• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Yuridis Terhadap Kedudukan Advokat Asing di Indonesia dengan Keberadaan Masyarakat Ekonomi ASEAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kajian Yuridis Terhadap Kedudukan Advokat Asing di Indonesia dengan Keberadaan Masyarakat Ekonomi ASEAN"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN YURIDIS TERHADAP KEDUDUKAN ADVOKAT ASING

DI INDONESIA DENGAN KEBERADAAN MASYARAKAT

EKONOMI ASEAN

S K R I P S I

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

ROBBY ADHITYA S 100200220

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

KAJIAN YURIDIS TERHADAP KEDUDUKAN ADVOKAT ASING

DI INDONESIA DENGAN KEBERADAAN MASYARAKAT

EKONOMI ASEAN

Oleh

ROBBY ADHITYA S 100200220

Disetujui Oleh

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Windha, SH. M.Hum NIP. 19750112 200501 2 002

Pembimbing I Pembimbing II

(Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, M.H) (Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum)

NIP. 195603291986011001 NIP. 197302202002121001

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

KAJIAN YURIDIS TERHADAP KEDUDUKAN ADVOKAT ASING DI INDONESIA DENGAN KEBERADAAN MASYARAKAT

EKONOMI ASEAN *Robby Adhitya S ** Bismar Nasution *** Mahmul Siregar

ASEAN Economic Community atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) merupakan bentuk integrasi ekonomi regional yang mulai diberlakukan dan ditargetkan pencapaiannya pada tahun 2015. Dengan pencapaian tersebut, ASEAN akan menjadi pasar tunggal dan basis produksi dimana terjadi arus barang, jasa, investasi dan tenaga terampil yang bebas serta aliran modal yang bebas.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah perdagangan bebas sektor jasa dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN. Aspek hukum mengenai advokat asing di Indonesia. Pengaturan jasa advokat asing di Indonesia setelah keberadaan perdagangan bebas sektor jasa Masyarakat Ekonomi ASEAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif adalah metode penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan.

Perdagangan bebas sektor jasa dalam Masyarakat Ekonomi Asean yaitu Perdagangan jasa liberalisasi sektor jasa akan dilakukan dalam kerangka ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) yang sebenarnya telah dideklarasikan sejak tahun 1995. AFAS (ASEAN Framework Agreement on Services) adalah persetujuan dan kerjasama dalam rangka liberalisasi perdagangan bidang jasa dalam forum ASEAN. Perjanjian antar negara ASEAN ini pada prinsipnya mencerminkan keinginan agar sesama anggota ASEAN melakukan liberalisasi perdagangan jasa antar negara ASEAN secara lebih luas dan lebih mendalam dibandingkan dengan liberalisasi yang ditempuh dalam rangka GATS / WTO (General Agreement on Trade in Services / World Trade Organization). Pengaturan dan pembatasan hak advokat asing untuk dapat berpraktik dan/atau membuka kantor jasa hukum atau perwakilannya di Indonesia untuk melindungi eksistensi dan pemberdayaan peran advokat domestik serta guna menghindari adanya praktik liberalisasi jasa advokat yang akan bersifat kontraproduktif dengan terjaminnya kualitas pelayanan bagi masyarakat dalam memperoleh kepastian hukum dan keadilan. Pengaturan jasa advokat asing di Indonesia setelah keberadaan perdagangan bebas sektor jasa MEA yaitu Keputusan Menteri Hukum dan HAM R.I. Nomor M.11-HT.04.02 Tahun 2004 tentang persyaratan dan tatacara mempekerjakan Advokat Asing serta kewajiban memberikan jasa hukum secara cuma-cuma kepada dunia pendidikan dan penelitian hukum.

Kata Kunci: Kedudukan Advokat Asing Keberadaan MEA *Mahasiswa

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt, karena berkat dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul Kajian Yuridis Terhadap Kedudukan Advokat Asing di Indonesia dengan Keberadaan Masyarakat Ekonomi ASEAN. Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan di Program Studi S-I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis menyadari bahwa yang disajikan dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun sehingga dapat menjadi perbaikan di masa akan datang.

Dalam penulisan Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak baik secara moril dan materil, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum, selaku Pembantu Dekan I, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syafruddin Hasibuan, SH., M.Hum, selaku Pembantu Dekan II, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(5)

5. Ibu Windha, SH., M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, M.H, selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, nasehat dan saran mulai dari awal sampai akhir sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

7. Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum, selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, nasehat dan saran mulai dari awal sampai akhir sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

8. Seluruh staf pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

9. Kepada kedua orang tua papa dan mama, serta adik yang telah banyak memberikan dukungan doa dan kasih sayang yang tak pernah putus sampai sekarang.

10.Kepada rekan-rekan mahasiswa/i, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

11.Rekan-rekan diluar kampus yang tidak bisa disebutkan satu persatu

Penulis berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya. Akhirnya penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Medan, Juli 2015 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Keaslian Penelitian ... 9

E. Tinjauan Pustaka ... 9

F. Metode Penelitian ... 12

G. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II PERDAGANGAN BEBAS SEKTOR JASA DALAM MASYARAKAT EKONOMI ASEAN ... 17

A. Pengertian dan Latar Belakang Pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN ... 17

B. Proses Pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN ... 36

C. Blueprint Masyarakat Ekonomi ASEAN ... 40

D. Aliran Bebas Tenaga Kerja Terampil dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN ... 45

(7)

BAB III ASPEK HUKUM MENGENAI ADVOKAT ASING

DI INDONESIA ... 63

A. Pengertian Tenaga Kerja Asing dan Cakupannya di Indonesia . 63 B. Pengertian dan Ketentuan Mengenai Advokat Asing yang Berprofesi di Indonesia ... 69

C. Batasan- Batasan terhadap Advokat Asing di Indonesia ... 75

D. Prosedur Advokat Asing yang Bekerja di Indonesia ... 79

BAB IV PENGATURAN MENGENAI PENGGUNAAN JASA ADVOKAT ASING DI INDONESIA DENGAN KEBERADAAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN ... 84

A. Perbandingan Penggunaan Jasa Advokat Indonesia dengan Advokat Asing di Indonesia ... 84

B. Praktek Penggunaan Jasa Advokat Asing di Indonesia Sebelum Keberadaan Masyarakat Ekonomi ASEAN di dalam Ketentuan Peraturan Perundang – undangan Indonesia .. 88

C. Praktek Penggunaan Jasa Advokat Asing di Indonesia Setelah Keberadaan Perdagangan Bebas Sektor Jasa Masyarakat Ekonomi ASEAN ... 94

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 98

A. Kesimpulan ... 98

(8)

ABSTRAK

KAJIAN YURIDIS TERHADAP KEDUDUKAN ADVOKAT ASING DI INDONESIA DENGAN KEBERADAAN MASYARAKAT

EKONOMI ASEAN *Robby Adhitya S ** Bismar Nasution *** Mahmul Siregar

ASEAN Economic Community atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) merupakan bentuk integrasi ekonomi regional yang mulai diberlakukan dan ditargetkan pencapaiannya pada tahun 2015. Dengan pencapaian tersebut, ASEAN akan menjadi pasar tunggal dan basis produksi dimana terjadi arus barang, jasa, investasi dan tenaga terampil yang bebas serta aliran modal yang bebas.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah perdagangan bebas sektor jasa dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN. Aspek hukum mengenai advokat asing di Indonesia. Pengaturan jasa advokat asing di Indonesia setelah keberadaan perdagangan bebas sektor jasa Masyarakat Ekonomi ASEAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif adalah metode penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan.

Perdagangan bebas sektor jasa dalam Masyarakat Ekonomi Asean yaitu Perdagangan jasa liberalisasi sektor jasa akan dilakukan dalam kerangka ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) yang sebenarnya telah dideklarasikan sejak tahun 1995. AFAS (ASEAN Framework Agreement on Services) adalah persetujuan dan kerjasama dalam rangka liberalisasi perdagangan bidang jasa dalam forum ASEAN. Perjanjian antar negara ASEAN ini pada prinsipnya mencerminkan keinginan agar sesama anggota ASEAN melakukan liberalisasi perdagangan jasa antar negara ASEAN secara lebih luas dan lebih mendalam dibandingkan dengan liberalisasi yang ditempuh dalam rangka GATS / WTO (General Agreement on Trade in Services / World Trade Organization). Pengaturan dan pembatasan hak advokat asing untuk dapat berpraktik dan/atau membuka kantor jasa hukum atau perwakilannya di Indonesia untuk melindungi eksistensi dan pemberdayaan peran advokat domestik serta guna menghindari adanya praktik liberalisasi jasa advokat yang akan bersifat kontraproduktif dengan terjaminnya kualitas pelayanan bagi masyarakat dalam memperoleh kepastian hukum dan keadilan. Pengaturan jasa advokat asing di Indonesia setelah keberadaan perdagangan bebas sektor jasa MEA yaitu Keputusan Menteri Hukum dan HAM R.I. Nomor M.11-HT.04.02 Tahun 2004 tentang persyaratan dan tatacara mempekerjakan Advokat Asing serta kewajiban memberikan jasa hukum secara cuma-cuma kepada dunia pendidikan dan penelitian hukum.

