Strategi Pengembangan
Perpustakaan
Desa/Kelurahan
di Indonesia
OLEH : MURNIATY, S.SOS.
PUSTAKAWAN PADA PERPUSTAKAAN USU
2014
PERPUSTAKAAN
i
Murniaty : Strategi Pengembangan Perpustakaan Desa/Kelurahan di IndonesiaKATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Strategi Pengembangan Perpustakaan Desa/Kelurahan di Indonesia” ini dengan baik.
Perpustakaan Desa/Kelurahan tidak terbatas kepada perpustakaan yang terletak di pedesaan, tetapi secara luas juga mencakup semua perpustakaan yang ada di wilayah desa/kelurahan dalam sebuah kota. Perpustakaan Desa/Kelurahan bisa dipandang sebagai basis pemasyarakatan perpustakaan di tengah-tengah masyarakat, karena kebutuhan riil masyarakat akan informasi atau buku bisa langsung dipenuhi oleh Perpustakaan Desa/Kelurahan tanpa harus pergi ke perpustakaan umum di pusat kota. Semakin banyak berdiri Perpustakaan Desa/Kelurahan, maka akan semakin besar kemungkinan masyarakat desa yang akan dilayani, yang artinya akan semakin merata pula layanan perpustakaan.
Dalam operasional pelayanan Perpustakaan Desa/Kelurahan diperlukan strategi pengembangan, pembinaan, dan pemberdayaan perpustakaan, sehingga tujuan pendirian sebuah Perpustakaan Desa/Kelurahan dapat tercapai dengan baik.
Makalah ini disusun sebagai bahan bacaan bagi masyarakat yang tertarik pada bidang ilmu perpustakaan, khususnya yang ingin menambah wawasan tentang bagaimana mengatur strategi pengembangan Perpustakaan Desa/Kelurahan di Indonesia. Isi makalah bersifat teoritis dan praktis sehingga di dalamnya selain banyak menguraikan teori-teori juga hal-hal yang bersifat teknis/praktis, karena tujuannya adalah untuk memberikan gambaran secara teoritis dan praktis bagaimana strategi pengembangan Perpustakaan Desa/Kelurahan di Indonesia yang seyogyanya dilakukan.
Semoga apa yang penulis sajikan memberikan banyak manfaat bagi para pembaca pada umumnya, terutama bagi para pengelola Perpustakaan Desa/Kelurahan di tanah air. Akhir kata, tiada gading yang tak retak, tiada manusia yang sempurna. Mohon maaf atas kekurangan yang mungkin ada.
ii
Murniaty : Strategi Pengembangan Perpustakaan Desa/Kelurahan di IndonesiaDAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ... i
Daftar Isi ... ii
1. Pendahuluan ... 1
2. Profil Perpustakaan Desa/Kelurahan... 1
3. Permasalahan Yang Dihadapi Oleh Perpustakaan Desa/Kelurahan ... 3
4. Strategi Pengembangan Perpustakaan Desa/Kelurahan ... 4
4.1 Sarana dan Prasarana Perpustakaan ... 5
4.2 Koleksi Perpustakaan ... 7
4.3 Sumber Daya Manusia (SDM) Pengelola Perpustakaan ... 8
4.4 Sumber Dana Perpustakaan ... 9
4.5 Promosi Perpustakaan Desa/Kelurahan ... 11
5. Penutup ... 14
1
Murniaty : Strategi Pengembangan Perpustakaan Desa/Kelurahan di IndonesiaSTRATEGI PENGEMBANGAN
PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI INDONESIA
Oleh : Murniaty, S.Sos.
1. Pendahuluan
Perpustakaan Desa/Kelurahan adalah perpustakaan untuk masyarakat sebagai salah
satu sarana untuk meningkatkan dan mendukung kegiatan pendidikan masyarakat
pedesaan, yang merupakan bagian integral dari kegiatan pembangunan Desa/Kelurahan.
Undang-Undang nomor 43 tahun 2007 tentang perpustakaan telah menyebutkan bahwa
Perpustakaan Desa/Kelurahan merupakan salah satu jenis perpustakaan umum yang
menjadi kewajiban pemerintah desa.
Fungsi utama dari Perpustakaan Desa/Kelurahan adalah sebagai lembaga penyedia
layanan bahan pustaka dan informasi kepada masyarakat untuk kepentingan pendidikan,
informasi, penerangan, serta rekreasi dan hiburan sehat bagi masyarakat.
Agar Perpustakaan Desa/Kelurahan dapat melayani masyarakat desa dengan
sebaik-baiknya maka perpustakaan perlu dikelola secara profesional menurut sistem dan ketentuan
umum yang berlaku. Dalam operasionalnya juga diperlukan strategi pengembangan,
pembinaan, dan pemberdayaan perpustakaan, sehingga tujuan pendirian sebuah
Perpustakaan Desa/Kelurahan dapat tercapai dengan baik.
2. Profil Perpustakaan Desa/Kelurahan
Unit organisasi pemerintahan yang terendah dalam sistem pemerintahan di
Indonesia saat ini adalah desa/kelurahan. Pengertian kedua istilah ini sebenarnya sama saja,
yang berbeda adalah istilah desa terdapat pada kabupaten sedangkan istilah kelurahan
terdapat pada kota.
