• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI SALAK NGLUMUT DI GAPOKTAN NGUDILUHUR DESA KALIURANG KECAMATAN SRUMBUNG KABUPATEN MAGELANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI SALAK NGLUMUT DI GAPOKTAN NGUDILUHUR DESA KALIURANG KECAMATAN SRUMBUNG KABUPATEN MAGELANG"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan oleh: Widarti 2012 022 0038

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(2)
(3)

xii

GAPOKTAN NGUDILUHUR SRUMBUNG VILLAGE OF KALIURANG MAGELANG DISTRICT

Widarti

Dr. Sriyadi, SP. MP/ Ir. Lestari Rahayu, MP. Agribusiness Department Faculty Of Agriculture

Muhammadiyah University Of Yogyakarta

ABSTRACT

This study aims to determine the costs and benefits of farming in Gapoktan Ngudiluhur Nglumut salak, salak Nglumut determine the feasibility of farming in Gapoktan Ngudiluhur. This research was conducted in the village of Kaliurang by purposive. This research was conducted in the village of Kaliurang Srumbung Magelang regency. Respondent performed using stratified random sampling method proporsionate in Gapoktan Ngudiluhur Kaliurang village in order to obtain 50 respondents farmers. Data obtained by observation and interviews using questionnaires. Then the data were analyzed using analysis of the feasibility of farming. Farming salak Nglumut in Gapoktan Ngudiluhur Srumbung village of Kaliurang Magelang Regency to develop. Total costs needed in the farming farming salak Nglumut at Kaliurang village Ngudiluhur Gapoktan Rp. 94.17413 million, - with the benefit of Rp 188 107 300, -. The feasibility analysis of farming using NPV, Net B / C, Gross B / C, IRR and Payback Period. Net Present Value (NPV) at the rate of 14% NPV of Rp.19.852.280. This means that the farming salak Nglumut in Gapoktan Ngudiluhur advantageous because NPV value greater than 0 (zero), then salak Nglumut farming feasible to develop. Net B / C amounted to 1,795 and Gross B / C of 1.39 indicates that the benefit gained by the time the plant has produced to cover losses when immature. Net B / C and Gross B / C greater than 1 so farms salak Nglumut feasible. IRR is greater than the discount rate (the interest rate applicable loan) is 24.89% greater than 14% so farms salak Nglumut in Gapoktan Ngudiluhur eligible to run. In calculating the payback period salak Nglumut farming in Gapoktan Ngudiluhur can recover the investment for 4 years and 5 months.

(4)

1

Hortikultura merupakan salah satu komoditi andalan sektor pertanian di Indonesia. Komoditi hortikultura yang banyak dikembangkan di Indonesia antara lain buah-buahan, sayuran dan aneka tanaman hias. Permintaan terhadap produk buah-buahan di pasar dunia cenderung (trend) terus meningkat dari tahun ke tahun, pola perdagangan buah-buahan internasional antara lain ditentukan tingkat konsumsi komoditas tersebut di setiap negara di dunia. Pada dasarnya tingkat konsumsi pada buah disuatu negara dipengaruhi oleh empat faktor penentu, yaitu jumlah penduduk dan tingkat pendidikan atau kemajuan, pendapatan konsumen dan pemerataan pendapatan, harga buah dan pengganti (subtitusinya), serta preferensi konsumen terhadap buah (Gunawan, 2011).

(5)

Tabel 1. Luas Lahan, Produksi, dan Produktivitas Salak Tahun 2010 – 2014

Tahun Luas Panen

(ha)

Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha)

2010 27.223 749.876 27,55

2011 24.729 1.082.125 43,76

2012 26.944 1.035.406 38,43

2013 29.711 1.030.401 34,68

2014* 28.366* 980.969* 34,58*

Keterangan : *) Angka Sementara

Sumber : Renstra Kementan 2015-2019

Dari data tabel 1 diketahui bahwa luas panen salak di Indonesia sejak tahun 2010 sampai 2014 terus mengalami kenaikan dan produksi salak di Indonesia juga relatif meningkat setiap tahunnya serta produktivitas. Walaupun produksi salak cenderung meningkat, sebenarnya masih banyak yang harus dibenahi berkaitan dengan masalah produksi antara lain tentang kualitas yang dihasilkan meliputi rasa, ukuran, penampilan yang bervariasi dan pola pengembangan yang masih tradisional.

(6)

Pada tahun 2010 Kabupaten Magelang merupakan salah satu daerah yang terkena dampak erupsi merapi, kerusakan dan kerugian yang terjadi di Kabupaten Magelang dialami pula oleh Kecamatan Srumbung karena berada di lereng merapi sehingga mengalami kerusakan perumahan, sarana dan prasarana, sektor ekonomi, dan infrastruktur. Warga lereng merapi yang berada di Kecamatan Srumbung bermata pencaharian sebagai petani salak nglumut, namun setelah adanya erupsi merapi tanaman salak nglumut ikut mengalami penurunan produksi dikarenakan sebagian luas lahan tanaman salak nglumut tertimbun abu vulkanik.

Pada tahun 2009 Desa Kaliurang Kecamatan Srumbung memiliki luas lahan sebesar 198 ha dengan hasil produksi sebesar 4.200 kg/ha. Pada tahun 2010 luas lahan dan hasil produksi masih tetap sama dengan tahun sebelumnya, namun ketika pada tahun 2011 luas lahan menurun menjadi 192 ha dan hasil produksi menurun menjadi 3.980 kg/ha (Wulandari, 2013). Pada akhir tahun 2010, abu vulkanik dari semburan erupsi merapi mengakibatkan penurunan produksi dan kualitas salak nglumut. Hasil panen salak nglumut di Desa Kaliurang Kecamatan Srumbung secara tidak langsung akan berimbas pada pendapatan petani salak nglumut.

(7)

pembusukan buah sehingga kualitas dari buah salak nglumut menurun dan kulit salak tidak menarik. Hasil produksi menurun secara tidak langsung juga disebabkan oleh faktor alam yaitu terjadinya kekeringan yang dapat menyebabkan buah salak menjadi kecil, kering dan membusuk sehingga tidak dapat dipanen.

Permasalahan yang dihadapi oleh petani tidak hanya dari faktor alam, namun juga dari input salah satunya bibit. Petani mengalami kesulitan dalam mendapatkan ketersediaan bibit salak nglumut. Selain itu, karena kelangkaan bibit tersebut menyebabkan harga bibit salak menjadi sangat mahal. Pada tahun 2015, terjadi penurunan harga pada salak nglumut karena adanya panen raya. Saat ini harga salak nglumut di pasar tradisional hanya mencapai Rp. 5.000 – Rp. 6.000 per kilogramnya (jogja.tribunnews) sehingga membuat para petani di Desa Kaliurang tidak mendapatkan keuntungan yang tinggi walaupun hasil produksinya tinggi. Rendahnya harga salak nglumut ini disebabkan persaingan dengan banyaknya varian buah salak yang ada di pasar tradisional.

(8)

B. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah diuraikan tersebut, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui biaya dan benefit usahatani salak nglumut di Gapoktan Ngudiluhur Desa Kaliurang Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang. 2. Untuk mengetahui kelayakan usahatani salak nglumut di Gapoktan

Ngudiluhur Desa Kaliurang Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang. C. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan secara nyata dibidang pertanian khususnya tentang usahatani salak nglumut serta menggali pengalaman dilapangan sebagai tambahan pengetahuan yang tidak didapatkan dalam perkuliahan.

2. Bagi petani, hasil penelitian ini dharapkan dapat menambah pengetahuan dan informasi sebagai masukkan dalam rangka memajukan usahatani salak nglumut.

3. Bagi pemerintah, diharapkan hasil penelitian ini dpaat digunakan sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan di sektor pertanian guna meningkatkan pendapatan serta taraf hidup lebih baik, khususnya petani salak nglumut.

(9)
(10)

6

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Manfaat salak

Salak merupakan buah hortikultura asli Indonesia yang cukup produktif sehingga dapat dipanen sepanjang tahun. Buah ini terdiri dari tiga bagian yaitu kulit buah, daging buah dan biji. Jenis salak yang sudah terkenal di wilayah Sleman yaitu salak pondoh namun salak nglumut yang ada di wilayah Magelang tidak kalah saing mulai dari rasa dan tekstur dari buah. Kandungan nilai gizi buah salak setiap didalam 100 gram dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.Kandungan Nilai Gizi Dalam 100 Gram Buah Salak

No Jenis Gizi Nilai Kandungan

1 Energi (kalori) 77,00

2 Protein (gram) 0,40

3 Lemak (gram) 0

4 Karbohidrat (gram) 20,90

5 Kalsium (mgram) 28,00

6 Fosfor (mgram) 18,00

7 Besi (mgram) 4,20

8 Vitamin A (IO) 0

9 Vitamin B1(mgram) 0,04

10 Vitamin C (mgram) 2,00

11 Air (gram) 78,00

Sumber : Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura 2002

(11)

pengawetan salak yang mudah dan cukup ekonomis adalah pengolahan salak segar menjadi manisan dan asinan antara lain kripik salak, dodol salak, gethuk salak, selai salak, serta sirup salak. Namun tidak hanya buah dan daging tetapi kulit dan biji salak juga dapat dimanfaatkan, biji salak dan kulit salak juga dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan kerajinan tangan, biji salak dapat menjadi bantalan jok kursi mobil yang cantik setelah dirajut sedangkan kulit salak dapat dijadikan gantungan kunci yang unik dan lucu.