Kata Kunci: Kedudukan Advokat Asing Keberadaan MEA *Mahasiswa

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

ASEAN Economic Community atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) merupakan bentuk integrasi ekonomi regional yang mulai diberlakukan dan ditargetkan pencapaiannya pada tahun 2015. Dengan pencapaian tersebut, ASEAN akan menjadi pasar tunggal dan basis produksi dimana terjadi arus barang, jasa, investasi dan tenaga terampil yang bebas serta aliran modal yang bebas. Adanya aliran komoditi dan faktor produksi tersebut diharapkan membawa ASEAN menjadi kawasan yang makmur dan kompetitif dengan perkembangan ekonomi yang merata, serta menurunnya tingkat kemiskinan dan perbedaan sosial-ekonomi di kawasan ASEAN. Peluang integrasi ekonomi regional tersebut harus dapat dimanfaatkan dengan semaksimal mungkin oleh Indonesia.

(10)

2

bertransformasi dengan ditandatanganinya Piagam ASEAN (ASEAN Charter) pada KTT ASEAN ke-13 pada tanggal 20 November 2007 di Singapura. Para Kepala Negara atau Pemerintahan Negara-Negara Anggota ASEAN yang berkumpul di Singapura dalam rangka memperingati 40 tahun pendirian ASEAN menyepakati Piagam ASEAN atau ASEAN Charter.

Kesepakatan dan penandatanganan Piagam ASEAN tersebut bertujuan untuk mengintensifkan pembentukan komunitas melalui peningkatan kerja sama dan integrasi kawasan melalui pembentukan Komunitas ASEAN. Adapun salah satu pilar Komunitas ASEAN yaitu, pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN sebagaimana Deklarasi Bali Concord II, dimana salah satu tujuan kerjasama dan integrasi kawasan tersebut dalam bidang ekonomi diatur dalam Bab I, Pasal 1 angka 5 dan 6 Piagam ASEAN, sebagai berikut:

“To create a single market and production base wich is stable,

prosperous, highly competitive and economically integrated with effective facilitation for trade and investment in wich there is free flow of goods, services and investment; facilitated movement of business persons, professionals, talents and labor; and freer of capital, and to alleviate poverty and narrow the development gap within ASEAN trough mutual

assistance and cooperation.”(Untuk menciptakan pasar tunggal dan basis produksi yang adalah stabil, makmur, sangat kompetitif dan terintegrasi secara ekonomis melalui fasilitasi yang efektif untuk perdagangan dan investasi di yang ada aliran bebas barang, jasa dan investasi; gerakan difasilitasi orang bisnis, profesional, bakat dan tenaga kerja dan modal yang lebih bebas, dan untuk mengurangi kemiskinan dan mempersempit kesenjangan pembangunan di ASEAN melalui bantuan timbal balik dan kerjasama).

(11)

3

fasilitasi yang efektif untuk perdagangan dan investasi yang di dalamnya terdapat arus lalu lintas barang, jasa-jasa dan investasi yang bebas; terfasilitasinya pergerakan pelaku usaha, pekerja profesional, pekerja berbakat dan buruh dan arus modal yang lebih bebas; mengurangi kemiskinan dan mempersempit kesenjangan pembangunan di ASEAN melalui bantuan dan kerja sama timbal balik. Bersamaan dengan penandatanganan Piagam ASEAN, cetak biru yang merupakan arah panduan MEA dan jadwal strategis tentang waktu dan tahapan pencapaian dari masing-masing pilar juga disepakati pemberlakuan cetak biru tersebut ditindaklanjuti Pemerintah Indonesia dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Komitmen Cetak Biru Masyarakat Ekonomi Association of Southeast Asian Nations Tahun 2011. Hal tersebut merupakan bukti dari keseriusan Pemerintah Indonesia dalam rangka pelaksanaan Komitmen Cetak Biru Masyarakat Ekonomi Association of Southeast Asian Nations (ASEAN Economic Community-AEC) selanjutnya disebut AEC Tahun 2011 untuk mendukung peningkatan iklim investasi dan perdagangan serta meningkatkan daya saing nasional.

(12)

4

infrastruktur, perpajakan, dan e-commerce, ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang merata dengan elemen pengembangan usaha kecil dan menengah dan prakarsa integrasi ASEAN untuk negara-negara CMLV (Kamboja, Myanmar, Laos, dan Vietnam), dan ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan perekonomian global dengan elemen pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi di luar kawasan, dan meningkatkan peran serta dalam jejaring produksi global. Integrasi ekonomi tersebut memberi berbagai peluang dan tantangan yang akan dihadapi oleh Indonesia. Salah satu diantaranya adalah arus bebas tenaga kerja terampil atau terdidik. Hal ini membutuhkan perhatian yang serius bagi pemerintah Indonesia.

(13)

5

menjadi pihak yang dirugikan jika lapangan kerja dalam negeri lebih banyak menyerap tenaga kerja terampil dari luar negeri.1

Diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun 2015, mobilitas arus barang, manusia, modal, termasuk jasa (advokat) dari negara lain akan semakin sulit untuk dibendung, sehingga persaingan di dunia advokat menjadi semakin kompetitif. Mau tidak mau advokat Indonesia harus siap bersaing dengan advokat-advokat asing yang cenderung lebih banyak dipakai untuk menyelesaikan hal-hal yang bersifat perjanjian internasional. Untuk itu diperlukan peraturan serta pembatasan yang tegas mengenai advokat asing di Indonesia.

Pengaturan mengenai Advokat Asing diatur dalam Pasal 23 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat, antara lain:

1. Advokat asing dilarang beracara di sidang pengadilan, berpraktik dan/atau membuka kantor jasa hukum atau perwakilannya di Indonesia.

2. Kantor Advokat dapat mempekerjakan advokat asing sebagai karyawan atau tenaga ahli dalam bidang hukum asing atas izin Pemerintah dengan rekomendasi Organisasi Advokat.

3. Advokat asing wajib memberikan jasa hukum secara cuma-cuma untuk suatu waktu tertentu kepada dunia pendidikan dan penelitian hukum.

4. Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara memperkerjakan advokat asing serta kewajiban memberikan jasa hukum secara cuma-cuma kepada

1

(14)

6

dunia pendidikan dan penelitian hukum diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri.

Keberadaan Pasal 23 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat (selanjutnya disebut UU Advokat) tersebut pada realitanya sudah semakin tidak dapat lagi ditegakkan, secara khusus dalam hal kehadiran dan praktek dari advokat-advokat ataupun lawyer asing di Indonesia, dengan alasan-alasan antara lain. Pemberian nasehat ataupun bantuan hukum terhadap pelaku usaha (investor asing) dapat dilakukan pada pemberian jasa hukum yang bersifat sementara, sehingga advokat ataupun konsultan hukum asing dapat melakukan pekerjaan-pekerjaan tersebut di Indonesia tanpa harus menetap di Indonesia. 2

Advokat ataupun lawyer asing tersebut, datang ke Indonesia pagi hari dan sore ataupun keesokan harinya telah kembali lagi ke negaranya. Praktek seperti ini akan sangat sulit dikenali, kecuali ada pihak yang secara sengaja melaporkan tindakan pemberian jasa hukum oleh advokat asing yang telah melanggar ketentuan Pasal 23 UU Advokat tersebut. Perkembangan teknologi dan komunikasi telah mengakibatkan hampir tidak adanya lagi jarak diantara wilayah, sehingga pemberian jasa hukum oleh lawyer asing dapat dilakukan melalui penggunaan alat telekomunikasi yang canggih, misalnya rapat secara on line, ataupun dengan teknologi skype. Pengertian dari tidak dapat ber praktek secara langsung, dan tidak dapat membuka perwakilan di Indonesia bagi advokat ataupun lawyer asing, sangat kabur maknanya bila dihadapkan dengan fakta-fakta yang telah lama hadir di Indonesia, dimana kolaborasi dari lawyer-lawyer asing dengan

2

(15)

7

kantor-kantor hukum Indonesia hanya terlihat seakan-akan merupakan hubungan pemberi kerja dengan pekerja ataupun tenaga ahli (employers dengan employees ataupun foreign legal expert) akan tetapi "tercium" sebagai hubungan partnership, bahkan ada yang telah secara terang-terangan menggunakan kata "in association with."3

Berdasarkan latar belakang di atas merasa tertarik memilih judul Kajian Yuridis Terhadap Kedudukan Advokat Asing di Indonesia dengan Keberadaan Masyarakat Ekonomi ASEAN.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang digunakan peneliti dalam penelitian ini, sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaturan perdagangan bebas sektor jasa dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN?

