungan/kerjasama luar negeri secara
otonom.
Otonomi berasal dari bahasa Yunani, autos yang berarti sendiri dan nomos
berarti perintah. Otonomi bermakna memerintah sendiri. Sedangkan otonomi daerah
memiliki arti wewenang hak dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus rumah
tangga sendiri sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.9
Meskipun sebagian wewenang pusat dilimpahkan kedaerah namun kedaulatan, politik
luar negeri, mata uang, hukum, undang-undang tetap menjadi wewenang pusat.
Namun demikian, meskipun Politik luar negeri masih menjadi wilayah pemerintah
pusat, adanya tekanan diplomasi dan arah kebijakan luar negeri akan diikuti oleh
unsur-unsur kepentingan nasional dan daerah, dimana hubungan ekonomi
internasional menjadi semakin peka terhadap ekonomi dalam negeri. Dengan
demikian otonomi Daerah telah memungkinkan suatu daerah atau provinsi dapat
mengadakan hubungan luar negeri.
9
12
Kerjasama internasional dalam bentuk investasi asing yang dilakukan oleh
kedua belah pihak dapat dikategorikan sebagai gagasan yang melewati lintas batas
negara tanpa dikendalikan oleh pusat. Kerjasama internasional sangat perlu dilakukan
tidak hanya terbatas oleh Negara tetapi juga oleh semua sektor masyarakat yang ada.
Sebelum diberlakukannya UU Nomor 32 tahun 2004, kewenangan melakukan
kerjasama internasional telah dimulai sejak diberlakukannya UU tentang Pemerintah
Daerah tahun 1999 atau yang lebih dikenal sebagai UU otonomi daerah. Dalam UU
Nomor 32 tahun 2004, kewenangan daerah otonom untuk melakukan kerjasama luar
negeri ini tetap berlaku sebagaimana terdapat dalam pasal 42 ayat (1), bahwa DPRD
mempunyai tugas dan wewenang untuk memberikan persetujuan terhadap rencana
kerjasama internasional yang dilakukan oleh pemerintah daerah.10
Dalam sistem internasional, khususnya dalam kehidupan bernegara tentunya
sebuah negara tidak dapat terlepas dari negara lain. Kepentingan dasar negara untuk
menjalin hubungan internasional dengan negara lain adalah merupakan keharusan
yang tidak dapat ditawar-tawar. Dalam memenuhi kebutuhannya, setiap negara tentu
harus mengadakan hubungan dengan negara
lain yang diwujudkan dalam suatu bentuk kerjasama.
Kerjasama Kabupaten Banjarnegara merupakan kerjasama internasional yang
dilakukan oleh aktor non negara yaitu aktor yang merupakan bagian-bagian dari
birokrasi Pemerintah Pusat bisa berupa pemerintah kota atau negara bagian, provinsi
dan juga kabupaten yang telah diberi wewenang atau hak otonomi sebagai bagian dari
10
13
birokrasi Pemerintah Pusat. Salah satu contoh kerjasama yang diwujudkan dengan
masuknya beberapa perusahaan asing yang menanamkan modalnya di Kabupaten
Banjarnegara sebagai aktor non Negara yang termasuk diantaranya adalah Korea
dengan Perusahaan PT. Cosmoprof di tahun 2010 melakukan kerjasama dalam
bidang industri bulu mata. Badan Koordinasi Penanaman Modal RI (BKPM) sebagai
unsur pemerintah pusat, kemudian diteruskan oleh Kantor Pelayanan Perizinan
Terpadu (KP2T) dalam kedudukannya sebagai local government yaitu pemerintah
Kabupaten Banjarnegara. Secara kewenangan, Pemerintah Indonesia berperan
sebagai fasilitator dan Kabupaten Banjarengara menjadi implementator proyek
kegiatan hubungan kerjasama dengan beberapa perusahaan asing.
2. Konsep Penanaman Modal
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2007 tentang
penanaman modal. Penanaman Modal adalah segala bentuk kegiatan menanam
modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk
melakukan usaha di wilayah Republik Indonesia. Penanaman Modal dalam Negeri
adalah kegiatan menanam untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik
Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunanakan
modal dalam negeri.11 Penanaman Modal Asing adalah kegiatan menanamkan modal
untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh
11
14
penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun
patungan dengan penanam modal dalam negeri.
Ada beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli dalam kaitanya dengan
berbagai faktor yang mempengaruhi penananman modal asing atau investasi asing
disuatu negara. Dalam Teori Penanaman Modal yang dikemukakan oleh Alan
M.Rugman menyatakan bahwa Penanaman Modal Asing (PMA) dipengaruhi oleh
dua faktor yaitu: variabel lingkungan dan variabel internalisasi.12 Pertama, variabel
lingkungan, variabel lingkungan sering dikenal dengan istilah keunggulan spesifik
Negara atau spesifik lokasi.