Menurut lokasinya Perpustakaan Desa/Kelurahan tidak terbatas kepada
2
Murniaty : Strategi Pengembangan Perpustakaan Desa/Kelurahan di Indonesiaperpustakaan yang ada di wilayah Desa/Kelurahan dalam sebuah kota. Perpustakaan
Desa/Kelurahan dapat dipandang sebagai basis pemasyarakatan perpustakaan di
tengah-tengah masyarakat karena kebutuhan ril masyarakat akan informasi atau buku-buku bisa
langsung dipenuhi oleh Perpustakaan Desa/Kelurahan tanpa harus pergi ke perpustakaan
umum di pusat kota ataupun membeli buku di toko buku. Semakin banyak Perpustakaan
Desa/Kelurahan yang didirikan di tengah-tengah masyarakat, maka akan semakin besar
kemungkinan masyarakat untuk dilayani kebutuhan informasinya oleh perpustakaan.
Secara umum tujuan penyelenggaraan Perpustakaan Desa/Kelurahan adalah
(Perpusnas RI, 2001 : 3) :
1. Menunjang program wajib belajar.
2. Menunjang program pendidikan seumur hidup bagi masyarakat.
3. Menyediakan buku-buku pengetahuan maupun keterampilan untuk mendukung
keberhasilan kegiatan masyarakat di berbagai bidang, misalnya : • Pertanian (yang produktif)
• Perikanan, peternakan, perindustrian
• Pengolahan, pemasaran, dan lain-lain.
4. Menggalakkan minat baca masyarakat dengan memanfaatkan waktu luang untuk
membaca agar tercipta masyarakat yang kreatif, dinamis, produktif dan mandiri.
5. Menyimpan dan mendayagunakan berbagai dokumen kebudayaan sebagai sumber
informasi, penerangan, pembangunan dan menambah wawasan pengetahuan masyarakat pedesaan.
6. Memberikan semangat dan hiburan yang sehat dalam pemanfaatan waktu senggang
dengan hal-hal yang bersifat membangun.
7. Mendidik masyarakat untuk memelihara dan memanfaatkan bahan pustaka secara tepat
guna dan berhasil guna.
Tugas pokok Perpustakaan Desa/Kelurahan adalah melayani masyarakat dengan
menyediakan bahan bacaan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang dilayani.
Adapun fungsi Perpustakaan Desa/Kelurahan adalah sebagai berikut (Perpusnas RI : 3) :
1. Mengumpulkan, mengorganisasikan, dan mendayagunakan bahan pustaka tercetak
maupun terekam.
2. Mensosialisasikan manfaat jasa perpustakaan.
3. Mendekatkan buku dan bahan pustaka lainnya kepada masyarakat.
4. Menyediakan perpustakaan desa/kelurahan sebagai pusat komunikasi dan informasi.
5. Menyediakan perpustakaan desa/kelurahan sebagai tempat rekreasi dengan
menyediakan bacaan hiburan sehat.
Bila dilihat dari profil masyarakatnya, maka masyarakat desa merupakan masyarakat
3
Murniaty : Strategi Pengembangan Perpustakaan Desa/Kelurahan di Indonesiakarakteristik masyarakatnya. Kehidupan yang bersahaja, santun, dan penuh semangat
gotong royong, merupakan gambaran umum masyarakat desa. Sebagian besar
masyarakatnya hidup dalam kondisi yang sederhana. Sikap sederhana ini bisa jadi terbentuk
karena pertama, secara ekonomi memang tidak mampu, kedua secara budaya memang
tidak senang menyombongkan diri. Inilah sedikit gambaran tentang masyarakat desa. Kedua
watak ini dalam kadar tertentu berpengaruh terhadap tingkat literasi masyarakat yang
rendah, relatif lebih rendah dari di kota. Tingkat literasi yang rendah ini bisa diperbaiki
dengan pemanfaatan Perpustakaan Desa/Kelurahan.
3. Permasalahan Yang Dihadapi oleh Perpustakaan Desa/Kelurahan
Beberapa permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam upaya pengembangan
Perpustakaan Desa/Kelurahan dapat diperoleh dengan membandingkan antara potret
Perpustakaan Desa/Kelurahan saat ini dengan harapan Perpustakaan Desa/Kelurahan pada
masa yang akan datang dengan identifikasi sebagai berikut :
1. Jumlah pertumbuhan Perpustakaan Desa/Kelurahan yang ada di Indonesia saat ini belum
sebanding dengan jumlah Desa/Kelurahan yang ada di Indonesia.
Menurut data dari Biro Pusat Statistik pada tahun 2013 jumlah Desa/Kelurahan yang ada
di Indonesia saat ini adalah 79.075 Desa/Kelurahan. Sedangkan jumlah Perpustakaan
Desa/Kelurahan yang sudah berdiri menurut Dedy Junaidi dalam “Rakor Sinkronisasi
Program Kearsipan dan Perpustakaan”, yang diselenggarakan Badan Kearsipan dan Perpustakaan Daerah Provinsi Jateng pada hari Senin tanggal 17 Februari 2014 adalah
sejumlah 24.745 Perpustakaan Desa/Kelurahan. Ini berarti masih lebih dari 50 % jumlah
Desa/Kelurahan di Indonesia yang tidak/belum memiliki Perpustakaan Desa/Kelurahan.