2. Bagaimana aspek hukum mengenai advokat asing di Indonesia?

3. Bagaimana pengaturan jasa advokat asing di Indonesia setelah keberadaan perdagangan bebas sektor jasa Masyarakat Ekonomi ASEAN?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan penulisan

a. Untuk mengetahui pengaturan perdagangan bebas sektor jasa dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN.

b. Untuk mengetahui aspek hukum mengenai advokat asing di Indonesia.

3

(16)

8

c. Untuk mengetahui pengaturan jasa advokat asing di Indonesia setelah keberadaan perdagangan bebas sektor jasa Masyarakat Ekonomi ASEAN.

2. Manfaat penulisan

Di dalam melakukan penelitian, penulis mengharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaat penulisan ini adalah:

a) Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum pada umumnya. b) Secara Praktis

1) Manfaat bagi Advokat

Diharapkan dengan adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN menjadi masukan dan perbandingan bagi advokat-advokat di Indonesia.

2) Manfaat bagi pemerintah

Bentuk sumbangan pemikiran dan masukan para pihak yang berkepentingan khususnya dalam hal yang menyangkut tentang Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.

3) Manfaat bagi masyarakat

(17)

9

D. Keaslian Penulisan

Keaslian penelitian skripsi ini benar merupakan hasil dari pemikiran penulis dengan mengambil panduan dari buku-buku, dan sumber lain yang berkaitan dengan judul dari skripsi penulis “Kajian Yuridis Terhadap Kedudukan Advokat Asing di Indonesia dengan Keberadaan Masyarakat Ekonomi ASEAN.”

Adapun judul yang terkait yang ada di perpustakaan Universitas Sumatera Utara adalah Kajian Yuridis terhadap Standar Nasional Indonesia pada Produk Impor Terkait dengan Keberadaan MEA ditulis oleh Rizky Fajar Ananda, Nim: 100200385. Perbedaannya dari penelitian ini adalah penelitian ini membahas tentang Pengaturan jasa advokat asing di Indonesia setelah keberadaan MEA sedangkan penelitian yang terkait tersebut dilihat dari judulnya membahas tentang Standardisasi produk Impor terkait MEA.

Permasalahan dalam skripsi ini adalah Bagaimana aspek hukum mengenai advokat asing di Indonesia. Bagaimana pengaturan jasa advokat asing di Indonesia setelah keberadaan perdagangan bebas sektor jasa Masyarakat Ekonomi ASEAN. Judul dari skripsi ini telah di periksa bagian perpustakaan, dan penulis dapat mempertanggungjawabkan skripsi ini secara moral dan akademik.

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Advokat

(18)

10

cause of another before a court or a tribunal, a counselor (seseorang yang membantu, mempertahankan, atau membela untuk orang lain. Seseorang yang memberikan nasehat hukum dan bantuan membela kepentingan orang lain di muka pengadilan atau sidang, seorang konsultan).4

Undang-undang No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat, menyatakan bahwa: Advokat adalah orang yang memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan undang-undang yang berlaku, pengacara praktek ataupun sebagai konsultan hukum.

2. Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

Dalam rangka menjaga stabilitas politik dan keamanan regional ASEAN, meningkatkan daya saing kawasan secara keseluruhan di pasar dunia dan mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan serta meningkatkan standar hidup penduduk negara anggota ASEAN, seluruh negara anggota ASEAN sepakat untuk segera mewujudkan integrasi ekonomi yang lebih nyata dan meaningful yaitu ASEAN Economy Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN atau disebut MEA.

MEA adalah bentuk integrasi Ekonomi ASEAN yang direncanakan akan tercapai pada tahun 2015. Untuk mewujudkan MEA tersebut, para pemimpin negara ASEAN pada KTT ASEAN ke -13 pada bulan November 2007, di Singapura, menyepakati AEC Blueprint, sebagai acuan seluruh negara anggota dalam mengimplementasikan komitmen MEA. Pada tahun 2015, apabila MEA tercapai, maka ASEAN akan menjadi pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal

4

(19)

11

dimana terjadi arus barang, jasa, investasi, dan tenaga terampil yang bebas, serta arus modal yang lebih bebas diantara negara ASEAN. Dengan terbentuknya pasar tunggal yang bebas tersebut maka akan terbuka peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan pangsa pasarnya di kawasan ASEAN.5

Awalnya, pada tahun 2003, para pemimpin ASEAN sepakat bahwa masyarakat ASEAN harus terbentuk pada tahun 2020. Namun pada tahun 2007, para pemimpin menegaskan komitmen kuat mereka untuk mewujudkan MEA dan mempercepat target waktunya menjadi tahun 2015. MEA terdiri dari tiga pilar yang terkait satu dengan yang lain: Masyarakat politik keamanan ASEAN, MEA dan Masyarakat Sosial Budaya ASEAN, dengan demikian, para pemimpin sepakat untuk mentranformasi ASEAN menjadi suatu kawasan yang di tandai oleh pergerakan barang bebas, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan arus modal yang lebih bebas.

ASEAN Economic Community (AEC) atau MEA merupakan konsep yang mulai digunakan dalam Declaration of ASEAN Concord II (Bali Concord II), Bali, Oktober 2003. MEA merupakan salah satu pilar perwujudan ASEAN Vision 2020, bersama-sama dengan ASEAN Security Community dan ASEAN Socio-Culturan Community. MEA merupakan tujuan akhir integritas ekonomi seperti dicanangkan dalam ASEAN Vision 2020. Hal yang mendasar dari MEA adalah adanya sebuah keinginan dari para pemimpin ASEAN untuk mewujudkan pusat perdagangan kawasan terintegrasi sebagai wujud komitmen untuk menciptakan

5

Ekonomi Internasional: ASEAN Economy Community (AEC) 2015,

(20)

12

dan meningkatkan pembangunan komunitas ASEAN dalam menghadapi tantangan global.6

F. Metode Penelitian

1. Spesifikasi penelitian

Spesifikasi penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitis. Penelitian ini melakukan analisis hanya sampai pada taraf deskripsi, yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematis sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan. Deskriptif dalam arti bahwa dalam penelitian ini, bermaksud untuk menggambarkan dan melaporkan secara rinci, sistematis dan menyeluruh, mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan kedudukan advokat asing di Indonesia dengan keberadaan Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif adalah metode penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan tersebut antara lain: Pembukaan Undang Dasar 1945, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 18 tahun 2003 tentang Advokat.7

2. Data penelitian

Jenis sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah berupa data sekunder. Menurut Ronny Hanitijo Soemitro data sekunder adalah data yang

6

Ibid.

7

(21)

13

diperoleh melalui bahan kepustakaan.8 Penelitian ini yang dijadikan data sekunder adalah data yang bersumber dari:

a. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat mengikat yang terdiri dari: Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata). Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat, Kesepakatan dalam MEA antara lain: penggunaan advokat asing di Indonesia, kedudukan advokat asing di Indonesia.

b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer.

c. Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dengan memberikan pemahaman dan pengertian atas bahan hukum lainnya. Bahan hukum yang dipergunakan oleh penulis adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Kamus Hukum. 3. Teknik pengumpulan data

Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi, maka digunakan metode pengumpulan data dengan cara:9 studi kepustakaan, yaitu mempelajari dan menganalisis secara digunakan sistematis buku-buku, surat kabar, makalah ilmiah, majalah, internet, peraturan perundang-undangan dan bahan-bahan lain yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini.

8

Ronny Hanitijo Sumitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), hlm. 76.

9

(22)

14

4. Analisis data

Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif, yaitu dari data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis kemudian dianalisis secara normatif kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang dibahas. Pengertian analisis di sini dimaksudkan sebagai suatu penjelasan dan penginterpretasian secara logis, sistematis. Logis sistematis menunjukkan cara berfikir deduktif-induktif dan mengikuti tata tertib dalam penulisan laporan-laporan penelitian ilmiah.

