• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI DAN ANALISA QOS RADIO STREAMING DAKWAH STUDI KASUS LPPI (LEMBAGA PENGKAJIAN DAN PENGAMALAN ISLAM) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI DAN ANALISA QOS RADIO STREAMING DAKWAH STUDI KASUS LPPI (LEMBAGA PENGKAJIAN DAN PENGAMALAN ISLAM) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Skripsi

untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1

Diajukan oleh Kurnia Nur Kusuma NIM: 20100140052

Kepada

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK

(2)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Skripsi

untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1

Diajukan oleh Kurnia Nur Kusuma NIM: 20100140052

Kepada

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK

(3)

ii

IMPLEMENTASI DAN ANALISA QOS RADIO STREAMING

DAKWAH STUDI KASUS LPPI (LEMBAGA PENGKAJIAN DAN

PENGAMALAN ISLAM) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

YOGYAKARTA

Diajukan Oleh: KURNIA NUR KUSUMA

20100140052

Telah Disetujui Oleh:

Pembimbing 1 Pembimbing 2

1TU

Ir. Eko Prasetyo, M.EngU1T. UDr. U1TUDwijoko Purbohadi, S.T., M.TU1T.

(4)

iii

DAKWAH STUDI KASUS LPPI (LEMBAGA PENGKAJIAN DAN

PENGAMALAN ISLAM) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

YOGYAKARTA

Diajukan Oleh:

U

KURNIA NUR KUSUMA 20100140052

Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan di depan Dewan Penguji Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiayah Yogyakarta

Tanggal 21 September 2016 Dewan Penguji:

46TU

Ir. Eko Prasetyo, M.Eng.U46T `

NIK: 19670422201204123061

1TU

Dr. Dwijoko Purbohadi, S.T., M.TU1T.

NIK: 19680202199502123019

U

(5)

sepanjang pengetahuan saya juga tidak mengandung karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 2016

Kurnia Nur Kusuma

(6)

skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Ir. Eko Prasetyo, M.Eng. selaku pembimbing utama yang telah mempercayakan proyek Radio Streaming di UMY untuk dijadikan skripsi bagi penulis, serta membimbing penulis dengan kesabaran dan ketulusan.

2. Bapak Dr. Dwijoko Purbohadi, S.T., M.T. selaku pembimbing pendamping, yang telah dengan penuh kesabaran dan ketulusan memberikan ilmu dan bimbingan kepada penulis.

3. Bapak Muhammad Helmi Zain, S.T., M.T. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan yang berarti pada penulis

(7)

5. Para Staff Jurusan Teknik Informatika UMY, yang senantiasa membantu penulis dalam urusan administrasi.

6. Para Staff Biro Sistem Informasi, Pak Wahyu, Pak Ya’um, Pak Hartono yang senantiasa membantu penulis pada tahap pengerjaan skripsi dan juga telah berbagi banyak pelajaran hidup.

7. Bapak dan mamah yang sudah sabar dengan semua kemalasan anaknya.

8. Keluarga besar LPPI UMY yang sudah banyak membantu dalam proses pengerjaan skripsi ini.

9. Teman-teman seperjuangan cinky, reza dan rozi yang sudah sangat sabar mengingatkan penulis untuk cepat-cepat menyelesaikan skripsi ini.

10.Teman-teman yang mensupport penulis, Susi, Nia, Anis, Echi, Ira, Nisa, Vivi,

Mba Wid, dan yang belum disebut.

(8)

Metode dakwah yang dilakukan dimasjid UMY menggunakan metode tatap muka langsung. Metode dakwah ini kurang efektif karena masyarakat luas terutama civitas akademika UMY kurang maksimal untuk menerima ilmu-ilmu agama yang disiarkan.

Masalah diatas dapat dikurangi dengan diimplementasikannya radio dakwah secara online menggunakan teknologi audio streaming. Karena metode penerimaan ilmu-ilmu agama dapat ditambah dengan diimplementasikannya radio dakwah secara online, masyarakat luas kususnya civitas UMY, dapat dimudahkan untuk menerima ilmu-ilmu agama dengan adanya radio streaming yang dapat diakses melalui perangkat komputer maupun perangkat mobile yang terkoneksi dengan internet tanpa terkendala jarak, cuaca dan waktu.

Untuk mengimplementasikan sebuah radio streaming dibutuhkan sebuah ujicoba untuk mendapatkan pengaturan yang tepat agar suara yang dihasilkan serta pemakaian bandwidth dapat dimaksimalkan. Dari percobaan ditemukan bahwa sample rate tidak mempengaruhi kualitas suara yang dihasilkan. Radio streaming dengan pengaturan encoder 320 kbps memiliki kualitas suara yang paling bagus dibandingkan dengan pengaturan encoder 128 kbps dan 48 kbps. Tetapi pengaturan encoder 48 kbps dipilih sebagai pengaturan yang paling tepat melalui penilaian throughput, maksimal user, penilaian ukuran file serta penilaian subyektif yang dilakukan. Dari hasil pengamatan didapat pula kesimpulan, semakin besar pengaturan encoder-nya semakin besar throughput yang didapat. Pada pengamatan delay, didapati kesimpulan radio streaming sudah dapat dikategorikan memenuhi QoS yang baik dengan rata-rata sebesar 50ms. Dapat disimpulkan bahwa radio streaming sudah dapat diimplementasikan dan dapat digunakan sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu agar masyarakat luas mampu memperoleh ilmu-ilmu agama dengan maksimal, terutama civitas akademika UMY.

Kata Kunci:

Radio, streaming, dakwah, throughput, delay, encoder, QoS.

(9)

namely radio. The concept of streaming radio is similar to the conventional radio, the difference was only found in licensing and medium. The method of preaching that is done in UMY mosque is using face to face method. This propaganda method is less effective because of the wider community especially the UMY community can not receive the broadcast of religious sciences maximally.

The problem above can be reduced with the implementation of online propaganda radio that is using streaming audio technology. Because the method of receiving religious sciences can be coupled with the implementation of online propaganda radio, society especially UMY community, can be eased to receive the religious sciences with their streaming radio that can be accessed via computer or mobile device that is connected to the Internet without the constraints of distance, weather and time.

To implement the streaming radio is needed a test to get the right setting so that the sound produced and bandwidth usage can be maximized. From the experiments, it was found that the sample rate does not affect the quality of sound produced. The streaming radio with the encoder settings of 320 kbps has the best quality sound compared with the encoder settings of 128 kbps and 48 kbps. But the encoder setting of 48 kbps is selected as the most appropriate arrangement through the throughput rating, maximum user, the file size assessment and the subjective assessment that has done. From the observation result can be concluded that the greater the encoder setting the greater the throughput obtained. In the delay observation, it was found the conclusion of streaming radio that can already be categorized meet the good QoS with an average of 50ms. It can be concluded that streaming radio could have been implemented and can be used in accordance with the purpose of research, so that the public is able to acquire religious knowledge to the maximum, especially the academicians of UMY.

Keyword:

Radio, streaming, propaganda, throughput, delay, encoder, QoS.

(10)

SKRIPSI ... ii

HALAMAN PENGESAHAN II ... iii

SKRIPSI ... iii

PERNYATAAN ... iv

PRAKATA ... v

INTISARI ... vii

ABSTRACT ... viii

BAB 1 ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Hasil Penelitian ... 6

1.6 Sistematika Penulisan ... 7

BAB II ... 8

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ... 8

2.1 Tinjauan Pustaka ... 8

2.2 Landasan Teori ... 9

2.2.1 Konsep Kerja Streaming ... 9

2.2.2 Metode transmisi data ... 10

2.10.1 Unicast ... 11

2.10.2 Broadcast ... 12

2.10.3 Multicast ... 13

2.2.3 TCP/IP ... 15

2.2.3.1 Arsitektur dan Protocol Jaringan TCP/IP ... 16

2.2.4 Proses Pengiriman Data ... 20

2.2.5 Skema Radio Streaming ... 22

(11)

2.2.6 Parameter Dalam Audio Streaming ... 24

2.2.7 Arsitektur Radio Streaming... 26

2.2.7.1 Streaming media server ... 26

2.2.7.2 Broadcast Tool ... 27

2.2.7.3 Pendengar ... 27

2.2.8 QoS (Quality of Service) ... 28

BAB III ... 31

METODE PENELITIAN ... 31

3.1 Bahan Penelitian... 31

3.2 Arsitektur Radio Streaming di LPPI UMY ... 31

3.3 Kebutuhan Sistem ... 33

3.3.1 Perangkat Keras ... 33

3.3.2 Kebutuhan Perangkat Lunak ... 34

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.5 Variabel dan Rencana Penelitian ... 42

3.6 Metode Analisa ... 43

BAB IV ... 45

Implementasi dan Analisa ... 45

4.1 Implementasi ... 45

4.1.1 Konfigurasi Disisi Server ... 46

4.1.2 Konfigurasi Disisi Sumber ... 51

4.2 Pengujian ... 53

4.3 Analisa QoS Radio Streaming ... 54

4.3.1 Throughput ... 54

4.3.1.1 Wired ... 54

4.3.1.2 Wireless ... 58

4.3.2 RTT Delay ... 62

4.3.2.1 Wired ... 62

4.3.2.2 Wireless ... 66

4.3.3 Packet Loss ... 70

(12)