Menurut Sahputra (2008) hasil uji fitokimia pada sampel daging dan kulit salak menunjukkan bahwa senyawa flavonoid dan tanin lebih dominan dari pada senyawa fitokimia lainnya, serta mengandung sedikit senyawa alkaloid.

1. Flavonoid

Flavonoid merupakan golongan senyawa bahan alam dari senyawa fenolik yang merupakan pigmen tumbuhan. Flavonoid merupakan bagian penting dari diet manusia karena banyak manfaatnya bagi kesehatan. Fungsi flavonoid dalam tubuh manusia adalah sebagai anti oksidan sehingga sangat baik untuk pencegahan kanker. Manfaat flavonoid antara lain adalah untuk melindungi struktur sel, memiliki hubungan sinergis dengan vitamin C (meningkatkan efektivitas vitamin C), antiinflamasi, mecegah kropos tulang, dan sebagai antibiotik.

2. Tanin

(12)

sebagai adstringensia yang banyak digunakan sebagai pengencang kulit dalam kosmetik.

3. Alkaloid

Alkaloid adalah senyawa-senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan yang bersifat basa dan struktur kimianya mempunyai sistem lingkat heterosiklik dengan nitrogen sebagai hereatomnya. Unsur-unsur penyusun alkaloid adalah karbon, hydrogen, nitrogen, dan oksigen.

Sebagian masyarakat percaya dan pernah mencoba meminum air seduhan kulit salak untuk mengatasi penyakit diabetes, dari hasil uji fitokimia menunjukkan kulit salak mengandung senyawa flavonoid dan tanin, flavonoid dalam ekstrak kulit salak mampu menurunkan kadar glukosa dalam darah.

2. Budidaya Salak Nglumut 1. Pemilihan dan Persiapan Lahan

Salak Nglumut akan tumbuh baik pada dataran rendah hingga ketinggian 800 mdpl dengan tipe iklim basah, dan tipe tanah podzolik dan regosol atau latosol yang yang bertekstur geluh lempungan sampai geluh pasiran. Tanaman Salak Nglumut muda memerlukan naungan berat untuk mengurangi transiprasi dan evaporasi, sehingga lahan perlu dipersiapkan dengan menanam pohon pelindung terlebih dahulu atau ditumpangsarikan dengan tanaman lainnya.

2. Pengadaan Benih

(13)

Pembenihan secara generatif adalah pembenihan dengan menggunakan biji yang diperoleh dari pohon induk, tetapi pembenihan dari biji kurang lazim dilakukan dalam budidaya salak Nglumut.

Pembenihan vegetatif dapat diperoleh dengan memisahkan anakan baik secara langsung maupun memisahkan anakan secara buatan atau cangkok. Benih yang berasal dari perbanyakan vegetatif mempunyai beberapa kelebihan dibanding benih yang berasal dari biji, antara lain: 1) hasil tanaman yang diperoleh sifatnya pasti sama dengan pohon induknya; 2) dapat dipastikan terlebih dahulu kelamin tanaman (jantan/betina); 3) cepat berbunga dan berbuah serta hasilnya lebih seragam atau relatif sama dengan pohon induknya. Disamping kelebihan tersebut, kekurangan benih yang berasal dari cangkok adalah sulit memperoleh benih yang berumur seragam dalam jumlah besar dan sistem perakarannya tidak sebaik perakaran benih dari semai.

3. Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan meliputi: 1) perataan tanah untuk mengatur sistem irigasi, mempermudah pengaturan jarak tanam, pengaturan pohon pelindung, meratakan tanah/lahan, pengaturan bedengan dan saluran air; 2) pembersihan rumput-rumput, batu-batu padas dan pohon-pohon kayu yang tidak diperlukan; 3) membajak dan mencangkul tanah untuk menggemburkan tanah; dan 4) pembuatan bedengan/guludan.

(14)

Tanah galian diletakkan di kanan dan kiri larikan dan kemudian diratakan, sehingga terbentuk bedengan dengan lebar 150 cm, tinggi ± 25 cm, dan panjang menyesuaikan ukuran kebun. Larikan sebaiknya dibuat membujur dari timur ke barat. Sedangkan untuk pada lahan teras bangku, arah larikan searah dengan arah teras.

Lubang tanam dibuat dengan ukuran 50 x 50 x 50 cm. Pada tanah yang keras, ukuran lubang dapat diperbesar untuk memberikan ruang yang lebih untuk perkembangan akar. Pada saat membuat lubang, tanah galian bagian atas (± 25 cm) diletakkan pada sebelah timur lubang tanam yang dibuat dan tanah galian bawah (± 25 cm) letakkan di sebelah barat lubang tanam. Lubang tanam dibiarkan selama 2 – 3 minggu, baru kemudian ditimbun kembali. Pada saat penimbunan, tanah bagian bawah dikembalikan pada posisi semula, sedangkan tanah bagian atas dicampur dengan pupuk organik (pupuk kandang atau kompos) dengan perbandingan 1:1 dan kapur pertanian/dolomit sebanyak 0,25 – 0,5 kg/lubang tanam. Dengan demikian pada bekas lubang akan terbentuk gundukan. Gundukan tanah tersebut tidak perlu dipadatkan tetapi dibiarkan agar menyusut dengan sendirinya.

4. Penanaman Benih

(15)

benih salak betina dan 2) benih jantan ditanam di pinggir lahan sebagai tanaman pagar.

Benih salak Nglumut umumnya ditanam pada awal musim penghujan ketika tanah mengandung cukup air yaitu sekitar 60 – 80 persen. Keadaan tanah yang gembur dan kelembaban yang cukup memungkinkan akar benih mampu hidup dan berkembang secara baik. Penanaman dilakukan pada lubang tanam yang telah disediakan.

Penanaman benih dilakukan dengan cara membenamkan media tanam yang terdapat didalam keranjang benih atau polybag ke dalam lubang tanam. Ditengah tanah penutup lubang tersebut digali lagi dengan ukuran sebesar keranjang benih atau polybag. Sebelum benih dimasukkan ke dalam lubang, keranjang benih atau polybag dilepas terlebih dahulu dengan menyayat atau merobek bagian samping dan bagian dasarnya. Pada saat melepas keranjang atau polybag dilakukan dengan hati-hati dan dijaga agar akar tidak merusak akar.

5. Penyulaman

Penyulaman diperlukan untuk mengganti tanaman yang mati, tanaman yang perkembangannya kurang baik dengan tanaman baru yang sehat dan berumur sama dengan tujuan untuk mempertahankan populasi tanaman di kebun. Penyulaman sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan dengan tanaman yang berumur sama atau berukuran sama dengan tanaman di sekitarnya.

(16)

yaitu memindahkan tanaman beserta tanah tempat perakaran atau sebagian perakaran.

6. Penyiangan

Penyiangan adalah membuang dan membersihan rumput-rumput atau tanaman pengganggu lainnya yang tumbuh di kebun salak. Tanaman pengganggu atau gulma bila tidak diberantas akan menjadi pesaing bagi tanaman salak dalam memperebutkan unsur hara dan air.

7. Pembubunan

Pembubunan dilakukan setelah ujung batang atau pangkal daun mencapai permukaan tanah, atau di atas permukaan tanah. Tanah yang digunakan untuk menimbun berasal dari kanan dan kiri larikan yang semula berupa bedengan. Pembubunan bertujuan untuk memperdalam perakaran, memperkokoh tanaman, merangsang pertumbuhan tunas, dan memperdekat jarak antara permukaan tanah dengan akar lateral yang tumbuh tepat dibawah daun yang gagal mencapai tanah. 8. Pemangkasan

(17)

setelah tanaman berumur satu tahun yang bertujuan mengatur pertumbuhan vegetatif ke arah pertumbuhan generatif yang lebih produktif.

Pemangkasan pelepah dapat dilakukan setiap 2 bulan sekali tetapi pada saat mendekati masa berbunga atau berbuah pemangkasan dapat dilakukan lebih sering, yaitu 1 (satu) bulan sekali. Pemangkasan pelepah daun salak dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1) Pemangkasan pelepah daun salak dilakukan sampai pada pangkal pelepah karena bagian yang disisakan sebenarnya sudah tidak berguna lagi bagi tanaman; atau 2) Pemangkasan pelepah daun salak dilakukan dengan menyisakan pangkal pelepah yang dapat digunakan sebagai penyangga tandan buah.