Setelah analisis data selesai maka hasilnya akan disajikan secara deskriptif, yaitu dengan menuturkan dan menggambarkan apa adanya sesuai dengan permasalahan yang diteliti.10 Dari hasil tersebut kemudian ditarik suatu kesimpulan yang merupakan jawaban atas permasalahan ini.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan skripsi ini agar permasalahan yang diangkat dengan pembahasan skripsi sesuai, maka diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur yang saling berkaitan satu sama lain. Tiap bab terdiri dari setiap sub bab dengan maksud untuk mempermudah dalam hal-hal yang dibahas dalam skripsi ini. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan merupakan pengantar. Didalamnya termuat mengenai gambaran umum tentang penulisan skripsi yang terdiri dari latar

10

(23)

15

belakang penulisan skripsi, permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, keaslian penulisan, metode penelitian dan sistematika penulisan

BAB II PERDAGANGAN BEBAS SEKTOR JASA DALAM MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

Bab ini berisikan mengenai pengertian dan latar belakang pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN, proses pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN, blueprint Masyarakat Ekonomi ASEAN dan aliran bebas tenaga kerja terampil dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN serta perdagangan bebas sektor jasa dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN.

BAB III ASPEK HUKUM MENGENAI ADVOKAT ASING DI INDONESIA

Bab ini berisikan pengertian tenaga kerja asing dan cakupannya di Indonesia, pengertian dan ketentuan mengenai advokat asing yang berprofesi di Indonesia dan batasan-batasan terhadap advokat asing di Indonesia serta prosedur advokat asing yang bekerja di Indonesia.

BAB IV PENGATURAN MENGENAI PENGGUNAAN JASA

ADVOKAT ASING DI INDONESIA DENGAN KEBERADAAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

(24)

16

Penggunaan Jasa Advokat Asing di Indonesia sebelum Keberadaan Masyarakat Ekonomi ASEAN di dalam Ketentuan Peraturan Perundang-Undangan Indonesia dan Praktek Penggunaan Jasa Advokat Asing di Indonesia setelah Keberadaan Perdagangan Bebas Sektor Jasa Masyarakat Ekonomi ASEAN.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(25)

BAB II

PERDAGANGAN BEBAS SEKTOR JASA DALAM MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

A. Pengertian dan Latar Belakang Pembentukan Masyarakat Ekonomi

ASEAN

1. Pengertian Masyarakat Ekonomi ASEAN

MEA adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN dalam artian adanya sistem perdagangan bebas antara Negara-negara ASEAN. Definisi integrasi ekonomi ASEAN secara umum adalah pencabutan atau penghapusan hambatan-hambatan ekonomi

(economic frontier) antara perekonomian Negara-negara ASEAN. Hambatan-hambatan ekonomi tersebut meliputi semua pembatasan yang menyebabkan mobilitas barang, jasa, faktor produksi, dan juga aliran komunikasi, secara aktual maupun potensial. Secara operasional, integrasi ekonomi ASEAN dapat didefenisikan sebagai pencabutan diskriminasi dan penyatuan politik (kebijakan) seperti norma, peraturan, serta prosedur. Instrumen integrasi ekonomi ASEAN meliputi bea masuk, pajak, mata uang, undang-undang, lembaga, standarisasi, dan kebijaksanaan ekonomi. Tujuan integrasi ekonomi ASEAN adalah untuk meningkatkan volume perdagangan barang dan jasa, meningkatkan mobilitas kapital dan tenaga kerja, meningkatkan produksi, meningkatkan efisiensi produksi serta meningkatkan daya saing produk yang dihasilkan.11

11

(26)

18

Indonesia dan sembilan negara anggota ASEAN lainnya telah menyepakati perjanjian MEA atau AEC.12 Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Association of Southeast Asia Nations / ASEAN) didirikan tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand melalui Deklarasi ASEAN oleh Filipina, Indonesia, Singapura dan Thailand (ASEAN Founding Fathers). Pada KTT ASEAN ke-9 tahun 2003, ASEAN menyepakati BALI CONCORD II yang memuat 3 (tiga) pilar untuk mencapai ASEAN Vision 2020 yaitu Ekonomi, Sosial Budaya dan Politik Keamanan. Terkait dengan ekonomi, diwujudkan dalam bentuk MEA. Tanggal 20 November 2007 disepakati Piagam ASEAN dan menjadikan ASEAN organisasi berbadan hukum dengan fokus perhatian pada proses integrasi ekonomi menuju MEA. Di tahun ini juga, ASEAN sepakat mempercepat implementasi MEA dari tahun 2020 menjadi tahun 2015; untuk mewujudkan MEA 2015, dirumuskan AEC Blueprint, yang memuat langkah-langkah strategis yang harus diambil setiap Negara Anggota ASEAN mulai tahun 2008 sampai dengan tahun 2015.13

Tepat pada bulan Desember 2015 bangsa-bangsa dikawasan Asia Tenggara atau lebih dikenal dengan ASEAN memasuki era baru dalam hubungan perekonomian khususnya perdagangan dalam bentuk MEA. Siap atau tidak siap semua negara dikawasan ASEAN sudah harus meleburkan batas teritorial negaranya dalam satu pasar bebas yang diperkirakan akan menjadi tulang punggung perekonomian di kawasan Asia setelah China. Semua industri akan

12

Syabi Keane, Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, http://www.academia.edu/9060383/ (diakses tanggal 21 Mei 2015).

13

(27)

19

berkompetisi secara bebas tanpa ada ketentuan hukum yang mengikat. Baik hubungan bilateral maupun multilateral antar negara.

Disepakatinya Visi ASEAN 2020 pada bulan Desember 1997 di Kuala Lumpur menandai sebuah babak baru dalam sejarah integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara. Dalam deklarasi tersebut, pemimpin negara-negara ASEAN sepakat untuk mentransformasikan kawasan Asia Tenggara menjadi sebuah kawasan yang stabil, sejahtera dan kompetitif, didukung oleh pembangunan ekonomi yang seimbang, pengurangan angka kemiskinan dan kesenjangan sosio-ekonomi di antara negara-negara anggotanya.14 Komitmen untuk menciptakan suatu Masyarakat ASEAN (ASEAN Community) sebagaimana dideklarasikan dalam visi tersebut, kemudian semakin dikukuhkan melalui ASEAN Concord II pada Pertemuan Puncak di Bali, Oktober 2003, atau yang lebih dikenal sebagai Bali Concord II, di mana para pe-mimpin ASEAN mendeklarasikan pembentukan MEA (ASEAN Economic Community) sebagai tujuan dari integrasi ekonomi kawasan pada 2020.15

Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan suatu tujuan akhir dari integrasi ekonomi yang ingin dicapai masyarakat ASEAN sebagaimana tercantum dalam Visi ASEAN 2020, di mana di dalamnya terdapat konvergensi kepentingan dari negara-negara anggota ASEAN untuk memperdalam dan memperluas integrasi ekonomi. Sebuah perekonomian yang terbuka, berorientasi keluar, inklusif dan bertumpu pada kekuatan pasar merupakan prinsip dasar dalam upaya

14

ASEAN Vision 2020, http://www.aseansec.org/1814.htm (diakses tanggal 25 Mei 2015).

15

(28)

20

pembentukan komunitas ini. Berdasarkan cetak biru yang telah diadopsi oleh seluruh negara anggota ASEAN, kawasan Asia Tenggara melalui pembentukan MEA akan ditransformasikan menjadi sebuah pasar tunggal dan basis produksi. Sebuah kawasan yang sangat kompetitif; sebuah kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata; dan sebuah kawasan yang terintegrasi penuh dengan perekonomian global.16

Sebagai sebuah pasar tunggal dan basis produksi, terdapat lima elemen inti yang mendasari MEA, yaitu (1) pergerakan bebas barang; (2) pergerakan bebas jasa; (3) pergerakan bebas investasi; (4) pergerakan bebas modal; dan (5) pergerakan bebas pekerja terampil. Kelima elemen inti dalam MEA sebagai pasar tunggal dan basis produksi ini dilengkapi lagi dengan dua komponen penting lainnya, yaitu sektor integrasi prioritas yang terdiri dari dua belas sektor (produk berbasis pertanian; transportasi udara; otomotif; elektronik; perikanan; pelayanan kesehatan; logistik; produk berbasis logam; tekstil; pariwisata; dan produk berbasis kayu) dan sektor pangan, pertanian dan kehutanan.17

Konteks penciptaan perekonomian kawasan yang kompetitif, beragam langkah strategis telah ditetapkan dalam cetak biru MEA. Seperti pengembangan kebijakan persaingan, perlindungan konsumen, kerjasama regional dalam Hak Kekayaan Intelektual, dan langkah-langkah lainnya seperti kerjasama regional dalam pembangunan infrastruktur. Begitu juga halnya dalam upaya transformasi ASEAN menuju sebuah kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata,

16

ASEAN Economic Community Blueprint, http://www.aseansec.org/21083.pdf, (diakses tanggal 15 Mei 2015).

