• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemikiran dan aktivitas dakwah K.H.Syukron MA'Mun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemikiran dan aktivitas dakwah K.H.Syukron MA'Mun"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

PEMIKIRAN DAN AKTIVITAS DAKWAH

KH. SYUKRON MA’MUN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos. I)

Oleh

Husnul Khotimah ZA

NIM: 104051001905

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

PEMIKIRAN DAN AKTIVITAS DAKWAH

K.H. SYUKRON MA’MUN

Skripsi

Di tujukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

Husnul Khotimah ZA

NIM:104051001905

Di bawah bimbingan

Drs. Wahidin Saputra, M . A.

NIP: 150 276 299

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS

DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skiripsi yang berjudul PEMIKIRAN DAN AKTIVITAS DAKWAH KH. SYUKRON MA’MUN telah diujikan dalam siding munaqosah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 17 Desember 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.SoS.I) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 17 Desember 2008 M

Panitia Sidang Munaqosah

Ketua

Drs. Mahmud Jalal, MA NIP. 150 202 342

Sekretaris

Umi Musyarofah, MA NIP. 150 281 980

Anggota

Penguji I

Dra. Hj. Asriati Jamil, M.Hum NIP. 150 244 766

Penguji II

Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA NIP. 150 270 815

Pembimbing

(4)

Lembar Pernyataan

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos. I) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 15 Desember 2008

(5)

ABSTRAK

Dakwah adalah ajakan atau seruan kepada umat manusia untuk menuju

kebahagiaan dunia akhirat sesuai dengan pedoman Al-Qur’an dan Hadits. Dakwah

hukumnya wajib bagi setiap individu untuk saling menyeru dalam hal kebaikan dan

mencegah kepada kemungkaran, secara teoritis aktivitas dakwah bisa berjalan dengan

baik jika para dai memenuhi unsur-unsur dakwah. Salah satu unsur dakwah yang

terpenting adalah media dakwah sebagai alat Bantu bagi dai dalam menyebarkan

peran-peran dakwahnya kepada mad’u. Seiring dengan perkembangan tekhnologi komunikasi,

maka media dakwah pun semakin berkembang dan canggih. Konsekuensinya seorang dai

harus mampu menggunakannya.

Kegiatan dakwah merupakan suatu aktivitas yang mulia, dimana setiap muslim

dapat melakukan amar ma’ruf nahi munkar sehingga dapat tercipta tujuan dakwah yang

hakiki, yakni membentuk khaerul ummah. Karena pada dasarnya hakikat dakwah merupakan suatu proses kesinambungan yang ditangani oleh pengemban dakwah untuk

mengukuhkan sasaran dakwah agar masuk kejalan Allah.

Begitu juga dengan berfikir merupakan aktivitas yang tidak bisa dipisahkan dari

kehidupan manusia. Selama kesadaran terjadi, selama itu pula aktivitas berfikir

berlangsung.

Dari pernyataan di atas penulis tertarik dengan seorang tokoh da’I K.H. Syukron

Ma’mun yang menyampaikan dakwah sesuai dengan kadar akal fikir yang di dakwahi,

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Dzat Yang Maha Agung dan Maha

Bijaksana, tiada kata yang paling indah yang penulis ungkapkan dengan penuh

keikhlasan hati, selain kata syukur serta ni’mat yang tiada henti, atas kehadirat Allah

SWT yang selalu senantiasa mencucurkan rahmat, taufik, dan hidayah– NYA, sehingga

dengan ridho dan izin – NYA, juga disertai dengan usaha yang sungguh-sungguh

akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas yang mulia ini dengan baik.

Lantunan shalawat serta salam tak lupa selalu tercurahkan untuk panutan dan suri

tauladan kita, pemimpin akhir zaman ya’ni Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, yang

telah membawa umatnya dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh dengan

ketenangan serta kedamaian. Kesejahteraan dan keselamatan semoga selalu mengiringi

keluarga, dan para sahabat-sahabatnya, juga kita sebagai ummatnya semoga mendapatkan

syafa’atul ‘uzma dihari akhir nanti.

Dengan taufik dan hidayah dari Allah SWT, serta usaha yang keras yang dilakukan,

penulis begitu menyadari bahwa masih sangat jauh dari yang namanya sebuah

kesempurnaan, namun berkat doa, bantuan serta dukungan yang begitu banyak dari

berbagai pihak, syukur alhamdulillah akhirnya penulis dapat menyusun skripsi hingga

selesai dengan judul “Pemikiran dan Aktivitas Dakwah K.H Syukron Ma’mun.”

Dalam kesempatan ini penulis sadar bahwa tidak dapat menghindari keterlibatan

(7)

penulis. Motivasi, teguran, semangat serta do’a dan nasehat yang tak pernah mengenal

lelah dan bosan hingga skripsi ini terselesaikan dengan baik. Oleh sebab itu, penulis amat

sangat perlu untuk menyampaikan ucapan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak. Dr. H. Murodi, M.A., sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi,

Drs. Arief Subhan, M.Ag., Pembantu Dekan Satu (PUDEK I) Drs. Mahmud

Djalal, M.A., Pembantu Dekan Dua (PUDEK II) dan Drs. Study Rizal, M.A.,

Pembantu Dekan Tiga (PUDEK III) yang telah memberikan kesempatan yang

berharga kepada penulis, sehingga penulis dapat mengaplikasikan dan

menuangkan pemikiran-pemikiran dalam karya tulis ini.

2. Bapak. Drs. Wahidin Saputra, M.A., selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing yang tiada henti

meluangkan waktunya, memberikan masukan, kritik dan sarannya, serta selalu

mengarahkan dan membimbing, juga memberikan dorongan dan semangat kepada

penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan hati selama penulisan

berlangsung, sehingga penulis dapat menyelesaiakan skripsi ini dengan baik.

3. Ibunda. Umi Musyarrafah M.A., sebagai Sekretaris Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam, yang begitu baik telah memberikan bantuan serta semangatnya

kepada penulis.

4. Bapak. Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban, M.A., selaku Dosen Pembimbing

Akademik KPI E , yang telah banyak memberikan masukan , saran, semangat,

dan perhatiannya juga nasehatnya kepada penulis yang tak ada hentinya dan tak

(8)

semoga kebaikan-kebaikan yang beliau berikan mendapatkan balasan dari

ALLAH SWT, amin.

5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang banyak

memberikan ilmunya dan yang diiringi dengan kesabaran dalam mendidik penulis

selama menuntut ilmu, semoga ini semua menjadi pelajaran juga pengalaman

yang baik dan bermanfaat untuk penulis di kemudian hari.

6. Segenap Karyawan, dan staf-staf Fakultas Dakwah dan Komukikasi, juga tak lupa

segenap Pimpinan dan Karyawan Pepustakaan dakwah dan Pepustakaan Umum

UIN Syarif Hidayatullah, terima kasih sebanyak-banyaknya karena telah

memberikan dan menyediakan fasilitas yang begitu banyak dalam bentuk

buku-buku untuk dijadikan bahan referensi, sehingga penulis mendapatkan kemudahan

dalam penulisan skripsi ini.

7. Yang terhormat Bapak K.H Syukron Ma’Mun, penulis mengucapkan beribu-ribu

terima kasih atas kesediaannya menjadi nara sumber dan bersedia meluangkan

waktunya disela-sela kesibukannya. Juga kepada Bapak H. Muhammad Faiz L.c.,

yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh data-data tentang profil

dan yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini, penulis tidak dapat

memberikan apa-apa dan juga tidak bisa membalas dengan apapun, penulis hanya

bisa berdoa semoga Allah SWT jualah yang akan memberikan limpahan kasih

sayang serta cucuran rahmat-NYA kepada beliau.

8. Ust. Tibagus Masnun yang telah begitu banyak membantu penulis dalam

memperoleh data-data profil sehingga penulis selalu mendapatkan kemudahan

(9)

memberikan bantuan, semangat serta do’anya, serta para Asaatidz tang tak dapat

penulis sebutkan satu demi satu, namun semua itu tak mengurangi rasa ta’zim

sedikit pun kepada beliau-beliau, yang selalu memberikan nasehat dan doa yang

begitu amat banyak, sehingga penulis selalu semangat dan yakin dalam setiap

langkahnya selama menjalani proses pembuatan skripsi ini. Semoga Allah selalu

memberikan limpahan kasih sayang serta keberkahan nya kepada beliau-beliau.

amin

9. Yang paling penulis cintai dan hormati, yaitu Ayahanda H. Zainal Arifin yang

telah memberikan kesempatan belajar dari kecil hingga beranjak dewasa, dan

yang tiada henti mendoakan serta mendukung penulis dengan penuh kesabaran.