Sedangkan pemangkasan atau penjarangan anakan adalah mengurangi dan mengatur jumlah anakan dalam satu rumpun tanaman. Satu rumpun salak cukup disisakan 1 atau 2 anakan dengan jumlah anakan maksimal 3 – 4 buah pada setiap rumpunya, dan apabila jumlah anakan melebihi 4 buah maka akan mengganggu produktivitas tanaman. Pangkas anakan yang keluar dari barisan, pertumbuhan kurang baik dan terlalu banyak.

9. Pemupukan

Pemupukan tanaman salak Nglumut secara umum dilakukan sebanyak 2 (dua) kali dalam setahun yaitu pada awal musim hujan dan akhir musim hujan atau pada bulan April dan September, atau pada bulan Oktober/September dan Februari/Maret.

(18)

1) Tanaman berumur 0 – 36 bulan

Pemberian pupuk dilakukan 3 bulan sekali menggunakan pupuk Urea/ZA sebanyak 30 gram/rumpun, SP-36 sebanyak 20 gram/rumpun, dan KCl sebanyak 15 gram/rumpun. Sedangkan pemberian pupuk organik dan kapur dolomit dapat dilakukan 6 bulan sekali dengan takaran pupuk organik sebanyak 5 – 10 kg/rumpun dan kapur sebanyak 0,25 – 1 kg/rumpun.

2) Tanaman salak Nglumut berumur di atas 36 bulan

Pemupukan dilakukan 6 bulan sekali dengan pemberian pupuk organik sebanyak 5 – 10 kg/rumpun, kapur dolomit sebanyak 0,25 – 1 kg/rumpun, Urea/ZA sebanyak 70 gram/rumpun, SP-36 sebanyak 50 gram/rumpun, dan KCl sebanyak 30 gram/rumpun.

Cara pemberian atau aplikasi pupuk pada tanaman salak Nglumut dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu:

1) Pupuk dimasukkan ke dalam lubang parit yang dibuat melingkari tanaman salak. Lubang parit dibuat sekitar tanaman salak dengan jarak lubang parit dari tanaman salak sekitar 50 – 100 cm, dengan lebar parit 20 cm dan dalam 15 – 30 cm. Pupuk dibenamkan ke dalam lubang parit tersebut dan kemudian tutup dengan tanah.

(19)

10. Penyerbukan

Tanaman salak Nglumut merupakan tanaman berumah dua (dioeceus) dimana bunga jantan dan bunga betina berada pada pohon yang berbeda. Keadaan tersebut menyebabkan tanaman tidak dapat melakukan penyerbukan sendiri, melainkan penyerbukan silang (allogami). Penyerbukan silang memerlukan perantara. Penyerbukan pada salak pondoh terjadi melalui perantara serangga atau melalui penyerbukan buatan oleh manusia.

Penyerbukan dengan bantuan manusia dapat dilakukan setelah kuncup-kuncup bunga betina dalam tongkol tampak mekar berwarna merah muda. Seludang bunga dibersihkan dengan memotongnya, hingga tampak tongkol bunganya. Penyerbukan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca baik/tidak hujan dan pada pagi atau sore hari. Agar serbuk sari bunga jantan jatuh tepat ke kepala putik, tongkol bunga jantan didekatkan di atas tongkol bunga betina, kemudian diketuk atau ditepuk dengan jari. Untuk kuncup bunga jantan yang belum mekar (belum tampak serbuk sarinya), ditekan dengan kuku kemudian diketuk-ketuk di atas bunga betina sampai merata pada seluruh tongkol. Satu tongkol bunga jantan dapat dipakai untuk menyerbuk ± 10 tongkol bunga betina.

(20)

11. Penjarangan Buah

Penjarangan buah adalah mengurangi jumlah buah yang terdapat dalam setiap tandan dengan tujuannya untuk menghasilkan buah dengan mutu dan jumlah yang optimal sesuai target yang ditetapkan. Cara melakukan penjarangan buah adalah: 1) penjarangan pertama saat dua bulan setelah penyerbukan (ukuran buah sebesar kelereng), dengan cara memilih buah yang abnormal, terserang hama dan penyakit atau buah yang normal tapi posisinya terjepit, dengan cara menusuk buah yang dipilih untuk dijarangkan; 2) penjarangan kedua, sebulan setelah penjarangan pertama dengan cara yang sama seperti penjarangan pertama, atau dengan mencongkel buah yang dipilih; dan 3) bungkus tandan dengan anyaman atau keranjang bambu.

12. Penanganan panen

Panen adalah memetik buah yang telah siap panen atau mencapai kematangan yang optimal dengan tujuan untuk memperoleh buah pada standar mutu yang telah ditetapkan. Buah yang sudah siap panen mempunyai ciri-ciri sisik telah jarang, bulu-bulu telah hilang dan warna kulit buah merah kehitaman atau kuning tua berkilat, selain itu umur tanaman dan tekstur buah perlu diperhatikan. Panen pertama dengan menggunakan benih cangkokan vegetatif dimulai pada saat tanaman salak pondoh berusia 2 – 3 tahun.

(21)

13. Penanganan Pasca Panen

Seperti buah-buahan lainnya, buah salak mudah rusak dan tidak tahan lama. Kerusakan buah ditandai dengan bau busuk dan daging buah menjadi lembek serta berwarna kecoklat-coklatan. Setelah dipetik buah salak masih meneruskan proses hidupnya berupa proses fisiologi. Sehingga buah salak tidak dapat disimpan lama dalam keadaan segar, maka diperlukan penanganan pascapanen.

Pasca panen adalah pekerjaan yang dilakukan pada hasil produk yang baru saja dipanen. Tujuan penanganan pasca panen adalah melakukan pekerjaan meliputi pembersihan, sortasi buah, pelabelan dan pengemasan berdasarkan ukuran dan standar mutu yang telah ditentukan.

Terdapat empat standar kelas salak Nglumut, yaitu: 1) Kelas A, kelas mutu salak Nglumut berukuran sangat besar dengan jumlah 8 – 12 buah per kilogram; 2) Kelas B, kelas mutu salak nglumut berukuran besar dengan jumlah 13 – 16 buah per kilogram; 3) Kelas C, kelas mutu salak nglumut berukuran sedang dengan jumlah 17 – 21 buah per kilogram; dan Kelas D,kelas mutu rendah dengan jumlah 22 – 30 buah per kilogram.

(22)

tidak luka, bebas dari serangan hama atau penyakit dan sirkulasi udara tempat penyimpanan berjalan baik.

3. Gabungan Kelompok Tani

Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Ngudiluhur berdiri pada tanggal 11 Juni 2007 yang bertujuan untuk menjaga kebersamaan dan keutuhan masyarakat Desa kaliurang, menjaga keberlanjutan kegiatan ekonomi desa, dan meningkatkan taraf hidup dan kualitas hidup masyarakat. Gapoktan Ngudiluhur juga akan menghadirkan daerah pertanian khusunya salak nglumut yang berkualitas dengan berbasis kearifan lokal sehingga menjadi aset wisata pertanian yang potensial. Salak nglumut sudah tersertifikasi prima dari Dinas Pertanian sehingga buah salak nglumut layak dikonsumsi dan aman.

4. Usahatani

Usahatani (farm) adalah organisasi dari alam (lahan),tenaga kerja, dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Organisasi tersebut ketatalaksanaanya berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang sebagai pengelolanya.

Usahatani adalah himpunan dari sumber – sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah dan sebagainya. Usahatani dapat berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak (Mubyarto, 1989).

(23)

pada suatu usaha pertanian agar diperoleh hasil maksimal. Sumber daya itu adalah lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen.

Menurut Soekartawi (2005) menyebutkan suatu usahatani dapat digambarkan lebih rinci sebagai berikut:

1) Pada setiap usahatani kita akan selalu dapat menjumpai lahan dalam luasan dan bentuk yang tertentu, unsur ini dalam usahatani mempunyai fungsi sebagai tempat diselenggarakan usaha bercocok tanam, pemeliharaan hewan ternak, dan tempat keluarga tani bermukim.

2) Pada usahatani juga akan dijumpai, bangunan-bangunan, seperti: rumah tempat tinggal keluarga tani, kandang ternak, gudang dan lumbung, sumur atau pompa air dan pagar. Alat-alat pertanian, seperti : bajak, cangkul, garpu, parang, sprayer, dan mungkin juga traktor. Sarana produksi (input), seperti: benih atau bibit tanaman, pupuk pabrik atau pupuk kandang, obat-obatan pemberantas hama penyakit tanaman serta hewan ternak dan makanan ternak.

3) Pada usahatani ini terdapat keluarga tani, yang terdiri dari petani, istri, dan anak-anak, serta mertua, adik, ipar, keponakan, menantu, dan pembantu. Semua merupakan sumber tenaga kerja usahatani bersangkutan.

(24)

5. Biaya

Menurut Supriyono (2000) biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan atau revenue yang akan dipakai sebagai pengurang penghasilan. Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan member manfaat pada saat ini atau dimasa mendatang bagi pengusaha (Henry , 2002).