Ada tiga unsur yang membangun variabel lingkungan yaitu: ekonomi, non
ekonomi, dan modal pemerintah. Variabel ekonomi membangun fungsi produksi
suatu bangsa secara kolektif, yang secara definitif meliputi semua input faktor yang
ada di masyarakat, antara lain tenaga kerja, modal (dana), teknologi dan tersedianya
sumber daya alam dan ketrampilan manajemen yang disebut human capital.13
Adapun variabel non ekonomi yang memotifasi masuknya modal asing adalah
keseluruhan kondisi politik, hukum dan sosial budaya yang melekat pada suatu
Negara. Adapun pengamat yang juga memasukan faktor pemerintahan yang bersih
berwibawa pada suatu negara (clean goverment and good governance) baik tuan
rumah (host country) ataupun pemerintah asal penanam modal itu. Selain sikap
pemerintah yang lebih terbuka dengan segala kebijakan yang tidak memberatkan para
12
Sidik Jatmika, Otonomi Daerah Dalam Perspektif Hubungan Internasional . Yogyakarta:Bigraf Publishing, 2001, hal 78
13
15
investor asing yang ingin menanamkan modalnya juga menjadi salah satu faktor yang
menentukan dalam penanaman modal asing disuatu lokasi. Kedua, varibel
Internalisasi atau keunggulan spesifik perusahaan. Ini merupakan yang kadang juga
disebut sebagai faktor spesifik pemilikan.14
Dalam konsep Penanaman Modal yang dikemukakan oleh Alan M. Rugman
menyatakan bahwa Penanaman Modal Asing (PMA) dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu variabel lingkungan dan variabel internalisasi.15 Dalam hal ini kabupaten
Banjarnegara secara umum sebagai tuan rumah (host country) harus memperhatikan
faktor-faktor yang sangat mempengaruhi penanaman modal asing diantaranya adalah
variabel lingkungan. Jadi dengan adanya konsep penanaman modal Pemerintah
daerah Banjarnegara diharapkan bisa mengetahui bagaimana cara berinvestasi yang
menguntungkan kedua belah pihak, kabupaten Banjarnegara berupaya untuk mencari
ciri khas yang membedakan dengan kabupaten lain serta upaya meningkatkan daya
saing iklim investasi, dan bagaimana cara meningkatkan investor asing yang akan
menanamkan modalnya di suatu negara.
Adapun keunggulan spesifik lokasi atau variabel lingkungan yang terdapat di
Kabupaten Banjarnegara adalah karena mempunyai banyak potensi, peluang dan
sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan para investor untuk menanamkan
modalnya di Kabupaten Banjarnegara. Sehingga pemerintah melakukan penyebaran
informasi dan potensi daerah melalui promosi investasi dan kerjasama. Variabel non
14
Alan M. Rugman. Bisnis Internasional I. Jakarta: PT. Intermasa, 1993, hal 147
15
16
ekonomi yang memotifasi masuknya modal asing adalah keseluruhan kondisi politik,
hukum dan sosial budaya di Kabupaten Banjarnegara yang cukup kondusif untuk
melakukan kerjasama atau proses investasi. Faktor pemerintah yang bersih dan
berwibawa dimana sikap pemerintah yang lebih terbuka dengan segala kebijakan
yang tidak memberatkan para investor asing yang ingin menanamkan modalnya juga
menjadi salah satu faktor yang menentukan dalam penanaman modal asing disuatu
lokasi.
Dengan adanya konsep penanaman modal Kabupaten Banjarnegara
diharapkan bisa mengetahui bagaimana cara berinvestasi yang menguntungkan kedua
belah pihak, Kabupaten Banjarnegara berupaya mencari ciri khas yang membedakan
dengan daerah lain serta upaya meningkatkan daya saing iklim investasi, dan
bagaimana cara meningkatkan investor asing yang mau menanamkan modalnya
17 D. Hipotesa
Dengan melihat permasalahan yang telah diuraikan di atas dan didukung oleh
teori dan konsep yang dianggap dapat membantu analisa, maka penulis mengajukan
hipotesa bahwa Kabupaten Banjarnegara dalam meningkatkan Investasi Asing melaui
dua cara yaitu:
1. Melakukan strategi ekstenal berupa mempromosikan kerjasama internasional
khususnya dengan perusahaan – perusahaan Korea Selatan
2. Melakukan strategi internal berupa meningkatkan kualitas pelayanan publik
dengan kemudahan berinvestasi
E. Metode Penelitian
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik library
research yaitu dengan cara mengumpulkan data dari literatur yang berhubungan dengan investasi Asing di Kabupaten Banjarnegara serta data-data yang mendukung
dalam menganalisis masalah yang telah disebutkan sebelumnya. Data-data tersebut
berupa buku-buku, dokumen, artikel, jurnal dan surat kabar atau majalah yang
menunjang penelitian yang dilakukan. Selain itu, observasi lapangan secara langsung
juga menjadi salah satu teknik pengumpulan data yang akan dilakukan. Adapun,
langkah-langkah observasi yang dilakukan dalam penelitian ini melalui metode
wawancara terhadap orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi yang
dibutuhkan bersangkutan dengan judul yang diangkat untuk diteliti dan dapat
18
Adapun tempat-tempat yang telah dikunjungi selama pengumpulan data, yaitu
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Banjarnegara, Kantor Pelayanan Perizinan
Terpadu (KP2T) Kabupaten Banjarnegara dan perpustakaan-perpustakaan. Data yang
digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer
yaitu data yang diperoleh melalui wawancara dari informan secara mendalam guna
mendapatkan informasi yang obyektif. Sedangkan data sekunder diperoleh dari teknik
pengumpulan data melalui library research, yaitu penelusuran literatur data
kepustakaan dari berbagai terbitan resmi yang terdiri dari buku, dokumen, jurnal,
majalah dan surat kabar.