(29)

21

kesepakatan negara-negara di kawasan ini mengupayakan percepatan pengembangan usaha kecil dan menengah serta perluasan Inisiatif Integrasi ASEAN (Initiative for ASEAN Integration) dalam rangka menjembatani jurang kesenjangan pembangunan di antara negara-negara anggotanya. Sementara itu, langkah-langkah menuju integrasi ekonomi Asia Tenggara ke dalam perekonomian global ditempuh melalui penerimaan suatu pendekatan yang koheren terhadap hubungan ekonomi eksternal, termasuk negosiasi dalam pembentukan kawasan perdagangan bebas dan kemitraan ekonomi strategis. Cetak biru inilah yang melandasi pembangunan MEA melalui langkah-langkah spesifik dengan periode waktu yang terperinci, di mana terciptanya suatu perekonomian kawasan yang terintegrasi atas dasar prinsip perekonomian pasar bebas dan terbuka menjadi cita-cita besar yang ingin dicapai. Tercermin dari beragam langkah-langkah strategis yang dicanangkan dalam cetak biru dan hakikat dari MEA itu sendiri, neo liberalisme sebagai metamorfosa paradigma liberal merupakan ruh yang mendasari gerak semangat dari terbentuknya komunitas ekonomi kawasan ini.18

2. Latar Belakang Pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN

ASEAN atau singkatan dari "Asociation of South East Asian Nations" yang berarti perhimpunan bangsa-bangsa Asia Tenggara. ASEAN merupakan organisasi regional (kawasan) yang di bentuk oleh pemerintah lima negara pendiri utama di kawasan Asia Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand dengan penandatanganan Deklarasi ASEAN atau sering juga disebut

18

(30)

22

Deklarasi Bangkok oleh kelima Menteri Luar Negeri masing-masing negara tersebut pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand. Tanggal itu juga diperingati sebagai hari lahirnya ASEAN.19

Kerjasama ASEAN dimulai dengan disahkannya Deklarasi Bangkok pada tahun 1967 yang bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan pengembangan budaya. Dalam dinamika perkembangannya, kerjasama Ekonomi ASEAN diarahkan pada pembentukan MEA yang pelaksanaannya berjalan relatif lebih cepat dibandingkan dengan kerjasama dibidang politik-keamanan dan sosial budaya.

Sebelum ASEAN terbentuk, negara-negara Asia Tenggara telah melakukan berbagai upaya untuk menggalang kerjasama regional baik yang bersifat intra maupun ekstra kawasan seperti Association of South East Asia (ASA), Malaysia, Phillipina, Indonesia (MAPHILINDO), South East Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO), South East Asia Treaty Organization (SEATO) dan Asia and Pacific Council (ASPAC). Namun organisasi-organisasi tersebut dianggap kurang memadai untuk meningkatkan integrasi kawasan.

Maksud dan tujuan di bentuknya ASEAN yang tercantum dalam Deklarasi Bangkok adalah:20

1. Untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi kemajuan sosial serta pengembangan kebudayaan di kawasan ini melalui usaha bersama dalam

19

Sekretariat Nasional ASEAN Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, ASEAN Selayang Pandang (Jakarta: 1992), hlm. 1.

20

(31)

23

semangat kesamaan dan persahabatan untuk memperkokoh landasan sebuah masyarakat bangsa-bangsa Asia Tenggara yang sejahtera dan damai;

2. Untuk meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional dengan jalan menghormati keadilan dan tertib hukum didalam hubungan antara negara-negara dikawasan ini serta mematuhi prinsip-prinsip Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa;

3. Untuk meningkatkan kerjasama yang aktif dan saling membantu dalam masalah-masalah yang menjadi kepentingan bersama di bidang-bidang ekonomi, sosial, teknik, ilmu pengetahuan dan administrasi;

4. Untuk saling memberikan bantuan dalam bentuk sarana-sarana pelatihan dan penelitian dalam bidang-bidang pendidikan, profesi, teknik, dan administrasi;

5. Untuk bekerjasama dengan lebih efektif guna peningkatan pemanfaatan pertanian dan industri mereka, perluasan perdagangan dan pengkajian masalah-masalah komoditi internasional. Perbaikan sarana-sarana pengangkutan dan komunikasi serta peningkatan taraf hidup rakyat-rakyat mereka;

6. Untuk memajukan pengkajian mengenai Asia Tenggara;

(32)

24

Sejak awal pembentukannya, ASEAN secara intensif menyepakati berbagai kesepakatan dalam bidang ekonomi, yang diawali dengan kesepakatan Preferential Tariff Arrangement (PTA) pada tahun 1977. PTA Merupakan kelompok perdagangan yang memberikan preferensi (keringanan) terhadap jenis produk tertentu kepada Negara-negara anggota, dilaksanakan dengan cara mengurangi tarif (tidak menghapuskan tarif sampai menjadi nol). PTA dapat muncul melalui perjanjian (kesepakatan) dagang, dimana pada umumnya PTA mengarah ke Free Trade Area (FTA) sesuai dengan General Agreement on Tariffs and Trade (GATT).

Kesepakatan yang cukup menonjol dan menjadi cikal bakal visi pembentukan AEC pada tahun 2015 adalah disepakatinya Common Effective Preferential Tariff - ASEAN Free Trade Area (CEPT-AFTA) pada tahun 1992 dengan target implementasi semula pada tahun 2008, kemudian dipercepat menjadi tahun 2003 dan 2002 untuk ASEAN-6.

Common Effective Preferential Tarif Scheme (CEPT) adalah program tahapan penurunan tarif dan penghapusan hambatan non-tarif yang disepakati bersama oleh negara-negara ASEAN. Maka dalam melakukan pedagangan sesama anggota biayaoperasional mampu ditekan sehingga akan menguntungkan.21

ASEAN merupakan organisasi regional di kawasan Asia Tenggara yang salah satu tujuannya adalah untuk memajukan pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut. Upaya dalam mewujudkan tujuan tersebut, maka ASEAN membentuk ASEAN Free Trade Area (AFTA) dengan skema CEPT sebagai instrumennya.

21

(33)

25

CEPT merupakan mekanisme untuk melaksanakan AFTA. AFTA melalui CEPT merupakan wujud dari kesepakatan negara-negara anggota ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia.22

Isi CEPT adalah merupakan aturan-aturan yang telah disepakati bersama oleh negara ASEAN dalam melaksanakan AFTA. Berdasarkan hasil pertemuan Menteri Perdagangan ASEAN-6 di Singapura tanggal 28 Januari 1992 telah disepakati bahawa untuk melaksanakan penurunan tarif/bea masuk perdagangan antara ASEAN menjadi 0-15 %. Pada KTT ke-4 telah diputuskan bahwa AFTA akan dicapai dalam waktu 15 (lima belas) tahun yaitu terhitung pada 1 Januari 1993- 1 Januari 2008 dan hanya menyangkut produk manufaktur, kemudian dipercepat menjadi 2003, dan terakhir dipercepat lagi menjadi tahun 2002. Produk manufaktur tersebut termasuk dalam barang-barang modal dan produk pertanian yang diproses, serta produk-produk.23

Persyaratan suatu produk yang dapat diperdagangkan melalui program CEPT apabila produk tersebut memenuhi tiga kriteria yaitu:24

a. Produk tersebut harus terdaftar dalam Inclusion List baik di negara pengekspor maupun pengimpor dan memiliki rentang tarif yang sama yaitu di atas 20 % atau di bawah 20 %.

22

Ibid. 23

Hendera Halwani, Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), hlm. 246.

24

(34)

26

b. Produk tersebut mempunyai program pengurangan tarif yang telah disetujui oleh Dewan AFTA.

c. Produk tersebut harus merupakan produk ASEAN yaitu harus memenuhi muatan lokal ASEAN sekurang-kurangnya 40 %.

Pada tahun 1995, ASEAN mulai memasukkan bidang jasa dalam kesepakatan kerjasama yang ditandai dengan ditandatanganinya ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS).

AFAS (ASEAN Framework Agreement on Services) adalah persetujuan dan kerjasama dalam rangka liberalisasi perdagangan bidang jasa dalam forum ASEAN. Perjanjian antar negara ASEAN ini pada prinsipnya mencerminkan keinginan agar sesama anggota ASEAN melakukan liberalisasi perdagangan jasa antar negara ASEAN secara lebih luas dan lebih mendalam dibandingkan dengan liberalisasi yang ditempuh dalam rangka GATS / WTO (General Agreement on Trade in Services / World Trade Organization).25

AFAS dipayungi dengan kesepakatan para pemimpin ASEAN yang dituangkan dalam Bangkok Summit Declaration of 1995, mengenai trade in services yang menegaskan hal-hal sebagai berikut:26

1. Sepakat untuk melakukan integrasi ekonomi

2. ASEAN akan terus bergerak meningkatkan kerjasama perdagangan jasa yang lebih terbuka melalui pelaksanaan the ASEAN Framework Agreement on Services.