Juga tak akan pernah lupa orang yang selalu membuat hati ini bergetar dan

membuat air mata ini selalu mengalir ketika kuingat dan ku sebut namanya,

Ibunda Hj. Masyithoh (almrhmh) “Allohummagfirlahaa” yang selalu menjadi

inspirasi dan semangat dalam setiap langkahku, semoga Allah menempatkanmu

ditempat yang terbaik disisi-NYA. Babeh,Ibu…..terima kasih ku ucapkan akan

cinta dan kasih sayang yang selama ini kalian berdua berikan, tak akan

terbalaskan oleh apapun, pengorbananmu akan terus terukir dihatiku.

10.yang paling penulis sayangi, kakanda Siti Masyrofah, yang telah memberikan

kontribusi begitu banyak kepada penulis yang tak dapat kusebutkan, tanpa

mengenal kata lelah dan bosannya memberikan dukungan dan semangat juga doa

yang tiada henti. Juga kepada adinda Siti Fadhilaturrohmah, yang selalu

mendengarkan keluh dan kesah, disaat penulis sedang mengalami kesulitan.

(10)

bagian dari hidupku, mudah-mudahan Allah selalu memberikan kasih sayang

ketentraman dan keberkahan dalam kehidupan kita semua.

11.Untuk mereka, keluarga besarku abang-abang dan mpo-mpo ku yang tak dapat

disebutkan satu persatu, yang selalu mencurahkan kasih sayangnya, perhatian

yang begitu besar dan do’a yang selalu terucap dari lisan mereka untuk penulis,

sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini. Semoga segala apa yang

kalian berikan mendapatkan pahala yang berlimpah dimata Allah SWT.

12.Sahabat penulis, ukhti (St. Sholeha) yang selalu mendengarkan keluh kesah penulis, yang tidak pernah berhenti memberikan perhatiannya, semangat, dan juga

do’a nya. Penulis hanya dapat membalasnya dengan sebuah do’a yang begitu

tulus, semoga Allah limpahkan kasih sayangnya untuk ukhti, amin.

13.Teman-teman penulis, yaitu Meong, Lael, Mamend dan Hasan yang telah

memberikan bantuan, dukungan, semangatnya, dan juga do’anya serta

perhatiannya yang begitu besar kepada penulis selama penulisan skripsi ini

berjalan.

14.Rekan-rekan penulis lainnya kelas KPI E angkatan 2004 yang tak dapat penulis

sebutkan satu persatu, tapi tak mengurangi rasa hormat dan ucapan terima kasih

yang telah banyak mamberikan pengalaman dalam pergaulan (silaturrahmi).

Semoga mereka semua menjadi orang yang bermanfaat untuk kehidupan yang

akan datang.

15.Hj. Rose (ka iyong) dan bapak sugi, penulis ucapkan rasa terima kasih yang

begitu besar atas doa dan bantuannya yang begitu tulus kepada penulis, semoga

(11)

16.Tak lupa penulis ucapakan rasa terima kasih banyak kepada pegawai foto copy

Panda( Mas Agus) yang selalu membantu dan memberikan semangat nya kepada

penulis, juga kepada rental Yobana yang telah begitu baik membantu penulis selama proses pembuatan skripsi ini.

Akhirnya penulis dengan segala kerendahan hati , amat menyadari bahwa

skripsi yang telah penulis selesaikan ini masih sangat jauh dari yang namanya

sebuah kesempurnaan dan penulis berharap kepada pribadi dan pembaca dari

berbagai kalangan bias memberikan saran serta kritikan yang membangun untuk

masa depan yang lebih baik.

Jakarta, 15 Desember 2008

(12)

DAFTAR ISI

JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Metodologi Penelitian ... 11

F. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Pemikiran ... 13

B. Pengertian Dakwah ... 22

C. Unsur-unsur Dakwah ... 28

D. Hakikat Dakwah ... 40

(13)

B. Latar Belakang Pendidikan ... 52

C. Perjalanan dakwah K.H. Syukron Makmun ... 53

D. Karya-karya K.H.Syukron Ma’mun ... 56

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN dan AKTIVITAS DAKWAH K.H.SYUKRON

MAKMUN

A. Konsep Pemikiran dakwah K.H.Syukron Makmun ... 58

B. Aktivitas Dakwah K.H.Syukron Makmun ... 74

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 91

B. Saran – saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 93

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia hidup di Negara manapun memiliki budaya yang berbeda-beda, namun

hal ini bukanlah penghalang untuk berinteraksi dengan budaya Negara lain dalam

konteks Hubungan Internasional. Manusia di beri kebebasan untuk berbudaya, namun

tidak serta merta budaya Negara lain di adopsi untuk kemajuan Negara, hal ini perlu

di perhatikan, agar budaya asli pribumi tidak terkena dampak budaya negatif Negara

lain. Dalam artian bukan semua budaya Negara lain itu negatif, pasti ada segi

positifnya.

Sekarang manusia telah masuk abad 20-an dalam sejarah perjalanan dunia, hal

ini di tandai dengan berubahnya kondisi dan situasi cara hidup dan gaya hidup.

Dahulu manusia masih mengandalkan kemampuan fisik untuk kelangsungan

hidupnya. Seperti berladang, berburu, hidup berpindah-pindah serta melakukan

peperangan fisik jika terancam dirinya, namun zaman dan sejarah telah membawa

manusia berubah dari cara tradisional menjadi modern.

Di Barat, proses dari masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern di

sebut sebagai modernisasi. Secara historis, Galileo Galilei di anggap sebagai seorang

pahlawan dalam hal modernisasi, ia hidup pada zaman renainsans, abad kelahiran

baru. Para pemikir pada saat itu mulai menempatkan diri dalam kebebasan pribadi

dan dengan akal sehatnya mendobrak dogma gereja, serta menemukan

(15)

dalam bukunya “Politik Modernisasi” (1987, halaman 46 ): “Bahwa Galileo adalah

kemenangan akal, dan akal, yang di terapkan dalam masalah manusia, merupakan

landasan modernitas.”1

Industrialisasi adalah proses awal modernisasi, di mulai di Inggris pada abad

ke-18 dengan revolusi industri. Sejak itu, gejala ini meluas keseluruh Eropa dan Amerika Utara, yang di kenal sebagai negara maju, sebaliknya di

Negara-negara yang sedang berkembang, industrialisasi justru di sebabkan oleh modernisasi

dengan bermacam rencana-rencana pembangunan dalam bidang social ekonomi, dan

politik.

Modernisasi di Barat sedikit banyak mempunyai dampak kepada sejarah

peradaban Islam, khususnya di Indonesia. Kalangan muda dalam gerakan Islam

cukup sibuk membahas masalah modernisasi, sejah tahun 1967 atau 1968, ini tampak

dari tulisan-tulisan yang di muat di Koran-koran mahasiswa serta diskusi-diskusi

yang di selenggarakan, baik terbuka maupun terbatas.2 Para cendikiawan Muslim

Indonesia memandang:

“modernisasi adalah rasionalisasi yang di topang oleh dimensi-dimensi moral yang berpijak kepada prinsip iman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Akan tetapi kita sepenuhnya menolak pengertian yang menyatakan modernisasi adalah westrenisasi, sebab kita menolak westrenisasi.” Pendapat Dawam Rahardjo mengutip pandangan Nurcholish Madjid tentang modernisasi.3

Sedangkan kata modernisasi menurut Nurcholish Madjid memiliki pengertian

yang identik, atau hampir identik dengan pengertian rasionalisasi. Itu berarti, proses

perubahan pola berfikir dari tata kerja lama yang kurang rasional (aqliyah) dan

1

Pardoyo, Sekularisasi dalam Polemik (Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 1993), h.39. 2

Nurcholish Madjid, Islam Kemoderenan dan Keindonasian (Bandung: Mizan, 1994),h.175-177. 3

(16)

menggantinya dengan pola berfikir dan tata kerja baru yang aqliyah. Hal itu di lakukan dengan menggunakan penemuan mutakhir manusia di bidang ilmu

pengetahuan, sebagai hasil pemahaman manusia terhadap hukum-hukum objektif

yang menguasai alam, ideal dan materil, sehingga alam ini berjalan menurut

kepastian tertentu dan harmonis.

Aspek yang paling mencolok dari modernisasi suatu masyarakat, kelihatannya

mulai beralihnya tekhnik produksi tradisional ke tekhnik modern, pandangan ini

berdasarkan revolusi industri di Barat. Dalam proses modernisasi, pengikisan

pola-pola lama justru sering berakibat pula pada pengikisan nilai-nilai agama terhadap

pribadi masyarakat.

Salah satu kemajuan zaman ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan,

teknologi informasi,dan sebagainya. Begitu wajarnya, apabila pada zaman sekarang

ini tantangan serata tuntutan dakwah semakin keras dan semakin menjulang tinggi.

