PEMIKIRAN DAN AKTIVITAS DAKWAH
KH. SYUKRON MA’MUN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos. I)
Oleh
Husnul Khotimah ZA
NIM: 104051001905
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
PEMIKIRAN DAN AKTIVITAS DAKWAH
K.H. SYUKRON MA’MUN
Skripsi
Di tujukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh:
Husnul Khotimah ZA
NIM:104051001905
Di bawah bimbingan
Drs. Wahidin Saputra, M . A.
NIP: 150 276 299
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS
DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skiripsi yang berjudul PEMIKIRAN DAN AKTIVITAS DAKWAH KH. SYUKRON MA’MUN telah diujikan dalam siding munaqosah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 17 Desember 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.SoS.I) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 17 Desember 2008 M
Panitia Sidang Munaqosah
Ketua
Drs. Mahmud Jalal, MA NIP. 150 202 342
Sekretaris
Umi Musyarofah, MA NIP. 150 281 980
Anggota
Penguji I
Dra. Hj. Asriati Jamil, M.Hum NIP. 150 244 766
Penguji II
Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA NIP. 150 270 815
Pembimbing
Lembar Pernyataan
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos. I) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 15 Desember 2008
ABSTRAK
Dakwah adalah ajakan atau seruan kepada umat manusia untuk menuju
kebahagiaan dunia akhirat sesuai dengan pedoman Al-Qur’an dan Hadits. Dakwah
hukumnya wajib bagi setiap individu untuk saling menyeru dalam hal kebaikan dan
mencegah kepada kemungkaran, secara teoritis aktivitas dakwah bisa berjalan dengan
baik jika para dai memenuhi unsur-unsur dakwah. Salah satu unsur dakwah yang
terpenting adalah media dakwah sebagai alat Bantu bagi dai dalam menyebarkan
peran-peran dakwahnya kepada mad’u. Seiring dengan perkembangan tekhnologi komunikasi,
maka media dakwah pun semakin berkembang dan canggih. Konsekuensinya seorang dai
harus mampu menggunakannya.
Kegiatan dakwah merupakan suatu aktivitas yang mulia, dimana setiap muslim
dapat melakukan amar ma’ruf nahi munkar sehingga dapat tercipta tujuan dakwah yang
hakiki, yakni membentuk khaerul ummah. Karena pada dasarnya hakikat dakwah merupakan suatu proses kesinambungan yang ditangani oleh pengemban dakwah untuk
mengukuhkan sasaran dakwah agar masuk kejalan Allah.
Begitu juga dengan berfikir merupakan aktivitas yang tidak bisa dipisahkan dari
kehidupan manusia. Selama kesadaran terjadi, selama itu pula aktivitas berfikir
berlangsung.
Dari pernyataan di atas penulis tertarik dengan seorang tokoh da’I K.H. Syukron
Ma’mun yang menyampaikan dakwah sesuai dengan kadar akal fikir yang di dakwahi,
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Dzat Yang Maha Agung dan Maha
Bijaksana, tiada kata yang paling indah yang penulis ungkapkan dengan penuh
keikhlasan hati, selain kata syukur serta ni’mat yang tiada henti, atas kehadirat Allah
SWT yang selalu senantiasa mencucurkan rahmat, taufik, dan hidayah– NYA, sehingga
dengan ridho dan izin – NYA, juga disertai dengan usaha yang sungguh-sungguh
akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas yang mulia ini dengan baik.
Lantunan shalawat serta salam tak lupa selalu tercurahkan untuk panutan dan suri
tauladan kita, pemimpin akhir zaman ya’ni Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, yang
telah membawa umatnya dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh dengan
ketenangan serta kedamaian. Kesejahteraan dan keselamatan semoga selalu mengiringi
keluarga, dan para sahabat-sahabatnya, juga kita sebagai ummatnya semoga mendapatkan
syafa’atul ‘uzma dihari akhir nanti.
Dengan taufik dan hidayah dari Allah SWT, serta usaha yang keras yang dilakukan,
penulis begitu menyadari bahwa masih sangat jauh dari yang namanya sebuah
kesempurnaan, namun berkat doa, bantuan serta dukungan yang begitu banyak dari
berbagai pihak, syukur alhamdulillah akhirnya penulis dapat menyusun skripsi hingga
selesai dengan judul “Pemikiran dan Aktivitas Dakwah K.H Syukron Ma’mun.”
Dalam kesempatan ini penulis sadar bahwa tidak dapat menghindari keterlibatan
penulis. Motivasi, teguran, semangat serta do’a dan nasehat yang tak pernah mengenal
lelah dan bosan hingga skripsi ini terselesaikan dengan baik. Oleh sebab itu, penulis amat
sangat perlu untuk menyampaikan ucapan rasa terima kasih kepada :
1. Bapak. Dr. H. Murodi, M.A., sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi,
Drs. Arief Subhan, M.Ag., Pembantu Dekan Satu (PUDEK I) Drs. Mahmud
Djalal, M.A., Pembantu Dekan Dua (PUDEK II) dan Drs. Study Rizal, M.A.,
Pembantu Dekan Tiga (PUDEK III) yang telah memberikan kesempatan yang
berharga kepada penulis, sehingga penulis dapat mengaplikasikan dan
menuangkan pemikiran-pemikiran dalam karya tulis ini.
2. Bapak. Drs. Wahidin Saputra, M.A., selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing yang tiada henti
meluangkan waktunya, memberikan masukan, kritik dan sarannya, serta selalu
mengarahkan dan membimbing, juga memberikan dorongan dan semangat kepada
penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan hati selama penulisan
berlangsung, sehingga penulis dapat menyelesaiakan skripsi ini dengan baik.
3. Ibunda. Umi Musyarrafah M.A., sebagai Sekretaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam, yang begitu baik telah memberikan bantuan serta semangatnya
kepada penulis.
4. Bapak. Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban, M.A., selaku Dosen Pembimbing
Akademik KPI E , yang telah banyak memberikan masukan , saran, semangat,
dan perhatiannya juga nasehatnya kepada penulis yang tak ada hentinya dan tak
semoga kebaikan-kebaikan yang beliau berikan mendapatkan balasan dari
ALLAH SWT, amin.
5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang banyak
memberikan ilmunya dan yang diiringi dengan kesabaran dalam mendidik penulis
selama menuntut ilmu, semoga ini semua menjadi pelajaran juga pengalaman
yang baik dan bermanfaat untuk penulis di kemudian hari.
6. Segenap Karyawan, dan staf-staf Fakultas Dakwah dan Komukikasi, juga tak lupa
segenap Pimpinan dan Karyawan Pepustakaan dakwah dan Pepustakaan Umum
UIN Syarif Hidayatullah, terima kasih sebanyak-banyaknya karena telah
memberikan dan menyediakan fasilitas yang begitu banyak dalam bentuk
buku-buku untuk dijadikan bahan referensi, sehingga penulis mendapatkan kemudahan
dalam penulisan skripsi ini.
7. Yang terhormat Bapak K.H Syukron Ma’Mun, penulis mengucapkan beribu-ribu
terima kasih atas kesediaannya menjadi nara sumber dan bersedia meluangkan
waktunya disela-sela kesibukannya. Juga kepada Bapak H. Muhammad Faiz L.c.,
yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh data-data tentang profil
dan yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini, penulis tidak dapat
memberikan apa-apa dan juga tidak bisa membalas dengan apapun, penulis hanya
bisa berdoa semoga Allah SWT jualah yang akan memberikan limpahan kasih
sayang serta cucuran rahmat-NYA kepada beliau.
8. Ust. Tibagus Masnun yang telah begitu banyak membantu penulis dalam
memperoleh data-data profil sehingga penulis selalu mendapatkan kemudahan
memberikan bantuan, semangat serta do’anya, serta para Asaatidz tang tak dapat
penulis sebutkan satu demi satu, namun semua itu tak mengurangi rasa ta’zim
sedikit pun kepada beliau-beliau, yang selalu memberikan nasehat dan doa yang
begitu amat banyak, sehingga penulis selalu semangat dan yakin dalam setiap
langkahnya selama menjalani proses pembuatan skripsi ini. Semoga Allah selalu
memberikan limpahan kasih sayang serta keberkahan nya kepada beliau-beliau.
amin
9. Yang paling penulis cintai dan hormati, yaitu Ayahanda H. Zainal Arifin yang
telah memberikan kesempatan belajar dari kecil hingga beranjak dewasa, dan
yang tiada henti mendoakan serta mendukung penulis dengan penuh kesabaran.
