KARYA TULIS ILMIAH
Asuhan Keperawatan pada Ny.DH dengan Prioritas Masalah
Kebutuhan Dasar Mobilisasi di Ruang V Tanjung II
RSUD. dr. Pirngadi Medan
Disusun dalam Rangka Menyelesaikan
Program Studi DIII Keperawatan
Oleh
Megawati Sianturi
102500006
Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
Kata Pengantar
Dengan mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yesus Kristus atas
segala berkat dan anugerahNya yang senantiasa menyertai, menolong dan
memberikan kemampuan serta hikmat bagi penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan tahap demi tahap penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada
waktunya. Dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny.DH dengan Prioritas
Masalah Kebutuhan Dasar Mobilisasi di Ruang V Tanjung II RSUD. dr. Pirngadi
Medan”.
Selama proses penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak memperoleh
bimbingan, bantuan, dan dorongan baik secara moral maupun material dari
berbagai pihak. Untuk itu, dengan kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Ibu Erniyati, S.Kp, MNS, selaku
Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Ibu Nur
Afi Darti, S.Kp, M.Kep, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan juga selaku Dosen Pembimbing
yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh perhatian
selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, Bapak Mula Tarigan S.Kp, M.Kes,
selaku Dosen Pembimbing Akademik, Ny.DH, selaku klien kelolaan yang telah
bersedia menjadi klien kelolaan selama masa penelitian ini.
Terima kasih kepada Alm.Ayah terkasih dan Ibu terkasih yang selalu tidak
henti berdoa dan memberikan dukungan kepada penulis baik dukungan moril
maupun materi. Buat sanak saudara terkasih, Kakak dan Abang yang juga selalu
memberikan perhatian dan motivasi kepada penulis.
Terima kasih kepada sahabat-sahabatku terkasih yang selalu memberi
dukungan moril dan telah banyak membantu selama proses penyelesaian Karya
Tulis Ilmiah ini, Aan Maydah, Fernando, Hotliana, Lamtiur, Niatin, Nurwanti,
Terima kasih juga kepada keluarga rohani terkasih, Kak Corry, Kak Junita,
Astika, Tantri, Bobi, Priskila, Ruth, Bertua, Fajaria, Siska, dan Elvis yang tak
pernah lelah memberikan motivasi dan berdoa selama proses penulisan Karya
Tulis Ilmiah ini.
Terima kasih juga kepada adik-adikku yang sangat kukasihi, Eka, Lady,
Melanie, Zona, Melitha, Ririn, dan Sarah yang telah berdoa dan selalu
memberikan semangat untuk terus memberikan yang terbaik selama proses
penelitian dan juga penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. Terakhir, penulis juga
berterima kasih kepada teman-teman seperjuangan mahasiswa Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara Program Studi DIII Keperawatan
Angkatan 2010 yang juga memberikan semangat dalam penulisan Karya Tulis
Ilmiah ini.
Semoga segenap bantuan, bimbingan, dan arahan yang telah diberikan kepada
penulis bermanfaat bagi penulis dan semoga Tuhan menambahkan berkatNya
kepada setiap pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis terbuka untuk menerima saran dan kritik yang membangun dari para
pembaca demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah
ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan perkembangan ilmu keperawatan.
Medan, 05 Juli 2013
Daftar Isi
Lembar Pengesahan ... i
Kata Pengantar ... ii
Daftar Isi ... iv
BAB I – PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan ... 2
C. Manfaat ... 3
BAB II – PENGELOLAAN KASUS ... 4
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Mobilisasi ... 4
1. Pengkajian ... 7
2. Diagnosa Keperawatan... 11
3. Perencanaan... 11
B. Asuhan Keperawatan Kasus ... 14
1. Pengkajian ... 14
2. Analisa data ... 24
3. Diagnosa Keperawatan (Prioritas) ... 26
4. Perencanaan... 27
5. Implementasi dan Evaluasi ... 29
BAB III – KESIMPULAN DAN SARAN... 31
A. Kesimpulan ... 31
B. Saran ... 32
Daftar Pustaka ... 33
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sectio Caesaria adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi
pada dinding abdomen dan uterus. Akan tetapi, persalinan melalui Sectio Caesaria
bukanlah alternatif yang lebih aman karena di perlukan pengawasan khusus
terhadap indikasi di lakukannya Sectio Caesaria maupun perawatan ibu setelah
tindakan Sectio Caesaria, karena tanpa pengawasan yang baik dan cermat akan
berdampak pada kematian ibu. Oleh karena itu pemeriksaan dan monitoring
dilakukan beberapa kali sampai tubuh ibu dinyatakan dalam keadaan sehat. Salah
satu upaya untuk mencegah kejadian ini dapat dilakukan mobilisasi dini (Early
Ambulation).
Mobilisasi dini ialah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing
penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin untuk
berjalan. Mobilisasi dini merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat
pemulihan pasca bedah dan dapat mencegah komplikasi pasca bedah. Dengan
mobilisasi dini diharapkan ibu nifas dapat menjadi lebih sehat dan lebih kuat,
selain juga dapat melancarkan pengeluaran lochea, membantu proses
penyembuhan luka akibat proses persalinan, mempercepat involusi alat
kandungan, melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan serta
meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi air susu
ibu (ASI) dan pengeluaran sisa metabolisme.
Persalinan yang dilakukan dengan operasi membutuhkan rawat inap yang
lebih lama di rumah sakit. Hal ini tergantung dari cepat lambatnya kesembuhan
ibu akibat proses pembedahan. Biasanya, hal ini membutuhkan waktu sekitar 3 - 5
hari setelah operasi. Ibu yang baru menjalani seksio sesaria lebih aman bila
diperbolehkan pulang pada hari keempat atau kelima post partum dengan syarat
tidak terdapat komplikasi selama masa nifas. Komplikasi setelah tindakan
pembedahan dapat memperpanjang lama perawatan dan memperlama masa
Pada Sectio Caesaria terjadi perlukaan baik pada dinding abdomen (kulit dan
otot perut) dan dinding uterus. Adanya luka post Sectio Caesaria merupakan salah
satu faktor yang memperpanjang lama perawatan ibu post Sectio Caesaria di
rumah sakit. Banyak faktor yang mempengaruhi penyembuhan dari luka post
Sectio Caesaria antara lain adalah suplay darah, infeksi dan iritasi. Dengan adanya
mobilisasi dini diharapkan akan menyebabkan perbaikan supply darah sehingga
berpengaruh terhadap kecepatan proses penyembuhan luka post Sectio Caesaria.
