TUGAS AKHIR
SEKOLAH TINGGI
MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER
SURABAYA
2012
Nama : ANDROMEDA DWI CAHYA
NIM : 08.42010.0008
Program Studi : S1 (Strata Satu) Desain Komunikasi Visual
STIKOM
yang representatif yang sesuai dengan visi, misi dan tujuan perusahaan sehingga dapat diingat di benak masyarakat luas secara cepat dalam jangka waktu ingatan yang relatif lama. Kemudian perancangan ini dilakukan dengan cara wawancara, observasi langsung, mencatat beberapa dokumen dan dokumentasi. Dengan adanya Identitas Korporat baru, dengan konsep elegan dan glamor diharapkan mampu mewakili citra image dari Aldy Hair studio and Make Up tersebut sehingga dalam mempromosikan hair studio and make up tersebut dapat mudah tersalurkan pada masyarakat luas. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini berupa corporate identity baru disertai dengan media promosi melalui media below the
line dengan beberapa implementasi karya untuk meningkatkan citra dari Aldy
Hair studio and Make Up.
Kata Kunci : corporate identity,hair studio and make up, below the line, elegant dan glamour
viii
STIKOM
KATA PENGANTAR...ix
DAFTAR ISI...xi
DAFTAR GAMBAR...xiv
Bab I PENDAHULUAN ...1
1.1Latar Belakang ...1
1.2Perumusan Masalah ...6
1.3Batasan Masalah ...6
1.4Tujuan ...7
1.5Manfaat Perancangan ...7
Bab II LANDASAN TEORI ...8
2.1 Tinjauan tentang Hair studio and Make Up (Salon)...8
2.2 Tinjauan tentang Identitas Korporat (Corporate Identity)...11
2.3 Tinjauan tentang Logo...15
2.4 Tinjauan tentang Komunikasi...17
2.5 Teori tentang Warna ...22
2.6 Teori tentang Tipografi...29
2.7 Kerangka Konsep...34
xi
STIKOM
3.1.2 Metode Pengumpulan Data…………...36
3.2 Studi Existing ...37
3.2.1 Kartu Nama...37
3.2.2 Brosur ...38
3.3 Analisis Data ...39
3.3.1 Analisa STP Aldy Hair studio and Make Up...39
3.3.2 Analisa SWOT Aldy Hair studio and Make Up...40
3.3.3 Salon Wawan Profesional (Kompetitor)...41
3.4 Usulan Pemecahan Masalah...42
3.5 Alur Perancangan...44
3.5.1 Keyword………...46
3.5.2 Perancangan Logo...46
3.6 Kriteria Perancangan...56
3.7 Konsep Kreatif...57
3.7.1 Strategi Kreatif ...57
3.8 Konsep Media...58
3.8.1 Tujuan Media...58
3.8.2 Khalayak Sasaran ( Terget Audience)...58
3.8.3 Strategi Media...59
xii
STIKOM
Bab V PENUTUP…………...79
5.1 Kesimpulan …...………...79
5.2 Saran …...………...79
DAFTAR PUSTAKA ……...……….81
DAFTAR RIWAYAT HIDUP....……….83
LAMPIRAN ……….…………...84
xiii
STIKOM
1
1.1Latar Belakang
Di zaman modern seperti sekarang ini, kebutuhan akan fashion dan style
seakan menjadi prioritas utama selain kebutuhan-kebutuhan pokok lainnya. Satu
hal terpenting bagi kaum hawa adalah gaya rambut dan tampilannya, karena gaya
rambut dapat menambah rasa percaya diri dan tampil lebih beda. Oleh karena itu,
perlu kiranya dapat mengetahui lebih dalam tentang tren mode terutama dari segi
gaya rambut maupun produk-produk penunjangnya. Tak ada perempuan yang tak
ingin tampil cantik dan elegan. Sebagai makhluk yang ingin selalu sedap
dipandang, aneka usaha dilakukan agar bisa tampil prima. Namun, setiap orang
memiliki cara-cara tersendiri dalam upaya menjadi cantik. Apakah cantik identik
dengan postur tubuh tertentu, warna kulit tertentu, bentuk wajah tertentu? Tentu
tidak. Ada definisi tersendiri bagi setiap perempuan. Cantik bisa saja muncul dari
perasaan sendiri yang merasa nyaman, berada di tempat yang tepat, momen yang
tepat, dan suasana yang tepat. Bisa juga cantik yang menimbulkan kompetisi
untuk berdandan agar terlihat lebih dari perempuan lain. Ternyata berdandan
seperti itu alias berdandan bukan untuk diri sendiri menimbulkan kelelahan. Jika
mundur sejenak dari ”keriuhan” kompetisi semacam itu, akan muncul keinginan
merawat diri untuk diri sendiri, bukan untuk kompetisi. Akhirnya muncul
kesadaran berolah raga secara teratur, banyak makan sayuran, minum air putih.
Dengan tubuh yang bugar, kecantikan alami pun muncul dengan sendirinya.
STIKOM
Namun, apa pun jenis rambut dan bentuknya, jika pandai merawat dan
menatanya, mahkota tersebut akan memberikan tampilan oke yang menunjang
penampilan secara keseluruhan. Bisa juga perempuan yang tidak pandai dandan
memanfaatkan masukan dari rekan-rekan atau kerabatnya, meniru untuk
kemudi-an dikreasikkemudi-an sendiri untuk mendapatkkemudi-an tampilkemudi-an ykemudi-ang pas. Atau bisa
me-manfaatkan jasa konsultan kecantikan yang banyak tersebar di pusat pertokoan.
Ketelitian saat berbelanja juga memengaruhi upaya untuk tampil cantik. Misalnya,
asal membeli alat-alat kecantikan yang ternyata justru tidak memberikan efek
ba-gus pada tampilan diri, atau malas untuk mencoba pakaian yang dibeli, sehingga
saat dipakai ternyata kekecilan atau ada bagian yang rusak.
Selain itu, tidak hanya kaum hawa saja tetapi juga kaum adam tidak kalah
dengan lawan jenisnya, bahwa sisi seorang pria mempunyai sifat sebagai pria
metroseksual. Dan ini sangat berpengaruh dalam zaman modern saat ini.
Metro-seksual adalah sebuah istilah baru, sebuah kata majemuk yang berasal dari paduan
dua istilah: metropolitan dan heteroseksual. Istilah ini dipopulerkan pada tahun
1994 untuk merujuk kepada pria (khususnya yang hidup pada masyarakat
post-industri, dengan budaya kapitalis) yang menampilkan ciri-ciri atau stereotipe yang
sering dikaitkan dengan kaum pria homoseksual (seperti perhatian berlebih
ter-hadap penampilan), meskipun dia bukanlah seorang homoseksual. Istilah ini
memicu perdebatan seputar penanda teoritis dekonstruksi seksual serta
hub-ungannya dengan konsumerisme.
Istilah ini dipelopori oleh artikel yang ditulis oleh seorang wartawan
berna-ma Mark Simpson. Artikelnya diterbitkan pada tanggal 15 November 1994, di
STIKOM
harian The Independent. Simpson menulis pria metroseksual, pria lajang belia
dengan pendapatan berlebih, hidup dan bekerja di kawasan perkotaan (karena
dis-itulah toko-toko terbaik tersedia), mungkin adalah pasar produk konsumen yang
paling menjanjikan pada dekade ini. Pada dekade 80-an pria seperti ini hanya
dapat ditemukan di dalam majalah fashion seperti GQ, dalam iklan televisi
jeans Levi's atau dalam bar gay. Pada dekade 90-an ia ada di mana-mana dan ia
gemar berbelanja.
Kutipan diatas yang diungkapkan oleh Simpson semakin populer dengan
munculnya artikel Simpson's Salon.com pada tahun 2002 "Meet the metrosexual",
yang mendaulat David Beckham sebagai poster boy (model) pria metroseksual.
Biro iklan Euro RCSG sedunia mengadopsi kutipan tersebut sebagai
studi pemasaran, serta New York Times menerbitkan tulisan ficer Minggunya,
"Metroseksuals Come Out" tulisan ini menyebar ke seluruh Amerika Utara dan
semakin mempopulerkan istilah ini.