4.3.3.2 Wireless ... 71

4.4 Maksimal User yang Dapat Mengakses Radio Streaming ... 73

4.5 Penilaian Subyektif ... 74

4.5.1 Wired ... 75

4.5.2 Wireless ... 76

4.5.3 Penilaian Ukuran File ... 77

4.6 Pengamatan Pengaturan Encoder Terhadap 20 Stasun Radio ... 78

BAB V ... 82

KESIMPULAN DAN SARAN ... 82

5.1 Kesimpulan ... 82

5.2 Saran ... 83

(13)

Tabel 4. 4 Throughput dengan pengaturan sample rate yang berbeda ... 61

Tabel 4. 5 Delay dengan pengaturan bit rate yang berbeda ... 63

Tabel 4. 6 Delay dengan pengaturan sample rate yang berbeda ... 64

Tabel 4. 7 Delay dengan pengaturan bit rate yang berbeda ... 66

Tabel 4. 8 Delay dengan pengaturan sample rate yang berbeda ... 68

Tabel 4. 9 Packet Loss ... 70

Tabel 4. 10 Packet Loss ... 70

Tabel 4. 11 Packet Loss ... 72

Tabel 4. 12 Packet Loss ... 72

Tabel 4. 13 Maksimal User Melalui Jaringan Kabel ... 73

Tabel 4. 14 Maksimal User Melalui Jaringan Wireless ... 74

Tabel 4. 15 Kualitas Suara ... 75

Tabel 4. 16 Kualitas Suara ... 75

Tabel 4. 17 Kualitas Suara ... 76

Tabel 4. 18 Kualitas Suara ... 77

Tabel 4. 19 Besar bandwidth berdasarkan perubahan pengaturan bit rate ... 77

Tabel 4. 20 Besar bandwidth berdasarkan perubahan pengaturan sample rate ... 78

Tabel 4. 21 Tabel hasil pengamatan ... 79

Tabel 4. 22 Jumlah Perhitungan ... 80

(14)

Gambar 2. 6 Proses Pengiriman Data ... 21

Gambar 2. 7 Skema 1 ... 23

Gambar 2. 8 Skema 2 ... 23

Gambar 2. 9 Perbedaan kualitas gambar ... 24

Gambar 2. 10 Contoh gambar perbandingan sample rate ... 26

Gambar 3. 1 Arsitektur Radio Streaming ... 32

Gambar 3. 2 Contoh Konfigurasi Icecast2 ... 36

Gambar 3. 3 Menu Preference di Winamp... 38

Gambar 3. 4 Edcast Plugin ... 38

Gambar 3. 5 Menu Konfigurasi Edcast Plugin ... 39

Gambar 3. 6 Skema Pengamatan ... 41

Gambar 4. 1 Antarmuka website lppi.umy.ac.id ... 45

Gambar 4. 2 Administrator Page ... 51

Gambar 4. 3 Edcast ... 52

Gambar 4. 4 Throughput dengan encoder (a) 48, (b) 128 dan (c) 320 Kbps melalui jaringan kabel ... 56

Gambar 4. 5 Throughput dengan pengaturan sample rate (a) 8000, (b) 32000 dan (c) 48000 Hz melalui jaringan kabel ... 58

Gambar 4. 6 Throughput dengan encoder (a)48, (b)128 dan (c)320 Kbps melalui jaringan wireless UMY ... 60

Gambar 4. 7 Throughput dengan pengaturan sample rate (a) 8000, (b) 32000 dan (c) 48000 Hz melalui jaringan wireless di UMY ... 62

Gambar 4. 8 Delay dengan pengaturan encoder (a) 48, (b) 128 dan (c) 320 Kbps melalui jaringan kabel ... 64

Gambar 4. 9 Delay dengan pengaturan sample rate (a) 8000, (b) 32000 dan (c) 48000 Hz melalui jaringan kabel ... 65

Gambar 4. 10 Delay dengan pengaturan encoder (a) 48, (b) 128 dan (c) 320 Kbps melalui jaringan wireless... 67

Gambar 4. 11 Delay dengan pengaturan sample rate (a) 8000, (b) 32000 dan (c) 48000 Hz melalui jaringan wireless ... 69

Gambar 4. 12 Contoh salah satu gambar pengamatan ... 78

(15)
(16)
(17)

konvensional, perbedaan nya hanya terdapat pada perijinan dan media penghantarnya. Metode dakwah yang dilakukan dimasjid UMY menggunakan metode tatap muka langsung. Metode dakwah ini kurang efektif karena masyarakat luas terutama civitas akademika UMY kurang maksimal untuk menerima ilmu-ilmu agama yang disiarkan.

Masalah diatas dapat dikurangi dengan diimplementasikannya radio dakwah secara online menggunakan teknologi audio streaming. Karena metode penerimaan ilmu-ilmu agama dapat ditambah dengan diimplementasikannya radio dakwah secara online, masyarakat luas kususnya civitas UMY, dapat dimudahkan untuk menerima ilmu-ilmu agama dengan adanya radio streaming yang dapat diakses melalui perangkat komputer maupun perangkat mobile yang terkoneksi dengan internet tanpa terkendala jarak, cuaca dan waktu.

Untuk mengimplementasikan sebuah radio streaming dibutuhkan sebuah ujicoba untuk mendapatkan pengaturan yang tepat agar suara yang dihasilkan serta pemakaian bandwidth dapat dimaksimalkan. Dari percobaan ditemukan bahwa sample rate tidak mempengaruhi kualitas suara yang dihasilkan. Radio streaming dengan pengaturan encoder 320 kbps memiliki kualitas suara yang paling bagus dibandingkan dengan pengaturan encoder 128 kbps dan 48 kbps. Tetapi pengaturan encoder 48 kbps dipilih sebagai pengaturan yang paling tepat melalui penilaian throughput, maksimal user, penilaian ukuran file serta penilaian subyektif yang dilakukan. Dari hasil pengamatan didapat pula kesimpulan, semakin besar pengaturan encoder-nya semakin besar throughput yang didapat. Pada pengamatan delay, didapati kesimpulan radio streaming sudah dapat dikategorikan memenuhi QoS yang baik dengan rata-rata sebesar 50ms. Dapat disimpulkan bahwa radio streaming sudah dapat diimplementasikan dan dapat digunakan sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu agar masyarakat luas mampu memperoleh ilmu-ilmu agama dengan maksimal, terutama civitas akademika UMY.

Kata Kunci:

Radio, streaming, dakwah, throughput, delay, encoder, QoS.

(18)

difference was only found in licensing and medium. The method of preaching that is done in UMY mosque is using face to face method. This propaganda method is less effective because of the wider community especially the UMY community can not receive the broadcast of religious sciences maximally.

The problem above can be reduced with the implementation of online propaganda radio that is using streaming audio technology. Because the method of receiving religious sciences can be coupled with the implementation of online propaganda radio, society especially UMY community, can be eased to receive the religious sciences with their streaming radio that can be accessed via computer or mobile device that is connected to the Internet without the constraints of distance, weather and time.

To implement the streaming radio is needed a test to get the right setting so that the sound produced and bandwidth usage can be maximized. From the experiments, it was found that the sample rate does not affect the quality of sound produced. The streaming radio with the encoder settings of 320 kbps has the best quality sound compared with the encoder settings of 128 kbps and 48 kbps. But the encoder setting of 48 kbps is selected as the most appropriate arrangement through the throughput rating, maximum user, the file size assessment and the subjective assessment that has done. From the observation result can be concluded that the greater the encoder setting the greater the throughput obtained. In the delay observation, it was found the conclusion of streaming radio that can already be categorized meet the good QoS with an average of 50ms. It can be concluded that streaming radio could have been implemented and can be used in accordance with the purpose of research, so that the public is able to acquire religious knowledge to the maximum, especially the academicians of UMY.

Keyword:

Radio, streaming, propaganda, throughput, delay, encoder, QoS.

(19)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Tidak bisa dipungkiri informasi adalah suatu hal yang sangat penting di era globalisasi ini. Informasi merupakan hasil dari pengolahan, manipulasi dan pengorganisasian data dengan cara menambah pengetahuan dari orang yang menerimanya. Informasi dapat didefinisikan sebagai data yang akurat dan tepat waktu, data yang spesifik dan terorganisir untuk suatu tujuan, data yang disajikan dalam konteks yang memberikan makna dan relevansi dan data yang dapat menyebabkan peningkatan dan penurunan pemahaman dalam ketidakpastian. Informasi merupakan salah satu hal yang berharga, karena dapat mempengaruhi perilaku, keputusan, atau hasil.

Teknologi adalah salah satu hal yang memperlihatkan bahwa manusia berkembang dari masa ke masa sehingga menghasilkan sebuah peradaban seperti sekarang ini, dengan teknologi dapat disediakan barang-barang dan fasilitas yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Teknologi juga berperan penting dalam menyediakan informasi, hiburan, bahkan pendidikan secara umum ataupun yang bersifat keagamaan di masyarakat.