Menurut Kasdu mobilisasi dini post Seksio Cesarea dapat dilakukan secara
bertahap sebagai berikut : Setelah operasi, pada 6 jam pertama ibu pasca operasi
Seksio Caesarea harus tirah baring dulu. Mobilisasi dini yang bisa dilakukan
adalah menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan ujung jari kaki dan memutar
pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegangkan otot betis serta menekuk dan
menggeser kaki; Setelah 6 - 10 jam, ibu diharuskan untuk dapat miring kekiri dan
kekanan untuk mencegah trombosis dan trombo emboli; Setelah 24 jam ibu
dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk; Setelah ibu dapat duduk,
dianjurkan ibu belajar berjalan.
Berdasarkan fenomena-fenomena yang ada dan mengingat pentingnya
mobilisasi dini untuk penyembuhan luka post Sectio Caesaria dan pemulihan
kesehatan ibu maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang
hubungan mobilisasi dini ibu post Sectio Caesaria dalam pemebuhan kebutuhan
dasarnya.
B. Tujuan
Memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk memenuhi
C. Manfaat
Hasil asuhan keperawatan ini dapat memberikan manfaat bagi praktek
keperawatan, pendidikan keperawatan, dan bagi penelitian keperawatan.
1. Bagi praktik keperawatan
Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam membuat asuhan
keperawatan yang sistematis dan sesuai dengan konsep keperawatan.
2. Manfaat bagi pendidikan keperawatan
Hasil Karya Tulis Ilmiah yang diperoleh dapat dijadikan kontribusi bagi
peningkatan pendidikan keperawatan dan pengembangan ilmu keperawatan.
3. Manfaat bagi kebutuhan klien
Hasil asuhan keperawatan ini dapat digunakan untuk mengetahui cara
BAB II
PENGELOLAAN KASUS
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar
Mobilisasi
Manusia mempunyai kebutuhan dasar (kebutuhan pokok) untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Walaupun setiap individu mempunyai
karakteristik yang unik, kebutuhan dasarnya sama. Perbedaannya hanya dalam
cara pemenuhan kebutuhan dasar tersebut (Asmadi, 2008).
Kebutuhan dasar manusia mempunyai banyak kategori atau jenis. Salah
satunya ialah kebutuhan fisiologis (seperti oksigen, cairan, nutrisi, eliminasi,
istirahat, mobilisasi, dan lain-lain) sebagai kebutuhan yang paling mendasar dalam
jasmaniah. Namun, setiap manusia pada hakekatnya mempunyai dua macam
kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan yang berbentuk materi dan nonmateri (Asmadi,
2008).
Kebutuhan dasar manusia merupakan fokus dalam asuhan keperawatan. Bagi
pasien yang mengalami gangguan kesehatan, maka kemungkinan ada satu atau
beberapa kebutuhan dasarnya yang akan terganggu. Sedangkan proses
keperawatan merupakan pengetahuan dasar perawat dalam melakukan asuhan
keperawatan, sehingga pemahaman terhadap proses keperawatan menjadi
keharusan bagi perawat yang akan melakukan praktik keperawatan (Tarwoto dan
Wartonah, 2006).
Untuk mengetahui kebutuhan dasar manusia, maka terdapat hal yang perlu
diperhatikan oleh setiap perawat terkait dengan karakteristik kebutuhan dasar
manusia. Karakteristik tersebut antara lain (Asmadi, 2008) :
1. Manusia mempunyai kebutuhan dasar yang sama, walaupun setiap orang
memiliki latar belakang sosial, budaya, persepsi, dan pengetahuan yang
2. Umumnya pemenuhan kebutuhan dasar setiap manusia sesuai dengan
tingkat prioritasnya. Kebutuhan dasar yang harus segera dipenuhi
merupakan kebutuhan dasar dengan prioritas yang paling tinggi/utama.
3. Sebagian pemenuhan kebutuhan dasar dapat ditunda walaupun umumnya
harus dipenuhi.
4. Kegagalan pemenuhan salah satu kebutuhan dasar dapat mengakibatkan
kondisi yang tidak seimbang (disekulibrium) sehingga menyebabkan sakit.
5. Munculnya keinginan pemenuhan kebutuhan dasar dipengaruhi oleh
stimulus internal maupun eksternal. Misalnya, kebutuhan untuk minum.
Seseorang akan merasa haus selain disebabkan oleh berkurangnya cairan
dalam tubuh, juga dapat dikarenakan melihat minuman yang segar di siang
hari yang terik.
6. Berbagai kebutuhan dasar akan saling berhubungan dan berpengaruh pada
manusia. Misalnya kebutuhan makan akan diikuti dengan kebutuhan
minum.
7. Ketika timbul keinginan terhadap suatu kebutuhan, maka individu akan
berusaha untuk memenuhinya.
Menurut teori Handerson, manusia memiliki 14 kebutuhan dasar yang harus
dipenuhinya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, dimana salah satu
diantaranya ialah kebutuhan dasar untuk bergerak atau yang biasa disebut dengan
mobilisasi.
Keperawatan klinik menghendaki perawat untuk menghubungkan ilmu
pengetahuan dan keterampilan ke dalam praktik. Salah satu komponen dari ilmu
pengetahuan dan keterampilan adalah mekanika tubuh, suatu istilah yang
digunakan untuk menggambarkan usaha dalam mengkoordinasikan system
musculoskeletal dan saraf (Potter dan Perry, 2005).
Mekanika tubuh meliputi pengetahuan tentang bagaimana dan mengapa
kelompok otot tertentu digunakan untuk menghasilkan dan mempertahankan
gerakan secara aman. Dalam menggunakan mekanika tubuh yang tepat perawat
perlu mengerti pengetahuan tentang pergerakan, termasuk bagaimana
skeletal, otot, skelet, dan sistem saraf. Selain itu, ada kelompok otot tertentu yang
terutama digunakan untuk pergerakan dan kelompok otot lain membentuk
postur/bentuk tubuh (Potter dan Perry, 2005).