2. Rendahnya komitmen para pengambil keputusan di Kabupaten/Kota (eksekutif dan
legislatif) dalam program pembangunan perpustakaan di pedesaan. Hal ini ditunjukkan
dengan belum memadainya alokasi anggaran untuk pengembangan Perpustakaan
Desa/Kelurahan di Kabupaten/Kota.
3. Terbatasnya sarana dan prasarana Perpustakaan Desa/Kelurahan.
Desa/Kelurahan yang sudah memiliki Perpustakaan Desa/Kelurahan umumnya dengan
kondisi yang sangat memperihatinkan. Sarana dan prasarana yang dimiliki seringkali
4
Murniaty : Strategi Pengembangan Perpustakaan Desa/Kelurahan di Indonesiaperpustakaan yang kecil, meubelair yang sederhana, koleksi yang sedikit dan umumnya
buku-buku terbitan lama dan usang, dan lokasi gedung/ruangan yang tidak strategis
untuk dilihat dan dijangkau pengguna.
4. Terbatasnya tenaga pengelola Perpustakaan Desa/Kelurahan.
5. Rendahnya minat baca masyarakat Desa/Kelurahan.
6. Masih tingginya angka kemiskinan di pedesaan sehingga masyarakat tidak mampu untuk
membeli buku atau bahan bacaan lain yang dapat menambah ilmu pengetahuan dan
teknologi tepat guna.
Disamping permasalahan tersebut di atas, akar masalah yang menyebabkan statis
atau kurang berjalannya program pengembangan Perpustakaan Desa/Kelurahan adalah
karena proses pengembangannya kurang didasari pada konsep pengembangan
perpustakaan yang ideal berbasis demografi masyarakat. Dengan kata lain, jika kita amati
masih banyak tahapan atau prosedur pengembangan Perpustakaan Desa/Kelurahan yang
terabaikan. Diantara tahapan penting tersebut adalah kajian terhadap kebutuhan pengguna
(user need assassement), pemetaan profil masyarakat (community profiling), dan evaluasi kompetensi SDM pengelola perpustakaan. Implikasinya, Perpustakaan Desa/Kelurahan
belum bisa menjadi media pembelajaran dan wadah rekreasi kultural bagi masyarakat
sebagaimana diamanatkan undang-undang, yang berakibat pada banyak Perpustakaan
Desa/Kelurahan yang pada akhirnya tidak berfungsi. Padahal kita tahu bahwa investasi
pemerintah untuk pengembangan Perpustakaan Desa/Kelurahan itu tidak sedikit.
4. Strategi Pengembangan Perpustakaan Desa/Kelurahan
Upaya mengembangkan Perpustakaan Desa/Kelurahan bukanlah suatu usaha yang
tiba-tiba muncul melainkan membutuhkan suatu proses yang panjang, yang melibatkan
pikiran yang cerdas dan inovatif, sikap aktif dan kreatif, serta mengatur strategi yang
matang agar tercapai hasil seperti yang diharapkan.
Strategi pengembangan perpustakaan pada hakekatnya adalah cara-cara sistematis
yang perlu dilakukan dalam upaya melakukan pengembangan perpustakaan untuk
mencapai tujuan seperti yang diharapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi
5
Murniaty : Strategi Pengembangan Perpustakaan Desa/Kelurahan di Indonesiadilakukan. Dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda-beda sewaktu-waktu tergantung pada situasi dan kondisi. Dalam pengaturan strategi perlu juga dipertimbangkan
beberapa komponen penting sebagai kajiannya serta memperhatikan setiap faktor
pendukung dan penghambat dari komponen tersebut.
Dalam mengatur strategi pengembangan Perpustakaan Desa/Kelurahan di Indonesia,
ada beberapa komponen yang sangat penting untuk diperhatikan dalam proses tersebut,
yaitu :
4.1. Sarana dan Prasarana Perpustakaan
Pembangunan sarana dan prasarana perpustakaan merupakan komponen yang
paling penting dalam pendirian sebuah Perpustakaan Desa/Kelurahan. Karena sarana
dan prasarana inilah nanti yang akan menentukan bagaimana situasi dan kondisi suatu
Perpustakaan Desa/Kelurahan. Sarana dan prasarana yang dimaksud yaitu
ruangan/gedung perpustakaan, perlengkapan (termasuk meubelair), dan semua
peralatan yang dibutuhkan untuk bekerja. Menurut Sutarno (2006: 108): “sarana dan prasarana perpustakaan adalah semua benda dan barang serta fasilitas yang ada di perpustakaan dan digunakan untuk mendukung terselenggaranya kegiatan perpustakaan”. Perpustakaan dikatakan baik dan ideal apabila memiliki ruangan/gedung yang memadai, koleksi yang lengkap dan fasilitas yang cukup. Dalam
membangun sarana dan prasarana Perpustakaan Desa/Kelurahan perlu komitmen yang
jelas dari para penentu kebijakan yaitu Bupati, Walikota, Camat, dan Kepala
Desa/Kelurahan. Kalau perpustakaannya bagus, tidak kumuh, dan suasananya nyaman,
apalagi didukung komitmen pemerintah daerahnya untuk terus memajukan
perpustakaan, maka tingkat pendidikan masyarakatnya akan maju dan tingkat buta
aksara masyarakatpun pasti rendah.