Juga tak akan pernah lupa orang yang selalu membuat hati ini bergetar dan
membuat air mata ini selalu mengalir ketika kuingat dan ku sebut namanya,
Ibunda Hj. Masyithoh (almrhmh) “Allohummagfirlahaa” yang selalu menjadi
inspirasi dan semangat dalam setiap langkahku, semoga Allah menempatkanmu
ditempat yang terbaik disisi-NYA. Babeh,Ibu…..terima kasih ku ucapkan akan
cinta dan kasih sayang yang selama ini kalian berdua berikan, tak akan
terbalaskan oleh apapun, pengorbananmu akan terus terukir dihatiku.
10.yang paling penulis sayangi, kakanda Siti Masyrofah, yang telah memberikan
kontribusi begitu banyak kepada penulis yang tak dapat kusebutkan, tanpa
mengenal kata lelah dan bosannya memberikan dukungan dan semangat juga doa
yang tiada henti. Juga kepada adinda Siti Fadhilaturrohmah, yang selalu
mendengarkan keluh dan kesah, disaat penulis sedang mengalami kesulitan.
bagian dari hidupku, mudah-mudahan Allah selalu memberikan kasih sayang
ketentraman dan keberkahan dalam kehidupan kita semua.
11.Untuk mereka, keluarga besarku abang-abang dan mpo-mpo ku yang tak dapat
disebutkan satu persatu, yang selalu mencurahkan kasih sayangnya, perhatian
yang begitu besar dan do’a yang selalu terucap dari lisan mereka untuk penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini. Semoga segala apa yang
kalian berikan mendapatkan pahala yang berlimpah dimata Allah SWT.
12.Sahabat penulis, ukhti (St. Sholeha) yang selalu mendengarkan keluh kesah penulis, yang tidak pernah berhenti memberikan perhatiannya, semangat, dan juga
do’a nya. Penulis hanya dapat membalasnya dengan sebuah do’a yang begitu
tulus, semoga Allah limpahkan kasih sayangnya untuk ukhti, amin.
13.Teman-teman penulis, yaitu Meong, Lael, Mamend dan Hasan yang telah
memberikan bantuan, dukungan, semangatnya, dan juga do’anya serta
perhatiannya yang begitu besar kepada penulis selama penulisan skripsi ini
berjalan.
14.Rekan-rekan penulis lainnya kelas KPI E angkatan 2004 yang tak dapat penulis
sebutkan satu persatu, tapi tak mengurangi rasa hormat dan ucapan terima kasih
yang telah banyak mamberikan pengalaman dalam pergaulan (silaturrahmi).
Semoga mereka semua menjadi orang yang bermanfaat untuk kehidupan yang
akan datang.
15.Hj. Rose (ka iyong) dan bapak sugi, penulis ucapkan rasa terima kasih yang
begitu besar atas doa dan bantuannya yang begitu tulus kepada penulis, semoga
16.Tak lupa penulis ucapakan rasa terima kasih banyak kepada pegawai foto copy
Panda( Mas Agus) yang selalu membantu dan memberikan semangat nya kepada
penulis, juga kepada rental Yobana yang telah begitu baik membantu penulis selama proses pembuatan skripsi ini.
Akhirnya penulis dengan segala kerendahan hati , amat menyadari bahwa
skripsi yang telah penulis selesaikan ini masih sangat jauh dari yang namanya
sebuah kesempurnaan dan penulis berharap kepada pribadi dan pembaca dari
berbagai kalangan bias memberikan saran serta kritikan yang membangun untuk
masa depan yang lebih baik.
Jakarta, 15 Desember 2008
DAFTAR ISI
JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 10
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Manfaat Penelitian ... 10
E. Metodologi Penelitian ... 11
F. Sistematika Penulisan ... 12
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Pemikiran ... 13
B. Pengertian Dakwah ... 22
C. Unsur-unsur Dakwah ... 28
D. Hakikat Dakwah ... 40
B. Latar Belakang Pendidikan ... 52
C. Perjalanan dakwah K.H. Syukron Makmun ... 53
D. Karya-karya K.H.Syukron Ma’mun ... 56
BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN dan AKTIVITAS DAKWAH K.H.SYUKRON
MAKMUN
A. Konsep Pemikiran dakwah K.H.Syukron Makmun ... 58
B. Aktivitas Dakwah K.H.Syukron Makmun ... 74
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 91
B. Saran – saran ... 92
DAFTAR PUSTAKA ... 93
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia hidup di Negara manapun memiliki budaya yang berbeda-beda, namun
hal ini bukanlah penghalang untuk berinteraksi dengan budaya Negara lain dalam
konteks Hubungan Internasional. Manusia di beri kebebasan untuk berbudaya, namun
tidak serta merta budaya Negara lain di adopsi untuk kemajuan Negara, hal ini perlu
di perhatikan, agar budaya asli pribumi tidak terkena dampak budaya negatif Negara
lain. Dalam artian bukan semua budaya Negara lain itu negatif, pasti ada segi
positifnya.
Sekarang manusia telah masuk abad 20-an dalam sejarah perjalanan dunia, hal
ini di tandai dengan berubahnya kondisi dan situasi cara hidup dan gaya hidup.
Dahulu manusia masih mengandalkan kemampuan fisik untuk kelangsungan
hidupnya. Seperti berladang, berburu, hidup berpindah-pindah serta melakukan
peperangan fisik jika terancam dirinya, namun zaman dan sejarah telah membawa
manusia berubah dari cara tradisional menjadi modern.
Di Barat, proses dari masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern di
sebut sebagai modernisasi. Secara historis, Galileo Galilei di anggap sebagai seorang
pahlawan dalam hal modernisasi, ia hidup pada zaman renainsans, abad kelahiran
baru. Para pemikir pada saat itu mulai menempatkan diri dalam kebebasan pribadi
dan dengan akal sehatnya mendobrak dogma gereja, serta menemukan
dalam bukunya “Politik Modernisasi” (1987, halaman 46 ): “Bahwa Galileo adalah
kemenangan akal, dan akal, yang di terapkan dalam masalah manusia, merupakan
landasan modernitas.”1
Industrialisasi adalah proses awal modernisasi, di mulai di Inggris pada abad
ke-18 dengan revolusi industri. Sejak itu, gejala ini meluas keseluruh Eropa dan Amerika Utara, yang di kenal sebagai negara maju, sebaliknya di
Negara-negara yang sedang berkembang, industrialisasi justru di sebabkan oleh modernisasi
dengan bermacam rencana-rencana pembangunan dalam bidang social ekonomi, dan
politik.
Modernisasi di Barat sedikit banyak mempunyai dampak kepada sejarah
peradaban Islam, khususnya di Indonesia. Kalangan muda dalam gerakan Islam
cukup sibuk membahas masalah modernisasi, sejah tahun 1967 atau 1968, ini tampak
dari tulisan-tulisan yang di muat di Koran-koran mahasiswa serta diskusi-diskusi
yang di selenggarakan, baik terbuka maupun terbatas.2 Para cendikiawan Muslim
Indonesia memandang:
“modernisasi adalah rasionalisasi yang di topang oleh dimensi-dimensi moral yang berpijak kepada prinsip iman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Akan tetapi kita sepenuhnya menolak pengertian yang menyatakan modernisasi adalah westrenisasi, sebab kita menolak westrenisasi.” Pendapat Dawam Rahardjo mengutip pandangan Nurcholish Madjid tentang modernisasi.3
Sedangkan kata modernisasi menurut Nurcholish Madjid memiliki pengertian
yang identik, atau hampir identik dengan pengertian rasionalisasi. Itu berarti, proses
perubahan pola berfikir dari tata kerja lama yang kurang rasional (aqliyah) dan
1
Pardoyo, Sekularisasi dalam Polemik (Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 1993), h.39. 2
Nurcholish Madjid, Islam Kemoderenan dan Keindonasian (Bandung: Mizan, 1994),h.175-177. 3
menggantinya dengan pola berfikir dan tata kerja baru yang aqliyah. Hal itu di lakukan dengan menggunakan penemuan mutakhir manusia di bidang ilmu
pengetahuan, sebagai hasil pemahaman manusia terhadap hukum-hukum objektif
yang menguasai alam, ideal dan materil, sehingga alam ini berjalan menurut
kepastian tertentu dan harmonis.
Aspek yang paling mencolok dari modernisasi suatu masyarakat, kelihatannya
mulai beralihnya tekhnik produksi tradisional ke tekhnik modern, pandangan ini
berdasarkan revolusi industri di Barat. Dalam proses modernisasi, pengikisan
pola-pola lama justru sering berakibat pula pada pengikisan nilai-nilai agama terhadap
pribadi masyarakat.
Salah satu kemajuan zaman ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan,
teknologi informasi,dan sebagainya. Begitu wajarnya, apabila pada zaman sekarang
ini tantangan serata tuntutan dakwah semakin keras dan semakin menjulang tinggi.