Dalam perkembangannya, konsep metroseksual mengarah kepada gaya
hidup pria perkotaan modern yang berpenghasilan lebih dan sangat peduli kepada
penampilan dan citra dirinya. Gaya hidup ini berkait erat dengan konsumerisme,
kapitalisme dan bahkan dengan perilaku narsisme. Pria metroseksual menaruh
perhatian lebih kepada penampilan, ia cenderung memiliki kepekaan mode dan
memilih pakaian berkualitas atau bermerek, serta memiliki kebiasan merawat diri
(grooming) atau kebiasaan-kebiasaan yang dahulu lazim dikaitkan dengan kaum
perempuan. Misalnya menyukaikosmetik untuk pria, pergi ke salon atau spa, atau
melakukan perawatan tubuh seperti perawatan rambut, kuku dan kulit. Karena
STIKOM
merupakan pasar potensial bagi berbagai produk yang dikhususkan bagi kaum
pria, konsep metroseksual menjadi penting dalam industri fashion dan kosmetik
pria, serta dunia pemasaran dan periklanan.
Dari sekian besarnya trend fashion dan style untuk wanita maupun pria di
Indonesia khususnya kota Surabaya sangat berkembang cukup pesat seperti
ibuko-ta, bahkan bisa dibilang menjadi trending fashion style kedua di Indonesia.
Sura-baya memiliki tingkat kebutuhan fashion dan style yang cukup tinggi, itu dapat
dilihat dari contoh simple yaitu gaya rambut baik wanita maupun pria. Dengan
begitu kepercayaan diri akan timbul sehingga dapat menjadi pusat perhatian di
masyrakat.
Begitu pesatnya perkembangan trend rambut saat ini juga tidak luput dari
seorang hairstylis, yaitu banyaknya bisnis salon ataupun hairstudio dengan di
im-bangi dengan make up. Apalagi di Surabaya banyak sekali bisnis salon yang
me-rajalela saling berlomba lomba menjadi yang terbaik. Itu dapat terlihat dari
ban-yaknya acara perlombaan Hairstylis and Make Up, dengan begitu mereka dapat
mengetahui sejauh mana perkembangan dan skill yang dimiliki oleh hairstylis dan
make up tersebut.
Dengan semakin banyaknya bisnis hair and make up bermunculan karena
perkembangan jaman menuntut pelayanan yang serba cepat dan praktis. Serta
untuk mencari pengalaman yang berbeda dalam hal perawatan rambut maupun
make up untuk mengikuti gaya hidup yang semakin modern. Dengan menawarkan
berbagai macam pelayanan, sebuah salon make up and hair stylis menarik
kon-sumen untuk mengunjungi salon tersebut.
STIKOM
Aldy Hair studio and Make Up adalah sebuah usaha yang bergerak di
bidang jasa hair studio and make up yang terletak di Jl. Kertajaya Indah Timur
X/8 Surabaya. Salah satu prestasi di tahun 2011 dari Aldy tersebut yaitu menjadi
tiga besar dalam kompetisi bergengsi Babyliss Pro. Dengan adanya
prestasi-prestasi yang telah didapatkan maka diperlukan identitas korporasi untuk
penyeragaman citra positif di mata para customer.
Identitas perusahaan (Coorporate Identity) adalah suatu cara atau suatu hal
yang memungkinkan suatu perusahaan dikenal dan dibedakan dari
perusahaan-perusahaan lainnya. Corporate Identity tersebut harus diciptakan melalui suatu
rancangan desain khusus yang meliputi segala hal khas atau unik berkenaan
dengan perusahaan yang bersangkutan secara fisik. Desain itu memiliki wujud
sedemikian rupa sehingga dapat mengingatkan khalayak akan perusahaan tertentu.
Identitas perusahaan ini berfungsi sebagai pengidentifikasi perusahaan, merk,
proyek dan kelompok yang dapat diucapkan serta dapat dilindungi secara hukum.
(buku periklanan edisi tiga, Frank Jefkins, Erlangga, Jakarta, 1997).
Melihat pentingnya identifikasi perusahaan, maka sebuah perusahaan harus
merancang suatu corporate identity yang informatif yang sesuai dengan
perusahaan. Secara efektif corporate identity akan memberi ciri tersendiri dari
perusahaan ke benak khalayak sasaran atau sosial yang lebih luas dan
menanamkan citra positif.
STIKOM
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dalam perancangan ini
permasa-lahan yang diangkat adalah bagaimana merancang komunikasi visual corporate
identity sebagai media promosi Aldy Hair Studio and Make Up Surabaya.
1.3Batasan Masalah
Perancangan corporate identity ini memerlukan batasan-batasan agar
permasalahan yang diangkat tidak meluas, maka perancangan ini memfokuskan
permasalahan , pada:
1. Perancangan dan penetapan Corporate Identity hanya untuk Aldy Hair studio
and Make Up yang sesuai dengan citra dan image yang akan disampaikan
perusahaan beserta pengaplikasiannya.
2. Target perancangan yaitu masyarakat kota Surabaya, yaitu para penghobi style
pada umumnya atau sebagai target primer dan masyarakat luas sebagai target
sekunder.
3. Obyek dan lokasi penelitian dibatasi pada pihak Aldy Hair studio and Make
Up, competitor dan masyarakat Surabaya.
4. Batasan masalah dalam pembuatan corporate identity Aldy Hair studio and
Make Up adalah perancangan logo perusahaan dan penerapannya dalam media
promosi below the line yaitu bentuk stationary, seperti kartu nama, kop surat,
amplop, brosur, banner, portofolio tentang karya-karya hair and make up, serta
ditambah merchandise dari Aldy Hair studio and Make Up seperti, kaos, tas,
STIKOM
pin, stiker, mug. Kemudian juga penambahan pada sarana pendukung bagi
se-ragam karyawan.
1.4Tujuan
Tujuan perancangan yaitu menentukan perancangan corporate identity baru
yang representatif yang sesuai dengan visi, misi dan tujuan perusahaan sehingga
dapat diingat di benak masyarakat luas secara cepat dalam jangka waktu ingatan
yang relatif lama.
Dengan corporate identity yang baru diharapkan dapat memberikan citra
positif dan image yang berbeda dari khalayak luas, sehingga menjadikan
corporate identity Aldy Hair studio and Make Up menjadi lebih baik dan dapat
menarik konsumen.
1.5Manfaat Perancangan
Manfaat perancangan yaitu :
1. Untuk mendapatkan sebuah corporate identity yang mempunyai pemaknaan
yang didalamnya tersirat visi, misi dan tujuan dari keberadaan perusahaan.
2. Diharapkan dapat menjadikan corporate identity Aldy Hairstudio and Make Up
menjadi lebih baik dan corporate identity tersebut dapat mewakili citra positif
hairstudio and make up ini dan memberikan dampak kepada khalayak luas.
STIKOM
8
2.1 Tinjauan tentang Hair Studio and Make Up (Salon)
2.1.1 Pengertian Hair Studio and Make Up (Salon)
Salon menurut Nelly Hakim (2001:169) adalah sarana pelayanan umum untuk kesehatan kulit, rambut dan tubuh dengan perwatan secara manual, preparatif, aparatif dan dekoratid yang moderen maupun tradisional, tanpa tindakan operasi (bedah).
Selain itu, sebuah salon kecantikan atau salon kecantikan (atau kadang-kadang toko kecantikan) adalah sebuah usaha yang berhubungan dengan perawa-tan kosmetik untuk pria dan wanita. Variasi lain dari jenis ini termasuk usaha sa-lon rambut dan spa. Disini terdapat perbedaan antara sasa-lon kecantikan dan sasa-lon rambut dan meskipun banyak usaha kecil yang menawarkan banyak set perawa-tan; salon kecantikan menyediakan layanan umum yang berkaitan dengan kesehatan kulit, wajah estetika, perawatan kaki, aromaterapi, bahkan meditasi, terapi oksigen, mandi lumpur, dan tak terhitung layanan lainnya. (www.wikipedia.org, Salon, Oktober 2008)
2.1.2 Peluang Usaha Salon / Hair studio and Make Up
Tak dapat dipungkiri berdandan dan tampil rapi adalah bagian dari ke-hidupan kaum wanita bahkan pria. Mereka gemar tampil rapi dan menarik sebagai bagian dari citra wanita yang selalu ingin terlihat cantik dan pria yang ingin ter-lihat rapi. Untuk menjaga penampilan, selain berolah-raga, makan makanan
STIKOM
bergizi, adakalanya kaum hawa juga pergi ke tempat-tempat perawatan kecanti-kan. Apa saja sih jasa-jasa yang disediakan oleh salon kecantikan? Beragam ten-tunya. Antara lain yaitu perawatan wajah seperti facial, totok, masker. Perawatan rambut seperti hair-spa, creambath, weaving, bonding dan colouring. Ada juga perawatan tubuh seperti massage, masker tubuh, mandi susu. Bahkan ada pula perawatan daerah intim, yaitu dengan ratus/ penguapan.
