• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI KABUPATEN BANJARNEGARA DALAM MENINGKATKAN INVESTASI ASING (Strategy of Banjarnegara in Rising Foreign Investment)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI KABUPATEN BANJARNEGARA DALAM MENINGKATKAN INVESTASI ASING (Strategy of Banjarnegara in Rising Foreign Investment)"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI KABUPATEN BANJARNEGARA DALAM MENINGKATKAN INVESTASI ASING

(Strategy of Banjarnegara in Rising Foreign Investment) SKRIPSI

Disusun oleh : Mulia Nur Oktaviani

20120510316

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

MOTTO

Kesuksesan adalah hasil usaha kerja keras, ketekunan, kesabaran, kebenaran dalam

tindak dan berfikir. Akhirnya menyerahkan segala sesuatu Kepada Yang Maha

Kuasa.

(R.A. Kartini)

Kita perlu memiliki rencana, gambaran besar. Kita boleh saja menyimpang dari

rencana yang telah dibuat atau mengubah seluruhnya, tetapi paling tidak rencana itu

telah memberikan sesuatu bagi kita untuk dikerjakan.

(Shannun Miller)

Tidak ada orang yang dapat mengubah jalan kita selain diri kita sendiri. Orang lain

hanya bisa membantu sebisanya.

(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillah ya Allah SWT

Dengan segala kerendahan hati dan syukur aku bersimpuh dihadapanmu atas segala rahmat, karunia, dan hidayah yang telah Engkau berikan kepada hambamu yang

penuh dengan kekurangan ini. Sebuah tahapan akhir dalam jenjang pendidikan Strata 1 (S1) ku sekarang ini telah aku selesaikan dengan sebaik – baiknya.

Sebuah karya sebagai akhir dari apa yang aku dapatkan dalam pendidikan selama ini aku persembahkan kepada kedua orang tuaku yang sangat saya cintai Bapak Nuri

Hidayat dab Ibu Sutijah yang senantiasa mengiringi langkahku dengan segenap kasih sayang dan doa, terima kasih semua pengorbanan Ibu dan Bapak selama ini.

Serta Kakak – kakak ku Karlina Septi Nur Setiana, Eduardus Historya Octavianto dan Yolanda Diah Nur Megawati yang selalu memberikan motivasi kepada ku. Tak lupa untuk keponakan ku Razita Eshal Adena yang selalu menberikan keceriaan

(6)

vi

Terimakasih ku persembahkan kepada:

 Keluarga besar saya yang tak henti – hentinya memberikan support

kepada saya

 Thanks to Fani Aprilia Perdani, S.IP dan Nisrina Ainun Nisa, S.IP

yang selalu ada, selalu mendukung, selalu membantu, selalu menyemangati di situasi apapun dari susah maupun senang.

 Thanks to grup “Grup apa ya” yang sekarang udah diganti menjadi “Grup siap dipinang” wkwkwk. Ada Kinan, Ivani, Ahid, Rafi, Rilo,

Wahyu, Oni dan Wahid. Jangan lupa kalo nikah undang – undang.

Hahaha. Oiya, buat Wahid makasih ye pak udah bantuin skripsi ku sampai titik darah penghabisan wkwkwk.

 Untuk Sonya Jihani Syahira S.IP makasih udah melengkapi dan

membantu selama aku kuliah di Jogja. Sampai pada tahap kritis pembuatan skripsi pun Onya san selalu ngebantuin. Diskusi sampai tengah malam dilakuin, makasih juga buat teman Onya san, ada Beje, Bang Tanok, sama Arip.

 Terimakasih kepada teman – teman ku Della Fransisca, Ajeng

Tsaniya, Eky Pratiwi. Tak lupa juga sist Indah (ichagoo), Mbak Wiwiek, Firda, Nanda Putri dan Sofwan.

 Thanks to HI UMY 2012, terutama kelas F ada Husnil Ma’sum, Asep Suryana, Fani, Ainun, Ayu Venus, Mbak Dian, Umi, Melia, dan semuanya. Maaf gak bisa sebut satu per satu hehe

 Thanks to KKN-051 Anak Kandang yaitu Agung, Fadli, Dika, Rudi,

Fani, Ainun, Ratna, Dian, Anindhita, Rita, Miftah, Farah, Tari, Kiki, Dedi, Uki, Teguh dan Badra.

 Thanks to sahabat – sahabatku dari SMA, ada Noveria Anggoro

(7)

vii

 Thanks to Mabes, ada Hap (Hatta Pengong), Kalingga, Mas Erwin,

Anbie, Cahyo, Mas Wim, Ricky, Toni.

 Terimakasih kepada KAMU yang selalu memberikan support, selalu

menjadi pendengar setia keluh kesahku, dan penenangku saat aku sering nangis gegara skripsi ini. Semoga takdir akan membawa kita ke jalan kebahagian. Aamiin

Dan kepada seluruh pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu – persatu.

Saya menyampaikan rasa terimakasih dan penghargaan yang setinggi –

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayahnya kepada kita semua umat manusia, serta shalawat dan salam kepada

junjungan nabi besar Muhammad SAW. Atas kehendak-Nya, semua usaha dan doa

setiap umat di dunia ini terlaksana. Dengan penuh rasa syukur, penulisan skripsi yang berjudul, “Strategi Kabupaten Banjarnegara dalam Meningkatkan Investasi Asing”

dapat terselesaikan.

Bagi setiap umat manusia, sebuah perjuangan dalam meraih cita-cita dan

tujuan merupakan langkah kehidupan yang harus dijalankan dengan penuh

kesungguhan. Tanpa kesungguhan, manusia tidak akan bisa meraih cita-cita dan

tujuan hidupnya. Skripsi ini tidak akan bisa selesai tanpa adanya kesungguhan dan

ridha dari Allah SWT dan dukungan dari orang-orang disekitar. Oleh sebab itu saya

ingin menyampaikan terimakasih kepada:

1. Prof. Bambang Cipto, M.A selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta

2. Dr. Ali Muhammad, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

3. Dr. Nur Azizah selaku Ketua Program Studi Ilmu Hubungan Internasional

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan

(9)

ix

4. Siti Muslihati, S.IP, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Hubungan

Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

5. Drs. Djumadi M. Anwar, M.Si selaku pembimbing yang telah mencurahkan

pikiran dan tenaganya untuk membimbing saya sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini

6. Ade Marup Wirasenjaya,S.IP.,M.A. selaku Dosen Penguji Skripsi I,

terimakasih atas masukan dan saran semoga bisa bermanfaat kedepannya.

7. Grace Lestariana W., S.IP., M.Si selaku Dosen Penguji Skripsi II, terimakasih

atas masukan dan saran semoga bisa bermanfaat kedepannya

8. Drs. Husni Amriyanto Putra, M.Si. selaku Wali Akademik, terimakasih atas

kerjasamanya semoga dapat berlanjut dikesempatan yang akan datang.

9. Seluruh rekan rekan civitas akademika HI UMY, bapak dan ibu dosen HI

UMY yang telah memberikan saya pengetahuan dan pembelajaran buat saya,

administrasi TU HI Pak Jumari, Pak Waluyo, dan Pak Ayub yang membantu

proses administrasi dijurusan berjalan lancar, dan teman - teman HI UMY

angkatan 2012 yang senantiasa memberikan dukungan sehingga susah dan

senang masa studi dapat terlewati.

10.Seluruh pegawai Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten

Banjarnegara, terutama Ibu Siti Zubaedah, Ibu Tuti dan Bapak Amrulloh yang

telah mebantu dan berkenan menerima saya dalam penelitian skripsi.

Terimakasih atas kerjasamanya semoga dapat berlanjut dikesempatan yang

(10)

x

11.Seluruh keluarga besar saya yang tanpa lelah memberikan dorongan dan

semangat sehingga saya dapat menyelesaikan studi ini

12.Terimakasih kepada seluruh teman - teman yang tidak bisa sebutkan satu per

satu telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Mengakhiri kata pengantar ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini

masih perlu banyak masukan dan saran, maka dari itu penulis mengharapkan

masukan dan saran dari pembaca. Semoga Skripsi ini dapat berguna bagi

semua pihak serta perkembangan ilmu pengetahuan dan pembangunan

bangsa.