Teknik Informatika adalah penggabungan aspek teknologi dan informasi; teknologi informasi adalah suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan di era

(20)

globalisasi ini, teknologi informasi juga tidak lepas dari teknologi komunikasi yang otomatis muncul seiring berkembangnya ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan membuat perbedaan dalam cara, bentuk dan waktu dari informasi yang disampaikan, ini tentu adalah perubahan yang sangat besar dan tidak akan bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, karena komunikasi dan informasi adalah kebutuhan pokok yang dilakukan dan dibutuhkan di masyarakat.

Radio konvesional (broadcasting system) merupakan teknologi yang paling banyak dimanfaatkan sebagai media pengirim informasi sebelum adanya internet. Radio konvensional menggunakan gelombang radio untuk mengirimkan informasi. Gelombang radio dipancarkan dengan jangkauan tertentu sehingga memiliki keterbatasan jangkauan penyebaran informasinya, lain halnya dengan internet yang mampu menjangkau hampir seluruh permukaan bumi. Selain itu, pemancar radio membutuhkan investasi tinggi bila dibandingkan dengan menggunakan internet.

(21)

Dakwah adalah salah satu penyampaian informasi kebenaran dalam islam, keberadaan dakwah begitu melekat dalam agama islam. Karena dengan dakwah, islam masih ada dan dapat dirasakan keberadaannya oleh umat manusia sampai saat ini. Dakwah sejatinya adalah kegiatan menyebarkan ajaran agama islam untuk seluruh umat yang ada didunia. Dakwah masih perlu untuk terus dilakukan untuk lebih menyempurnakan pemahaman umat muslim secara menyeluruh terhadap ajaran islam. Dan juga dakwah perlu dilakukan kepada umat non muslim untuk mengajak mereka melakukan ketauhidan kepada Allah SWT. Metode dakwah yang umum ada dua macam yang pertama dalam bentuk lisan atau yang disebut dakwah bil-Lisan dan yang kedua dalam bentuk tertulis atau yang disebut dakwah bit-Tadwin.

Dakwah dalam bentuk lisan diantaranya yaitu − Ceramah rutin

− Pengajian-pengajian

− Kultum (kuliah tujuh menit)

− Dan berkomunikasi langsung antara subyek dan obyek dakwah

Dakwah dalam bentuk tertulis diantaranya yaitu − Kitab-Kitab

− Majalah islami

− Koran

(22)

Dakwah sejatinya disampaikan dengan perkataan, karena memang dapat langsung memberikan perkataan mulia untuk mengajak umat kepada kebaikan islam. Dakwah dalam bentuk lisan memiliki kelebihan serta kekurangan, kelebihan dakwah dalam bentuk lisan adalah merupakan metode yang paling praktis dan dapat langsung bertatapan langsung dengan pendengar ilmu dakwah. Lalu terdapat beberapa kekurangan seperti jangkauan dakwah dengan metode lisan lebih sempit dan bersifat lokal, penyebaran ilmu dakwahnya relative lebih lama, serta kurang fleksibel dalam hal waktu dan kondisi cuaca.

Suyadi dan Muh. Zuliyanto (tt) Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI) merupakan salah satu lembaga di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang secara khusus memiliki tanggung jawab moral dalam bidang internalisasi nilai-nilai keislaman secara apresiatif, edukatif, sistematis dan perspektif jangka panjang terutama di kalangan civitas akademika UMY. Upaya-upaya yang dilakukan dengan berbagai cara baik melalui pengajian-pengajian, acara kuliah tujuh menit (kultum), ceramah rutin dan lain-lain. Salah satu metode dakwah di LPPI UMY adalah menggunakan metode dakwah lisan. Metode dakwah di LPPI UMY dinilai kurang efisien karena untuk mendapatkan ilmu dakwah harus hadir langsung ke masjid, masyarakat luas terutama civitas akademik UMY tidak dapat mengikuti ceramah atau informasi agama yang lain tanpa terkendala jarak sehingga mengakibatkan kurang dikenalnya ceramah agama LPPI UMY di masyarakat luas.

(23)

dengan mudah menggunakan komputer. Dengan adanya radio streaming dakwah di UMY, mahasiswa tidak lagi ketinggalan menerima ilmu agama sebagai panduan hidup yang sangat dibutuhkan oleh semua orang dengan meningkatkan dari sisi efesiensi dan efektifitas kerja yang dapat dicapai dengan adanya radio dakwah streaming dengan hasil yang maksimal tanpa harus terkendala jarak, waktu dan kondisi cuaca. Dengan tersedianya radio dakwah streaming di UMY dapat menambah fasilitas layanan informasi didalam kampus UMY.

1.2

Rumusan Masalah

Metode penyampaian dakwah masih menggunakan cara tradisional, yaitu harus bertatap muka langsung. Cara yang lebih baik dapat digunakan yaitu radio konvensional, namun belum mencukupi kebutuhan dakwah UMY karena jangkauan sangat terbatas di DIY saja serta kurang fleksibel dalam hal waktu. Mengingat LPPI UMY memiliki tujuan dakwah dengan jangkauan yang luas, cara-cara konvesional tersebut kurang efektif dan efisien karena hanya sebagian kecil lingkungan atau masyarakat yang dapat memperoleh manfaatnya.

1.3

Tujuan Penelitian

(24)

akademika UMY. Implementasi teknologi ini memerlukan pengujian Quality of Service (QoS) serta pengaruh pengaturan encoder bitrate dan sample rate terhadap kualitas suara yang dihasilkan untuk mendapatkan konfigurasi optimal pengaturan kualitas suara. Pengujian ini diperlukan karena QoS sangat dipengaruhi oleh ketersediaan bandwidth di jaringan UMY. Pendekatan yang digunakan penulis pada penelitian kali ini adalah dengan pengaturan encoder bitrate dan sample rate MP3 yang berbeda.

1.5

Manfaat Hasil Penelitian

Jika radio dakwah ini dapat dibangun dan tujuan penelitian ini tercapai, maka manfaat yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Masyarakat luas, terutama civitas akademik UMY dapat mengkuti ceramah atau informasi agama yang lain tanpa terkendala jarak. Dakwah atau ceramah yang disampaikan di Masjid UMY dapat diikuti oleh masyarakat luas menggunakan internet.

2. Bagi lembaga LPPI dapat dengan mudah menyebarkan ilmu dakwah di seluruh dunia.

(25)

1.6

Sistematika Penulisan

Bab I: Pendahuluan, menjelaskan mengenai latar belakang dibuatnya skripsi ini, perumusan masalah yang ada dalam pembuatan skripsi dengan tema yang diambil, tujuan dibuatnya skripsi ini, serta manfaat dari hasil penelitian ini.

Bab II adalah landasan teori yang menjelaskan tinjauan pustaka dan landasan teori yang berhubungan dengan tema skripsi yang diambil.

Bab III adalah penjelasan tentang metode penelitian yang diambil yang berisi tentang bahan penelitian yang dipergunkan, arsitektur radio streaming, kebutuhan system yang dipergunakan untuk radio streaming, rencana penelitian yang diambil, serta kesulitan-kesulitan dan hambatan yang ditemui dalam pengerjaan tugas akhir ini.

Bab IV berisi tentang penjelasan rangkaian implementasi dan uji coba skripsi. Pada bab ini juga terdapat analisa dan pembahasan atas data-data yang diperoleh selama pengujian.

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1

Tinjauan Pustaka

Yudi Methanoxy, skripsi .(2010): Analisa QOS Radio Streaming Pada Local Community Network, aspek yang dibahas dalam skripsi ini adalah dipaparkannya percobaan dan analisa dari implementasi radio streaming pada Local Community Network dengan perangkat 802.11n. Dengan metode pengamatan kelayakan yang dilakukan dengan mengacu kepada rekomendasi G.114 ITU-T, dan juga dilakukan penelitian lebih mendalam mengenai maksimal user serta parameter pengaturan encoder yang paling baik untuk digunakan. Skripsi Yudi Methanoxy sangat membantu penulis dalam memahami metode dan tahapan-tahapan yang harus dipakai dalam pengujian yang dilakukan untuk aplikasi radio streaming.

(27)

menerima informasi untuk mahasiswa. Dalam jurnal ini juga dijelaskan metode penelitian yang dilakukan sebagai referensi metode penelitian yang penulis lakukan.

Fitria, Agus .(2009) Dalam SNATI yang berjudul “Internet Radio Streaming” membahas tentang internet radio streaming yang merupakan sebuah teknologi yang mampu mengkompresi atau menyusutkan ukuran file audio dan video agar mudah ditransfer dalam jaringan internet. Jurnal ini membantu penulis dalam memahami pengertian dan metode penelitian internet radio streaming.

2.2

Landasan Teori

2.2.1 Konsep Kerja Streaming

(28)

Gambar 2. 1 Analogi Streaming

Untuk menjelaskan hal ini bisa diibaratkan dengan proses keran yang mengalirkan air ke ember dibawahnya. Keran air yang berperan sebagai server, air berperan menjadi data, dan ember penerima berperan menjadi client. Keran air yang bertindak menjadi server mengirimkan air yang bertindak sebagai data yang mengirimkan aliran data ke ember yang dibawah nya secara terus-menerus. Demikian pula selama ada data yang dialirkan maka proses streaming akan terus berlanjut, untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar 2.1.