Pada era informasi ini, di mana lajunya informasi yang dapat kita terima dan serap

dari segala atau berbagai penjuru dunia, baik melaui media cetak maupun elektonik,

dan bahkan sekarang lebih modern lagi yaitu internet. Yang mana internet ini

menyajikan berbagai suguhan, baik yang bermuatan ilmu pengetahuan, hiburan,

sampai kepada hal-hal yang negatif. Beragam VCD beredar tanpa sensor,

komik-komik, dan novel juga demikian, kemudian tempat-tempat hiburan semakin

merajalela, itulah gambaran fakta yang terjadi di era globalisasi ini.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dakwah pun

mengalami perubahan makna yang semakin luas serta metodologi yang bervariasi

(17)

melaui tulisan yang dikenal dengan istilah dakwah “bil Qalam” yang merupakan bentuk dakwah yang lebih mudah dan sederhana. Kemudian juga metode dakwah

melaui dialog antar umat beragama yang merupakan salah satu sarana untuk

berdakwah.

Selain itu juga, di zaman sekarang ini muncul berbagai aliran-aliran baru, serta

pemikiran-pemikiran yang membuat masyarakat kita menjadi terpecah belah. Artinya,

dengan banyak aliran-aliran baru itu keyakinan serta kebudayaan yang selama ini di

yakininya itu bisa berubah, dikarenakan mereka masih awam sehingga dengan

mudahnya mereka terjerumus oleh aliran-aliran tersebut. Di tambah lagi dengan

adanya situs-situs internet, yang mana begitu banyak timbul pemikiran-pemikiran

baru yang dengan mudahnya juga masyarakat jadi ikut terbawa. Karena keadaan

masyarakat yang selalu identik dengan ilmu pengetahuan tinggi, sudah bisa

dipastikan dalam kehidupan sehari-harinya tidak terlepas dari informasi, baik yang

datang dari media cetak maupun elektronik. Media cetak adalah media yang

berhubungan dengan pempublikasian melalui majalah, buku, Koran, dan lain-lain.

Memang kita harus akui, bahwa segala sesuatu pasti mempunyai sisi positif dan

negatif, tergantung kepada manusia yang mempunyai hak prioritas untuk memilih.

Oleh karena itu, dengan demikian dituntut para generasi bangsa yang professional,

yang mampu menterjemahkan situasi dan kondisi masyarakat yang membenteng

dihadapan kita. Untuk itu, mubaligh atau para tokoh ulama harus mampu menghadapi

arus globalisasi secara terbuka dengan tidak menutup diri dari hal-hal yang serba

(18)

teknik-teknik dakwah yang cermat, teliti, dan harus mampu mengikuti kemajuan

zaman modern ini.

Dakwah merupakan aktivitas yang begitu lekat dengan kehidupan kaum

muslimin. Begitu dekatnya sehingga hampir seluruh lapisan masyarakat terlibat di

dalamnya. Dakwah juga “merupakan kewajiban bagi seluruh muslim yaitu mengajak

ke jalan yang ma’ruf dan mencegah segala kemungkaran. Dakwah adalah membina

umat manusia serta menyelamatkan mereka dari kesengsaraan dunia dan akhirat.”4

Upaya untuk mensyiarkan dan mengembangkan agama Islam adalah

merupakan amanah dan tugas yang mulia. Sebab hal ini pada dasarnya sebagai

realisasi dari kandungan Al-Qur’an dan Sunnah. Dalam mensyiarkan dan

mengembangkan dakwah tidak cukup hanya dengan kelengkapan konsep saja tetapi

dengan menggunakan metode yang bisa di terima oleh mad’unya.

Banyak sekali metode-metode dakwah yang di gunakan para da’I untuk

mengajak umat manusia khususnya muslimin dan muslimat menuju jalan keridhoan

Allah SWT. Salah satu cara yang khas dalam dakwah adalah ceramah mimbar, yang

mungkin inilah satu-satunya cara berdakwah menurut pandangan orang awam.

Padahal dakwah bisa di lakukan dengan metode apapun, misalnya melalui perbuatan,

pendekatan psikologis dan lain sebagainya, yang terpenting adalah bagaimana

caranya agar kapan dan dimanapun berada harus dapat mengingat Allah SWT.

Dengan berbagai fenomena kehidupan, kegiatan dakwah memiliki peranan

penting untuk dapat menopang dan akan menemukan kembali aspek yang paling

fundamental dalam sebuah kehidupan. Upaya mengajak manusia untuk tetap menjadi

makhluk yang baik selalu menghambakan dirinya terhadap Tuhan, yang wujudnya

4

(19)

menjalankan sebuah risalah atau misi yaitu menata kehidupan sesuai yang di

kehendaki oleh Allah SWT. Yang akan menjadi kebaikan di dalam kehidupan,

terbebas dari siksaan di dunia maupun di akhirat. Begitu juga dengan Islam adalah

etika dan kekuatan atau kasih sayang dan keadilan. Islam adalah kebudayaan dan

undang-undang, atau ilmu pengetahuan dan peradilan. Islam adalah materi dan

kekayaan atau usaha dan kecukupan. Islam jihad dan dakwah.

Makna dakwah adalah segala usaha dan kegiatan yang di sengaja dan berencana

dalam wujud sikap, ucapan, dan perbuatan yang mengandung ajakan dan seruan, baik

langsung maupun tidak langsung yang di tujukan pada orang perorangan, masyarakat

atau golongan supaya tergugah jiwanya, terpanggil hatinya kepada ajaran Islam,

untuk selanjutnya mempelajari dan menghayati serta mengamalkannya dalam

kehidupan sehari-hari.

Dakwah juga segala sesuatu yang tidak dapat di pisahkan dari dakwah yang

seperti: perekonomian tidak dapat di pisahkan dari dimensi dakwah, tidak bisa di

pisahkan politik dari dimensi dakwah, dan juga tidak bisa memisahkan seni, budaya

dan kreativitas lainnya sebagai refleksi dakwah, jadi luas sekali makna dakwah,

bukan sekedar seorang yang berdiri menyampaikan aspek-aspek tertentu dari ajaran

agama Islam. Seorang Buruh juga berdakwah, begitu juga dengan Petani, Perawat,

hakim, Jaksa, Polisi, apapun bidang-bidang termasuk mereka yang berada di

parlemen eksekutif kalau mereka seorang muslim, wajib baginya melaksanakan tugas

dakwah tersebut.

Dari berbagai definisi tentang dakwah itu sendiri meskipun tidak ada yang baku

(20)

dakwah yaitu untuk mengajak kepada sesuatu yang lebih baik. Artinya setiap muslim

bertugas dan berkewajiban menjadi pengajak, penyeru, atau pemanggil kepada umat

untuk melaksanakan Amar ma’ruf Nahi Munkar. Mengajak kepada kebaikan dan

meninggalkan kenistaan. 5

Umat Islam yang paling besar dan banyak yang tersebar di dunia itu harus di

bina sebaik mungkin dengan akhlak Qur’ani dan keimanan, sehingga terwujudlah

akhlakul karimah. Kalau tidak hampir dapat dipastikan, umat Islam ada dalam

kejahiliahan, serta dapat melahirkan berbagai macam penyimpangan. Maka mubaligh

harus cepat tanggap, dan bagaimana seharusnya menginformasikan dakwah

Islamiyah, agar masyarakat lebih kuat dan lebih tekun imannya. Pandangan yang

seperti inilah yang juga di jadikan sebagai landasan oleh K. H. Syukron Ma’mun

salah satu tokoh dakwah, ulama, bahkan bisa dikatakan “Singa Mimbar” untuk

melakukan dakwah di era globalisasi ini. Dengan memanfaatkan globalisasi yang ada,

K. H. Syukron Ma’mun mencoba untuk menerima kemajuan tekhnologi komunikasi

yang ada, dengan tidak meninggalkan visi, misi, dan tujuan utamanya, yakni dakwah.

Aktivitas seorang K. H. Syukron Ma’mun merupakan salah satu tokoh penyebar

ajaran Islam yang sukses dengan dakwahnya, dalam berbagai corak pemikiran

melalui kebebasan berpikir dengan media demokrasi, social-budaya, agama, dan

politik.

K. H. Syukron Ma’mun merupakan sebagian figur di Negara kita tercinta ini,

untuk diteladani dalam hal aktivitas dakwahnya, juga dalam pemikirannya. Trik-trik

dakwah dan strategi dakwah beliau merupakan suatu hal yang menarik untuk dikaji,

sehingga dapat memberikan kontribusi positif bagi kita. K. H. Syukron Ma’mun telah

5

(21)

menunjukkan kontribusi yang signifikan yang berupa pemikiran dalam bidang

dakwah Islam.

Tokoh K. H. Syukron Ma’mun ini menarik untuk dikaji karena beberapa alasan

:

1. K. H. Syukron Ma’mun seorang aktivis muslim yang memiliki visi dan misi serta

orientasi yang jelas dalam bidang social keagamaan. Dilihat dari aktivitasnya

dalam bidang dakwah baik dalam dan luar negeri.

2. Bila dilihat dari latar belakang kehidupannya, sejak kecil beliau sudah terjun

dalam aktivitas dakwah yang ditunjang dengan khasanah keilmuan dan wawasan

serta pengalamannya yang sangat luas.