25

AFAS (ASEAN Framework Agreement On Services),

http://stiebanten.blogspot.com/2011/06/ (diakses tanggal 11 Juni 2015).

(35)

27

3. Anggota ASEAN akan melakukan negosiasi specific commitment on market access, national treatment dan additional commitments yang mencakup seluruh modes of supply sektor jasa.

4. Liberalisasi sektor jasa dilakukan secara bertahap sampai tercapai tingkat liberalisasi yang lebih tinggi.

5. Negara anggota ASEAN diberikan fleksibilitas dalam melakukan offer.

Selanjutnya pada tahun 1998 disepakati pula kerjasama dalam bidang Investasi ASEAN Investment Area (AIA). AIA Council adalah dewan menteri ASEAN yang bertanggungjawab atas proses negosiasi dan implementasi komitmen di bidang investasi ASEAN. Pada umumnya, AIA Council mengadakan pertemuan tahunan dalam rangkaian dengan pertemuan AEM. AIA Council menerima laporan dari pertemuan Coordinating Committee on Investment (CCI) dan membahas isu-isu yang masih pending di tingkat SEOM (Senior Economic Official Meeting). Koordinator Indonesia untuk AIA Council adalah Kepala BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) yang didampingi oleh Menteri Perdagangan pada setiap pertemuan.

(36)

28

Political-Security Community, (3) ASEAN Socio-cultural Community (ASEAN

summit, Bali Oktober 2003).27

Pada tahun 2004, ASEAN mulai bekerjasama dengan negara diluar ASEAN dalam bidang ekonomi, yang pertama dengan China (ASEAN-China FTA) dalam sektor barang (Goods). pada tahun 2005, Spirit Integrasi Ekonomi ASEAN semakin ditingkatkan dengan menambah sektor prioritas (Priority Integration Sector (PIS) ) yaitu untuk secara agresif diliberalisasikan pada tahun 2010 dan jasa logistik pada tahun 2013. Satu tahun Kemudian yaitu tahun 2006, disepakati ASEAN-Korea FTA (Goods). Pada bulan januari 2007, para kepala negara sepakat mempercepat pencapaian AEC dari tahun 2020 menjadi tahun 2015. Pada tahun yang sama ditandatangani ASEAN Charter and AEC Blueprint, ASEAN-China FTA (services), dan ASEAN-Korea FTA (Services).

Selanjutnya pada tahun 2008, AEC Blue print mulai di implementasikan dan ASEAN Charter mulai berlaku 16 Desember 2008. Pada waktu yang sama, ASEAN-Japan CEP mulai berlaku. Pada tahun 2009 ditandatangani ASEAN Trade In Goods Agreement (ATIGA); ASEAN Comprehensive Investment Agreement (ACIA), ASEAN-Australia-New Zealand FTA, ASEAN-India FTA (Goods), ASEAN-Korea FTA (Investment), ASEAN-china FTA (investment) dan AEC scorecard.28 Dalam rangka menjaga stabilitas politik dan keamanan regional ASEAN, meningkatkan daya saing kawasan secara keseluruhan di pasar dunia dan mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan serta meningkatkan

27

Departemen Perdagangan Republik Indonesia, Menuju ASEAN Economy Community

2015, hlm. 3.

28

(37)

29

standar hidup penduduk negara anggota ASEAN, seluruh negara anggota ASEAN sepakat untuk segera mewujudkankan integrasi ekonomi yang lebih nyata dan meaningful yaitu AEC atau biasa disebut MEA. MEA adalah bentuk integrasi Ekonomi ASEAN yang direncanakan akan tercapai pada tahun 2015. Untuk mewujudkan MEA tersebut, para pemimpin negara ASEAN pada KTT ASEAN ke -13 pada bulan November 2007, di Singapura, menyepakati AEC Blueprint, sebagai acuan seluruh negara anggota dalam mengimplementasikan komitmen MEA. Pada tahun 2015, apabila MEA tercapai, maka ASEAN akan menjadi pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal dimana terjadi arus barang, jasa, investasi, dan tenaga terampil yang bebas, serta arus modal yang lebih bebas diantara negara ASEAN. Dengan terbentuknya pasar tunggal yang bebas tersebut maka akan terbuka peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan pangsa pasarnya di kawasan ASEAN.29

Awalnya, pada tahun 2003, para pemimpin ASEAN sepakat bahwa masyarakat ASEAN harus terbentuk pada tahun 2020. Namun pada tahun 2007, para pemimpin menegaskan komitmen kuat mereka untuk mewujudkan MEA dan mempercepat target waktunya menjadi tahun 2015. MEA terdiri dari tiga pilar yang terkait satu dengan yang lain: Masyarakat Politik Keamanan ASEAN, MEA dan Masyarakat Sosial Budaya ASEAN. Dengan demikian, para pemimpin sepakat untuk mentranformasi ASEAN menjadi suatu kawasan yang ditandai oleh

29

(38)

30

pergerakan barang bebas, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan arus modal yang lebih bebas.30

ASEAN Economic Community (AEC) atau MEA merupakan konsep yang mulai digunakan dalam Declaration of ASEAN Concord II (Bali Concord II), Bali, Oktober 2003. MEA merupakan salah satu pilar perwujudan ASEAN Vision 2020, bersama-sama dengan ASEAN Security Community dan ASEAN Socio-Culturan Community. MEA merupakan tujuan akhir integritas ekonomi seperti dicanangkan dalam ASEAN Vision 2020. Hal yang mendasar dari MEA adalah adanya sebuah keinginan dari para pemimpin ASEAN untuk mewujudkan pusat perdagangan kawasan terintegrasi sebagai wujud komitmen untuk menciptakan dan meningkatkan pembangunan komunitas ASEAN dalam menghadapi tantangan global.

Konsep MEA ini dilandasi oleh empat pilar utama sebagai berikut:31

1. Free Movement of Goods and Services. Konsep ini memungkinkan terjadinya pergerakan barang-barang dan jasa tanpa ada hambatan (pajak bea masuk, tarif, quota), yang merupakan bentuk lanjut dari kawasan perdagangan bebas (sebagaimana AFTA) dengan menghilangkan segala bentuk hambatan perdagangan yang tersisa.

2. Freedom of Establishment and Provision of Services and Mutual Recognition of Diplomas. Konsep ini menjamin setiap warga negara ASEAN akan bebas

30

Kementrian Perdagangan, Informasi Umum: Masyarakat Ekonomi ASEAN, Op.Cit, hlm. 7.

31

Widyahartono, Bob. "Dari AFTA Menuju Komunitas ASEAN",

(39)

31

membuka praktek layanan (profesional) di setiap wilayah ASEAN tanpa ada diskriminasi kewarganegaraan.

3. Freedom of Movement for Skilled and Talented Labours. Konsep ini dimaksudkan untuk mendorong terjadinya mobilitas tenaga kerja sesuai dengan tuntutan pasar dan memberi kesempatan para pekerja untuk menemukn pekerjaan terbaik sesuai dengan kualifikasi yang dimiliki.

4. Free Movement of Capital. Konsep ini akan menjamin bahwa modal atau kapital akan bisa berpindah secara leluasa diantara negara-negara ASEAN, yang secara teoritis memungkinkan terjadinya penanaman modal secara bebas dan efisien.

Pembentukan MEA tak lepas dari semakin meningkatnya kerjasama ekonomi antar negara dalam ASEAN. Tercatat sejak tahun 2003 perdagangan intra-ASEAN telah mengalami kenaikan volume secara terus menerus. Hal ini menjadi pemicu integrasi ekonomi yang lebih erat diantara negara-negara ASEAN. Selain itu pembentukan MEA disebabkan adanya dinamika eksternal dan dinamika internal. Maksud dari dinamika eksternal dan dinamika internal adalah sebagai berikut:32

1. Dinamika Eksternal

a. Terdapat kecendrungan perubahan lingkungan strategis global yang menuntut negara-negara di dunia untuk senantiasa meningkatkan daya saingnya.

32

(40)

32

b. Pada tataran regional, terdapat gerakan kearah pengintegrasikan kekuatan ekonomi yang berbasis pada pasar tunggal (single market) dan produksi tunggal yang terintegrasi (simple production).

c. Munculnya China dan India sebagai kekuatan ekonomi dunia yang merubah arsitektur perdagangan dunia, khususnya dikawasan Asia Timur.