Pada era informasi ini, di mana lajunya informasi yang dapat kita terima dan serap
dari segala atau berbagai penjuru dunia, baik melaui media cetak maupun elektonik,
dan bahkan sekarang lebih modern lagi yaitu internet. Yang mana internet ini
menyajikan berbagai suguhan, baik yang bermuatan ilmu pengetahuan, hiburan,
sampai kepada hal-hal yang negatif. Beragam VCD beredar tanpa sensor,
komik-komik, dan novel juga demikian, kemudian tempat-tempat hiburan semakin
merajalela, itulah gambaran fakta yang terjadi di era globalisasi ini.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dakwah pun
mengalami perubahan makna yang semakin luas serta metodologi yang bervariasi
melaui tulisan yang dikenal dengan istilah dakwah “bil Qalam” yang merupakan bentuk dakwah yang lebih mudah dan sederhana. Kemudian juga metode dakwah
melaui dialog antar umat beragama yang merupakan salah satu sarana untuk
berdakwah.
Selain itu juga, di zaman sekarang ini muncul berbagai aliran-aliran baru, serta
pemikiran-pemikiran yang membuat masyarakat kita menjadi terpecah belah. Artinya,
dengan banyak aliran-aliran baru itu keyakinan serta kebudayaan yang selama ini di
yakininya itu bisa berubah, dikarenakan mereka masih awam sehingga dengan
mudahnya mereka terjerumus oleh aliran-aliran tersebut. Di tambah lagi dengan
adanya situs-situs internet, yang mana begitu banyak timbul pemikiran-pemikiran
baru yang dengan mudahnya juga masyarakat jadi ikut terbawa. Karena keadaan
masyarakat yang selalu identik dengan ilmu pengetahuan tinggi, sudah bisa
dipastikan dalam kehidupan sehari-harinya tidak terlepas dari informasi, baik yang
datang dari media cetak maupun elektronik. Media cetak adalah media yang
berhubungan dengan pempublikasian melalui majalah, buku, Koran, dan lain-lain.
Memang kita harus akui, bahwa segala sesuatu pasti mempunyai sisi positif dan
negatif, tergantung kepada manusia yang mempunyai hak prioritas untuk memilih.
Oleh karena itu, dengan demikian dituntut para generasi bangsa yang professional,
yang mampu menterjemahkan situasi dan kondisi masyarakat yang membenteng
dihadapan kita. Untuk itu, mubaligh atau para tokoh ulama harus mampu menghadapi
arus globalisasi secara terbuka dengan tidak menutup diri dari hal-hal yang serba
teknik-teknik dakwah yang cermat, teliti, dan harus mampu mengikuti kemajuan
zaman modern ini.
Dakwah merupakan aktivitas yang begitu lekat dengan kehidupan kaum
muslimin. Begitu dekatnya sehingga hampir seluruh lapisan masyarakat terlibat di
dalamnya. Dakwah juga “merupakan kewajiban bagi seluruh muslim yaitu mengajak
ke jalan yang ma’ruf dan mencegah segala kemungkaran. Dakwah adalah membina
umat manusia serta menyelamatkan mereka dari kesengsaraan dunia dan akhirat.”4
Upaya untuk mensyiarkan dan mengembangkan agama Islam adalah
merupakan amanah dan tugas yang mulia. Sebab hal ini pada dasarnya sebagai
realisasi dari kandungan Al-Qur’an dan Sunnah. Dalam mensyiarkan dan
mengembangkan dakwah tidak cukup hanya dengan kelengkapan konsep saja tetapi
dengan menggunakan metode yang bisa di terima oleh mad’unya.
Banyak sekali metode-metode dakwah yang di gunakan para da’I untuk
mengajak umat manusia khususnya muslimin dan muslimat menuju jalan keridhoan
Allah SWT. Salah satu cara yang khas dalam dakwah adalah ceramah mimbar, yang
mungkin inilah satu-satunya cara berdakwah menurut pandangan orang awam.
Padahal dakwah bisa di lakukan dengan metode apapun, misalnya melalui perbuatan,
pendekatan psikologis dan lain sebagainya, yang terpenting adalah bagaimana
caranya agar kapan dan dimanapun berada harus dapat mengingat Allah SWT.
Dengan berbagai fenomena kehidupan, kegiatan dakwah memiliki peranan
penting untuk dapat menopang dan akan menemukan kembali aspek yang paling
fundamental dalam sebuah kehidupan. Upaya mengajak manusia untuk tetap menjadi
makhluk yang baik selalu menghambakan dirinya terhadap Tuhan, yang wujudnya
4
menjalankan sebuah risalah atau misi yaitu menata kehidupan sesuai yang di
kehendaki oleh Allah SWT. Yang akan menjadi kebaikan di dalam kehidupan,
terbebas dari siksaan di dunia maupun di akhirat. Begitu juga dengan Islam adalah
etika dan kekuatan atau kasih sayang dan keadilan. Islam adalah kebudayaan dan
undang-undang, atau ilmu pengetahuan dan peradilan. Islam adalah materi dan
kekayaan atau usaha dan kecukupan. Islam jihad dan dakwah.
Makna dakwah adalah segala usaha dan kegiatan yang di sengaja dan berencana
dalam wujud sikap, ucapan, dan perbuatan yang mengandung ajakan dan seruan, baik
langsung maupun tidak langsung yang di tujukan pada orang perorangan, masyarakat
atau golongan supaya tergugah jiwanya, terpanggil hatinya kepada ajaran Islam,
untuk selanjutnya mempelajari dan menghayati serta mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Dakwah juga segala sesuatu yang tidak dapat di pisahkan dari dakwah yang
seperti: perekonomian tidak dapat di pisahkan dari dimensi dakwah, tidak bisa di
pisahkan politik dari dimensi dakwah, dan juga tidak bisa memisahkan seni, budaya
dan kreativitas lainnya sebagai refleksi dakwah, jadi luas sekali makna dakwah,
bukan sekedar seorang yang berdiri menyampaikan aspek-aspek tertentu dari ajaran
agama Islam. Seorang Buruh juga berdakwah, begitu juga dengan Petani, Perawat,
hakim, Jaksa, Polisi, apapun bidang-bidang termasuk mereka yang berada di
parlemen eksekutif kalau mereka seorang muslim, wajib baginya melaksanakan tugas
dakwah tersebut.
Dari berbagai definisi tentang dakwah itu sendiri meskipun tidak ada yang baku
dakwah yaitu untuk mengajak kepada sesuatu yang lebih baik. Artinya setiap muslim
bertugas dan berkewajiban menjadi pengajak, penyeru, atau pemanggil kepada umat
untuk melaksanakan Amar ma’ruf Nahi Munkar. Mengajak kepada kebaikan dan
meninggalkan kenistaan. 5
Umat Islam yang paling besar dan banyak yang tersebar di dunia itu harus di
bina sebaik mungkin dengan akhlak Qur’ani dan keimanan, sehingga terwujudlah
akhlakul karimah. Kalau tidak hampir dapat dipastikan, umat Islam ada dalam
kejahiliahan, serta dapat melahirkan berbagai macam penyimpangan. Maka mubaligh
harus cepat tanggap, dan bagaimana seharusnya menginformasikan dakwah
Islamiyah, agar masyarakat lebih kuat dan lebih tekun imannya. Pandangan yang
seperti inilah yang juga di jadikan sebagai landasan oleh K. H. Syukron Ma’mun
salah satu tokoh dakwah, ulama, bahkan bisa dikatakan “Singa Mimbar” untuk
melakukan dakwah di era globalisasi ini. Dengan memanfaatkan globalisasi yang ada,
K. H. Syukron Ma’mun mencoba untuk menerima kemajuan tekhnologi komunikasi
yang ada, dengan tidak meninggalkan visi, misi, dan tujuan utamanya, yakni dakwah.
Aktivitas seorang K. H. Syukron Ma’mun merupakan salah satu tokoh penyebar
ajaran Islam yang sukses dengan dakwahnya, dalam berbagai corak pemikiran
melalui kebebasan berpikir dengan media demokrasi, social-budaya, agama, dan
politik.
K. H. Syukron Ma’mun merupakan sebagian figur di Negara kita tercinta ini,
untuk diteladani dalam hal aktivitas dakwahnya, juga dalam pemikirannya. Trik-trik
dakwah dan strategi dakwah beliau merupakan suatu hal yang menarik untuk dikaji,
sehingga dapat memberikan kontribusi positif bagi kita. K. H. Syukron Ma’mun telah
5
menunjukkan kontribusi yang signifikan yang berupa pemikiran dalam bidang
dakwah Islam.