F. Batasan Penelitian
Dalam upaya untuk membatasi pembahasan agar tidak terlalu meluas dan
semakin kabur maka penulis memberikan batasan pembahasan jangkauan waktu dari
data yang digunakan. Penulis mengfokuskan penelitian ini sejak tahun 2012-2015.
Kemudian dalam jangkauan pembahasan lebih diarahkan mengenai strategi
internasional yang dilakukan Kabupaten Banjarnegara dalam meningkatkan investasi.
G. Tujuan Penelitian
Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi apa
saja yang dilakukan kabupaten Banjarnegara dalam rangka meningkatkan investasi
asing. Dengan adanya hubungan internasional, akan terciptanya kerjasama
internasional oleh beberapa negara yang tentunya menguntungkan kedua belah pihak.
Kemudian penulis bertujuan menggambarkan upaya para investor dalam
menanamkan modalnya dan hambatan-hambatan dalam meningkatkan investasi
19 H. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dari penelitian yang dilakukan,
maka disusun sistematika penulisan yang berisi informasi yang mencakup materi dan
hal-hal yang dibahas pada setiap bab, adapun sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I
Pada BAB I ini akan berisikan mengenai judul, alasan pemilihan judul, latar
belakang masalah, rumusan masalah, kerangka dasar pemikiran, hipotesa, jangkauan
penelitian, metode penelitian, tujuan penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II
Pada BAB II ini akan memaparkan mengenai kondisi umum dan potensi
Kabupaten Banjarnegara
BAB III
Pada BAB III ini akan memaparkan mengenai sejarah investasi di Kabupaten
Banjarnegara, landasan hukum investasi dan masalah-masalah subtansi
20 BAB IV
Pada BAB IV ini akan menjelaskan mengenai bagaimana Kabupaten
Banjarnegara dalam meningkatkan investasi asing yaitu dengan menggunakan
strategi internal dan strategi eksternal.
Bab V
Pada BAB V ini akan menjelaskan mengenai penutup dan kesimpulan dari
21
BAB II
KONDISI UMUM DAN POTENSI WILAYAH KABUPATEN
BANJARNEGARA
Dalam bab II ini penulis akan memaparkan tentang kondisi umum Kabupaten
Banjarnegara yang didalamnya akan membahas keadaan geografis, potensi daerah,
visi dan misi pembangunan Kabupaten Banjarnegara, kemudian dalam bab ini akan
dipaparkan tentang landasan hukum-hukum investasi di Indonesia serta membahas
masalah-masalah substansi Undang Undang Otonomi Daerah yang sedang berlaku
saat ini.
A. Kondisi Umum Wilayah Kabupaten Banjarnegara 1. Sejarah
Banjar Watulembu ialah nama sebelum wilayah Kabupaten Banjarnegara
terbentuk. Raden Tumenggung Dipoyudho IV merupakan Bupati Banjar Watulembu
yang resmi dilantik pada tanggal 22 Agustus 1831. Raden Tumenggung Dipoyudho
IV meminta izin kepada Paku Buwana VII di Kasunanan Surakarta untuk
memindahkan kota kabupaten ke sebelah selatan Sungai Serayu. Setelah permintaan
tersebut dikabulkan, dimulailah pembangunan kota kabupaten yang semula berupa
daerah persawahan yang luas. Untuk mengenang asal mula Kota Kabupaten baru
yang berupa persawahan dan telah dibangun menjadi kota, Kabupaten baru tersebut diberi nama “Banjarnegara” yang mempunyai arti Banjar adalah sawah dan Negara
adalah Kota. Dulunya merupakan lahan sawah, sekarang sudah menjadi kota, pusat
22
Raden Tumenggung Dipoyudo IV mempersiapkan segala sesuatu yang
menjadi keperluan Kabupaten baru ini. Bupati beserta semua pegawai Kabupaten
pindah dari Banjar Watulembu ke kota yang baru (Banjarnegara), dikarenakan pada
saat pengangkatannya status Kabupaten Bajar Watulembu yang terdahulu otomatis
telah dihapus. Oleh sebab itu, Raden Tumenggung Dipoyudho IV dikenal sebagai
Bupati Banjarnegara Pertama. Nama Dipoyudho pun diabadikan menjadi nama jalan
di Kabupaten Banjarnegara, Jalan Dipayuda.
Peristiwa Pengangkatan Raden Tumenggung Dipoyudho IV pada tanggal 22
Agustus 1831 sebagai Bupati Banjarnegara inilah yang dijadikan dasar penetapan
Hari Jadi Kabupaten Banjarnegara. Sesuai dengan Keputusan Hari Jadi Kabupaten
Banjarnegara tanggal 1 Juli 1981 dan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II
Banjarnegara Nomor 3 Tahun 1994 Tentang Hari Jadi Kabupaten Banjarnegara.