3. Sebagai praktisi dakwah tidak hanya pandai berkata-kata saja, tetapi juga

memiliki ilmu tentang dakwah yang didapatkannya melalui pendidikan formal.

Dengan beberapa alasan tersebut, maka sewajarnya figur K. H. Syukron

Ma’mun ditulis karena perannya dalam gerakan dakwah sama dengan tokoh-tokoh

agama, da’i-da’i kondang di Indonesia, yang di harapkan bisa di ikuti oleh

kader-kader dakwah berikutnya. Dari penjelasan di atas, maka penulis mencoba mengangkat

sebuah judul “PEMIKIRAN DAN AKTIVITAS DAKWAH K. H. SYUKRON MA’MUN

(22)

Penulis membatasi tulisan ilmiah ini hanya pada pemikiran dan aktivitas K. H.

Syukron Ma’mun dalam perjalanan dakwahnya. Dengan perumusan masalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana pemikiran dakwah K. H. Syukron Ma’mun ?

2. Apa saja bentuk aktivitas dakwah K. H. Syukron Ma’mun ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Secara Umum

Untuk memberikan penjelasan yang akurat seputar pemikiran serta aktivitas

dakwah tokoh agama dalam berdakwah dimasa yang akan datang.

2. Tujuan Secara Khusus

Untuk memberikan penjelasan mengenai pemikiran dan aktivitas dakwah K. H.

Syukron Ma’mun.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

Merupakan salah satu penelitian yang dapat dipakai sebagai pelengkap

referensi dan pembanding untuk studi-studi selanjutnya, serta akan menambah

jumlah studi mengenai dakwah K. H. Syukron Ma’mun.

2. Manfaat Praktis

a. Kepada pembaca umumnya, penelitian ini di harapkan menjadi bahan

motivasi para mubaligh dalam mengkomunikasikan dakwah dengan

(23)

b. Hasil penelitian yang akan penulis lakukan dalam hal ini dapat di gunakan

sebagai tindakan praktis untuk memberikan pengetahuan kepada penulis

tentang kegiatan dakwah K. H. Syukron Ma.mun di era globalisasi ini.

E. Metodologi Penelitian

Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,

metode ini menggambarkan profil KH. Syukron Ma’mun dalam pemikiran dan

aktivitas dakwahnya. Penelitian ini dilakukan sebagai penunjang penelitian lainnya.

Dengan mengetahui pandangan dan pendapat melalui buku, majalah, Koran, dan

lain-lain yang berhubungan dengan judul skripsi yang diangkat oleh penulis. Untuk

memperoleh data tersebut, penulis menggunakan :

1. Wawancara

Wawancara atau interview merupakan suatu alat pengumpulan informasi

langsung tentang beberapa jenis data. Penulis mengadakan dialog langsung dengan

pihak terkait yang berhubungan dengan tema yang diangkat oleh penulis.

2. Studi Dokumentasi

Adalah merupakan tekhnik yang juga di lakukan baik berdasarkan buku,

makalah, ataupun sumber literature-literatur lainnya agar data yang di peroleh

lengkap dan akurat. Data tersebut adalah data sekunder.

3. Analisis Data

Analisis data yang di gunakan penulis adalah analisa Deskriftif, yaitu di

(24)

peneliti di lapangan, dan titik beratnya pada observasi ini, hanya pada gejala dan

mencatatnya sebagai hasil penelitian dan tidak berusaha memanipulasi data.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahasan skripsi ini, penulis menggunakan beberapa hal

tentang sistematika penulisan dengan rincian sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN, terdiri dari : Latar Belakang Masalah, Pembatasan

dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi

Penelitian, serta Sistematika Penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS, meliputi : Konsep Pemikiran, Pengertian

Dakwah, Unsur-unsur Dakwah, serta Hakikat Dakwah.

BAB III BIOGRAFI, K. H. SYUKRON MA’MUN, meliputi : Latar Belakang

Keluarga dan Masa Kecilnya, Latar Belakang Pendidikan, Perjalanan

Dakwah K. H. Syukron Ma’mun, dan Karya-Karya K. H. Syukron

Ma’mun.

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN dan AKTIVITAS DAKWAH K.H.

SYUKRON MA’MUN meliputi : Konsep Pemikiran Dakwah K.H.

Syukron Ma’mun, serta Aktivitas Dakwah K.H. Syukron Ma’mun.

BAB V PENUTUP, yang mencakup kesimpulan dan saran-saran.

DAFAR PUSTAKA

(25)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Pemikiran

Dinamika sosio-kultural, akhir-akhir ini sangat di rasakan oleh umat manusia

dan telah mewarnai hampir seluruh aspek kehidupan spiritual sebagai potensi

rohaniah manusia. Pesatnya dimensi keilmuan yang berhasil menjawab hampir

seluruh potensi sumber daya alam dan manusia terutama menjelang berakhirnya abad

XX ini, di satu pihak telah berhasil memuaskan sebagai kaum rasionalis. Meskipun

upaya penjelajahan dengan ilmu sebagai alat analisis dan tekhnologi sebagai ilmu

terapan telah terbukti memberikan hasil konkrit, tetapi proses itu bukan berarti tidak

masalah.

Perkembangan dinamisasi kehidupan manusia menunjukkan bahwa

sesungguhnya kehidupan manusia adalah dinamis, senantiasa berkembang mengikuti

alur kehidupan. Islam di proklamirkan oleh Nabi Muhammad SAW.9571-623 M) di

Arabia. Dalam waktu yang relatif singkat, Islam telah berkembang ke

wilayah-wilayah sekitar Arabia, dan tidak lama kemudian Islam telah menaklukkan dua

kekuatan super power ketika itu, yaitu di belahan Timur kekuatan Persia sebagai

pusat perkembangan agama Zoroaster dengan pusatnya di Khurasan, dan di belahan

Barat kekuatan Byzantium sebagai pusat perkembangan agama Kristen dengan

pusatnya di Constantinopel.6

6

(26)

Lodrop Stoddart, dalam The new world of Islam menggambarkan perkembangan Islam: “Bangkitnya Islam barangkali satu peristiwa yang menakjubkan dalam sejarah manusia. Dalam tempo seabad saja, dari gurun tandus dan suku bangsa terbelakang, Islam telah tersebar hampir menggenangi separoh dunia; menghancurkan kerajaan-kerajaan besar, memusnahkan beberapa agama besar yang telah di anut berbilang zaman dan abad, mengadakan revolusi berfikir dalam bangsa-bangsa, dan sekaligus membina suatu dunia baru, dunia Islam.” 7

Berfikir merupakan aktifitas yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan

manusia. Selama kesadaran terjadi, selama itu pula aktivitas berfikir berlangsung.

Objek pemikiran pun sangat luas, seluas wilayah jagad raya ini. Untuk itu, otak yang

di pandu nilai, ibarat pengembara di padang luas berjalan tanpa arah, tentu saja lebih

mungkin tersesat daripada selamat. Atas dasar itu, akal manusia perlu metode dan

arah dalam berfikir. Ketika Islam menyinggung aspek pemikiran, bukan berarti ia

memasung potensi nakal pikiran, namun mengarahkan dan membimbingnya menuju

hidup yang maslahat. Bagaimana berfikir Islami adalah upaya menjelaskan hakikat

rambu-rambu, dan arah berfikir agar sesuai dengan kaidah ilmiyah obyektif, dan itu

berarti sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Dalam kamus umum Bahasa Indonesia kata “pikir” mempunyai arti, (1) akal

budi, ingatan, angan-angan : dan (2) kata dalam hati, pendapat (pertimbangan).

Sedangkan kata “berpikir” diartikan menggunakan akal budi untuk

mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu, menimbang-nimbang dalam ingatan.

“memikirkan” artinya mencari daya upaya untuk menyelesaikan sesuatu dengan

menggunakan akal budi. “pemikiran” adalah cara atau hasil pikir. Karena kata “pikir”

berasal dari bahasa arab Fikr lahir pula Tafkir (dari Fakkara – Yufakkiruu-), yang

7

(27)

artinya “memfungsikan akal dalam suatu masalah untuk mendapatkan

pemecahannya.8

Toha Jabir Alwani 1989 mengatakan bahwa dalam Al-Qur’an, kata Fikr tidak disebut dalam bentuk isim (kata benda), tetapi dalam bentuk Fiil (kata kerja) yakni

Fi’I madhi (telah terjadi) dan Fi’I mudhori (sedang dan akan terjadi : kontinu) serta dalam sighah mukhatab (bentuk orang kedua) dan ghaib (orang ketiga). Misalnya

fakara, tatafakkarun. Dalam bahasa Arab Fi’I senantiasa menunjukkan atau mengandung adanya dua hakikat yakni perbuatan itu sendiri dan pelakunya, sehingga

dalam kata fakkara tersebut ada fikr (perbuatan berfikir) dan ada mufakir

(pemikirnya). Disamping itu, kegiatan berpikir termasuk yang memerlukan objek

yang difikirkan.9

Ada beberapa pendapat atau pengertian yang dikemukakan oleh para ahli pikir.