Tokoh K. H. Syukron Ma’mun ini menarik untuk dikaji karena beberapa alasan
:
1. K. H. Syukron Ma’mun seorang aktivis muslim yang memiliki visi dan misi serta
orientasi yang jelas dalam bidang social keagamaan. Dilihat dari aktivitasnya
dalam bidang dakwah baik dalam dan luar negeri.
2. Bila dilihat dari latar belakang kehidupannya, sejak kecil beliau sudah terjun
dalam aktivitas dakwah yang ditunjang dengan khasanah keilmuan dan wawasan
serta pengalamannya yang sangat luas.
3. Sebagai praktisi dakwah tidak hanya pandai berkata-kata saja, tetapi juga
memiliki ilmu tentang dakwah yang didapatkannya melalui pendidikan formal.
Dengan beberapa alasan tersebut, maka sewajarnya figur K. H. Syukron
Ma’mun ditulis karena perannya dalam gerakan dakwah sama dengan tokoh-tokoh
agama, da’i-da’i kondang di Indonesia, yang di harapkan bisa di ikuti oleh
kader-kader dakwah berikutnya. Dari penjelasan di atas, maka penulis mencoba mengangkat
sebuah judul “PEMIKIRAN DAN AKTIVITAS DAKWAH K. H. SYUKRON MA’MUN”
Penulis membatasi tulisan ilmiah ini hanya pada pemikiran dan aktivitas K. H.
Syukron Ma’mun dalam perjalanan dakwahnya. Dengan perumusan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana pemikiran dakwah K. H. Syukron Ma’mun ?
2. Apa saja bentuk aktivitas dakwah K. H. Syukron Ma’mun ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Secara Umum
Untuk memberikan penjelasan yang akurat seputar pemikiran serta aktivitas
dakwah tokoh agama dalam berdakwah dimasa yang akan datang.
2. Tujuan Secara Khusus
Untuk memberikan penjelasan mengenai pemikiran dan aktivitas dakwah K. H.
Syukron Ma’mun.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Merupakan salah satu penelitian yang dapat dipakai sebagai pelengkap
referensi dan pembanding untuk studi-studi selanjutnya, serta akan menambah
jumlah studi mengenai dakwah K. H. Syukron Ma’mun.
2. Manfaat Praktis
a. Kepada pembaca umumnya, penelitian ini di harapkan menjadi bahan
motivasi para mubaligh dalam mengkomunikasikan dakwah dengan
b. Hasil penelitian yang akan penulis lakukan dalam hal ini dapat di gunakan
sebagai tindakan praktis untuk memberikan pengetahuan kepada penulis
tentang kegiatan dakwah K. H. Syukron Ma.mun di era globalisasi ini.
E. Metodologi Penelitian
Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,
metode ini menggambarkan profil KH. Syukron Ma’mun dalam pemikiran dan
aktivitas dakwahnya. Penelitian ini dilakukan sebagai penunjang penelitian lainnya.
Dengan mengetahui pandangan dan pendapat melalui buku, majalah, Koran, dan
lain-lain yang berhubungan dengan judul skripsi yang diangkat oleh penulis. Untuk
memperoleh data tersebut, penulis menggunakan :
1. Wawancara
Wawancara atau interview merupakan suatu alat pengumpulan informasi
langsung tentang beberapa jenis data. Penulis mengadakan dialog langsung dengan
pihak terkait yang berhubungan dengan tema yang diangkat oleh penulis.
2. Studi Dokumentasi
Adalah merupakan tekhnik yang juga di lakukan baik berdasarkan buku,
makalah, ataupun sumber literature-literatur lainnya agar data yang di peroleh
lengkap dan akurat. Data tersebut adalah data sekunder.
3. Analisis Data
Analisis data yang di gunakan penulis adalah analisa Deskriftif, yaitu di
peneliti di lapangan, dan titik beratnya pada observasi ini, hanya pada gejala dan
mencatatnya sebagai hasil penelitian dan tidak berusaha memanipulasi data.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembahasan skripsi ini, penulis menggunakan beberapa hal
tentang sistematika penulisan dengan rincian sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN, terdiri dari : Latar Belakang Masalah, Pembatasan
dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi
Penelitian, serta Sistematika Penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS, meliputi : Konsep Pemikiran, Pengertian
Dakwah, Unsur-unsur Dakwah, serta Hakikat Dakwah.
BAB III BIOGRAFI, K. H. SYUKRON MA’MUN, meliputi : Latar Belakang
Keluarga dan Masa Kecilnya, Latar Belakang Pendidikan, Perjalanan
Dakwah K. H. Syukron Ma’mun, dan Karya-Karya K. H. Syukron
Ma’mun.
BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN dan AKTIVITAS DAKWAH K.H.
SYUKRON MA’MUN meliputi : Konsep Pemikiran Dakwah K.H.
Syukron Ma’mun, serta Aktivitas Dakwah K.H. Syukron Ma’mun.
BAB V PENUTUP, yang mencakup kesimpulan dan saran-saran.
DAFAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Pemikiran
Dinamika sosio-kultural, akhir-akhir ini sangat di rasakan oleh umat manusia
dan telah mewarnai hampir seluruh aspek kehidupan spiritual sebagai potensi
rohaniah manusia. Pesatnya dimensi keilmuan yang berhasil menjawab hampir
seluruh potensi sumber daya alam dan manusia terutama menjelang berakhirnya abad
XX ini, di satu pihak telah berhasil memuaskan sebagai kaum rasionalis. Meskipun
upaya penjelajahan dengan ilmu sebagai alat analisis dan tekhnologi sebagai ilmu
terapan telah terbukti memberikan hasil konkrit, tetapi proses itu bukan berarti tidak
masalah.
Perkembangan dinamisasi kehidupan manusia menunjukkan bahwa
sesungguhnya kehidupan manusia adalah dinamis, senantiasa berkembang mengikuti
alur kehidupan. Islam di proklamirkan oleh Nabi Muhammad SAW.9571-623 M) di
Arabia. Dalam waktu yang relatif singkat, Islam telah berkembang ke
wilayah-wilayah sekitar Arabia, dan tidak lama kemudian Islam telah menaklukkan dua
kekuatan super power ketika itu, yaitu di belahan Timur kekuatan Persia sebagai
pusat perkembangan agama Zoroaster dengan pusatnya di Khurasan, dan di belahan
Barat kekuatan Byzantium sebagai pusat perkembangan agama Kristen dengan
pusatnya di Constantinopel.6
6
Lodrop Stoddart, dalam The new world of Islam menggambarkan perkembangan Islam: “Bangkitnya Islam barangkali satu peristiwa yang menakjubkan dalam sejarah manusia. Dalam tempo seabad saja, dari gurun tandus dan suku bangsa terbelakang, Islam telah tersebar hampir menggenangi separoh dunia; menghancurkan kerajaan-kerajaan besar, memusnahkan beberapa agama besar yang telah di anut berbilang zaman dan abad, mengadakan revolusi berfikir dalam bangsa-bangsa, dan sekaligus membina suatu dunia baru, dunia Islam.” 7
Berfikir merupakan aktifitas yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan
manusia. Selama kesadaran terjadi, selama itu pula aktivitas berfikir berlangsung.
Objek pemikiran pun sangat luas, seluas wilayah jagad raya ini. Untuk itu, otak yang
di pandu nilai, ibarat pengembara di padang luas berjalan tanpa arah, tentu saja lebih
mungkin tersesat daripada selamat. Atas dasar itu, akal manusia perlu metode dan
arah dalam berfikir. Ketika Islam menyinggung aspek pemikiran, bukan berarti ia
memasung potensi nakal pikiran, namun mengarahkan dan membimbingnya menuju
hidup yang maslahat. Bagaimana berfikir Islami adalah upaya menjelaskan hakikat
rambu-rambu, dan arah berfikir agar sesuai dengan kaidah ilmiyah obyektif, dan itu
berarti sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Dalam kamus umum Bahasa Indonesia kata “pikir” mempunyai arti, (1) akal
budi, ingatan, angan-angan : dan (2) kata dalam hati, pendapat (pertimbangan).
Sedangkan kata “berpikir” diartikan menggunakan akal budi untuk
mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu, menimbang-nimbang dalam ingatan.