2. Letak Geografis
Secara Astronomi Kabupaten Banjarnegara terletak diantara 7°12’ – 7°31’
Lintang Selatan dan 109°20’ – 109°45’ Bujur Timur. Kabupaten Banjarnegara
mempunyai luas wilayah 106.970,997 Ha atau sekitar 3,29% dari luas wilayah
Propinsi Jawa Tengah (3,25 juta Ha), terbagi menjadi 20 Kecamatan, 12 Kelurahan
dan 253 Desa. Luas tersebut terbagi atas lahan sawah sebesar 14.807 Ha atau 13,84%
dari wilayah keseluruhan Kabupaten Banjarnegara dan Lahan Bukan Sawah sebesar
71.954 Ha atau 67,26% dari total Kabupaten. Sedangkan lahan bukan pertanian
sebesar 20.210 Ha atau 18,89%.
23
Sebelah Utara : Kab. Pekalongan dan Kab. Batang
Sebelah Timur : Kab. Wonosobo
Sebelah Selatan : Kab. Kebumen
Sebelah Barat : Kab. Banjarnegara dan Kab. Banyumas
3. Topografis
Wilayah Kabupaten Banjarnegara terletak pada jalur pegunungan di bagian
tengah Jawa Tengah sebelah Barat yang membujur dari arah Barat ke Timur. Ditinjau
dari ketinggiannya Kabupaten Banjarnegara sebagian besar berada pada ketinggian
100 – 500 meter dpl sebesar 37,04 %, kemudian antara 500 – 1.000 m dpl sebesar
28,74%, lebih besar dari 1.000 m dpl sebesar 24,40 % dan sebagian kecil terletak
kurang dari 100 m dpl sebesar 9,82 %. Berdasarkan bentuk tata alam dan penyebaran
geografisnya dapat digolongkan:
a. Bagian Utara, terdiri dari Daerah pegunungan relief bergelombang dan curam.
b. Bagian tengah, terdiri wilayah dengan relief datar.
c. Bagian Selatan, terdiri dari wilayah dengan relief curam
4. Klimatologis
Kabupaten Banjarnegara beriklim tropis, musim hujan dan musim kemarau
silih berganti sepanjang tahun. Bulan basah umumnya lebih banyak dari bulan kering.
Curah hujan tertinggi pada tahun 2014 terjadi di Kecamatan Susukan sebanyak 4.209
24
terjadi di Kecamatan Purwareja Klampok sebesar 2.901 mm per tahun dengan 125
hari hujan.
5. Keadaan Penduduk Dan Tenaga Kerja Daerah
Pada akhir tahun 2014 proyeksi Penduduk sebanyak 898.896 jiwa, terdiri dari
450.374 laki-Iaki dan 448.522 perempuan, yang berarti mengalami kenaikan sebesar
6.449 jiwa atau sebesar 0,72 persen dari jumlah penduduk akhir tahun 2013 sebanyak
892.447 jiwa. Kepadatan penduduk akhir tahun 2014 sebesar 840 jiwa per km², yang
berarti bahwa setiap 1 km² luas wilayah Kabupaten Banjarnegara, dihuni oleh sekitar
840 orang. Kecamatan Banjarnegara, Purworejo Klampok dan Rakit adalah
kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi, masing-masing dengan
jumlah kepadatan 2.227 jiwa per km², 2.131 jiwa per km² dan 1.536 jiwa per km².
Sedangkan kecamatan yang tingkat kepadatan penduduknya rendah adalah
Kecamatan Pandanarum dan Kecamatan Pagedongan, yakni sebesar 363 per km² dan
440 per km². Laju Pertumbuhan Penduduk Pertumbuhan penduduk dari tahun 2013
ke tahun 2014 naik sebesar 0,72 persen.
Ketenagakerjaan banyaknya permintaan tenaga kerja yang tercatat pada tahun
2014 sebanyak 4.551 orang, sedangkan jumlah pencari kerja yang belum ditempatkan
pada tahun 2014 sebanyak 14.223 orang, dengan rincian 7.555 orang laki-laki dan
6.668 orang perempuan. Adapun pencari kerja yang telah ditempatkan pada tahun
2014 sebanyak 4.544 orang, dengan rincian 1.550 orang laki-laki dan 2.994 orang
perempuan. Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri merupakan salah satu
25
Negeri pada tahun 2014 sebanyak 581 orang, dan didominasi oleh wanita yaitu
sebanyak 516 orang.
B. Visi Dan Misi Kabupaten Banjarnegara
Visi dan Misi Kabupaten Banjarnegara yang tertera dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kabupaten Banjarnegara tahun
2011-2016 yaitu:16
VISI
“TERWUJUDNYA MASYARAKAT YANG MANDIRI DAN BERDAYA SAING,
MENUJU MASYARAKAT SEJAHTERA YANG BERAAKHLAK MULIA"
MISI
1. Mewujudkan Peningkatan Kesejahteraaan Masyarakat Melalui
Pembangunan Berbasis Pertanian dan Potensi Lokal Yang Berdaya Saing.
2. Mewujudkan Penyelenggaraan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik.
3. Mewujudkan Kondisi Aman, Damai, Demokratis dan Religius.
4. Mewujudkan Pembangunan Berwawasan Lingkungan Hidup yang
Berkelanjutan.
5. Mewujudkan Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia dengan
Prioritas Penegakan Hukum, Penghargaan Hak Asasi Manusia,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
16
Visi dan Misi Kabupaten Banjarnegara dalam
26
6. Mewujudkan Pembangunan Karakter Bangsa Melalui Pengembangan Seni
Budaya, Penghargaan Tradisi dan Kearifan Lokal.