2.2.2 Metode transmisi data

(29)

merasakan kebutuhan untuk melakukan komunikasi yang melibatkan lebih dari dua pihak secara bersamaan. Beberapa aplikasi dalam jaringan membutuhkan komunikasi banyak titik (multipoint), salah satunya adalah audio broadcast, audio broadcast mengirimkan data audio dari satu titik ke banyak titik. Dalam metode nya ada beberapa cara untuk melakukan transmisi data yaitu, unicast, multicast, dan broadcast.

2.10.1

Unicast

(30)
[image:30.612.211.390.110.310.2]

Gambar 2. 2 Transmisi Unicast

Bisa dilihat digambar 2.2 setiap client dapat meminta data dari server dan akan dibuatkan jalur sendiri, jika ada client lain yang meminta data walaupun data nya sama tetap akan dibuatkan jalur data yang berbeda.

2.10.2

Broadcast

(31)
[image:31.612.224.393.112.300.2]

Gambar 2. 3 Transmisi Broadcast

Bisa dilihat di gambar 2.3 contoh nya adalah salah satu client request sebuah data ke server maka server akan merespon dengan mengirimkan data tersebut ke semua client yang tehubung dalam satu jaringan, walaupun client yang lain tidak memintanya.

2.10.3

Multicast

Multicast merupakan mekanisme pengiriman aliran paket data dari satu sumber ke suatu group yang berisi kumpulan host penerima. Keuntungan utama dari IP multicast adalah kemampuannya untuk penghematan bandwidth. Ini dikarenakan sumber IP multicast hanya perlu mengirimkan aliran data ke sebuah group yang berisi host penerima melalui satu jalur saja. Hal ini mengakibatkan pengiriman data lebih efektif dibanding dengan broadcast, dan dapat diterima jauh lebih banyak dibandingankan dengan cara unicast.

Alamat-alamat multicast IPv4 didefinisikan dalam ruang alamat kelas D,

(32)

alamat 224.0.0.0/24 (dari alamat 224.0.0.0 hingga 224.0.0.255) tidak dapat digunakan

karena dicadangkan untuk digunakan oleh lalu lintas multicast dalam subnet lokal1).

Contoh yang menggunakan pendekatan menggunakan metode multicast

antara lain adalah pembelajaran jarak jauh, pengiriman serentak, informasi saham dan

video konfrensi. Dan keuntungan menggunakan IPmulticast adalah:

1. Mengurangi beban disisi pengirim karena hanya mengirimkan satu

informasi ke suatu kelompok multicast.

2. Memungkinkan untuk mengirimkan suatu informasi serempak kepada

banyak penerima.

[image:32.612.208.404.398.591.2]

3. Efisien dalam penggunaan bandwidth jaringan.

Gambar 2. 4 Transmisi Multicast

Pada gambar 2.4 adalah sebuah contoh gambar pengiriman data transmisi multicast. Data dari server akan dikirimkan ke salah satu group, bisa ke group A ataupun group

1

(33)

B. Jika data hanya dikirimkan ke group A, maka group B tidak akan menerima data dari server.

2.2.3 TCP/IP

Inti dari komunikasi adalah sebuah interaksi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang saling bertukar informasi, tidak jauh berbeda dalam dunia komputer hanya saja object interaktor nya adalah komputer, untuk dapat berkomunikasi pada komputer harus ditambahkan perangkat khusus yang dinamakan network interface, bentuk nya bermacam sesuai fungsi dan kegunaan nya.

Dalam proses berkomunikasi ada beberapa aspek yang harus diperhatikan seperti jarak dan tujuan. Data haruslah dikirim ketujuan yang tepat, dalam hal jarak pengiriman, data atau informasi yang dikirim tidak akan terlalu susah untuk sampai ke tujuan jika terjadi di jaringan local, berbeda hal nya jika tujuan penerima penerima berada di tempat yang jauh (secara jaringan), kemungkinan data atau informasi yang hilang maupun rusak lebih besar. Tujuan sendiri menjadi faktor yang harus diperhatikan, dalam proses pengiriman data atau informasi harus mencapai tujuan yang tepat, karena bisa saja bukan hanya satu aplikasi yang menunggu kiriman data itu, jadi intinya adalah dalam pengiriman data atau informasi yang terpercaya harus sampai pada komputer yang tepat tanpa kesalahan.

(34)

aturan-aturan dalam berkomunikasi data. Sekumpulan aturan-aturan berkomunikasi data ini disebut protocol komuniksai data. Protocol adalah sekumpulan aturan standar yang harus diikuti agar bisa terjadi suatu hubungan, komunikasi, dan perpindahan data yang bisa menghubungkan antara dua komputer atau lebih dalam jaringan. TCP/IP adalah sekumpulan protocol yang mempunyai tugas masing-masing yang mewujudkan komunikasi antara dua komputer didalam jaringan, Keseluruhan aturan ini harus bekerja sama antara yang satu dengan lainnya. Dengan adanya standarisasi aturan pengiriman data, tugas-tugas setiap protocol menjadi jelas dan mudah, semua protocol bekerja bersama-sama tanpa harus mengetahui kerja protocol yang lain nya.

2.2.3.1 Arsitektur dan Protocol Jaringan TCP/IP

(35)

Gambar 2. 5 OSI dan TCP/IP

Walaupun berbeda layer tetapi arsitektur TCP/IP telah mencukupi semua fungsi dari arsitektur OSI. Fungsi masing masing layer arsitektur TCP/IP adalah sebagai berikut.

a. Network Access Layer

(36)

b. Internet Layer

Layer ini setara dengan layer Network dalam OSI, yaitu menyediakan fungsi routing sehingga paket dapat dikirim keluar dari segment network lokal ke suatu tujuan yang berada pada suatu network lain. IP, Internet Protocol, umumnya digunakan untuk tugas ini. Internet protocol bertugas untuk pengalamatan pengiriman data di internet. Setiap komputer yang dikenal sebagai host di internet mempunyai sebuah alamat IP yang unik untuk yang membedakan dari komputer lain dalam jaringan internet. c. Transport Layer

Lapisan ini bertugas mendefinisikan cara-cara untuk pengiriman end to end host secara handal. Lapisan ini menjamin bahwa data yang dikirim bebas dari kesalahan saat pengiriman. Untuk itu lapisan ini meiliki beberapa fungsi penting antara lain.

1. Flow Control

Pengiriman data yang telah dipecah-pecah diatur sedemikian rupa agar pengirim tidak sampai mengirimkan data dengan kecepatan yang melebihi kemeampuan penerima dalam menerima data. 2. Error Detection

(37)

terima dan pihak pengirim akan mengirim kembali data informasi yang salah. Tetapi hal ini memberikan kelemahan karena dapat menimbulkan delay dikarenakan proses yang harus diulang.

Pada TCP/IP, protocol yang dipergunakan adalah Transmission Control Protocol (TCP) atau User Datagram Protocol (UDP). TCP dipakai ketika membutuhkan koneksi yang terpercaya karena sifatnya yang connection oriented dan memiliki fungsi flow control dan error detection, TCP dipakai untuk aplikasi-aplikasi yang membutuhkan kehandalan data. Sedangkan UDP dipakai ketika kecepatan adalah yang diutamakan karena sifatnya yang connectionless jadi tidak ada pemerikasaan data dan flow control, sehingga UDP disebut unreliable protocol. Untuk beberapa hal yang menyangkut penyerdehanaan dan efisiensi, beberapa aplikasi memilih UDP sebagai pilihan.

d. Application Layer

(38)

protokol TCP dan IP, sehingga keseluruhan keluarga protokol ini dinamai dengan TCP/IP.

2.2.4 Proses Pengiriman Data

Setiap lapisan dalam TCP/IP memliliki fungsi-fungsi dalam komunikasi antara dua buah komputer sesuai dengan fungsi protocol tersebut. Jika suatu protocol menerima data dari lapisan atasnya, maka protocol tersebut akan menambahkan sebuah informasi yang relevan sesuai dengan fungsi protocol nya yang disebut header dengan metode membungkus data tersebut menjadi satu dengan informasi yang ditambahkan dari setiap lapisan. Lalu proses di lanjutkan ke lapisan dibawah nya untuk menambahkan informasi yang dibutuhkan sesuai fungsi dari lapisan yang dilewati.

(39)
[image:39.612.183.460.113.295.2]

Gambar 2. 6 Proses Pengiriman Data

Dari lapisan transport data yang telah diberi header diteruskan ke lapisan network, di lapisan network data diberikan penambahan header yang berisi alamat tujuan, alamat pengirim dan informasi lain yang dibutuhkan untuk melakukan pengalamatan ke tujuan, kemudian terjadi pengarahan routing data. Pada lapisan ini juga dapat terjadi segmentasi data, karena panjang paket yang akan dikirimkan harus disesuaikan dengan kondisi media komunikasi pada jaringan yang akan dilalui. Selanjutnya data menuju Network Access Layer dimana data akan diolah menjadi frame-frame, protocol pada lapisan ini menyiapkan data dalam bentuk yang paling sesuai untuk dikirimkan melalui media komunikasi tertentu. Terakhir data akan sampai pada Physical Layer yang akan mengirimkan data dalam bentuk besaran listrik seperti tegangan, arus, gelombang radio, sesuai media yang digunakan.