“memikirkan” artinya mencari daya upaya untuk menyelesaikan sesuatu dengan
menggunakan akal budi. “pemikiran” adalah cara atau hasil pikir. Karena kata “pikir”
berasal dari bahasa arab Fikr lahir pula Tafkir (dari Fakkara – Yufakkiruu-), yang
7
artinya “memfungsikan akal dalam suatu masalah untuk mendapatkan
pemecahannya.8
Toha Jabir Alwani 1989 mengatakan bahwa dalam Al-Qur’an, kata Fikr tidak disebut dalam bentuk isim (kata benda), tetapi dalam bentuk Fiil (kata kerja) yakni
Fi’I madhi (telah terjadi) dan Fi’I mudhori (sedang dan akan terjadi : kontinu) serta dalam sighah mukhatab (bentuk orang kedua) dan ghaib (orang ketiga). Misalnya
fakara, tatafakkarun. Dalam bahasa Arab Fi’I senantiasa menunjukkan atau mengandung adanya dua hakikat yakni perbuatan itu sendiri dan pelakunya, sehingga
dalam kata fakkara tersebut ada fikr (perbuatan berfikir) dan ada mufakir
(pemikirnya). Disamping itu, kegiatan berpikir termasuk yang memerlukan objek
yang difikirkan.9
Ada beberapa pendapat atau pengertian yang dikemukakan oleh para ahli pikir.
Tidak ada perbedaan yang mendasar di antara mereka, definisi atau ta’rif itu sebagai
berikut.
Pemikiran atau berpikir adalah kata benda dari aktifitas akal yang ada didalam
diri manusia, baik kekuatan akal berupa kalbu, roh, atau zin, dengan pengamatan atau
pendalaman untuk menemukan makna yang tersembunyi dari persoalan yang dapat
diketahui, maupun untuk sampai pada hukum atau hubungan antar sesuatu. Menurut
Ibnu Kholdun 1986, berpikir atau pikir ialah penjamahan bayang-bayang yang telah
diindra -ini dibalik perasaan- dan aplikasi akal didalamnya untuk membuat analisis
dan sintesis.( Ibnu Khaldun, 1986 ).
8
Abu Azmi Azizah, Bagaimana Berfikir Islami,(Solo:Era Intermedia,2001),h.43-44 9
Muhammad Imarah ( 1994 ) mengatakan bahwa “pemikiran” secara
termonologis adalah pendayagunaan pemikiran terhadap sesuatu dan sejumlah
aktivitas otak, berupa berpikir berkehendak, dan perasaan yang bentuk paling
tingginya adalah kegiatan menganalisis, menyusun dan mengkoordinasi.
Dari beberapa makna dan pengertian berpikir tersebut, kita dapat mengetahui
bahwa dalam berpikir terdapat beberapa hal, yaitu; (1) adanya kegiatan atau aktivitas
akal budi yang berupa pengamatan, perenungan, analisis, dan sintesis; (2) adanya
“sarana” yang berupa indra, akal, dan hati (roh); (3) adanya sesuatu yang telah
diketahui; dan (4) adanya sesuatu yang akan diketahui atau dihasilkan berdasarkan
hal-hal yang telah diketahui.10
Dalam kamus umum Bahasa Indonesia karya WJS.Purwodarminta, kata
pemikiran berarti abstraksi seseorang terhadap sesuatu. Atau lebih jauh, pemikiran di artikan sebagai konsepsi, pandangan, nalar akal seseorang atas suatu hal.
Dapatlah kita sedikit mencerna dan memahami bahwa pemikiran adalah sebuah
pendaya gunaan otak menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan
memutuskan sesuatu; menimbang-nimbang dalam ingatan. “Memikirkan” artinya
mencari daya upaya untuk menyelesaikan sesuatu dengan menggunakan akal budi.
“Pemikiran” adalah cara atau hasil pikir.
Manusia terlahir di dunia telah dilengkapi dengan berbagai unsur yang sekaligus merupakan potensi yang sangat penting bagi diri dan kehidupannya. Secara garis besar, manusia terdiri dari jasmani dan rohani. Manusia telah di bekali dengan berbagai potensi, berupa indra, akal fikiran, dan hati.11 Potensi yang lain adalah kejahatan dan taqwa yang Allah ilhamkan kepadanya.
10
Ibid.,h.45 11
Dengan indranya, seseorang dapat mengetahui atau menangkap sesuatu
fenomena, atau peristiwa yang ada di sekitarnya. Termasuk di dalamnya makhluk
hidup, khususnya manusia itu sendiri dengan segala tingkah laku dan
kompleksitasnya. Apa saja yang di indra, secara otomatis akan di proses atau di
transformasikan ke otak sebagai input. Otak memproduksi input itu dalam ingatan,
mengimajinasikan, membandingkan, menyeleksi, dan mengombinasikan dalam
bentuk yang baru, dengan proses seperti itu secara continue, akan diperoleh suatu
pendapat, teori, hukum-hukum atau ilmu pengetahuan yang dapat dimanfaatkan untuk
memecahkan problem kehidupannya.
Oleh karena itu, berfikir sesungguhnya suatu kebutuhan insani yang tak
terelakkan untuk tumbuh dan berkembang, yang sekaligus merupakan kebutuhan
akan aktualisasi fitrahnya. Tegasnya, manusia tidak dapat lepas dari berfikir
seberapapun intensitas dan kuantitasnya.
Manusia diberikan kelebihan dari makhluk-makhluk yang Allah telah ciptakan,
yaitu akal, maka sesuai dengan potensi yang dimiliki manusia, di jadikan sebagai
suatu anugerah yang besar dan harus di manfaatkan dan di aktualisasikan secara
benar. Ada makna yang tersurat dan tersirat dari alam dan Al-Qur’an, di sinilah
manusia di anjurkan untuk merenungkan tanda-tanda kebesarannya, baik berupa
ayat-ayat dan melalui perantara alam semesta ini dalam bentuk yang konkrit.
Dengan demikian, bagaimana manusia berfikir mengaplikasikannya dalam
bentuk dakwah, yaitu menyeru kepada jalan kebenaran yang telah diperintahkan
Allah SWT, dan meninggalkan apa yang menjadi larangan-NYA.Dakwah merupakan
dakwah merupakan suatu kewajiban yang dibebankan agama kepada pemeluknya.
Dengan demikian, dakwah bukanlah semata-mata timbul dari pribumi/golongan,
walaupun aktivitas ini di khususkan pada satu golongan/individu ( thaifah ) yang
melaksanakannya. Islam sendiri adalah sebagai nama sebuah agama disebut juga
sebagai “dakwah”. Artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk
senantiasa aktif dalam melakukan dakwah bahkan bisa di katakan bahwa mundurnya
Islam sangat bergantung pada kegiatan dakwah yang dilakukannya.
Potensi yang sempurna dalam diri manusia memang tidaklah mudah untuk
mempraktekkannya, namun Allah SWT memberikan pegangan, petunjuk, serta
pedoman agar dakwah dapat berhasil dan pemikiran manusia tidak membelok dari
sumber-sumber pedoman itu, antara lain:
1. Al-Qur’an
Al-Qur’an mengharuskan manusia untuk berpikir, merenungi dan
mengelola alam semesta serta memanfaatkannya bagi kemaslahatan diri kita dan
kehidupan manusia pada umumnya, karena alam semesta ditunjukkan kepada
manusia untuk di kelola, maka tidaklah heran manusia di sebut sebagai khalifah fil ardh, yang harus menjaga kehidupan dan kemakmuran bumi.
!" #$%& '() * +",
-ی,
/- ی
0
!" * ' 1 /2!, 3/&4) 5 6-! 4!, 78 / '
9 & :
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “ Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata : “ Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman : “ Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”(QS. Al-Baqarah : 30)
Menurut Ustman Najati (1985), Allah SWT telah memberi dorongan kepada
manusia untuk memikirkan alam semesta, mengadakan pengamatan,
merenungkan pencipaan langit dan bumi serta apa saja yang ada didalamnya.
Akal merupakan rahmat serta karunia yang tak ternilai harganya, dan ini
merupakan sumber kekuatan yang dapat menyingkap sisi kehidupan dan berbagai
macam pemikiran, serta menentukan derajat manusia tinggi atau rendah di sisi
Allah SWT.