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb

Yogyakarta, 7 September 2016

(11)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iii

MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Kerangka Dasar Pemikiran ... 8

D. Hipotesa ... 17

E. Metode Penelitian ... 17

F. Batasan Penelitian ... 18

G. Tujuan Penelitian ... 18

H. Sistematika Penulisan ... 19

BAB II KONDISI UMUM DAN POTENSI WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA ... 21

A. Kondisi Umum Wilayah Kabupaten Banjarnegara ... 21

(12)

xiii

C. Potensi Wilayah Kabupaten Banjarnegara ... 26

D. Landasan Hukum Investasi ... 29

BAB III PELUANG INVESTASI ASING DI KABUPATEN BANJARNEGARA 32 A. Sejarah Investasi ... 32

B. Peluang Investasi ... 32

C. Ancaman Investasi ... 46

D. Kekuatan Pendukung Investasi ... 47

E. Hambatan Dalam Berinvestasi ... 50

F. Investasi Asing Yang Ada Di Banjarnegara ... 51

BAB IV STRATEGI KABUPATEN BANJARNEGARA DALAM MENINGKATAN INVESTASI ASING ... 53

A. Strategi eksternal Kabupaten Banjarnegra ... 54

B. Strategi internal Kabupaten Banjarnegara ... 59

BAB V KESIMPULAN ... 67

LAMPIRAN

(13)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Data Peluang Investasi Kawasan Peruntukan Pertanian Kabupaten

Banjarnegara ... 36

Tabel 3. 2 Data potensi pertambangan Kabupaten Banjarnegara ... 40

Tabel 4. 1 Data Pameran/ Expo Tahun 2012 ... 56

Tabel 4. 2 Data Pameran/ Expo Tahun 2013 ... 57

Tabel 4. 3 Data Pameran/ Expo Tahun 2014 ... 57

Tabel 4. 4 Data Pameran/ Expo Tahun 2015 ... 58

(14)
(15)

xi

ABSTRACT

The purpose of this research is to know how the strategy Banjarnegara region government in increasing foreign investment. In globalization era, the economic growth of a region become an important topic in any discussion on the state, whether it is in developed countries and in developing countries. Indonesia is a developing country which continues to boost economic growth. One way to promote economic growth is by way of foreign investment. Indonesia has imposed regional autonomy which each region can manage their own regions. Banjarnegara region government is one of the places that local autonomy, but today still lack the capital to be able to improve the economic growth. To raise capital, Banjarnegara continue to increase foreign investment. Banjarnegara region government uses two strategies to increase foreign investment. The intended strategy is a strategy of external and internal strategies.

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Adanya globalisasi mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi topik penting

dalam pembahasan setiap negara maju maupun negara berkembang. Salah satu motor

penggerak pertumbuhan ekonomi adalah investasi. Investasi atau penanaman modal

merupakan langkah awal kegiatan produksi. Pada posisi semacam ini investasi pada

hakekatnya juga merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Dinamika

investasi mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi dan mencerminkan

marak atau lesunya perekonomian. Dalam menciptakan iklim yang dapat

menggairahkan investasi. Sasaran yang dituju bukan hanya masyarakat atau kalangan

swasta dalam negeri, tetapi juga investor asing.1

Secara garis besar, investasi asing terhadap pembangunan bagi negara sedang

berkembang dapat diperinci menjadi lima. Pertama sebagai sumber dana eksternal,

modal asing dapat dimanfaatkan oleh negara sedang berkembang sebagai dasar untuk

mempercepat investasi dan pertumbuhan ekonomi. Kedua, pertumbuhan ekonomi

yang meningkat perlu diikuti dengan perpindahan struktur produksi dan perdagangan.

Ketiga, investasi asing dapat berperan penting dalam memobilisasi dana maupun

transformasi struktural. Keempat, kebutuhan akan investasi asing menjadi menurun

segera setelah perubahan struktural benar-benar terjadi meskipun modal asing di

masa selanjutnya lebih produktif. Kelima, bagi negara-negara sedang berkembang

1

(17)

2

yang tidak mampu memulai membangun industri-industri berat dan industri strategis,

adanya investasi asing akan sangat membantu untuk dapat mendirikan pabrik-pabik

baja, alat-alat mesin, pabrik elektronik, industri kimia dasar dan sebagainya.

Selama ini investor domestik di negara sedang berkembang enggan

melakukan usaha yang beresiko tinggi seperti eksploitasi sumber-sumber daya alam

yang belum dimanfaatkan dan membuka lahan-lahan baru, maka hadirnya investor

asing akan sangat mendukung merintis usaha. Hal ini menunjukkan bahwa investasi

asing cenderung menaikkan tingkat produktifitas, kinerja dan pendapatan nasional.

Dengan masuknya investasi asing, pemerintah dapat melakukan

pembangunan. Pembangunan tersebut diantaranya perbaikan infrastruktur. Modal

pembangunan infrastruktur tersebut diperoleh dari penerimaan pajak. Pajak tersebut

diperoleh dari deviden dan bunga obligasi yang yang diterima oleh investor asing

yang melakukan investasi di Indonesia baik investasinya secara langsung maupun

investasi tidak langsung yaitu berupa penanaman saham korporasi, surat obligasi,

Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan Surat Utang Negara (SUN). Hal ini sudah diatur

dalam undang-undang. Besarnya pajak yang sudah diatur pemerintah tersebut akan

masuk ke APBN dan dapat digunakan untuk pembangunan infrastruktur di Indonesia.

Jika infrastruktur di Indonesia baik maka akan berpengaruh pada mudahnya akses

industri di Indonesia dan industri Indonesia mendapatkan modal yang cukup sehingga

mampu memproduksi barang sesuai permintaan konsumen.

Investasi asing atau penanaman modal asing sebagai salah satu komponen

aliran modal yang masuk ke suatu daerah dianggap sebagai aliran modal yang relatif

(18)

3

misalnya investasi portofolio maupun utang luar negeri. Investasi asing lebih banyak

mempunyai kelebihan diantaranya sifatnya yang permanen (jangka panjang), banyak

memberikan andil dalam alih teknologi, alih keterampilan managemen dan membuka

lapangan kerja baru.

Indonesia telah memberlakukan adanya otonomi daerah. Pemerintah pusat

memberikan wewenang kepada masing-masing kepala daerah tingkat kabupaten dan

provinsi di seluruh Indonesia untuk mengurus rumah tangganya sendiri. Dalam

konsep otonomi daerah, pemerintah dan masyarakat di suatu daerah memiliki peranan

yang penting dalam peningkatan kualitas pembangunan di daerahnya masing-masing.

Hal ini dikarenakan dalam otonomi daerah terjadi peralihan kewenangan yang pada

awalnya diselenggarakan oleh pemerintah pusat kini menjadi urusan pemerintahan

daerah masing-masing. Meskipun demikian, beberapa daerah-daerah di Indonesia

masih mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah. Salah satu penyebab

rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi di beberapa daerah Indonesia adalah

kelangkaan modal dan untuk memperoleh modal, pemerintah berusaha menarik

pihak-pihak asing untuk mengalihkan dan mengembangkan usaha ke beberapa daerah

di Indonesia.

Sejak kebijakan otonomi daerah diberlakukan tanggal 1 Januari 2001

diharapkan akan dapat mempercepat pertumbuhan dan pembangunan daerah.

Kebijaksanaan otonomi daerah tersebut diatur dalam undang-undang, yaitu

(19)

4

Tahun 1999 tentang perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah. Guna

mendukung kedua undang-undang tersebut, pemerintah telah menerbitkan beberapa

peraturan pemerintah tambahan untuk mempercepat pelaksanaan kebijakan tentang

otonomi daerah.

Sejauh ini kedua undang-undang tersebut secara pokok memberikan sebuah

kebebasan bertindak seluas-luasnya kepada daerah namun tetap dalam kerangka

otonomi daerah yang bertanggung jawab untuk melakukan pengaturan dan

pemerintahan atas wilayahnya secara mandiri tanpa ada campur tangan dari

pemerintah pusat berdasarkan prakarsa dan aspirasi masyarakat daerah tersebut sesuai

dengan kondisi dan potensi daerahnya masing-masing.

Keberadaan kedua undang-undang tersebut dapat dipandang sebagai dampak

positif dari proses reformasi yang bergulir sejak terjadinya krisis ekonomi yang

menandai adanya perubahan paradigma, yaitu perubahan sistem pemerintahan dari

sistem sentralisasi menjadi desentralisasi.

Tujuan utama dari Undang-Undang No.22 Tahun 1999 adalah untuk

meletakkan dasar bagi pelaksanaan otonomi daerah melalui pemberian keleluasaan

kebebasan bertindak kepada daerah untuk menjadi sebuah daerah yang otonom dalam

upaya menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sesuai dengan

amanat Undang-Undang Dasar 1945. Pelaksanaan otonomi daerah secara luas

didasarkan pada prinsip demokrasi, tanggung jawab, partisipasi masyarakat,

kesetaraan dan keadilan serta pertimbangan atas potensi dan diversifikasi daerah.

Sementara tujuan utama Undang-Undang No.25 Tahun 1999 adalah untuk secara

(20)

5

keuangan daerah yang adil dan realisasi sistem perimbangan keuangan antara pusat

dan daerah.