Beberapa pengusaha salon terkemuka ditanah air sudah tak dapat dipungkiri lagi nama besarnya, seperti nama Rudi Hadisuwarno, Johny Andrean, Peter Saerang dan almarhum Johny Danuarta. Nama-nama ini sudah demikian memba-hana di kancah dunia kecantikan dan tata rambut.
Sulitkah untuk bertahan di peta persaingan peluang usaha salon? Kunci utamanya barangkali adalah customer satisfaction, kepuasan pelanggan. Wanita adalah makhluk yang sedemikan terkenal sifat sosialnya. Jika seseorang merasa puas dengan pelayanan sebuah salon kecantikan, promosi gratis akan beredar dari mulut ke mulut. Kerabat dan teman dekat adalah pasar utama yang akan datang menyusul kepuasan customer pertama kita. Maka layanan jasa kelas bintang ada-lah ujung tombak peluang usaha salon.
Hal kedua yang harus diperhatikan dalam menyiasati peluang usaha salon barangkali adalah lokasi. Tempat usaha yang strategis, mudah dijangkau dan ter-lihat dari berbagai sudut jalan juga adalah aspek menunjang bagi perkem-bangan usaha ini. Semewah dan senyaman apapun usaha salon jika terletak di lo-kasi yang terpencil akan sulit menarik konsumen. Jika kita rangkum lebih lanjut, peluang usaha salon sebaiknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
STIKOM
1. Target Konsumen.
Konsumen yang ingin kita jangkau siapakah? Gadis-gadis remaja? Wanita pekerja? Ibu-ibu rumah tangga atau wanita paruh baya? Jika segmentasi market telah kita buat. Kita buat persiapan yang sesuai dengan target market.
2. Lokasi Usaha.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya. Lokasi usaha sebaiknya tempat yang berpeluang besar untuk menarik konsumen dalam arti strategis.
3. Dekorasi Salon.
Target konsumen menentukan dekorasi salon kita. Jika target kita ada-lah gadis remaja/ pelajar putri, barangkali kita dapat membuat salon dengan dekorasi warna-warna ceria. Penyediaan produk-produk kecantikan ringan un-tuk remaja.
4. SDM Pekerja Salon.
Untuk bekerja di salon dibutuhkan orang-orang dengan keterampilan khusus. Banyak pengusaha salon yang kurang memperhatikan segmen ini. Kadangkala mereka merekrut pegawai tanpa ketrampilan yang memadai akibatnya pelang-gan menyesal dan tak berminat kembali ke salon tersebut.
5. Bahan dan Alat-Alat Perawatan Kecantikan.
Bahan untuk merawat kecantikan sebaiknya dipilih bahan yang berkualitas dan tidak membahayakan kesehatan. Alat perawatan kecantikan juga harus
terpeli-STIKOM
hara baik dan bersih. Perlu diperhatikan juga perkembangan teknologi, sehing-ga barangkali secara berkala dapat ditambahkan alat-alat baru.
6. Konsultan Usaha/Waralaba.
Peluang usaha salon adalah peluang usaha yang unik dan butuh ketelitian serta kecintaan pada dunia perawatan kecantikan. Tidak ada salahnya jika kita men-cari konsultan usaha atau barangkali justru membeli waralaba usaha salon yang sudah berjalan untuk mempermudah kita memulai usaha tersebut.
2.2 Tinjauan tentang Identitas Korporat (Corporate Identity)
2.2.2 Pengertian Identitas Korporat (Corporate Identity)
Menurut buku Periklanan, identitas perusahaan (corporate identity) adalah suatu cara atau suatu hal yang memungkinkan suatu perusahaan dikenal dan dibedakan dari perusahaan- perusahaan lainnya. Identitas perusahaan tersebut harus diciptakan melalui suatu rancangan desain khusus yang meliputi segala hal khas/ unik berkenaan dengan perusahaan yang bersangkutan secara fisik. Desain itu, memiliki wujud sedemikian rupa sehingga dapat mengingatkan khalayak akan perusahaan tertentu. Identitas perusahaan memiliki elemen- elemen utama yang meliputi warna atau bentuk bangunan perusahaan, tipe logo, atribut, samapai dengan seragam dan pakaian resmi perusahaan.
Sangat sulit untuk menemukan warna yang benar- benar berbeda, tetapi tentu saja ada perusahaan yang mampu menemukan warna yang benar- benar unik. Selain warna, bentuk huruf juga harus dipilih dengan hati- hati berdasarkan empat pertimbangan berikut:
STIKOM
1. Setiap bentuk huruf mengandung kesan atau karakter tertentu yang berbeda satu sama lain.
2. Huruf- huruf sans serif secara umum lebih mudah dibaca.
3. Tidak semua mesin cetak memiliki bentuk huruf yang lenggap, sehingga kemungkinan mesin tersebut tidak bisa menyajikan bentuk huruf yang diinginkan.
4. Ada sebagian bentuk huruf yang nampak menarik apabila ditayangkan dalam ukuran besar, tetapi tidak terlalu mudah dibaca jika disajikan dalam ukuran teks yang kecil.
Dalam bukunya The Company Image, Elinor Selame mengatakan identitas korporat atau corporate identity adalah apa yang senyatanya ada pada atau dit-ampilkan oleh perusahaan. ( Elinor Selame dalam Sutojo 2004:13 )
Identitas korporat (corporate identity) menurut M. Linggar Anggoro ( 2000:280) adalah suatu cara atau suatu hal yang memungkinkan suatu perusahaan dikenal dan dibedakan dari perusahaan-perusahaan lainnya. Ia juga menyebutkan bahwa identitas perusahaan harus diciptakan melalui suatu rancangan desain khu-sus yang meliputi hal-hal unik atau khas tentang perusahaan yang bersangkutan secara fisik.
Rhenald Kasali ( 2003:110-114) dalam buku Manajemen Public Relations Konsep dan Aplikasinya di Indonesia mengatakan bahwa identitas perusahaan
atau identitas korporat disebut juga sebagai simbol perusahaan, apakah berbentuk logo perusahaan atau lambang lainnya. Simbol selain dimaksud agar lebih mudah diingat oleh konsumen juga agar dijiwai oleh segenap karyawannya. Simbol
san-STIKOM
gat penting bagi perusahaan yang bergerak di sektor jasa yang menjaga pelayanan, kredibilitas, dan keramahan manusia di dalamnya.
2.2.3 Elemen Identitas Korporat
Penulis buku Marketing Corporate Image, James R. Gregory (Gregory da-lam Sutojo 2004:14) menyatakan identitas korporat atau corporate identity terdiri dari dua elemen pokok, yaitu:
1. Nama (name atau mark) 2. Logo (logos)
M. Linggar Anggoro (2000:280) dalam bukunya Teori dan Profesi Kehu-masan serta Aplikasinya di Indonesia menyatakan elemen-elemen utama identitas
perusahaan atau identitas korporat meliputi tipe logo, warna/bentuk bangunan, atribut, sampai dengan seragam dan pakaian resmi perusahaan.
2.2.3 Mengefektifkan Identitas Korporat
Dalam buku “Membangun Citra Perusahaan”, Siswanto Sutojo (2004:25-27) mengemukakan hal-hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan desain identitas, yaitu:
1. Identitas singkat tapi jelas.
Identitas tidak membingungkan, tidak asal-asalan dibuat, orisinil atau karya asli buatan sendiri, tidak menjiplak, tidak mudah dilupakan. Agar mudah di-mengerti dan diingat banyak orang, nama dan logo yang dipergunakan untuk menampilkan identitas harus pendek, mudah dibaca dan dimengerti. Dalam
STIKOM
waktu beberapa detik, audiens sasaran harus dapat menangkap arti yang di-maksudkan perusahaan dengan logo tersebut. Lebih ideal lagi apabila dengan melihat logo beberapa detik, audiens sasaran dapat mengingatnya kembali pada kesempatan lain. Logo diharapkan lebih mudah dimengerti dan diingat apabila dilengkapi dengan sebuah slogan yang menarik.