Tidak ada perbedaan yang mendasar di antara mereka, definisi atau ta’rif itu sebagai

berikut.

Pemikiran atau berpikir adalah kata benda dari aktifitas akal yang ada didalam

diri manusia, baik kekuatan akal berupa kalbu, roh, atau zin, dengan pengamatan atau

pendalaman untuk menemukan makna yang tersembunyi dari persoalan yang dapat

diketahui, maupun untuk sampai pada hukum atau hubungan antar sesuatu. Menurut

Ibnu Kholdun 1986, berpikir atau pikir ialah penjamahan bayang-bayang yang telah

diindra -ini dibalik perasaan- dan aplikasi akal didalamnya untuk membuat analisis

dan sintesis.( Ibnu Khaldun, 1986 ).

8

Abu Azmi Azizah, Bagaimana Berfikir Islami,(Solo:Era Intermedia,2001),h.43-44 9

(28)

Muhammad Imarah ( 1994 ) mengatakan bahwa “pemikiran” secara

termonologis adalah pendayagunaan pemikiran terhadap sesuatu dan sejumlah

aktivitas otak, berupa berpikir berkehendak, dan perasaan yang bentuk paling

tingginya adalah kegiatan menganalisis, menyusun dan mengkoordinasi.

Dari beberapa makna dan pengertian berpikir tersebut, kita dapat mengetahui

bahwa dalam berpikir terdapat beberapa hal, yaitu; (1) adanya kegiatan atau aktivitas

akal budi yang berupa pengamatan, perenungan, analisis, dan sintesis; (2) adanya

“sarana” yang berupa indra, akal, dan hati (roh); (3) adanya sesuatu yang telah

diketahui; dan (4) adanya sesuatu yang akan diketahui atau dihasilkan berdasarkan

hal-hal yang telah diketahui.10

Dalam kamus umum Bahasa Indonesia karya WJS.Purwodarminta, kata

pemikiran berarti abstraksi seseorang terhadap sesuatu. Atau lebih jauh, pemikiran di artikan sebagai konsepsi, pandangan, nalar akal seseorang atas suatu hal.

Dapatlah kita sedikit mencerna dan memahami bahwa pemikiran adalah sebuah

pendaya gunaan otak menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan

memutuskan sesuatu; menimbang-nimbang dalam ingatan. “Memikirkan” artinya

mencari daya upaya untuk menyelesaikan sesuatu dengan menggunakan akal budi.

“Pemikiran” adalah cara atau hasil pikir.

Manusia terlahir di dunia telah dilengkapi dengan berbagai unsur yang sekaligus merupakan potensi yang sangat penting bagi diri dan kehidupannya. Secara garis besar, manusia terdiri dari jasmani dan rohani. Manusia telah di bekali dengan berbagai potensi, berupa indra, akal fikiran, dan hati.11 Potensi yang lain adalah kejahatan dan taqwa yang Allah ilhamkan kepadanya.

10

Ibid.,h.45 11

(29)

Dengan indranya, seseorang dapat mengetahui atau menangkap sesuatu

fenomena, atau peristiwa yang ada di sekitarnya. Termasuk di dalamnya makhluk

hidup, khususnya manusia itu sendiri dengan segala tingkah laku dan

kompleksitasnya. Apa saja yang di indra, secara otomatis akan di proses atau di

transformasikan ke otak sebagai input. Otak memproduksi input itu dalam ingatan,

mengimajinasikan, membandingkan, menyeleksi, dan mengombinasikan dalam

bentuk yang baru, dengan proses seperti itu secara continue, akan diperoleh suatu

pendapat, teori, hukum-hukum atau ilmu pengetahuan yang dapat dimanfaatkan untuk

memecahkan problem kehidupannya.

Oleh karena itu, berfikir sesungguhnya suatu kebutuhan insani yang tak

terelakkan untuk tumbuh dan berkembang, yang sekaligus merupakan kebutuhan

akan aktualisasi fitrahnya. Tegasnya, manusia tidak dapat lepas dari berfikir

seberapapun intensitas dan kuantitasnya.

Manusia diberikan kelebihan dari makhluk-makhluk yang Allah telah ciptakan,

yaitu akal, maka sesuai dengan potensi yang dimiliki manusia, di jadikan sebagai

suatu anugerah yang besar dan harus di manfaatkan dan di aktualisasikan secara

benar. Ada makna yang tersurat dan tersirat dari alam dan Al-Qur’an, di sinilah

manusia di anjurkan untuk merenungkan tanda-tanda kebesarannya, baik berupa

ayat-ayat dan melalui perantara alam semesta ini dalam bentuk yang konkrit.

Dengan demikian, bagaimana manusia berfikir mengaplikasikannya dalam

bentuk dakwah, yaitu menyeru kepada jalan kebenaran yang telah diperintahkan

Allah SWT, dan meninggalkan apa yang menjadi larangan-NYA.Dakwah merupakan

(30)

dakwah merupakan suatu kewajiban yang dibebankan agama kepada pemeluknya.

Dengan demikian, dakwah bukanlah semata-mata timbul dari pribumi/golongan,

walaupun aktivitas ini di khususkan pada satu golongan/individu ( thaifah ) yang

melaksanakannya. Islam sendiri adalah sebagai nama sebuah agama disebut juga

sebagai “dakwah”. Artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk

senantiasa aktif dalam melakukan dakwah bahkan bisa di katakan bahwa mundurnya

Islam sangat bergantung pada kegiatan dakwah yang dilakukannya.

Potensi yang sempurna dalam diri manusia memang tidaklah mudah untuk

mempraktekkannya, namun Allah SWT memberikan pegangan, petunjuk, serta

pedoman agar dakwah dapat berhasil dan pemikiran manusia tidak membelok dari

sumber-sumber pedoman itu, antara lain:

1. Al-Qur’an

Al-Qur’an mengharuskan manusia untuk berpikir, merenungi dan

mengelola alam semesta serta memanfaatkannya bagi kemaslahatan diri kita dan

kehidupan manusia pada umumnya, karena alam semesta ditunjukkan kepada

manusia untuk di kelola, maka tidaklah heran manusia di sebut sebagai khalifah fil ardh, yang harus menjaga kehidupan dan kemakmuran bumi.

!" #$%& '() * +",

-ی,

/- ی

0

!" * ' 1 /2!, 3/&4) 5 6-! 4!, 78 / '

9 & :

(31)

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “ Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata : “ Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman : “ Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”(QS. Al-Baqarah : 30)

Menurut Ustman Najati (1985), Allah SWT telah memberi dorongan kepada

manusia untuk memikirkan alam semesta, mengadakan pengamatan,

merenungkan pencipaan langit dan bumi serta apa saja yang ada didalamnya.

Akal merupakan rahmat serta karunia yang tak ternilai harganya, dan ini

merupakan sumber kekuatan yang dapat menyingkap sisi kehidupan dan berbagai

macam pemikiran, serta menentukan derajat manusia tinggi atau rendah di sisi

Allah SWT.

Mengenai dakwah dalam Al-Qur’an, dapat di ambil sebuah ayat yang

berkenaan pula dengan masalah ini. Ayat itu berbunyi :

;#<&

9 < , =,; & ) 9,; > 1 ?< @ ;

A ? ;

0B<C

# D B#

E

7 , F ) 9 < G ,

9 < G& 0 < 0 ? ;

9

9 2ﺱ

0E;IC ,

Artinya :

(32)

di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Imran : 110)

2. Al – Hadist

Selain ayat-ayat Al-Qur’an, yang menjadi sumber dakwah ada pula yaitu

hadist-hadist Nabi s.a.w yang shahih dan diriwayatkan oleh orang-orang yang

shahih dimana menjelaskan akan kewajiban umatnya untuk berbuat baik dan

mencegah perbuatan yang dilarang, antara lain :

a. Hadist Riwayat Imam tirmizi ; Dari Khudzaifah ra. Dari Nabi bersabda; “Demi dzat yang menguasai diriku, haruslah kamu mengajak kepada kebaikan dan haruslah kamu mencegah perbuatan yang mungkar, atau Allah akan menurunkan siksa-Nya kepadamu kemudian kamu berdo’a kepada-Nya di mana Allah tidak akan mengabulkan permohonanmu”. (HR. Tirmidzi)

b. Hadist Riwayat Imam Muslim ; Dari Ali Sa’id Al-Khudhariyi ra. Berkata; aku telah mendengar rasulullah bersabda; barang siapa diantara kamu melihat kemunkaran, maka hendaklah mencegah dengan tangannya (dengan kekuatan atau kekuasaan) ; jika ia tidak sanggup dengan demikian (sebab tidak memiliki kekuatan dan kekuasaan) ; maka dengan lidahnya; dan jika (dengan lidahnya) tidak sanggup, maka cegahlah dengan hatinya, dan dengan demikian itu adalah selemah-lemahnya”. (HR. Muslim)

Selemah-lemahnya keadaan seseorang, setidak-tidaknya ia masih tetap

(33)

Allah sebagai orang yang masih memiliki iman, menolakan kemungkaran dengan

hati tempat bertahan yang minimal, benteng penghabisan tempat berdiri.12

Kedua hadist diatas didahului dengan sebuah sumpah Nabi yang

menunjukkan, bahwa manusia hanya mempunyai dua alternatif jalan yaitu

berbuat amal ma’ruf atau nahi munkar, dengan kata lain jika tidak melaksanakan perbuatan baik, maka malapetaka menghampiri mereka dan permohonannya tidak

akan dikabulkan. Lebih jauh, perlu diingat jika Allah telah murka kepada umat

yang membiarkan saja kemungkaran, terkena malapetakanya bukan orang

perorangan, tetapi umat secara keseluruhan.