Dalam pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah kota dan pemerintah

kabupaten akan memiliki kewenangan yang cukup untuk melakukan identifikasi,

perencanaan dan evaluasi pembangunan di daerah mereka. Dengan demikian,

pemerintah kota dan pemerintah kabupaten harus siap menyiapkan program

pembangunannya secara konseptual dan operasional. Menyadari kedudukan

pemerintah kota dan pemerintah kabupaten sebagai basis pembangunan negara

berdaulat, hal demikian dapat dikatakan bahwa keberhasilan otonomi daerah akan

banyak tergantung pada seberapa jauh partisipasi pemerintah kota dan pemerintah

daerah dalam kegiatan pembangunan di wilayah mereka. Itu berarti bahwa

masyarakat kota dan kabupaten tersebut harus diberikan kepercayaan dan

kewenangan yang cukup untuk mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan

potensi dan sumber daya setempat. Otonomi daerah diharapkan lebih menopang

negara kesatuan agar dapat berperan dalam era globalisasi dan memberi kemudahan

dalam dunia usaha dan penanaman modal.

Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

Tengah yang melaksanakan otonomi daerah, sehingga masyarakat dan pemerintah

daerah Kabupaten Banjarnegara diharapkan dapat mengurus daerahnya sendiri.

(21)

6

rangka pembangunan yang berkaitan dengan kebijaksanaan pengembangan wilayah

melalui pendekatan pusat pertumbuhan.2

Kabupaten Banjarnegara mempunyai Pendapatan Asli Daerah (PAD) tahun

2013 sebesar Rp. 76.518.412.000. Pada tahun 2014 sebesar Rp. 103.502.350.000.

Kemudian pada tahun 2015 sebesar Rp. 135.071.000.000.3 Untuk konstribusi PAD

dari sektor perizinan (industri) pada tahun 2013 tercatat sebesar Rp. 837.378.518.

Dari data tersebut menunjukan dari tahun 2013-2015 Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Kabupaten Banjarnegara mengalami peningkatan. Namun Kabupaten Banjarnegara

mengalami defisit anggaran sebesar Rp. 128,69 Milyar pada tahun 2015. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Banjarnegara masih mengalami kekurangan

modal untuk meningkatkan perekonomian.

Pertumbuhan ekonomi Banjarnegara pada tahun 2013 berdasarkan pada angka

prediksi dari BPS menunjukan angka sebesar 5,38 persen, dimana laju pertumbuhan

ekonomi yang ada lebih cepat apabila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi

tahun 2012 sebesar 5,25 persen. Namun meskipun mengalami kenaikan, pencapaian

tersebut masih lebih rendah bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi

Jawa Tengah pada tahun yang sama yaitu sebesar 5,81 persen.4

2

Refika Ardila, Analisis pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banjarnegara. Jurnal:Economics Development Analysis Journal diakses dari:

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj/article/viewFile/482/512, pada tanggal 13 November 2015

3

Ringkasan Penjabaran APBD 2012 – 2015, http://www.banjarnegarakab.go.id/v3/index.php/rb-284/apbd/tahun-2013 diakses pada 2 September 2016

4

(22)

7

Dalam hal untuk meningkatkan perekonomian di Kabupaten Banjarnegara

dibutuhkan peran serta penanaman modal asing yang merupakan salah satu

komponen penting dalam pembiayaan pembangunan daerah, oleh sebab itu

pemerintah menetapkan sebuah dasar kebijkan dalam penanaman modal yang

mendorong terciptanya iklim usaha yang kondusif bagi penanam modal untuk

memperkuat daya saing perekonomian, dan mempercepat peningkatan penanaman

modal asing.5

Kabupaten Banjarnegara menyadari dengan adanya modal sebagai salah satu

prasyarat pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu Kabupaten Banjarnegara

menggunakan otonomi daerahnya seperti yang dijelaksan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomer 10 Seri E Tahun 2014 “Bahwa penanaman modal

merupakan salah satu faktor penggerak perekonomian Daerah, pembiayaan

pembangunan Daerah serta menciptakan lapangan kerja yang potensial, sehingga

perlu diberikan berbagai kemudahan pelayanan untuk meningkatkan realisasi

penanaman modal dan kesejahteraan masyarakat dengan menjadikan Kabupaten

Banjarnegara sebagai Daerah yang menarik dan kondusif bagi penanaman modal.”6

Sejak tahun 2010 pemerintah Kabupaten Banjarnegara semakin fokus

membangun daerahnya dengan mengundang investor untuk menanamkan modalnya

5

Wawancara dengan Siti Zubaedah (Kasi II Perizinan) KP2T Kabupaten Banjarnegara pada tanggal 2 November 2015 pukul 10.00 WIB

6

Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomer 10 Seri E Tahun 2014, Tentang Penanaman Modal, diakses dari:

(23)

8

yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.7

Hal ini ditandai dengan masuknya beberapa investor asing dan investor dalam negeri

yang menanamkan modalnya melalui beberapa sektor industri seperti perhiasan

imitasi, wig, bulu mata, dan tekstile. Bahkan, kini banyak pengusaha yang mencari

lahan ratusan hektare untuk memenuhi tujuan usaha mereka. Karena itu, Pemerintah

Kabupaten Banjarnegara telah banyak melakukan persiapan untuk bisa menyikapi

potensi investasi ini dengan regulasi yang memadai, agar jangan sampai investasi

tersebut justru merugikan daerah.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian diatas maka rumusan permasalahan yang dapat dikemukakan

adalah sebagai berikut : Bagaimana Strategi Kabupaten Banjarnegara dalam

meningkatkan investasi asing?

C. Kerangka Dasar Pemikiran

Untuk menjawab rumusan masalah di atas, penulis memerlukan kerangka

dasar pemikiran. Kerangka pemikiran ini digunakan sebagai landasan teoritis yang

relevan dengan permasalahan yang diangkat oleh penulis. Dalam penelitian ini

penulis menggunakan teori kerjasama internasional dan konsep penanaman modal

untuk melihat Strategi Kabupaten Banjarnegara dalam meningkatkan investasi asing.

7

(24)

9 1. Teori Kerjasama Internasional

Saat ini kerjasama internasional menjadi penting dan menjadi salah satu

keharusan setiap negara untuk merepresentasikan kepentingannya. KJ. Holsti

mendefinisikan kerjasama internasional adalah sebagai berikut :

“Sebagian besar transaksi atau interaksi negara dalam sistem internasional

sekarang ini bersifat rutin dan bebas dari konflik. Berbagai jenis masalah nasional, regional, dan global bermunculan, hal tersebut memerlukan perhatian dari berbagai negara. Banyaknya kasus yang terjadi sehingga pemerintah saling berhubungan atau melakukan pembicaraan mengenai masalah yang dihadapi dan mengemukakan berbagai bukti teknis untuk menyelesaikan permasalahan tertentu, beberapa

perjanjian yang memuaskan semua pihak ini disebut dengan kerjasama”8

Pada era globalisisasi ini dengan seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi secara global yang menjadikan dunia lebih maju dan modern, maka

semakin pelik pula permasalahan yang akan dihadapi setiap negara. Hal ini tanpa

disadari juga menyebabkan meningkatnya interaksi dan interdependesi antar negara

dan antar bangsa, dan di sisi yang lain, meningkat pula hubungan internasional yang

diwarnai dengan kerjasama dalam berbagai bidang guna mengatasi permasalahan

yang dihadapi oleh masing-masing setiap negara.

Proses kerjasama internasional tercipta dikarenakan adanya rasa saling

membutuhkan satu sama lain. Hal ini dikarenakan dalam hidup tatanan masyarakat

internasional tidak terlepas dari hubungan antara satu dengan lainnya. Hubungan

8

(25)

10

yang terjadi inilah yang biasa disebut dengan interaksi. Interaksi ini sendiri dapat

merupakan suatu hubungan sosial yang dinamis antar orang-perorangan, antar

kelompok maupun antar negara dalam lingkup internasional. Di era globalisasi,

frekuensi interaksi yang terjadi bertambah tinggi yang disebabkan oleh

perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan. Interaksi tersebut menyebabkan

terbentuknya suatu kerjasama baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial-budaya dan

lain sebagainya.

Kerjasama internasional pada masa sekarang sudah berkembang. Aktor dalam

melakukan kerjasama internasional tidak lagi hanya antar Negara. Hal ini

dikarenakan adanya pergesaran peran aktor dalam hubungan transnasional yang tidak

lagi bersifat state centric. Pergeseran tersebut tidak serta merta menghapuskan

makna utama kedaulatan Negara, namun untuk mendorong kepada pengaturan yang

lebih komprehensif. Sehingga tiap aktor dalam kerjasama internasional, baik itu aktor

Negara maupun aktor non Negara dapat melakukan kerjasama internasional yang

lebih luas.

Sebelum ada otonomi daerah, setiap daerah yang ingin melakukan kerjasama

dengan pihak lain diluar negeri sering terkendala oleh tidak adanya kewenangan

untuk hubungan/bekerjasama dengan negara asing karena hubungan luar negeri masih

menjadi wewenang pihak pemerintah Pusat. Oleh karena itu, pemerintah pusat

undang – undang yang berisi tentang Otonomi Daerah yang didalamnya memuat

kewenangan daerah untuk melakukan hubungan luar negeri/kerjasama luar negeri

(26)

11

sehingga dapat dipergunakan untuk kesejahteraan masyarakat serta bertujuan untuk

dapat mencapai visi misi daerah tersebut.