C. Potensi Wilayah Kabupaten Banjarnegara
Kabupaten Banjarnegara mempunyai potensi sumber daya alam dan
lingkungan yang beragam untuk dikembangkan. Namun potensi yang ada tersebut
belum termaanfaatkan secara optimal. Untuk meningkatkan potensi Kabupaten
Banjarnegara membagi dalam berbagai kawasan budidaya. Kawasan budidaya di
Kabupaten Banjarnegara terdiri atas:17
1. Kawasan peruntukan hutan dan perkebunan produksi
Kawasan peruntukan hutan produksi kurang lebih adalah seluas
15.368 ha, yang meliputi Kecamatan Banjarmangu, Banjarnegara, Batur,
Bawang, Kalibening, Karangkobar, Mandiraja, Madukara, Pagedongan,
Pagentan, Pandanarum, Pejawaran, Punggelan, Purwanegara, Purwareja
Klampok, Sigaluh, Susukan, dan Wanayasa.
2. Kawasan peruntukan pertanian
Kawasan ini meliputi Kecamatan Banjarmangu, Batur, Banjarnegara,
Bawang, Kalibening, Karangkobar, Mandiraja, Madukara, Pagedongan,
Pagentan, Pandanarum, Punggelan, Purwanegara, Purwareja Klampok,
Pejawaran, Rakit, Sigaluh, Susukan,Wanadadi, dan Wanayasa. Kawasan
peruntukan pertanian tanaman pangan terbagi menjadi lahan irigasi dengan
17
27
luas 13.294 ha dan lahan bukan irigasi dengan luas 5.785 ha. Lahan
peruntukan pertanian tanaman pangan diarahkan menjadi lahan pertanian
pangan berkelanjutan dengan luas 12.147 ha.
3. Kawasan peruntukan perikanan
Kawasan peruntukan perikanan berupa perikanan air tawar yang
berada di berbagai Kecamatan, meliputi: Kecamatan Rakit, Mandiraja,
Purwanegara, Bawang, dan Wanadadi. Ikan tawar yang dimaksud adalah ikan
gurami, ikan lele, ikan patin dan ikan nila.
4. Kawasan peruntukan pertambangan
Kawasan peruntukan pertambangan terdiri atas kawasan pertambangan
mineral dan batubara, kawasan pertambangan panas bumi, dan kawasan
pertambangan minyak dan gas bumi. Kawasan pertambangan mineral dan
batubara terdiri atas mineral logam (meliputi Kecamatan Banjarmangu,
Pagentan, Karangkobar, Batur, Pejawaran, Wanayasa, Kalibening,
Pandanarum, Punggelan, Sigaluh, Pagedongan, Bawang, Purwanegara, dan
Susukan); mineral bukan logam (meliputi seluruh kecamatan di Kabupaten
Banjarnegara); batuan (meliputi Kecamatan Karangkobar, Sigaluh, Wanayasa,
Punggelan, Pagentan, Pejawaran, Bawang, Pagedongan, Purwanegara,
Banjarnegara, Kalibening, Pandanarum, Banjarmangu, dan Mandiraja serta
sepanjang Sungai Serayu, Merawu, Pekacangan, Brukah, Sapi, Bombong,
28
Kawasan pertambangan panas bumi meliputi Kecamatan Batur,
Pejawaran,Wanayasa, Susukan, dan Kalibening. Untuk kawasan
pertambangan minyak dan gas bumi di Kabupaten Banjarnegara terdiri atas
Kecamatan Banjarmangu, Pagentan, Sigaluh, Madukara, Banjarnegara,
Karangkobar, Wanadadi, Rakit, Batur, Pejawaran, Bawang, Pagedongan,
Wanayasa, Kalibening, Pandanarum, Purwanegara, Susukan dan Punggelan.
5. Kawasan peruntukan industri
Rencana pengembangan kegiatan industri meliputi industri besar,
industri menengah, dan industri kecil dan/atau mikro. Kawasan peruntukan
industri untuk kegiatan industri besar dan menengah yang berpotensi
menimbulkan dampak lingkungan berlokasi di Kecamatan Susukan dengan
luas 182 ha. Kegiatan industri menengah yang tidak berpotensi menimbulkan
dampak lingkungan dapat berlokasi di luar kawasan peruntukan industri di
seluruh kecamatan. Sedangkan industri kecil dan/atau mikro dikembangkan di
seluruh kecamatan.
6. Kawasan peruntukan pariwisata
Kawasan peruntukan pariwisata meliputi kawasan pariwisata
alam,kawasan pariwisata budaya, dan kawasan pariwisata buatan. Kawasan
pariwisata alam terdiri atas kawasan Dataran Tinggi Dieng, kawasan Wisata
Arung Jeram Sungai Serayu, kawasan Wisata Gunung Lawe, kawasan Wisata
29
Mandala, kawasan Wisata Pemandian Air Panas, kawasan Wisata Hutan
Pinus di Kecamatan Pagedongan, dan kawasan pariwisata alam lain yang
ditetapkan kemudian. Kawasan pariwisata budaya terdiri atas kawasan Candi
Dieng, kawasan wisata sentra seni kerajinan Klampok, kawasan wisata sentra
batik di Kecamatan Susukan, dan kawasan pariwisata budaya lain yang
ditetapkan kemudian. Sedangkan kawasan pariwisata buatan terdiri atas
kawasan wisata Taman Rekreasi Margasatwa Serulingmas (TRMS), kawasan
wisata Waduk Panglima Besar Jenderal Sudirman, dan kawasan agrowisata
hortikultura, serta kawasan pariwisata buatan lain yang ditetapkan kemudian.