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah,
dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Setiap orang
butuh untuk bergerak. Kehilangan kemampuan untuk bergerak menyebabkan
ketergantungan dan ini membutuhakan tindakan keperawatan. Mobilisasi
diperlukan untuk meningkatkan kemandirian diri, meningkatkan kesehatan,
memperlambat proses penyakit, khususnya penyakit degeneratif, dan untuk
aktualisasi diri (harga diri dan citra tubuh) (Mubarak dan Chayatin, 2007). Dalam
mempertahankan mobilisasi fisik secara optimal maka sistem saraf, otot dan
skeletal harus tetap utuh dan berfungsi baik (Potter dan Perry, 2005).
Imobilisasi didefenisikan oleh North American Nursing Diagnosis Association
(NANDA) sebagai suatu keadaan ketika individu mengalami keterbatasan gerak
fisik (Kim et al, 1995).
Perubahan dalam tingkat mobilisasi fisik dapat mengakibatkan instruksi
pembatasan gerak dalam bentuk tirah baring, pembatasan gerak fisik selama
penggunaan alat bantu eksternal (gips, traksi rangka), pembatasan gerak volunter,
atau kehilangan fungsi motorik (Potter dan Perry, 2005).
Jenis-jenis imobilitas secara umum ada beberapa macam keadaan antara lain
(Mubarak dan Chayatin, 2007) :
1. Imobilitas fisik, kondisi ketika seseorang mengalami keterbatasan fisik
yang disebabkan oleh faktor lingkungan maupun kondisi orang tersebut.
2. Imobilitas intelektual, kondisi ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan
untuk dapat berfungsi sebagaimana mestinya, misalnya pada kasus
kerusakan otak dan rasa takut terhadap suatu luka.
3. Imobilitas emosional, kondisi ini bisa terjadi akibat proses pembedahan
atau kehilangan seseorang yang dicintai.
4. Imobilitas sosial, kondisi ini bisa menyebabkan perubahan interaksi sosial
Masalah imobilitas dapat menimbulkan berbagai dampak, baik dari segi fisik
maupun psikologis. Secara psikologis, imobilitas dapat menyebabkan penurunan
motivasi, kemudian kemampuan dalam memecahkan masalah, dan perubahan
konsep diri. Selain itu, kondisi ini juga disertai dengan ketidaksesuaian antara
emosi dan situasi, perasaan tidak berharga dan tidak berdaya, serta kesepian yang
diekspresikan dengan perilaku menarik diri, dan apatis (Mubarak dan Chayatin,
2007).
Sedangkan masalah fisik yang dapat terjadi ialah antara lain gangguan sistem
muskuloskeletal, gangguan eliminasi urine, gangguan gastrointestinal, gangguan
respiratori, gangguan sistem kardiovaskuler, gangguan metabolisme dan nutrisi,
gangguan sistem integumen, dan juga gangguan sistem neurosensorik (Mubarak
dan Chayatin, 2007).
Penggunaan proses keperawatan, aplikasi kritis anatomi dan fisiologi, dan
pengalaman dengan klien memungkinkan perawat mengembangkan rencana
keperawatan secara individual untuk klien yang mengalami gangguan mobilisasi
dan juga yang beresiko. Rencana keperawatan dibuat untuk meningkatkan status
fungsional klien, meningkatkan perawatan mandiri, mempertahankan kondisi
psikologis, dan mengurangi bahaya imobilisasi (Potter dan Perry, 2005).
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada masalah ini dilihat dari dua bagian, mobilisasi
dan imobilisasi. Kedua area tersebut biasa dikaji selama pemeriksaan fisik
lengkap (Potter dan Perry, 2005).
Mobilisasi
Pengkajian mobilisasi klien berfokus pada rentang gerak, gaya berjalan,
latihan, dan toleransi aktivitas, serta kesejajaran tubuh (Potter dan Perry, 2005).
Rentang Gerak
Rentang gerak merupakan jumlah maksimum gerakan yang mungkin
transversal. Mobilisasi sendi di setiap potongan dibatasi oleh ligament, otot, dan
konstruksi sendi. Ketika mengkaji rentang gerak, perawat menanyakan pertanyaan
dan mengobservasi dalam mengumpulkan data tentang kekakuan sendi,
pembengkakan, nyeri, keterbatasan gerak, dan gerakan yang tidak sama (Potter
dan Perry, 2005).
Gaya Berjalan
Istilah gaya berjalan digunakan untuk menggambarkan cara utama atau gaya
ketika berjalan. Dengan mengkaji gaya berjalan klien memungkinkan perawat
untuk membuat kesimpulan tentang keseimbangan, postur, keamanan, dan
kemampuan berjalan tanpa bantuan (Fish dan Nielsen, 1993).
Latihan dan Toleransi Aktivitas
Latihan adalah aktivitas fisik untuk membuat kondisi tubuh, meningkatkan
kesehatan, dan mempertahankan kesehatan jasmani. Hal ini juga digunakan
sebagai terapi membetulkan deformitas atau mengembalikan seluruh tubuh ke
status kesehatan maksimal (Potter dan Perry, 2005).
Toleransi aktivitas adalah jenis dan jumlah latihan atau kerja yang dapat
dilakukan seseorang. Pengkajian toleransi aktivitas diperlukan jika ada
perencanaan aktivitas seperti jalan, latihan rentang gerak atau yang sering disebut
dengan latihan Range Of Motion (ROM), atau aktivitas sehari-hari dengan
penyakit akut atau kronik. Pengkajian toleransi aktivitas meliputi data fisiologis,
emosional, dan tingkat perkembangan (Potter dan Perry, 2005).
Kesejajaran Tubuh
Pengkajian kesejajaran tubuh dapat dilakukan pada klien yang berdiri, duduk,
atau berbaring. Pengkajian ini memiliki tujuan sebagai berikut :
a. Menentukan perubahan fisiologis normal pada kesejajaran tubuh akibat
pertumbuhan dan perkembangan.
b. Mengidentifikasi penyimpangan kesejajaran tubuh yang disebabkan oleh
c. Memberi kesempatan klien untuk mengobservasi posturnya.
d. Mengidentifikasi trauma, kerusakan otot, atau disfungsi saraf.
e. Memperoleh informasi mengenai faktor-faktor lain yang mempengaruhi
kesejajaran yang buruk, seperti kelelahan, malnutrisi, dan masalah psikososial.