Mengenai dakwah dalam Al-Qur’an, dapat di ambil sebuah ayat yang
berkenaan pula dengan masalah ini. Ayat itu berbunyi :
;#<&
9 < , =,; & ) 9,; > 1 ?< @ ;
A ? ;
0B<C
# D B#
E
7 , F ) 9 < G ,
9 < G& 0 < 0 ? ;
9
9 2ﺱ
0E;IC ,
Artinya :
di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Imran : 110)
2. Al – Hadist
Selain ayat-ayat Al-Qur’an, yang menjadi sumber dakwah ada pula yaitu
hadist-hadist Nabi s.a.w yang shahih dan diriwayatkan oleh orang-orang yang
shahih dimana menjelaskan akan kewajiban umatnya untuk berbuat baik dan
mencegah perbuatan yang dilarang, antara lain :
a. Hadist Riwayat Imam tirmizi ; Dari Khudzaifah ra. Dari Nabi bersabda; “Demi dzat yang menguasai diriku, haruslah kamu mengajak kepada kebaikan dan haruslah kamu mencegah perbuatan yang mungkar, atau Allah akan menurunkan siksa-Nya kepadamu kemudian kamu berdo’a kepada-Nya di mana Allah tidak akan mengabulkan permohonanmu”. (HR. Tirmidzi)
b. Hadist Riwayat Imam Muslim ; Dari Ali Sa’id Al-Khudhariyi ra. Berkata; aku telah mendengar rasulullah bersabda; barang siapa diantara kamu melihat kemunkaran, maka hendaklah mencegah dengan tangannya (dengan kekuatan atau kekuasaan) ; jika ia tidak sanggup dengan demikian (sebab tidak memiliki kekuatan dan kekuasaan) ; maka dengan lidahnya; dan jika (dengan lidahnya) tidak sanggup, maka cegahlah dengan hatinya, dan dengan demikian itu adalah selemah-lemahnya”. (HR. Muslim)
Selemah-lemahnya keadaan seseorang, setidak-tidaknya ia masih tetap
Allah sebagai orang yang masih memiliki iman, menolakan kemungkaran dengan
hati tempat bertahan yang minimal, benteng penghabisan tempat berdiri.12
Kedua hadist diatas didahului dengan sebuah sumpah Nabi yang
menunjukkan, bahwa manusia hanya mempunyai dua alternatif jalan yaitu
berbuat amal ma’ruf atau nahi munkar, dengan kata lain jika tidak melaksanakan perbuatan baik, maka malapetaka menghampiri mereka dan permohonannya tidak
akan dikabulkan. Lebih jauh, perlu diingat jika Allah telah murka kepada umat
yang membiarkan saja kemungkaran, terkena malapetakanya bukan orang
perorangan, tetapi umat secara keseluruhan.
3. Sejarah hidup para sahabat dan fuqoha
Dalam sejarah hidup para sahabat-sahabat besar dan para fuqoha cukuplah
memberikan contoh baik yang sangat berguna bagi juru dakwah. karena mereka
adalah orang yang expert dalam bidang agama. Muadz bin Jabal dan para sahabat
lainnya merupakan figur yang patut dicontoh sebagai kerangka acuan dalam
mengembangkan misi dakwah.
4. Pengalaman
Experince is the best Teacher, itu adalah motto yang punya pengaruh besar bagi orang-orang yang suka bergaul dengan orang banyak. Pengalaman juru
dakwah merupakan hasil pergaulannya dengan orang banyak yang kadangkala
dijadikan reference ketika berdakwah.13
B. Pengertian Dakwah
12
M.Natsir, Fiqhu Dakwah,(Semarang:Ramadhani,1984),h.113 13
Dalam buku ensiklopedi Islam, kata dakwah adalah kata dasar atau
masdar. Kata kerjanya adalah da’a, yang mempunyai arti memanggil, menyeru, atau mengajak. Setiap gerakan yang bersifat menyeru, atau mengajak, dan memanggil
orang untuk beriman dan taat pada perintah Allah SWT. Sesuai garis kaidah, syariat,
dan akhlak islamiyah.14
Menurut Jum’ah Amin abdul aziz, makna dakwah secara bahasa mengandung
beberapa arti: 1. An-nida atau panggilan. 2. Menyeru. 3. Menegaskan atau membela.
4. Suatu usaha berupa perkataan atau perbuatan untuk menarik manusia kesuatu aliran
atau agama tertentu. 5. Memohon dan membantu atau berdo’a.15 Dalam kamus
Bahasa Indonesia kontemporer dakwah mengandung arti “penyiaran agama Islam di
kalangan masyarakat berikut seruan untuk mengamalkan ajaran agama”.16
Dakwah yang semula hanya berarti memanggil atau mengajak kepada sesuatu,
dalam pengertian khusus berarti mengajak kejalan Allah (ud’u lil sabili rabbika). Artinya mengajak seseorang atau sekelompok orang untuk berIslam, memeluk agama
Islam dan mengamalkannya. Disini dalam proses dakwah terjadi relasi interaktif yang
kreatif, dinamis, dan inovatif antar individu atau kelompok orang yang mendakwahi
(da’i). Allah SWT. Yang menentukan dakwah. Proses ini di harapkan dapat
menimbulkan perubahan positif kearah yang lebih Islami.17
14
Ensiklopedi Islam (Jakarta:Ichtiar Can Hoeve, 1999),h.280 15
Jum’ah Amin Abdul Aziz, Fiqih Dakwah Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam
(Surakarta:Era Intermedia,2000),h.24-25 16
Peter Salin dan Yeni Salam, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Edisi II (Jakarta:Modern Eanglish Press,1995),h.31
17
Salah satu karakter dakwah Islamiyah adalah komprehensif, yaitu dakwah yang
bersifat menyeluruh, menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia, sesuai dengan
watak dan ajaran Islam itu sendiri.18
Sedangkan Endang Saefudin lebih jauh membagi dakwah dalam arti terbatas
dan luas. Dakwah Islam dalam arti terbatas; Penyampaian Islam kepada manusia baik secara lisan maupun tulisan, ataupun secara lukisan (panggilan,seruan dan ajakan kepada manusia pada Islam). Sedangkan arti luas dakwah Islam dalam kehidupan
manusia (termasuk didalamnya: politik, ekonomi, social, pendidikan, kesenian, ilmu
pengetahuan, tekhnologi dan penghidupan itu sendiri).19
Lebih lanjut, Syekh Ali Mahfudz memperjelas, dakwah adalah mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek agar mereka mendapat kebahagiaan didunia dan di akhirat. Pendapat ini juga selaras dengan pendapat al-Ghazali bahwa “amar ma’ruf nahi munkar adalah inti gerakan dakwah dan penggerak dalam dinamika masyarakat islam.20
, ! AJ; K) L F L "
M
6ﺱ NOE
! 8 , F 9 46ﺱ, < 6?
C;P&
Artinya: “inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, maha suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”(Q.S. Yusuf: 108).
18
Didin Hafidudin, Pemberdayaan Dakwah Dalam Mengatasi Krisis Moral Ekonomi Bangsa, 30 Desember,2003,h.1
19
Endang Saifudin Anshari,h., Wawasan Islam Pokok-pokok Pikiran Tentang Islam Dan Umatnya
(Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada,1993),h.178 20
Atas dasar ayat diatas, salah satu tujuan dakwah adalah membentangkan jalan
Allah di atas bumi agar dilalui umat manusia.21
Dakwah Islamiyah adalah mengajak dari apa adanya kepada yang seharusnya,
sesuai dengan syari’at Islam. Karena selain itu, Islam adalah rahmat bagi seluruh
umat manusia. Dan definisi-definisi tersebut di atas meskipun perbedaan dalam
perumusan, tetapi apabila di perbandingkan satu sama lain dapatlah di tarik benang
hijaunya, sebagai berikut : Dakwah adalah merupakan suatu proses penyelenggaraan
suatu usaha atau aktivitas yang di lakukan dengan sabar dan dengan sengaja,
berdasarkan Al-Qur’an san As-Sunnah. Usaha yang di selenggarakan itu berupa :
1. Mengajak orang lain untuk beriman dan mentaati Allah SWT untuk memeluk
agama Islam serta menjalankan perintahnya.
2. Amar ma’ruf, perbaikan dan pembangunan masyarakat atau islah.
3. Nahi munkar, mencegah perbuatan yang di larang Allah. Proses penyelenggaraan
Usaha tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu kebahagiaan
dan kesejahteraan hidup yang diridhoi oleh-Nya. Itu semua tidak hanya merupakan
sebuah pengertian, namun juga merupakan sebuah kewajiban kita semua yang harus
dikerjakan.