Menurut Kasmir dan Jakfar (2003) investasi merupakan penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu relative panjang diberbagai bidang usaha. Investasi adalah penggunaan sumber keuangan atau usaha dalam waktu tertentu dari setiap orang yang menginginkan keuntungan darinya. Salah satu konsep adalah penganggaran modal, sebab penganggaran modal merupakan konsep penggunaan dana dimasa yang akan datang yang diharapkan akan memperoleh keuntungan (Suratman, 2001). Secara umum komponen biayanya antara lain adalah sebagai berikut:

a. Biaya investasi

Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada awal usaha dan dapat juga dikeluarkan pada saat usahatani sedang berjalan. Investasi awal pada usaha budidaya Salak Nglumut berupa tenaga kerja land clearing (persiapan dan pengolahan lahan), pembelian bibit dan peralatan, dan sewa lahan.

Present value adalah nilai sekarang dari sebuah anuitas dan identik dengan nilai awal dari penanaman modal, sedangkan anuitas dari sebuah present value

tergantung pada besar kecilnya tingkat bunga dan jangka waktu yang digunakan.

(25)

pada setiap nilai discount factor (DF) tertentu. Besarnya discount factor ini dipilih diantara variasi bunga bank yang berlaku di daerah tersebut.

b. Biaya operasional

Biaya operasional adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan (tergantung dari) besar kecilnya jumlah produksi yang meliputi tenaga kerja penyerbukan dan penjarangan, pemangkasan, pemupukan, panen dan pasca panen. 6. Kelayakan Usahatani

Menurut Kasmir dan Jakfar (2008) pengertian kelayakan usahatani adalah penelitian yang dilakukan secara mendalam untuk menentukan apakah usaha yang akan dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang akan dikeluarkan. Untuk mengetahui usahatani menguntungkan atau tidak secara ekonomi dapat dianalisis dengan menggunakan perbandingan antara penerimaan dengan biaya. Adapun kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

1) Net Present Value (NPV)

(26)

2) Net Benefit Cost Ratio

Net Benefit Cost Ratio merupakan penilaian yang dilakukan untuk melihat tingkat efisiensi penggunaan biaya yang berupa perbandingan jumlah nilai bersih sekarang yang positif dengan jumlah nilai bersih sekarang yang negatif. Net B/C menunjukkan manfaat bersih yang diperoleh setiap penambahan satu rupiah pengeluaran bersih. Usaha Salak Nglumut dikatakan layak atau banyak manfaatnya jika diperoleh nilai Net B/C lebih besar dari satu dan jika diperoleh nilai Net B/C lebih kecil dari satu maka usaha ditolak atau tidak layak.

3) Gross Benefit Cost Ratio

Gross Benefit Cost Ratio adalah perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya produksi. Usaha Salak Nglumut dikatakan layak atau banyak manfaatnya jika diperoleh nilai Gross B/C lebih besar dari satu dan jika diperoleh nilai Gross B/C lebih kecil dari satu maka usaha ditolak atau tidak layak.

4) Internal Rate Of Return (IRR)

(27)

5) Payback Period

Merupakan penilaian kelayakan investasi dengan mengukur jangka waktu pengembalian investasi. Perhitungan dasar yang digunakan adalah aliran kas (cash flow), sehingga metode perhitungan yang digunakan adalah discounted payback

period. Semakin cepat modal itu kembali, maka semakin baik usaha salak

nglumut diusahakan karena modal yang kembali dapat dipakai untuk membiayai kegiatan lainnya.

B. Penelitian Sebelumnya

Dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Micho Gunawan (2011) yang berjudul analisis investasi usahatani salak pondoh di Desa Dawuhan Kecamatan Madukara Kabupaten Banjarnegara. Dari hasil penelitian tersebut hasil analisis investasi maka diperoleh keuntungan dari usahatani salak pondoh per 1 hektar di Desa Dawuhan Kecamatan Madukara Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2002 – 2011 sebesar Rp. 233.479.080,05/ hektar. Untuk hasil analisis efisiensi pada usahatani salak pondoh sebesar 1,86 maka sudah efisien , karena B/C > 1 maka usahatani salak pondoh di Desa Dawuhan sudah efisien.

(28)

Merapi menerima keuntungan yang lebih besar dibanding dengan sesudah adanya erupsi Merapi.

Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Eko Purnomo (2014) yang berjudul Kelayakan Usaha tani salak pondok organic di kelompok tani “si cantik” Dusun Ledoknongko, Desa Bangunkerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman. Hasil dari analisis, usaha tani salak pondok organik layak diusahakan dilihat dari nilai net dan gross benefit cost ratio 3,69 lebih dari 1, nilai internal rate return

14,51% lebih besar dari bungan pinjaman 13%. Usahatani salak pondoh organic menghasilkan payback period selama 8 tahun 2 bulan 22 hari.

(29)

C. Kerangka Pemikiran

Dampak erupsi merapi yang mengakibatkan lahan petani salak rusak sehingga petani harus mengembalikan keadaan lahan dengan tekstur tanah yang rusak kembali menjadi lahan yang subur. Petani salak nglumut memerlukan input, input merupakan berbagai macam kebutuhan yang harus dipenuhi untuk mendukung keberhasilan usahatani yaitu seperti lahan, bibit, pupuk, tenaga kerja, dan peralatan. Petani salak nglumut juga mengeluarkan biaya investasi untuk lokasi budidaya. Produk output yang dihasilkan dari budidaya yaitu buah salak. Harga jual salak nglumut ditentukan oleh pengepul. Hasil kali antara jumlah kilogram salak nglumut dengan harga adalah penerimaan bagi petani.

(30)

baik usahatani salak nglumut untuk diusahakan. Untuk memperjelas uraian diatas maka dapat dilihat pada kerangka pemikiran sebagai berikut :

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

D. Hipotesis

Diduga usahatani salak Nglumut di Gapoktan Ngudiluhur layak untuk di usahakan dan dikembangkan ditinjau dari Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio dan Gross Benefit Cost Ratio, dan

Payback Period (PP).

Discount Factor

Usahatani Salak Nglumut

Output

Harga

Biaya Investasi : 1. Lahan 2. Bibit 3. Peralatan

4. Tenaga kerja pengolahan lahan dan penanaman

Biaya Operasional:

1. Tenaga Kerja pemupukan, pemangkasan dan sanitasi, penyerbukan dan penjarangan buah, panen dan pasca panen 2. Biaya pemupukan 3. Biaya pengairan

Total Biaya

Kelayakan

 Net Present Value (NPV)

Internal Rate of Return (IRR)

Net Benefit Cost Ratio (B/C)

Gross Benefit Cost Ratio Payback Period (PP)

(31)
(32)

27

Ngudiluhur dilakukan di Desa Kaliurang, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Menurut Sutrisno (2012) penelitian deskriptif adalah metode pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Metode ini mempelajari masalah – masalah dalam masyarakat, serta tatacara yang berlaku dalam masyarakat, serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh –pengaruh dari suatu fenomena.

(33)

A. Teknik Penentuan Daerah Penelitian 1. Penentuan lokasi (Kecamatan)

Pengambilan sampel Kecamatan dilakukan dengan secara purposive sampling, yaitu di Kecamatan Srumbung. Lokasi penelitian ini dipilih karena dapat menghasilkan buah salak terbesar yang ada di Kabupaten Magelang lebih besar dibandingkan dengan Kecamatan lain yang berada di wilayah Magelang. Hal ini bisa dilihat pada tabel 3 sebagai berikut.

Tabel 3. Produksi Salak menurut Kecamatan (2014)

No Kecamatan Produksi (Kwintal)

Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Magelang 2. Penentuan lokasi (Desa)

(34)

nglumut cukup tinggi, yakni dengan luas lahan 192 Ha. Petani salak yang tergabung dalam Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) yang tidak mengikuti kelompok desa lain sehingga sesuai dengan apa yang ingin diteliti. Berikut data luas lahan untuk bertanam tanaman hortikultura salak di Kecamatan Srumbung. Tabel 4. Penggunaan Lahan Untuk Tanaman Salak Di Kecamatan Srumbung

No Desa Luas tanah (Ha)

1 Sudimoro 145

2 Banyuadem 129

3 Ngargosoko 59

4 Pucang Anom 39

5 Pandan Retno 41

6 Mranggen 110

7 Kradenan 122

8 Polengan 24

9 Kamongan 121

10 Kemiren 105

11 Srumbung 80

12 Jeruk Agung 123

13 Tegalrandu 26

14 Ngablak 160

15 Kaliurang 192

16 Beingin 23

17 Nglumut 105

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Magelang 3. Penentuan petani responden

a. Populasi

(35)

Tabel 5. Sebaran Populasi Anggota Gapoktan Ngudiluhur Desa Kaliurang

No Dusun Kelompok Tani Populasi

1 Kaliurang Selatan Marsudi Makmur 35

2 Kaliurang Utara Sumber Makmur 53

3 Jrakah Marsudi Utomo 103

4 Cepangan Ngudi Rahayu 58

5 Sumberrejo Sido Rahayu 57

Jumlah 306

Sumber : Data Gapoktan Ngudiluhur b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2014). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode dengan metode proporsionate stratified random

sampling yaitu bila populasi yang mempunyai anggota tidak homogen dan

berstrata secara proporsional. Menurut Slovin dalam Husein (2004) penentuan ukuran sampel dari populasi menggunakan rumus :

n =

Keterangan : n = Ukuran sampel N = Ukuran Populasi

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang ditolerir/diinginkan, misalnya untuk penelitian ini digunakan 13%.