Dengan adanya otonomi daerah, aktor hubungan internasional tidak hanya

negara namun juga provinsi dan kabupaten atau kota. Hal ini mempunyai implikasi

terhadap pola hubungan internasional yaitu pemerintah pusat dalam hal ini BKPM RI

menempatkan aparatur disetiap provinsi atau pemerintah kabupaten dan kota dapat

membentuk bidang/bagian yang mengurusi hubungan/kerjasama luar negeri secara

otonom.

Otonomi berasal dari bahasa Yunani, autos yang berarti sendiri dan nomos

berarti perintah. Otonomi bermakna memerintah sendiri. Sedangkan otonomi daerah

memiliki arti wewenang hak dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus rumah

tangga sendiri sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.9

Meskipun sebagian wewenang pusat dilimpahkan kedaerah namun kedaulatan, politik

luar negeri, mata uang, hukum, undang-undang tetap menjadi wewenang pusat.

Namun demikian, meskipun Politik luar negeri masih menjadi wilayah pemerintah

pusat, adanya tekanan diplomasi dan arah kebijakan luar negeri akan diikuti oleh

unsur-unsur kepentingan nasional dan daerah, dimana hubungan ekonomi

internasional menjadi semakin peka terhadap ekonomi dalam negeri. Dengan

demikian otonomi Daerah telah memungkinkan suatu daerah atau provinsi dapat

mengadakan hubungan luar negeri.

9

(27)

12

Kerjasama internasional dalam bentuk investasi asing yang dilakukan oleh

kedua belah pihak dapat dikategorikan sebagai gagasan yang melewati lintas batas

negara tanpa dikendalikan oleh pusat. Kerjasama internasional sangat perlu dilakukan

tidak hanya terbatas oleh Negara tetapi juga oleh semua sektor masyarakat yang ada.

Sebelum diberlakukannya UU Nomor 32 tahun 2004, kewenangan melakukan

kerjasama internasional telah dimulai sejak diberlakukannya UU tentang Pemerintah

Daerah tahun 1999 atau yang lebih dikenal sebagai UU otonomi daerah. Dalam UU

Nomor 32 tahun 2004, kewenangan daerah otonom untuk melakukan kerjasama luar

negeri ini tetap berlaku sebagaimana terdapat dalam pasal 42 ayat (1), bahwa DPRD

mempunyai tugas dan wewenang untuk memberikan persetujuan terhadap rencana

kerjasama internasional yang dilakukan oleh pemerintah daerah.10

Dalam sistem internasional, khususnya dalam kehidupan bernegara tentunya

sebuah negara tidak dapat terlepas dari negara lain. Kepentingan dasar negara untuk

menjalin hubungan internasional dengan negara lain adalah merupakan keharusan

yang tidak dapat ditawar-tawar. Dalam memenuhi kebutuhannya, setiap negara tentu

harus mengadakan hubungan dengan negara

lain yang diwujudkan dalam suatu bentuk kerjasama.

Kerjasama Kabupaten Banjarnegara merupakan kerjasama internasional yang

dilakukan oleh aktor non negara yaitu aktor yang merupakan bagian-bagian dari

birokrasi Pemerintah Pusat bisa berupa pemerintah kota atau negara bagian, provinsi

dan juga kabupaten yang telah diberi wewenang atau hak otonomi sebagai bagian dari

10

(28)

13

birokrasi Pemerintah Pusat. Salah satu contoh kerjasama yang diwujudkan dengan

masuknya beberapa perusahaan asing yang menanamkan modalnya di Kabupaten

Banjarnegara sebagai aktor non Negara yang termasuk diantaranya adalah Korea

dengan Perusahaan PT. Cosmoprof di tahun 2010 melakukan kerjasama dalam

bidang industri bulu mata. Badan Koordinasi Penanaman Modal RI (BKPM) sebagai

unsur pemerintah pusat, kemudian diteruskan oleh Kantor Pelayanan Perizinan

Terpadu (KP2T) dalam kedudukannya sebagai local government yaitu pemerintah

Kabupaten Banjarnegara. Secara kewenangan, Pemerintah Indonesia berperan

sebagai fasilitator dan Kabupaten Banjarengara menjadi implementator proyek

kegiatan hubungan kerjasama dengan beberapa perusahaan asing.

2. Konsep Penanaman Modal

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2007 tentang

penanaman modal. Penanaman Modal adalah segala bentuk kegiatan menanam

modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk

melakukan usaha di wilayah Republik Indonesia. Penanaman Modal dalam Negeri

adalah kegiatan menanam untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik

Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunanakan

modal dalam negeri.11 Penanaman Modal Asing adalah kegiatan menanamkan modal

untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh

11

(29)

14

penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun

patungan dengan penanam modal dalam negeri.

Ada beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli dalam kaitanya dengan

berbagai faktor yang mempengaruhi penananman modal asing atau investasi asing

disuatu negara. Dalam Teori Penanaman Modal yang dikemukakan oleh Alan

M.Rugman menyatakan bahwa Penanaman Modal Asing (PMA) dipengaruhi oleh

dua faktor yaitu: variabel lingkungan dan variabel internalisasi.12 Pertama, variabel

lingkungan, variabel lingkungan sering dikenal dengan istilah keunggulan spesifik

Negara atau spesifik lokasi.

Ada tiga unsur yang membangun variabel lingkungan yaitu: ekonomi, non

ekonomi, dan modal pemerintah. Variabel ekonomi membangun fungsi produksi

suatu bangsa secara kolektif, yang secara definitif meliputi semua input faktor yang

ada di masyarakat, antara lain tenaga kerja, modal (dana), teknologi dan tersedianya

sumber daya alam dan ketrampilan manajemen yang disebut human capital.13

Adapun variabel non ekonomi yang memotifasi masuknya modal asing adalah

keseluruhan kondisi politik, hukum dan sosial budaya yang melekat pada suatu

Negara. Adapun pengamat yang juga memasukan faktor pemerintahan yang bersih

berwibawa pada suatu negara (clean goverment and good governance) baik tuan

rumah (host country) ataupun pemerintah asal penanam modal itu. Selain sikap

pemerintah yang lebih terbuka dengan segala kebijakan yang tidak memberatkan para

12

Sidik Jatmika, Otonomi Daerah Dalam Perspektif Hubungan Internasional . Yogyakarta:Bigraf Publishing, 2001, hal 78

13

(30)

15

investor asing yang ingin menanamkan modalnya juga menjadi salah satu faktor yang

menentukan dalam penanaman modal asing disuatu lokasi. Kedua, varibel

Internalisasi atau keunggulan spesifik perusahaan. Ini merupakan yang kadang juga

disebut sebagai faktor spesifik pemilikan.14

Dalam konsep Penanaman Modal yang dikemukakan oleh Alan M. Rugman

menyatakan bahwa Penanaman Modal Asing (PMA) dipengaruhi oleh dua faktor

yaitu variabel lingkungan dan variabel internalisasi.15 Dalam hal ini kabupaten

Banjarnegara secara umum sebagai tuan rumah (host country) harus memperhatikan

faktor-faktor yang sangat mempengaruhi penanaman modal asing diantaranya adalah

variabel lingkungan. Jadi dengan adanya konsep penanaman modal Pemerintah

daerah Banjarnegara diharapkan bisa mengetahui bagaimana cara berinvestasi yang

menguntungkan kedua belah pihak, kabupaten Banjarnegara berupaya untuk mencari

ciri khas yang membedakan dengan kabupaten lain serta upaya meningkatkan daya

saing iklim investasi, dan bagaimana cara meningkatkan investor asing yang akan

menanamkan modalnya di suatu negara.

Adapun keunggulan spesifik lokasi atau variabel lingkungan yang terdapat di

Kabupaten Banjarnegara adalah karena mempunyai banyak potensi, peluang dan

sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan para investor untuk menanamkan

modalnya di Kabupaten Banjarnegara. Sehingga pemerintah melakukan penyebaran

informasi dan potensi daerah melalui promosi investasi dan kerjasama. Variabel non

14

Alan M. Rugman. Bisnis Internasional I. Jakarta: PT. Intermasa, 1993, hal 147

15

(31)

16

ekonomi yang memotifasi masuknya modal asing adalah keseluruhan kondisi politik,

hukum dan sosial budaya di Kabupaten Banjarnegara yang cukup kondusif untuk

melakukan kerjasama atau proses investasi. Faktor pemerintah yang bersih dan

berwibawa dimana sikap pemerintah yang lebih terbuka dengan segala kebijakan

yang tidak memberatkan para investor asing yang ingin menanamkan modalnya juga

menjadi salah satu faktor yang menentukan dalam penanaman modal asing disuatu

lokasi.