Imobilisasi
Perawat mengkaji klien imobilisasi dari bahaya imobilisasi dengan melakukan
pemeriksaan fisik dari ujung kepala sampai ujung kaki. Selain itu, pengkajian
keperawatan harus berfokus pada area fisiologis, sama seperti aspek psikososial
dan perkembangan klien (Potter dan Perry, 2005).
Faktor Fisiologis
Sistem Metabolik
Ketika mengkaji fungsi metabolik, perawat menggunakan pengukuran
antropometrik untuk mengevaluasi atrofi otot, menggunakan pencatatan asupan
dan haluaran serta data laboratorium untuk mengevaluasi status cairan, elektrolit
maupun kadar serum protein, mengkaji penyembuhan luka untuk mengevaluasi
perubahan transport nutrient, mengkaji asupan makanan dan pola eliminasi klien
untuk menentukan perubahan fungsi gastrointestinal (Potter dan Perry, 2005).
Sistem Respiratori
Pengkajian sistem respiratori harus dilakukan minimal setiap 2 jam pada klien
yang mengalami keterbatasan aktivitas. Perawat menginspeksi pergerakan dinding
dada selama siklus inspirasi-ekspirasi penuh. Selain itu, perawat juga
mengauskultasi seluruh area paru-paru untuk mengidentifikasi gangguan suara
nafas, crackles, atau mengi. Pengkajian system respiratori lengkap
mengidentifikasi adanya sekresi dan menentukan tindakan keperawatan yang
dibutuhkan untuk mengoptimalkan fungsi respiratori (Potter dan Perry, 2005).
Sistem Kardiovaskuler
Pengkajian keperawatan kardiovaskuler pada klien imobilisasi termasuk
mengobservasi tanda-tanda adanya statis vena (misalnya edema dan penyembuhan
luka yang buruk). Tekanan darah klien harus diukur, terutama jika berubah dari
berbaring ke duduk atau berdiri akibat risiko terjadi hipotensi ortostatik. Dengan
cara ini, kemampuan mentoleransi perubahan posisi dapat dikaji sebelum klien
meninggalkan pengaman tempat tidur (Potter dan Perry, 2005).
Sistem Muskuloskeletal
Kelainan muskuloskeletal utama dapat diidentifikasi selama pengkajian
keperawatan meliputi penurunan tonus otot, kehilangan massa otot, dan kontraktur
(Potter dan Perry, 2005).
Sistem Integumen
Perawat harus terus menerus mengkaji kulit klien terhadap tanda-tanda
kerusakan. Kulit harus diobservasi ketika klien bergerak, diperhatikan
higienisnya, atau dipenuhi kebutuhan eliminasinya. Pengkajian minimal harus
dilakukan setiap 2 jam (Potter dan Perry, 2005).
Sistem Eliminasi
Status eliminasi klien harus dievaluasi setiap shift, dan total asupan dan
haluaran dievaluasi setiap 24 jam. Perawat harus menentukan bahwa klien
menerima jumlah dan jenis cairan melalui oral atau parenteral dengan benar
(Potter dan Perry, 2005).
Faktor Psikososial
Perawat harus mengobservasi perubahan status emosional. Perawat harus
mengobservasi selama beberapa hari sebelum menyimpulkan bahwa ia
mempunyai masalah depresi. Perawat juga mengobservasi perubahan perilaku,
seperti pada klien kooperatif yang menjadi argumentatif atau pada klien sopan
yang mulai memperlihatkan alat kelaminnya berulang kali. Terakhir, perawat juga
harus mengobservasi perubahan gangguan mekanisme koping klien yang normal
menyebabkan klien menjadi disorientasi, bingung, depresi ataupun mengalami
perubahan perilaku yang lain (Potter dan Perry, 2005).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan mengidentifikasi perubahan kesejajaran tubuh dan
mobilisasi yang aktual dan potensional berdasarkan pengumpulan data selama
pengkajian. Analisa menampilkan kelompok data yang mengidentifikasikan ada
atau risiko terjadi masalah (Potter dan Perry, 2005).
Contoh diagnosa keperawatan untuk ketidaktepatan mekanika tubuh dan
hambatan mobilisasi antara lain :
a. Hambatan mobilisasi fisik
b. Intoleransi aktivitas
c. Risiko cereda
d. Gangguan pola tidur
e. Gangguan integritas kulit
3. Perencanaan Keperawatan
Perawat membuat perencanaan intervensi teraupetik terhadap klien yang
bermasalah kesejajaran tubuh dan mobilisasi yang aktual maupun berisiko.
Perawat merencanakan terapi sesuai dengan derajat risiko klien, dan perencanaan
bersifat individu disesuaikan dengan perkembangan klien, tingkat kesehatan, dan
gaya hidup. Lingkungan rumah klien merupakan hal yang paling penting
dipertimbangkan dalam merencanakan terapi dalam mempertahankan kesejajaran
tubuh dan mobilisasi (Potter dan Perry, 2005).
Rencana keperawatan didasari oleh satu atau lebih tujuan berikut ini (Potter
dan Perry, 2005) :
a. Mempertahankan kesejajaran tubuh yang tepat
b. Mencapai kembali kesejajaran tubuh yang tepat ataupun pada tingkat optimal
c. Mengurangi cidera pada sistem kulit dan musculoskeletal dari ketidaktepatan
mekanika atau kesejajaran
e. Mencegah kontraktur
f. Mempertahankan kepatenan jalan nafas
g. Mencapai ekspansi paru dan pertukaran gas optimal
h. Memobilisasi sekresi jalan nafas
i. Mempertahankan fungsi kardiovaskular
j. Meningkatkan toleransi aktivitas
k. Mencapai pola eliminasi normal
l. Mencapai sosialisasi
m. Mencapai kemandirian penuh, dalam aktivitas perawatan diri
n. Mencapai stimulasi fisik dan mental
Contoh rencana asuhan keperawatan untuk hambatan mobilisasi fisik (Potter
dan Perry, 2005) :
Diagnosa keperawatan :
Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri bahu kiri ditandai dengan
klien tampak meringis kesakitan, skala nyeri : 6, dan klien terlihat sering
memegang bahu kirinya.