2. Membawa arti tertentu
Agar audiens sasaran dapat menangkap arti logo atau identitas yang akan mereka pergunakan, pada saat menyiapkan desain logo banyak perusahaan melakukan survai.
3. Logo dapat dipergunakan secara fleksibel
Logo harus dapat dipergunakan di atas semua jenis bahan atau permukaan. Logo juga harus dapat dicetak dengan baik dalam berbagai ukuran. 4. Tidak cepat membosankan
Agar audiens tidak cepat bosan melihat atau membacanya, desain identitas pe-rusahaan harus dibuat menarik, tidak membosankan, mudah dibaca, dan sedap dipandang.
Tom Brannan (2004:79-80) mengatakan bahwa identitas perusahaan dapat memelihara prospek sebagaimana yang diharapkan suatu perusahaan. Logo dan tipografi dapat dirancang untuk meraih prospek tersebut. Desainnya juga bisa membuat perusahaan kecil tampak besar. Sebuah desain yang baik adalah yang memberikan ruang dalam rancangannya dan desain tersebut akan lebih tampak menyerupai perusahaan yang sudah mapan.
STIKOM
Seperti yang dikemukakan M. Linggar Anggoro dalam bukunya Teori dan Profesi Kehumasan serta Aplikasinya di Indonesia sebagai berikut:
Tipe, bentuk, warna-warna logo ternyata dapat melambangkan (atau mengundang penafsiran) nilai-nilai tertentu, tingkatan kebudayaan, serta sikap dan perilaku dari sebuah organisasi. Tipe logo ternyata dapat mengidentifikasikan (memunculkan identitas), dan pada gilirannya identitas itu akan mempersonifikasikan (memben-tuk sosok tertentu atas suatu lembaga atau perusahaan di mata khalay-ak/konsumennya) (Anggoro,2000).
Terence A. Shimp (2003:307) mengungkapkan bahwa strategi terbaik untuk meningkatkan kemampuan memuaskan diri dari suatu logo adalah dengan mem-ilih suatu desain yang secara moderat cukup teliti menampilkan lebih dari sekedar gambar yang terlalu simple atau terlalu kompleks. Selain itu, desain-desain natural juga diperlukan untuk menghasilkan respons-respons konsumen yang lebih men-guntungkan.
2.3 Tinjauan Tentang Logo
Logo atau tanda gambar (picture mark) merupakan identitas yang dipergunakan untuk menggambarkan citra dan karakter suatu lembaga atau perusahaan maupun organisasi. Selain membangun citra perusahaan, logo juga sering kali dipergunakan untuk membangun spirit secara internal di antara komponen yang ada dalam perusahaan tersebut. Sebuah logo yang baik dan berhasil akan dapat menimbulkan sugesti yang kuat, membangun kepercayaan, rasa memiliki, dan menjaga image perusahaan pemilik logo itu. Selanjutnya, logo
STIKOM
bahkan dapat menjalin kesatuan dan solidaritas di antara anggota keluarga besar perusahaan itu yang akhirnya mampu meningkatkan prestasi dan meraih sukses demi kemajuan perusahaan. Menurut David E Carter, penulis buku The Big Book of Logo, pertimbangan- pertimbangan tentang logo yang baik itu harus mencakup
beberapa hal sebagai berikut:
1. Original dan Destinctive atau memiliki nilai kekhasan 2. Legible atau memiliki tingkat keterbacaan yang cukup tinggi 3. Simple atau sederhana
4. Memorable atau mudah untuk diingat
5. Easy assosiated with the company, dimana logo yang baik akan mudah dihubungkan dengan jenis usaha dan citra suatu perusahaan atau organisasi. 6. Easy adaptable for all graphic media
Dilihat dari unsur pembentukannya, logo diklasifikasikan menjadi empat kelompok, yaitu:
1. Logo dalam bentuk alphabetical; 2. Logo dalam bentuk benda konkret;
3. Bentuk abstrak, poligon, spiral, dan sebagainya; 4. Simbol, nomor, dan elemen lain.
Ciri- ciri logo yang efektif: 1. Memiliki sifat unik;
2. Memiliki sifat yang fungsional sehingga dapat dipasang dalam berbagai keperluan
3. Bentuk logo mengikuti kaidah- kaidah dasar desain;
STIKOM
4. Mampu mempresentasikan suatu perusahaan/ lembaga atau suatu produk.
2.4 Tinjauan tentang Komunikasi
2.4.1 Pengertian Komunikasi
Dalam buku Pengantar Ilmu Komunikasi, kata atau istilah komunikasi berasal dari bahasa Inggris yaitu Communication dan dalam bahasa latin berasal dari kata Communicatus yang artinya berbagi atau menjadi milik bersama. Dengan demikian menurut Lexicographer salah satu ahli kamus bahasa, mengartikan komunikasi yang menunjuk pada suatu upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan.
Komunikasi adalah hubungan kontak antara manusia baik individu maupun kelompok.Beberapa pakar telah mendefinisaikan komunikasi seperti yang dikutip oleh Sendjaja dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi, antara lain :
Berelson dan Steiner mendefinisikan bahwa komunikasi adalah “Proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain, melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain”. (Berelson dan Steiner dalam Sendjaja, 2004: 1.11)
Laswell memberikan definisi bahwa “Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa?, mengatakan apa?, kepada siapa?, dan dengan akibat atau hasil apa atau who, say what, in which channel, to whom, and with what effect. (Laswell dalam Sendjaja, 2004: 1.11)
STIKOM
Gode mendefinisikan bahwa komunikasi adalah “Suatu proses yang membuat sesuatu dari yang semula dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih”. (Gobe dalam Sendjaja, 2004: 1.11)
Barlund mendefinisikan bahwa “Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurang rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego”. (Barlund dalam Sendjaja, 2004: 1.11)
Ruesch memberikan definisi bahwa “Komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lainnya dalam kehidupan”. (Ruesch dalam Sendjaja, 2004: 1.11)
Weaver mendefinisikan bahwa “Komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi pikiran orang lainnya”. (Weaver dalam Sendjaja, 2004: 1.11)
Carl I. Hovland memberikan definisi bahwa “Komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap”. (Hovland dalam Sendjaja, 2004: 1.11)
Menurut McQuail dan Windahl yang dikutip oleh Rosady Ruslan dalam bukunya Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi bahwa komunikasi berkaitan erat dengan unsur- unsur seperti:
“Sender, channel, message, receiver, hubungan relationship between sender and
receiver, effect, a context in which communication occurs and a range of things to
which „message‟refer. Sometimes, communication can be any all of the
following: action on another, an interaction with others and reaction to other”
STIKOM
(Pengirim pesan, alur pesan pesan, penerima pesan, hubungan antara pengirim dan penerima, respon, sebuah konteks dimana komunikasi terjadi dan urutan kejadian ketika “pesan” mengacu tentang sesuatu. Terkadang, komunikasi bisa merupakan apa saja yang disebutkan berikut ini: sebuah aksi akan sesuatu hal, sebuah interaksi dengan orang lain dan reaksi terhadap sesuatu).
2.4.2 Proses Komunikasi
Dilihat dari beberapa definisi komunikasi menurut para pakar terkandung dua pengertian yaitu proses dan informasi. Proses merupakan “Suatu rangkaian dari langkah-langkah atau tahap-tahap yang harus dilalui dalam usaha pencapaian tujuan. Proses komunikasi merupakan rangkaian dari langkah-langkah atau tahap-tahap yang harus dilalui dalam pengiriman informasi” (Wursanto, 2007: 154).
Sendjaja dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Komunikasi, menyebutkan bahwa proses komunikasi terdiri dari dua cara yaitu :
1. Proses cara primer, adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan sesorang kepada orang lain dengan menggunakan simbol sebagai media. Lambang media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya, yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan. 2. Proses secara sekunder, adalah proses penyampaian pesan oleh sesorang
kepada orang lain dengan menggunakan alat atau saran media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. (Sendjaja, 2004: 1.13).