Dengan adanya konsep penanaman modal Kabupaten Banjarnegara

diharapkan bisa mengetahui bagaimana cara berinvestasi yang menguntungkan kedua

belah pihak, Kabupaten Banjarnegara berupaya mencari ciri khas yang membedakan

dengan daerah lain serta upaya meningkatkan daya saing iklim investasi, dan

bagaimana cara meningkatkan investor asing yang mau menanamkan modalnya

(32)

17 D. Hipotesa

Dengan melihat permasalahan yang telah diuraikan di atas dan didukung oleh

teori dan konsep yang dianggap dapat membantu analisa, maka penulis mengajukan

hipotesa bahwa Kabupaten Banjarnegara dalam meningkatkan Investasi Asing melaui

dua cara yaitu:

1. Melakukan strategi ekstenal berupa mempromosikan kerjasama internasional

khususnya dengan perusahaan – perusahaan Korea Selatan

2. Melakukan strategi internal berupa meningkatkan kualitas pelayanan publik

dengan kemudahan berinvestasi

E. Metode Penelitian

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik library

research yaitu dengan cara mengumpulkan data dari literatur yang berhubungan dengan investasi Asing di Kabupaten Banjarnegara serta data-data yang mendukung

dalam menganalisis masalah yang telah disebutkan sebelumnya. Data-data tersebut

berupa buku-buku, dokumen, artikel, jurnal dan surat kabar atau majalah yang

menunjang penelitian yang dilakukan. Selain itu, observasi lapangan secara langsung

juga menjadi salah satu teknik pengumpulan data yang akan dilakukan. Adapun,

langkah-langkah observasi yang dilakukan dalam penelitian ini melalui metode

wawancara terhadap orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi yang

dibutuhkan bersangkutan dengan judul yang diangkat untuk diteliti dan dapat

(33)

18

Adapun tempat-tempat yang telah dikunjungi selama pengumpulan data, yaitu

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Banjarnegara, Kantor Pelayanan Perizinan

Terpadu (KP2T) Kabupaten Banjarnegara dan perpustakaan-perpustakaan. Data yang

digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer

yaitu data yang diperoleh melalui wawancara dari informan secara mendalam guna

mendapatkan informasi yang obyektif. Sedangkan data sekunder diperoleh dari teknik

pengumpulan data melalui library research, yaitu penelusuran literatur data

kepustakaan dari berbagai terbitan resmi yang terdiri dari buku, dokumen, jurnal,

majalah dan surat kabar.

F. Batasan Penelitian

Dalam upaya untuk membatasi pembahasan agar tidak terlalu meluas dan

semakin kabur maka penulis memberikan batasan pembahasan jangkauan waktu dari

data yang digunakan. Penulis mengfokuskan penelitian ini sejak tahun 2012-2015.

Kemudian dalam jangkauan pembahasan lebih diarahkan mengenai strategi

internasional yang dilakukan Kabupaten Banjarnegara dalam meningkatkan investasi.

G. Tujuan Penelitian

Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi apa

saja yang dilakukan kabupaten Banjarnegara dalam rangka meningkatkan investasi

asing. Dengan adanya hubungan internasional, akan terciptanya kerjasama

internasional oleh beberapa negara yang tentunya menguntungkan kedua belah pihak.

Kemudian penulis bertujuan menggambarkan upaya para investor dalam

menanamkan modalnya dan hambatan-hambatan dalam meningkatkan investasi

(34)

19 H. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dari penelitian yang dilakukan,

maka disusun sistematika penulisan yang berisi informasi yang mencakup materi dan

hal-hal yang dibahas pada setiap bab, adapun sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I

Pada BAB I ini akan berisikan mengenai judul, alasan pemilihan judul, latar

belakang masalah, rumusan masalah, kerangka dasar pemikiran, hipotesa, jangkauan

penelitian, metode penelitian, tujuan penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II

Pada BAB II ini akan memaparkan mengenai kondisi umum dan potensi

Kabupaten Banjarnegara

BAB III

Pada BAB III ini akan memaparkan mengenai sejarah investasi di Kabupaten

Banjarnegara, landasan hukum investasi dan masalah-masalah subtansi

(35)

20 BAB IV

Pada BAB IV ini akan menjelaskan mengenai bagaimana Kabupaten

Banjarnegara dalam meningkatkan investasi asing yaitu dengan menggunakan

strategi internal dan strategi eksternal.

Bab V

Pada BAB V ini akan menjelaskan mengenai penutup dan kesimpulan dari

(36)

21

BAB II

KONDISI UMUM DAN POTENSI WILAYAH KABUPATEN

BANJARNEGARA

Dalam bab II ini penulis akan memaparkan tentang kondisi umum Kabupaten

Banjarnegara yang didalamnya akan membahas keadaan geografis, potensi daerah,

visi dan misi pembangunan Kabupaten Banjarnegara, kemudian dalam bab ini akan

dipaparkan tentang landasan hukum-hukum investasi di Indonesia serta membahas

masalah-masalah substansi Undang Undang Otonomi Daerah yang sedang berlaku

saat ini.

A. Kondisi Umum Wilayah Kabupaten Banjarnegara 1. Sejarah

Banjar Watulembu ialah nama sebelum wilayah Kabupaten Banjarnegara

terbentuk. Raden Tumenggung Dipoyudho IV merupakan Bupati Banjar Watulembu

yang resmi dilantik pada tanggal 22 Agustus 1831. Raden Tumenggung Dipoyudho

IV meminta izin kepada Paku Buwana VII di Kasunanan Surakarta untuk

memindahkan kota kabupaten ke sebelah selatan Sungai Serayu. Setelah permintaan

tersebut dikabulkan, dimulailah pembangunan kota kabupaten yang semula berupa

daerah persawahan yang luas. Untuk mengenang asal mula Kota Kabupaten baru

yang berupa persawahan dan telah dibangun menjadi kota, Kabupaten baru tersebut diberi nama “Banjarnegara” yang mempunyai arti Banjar adalah sawah dan Negara

adalah Kota. Dulunya merupakan lahan sawah, sekarang sudah menjadi kota, pusat

(37)

22

Raden Tumenggung Dipoyudo IV mempersiapkan segala sesuatu yang

menjadi keperluan Kabupaten baru ini. Bupati beserta semua pegawai Kabupaten

pindah dari Banjar Watulembu ke kota yang baru (Banjarnegara), dikarenakan pada

saat pengangkatannya status Kabupaten Bajar Watulembu yang terdahulu otomatis

telah dihapus. Oleh sebab itu, Raden Tumenggung Dipoyudho IV dikenal sebagai

Bupati Banjarnegara Pertama. Nama Dipoyudho pun diabadikan menjadi nama jalan

di Kabupaten Banjarnegara, Jalan Dipayuda.

Peristiwa Pengangkatan Raden Tumenggung Dipoyudho IV pada tanggal 22

Agustus 1831 sebagai Bupati Banjarnegara inilah yang dijadikan dasar penetapan

Hari Jadi Kabupaten Banjarnegara. Sesuai dengan Keputusan Hari Jadi Kabupaten

Banjarnegara tanggal 1 Juli 1981 dan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II

Banjarnegara Nomor 3 Tahun 1994 Tentang Hari Jadi Kabupaten Banjarnegara.

2. Letak Geografis

Secara Astronomi Kabupaten Banjarnegara terletak diantara 7°12’ – 7°31’

Lintang Selatan dan 109°20’ – 109°45’ Bujur Timur. Kabupaten Banjarnegara

mempunyai luas wilayah 106.970,997 Ha atau sekitar 3,29% dari luas wilayah

Propinsi Jawa Tengah (3,25 juta Ha), terbagi menjadi 20 Kecamatan, 12 Kelurahan

dan 253 Desa. Luas tersebut terbagi atas lahan sawah sebesar 14.807 Ha atau 13,84%

dari wilayah keseluruhan Kabupaten Banjarnegara dan Lahan Bukan Sawah sebesar

71.954 Ha atau 67,26% dari total Kabupaten. Sedangkan lahan bukan pertanian

sebesar 20.210 Ha atau 18,89%.

(38)

23

Sebelah Utara : Kab. Pekalongan dan Kab. Batang

Sebelah Timur : Kab. Wonosobo

Sebelah Selatan : Kab. Kebumen

Sebelah Barat : Kab. Banjarnegara dan Kab. Banyumas

3. Topografis

Wilayah Kabupaten Banjarnegara terletak pada jalur pegunungan di bagian

tengah Jawa Tengah sebelah Barat yang membujur dari arah Barat ke Timur. Ditinjau

dari ketinggiannya Kabupaten Banjarnegara sebagian besar berada pada ketinggian

100 – 500 meter dpl sebesar 37,04 %, kemudian antara 500 – 1.000 m dpl sebesar

28,74%, lebih besar dari 1.000 m dpl sebesar 24,40 % dan sebagian kecil terletak

kurang dari 100 m dpl sebesar 9,82 %. Berdasarkan bentuk tata alam dan penyebaran

geografisnya dapat digolongkan:

a. Bagian Utara, terdiri dari Daerah pegunungan relief bergelombang dan curam.

b. Bagian tengah, terdiri wilayah dengan relief datar.

c. Bagian Selatan, terdiri dari wilayah dengan relief curam

4. Klimatologis

Kabupaten Banjarnegara beriklim tropis, musim hujan dan musim kemarau

silih berganti sepanjang tahun. Bulan basah umumnya lebih banyak dari bulan kering.