Defenisi :
Hambatan mobilisasi fisik merupakan kondisi ketika individu menunjukkan
keterbatasan kemampuan mobilitas fisik secara bebas (Kim et al, 1995).
Tujuan Hasil yang
diharapkan
Intervensi Rasional
Klien akan
pada saat klien
memulai
pada bahu
2. Ajarkan klien
B. Asuhan Keperawatan Kasus
1. Pengkajian
PROGRAM DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT
I. Biodata
Identitas
Nama : Ny.DH
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 29 tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl.Pelajar Gg.Damai No.21 Medan
Tanggal Masuk RS : 17 Juni 2013
No.Register : 88.41.57
Ruangan/kamar : Ruang V Obgyn/Tanjung II
Golongan darah : AB
Tanggal Pengkajian : 18 Juni 2013
Tanggal operasi : 17 Juni 2013
II. KELUHAN UTAMA :
Ny.DH mengeluh tidak bisa bergerak secara leluasa dan harus dibantu secara
total dalam pemenuhan aktivitas sehariannya selama dirawat di Rumah Sakit
karena adanya luka operasi ±8 cm di area abdomen.
III.RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
A. Provocative/palliative
1. Apa penyebabnya
Ny.DH mengatakan adanya luka operasi yang masih baru membuatnya
terbatas dalam bergerak.
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan
Untuk mengatasi hal tersebut keluarga Ny.DH membantunya dalam
memenuhi kebutuhan Ny.DH.
B. Quantity/quality
1. Bagaimana dirasakan
Ny.DH mengatakan dia takut bergerak karena adanya luka operasi di area
abdomen klien sehingga akan terasa sakit ketika dia bergerak.
2. Bagaimana dilihat
Ny.DH terlihat gelisah, dan cemas serta sangat berhati-hati saat merubah
posisi tubuhnya.
C. Region
1. Dimana lokasinya
Luka operasi dengan posisi melintang terdapat di area inguinal ±8 cm.
2. Apakah menyebar
D. Severity
Ny.DH mengatakan hal tersebut mengganggu aktivitas pasien.
E. Time
Ny.DH mengatakan bahwa akan selalu membutuhkan bantuan dari keluarga
selama lukanya belum kering (sembuh).
IV.RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
A. Penyakit yang pernah dialami
Ny.DH mengatakan selama ini dia tidak pernah menderita penyakit yang akut
maupun kronis, namun sesekali mengalami batuk-batuk, demam, sakit kepala.
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Kalau batuk, sakit kepala atau demam Ny.DH membeli obat di warung
terdekat.
C. Pernah dirawat/dioperasi
Ny.DH mengatakan tidak pernah dirawat di Rumah Sakit ataupun dioperasi
sebelumnya.
D. Lama dirawat
Ny.DH mengatakan tidak pernah dirawat di Rumah Sakit ataupun dioperasi
sebelumnya.
E. Alergi
Ny.DH mengatakan tidak ada alergi terhadap makanan ataupun obat-obatan,
dan sebagainya.
F. Imunisasi
V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
A. Orang tua
Ibu dari Ny.DH menderita penyakit diabetes melitus.
B. Saudara kandung
Ny.DH mengatakan kakak kandungnya (Tn.RH) menderita diabetes mellitus.
C. Penyakit keturunan yang ada
Penyakit keturunan pada keluarga Ny.DH adalah dibetes mellitus.
D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Tidak ada keluarga Ny.DH yang mengalami gangguan jiwa.
E. Anggota keluarga yang meninggal
Ayah Ny.DH telah meninggal dunia.
F. Penyebab meninggal
Ayah Ny.DH meninggal dunia karena sudah lanjut usia, tidak ada penyakit
kronis.
VI.RIWAYAT OBSTETRIK
G : 2 P : 1 A : -
HPHT : 13 September 2012 TTP : 20 Juni 2013
No. Umur Riwayat Kondisi
Anak
Penolong
Kehamilan Persalinan Nifas
1. 3 thn 37 minggu SC 3 hari Sehat Dokter
VII.RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL
A. Persepsi pasien tentang penyakitnya
Ny.DH mengatakan dia akan cepat sembuh dan akan menjaga kesehatannya
ketika pulang ke rumah.
B. Konsep Diri
a. Gambaran diri : Ny.DH mengatakan bahwa dirinya sangat senang akan
kelahiran anak keduanya yang terlahir dengan sehat dan
kondisi Ny.DH juga sehat.
b. Ideal diri : Ny.DH mengatakan bahwa luka operasi tersebut
mengganggu aktivitasnya.
c. Harga diri : Ny.DH merasa bahwa ia telah sempurna menjadi seorang
wanita karena telah melahirkan dua orang anak yang
sehat-sehat.
d. Peran diri : Ny.DH merasa dirinya akan memaksimalkan perannya
sebagai seorang ibu yang baik bagi suami dan anak-
anaknya.
C. Keadaan emosi
Ny.DH tidak gampang marah atau tersinggung ketika dianamnesa.
D. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti : Ny.DH sangat menyayangi suaminya dan
anak-anaknya.
b. Hubungan dengan keluarga : Hubungan Ny.DH dengan keluarganya
terjalin baik, terlihat selama Ny.DH
dirawat si Rumah Sakit banyak keluarga
yang menjenguknya.
c. Hubungan dengan orang lain : Selama Ny.DH dirawat di Rumah Sakit dia
berhubungan baik dengan pasien yang lain.
d. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Ny.DH terlihat tidak mengalami hambatan ketika berhungan dengan orang
E. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Ny.DH menyakini bahwa agamanya benar dan
masih mengajarkan hal-hal yang benar.
b. Kegiatan ibadah : Ny.DH sering beribadah ke gereja dan di rumah
juga sering berdoa.
VIII. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum
Ny.DH terlihat gelisah, cemas, lemas, dan sangat berhati-hati saat merubah
posisi tubuhnya serta terlihat pucat dan tidak bersemangat.