(40)

jika tidak ditemukan error maka header yang terpasang akan dilepas dan data akan diteruskan ke lapisan network, pada lapisan network alamat tujuan akan diperiksa, jika memang data tersebut tujuannya benar maka header lapisan network akan dilepas dan data akan diteruskan ke layer selanjutnya, tetapi bila salah maka data akan dikirim ke tujuan nya, sesuai dengan informasi yang dimiliki. Lalu jika alamat yang dituju sudah benar, data akan dilanjutkan ke lapisan transport, data akan diperiksa kembali dengan informasi yang tersimpan di header data. Jika tidak ada kesalahan, paket-paket yang diterima akan disusun kembali sesuai urutan nya pada saat dikirim dan diteruskan pada lapisan aplikasi pada penerima.

2.2.5 Skema Radio Streaming

(41)
[image:41.612.219.421.105.356.2]

Gambar 2. 7 Skema 1

Pada gambar 2.7 server juga digunakan sebagai PC penyiar. Sumber suara berasal dari file MP3 yang dimainkan sesuai urutan playlist melalui server.

Gambar 2. 8 Skema 2

[image:41.612.138.502.423.654.2]
(42)

2.2.6 Parameter Dalam Audio Streaming

Dalam audio streaming ada beberapa parameter yang harus diperhatikan yaitu Bit rate dan Sample rate. Kedua parameter ini penting karena dapat mempengaruhi kualitas dari sebuah file audio streaming.

1. Bit Rate

Bit adalah informasi terkecil yang berbentuk digital, satuan data yang didasari oleh penghitungan bilangan biner. Bilangan biner adalah bilangan yang digunakan untuk proses data di peralatan elektronik, diwakili oleh serangkain angka 1 dan 0. Bit rate adalah suatu ukuran kecepatan transfer data yang terkompres dalam suatu waktu. Semakin besar bit rate, maka kualitas suara semakin bagus tetapi membutuhkan bandwidth yang besar pula.

Seperti yang telah di jelaskan sebelumnya, bit adalah informasi terkecil yang berbentuk digital, besaran bit sangat berpengaruh terhadap kualitas dan ukuran dari sebuah file audio. Untuk memudahkan dapat mengambil contoh dalam penyimpanan gambar yang bilangan bit nya berbeda, ini dapat dilakukan karena dalam dunia digital file audio dan gambar disimpan secara digital pada komputer yang diwakili oleh bilangan biner.

(43)

Bisa dilihat pada gambar 2.9 perbedaan hasil kualitas gambar yang disimpan dalam bit yang berbeda, gambar A pada gambar 2.9 tersimpan dalam 24 bit terlihat lebih jelas dan detail, sedangkan untuk gambar B pada gambar 2.9 yang tersimpan dalam 16 bit terasa kurang jelas dan kurang detail. Sekarang terjemahkan kedalam duia audio digital. Audio yang direkam pada bit yang rendah akan terasa kurang jelas dan kasar. Dan merekam audio pada 24 bit akan menghasilkan sebuah kualitas suara yang lebih tinggi sehingga menghasilkan suara yang lebih jernih dan jelas. Dengan menyimpan audio pada bit yang lebih tinggi maka akan menghasilkan file suara dengan ukuran yang lebih besar. Dalam dunia streaming, mengalirkan sebuah suara dengan bit rate yang besar akan menghasilkan kualitas suara yang bagus tetapi berakibat pada kebutuhan bandwidth yang besar.

2. Sample Rate

(44)
[image:44.612.219.418.117.235.2]

Gambar 2. 10 Contoh gambar perbandingan sample rate

Pada gambar 2.10 adalah ilustrasi perbedaan sample rate yang tinggi dengan yang rendah yang di presentasikan dengan blok-blok dan suara sumber yang dipresentasikan dengan kurva. Dapat dilihat pada gambar 2.10 perbedaan kualitas suara yang dihasilkan dari perbandingan sample rate yang digunakan. Dalam penggunaan sample rate yang rendah akan menghasilkan kualitas suara yang tidak jernih dan kurang detail dikarenakan banyak sekali gap informasi yang tidak terpenuhi, sedangkan jika menggunakan sample rate yang tinggi hanya sedikit sekali gap celah yang ada, sehingga menghasilkan suara yang detail dan jernih hampir sama dengan suara sumbernya.

2.2.7 Arsitektur Radio Streaming

2.2.7.1 Streaming media server

(45)

paling popular contohnya adalah SHOUTCAST dan ICECAST. Fungsi dari keduanya sama yaitu aplikasi yang bertugas untuk melewatkan file audio yang dikirim dari komputer penyiar kepada pendengar melalui internet. Perbedaan mencolok diantara keduanya adalah penggunaan port dan mount point. Dengan ICECAST, dapat menyiarkan siaran yang berbeda melalui port yang sama dengan mount point yang berbeda.

2.2.7.2 Broadcast Tool

Selain disisi server, komponen yang harus ada adalah broadcast tool. Modul ini harus terpasang di komputer penyiar. Broadcast tool berfungsi sebagai alat untuk mengubah atau mengkonversi masukan (input) suara yang berbentuk analog ke format audio digital agar dapat ditangkap oleh streaming media server untuk kemudian disiarkan ke seluruh dunia melalui internet. Sama seperti streaming media server, broadcast tool juga banyak macam-macamnya, untuk komputer dengan sistem operasi windows dapat menggunakan edcast atau DSP plug-in. Sedangkan untuk komputer dengan sistem operasi Linux ataupun Mac dapat memasang modul BUTT (Broadcast Using This Tool).

2.2.7.3 Pendengar

(46)

menggunakan audio player seperti winamp, dengan cara memasukkan alamat, port dan mount-point sesuai dengan siaran yang ingin didengarkan.

2.2.8 QoS (Quality of Service)

Quality of Service (QoS) adalah kemampuan menyediakan jaminan dan performansi layanan pada suatu jaringan. QoS sebagai bentuk suatu ukuran atas tingkatan layanan yang disampaikan ke client. Layanan multimedia streaming terutama audio streaming merupakan salah satu jenis aplikasi internet yang sering diakses oleh user. Audio streaming adalah layanan multimedia yang membutuhkan layanan yang handal, karena membutuhkan bandwidth yang tinggi serta delay yang kecil agar menghasilkan layanan yang dapat dinikmati secara interaktif dan juga inti dari proses streaming adalah pengiriman file multimedia harus tiba ditujuan dengan tepat tanpa ada gangguan . Metode pengujian QoS dengan parameter delay, throughput dan packet loss digunakan sebagai metode yang dipakai dalam penelitian penulis kali ini.

Pengujian QoS biasanya didasarkan beberapa parameter, yaitu delay, packet loss dan throughput.

a. Delay

(47)

(International Telecommunication Union), besar nya delay dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

Kategori Delay Besar Delay

Sangat Bagus < 150 ms

Bagus 150 ms s/d 300 ms

Sedang 300 ms s/d 450 ms

Buruk > 450 ms

b. Packet Loss

Merupakan gambaran suatu kondisi yang menunjukkan jumlah total paket hilang yang dapat terjadi karena collision ataupun congestion dalam jaringan. Nilai packet loss sesuai dengan rekomendasi ITU (International Telecommunication Union) sebagai berikut.

Kategori Degredasi Packet Loss

Sangat Bagus 0 %

Bagus 3 %

Jelek 15 %

Sangat Jelek 25 %

c. Throughput

(48)

user yang mempunyai bandwidth 32 kbps dan ingin mengunduh sebuah file berukuran 64 kb dengan estimasi waktu unduh 2 detik, ternyata kenyataannya memerlukan waktu 8 detik. Jadi jika ukuran file yang diunduh adalah 64 kb yang memerlukan waktu 8 detik maka bandwidth yang sebenarnya atau throughput dapat dihitung dengan rumus ukuran file yang diunduh dibagi estimasi waktu keseluruhan waktu unduh sebuah file

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1

Bahan Penelitian

Dalam penelitian perancangan dan implementasi radio streaming di LPPI Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini, digunakan beberapa data pendukung sebagai berikut:

1. Data yang diperoleh dari studi literature, seperti jurnal, artikel dan dan hasil penelitian yang pernah dilakukan. Dengan data-data yang didapat tersebut, didapatkan konsep, pemahaman, pengetahuan, kebutuhan dalam implementasi radio streaming.

2. Data yang diperoleh dari hasil diskusi dengan seorang penyiar radio berupa ide, pengetahuan dan saran dalam rancangan radio streaming yang akan di implementasikan ke situasi yang sebenarnya.

3.2

Arsitektur Radio Streaming di LPPI UMY

(50)
[image:50.612.155.485.168.464.2]

streaming dan proses yang terjadi saat audio streaming berlangsung bisa dilihat pada gambar.

Gambar 3. 1 Arsitektur Radio Streaming

User akan meminta halaman web ke server yang akan mentriger

modul PHP dari web server.