Maka perhitungan sample sebagai perikut:

n =

49,58 (dibulatkan 50)

(36)

Tabel 6. Penyebaran Populasi dan Sample Penelitian Di Desa Kaliurang

No Dusun Kelompok Tani Populasi Sample

1 Kaliurang Selatan Marsudi Makmur 35 6

2 Kaliurang Utara Sumber Makmur 53 9

3 Jrakah Marsudi Utomo 103 17

4 Cepangan Ngudi Rahayu 58 9

5 Sumberrejo Sido Rahayu 57 9

Jumlah 306 50

Sumber : Data Gapoktan Ngudiluhur B. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian usahatani salak nglumut menggunakan data primer dan data sekunder. Menurut Sugiyono (2014) data primer adalah data yang diperoleh dari wawancara yaitu cara pengumpulan data dengan langsung mengadakan tanya jawab kepada objek yang diteliti atau kepada perantara yang mengetahui persoalan dari objek yang sedang diteliti. Hal – hal yang mengenai penilitian usahatani salak nglumut secara langsung ditanyakan kepada petani. Selain itu juga dilakukan teknik observasi yaitu pengamatan yang dilakukan langsung ke lapangan terhadap objek yang diteliti. Beberapa informasi yang dapat diperoleh hasil observasi yaitu tempat, objek, kejadian, waktu, pelaku, dan kegiatan. Data primer yang diperoleh yaitu meliputi luas lahan, identitas responden, peralatan, dan penggunaan pupuk.

(37)

C. Pembatasan Masalah

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pada tahun 2005 untuk biaya investasi dan data pada tahun 2006 – 2015 untuk biaya operasional. D. Asumsi

1. Hasil produksi salak nglumut diasumsikan terjual semua.

2. Harga input dan output adalah harga yang terjadi pada saat penelitian.

3. Tingkat suku bunga pinjaman Bank BRI selama periode penelitian di anggap sama.

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Usahatani salak nglumut adalah kegiatan usahatani mulai dari persiapan lahan, penanaman bibit salak nglumut, pemanenan, hingga pasca panen salak nglumut siap dijual.

2. Lahan adalah luasan area tanam salak nglumut yang digunakan dalam usaha tani dan dinyatakan dalam satuan meter persegi (m2).

3. Bibit adalah tanaman salak Nglumut yang sudah memiliki 2 – 3 daun sehingga siap ditanam, diukur dalam satuan per batang.

4. Pupuk kandang adalah unsur alami dari kotoran ternak yang mempunyai manfaat tinggi untuk meningkatkan unsur tanah digunakan dalam satu musim diukur dalam satuan kilogram (kg).

(38)

6. Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada awal usaha dan dapat juga dikeluarkan pada saat usahatani sedang berjalan. Investasi awal pada usaha budidaya salak nglumut berupa pembelian bibit, tenaga kerja pengolahan lahan dan penanaman dan pembelian alat. Biaya investasi diukur dalam satuan Rupiah (Rp).

7. Biaya operasional adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan (tergantung dari) besar-kecilnya jumlah produksi yang meliputi biaya tenaga kerja penyerbukan dan penjarangan, pemupukan, panen dan pasca panen, biaya pemupukan, dan biaya pengairan. Biaya operasional diukur dalam satuan Rupiah (Rp).

8. Discount factor adalah suatu bilangan yang menggambarkan (weight)

pembuat pada setiap nilai discount factor (DF) tertentu. Besarnya discount factor ini dipilih di antara variasi bunga bank yang berlaku didaerah tersebut, di ukur dalam satuan persen (%).

9. Total biaya (TC) adalah penjumlahan dari biaya investasi dan biaya operasional, yang diukur dalam satuan rupiah (Rp)

10. Harga adalah uang yang diterima petani pada saat menjual hasil produksi salak nglumut dan dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

11. Produksi adalah jumlah hasil usahatani salak nglumut pada daerah tertentu dan pada waktu tertentu, produksi diukur dalam satuan kilogram (kg). 12. Benefit adalah hasil produksi usahatani salak nglumut dikalikan dengan

harga yang sudah ditentukan,dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

(39)

14. Net benefit cost (B/C) adalah perbandingan antara net benefit yang telah di discount positif dengan net benefit yang telah di discount negatif.

15. Gross benefit cost ratio merupakan perbandingan antara benefit kotor yang telah di discount dengan cost secara keseluruhan yang telah di discount.

16. Internal rate of return (IRR) adalah suatu tingkat suku bunga yang

menghasilkan net present value nol, di ukur dalam satuan persen (%).

17. Payback period adalah jangka waktu yang menunjukkan terjadinya arus

penerimaan secara kumulatif sama dengan jumlah investasi dalam bentuk

present value, di ukur salam satuan tahun.

F. Analisis Data

Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif meliputi transfer data, editing data, pengolahan data dan interprestasi data secara deskriptif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai pelaksanaan usahatani serta kondisi kecocokan lahan untuk usahatani salak nglumut di lokasi penelitian.

Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menguji kelayakan usahatani salak Nglumut yaitu dengan mengolah data yang diperoleh dan menyederhanakan dalam bentuk tabulasi kemudian diolah secara komputerisasi dengan menggunakan software Microsoft excel kemudian di interprestasi data secara

(40)

Net Present Value (NPV) merupakan selisih antara nilai sekarang penerimaan dengan nilai sekarang pengeluaran pada tingkat diskonto tertentu, yang dinyatakan dengan rumus :

NPV = ∑

Keterangan :

Bt = Manfaat yang diperoleh pada tahun t Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun t n = Umur ekonomis usaha

i = Discount rate (tingkat suku bunga pinjaman)

t = Tahun 0,1,2,3,…..n

Penilaian kelayakan finansial berdasarkan NPV adalah sebagai berikut : 1) NPV > 0

Artinya usaha salak nglumut layak untuk dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.

2) NPV = 0

Artinya usaha salak nglumut sulit untuk dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan.

3) NPV < 0

Artinya usaha salak nglumut tidak layak untuk dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan.

2. Internal Rate Of Return (IRR)

Internal Rate Of Return (IRR) merupakan tingkat diskonto (discount rate) pada saat NPV sama dengan nol yang dinyatakan dalam persen, dengan rumus :

IRR =

(41)

Keterangan :

i1 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif i2 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif NPV 1 = Nilai NPV yang bernilai positif

NPV 2 = Nilai NPV yang bernilai negatif

Suatu usaha dikatakan layak apabila nilai IRR lebih besar dari dengan

discount rate yang telah ditentukan. Sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari discount rate maka usaha tersebut tidak layak untuk dijalankan.

3. Net Benefit Cost ratio

Net Benefit Cost ratio (B/C) adalah perbandingan present value dari net benefit yang positif dengan present value dari net benefit yang negatif, perhitungan ini digunakan untuk melihat berapa kali lipat penerimaan yang akan diperoleh dari biaya yang dikeluarkan dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

B/C ∑

Keterangan:

Bt = Manfaat yang diperoleh pada tahun t Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun t n = Umur ekonomis usaha

i = Discount rate (tingkat suku bunga pinjaman)

t = Tahun 0,1,2,3… n

Suatu usaha dikatakan bermanfaat atau layak untuk dilaksanakan jika diperoleh nilai Net B/C lebih besar dari satu dan usaha tidak layak atau ditolak jika diperoleh nilai Net B/C lebih kecil dari satu.

(42)

Gross benefit cost ratio merupakan perbandingan antara benefit kotor yang telah di discount dengan cost secara keseluruhan yang telah di discount.

GrossB/C ∑

Keterangan:

Bt = Manfaat yang diperoleh pada tahun t Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun t n = Umur ekonomis usaha

i = Discount rate (tingkat suku bunga pinjaman)

t = Tahun 0,1,2,3… n

Suatu usaha dikatakan layak untuk dilaksanakan jika diperoleh nilai GrossB/C lebih besar dari satu dan usaha tidak layak atau ditolak jika diperoleh nilai GrossB/C lebih kecil dari satu. Jika nila GrossB/C sama dengan satu maka usaha salak nglumut mencapai break event point.

5. Payback Period

Paybackperiod adalah jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan

modal suatu usaha investasi, dihitung dari aliran kas bersih (net). Aliran kas bersih adalah selisih pendapatan terhadap pengeluaran per tahun, periode pengembalian biasanyanya dinyatakan dalam jangka waktu per tahun. Rumus payback period

adalah :

PBP =

∑ ∑

Dimana:

PBP = Pay Back Period

Tp-1 = Tahun sebelum terdapat PBP Ii = Jumlah investasi telah didiskon

Bicp-1 = Jumlah benefit yang telah didiskon sebelum PBP

(43)
(44)

38

Wilayah Kecamatan Srumbung terletak di di seputaran kaki gunung Merapi tepatnya di bagian timur wilayah Kabupaten Magelang. Kecamatan Srumbung memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non pertanian sebesar 1.067,8 hektar. Kecamatan Srumbung terdiri dari 17 Desa salah satunya Desa Kaliurang. Desa Kaliurang memiliki luas lahan pertanian 437 hektar dan luas lahan non pertanian 180 hektar.