B. Tanda-tanda vital
a. Suhu tubuh : 37ºC
b. Tekanan darah : 110/70 mmHg
c. Nadi : 76x/i
d. Pernafasan : 20x/i
e. Skala nyeri : 5 (sedang)
f. TB : 165 cm
g. BB : 54 cm
C. Pemeriksaan Head to toe
Kepala dan rambut
a. Bentuk : Saat pengkajian bentuk kepala Ny.DH
terlihat bulat
b. Kulit kepala : Kulit kepala tampak bersih
c. Penyebaran dan keadaan rambut : Rambut terlihat lebat dan juga terlihat sehat
d. Bau : Rambut tidak berbau
e. Warna kulit : Putih
Wajah
a. Warna kulit : Kulit wajah tampak pucat
Mata
a. Kelengkapan dan kesimetrisan : Kedua mata dalam fungsi normal dan
terlihat simetris
b. Palpebra : Tidak ada kelainan
c. Konjungtiva dan sclera : Anemis
d. Pupil : Isokhor
e. Cornea dan Iris : Tidak tampak kelainan saat pengkajian
f. Visus : Tidak tampak kelainan saat pengkajian
g. Tekanan bola mata : Tidak tampak kelainan saat pengkajian
Hidung
a. Tulang hidung dan posisi septum nasi : Tidak ada kelainan, septum masih
ditengah
b. Lubang hidung : Simetris dan bersih (tidak ada
penumpukan sekret)
c. Cuping hidung : Tidak ada pernafasan cuping
hidung
Telinga
a. Bentuk telinga : Simetris
b. Ukuran telinga : Simetris
c. Lubang telinga : Simetris
d. Ketajaman pendengaran : Normal
Mulut dan faring
a. Keadaan bibir : Lembab
b. Keadaan gusi dan gigi : Bersih, tidak ada perdarahan
c. Keadaan lidah : Tidak ada tanda stomatitis
d. Orofaring : tidak ada kelainan
Leher
b. Thyroid : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
c. Suara : Tidak ada kelainan
d. Kelenjar limfe : Tidak ada penyebaran kelenjar limfe
e. Vena jugularis : Teraba, tidak ada kelainan
f. Denyut nadi karotis : Teraba, tidak ada kelainan
Pemeriksaan integument
a. Kebersihan : Kulit tampak bersih
b. Kehangatan : Akral hangat
c. Warna : Kulit di telapak tangan dan wajah tampak pucat
d. Kelainan pada kulit : Tidak ada kelainan
Pemeriksaan payudara dan ketiak
a. Ukuran dan bentuk : Simetris, tidak ada kelainan
b. Warna payudara dan areola : Areola berwarna kecoklatan
c. Kondisi payudara dan putting : Putting susu menonjol keluar
d. Produksi ASI : Produksi ASI Ny.DH dalam kondisi yang
baik
e. Aksilla dan clavicula : Tidak ada kelainan
Pemeriksaan thoraks/dada
a. Pernafasan (frekuensi, irama) : 20x/i, regular
b. Tanda kesulitan bernafas : Tidak ada tanda kesulitan bernafas
Pemeriksaan paru
a. Palpasi getaran suara : Simetris antara
kedua bagian
b. Perkusi : Timpani
c. Auskultasi (suara nafas, suara ucapan, suara tambahan) : Tidak ada kelainan
Pemeriksaan jantung
b. Palpasi : Tidak ada kelainan
c. Perkusi : Timpani
d. Auskultasi : Bunyi jantung Lub Dup
Pemeriksaan abdomen
a. Inspeksi (bentuk, benjolan) : Ada bekas operasi sekitar ±8 cm, tidak ada
benjolan
b. Auskultasi : Bising usus normal (12x/i)
c. Perkusi (suara abdomen) : Tidak ada kelainan
Pemerikasaan kelamin dan daerah sekitarnya
a. Genitalia : Rambut pubis sudah dicukur sebelum
operasi, lubang uretra ada
b. Anus dan perineum : Ada anus, perineum bersih
c. Pada ibu Nifas : Ny.DH 3 kali ganti duk dalam sehari dengan
jumlah darah banyak, tidak berbau amis, berwarna
merah kental kecoklatan. Tidak ada episiotomi.
Pemeriksaan musculoskeletal/ekstremitas (kekuatan otot, edema) :
a. Pemeriksaan edema : Tidak ada edema
b. Kekuatan otot : Ekstremitas atas 5, Ektremitas bawah 5
Fungsi motorik :
a. Cara berjalan : Ny.DH tidak dapat berjalan, karena ada luka operasi di area abdomen
b. Romberg test : Tidak normal, Ny.DH tidak dapat berjalan
c. Pronasi-supinasi test :Ny.DH tidak dapat melakukan posisi pronasi karena adanya luka operasi di area abdomen
Fungsi sensorik (identifikasi sentuhan, tes tajam tumpul, panas dingin, getaran) :
b. Tes tajam-tumpul : Ny.DH dapat merasakan tes tajam maupun tes tumpul
c. Tes panas-dingin : Ny.DH dapat merasakan sensasi dingin
d. Tes getaran : Ny.DH mampu merasakan getaran pada seluruh tubuh
e. Streognosis test : Ny.DH dapat mengidentifikasi objek yang diletakkan pada telapak tangannya
f. Graphestesia test : Ny.DH dapat mengidentifikasi tulisan pada telapak tangannya
g. Membedakan dua titik : Ny.DH dapat merasakan dua titik stimulus saat pertama kali diberikan
h. Topognosis test : Ny.DH mampu mengidentifikasi bagian tubuh yang diberi sentuhan
IX.POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
I. Pola makan dan minum
a. Frekuensi makan/hari : 3 kali
b. Nafsu/selera makan : Ny.DH kurang selera makan
c. Nyeri ulu hati : Tidak ada nyeri ulu hati
d. Alergi : Tidak ada riwayat alergi
e. Mual dan muntah : Tidak ada keluhan mual/muntah
f. Waktu pemberian makan : Pagi, Siang, Sore
g. Jumlah dan jenis makan : 1 porsi, makanan biasa
h. Waktu pemberian cairan/minum : Tidak teratur, Ny.DH minum setiap merasa
haus, tidak terlihat ada kesusahan menelan
II. Perawatan diri/personal hygiene
a. Kebersihan tubuh : Ny.DH tampak bersih
b. Kebersihan gigi dan mulut : Gigi tampak bersih dan tidak ada
perdarahan
c. Kebersihan kuku kaki dan tangan : Kuku kaki dan tangan Ny.DH terlihat kotor
III.Pola kegiatan/Aktivitas
a. Uraian aktivitas pasien untuk mandi makan, eliminasi, ganti pakaian
dilakuakan secara mandiri, sebagian, atau total :
Ny.DH harus dibantu secara total dalam melakukan aktivitas sehari-harinya
selama dirawat karena adanya luka operasi oleh keluarganya atau perawat.
b. Uraian aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit:
Ny.DH tidak pernah melakukan aktivitas ibadah selama dirawat, kecuali
berdoa saat hendak makan.