STIKOM
2.4.3 Tujuan Komunikasi
Setiap individu dalam berkomunikasi pasti mengharapkan tujuan dari komunikasi itu sendiri, secara umum tujuan komunikasi adalah mengharapkan adanya umpan yang diberikan oleh lawan berbicara kita serta semua pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh lawan bicara kita dan efeknya yang terjadi setelah melakukan komunikasi tersebut. menurut Onong Uchjana dalam buku “Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek” mengemukakan beberapa tujuan berkomunikasi, yaitu:
1. Supaya gagasan kita dapat diterima oleh orang lain dengan pendekatan yang persuasif bukan memaksakan kehendak.
2. Memahami orang lain, kita sebagai pejabat atau pimpinan haru mengetahui benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkannya, jangan mereka menginginkan arah ke barat tapi kita memberi jalur ke timur.
3. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, menggerakkan sesuatu itu dapat bermacam- macam, mungkin berupa kegiatan yang dimaksudkan adalah kegiatan yang banyak mendorong, namun penting harus diingat adalah bagaimana cara yang terbaik melakukannya.
4. Supaya yang kita sampaikan itu dapat dimengerti, sebagai pejabat ataupun komunikator kita harus menjelaskan kepada komunikan (penerima) atau bawahan dengan sebaik- baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengikuti apa yang kita maksudkan (Effendy,1993: 18)
STIKOM
Jadi, secara singkat dapat dikatakan tujuan komunikasi itu adalah mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan, dan tindakan. Serta tujuan yang utama adalah agar semua pesan yang kita sampaikan dapat dimengerti dan diterima oleh komunikan.
2.4.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Komunikasi
Faktor- faktor yang mempengaruhi komunikasi pada umumnya ialah kemungkinan berbagai hambatan yang dapat timbul. Oleh karena itu, perlu di ketahui hambatan- hambatan tersebut, yaitu:
1. Kebisingan
2. Keadaan psikologis komunikan
3. Kekurangan komunikator atau komunikan 4. Kesalahan penilaian oleh komunikator
5. Kurangnya pengetahuan komunikator atau komunikan 6. Bahasa
7. Isi pesan berlebihan 8. Bersifat satu arah 9. Faktor teknis
10. Kepentingan atau interest 11. Prasangka
12. Cara penyajian yang verbalitas, dan sebagainya.
STIKOM
2.5 Teori tentang Warna
2.5.1 Pengertian Warna
Warna sudah digunakan sejak dahulu kala oleh manusia, bahan-bahan yang dipakai untuk mendapatkan warna pada jaman dulu adalah dari bahan-bahan alami seperti tanah, biji-bijian dan lain-lain. Sesuai dengan perkembangan teknologi, warna didapatkan dengan bahan kimiawi. Warna adalah suatu gelombang atau getaran tertentu yang diterima mata (retina) karena adanya sinar yang langsung diterima mata.
Warna adalah spektrum tertentu yang terdapat di dalam suatu cahaya sem-purna ( berwarna putih ). Identitas suatu warna ditentukan panjang gelombang cahaya tersebut. Sebagai contoh warna biru memiliki panjang gelombang 460 nanometer. Panjang gelombang warna yang masih bisa ditangkap mata manu-sia berkisar antara 380-780 nanometer.
Dalam peralatan optis, warna bisa pula berarti interpretasi otak terhadap campuran tiga warna primer cahaya: merah, hijau, biru yang digabungkan dalam komposisi tertentu. Misalnya pencampuran 100% merah, 0% hijau, dan 100% biru akan menghasilkan interpretasi warna magenta.
Dalam seni rupa, warna bisa berarti pantulan tertentu dari cahaya yang dipengaruhi oleh pigmen yang terdapat di permukaan benda. Misalnya pencampuran pigmen magenta dan cyan dengan proporsi tepat dan disinari cahaya putih sempurna akan menghasilkan sensasi mirip warna merah.
STIKOM
Setiap warna mampu memberikan kesan dan identitas tertentu sesuai kondisi sosial pengamatnya. Misalnya warna putih akan memberi kesan suci dan dingin di daerah Barat karena berasosiasi dengan salju. Sementara di kebanyakan negara Timur warna putih memberi kesan kematian dan sangat menakutkan karena berasosiasi dengan kain kafan (meskipun secara teoritis sebenarnya putih bukanlah warna).
Di dalam ilmu warna, hitam dianggap sebagai ketidakhadiran seluruh jenis gelombang warna. Sementara putih dianggap sebagai representasi kehadiran seluruh gelombang warna dengan proporsi seimbang. Secara ilmiah, keduanya bukanlah warna, meskipun bisa dihadirkan dalam bentuk pigmen.
Warna memiliki beberapa fungsi, anatara lain : 1. Fungsi estetis
Warna yang memiliki kekuatan untuk membangkitkan rasa keindahan (memberikan pengalaman keindahan)
2. Fungsi isyarat
Diantara warna-warna ada beberapa yang berdir sendiri, dan ada yang dikombinasikan dengan kuat menarik perhatian dan minat kita. Kekuatan warna demikian yang dapat memaksa kita, sangat tepat untuk peringatan. Namun hal itu tergantung dari persetujuan-persetujuan dan sering tidaknya warna dapat digunakan untuk segala tujuan.
STIKOM
3. Fungsi psikologis (kejiwaan)
Warna dapat memberikan pengaruh tertentu pada perangai kita, perasaan kita dan peri-hidup jiwa kita, misalnya rasa tenang, tentram, mengecilkan hati, gelisah, aktif, membangkitkan perasaan gairah, emrangsang dan kadangkala keresahan dalam perasaan manusia. Selain itu, warna dapat juga memberikan kesan lebih kecil maupun lebih besar.
4. Warna sebagai alat pengenal
Tentu anda masih ingat akan masa pelajaran ilmu bumi, dimana terdapat gambar-gambar peta yang warnanya menunjukkan berbagai sifat tanah. Hijau menandai tanah liat, kuning menandai tanah berpasir dan lain sebagainya.
5. Fungsi membedakan
Warna mempunyai tugas untuk membeda-bedakan. Seperti halnya dalam mebedakan antara perusahaan-perusahaan taksi atau lainnya. Karena disini warna juga digunakan untuk membantu dalam pengenalan.
6. Fungsi alamiah atau fisika
Warna dapat diklasifikasikan ke dalam tiga golongan, yaitu hue, value, dan chroma. Hue adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan nama dari
suatu warna, seperti biru, merah, hijau dn lain-lain. Value digunakan untuk menunjukkan gelap terangnya suatu warna. Chroma atau intensitas adalah dimensi mengenai cerah atau suramnya suatu warna, yaitu kualitas dari keberadaan suatu warna. Perubahan dalam intesity dapat dibuat melalui pencampuran warna komplementernya.
STIKOM
Warna komplementer adalah warna yang dapat menetralisir warna lain, misalnya warna hijau-biru sebagai warna komplementer terhadap warna merah, warna kuning-bagi biru dan warna putih-bagi hitam.
Pengelompokan warna yaitu :
1. Warna netral, adalah warna-warna yang tidak lagi memiliki kemurnian warna atau dengan kata lain bukan merupakan warna primer maupun sekunder. Warna ini merupakan campuran ketiga komponen warna sekaligus, tetapi tidak dalam komposisi tepat sama.
2. Warna kontras atau komplementer, adalah warna yang berkesan berlawanan satu dengan lainnya. Warna kontras bisa didapatkan dari warna yang berseber-angan (memotong titik tengah segitiga) terdiri atas warna primer dan warna sekunder. Tetapi tidak menutup kemungkinan pula membentuk kontras warna dengan menolah nilai ataupun kemurnian warna. Contoh warna kontras adalah merah dengan hijau, kuning dengan ungu dan biru dengan jingga.
3. Warna panas, adalah kelompok warna dalam rentang setengah lingkaran di da-lam lingkaran warna mulai dari merah hingga kuning. Warna ini menjadi sim-bol, riang, semangat, marah dsb. Warna panas mengesankan jarak yang dekat. 4. Warna dingin, adalah kelompok warna dalam rentang setengah lingkaran di
dalam lingkaran warna mulai dari hijau hingga ungu. Warna ini menjadi simbol kelembutan, sejuk, nyaman dsb. Warna dingin mengesankan jarak yang jauh.