• Web server akan membalas lalu mengirimkan halaman HTML dari

web server.

User yang meminta radio streaming akan mentriger server Icecast

(51)

Server streaming akan meminta audio dari sumber kemudian

meneruskannya ke user.

3.3

Kebutuhan Sistem

Dalam penelitian ini membuthkan piranti-piranti untuk berjalannya radio streaming, baik itu perangkat keras maupun perangkat lunak. Perangkat keras berupa sebuah server dan sebuah PC atau laptop, serta menggunakan beberapa perangkat lunak pendukung radio streaming serta satu perangkat lunak untuk kebutuhan analisa dengan spesifikasi sebagai berikut:

3.3.1 Perangkat Keras

1. Satu buah perangkat PC Laptop sebagai sumber suara dengan spesifikasi sebagai berikut :

No Alat Jenis Spesifikasi

1

Perangkat keras

PC Laptop

prosessor

Intel® Core™ i5 CPU M450 @ 2.40 GHz

RAM 6,00 GB

Hardisk 500 GB

VGA -

2

Perangkat lunak

(52)

Dapat berjalan baik dengan spesifikasi:

No Alat Jenis Spesifikasi

1

Perangkat keras

PC Laptop

prosessor Intel Pentium 4

RAM 2,00 GB

Hardisk 250 GB

VGA -

2

Perangkat lunak

Sistem Operasi Windows xp

2. Satu buah perangkat server:

3. Beberapa personal computer sebagai alat penelitian

3.3.2 Kebutuhan Perangkat Lunak

1. Icecast2 Server

(53)

sekali perangkat lunak untuk streaming media yang tersedia seperti shoutcast, icecast2, dan lain lain. Icecast2 dipilih karena sifat nya yang terbuka dan juga dapat berjalan di sistem operasi Linux server yang sudah terinstal di server Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

• Proses instalasi:

a. Langkah pertama adalah install Icecast2 di server FreeBSD dengan perintah sebagai berikut:

radio#cd /usr/ports/audio/icecast2/ radio#make install clean

b. Setelah di install lalu copy contoh file konfigurasi Icecast2 dengan perintah sebagai berikut:

radio#cp/usr/local/etc/icecast2.xml.sample /usr/local/etc/icecast2.xml

c. Selanjutnya edit konfigurasi Icecast2 dengan perintah sebagai berikut:

radio#ee /usr/local/etc/icecast2.xml • Proses konfigurasi

(54)
[image:54.612.204.471.113.485.2]

Gambar 3. 2 Contoh Konfigurasi Icecast2

(55)

Icecast2 mempunyai banyak konfigurasi yang dapat diubah atau ditambahkan sesuai dengan kebutuhan. Salah satunya adalah menu fallback-mount, menu ini berfungsi untuk memindahkan seorang user secara otomatis jika sumber suara sedang dimatikan atau tidak melakukan streaming pada saat pendengar mulai terhubung.

2. Winamp dan Edcast Plugin

Untuk mengalirkan audio dari PC Source dibutuhkan sebuah perangkat lunak winamp dan edcast. Winamp adalah sebuah freeware gratis yang mempunyai fungsi dasar untuk memutar musik dan video. Dengan bantuan edcast plugin, winamp dapat difungsikan sebagai player yang dapat mem-broadcast suara ke jaringan internet.

Proses instalasi dan konfigurasi:

a. Unduh winamp dan edcast plugin di:

• Winamp http://www.filehorse.com/download-winamp/download/

• Edcast plugin

https://edcast-reborn.googlecode.com/files/edcast_winamp_3.33.2011.1026.exe b. Setelah perangkat lunak berhasil diunduh, instalasi dapat dilakukan

(56)
[image:56.612.205.434.112.314.2]

Gambar 3. 3 Menu Preference di Winamp

Setelah edcast plugin berhasil diaktifkan langkah selanjutnya adalah mengkonfigurasi agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan.

[image:56.612.230.423.409.679.2]
(57)
[image:57.612.216.429.112.332.2]

Gambar 3. 5 Menu Konfigurasi Edcast Plugin

Hal yang paling penting untuk dirubah adalah menu Server IP, Server Port, Encoder Password, Mountpoint sesuai dengan konfigurasi yang ada di server agar dapat tersambung ke server.

(58)

3. Wireshark

Wireshark adalah software monitoring jaringan yang banyak digunakan oleh administrator jaringan untuk mengecek kehandalan jaringan. Wireshark memiliki kelebihan dibanding software monitoring jaringan lainnya diantaranya adalah wireshark bersifat gratis yang dapat diunduh melalui link berikut ini https://1.as.dl.wireshark.org/win64/Wireshark-win64-1.12.2.exe, selain itu wireshark banyak dipilih juga karena tampilan yang sudah menggunakan Graphical User Unit (GUI) atau tampilan grafis, sehingga lebih memudahkan administrator jaringan ketika memantau jaringan.dalam penelitian kali ini, wireshark digunakan sebagai penangkap paket-paket data yang nantinya data tersebut dipergunakan untuk kebutuhan analisa penelitian.

3.4

Teknik Pengumpulan Data

(59)
[image:59.612.155.485.106.363.2]

Gambar 3. 6 Skema Pengamatan

Penelitian ini menggunakan metode pada gambar 3.6 untuk mengetahui kebutuhan bandwidth radio streaming, dan bukan pada uji coba performansi jaringan, oleh sebab itu penelitian dilakukan menggunakan kondisi jaringan yang sebenarnya.

(60)

dengan cara menangkap transmisi paket-paket live streaming menggunakan wireshark.

3.5

Variabel dan Rencana Penelitian

Beberapa variabel yang diteliti meliputi: a. Delay

• Pengamatan dan analisa delay, kualitas suara serta ukuran file dari

streaming audio dengan pengaturan encoder bit rate 48 Kbps, 128 Kbps dan 320 Kbps dengan pengaturan sample rate 32000 Hz.

• Pengamatan dan analisa delay, kualitas suara serta ukuran file dari

streaming audio dengan pengaturan encoder sample rate 8000 Hz, 32000 Hz dan 48000 Hz pada bitrate 48 Kbps.

b. Packet Loss

• Pengamatan dan analisa packet loss, kualitas suara serta ukuran file

dari streaming dengan pengaturan encoder bit rate 48 Kbps, 128 Kbps dan 320 Kbps dengan pengaturan sample rate 32000 Hz.

• Pengamatan dan analisa packet loss, kualitas suara serta ukuran file

(61)

c. Throughput

• Pengamatan dan analisa throughput, kualitas suara serta ukuran file

dari streaming audio dengan pengaturan encoder bit rate 48 Kbps, 128 Kbps dan 320 Kbps dengan pengaturan sample rate 32000 Hz. • Pengamatan dan analisa throughput, kualitas suara serta ukuran file

dari streaming audio dengan pengaturan encoder sample rate 8000 Hz, 32000 Hz dan 48000 Hz pada bitrate 48 Kbps.

a. Selain itu, juga akan dicari konfigurasi bit rate dan sample rate sampai batas minimum yang dapat didengarkan.

b. Terakhir adalah menghitung maksimal user yang dapat mengakses radio streaming dengan melihat throughput yang didapat dari pengamatan throughput.

3.6

Metode Analisa

(62)
(63)

BAB IV

Implementasi dan Analisa

4.1

Implementasi

[image:63.612.115.527.310.573.2]

Radio streaming dapat diakses dengan beberapa cara salah satunya adalah dengan player yang mendukung streaming atau dapat dilakukan dengan cara mengakses halaman lppi.umy.ac.id.

(64)

4.1.1 Konfigurasi Disisi Server

Setelah icecast server di install sesuai penjelasan sub bab 3.3.2, maka langkah selanjutnya adalah melakukan konfigurasi pada icecast server. Langkah konfigurasi adalah sebagai berikut.

1. Konfigurasi icecast.xml

Buka file icecast.xml dengan perintah # nano /usr/local/etc/icecast.xml

Perintah diatas akan membuka file icecast.xml yang nantinya akan dilakukan konfigurasi agar icecast server dapat digunakan dalam implementasi tugas akhir penulis.

<authentication>

<source-password>icpass</source-password> <relay-password>icpass</relay-password> <admin-user>admin</admin-user>

<admin-password>icpass</admin-password> </authentication>

(65)

source-password

Sandi yang tidak terenkripsi yang bertujuan untuk menghubungkan sumber suara menuju icecast server. Default source-password adalah hackme. Source-password dalam implementasi tugas akhir ini adalah icpass.

relay-password

Digunakan pada bagian master server sebagai bagian dari otentikasi ketika backup server meminta streaming untuk relay. Default relay-password adalah hackme. Konfigurasi relay-password dalam implementasi tugas akhir ini adalah icpass.

admin-user dan admin-password

Admin-user dan admin-password digunakan untuk kebutuhan pengamatan hak administrator dalam mengakses halaman admin berbasis web. Default user adalah admin dan default admin-password adalah hackme.