3. Sejarah hidup para sahabat dan fuqoha

Dalam sejarah hidup para sahabat-sahabat besar dan para fuqoha cukuplah

memberikan contoh baik yang sangat berguna bagi juru dakwah. karena mereka

adalah orang yang expert dalam bidang agama. Muadz bin Jabal dan para sahabat

lainnya merupakan figur yang patut dicontoh sebagai kerangka acuan dalam

mengembangkan misi dakwah.

4. Pengalaman

Experince is the best Teacher, itu adalah motto yang punya pengaruh besar bagi orang-orang yang suka bergaul dengan orang banyak. Pengalaman juru

dakwah merupakan hasil pergaulannya dengan orang banyak yang kadangkala

dijadikan reference ketika berdakwah.13

B. Pengertian Dakwah

12

M.Natsir, Fiqhu Dakwah,(Semarang:Ramadhani,1984),h.113 13

(34)

Dalam buku ensiklopedi Islam, kata dakwah adalah kata dasar atau

masdar. Kata kerjanya adalah da’a, yang mempunyai arti memanggil, menyeru, atau mengajak. Setiap gerakan yang bersifat menyeru, atau mengajak, dan memanggil

orang untuk beriman dan taat pada perintah Allah SWT. Sesuai garis kaidah, syariat,

dan akhlak islamiyah.14

Menurut Jum’ah Amin abdul aziz, makna dakwah secara bahasa mengandung

beberapa arti: 1. An-nida atau panggilan. 2. Menyeru. 3. Menegaskan atau membela.

4. Suatu usaha berupa perkataan atau perbuatan untuk menarik manusia kesuatu aliran

atau agama tertentu. 5. Memohon dan membantu atau berdo’a.15 Dalam kamus

Bahasa Indonesia kontemporer dakwah mengandung arti “penyiaran agama Islam di

kalangan masyarakat berikut seruan untuk mengamalkan ajaran agama”.16

Dakwah yang semula hanya berarti memanggil atau mengajak kepada sesuatu,

dalam pengertian khusus berarti mengajak kejalan Allah (ud’u lil sabili rabbika). Artinya mengajak seseorang atau sekelompok orang untuk berIslam, memeluk agama

Islam dan mengamalkannya. Disini dalam proses dakwah terjadi relasi interaktif yang

kreatif, dinamis, dan inovatif antar individu atau kelompok orang yang mendakwahi

(da’i). Allah SWT. Yang menentukan dakwah. Proses ini di harapkan dapat

menimbulkan perubahan positif kearah yang lebih Islami.17

14

Ensiklopedi Islam (Jakarta:Ichtiar Can Hoeve, 1999),h.280 15

Jum’ah Amin Abdul Aziz, Fiqih Dakwah Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam

(Surakarta:Era Intermedia,2000),h.24-25 16

Peter Salin dan Yeni Salam, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Edisi II (Jakarta:Modern Eanglish Press,1995),h.31

17

(35)

Salah satu karakter dakwah Islamiyah adalah komprehensif, yaitu dakwah yang

bersifat menyeluruh, menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia, sesuai dengan

watak dan ajaran Islam itu sendiri.18

Sedangkan Endang Saefudin lebih jauh membagi dakwah dalam arti terbatas

dan luas. Dakwah Islam dalam arti terbatas; Penyampaian Islam kepada manusia baik secara lisan maupun tulisan, ataupun secara lukisan (panggilan,seruan dan ajakan kepada manusia pada Islam). Sedangkan arti luas dakwah Islam dalam kehidupan

manusia (termasuk didalamnya: politik, ekonomi, social, pendidikan, kesenian, ilmu

pengetahuan, tekhnologi dan penghidupan itu sendiri).19

Lebih lanjut, Syekh Ali Mahfudz memperjelas, dakwah adalah mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek agar mereka mendapat kebahagiaan didunia dan di akhirat. Pendapat ini juga selaras dengan pendapat al-Ghazali bahwa “amar ma’ruf nahi munkar adalah inti gerakan dakwah dan penggerak dalam dinamika masyarakat islam.20

, ! AJ; K) L F L "

M

6ﺱ NOE

! 8 , F 9 46ﺱ, < 6?

C;P&

Artinya: “inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, maha suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”(Q.S. Yusuf: 108).

18

Didin Hafidudin, Pemberdayaan Dakwah Dalam Mengatasi Krisis Moral Ekonomi Bangsa, 30 Desember,2003,h.1

19

Endang Saifudin Anshari,h., Wawasan Islam Pokok-pokok Pikiran Tentang Islam Dan Umatnya

(Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada,1993),h.178 20

(36)

Atas dasar ayat diatas, salah satu tujuan dakwah adalah membentangkan jalan

Allah di atas bumi agar dilalui umat manusia.21

Dakwah Islamiyah adalah mengajak dari apa adanya kepada yang seharusnya,

sesuai dengan syari’at Islam. Karena selain itu, Islam adalah rahmat bagi seluruh

umat manusia. Dan definisi-definisi tersebut di atas meskipun perbedaan dalam

perumusan, tetapi apabila di perbandingkan satu sama lain dapatlah di tarik benang

hijaunya, sebagai berikut : Dakwah adalah merupakan suatu proses penyelenggaraan

suatu usaha atau aktivitas yang di lakukan dengan sabar dan dengan sengaja,

berdasarkan Al-Qur’an san As-Sunnah. Usaha yang di selenggarakan itu berupa :

1. Mengajak orang lain untuk beriman dan mentaati Allah SWT untuk memeluk

agama Islam serta menjalankan perintahnya.

2. Amar ma’ruf, perbaikan dan pembangunan masyarakat atau islah.

3. Nahi munkar, mencegah perbuatan yang di larang Allah. Proses penyelenggaraan

Usaha tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu kebahagiaan

dan kesejahteraan hidup yang diridhoi oleh-Nya. Itu semua tidak hanya merupakan

sebuah pengertian, namun juga merupakan sebuah kewajiban kita semua yang harus

dikerjakan.

Dalam setiap aktivitas dakwah yang merupakan proses menuju kebaikan pasti

harus memiliki tujuan. Tujuan disini dapat diartikan “sebagai suatu yang ingin dicapai

dalam kadar tertentu dalam segala usaha yang diarahkan kepadanya. Dalam tujuan

21

(37)

memiliki empat batasan, yaitu 1. hal yang hendak dicapai, 2. jumlah atau kadar yang

diinginkan, 3. kejelasan tentang yang ingin dicapai dan 4. arah yang ingin dituju.22

Pendapat lain tentang tujuan dakwah juga dikemukakan oleh pakar komunikasi

Toto Tasmara bahwa : Tujuan dakwah adalah menegakkan ajaran Islam kepada setiap

insan baik individu maupun masyarakat sehingga ajaran tersebut mampu mendorong

suatu perbuatan yang sesuai dengan ajaran tersebut”.23 Sedangkan tujuan dakwah

secara umum adalah mengajak manusia kejalan yang benar yang diridhoi oleh Allah

SWT agar hidup bahagia dan sejahtera di dunia maupun di akhirat dan mengentaskan

dari kegelapan kepada yang terang benderang. Sebagaimana Firman Allah SWT :

L " 0 ) 9+Q)

(< L " R & (S

1 ?< T;UB ' " N < V! WD BC ;

VیV X ;ﺹ

/ &4

Artinya : Alif, laam raa. (ini adalah) Kitab yang kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. (Q.S.Ibrahim : 13 :1)

Ada beberapa Klasifikasi tujuan dakwah secara khusus yaitu :

1. Mengajak manusia yang sudah memeluk Islam untuk meningkatkan taqwanya

kepada Allah

2. Membina mental pemeluk Islam yang masih mualaf (lemah iman dan

pendiriannya )

3. Mengajak manusia yang belum beriman agar beriman kepada Allah

Sebagaimana Firman Allah :

22

Zaini Muchtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah Islam (Yogyakarta:Al-Amin Press,1996),h.18

23

(38)

,/6 1 ?<

(ی ی

9 2?B 0#? 0# 6

یO? , 0#2 ZO? 0#?)