IV.Pola eliminasi
1. BAB
a. Pola BAB : 1 X sehari
b. Karakter feses : Padat, kuning, lembek
c. Riwayat perdarahan : Mengganti duk 3Xsehari
d. Diare : Tidak ada diare
2. BAK
a. Pola BAK : 6 X sehari
b. Karakter urine : Jernih
c. Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : Tidak ada riwayat penyakit
perkemihan
2. Analisa data
No. Data : Etiologi : Masalah :
terasa sakit (nyeri)
Luka Post Operasi SC
dengan ukuran ±8 cm
Kurang pengetahuan
klien tentang pentingnya
pergerakan dalam proses
penyembuhan luka post
operasi yang masih baru
Hambatan
bila bergerak
operasi melintang
di area abdomen
±8 cm yang belum
kering
2. Ny.DH terlihat
berhati-hati saat
merubah posisi
tubuhnya
3. Rentang gerak
tubuh Ny.DH
terbatas
Klien takut bergerak
Klien membatasi dirinya
untuk melakukan
aktivitas mandiri
Klien memerlukan
bantuan dari perawat dan
keluarga untuk
melakukan mobilisasi
Mobilitas fisik, hambatan
2. DS :
1. Ny.DH
mengatakan tidak
bisa tidur karena
nyeri luka operasi
di area abdomen.
2. Ny.DH mengeluh
tidak bisa tidur
karena merasa
lingkungan di
Rumah Sakit tidak
nyaman, panas.
DO :
1. Konjungtiva
Kondisi
lingkungan/ruangan yang
tidak nyaman (panas,
berbau)
Respon psikologis klien
terhadap kondisi
lingkungan
Klien merasa tidak
nyaman
Klien tidak bisa istirahat
(tidur) dengan baik
Gangguan pola
anemis.
2. Wajah tampak
pucat.
3. Malaise.
4. Ny.DH tampak
tidak bersemangat
dan lemas.
5. TD : 110/70
mmHg.
Klien kurang tidur
Pola istirahat dan tidur,
gangguan
3. Diagnosa Keperawatan (Prioritas)
1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan mobilisasi fisik,
ruang gerak tubuh yang terbatas ditandai dengan adanya luka operasi di area
abdomen ±8 cm, pemenuhan kebutuhan Ny.DH dibantu oleh keluarga.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri luka operasi dan lingkungan
yang tidak nyaman ditandai dengan Ny.DH tampak lemas, pucat, konjungtiva
4. Perencanaan
1. Ny.DH mampu melakukan aktivitasnya secara
mandiri.
Kriteria hasil :
1. Makan sendiri
2. Memakai pakaian sendiri
3. Menyisir rambut sendiri
4. Berjalan sendiri
Rencana Tindakan Rasional
Rabu/
18 Juni
2013
1. 1. Kaji faktor penyebab
imobilisasi (mis, luka
operasi, fraktur, traksi,
dll).
2. Tingkatkan mobilitas
dan pergerakan yang
optimal.
3. Tingkatkan mobilitas
ekstremitas, tentukan
tipe latihan ROM yang
sesuai untuk klien
(pasif, aktif resistif, aktif
asistif).
4. Anjurkan klien latihan
ambulasi dengan
1. Untuk mengetahui
faktor menyebab.
2. Latihan fisik
dibutuhkan untuk
meningkatkan sirkulasi
dan kekuatan
kelompok otot yang
diperlukan untuk
ambulasi.
3. Latihan fisik
dibutuhkan untuk
meningkatkan sirkulasi
dan kekuatan
kelompok otot yang
diperlukan untuk
ambulasi.
4. Program latihan teratur
melakukan jalan-jalan
yang sering dan singkat
(setidaknya 3 kali
sehari), dengan
dampingan jika kondisi
klien tidak stabil.
5. Upayakan untuk
memasukkan latihan
ROM ke dalam kegiatan
harian klien.
6. Posisikan klien tubuh
sejajar untuk mencegah
komplikasi.
7. Hindari duduk atau tidur
dalam posisi yang sama
untuk waktu yang lama.
8. Lakukan mobilitas
progresif.
9. Bantu klien bangkit ke
posisi duduk sacara
perlahan.
10.Jika klien tidak mampu
berjalan, bantu klien
untuk turun dari tempat
tidur ke kursi roda atau
ke kursi.
11.Beri kesempatan pada
klien untuk berlatih
melakukan aktivitas
perawatan diri (mis;
dapat membantu
mempertahankan
integritas fungsi sendi.
5. Program latihan teratur
yang meliputi ROM
dapat membantu
mempertahankan
integritas fungsi sendi.
6. Memperthankan
integritas kulit.
7. Memperthankan
integritas kulit.
8. Latihan fisik
meningkatkan
kemandirian klien.
9. Meningkatkan ruang
gerak klien.
10.Menghindari risiko
cidera.
11.Latihan fisik
meningkatkan
makan sendiri,
berpakaian, menyisir
rambut).
12.Beri obat pereda nyeri
sesuai kebutuhan,
khususnya sebelum
beraktivitas.
13.Berikan pendidikan
kesehatan ( metode
berpindah dari tempat
tidur ke kursi roda atau
ke kursi).
14.Ajarkan klien berbagai
tindakan kewaspadaan
yang diperlukan untuk
keamanan klien.
12.Meredakan nyeri,
memberi rasa nyaman
pada klien.
5. Implementasi dan Evaluasi
Hari/
tanggal
Implementasi Evaluasi
Rabu/
18 Juni
2013
1. Melakukan pengkajian dan
pemeriksaan fisik
2. Memonitoring vital sign.
3. Menentukan tipe latihan ROM
yang sesuai dengan kondisi
klien.
4. Menganjurkan klien untuk
melakukan latihan ROM Aktif
minimal 4 kali sehari.
5. Menganjurkan klien latihan
ambulasi dengan melakukan
S : Ny.DH mengatakan
bahwa dia sudah bisa
melakukan aktivitas
mandiri yang ringan,
seperti; makan, minum,
menyisir rambut, dan
bangkit dari tempat tidur
untuk duduk di tempat
tidur.