Dalam setiap aktivitas dakwah yang merupakan proses menuju kebaikan pasti
harus memiliki tujuan. Tujuan disini dapat diartikan “sebagai suatu yang ingin dicapai
dalam kadar tertentu dalam segala usaha yang diarahkan kepadanya. Dalam tujuan
21
memiliki empat batasan, yaitu 1. hal yang hendak dicapai, 2. jumlah atau kadar yang
diinginkan, 3. kejelasan tentang yang ingin dicapai dan 4. arah yang ingin dituju.22
Pendapat lain tentang tujuan dakwah juga dikemukakan oleh pakar komunikasi
Toto Tasmara bahwa : Tujuan dakwah adalah menegakkan ajaran Islam kepada setiap
insan baik individu maupun masyarakat sehingga ajaran tersebut mampu mendorong
suatu perbuatan yang sesuai dengan ajaran tersebut”.23 Sedangkan tujuan dakwah
secara umum adalah mengajak manusia kejalan yang benar yang diridhoi oleh Allah
SWT agar hidup bahagia dan sejahtera di dunia maupun di akhirat dan mengentaskan
dari kegelapan kepada yang terang benderang. Sebagaimana Firman Allah SWT :
L " 0 ) 9+Q)
(< L " R & (S
1 ?< T;UB ' " N < V! WD BC ;
VیV X ;ﺹ
/ &4
Artinya : Alif, laam raa. (ini adalah) Kitab yang kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. (Q.S.Ibrahim : 13 :1)
Ada beberapa Klasifikasi tujuan dakwah secara khusus yaitu :
1. Mengajak manusia yang sudah memeluk Islam untuk meningkatkan taqwanya
kepada Allah
2. Membina mental pemeluk Islam yang masih mualaf (lemah iman dan
pendiriannya )
3. Mengajak manusia yang belum beriman agar beriman kepada Allah
Sebagaimana Firman Allah :
22
Zaini Muchtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah Islam (Yogyakarta:Al-Amin Press,1996),h.18
23
,/6 1 ?<
(ی ی
9 2?B 0#? 0# 6
یO? , 0#2 ZO? 0#?)
“ Hai manusia sembahlah tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa.” (Q.S.Al-Baqarah. 21)
4. Mendidik dan mengajar manusia agar tidak menyimpang dari fitrahnya kedua
tujuan tersebut, baik menurut konsepsi Al-Qur’an maupun menurut para ahli
dalam bidang Dakwah walaupun ada perbedaan pendapat tetapi dapat
disimpulkan menjadi tujuan dakwah yang sempurna, yaitu menjalankan perintah
Allah yang telah diwahyukan kepada nabi dan Rasulnya untuk kesinambungan
syiar Islam dalam rangka mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan dunia dan
akhirat yang diridhoi Allah.
Sasaran kegiatan dakwah adalah seluruh anggota masyarakat dengan segala
macam bentuknya. Dalam sasaran Dakwah sangat menentukan berlangsungnya suatu
kegiatan dakwah, tanpa adanya sasaran dakwah pada hakikatnya dakwah itu tidak
ada.
Ada beberapa bentuk sasaran dakwah ditinjau dari segi psikologinya yaitu :
1. Sasaran dilihat dari segi sosiologi, meliputi masyarakat terasing, pedesaan,
pinggiran kota dan masyarakat kota besar.
2. Sasaran dakwah yang menyangkut golongan dilihat dari segi stuktur kelembagaan
berupa masyarakat dari kalangan pemerintah dan keluarga biasa.
3. Sasaran dakwah yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat dari segi
usia berupa golongan anak-anak remaja dan dewasa.
4. Sasaran dakwah yang berupa kelompok masyarakat dilihat dari segi cultural
5. Sasaran dakwah yang berhubungan dengan golongan masyarakat di lihat dari segi
propesi dan pekerjaan berupa golongan petani, nelayan, pedagang, seniman,
pegawai negeri, buruh dan lain-lain.
6. Sasaran dakwah yang menyangkut golongan masyarakat di lihat dari segi tingkat
hidup social ekonominya berupa golongan orang yang kaya, menengah dan
miskin.
7. Sasaran dakwah yang menyangkut kelompok masyarakat di lihat dari segi jenis
kelamin berupa golongan perempuan dan laki-laki.
8. Sasaran dakwah yang berhubungan dengan golongan masyarakat yang di lihat
dari segi khusus berupa golongan tuna wisma, tuna karya, tunasusila, narapidana
dan lain-lain.
C. Unsur-unsur Dakwah
Islam sebagai Al-Din Allah merupakan manhaj Al-hayat atau way of life, acuan dan kerangka tata nilai kehidupan. Oleh karena itu, ketika komunitas muslim
berfungsi sebagai sebuah komunitas yang di tegakkan di atas sendi-sendi moral iman,
Islam dan taqwa serta dapat di realisasikan dan di pahami secara utuh dan padu
merupakan suatu komunitas yang tidak esklusif karena bertindak sebagai “al umma al wasatan” yaitu sebagai teladan di tengah arus kehidupan yang serba kompleks, penuh dengan dinamika perubahan, tantangan dan pilihan-pilihan yang terkadang sangat
dilematis.
Masuknya berbagai ajaran atau pemahaman yang tidak relevan dengan
agama khususnya Islam adalah dengan masuknya aliran materialisme yang sangat
ateistik yang bersal dari Barat), ada kecenderungan membuat agama menjadi tidak
berdaya dan yang lebih lagi ketika agama tidak lagi di jadikan sebagai pedoman
hidup dalam berbagai bidang. Hal ini mungkin juga menerpa ummat Islam bila agama
tidak lagi berfungsi secara efektif dalam kehidupan yang kolektif. Tentu saja keadaan
seperti ini dapat berpengaruh apabila pemeluk agama gagal untuk memberi suatu
peradaban alternative yang benar yang di tuntut oleh setiap perubahan social yang
terjadi.
Di samping itu, kita bisa melihat pada saat ini, kehidupan ummat manusia
sedikit banyak, di sadari atau tidak telah di pengaruhi oleh gerakan modernisme yang
terkadang membawa kepada nilai-nilai baru dan tentunya tidak sejalan bahkan
bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
Tak heran bila dalam perkembangannya modernisme memberikan tempat dan
penghargaan yang terlalu tinggi terhadap materi. Implikasinya adalah kekuatan iman
yang selama ini mereka miliki semakin mengalami degradasi. Puncaknya ialah
kenyataan yang melanda sebagian ummat Islam sekarang ini semakin terjerat oleh
kehampaan spiritual.
Melihat fenomena di atas, sudah barang tentu kita khususnya ummat Islam di
landa keprihatinan yang dapat merusak moral keimanan sehingga mau tidak mau
harus di terapkan solusi terbaik yang di kehendaki oleh Islam yaitu melaksanakan
dakwah secara efektif dan efisien serta berkesinambungan.
Islam adalah agama dakwah artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya
Islam sangat bergantung dan berkaitan erat dengan kegiatan dakwah yang di
lakukannya, karena itu Al-Qur’an dalam menyebut kegiatan dakwah dengan Ahsanu qaula, dengan kata lain bisa kita simpulkan bahwa dakwah menempati posisi yang tinggi dan mulia dalam kemajuan agama Islam, kita tidak dapat membayangkan
apabila kegiatan dakwah mengalami kelumpuhan yang di sebabkan oleh berbagai
factor terlebih sekarang ini adalah era globalisasi, di mana berbagai informasi masuk
begitu cepat dan instan yang tidak dapat di bendung lagi. Kita sebagai umat Islam
harus dapat memilah dan menyaring informasi tersebut sehingga tidak bertentangan
dengan nilai-nilai Islam.
Karena merupakan suatu kebenaran, maka Islam harus tersebar luas dan
penyampaian kebenaran tersebut merupakan tanggung jawab ummat Islam secara
keseluruhan, sesuai dengan misinya sebagai “Rahmatan Lil Alamin” harus di tampilkan dengan wajah yang menarik supaya umat lain meranggapan dan
mempunyai pandangan bahwa kehadiran Islam bukan sebagai ancaman bagi
eksistensi mereka melainkan pembawa kedamaian dan ketentraman dalam kehidupan
mereka sekaligus sebagai pengantar menuju kebahagiaan kehidupan dunia dan
akhirat.
Implikasi dari pernyataan Islam sebagai agama dakwah menuntut umatnya agar
selalu menyampaikan dakwah, karena kegiatan ini merupakan aktivitas yang tidak
pernah usai selama kehidupan dunia masih berlangsung dan akan terus melekat dalam
situasi dan kondisi apapun bentuk dan coraknya.
Kita semua menyadari bahwa dakwah Islam adalah tugas suci yang di bebankan
as-Sunnah Rasulullah SAW., kewajiban dakwah menyerukan, dan menyampaikan
agama Islam kepada masyarakat.
Dakwah Islam, dakwah yang bertujuan untuk memancing dan mengharapkan
potensi fitri manusia agar eksistensi mereka punya makna di hadapan tuhan dan
sejarah. Sekali lagi perlu di tegaskan di sini bahwa tugas dakwah adalah tugas ummat
secara keseluruhan bukan hanya tugas kelompok tertentu ummat Islam.24
Oleh sebab itu, agar dakwah dapat mencapai sasaran-sasaran strategis jangka
panjang, maka tentunya di perlukan suatu system manajerial komunikasi baik dalam
penataan perkataan maupun perbuatan yang dalam banyak hal sangat relevan dan
terkait dengan nilai-nilai ke Islaman, dengan adanya kondisi seperti itu maka para
da’I harus mempunyai pemahaman yang mendalam bukan saja menganggap bahwa
dakwah frame “amar ma’ruf nahi munkar” hanya sekedar menyampaikan saja melainkan harus memenuhi beberapa syarat, di antaranya mencari materi yang cocok,
mengetahui psikologis objek dakwah secara tepat, memilih metode yang refresentatif,
menggunakan bahasa yang bijaksana dan sebagainya.