<listen-socket>

<port>8000</port>

(66)

Pada bagian <listen-socket> adalah untuk mengatur tujuan dari aliran suara yang dikirimkan dari sumber. Default port adalah 8000, port dapat diganti sesuai kebutuhan, yang perlu diperhatikan adalah pengaturan port tidak boleh berselisih dengan aplikasi lain. Default pengaturan bind-address adalah localhost. Port 8000 digunakan sebagai pengaturan pada tugas akhir ini dan bind-address 10.0.1.49.

<paths>

<logdir>/var/log/icecast</logdir>

<webroot>/usr/local/share/icecast/web</webroot> </paths>

Pada bagian <paths> mengatur jalur yang mana digunakan untuk berbagai keperluan dalam icecast.

• <logdir>

Paths logdir sebagai pengatur direktori dimana pencatatan berlangsung. Seperti pencatatan error.log dan access.log akan dibuat didalam direktori ini.

(67)

<webroot>

Pengaturan webroot adalah untuk mengatur direktori yang bertugas sebagai wadah untuk semua permintaan file yang statis. Salah satu fungsi dari direktori ini adalah sebagai tempat penyimpanan file mp3 dan ogg vorbis. Sebagai contoh jika webroot di set ke direktori

/var/local/icecast dan sebuah request

untuk http://server:port/mp3/stuff.mp3 datang, maka file /var/local/icecast/mp3/stuff.mp3 akan dikirimkan.

<mount>

<mount-name>/lppi</mount-name>

<fallback-mount>/lppi.ogg</fallback-mount> <fallback-override>1</fallback-override> </mount>

Bagian <mount> berisi tentang pengaturan alamat sebuah stasiun radio. • <mount-name>

(68)

<fallback-mount>

Fallback-mount adalah sebuah pengaturan untuk memindahkan client ke alamat yang sudah ditentukan ketika sumber menutup atau tidak sedang melakukan streaming ketika pendengar terhubung. Pengaturan fallback-mount pada implementasi tugas akhir ini adalah /lppi.ogg. <fallback-override>

Fallback-override bernilai 1 dan 0, angka 1 bisa diartikan sebagai enable dan 0 adalah disable. Ketika pengaturan fallback-mount adalah 1 atau enable maka memungkinkan untuk seorang client kembali mendengarkan dari alamat stream yang sebenarnya.

2. Menyalakan server icecast

Setelah konfigurasi dilakukan, langkah selanjutnya adalah menyalakan server icecast dengan perintah.

# Service icecast2 start

(69)

Gambar 4. 2 Administrator Page

Bagian selanjutnya adalah konfigurasi edcast untuk menyalurkan suara dari sumber ke icecast server.

4.1.2 Konfigurasi Disisi Sumber

(70)
[image:70.612.147.466.108.450.2]

Gambar 4. 3 Edcast

Pengaturan bitrate harus disesuaikan dengan bandwidth jaringan yang dimiliki agar terjadi kesinambungan antara kualitas dan kenyamanan dalam mendengarkan sebuah siaran radio streaming khususnya radio streaming dakwah. Konfigurasi pada implementasi tugas akhir penulis seperti pada gambar 4.3, adalah sebagai berikut:

Bit rate : 48

Sample rate : 44100

(71)

Encoder type : MP3 lame

Server type : Iceast2

Server IP : 10.0.1.49

Server Port : 8000

Encoder Password : icpass

Mountpoint : /lppi

Reconnect Seconds : 10

Authentication : 0

4.2

Pengujian

[image:71.612.165.339.111.332.2]

Pengujian akan dilakukan menggunakan tipe jaringan yang ada di UMY, yaitu menggunakan koneksi wired dan wireless. Koneksi wireless yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan access point UMY-Student. Pengujian akan dilakukan dengan metode suara dikirimkan melalui komputer sumber menggunakan winamp dan edcast plugin, beberapa server yaitu Web Server dan Streaming Server (Icecast2) sebagai pemancar suara dan beberapa komputer client sebagai pengamat seperti pada gambar 3.6.

(72)

4.3

Analisa QoS Radio Streaming

4.3.1

Throughput

Dilakukan ujicoba melihat throughput dari radio streaming dengan pengaturan encoder dan tipe jaringan yang berbeda.

4.3.1.1 Wired

Table 4.1 memperlihatkan hasil dari pengamatan throughput yang dihasilkan melalui pengamatan radio streaming menggunakan wireshark melalui jaringan kabel yang ada di UMY.

Tabel 4. 1 Throughput dengan pengaturan bit rate yang berbeda

Encoder Setting

Throughput

Bit Rate Sample Rate

48 Kbps 32000 Hz 6 KBps

128 Kbps 32000 Hz 16 KBps

320 Kbps 32000 Hz 40 KBps

(73)

yang dihasilkan. Pada gambar 4.4, throughput yang dihasilkan pada pengaturan encoder bitrate 48 kbps adalah 6 KBps, sedangkan pada pengaturan encoder bit rate 128 kbps, throughput yang terjadi sebesar 16 KBps, sedangkan pada pengaturan encoder bit rate 320 kbps throughput yang terjadi sebesar 40 KBps. Dengan memperhatikan data-data ini maka dapat diambil kesimpulan bahwa semakin besar pengaturan encoder bit rate, semakin besar throughput-nya.

(74)

(c) 320

Gambar 4. 4 Throughput dengan encoder (a) 48, (b) 128 dan (c) 320 Kbps melalui jaringan kabel

[image:74.612.199.440.108.322.2]

Pengamatan selanjutnya adalah untuk melihat throughput yang terjadi dengan pengaturan encoder sample rate yang berbeda melalui jaringan kabel. Table 4.2 memperlihatkan hasil dari pengamatan throughput yang dihasilkan melalui pengamatan radio streaming menggunakan wireshark melalui jaringan kabel.

Tabel 4. 2 Throughput dengan pengaturan sample rate yang berbeda

Encoder Setting

Throughput

Sample Rate Bit Rate

8000 Hz 48 Kbps 6 KBps

32000 Hz 48 Kbps 6 KBps

(75)

Hasil pengamatan dapat terlihat pada gambar 4.5. Dari hasil pengamatan throughput terhadap pengaturan encoder sample rate yang berbeda melalui jaringan kabel didapatkan hasil yang sama. Pada pengaturan encoder sample rate 8000 Hz didapatkan throughput sebesar 6 KBps, sedangkan pada pengaturan encoder sample rate 32000 Hz didapatkan throughput sebesar 6 KBps, dan terakhir pada pengaturan encoder sample rate 48000 Hz didapatkan throughput sebesar 6 KBps. Hasil dari pengamatan menunjukkan bahwa sample rate tidak mempengaruhi besaran throughput. Kesimpulan ini didapat melalui hasil pengamatan throughput dengan pengaturan encoder sample rate yang berbeda.

(76)

(c) 48000

Gambar 4. 5 Throughput denganpengaturan sample rate (a) 8000, (b) 32000 dan (c)

48000 Hz melalui jaringan kabel

4.3.1.2 Wireless

Tabel 4. 3 Throughput dengan pengaturan bit rate yang berbeda

Encoder Setting

Throughput

Bit Rate Sample Rate

48 Kbps 32000 Hz 6 KBps

128 Kbps 32000 Hz 17 KBps

320 Kbps 32000 Hz 50 KBps

(77)

Kbps adalah 6 KBps, sedangkan pada pengaturan encoder bit rate 128 Kbps, throughput yang terjadi sebesar 17 KBps, sedangkan pada pengaturan encoder bit rate 320 Kbps throughput yang terjadi sebesar 50 KBps. Dengan memperhatikan data-data ini maka dapat diambil kesimpulan bahwa semakin besar pengaturan encoder bit rate, semakin besar throughput-nya. Hasil dari pengamatan throughput melalui jaringan wireless ini sedikit berbeda dengan yang menggunakan jaringan kabel, hal ini bisa terjadi karena disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah tipe jaringan yang berbeda, banyak nya pengguna jaringan, dan lain-lain.

(78)
[image:78.612.213.419.112.301.2]

(c) 320

Gambar 4. 6 Throughput dengan encoder (a)48, (b)128 dan (c)320 Kbps melalui jaringan wireless UMY

(79)

Tabel 4. 4 Throughput dengan pengaturan samplerate yang berbeda

Encoder Setting

Throughput

Sample Rate Bitrate

8000 Hz 48 Kbps 6 KBps

32000 Hz 48 Kbps 6 KBps

48000 Hz 48 Kbps 6 KBps

Pada pengaturan encoder sample rate 8000 Hz, didapat throughput sebesar 6 KBps, sedangkan pada pengaturan encoder sample rate 32000 Hz didapat throughput sebesar 6 KBps, lalu pada pengaturan encoder sample rate 32000 Hz didapat throughput sebesar 6 KBps. Dari hasil diatas dan hasil pengamatan throughput pada jaringan kabel dapat diambil kesimpulan bahwa sample rate tidak mempengaruhi besaran throughput.

(80)
[image:80.612.218.424.109.299.2]

(c) 48000

Gambar 4. 7 Throughput dengan pengaturan sample rate (a) 8000, (b) 32000 dan (c) 48000 Hz melalui jaringan wireless di UMY

4.3.2

RTT Delay

Dilakukan ujicoba untuk mengetahui kelayakan dari radio streaming, pengujian dilakukan dengan cara melihat berapa besar dampak konfigurasi encoder terhadap delay yang dihasilkan, setelah itu diambil kesimpulan konfigurasi mana yang cocok untuk diterapkan dalam radio streaming. Pengamatan dilakukan dengan cara mengamati delay yang terjadi dengan melakukan pengaturan encoder dan tipe jaringan yang berbeda.