Desa Kaliurang merupakan salah satu desa di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang yang memiliki kondisi daerah strategis dengan topografi dataran rendah sampai dataran tinggi, dari pusat pemerintahan kecamatan berjarak 6 km dan dari ibu kota Kabupaten/Kota Desa Kaliurang berjarak 30 km. Wilayah Desa Kaliurang terletak di sebelah timur wilayah Kabupaten Magelang. Keberadaan Desa Kaliurang dibatasi oleh :

 Sebelah Utara : Desa /Kelurahan Kemiren

 Sebelah Timur : Kecamatan Wonokerto, Kab. Sleman, DIY

 Sebelah Selatan : Desa Nglumut

 Sebelah Barat : Desa Kamongan

(45)

B. Keadaan Topografi

Topografi merupakan gambaran permukaan bumi yang biasanya berasosiasi dengan ciri-ciri bentuk permukaan seperti relief suatu daerah. Topografi dapat digunakan untuk mempelajari data elevasi (perubahan lereng). Desa Kaliurang merupakan daerah yang mempunyai topografi desa perbukitan dan dataran tinggi dengan ketinggian tempat mencapai 655 meter diatas permukaan laut (mdpl). Topografi Desa Kaliurang sebagian besar merupakan areal perbukitan dengan kesuburan tanah yang cukup tinggi yang dicirikan dengan warna tanah (sebagian besar) hitam serta memiliki tekstur tanah pasiran dengan kedalaman 50 cm dan tingkat kemiringan tanah 100.

(46)

C. Tata Guna Lahan

Berdasarkan tata guna lahan, pemanfaatan lahan di Desa kaliurang dapat diterangkan sebagai berikut yang tertera pada tabel 7.

Tabel 7. Tata Guna Lahan Desa Kaliurang

Sumber : Data Monografi Desa Kaliurang, 2015

Berdasarkan tabel 7. Tata Guna Lahan Desa Kaliurang terbagi menjadi 3 yaitu untuk pemukiman, fasilitas umum dan tanah persawahan. luas lahan untuk pemukiman mencapai 17 Hektar, luas lahan fasilitas umum yang terdiri dari Kas Desa, perkantoran pemerintah, bangunan sekolah, jalan, dan prasarana umum mencapai 145,51 Hektar, dan luas lahan untuk persawahan terdiri dari sawah irigasi ½ teknis, sawah tadah hujan, dan hutan rakyat mencapai 338,2 Hektar. Tanaman salak Nglumut sebagian besar ditanam pada lahan hutan rakyat, sawah irigasi ½ teknis, dan sawah tadah hujan.

D. Keadaan Pertanian

Lahan merupakan faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan usahatani, karena lahan merupakan media tumbuh dan berkembangnya tanaman. Berikut data luas dan hasil tanaman menurut komoditas dapat dilihat pada tabel 8.

Tata Guna Lahan Luas (Ha) Presentase (%)

Luas Pemukiman 17 3,39

Luas Fasilitas Umum

- Kas Desa/Kelurahan 124,87 24,93

- Perkantoran pemerintah 0,40 0,79

- Bangunan Sekolah 5,29 1,05

- Jalan 3,15 0,62

- Luas prasarana umum lainnya

11,80 2,35

Luas Tanah Persawahan

- Sawah irigasi 1/2 teknis 28,80 5,75

- Sawah tadah hujan 124 24,76

Hutan Rakyat 185,40 37,02

(47)

Tabel 8. Luas dan Hasil Tanaman Menurut Komoditas

No Jenis Tanaman Komoditi Pertanian Luas (Ha) Produksi (Ton)

1 Jagung 2,5 7,8

2 Padi sawah 6 12,7

3 Cabai 6,4 7,12

4 Umbi-umbian lain 0,8 4

5 Salak 350 840

Sumber : Data Monografi Desa Kaliurang, 2015

Pada tabel 8. Desa Kaliurang memiliki komoditi pertanian tanaman pangan yaitu tanaman jagung dengan luas lahan 2,5 Ha menghasilkan produksi 7,8 ton, tanaman padi sawah dengan luas 6 Ha menghasilkan 12,7 ton, tanaman cabai dengan luas 6,4 Ha menghasilkan 7,12 ton, tanaman umbi-umbian dengan luas 0,8 Ha menghasilkan 4 ton, dan juga tanaman buah-buahan yaitu tanaman salak Nglumut dengan luas lahan 350 Ha menghasilkan 840 ton.

Desa Kaliurang secara umum merupakan kawasan yang terletak pada daerah potensi iklim dan kondisi lahan baik untuk budidaya pertanian mengingat letak geografisnya disekitar lereng gunung merapi yang identik dengan tanah vulkanik. Melihat keadaan tanah vulkanik yang subur petani memanfaatkan tanahnya untuk bertanam salak Nglumut.

E. Sarana dan Prasarana

(48)

F. Kelembagaan Desa dan Kemasyarakatan

Lembaga adalah suatu sistem norma untuk mencapai tujuan atau kegiatan oleh masyarakat di pandang penting. Salah satu fungsi kelembagaan masyarakat adalah sebagai penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat dalam pembangunan Desa Kaliurang. Berikut struktur organisasi dan tata kerja pemerintah Desa Kaliurang Kecamatan Srumbung kabupaten Magelang dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 1. Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa Kaliurang Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang

Desa kaliurang di pimpin oleh seorang kepala desa yang dibantu oleh seorang sekretaris desa, dua kepala urusan yang meliputi kepala urusan umum dan

(49)

kepala urusan pemerintahan, serta kepala seksi kesejahteraan rakyat, kepala seksi pembangunan dan seksi pemerintahan, lima kepala dusun, 24 ketua RT, dan satu orang staff desa. Guna mendukung perkembangan dan pembangunan Desa Kaliurang di bentuk Badan Perwakilan Desa (BPD) yang beranggotakan enam orang dan dipimpin oleh seorang ketua BPD. Selain terdapat pimpinan formal, terdapat juga pimpinan non formal yaitu tokoh masyarakat dan tokoh agama yang menjadi panutan masyarakat Desa Kaliurang. Dalam menjalankan fungsi kegiatan sehari-hari dalam membantu dan menunjang aktivitas – aktivitas masyarakat maka terdapat kelembagaan yang berdiri seiring pemerintahan di Desa Kaliurang. Lembaga-lembaga tersebut antara lain organisasi perempuan (PKK), organisasi perempuan (DAWIS), lembaga pemuda pemudi (Karang taruna), lembaga pemberdayaan mayarakat (LPMD), kelompok tani salak Nglumut, gabungan kelompok tani (GAPOKTAN), lembaga keuangan masyarakat (LKM) dan forum relawan merapi (JPW).

G. Keadaan Penduduk

Penduduk Desa kaliurang berjumlah sebanyak 2.493, dengan komposisi 1.211 jiwa penduduk laki-laki dan 1.282 jiwa penduduk perempuan dan terdiri dari 716 kepala keluarga.

1. Keadaan Penduduk Menurut Umur

(50)

produktif adalah golongan umur 0 – 14 tahun dan umur lebih dari 65 tahun. Data penduduk menurut umur dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 9. Jumlah dan Presentase Penduduk Desa Kaliurang Menurut Umur Kelompok Umur

(tahun)

Jumlah Penduduk (jiwa) Presentase (%)

0 – 14 560 22,47

15 – 64 1.769 70,96

>65 164 6,57

Jumlah 2.493 100

Sumber : Data Monografi Desa Kaliurang, 2015

Berdasarkan tabel 9. Diketahui jumlah penduduk Desa Kaliurang menurut umur 2.493 jiwa. Dapat diketahui bahwa jumlah penduduk usia produktif yaitu usia 15-64 tahun sebanyak 1.769 jiwa dan penduduk non produktif yaitu 0-14 tahun dan > 65 tahun sebanyak 164 jiwa. Desa Kaliurang termasuk Desa dengan struktur penduduk usia muda sehingga pertumbuhan penduduknya masih tergolong tinggi.

2. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian

(51)

Tabel 10. Jumlah dan Presentase Penduduk Desa Kaliurang Menurut Mata Pencaharian.

Jenis Pekerjaan Jumlah Penduduk (jiwa) Presentase (%)

Petani 1.580 83,28

Buruh Tani 28 1,47

Pegawai Negeri Sipil 30 1,58

Peternak 226 11,91

Pedagang 30 1,58

Pengusaha Kecil dan Menengah 3 0,15

Jumlah 1.897 100

Sumber : Data Monografi Desa kaliurang, 2015

Berdasarkan pada tabel 10. Mata pencaharian penduduk Desa kaliurang yaitu Petani berjumlah 1.580 jiwa dengan presentase 83,28 %, buruh tani berjumlah 28 jiwa dengan presentase 1,47 %, pegawai negeri sipil berjumlah 30 jiwa dengan presentase 1,58%, peternak berjumlah 226 jiwa dengan presentase 11,91%, pedagang berjumlah 30 jiwa dengan presentase 1,58%, dan pengusaha kecil dan menengah berjumlah 3 jiwa dengan presentase 0,15%. Desa Kaliurang mempunyai lahan yang subur untuk pertanian dan perkebunan sehingga banyak penduduk yang bekerja sebagai petani.

3. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

(52)

Tabel 11. Jumlah dan Persentase Penduduk Desa kaliurang Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk (jiwa) Persentase (%)

Tamat SD sederajat 221 44,47

Tamat SMP sederajat 111 22,34

Tamat SMA sederajat 124 24,95

Tamat Perguruan Tinggi 30 6,03

Tidak pernah sekolah 11 2,21

Jumlah 497 100

Sumber : Data monografi Desa Kaliurang, 2015

(53)
(54)

47

Petani salak yang menjadi responden penelitian adalah petani salak ngumut yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani Ngudiluhur di Desa Kaliurang. Jumlah petani yang dijadikan sample adalah sebanyak 50 petani salak dari 306 petani. Berdasarkan observasi dilapangan bahwa sumber daya manusia dapat diukur dari umur tingkat pendidikan serta pengalaman bertani merupakan faktor penting dalam mengakomodasikan teknologi maupun keterampilan dalam usahatani salak.

1. Jenis Kelamin

Anggota Gapoktan Ngudiluhur Desa Kaliurang yang menjadi responden sebanyak 50 orang berdasarkan jenis kelamin responden secara keseluruhan adalah laki-laki tidak ada satupun kelompok tani yang memiliki anggota perempuan. Hal tersebut dimungkinkan sifat laki-laki yang lebih ulet dalam usahatani dibandingkan perempuan.

2. Umur Petani

(55)

Tabel 12. Penggolongan Umur Petani Salak Nglumut di Gapoktan Ngudiluhur Dusun Kelompok Tani Jumlah Golongan Umur (Tahun)

35-44 45-54 55-64 >65

Kaliurang Selatan Marsudi Makmur 6 3 3 0 0

Kaliurang Utara Sumber Makmur 9 6 2 1 0

Jrakah Marsudi Utomo 17 6 7 3 1

Cepagan Ngudi Rahayu 9 2 7 0 0

Sumberrejo Sido Rahayu 9 6 3 0 0

Jumlah 50 23 22 4 1

Persentase 100 46% 44% 8% 2%

Berdasarkan pada tabel 12, banyaknya responden penelitian di Gapoktan Ngudiluhur Desa Kaliurang petani salak nglumut rata-rata berumur 35-44 tahun yang berjumlah 23 orang, berumur 45-54 tahun berjumlah 22 orang, 55 – 64 berjumlah 4 orang. Namun faktor umur tidak membatasi para petani untuk melakukan kegiatan usahatan, hal ini terbukti dari jumlah responden yang berumur >65 berjumlah 1 orang dan tergolong bukan usia produktif tetapi masih mampu melakukan aktivitas usahatani.

3. Tingkat Pendidikan

(56)

Tabel 13. Tingkat Pendidikan petani salak nglumut di Gapoktan Ngudiluhur

Berdasarkan Tabel 13, menunjukkan bahwa pendidikan responden sebagian besar sudah menempuh hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal ini dibuktikan jumlah petani yang sekolah hingga SMA sebanyak 25 orang. Hanya ada 3 orang responden yang mengenyam pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi. Hal ini disebabkan keterbatasaan biaya yang dimiliki untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

4. Pekerjaan Sampingan

Petani yang mempunyai pekerjaan sampingan akan berpengaruh pada curahan waktu kerja petani dalam mengelola usahataninya. Pekerjaan sampingan merupakan pekerjaan yang dilakukan petani selain berusahatani salak Nglumut .Identitas petani responden berdasarkan pekerjaan sampingan dapat dilihat pada tabel 14.

Tabel 14. Pekerjaan Sampingan Petani Salak Nglumut di Gapoktan Ngudiluhur Dusun Kelompok Tani Jumlah Tingkat Pendidikan

(57)

Berdasarkan tabel 14 diketahui bahwa sebanyak 60% petani tidak mempunyai pekerjaan sampingan. 11 orang atau 22% mempunyai pekerjaan sampingan peternak, 7 orang atau 14% mempunyai pekerjaan sampingan sebagai buruh pasir, 1 orang atau 2% mempunyai pekerjaan sampingan bengkel dan 1 orang atau 2% mempunyai pekerjaan sampingan sebagai pedagang. Petani yang tidak mempunyai pekerjaan sampingan akan lebih optimal dalam menjalankan usahatani salak Nglumut.

5. Pengalaman usahatani salak nglumut

Pengalaman merupakan suatu proses sikap, perilaku serta kemampuan petani dalam menanggapi obyek tertentu. Pengalaman yang dimaskud dalam penelitian ini adalah lamanya petani dalam melakukan usahatani salak Nglumut. Berikut data lamanya petani dalam berusahatani dapat dilihat pada tabe 15.

Tabel 15. Pengalaman Petani dalam Berusahatani Salak Nglumut di Gapoktan Ngudiluhur

Berdasarkan pada tabel 15. Diketahui bahwa pengalaman petani salak Nglumut di Gapoktan Ngudiluhur dalam berusahatani mayoritas lamanya berumur 16-20 Tahun. Pengalaman berusahatani salak yang dimiliki petani menunjukkan lamanya petani dalam berusahatani sehingga semakin lama pengalaman bertani

Dusun Kelompok Tani Jumlah

Pengalaman Usahatani (Tahun)

10-15 16-20 >20

Kaliurang Selatan Marsudi Makmur 6 0 5 1

Kaliurang Utara Sumber Makmur 9 5 1 3

Jrakah Marsudi Utomo 17 3 6 8

Cepangan Ngudi Rahayu 9 2 7 0

Sumberrejo Sido Rahayu 9 6 0 3

Jumlah 50 16 19 15

(58)

maka dapat dikatakan sudah mengetahui dan sudah menguasai teknik berbudaya dalam kegiatan usahatani yang dijalankan. Melakukan usahatani juga memerlukan pendamping pembinaan, pelatihan dari petugas penyuluh lapangan untuk membantu petani dalam menjalankan usahanya serta membantu memecahkan masalah yang terjadi dalam bertani.

6. Identitas Keluarga Petani

Identitas anggota keluarga petani meliputi umur, tingkat pendidikan dan jenis kelamin. Semakin banyak keluarga yang berusia produktif maka semakin banyak pula tenaga kerja dalam keluarga yang ikut membantu dalam usahatani salak Nglumut. Semakin tinggi tingkat pendidikan anggota keluarga akan dapat membantu kepala keluarga dalam menerima dan menyerap berbagai informasi baru. Sebaran anggota keluarga berdasarkan umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 16.

Tabel 16. Anggota Keluarga Petani Salak Nglumut di Gapoktan Ngudiluhur No Karakteristik Keluarga

Petani

Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Umur

0-14 tahun 52 33,1

15-64 tahun 105 66,9

>65 tahun 0 0

Jumlah 157 100

2 Jenis Kelamin

Laki-laki 59 37,6

Perempuan 98 62,4

3 Jumlah 157 100

Tingkat Pendidikan

Belum Sekolah 11 7

SD 54 34,4

SMP 29 18,5

SMA 54 34,4

Perguruan Tinggi 9 5,7

(59)

Dari tabel 16, diketahui bahwa sebagian besar anggota keluarga petani masuk dalam golongan usia produktif (15-64) yaitu sebanyak 105 0rang atau sebesar 66,9 %, sedangkan yang masuk dalam golongan usia non-produktif (0-14 tahun) yaitu sebanyak 52 orang atau sebesar 33,1 %. Banyaknya anggota keluarga dalam usia produktif, maka dapat membantu dalam penyediaan tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani salak Nglumut di Gapoktan Ngudiluhur.

Sebagian besar anggota keluarga petani salak Nglumut di gapoktan Ngudiluhur berjenis kelamin perempuan sebanyak 98 orang atau sebesar 62,4 % sedangkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 59 orang atau sebesar 37,6 %. Hal ini memungkinkan banyak anggota keluarga dapat membantu dalam kegiatan usahatani salak Nglumut yang akan mengurangi biaya tenaga kerja luar keluarga sehingga pendapatan petani akan meningkat. Dilihat dari tingkat pendidikan anggota petani salak Nglumut sebagian besar hanya menyelesaikan pendidikannya pada tingkat SD berjumlah 54 orang atau sebesar 34,4% dan SMA berjumlah 54 orang atau sebesar 34,4%, hal ini dikarenakan kurangnya biaya dan keinginan untuk bekerja lebih tinggi dibandingkan untuk melanjutkan sekolah.

B. Identitas Gabungan Kelompok Tani Ngudiluhur

(60)

memiliki anggota perempuan. Hal tersebut dimungkinkan sifat laki-laki yang lebih ulet dalam usahatani dibandingkan perempuan.