Membangun sarana dan prasarana Perpustakan Desa/Kelurahan tampaknya
merupakan program yang harus dirintis secara bertahap. Diharapkan ke depan di setiap
desa memiliki bangunan perpustakaan yang representatif, sehingga masyarakat dapat
6
Murniaty : Strategi Pengembangan Perpustakaan Desa/Kelurahan di IndonesiaPerlu dipahami bahwa penyediaan gedung/ruangan Perpustakaan
Desa/Kelurahan merupakan tanggung jawab pemerintah desa, yang dalam hal ini
diwakili oleh Kepala Desa/Kelurahan. Kepala Desa/Kelurahan secara fungsional adalah
penanggung jawab pelaksanaan penyelenggaraan Perpustakaan Desa/Kelurahan. Maka
Kepala Desa/Kelurahan bertanggung jawab untuk menyediakan gedung/ruangan khusus
untuk Perpustakaan Desa/Kelurahan yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang
diperlukan sesuai dengan Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDesa).
Di dalam INMENDAGRI No. 28 Tahun 1984 dijelaskan bahwa penyediaan
tempat/ruangan dapat dilakukan dengan :
a. Menggunakan Balai Desa/Kelurahan atau Kantor LKMD.
b. Mengusahakan tempat/ruangan lain yang dianggap cukup memadai dan
representatif. Bila memungkinkan membangun gedung permanen yang dananya
berasal dari hasil swadaya masyarakat atau bantuan lain untuk menyelenggarakan
Perpustakaan Desa/Kelurahan .
Ruangan untuk Perpustakaan Desa/Kelurahan menurut Standar Nasional
Indonesia (SNI) minimal adalah seratus meter persegi (100 m3). Ruangan ini bisa
terletak di gedung yang sama dengan Kantor Kepala Desa/Kelurahan ataupun di
dekatnya. Juga bisa terletak di rumah warga yang letaknya lebih strategis untuk diakses
oleh masyarakat.
Bangunan perpustakaan tidak harus mewah, disesuaikan dengan kondisi
masyarakat dimana perpustakaan berada. Bisa saja terbuat dari bambu, tripleks, dan
lain-lain. Yang terpenting koleksi buku bisa terhindar dari air hujan dan panas matahari.
Dalam memilih lokasi bangunan perpustakaan haruslah lokasi yang strategis,
yaitu lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat, mudah arus lalu lintas kendaraan,
dekat dengan aktivitas masyarakat, lingkungannya tertib dan teratur, dan
menyesuaikan dengan demografi masyarakat dimana perpustakaan berada.
Penyediaan meubelair perpustakaan seperti meja baca dan kursi untuk
7
Murniaty : Strategi Pengembangan Perpustakaan Desa/Kelurahan di Indonesiabuku, dan lain-lain, termasuk semua peralatan-peralatan kerja yang dibutuhkan oleh
SDM pengelola perpustakaan merupakan sarana dan prasarana yang tidak kalah
pentingnya seperti gedung/ruangan perpustakaan. Dalam pelaksanaannya penyediaan
meubelair dan perlengkapan perpustakaan harus mempertimbangkan berbagai aspek,
yaitu : disesuaikan dengan kebutuhan, luas dan keadaan ruangan, jumlah koleksi bahan
pustaka, jumlah masyarakat pengunjung yang akan dilayani, sistem dan jenis layanan
yang akan diberikan, semua perlengkapan yang dibeli berdayaguna dan berhasil guna,
dan disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan dari Perpustakaan Desa/Kelurahan
yang bersangkutan.
Strategi pemberdayaan untuk sarana dan prasarana yang dapat dilakukan
adalah:
• Kooperatif dan komunikatif dengan aparat desa mengenai segala kebutuhan
perpustakaan.
• Mencari dukungan melalui donasi dari masyarakat desa yang memiliki kemampuan.
• Mengajak pihak-pihak yang kompeten dalam penataan dan desain perpustakaan.
• Melibatkan mahasiswa yang sedang menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa
dalam penataan, desain dan dekorasi perpustakaan.
4.2. Koleksi perpustakaan
Koleksi Perpustakaan Desa/Kelurahan menurut Standar Nasional Indonesia (SNI)
minimal adalah seribu judul (2.500 eksemplar).
Jenis koleksi Perpustakaan Desa/Kelurahan meliputi buku (fiksi dan non fiksi),
buku referensi, penerbitan pemerintah (pusat dan daerah), seperti himpunan peraturan
pemerintah, surat kabar, majalah baik yang ilmiah maupun populer, yang umum
ataupun khusus, film, slide, piringan hitam, dan sebagainya.