Melihat berbagai potensi kawasan wilayah Kabupaten Banjarngara tersebut
dapat dilihat pada lampiran I.
D. Landasan Hukum Investasi
Lahirnya Undang-undang Nomor 1 tahun 1967 Jo Undang-undang Nomor 11
tahun 1979 dan undang-undang nomor 6 tahun 1968 Jo undang-undang Nomor 12
tahun 1970 Jo Undang-undang Nomor 25 tahun 2007 memberikan kemudahan bagi
pelaksanaan penanaman modal (invetasi). Sejak Undang-undang PMA tahun 1967,
aliran modal asing setiap tahun menunjukan perkembangan dan peningkatan, baik
dilihat dari kuantitatif maupun kualitatif.
Kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah pusat yang tertuang dalam
peraturan perundang-undangan tentang penanaman modal sebelum otonomi daerah
diberlakukan ternyata hanya menguntungkan pemerintah pusat saja, sedangkan
30
lambatnya pembangunan di daerah karena pembangunan di fokuskan di pusat saja.
Seharusnya pemerintah pusat memberikan apa yang seharusnya menjadi hak daerah.
Kebijakan Investasi asing di Indonesia telah diatur melalui Undang-undang
No. 1 Tahun 1967 Jo Undang-undang No. 11 Tahun 1970 Jo. Undang-undang No. 25
Tahun 2007 serta peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2004, ditahun 1966 dan 1967,
pemerintah orde baru memulai langkah pengambilan perusahaan asing melalui
Undang-undang tersebut memberikan berbagai insentif yang ditawarkan antara lain:
a. Masa pembebasan pajak perseroan, untuk waktu paling lama enam
tahun terhitung dari saat usaha mulai berproduksi.
b. Pembebasan pajak deviden atas bagian laba yang dibayarkan kepada
pemegang saham. Sejauh laba tersebut diperoleh dalam jangka waktu
yang tidak melebihi waktu enam tahun sejak beroperasi.
c. Keringanan pajak perseroan atas keuntungan yang ditanamkan
kembali dalam perusahaan bersangkutan terhitung dari saat
penanaman kembali berupa perangsang penanaman (investment
allowance).
d. Pembebasan bea masuk dan pajak penjualan atas pemasukan
barang-barang perlengkapan tetap dan barang-barang-barang-barang modal kerja.
e. Pembebasan bea masuk materi atas penempatan modal yang berasal
dari modal asing.
f. Jaminan tidak ada nasionalisasi, kecuali dengan undang-undang
dinyatakan bahwa kepentingan nasional menyatakan demikian, jika
31
dan cara pembayaran yang disetujui oleh kedua belah pihak
berdasarkan atas hukum internasional yang berlaku.
g. Keleluasaan penggunaan tenaga asing pada posisi yang belum bisa
diisi tenaga lokal.
h. Kepastian batas waktu usaha maksimal dan prosedur perpanjangan
masa usaha.18
Pemberlakuan undang-undang yang mengatur masalah investasi asing diatas
setidaknya akan memberikan rasa aman bagi investor asing yang akan menanamkan
modalnya di Indonesia.Pemamparan yang disampaikan dalam bab ini setidaknya
telah menggambarkan keadaan geografis Kabupaten Banjarnegara secara umum.
Setelah penulis memaparkan kondisi umum Kabupaten Banjarnegara pada bab ini,
maka dalam bab berikutnya, penulis akan memfokuskan pada peluang dan hambatan
yang dihadapi investor dan pemerintah dalam meningkatkan invetasi asing di
Kabupaten Bamjarnegara.
18
32
BAB III
PELUANG INVESTASI ASING DI KABUPATEN
BANJARNEGARA
Dalam bab III ini penulis akan membahas mengenai sejarah investasi dan
peluang apa saja yang dapat dimanfaatkan oleh investor asing yang ingin
menanamkan modalnya di Kabupaten Banjarnegara. Selain itu dalam bab ini akan
membahas ancaman yang akan dihadapi dalam meningkatkan investasi asing,
kekuatan pendukung investasi apa saja yang dimiliki serta hambatan apa saja yang
ada dalam investasi asing.
A. Sejarah Investasi
Penanaman modal atau investasi adalah segala bentuk kegiatan penanaman
modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk
melakukan usaha disuatu wilayah atau negara. Penanaman modal asing adalah
kegiatan menanamkan modal untuk usaha diwiliyah negara republik indonesia yang
dilakukan dilakukan oleh penanam modal asing. Penanam modal bisa perseorangan
atau badan usaha.
B. Peluang Investasi
Pemerintah daerah Kabupaten Banjarnegara berusaha mempercepat laju
pertumbuhan ekonomi daerah melalui peningkatan investasi. Untuk meningkatkan
investasi tersebut, pemerintah daerah Kabupaten Banjarnegara memaksimalkan
peluang yang dimiliki. Adapun peluang – peluang yang dimiliki oleh Kabupaten
33
1. Peluang Investasi Kawasan Peruntukan Hutan dan Perkebunan Produksi Wilayah Kabupaten Banjarnegara memiliki peluang investasi di
kawasan peruntukan hutan dan perkebunan dengan macam – macam jenis
komoditas, antara lain:
a. Teh
Manfaat dan kebutuhan akan teh di masyarakat memunculkan peluang
usaha perkebunan teh yang banyak dicari oleh industri pengolahan teh.