2. Dinamika Internal

a. Potensi pasar yang cukup besar.

b. Pertumbuhan kerjasama ekonomi masih cukup rendah dibandingkan dengan potensi yang dimiliki.

c. Implementasi AFTA, AFAS, ada AIA masih sangat rendah (30%).

Selanjutnya, dalam ASEAN submit pada bulan Januari tahun 2007 telah disepakati untuk mempercepat pembentukan MEA dari 2020 menjadi 2015. Beberapa pertimbangan yang mendasari hal tersebut adalah: 33

1. Potensi penurunan biaya produksi di ASEAN untuk barang konsumsi hingga 20 persen sebagai dampak integrasi ekonomi.

2. Peningkatan kemampuan kawasan dengan adanya implementasi standar dan praktek internasional serta penerapan intlectual property lights.

3. Peningkatan kualitas infrastruktur kawasan seiring dengan integrasi transportasi, telekomunikasi dan energi.

4. Peningkatan manfaat bagi sektor swasta ASEAN.

Pencapaian keempat pilar dalam MEA akan dilakukan secara bertahap, dengan fokus saat ini pada pencapaian pilar pertama, yaitu terciptanya liberalisasi

33

(41)

33

di perdagangan barang, jasa, dan investasi. Tercapainya pilar pertama akan menjadi dasar menuju pencapaian pilar-pilar selanjutya, sehingga pada akhirnya ASEAN akan siap untuk sepenuhnya berintegrasi dengan perekonomian global.34

Harapan bahwa pada akhirnya dapat sepenuhnya berintegrasi dengan perekonomian global skaligus menunjukkan keyakinan ASEAN bahwa kerjasama regional dalam MEA merupakan "building blocks" menuju tercapainya perdagangan bebas multilateral. Kerjasama regional yang dilakukan akan mendorong terciptanya keunggulan komparatif bagi kawasan secara keseluruhan, sehingga pada akhirnya akan memperbesar kesempatan masing-masing negara dalam persaingan global. Selain itu, kerjasama regional yang dijalankan ASEAN juga bersifat terbuka, yang berarti bahwa bersamaan dengan penurunan tarif dan hambatan disesama negara anggota (Prefential Liberalization), negara-negara ASEAN juga melakukan penurunan tarif dan hambatan perdagangan terhadap semua negara di dunia.35

Perdagangan barang ASEAN sudah mencapai kemajuan cukup berarti dalam hal Trade Area Common Effective Prefential Tariff (AFTA CEPT). Sebagai gambaran, pada tahun 2006 rata-rata tarif CEPT untuk negara ASEAN-6 sudah tinggal 1,74%, untuk Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam (CLMV) 4,65% dan untuk seluruh negara ASEAN-10 sebesar 2,82%. Oleh karena itu, cetak biru MEA untuk perdagangan barang akan difokuskan pada hal-hal seperti

34

Ibid. 35

(42)

34

pengurangan hambatan non-tarif, perbaikan sistem kepabeanan, dan penyeragaman dalam standar produksi.

Perdagangan jasa liberalisasi sektor jasa akan dilakukan dalam kerangka ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) yang sebenarnya telah dideklarasikan sejak tahun 1995. Langkah-langkah tersebut diantaranya adalah mengkompilasi berbagai hambatan dalam pergerakan jasa antar negara, penyusunan MRA (Mutual Recognition Agreement) untuk jasa arsitektur, akuntansi, kualifikasi surveyor, tenaga kerja medis termasuk diantaranya dokter gigi (selesai 2008), dilanjutkan MRA untuk jasa-jasa professional lainnya (selesai 2015), serta peningkatan partisipasi asing dalam 4 sektor jasa (hingga 51%) serta jasa logistik (hingga 49%) pada tahun 2008.36

Bidang investasi, langkah-langkah yang dilakukan pada dasarnya memperkuat kerangka yang sudah ada yaitu Framework Agreement on the ASEAN Investment Area (AIA) yang sudah ditetapkan pada tahun 1998 menjadi suatu kerangka yang lebih komprehensif, yaitu ASEAN Chomprehensive Investment Agreement (ACIA). Termasuk didalamnya adalah pencabutan semua resriksi dalam bidang investasi (2008-2009), peningkatan semua fasilitas penunjang kegiatan investasi seperti database FDI, jejaring antara ASEAN Investment Promotion Agencies, serta database untuk kluster-kluster industri.37

Mutual Recognition Arrangement (MRA) merupakan pembahasan definisi-definisi, yang antara lain menjelaskan definisi Professional Engineer, Registered Foreign Professional Engineer, dan Professional Regulatory Authority.

36

Departemen Perdagangan Republik Indonesia, Op.Cit, hlm. 4.

37

(43)

35

Professional Engineer mengacu kepada seseorang warga negara, negara anggota ASEAN, yang oleh Professional Regulatory Authority telah dinyatakan layak secara teknis, moral, dan legal untuk menjalankan praktek profesi insinyur.

Tenaga kerja terlatih (skilled labor) penyusunan MRA untuk tenaga kerja professional (termasuk dalam daftar sektor yang diprioritaskan) ditargetkan selesai pada tahun 2008. Dalam Blueprint MEA 2015 skilled labor didefinisikan sebagai berikut: 38

1. Pekerja yang mempunyai keterampilan khusus, pengetahuan, atau kemampuan dibidang pekerjaannya,

2. Lulusan universitas, akademi, sekolah teknik, atau keahlian yang diperoleh melalui pekerjaan sehari-hari.

Langkah-langkah terkait dengan mobilitas faktor produksi tenaga kerja dalam blueprint MEA 2015 secara garis besar adalah sebagai berikut :39

1. Pengaturan mobilitas atau fasilitas masuk bagi tenaga kerja sesuai dengan peraturan yang biasa digunakan oleh negara penerima. ASEAN akan memfasilitasi penerbitan visa dan kartu pekerja bagi tenaga professional ASEAN dan tenaga kerja terampil.

2. Untuk memudahkan arus bebas jasa-jasa pada 2015, ASEAN melakukan upaya harmonisasi dan standardisasi melalui:

a. Kerjasama diantara anggota ASEAN University Network (AUN) untuk meningkatkan mobilitas pelajar dan staf jajarannya.

38

Wijoyo Santoso, et.al., Op.Cit, hlm. 22.

(44)

36

b. Penyusunan indeks core competencies (sesuai dengan keahlian dan kualifikasi) untuk pekerjaan dan trainers skill di sektor jasa prioritas (2009) dan sektor jasa lainnya (2010-2015)

c. Memperkuat riset dalam rangka meningkatkan keterampilan, penempatan kerja, dan pengembangan jejaring informasi pasar tenaga kerja.

Pembentukan MEA 2015 bertujuan untuk menjadikan kawasan ASEAN lebih stabil, sejahtera, dan sangat kompetitif, dimana terdapat kebebasan lalu lintas barang, jasa, investasi, modal, pembangunan ekonomi yang merta dan mengurangi tingkat kemiskinan serta kesenjangan sosial ekonomi pada tahun 2015.

B. Proses Pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN

(45)

37

KTT ke-6 ASEAN tanggal 16 desember 1998 di Ha Noi - Vietnam, para pemimpin ASEAN mengesahkan Rencana Aksi Hanoi (Hanoi Plan of Action / HPA) yang merupakan langkah awal untuk merealisasikan tujuan dari Visi 2020 ASEAN. Rencana aksi ini memiliki batasan waktu 6 tahun yakni dari tahun 1999 sampai 2004.

KTT tersebut, para pemimpin ASEAN juga mengeluarkan Statement on Bold Measures (pernyataan dengan tindakan tegas) yang berisikan komitmen mereka terhadap AFTA dan kesepakatan untuk mempercepat pemberlakuan AFTA dengan tujuan untuk mengembalikan kepercayaan pelaku usaha, mempercepat pemulihan ekonomi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi dan finansial.40

Pada KTT ke-7 ASEAN tanggal 5 November 2001 di Bandar Seri Begawan-Brunei Darussalam disepakati perlunya dibentuk Roadmap for Integration of ASEAN (RIA) guna memetakan tonggak penting yang harus dicapai berikut langkah-langkah spesifik dan jadwal pencapaiannya.

Menindaklanjuti kesepakatan KTT ke-7 tersebut, para Menteri Ekonomi ASEAN dalam pertemuannya yang ke-34 tanggal 12 September 2002 di Bandar Seri Begawah-Brunei Darussalam mengesahkan RIA dimaksud. Di bidang perdagangan jasa sejumlah rencana aksi telah dipetakan yaitu mengembangkan dan menggunakan pendekatan alternatif untuk liberalisasi, mengupayakan penerapan kerangka regulasi yang sesuai, menghapuskan semua halangan yang

40

(46)

38

menghambat pergerakan jasa dikawasan ASEAN, serta menyelesaikan pengakuan timbal balik (MRA) untuk bidang jasa professional.