8
Murniaty : Strategi Pengembangan Perpustakaan Desa/Kelurahan di Indonesiapekerjaan pokok masyarakat setempat. Dengan demikian diharapkan penghasilan masyarakat dapat bertambah. Sedangkan untuk menggairahkan minat baca masyarakat dan sekaligus sebagai sarana rekreasi, maka Perpustakaan Desa/Kelurahan diharapkan dilengkapi dengan koleksi buku fiksi (buku cerita) yang seyogyanya dapat membuka wawasan dan memperhalus budi pekerti seperti: buku cerita, buku ilmu pengetahuan populer. buku-buku sejarah, kisah-kisah nabi dan lain-lain”.
Koleksi Perpustakaan Desa/Kelurahan bisa bersumber dari pembelian, hadiah,
tukar menukar, sumbangan Perpustakaan Nasional dan Perpustakaan Provinsi, koleksi
Perpustakaan Keliling, atau sumbangan dari masyarakat. Hal yang paling penting yang
harus diperhatikan dalam pengadaan koleksi adalah pengelola perpustakaan harus
benar-benar memperhatikan kebutuhan masyarakat pengguna jasa perpustakaan (user
need assassement) serta tujuan dan misi yang diemban oleh Perpustakaan Desa/Kelurahan. Perpustakaan Desa/Kelurahan melayani segala lapisan dan golongan
masyarakat yang beraneka ragam. Oleh karena itu pengadaan koleksi harus
memperhatikan keanekaragaman tersebut baik dari segi demografi lokasi tempat
tinggal masyarakat, jenis mata pencaharian utama masyarakat, politik, ekonomi, sosial,
budaya dan adat istiadat masyarakat setempat. Karena semua aspek ini sangat
menentukan apakah koleksi perpustakaan akan berdayaguna atau tidak bagi
masyarakat.
4.3. Sumber Daya Manusia (SDM) Pengelola Perpustakaan
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan komponen penting dalam operasional
Perpustakaan Desa/Kelurahan. SDM pengelola perpustakaan inilah nanti yang akan
menentukan keberlangsungan sebuah perpustakaan. Sumber Daya Manusia (SDM)
pengelola Perpustakaan Desa/Kelurahan biasanya ditunjuk langsung oleh Kepala Desa,
bisa saja seorang pustakawan, pegawai administrasi kantor Kelurahan/Desa, Karang
Taruna, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), atau masyarakat biasa.
Idealnya, SDM pengelola Perpustakaan Desa/Kelurahan adalah pustakawan
Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang pengadaannya merupakan kewajiban pemerintah.
Karena sebenarnya pengadaan SDM pengelola Perpustakaan Desa/Kelurahan menjadi
wewenang dan tanggung jawab Pemda Tingkat I atau Pemda Tingkat II. Tetapi karena
9
Murniaty : Strategi Pengembangan Perpustakaan Desa/Kelurahan di Indonesiadesa/kelurahan untuk menugaskan salah seorang perangkat desa sebagai SDM
pengelola perpustakaan. Memberdayakan pemuda/i anggota Karang Taruna sebagai
SDM Pengelola Perpustakaan Desa/Kelurahan dapat menjadi alternatif pilihan yang
baik. Artinya hal ini memberi kesempatan kepada pemuda/i desa untuk berperan serta
dalam upaya mencerdaskan masyarakat desa/kelurahan di lingkungan tempat
tinggalnya. Hal terpenting dalam menentukan SDM pengelola Perpustakaan
Desa/Kelurahan adalah memilih orang yang benar-benar memiliki kompetensi dalam
pekerjaan teknis perpustakaan, memiliki jiwa pustakawan dan cinta terhadap buku dan
perpustakaan. Karena semua hal tersebut akan menentukan bagaimana kinerja kerja
seseorang dalam operasional perpustakaan.
SDM Penanggung jawab Perpustakaan Desa/Kelurahan adalah Kepala
Desa/Kelurahan. Sebagai penanggung jawab maka Kepala Desa/Kelurahan wajib selalu
berkonsultasi dengan Camat sebagai pembina umum Perpustakaan Desa/Kelurahan,
instansi-instansi teknis yang terkait, dinas-dinas dan lembaga-lembaga Non
Departemen khususnya Perpustakaan Nasional Provinsi.
Dalam memajukan dan mengelola Perpustakaan Desa/Kelurahan Kepala
Desa/Kelurahan harus selalu mengadakan koordinasi dengan pengurus atau pengelola
Perpustakaan Desa/Kelurahan, agar setiap kekurangan dan perkembangan dalam
pengelolaan Perpustakaan Desa/Kelurahan senantiasa dapat diketahui. Koordinasi juga
dilakukan antara sesama Perpustakaan Desa/Kelurahan. Dalam menentukan
kebijaksanaan pengembangan dan sistem penyelenggaraan Perpustakaan
Desa/Kelurahan, kepala desa/kelurahan dapat melakukan koordinasi dengan LKMD, LD,
PKK dan lembaga-lembaga desa/kelurahan lainnya.