Saat ini, luas lahan perkebunan teh di Kabupaten Banjarnegara 1.824,08
Ha. Jumlah petani 6.453 KK yang tersebar di 5 (lima) wilayah Kecamatan
yaitu: Kecamatan Karangkobar, Wanayasa, Kalibening, Pejawaran, dan
Pagentan. Jumlah produksi pucuk teh segar pada tahun 2015 sebesar
19.96,65 Ton. Saat ini, ada 4 industri teh di Banjarnegara dan sekitarnya
(Pekalongan dan Wonosobo) yang saling berebut untuk mendapatkan
bahan baku pucuk teh segar dari wilayah Kabupaten Banjarnegara. Pabrik
pengolahan teh tersebut tidak mampu berproduksi sesuai dengan kapasitas
pabrik, karena kurangnya bahan baku. Untuk itu, Kabupaten Banjarnegara
terus melakukan pengembangan budidaya teh karena kebutuhan akan
pucuk daun teh yang besar guna memanfaatkan peluang yang ada.
b. Kelapa (Kelapa Butir dan Nira)
Pohon kelapa mempunyai berbagai manfaat. Kelapa yang dihasilkan
dapat dijual dalam bentuk kelapa butir, diolah untuk minyak kalapa murni
34
juga diolah menjadi gula merah untuk berbagai kebutuhan industri dan
rumah tangga yang sangat besar. Serat serabut kelapa dapat diolah menjadi
furniture, jok mobil, maupun kerajinan. Kebutuhan akan pohon kelapa
merupakan peluang tersendiri untuk dimanfatkan.
Kabupaten Banjarnegara memiliki luas lahan perkebunan kelapa
11.941,27 Ha dengan jumlah petani 43.409 KK yang tersebar di 14
kecamatan. Pada tahun 2015 Kabupaten Banjarnegara mampu
memproduksi 8.995,09 Ton kelapa kering (kopra) atau setara dengan
89.950.090 butir kelapa. Dengan melihat keadaan lapangan di
Banjarnegara sehingga peluang usaha yang dapat diperoleh adalah
dibutuhkannya berbagai industri, seperti:
Industri minyak goreng kelapa dan minyak kelapa murni –
Virgin Coconut Oil (VCO)
Industri pengolahan serabut kayu
Industri pengolahan cocodust (limbah serabut kelapa) menjadi
media tanam (potting mix)
Industri gula kelapa dengan memanfaatkan nira
c. Albasia
Produksi albasia Kabupaten Banjarnegara dikenal bermutu baik.
Dalam jangka waktu 5 tahun, produksi albasia sudah dapat dipanen sekitar
35
12.218.39 batang (kepadatan rata – rata 400 pohon per satu hektare)
pertahun. Luas lahan yang tersedia 19.00 Ha, yang tersebar di wilayah
Kabupaten Banjarnegara. Albasia merupakan bahan baku industri
pengelolaan kayu dengan produksi rata-rata 30.000m³ tiap bulan. Hasil
pengolahan kayu Albasia antara lain: Pulp Kertas, Papan Partikel (particle
board), Papan Serat (Piper Board), Kayu Olahan dan Kayu Energi (Bahan
Bakar). Peluang investasi yang dapat diperoleh dari albasia adalah dengan
adanya industri pengolahan kayu.
2. Peluang Investasi Kawasan Peruntukan Pertanian
Pembangunan pada sektor pertanian diarahkan pada upaya
peningkatan mutu, produksi dan pemasaran hasil pertanian serta
mengembangkan usaha tani terpadu guna memantapkan swasembada pangan,
memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, meningkatkan komoditi-komoditi
ekspor, komoditi bahan-bahan industri dalam negeri, meningkatkan taraf
hidup petani, mendorong perluasan dan pemerataan kesempatan usaha dan
kesempatan kerja serta mendorong peran serta swasta untuk mengembangkan
potensi pertanian. Kabupaten Banjarnegara memiliki peluang investasi di
kawasan peruntukan pertanian dengan macam – macam jenis komoditas,
36
38 Wanadadi,
Punggelan,
Pagentan dan
Pandanarum)
Sumber: Profil dan Potensi Investasi Kabupaten Banjarnegara
3. Peluang Investasi Kawasan Peruntukan Perikanan
Kabupaten Banjarnegara sudah sejak lama dikenal sebagai salah satu
sentra perikanan air tawar. Dari Sub sektor perikanan telah mampu
menghasilkan produk perikanan yang cukup berkualitas baik benih ikan
ataupun ikan konsumsi. Dengan pengairan yang lancar ditambah dengan
adanya Bendungan Panglima Besar Sudirman, perkembangan usaha perikanan
semakin maju pesat. Meski tidak mengandalkan debit air bendungan tersebut,
tapi juga adanya peresapan (sumber air) yang mengalir terus sehingga musim
kemarau tidak berpengaruh sekali dalam pembudidayaan usaha perikanan air
tawar. Kabupaten Banjarnegara memiliki peluang investasi di kawasan
peruntukan perikanan dengan macam – macam jenis komoditas unggulan,
antara lain: ikan gurami, ikan lele, ikan patin dan ikan nila.