“ Hai manusia sembahlah tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa.” (Q.S.Al-Baqarah. 21)

4. Mendidik dan mengajar manusia agar tidak menyimpang dari fitrahnya kedua

tujuan tersebut, baik menurut konsepsi Al-Qur’an maupun menurut para ahli

dalam bidang Dakwah walaupun ada perbedaan pendapat tetapi dapat

disimpulkan menjadi tujuan dakwah yang sempurna, yaitu menjalankan perintah

Allah yang telah diwahyukan kepada nabi dan Rasulnya untuk kesinambungan

syiar Islam dalam rangka mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan dunia dan

akhirat yang diridhoi Allah.

Sasaran kegiatan dakwah adalah seluruh anggota masyarakat dengan segala

macam bentuknya. Dalam sasaran Dakwah sangat menentukan berlangsungnya suatu

kegiatan dakwah, tanpa adanya sasaran dakwah pada hakikatnya dakwah itu tidak

ada.

Ada beberapa bentuk sasaran dakwah ditinjau dari segi psikologinya yaitu :

1. Sasaran dilihat dari segi sosiologi, meliputi masyarakat terasing, pedesaan,

pinggiran kota dan masyarakat kota besar.

2. Sasaran dakwah yang menyangkut golongan dilihat dari segi stuktur kelembagaan

berupa masyarakat dari kalangan pemerintah dan keluarga biasa.

3. Sasaran dakwah yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat dari segi

usia berupa golongan anak-anak remaja dan dewasa.

4. Sasaran dakwah yang berupa kelompok masyarakat dilihat dari segi cultural

(39)

5. Sasaran dakwah yang berhubungan dengan golongan masyarakat di lihat dari segi

propesi dan pekerjaan berupa golongan petani, nelayan, pedagang, seniman,

pegawai negeri, buruh dan lain-lain.

6. Sasaran dakwah yang menyangkut golongan masyarakat di lihat dari segi tingkat

hidup social ekonominya berupa golongan orang yang kaya, menengah dan

miskin.

7. Sasaran dakwah yang menyangkut kelompok masyarakat di lihat dari segi jenis

kelamin berupa golongan perempuan dan laki-laki.

8. Sasaran dakwah yang berhubungan dengan golongan masyarakat yang di lihat

dari segi khusus berupa golongan tuna wisma, tuna karya, tunasusila, narapidana

dan lain-lain.

C. Unsur-unsur Dakwah

Islam sebagai Al-Din Allah merupakan manhaj Al-hayat atau way of life, acuan dan kerangka tata nilai kehidupan. Oleh karena itu, ketika komunitas muslim

berfungsi sebagai sebuah komunitas yang di tegakkan di atas sendi-sendi moral iman,

Islam dan taqwa serta dapat di realisasikan dan di pahami secara utuh dan padu

merupakan suatu komunitas yang tidak esklusif karena bertindak sebagai “al umma al wasatan” yaitu sebagai teladan di tengah arus kehidupan yang serba kompleks, penuh dengan dinamika perubahan, tantangan dan pilihan-pilihan yang terkadang sangat

dilematis.

Masuknya berbagai ajaran atau pemahaman yang tidak relevan dengan

(40)

agama khususnya Islam adalah dengan masuknya aliran materialisme yang sangat

ateistik yang bersal dari Barat), ada kecenderungan membuat agama menjadi tidak

berdaya dan yang lebih lagi ketika agama tidak lagi di jadikan sebagai pedoman

hidup dalam berbagai bidang. Hal ini mungkin juga menerpa ummat Islam bila agama

tidak lagi berfungsi secara efektif dalam kehidupan yang kolektif. Tentu saja keadaan

seperti ini dapat berpengaruh apabila pemeluk agama gagal untuk memberi suatu

peradaban alternative yang benar yang di tuntut oleh setiap perubahan social yang

terjadi.

Di samping itu, kita bisa melihat pada saat ini, kehidupan ummat manusia

sedikit banyak, di sadari atau tidak telah di pengaruhi oleh gerakan modernisme yang

terkadang membawa kepada nilai-nilai baru dan tentunya tidak sejalan bahkan

bertentangan dengan nilai-nilai Islam.

Tak heran bila dalam perkembangannya modernisme memberikan tempat dan

penghargaan yang terlalu tinggi terhadap materi. Implikasinya adalah kekuatan iman

yang selama ini mereka miliki semakin mengalami degradasi. Puncaknya ialah

kenyataan yang melanda sebagian ummat Islam sekarang ini semakin terjerat oleh

kehampaan spiritual.

Melihat fenomena di atas, sudah barang tentu kita khususnya ummat Islam di

landa keprihatinan yang dapat merusak moral keimanan sehingga mau tidak mau

harus di terapkan solusi terbaik yang di kehendaki oleh Islam yaitu melaksanakan

dakwah secara efektif dan efisien serta berkesinambungan.

Islam adalah agama dakwah artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya

(41)

Islam sangat bergantung dan berkaitan erat dengan kegiatan dakwah yang di

lakukannya, karena itu Al-Qur’an dalam menyebut kegiatan dakwah dengan Ahsanu qaula, dengan kata lain bisa kita simpulkan bahwa dakwah menempati posisi yang tinggi dan mulia dalam kemajuan agama Islam, kita tidak dapat membayangkan

apabila kegiatan dakwah mengalami kelumpuhan yang di sebabkan oleh berbagai

factor terlebih sekarang ini adalah era globalisasi, di mana berbagai informasi masuk

begitu cepat dan instan yang tidak dapat di bendung lagi. Kita sebagai umat Islam

harus dapat memilah dan menyaring informasi tersebut sehingga tidak bertentangan

dengan nilai-nilai Islam.

Karena merupakan suatu kebenaran, maka Islam harus tersebar luas dan

penyampaian kebenaran tersebut merupakan tanggung jawab ummat Islam secara

keseluruhan, sesuai dengan misinya sebagai “Rahmatan Lil Alamin” harus di tampilkan dengan wajah yang menarik supaya umat lain meranggapan dan

mempunyai pandangan bahwa kehadiran Islam bukan sebagai ancaman bagi

eksistensi mereka melainkan pembawa kedamaian dan ketentraman dalam kehidupan

mereka sekaligus sebagai pengantar menuju kebahagiaan kehidupan dunia dan

akhirat.

Implikasi dari pernyataan Islam sebagai agama dakwah menuntut umatnya agar

selalu menyampaikan dakwah, karena kegiatan ini merupakan aktivitas yang tidak

pernah usai selama kehidupan dunia masih berlangsung dan akan terus melekat dalam

situasi dan kondisi apapun bentuk dan coraknya.

Kita semua menyadari bahwa dakwah Islam adalah tugas suci yang di bebankan

(42)

as-Sunnah Rasulullah SAW., kewajiban dakwah menyerukan, dan menyampaikan

agama Islam kepada masyarakat.

Dakwah Islam, dakwah yang bertujuan untuk memancing dan mengharapkan

potensi fitri manusia agar eksistensi mereka punya makna di hadapan tuhan dan

sejarah. Sekali lagi perlu di tegaskan di sini bahwa tugas dakwah adalah tugas ummat

secara keseluruhan bukan hanya tugas kelompok tertentu ummat Islam.24

Oleh sebab itu, agar dakwah dapat mencapai sasaran-sasaran strategis jangka

panjang, maka tentunya di perlukan suatu system manajerial komunikasi baik dalam

penataan perkataan maupun perbuatan yang dalam banyak hal sangat relevan dan

terkait dengan nilai-nilai ke Islaman, dengan adanya kondisi seperti itu maka para

da’I harus mempunyai pemahaman yang mendalam bukan saja menganggap bahwa

dakwah frame “amar ma’ruf nahi munkar” hanya sekedar menyampaikan saja melainkan harus memenuhi beberapa syarat, di antaranya mencari materi yang cocok,

mengetahui psikologis objek dakwah secara tepat, memilih metode yang refresentatif,

menggunakan bahasa yang bijaksana dan sebagainya.

Dalam tinjauan terminology bahwa dakwah adalah menyeru atau mengajak

umat manusia baik perorangan ataupun kelompok kepada agama Islam.25 Dari

pengertian tersebut diatas, maka dapat diambil kata da’i sebagai subjek dari dakwah

itu sendiri.

Di Indonesia, para da’i juga dikenal dengan sebutan muballig, ustadz, kyai,

ajengan, tuan guru dan lain-lain. Hal ini didasarkan atas tugas dan eksistensinya sama

seperti da’i. padahal, hakikatnya tiap-tiap tersebut memiliki kadar kharisma dan

24

Ahm. Syafi’i Ma’arif, Islam dan Politik: Upaya Membingkai Peradaban, (Jakarta: Pustaka Dinamika, 1999), h.15

25

(43)

keilmuan yang berbeda-beda dalam pemahaman masyarakat Islam di Indonesia.