4.4. Sumber Dana Perpustakaan
Anggaran atau sumber dana sebuah perpustakaan mutlak harus ada, karena
tanpa ketersediaan anggaran akan sulit bagi perpustakaan untuk menjalankan tugas
dan fungsinya. Anggaran tersebut untuk membiayai semua operasional perpustakaan
10
Murniaty : Strategi Pengembangan Perpustakaan Desa/Kelurahan di IndonesiaSumber dana/pembiayaan Perpustakaan Desa/Kelurahan sesuai dengan
Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 1984 Tentang Pelaksanaan
Penyelenggaraan Perpustakaan Desa/Kelurahan adalah berasal dari :
1. Swadaya masyarakat Desa/Kelurahan
2. Bantuan pemerintah (APBDesa/APBN)
3. Lain-lain yang sah dan tidak mengikat
Pemerintah desa juga dapat menganggarkan dana Perpustakaan Desa/Kelurahan
melalui ADD (Alokasi Dana Desa) yang bersumber dari APB Desa untuk operasional
Perpustakaan Desa/Kelurahan yang meliputi pengadaan, pengolahan, dan pelayanan
bahan pustaka sehingga Perpustakaan Desa/Kelurahan dapat tumbuh dan berkembang.
Penentuan besar ADD untuk operasional Perpustakaan Desa/Kelurahan disesuaikan
dengan kemampuan keuangan dalam APBDesa.
Pengalokasian anggaran untuk perpustakaan merupakan faktor penting dalam
pengembangan Perpustakaan Desa/Kelurahan, sekaligus merupakan bentuk kepedulian
pemerintah desa terhadap perpustakaan. Adanya anggaran menunjukkan bahwa
pemerintah desa telah memiliki keinginan untuk berubah ke arah yang lebih baik yaitu
mengajak masyarakatnya menjadi masyarakat yang melek informasi.
Sebaliknya, ketiadaan alokasi anggaran menunjukkan bahwa pemerintah desa hanya sekedar memposisikan perpustakaan desa sebagai panggung sandiwara.
Dipertunjukkan ketika ada acara lomba desa dan langsung tutup layar ketika acara
lomba desa telah selesai. Bahkan seringkali Perpustakaan Desa/Kelurahan hanya
dipertunjukkan pada acara-acara seremonial, misalnya ketika kampanye pemilihan
kepala desa/kelurahan, pemilihan camat, atau penyambutan pejabat-pejabat negara
yang akan mengunjungi suatu desa/kelurahan. Setelah acara seremonial selesai maka
11
Murniaty : Strategi Pengembangan Perpustakaan Desa/Kelurahan di Indonesia4.5. Promosi Perpustakaan Desa
Promosi merupakan bagian penting di dalam perpustakaan termasuk perpustakaan
Desa/Kelurahan. Karena promosi merupakan upaya untuk memperkenalkan Perpustakaan
Desa/Kelurahan kepada masyarakat dan upaya untuk menjaring masyarakat desa agar mau
memberdayakan perpustakaan yang ada. Oleh karena berdirinya Perpustakaan Desa/Kelurahan di
tengah-tengah masyarakat seringkali masih mengalami berbagai hambatan dan tantangan antara lain
disebabkan oleh :
a. Respon dan perhatian masyarakat desa/kelurahan terhadap perpustakaan relatif masih rendah.
Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor misalnya ketidak tahuan/kekurang tahuan masyarakat
dimana letak/lokasi perpustakaan, apa kegunaan perpustakaan, siapa saja yang boleh berkunjung
ke perpustakaan, bagaimana cara menjadi anggota perpustakaan, bahan pustaka apa saja yang ada
di perpustakaan, dan lain sebagainya. Faktor-faktor tersebut yang akhirnya menjadikan masyarakat
kurang merespon dan memperhatikan keberadaan Perpustakaan Desa/Kelurahan.
b. Persepsi masyarakat tentang perpustakaan yang kurang tepat.
Masyarakat desa terdiri atas berbagai kelompok masyarakat yang saling berbeda strata sosialnya,
tingkat pendidikan, suku, kebudayaan, agama dan kepercayaan, adat istiadat dan masih banyak hal
berbeda lainnya. Oleh karena itu sikap, pandangan, cara berpikir, wawasan dan persepsi
masyarakatnya terhadap sesuatu hal juga seringkali berbeda. Hal-hal seperti inilah yang harus
diperhatikan oleh SDM pengelola perpustakaan. Bagaimana SDM pengelola perpustakaan mampu
menciptakan dan mengembangkan citra dan persepsi yang benar dan lengkap tentang
perpustakaan bagi semua anggota masyarakat desa/kelurahan.
c. Minat masyarakat terhadap perpustakaan relatif masih rendah.
Pada umumnya minat masyarakat terhadap perpustakaan relatif masih rendah. Tentu hal ini masih
berkaitan dengan dua hal di atas yaitu kurangnya respon masyarakat terhadap perpustakaan dan
kurang tepatnya persepsi masyarakat tentang perpustakaan. Ditambah lagi hal ini berkaitan dengan
rendahnya minat baca masyararakat. Sehingga tugas utama dari perpustakaan Desa/Kelurahan
adalah bagaimana kehadiran perpustakaan Desa/Kelurahan mampu menggairahkan minat
masyarakat untuk membaca. Selain itu perlu juga ditanamkan kesadaran pada masyarakat
12
Murniaty : Strategi Pengembangan Perpustakaan Desa/Kelurahan di IndonesiaTanpa adanya kesadaran masyarakat, tanggapan masyarakat dan partisipasinya
terhadap Perpustakaan Desa/Kelurahan dengan cara menggunakan koleksi
perpustakaan yang telah disediakan dan memelihara kelestariannya, maka
perpustakaan tersebut tidak akan mempunyai arti apa-apa. Di sini pembukaan
perpustakaan perlu dimediasi oleh kelompok fasilitator yang memotivasi masyarakat
untuk gemar membaca.
d. Tingkat kesibukan/waktu masyarakat desa yang terbatas.