Pada tahun 2014, Kabupaten Banjarnegara mempunyai luas budidaya
ikan sebanyak 425,08 Ha dengan jumlah produksi sebesar 13.977.660 ton.
Dari jumlah produksi ikan tersebut dibutuhkan pakan ikan berupa pelet yang
cukup besar, namun belum ada pabrik pakan ikan yang mampu mencukupi
39
(pelet) di Kabupaten Banjarnegara sebanyak 11.855,53 ton. Padahal
Kabupaten Banjarnegara baru bisa memproduksi pelet secara mandiri
sebanyak 36 ton. Untuk dapat memenuhi kebutuhan pakan ikan, Kabupaten
Banjarnegara mengharapkan adanya kerjasama pembuata pabrik pakan ikan
sehingga masih ada peluang investasi untuk membuat pakan ikan sebanyak
11.783,53 ton.
4. Peluang Investasi Kawasan Peruntukan Pertambangan
Dalam rangka meningkatkan kegiatan investasi di Kabupaten
Banjarnegara salah satu potensi yang akan dikembangkan adalah sektor
pertambangan dan galian C yang lokasinya menyebar di wilayah Kabupaten
Banjarnegara. Melihat potensi yang ada, pertambangan yang sudah
tergali/dieksploitasi pada saat ini khususnya di Banjarnegara adalah Feldspar,
batu lempeng, andesit, granit, talk, dan masih banyak beberapa bahan galian
yang belum tergali/dieksploitasi. Mineral/bahan galian yang sudah
digali/dieksploitasi sebagian besar belum/tidak melalui proses pengolahan
terlebih dahulu, bahan tambang yang dijual masih dalam bentuk row
material/bahan baku. Oleh sebab itu investasi pendirian pabrik pengolahan
hasil tambang masih terbuka lebar di Banjarnegara.
Potensi mineral logam belum tergali, untuk izin usaha pertambangan
mineral logam harus melalui prosedur lelang, sudah ada peraturan dan
perundang-undangan yang mengatur hal tersebut. Banjarnegara sudah
40
PERDA Nomor 11 Tahun 2010 tentang Pertambangan Mineral di Kabupaten
Banjarnegara, dimana PERDA tersebut sudah mengacu kepada Peraturan dan
perundangan dari pemerintah pusat yang mengatur sektor pertambangan
umum.
Sudah ada beberapa investor lokal yang masuk dan berinvestasi di
Banjarnegara, diantaranya PT. Banjar Mineral Resources, PT. Astri Tata
Resources, PT. Tata Mining Resources, yaitu melakukan penyelidikan bahan
tambang untuk mengetahui depositnya sampai dengan studi kelayakan dan
eksploitasi. Hal ini bisa memberikan motivasi kepada investor lain untuk
berinvestasi di Banjarnegara. Jenis pertambangan yang ada di Kabupaten
Banjarnegara adalah :
Tabel 3. 2 Data potensi pertambangan Kabupaten Banjarnegara No Bahan
gallian
Lokasi Cadangan Kegunaan Keterangan
1 Marmer Kecamatan
pabrik pengolahan batu
41 0 ton
2 Feldspar Kecamatan
42
Sumber: Profil dan Potensi Investasi Kabupaten Banjarnegara
5. Peluang Investasi Kawasan Peruntukan Industri
Pembangunan industri padat karya di Kabupaten Banjarnegara
merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk memaksimalkan potensi dan
peluang yang ada di Kabupaten Banjarnegara. Oleh karena itu, pembangunan
industri padat karya tersebut dapat menjadi solusi dalam mengoptimalkan
sumber daya alam dan sumber daya manusia yang tersedia di Kabupaten
Banjarnegara.
Adapun industri padat karya yang siap beroperasi di tahun ini (2016)
43
a. Industri garmen yang berlokasi di desa Masaran kecamatan
Bawang
b. Industri Pengolahan Carica yang berlokasi di kecamatan Klampok
c. Industri pengolahan produk hortikultura yang berlokasi di desa
Panggelak Kecamatan Madukara
6. Peluang Investasi Kawasan Peruntukan Pariwisata
Banjarnegara adalah salah satu tujuan wisata di Jawa Tengah dan
destinasi kedua setelah Candi Borobudur. Dilihat dari peluang investasi
bidang pariwisata, di Kabupaten Banjarnegara terdapat beberapa obyek yang
sangat potensial untuk dikembangkan baik itu wisata alam, wisata
buatan (artificial object) maupun wisata budaya, dan kesenian. Bidang
agrobisnis juga ikut memberikan citra pertanian.
A.Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng
Merupakan dataran tinggi yang terletak di ketinggian 2.093 meter
diatas permukaan air laut. Dataran Tinggi Dieng memiliki udara yang
sangat sejuk dan berjarak kurang lebih 55 km dari pusat kota Banjarnegara.
Kawasan Dataran Tinggi Dieng memiliki luas 110 Ha, merupakan tujuan
wisata berskala nasional dan internasional. Banyak wisatawan
mancanegara yang berasal dari beberapa negara di dunia yang berkunjung
ke Kawasan Dataran Tinggi Dieng, disini terdapat daya tarik berupa wisata