Warna termasuk dalam ranah nirmana. Terkadang pemakaian warna sangat membantu dalam pemilihan font dalam typografi. Kemampuan penguasaan
STIKOM
budaya dan warna sangat berpengaruh dalam menentukan sebuah warna dalam pemakaian ke dalam produk desain, oleh karenanya penguasan warna merupakan syarat penting untuk desainer pemula. Berikut beberapa psikologi warna menurut dari berbagai sumber :
1. Kuning
Respon Psikologi: Optimis, Harapan, Filosofi, Ketidak jujuran, Pengecut (untuk budaya Barat), pengkhianatan, pencerahan dan intelektualitas. Kuning adalah warna keramat dalam agama Hindu. Kuning adalah warna yang hangat. Cukup menarik perhatian dan sangat baik jika dijadikan background untuk teks hitam karena akan lebih mencolok terlihat.
2. Oranye
Respon Psikologi: Energy, Keseimbangan, Kehangantan. Menekankan sebuah produk yang tidak mahal.
3. Merah
Respon Psikologi: Power, energi, kehangatan, cinta, nafsu, agresi, bahaya, berpendirian, dinamis, dan percaya diri. Warna Merah kadang berubah arti jika dikombinasikan dengan warna lain. Merah dikombinakan dengan Hijau, maka akan menjadi simbol Natal. Merah jika dikombinasikan denga Putih, akan mempunyai arti ‘bahagia’ di budaya Oriental. Bisa berarti berani dan semangat yang berkobar-kobar. Singkatnya secara umum berhubungan dengan perasaan yang meledak-ledak. Warna merah mudah menarik perhatian dan meningkatkan nafsu. Karena itu seperti saya katakan tadi, bisnis makanan banyak menggunakan warna dominan merah karena ini dipercaya dapat
STIKOM
meningkatkan nafsu makan pembeli, lihat saja warna pizza hut, McD, KFC yang juga ada merahnya. Atau kalau untuk teks, warna merah pasti akan lebih menarik perhatian dibanding warna lain. Namun jika untuk background dengan teks hitam, akan membuat mata cepat lelah.
4. Biru
Respon Psikologi: Kepercayaan, Konservatif, Keamanan, Tehnologi, Kebersihan, Keteraturan, Damai, menyejukkan, spiritualitas, kontemplasi, misteri, dan kesabaran. Banyak digunakan sebagai warna pada logo Bank di Amerika Serikat untuk memberikan kesan tenang, terpercaya, ilmu dan wawasan. Warna ini sangat baik untuk menumbuhkan loyalitas konsumen. Bank-bank banyak menggunakan warna biru sebagai warna dominannya, demikian juga pendidikan.
5. Hijau
Respon Psikologi: Alami, Sehat, Keberuntungan, Pembaharuan, pertumbuhan, kesuburan, harmoni, optimisme, kebebasan, dan keseimbangan. Warna Hijau tidak terlalu ’sukses’ untuk ukuran Global. Di Cina dan Perancis, kemasan dengan warna Hijau tidak begitu mendapat sambutan. Tetapi di Timur Tengah, warna Hijau sangat disukai. Banyak produk yang menekankan kealamian produk menggunakan warna ini sebagai pilihan. Untuk perusahaan-perusahaan yang berhubungan dengan eksplorasi alam, warna hijau banyak dipakai untuk menegaskan bahwa perusahannya berwawasan lingkungan. Warna ini termasuk yang sedang ngetren dan akan banyak dipakai khususnya dengan kampanye
STIKOM
yang berhubungan dengan lingkungan. Kemasan deterjen juga tidak sedikit yang menggunakan warna hijau.
6. Ungu
Respon Psikologi: Spiritual, Misteri, Kebangsawanan, Transformasi, Kekasaran, Keangkuhan, Ramah, Romantis, dan Mandiri. Warna Ungu sangat jarang ditemui di alam. Ungu adalah capuran warna merah dan biru. Menggambarkan sikap ‘gempuran’ keras yang dilambangkan dengan warna biru. Perpaduan antara keintiman dan erotis atau menjurus ke pengertian yang dalam dan peka. Bersifat kurang teliti namun penuh harapan. Namun ternyata warna ungu merupakan warna glamour yang dapat membuat sesuatu terlihat mewah. Penggunaan warna ungu dalam mendesign bisa digunakan jika kita menginginkan image yang tercipta dari design kita itu mewakili luxury/mewah/ artisitik, sehingga patut digunakan ketika mendefinisikan suatu produk atau jasa yang nilainya mahal namun memiliki nilai lebih di dalamnya (www.gasud.com dan Lelo Susilo, www.lelosusilo.wordpress.com).
7. Coklat
Respon Psikologi: Tanah/Bumi, Reliability, Comfort, Daya Tahan, Stabilitas, Bobot, Kestabilan dan Keanggunan. Kemasan makanan di Amerika sering memakai warna Coklat dan sangat sukses, tetapi di Kolumbia, warna Coklat untuk kemasan kurang begitu membawa hasil.
8. Hitam
Respon Psikologi: Ketakutan, Power, Kecanggihan, Kematian, Misteri, Seksualitas, Kesedihan, Keanggunan, dan Independen, Berwibawa, Penyendiri,
STIKOM
Disiplin, dan Berkemauan keras. Melambangkan kematian dan kesedihan di budaya Barat. Sebagai warna Kemasan, Hitam melambangakan Keanggunan (Elegance), Kemakmuran (Wealth) dan Kecanggihan (Sopiscated). Menunjukkan hal yang tegas, elegan, dan eksklusif. Juga bisa mengandung makna rahasia. Seperti ketika saya memilih warna dominan hitam pada Rahasia Blogging.warnatersebut sangat mendukung kata “rahasia” yang ingin saya tekankan. Kalau untuk warna mobil, biasanya mobil berwarna hitam lebih mahal daripada mobil berwarna lain.
9. Putih
Warna suci dan bersih, natural, kosong, tak berwarna, netral, awal baru, kemurnian dan kesucian. Warna yang sangat bisa dipadukan dengan warna apapun. Warna putih di situs web banyak dipakai sebagai warna background teks hitam. Sebab pengunjung akan lebih mudah untuk membacanya.
10. Abu Abu
Respon Psikologi: Intelek, Masa Depan (kayak warna Milenium), Kesederhanaan, Kesedihan.
2.6 Teori tentang Tipografi
2.6.1 Pengertian Tipografi
Tipografi adalah sni menyusun huruf-huruf sehingga dapat dibaca tetapi masih mempunyai nilai desain. Pengertian tipogrfai menurut buku Manuale Ty-pographicum adalah:
“Typography can defined a art of selected right type printing in accord-ance with specific purpose : of arranging the letter, distributing the space
STIKOM
and controlling the type as to aid maximunm the reader’s.” (Zapfit, Herman , Manuale Typhographicum, London: The MIT Press,1970)
Terjemahan :
“Tipografi dapat mendefinisikan seni cetak jenis yang dipilih tepat sesuai dengan tujuan tertentu: mengatur surat, mendistribusikan ruang dan men-gendalikan jenis untuk membantu maximunm pembaca itu.”
Dari pengertian diatas, memberikan penjelasan bahwa tipografi merupakan seni memilih dan menata huruf dengan pengaturan penyebarannya pada ruang-ruang yang tersedia, untuk menciptakan kesan khusus, sehingga akan menolong pembaca untuk mendapatkan kenyamanan membaca semaksimal mungkin.