4.3.2.1 Wired

(81)
[image:81.612.117.519.513.689.2]

encoder sample rate masih menggunakan pengaturan encoder pada sample rate 8000 Hz, 32000 Hz dan 48000 Hz dengan hasil pengamatan yang dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4. 5 Delay dengan pengaturan bit rate yang berbeda

Encoder Setting

Delay

Bit Rate Sample Rate

48 Kbps 32000 Hz 0,05s

128 Kbps 32000 Hz 0,05s

320 Kbps 32000 Hz 0,05s

Hasil pengamatan dapat dilihat melalui tabel 4.5 dan gambar 4.8. Untuk pengamatan delay dengan pengaturan encoder 48 Kbps, 128 Kbps dan 320 Kbps pada jaringan kabel di UMY menghasilkan rata-rata delay sebesar 50 ms, hal ini sangat baik merujuk kepada rekomendasi ITU-T G.114.

(82)
[image:82.612.215.421.109.306.2]

(c) 320

Gambar 4. 8 Delay dengan pengaturan encoder (a) 48, (b) 128 dan (c) 320 Kbps

melalui jaringan kabel

Begitupula dengan percobaan pengukuran delay dengan pengaturan encoder sample rate 8000 Hz, 32000 Hz dan 48000 Hz pada jaringan kabel di UMY menghasilkan rata-rata delay sebesar 50 ms. Dengan hasil ini sudah memenuhi rekomendasi ITU-T G.114 dengan hasil delay yang sangat baik.

Tabel 4. 6 Delay dengan pengaturan sample rate yang berbeda

Encoder Setting

Delay

Sample Rate Bit Rate

8000 Hz 48 Kbps 0,05s

32000 Hz 48 Kbps 0,05s

(83)

Hal ini dapat terlihat dari pengamatan delay pada table 4.6 dan gambar 4.9. Pada pengamatan delay dengan variasi pengaturan encoder sample rate 8000 Hz, 32000 Hz dan 48000 Hz dan encoder bit rate 48 Kbps menghasilkan delay sebesar 0.05s. Hal ini membuktikan bahwa sample rate tidak mempengaruhi besaran delay yang terjadi.

(a) 8000 (b) 32000

[image:83.612.117.521.247.656.2]

(c) 48000

(84)

Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa rata-rata delay yang dihasilkan dengan pengaturan bitrate 48 Kbps, 128 Kbps dan 320 Kbps serta pengaturan encoder sample rate 8000 Hz, 32000 Hz dan 48000 Hz sudah sangat baik sesuai rekomendasi ITU-T G.114 dengan rata-rata delay 50 ms untuk aplikasi radio pada jaringan kabel UMY.

4.3.2.2 Wireless

Begitupula pada pengujian radio streaming yang melalui jaringan wireless di UMY, dilakukan pengamatan menggunakan pengaturan encoder bit rate dan sample rate yang berbeda. Hasil pengamatan menggunakan pengaturan encoder bit rate yang berbeda dapat dilihat pada tabel 4.7 dan untuk hasil dari pengamatan menggunakan pengaturan encoder sample rate yang berbeda dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4. 7 Delay dengan pengaturan bit rate yang berbeda

Encoder Setting

Delay

Bit Rate Sample Rate

48 Kbps 32000 Hz 0,05s

128 Kbps 32000 Hz 0,05s

320 Kbps 32000 Hz 0,05s

(85)

pengamatan delay dengan pengaturan encoder 320 Kbps, delay yang terukur adalah 0.05s. Dengan hasil ini sudah memenuhi rekomendasi ITU-T G.114 dengan hasil delay yang sangat baik.

(a) 48 (b) 128

[image:85.612.117.523.194.601.2]

(c) 320

Gambar 4. 10 Delay dengan pengaturan encoder (a) 48, (b) 128 dan (c) 320 Kbps

(86)

Selanjutnya dilakukan pengamatan delay terhadap pengaturan encoder sample rate yang berbeda. Pada table 4.8 dan gambar 4.11 adalah hasil dari pengamatan delay dengan pengaturan encoder yang berbeda-beda.

Tabel 4. 8 Delay dengan pengaturan sample rate yang berbeda

Encoder Setting

Delay

Sample Rate Bit Rate

8000 Hz 48 Kbps 0,05s

32000 Hz 48 Kbps 0,05s

48000 Hz 48 Kbps 0,05s

(87)

(a) 8000 (b) 32000

[image:87.612.117.516.110.514.2]

(c) 48000

Gambar 4. 11 Delay dengan pengaturan sample rate (a) 8000, (b) 32000 dan (c) 48000 Hz melalui jaringan wireless

(88)

4.3.3

Packet Loss

Seperti pengujian throughput dan delay, pengamatan packet loss masih menggunakan perangkat lunak wireshark, kali ini pengamatan dilakukan dengan jumlah total kedatangan paket selama rentang waktu yang ditentukan lalu total paket tersebut disaring untuk mencari packet loss yang terjadi dengan pengaturan encoder bit rate dan sample rate yang berbeda seperti pengamatan sebelumnya di jaringan wired dan wireless di UMY.

4.3.3.1 Wired

Berdasarkan bit rate

Tabel 4. 9 Packet Loss

Bit Rate (Kbps) SampleRate (Hz) Captured Packet Packet Loss (%)

320 32000 2902 0%

128 32000 1423 0%

48 32000 594 0%

Berdasarkan sample rate

Tabel 4. 10 Packet Loss

SampleRate (Hz) Bit Rate (Kbps) Captured Packet Packet Loss (%)

8000 320 598 0%

32000 128 622 0%

(89)

Hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel 4.9 untuk pengaturan encoder bit rate yang berbeda dan pada tabel 4.10 untuk pengaturan sample rate yang berbeda pada jaringan kabel UMY. Dengan mengamati hasil pada tabel 4.9 dan tabel 4.10 dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat packet loss, hasil ini sangat baik karena telah memenuhi rekomendasi ITU-T G.114 untuk packet loss yang diperbolehkan dengan penilaian sangat baik.

4.3.3.2 Wireless

Dari hasil pengamatan yang dapat dilihat pada tabel 4.11 untuk packet loss radio streaming melalui jaringan wireless UMY didapatkan hasil bahwa terdapat packet loss pada pengaturan encoder bit rate 320 Kbps sebesar 3.051 %, dengan hasil ini percobaan packet loss pada jaringan wireless di UMY dikategorikan bagus sesuai rekomendasi ITU-T G.114. Packet loss yang terjadi disebabkan oleh kurang besarnya bandwidth jaringan yang tersedia pada jaringan wireless UMY. Hal inilah yang menyebabkan packet loss terjadi pada pengaturan encoder bit rate 320 Kbps. Sedangkan pada pengaturan encoder bit rate 48 dan 128 Kbps tidak terdapat packet loss, karena besar bandwidth jaringan pada wireless di UMY masih mampu dengan lancar mengalirkan paket data yang dikirim.

(90)

Tabel 4. 11 Packet Loss

Bit Rate (Kbps) SampleRate (Hz) Captured Packet Packet Loss (%)

320 32000 3146 3.051%

128 32000 1641 0.000%

48 32000 663 0.000%

Berdasarkan sample rate

Tabel 4. 12 Packet Loss

Samp

Gambar

Gambar 2. 2 Transmisi Unicast
Gambar 2. 3 Transmisi Broadcast
Gambar 2. 4 Transmisi Multicast
Gambar 2. 6 Proses Pengiriman Data
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengujian validitas dan realibilitas menggunakan skala likert, data yang diperoleh dari kuisioner tersebut sudah reliabel dan dapat dipercaya,

Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah semua pedagang bakso keliling di Kecamatan Siulak yang berjumlah 12 pedagang bakso dan jumlah sampel juga sebanyak 12 pedagang

Dalam buku Amin Syukur yang berjudul Sufi Healing; Terapi dengan Metode Tasawuf, menjelaskan bahwa terapi sufistik adalah model terapi alternatif yang dilakukan

Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan data dan informasi mengenai beberapa jenis pohon yang berpotensi sebagai pohon induk penghasil benih dalam rangka restorasi lahan

Soekartawi (1992) menyatakan bahwa penggunaan model analisa program linier mempunyai keunggulan dalam memberikan tambahan informasi ekonomi yang berguna mengenai pemecahan

Ongkos produksi untuk mengeringkan kopi tersebut menggunakan oven pengering ini bisa dianggap nol karena energi yang digunakan untuk proses pengeringan menggunakan

Terdapat hubungan antara tingkat kesehatan finansial perusahaan dilihat dari variabel NPF, FDR, ROA, BOPO, CAR dengan pertumbuhan laba pada perbankan

Implisit dari proses perubahan perilaku adalah adanya sesuatu ide atau gagasan baru yang diperkenalkan kepada individu dan diharapkan untuk diterima/dipakai oleh individu