Kehidupan masyarakat pedesaan selalu ditandai dengan kehidupan yang jauh dari moderen. Hidup
sebagai masyarakat agraris yang bekerja di sektor pertanian, peternakan, perikanan dan
perkebunan. Hampir seluruh waktu kerja mereka digunakan untuk bekerja mencari nafkah
sehari-hari. Umumnya mereka telah pergi bekerja sejak pagi hari sebelum matahari terbit dan pulang
ketika matahari sudah tenggelam. Dalam hubungannya dengan perpustakaan maka bagi
masyarakat desa/kelurahan sangat sulit untuk membagi waktu kerjanya dengan berkunjung ke
perpustakaan.
e. Masih kurangnya perhatian Pemerintah Daerah kepada Perpustakaan Desa/Kelurahan
Tidak bisa dipungkiri perhatian Pemerintah Daerah terhadap perpustakaan masih sangat kurang.
Masih banyak sekali Kepala Daerah yang kurang memberikan perhatian kepada Perpustakaan
Desa/Kelurahan yang berada di wilayah kerjanya. Padahal perpustakaan merupakan sarana belajar
sepanjang hayat yang murah dan mudah terjangkau oleh masyarakatnya. Perpustakaan
Desa/Kelurahan memiliki peran yang sangat strategis dalam mencerdaskan
kehidupan masyarakat terutama masyarakat desa/kelurahan di sekitar lokasi
berdirinya perpustakaan. Oleh sebab itu diharapkan pembinaan perpustakaan
Desa/Kelurahan perlu menjadi perhatian serius Pemerintah Daerah dalam rangka
mencerdaskan masyarakat. Adanya otonomi daerah akan berpengaruh terhadap
pembiayaan, pembinaan dan pengembangan perpustakaan. Diharapkan Pemda
kabupaten lewat Dinas PPO bisa mengalokasikan sebagian dana APBD untuk
mengembangkan satu perpustakaan desa sebagai pilot project pada salah satu
Desa/Kelurahan. Apabila berhasil Perpustakaan Desa/Kelurahan ini bisa dijadikan
13
Murniaty : Strategi Pengembangan Perpustakaan Desa/Kelurahan di IndonesiaAdanya berbagai hambatan dan tantangan berdirinya perpustakaan Desa/Kelurahan di atas
hendaknya tidak menyurutkan semangat para pengelola perpustakaan Desa/Kelurahan untuk dapat terus
eksis memberikan pelayanan informasi kepada masyarakat. Pustakawan seyogyanya kreatif untuk
memikirkan berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk mempromosikan Perpustakaan Desa/Kelurahan
yang dibinanya agar kehadirannya benar-benar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Desa/Kelurahan
secara maksimal. Beberapa cara promosi perpustakaan Desa/Kelurahan yang dapat dilakukan antara lain :
1. Menambah koleksi bahan pustaka yang berbasis masyarakat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
2. Melakukan kerjasama dengan Perpustakaan Nasional RI, BPAD Provinsi dan Forum
Perpustakaan Masyarakat Desa/Kelurahan, khususnya dalam penambahan koleksi bahan
pustaka yang diminati masyarakat.
3. Melakukan kerjasama dengan Mahasiswa KKN dari berbagai Perguruan Tinggi untuk
dapat memasyarakatkan Perpustakaan Desa/Kelurahan.
4. Bekerjasama dengan tokoh-tokoh seperti penulis, pendongeng, aktivis komunitas masyarakat membaca,
dan Karang Taruna untuk membuat acara di perpustakaan.
5. Melakukan layanan perpustakaan keliling (Pusling) dengan mobil pintar dan motor pintar sehingga dapat
menjangkau keberadaan masyarakat Desa/Kelurahan yang lokasinya jauh dari perpustakaan.
6. Memberikan pelatihan bimbingan teknis (Bimtek) bagi pengelola perpustakaan
Desa/Kelurahan sehingga menambah kompetensi pengelola perpustakaan.
7. Memberikan penghargaan bagi pengelola perpustakaan Desa/Kelurahan yang memiliki dedikasi dan
loyalitas yang baik dalam bekerja.
8. Memberikan penghargaan kepada masyarakat yang menjadi pengunjung perpustakaan
terbanyak/terbaik.
9. Melakukan promosi melalui kerjasama dengan sekolah-sekolah yang ada di sekitar perpustakaan
Desa/Kelurahan mulai dari TK, SD, SMP dan SMA .
10.Melakukan promosi door to door serta atau promosi melalui radio komunitas.
11.Pemasyarakatan perpustakaan melalui sosialisasi di media cetak dan elekronik, leaflet,
spanduk, poster dan kegiatan expo perpustakaan atau lomba perpustakaan
Desa/Kelurahan.