Tipografi digunakan sebagai metode untuk menerjemahkan kata-kata (lisan) ke dalam bentuk tulisan (visual). Fungsi bahasa visual ini adalah untuk mengkomunikasikan ide, cerita dan informasi melalui segala bentuk media, mulai dari label, pakaian, tanda-tanda lalu lintas,poster, buku, surat kabar dan majalah. Karena itu pekerjaan seorang tipografer (penata huruf) tidak lepas dari semua aspek kehidupan sehari-hari. Sebagai bagian dari kebudayaan manusia, huruf tak pernah lepas dari kehidupan keseharian. Hampir setiap bangsa di dunia menggunakannya sebagai sarana komunikasi. Sejarah perkembangan tipografi dimulai dari penggunaan pictograph. Bentuk bahasa ini antara lain dipergunakan oleh bangsa Viking Norwegia dan Indian Sioux. Di Mesir berkembang jenis huruf Hieratia, yang terkenal dengan nama Hieroglif pada sekitar abad 1300 SM. Bentuk tipografi ini merupakan akar dari bentuk Demotia, yang mulai ditulis dengan menggunakan pena khusus. Bentuk tipografi tersebut akhirnya berkembang sampai di Kreta, lalu menjalar ke Yunani dan akhirnya menyebar
STIKOM
keseluruh Eropa. Puncak perkembangan tipografi, terjadi kurang lebih pada abad 8 SM di Roma saat orang Romawi mulai membentuk kekuasaannya. Karena bangsa Romawi tidak memiliki sistem tulisan sendiri, mereka mempelajari sistem tulisan Etruska yang merupakan penduduk asli Italia serta menyempurnakannya sehingga terbentuk huruf-huruf Romawi. Saat ini tipografi mengalami perkembangan dari fase penciptaan dengan tangan hingga mengalami komputerisasi. Fase komputerisasi membuat penggunaan tipografi menjadi lebih mudah dan dalam waktu yang lebih cepat dengan jenis pilihan huruf yang ratusan jumlahnya.
Dalam beberapa literatur tipografi, rupa huruf dapat di golongankan dalam beberapa klasifikasi, yang berguna untuk mempermudah mengidentifikasi rupa huruf tersebut. Berdasarkan klasifikasi yang umum dan sering dipakai, klasifikasi berdasarkan timeline sejarahnya dan fungsinya, rupa huruf digolongkan menjadi:
1. Blackletter / Old English / Textura, berdasarkan tulisan tangan (script) yang
populer pada abad pertengahan (sekitar abad 17) diJerman (gaya gothic) dan Irlandia (gaya Celtic).
2. Humanis / Venetian, berdasarkan tulisan tangan (script) gaya romawi di Italia.
Disebut humanis karena goresannya seperti tulisan tangan manusia.
3. Old Style, Rupa huruf serif yang sudah berupa metal type, gaya ini sempat
mendominasi industri percetakan selama 200 tahun.
4. Transitional, Rupa huruf serif, muncul pertama kali sekitar
ta-hun 1692 oleh Philip Grandjean, diberi nama Roman du Roi atau "rupa huruf raja", karena dibuat atas perintah Raja Louis XIV.
STIKOM
5. Modern / Didone, Rupa huruf serif, muncul sekitar akhir abad 17, menjelang jaman Modern.
6. Slab serif / Egytian Rupa huruf serif, muncul sekitar abad 19, kadang
dise-but Egytian karena bentuknya yang mirip dengan gaya seni dan arsi-tektur Mesir kuno
7. Sans-serif / Rupa huruf tanpa kait
a). Grotesque Sans-serif, muncul sebelum abad 20.
b). Geometris Sans-serif, bentuk rupa hurufnya berdasarkan bentuk-bentuk
geometris, seperti lingkaran segi empat dan segi tiga.
c). Humanis Sans-serif, bentuk rupa hurufnya seperti tulisan tangan manusia.
8. Display / dekoratif, muncul sekitar abad 19, untuk menjawab kebutuhan di
dunia periklanan. Cirinya adalah ukuranya yang besar.
9. Script dan cursive, bentuknya menyerupai handwriting - tulisan tangan
manu-sia. Script, hurufnya kecil-kecil dan saling menyambung, se-dangkan Cursive tidak.
Berikut beberapa jenis huruf berdasarkan klasifikasi yang dilakukakn oleh James Craig, antara lain sebagai berikut:
1. Roman, pada awalnya adalah kumpulan huruf kapital seperti yang biasa
ditemui di pilar dan prasasti Romawi, namun kemudian definisinya berkem-bang menjadi seluruh huruf yang mempunyai ciri tegak dan didominasi garis lurus kaku.
STIKOM
2. Serif, dengan ciri memiliki siripan di ujungnya. Selain membantu keterbacaan, siripan juga memudahkan saat huruf diukir ke batu.
3. Egyptian, atau populer dengan sebutan slab serif. Cirinya adalah
ka-ki/sirip/serif yang berbentuk persegi seperti papan dengan ketebalan yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan adalah kokoh, kuat, kekar dan sta-bil. Salah satu contoh huruf slab serif di nisan Thomas de Souza, di pintu ma-suk Museum Taman Prasasti
4. Sans Serif, dengan ciri tanpa sirip/serif, dan memiliki ketebalan huruf yang
sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan oleh huruf jenis ini adalah modern, kontemporer dan efisien.
5. Script, merupakan goresan tangan yang dikerjakan dengan pena, kuas atau
pensil tajam dan biasanya miring ke kanan. Kesan yang ditimbulkannya adalah sifast pribadi dan akrab.
6. Miscellaneous, merupakan pengembangan dari bentuk-bentuk yang sudah ada.
Ditambah hiasan dan ornamen, atau garis-garis dekoratif. Kesan yang dimiliki adalah dekoratif dan ornamental.
2.7 Kerangka Konsep
STIKOM
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Konsep
STIKOM
62
Pada bab ini membahas tentang proses produksi sarana komunikasi visual
yang telah dirancang untuk corporate identity Aldy Hair studio and Make Up Surabaya sesuai konsep yang meliputi pemilihan media iklan, pemilihan
marchandise, & pengimplementasiannya. Media yang dipilih adalah perpaduan
dari bentuk-bentuk media yang dapat mendukung upaya periklanaln. Berikut
media yang digunakan sebagai sarana komunikasi visual dalam corporate identity
dari Aldy Hair studio and Make Up :
4.1 Logo
Logo diimplementasikan pada setiap sarana komunikasi visual pendukung
[image:40.595.47.536.118.706.2]dari corporate identity Aldy Hair studio and Make Up Surabaya
Gambar 4.1 Logo Aldy Hair studio and Make Up
STIKOM
Gambar 4.2 Penggunaan jenis font dan warna pada logo
Pada logo Aldy Hair Studio and Make Up tersebut, tulisan “ALDY”
menggunakan jenis font Gotham Night yang telah di modifikasi sehingga dalam
tingkat keterbacaan akan menjadi jelas dibandingkan dengan font asli pada
Gotham Night tersebut, kemudian untuk “Hair Studio and Make Up”
menggunakan jenis font Alto Votaje dimana jenis font tersebut memiliki
readability yang cukup bagus sehingga tingkat keterbacaan dari jarak dekat maupun jauh masih dapat terlihat. Dan untuk warna yang digunakan sesuai
dengan konsep yaitu Elegan dan Glamor maka yang digunakan adalah Ungu
dengan RGB 135, 45, 133 dan CMYK 55, 98, 9, 1 serta #882d85 kemudian untuk
warna elegan yang diambil adalah hitam yaitu RGB 0, 0, 0 dan CMYK 75, 68, 67,
90 serta #000000.
STIKOM
Gambar 4.3 Logogram Aldy Hair Studio and Make Up
Bentuk Logogram pada Aldy Hair studio and Make Up tersebut
[image:42.595.46.552.113.707.2]mengandung unsur garis “S” dimana garis berbentuk “S” disebut dengan Line of Beauty sehingga dapat merasakan sesuatu kelembutan, halus dan gemulai serta anggun ( Leksikon Grafika dalam lasrilcartoonis.blogspot.com) .
Gambar 4.4 Logogram dengan penggabungan huruf A
STIKOM
Logogram yang menyatu dengan huruf “A” memiliki sebuah arti dimana
huruf awalan “A” dari Aldy tersebut juga mewakili dari karakter Aldy tersebut
yaitu mengandung arti bahwa suatu tindakan lebih penting dan apa yang dilihat
adalah yang di dapat (Arti Sebuah Nama, www.untukku.com).
Gambar 4.5 Makna garis horizontal pada Aldy Hair Studio and Make Up
Garis lurus mengandung arti kekuatan, arah dan tujuan. Horizontal memberi
sugesti ketenangan (Leksikon Grafika dalam lasrilcartoonis.wordpress.com).
STIKOM
Gambar 4.6 Logo grid
STIKOM
Gambar 4.7 Logo dalam beberapa ukuran
STIKOM
Logo dalam beberapa ukuran tersebut dapat memudahkan jika dalam
melalui proses cetak dari kecil ke besar serta dapat mengetahui seberapa kecil
logo dapat terlihat dan juga sebaliknya.