Dalam tinjauan terminology bahwa dakwah adalah menyeru atau mengajak
umat manusia baik perorangan ataupun kelompok kepada agama Islam.25 Dari
pengertian tersebut diatas, maka dapat diambil kata da’i sebagai subjek dari dakwah
itu sendiri.
Di Indonesia, para da’i juga dikenal dengan sebutan muballig, ustadz, kyai,
ajengan, tuan guru dan lain-lain. Hal ini didasarkan atas tugas dan eksistensinya sama
seperti da’i. padahal, hakikatnya tiap-tiap tersebut memiliki kadar kharisma dan
24
Ahm. Syafi’i Ma’arif, Islam dan Politik: Upaya Membingkai Peradaban, (Jakarta: Pustaka Dinamika, 1999), h.15
25
keilmuan yang berbeda-beda dalam pemahaman masyarakat Islam di Indonesia.
Munculnya beberapa istilah di atas pada umumnya juga dikaitkan dengan
kapasitaspara da’i itu sendiri. Setiap da’i memiliki kekhasan yang berbeda dengan
yang lain, hal ini tergantung dengan wacana keilmuan yang di peroleh, latar belakang
pendidikan dan pengalaman yang berbeda.
Para da’i memiliki tugas sebagai central of change dalam suatu masyarakat, sehingga tugasnya disamping menyelamatkan masyarakat dengan dasar-dasar
nilai-nilai keagamaan, juga mengemban tugas pemberdayaan ( empowering ) seluruh potensi masyarakat. Tugas kompleks tersebut idealnya memang harus di lakukan
secara simultan mengingat seluruh elemen di dalam masyarakat akan saling
berkolerasi.
Objek dakwah dalam hal ini adalah manusia yang menjadi audien (penonton) yang akan di ajak ke dalam Islam secara kaffah. Mereka bersifat heterogen, baik dari
sudut idiologi, misalnya, atheis, animis, musyruk, munafik, bahkan ada juga muslim,
tetepi fasik atau penyandang dosa dan maksiat. Dari sudut lain juga berbeda baik
intelektualitas, status social, kesehatan, pendidikan dan seterusnya ada atasan ada
bawahan, ada yang berpendidikan ada yang buta huruf, ada yang kaya ada juga yang
miskin, dan sebagainya.
Sedangkan sasaran (objeknya) di samping orang-orang yang takut kepada
Allah, juga kepada orang dzalim dan keras kepala, orang-orang munafik, orang-orang
kafir dan pembangkang, bahkan mengulangi dakwah kepada orang yang beriman,
berbakti dan orang sabar.26
26
Beranjak dari heteriginitas objek dakwah seperti gambaran dia di atas, maka
seorang da’i di samping dituntut memahami keberagamaan audien tersebut, juga perlu menerapkan strategi dengan berbagai metode dalam berdakwah. Banyak metode
yang memungkinkan diterapkan seperti bi-al lisan, bi-al hal, bi-al mal, dan sebagainya. Sesuai sabda nabi “Khotibu al-Nasa ala qodri uqulihi” (berbicara dengan mereka (manusia) sesuai dengan kemampuannya).
Materi dakwah adalah agama Islam sebagaimana di sebutkan dalam firman
Allah SWT :
0E78
/ )
?:" D B#
, یO? [ B
, \%ﺱ] F /<
ی / ?9"
Artinya :
Sesungguhnya agama (yang diridhoi) disisi Allah hanyalah islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab(189) kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (QS.Ali-Imran Ayat, 19)
Di ayat lain, Allah SWT juga berfirman :
ی;ﺱ U
J;
E, a<
62ی
<یM \%ﺱ ; b cB6ی
,
Artinya :
“Barangsiapa mencari agama selain agama islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali-Imran Ayat, 85)
.Inilah yang dijelaskan dalam sebuah hadist secara mendetail yang juga
merupakan rukun-rukun Islam :
“Islam ialah engkau bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, melaksanakan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji jika mampu. Rukun-rukun iman ialah engkau percaya kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari akhir dan engkau percaya dengan ketentuan baik dan buruk. Ihsan adalah engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya maka sesungguhmya dia melihatmu.” (HR. Muslim)
Tidak di ragukan lagi bahwa Islam mempunyai keistimewaan yang luar biasa,
1. Agama Islam adalah agama yang benar dari Allah SWT
2. Agama Islam mengatur seluruh aspek kehidupan dan prilaku manusia yang
diantaranya adalah akhlak, kemasyarakatan, fatwa, hukum, ekonomi, dan jihad.
Semua itu didasarkan pertimbangan kasih sayang, adil dan ihsan.
3. Agama Islam adalah agama yang berlaku umum (global) bagi segenap manusia
ada setiap tempat dan zaman. Sebagaimana firman Allah SWT : “ Katakanlah (wahai Muhammad), hai seluruh umat manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian seluruhnya.” (QS. Al-A’raf : 158)
4. Islam memberikan balasan berupa pahala atau dosa bagi orang yang melakukan
perbuatan baik dan buruk. Balasan tersebut bersifat keduniaan di tambah lagi
dengan balasan di dunia kecuali amal yang telah di khususkan dengan dalil.
5. Islam bisa mengantarkan pemiliknya ke derajat yang paling tinggi atau sempurna.
Dan inilah idealisme dan realitas agama Islam, akan tetapi perlu diingat bahwa
semua itu tergantung pada watak dan realitas manusia.
6. Islam merupakan agama yang moderat di dalam masalah aqidah, ibadah, akhlak,
dan aturan-aturannya. Allah SWT berfirman, “Dan demikian (pula) kami menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.” (QS.Al-Baqarah; 143).27
Seorang da’i seharusnya memahami tujuan-tujuan Islam yang telah di jelaskan
oleh Syari’at Islam itu sendiri. Di antara tujuan-tujuan tersebut ialah menciptakan
kemaslahatan umat dan menghindari segala kemudharatan dan bahaya dari mereka,
baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka jangka panjang. Ibnu Taimiyah
27
mengatakan, Syariat Islam datang untuk meraih kemaslahatan dan menyempurnakan
serta menghindari kemudharatan dan meminimalisirnya.
Secara keseluruhan Syariat Islam berpijak pada tiga kemaslahatan ; pertama,
menghindari segala kemaslahatan demi memelihara ; agama, jiwa, akal, keturunan,
kehormatan diri, dan harta. Kedua, mendatangkan berbagai kemaslahatan. Al-Qur’an
adalah pembawa kemaslahatan dan penangkal kerusakan. Ketiga, menerapkan akhlak
mulia dan mentradisikan kebaikan. Al-Qur’an menawarkan pemecahan segala
problema yang tidak mampu di atasi manusia. Tidak ada satu aspek kebutuhan
manusia di dunia dan di akhirat yang di abaikan Al-Qur’an. Kitab Allah ini
memberikan kaidah-kaidah dan petunjuk dengan cara paling bijak dan lurus.
Seorang da’i yang bijaksana adalah orang yang mengajak untuk mengamalkan
rukun-rukun Islam, rukun iman dan ihsan. Ia juga harus memberikan penjelasan
kepada umat manusia terhadap hal-hal yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan
sunah seperti akidah, ibadah, muamalah dan akhlak secara terperinci, detail dan jelas.
Masalah yang di dakwahkan dalam Islam yang amat agung dan mulia. Islam
tidak memerintahkan pengikutnya dengan perkara-perkara kehidupan remeh, namun
Islam mewajibkan pemeluknya untuk mengabdikan seluruh hidupnya kepada Allah
SWT.
Karena itu dakwah Islam menuntut setiap pengikutnya agar mengerahkan dan
menyerahkan seluruh hidupnya kepada Allah. Allah-lah pemilik dakwah ini,
sedangkan Al-Qur’an adalah firman-Nya yang mengandung dakwah-Nya. Dan
kitab-Nya (Al-Qur’an) adalah kitab yang akurat dan penuh mukjizat baik dari sisi makna
Itulah sebabnya komitmen seorang da’i dengan Al-Qur’an dalam
menyampaikan dakwahnya merupakan suatu keharusan yang tidak dapat di elakkan
dengan firman Allah : (QS. Al-Furqan ayat 51-52)
“Dan Andaikata kami menghendaki benar-benarlah kami utus pada ti