Curah hujan tertinggi pada tahun 2014 terjadi di Kecamatan Susukan sebanyak 4.209

(39)

24

terjadi di Kecamatan Purwareja Klampok sebesar 2.901 mm per tahun dengan 125

hari hujan.

5. Keadaan Penduduk Dan Tenaga Kerja Daerah

Pada akhir tahun 2014 proyeksi Penduduk sebanyak 898.896 jiwa, terdiri dari

450.374 laki-Iaki dan 448.522 perempuan, yang berarti mengalami kenaikan sebesar

6.449 jiwa atau sebesar 0,72 persen dari jumlah penduduk akhir tahun 2013 sebanyak

892.447 jiwa. Kepadatan penduduk akhir tahun 2014 sebesar 840 jiwa per km², yang

berarti bahwa setiap 1 km² luas wilayah Kabupaten Banjarnegara, dihuni oleh sekitar

840 orang. Kecamatan Banjarnegara, Purworejo Klampok dan Rakit adalah

kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi, masing-masing dengan

jumlah kepadatan 2.227 jiwa per km², 2.131 jiwa per km² dan 1.536 jiwa per km².

Sedangkan kecamatan yang tingkat kepadatan penduduknya rendah adalah

Kecamatan Pandanarum dan Kecamatan Pagedongan, yakni sebesar 363 per km² dan

440 per km². Laju Pertumbuhan Penduduk Pertumbuhan penduduk dari tahun 2013

ke tahun 2014 naik sebesar 0,72 persen.

Ketenagakerjaan banyaknya permintaan tenaga kerja yang tercatat pada tahun

2014 sebanyak 4.551 orang, sedangkan jumlah pencari kerja yang belum ditempatkan

pada tahun 2014 sebanyak 14.223 orang, dengan rincian 7.555 orang laki-laki dan

6.668 orang perempuan. Adapun pencari kerja yang telah ditempatkan pada tahun

2014 sebanyak 4.544 orang, dengan rincian 1.550 orang laki-laki dan 2.994 orang

perempuan. Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri merupakan salah satu

(40)

25

Negeri pada tahun 2014 sebanyak 581 orang, dan didominasi oleh wanita yaitu

sebanyak 516 orang.

B. Visi Dan Misi Kabupaten Banjarnegara

Visi dan Misi Kabupaten Banjarnegara yang tertera dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kabupaten Banjarnegara tahun

2011-2016 yaitu:16

VISI

“TERWUJUDNYA MASYARAKAT YANG MANDIRI DAN BERDAYA SAING,

MENUJU MASYARAKAT SEJAHTERA YANG BERAAKHLAK MULIA"

MISI

1. Mewujudkan Peningkatan Kesejahteraaan Masyarakat Melalui

Pembangunan Berbasis Pertanian dan Potensi Lokal Yang Berdaya Saing.

2. Mewujudkan Penyelenggaraan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik.

3. Mewujudkan Kondisi Aman, Damai, Demokratis dan Religius.

4. Mewujudkan Pembangunan Berwawasan Lingkungan Hidup yang

Berkelanjutan.

5. Mewujudkan Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia dengan

Prioritas Penegakan Hukum, Penghargaan Hak Asasi Manusia,

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

16

Visi dan Misi Kabupaten Banjarnegara dalam

(41)

26

6. Mewujudkan Pembangunan Karakter Bangsa Melalui Pengembangan Seni

Budaya, Penghargaan Tradisi dan Kearifan Lokal.

C. Potensi Wilayah Kabupaten Banjarnegara

Kabupaten Banjarnegara mempunyai potensi sumber daya alam dan

lingkungan yang beragam untuk dikembangkan. Namun potensi yang ada tersebut

belum termaanfaatkan secara optimal. Untuk meningkatkan potensi Kabupaten

Banjarnegara membagi dalam berbagai kawasan budidaya. Kawasan budidaya di

Kabupaten Banjarnegara terdiri atas:17

1. Kawasan peruntukan hutan dan perkebunan produksi

Kawasan peruntukan hutan produksi kurang lebih adalah seluas

15.368 ha, yang meliputi Kecamatan Banjarmangu, Banjarnegara, Batur,

Bawang, Kalibening, Karangkobar, Mandiraja, Madukara, Pagedongan,

Pagentan, Pandanarum, Pejawaran, Punggelan, Purwanegara, Purwareja

Klampok, Sigaluh, Susukan, dan Wanayasa.

2. Kawasan peruntukan pertanian

Kawasan ini meliputi Kecamatan Banjarmangu, Batur, Banjarnegara,

Bawang, Kalibening, Karangkobar, Mandiraja, Madukara, Pagedongan,

Pagentan, Pandanarum, Punggelan, Purwanegara, Purwareja Klampok,

Pejawaran, Rakit, Sigaluh, Susukan,Wanadadi, dan Wanayasa. Kawasan

peruntukan pertanian tanaman pangan terbagi menjadi lahan irigasi dengan

17

(42)

27

luas 13.294 ha dan lahan bukan irigasi dengan luas 5.785 ha. Lahan

peruntukan pertanian tanaman pangan diarahkan menjadi lahan pertanian

pangan berkelanjutan dengan luas 12.147 ha.

3. Kawasan peruntukan perikanan

Kawasan peruntukan perikanan berupa perikanan air tawar yang

berada di berbagai Kecamatan, meliputi: Kecamatan Rakit, Mandiraja,

Purwanegara, Bawang, dan Wanadadi. Ikan tawar yang dimaksud adalah ikan

gurami, ikan lele, ikan patin dan ikan nila.

4. Kawasan peruntukan pertambangan

Kawasan peruntukan pertambangan terdiri atas kawasan pertambangan

mineral dan batubara, kawasan pertambangan panas bumi, dan kawasan

pertambangan minyak dan gas bumi. Kawasan pertambangan mineral dan

batubara terdiri atas mineral logam (meliputi Kecamatan Banjarmangu,

Pagentan, Karangkobar, Batur, Pejawaran, Wanayasa, Kalibening,

Pandanarum, Punggelan, Sigaluh, Pagedongan, Bawang, Purwanegara, dan

Susukan); mineral bukan logam (meliputi seluruh kecamatan di Kabupaten

Banjarnegara); batuan (meliputi Kecamatan Karangkobar, Sigaluh, Wanayasa,

Punggelan, Pagentan, Pejawaran, Bawang, Pagedongan, Purwanegara,

Banjarnegara, Kalibening, Pandanarum, Banjarmangu, dan Mandiraja serta

sepanjang Sungai Serayu, Merawu, Pekacangan, Brukah, Sapi, Bombong,

(43)

28

Kawasan pertambangan panas bumi meliputi Kecamatan Batur,

Pejawaran,Wanayasa, Susukan, dan Kalibening. Untuk kawasan

pertambangan minyak dan gas bumi di Kabupaten Banjarnegara terdiri atas

Kecamatan Banjarmangu, Pagentan, Sigaluh, Madukara, Banjarnegara,

Karangkobar, Wanadadi, Rakit, Batur, Pejawaran, Bawang, Pagedongan,

Wanayasa, Kalibening, Pandanarum, Purwanegara, Susukan dan Punggelan.

5. Kawasan peruntukan industri

Rencana pengembangan kegiatan industri meliputi industri besar,

industri menengah, dan industri kecil dan/atau mikro. Kawasan peruntukan

industri untuk kegiatan industri besar dan menengah yang berpotensi

menimbulkan dampak lingkungan berlokasi di Kecamatan Susukan dengan

luas 182 ha. Kegiatan industri menengah yang tidak berpotensi menimbulkan

dampak lingkungan dapat berlokasi di luar kawasan peruntukan industri di

seluruh kecamatan. Sedangkan industri kecil dan/atau mikro dikembangkan di

seluruh kecamatan.

6. Kawasan peruntukan pariwisata

Kawasan peruntukan pariwisata meliputi kawasan pariwisata

alam,kawasan pariwisata budaya, dan kawasan pariwisata buatan. Kawasan

pariwisata alam terdiri atas kawasan Dataran Tinggi Dieng, kawasan Wisata

Arung Jeram Sungai Serayu, kawasan Wisata Gunung Lawe, kawasan Wisata

(44)

29

Mandala, kawasan Wisata Pemandian Air Panas, kawasan Wisata Hutan

Pinus di Kecamatan Pagedongan, dan kawasan pariwisata alam lain yang

ditetapkan kemudian. Kawasan pariwisata budaya terdiri atas kawasan Candi

Dieng, kawasan wisata sentra seni kerajinan Klampok, kawasan wisata sentra

batik di Kecamatan Susukan, dan kawasan pariwisata budaya lain yang

ditetapkan kemudian. Sedangkan kawasan pariwisata buatan terdiri atas

kawasan wisata Taman Rekreasi Margasatwa Serulingmas (TRMS), kawasan

wisata Waduk Panglima Besar Jenderal Sudirman, dan kawasan agrowisata

hortikultura, serta kawasan pariwisata buatan lain yang ditetapkan kemudian.