Gambar 1. Struktur Organisasi Gapoktan Ngudiluhur Desa Kaliurang

Pada gambar 3 diketahui bahwa kepengurusan Gapoktan Ngudiluhur terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara dan beberapa seksi-seksi. Masing-masing posisi jabatan mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sama pentingnya dalam menjalankan kegiatan Gapoktan Ngundi Luhur.

Anggota Gapoktan Ngudiluhur terdiri dari lima kelompok tani yang ada di lima dusun di Desa Kaliurang. Kelima kelompok tani tersebut ialah Marsudi Makmur untuk Dusun kaliurang Selatan, Sumber Makmur untuk Dusun Kaliurang Utara, Marsudi Utomo untuk Dusun JrakahNgudi Rahayu untuk Dusun Cepagan dan Sido Rahayu untuk Dusun Sumberejo.

Modal awal Gapoktan Ngundi Luhur semua berasal dari masing-masing anggota kelompok tani yang sudah ada. Seluruh anggota kelompok tani

PELINDUNG

Kepala Desa Kaliurang Kepala Dusun se- Kaliurang

PEMBINA KETUA

PENASEHAT

(61)

menyetorkan sejumlah uang tersebut dialokasikan untuk pembelian bibit salak dan keperluan pertanian yang di gunakan oleh anggota.

Kegiatan Gapoktan merupakan kegiatan keorganisasian yakni pertemuan yang diadakan satu bulan sekali tepatnya setiap Selasa Kliwon. Kegiatan ekonomi dari Gapoktan antara kegiatan usahatani, dan berkebun tanaman lain.

Gapoktan Ngudiluhur melakukan fungsi-fungsi sebagai berikut :

1. Merupakan satu kesatuan unit produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar (kuantitas, kualitas, kontinuitas, dan harga).

2. Memastikan prosedur-prosedur terkait budidaya Salak organik diterapkan dengan benar dan konsekuen oleh masing-masing anggota gapoktan

3. Melakukan pelatihan atau pembinaan kepada anggota agar selalu melakukan pertanian organik

4. Melakukan pengawasan terhadap pemeliharaan tanaman 5. Melakukan pengawasan terhadap pengendalian hama dan OPT

6. Memastikan seluruh anggota memperhatikan dan mendukung pelaksanaan kelestarian lingkungan hidup dan pemeliharaan ekosistem yang dilindungi. 7. Penyediaan modal usaha dan menyalurkan secara kredit/pinjaman kepada

para petani yang memerlukan.

8. Melakukan proses pasca panen para anggota (grading, pelabelan dan pengepakan) yang dapat meningkatkan nilai tambah.

(62)

10. Melakukan pembelian SalakOrganik dari petani anggota Gapoktan ”

NGUDI LUHUR” serta memasarkan/ menjual salak Nglumut ke pedagang,

tengkulak, dan ekspor.

C. Analisis Usahatani Salak Nglumut

Kegiatan usahatani merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dengan biaya-biaya sehingga perlu dilakukan suatu analisis tentang kelayakan usaha yang sedang dijalankan. Petani dalam melakukan budidaya salak nglumut harus mengeluarkan biaya investasi dan biaya operasional untuk menganalisis kelayakan usahanya. Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan pada awal usaha dan dapat juga dikeluarkan pada saat usahatani sedang berjalan, biaya investasi meliputi sewa lahan, pembelian bibit dan peralatan, serta tenaga kerja persiapan lahan dan penanaman. Biaya operasional adalah biaya yang jumahnya berubah-ubah sesuai dengan (tergantung dari) besar kecilnya jumlah produksi yang meliputi tenaga kerja penyerbukan dan penjarangan, pemangkasan, pemupukan, panen dan pasca panen.

D. Biaya Investasi

(63)

Tabel 17. Biaya Total Investasi Usahatani Salak Nglumut

No Biaya Investasi Nilai Investasi Persentase

(%)

1 Sewa lahan 12.553.100 74

2 Bibit 2.199.500 13

3 Peralatan 375.740 2

4 Tenaga kerja persiapan lahan dan penanaman

1.858.000 11

Total 16.986.340 100

1. Sewa Lahan

Kegiatan usahatani salak Nglumut hal yang terpenting adalah lahan karena lahan merupakan media tanam salak Nglumut sehingga petani mengeluarkan biaya untuk sewa lahan. Biaya sewa lahan dikeluarkan sekali pada awal investasi dengan luas lahan per 2,511 m2 adalah Rp. 12.553.100,- selama masa investasi 10 tahun atau sebesar 74% dari total biaya investasi (pada tabel 17).

2. Pengunaan Bibit

Bibit merupakan faktor produksi yang paling utama dalam kegiatan usahatani salak Nglumut. Biaya pembelian bibit salak Nglumut hanya satu kali pada saat awal penanaman, petani memperoleh bibit salak Nglumut dari Dinas Pertanian Magelang sehingga petani tidak membuat pembibitan sendiri. Bibit salak Nglumut sudah berumur 3 tahun sehingga langsung siap tanam pada media tanam.

(64)

rasa dan warna buah berbeda dengan tanaman salak yang lainnya. Hal tersebut juga dimaksud supaya waktu untuk usahatani bisa lebih efisien karena tidak terpotong waktu pembibitan yang memakan waktu lama (3 tahun).

3. Peralatan

Alat adalah suatu benda yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu. Biaya pembelian peralatan dikeluarkan pada awal investasi. Rata-rata biaya peralatan pada usahatani salak Nglumut dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Rata-Rata Biaya Peralatan Usahatani Salak Nglumut per 2,511 m2

No Nama Alat Biaya (Rp)

1 Cangkul 105.900

2 Sabit 50.320

3 Kaos tangan 24.660

4 Gergaji 10.760

5 Angkong 73.000

6 Gunting 8.200

7 Tatah 17.500

8 Sepatu both 48.200

9 Linggis 37200

(65)

4. Tenaga Kerja Persiapan Lahan dan Penanaman

Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau masyarakat. Tenaga kerja persiapan dan penanaman biasanya petani salak nglumut menggunakan tenaga kerja pria.

Pada tabel 17. Diketahui rata-rata tenaga kerja persiapan lahan dan penanaman dengan luas lahan per 2,511 m2 adalah sebesar Rp 1.858.000,- selama masa investasi 10 tahun atau 11% dari total biaya investasi. Tenaga kerja untuk persiapan lahan berjumlah 2 orang dengan waktu penyelesaian 39 hari siap tanam, dan tenaga kerja untuk penanaman berjumlah 1 orang dengan waktu penyelesaian 8 hari.

E. Biaya Operasional

Biaya Operasional adalah biaya yang dikeluarkan selama proses kegiatan usahatani masih terus dilakukan dan diluar dari biaya investasi. Biaya operasional yang terdiri dari kegiatan biaya tenaga kerja penyerbukan dan penjarangan buah, pemangkasan dan sanitasi, panen dan pasca panen, biaya pupuk kandang, dan biaya pengairan. Biaya operasional dihitung mulai tahun tanam ke 1, untuk panen dan pasca panen di hitung pada tahun tanam ke 4 karena pada saat itu tanaman salak Nglumut sudah mulai produksi.

1. Biaya Tenaga Kerja

(66)

dan sanitasi, panen dan pasca panen, biaya pupuk kandang, dan biaya pengairan. Berikut data rata-rata biaya tenaga kerja dapat dilihat pada tabel 19.

Tabel 19. Rata-Rata Biaya Tenaga Kerja

Tahun

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Tabel 3. Produksi Salak menurut Kecamatan  (2014)
Tabel 4. Penggunaan Lahan Untuk Tanaman Salak Di Kecamatan Srumbung
Tabel 5. Sebaran Populasi Anggota Gapoktan Ngudiluhur Desa Kaliurang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Variabel yang diperlukan selama penelitian ini meliputi biaya sarana produksi yang dikeluarkan dalam usahatani bawang daun seperti sewa Lahan, upah tenaga kerja,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya yang dikeluarkan, tingkat produksi dan pendapatan yang diterima petani dalam usahatani tomat, serta untuk

Total biaya produksi usahatani cabai merupakan biaya total yang dikeluarkan untuk usahatani cabai yaitu penjumlahan dari total biaya sarana produksi, tenaga kerja,

produksi atau untung dari total biaya produksi yang telah dikeluarkan oleh petani. aau dengan kata lainya

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya yang dikeluarkan, tingkat produksi dan pendapatan yang diterima petani dalam usahatani tomat, serta untuk

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan petani kakao Desa Betania Kecamatan Poso Pesisir Kabupaten Poso sebesar Rp.7.318.525 dalam tahun

Masukan (input) yang digunakan dalam produksi kepiting akan menjadi biaya. produksi usahatani kepiting yaitu seluruh biaya yang dikeluarkan

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SALAK NGLUMUT DESA KALIURANG KECAMATAN SRUMBUNG KABUPATEN MAGELANG Salak nglumut merupakan salak lokal unggulan yang berasal dari Kabupaten