Munculnya beberapa istilah di atas pada umumnya juga dikaitkan dengan

kapasitaspara da’i itu sendiri. Setiap da’i memiliki kekhasan yang berbeda dengan

yang lain, hal ini tergantung dengan wacana keilmuan yang di peroleh, latar belakang

pendidikan dan pengalaman yang berbeda.

Para da’i memiliki tugas sebagai central of change dalam suatu masyarakat, sehingga tugasnya disamping menyelamatkan masyarakat dengan dasar-dasar

nilai-nilai keagamaan, juga mengemban tugas pemberdayaan ( empowering ) seluruh potensi masyarakat. Tugas kompleks tersebut idealnya memang harus di lakukan

secara simultan mengingat seluruh elemen di dalam masyarakat akan saling

berkolerasi.

Objek dakwah dalam hal ini adalah manusia yang menjadi audien (penonton) yang akan di ajak ke dalam Islam secara kaffah. Mereka bersifat heterogen, baik dari

sudut idiologi, misalnya, atheis, animis, musyruk, munafik, bahkan ada juga muslim,

tetepi fasik atau penyandang dosa dan maksiat. Dari sudut lain juga berbeda baik

intelektualitas, status social, kesehatan, pendidikan dan seterusnya ada atasan ada

bawahan, ada yang berpendidikan ada yang buta huruf, ada yang kaya ada juga yang

miskin, dan sebagainya.

Sedangkan sasaran (objeknya) di samping orang-orang yang takut kepada

Allah, juga kepada orang dzalim dan keras kepala, orang-orang munafik, orang-orang

kafir dan pembangkang, bahkan mengulangi dakwah kepada orang yang beriman,

berbakti dan orang sabar.26

26

(44)

Beranjak dari heteriginitas objek dakwah seperti gambaran dia di atas, maka

seorang da’i di samping dituntut memahami keberagamaan audien tersebut, juga perlu menerapkan strategi dengan berbagai metode dalam berdakwah. Banyak metode

yang memungkinkan diterapkan seperti bi-al lisan, bi-al hal, bi-al mal, dan sebagainya. Sesuai sabda nabi “Khotibu al-Nasa ala qodri uqulihi” (berbicara dengan mereka (manusia) sesuai dengan kemampuannya).

Materi dakwah adalah agama Islam sebagaimana di sebutkan dalam firman

Allah SWT :

0E78

/ )

?:" D B#

, یO? [ B

, \%ﺱ] F /<

ی / ?9"

(45)

Artinya :

Sesungguhnya agama (yang diridhoi) disisi Allah hanyalah islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab(189) kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (QS.Ali-Imran Ayat, 19)

Di ayat lain, Allah SWT juga berfirman :

ی;ﺱ U

J;

E, a<

62ی

<یM \%ﺱ ; b cB6ی

,

Artinya :

“Barangsiapa mencari agama selain agama islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali-Imran Ayat, 85)

.Inilah yang dijelaskan dalam sebuah hadist secara mendetail yang juga

merupakan rukun-rukun Islam :

“Islam ialah engkau bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, melaksanakan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji jika mampu. Rukun-rukun iman ialah engkau percaya kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari akhir dan engkau percaya dengan ketentuan baik dan buruk. Ihsan adalah engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya maka sesungguhmya dia melihatmu.” (HR. Muslim)

Tidak di ragukan lagi bahwa Islam mempunyai keistimewaan yang luar biasa,

(46)

1. Agama Islam adalah agama yang benar dari Allah SWT

2. Agama Islam mengatur seluruh aspek kehidupan dan prilaku manusia yang

diantaranya adalah akhlak, kemasyarakatan, fatwa, hukum, ekonomi, dan jihad.

Semua itu didasarkan pertimbangan kasih sayang, adil dan ihsan.

3. Agama Islam adalah agama yang berlaku umum (global) bagi segenap manusia

ada setiap tempat dan zaman. Sebagaimana firman Allah SWT : “ Katakanlah (wahai Muhammad), hai seluruh umat manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian seluruhnya.” (QS. Al-A’raf : 158)

4. Islam memberikan balasan berupa pahala atau dosa bagi orang yang melakukan

perbuatan baik dan buruk. Balasan tersebut bersifat keduniaan di tambah lagi

dengan balasan di dunia kecuali amal yang telah di khususkan dengan dalil.

5. Islam bisa mengantarkan pemiliknya ke derajat yang paling tinggi atau sempurna.

Dan inilah idealisme dan realitas agama Islam, akan tetapi perlu diingat bahwa

semua itu tergantung pada watak dan realitas manusia.

6. Islam merupakan agama yang moderat di dalam masalah aqidah, ibadah, akhlak,

dan aturan-aturannya. Allah SWT berfirman, “Dan demikian (pula) kami menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.” (QS.Al-Baqarah; 143).27

Seorang da’i seharusnya memahami tujuan-tujuan Islam yang telah di jelaskan

oleh Syari’at Islam itu sendiri. Di antara tujuan-tujuan tersebut ialah menciptakan

kemaslahatan umat dan menghindari segala kemudharatan dan bahaya dari mereka,

baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka jangka panjang. Ibnu Taimiyah

27

(47)

mengatakan, Syariat Islam datang untuk meraih kemaslahatan dan menyempurnakan

serta menghindari kemudharatan dan meminimalisirnya.

Secara keseluruhan Syariat Islam berpijak pada tiga kemaslahatan ; pertama,

menghindari segala kemaslahatan demi memelihara ; agama, jiwa, akal, keturunan,

kehormatan diri, dan harta. Kedua, mendatangkan berbagai kemaslahatan. Al-Qur’an

adalah pembawa kemaslahatan dan penangkal kerusakan. Ketiga, menerapkan akhlak

mulia dan mentradisikan kebaikan. Al-Qur’an menawarkan pemecahan segala

problema yang tidak mampu di atasi manusia. Tidak ada satu aspek kebutuhan

manusia di dunia dan di akhirat yang di abaikan Al-Qur’an. Kitab Allah ini

memberikan kaidah-kaidah dan petunjuk dengan cara paling bijak dan lurus.

Seorang da’i yang bijaksana adalah orang yang mengajak untuk mengamalkan

rukun-rukun Islam, rukun iman dan ihsan. Ia juga harus memberikan penjelasan

kepada umat manusia terhadap hal-hal yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan

sunah seperti akidah, ibadah, muamalah dan akhlak secara terperinci, detail dan jelas.

Masalah yang di dakwahkan dalam Islam yang amat agung dan mulia. Islam

tidak memerintahkan pengikutnya dengan perkara-perkara kehidupan remeh, namun

Islam mewajibkan pemeluknya untuk mengabdikan seluruh hidupnya kepada Allah

SWT.

Karena itu dakwah Islam menuntut setiap pengikutnya agar mengerahkan dan

menyerahkan seluruh hidupnya kepada Allah. Allah-lah pemilik dakwah ini,

sedangkan Al-Qur’an adalah firman-Nya yang mengandung dakwah-Nya. Dan

kitab-Nya (Al-Qur’an) adalah kitab yang akurat dan penuh mukjizat baik dari sisi makna

(48)

Itulah sebabnya komitmen seorang da’i dengan Al-Qur’an dalam

menyampaikan dakwahnya merupakan suatu keharusan yang tidak dapat di elakkan

dengan firman Allah : (QS. Al-Furqan ayat 51-52)

“Dan Andaikata kami menghendaki benar-benarlah kami utus pada ti

Referensi

Dokumen terkait

Pada hakekatnya tujuan dari pentanahan dengan kumparan Petersen adalah untuk melindungi sistem dari gangguan hubung singkat fasa ke tanah yang sementara

Berdasarkan penelitian, pengujian dan analisis terhadap sistem, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:(1) Sistem informasi akademik pada SDN Teladan Ambon dapat digunakan

Pengujian kesalahan NIM dilakukan dengan mengirimkan teks SMS dengan format NIM yang tidak terdapat pada database , sehingga sistem akan mengirimkan SMS response berupa pesan

Semua proses analisis data telah dilaksanakan pada penelitian ini sehingga akhirnya diperoleh seperangkat instrumen untuk mengukur kemampuan berpikir tinggi siswa SMA yang

Hasil dari kegiatan ini adalah terbentuknya website koperasi Kiyap Jaya Mandiri, modul website dengan ISBN: 978-623-7512- 49-3, terbentuknya pengelola website dan

Peneliti bersama kolaborator melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dipersiapkan. Adapun langkah-langkah pembelajaran pada siklus I secara garis besar

Penelitian juga diharapkan dapat mengetahui seberapa besar pengetahuan dewan tentang anggaran mempengaruhi pengawasan dewan pada keuangan daerah (APBD) dan apakah

1) Kemampuan pedagang, yaitu mampu tidaknya seorang pedagang dalam mempengaruhi pembeli untuk membeli barang dagangannya dan mendapatkan penghasilan yang diharapkan. Kondisi