Melihat berbagai potensi kawasan wilayah Kabupaten Banjarngara tersebut

dapat dilihat pada lampiran I.

D. Landasan Hukum Investasi

Lahirnya Undang-undang Nomor 1 tahun 1967 Jo Undang-undang Nomor 11

tahun 1979 dan undang-undang nomor 6 tahun 1968 Jo undang-undang Nomor 12

tahun 1970 Jo Undang-undang Nomor 25 tahun 2007 memberikan kemudahan bagi

pelaksanaan penanaman modal (invetasi). Sejak Undang-undang PMA tahun 1967,

aliran modal asing setiap tahun menunjukan perkembangan dan peningkatan, baik

dilihat dari kuantitatif maupun kualitatif.

Kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah pusat yang tertuang dalam

peraturan perundang-undangan tentang penanaman modal sebelum otonomi daerah

diberlakukan ternyata hanya menguntungkan pemerintah pusat saja, sedangkan

(45)

30

lambatnya pembangunan di daerah karena pembangunan di fokuskan di pusat saja.

Seharusnya pemerintah pusat memberikan apa yang seharusnya menjadi hak daerah.

Kebijakan Investasi asing di Indonesia telah diatur melalui Undang-undang

No. 1 Tahun 1967 Jo Undang-undang No. 11 Tahun 1970 Jo. Undang-undang No. 25

Tahun 2007 serta peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2004, ditahun 1966 dan 1967,

pemerintah orde baru memulai langkah pengambilan perusahaan asing melalui

Undang-undang tersebut memberikan berbagai insentif yang ditawarkan antara lain:

a. Masa pembebasan pajak perseroan, untuk waktu paling lama enam

tahun terhitung dari saat usaha mulai berproduksi.

b. Pembebasan pajak deviden atas bagian laba yang dibayarkan kepada

pemegang saham. Sejauh laba tersebut diperoleh dalam jangka waktu

yang tidak melebihi waktu enam tahun sejak beroperasi.

c. Keringanan pajak perseroan atas keuntungan yang ditanamkan

kembali dalam perusahaan bersangkutan terhitung dari saat

penanaman kembali berupa perangsang penanaman (investment

allowance).

d. Pembebasan bea masuk dan pajak penjualan atas pemasukan

barang-barang perlengkapan tetap dan barang-barang-barang-barang modal kerja.

e. Pembebasan bea masuk materi atas penempatan modal yang berasal

dari modal asing.

f. Jaminan tidak ada nasionalisasi, kecuali dengan undang-undang

dinyatakan bahwa kepentingan nasional menyatakan demikian, jika

(46)

31

dan cara pembayaran yang disetujui oleh kedua belah pihak

berdasarkan atas hukum internasional yang berlaku.

g. Keleluasaan penggunaan tenaga asing pada posisi yang belum bisa

diisi tenaga lokal.

h. Kepastian batas waktu usaha maksimal dan prosedur perpanjangan

masa usaha.18

Pemberlakuan undang-undang yang mengatur masalah investasi asing diatas

setidaknya akan memberikan rasa aman bagi investor asing yang akan menanamkan

modalnya di Indonesia.Pemamparan yang disampaikan dalam bab ini setidaknya

telah menggambarkan keadaan geografis Kabupaten Banjarnegara secara umum.

Setelah penulis memaparkan kondisi umum Kabupaten Banjarnegara pada bab ini,

maka dalam bab berikutnya, penulis akan memfokuskan pada peluang dan hambatan

yang dihadapi investor dan pemerintah dalam meningkatkan invetasi asing di

Kabupaten Bamjarnegara.

18

(47)

32

BAB III

PELUANG INVESTASI ASING DI KABUPATEN

BANJARNEGARA

Dalam bab III ini penulis akan membahas mengenai sejarah investasi dan

peluang apa saja yang dapat dimanfaatkan oleh investor asing yang ingin

menanamkan modalnya di Kabupaten Banjarnegara. Selain itu dalam bab ini akan

membahas ancaman yang akan dihadapi dalam meningkatkan investasi asing,

kekuatan pendukung investasi apa saja yang dimiliki serta hambatan apa saja yang

ada dalam investasi asing.

A. Sejarah Investasi

Penanaman modal atau investasi adalah segala bentuk kegiatan penanaman

modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk

melakukan usaha disuatu wilayah atau negara. Penanaman modal asing adalah

kegiatan menanamkan modal untuk usaha diwiliyah negara republik indonesia yang

dilakukan dilakukan oleh penanam modal asing. Penanam modal bisa perseorangan

atau badan usaha.

B. Peluang Investasi

Pemerintah daerah Kabupaten Banjarnegara berusaha mempercepat laju

pertumbuhan ekonomi daerah melalui peningkatan investasi. Untuk meningkatkan

investasi tersebut, pemerintah daerah Kabupaten Banjarnegara memaksimalkan

peluang yang dimiliki. Adapun peluang – peluang yang dimiliki oleh Kabupaten

(48)

33

1. Peluang Investasi Kawasan Peruntukan Hutan dan Perkebunan Produksi Wilayah Kabupaten Banjarnegara memiliki peluang investasi di

kawasan peruntukan hutan dan perkebunan dengan macam – macam jenis

komoditas, antara lain:

a. Teh

Manfaat dan kebutuhan akan teh di masyarakat memunculkan peluang

usaha perkebunan teh yang banyak dicari oleh industri pengolahan teh.

Saat ini, luas lahan perkebunan teh di Kabupaten Banjarnegara 1.824,08

Ha. Jumlah petani 6.453 KK yang tersebar di 5 (lima) wilayah Kecamatan

yaitu: Kecamatan Karangkobar, Wanayasa, Kalibening, Pejawaran, dan

Pagentan. Jumlah produksi pucuk teh segar pada tahun 2015 sebesar

19.96,65 Ton. Saat ini, ada 4 industri teh di Banjarnegara dan sekitarnya

(Pekalongan dan Wonosobo) yang saling berebut untuk mendapatkan

bahan baku pucuk teh segar dari wilayah Kabupaten Banjarnegara. Pabrik

pengolahan teh tersebut tidak mampu berproduksi sesuai dengan kapasitas

pabrik, karena kurangnya bahan baku. Untuk itu, Kabupaten Banjarnegara

terus melakukan pengembangan budidaya teh karena kebutuhan akan

pucuk daun teh yang besar guna memanfaatkan peluang yang ada.

b. Kelapa (Kelapa Butir dan Nira)

Pohon kelapa mempunyai berbagai manfaat. Kelapa yang dihasilkan

dapat dijual dalam bentuk kelapa butir, diolah untuk minyak kalapa murni

(49)

34

juga diolah menjadi gula merah untuk berbagai kebutuhan industri dan

rumah tangga yang sangat besar. Serat serabut kelapa dapat diolah menjadi

furniture, jok mobil, maupun kerajinan. Kebutuhan akan pohon kelapa

merupakan peluang tersendiri untuk dimanfatkan.

Kabupaten Banjarnegara memiliki luas lahan perkebunan kelapa

11.941,27 Ha dengan jumlah petani 43.409 KK yang tersebar di 14

kecamatan. Pada tahun 2015 Kabupaten Banjarnegara mampu

memproduksi 8.995,09 Ton kelapa kering (kopra) atau setara dengan

89.950.090 butir kelapa. Dengan melihat keadaan lapangan di

Banjarnegara sehingga peluang usaha yang dapat diperoleh adalah

dibutuhkannya berbagai industri, seperti:

 Industri minyak goreng kelapa dan minyak kelapa murni –

Virgin Coconut Oil (VCO)

 Industri pengolahan serabut kayu

 Industri pengolahan cocodust (limbah serabut kelapa) menjadi

media tanam (potting mix)

 Industri gula kelapa dengan memanfaatkan nira

c. Albasia

Produksi albasia Kabupaten Banjarnegara dikenal bermutu baik.

Dalam jangka waktu 5 tahun, produksi albasia sudah dapat dipanen sekitar

(50)

35

12.218.39 batang (kepadatan rata – rata 400 pohon per satu hektare)

pertahun. Luas lahan yang tersedia 19.00 Ha, yang tersebar di wilayah

Kabupaten Banjarnegara. Albasia merupakan bahan baku industri

pengelolaan kayu dengan produksi rata-rata 30.000m³ tiap bulan. Hasil

pengolahan kayu Albasia antara lain: Pulp Kertas, Papan Partikel (particle

board), Papan Serat (Piper Board), Kayu Olahan dan Kayu Energi (Bahan

Bakar). Peluang investasi yang dapat diperoleh dari albasia adalah dengan

adanya industri pengolahan kayu.