Ny.DH mengatakan ia
jalan-jalan yang sering dan
singkat (setidaknya 3 kali
sehari), dengan menyuruh
keluarga mendampingi jika
kondisi klien tidak stabil.
6. Menganjurkan klien untuk
berlatih melakukan aktivitas
perawatan diri (mis; makan
sendiri, berpakaian, menyisir
rambut).
7. Kolaborasi dengan dokter
dalam memberikan obat pereda
nyeri sesuai dengan kebutuhan.
8. Memberikan pendidikan
kesehatan ( metode berpindah
dari tempat tidur ke kursi roda
atau ke kursi).
9. Mengajarkan klien berbagai
tindakan kewaspadaan yang
diperlukan untuk keamanan
klien.
O : Ny.DH terlihat sudah
bisa berpindah posisi, dari
tidur menjadi duduk.
A : Masalah teratasi
sebagian.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Manusia mempunyai kebutuhan dasar (kebutuhan pokok) untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Walaupun setiap individu mempunyai
karakteristik yang unik, kebutuhan dasarnya sama. Perbedaannya hanya dalam
cara pemenuhan kebutuhan dasar tersebut (Asmadi, 2008).
Kebutuhan dasar manusia merupakan fokus dalam asuhan keperawatan. Bagi
pasien yang mengalami gangguan kesehatan, maka kemungkinan ada satu atau
beberapa kebutuhan dasarnya yang akan terganggu. Sedangkan proses
keperawatan merupakan pengetahuan dasar perawat dalam melakukan asuhan
keperawatan, sehingga pemahaman terhadap proses keperawatan menjadi
keharusan bagi perawat yang akan melakukan praktik keperawatan (Tarwoto dan
Wartonah, 2006).
Menurut teori Handerson, manusia memiliki 14 kebutuhan dasar yang harus
dipenuhinya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, dimana salah satu
diantaranya ialah kebutuhan dasar untuk bergerak atau yang biasa disebut dengan
mobilisasi.
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah,
dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Setiap orang
butuh untuk bergerak (Mubarak dan Chayatin, 2007).
Mekanika tubuh meliputi pengetahuan tentang bagaimana dan mengapa
kelompok otot tertentu digunakan untuk menghasilkan dan mempertahankan
gerakan secara aman. Dalam menggunakan mekanika tubuh yang tepat perawat
perlu mengerti pengetahuan tentang pergerakan, termasuk bagaimana
mengkoordinasikan gerakan tubuh yang meliputi fungsi integrasi dari sistem
skeletal, otot, skelet, dan sistem saraf. Selain itu, ada kelompok otot tertentu yang
terutama digunakan untuk pergerakan dan kelompok otot lain membentuk
Dari seluruh uraian Penulis tentang Asuhan Keperawatan pada Ny.DH dengan
masalah kebutuhan dasar mobilisasi dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pengkajian keperawatan kepada keluarga Ny.DH dilakukan dengan
wawancara, pemeriksaan fisik, observasi, dan data dokumentasi untuk
memperoleh data yang akurat.
2. Diagnosa yang ditemukan pada Ny.DH adalah Gangguan mobilisasi :
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan mobilisasi fisik,
ruang gerak tubuh yang terbatas ditandai dengan adanya luka operasi di
area abdomen ±8 cm, pemenuhan kebutuhan Ny.DH dibantu oleh
keluarga.
3. Perencanaan keperawatan yang dilakukan kepada Ny.DH sesuai dengan
kondisi pasien.
4. Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan berdasarkan rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun sebelumnya dan adanya kerja sama yang
baik antara penulis dan keluarga pasien.
5. Asuhan keperawatan yang dilakukan pada Ny.DH dilakukan dengan
pendekatan proses keperawatan yang mengacu pada teori dan
mengedepankan prinsip humanis holistik.
6. Kebutuhan dasar mobilisasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
esensial dan berperan penting dalam menentukan kelangsungan hidup
manusia.
B. Saran
1. Bagi Pelayanan Kesehatan
Agar petugas kesehatan selalu memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif kepada pasien.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Agar lebih meningkatkan penerapan dan pengajaran asuhan keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi, (2008). Teknik Prosedural Keperawatan ; Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.
Hidayat, A.A Alimul, (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Mubarak, I dan Chayatin, N, (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia ; Teori dan Aplikasi dalam Praktik. Jakarta : EGC.
Potter, A dan Perry, G, (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan ; Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Tarwoto dan Wartonah, (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.
Lampiran
Catatan Perkembangan
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
No.
Dx
Hari/
tanggal
Pukul Tindakan Keperawatan Evaluasi
1. Rabu/
Perkenalan dengan klien,
membina hubungan saling
percaya dengan Ny.DH dan
meminta persetujuan untuk
menjadikan klien kelolaan
selama penelitian di Rumah
Sakit.
Mengukur tanda-tanda vital
TD:110/70mmHg HR :76x/i
RR:20x/I T : 37ºC
Skala nyeri : 5 (Sedang)
Memberi diet klien dan
menganjurkan klien untuk
makan sendiri.
Mengajarkan klien ROM Aktif
dan menganjurkan klien untuk
melakukan latihan ROM Aktif
±4 kali sehari.
Memberikan pendidikan
kesehatan ( metode berpindah
dari tempat tidur ke kursi roda
atau ke kursi) dan
mendemonstrasikannya kepada
Ny.DH.
S : Ny.DH berkata
bahwa ia takut
luka operasinya
susah sembuh jika
No.
Menanyakan kondisi Ny.DH
dan menanyakan tentang
personal hygiene Ny.DH.
Mengukur tanda-tanda vital
TD:110/80mmHg HR :80x/i
RR:24x/I T :37ºC
Skala nyeri : 4 (Sedang)
Menganjurkan klien untuk
melakukan latihan ambulasi
(berjalan-jalan singkat tapi
sering) dengan didampingi oleh
keluarga.
Memberi diet pada klien.
Mengajarkan klien berbagai
tindakan kewaspadaan yang
diperlukan untuk keamanan
klien.
Menganjurkan klien untuk
berlatih melakukan aktivitas
perawatan diri (mis; makan
sendiri, berpakaian, menyisir