12.Membangun kemitraan antara pemerintah, masyarakat, dan swasta dalam
menyelenggarakan Perpustakaan Desa/Kelurahan. Terutama sekali diharapkan kontribusi
14
Murniaty : Strategi Pengembangan Perpustakaan Desa/Kelurahan di Indonesiaperusahaan asing yang mengeksploitasi kekayaan alam di desa tersebut dan menjalankan
usahanya di daerah tersebut. Sudah menjadi kewajibannya menyisihkan sebagian
perolehan laba untuk dikembalikan kepada masyarakat melalui program dan kegiatan
yang bermanfaat bagi masyarakat yaitu membangun Perpustakaan Desa/Kelurahan.
5. Penutup
Perpustakaan Desa/Kelurahan memiliki peran yang sangat strategis dalam
mencerdaskan kehidupan masyarakat terutama masyarakat desa/kelurahan di sekitar lokasi
berdirinya perpustakaan. Oleh sebab itu semangat menyelenggarakan perpustakaan
Desa/Kelurahan seyogyanya mendapat apresiasi dari semua pihak yang benar-benar
berkomitmen terhadap upaya mencerdaskan masyarakat melalui kegiatan membaca di
perpustakaan.
Agar Perpustakaan Desa/Kelurahan dapat melayani masyarakat desa dengan
sebaik-baiknya maka perpustakaan perlu dikelola secara profesional menurut sistem dan ketentuan
umum yang berlaku. Dalam operasionalnya juga diperlukan strategi pengembangan,
pembinaan, dan pemberdayaan perpustakaan, sehingga tujuan pendirian sebuah
Perpustakaan Desa/Kelurahan dapat tercapai dengan baik.
Komponen-komponen pengembangan seperti : sarana dan prasarana perpustakaan,
sumber dana perpustakaan, Sumber Daya Manusia (SDM) pengelola, koleksi perpustakaan,
dan promosi perpustakaan perlu mendapat perhatian yang penuh dari Kepala Desa/Lurah
sebagai penanggung jawab keberadaan Perpustakaan Perpustakaan Desa/Kelurahan.
SDM pengelola Perpustakaan Desa/Kelurahan perlu senantiasa mengadakan
konsultasi dengan penentu kebijakan seperti Kepala Desa/Lurah, Camat, juga dengan
Perpustakaan Nasional RI atau Perpustakaan Provinsi yang terdapat di seluruh Ibu Kota
Provinsi untuk pengembangan perpustakaan.
Peningkatan kompetensi SDM pengelola Perpustakaan Desa perlu mendapat
perhatian yang serius dari penentu kebijakan, agar SDM pengelola perpustakaan dapat
menjalankan aktivitas perpustakan dengan benar sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen
15
Murniaty : Strategi Pengembangan Perpustakaan Desa/Kelurahan di IndonesiaPerpustakaan Desa/Kelurahan perlu membangun kemitraan dengan berbagai
instansi, organisasi atau kelompok-kelompok masyarakat yang memiliki tujuan yang sama,
misalnya Taman Bacaan Masyarakat (TBM), Karang Taruna, LSM, Remaja Mesjid, Kelompok
Baca Masyarakat, dll.
Sebagai lembaga yang mengelola bahan pustaka ilmiah dan edukatif bagi masyarakat
desa, Perpustakaan Desa/Kelurahan harus senantiasa mengembangkan strategi yang jitu
agar menjadi sesuatu yang menarik bagi banyak orang, jika ingin tetap eksis dan dihargai
keberadaannya oleh masyarakat. Secara jujur harus diakui bahwa masih banyak “pekerjaan
rumah” yang harus diselesaikan oleh SDM pengelola Perpustakaan Desa/Kelurahan. Namun
setiap masalah tentu ada cara dan jalan pemecahannya jika dihadapi dengan arif dan
bijaksana serta adanya kompetensi pengetahuan yang cukup. Harapan ke depan,
Perpustakaan Desa/Kelurahan di Indonesia dapat terus maju dan berkembang menjadi lebih
16
Murniaty : Strategi Pengembangan Perpustakaan Desa/Kelurahan di IndonesiaReferensi :
1. Junaidi, Dedi. 2014. Pembangunan Perpustakaan Digenjot.
Sumbe
Diakses : tanggal 18 Februari 2014
2. Meak, Theresia. 2011. Mewujudkan Desa Pintar Melalui Perpustakaan Desa.
Sumber:
3. Murniaty. 2013. Materi Pelatihan Pengelola Perpustakaan Sekolah dan Perpustakaan
Desa. Medan : Perpustakaan Universitas Sumatera Utara.
4. Perpustakaan Nasional RI. 2001. Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Desa. Editor
Soekarman. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI.
5. Perpustakaan Nasional RI. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun
2007 Tentang Perpustakaan. Jakarta : Perpusnas RI.
6. Saputro, Romi Febriyanto . ADD Untuk Perpustakaan Desa. Tulisan ini telah dimuat di Harian Solo Pos, 14 Maret 2012. Sumber :
7. Sutarno. 2006. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta : Sagung Seto.
8. Sutarno. 2008. Membina Perpustakaan Desa : Dilengkapi Undang-Undang No. 43 Tahun