2. Peluang Investasi Kawasan Peruntukan Pertanian

Pembangunan pada sektor pertanian diarahkan pada upaya

peningkatan mutu, produksi dan pemasaran hasil pertanian serta

mengembangkan usaha tani terpadu guna memantapkan swasembada pangan,

memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, meningkatkan komoditi-komoditi

ekspor, komoditi bahan-bahan industri dalam negeri, meningkatkan taraf

hidup petani, mendorong perluasan dan pemerataan kesempatan usaha dan

kesempatan kerja serta mendorong peran serta swasta untuk mengembangkan

potensi pertanian. Kabupaten Banjarnegara memiliki peluang investasi di

kawasan peruntukan pertanian dengan macam – macam jenis komoditas,

(51)

36

(52)
(53)

38 Wanadadi,

Punggelan,

Pagentan dan

Pandanarum)

Sumber: Profil dan Potensi Investasi Kabupaten Banjarnegara

3. Peluang Investasi Kawasan Peruntukan Perikanan

Kabupaten Banjarnegara sudah sejak lama dikenal sebagai salah satu

sentra perikanan air tawar. Dari Sub sektor perikanan telah mampu

menghasilkan produk perikanan yang cukup berkualitas baik benih ikan

ataupun ikan konsumsi. Dengan pengairan yang lancar ditambah dengan

adanya Bendungan Panglima Besar Sudirman, perkembangan usaha perikanan

semakin maju pesat. Meski tidak mengandalkan debit air bendungan tersebut,

tapi juga adanya peresapan (sumber air) yang mengalir terus sehingga musim

kemarau tidak berpengaruh sekali dalam pembudidayaan usaha perikanan air

tawar. Kabupaten Banjarnegara memiliki peluang investasi di kawasan

peruntukan perikanan dengan macam – macam jenis komoditas unggulan,

antara lain: ikan gurami, ikan lele, ikan patin dan ikan nila.

Pada tahun 2014, Kabupaten Banjarnegara mempunyai luas budidaya

ikan sebanyak 425,08 Ha dengan jumlah produksi sebesar 13.977.660 ton.

Dari jumlah produksi ikan tersebut dibutuhkan pakan ikan berupa pelet yang

cukup besar, namun belum ada pabrik pakan ikan yang mampu mencukupi

(54)

39

(pelet) di Kabupaten Banjarnegara sebanyak 11.855,53 ton. Padahal

Kabupaten Banjarnegara baru bisa memproduksi pelet secara mandiri

sebanyak 36 ton. Untuk dapat memenuhi kebutuhan pakan ikan, Kabupaten

Banjarnegara mengharapkan adanya kerjasama pembuata pabrik pakan ikan

sehingga masih ada peluang investasi untuk membuat pakan ikan sebanyak

11.783,53 ton.

4. Peluang Investasi Kawasan Peruntukan Pertambangan

Dalam rangka meningkatkan kegiatan investasi di Kabupaten

Banjarnegara salah satu potensi yang akan dikembangkan adalah sektor

pertambangan dan galian C yang lokasinya menyebar di wilayah Kabupaten

Banjarnegara. Melihat potensi yang ada, pertambangan yang sudah

tergali/dieksploitasi pada saat ini khususnya di Banjarnegara adalah Feldspar,

batu lempeng, andesit, granit, talk, dan masih banyak beberapa bahan galian

yang belum tergali/dieksploitasi. Mineral/bahan galian yang sudah

digali/dieksploitasi sebagian besar belum/tidak melalui proses pengolahan

terlebih dahulu, bahan tambang yang dijual masih dalam bentuk row

material/bahan baku. Oleh sebab itu investasi pendirian pabrik pengolahan

hasil tambang masih terbuka lebar di Banjarnegara.

Potensi mineral logam belum tergali, untuk izin usaha pertambangan

mineral logam harus melalui prosedur lelang, sudah ada peraturan dan

perundang-undangan yang mengatur hal tersebut. Banjarnegara sudah

(55)

40

PERDA Nomor 11 Tahun 2010 tentang Pertambangan Mineral di Kabupaten

Banjarnegara, dimana PERDA tersebut sudah mengacu kepada Peraturan dan

perundangan dari pemerintah pusat yang mengatur sektor pertambangan

umum.

Sudah ada beberapa investor lokal yang masuk dan berinvestasi di

Banjarnegara, diantaranya PT. Banjar Mineral Resources, PT. Astri Tata

Resources, PT. Tata Mining Resources, yaitu melakukan penyelidikan bahan

tambang untuk mengetahui depositnya sampai dengan studi kelayakan dan

eksploitasi. Hal ini bisa memberikan motivasi kepada investor lain untuk

berinvestasi di Banjarnegara. Jenis pertambangan yang ada di Kabupaten

Banjarnegara adalah :

Tabel 3. 2 Data potensi pertambangan Kabupaten Banjarnegara No Bahan

gallian

Lokasi Cadangan Kegunaan Keterangan

1 Marmer Kecamatan

pabrik pengolahan batu

(56)

41 0 ton

2 Feldspar Kecamatan

(57)

42

Sumber: Profil dan Potensi Investasi Kabupaten Banjarnegara

5. Peluang Investasi Kawasan Peruntukan Industri

Pembangunan industri padat karya di Kabupaten Banjarnegara

merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk memaksimalkan potensi dan

peluang yang ada di Kabupaten Banjarnegara. Oleh karena itu, pembangunan

industri padat karya tersebut dapat menjadi solusi dalam mengoptimalkan

sumber daya alam dan sumber daya manusia yang tersedia di Kabupaten

Banjarnegara.

Adapun industri padat karya yang siap beroperasi di tahun ini (2016)

(58)

43

a. Industri garmen yang berlokasi di desa Masaran kecamatan

Bawang

b. Industri Pengolahan Carica yang berlokasi di kecamatan Klampok

c. Industri pengolahan produk hortikultura yang berlokasi di desa

Panggelak Kecamatan Madukara

6. Peluang Investasi Kawasan Peruntukan Pariwisata

Banjarnegara adalah salah satu tujuan wisata di Jawa Tengah dan

destinasi kedua setelah Candi Borobudur. Dilihat dari peluang investasi

bidang pariwisata, di Kabupaten Banjarnegara terdapat beberapa obyek yang

sangat potensial untuk dikembangkan baik itu wisata alam, wisata

buatan (artificial object) maupun wisata budaya, dan kesenian. Bidang

agrobisnis juga ikut memberikan citra pertanian.

A.Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng

Merupakan dataran tinggi yang terletak di ketinggian 2.093 meter

diatas permukaan air laut. Dataran Tinggi Dieng memiliki udara yang

sangat sejuk dan berjarak kurang lebih 55 km dari pusat kota Banjarnegara.

Kawasan Dataran Tinggi Dieng memiliki luas 110 Ha, merupakan tujuan

wisata berskala nasional dan internasional. Banyak wisatawan

mancanegara yang berasal dari beberapa negara di dunia yang berkunjung

ke Kawasan Dataran Tinggi Dieng, disini terdapat daya tarik berupa wisata

Gambar

Tabel 3. 1 Data Peluang Investasi Kawasan Peruntukan Pertanian Kabupaten
Tabel 3. 2 Data potensi pertambangan Kabupaten Banjarnegara
Tabel 4. 1 Data Pameran/ Expo Tahun 2012
Tabel 4. 2 Data Pameran/ Expo Tahun 2013
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hal-hal yang membatasi dalam pelaksanaan penugasan, harus mendapat perhatian Penilai untuk dinyatakan di Lingkup Penugasan dan dikaitkan dengan asumsi khusus

Aktivitas guru dalam menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa untuk belajar mengambil keputusan melalui materi pesawat sederhana memperoleh skor 3,5 dengan kategori

National Council for the Social Studies (NCSS) mengemukakan bahwa pendidikan global merujuk pada upaya menanamkan pada generasi muda suatu pandangan (perspektif) dunia yang

saat itu Sistem melakukan pengecekan lama harta tersimpan Sistem melakukan pengecekan jumlah harta dibandingkan nisab Pengguna memilih pilihan melakukan penghitungan

Perjuangan (PDIP) Didirikan: Jakarta, 10 Januari 1973 Asas: Pancasila Ketua Umum: Megawati Soekarnoputri Keterangan: Electoral

Aksesbilitas antar zona di hampir semua kota dan kabupaten di Maluku Utara, masih belum merata dan dapat dikatakan masih dalam fase awal pengembangan, untuk pasangan zona

Kolom dielusi dengan campuran pelarut yang cocok, mulai dari pelarut yang kepolarannya rendah lalu kepolarannya ditingkatkan perlahan-lahan, kolom dihisap sampai kering pada setiap

Pemerintah Daerah Kabupaten Banjarnegara khususnya dalam bidang Penanaman Modal yang berada di bawah suatu lembaga pemerintahan Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KP2T)