Krisis keuangan dan ekonomi yang terjadi dikawasan Asia Tenggara pada priode 1997-1998 memicu kesadaran negara-negara ASEAN mengenai pentingnya peningkatan dan penguatan kerjasama intra kawasan. ASEAN Economic Community merupakan konsep yang mulai digunakan dalam Declaration of ASEAN Concord II (Bali Concord II), di Bali, bulan Oktober 2003. Kemudian, ASEAN baru mengadopsi Bali Concord II pada KTT ke-9 ASEAN di Bali tahun 2003 yang menyetujui pembentukan komunitas ASEAN (ASEAN Community). Pembentukan komunitas ASEAN ini merupakan bagian dari upaya ASEAN untuk lebih mempercepat integrasi ASEAN. Selain itu, juga merupakan upaya ASEAN untuk menyesuaikan cara pandang agar dapat lebih terbuka dalam membahas permasalahan domestik yang berdampak pada kawasan tanpa meninggalkan prinsip-prinsip utama ASEAN yaitu saling menghormati, tidak mencampuri urusan dalam negeri, konsensus, dialog dan konsultasi.41

Pada saat berlangsungnya KTT ke-10 ASEAN di Vientiane, Laos, tahun 2004, konsep Komunitas ASEAN mengalami kemajuan dengan disetujuinya Viantine Action Program (VAP) 2004-2010 yang merupakan strategi dan program kerja untuk mewujudkan ASEAN Vision. Berdasarkan program tersebut, High level task force (HLTF) diberikan kewenangan untuk melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi dalam mewujudkan ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi, yang merupakan program pelaksanaan untuk 6 tahun kedepan

41

(47)

39

sekaligus merupakan kebijakan dari HPA guna merealisasikan tujuan akhir dari Visi ASEAN 2020 dan deklarasi Bali Concord II.

Pencapaian ASEAN Comumunity semakin kuat dengan ditandatanganinya "Cebu Declaration of the Establishment of an ASEAN Community by 2015" oleh para pemimpin ASEAN pada KTT ke -12 ASEAN di Cebu, Filipina, tanggal 13 Januari 2007. Para pemimpin ASEAN juga menyepakati percepatan pembentukan ASEAN Economic Community (AEC) dari tahun 2020 menjadi tahun 2015.

Keputusan untuk mempercepat pembentukan MEA menjadi 2015 ditetapkan dalam rangka memperkuat daya saing ASEAN dalam menghadapi kompetisi global seperti dengan India dan China. Selain itu beberapa pertimbangan yang mendasari hal tersebut adalah potensi penurunan biaya produksi di ASEAN sebesar 10-20 persen untuk barang konsumsi sebagai dampak integrasi ekonomi, serta meningkatkan kemampuan kawasan dengan implementasi standar dan praktik internasional, HAKI dan adanya persaingan.42

Guna mempercepat langkah percepatan integrasi ekonomi tersebut, ASEAN menyusun ASEAN Charter (Piagam ASEAN) sebagai "payung hukum" yang menjadi basis komitmen dalam meningkatkan dan mendorong kerjasama diantara negara-negara anggota ASEAN di kawasan Asia Tenggara. Piagam tersebut juga memuat prinsip-prinsip yang harus dipatuhi oleh seluruh negara anggota ASEAN dalam mencapai tujuan integrasi di kawasan ASEAN.

Lahirnya Piagam ASEAN telah dimulai sejak dicanangkannya Vientine Action Programme (VAP) pada KTT ASEAN ke-10 di Viantine, Laos pada tahun

42

(48)

40

2004. KTT ASEAN ke -12 di Cebu, Filipina pada tahun 2007 telah membentuk High Level Task Force (HLTF) on the ASEAN Charter yang bertugas merumuskan naskah piagam ASEAN dengan memperhatikan rekomendasi Eminent Person Group (EPG) on the ASEAN Charter.

Naskah Piagam ASEAN kemudian ditandatangani oleh para kepala negara/pemerintahan Negara-negara anggota ASEAN pada KTT ke-13 di Singapura, 20 November 2007. Piagam ASEAN ini mulai berlaku efektif bagi semua negara anggota ASEAN pada tanggal 15 desember 2008. Indonesia telah melakukan ratifikasi piagam ASEAN pada tanggal 8 november 2008 dalam bentuk Undang-Undang No. 38 Tahun 2008 tentang pengesahan Charter Of The Association Of Southeast ASIAN Nations (Piagam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara).

Pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN yang dilaksanakan pada bulan Agustus 2006 di Kuala Lumpur, Malaysia, sepakat untuk mengembangkan ASEAN Economic Community Blueprint yang merupakan panduan untuk terwujudnya MEA. Declaration on ASEAN Economic Community Blueprint, ditanda tangani tanggal 20 november 2007, memuat jadwal strategis untuk masing-masing pilar yang disepakati dengan target waktu yang terbagi dalam empat fase yaitu tahun 2008-2009, 2010-2011, 2012-2013 dan 2014-2015. penandatanganan MEA Blueprint dilakukan bersamaan dengan penandatanganan piagam ASEAN (ASEAN Charter). Jadwal strategis pencapaian masing-masing pilar terdapat pada lampiran 2.43

43

(49)

41

Peta jalan tersebut menggantikan program aksi Viantine (Viantine Action Program/VAP), dam diimplementasikan serta dimonitor oleh badan kementerian sektoral ASEAN dan sekretaris Jenderal ASEAN, dengan didukung oleh komite perwakilan tetap. Perkembangan terkait dengan implementasikan ketiga peta-jalan tersebut disampaikan secara reguler kepada para pemimpin ASEAN melalui Dewan Komunitas ASEAN (ASEAN Community Council/ACC)-nya masing-masing.44

C. Blueprint Masyarakat Ekonomi ASEAN

1. Para pemimpin ASEAN pada KTT ASEAN di Kuala Lumpur Desember 1997 memutusakan untuk mentransformasikan ASEAN menjadi kawasan yang stabil, makmur, dan berdaya saing tinggi dengan tingkat pembangunan ekonomi yang merata serta kesenjangan sosial ekonomi dan kemiskinan yang semakin berkurang.

2. Pada KTT ASEAN di Bali Oktober 2003, para pemimpin ASEAN memdeklarasikan bahwa komunitas Ekonomi ASEAN (KEA) merupakan tujuan integrasi ekonomi regional (Bali Concord II) pada tahun 2020. Selain KEA, Komunitas Keamanan ASEAN dan Komunitas Sosial Budaya ASEAN merupakan dua pilar integral lain dari komunitas ASEAN yang akan dibentuk. Ketiga pilar tersebut diharapkan dapat bekerja secara erat dalam pembentukan Komunitas ASEAN pada tahun 2020.

44

(50)

42

3. Selanjutnya, pertemuan ke-38 Menteri Ekonomi ASEAN, di Kuala Lumpur, Malaysia pada Agustus 2006 sepakat akan menyusun “suatu

cetak biru yang terpadu untuk mempercepat pembentukan KEA dengan mengindetifikasi berbagai karakteristik dan elemen KEA pada tahun 2015 sesuai Bali Concord II, dengan sasaran dan kerangka waktu yang jelas dalam mengimplementasikan berbagai langkah serta fleksibilitas yang telah disepakati sebelumnya guna mengkomodir kepentingan seluruh negara anggota ASEAN.

Referensi

Dokumen terkait

Word of Mouth adalah suatu bentuk komunikasi secara pribadi yang mempunyai tujuan untuk memberi informasi atau mempengaruhi orang lain agar menggunakan produk

Oleh yang demikian, dalam usaha untuk merapatkan jurang kajian berkenaan, maka makalah ini diusahakan untuk menganalisis aspek komunikasi bukan lisan dalam adat dan ritual

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui, baik simultan maupun parsial besarnya pengaruh indeks harga saham bursa global, yang terdiri

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pengeringan jamur tiram bagian tudung tidak terjadi interaksi, sedangkan pada bagian tangkai terjadi interaksi antara suhu dan

formularium yang telah disepakati. Angka ini masih dibawah standar yang ditetapkan oleh rumah sakit yaitu obat sesuai formularium adalah 95%. Jumlah dana yang tersedia

aktivnost putem koje utje č u na realni sektor.. Naravno, banke mogu imati i negativan utjecaj na gospodarstvo. kada one ne izvršavaju svoje funkcije na na č in koji

Menurut Sonny (2011: 2), pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode anggaran tertentu (UU.No 32 Tahun