Gambar 4.8 Logo hitam putih dan berwarna
Logo hitam dan putih tersebut bias digunakan pada stempel hitam putih
tetapi dalam tingkat keterbacaannya masi terlihat dan tidak merubah keaslian dari
logo tersebut. Kemudian pada logo berwarna juga dapat digunakan pada jenis
stempel berwarna dan dapat memperlihatkan keaslian dari logo tersebut.
4.2Penggunaan Media Promosi
Pada penggunaan media promosi yang digunakan adalah media promosi
Bellow The Line yaitu pada dasarnya sebagai alternatif lain selain penjualan
STIKOM
langsung, berguna untuk promosi penjualan dan hubungan masyarakat ( Smith,
Marketing Communication, 2001 ), yang digunakan adalah:
a. Brosur adalah media promosi untuk meningkatkan image atau informasi secara lebih rinci. Brosur terdiri dari tiga lipat. Halaman 2 (Cover) sesuai
format atau design yang tertera. Halaman 2, 3, 4, 5, 6 memuat informasi
tentang Aldy Hair studio and Make Up serta lokasi dari salon/hair studio and
[image:47.595.49.556.177.692.2]make up tersebut. Menggunakan bahan art paper 150 gram dengan ukuran A4.
Gambar 4.9 Ukuran brosur
STIKOM
Penggunaan brosur dengan ukuran seperti diatas agar dapat memudahkan
konsumen/customer dalam membaca pada setiap isi yang dimuat pada brosur
tersebut.
Gambar 4.10 Brosur Aldy Hair studio and Make Up
b. Banner merupakan media promosi yang diletakkan pada saat depan pintu masuk lokasi Aldy Hair studio and Make Up dan dapat dipergunakan untuk
acara-acara promosi hair and make up. Banner di desain dengan ukuran
[image:48.595.51.553.178.702.2]160x60cm dibuat dalam bentuk roll banner dengan bahan PVC.
Gambar 4.11 Ukuran banner
STIKOM
Gambar 4.12 Banner Aldy Hair studio and Make Up
c. Business Card atau Kartu Nama merupakan cara cepat dalam pengenalan suatu perusahaan, sehingga Aldy Hair studio and Make Up menggunakan kartu nama
berukuran 4,2x9 cm menggunakan cetak Art Paper ukuran 260 gram laminasi
[image:49.595.42.554.155.734.2]doff.
Gambar 4.13 Ukuran Kartu Nama
STIKOM
Gambar 4.14 Kartu Nama Aldy Hair studio and Make Up
d. Portfolio merupakan kumpulan hasil karya Aldy Hair studio and Make Up di bantu dengan beberapa tehnik fotografi sesuai konsep dari hair and make up
[image:50.595.43.547.127.671.2]tersebut.
Gambar 4.15 Cover Portfolio Aldy Hair studio and Make Up
STIKOM
Gambar 4.16 Halaman isi portofolio
STIKOM
e. Merchandise merupakan cara berpromosi yang cukup efektif karena selain bisa dijadikan media promosi juga sebagai hadiah yang bisa dijadika
npengingat sehingga customer akan ingat selalu dan loyal terhadap Aldy Hair
studio and Make Up. Berikut merchandise yang di pilih berdasarkan
pertimbangan fungsi dan kebutuhan:
1) Stiker disebarkan pada saat tiga minggu sebelum event berlangsung, ukuran
stiker 8 x 10cm.
Gambar 4.17 Stiker
[image:52.595.46.539.170.710.2]2) Kaos diberikan kepada customer dari Aldy Hair Studio and Make Up
Gambar 4.18 Kaos
STIKOM
3) Tas diberikan pada customer yang membeli produk di Aldy Hair studio and
Make Up
Gambar 4.19 Tas
4)Pin diberikan pada customer bersama dengan tas jika membeli produk yang
ada di Aldy Hair studio and Make Up
Gambar 4.20 Pin
STIKOM
5)Kalender diberikan pada customer bersama dengan tas dan souvenir lainnya
[image:54.595.48.554.183.655.2]jika membeli produk yang ada di Aldy Hair studio and Make Up.
Gambar 4.21 Urutan Kalender Januari hingga Desember
STIKOM
Gambar 4.22 Ukuran Kalender
Gambar 4.23 Kalender
STIKOM
6)Amplop dan Korp surat digunakan oleh Aldy Hair studio and Make Up
untuk keperluan surat perijinan dan lain sebagainya.
Gambar 4.24 Amplop dan Korp surat
STIKOM
79
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana merancang
komunikasi visual corporate identity sebagai media promosi untuk Aldy Hair
studio and Make Up Surabaya.Dari rumusan masalah yang ada, analisis data yang
telah dilakukan, maka kesimpulannya sebagai berikut:
1. Berdasarkan Penelitian Perancangan Komunikasi Visual Corporate
Identity sebagai media promosi untuk Aldy Hair studio and Make Up yaitu
dengan membuat identitas perusahaan yang baru dengan media promosi
below the line sehingga dapat memudahkan pengenalan pada masyarakat.
2. Dari hasil perancangan didapatkan hasil untuk mengkomunikasikan media
promosi secara visual berupa sarana komunikasi visual berupa: Brosur,
Exbanner, Portofolio, Kartu Nama, Amplop, Korpsurat, serta Merchandise
berupa: Kaos, Tas, pin, stiker.
5.2 Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan untuk pengembangan lebih lanjut
adalah sebagai berikut:
1. Sarana komunikasi visual yang telah dirancang diharapkan agar dapat segera
diaplikasikan sehingga dapat terlihat hasil yang nyata.
STIKOM
2. Berdasarkan analisa yang dilakukan, produk dan layanan yang lain masih
belum memiliki media promosi yang berfokus pada produk dan layanan
masing-masing. Diharapkan untuk pengembangannya dirancang sarana media
promosi yang berfokus pada produk dan layanan masing-masing.
3. Diharapkan untuk pengembangannya, akan dilakukan audit terhadap respon
sarana komunikasi visual yang telah dibuat guna memastikan hasil
penerimaan di masyarakat.
STIKOM
Anggoro, M. Linggar. 2000. Teori dan Profesi Kehumasan serta Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Darmaprawira, Sulasmi. 2002 . Warna Teori dan Kreatifitas Penggunaannya. Bandung: ITB.
Carter, E David. 1990. The Big Book Of Logo. New York: Watson-Guptill Publications.
Gregory, James. R. Marketing Corporate Image. USA NTC Business Books: NTC Contemporary Publishing Group
Jefkins, Frank.1997. Periklanan Edisi Tiga. Jakarta: Erlangga.
Kasali, Rhenald. 2003. Manajemen Public Relations Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Hakim, Nelly. 2001. Kesmotologi Tata Kecantikan Kulit. Jakarta: Herni Kusantati, Pipin Tresna Prihatin, Wiwin Wiana.
Harijanto, Rudi. 2009 . Prinsip-prinsip Periklanan. Jakarta: ITKP.
Marzuki. 2000. Metodologi Riset. Yogyakarta: Penerbitan Fakultas Ekonomi-UII.
Morissan. 2006. Pengantar Public Relations. Tangerang: Ramdika Prakasa.
Narbuko,Cholid, dan H. Abu Achmadi. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara
Pavia, T.M. and Costa, J.A. 1993. The Winning Number: Consumer Perceptions of alpha-numeric brand names, Journal of Marketing, Vol. 57 (July), pp. 85-98.
Ruslan, Rosady. 2004. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Russel, Thomas, J dan Ronald Lane, W. 1992. Tata Cara Periklanan Kleppner buku pertama. Jakarta: Penerbit PT Elec Media Komputindo.
STIKOM
Shimp, Terence A. 2000. Periklanan Promosi. Jakarta: Penerbit Erlangga Koentjaraningrat. 1997. Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta : Prenada Media.
Simpson, Mark. 1994. Harian The Independent. Inggris: The Independent.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung: Alfabeta.
Sutodjo, Siswanto. 2004. Membangun Citra Perusahaan. Jakarta: Damar Mulia.
Zapfit, Herman. 1970. Manuale Typhographicum. London: The MIT Press